USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

66
i USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG RI NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum Oleh : Nama : Bagus Susilo NIM : A.131.15.0144 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG 2018

Transcript of USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

Page 1: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

i

USM

PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN

PILKADA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA DITINJAU DARI

UNDANG –UNDANG RI NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas

dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan

Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum

Oleh :

Nama : Bagus Susilo

NIM : A.131.15.0144

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG

2018

Page 2: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …
Page 3: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …
Page 4: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …
Page 5: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

v

DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Semarang dengan ini menerangkan,

bahwa skripsi di bawah ini :

Judul : Penyelesaian Sengketapelanggaran Pelaksanaan Pilkada Kabupaten

Deiyai Provinsi Papua Ditinjau Dari Undang –Undang RI No 7

Tahun 2017 Tentang Pemilu

Peneliti : Nama : Bagus Susilo

NIM : A.131.15.0144

Telah didokumentasikan dengan nomor : .................................................................

di Perpustakaan Fakultas Hukum UniversitasSemarang untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Semarang, .....................................

Bagian Adminitrasi Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas

Semarang

(....................................................)

Page 6: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

vi

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Penyelesaian Sengketapelanggaran Pelaksanaan Pilkada

Kabupaten Deiyai Provinsi Papua Ditinjau Dari Undang –Undang RI No 7 Tahun

2017 Tentang Pemilu”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Program

Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Semarang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyelesaian

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu

perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Andy Kridasusila, S.E., M.M., selaku Rektor Fakultas Hukum Universitas

Semarang.

2. Ibu B. Rini Heryanti, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Semarang.

3. Dr. M. Junaidi, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.

4. A. Heru Nuswanto, S.H.,M.H., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dewi Tuti Muryati, S.H., M.H., selaku penguji yang telah memberikan

masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di

Fakultas Hukum Universitas Semarang.

Page 7: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …
Page 8: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“"Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul

ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak

dan gelombang itu." (Marcus Aurelius)”.

Persembahan :

Kedua orang tuaku tercinta.

Keluarga yang selalu mendukungku.

Sahabat-sahabat tercinta.

Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Semarang.

Page 9: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

ix

ABSTRAK

Pemilukada adalah pemilihan kepala daearah dan wakil kepala daerah dalam

satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilu merupakan kegiatan

politik yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan kekuasaan dalam

sebuah negara yang menganut prinsip-prinsip demokrasi.Sengketa terjadi karena

adanya benturan kepentingan, misalnya di Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

Apabila ada pihak yang merasa kepentingannya dirugikan dan memenuhi legal

standing, dapat mengajukan sengketa pemilukada tersebut kepada Mahkamah

Konstitusi mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017. Oleh karena itu,

perlu pengkajian tentang penyelesaian sengketa pelanggaran pelaksanaan

Kabupaten Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2017 untuk mengetahui jenis pelanggaran dalam pilkada tersebut dan bagaimana

proses penyelesaian sengketa tersebut ditinjau dari perundangan tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dengan spesifikasi

penelitiannya adalah deskriptif analitis. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumenter.

Selanjutnya, dianalisis menggunakan metode analitis kualitatif. Berdasarkan hasil

penelitian sebagai berikut: Pertama, jenis pelanggaran dalam pilkada kabupaten

deiyai ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 adalah pelanggaran

yang berhubungan dengan administrasiPemilukada, rekapitulasi dilakukan tidak

pada blangko rekapitulasi, hasil penghitungan suara tidak ditanda tangani oleh

saksi- saksi pasangan calon, serta tidak dapat mengajukan keberatan secara resmi

pada blangko keberatan maka didalam suasana yang penuh teror, intimidasi,

money politic, keberpihakan pelaksana Pilkada pada pasangan kandidat tertentu.

Kedua, proses penyelesaian pelanggaran pilkada kabupaten deiyai ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 adalah dengan mengajukan permohonan

ke Mahkamah Konstitusi. Mengingat pemohon berdasarkan kondisi yang ada

memiliki legal standing.

Kata kunci : Penyelesaian, Pelanggaran, Pilkada, Kabupaten Deiyai

Page 10: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

x

ABSTRACT

Pemilukada is the election of regional heads and deputy regional heads in one

pair of candidates who are carried out democratically based on direct, general,

free, confidential, honest and fair principles. Elections are a very important

political activity in the process of administering power in a country that adheres

to the principles of democracy. Disputes occur because of a conflict of interest,

for example in Deiyai Regency, Papua Province. If there are parties who feel their

interests have been harmed and fulfill the legal standing, they can submit the

dispute over the post-conflict local election to the Constitutional Court referring

to Law Number 7 of 2017. Therefore, it is necessary to review the settlement of

violations in the implementation of Deiyai Regency in Papua Province in

accordance with the Law Number 7 of 2017 to find out the types of violations in

the elections and how the dispute resolution process is reviewed from the

legislation. This study uses a type of normative juridical research with the

specification of the research is descriptive analytical. The data used in this study

are secondary data obtained through literature and documentary studies.

Furthermore, it was analyzed using qualitative analytical methods. Based on the

results of the study as follows: First, the types of violations in the deiyai district

election viewed from Law Number 7 of 2017 are violations relating to the

administration of the Regional Head General Election, the recapitulation is not

done in the recapitulation form, the vote count results are not signed by the

witnesses of the candidate pairs. and cannot formally object to the objection form,

in an atmosphere full of terror, intimidation, money politics, partiality of the

Pilkada implementers in certain candidate pairs. Second, the process of resolving

violations of the deiyai regency election in terms of Law Number 7 of 2017 is to

submit an application to the Constitutional Court. Considering the applicant

based on existing conditions has legal standing.

Keywords: Settlement, Abuse, Election, Deiyai Regency

Page 11: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEMARANG ........................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Beakang .................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7

D. Keaslian Penelitian .......................................................................... 8

E. Sistematika ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11

A. Pengertian Sengketa ........................................................................ 11

B. Pengertian Pelanggaran ................................................................... 12

C. Tinjauan Umum tentang Pemilu ...................................................... 13

1. Pengertian Pemilu ..................................................................... 13

Page 12: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

xii

2. Hak Pilih dalam Pemilu ............................................................ 17

3. Asas-Asas Pemilu ..................................................................... 18

4. Tinjauan Umum tentang Kampanye dalam Pemilu.................. 19

D. Tinjauan Umum tentang Pilkada .................................................... 21

1. Pengertian Pilkada .................................................................... 21

2. Tujuan dan Fungsi Pilkada ....................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 29

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 30

B. Spesifikasi Penelitian ....................................................................... 30

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 31

D. Metode Analisis Data ...................................................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33

A. Jenis Pelanggaran Dalam Pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi

Papua Ditinjau Dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017

Tentang Pemilu. ............................................................................... 33

B. Proses Penyelesaian Pelanggaran Pilkada Kabupaten Deiyai

Ditinjau Dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang

Pemilu. ............................................................................................. 44

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 50

A. Simpulan .......................................................................................... 50

B. Saran ................................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52

Page 13: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beakang

Pelaksanaan awal otonomi daerah yang masih dapat dihitung dengan

hitungan hari sudah tentu belum dapat dinilai begitu saja, yang jelas bahwa

semua daerah menyambut dengan segala penuh harapan dan dambaan masa

depan yang lebih baik dan cerah. Semua daerah telah melaksanakan

otonomi daerah dan terus menerus berbenah diri, sesuai dengan situasi dan

kondisi serta kemampuan masing-masing. Suatu tantangan yang besar pada

saat kita berbenah diri dari keterpurukan orde baru untuk membangun

Indonesia baru, pada saat itu pula memasuki era globalisasi dengan segala

tantangannya.1

Masalah utama yang dihadapi adalah kebebasan yang muncul setelah

ketertindasan di bawah rezim Orde Baru, dapat berkembang menjadi

euphoria yang tidak terkendali. Keadaan seperti ini dapat memicu

disintegrasi bangsa, padahal kita pada saat seperti ini, kita dalam

mempertahankan persatuan dan kesatuan. Keadaan yang tanpa kendali ini,

justru akan menjadi kendala bagi kita.2

Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia setiap daerah

berhak untuk mengurus segala apa yang menjadi urusan daerahnya masing-

masing. Setiap daerah mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang

telah diserahkan pemerintah pusat kepada daerah. Adapun wewenang

1 HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),

halaman 85. 2Ibid, halaman 86.

Page 14: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

2

tersebut tidak semuanya diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah,

yaitu :3

1. Politik luar negeri

2. Pertahanan

3. Keamanan

4. Yustisi

5. Kebijakan moneter dan fiskal nasional

6. Agama

Selain diberikan kewenangan yang luas dari pemerintah pusat, hal

yang baru dengan diberlakukannya otonomi daerah adalah pemilihan kepala

daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Sebelum adanya otonomi

daerah dan telah di atur dalam UndangUndang Dasar 1945 Pasal 18 kepala

daerah dipilih melalui mekanisme di DPRD sebagai badan legislatif daerah.4

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau

seringkali disebut pemilukada, adalah pemilihan kepala daearah dan wakil

kepala daerah dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara

demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan

adil. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang di maksud adalah:

1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi

2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten

3. Walikota dan wakil walikota untuk kota

Sistem pemilihan umum (Pemilu) merupakan mekanisme sirkulasi

kekuasaan yang diatur didalam suatu negara. Sistem Pemilu menjamin

bahwa pergantian kekuasaan tidak dilakukan secara turun-menurun seperti

zaman kerajaan karena rekruitmen politik didasarkan atas sistem demokrasi.

Berkembangnya demokrasi di Barat yang membatasi kekuasaan secara

3Ibid.

4 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18.

