Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

17
PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIKA PERAWAT Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah: Etika dan Hukum Kesehatan Oleh: Ike Puspitaningrum 22020113410037 Kori Limbong 22020113410038 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

description

Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat dalam Asuhan Keperawatan

Transcript of Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

Page 1: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIKA PERAWAT

Disusun untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Etika dan Hukum Kesehatan

Oleh:

Ike Puspitaningrum 22020113410037

Kori Limbong 22020113410038

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

1

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................ i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang.................................................................................... 1

B. Permasalahan...................................................................................... 2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian........................................................................................... 3

B. AspekYuridis.................................................................................... 5

C. AspekKeperawatan........................................................................... 6

BAB IIIPEMBAHASAN

A. StudiKasus......................................................................................... 9

B. AnalisaKasus.................................................................................... 9

C. PengambilanKeputusanEtis.............................................................. 10

D. Pelanggaran yang dilakukandaritinjauan

Undang-Undangdankodeetikperawat.............................................

11

E. PenyelesaianPelanggaranEtikaPerawat........................................... 12

F. SanksiPelanggaranEtikaPerawat..................................................... 13

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................ 14

B. Saran................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Keperawatan merupakan pelayanan profesional yang integral dari pelayanan

kesehatan berfokus pada bio, psiko, sosial dan spiritual yang diberikan kepada

individu, keluarga,kelompok dan masyarakat. Sasaran pelayanan keperawatan adalah

manusia, maka dalam memberikan pelayananperawat harus benar-benar

memperhatikan faktor etika karena sejalan dengan semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi.Masyarakat semakin paham atas hak-hak individu,

kebebasandalam memberikan dan mengemukakan pendapat dan tanggung jawab

dalam melindungi hak yang dimiliki. Kemajuan dan teknologi dan dampaknya

terhadap kehidupan sosial, politik dan ekonomi membuat semakin tingginya perhatian

pada dimensi etika praktik asuhan keperawatan (Gold, Chambers &Dvorak, 1995).

Etika bagi perawat adalah suatu pedoman bagi perawat yang digunakan dalam

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan etis baik dalam area praktek,

pendidikan, administrasi maupun penelitian. Etika keperawatan menghasilkan

informasi tentang moral, perawat yang peka terhadap masalah yang dihadapi, perawat

yang bertanggung-gugat dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan

etis dalam praktik keperawatan. Kemampuan untuk membuat suatu keputusan yang

merupakan sesuatu yang esensial dalam praktik keperawatan profesional (Fry, 2002).

Standar pelayanan profesional serta refleksi dari moral pelayanan tertuang dalam kode

etik perawat (RR.Pujiastuti & Purba, 2010). Apabila seseorang melanggar kode etik

profesi, organisasi profesi dapat memberikan sanksi atau mengeluarkan anggota

tersebut (Suhaemi,2003).

Pada saat menghadapi masalah yang menyangkut etika, perawat harus

mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya.

Beberapa ahli menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, perawat sebenarnya

telah menghadapi permasalahan etis, bahkan Thompson dan Thompson menyatakan

semua keputusan yang dibuat dengan, atau tentang pasien mempunyai dimensi etis.

Setiap perawat harus dapat mendeterminasi dasar-dasar yang dimiliki dalam membuat

keputusan misalnya agama, kepercayaan atau falsafah moral tertentu yang

menyatakan hubungan kebenaran atau kebaikan dengan keburukan.Beberapa orang

Page 4: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

3

membuat keputusan dengan mempertimbangkan segi baik dan buruk dari

keputusannya, ada pula yang membuat keputusan berdasarkan pengalamannya.

B. Permasalahan

Pelaksanaan praktek keperawatan didasarkan pada kewenangan dan keahlian

yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan

ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Asuhan keperawatan dilaksanakan dengan

menjunjung nilai-nilai profesional, salah satunya adalah prinsip etika keperawatan.

Tanggungjawab perawat terhadap pelayanan telah diatur oleh undang-undang

kesehatan, permenkes, dan kode etik profesi. Dengan semakin majunya teknologi dan

masyarakat yang semakin kritis dalam menerima pelayanan, perawat harus bisa

memberikan pelayanan dengan sangat profesional. Pasien dan keluarga dapat

menuntut haknya apabila tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar pelayanan yang

sekarang sudah disosialisasikan kepada masyarakat umum, setiap masuk rumah sakit.

