PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK...

131
18 PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK (ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 002/SKLN-IV/2006 TERKAIT SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA) Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : ISTIQOMAH NIM : 105045201518 KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Transcript of PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK...

Page 1: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

18

PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK

(ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR

002/SKLN-IV/2006 TERKAIT SENGKETA KEWENANGAN

LEMBAGA NEGARA)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

ISTIQOMAH

NIM : 105045201518

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Page 2: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

19

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430H/2009 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis. Guna diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1

(S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah penulis

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

penulis atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka

penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Oktober 2009

ISTIQOMAH

Page 3: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

20

”Tidak ada yang menghambat anda terhadap perkara yang

anda putuskan hari ini kemudian anda tinjau kembali

karena terjadi kekeliruan (fahudîta li rusydika), bahwa

anda kembali kepada kebenaran. Kebenaran itu terdepan dan

tidak dibatalkan oleh apapun. Kembali kepada kebenaran

itu lebih baik daripada terus menerus dalam kebatilan.”

(Khalifah Umar bin Khathab)

Page 4: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

21

“ sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan

Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

Dan hanya kepada tuhanmu lah hendaknya kamu berharap”

(Q. S. Al insyirah,5-8)

Page 5: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

22

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK

(ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR

002/SKLN-IV/2006 TERKAIT SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA) telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 Oktober 2009.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum

Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah, Konsentrasi Siyasah Syariyyah.

Jakarta, 5 Oktober 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag (………………………)

NIP. 197210101997031008

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag (………………………)

NIP. 197102151997032002

3. Pembimbing: Dr. Jaenal Aripin, M.Ag (………………………)

NIP. 197210161998031004

4. Penguji I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag (………………………)

NIP. 197112121995031001

5. Penguji II : Khamami Zada, MA (………………………)

NIP. 150326892

Page 6: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

23

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada

Rasulullah SAW, serta keluarganya dan sahabatnya, serta kepada kita semua seluruh

umatnya, mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti.

Amin.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi untuk mencapai gelar

sarjana Strata Satu (S1) di perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam

rangka itu, penulis membuat skripsi ini dengan judul: PENYELESAIAN PERKARA

SENGKETA PILKADA DEPOK (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 002/SKLN-IV/2006 Terkait Sengketa Kewenangan Lembaga Negara).

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

hadapi. Namun syukur alhamdulillah berkat bantuan dari berbagai pihak baik

langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan serta hambatan dapat penulis atasi.

Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth:

Page 7: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

24

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Asmawi, M. Ag., dan ibu Sri Hidayati, M. Ag., selaku ketua program

studi dan sekretaris program studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Jaenal Aripin, M. Ag., selaku Dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan inspirasi, saran, dan arahannya dalam membimbing penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik pimpinan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Serta Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, Perpustakaan Utama UI, Perpustakaan Mahkamah Agung Republik

Indonesia, dan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Terima

kasih karena telah memberikan fasilitas kepada peneliti untuk mengadakan studi

kepustakaan.

5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa belajar dibangku kuliah.

6. Teristimewa ucapan terima kasih ini penulis haturkan untuk kedua orang tuaku;

Papah tersayang H. Aluwih dan Mamah tercinta Hj. Rohimah, kalianlah yang

tak henti-hentinya selalu memberikan dukungan moril, materil, dan doa. Serta

untuk saudaraku; Andri Sanjaya dan Asep Syaifuddin (Abang), Qurratul Aini

Page 8: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

25

dan Uswatun Hasanah (Adik). Terimakasih karena telah mendukung penulis

dengan sepenuh hati dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Staf pegawai kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

yang telah banyak membantu dan memberikan arahan dengan sikap

keramahannya kepada penulis selama penelitian.

8. Bapak Yulman, SH., bagian staf Divisi Hukum Komisi Pemilihan Umum

(KPUD) Kota Depok, yang telah meluangkan waktunya untuk dapat di ajak

wawancara, tukar pikiran, dalam rangka melengkapi dari penyusunan skripsi

ini.

9. Untuk sahabat-sahabatku khususnya konsentrasi Siyasah Syariyyah angkatan

2005, Lia Hilyah, Arie Zakiah, Budi Utomo, Latif Amri, Lisa Astarina, Ria

Rizki, Rahma Sari, Afnanul Huda, Andi Sofyan, Hendri Eka Putra, Salman

Alfarisi,dll. Terima kasih banyak tuk kalian semua yang telah memberikan

saran, dorongan, serta intelektualitas guna menunjang skripsi penulis.

10. Untuk Sahabat-sahabatku; Lia Hilyah, Arie Zakiah, yang selalu memberi

dukungan, semangat, dan juga selalu menemani penulis dalam pencarian data

(Terima kasih banyak tuk kalian berdua). Serta untuk sahabat ILUNA; May

Sulastri, Novia Rahmawati, Nayla Masrusoh, I’ ll never forget nice you . . .

11. Teman-teman penulis dalam Facebookers, kalian kalian semua yang telah

banyak menemani waktu-waktu penyusunan skripsi. Trima kasih untuk

motivasi di saat penulis sedang down dan malas-malasan.

Page 9: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

26

Semoga amal serta kebaikan berupa bantuan, bimbingan, dorongan, serta

perhatian yang diberikan, semoga senantiasa mendapat balasan pahala dari Allah

SWT.

Jakarta, 05 Oktober 2009

ISTIQOMAH

Page 10: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

27

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………..…..9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………....11

D. Rewiew Studi Terdahulu …………………………...……………….12

E. Metode Penelitian ………………………………………………...…13

F. Sistematika Penulisan…………………………………………….….16

BAB II KPUD DEPOK DAN PROSES PEMILIHAN KEPALA DAERAH

A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum

Daerah(KPUD……………………………………………………….18

1. Pengertian KPU dan KPUD…………………………………...…19

2. Karakteristik KPU dan KPUD………………………………...…24

B Tugas, Wewenang, dan Kewajiban KPUD………………………..…27

C. Tahap Penyelenggaraan PILKADA …………………………………32

1. Tahap Persiapan………………………………………………..…35

2. Tahap Pelaksanaan………………………………………………..36

a. Penetapan Daftar Pemilih…………………………………...…36

b. Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah……………..37

Page 11: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

28

c. Kampanye……………………………………………………...40

d. Pemungutan dan Perhitungan Suara…………………………...42

e. Penetapan Pasangan Calon, Pengesahan, dan Pelantikan……...46

BAB III TINJAUAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI R.I

A. Tinjauan Yuridis Mahkamah Konstitusi……………………………..52

1. Pengertian dan Sejarah Mahkamah Konstitusi …………………...52

2. Fungsi Mahkamah Konstitusi……………………………………..58

3. Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi…………………….61

4. Sumber Hukum Acara Mahkamah Konstitusi…………………….65

B. Hukum Acara Perkara Mahkamah Konstitusi………………………..66

C. Struktur Organisasi Mahkamah Konstitusi…………………………..78

BAB IV ANALISA PUTUSAN PERKARA NOMOR 002/SKLN-IV/2006

MENGENAI PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN KEPALA

DAERAH(PILKADA) KOTA DEPOK

A. Duduk Perkara Sengketa PILKADA Depok……………………….84

1. Kasus Posisi……………………………………………………...84

a. Gugatan Pasangan Badrul Kamal-Syihabiddin Ahmad Terhadap

KPUD Depok ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat …………..87

b. Permohonan Peninjauan Kembali (PK) KPUD Depok atas

Putusan Pengadilan Tinggi (PT) Jawa Barat kepada Mahkamah

Agung (MA)………………………………………………..