Page 15: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

3

periodik merupakan kritik terhadap pratik kekuasaan di masa sebelumnya

yang tidak membatasi masa kekuasaan secara teratur dan periodic.5

Sistem Pemilu merupakan salah satu keputusan kelembagaan yang

penting bagi negara-negara yang berupaya untuk menegakkan keberadaban

dan kualitas sistem politik. Karena sistem Pemilu akan menghasilkan

logika-logika politik atas tata laksana administrasi, berjalannya birokrasi,

hingga tumbuh dan berkembangnya masyarakat sipil (civil society) di dalam

sistem itu selanjutnya. Oleh karena itu, Pemilu menjadi sarana yang efektif

untuk menentukan kepemimpinan nasional yang melibatkan seluruh warga

Negara.6

Pengambilan keputusan oleh rakyat yang berdaulat tidak langsung

dilakukan lembaga perwakilan rakyat. Sistem perwakilan merupakan cara

untuk mewujudkan kedaulatan rakyat secara tidak langsung. Dengan

demikian, kepentingan rakyat diharap dapat didengarkan dan turut

menentukan proses penentuan kebijakan kenegaraan, baik yang dituangkan

dalam bentuk Undang-Undang maupun dalam bentuk pengawasan terhadap

kinerja pemerintahan dan upaya-upaya lain yang berkaitan dengan

kepentingan rakyat.7

Pemilu yang dilakukan merupakan suatu proses pergantian kekuasaan

secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip

yang digariskan konstitusi. Pemilu merupakan kegiatan politik yang sangat

penting dalam proses penyelenggaraan kekuasaan dalam sebuah negara

5

Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,

(Jakarta: BIP, 2008), halaman 740. 6Ibid.

7Ibid.

Page 16: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

4

yang menganut prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kehidupan ketatanegaraan

yang bekedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap warga negara

berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan

kenegaraan.8

Oleh karena itu, Pemilu merupakan proses pengambilan

keputusan oleh rakyat dalam kehidupan ketatanegaraan sebagai sarana

pengembangan kedaulatan rakyat dalam rangka pembentukan lembaga-

lembaga perwakilan.9

Sistem pemilu Kepala Daerah kemungkinan besar dapat membangun

kepemerintahan yang baik. Aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif

dan efisien dalam pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan partisipasi

warga negara dalam Pilkada. Setiap warga negara mempunyai suara sebagai

hak politik dan kedaulatan rakyat dalam pembuatan keputusan secara

langsung, atau memilih pasangan calon Kepala Daerah, atau memilih calon

anggota legislatif daerah. Partisipasi politik seperti ini dibangun atas dasar

kebebasan berasosiasi, kebebasan berbicara, serta partisipasi masyarakat

secara konstruktif.

Salah satu indikator pilkada langsung yang berkualitas adalah pilkada

yang membuka akses bagi setiap warga negara. Prinsip keterbukaan itu

dikenal dengan universal suffrage atau hak pilih universal. Akses yang

terbuka berarti bahwa hak pilih benar-benar bersifat universal dan seluruh

warga memiliki hak pilih. Bukanlah suatu kontrakdiksi bahwa di Negara

demokrasi hak untuk secara teratur memilih diatur syarat-syarat minimal

yang harus dipenuhi misalnya, usia, minimal, sehat jasmani dan rohani.

8 Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia Perspektif Konstitusional, (Yogyakarta:Total

Media 2009), halaman 89. 9 Dahlan Thaib, Op, Cit., halaman 103.

Page 17: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

5

Pendaftaran pemilih merupakan tahapan kegiatan pertama penegakan

universal suffrage dalam rangkaian kegiatan pilkada langsung. Dilihat dari

tujuannya, pendaftaran pemilihan merupakan salah satu kunci keberhasilan

pilkada langsung.10

Sengketa terjadi karena adanya benturan kepentingan. Oleh karena itu

seiring dengan perkembangan masyarakat muncul hukum yang berusaha

untuk meminimalisir berbagai benturan kepentingan dalam masyarakat.

Beberapa abad yang lalu seorang ahli filsafat yang bernama Cicero

mengatakan, “ Ubi Societas Ibi Ius” artinya, dimana ada masyarakat maka

di situ ada hukum. Pernyataan ini sangat tepat sekali karena adanya hukum

itu adalah berfungsi sebagai kaidah atau norma dalam masyarakat. Kaidah

atau norma itu adalah patokan-patokan mengenai perilaku yang dianggap

pantas. Kaidah berguna untuk menyelaraskan tiap kepentingan anggota

masyarakat. Sehingga di masyarakat tidak akan terjadi benturan kepentingan

antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.11

Menurut Van Kan, kepentingan-kepentingan manusia bisa saling

bertumbukan kalau tidak dikendalikan oleh kaidah, sehingga lahirlah kaidah

agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan sebagai usaha manusia

untuk menyelaraskan kepentingan-kepentingan itu. Tetapi, ketiga kaidah di

atas ternyata mempunyai kelemahan :

1. Kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan belum cukup

melindungi kepentingan-kepentingan manusia dalam masyarakat

sebab ketiga kaidah ini tidak mempunyai sanksi yang tegas dan dapat

dipaksakan.

10

Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Filosofi, Sistem dan Problema

Penerapan di Indonesia), (Semarang: Pustaka Pelajar, 2005), halaman 226. 11

Soerjono Soekanto, Mengenal Sosiologi Hukum, ( Bandung : Alumni, 2006), halaman 9.

Page 18: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

6

2. Kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan belum

mengatur secara keseluruhan kepentingan-kepentingan manusia

seperti kepentingan manusia dalam bidang pertanahan, kehutanan,

kelautan, udara dan lain-lain.12

Oleh karena itu, diperlukan satu kaidah lagi yang dapat menjawab dua

kelemahan di atas. Kaidah tersebut adalah kaidah hukum. Kaidah hukum

mempunyai sifat pemaksa artinya kalau seseorang melanggar kepentingan

orang lain maka dia akan dipaksa oleh hukum untuk mengganti rugi atau

bahkan dicabut hak kebebasannya dengan jalan dimasukan ke penjara agar

kepentingan orang lain itu tidak terganggu. Berbeda dengan kaidah

sebelumnya yang tidak mempunyai sanksi yang dapat dipaksakan. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk menulis karya tulis yang berjudul

“Penyelesaian Sengketa Pelanggaran Pelaksanaan Pilkada Kabupaten

Deiyai Provinsi Papua Ditinjau Dari Undang –Undang RI No 7 Tahun

2017 Tentang Pemilu”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Apa jenis pelanggaran dalam pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi

Papua ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 tentang

pemilu?

b. Bagaimanakah proses penyelesaian pelanggaran pilkada Kabupaten

Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7

tahun 2017tentang pemilu?

12

Van Kan, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : PT Pembangunan Ghalia Indonesia, 2002),

halaman 7-11.

Page 19: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui jenis pelanggaran dalam pilkada Kabupaten

Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7

tahun 2017 tentang pemilu.

b. Untuk mengetahui proses penyelesaian pelanggaran pilkada

kabupaten Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari Undang-Undang RI

Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan hukum dalam

pengembangan hukum, khususnya pemahaman teoretis tentang

Penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran pelaksanaan pilkada

kabupaten deiyai ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 tahun

2017.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

pertimbangan dan sumbangan pemikiran, serta dapat memberikan

kontribusi dan solusi konkret bagi para penentu kebijakan dalam

Penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran pelaksanaan pilkada

kabupaten deiyai ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 tahun

2017.

Page 20: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

8

D. Keaslian Penelitian

Penelitian ini saya buat dengan hasil pemikiran dan analisis saya

pribadi dengan mengutip beberapa buku, jurnal dan website serta

menyertakan sumbernya di catatan kaki dan daftar pustaka, yang berarti

bahwa keaslian penelitian yang saya lakukan dapat dipertanggungjawabkan

dengan dibuktikan adanya surat pernyataan orisinalitas yang ditandatangani

di atas materai. Dalam skripsi ini, Penulis mengambil pembahasan tentang

“Penyelesaian Sengketa Pelanggaran Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Deiyai

Provinsi Papua Ditinjau Dari Undang –Undang RI No 7 Tahun 2017

Tentang Pemilu”. Berdasarkan hasil penelusuran Peneliti ditemukan suatu

karya ilmiah yang secara karakteristik hampir sama. Meskipun memiliki

karakteristik yang hampir sama namun tetap ada perbedaannya sehingga

skripsi ini merupakan asli dari karya Penulis, dan bukan merupakan plagiat

dari karya ilmiah orang lain.

Adapun karya ilmiah yang memiliki karakteristik dimaksut antara lain

sebagai berikut:

1. Ni’matul Huda Mahasiswa Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia

Dengan Skripsi Berjudul “Penyelesaian Sengketa Pemilihan Bupati

Bengkulu Selatan di Mahkamah Konstitusi”. Kesamaan yang

dilakukan Ni’matul Huda adalah pada objek penelitian yaitu

Penyelesaian Sengketa Pilkada, tetapi terdapat perbedaan terhadap

subjek peneliti dan peraturan perundang-undangan yang digunakan.

Subjek peneliti yang dilakukan Ni’matul Huda adalah Penyelesaian

Sengketa Pemilihan Bupati di Bengkulu Selatan, sementara penelitian

Page 21: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

9

ini subjeknya adalah Penyelesaian Sengketa Pelanggaran Pilkada di

Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

2. La Ode Maulidin mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Widyagama

Malang, dengan judul skripsi “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi

Dalam Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada Ditinjau

Perspektif Teori Hukum Progresif” (Kajian Terhadap Putusan MK

Atas Sengketa Hasil Pemilu Kepala Daerah Jawa Timur Dan Putusan

MK Dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala

Daerah Kota Tangerang Selatan). Kesamaan yang dilakukan La Ode

Maulidin adalah kajian terhadap putusan MK atas hasil Pilkada, tetapi

terdapat perbedaan terhadap subjek peneliti dan peraturan perundang-

undangan yang digunakan. Subjek yang digunakan La Ode Maulidin

adalah Penyelesaian Hasil Pilkada Ditinjau Dari Perspektif Teori

Hukum Progresif, sementara penelitian ini subjeknya adalah

Penyelesaian Sengketa Pilkada Ditinjau Dari Undang-Undang RI

Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu.