Dengan kondisi seperti tuntutan kepada perawat akan hak-hak pasien semakin tinggi

dan jika seorang perawat melakukan pelanggaran etik akan sangat mudah untuk pasien

menuntut haknya. Dalam hal ini penulis ingin memaparkan bagaimana cara

menyelesaikan permasalahan pelanggaran etika perawat tersebut?

Page 5: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. EtikaKeperawatan

Etika keperawatan adalah bagaimana perawat wajib bertingkah laku. Etika

keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat

dalam praktek sehari-hari (Fry,2002).

Etika keperawatan menghasilkan informasi tentang moral, perawat yang peka

terhadap masalah yang dihadapi, perawat yang bertanggung-gugat dan

mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan etis dalam praktik

keperawatan. Kemampuan untuk membuat suatu keputusan yang merupakan

sesuatu yang esensial dalam praktik keperawatan profesional (Fry, 2002).

2. PrinsipEtika

a. Kejujuran

Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak berbohong

(Purba & Pujiastuti, 2009). Prinsip kejujuran didefinisikan untuk menyatakan

hal yang sebenarnya dan tidak berbohong (Veatch dan Fry, 1987). Kejujuran

merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya perawat-pasien.

Mengatakan yang sebenarnya mengarahkan perawat untuk menghindari

kebohongan pada pasien atau menipu pasien. Jujur bukan berarti mengatakan

semua yang diketahui apa adanya, tetapi mengatakan apa yang diketahui

sepanjang mengandung kebaikan. Kejujuran disampaikan dengan

bertanggung jawab (affan, 2013).

b. Otonomi

Otonomi merupakan hak untuk membuat keputusan sendiri.

Menghormati otonomi menyangkut penghormatan terhadap otonomi individu

untuk dengan bebas menentukan sendiri apa yang akan dilakukan.Setiap

orang mempunyai mempunyai hak dasar untuk membuat keputusan yang

penting dalam program pengobatan (Purba & Pujiastuti, 2009).

Prinsip otonomi sangat penting dalam praktik keperawatan. Jahn (2011)

menyebutkan ada tigakondisi yang harusada untukbertindak secara otonom,

Page 6: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

5

yaitu intensionalitas/niat, memahami dan tidak adanya pengendalian

pengaruh yang menentukan tindakan mereka.

c. Bersifatadil

Justice(keadilan)menyangkut kewajiban untuk memperlakukan setiap

orang sesuai dengan apa yang baik dan benar dan memberikan apa yang yang

menjadi hak pada setiap orang.Prinsip keadilan mewajibkan untuk secara adil

mendistribusikan manfaat, risiko, biaya, dan sumber daya. Aturan prinsip

keadilan dalam Jahn (2011):(1) Untuk setiap orang bagian yang sama, (2)

Untuk setiap orang sesuai dengan kebutuhan, (3) Untuk setiap orang sesuai

dengan usaha, (4) Untuk setiap orang sesuai dengan kontribusi, dan (5) Untuk

setiap orang sesuai dengan pantas.

d. Berorientasipadaasasmanfaat

Nonmaleficence (tidak merugikan orang lain/jangan mencelakakan)

berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cidera bagi orang lain.

Prinsip nonmaleficence menyatakan bahwa ada kewajiban untuk tidak

menimbulkan kerugian pada orang lain. Prinsip nonmaleficence mendukung

aturan berikut (Jahn, 2011) : (1) Jangan membunuh, (2) Tidak menyebabkan

rasa sakit atau penderitaan, (3) Jangan melumpuhkan (membuat tidak

mampu), dan (4) Jangan menyebabkan pelanggaran, melukai orang lain.