Page 12: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

29

1. Dasar Hukum Pengajuan Peninjauan Kembali (PK)

a. Dasar Filosofis…………………………………………

b. Legalitas Upaya Hukum PK atau Dasar Yuridis……....

B. Proses Penyelesaian Akhir Sengketa Pilkada Depok di Mahkamah

Konstitusi…………………………………………………………

C. Analisis Terhadap Putusan Hakim Mahkamah Konstitusi Tentang

Sengketa Pilkada Depok………………………………………….

D. Alasan Hukum Hakim Mahkamah Konstitusi……………………

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan………………………………………………………...

B. Saran-saran…………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Pemberitahuan Penelitian

Lampiran 2: Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Depok Nomor 18

Tahun 2005 Tentang Penetapan pasangan calon terpilih

Walikota dan Wakil Walikota Depok dalam Pilkada Depok

Tahun 2005

Lampiran 3: Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/SKLN-IV/2006

mengenai Sengketa Kewenangan Lembaga Negara.

Page 13: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara demokratis pada

tingkat pemerintahan daerah merupakan suatu proses politik bangsa Indonesia

menuju kehidupan politik yang lebih demokratis, transparan dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, untuk menjamin pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah yang berkualitas dan memenuhi derajat kompetisi yang sehat, maka

persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam perundang-

undangan, yaitu melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan peraturan-peraturan di bawahnya.1

Undang-undang Nomor 32 tahun 20042 telah memilih penyelenggara pilkada

dengan menggunakan organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 20033 untuk menjadi penyelenggara

pilkada di setiap daerah yang bersangkutan sesuai dengan kepala daerah atau wakil

kepala daerah yang dipilih sejak Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

1 Philipus M. Hadjon, Pemilihan Kepala Daerah Berdsarkan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 dalam Sistem Pemilu menurut UUD 1945, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2005), h.

vi.

2 Republik Indonesia, Undang-undang Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004.

3 Republik Indonesia, Undang-undang tentang Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003.

1

Page 14: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

31

Pemerintahan Daerah disahkan pada tanggal 15 Oktober 2004, ketentuan yang

berkaitan dengan pemilihan kepala daerah telah mengundang perdebatan publik.

Putusan Mahkamah Konstitusi mengatakan bahwa pilkada dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, bukan kategori rezim pemilu, akan tetapi

masuk pada rezim pemerintahan daerah. Di dalam tata cara pemilihan kepala daerah

secara langsung dipandang lebih baik jika dibandingkan dengan pemilihan kepala

daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD) sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 19994, namun pemilihan kepala daerah secara

langsung memiliki keragaman potensi sengketa. Menurut Mulyana W. Kusuma, ada

sejumlah titik rawan yang harus diwaspadai, mengingat persaingan dalam pilkada

langsung lebih tajam dibandingkan dalam pemilu Presiden.5

Sementara itu, menurut Syamsuddin Haris paling kurang ada lima sumber

konflik potensial dalam pilkada langsung, baik menjelang, saat penyelenggaraan,

maupun pengumuman hasil pilkada.6 Pertama, konflik yang bersumber dari mobilitas

politik atas nama etnik, agama, daerah, dan darah. Kedua, konflik yang bersumber

dari kampanye negatif antar pasangan calon kepala daerah. Ketiga, konflik yang

bersumber dari premanisme politik dan pemaksaan kehendak. Keempat, konflik yang

bersumber dari manipulasi dan kecurangan perhitungan suara hasil pilkada. Kelima,

4 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. 5 Mulyana W. Kusuma, Ari Pradawati ed., Pilkada Langsung: Tradisi Baru Demokrasi Lokal,

(Surakarta: Kompip, 2005), h. 46.

6 Syamsuddin Haris, Masalah dan Strategi Mensukseskan Pilkada Langsung, ( Jakarta: Jurnal

Pamong Praja, 2005), Edisi 3, h. 74-75.

Page 15: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

32

konflik yang bersumber dari perbedaan penafsiran terhadap aturan main

penyelenggaraan pilkada.

Dari undang-undang yang mengatur tentang pemilihan umum, seperti

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Legislatif dan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden tidak memberi batasan yang

jelas tentang sengketa pemilu. Demikian juga dalam Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak spesifik mendefinisikan tentang

sengketa pilkada. Dalam upaya penyelesaian senketa hasil pilkada diatur lebih lanjut

dalam pasal 106 ayat (1) yang menyatakan bahwa keberatan terhadap penetapan hasil

pilkada oleh Komosi Pemilihan Umum Daerah yang diajukan oleh pasangan calon

kepada Mahkamah Agung.7

Mahkamah Konstitusi berdiri sendiri serta terpisah dari Mahkamah Agung

secara duality of jurisdiction. Mahkamah Konstitusi berkedudukan setara dengan

Mahkamah Agung. Keduanya adalah penyelenggara tertinggi dari kekuasaan

kehakiman. Namun, ia hanya berkedudukan di ibu kota negara, tidak seperti halnya

Mahkamah Agung yang memiliki beberapa badan peradilan di bawahnya sampai

pada tingkat pertama Kabupaten atau Kota.8

Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga tinggi negara yang keberadaan dan

wewenangnya diamanatkan oleh UUD 1945, dan lebih lanjut dalam Undang-Undang

7 Putusan Mahkamah Agung Nomor 01/PK/PILKADA/2005, yang diajukan oleh KPUD

Depok.

8 Jaenal Aripin, “ Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia”, (Jakarta:

Kencana, 2008), Cet. Ke-1, h. 195.

Page 16: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

33

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi

memiliki empat wewenang dan satu kewajiban berdasarkan Pasal 24C ayat (1) dan

(2) UUD 1945. Empat wewenang Mahkamah Konstitusi adalah; (1) mengadili pada

tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-

undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945, (2) memutus sengketa kewenangan

lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945,

(3) memutus pembubaran partai politik, dan (4) memutus perselisihan tentang hasil

pemilihan umum. Sedangkan kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan

putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan wakil

presiden menurut Undang-Undang Dasar 1945.9

Mahkamah Konstitusi mempunyai fungsi yang amat penting bagi negara,

yaitu mengatur hubungan pemerintahan dengan warga negara dan hubungan antara

lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain, sehingga

suatu konstitusi mengatur tiga hal penting yaitu yang pertama menentukan

pembatasan kekuasaan organ-organ negara, kedua mengatur hubungan antara

lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain, dan yang ketiga mengatur

hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan warga negara.10

Fungsi-

9 Tim Penyusun Buku Lima Tahun Menegakan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008), Cet Ke-5. 10 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme, (Jakarta: Mahkamah Konstitusi dan

Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2004), Cet. Ke-1, h. 24.

Page 17: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

34

fungsi konstitusi tersebut merupakan elemen yang fundamental dalam bentuk negara

demokrasi, karena merupakan suatu perwujudan kehendak masyarakat.

Sementara dalam hal kedudukannya dalam perkara ini, pemohon mengklaim

diri mereka sebagai lembaga negara. Klaim mereka didasarkan pada putusan

Pengadilan Tinggi Jawa Barat Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg yang memenangkan

gugatan mereka serta membatalkan kemenangan Nurmahmudi Ismail –Yuyun

Wirasaputra. Albert Sagala sebagai kuasa hukum dari pemohon mengatakan

berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat tersebut, maka pemohon otomatis

menjadi pemenang pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Depok.