E. Sistematika

Bab I tentang Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian dan

Sistematika.

Bab II tentang Tinjauan Pustaka yang berisi tentang Tinjauan Umum

tentang Negara Hukum, Tinjauan umum tentang Pemilu, Tinjauan

umum tentang Pilkada.

Page 22: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

10

Bab III tentang Metode Penelitian yang berisi tentang Jenis Penelitian,

Spesifikasi Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Metode

Analisis Data, Jadwal Kegiatan Penelitian.

Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi tentang jenis

pelanggaran dalam pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua

ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 tentang

pemilu dan proses penyelesaian pelanggaran pilkada Kabupaten

Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7

tahun 2017tentang pemilu.

Bab V tentang Penutup yang berisi tentang Simpulan dan Saran.

Daftar Pustaka

Page 23: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sengketa

Sengketa tidak lepas dari suatu konflik. Dimana ada sengketa pasti

disitu ada konflik. Begitu banyak konflik dalam kehidupan sehari-hari.

Entah konflik kecil ringan bahkan konflik yang besar dan berat. Hal ini

dialami oleh semua kalangan, karena hidup ini tidak lepas dari

permasalahan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kenapa harus

mempelajari tentang sengketa. Karena untuk mengetahui lebih dalam

bagaimana suatu sengketa itu dan bagaimana penyelesaiannya.13

Pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia adalah

pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan

antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi

terhadap satu obyek permasalahan. Menurut Winardi, pertentangan atau

konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang

mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu obyek

kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang

lain.

Sedangkan menurut Ali Achmad berpendapat :Macam-macam

penyelesaian sengketa pada awalnya, bentuk-bentuk penyelesaian sengketa

yang dipergunakan selalu berorientasi pada bagaimana supaya memperoleh

kemenangan (seperti peperangan, perkelahian bahkan lembaga pengadilan).

Oleh karena kemenangan yang menjadi tujuan utama, para Sengketa adalah

13

http://yuarta.blogspot.com/2011/03/definisi-sengketa.html (diakses tanggal 12 Januari

2108)

Page 24: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

12

pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang

berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan

akibat hukum bagi keduanya. Dari kedua pendapat di atas maka dapat

dikatakan bahwa sengketa adalah perilaku pertentangan antara dua orang

atau lebih yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya

dapat diberi sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya.14

B. Pengertian Pelanggaran

Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan

tindakan menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang

telah dibuat. Sedangkan pelanggaran menurut Tarmizi dalam website

adalah ”tidak terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten

akan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya berbagai bentuk dan

kesalahan. Berdasarkan pengertian di atas, dpaat disimpulkan bahwa

pelanggaran adalah bentuk kesalahan yang dilakukan menurut

kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat.15

Menurut Munir Faudy, pelanggaran adalah sebagai suatu kumpulan

dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengontrol atau mengatur

perilaku bahaya, untuk memberikan tanggung jawab atas suatu kerugian

yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi terhadap

korban dengan suatu gugatan yang tepat.16

14

Ali. Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas

Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, (Jakarta : Prestasi

Pustaka, 2003), hal 14. 15

http://tarmizi.word.com//2008/12/12antarhukuman-dan-disiplin-sekolah/) 16

Munir Faudi, Perbuatan Melawan Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002),

hlm 3.

Page 25: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

13

Menurut R. Wirjono Projodikoro, mengatakan, bahwa istilah

ditafsirkan secara luas, sehingga meliputi juga suatu hubungan yang

bertentangan dengan kesusilaan atau dengan yang dianggap pantas dalam

pergaulan hidup masyarakat.17

Pelanggaran tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi

juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain bertentangan

dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan kepatutan

dalam lalu lintas masyarakat. Pelanggaran juga dapat diartikan sebagai suatu

kumpulan dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengontrol atau

mengatur prilaku berbahaya, untuk memberikan tanggung jawab atas suatu

kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi

terhadap korban dengan suatu gugatan yang tepat.18

C. Tinjauan Umum tentang Pemilu

1. Pengertian Pemilu

Pada dasarnya yang dimaksud dengan pemilu adalah proses

pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.46

Menurut UndangUndang Nomor 15 Tahun 2011 (selanjutnya ditulis

UU 15/2011)tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Undang-

Undang No. 8 Tahun 2012 (selanjutnya ditulis UU 8/2012)tentang

Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, Pemilihan Umum adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik

17

Wirjono Projodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, (Bandung :Sumur, 2004), halaman

13. 18

Ibid.

Page 26: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

14

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.19

Perubahan gagasan yang begitu mendasar tentangkedaulatan

rakyat dalam UUD 1945. Terjadi pergeseran yang sangat fundamental

tentang siapa sebenarnya yang bertindak sebagai pemegang supremasi

atau kekuasaan tertinggi. Sebagaimana dikemukakan Soewoto

Mulyosudarmo, perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 merupakan

perubahan menuju sebuah kondisi yang mencerminkan keadaan yang

sebenarnya mengatur tentang kekuasaan tertinggi. Perubahan ketentuan

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dari yang semula berbunyi “Kedaulatan

adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat”menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat

dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”menunjukan

terjadinya.20

Sebagai wujud dari kedaulatan rakyat, dalam sistemdemokrasi

harus dijamin bahwa rakyat terlibat penuh dalammerencanakan,

mengatur, melaksanakan, dan melakukanpengawasan serta menilai

pelaksanaan fungsifungsi kekuasaan. Pelaksanaan keterlibatan penuh

rakyat tersebut haruslah diorganisasikan menurut Undang-Undang

Dasar sesuai dengan dengan ketentuan UUD 1945, tidak lagi

diorganisasikan melalui institusi kenegaraan Majelis Permusyawaratan

19

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum diakses tanggal 2 Februari 2019. 20

Ibid.

Page 27: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

15

Rakyat layaknya ketentuan UUD 1945 sebelum perubahan. Perbedaan

yang terjadi setelah perubahan itu sangat jelas dan prinsipil.21

Dalam pemilihan umum, yang dipilih tidak saja wakil rakyat yang

akan duduk di lembaga perwakilan rakyat atau parlemen, tetapi juga

para pemimpin pemerintahan yang duduk di kursi eksekutif. Di cabang

kekuasaaan legislatif, para wakil rakyat itu ada yang duduk di Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah baik di tingkat

provinsi maupun kabupaten/kota, dan ada yang duduk di Dewan

Perwakilan Daerah. Sementara itu di cabang kekuasaan eksekutif, para

pemimpin yang dipilih secara langsung oleh rakyat adalah Presiden dan

Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Dengan terlaksananya

pemilu yang teratur dan berkala maka pergantian pejabat yang

dimaksud juga berjalan secara teratur dan berkala pula.22

Pemilihan Umum adalah memilih seorang penguasa, pejabat atau

lainnya dengan jalan menuliskan nama yang dipilih dalam secarik

kertas atau dengan memberikan suaranya dalam

pemilihan.23

Sedangkan, menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pemilihan

Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan

secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara

21

Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Reformasi(Jakarta: BIP, 2007), halaman 292. 22

Ibid. 23

Abu Nashr Muhammad Al-Iman, Membongkar Dosa-dosa Pemilu, (Jakarta, Prisma

Media, 2004), halaman 29.

Page 28: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

16

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Pemilih dalam pemilu disebut juga sebagai konstituen, di mana

para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya

pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama diwaktu yang telah

ditentukan menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan

suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenangan Pemilu

ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang

sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan

disosialisasikan ke para pemilih. Proses pemilihan umum merupakan

bagian dari demokrasi.24

Pemilihan umum yang diselenggarakan untuk memilih anggota

DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota disebut pemilihan

umum legislatif. Pemilihan umum legislatif merupakan sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih wakil rakyat yang dapat

mewakili aspirasinya yang tata cara pelaksanaanya diatur dalam sebuah

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada demokrasi

perwakilan, rakyat memegang kedaulatan penuh, namun dalam

pelaksanaanya dilakukan oleh wakil wakil rakyatnya melalui lembaga

legislatif atau parlemen.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemilihan

umum adalah proses pemilihan atau penentuan sikap yang dilakukan

24

Ibid.

Page 29: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

17

oleh suatu masyarakat untuk memilih penguasa ataupun pejabat politik

untuk memimpin suatu Negara yang juga diselenggarakan oleh Negara.

2. Hak Pilih dalam Pemilu

Pada azasnya setiap warganegara berhak ikut serta dalam

Pemilihan Umum. Hak warganegara untuk ikut serta dalam pemilihan

umum disebut Hak Pilih, yang terdiri dari:

a. Hak pilih aktif (hak memilih).

b. Hak pilih pasif (hak dipilih) Setiap warga negara Indonesia yang

pada hari pemungutan suara sudah berumur tujuh belas tahun atau

lebih atau sudah/ pernah kawin, mempunyai hak memilih.

Seorang warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak

memilih, baru bisa menggunakan haknya, apabila telah terdaftar

sebagai pemilih.25

Seseorang yang telah mempunyai hak memilih, untuk dapat

terdaftar sebagai pemilih, harus memenuhi persyaratan:26

a) Tidak terganggu jiwa/ ingatannya

b) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,

sebaliknya seorang warga negara indonesia yang telah terdaftar

dalam daftar pemilih tetap (dpt), kemudian ternyata tidak lagi

memenuhi persyaratan tersebut di atas, tidak dapat menggunakan

hak memilihnya

Masalah dan gejolak seringkali terjadi di tengah-tengah

masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak akuratnya data pemilih.

Ada warga masyarakat yang telah memenuhi persyaratan sebagai

25

Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif)(Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada, 2009), halaman 168. 26

Ibid.