e. Beneficience

Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak

merugikan orang lain. Inti dari prinsip beneficience adalah tanggungjawab

untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan pasien dan menghindari

perbuatan yang merugikan atau membahayakan pasien.Prinsip beneficience

adalah kewajiban moral bertindak untuk kepentingan orang lain. Terdapat

dua aspek beneficience, yaitu (1) memberikan manfaat dan (2)

menyeimbangkan manfaat dan risiko/bahaya. Prinsip beneficience

mendukung aturan-aturan moral atau kewajiban berikut: (1) Melindungi dan

membela hak-hak orang lain, (2) Mencegah bahaya dari terjadi kepada orang

lain, (3) Menghilangkan kondisi yang akan menyebabkan kerusakan, (4)

Page 7: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

6

Memberikan bantuan penyandang cacat dan (5) Menyelamatkan orang-orang

dalam bahaya (Jahn, 2011).

f. Memegangkerahasiaan

Confidentiality (kerahasiaan) merupakan bagian dari privasi, seseorang

bersedia untuk menjaga kerahasiaan informasi. Perawat harus

mempertahankan kerahasian data tentang pasien baik secara verbal maupun

informasi tertulis. Praktik confidentiality terdiri dari tiga aspek, berupa subjek

individu atau perawatan kesehatan yang berhubungan dengan pasien,

hubungan profesional perawat dengan pasien serta menjelaskan prosedur

pertukaran informasi yang secara logis dapat menerima, mengizinkan,

mengakses informasi yang bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi sensitif

dan mengeluarkan larangan individu (Purba & Pujiastuti, 2009).

B. AspekYuridis

Di indonesia belum ada undang-undang khusus mengatur tentang keperawatan,

meski demikian peraturan hukum yang ada di dalam berbagai peraturan perundang-

undangan dapat diterapkan bagi perawat.Peraturan yang dapat dijadikan landasan

hukum bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah:

1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

2. UU No.44 tentang Rumah Sakit

3. PP 32/1996 pasal 22 ayat (1): bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam

melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk:

a. Menghormati hak klien

b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien

c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang

dilakukan

d. Meminta persetujuan terhadap tindakan yang dilakukan

e. Membuat dan memelihara rekam medik.

4. PP 32 /1996 : Melakukan Upaya Kesehatan Tanpa Ijin

5. PP No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

6. KUHP pasal 322 ayat (1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang

wajib disimpan karena jabatan atau pencariannya baik sekarang maupun yang

terdahulu diancam dengan hukuman penjara.

Page 8: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

7

7. KUHP pasal 359: Menyebabkan meninggalnya seseorang atau

cacat“Barangsiapakarenakealpaannyamenyebabkanmatinya orang lain,

diancamdenganpidanapenjara paling lama lima tahunataukurungan paling lama

satutahun”.

8. KUHPPasal 360: kelalaian yang

mengakibatkanterancamnyakeselamatanjiwaseseorangdapatdiancamdengansanksi

pidana.

Hak-hak pasien diatur dalam:

1. Declaration of Lisbon (1991) : The Rights of the patient

2. UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Pasal 52 dan 53.

3. SE Ditjen Yanmed Depkes RI No YM.02.04.3.5.2504 : Pedoman Hak dan

kewajiban pasien, dokter dan RS

C. AspekKeperawatan

1. KodeEtikPerawatan

Sesuai Keputusan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI) No: 023/PP.PPNI/SK/K/XII/2009 ada 5 Kode Etik yang harus dilaksanakan

oleh seorang perawat dalam menjalankan praktek/asuhan keperawatanyaitu:

a. Perawat dan Klien

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan

martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan

kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan

agama yang dianut serta kedudukan social.

2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara

suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan

kelangsungan hidup beragama dari klien

3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan

asuhan keperawatan

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan

dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh

berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Page 9: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

8

b. Perawat dan Praktik

1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan

melalui belajar terus menerus

2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi

disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta

keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat

dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila

melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada

orang lain

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan

dengan selalu menunjukkan perilaku professional

c. Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai

dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan

masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat

1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat

maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara

keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh

2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

e. Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan

dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan

dan pendidikan keperawatan

2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi

keperawatan

Page 10: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

9

3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan

memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan

keperawatan yang bermutu tinggi.

2. Sanksiolehprofesi

Sanksi admisnistratif pada perawat yang melakukan tindakan pelanggaran (Ta,adi.

2013):

Permenkes RI No.HK.02.02./Menkes/148/I/2013

a. Pasal 13 :

(1). Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dan

pengaswasan dengan mengikutsertakan organisai profesi.