Penjelasan Albert tentang kedudukan pemohon dan termohon dalam

kaitannya dengan persyaratan kualifikasi pemohon dalam Sengketa Kewenangan

Lembaga Negara (SKLN) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan Pasal 61 ayat (1), pemohon

dalam perkara SKLN adalah lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh

UUD 1945 yang memiliki kepentingan langsung dengan kewenangan yang

dipersengketakan.11

Adapun mengenai sengketa kewenangan lembaga negara, bahwa sengketa

penetapan hasil pemilihan kepala daerah yang pertama kalinya diajukan ke

Pengadilan Tinggi adalah sengketa hasil pemilihan kepala kota Depok. Setelah

Pengadilan Tinggi menjatuhkan putusan, justru telah lahir masalah baru lagi yang

11 http://www.hukumonline.com/detail. Berita, diakses pada 22 Juni 2009.

Page 18: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

35

arahnya tertuju pada Majelis hakim Pengadilan Tinggi Jawa Barat. Menyusul

terbentuknya Komisi Yudisial, perkara majelis hakim ini pun memjadi tantangan

pertama bagi penilaian kinerja komisi ini. Demikian rekomendasi Komisi Yudisial

tidak ditindak lanjuti oleh Mahkamah Agung, melainkan justru membentuk tim panel

untuk merespon sengketa pilkada Depok menyusul diajukan Peninjauan kembali oleh

KPUD kota Depok kepada Mahkamah Agung.12

Setelah menjalani proses yang cukup

lama dan berbau politis, akhirnya putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung

mengabulkan permohonan pemohon.13

Menanggapi permohonan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (SKLN)

yang diajukan kubu Badrul Kamal, Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

Depok Zulfadli mengatakan pernyataan pemohon yang mengklaim diri mereka

sebagai lembaga negara berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat tidak

dapat dibenarkan. Dia beralasan karena putusan Pengadilan Tinggi Jawa barat

tersebut telah dibatalkan oleh putusan Mahkamah Agung Nomor 01

PK/Pilkada/2005.

12 Memori Peninjauan Kembali yang diajukan KPUD ke Pengadilan Negeri Cibinong pada

tanggal 16 Agustus 2005 dan di teruskan ke Mahkamah Agung pada tanggal 23 Agustus 2005.

13 http:// hukumonline.com.“Sengketa Pilkada : MA kabulkan Peninjauan Kembali KPUD

Depok”.html. diakses pada 19 Desember 2005.

Page 19: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

36

Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dipilih secara demokratis. Definisi

demokratis berupa pemilihan langsung oleh rakyat ditegaskan dalam Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.14

Pasal 24 ayat 5 yang berbunyi:

“Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 92)

dan ayat (3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah

yang bersangkutan”.

Penegasan pemilihan secara langsung oleh rakyat juga diamanatkan oleh pasal

56 ayat (1) Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah, yaitu

“Kepala Daerah dan wakil Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang

dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil”.

Penyelesaian sengketa penetapan hasil pilkada walikota kota Depok tersebut

dapat dijadikan cerminan bahwa penyelesaian sengketa penetapan hasil pilkada yang

ditangani Mahkamah Agung ternyata dapat dilakukan upaya hukum lain terhadap

putusan Pengadilan Tinggi yang sebelumnya mendapatkan delegasi wewenang dari

Mahkamah Agung. Dengan demikian putusan Mahkamah Konstitusi benar-benar

bersifat final dan mengikat.

Dalam putusan Mahkmah Konstitusi terkait sengketa pilkada Depok bahwa

pihak termohon ternyata tidak dapat menerima putusan hukum yang diputuskan oleh

Pengadilan Tinggi Jawa Barat dan tetap merasa pihaknya yang benar. Untuk itu pihak

termohon (dalam perkara ini KPUD Depok) membawa kasus tersebut ke mahkamah

Konstitusi untuk dimintakan putusannya menyangkut sengketa penetapan hasil

pilkada kota Depok ini melalui jalur pengajuan permohonan terkait sengketa

14 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Page 20: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

37

kewenangan lembaga ke Mahkamah Konstitusi. akan tetapi pada permohonannya,

bahwa Mahkamah Konstitusi menyatakan pada putusannya tidak dapat diterima (niet

ontvankelijk verklaard).

Pilkada Depok mencatat sejarah demokrasi di Indonesia, karena dapat di

katakan sejak masa persiapan, kampanye, hingga pemungutan suara berlangsung

aman. Meski ada sejumlah ketegangan, khususnya terkait daftar pemilih dan tuduhan

adanya kecurangan yang dilancarkan sejumlah pihak dengan menolak rekapitulasi

dan menuntut pemungutan suara ulang, secara umum Pilkada di Depok berjalan tanpa

kekerasan dan hura-hura sebagaimana terjadi di tempat lain.15

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa sengketa hasil pilkada

merupakan kewenangan Mahkamah Agung. Dalam sengketa hasil pilkada jika ada

pasangan calon yang tidak puas dengan penetapan hasil pilkada oleh Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD), maka pasangan calon tersebut dapat mengajukan

permohonan kepada Mahkamah Agung dengan menunjukan bukti-bukti bahwa

perhitungan suara yang dilakukan oleh KPUD tidak benar. Akan tetapi dalam

pelaksanaan Pilkada Depok bahwa pemohon dari Komisi Pemilihan Umum Daerah

(KPUD) Kota Depok memenangkan hasil putusan Mahkamah Agung dan pihaknya

benar dalam perhitungan suara.

Dalam masalah Pilkada Depok ini menarik untuk dikaji, karena adanya

putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang menyidangkan sengketa hasil pilkada

15 Topo Santoso, Kepala Daerah Pilihan Hakim, (Bandung: Harakatuna Publishing, 2005), h.

vii.

Page 21: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

38

antara peraih urutan kedua pilkada yaitu Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad melawan

KPUD Depok. Berbeda dengan seluruh sengketa pilkada, baik yang disidangkan oleh

Mahkamah Agung maupun Pengadilan Tinggi yang seluruhnya memenangkan

permohonan termohon (KPUD), akan tetapi Pengadilan Tinggi Bandung (Jawa Barat)

justru memenangkan pemohon. Tentu saja yang paling terpukul bukan hanya KPUD,

melainkan juga pasangan yang dianggap menang yaitu Nurmahmudi Ismail-Yuyun

Wirasaputra. Oleh karena itu, Mahkamah Konstitusi pada Putusan Nomor

022/SKLN-IV/2006 telah menyelesaikan perkara yang diajukan oleh pemohon.16

Beranjak dari beberapa persoalan di atas, maka penulis menuangkannya dalam skripsi

yang berjudul Penyelesaian Perkara Sengketa Pilkada Depok (Analisis Terhadap

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/SKLN-IV/2006 Terkait Sengketa

Kewenangan Lembaga Negara).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis akan mencoba menjelaskan mengenai perselisihan dalam hasil pilkada

Depok yang berproses panjang mulai dari permohonan yang diajukan pemohon ke

Pengadilan Tinggi Jawa Barat dan juga pihak termohon yang mengajukan

permohonan ke Mahkamah Agung, hingga pada putusan akhir perselisihan tersebut

berahkir di Mahkamah Konstitusi. Penulis menganalisis perkara sengketa pilkada

Depok dalam putusan Mahkamah Konstitusi nomor 002/SKLN-IV/2006 yang pada

16 Pemohon dalam hal ini Pasangan Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad terhadap KPUD

Depok atas putusan pengadilan Tinggi Bandung Nomor 01/PILKADA/2005/PT.Bdg.