Page 30: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

18

pemilih, ternyata tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT),

malah sebaliknya orang-orang yang sudah meninggal dunia namanya

masih tercantum dalam DPT. Sebenarnya masalah ini lebih bersifat

teknis dan administratif, tetapi oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan,

masalah ini dipolitisasi sehingga tidak jarang menimbulkan gejolak dan

konflik.27

Berdasarkan pengamatan, ketidakakuratan pemilih/ DPT ini

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:28

a. Belum tertatanya dengan baik data kependudukan, yang mana hal

ini merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, dalam

hal ini Depatemen Dalam Negeri beserta jajarannya.

b. Pemutakhiran data/ verifikasi data pemilih tidak dilakukan oleh

KPU beserta jajarannya dengan baik c. Masyarakat, dalam hal ini

calon pemilih, tidak berusaha secara aktif, agar mereka tercantum

dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).

3. Asas-Asas Pemilu

Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan

diantara sebagai berikut:29

a. Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk

memilih secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan

keinginan diri sendiri tanpa ada perantara.

b. Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga

negara yang memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan

agama, suku, ras, jenis kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan,

dan status sosial yang lain.

27

Ibid. 28

Ibid., hlm. 169. 29

Ibid.

Page 31: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

19

c. Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan

sebagai pemilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa

saja yang akan 13 dicoblos untuk membawa aspirasinya tanpa ada

tekanan dan paksaan dari siapa pun.

d. Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin

kerahasiaan pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat

suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa

pun suaranya diberikan.

e. Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus

bertindak dan juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

f. Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan

peserta pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta

bebas dari kecurangan pihak mana pun.

4. Tinjauan Umum tentang Kampanye dalam Pemilu

Kampanye Pemilu dilakukan dengan prinsip pembelajaran

bersama dan bertanggungjawab. Kampanye Pemilu dilaksanakan oleh

kampanye dan didukung oleh petugas kampanye serta diikuti oleh

peserta kampanye. Pelaksana kampanye terdiri atas Pengurus Partai

Politik, calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD

Kabupaten/Kota serta juru kampanye dan satgas. Peserta kampanye

adalah warga masyarakat pemilih, sedangkan yang dimaksud petugas

Page 32: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

20

kampanye adalah seluruh petugas yang memfasilitasi pelaksanaan

kampanye.30

Pelaksanaan kampanye harus didaftarkan pada KPU, KPU

provinsi, KPU Kabupaten/ Kota, PPK, PPS dan PPLN sesuai dengan

tingkatannya. Pendaftaran kampanye ini ditembuskan kepada Bawaslu,

Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/ Kota meliputi visi, misi Partai

Politik masing-masing.31

Metode kampanye yang dilaksanakan oleh peserta Pemilu adalah

dalam bentuk:

a. Pertemuan terbatas.

b. Tatap muka.

c. Penyiaran melalui media cetak dan media elektronik

d. Penyebaran bahan kampanye kepada umum.

e. Pemasangan alat peraga..

f. Rapat umum

g. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-

undangan.

Pelaksanaan kampanye dalam bentuk pertemuan terbatas, tatap

muka, penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, penyiaran

melalui radio dan telivisi, penyebaran bahan kampanye kepada umum,

dapat dilaksanakan sejak tiga hari kerja setelah peserta Pemilu

ditetapkan sebagai peserta Pemilu sampai dengan dimulainya masa

30

Ibid., hlm 199 31

Ibid., hlm 198-200.

Page 33: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

21

tenang. Sedangkan rapat umum, dilaksanakan selama 21 hari kerja

sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.32

Ketentuan ini antara lain bertujuan untuk mengatasi masalah

“mencuri start. Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan kampanye

secara Nasional, baik mengenai waktu, tata cara dan tempat kampanye

di pusat, diatur dengan peraturan KPU. Sedangkan ketentuan mengenai

waktu dan pelaksanaan kampanye di tingkat provinsi diatur dengan

keputusan KPU Provinsi dan mengenai waktu dan pelaksaan kampanye

di tingkat Kabupaten/ Kota, diatur dengan keputusan KPU Kabupaten/

Kota.33

D. Tinjauan Umum tentang Pilkada

1. Pengertian Pilkada

Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

(Pilkada) merupakan instrumen yang sangat penting dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan prinsip demokrasi

di daerah, karena disinilah wujud bahwa rakyat sebagai pemegang

kedaulatan menentukan kebijakan kenegaraan. Mengandung arti bahwa

kekuasaan tertinggi untuk mengatur pemerintahan Negara ada pada

rakyat. Melalui Pilkada, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi

pemimpin dan wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang

selanjutnya menentukan arah masa depan sebuah negara.34

32

Ibid., halaman 200. 33

Ibid., halaman 201. 34

Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah dan Mekanisme

Penyelesaiannya, Jurnal Konstitusi Vol II nomor 2, November 2010, halaman 44.

Page 34: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

22

Pemilihan Umum Kepala Daerah atau yang biasa disingkat

dengan Pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk

daerah setempat yang memenuhi syarat. Undang-Undang Dasar 1945

dalam BAB VIIIB tentang Pemilu, memang tidak pernah menyebut

mengenai pilkada. Pada Pasal 22E ayat (2) yang berbunyi “Pemilihan

Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan

Dewan Perwakilan Daerah”. Namun demikian, pengaturan pemilukada

seharusnya didasarkan atas pemahaman adanya sistematis antara Pasal-

Pasal Pilkada menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

tentang “Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 untuk memilih Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah.35

Undang-Undang Dasar 1945 dalam BAB VIIIB tentang Pemilu,

memang tidak pernah menyebut mengenai pemilukada. Pada Pasal 22E

ayat (2) yang berbunyi “Pemilihan Umum diselenggarakan untuk

memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Daerah”.

Namun demikian, pengaturan pilkada seharusnya didasarkan atas

pemahaman adanya sistematis antara Pasal-Pasal. dalam Undang-

35

Cakra Arbas, Jalan Terjal Calon Independen pada Pemilukada di Provinsi Aceh,

(Jakarta;Sofmedia, 2012), halaman 31.

Page 35: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

23

Undang Dasar 1945. Selain itu secara materil, pemilu memang tidak

berbeda dengan pilkada baik dari segi substansi maupun

penyelenggaraannya.36

Di sisi lain, karena Amandemen Pasal 18 Undang-Undang Dasar

1945 adalah amandemen 2 (kedua), sedangkan Pasal 22E Undang-

Undang Dasar 1945 merupakan amandemen 3 (ketiga), maka secara

hukum mempunyai makna bahwa pelaksanaan Pasal 18 ayat (4),

khususnya lembaga yang melakukan rekrutmen pasangan calon Kepala

Daerah harus merujuk pada Pasal 22E. Logika hukumnya, karena kalau

oleh pengubah Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 18 dianggap

bertentangan dengan Pasal 22E, maka dapat dipastikan dalam

amandemen 3 (ketiga) rumusan yang terdapat pada Pasal 18 akan

diubah dan disesuaikan dengan Pasal 22E, namun kenyataannya hal itu

tidak pernah terjadi sehingga sampai saat ini yang berlaku tetap

merupakan Pasal 18 hasil amandemen 2 (kedua) tersebut.37

Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

(Pilkada) merupakan instrumen yang sangat penting dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan prinsip demokrasi

di daerah, karena di sinilah wujud bahwa rakyat sebagai pemegang

kedaulatan menentukan kebijakan kenegaraan. Mengandung arti bahwa

kekuasaan tertinggi untuk mengatur pemerintahan Negara ada pada

rakyat. Melalui Pilkada, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi

36

Ibid 37

Suharizal, Pemilukada, Regulasi, Dinamika dan Konsep Mendatang, (Jakarta:PT.

RajaGrafindo Persada, 2011), halaman 28.

Page 36: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

24

pemimpin dan wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang

selanjutnya menentukan arah masa depan sebuah negara.38

Pilkada menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 56 ayat

(1) dinyatakan bahwa Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dipilih

dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis

berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pasangan calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah selanjutnya

disebut pasangan calon adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh

partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi

persyaratan.39

Secara normatif, berdasarkan ukuran-ukuran demokrasi,

pemilukada langsung menawarkan sejumlah manfaat dan sekaligus

harapan bagi pertumbuhan, pendalaman dan perluasan demokrasi lokal,

yaitu:40

1. Sistem demokrasi langsung melalui pemilukada langsung akan

membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi warga dalam

proses demokrasi dan menentukan kepemimpinan politik di

tingkat lokal dibandingkan sistem demokrasi perwakilan yang

lebih banyak meletakkan kuasa untuk menentukan rekruitmen

politik di tangan segelintir orang di DPRD (oligarkis).

38

Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah dan Mekanisme

Penyelesaiannya, Jurnal Konstitusi Vol II nomor 2, November 2010, halaman 44. 39

Ibid. 40

Ibid.

Page 37: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

25

2. Kompetensi politik pemilukada langsung memungkinkan

munculnya secara lebih lebar preferensi kandidat-kandidat

berkompetensi dalam ruang yang lebih terbuka dibandingkan

ketertutupan yang sering terjadi dalam demokrasi perwakilan.

Pilkada langsung bisa memberikan sejumlah harapan pada upaya

pembalikan “syndrome”dalam demokrasi perwakilan yang

ditandai dengan model kompetensi yang tidak fair, seperti;

praktik politik uang (money politic).

3. Sistem pemilihan langsung akan memberi peluang bagi warga

untuk mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa

harus direduksi oleh kepentingan-kepentingan elite politik seperti

yang kasat mata muncul dalam sistem demokrasi perwakilan.

Setidaknya, melalui konsep demokrasi langsung, warga di area

lokal akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh semacam

pendidikan politik, training kepemimpinan politik dan sekaligus

mempunyai posisi yang setara untuk terlibat dalam pengambilan

keputusan politik.

4. Pilkada langsung memperbesar harapan untuk mendapatkan figur

pemimpin yang aspiratif, kompeten dan legitimasi. Karena,

melalui pemilukada langsung, Kepala Daerah yang terpilih akan

lebih berorientasi pada warga dibandingkan pada segelintir elite

di DPRD. Dengan demikian, Pilkada mempunyai sejumlah

manfaat, berkaitan dengan peningkatan kualitas tanggung jawab

pemerintah daerah pada warganya yang pada akhirnya akan

mendekatkan Kepala Daerah dengan masyarakat.