(2). Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan,keselamatan pasien

dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat

menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

b. Pasal 14:

(1). Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 13, pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan

tindakan administratif kepada perawat yang melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan penyelenggaraan praktek dalam peraturan ini.

(2). Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui:

a. Teguran Lisan,

b. Teguran tertulis,

c. Pencabutan surat ijin praktik perawat

Page 11: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

10

BAB III

PEMBAHASAN

A. Studi Kasus

Tn. P adalah seorang ayah dari 2 anak berusia 44 tahun.Tn. P mengeluh sering

demam, diare dan menderita sariawan yang tidak sembuh-sembuh sudah hampir 2

bulan, berat badan turun lebih dari 5 Kg. Tn P tidak menganggap serius penyakitnya

sehingga dia hanya berusaha minum obat warung dan belum sembuh juga akhirnya

keluarganya membawa Tn. P ke RSUP S. Tn. P meminta kepada Ners W untuk segera

memberitahu hasil pemeriksaannya. Dari hasilpemeriksaan yang dilakukan Tn. P

positif menderita HIV/AIDS.

NersW yang merawat Tn.P kebetulan sudah bekerja selama 10 tahun di bangsal

B20 ini. Tn.P meminta Ners W untuk tidak memberitahukan mengenai penyakit ini

kepada istri pasien ataupun kepada keluarganya. Tn.P takut ditinggalkan istrinya dan

dikucilkan keluarganya. Ners W mengalami dilemma etik dimana di satu sisi diaharus

memenuhi permintaan pasien namun di sisi lain Ners W memahami bayaha penularan

HIV/AIDS yang rentan terjadi pada keluarga. Atas pertimbangan pencegahan

penularan HIV/AIDS Ners W akhirnya memberitahu kondisi Tn.P kepada istri dan

keluarganya.

Respon istri sangat terkejut dan tidak bisa menerima kenyataan, dia

mempersalahkan suami dan berniat meninggalkan suaminya. Dengan keadaan seperti

ini Tn.P merasa terpojok dan mempersalahkan Ners W yang telah memberitahu

sakitnya kepada istri dan keluarga. Tn.P tidak terima dan ingin menuntut Ners W yang

tidak bisa menjaga rahasianya.

B. Analisa Kasus

Prinsip etika mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku yang

beretika dan dalam pengambilan keputusan etis. Prinsip etika berfungsi untuk

membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan

dalam suatu keadaan. Pada kasus Tn.P ners W perlu mempertimbangkan prinsip-

prinsip etika sebelum mengambil suatu keputusan. Permintaan Tn.P untuk

merahasiakan penyakitnya merupakan privasi pasien yang harus dihormati.

Kerahasiaan (confidentiality) merupakan bagian dari privasi, seseorang bersedia

untuk menjaga kerahasiaan informasi. Confidentiality adalah sesuatu yang

Page 12: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

11

professional dan merupakan kewajiban yang etis dalam menggunakan penggalian

pengetahuan pasien untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien dan bukan untuk

tujuan lain seperti menggosip dan kepentingan orang lain. Perawat harus

mempertahankan kerahasian data tentang pasien baik secara verbal maupun informasi

tertulis.

Pada kasus Tn.P menjaga kerahasian data pasien adalah sesuatu yang khusus dan

penting dalam perawatan pasien HIV/AIDS. Meskipun pada kenyataannya,

masyarakat memberikan label/stigma kepada setiap orang yang didiagnosis

HIV/AIDS. Setiap pelanggaran terhadap prinsip confidentiality seperti

memberitahukan data pasien, diagnosis pasien, gejala yang muncul dan hasil

pengobatan tanpa mendapat persetujuan dari pasien akan mempengaruhi kualitas

hidup pasien. Seperti yang terjadi pada Tn.P dampak dari ners W yang

memberitahukan diagnosis kepada istrinya, membuat Tn.P ditinggalkan oleh istrinya

ini tentunya akan berdapak pada kehidupan dan kulitas hidup Tn.P.