Page 22: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

39

putusan pokoknya mengenai sengketa kewenangan lembaga negara yaitu mengenai

pengujian kewenangan KPUD Kota Depok yang mengajukan permohonan

peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Tinggi Negeri

Nomor 01/PILKADA/2005/PT.Bdg. Dalam penulisan skripsi ini perlu ditentukan

beberapa pembatasan masalah, antara lain yaitu:

1. Berdasarkan ketetapan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi, oleh karena itu segala bentuk hukum beracara dalam

penyelesaian perkara yang penulis bahas berdasarkan ketentuan Undang-

undang tersebut.

2. Dalam pembahasan skripsi ini penulis menguraikan perkara Sengketa

kewenangan Lembaga Negara pada Putusan Nomor 002/SKLN-IV/2006

terkait PILKADA Depok, serta mengacu kepada UUD 1945 dan Undang-

undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

3. Mengenai Sengketa Pemilihan Kepala Daerah Kota Depok, penulis

menguraikan secara detail dan jelas mengenai proses penyelenggaraan

PILKADA tersebut.

Dan untuk lebih jelasnya, perlu dirumuskan beberapa masalah pokok sebagai

berikut:

1. Bagaimana mekanisme Mahkamah Konstitusi dalam memberi putusan

terhadap perkara sengketa Pilkada Depok?

2. Bagaimana putusan hakim Mahkamah Konstitusi terhadap kasus sengketa

Pilkada Depok?

Page 23: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

40

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan

dalam upaya mengetahui perseteruan akhir dari pemilihan Walikota dan Wakil

Walikota Depok terkait sengketa kewenangan lembaga negara yang beracara di

Mahkamah Konstitusi. Adapun spesifikasi tujuan-tujuan tersebut ialah:

1. Mengetahui mekanisme Mahkamah Konstitusi dalam memberi putusan

terhadap perkara sengketa Pilkada Depok

2. Mengetahui hasil akhir dari putusan Perkara Nomor 002/SKLN-IV/2006 terkait

sengketa Pilkada Depok yang di putuskan oleh Hakim Mahkamah Konstitusi.

3. Untuk memberikan gambaran tentang tahap penyelenggaraan pilkada Depok

yang dianggap semakin memperpanjang konflik di seputar pemilihan

Walikota dan Wakil Walikota Depok.

Adapun manfaat penelitian yang juga akan sangat berguna setidaknya jika

dilihat dalam dua hal, yaitu:

1. Secara Teoritis; dapat meningkatkan atau menambah pengetahuan dan juga

wawasan dalam bidang hukum, serta dapat menambah khazanah ilmu

pengetahuan pada umumnya, dan dapat menjadi acuan Komisi Pemilihan

Umum Daerah (KPUD) dalam kapasitas sebagai penyelenggara pemilihan

Kepala Daerah secara langsung pada khususnya.

2. Secara Praktis; dapat dijadikan pedoman dan bacaan yang bermanfaat bagi

para praktisi dan penegak hukum yang terkait dengan penyelesaian sengketa

pemilihan kepala daerah atau walikota, khusus dalam hal beracara di

Page 24: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

41

Mahkamah Konstitusi. Penelitian ini pun dapat berguna bagi kalangan

masyarakat secara umum.

D. Review Studi Terdahulu

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, penulis ingin

memberikan gambaran mengenai tema-tema yang di dalamnya terdapat materi-materi

yang khusus mengenai pembahasan tentang judul skripsi yang penulis ingin bahas.

Adapun sumber-sumbernya berasal dari buku-buku dan jurnal-jurnal, serta karya

akademik.

Pertama, Buku “Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia”,

oleh Maruarar Siahaan, Konstitusi Press, 2005. Dalam buku tersebut ia membahas

mengenai hukum acara yang berlaku di Mahkamah Konstitusi ini mulai dari bentuk

peraturan mengenai persidangan, permohonan, fungsi, tugas dan wewenang, serta

pembuktian. Akan tetapi dalam pembahasannya tidak menjelaskan proses penjatuhan

putusan yang di lakukan oleh hakim Konstitusi dalam persidangan.

Kedua, Tesis “Sengketa hasil pemilihan kepala daerah langsung : Studi

Kasus Sengketa Hasil Pilkada di Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat”,

oleh Syam Radian, mahasiswa Program Magister Hukum Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2005. Dalam Tesisnya membahas tentang uraian atau analisis

tentang sengketa hasil pemilihan kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh

masyarakat khusus di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat. Dalam tesisnya juga

Page 25: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

42

membahas tentang bagaimana proses dalam pilkada dan hukum acaranya. Akan tetapi

tesis tersebut tidak menjelaskan sengketa hingga ke Mahkamah Konstitusi.

Ketiga, Tesis “Penyelesaian Sengketa Penetapan Hasil Pemilihan Kepala

Daerah”, oleh Andharinalti, Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

2008. Dalam tesis ini membahas mengenai gambaran sistem demokrasi dan

pemilihan kepala daerah ditinjau dari pilkada di berbagai kota yaitu Nanggroe Aceh

Darussalam, Provinsi Papua, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbeda dengan

skripsi yang penulis bahas, yaitu dalam proses penyelesaian sengketa pilkada Depok

yang berproses hingga pada tahap pengajuan ke Pengadilan Negeri, Mahkamah

Agung, hingga sampai diputus di Mahkamah Konstitusi.

Keempat, Skripsi “Kedudukan Hukum (Legal Standing) dalam Hukum Acara

Pengujian Undang-undang pada Mahkamah Konstitusi”, oleh Ahmad Siddiq,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Dalam salah satu babnya menguraikan

mengenai konsep Mahkamah Konstitusi legal standing dalam hukum acara pengujian

perundang-undangan di Mahkamah Konstitusi, serta menguraikan contoh putusan

perkara yang memenuhi syarat legal standing. Dalam skripsi tersebut tidak

menjelaskan penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara, akan tetapi hanya

pada masalah pengujian undang-undang.

E. Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat mengenai kajian tersebut, metodologi

yang digunakan adalah:

Page 26: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

43

1. Jenis Penelitian Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah melalui

pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang

mengkombinasikan pendekatan normatif dan empiris.

2. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai teknik pengumpulan data, penulis akan memperoleh data dengan

metode penelitian menggunakan studi kepustakaan (library research), yaitu

melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dari buku-buku, tulisan-tulisan

dari berbagai sumber referensi, dan mengumpulkan, meneliti, menelaah serta

mengkaji data dan informasi dari berbagai media yang relevan dan obyektif. Penulis

juga melakukan studi lapangan (field research), berupa wawancara mendalam

(interview) tehadap anggota Komisi Pemilihan Umum serta kepada Sekretariat

Jenderal Mahkamah Konstitusi, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

subyek studi yang tidak ditemukan secara tertulis dalam literatur dan data sekunder

lainnya, atau sekali pun ada, demikian tidak dijelaskan secara lengkap.

3. Sumber Data

a. Data primer, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi beserta penjelasannya, Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daereh, serta Berkas

Putusan Perkara Nomor 002/SKLN-IV/2006, Nomor 001/PUU-IV/2006.

Nomor 01/PILKADA/2005, Nomor 01 PK/PILKADA/2005 dan yang pokok

yaitu dari buku-buku hukum mengenai bahasan dari judul skripsi ini.

Page 27: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

44

b. Data sekunder, penulis mencari dan memperolah data dalam penyusunan

skripsi ini yaitu dari literature yang berasal dari Kantor Komisi Pemilihan

Umum Daerah (KPUD) Depok, Arsip Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,

Jurnal, Internaet, kamus, dan buku-buku pengetahuan lainnya yang berkaitan

dengan obyek kajian.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penyajian skripsi ini menggunakan metode analisis yuridis. Melalui

pendekatan Conten Analisis, yaitu penulis mencoba melakukan analisis dari data

putusan-putusan dari badan peradilan tentang perseteruan sengketa Pilkada Depok,

hingga memperoleh data-data yang terkumpul dalam penelitian ini. Seluruh data yang

diperoleh akan diklasifikasikan dari bentuk yang bersifat umum, kemudian di kaji dan

diteliti, selanjutnya ditarik kesimpulan yang mampu memberikan gambaran spesifik

dan relevan mengenai data tersebut.

5. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri, Jakarta, 2007. Dengan menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) dan dengan beberapa pengecualian, adapun kutipan ayat dari pasal-pasal

dalam Undang-undang diketik satu spasi dan dicetak miring.

Page 28: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

45

F. Sistematika Penulisan

Dalam proposal skripsi ini, penulis membagi pembahasan kedalam 5 bab,

dimana masing-masing bab mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik-

topik tertentu, yaitu:

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II KPUD Depok dan proses Pemilihan kepala daerah, yang membahas

mengenai Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD,pengertian KPU dan KPUD, dan juga masalah

karakteristik KPU dan KPUD. Selanjutnya membahas mengenai Tugas,

Wewenang, dan Kewajiban KPUD, serta tahap penyelenggaraan

PILKADA, ada tahap persiapan, dan tahap pelaksanaan; Penetapan Daftar

Pemilih, Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah, Kampanye,

Pemungutan dan Perhitungan Suara, serta Penetapan Pasangan Calon,

Pengesahan, dan Pelantikan calon walikota.

BAB III Gambaran Umum Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, membahas

mengenai tinjauan yuridis Mahkamah Konstitusi ditinjau dari pengertian

dan sejarah Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Fungsi Mahkamah

Konstitusi, Tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi, sumber hukum

acara Mahkamah Konstitusi, hukum acara perkara Mahkamah Konstitusi,

dan juga struktur organisasi Mahkamah Konstitusi

Page 29: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

46

BAB IV Analisa putusan perkara nomor 002/SKLN-IV/2006 mengenai perselisihan

hasil pemilihan kepala daerah (PILKADA) kota Depok, ditijau dari duduk

perkara sengketa PILKADA Depok menjabarkan Kasus Posisi; gugatan

Pasangan Badrul Kamal-Syihabiddin Ahmad terhadap KPUD Depok ke

Pengadilan Tinggi Jawa Barat, dan permohonan peninjauan kembali (PK)

KPUD Depok atas Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat kepada

Mahkamah Agung, meliputi bahasan dasar hukum pengajuan PK, dari dua

sisi yaitu, dasar filosofis, dan dasar yuridis. Adapun membahas masalah

proses penyelesaian akhir sengketa hasil Pilkada Depok di Mahkamah

Konstitusi, analisis terhadap putusan hakim Mahkamah Konstitusi tentang

sengketa pilkada Depok dan alasan hukum hakim Mahkamah Konstitusi.

BAB V Merupakan bab penutup, yang berisi kesimpulan dari seluruh penelitian dan

saran-saran mengenai permasalahan yang di uraikan dalam skripsi ini,

Serta di akhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 30: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

47

BAB II

KPUD DEPOK DAN PROSES PEMILIHAN KEPALA DAERAH

A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum Derah

(KPUD)

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Provinsi maupun

Kabupaten atau Kota diperlukan adanya suatu lembaga yang independen dan

imparsial. Pembentukan dapat dilakukan melalui dua (2) cara, yaitu (1) membentuk

lembaga baru di setiap daerah pemilihan; atau (2) memanfaatkan keberadaan Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan Kabupaten atau Kota yang telah

berpengalaman dalam menyelenggarakan pemilihan umum anggota legislatif dan

pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden17

Dengan alasan efisiensi biaya dan kelengkapan sarana dan prasarana serta

kelayakan kemampuan yang telah dibuktikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

dan KPU Provinsi maupun Kabupaten atau Kota sebagai penyelenggara pemilihan

umum anggota legislatif dan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, maka

penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dibebankan kepada lembaga Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang organ-organnya merupakan Komisi

17 Zain Badjeber, “Komentar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah”, (Jakarta: Forum Indonesia Baru, 2005), h. 246.

18

Page 31: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

18

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang di beri wewenang

khusus oleh Undang-Undang dalam menyelenggarakan pemilihan kepala daerah.18

1. Pengertian Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD)

Undang Undang Dasar 1945 tidak merumuskan lembaga penyelenggara

pilkada, namun demikian penyelenggara pemilihan kepala daerah disebutkan dalam

pasal 57 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, yang menyatakan:

“ Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh

Komisi Pemilihan umum Daerah (KPUD) yang bertanggung jawab kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)”.19

Komisi Pemiliha Umum Daerah (KPUD)

sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah, kemudian ditegaskan lagi dalam

pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan

Kepala Daerah, yang menyatakan:

(1) Pemilihan di selenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah(KPUD)

(2) Dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur, KPUD

Provinsi menetapkan KPUD Kabupaten atau Kota sebagai bagian pelaksana tahapan

penyelenggaraan pemilihan.20

18 Badjeber, “Komentar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah”, h. 247. 19 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 072-073/PUU/III/2005.

20 Op. Cit., Pasal 4 ayat 1 dan 2.

Page 32: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

19

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang diberikan tugas sebagai

penyelenggara pemilihan kepala daerah, menurut pasal 1 angka 21 Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah Komisi Pemilihan

Umum yang selanjutnya disebut KPUD Provinsi atau Kabupaten atau kota

sebagaimana di maksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 200321

yang diberi

wewenang khusus oleh Undang-undang ini untuk menyelenggarakan pemilihan

kepala daerah (Pilkada) dan wakil kepala daerah di setiap Provinsi dan Kabupaten

atau Kota.

Sekarang yang menjadi permasalahan adalah samakah KPUD sebagaimana di

maksud dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

dengan KPU berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. KPU terdapat dalam Pasal 22E Undang

Undang Dasar 1945 dalam bab VII B pemilihan umum, yang merupakan hasil

perubahan ketiga tahun 2001. Pasal 22E ayat 5 Undang-Undang Dasar 1945

menyatakan “Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum

yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”.

Dalam pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi atas putusan perkara

Nomor 072-073/PUU/II/2004 tentang Pengujian Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945

menyatakan:

21 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum

anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

Page 33: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

20

“ Maksud pembuat undang-undang menetapkan Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Provinsi maupun Kabupaten atau Kota berfungsi sebagai pelaksana tugas

Komisi Pemilihan Umum Daerah, apabila anak kalimat tersebut dinyatakan tidak

mempunyai hukum mengikat, maka bunyi pasal angka 21 akan menjadi “ Komisi

Pemilihan Umum Daerah yang selanjutnya disebut KPUD adalah KPU Provinsi atau

Kabupaten, atau Kota”. Yang artinya dengan rumusan tersebut penyelenggara

pemilihan kepala daerah langsung adalah KPU Provinsi, Kabupaten atau Kota,

sebagai bagian dari KPU yang di maksudkan pasal 22E Undang-Undang Dasar 1945.

dengan demikian penyelenggara pemilihan kepala daerah (Pilkada), KPU menjadi

regulator dan pengawas pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan oleh

KPU Provinsi, Kabupaten, atau Kota, padahal pengertian yang demikian bukanlah

yang di maksudkan oleh pembuat undang-undang. Walaupun demikian dalam hal

kewenangan yang berkaitan dengan masalah internal KPU dan KPU Provinsi,

Kabupaten, atau Kota tetap ada secara hierarkis, sehingga KPU tetap wajib

melakukan tugas-tugas koordinasi dan supervisi untuk lebih memberdayakan kinerja

KPU Provinsi, kabupaten atau Kota”.22

Menyikapi amar putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, di satu sisi Mahkamah

Konstitusi ingin mengatakan secara formal, bahwa KPUD itu berada dengan KPU

Provinsi, Kabupaten atau Kota, sungguh keduanya memiliki organ yang sama.