5. Kepala Daerah yang terpilih melalui pemilukada langsung akan

memiliki legitimasi politik yang kuat sehingga akan terbangun

perimbangan kekuatan (check and balance) di daerah antara

Kepala Daerah dengan DPRD. Perimbangan kekuatan ini akan

meminimalisasi penyalahgunaan kekuasaan seperti yang muncul

dalam format politik yang monolitik.

Menelaah esensi dari pilkada merupakan pemilu, sehingga secara

prosedural dan substansial merupakan manifestasi dari prinsip

demokrasi dan penegakan kedaulatan, maka pilkada sebagaimana

pemilu lainnya berhak untuk mendapatkan pengaturan khusus, sehingga

dapat mencapai derajat akuntabilitas, serta kualitas demokrasinya dapat

terpenuhi dengan baik. Pilkada merupakan suatu instrumen penting bagi

Page 38: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

26

demokratisasi di level lokal atau daerah yang menjadi pilar bagi

demokratisasi di tingkat nasional.41

Proses pelaksanaan Pilkada diatur dalam Undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah khususnya pada pasal 65

dan 66, dimana dalam pasal 65 ayat (4)dikemukakan bahwa “masa

persiapan Pemilukada diatur oleh KPUD dengan berpedoman pada

Peraturan Daerah”. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

dilaksanakan melalui masa persiapan, dan tahap pelaksanaan.

Pelaksanaan dalam tahap tersebut meliputi beberapa tahapan, yakni:

a. Penetapan daftar pemilih

b. Pendaftaran dan Penetapan calon kepala daerah/wakil kepala

daerah

c. Kampanye

d. Pemungutan suara

e. Penghitungan suara

f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah

terpilih, pengesahan, dan pelantikan.

2. Tujuan dan Fungsi Pilkada

Salah satu wujud dan mekanisme demokrasi di daerah adalah

pelaksanaan pemilihan umum Kepala Daerah (pilkada) secara langsung.

Pilkada merupakan sarana manifestasi kedaulatan dan pengukuhan

bahwa pemilih adalah masyarakat di daerah. Pilkada juga memiliki tiga

fungsi penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu:42

41

Ibid. 42

Ibid.

Page 39: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

27

1) Memilih Kepala Daerah sesuai dengan kehendak bersama

masyarakat di daerah sehingga diharapkan dapat memahami dan

mewujudkan kehendak masyarakat di daerah.

2) Melalui pilkada diharapkan pilihan masyarakat di daerah

didasarkan pada misi, visi, program serta kualitas dan integritas

calon Kepala Daerah, yang sangat menentukan keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

3) Pilkada merupakan sarana pertanggungjawaban sekaligus sarana

evaluasi dan control secara politik terhadap seorang Kepala

Daerah dan kekuatan politik yang menopang

Melalui pilkada masyarakat di daerah dapat memutuskan apakah

akan memperpanjang atau menghentikan mandat seorang Kepala

Daerah, selain itu juga organisasi politik penopang masih dapat

dipercaya atau tidak. Oleh karena itu, sebagai bagian dari pemilu,

pilkada harus dilaksanakan secara demokratis sehingga betul-betul

dapat memenuhi peran dan fungsi tersebut. Pelanggaran dan kelemahan

yang dapat menyesatkan esensi demokrasi dalam pemilukada harus

diperbaiki dan dicegah.

Sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam pembukaan dan

Pasal 1 UUD 1945, Indonesia menganut asas kedaulatan rakyat, yang

dimaksudkan di sini adalah kedaulatan yang dipunyai oleh rakyat itu

antara lain tercermin dilaksanakan pemilihan umum dalam waktu

tertentu. Karenanya pemilihan umum adalah dalam rangka untuk

Page 40: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

28

memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk melaksanakan

haknya, dengan tujuan:

1) Untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menjalankan

kedaulatan yang dimilikinya.

2) Terbuka kemungkinan baginya untuk duduk dalam jabatan

pemerintahan sebagai wakil yang dipercayakan oleh pemilihnya.

Sistem Pemilu merupakan salah satu keputusan kelembagaan

yang penting bagi negara-negara yang berupaya untuk menegakkan

keberadaban dan kualitas sistem politik. Karena sistem Pemilu akan

menghasilkan logika-logika politik atas tata laksana administrasi,

berjalannya birokrasi, hingga tumbuh dan berkembangnya masyarakat

sipil (civil society) di dalam sistem itu selanjutnya. Oleh karena itu,

Pemilu menjadi sarana yang efektif untuk menentukan kepemimpinan

nasional yang melibatkan seluruh warga negara.43

Pengambilan keputusan oleh rakyat yang berdaulat tidak langsung

dilakukan lembaga perwakilan rakyat. Sistem perwakilan merupakan

cara untuk mewujudkan kedaulatan rakyat secara tidak langsung.

Dengan demikian, kepentingan rakyat diharap dapat didengarkan dan

turut menentukan proses penentuan kebijakan kenegaraan, baik yang

dituangkan dalam bentuk Undang-Undang maupun dalam bentuk

pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dan upaya-upaya lain yang

berkaitan dengan kepentingan rakyat.44

43

Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia Perspektif Konstitusional (Yogyakarta : Total

Media 2009), halaman 89. 44

Ibid.

Page 41: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai

upaya untuk memahami dan memecahkan masalah menggunakan langkah-

langkah yang sistematis dan logis. Permasalahan utama dalam penelitian ini

adalah masalah Penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran pelaksanaan pilkada

Kabupaten Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7

tahun 2017 tentang pemilu. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan terhadap

masalah ini tidak dapat terlepas dari pendekatan yang berorientasi pada kebijakan

pemerintah peraturanya mengenai sengketa terhadap pelanggaran pelaksanaan

pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua. Metode Penelitian merupakan salah

satu faktor utama dalam melakukan suatu penelitian menggunakan metode

penelitian yang digunakan sebagaimana penulisan karya ilmiah harus bertitik

tolak pada suatu realitas yang ada, selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan

dengan dasar peraturan yang ada agar mencapai suatu pembahasan yang konkret.

Menurut Soerjono Soekanto45

, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan

ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang

bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan

jalan menganalisisnya. Disamping itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam

terhadap faktor hukum tersebut. Untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan

atas permasalahan-permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.

45

Zaenudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: P.T.Sinar Grafika,2010), halaman 17.

Page 42: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

30

Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan

mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja kita

untuk memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang

bersangkutan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang Penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran

pelaksanaan pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari

Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu menggunakan

pendekatan yang bersifat yuridis normatif, yaitu dengan

mengkaji/menganalisis data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum

terutama bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dengan

memahami hukum sebagai seperangkat peraturan atau norma-norma positif

di dalam sistem perundang-undangan yang mengatur mengenai kehidupan

manusia. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis,

yaitu penelitian yang mendeskriptifkan secara terperinci hasil analisis

mengenai asas-asas hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi vertikal

dan horizontal, perbandingan hukum dan inventarisasi hukum positif. Suatu

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Diharapkan

dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, rinci dan

Page 43: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

31

sistematis yang mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan

perundang-undangan dengan menggambarkan pokok-pokok permasalahan

yang menjadi objek penelitian ini yaitu Penyelesaian sengketa terhadap

pelanggaran pelaksanaan pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua ditinjau

dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian

pada dasarnya tergantung pada ruang lingkup dan tujuan penelitian.

Berdasarkan ruang lingkup, tujuan dan pendekatan dalam penelitian ini,

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

dokumenter dari data sekunder yang telah dianalisis. Penelitian hukum yang

bersifat normatif selalu menitikberatkan pada sumber data sekunder. Data

sekunder pada penelitian dapat dibedakan menjadi bahan-bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder.

Dalam penelitian ini, bersumber dari data sekunder sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang- Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilu.

b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang berhubungan

dengan bahanhukum primer dan menjadi bahan analisis dan

memahami bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder ini terdiri

dari buku-buku teks yang memuat tulisan dan pendapat para

sarjana/ahli, hasil penelitian, hasil seminar, jurnal yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

Page 44: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

32

D. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, dalam penelitian ini akan digunakan teknik

analitis kualitatif yaitu analisis data yang sifatanya nonstatistik dan

nonmatematis dan mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam

peraturan perundangan. Selanjutnya, data yang diperoleh kemudian

dianalisis dengan menggunakan asas-asas hukum, teori dan peraturan

perundangan yang relevan dengan kajian objek penelitian ini, kemudian

disusun menjadi bentuk laporan penelitian sehingga dapat disimpulkan

kebenaran dan mampu memberikan gambaran faktual terkait objek

penelitian ini yaitu, Penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran

pelaksanaan pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua ditinjau dari

Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu.

Page 45: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Pelanggaran Dalam Pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua

Ditinjau Dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang

Pemilu.

Pemilu diselenggarakan oleh negara, namun secara spesifik kemudian

didelegasikan kepada institusi tertentu. Penyelenggaraan Pemilu di

Indonesia pernah dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) dan

Lembaga Pemilihan Umum (LPU). Kemudian berdasarkan perubahan UUD

1945, Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Dalam kedudukannya sebagai lembaga

(organ), penafsiran organ UUD 1945 terkelompok ke dalam dua bagian,

yaitu main state organ (lembaga negara utama), dan auxiliary state organ

(lembaga penunjang atau lembaga bantu). Komisi Pemilihan Umum

merupakan organ konstitusi yang masuk dalam auxiliary state organ. Ketika

penyelenggaraan pemilu dilaksanakan oleh sebuah lembaga negara, maka

kegiatan penyelenggaraan Pemilu oleh komisi pemilihan umum tersebut

mengandung kegiatan atau tindakan administrasi negara. Terkait dengan

masalah administrasi negara, di dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas

penyelenggaraan Pemilu, terdapat pengaturan mengenai pelanggaran

administrasi dan sengketa tata usaha negara.46

46

HAS Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia (Jakarta: Tatanusa,

2008), halaman 213.