C. PengambilanKeputusanEtis

Pengambilan keputusan oleh Ners W untuk memberitahukan diagnosis Tn.P pada

istri seharusnya mempertimbangkan akibat dari tindakan yang diambil. Tahapan yang

bisa dipertimbangkan oleh Ners W dalam pembuatan keputusan adalah:

1. Mengumpulkaninformasidanidentifikasimasalah/isu.

a. Tentukanfaktaatassituasitersebut.

b. Identifikasikomponenetika.

c. Identifikasi orang-orang yang terlibatdansiapasaja yang perludilibatkan.

d. Nyatakanmasalah/isu/dilemasecarajelassedapatmungkin.

2. Klarifikasidanevaluasi.

a. Berusahamenjelaskanisu/dilemadenganmempertimbangkanprinsipetik yang

bertentangandenganisu. Iniakanmenjelaskandasaralamiahsuatudilema.

b. Empatpertanyaan yang bergunauntukmenentukanfaktasebuahsituasiklinis,

yaituinsdikasihidupdanhal-hal lain yang terkait (keluarga, finansial, agama,

jaraktempattinggal, dan lain-lain).

c. Kodeetikaprofesidaripenyediajasakesehatan yang

terkibatlangsungharusdipertimbangkandandiidentifikasinilaikonfliknya.

d. Identifikasidancarinilaisosialdankultural.

Page 13: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

12

e. Pertimbangkankebutuhanakanlegalitasuntukmenentukankomplainterhadaph

ukumdankebijakan yang berlaku.

f. Identifikasidanpertimbangannilaidankepercayaanpihak yang terlibattidak.

g. Bertentangandengannilai NOR-MAN Regional Health Authority.

h. Identifikasinilaikonflik yang aktualdanpotensial.

Pada langkah ini informasi sebelumnya dipertimbangkan sebagai data baru.

3. Tindakandanpertimbangan.

a. Identifikasitindakanapasaja yang dapatdilakukan,

analisiskonsekuensidanhasilnya.

b. Jelaskansecaragarisbesartanggungjawabpeserta.

c. Buatkeputusandanbertindak.

d. Evaluasihasilkeputusandanbuatamandemen yang sesuai.

Kasus yang terjadi pada Ners W, tidak mempertimbangkan tahapan tersebut

dalam mengambil keputusan, sehingga dia melakukan pelnggaran prinsip etika, yaitu

tidak dapat menjaga kerahasian pasien.

D. Pelanggaran yang dilakukan dari tinjauan kode etik perawat

Dasar hukum pelanggaran kode etik keperawatan dalam hal tidak menjaga rahasia

pasien :

1. Permenkes RI No.HK.02.02./Menkes/148/I/2013 pasal 12 bagian (c): perawat

wajib menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Permenkes No.1239/Menkes/Per/XI/2001 pasal 16:

a. Menghormati hak pasien

b. Merujuk kasus yang dapat ditangani

c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3. PP 32/1996 pasal 22 ayat (1): bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam

melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk:

a. Menghormati hak klien

b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien

4. Keputusan Musyawarah Nasional IV PPNI No. 08/Munas IV/PPNI/1989 Tentang

Ikrar perawat Indonesia no.5: kami perawat Indonesia memegang teguh segala

Page 14: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

13

rahasia yang berhubungan dengan tugas, kecuali jika diperlukan oleh yang

berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

5. Pelanggaran kode etik keperawatan yang dilakukan telah Ners W:

Hak pasien memperoleh informasi tentang diagnosis penyakitnya sudah

didapatkan oleh pasien. Tetapi ners W melanggar hak pasien tentang hak

mendapat privasi selama pemeriksaan kesehatan dan pengobatan.Ners W

tidakbisamenjagakerahasianinformasidiagnosis penyakit pasiendarikeluarganya.

Perawat berhak mendapatkan informasi secara lengkap dari pasien dan

keluarga tentang keluhan kesehatan dan perawat juga mempunyai kewajiban

untuk menghormati hak-hak pasien. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu

yang diketahui tentang pasien kecuali diminta keterangan oleh pihak berwenang.

Hubungan antara perawat dan pasien, perawat harus benar-benar memahami

tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak tersebut , salah satunya adalah

hak untuk menjaga privasi pasien.

E. Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

Perawat yang melakukan pelanggaran etika akan dirujuk oleh bagian keperawatan

kepada komite etik untuk menyelesaikan permasalahannya dengan aturan profesi atau

penyelesaian berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia apabila pelanggaran yang

dilakukan berat, yang dapat mengancam hilangnya nyawa seseorang.

Pada kasus Ners W, perawat akan mendapatkan teguran dari atasan kemudian

mendapatkan pembinaan dari majelis kode etik. Majelis kode etik mengani kasus Ners

W berdasarkan standar pelayanan, wewenang profesi dan kode etik profesi

keperawatan. Apanila ners W terbukti melakukan pelanggaran maka akan

mendapatkan pembinaan dan sanksi berupa sanksi sosial atau sanksi administratif.

Sanksi sosial dapat berupa tidak digunakannya jasa perawat dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Sanksi administratif berupa pencabutan Surat ijin

praktik perawat (SIPP).

Page 15: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

14

F. Sanksi Pelanggaran Etika Perawat

Sanksi admisnistratif pada perawat yang melakukan tindakan pelanggaran(Ta,adi.

2013):

a. Permenkes RI No.HK.02.02./Menkes/148/I/2013

Pasal 13:

(1). Pemerintahdanpemerintahdaerahmelakukanpembinaandanpengaswa

sandenganmengikutsertakanorganisaiprofesi.

(2). Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan,keselamatan pasien

dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang

dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Pasal 14:

(1). Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 13, pemerintah dan pemerintah daerah dapat

memberikan tindakan administratif kepada perawat yang melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktek dalam

peraturan ini.

(2). Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui:

a. Teguran Lisan,

b. Teguran tertulis,

c. Pencabutan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP).

Page 16: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

15

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menjunjung nilai-nilai profesional,

salah satunya adalah prinsip etika keperawatan. Prinsip Etika meliputi kejujuran,

Otonomi, Justice, Nonmaleficence, Beneficience, Confidentiality. Apabila seorang

perawat melakukan pelanggaran pada prinsip etik tersebut dapat dikenankan sanksi.

Sanksi admisnistratif pada perawat yang melakukan tindakan pelanggaran:Permenkes

RI No.HK.02.02./Menkes/148/I/2013 Pasal 13 ayat 1, 2 dan pasal 14 ayat 1 dan 2.

Pada saat menghadapi masalah yang menyangkut etika, perawat harus mempunyai

kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya. Apabila seseorang melanggar

kode etik profesi, organisasi profesi dapat memberikan pembinaan, sanksi

administratif (pencabutan SIPP) atau mengeluarkan anggota tersebut.

Peraturan yang dapat dijadikan landasan hukum bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan adalah:

1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

2. UU No.44 tentang Rumah Sakit

3. PP 32/1996 pasal 22 ayat (1)

4. PP No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

5. KodeEtikPerawatan

B. Saran

Perawat harus memahami hak dan tanggung jawab perawat yang tertuang dalam

kode etik profesi, sehingga pelanggaran dapat diminimalkan. Selain itu juga harus

paham tentang peraturan yang dapat dijadikan landasan hukum bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan.

Page 17: Penyelesaian Pelanggaran Etika Perawat

16

DAFTAR PUSTAKA

Affan, U. (2013, Juni 10). PembentukanKarakterManusia. Retrieved Juli 27, 2013, from

http://www.untajiaffan.com/2013/06/pembentukan-karakter-manusia.html

Fry, S.T & Johnstone. 2002. Ethics in nursing practice. Oxford: blackwell

Gold, Chambers &Dvorak. 1995. Ethical dilemmas in the lived experience of nursing

practice. Nursing ethics, 2(2) p:373-385.

Jahn, Warren. T. 2011. Professional ethics: beyond the clinical competency. Journal of

chiropractic medicine, p:225-226.

J. guwandi. 2010. Sekitar gugatan malpraktik medik. Balai penerbit: fakultas kedokteran

universitas indonesia

Purba, J. M., &RrPujiastuti,S.E (2009). Dilema Etik dan Pengambilan Keputusan Etis

dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suhaemi, M. E. (2003). Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC.

Ta,adi. 2013. Hukum kesehatan: sanksi dan motivasi bagi perawat. Jakarta : EGC