Page 46: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

34

Kegiatan penyelenggaraan Pemilu di Negara Indonesia sendiri diatur

dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu Pasal 286

sebagai berikut :

Pasal 286

(1) Pasangan Calo, calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota, pelasana kampanye, dan/atau tim kampanye

dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi

lainnya untuk memengaruhi Penyelenggara Pemilu dan/atau

Pemilih.

(2) Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD Provisi,

dan DPRD Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan pelanggaran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan rekomendasi

Bawaslu dapat dikenai sanksi administratif pembatalan sebagai

Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,

dan DPRD Kabupaten/Kota oleh KPU.

(3) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan

pelangaran yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif.

(4) Pemberian sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak menggugurkan sanksi pidana.

Permasalahan mengenai pelanggaran administrasi dan sengketa tata

usaha negara Pemilu, telah terjadi berulang kali dari setiap Pemilu. Dalam

pemilu sebelumnya, permasalahan yang terjadi hampir serupa, yaitu

masalah verifikasi, daftar pemilih, kampanye, dan rekapitulasi. Penanganan

permasalahan tersebut juga masih berkisar pada perbedaan pendapat antara

pelaksana Pemilu (KPU) dan pengawas (Bawaslu), hubungan dengan

penegak hukum lainnya, serta permasalahan keterbatasan waktu.47

Demokratisasi di Indonesia kemudian diperkuat dengan adanya

pemilihan kepala daerah secara langsung atau yang lebih dikenal

dengan Pilkada mulai tahun 2005 dan geliat Pilkada akhir-akhir ini

semakin dinamis. Pilkada merupakan institusi demokrasi lokal yang

47

Ibid.

Page 47: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

35

penting karena dengan Pilkada, kepala daerah yang akan memimpin

daerah dalam mencapai tujuan desentralisasi akan terpilih melalui

tangan-tangan masyarakat lokal secara langsung.48

Dalam suatu negara demokrasi, peranan lembaga penyelenggara

pemilu merupakan salah satu persyaratan penting untuk mencapai

pemilu yang demokratis. Selain itu, diperlukan regulasi tentang

lembaga penyelenggara pemilu yang jelas agar terdapat kepastian

hukum dalam hubungan checks and balances antar lembaga penyelenggara

pemilu itu sendiri. Namun, hubungan yang seimbang antar lembaga

penyelenggara pemilu itu sendiri tidak akan berfungsi dengan baik

apabila terdapat ketidakjelasan pengaturan mengenai lembaga

penyelenggara pemilu itu sendiri.49

Dalam pelaksanaan Pilkada serentak di Indonesia ada tiga jenis

pelanggaran menurut undang-undang, namun dari segi materinya, terdapat

enam macam, yakni:50

1. Pelanggaran pidana pemilu (tindak pidana pemilu).

2. Sengketa dalam tahapan/proses pemilu, pelanggaran administrasi

pemilu, pelanggaran kode etik.

3. Perselisihan hasil pemilu dan sengketa hukum lainnya.

Salah satu prasyarat negara demokrasi, alangkah baiknya jika

pengadilan khusus pilkada serentak merupakan bagian terpenting dalam

mengawal proses demokrasi. Karena peradilan khusus pemilu

48

Ibid. 49

Lusy Liany,Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilihan

Umum,Jurnal Cita Hukum,Volume 4, Nomor 1Juni 2016, halaman 52. 50

Ibid.

Page 48: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

36

merupakan sebuah ius constituendum (cita hukum) yang tujuannya untuk

memproteksi hak konstitutional warga negara dan peserta pemilihan

umum, untuk memberikan ruang hukum kepada pihak-pihak yang

dirugikan dalam penyelenggaraan Pilkada serentak untuk mendapatkan

kepastian hukum dalam kehidupan negara demokrasi, sekaligus sebaga

upaya untuk mempercepat penyelesaian sengketa atau kasus-kasus

selama proses pemilihan umum berlangsung.51

Para ahli ilmu politik meyakini pemilu memiliki beberapa

fungsi:

a. Pertama, sebagai mekanisme pemilihan penyelenggara Negara.

b. Kedua Pemilu memiliki fungsi sebagai mekanisme pendelegasian

sebagian kedaulatan rakyat kepada peserta pemilu (calon anggota

legislatif maupun calon pejabat eksekutif).

c. Ketiga, pemilu sebagai mekanisme yang mampu menjamin

adanya perubahan politik (sirkulasi elit dan perubahan pola dan

arah kebijakan publik) secara periodik.

d. Keempat, pemilu sebagai sarana penyelesaian konflik dengan cara

memindahkan berbagai macam perbedaan dan pertentangan

kepentingan yang ada di masyarakat ke dalam lembaga legislatif dan

eksekutif untuk dimusyawarahkan, diperdebatkan, dan diselesaikan

secara terbuka dan beradab.52

Dalam penelitian ini kita akan membahas mengenai jenis pelanggaran

dalam pilkada Kabupaten Deiyai ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7

51

Ibid 52

Ramlan Surbakti, Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pengawasan Pemilu (Jakarta:Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2015), halaman 7.

Page 49: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

37

tahun 2017. Proses panjang pelaksanaan Pilkada Kabupaten Deiyai 2018,

akhirnya tiba pada Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 75/PHP BUB-

XVI/2018.

Pelaksanaan PSU telah dilaksanakan sesuai putusan Mahkamah

Konstitusi nomor 35/PHP.BUP-XVI/2018 digelar secara aman, lancar dan

kondusif, dengan supervisi KPU dan Bawaslu dari pusat hingga daerah, dan

pengamanan ketat dari Kepolisian dan TNI. Hingga saat ini masyarakat

tetap menahan diri menjaga keamanan, sekalipun jadwal putusan MK belum

dikeluarkan. Namun kami tidak bisa menahan pendukung kami, jika putusan

sengketa pilkada tersebut, mencederai aspirasi rakyat. Sebelumnya,

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Deiyai, Propinsi Papua

tak kunjung usai. Setelah sebelumnya dalam pilkada serentak pada 27 Juni

2018, dimenangkan calon bupati dan wakil bupati yang maju dari jalur

independen, Ateng Edowai - Hengky Pigai, muncul gugatan sengketa

pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh paslon nomor urut 4, Inarius

Douw -Anakletus Doo dan paslon nomor urut 3, Dance Takimai -Robert

Dawapa. Dalam sidang sengketa pilkada, Rabu (12/9), Mahkamah

Konstitusi (MK) memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Kabupaten Deiyai Provinsi Papua, untuk melakukan pemungutan suara

ulang di 12 TPS.

Pemungutan suara ulang pun dilakukan pada 16 Oktober 2018,

hasilnya pun tidak jauh berbeda, calon Independen nomor urut 1, Ateng

Edowai -Hengki Pigai meraih suara 19.300 suara, Keni Ikomou-Abraham

Tekege meraih 7.552, Dance Takimai – Robert Dawapa 15.230 dan Inarius

Page 50: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

38

Douw – Anaklektus Doo 18.916 suara. Meskipun 2 paslon nomor urut 2

dan 3 menerima, namun hasil ini juga tidak membuat pasangan calon bupati

dan wakil bupati nomor urut 4 Inarius Douw – Anaklektus, puas. Gugatan

sengketa kembali dilayangkan ke MK. Sidang sengketa Pilkada yang digelar

kedua kalinya dilakukan pada 1 November 2018. 53

Putusan MK untuk perkara ini terkait dengan hasil pemungutan suara

ulang atau PSU di beberapa wilayah Kabupaten Deiyai yang kembali

diperkarakan pasangan Inarius-Anakletus. Pasangan Inarius-Anakletus,

melalui kuasa hukumnya M Salman Darwis berpendapat telah terjadi

pelanggaran dan kecurangan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Deiyai

bersama-sama dengan paslon nomor urut 1 dalam Pilkada Kabupaten

Deiyai, Ateng Edowai - Hengky Pigai.

Inarius - Anakletus menduga KPU tidak bersikap independen karena

berpihak pada paslon nomor urut 1, karena KPU diduga memanipulasi hasil

kesepakatan masyarakat Kampung Komauto, Distrik Kapiraya, yang

memberikan 1.208 suara kepada paslon nomor urut 1. Selain itu, KPU

beserta paslon nomor urut 1 diduga menggunakan kekerasan dan intimidasi

kepada masyarakat Kampung Diyai 1, untuk melakukan manipulasi hasil

kesepakatan masyarakat Kampung Diyai I, Distrik Tigi Barat memberikan

2.000 suara kepada Paslon Nomor Urut 1.

Berdasarkan hasil tersebut, Salman mengatakan pihak pemohon

seharusnya ditetapkan sebagai pemenang dalam Pilbup Kabupaten Deiyai

Tahun 2018 dengan akumulasi perolehan 17.346 suara ditambah 3.273

53

Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 75/PHP.BUP-XVI/2018.

Page 51: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

39

menjadi 20.619 suara. Karena itu, Inarius - Anakletus meminta mahkamah

untuk membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Deiyai Nomor:

30/HK.03.1-Kpt/9128/KPU-Kab/X/2018 tentang Penghitungan Suara dari

Setiap Distrik di Tingkat Kabupaten dalam Pilbup Kabupaten Deiyai,

mendiskualifikasi Paslon Nomor Urut 1 karena melakukan pelanggaran

terstruktur, sistematis, dan masif.

Dimana dalam pemungutan suara ulang yang diputus Mahkamah

Konstitusi dalam Putusan Mahkamah konstitusi Nomor 35/PHP.BUP-XIV-

2018 dinyatakan bahwa terdapat beberapa pelanggaran, yaitu:

1. Termohon tidak bersikap independen dengan berpihak kepada

pasangan calon nomor urut 1; Ateng Edowai-Hengky-Pigai.

2. KPU Kabupaten Deiyai melakukan pemberhentian antar waktu

terhadap penyelenggara pemilihan ditingkat kampung.

3. Termohon memanipulasi hasil kesepakatan kampung komaoto distrik

kapiraya yang memberikan suara sebanyak 1208 suara kepada

pemohon.

4. Dengan menggunakan kekerasan dan intimidasi termohon beserta

pasangan calon nomor urut1; Ateng Edowai-Hengky-Pigai

memanipulasi kesepakatan masyarakat kampung deiyai 1, distrik tigi

barat yang memberikan suara sebanyak 2000 suara kepada pemohon.

Selain itu, pemohon juga meminta Mahkamah untuk menetapkan

perolehan suara hasil Pilkada Kabupaten Deiyai Tahun 2018 yang benar

menurut pemohon, yaitu Ateng Edowai dan Hengky Pigai (paslon nomor

urut 1) memperoleh 17.605 suara, Keni Ikamou dan Abraham Tekege

Page 52: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

40

(Paslon Nomor Urut 2) memperoleh 7.548 suara, Dance Takimai dan Robert

Dawapa (paslon nomor urut 3) memeroleh 15.226 suara, dan pemohon

memperoleh 20.619 suara.

Menurut Peneliti, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1)

Undang Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, serta juga Pasal 12

ayat (1) huruf d Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah

memeriksa, mengadili dan memutus perselisihan tentang Pemilihan Umum

Mahkamah juga pernah memutus terkait perkara sengketa PHPUD, dengan

pertimbangan hukum bahwa dalam mengawal konstitusi Mahkamah tidak

dapat membiarkan dirinya oleh keadilan prosedural semata-mata, melainkan

juga keadilan substansial Bahwa perkara yang diajukan oleh Pemohon ini

nadalah perkara mengenai Sengketa Hasil Pemilihan Umum Kepada Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Tingkat Kabupaten Deiyai tahun 2018 beserta

segala pelanggaran hukum terhadap asas-asaas Pemilihan Umum yang

langsung, jujur, adil, bebas dan rahasia sesuai dengan Pasal 2 Undang-

Undang RI Nomor 7 tahun 201754

Terkait dengan itu, pihaknya sudah mengajukan gugatan ke

Mahkamah Knstitusi (MK) yang saat ini sedang dalam proses. Karena itu ia

meminta agar proses pemilukada Putaran II distop sebelum ada jawaban dari

MK. Selanjutnya meminta kepada KPU Provinsi Papua segera

menikdaklanjuti Surat Panwas Pusat membentuk Dewan Kehormatan KPU

54

Ramlan Surbakti, Perekayasaan Sistem Pemilihan Umum (Jakarta: Kemitraan,2008),

halaman 23.

Page 53: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

41

Papua untuk memeriksa dugaan pelanggaran hukum dan kode etik, lalu

memberikan klarifikasi kepada semua pihak. Selanjutnya melakukan PAW

kepada Ketua dan anggota KPU Deyiai. Sehingga pemilukada ulang bisa

dimulai dari tahap verifikasi. Sebab jika Pilkada putaran II dipaksakan akan

menjadi preseden buruk. “Sama saja kita meletakkan dasar yang buruk

untuk Pilkada ke Deiyai, yang akan berdampak pada kelangsungan

pembangunan ke depan di Kabupaten Deyiai. Sebaliknya, jika ini dimulai

dari awal (diulang) dengan cara yang benar berarti pemerintah meletakkan

pondasi yang benar, dengan demikian apa yang dicita-citakan rakyat yaitu

kehidupan yang sejahtera dapat tercapai.55

Jika proses Pilkada ini dilakukan secara benar, maka siapun yang

terpilih nantinya harus didukung semua pihak, sebab itulah yang terbaik

dari semua kandidat. Hal ini juga bisa membuktikan bahwa Intelektual

Deiyai bisa melaksanakan Pilkada yang benar sama dan sejajar dengan

daerah lainnya di Indonesia. Karena itu, untuk menjamin kepastian hukum

kedepan, Pilkada Deiyai harus dilaksanakan lembaga penyelenggara KPU

yang bersih, menjalankan pesta demokrasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sehingga produk yang terpilih merupakan putra-

putra terbaik Deiyai yang didukung masyarakat Kabupaten Deiyai di atas

pemilihan yang adil dan bermartabat.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap event Pilkada turut serta

berimplikasi kepada beragam tindak pelanggaran pemilu, kekisruhan dalam

pelaksanannya, serta juga menimbulkan kondisi yang tidak aman bagi

55

Ibid.

Page 54: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

42

masyarakat. Hal ini merupakan kerawanan yang kerap kali muncul dan

terjadi dari setiap momen-momen politik seperti ini. Namun kita tidak dapat

alergi terhadap hal-hal yang semacam ini, karena bagaimanapun inilah

tantangan besar yang mau tak mau akan dihadapi oleh suatu negara dalam

membangun demokrasi yang baik.56

KPU mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan Pemilu

berdasarkan ketentuan Pasal 22E UUD 1945 ayat (5) yang menyebutkan:

“Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri”. Dengan demikian, KPU merupakan

sebuah alat perlengkapan negara atau institusi yang melaksanakan kegiatan

pemerintahan, dalam hal ini adalah menyelenggarakan Pemilihan Umum.

Untuk menyelenggarakan Pemilu, KPU memiliki wewenang menerbitkan

peraturan dan keputusan dalam lingkup tahapan penyelenggaraan pemilihan

umum, yaitu tahap sebelum pemungutan suara (pre-electoral period), tahap

saat pemungutan suara (electoral period) dan tahap setelah berlangsungnya

pemungutan suara (post-electoral period).57

Pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik (general

principle of good administration). Keputusan penyelenggaraan pemilihan

umum termasuk administratievebeschikking dan merupakan perbuatan

hukum publik bersegi satu (eenzijdige publikrechtelijke handeling).Namun

demikian, keputusan KPU dapat dibedakan menjadi keputusan hasil

pemilihan umum (the election result decision) dan keputusan bukan hasil

56

Ibid. 57

Ibid.

Page 55: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

43

pemilihan umum (the election unresult decision). Hal ini terkait dengan

kewenangan lembaga yang menangani sengketanya. Keputusan hasil

pemilihan umum (the election result dispute) menjadi wewenang

Mahkamah Konstitusi, sedangkan sengketa keputusan bukan hasil

pemilihan umum (the election unresult dispute) menjadi wewenang

Peradilan Tata Usaha Negara dan Mahkamah Agung.58

Selanjutnya pengertian pelanggaran administrasi Pemilu adalah

pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang

berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan

penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode

etik penyelenggara Pemilu. Dengan demikian dari seluruh tahapan tersebut,

ketika ada tata cara, prosedur, atau mekanisme yang dilanggar, dapat disebut

dengan pelanggaran administrasi Pemilu.59

Sengketa tata usaha negara Pemilu merupakan sengketa yang timbul

antara: KPU dan Partai Politik calon Peserta Pemilu yang tidak lolos

verifikasi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan

Partai Politik Peserta Pemilu. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/

Kota dengan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/ kota yang dicoret dari daftar calon tetap.60

58

Ibid. 59

Nasir, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Jakarta: Djambatan, 2003), halaman

7. 60

Ibid.

Page 56: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

44

B. Proses Penyelesaian Pelanggaran Pilkada Kabupaten Deiyai Ditinjau

Dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilu.

Sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan

daftar calon tetap Kewenangan untuk menyelesaikan sengketa Pemilu

berada pada Bawaslu yang dapat mendelegasikannya kepada Bawaslu

Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas

Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. Bawaslu memeriksa

dan memutus sengketa Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak

diterimanya laporan atau temuan. Penyelesaian sengketa Pemilu oleh

Bawaslu dilakukan melalui tahapan:61

1. Menerima dan mengkaji laporan atau temuan.

2. Mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa untuk mencapai

kesepakatan melalui musyawarah dan mufakat

Dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang bersengketa

Bawaslu memberikan alternatif penyelesaian kepada pihak yang

bersengketa. Keputusan Bawaslu mengenai penyelesaian sengketa Pemilu

merupakan keputusan terakhir dan mengikat, kecuali keputusan terhadap

sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta

Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan

DPRD kabupaten/kota. Sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi

Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD,

DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota diselesaikan terlebih dahulu di

Bawaslu. Dalam hal sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi

61

Ramlan Surbakti, Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pengawasan Pemilu,Op.Cit.

Page 57: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

45

Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD dan

DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota tidak dapat diselesaikan, para

pihak yang merasa kepentingannya dirugikan oleh keputusan KPU dapat

mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan tinggi tata usaha negara.

Seluruh proses pengambilan keputusan Bawaslu wajib dilakukan melalui

proses yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan lebih

lanjut mengenai tata cara penyelesaian sengketa Pemilu diatur dalam

Peraturan Bawaslu.62

Penyelesaian sengketa proses pemilu merupakan amanat Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang diemban

Bawaslu dalam menegakkan keadilan pemilu. Putusan yang ditetapkan

harus sesuai dengan amanat undang-undang demi tegaknya keadilan pemilu

itu sendiri.Sengketa di Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota

dapat diselesaikan melalui Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN)

sesuai dengan ketentuan undang-undang. Ada dua implikasi penting dalam

konteks ini terkait dengan mekanisme penyelesaian sengketa pemilu.

Pertama, Bawaslu RI tidak bisa campur tangan langsung dalam penyelesain

sengketa yang ditangani jajaran dibawahnya, sehingga Bawaslu RI harus

menempuh mekanisme tidak langsung dalam melakukan pembinaan pada

jajaran dibawahnya seperti melalui penerbitan Peraturan Bawaslu No 8

tahun 2015 tentang Penyelesaian Sengketa Pemilihan, atau melalui

penguatan kapasitas melalui pelatihan dan bimbingan teknis. Bawaslu juga

dapat melakukan pembinaan dengan menggunakan mekanisme

62

Ibid.

Page 58: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

46

mengirimkan tim ahli untuk mem-backup jajarannya dalam menyelesaikan

sengketa pemilihan. Kedua, kapasitas dan kapabilitas ketua dan anggota

Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota akan sangat menentukan

kualitas penyelesaian sengketa pemilu, padahal tidak semua anggota

bawaslu provinsi dan panwaslu Kabupaten/kota memiliki pengalaman

dalam penyelesaian sengketa pemilu. Penyelesaian sengketa pemilu tidak

hanya membutuhkan pengetahuan yang memadai tapi juga skill yang cukup

untuk bernegosiasi dan mengelola kepentingan-kepentingan yang saling

bertentangan.63

Kedudukan Hukum Bahwa karena Pemohon adalah sebagai Pasangan

Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilukada

Kabupaten Deiyai Tahun 2018 yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Deiyai sebagai salah satu pasangan calon peserta dalam

Pemilukada Kabupaten Deiyai Tahun 2018 dan para Pemohon merasa

kepentingannya dirugikan, maka sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a

Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Kepala Daerah, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) dan

sah-sah saja Pemohon mengajukan permohonan keberatan kepada

Mahkamah Konstitusi. Untuk itu terhadap dalil Pemohon yang terkait

dengan kedudukan hukum (legal standing) tidak perlu Pihak Terkait jawab

atau tanggapi, dan Pihak Terkait menyerahkan kepada Majelis Hakim

Mahkamah Konstitusi untuk menilai -apakah Pemohon memiliki kedudukan

63

Ibid.

Page 59: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

47

hukum (legal standing) atau tidak dalam perkara ini. Tenggang Waktu

Pengajuan Permohonan Terkait dengan tenggang waktu mengajukan

permohonan keberatan ke Mahkamah Konstitusi telah diatur secara tegas

dan jelas dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), Peraturan

Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara

Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Terhadap

apakah Pemohon dalam mengajukan permohonanya telah sesuai dengan

ketentuan hukum yang ada atau tidak, dan atau telah sesuai dengan tenggang

waktu pengajuan permohonan atau tidak. Dalam hal ini Pihak terkait

mempercayakan sepenuhnya kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi,

untuk menilainya. Pihak Terkait yakin bahwa Mahkamah Konstitusi akan

menerapkan hukum secara konsisten dalam pelaksanaannya, dalam

pengertian jika permohonan keberatan yang diajukan oleh Pemohon telah

lewat waktu atau telah melampaui tenggang waktu yang diberikan oleh

Undang-Undang, maka dengan sendirinya Mahkamah Konstitusi akan

secara konsisten menolaknya.64

a. Dalam Objek Permohonan Dalam Eksepsi: Permohonan Permohon

tidak jelas atau bersifat kabur (obscuur libel).

b. Bahwa substansi permohonan Pemohon tidak termasuk objek

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah karena keberatan

yang diajukan tidak mengamanatkan ketentuan Pasal 106 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, ketentuan Pasal 74 dan Pasal

75 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, dan ketentuan Pasal 4

64

Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PHPU.D-X/2012.

Page 60: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

48

ayat (2) dan Pasal 6 ayat (2) PMK Nomor 15 Tahun 2008, yang pada

pokoknya menentukan objek sengketa dalam Pilkada di Mahkamah

Konstitusi adalah hanya keberatan berkenaan dengan hasil

penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon",

oleh karena itu sudah sepantasnyalah keberatan dari Pemohon ini

untuk ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima karena

permohonan Pemohon sangat ilusi dan kabur (obscuur libel) bahkan

cenderung dipaksakan untuk dijadikan dasar diajukannya permohonan

keberatan ini oleh Pemohon (vide Bukti PT-1).

c. Bahwa Pihak terkait memandang objek keberatan Pemohon kabur dan

tidak jelas karena Pemohon sama sekali tidak mempersoalkan hasil

penetapan perhitungan suara, namun hanya mempermasalahkan

proses distribusi administrasi Pemilukada di Kabupaten Deiyai.

Bahwa karena tidak jelasnya objek keberatan Pemohon, sudah

sepatutnyalah Majelis Mahkamah Konstitusi yang mulia untuk

menyatakan tidak diterimanya permohonan Pemohon a quo Dalam

Pokok Permohonan .

d. Bahwa Pihak Terkait menolak seluruh dalil-dalil Pemohon yang

dikemukakan pada permohonannya kecuali yang diakui secara tegas

oleh Pihak Terkait di dalam tanggapan ini.

e. Bahwa Pihak terkait menyatakan bahwa Termohon telah

melaksanakan tahapan Pemilukada Kabupaten Deiyai dengan

konsisten dalam menjalankan semua tahapan dari mulainya

Page 61: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

49

pendaftaran sampai dengan pelaksanaan rekapitulasi penghitungan

suara ditingkat TPS sampai dengan Tingkat Kabupaten.

f. Bahwa dengan mengendepankan asas Pemilu yang Jurdil, Termohon

telah mengumumkan hasil perolehan suara untuk masing-masing.

g. Bahwa dengan hasil perolehan suara maka Pihak Terkait berhak untuk

lolos ke puturan kedua dengan total suara yang diraih.

h. Bahwa Pemohon memposisikan dirinya sebagai dukun Pilkada yang

dapat menerawang tanpa ada fakta dan bukti yang akurat.

i. Bahwa hilangnya suara Pemohon itu ditingkat mana dan dilakukan

dengan cara apa dan oleh siapa, serta dialihkan kepada siapa tidak

disebutkan dengan detail.65

65

Putusan di Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PHPU.D-X/2012.

Page 62: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

50

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

a. Jenis Pelanggaran Dalam Pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi Papua

ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilu

adalah pelanggaran yang berhubungan dengan Sengketa Pilkada Hasil

Pemilihan Umum Kepada Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tingkat

Kabupaten Deiyai tahun 2018. Rekapitulasi dilakukan tidak pada

blangko rekapitulasi, hasil penghitungan suara tidak ditanda tangani

oleh saksi- saksi pasangan calon, serta tidak dapat mengajukan

keberatan secara resmi pada blangko keberatan maka didalam suasana

yang penuh teror, intimidasi, money politic, keberpihakan pelaksana

Pilkada pada pasangan kandidat tertentu. Sehingga perkara yang

diajukan oleh Pemohon ini adalah perkara mengenai Sengketa Hasil

Pemilihan Umum Kepada Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tingkat

Kabupaten Deiyai tahun 2018 telah terjadi pelanggaran hukum terhadap

asas-asas Pemilihan Umum yang langsung, jujur, adil, bebas dan

rahasia sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017.

b. Proses Penyelesaian Pelanggaran Pilkada Kabupaten Deiyai Provinsi

Papua ditinjau dari Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2017 Tentang

Pemilu adalah dengan mengajukan permohonan ke Mahkamah

Konstitusi. Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) dan

sah-sah saja Pemohon mengajukan permohonan keberatan kepada

Mahkamah Konstitusi. Untuk itu terhadap dalil Pemohon yang terkait

Page 63: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

51

dengan kedudukan hukum (legal standing) tidak perlu Pihak Terkait

jawab atau tanggapi, dan Pihak Terkait menyerahkan kepada Majelis

Hakim Mahkamah Konstitusi untuk menilai -apakah Pemohon memiliki

kedudukan hukum (legal standing) atau tidak dalam perkara ini.

B. Saran

a. Pengaturan mengenai penyelenggara pilkada hendaknya dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh, baik oleh peserta pemilukada maupun

penyelenggara pemilukada.

b. Penyelenggara pilkada harus lebih mengerti, memahami tugas pokok,

fungsi dan tanggung jawab dalam mengemban tugasnya dalam

terselenggaranya pilkada yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur

dan adil agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Page 64: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

52

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

Ali Zaenudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: P.T.Sinar Grafika, 2010.

Abdullah Rozali. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitam (Pemilu

Legislatif). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009.

Arbas Cakra. Jalan Terjal Calon Independen pada Pemilukada di Provinsi

Aceh. Jakarta; Sofmedia, 2012.

Asshiddiqie Jimly. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Reformasi. Jakarta: BIP, 2008.

Faudi, Munir. Perbuatan Melawan Hukum. Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti, 2002.

HAW Widjaja. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Rajawali

Pers, 2014.

J. Prihatmoko Joko. Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Filosofi, Sistem

dan Problema Penerapan di Indonesia). Semarang: Pustaka Pelajar,

2005.

Muhammad Al-Iman Abu Nashr. Membongkar Dosa-dosa Pemilu. Jakarta,

Prisma Media, 2004.

Nasir. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Djambatan.

2003.

Natabaya, HAS. Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Jakarta:

Tatanusa. 2008.

Projodikoro, Wirjono. Perbuatan Melanggar Hukum. Bandung :Sumur,

2004.

Soekanto, Soerjono. Mengenal Sosiologi Hukum. Bandung : Alumni, 2006.

Suharizal. Pemilukada, Regulasi, Dinamika dan Konsep Mendatang.

Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2011.

Surbakti, Ramlan. Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat

Dalam Pengawasan Pemilu. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan

Tata Pemerintahan, 2015.

Thaib Dahlan. Ketatanegaraan Indonesia Perspektif Konstitusional.

Yogyakarta: Total Media 2009.

Page 65: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …

53

Van Kan. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT Pembangunan Ghalia

Indonesia, 2002.

Zulkarnain, Sirajuddin . Komisi Yudisial dan Eksaminasi publik. Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2006.

b. Perundang-undangan

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Jakarta, 2002.

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 tentang Hak

Asasi Manusia. Jakarta, 1999.

c. Jurnal

Lusy Liany, Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilihan

Umum, Jurnal Cita Hukum,Volume 4, Nomor 1Juni 2016, halaman

52.

Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah

(Pemilukada) dan Mekanisme Penyelesaiannya, Jurnal Konstitusi

Vol II nomor 2, November 2010.

d. Website

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan Umum diakses tanggal 2 Februari

2019.

.

Page 66: USM PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN PELAKSANAAN PILKADA …