22 Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor 072-073/PUU/II/2004 tentang pengujian

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar

1945, h. 112.

Page 34: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

21

Pandangan ini dapat dipahami jika dianalogikan dengan jabatan Gubernur atau

Bupati. Sebagai Gubernur ia adalah aparat pusat yang ada di daerah, di sisi lain ada

juga dengan kepala daerah, ia adalah aparat daerah yang bersama-sama dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melaksanakan pemerintahan di daerah.23

Dengan konstruksi pikiran seperti ini, memberikan beberapa implikasi;

pertama, secara substansi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, Kabupaten atau

Kota berbeda dengan KPUD, kedua, KPU masih mempunyai kewenangan

pengawasan dan memberikan advis kepada KPU Provinsi, Kabupaten atau Kota,

ketiga, pengaturan proses pencalonan seperti penjadwalan pemilihan, penetapan

pasangan calon kepala daerah menjadi kewenangan KPUD, dan keempat, anggota

KPUD sebagai aparat KPU di daerah, secara struktural tetap harus memperlihatkan

kebijakan atasannya (KPU).

Keberadaan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sebagai penyelenggara

pemilihan kepala daerah (PILKADA) kembali di tegaskan dalam konsideran

penjelasan umum angka 4 penjelasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, yang menjelaskan sebagai berikut: “ Melalui Undang-undang

ini Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi, Kabupaten atau Kota di

berikan kewenangan sebagai penyelenggara Pilkada. Komisi Pemilihan Umum

Daerah yang di maksud dalam undang-undang ini adalah KPUD sebagaimana di

maksud Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum anggota

23 Sahuri Taufiqurrahman, “Anatomi Putusan mahkamah Konstitusi Republik Indonesia”,

(Jakarta: makalah seminar putusan Mahkamah Konstitusi /PUU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, 2005), h. 6 .

Page 35: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

22

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah. Untuk itu, tidak perlu di bentuk dan di tetapkan KPUD dan

keanggotaannya yang baru.24

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelaslah bahwa penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). KPUD di

maksud adalah KPU Provinsi, Kabupaten atau Kota. KPU ini diberi wewenang

sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah. KPUD yang dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah KPU

sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Pertimbangan di pilihnya KPU Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang bernama

Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah

dengan tidak membentuk lembaga baru dengan keanggotaan baru adalah untuk

efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Pertimbangan ini didasari karena perangkat,

sarana, dan prasarana KPU Provinsi, Kabupaten, dan Kotamadya sudan terbentuk di

seluruh Indonesia.

Dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, peran Komisi Pemilihan

Umum di sini hanya sebatas menjadi acuan bagi Komisi Pemilihan Umum Daerah

dalam membuat berbagai peraturan yang selama ini sudah ada. Dalam pasal 29 butir

24 Republik Indonesia, Undang-undang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004, penjelasan umum angka 4.

Page 36: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

23

9 dan pasal 32 butir g Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 dinyatakan bahwa

Komisi Pemilihan Umum Provinsi, maupun Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

atau Kota melaksanakan kewajiban lain yang diatur dalam Undang-undang. Dengan

demikian ada kewenangan Undang-undang untuk memberikan kewajiban lain kepada

Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Kabupaten atau Kota.

Ada 3 (tiga) kewajiban lain yang di berikan oleh Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah kepada Komisi Pemilihan Umum

Provinsi, Kabupaten atau Kota, yaitu; (1) penyelenggaraan pemilihan kepala daerah,

(2) pertanggung jawaban pemilihan kepala daerah kepada publik, dan (3) melaporkan

pelaksanaan pilkada kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Selanjutnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 memang tidak memberi

kewajiban atau wewenang khusus kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun

hal ini sesungguhnya tidak berarti KPU kehilangan peran sama sekali, KPU tetap

menjaga berfungsinya organisasi secara baik dan benar di tingkat Provinsi,

Kabupaten atau Kota.

2. Karakteristik Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD)

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 21 Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum

Daerah yang selanjutnya disebut KPUD adalah KPU Provinsi, Kabupaten, atau Kota.

Sebagaimana dimaksud Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diberi

wewenang khusus oleh Undang-undang ini untuk menyelenggarakan pemilihan

Page 37: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

24

kepala daerah dan wakil kepala daerah di setiap Provinsi dan Kabupaten atau Kota.

Dengan demikian semua sifat yang terkandung dalam Komisi Pemilihan Umum

Provinsi, Kabupaten atau Kota juga di miliki oleh KPUD.

Bertolak dari penafsiran Mahkamah Konstitusi dan pembuat Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pemilihan kepala daerah

tidak termasuk kategori pemilu, maka manajemen pemilihan kepala daerah tidak di

lakukan oleh Komisi pemilihan Umum (KPU) tetapi oleh pemerintah, bukan

keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagaimana yeng berlaku untuk

pemilihan umum legislatif dan pemilihan Presiden.

Menurut Mahkamah Konstitusi tidak ada alasan kuat bahwa pemilihan kepala

daerah tidak masuk ke dalam pengertian pemilihan umumn Pasal 22E Undang-

Undang Dasar 1945, maka pengaturan pemilihan kepala daerah menjadi kewenangan

pemerintah. Meskipun demikian, Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai lembaga

Independen harus bebas dari intervensi lembaga negara manapun dalam

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung, yaitu harus berdasarkan asas-

asas pemilihan umum, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Pesan demikian yang ingin di sampaikan dalam putusan Mahkamah Konstitusi

yang mengabulkan permohonan para pemohon mengenai aturan hukum yang

mengharuskan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) bertanggung jawab kepada

Page 38: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

25

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Konsideran putusan Mahkamah

Konstitusi tersebut menyatakan;25

“Menimbang bahwa pembuat Undang-Undang telah menetapkan Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah

langsung, yang mana Mahkamah Konstitusi berpendapat hal tersebut menjadi

wewenang dari pembuat undang-undang. Walaupun demikian, KPUD harus di jamin

independensinya dalam menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, dan apabila

independensi KPUD tidak dijamin, maka hal ini akan mengganggu pelaksanaan hak

rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang ditentukan dalam pasal 1 ayat (2) Undang-

Undang Dasar 1945, bertentangan dengan jaminan perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum yang di muat dalam

pasal 28D Undang-Undang Dasar 1945”.

Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut memiliki implikasi ; (1) dalam

pemilihan kepala daerah Komisi Pemilihan Umum Daerah tidak bertanggung jawab

kepada DPRD, (2) DPRD tidak berwenang meminta pertanggung jawaban atas

KPUD, (3) KPUD tidak berkewajiban mempertanggung jawabkan penggunaan

anggaran pemilihan kepala daerah ,dan (4) pembatalan calon kepala daerah yang

terbukti melakukan palanggaran berdasarkan putusan pengadilan yang telah

25 Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor 072-073/PUU/II/2004 tentang pengujian

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar

1945, h. 110.

Page 39: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

26

mempunyai kekuatan hukum tetap tidak lagi di lakukan oleh DPRD.26

Ketentuan

tersebut cukup logis dengan memandang bahwa amat sulit mempunyai tujuan

tersebut, apabila KPUD harus mempertanggung jawabkan kepada lembaga lain,

seperti DPRD. Sebab DPRD merupakan unsur-unsur partai politik yang menjadi

pelaku dalam kompetisi pemilihan kepala daerah.

B. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

Komisi Pemilihan Umum Daerah merupakan lembaga yang bertanggung jawab

terhadap berbagai bidang dan aspek perencanaan, penyelenggaraan, dan pengendalian

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung. Tata cara pelaksanaan masa

persiapan dan tahap pelaksanaan diatur oleh KPUD dengan berpedoman pada

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.27

Secara sederhana, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) kota Depok

berperan sebagai penyelenggara Pemilihan Umum (pemilu)28

. Dan Pemilihan Kepala

Daerah (Pilkada) dalam batasan entitas kewilayahan menurut yurisdiksi kota Depok.

Inilah yang kemudian menjadi wilayah pemilihan dalam pemilihan kepala daerah

tahun 2005.

26 Lihat putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-III/2005, h. 112-113.

27 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan,

dan Pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005.

28 Lihat pasal 57 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Bab III Pasal 4 Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.

Page 40: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

27

Tugas dan kewenangan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) inilah yang

akan diawasi pelaksanaannya oleh Panitia Pengawas Daerah (panwasda) dalam

wilayah kerjanya, begitu pula dengan masyarakat yang amat berkepentingan dengan

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah, maka tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

sebagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, meliputi:

a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah;

b. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan;

c. Mengoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan

pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;

d. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye, serta pemungutan

suara kepala daerah dan wakil kepala daerah ;

e. Memeliti persyaratan partai politik atau gabungan partai politik serta

persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang mengusulkan

calon;

f. Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan;

g. Menerima pendaftaran dan mengumumkan tim kampanye, dan

mengumumkan sumbangan dana kampanye;

Page 41: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

28

h. Mengumumkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;29

Di samping tugas dan wewenang tersebut di atas, Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD) juga mempunyai beberapa kewajiban, yaitu:

a. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara;

b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa; yang berkaitan

dengan penyelenggaran pemilihan kepala daerah dan wakil berdasarkan

peraturan perundang-undangan;

c. Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahapan pelaksanaan

pemilihan dan penyampaian informasi kegiatan kepada masyarakat;

d. Memelihara arsip dan dokumen pemilihan, serta mengelola barang inventaris

milik KPUD berdsarkan peraturan perundang-undangan;

e. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD, serta

f. Melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah.30

Pemberian kewenangan mengatur semua tahapan pemilihan kepala daerah

kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah. dengan berpedoman kepada Peraturan

Pemerintah, dapat menimbulkan 3 (tiga) persoalan hukum;31

pertama, ketentuan

29 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama h.57. 30 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan,

dan Pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah, Pasal 6.

31 Ramlan Subakti, “Bebarapa pertanyaan tentang sistem pemilihan kepala daerah secara

langsung”, (Jakarta: Jurnal Pamong Praja, 2005), ed. 3, h. 55.

Page 42: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

29

seperti ini bertentangan dengan prinsip kemandirian yang melekat tidak hanya kepada

Komisi Pemilihan Umum, tetapi juga kepada KPUD sebagai aparatnya di daerah,

karena menempatkan KPUD di bawah pengarahan pemerintah. KPU atau KPUD

yang mandiri berarti tidak berada di bawah golongan, partai politik, ataupun

pemerintah, melainkan melaksanakan pemilihan umum sepenuhnya menurut Undang-

undang.

Dengan kewenangan Komisi Pemilihan Umum Daerah menetapkan ketentuan

teknis, semua tahapan pemilihan kepala daerah berdasarkan peraturan pemerintah,

maka KPUD menerima pengarahan dan supervisi dari pemerintah atau setidaknya

jika ada permasalahan dalam menyelenggarakan pemilihan kepala daerah harus

bertanya dan berkonsultasi, menunggu pengarahan dari pemerintah tentang

pengaturan tahap pemilihan kepala daerah.

Kedua, ketentuan tersebut tidak taat asas dengan Undang-undang Nomor 12

tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah yang sama sekali tidak memberikan kewenangan

kepada pemerintah untuk membuat peraturan pelaksanaan pemilihan umum, dengan

alasan untuk menghindari perbuatan peraturan pemilihan umum oleh peserta

pemilu.32

Dan ketiga, pemberian kewenangan pengaturan teknis tahap persiapan dan

pelaksanaan tahap pemilihan kepala daerah kepada KPUD bertentangan dengan asas

32 Cetro,” Urgensi revisi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

daerah sebelum penyelenggaraan pemilihan kepala daerah”, ( http://www.cetro.or.id), diakses pada

18 Juli 2005.

Page 43: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

30

eksternalitas dan efisiensi yang diatur dalam pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor

32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah itu sendiri.

Urusan yang bersifat atau berlaku lintas daerah harus ditangani oleh instansi

yang berlingkup luas, dikatakan demikian karena pengaturan teknis setiap tahapan

tersebut merupakan penjabaran asas-asas pemilihan umum yang demokratis, yaitu

langsung, umum, bebas, rahasia (Luber) serta jujur dan adil (Jurdil).

Penjabaran asas-asas pemilihan umum ini berlaku di seluruh Indonesia, bahkan

berlaku universal, sehingga tidak dapat di desentralisasikan kepada KPUD. Di sebut

tidak efisien yaitu karena bila pemilihan kepala daerah diselenggarakan di 226 daerah

(Provinsi, Kabupaten dan Kota), maka harus di buat 226 Surat keputusan (SK) untuk

setiap tahapan pemilihan kepala daerah yang isinya sama. Pengaturan teknis

pemilihan kepala daerah seharusnya diserahkan kepada KPU, tetapi perencanaan dan

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di serahkan sepenuhnya kepada KPUD.33

Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 072-073/PUU-III/2005,

maka KPUD di dalam menyelenggarakan Pilkada, tidak lagi bertanggung jawab

kepada DPRD, baik tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas KPUD maupun

tanggung jawab penggunaan anggaran Pilkada. Mengenai pelaksanaan tugas-tugas

penyelenggaraan tahapan Pilkada, KPUD bertanggung jawab kepada pemerintah

daerah masing-masing. Di samping itu DPRD tidak lagi berwenang membatalkan

pasangan calon yang dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan “politik uang”. Karena itu,

33 Cetro, Kesimpulan Putusan perkara Mahkamah Konstitusi Nomor 072/PUU-II/2004.

Page 44: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

31

sekarang beralih kepada KPUD. Hal ini semua didasarkan pada pertimbangan demi

menjaga independensi KPUD dalam penyelenggaraan Pilkada, dan kemungkinan

adanya intervensi dari pihak DPRD.

C. Tahap Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

Dalam rangka mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, sesuai tuntutan

reformasi dan amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, bahwa Provinsi, Kabupaten dan Kota merupakan daerah otonom, maka kini

sudah saatnya untuk mengemban sistem pemilihan kepala daerah secara langsung dan

mulai menerapkan. Upaya ini menjadi lebih mendesak karena tuntutan dari berbagai

daerah untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi

semakin gencar.34

Undang-undang ini menganut sistem pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah secara langsung dengan memilih calon secara berpasangan. Calon di usulkan

oleh partai politik atau gabungan partai politik. Asas yang digunakan dalam

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sama dengan asas pemilu35

sebagaimana di atur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang

34 Agung Djojosoekarto, Rudi Hauter, “Pemilihan Langsung Kepala Daerah: Transformasi

menuju Demokrasi Lokal”, Kerjasama Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia dan Koniad Adenauer

Stiftung, h. 6. 35 Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, h. 56.

Page 45: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

32

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, yaitu asas langsung, umum, bebas

dan rahasia (luber), serta jujur dan adil (jurdil).

Sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah,

undang-undang ini menugaskan KPUD di masing-masing daerah. KPUD yang

dimaksud dalam hal ini adalah KPUD sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2003. Dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah, KPUD bertanggung jawab kepada DPRD

yang bersangkutan. Namun, secara organisatoris KPUD tetap bertanggung jawab

kepada KPU pusat. Walaupun tidak diatur dalam undang-undang ini, secara

organisatoris KPU tetap dapat melakukan tugas-tugas koordinasi dan supervisi

terhadap KPUD dan demikian juga KPUD provinsi terhadap KPUD Kabupaten/Kota,

dalam pemilihan Bupati/Walikota.

Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) Depok yang di selenggarakan pada Juni

2005 dengan jumlah pemilih sebanyak 908.890 jiwa, telah melahirkan sejumlah

keputusan kontroversial. Tidak konsistennya pemerintah pusat melalui Pengadilan

Tinggi (PT) hingga Mahkamah Agung (MA) dalam menentukan Walikota terpilih

membuat daerah pemukiman ini menjadi sorotan dari berbagai pihak, tetapi, justru

hal inilah yang membuat pilkada Depok memiliki daya tarik tersendiri jika di

bandingkan dengan pemilihan Kepala Daerah (pilkada) di daerah-daerah lain.

Keseriusan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah

Page 46: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

33

(Pilkada), diwujudkan dengan membentuk desk Pilkada di Departemen Dalam

Negeri.36

Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pilkada langsung tersebut, sekurang-

kurangnya ada dua hal besar yang harus dilihat sebagai konteks. Pertama, bahwa

lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

khususnya yang menyangkut Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

telah melahirkan kontroversi yang cukup serius. Banyak yang menilai bahwa

berbagai ketentuan tentang penyelenggaraan Pilkada langsung tersebut kurang

didukung oleh kerangka berpikir yang tepat. Buntutnya adalah pengajuan judicial

review oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peduli Pemilu dan

beberapa KPU Provinsi. Tentu berbagai kontroversi ini akan mempengaruhi kesiapan

KPU Daerah (dan juga pihak-pihak lainnya) di dalam persiapan

penyelenggaraannya.37

Hal yang pertama adalah konstruksi kewenangan penyelenggaraan. Berbeda

dengan pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang memposisikan

Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri- sebagai

pemegang mandat tunggal penyelenggaraan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah membagi kewenangan penyelenggaraan pilkada

36 Desk pilkada memiliki peran signifikan dalam upaya mengambil langkah-langkah dan

antisipasi mengenai keadaan pemerintah, keamanan, serta memberikan fasilitasi pada setiap tahap

penyelenggaraan pilkada agar dalam pelaksanaannya berjalan tertib, aman, dan terkendali).

37 http://www.suaramerdeka.com/harian, “ Antisipasi masalah dalam Pilkada, Perlu perincian

kewenangan penyelenggara”, diakses pada Agustus 2009.

Page 47: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

34

kepada tiga institusi, yakni pemerintah, KPUD dan DPRD, dengan porsi masing-

masing yang diatur oleh UU.

Proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (PILKADA) di

laksanakan dalam 2 (dua) tahap, yakni tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.38

1. Tahap Persiapan

Persiapan pemilihan merupakan proses awal dalam pemilihan kepala daerah

sebelum pelaksanaan pemilihan itu sendiri dilaksanakan. Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah tidak mengatur mengenai masa persiapan

proses pemilihan kepala daerah. Namun, hal tersebut diatur secara rinci dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang pemilihan kepala daerah,

pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah.

Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005, di sebutkan bahwa

masa persiapan pemilihan kepala daerah, meliputi;39

a. Pemberitahuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kepada Kepala

Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan;

b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan

Kepala Daerah;

38 Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 65 ayat (1).

39 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Pasal 2.

Page 48: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

35

c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal

tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah;

d. Pembentukan kepanitiaan pengawas, PPK dan KPPS;

e. Pembentukan dan pendaftaran pemantau oleh KPUD.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan ini meliputi 5 (lima) kegiatan, yang masing-masing

merupakan satu rangkaian yang saling terkait, meliputi;40

a. Penetapan Daftar Pemilih

Warga negara yang berhak memilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah adalah Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sudah berumur tujuh belas tahun

atau sudah pernah menikah. Dalam undang-undang ini tidak dijelaskan, warga negara

Indonesia yang mana yang berhak yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah. kemungkinan pertama adalah warga negara

Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk (memiliki kartu tanda penduduk) di

daerah yang bersangkutan.

Secara prosedural, untuk dapat terdaftar sebagai pemilih, seseorang setidak-

tidaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:41

40 Ibid., Pasal 65 ayat (3).

41 Lihat pasal 68-69 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo pasal 15-16 Peraturan

Pemerintah Nomor Tahun 2005 jo Pasal 2 dan 3 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota

Page 49: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

36

1. Orang yang bersangkutan merupakan Warga Negara Indonesia (WNI);

2. Menjadi penduduk kota Depok yang pada hari dan tanggal pemungutan

suara pemilihan telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah menikah;

3. Secara nyata tidak sedang terganggu jiwa atau ingatannya;

4. Tidak di cabut hak pilihnya berdsarkan putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap;

5. Berdomisili di daerah pemilihan, yakni wilayah kota Depok, sekurang-

kurangnya enam bulan sebelum di tetapkannya daftar pemilih sementara

(DPS) yang di buktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti

identitas kependudukan lainnya yang sah.

Untuk dapat menggunakan hak pilih, seorang Warga Negara Indonesia harus

terdaftar sebagai pemilih. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat didaftar

sebagai pemilih adalah keadaan fisiknya harus dalam keadaan sadar atau tidak sedang

terganggu jiwa, tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh hukum tetap. Seorang warga negara Indonesia yang telah

terdaftar dalam daftar pemilih, kemudian kemudian ternyata tidak lagi memenuhi

kedua syarat tersebut, maka tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

b. Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah

Dalam proses pendaftaran pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah, daftar pemilih pada saat pelaksanaan pemilihan terakhir di daerah,

Depok Nomor 2 Tahun 2005 tentang tata cara pelaksanaan pendaftaran pemilih dalam rangka

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah kota Depok Tahun 2005.

Page 50: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

37

digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah. Seorang pemilih hanya di daftar satu kali dalam daftar pemilih. Pemilih yang

mempunyai satu tempat tinggal harus menentukan salah satu di antaranya untuk di

tetapkan sebagai tempat tinggal yang di cantumkan dalam daftar pemilih. Sebagai

tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih, pemilih diberikan tanda bukti pendaftaran,

kemudian di tukarkan dengan kartu pemilih.42

Adapun mengenai penetapan pasangan calon kepala daerah, partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilu, yang tidak memiliki kursi di DPRD dapat

mengusulkan pasangan calon kepala daerah dalam Pilkada. Partai politik atau

gabungan partai politik yang dapat mengusulkan pasangan calon kepala daerah dan

wakil kepala daerah, yaitu harus memenuhi syarat; memiliki sekurang-kurangnya

telah memperoleh lima belas persen kursi di DPRD, atau memiliki lima belas persen

akumulasi perolehan suara sah dalam daerah pemilihan yang bersangkutan.

Idealnya proses pencalonan dilakukan melalui sistem dua pintu. Pintu pertama

melalui partai politik, sedangkan pintu kedua melalui usulan dari masyarakat.

Pasangan calon yang diusulkan oleh masyarakat ini, umpamanya disyaratkan harus

mendapat dukungan minimal satu persen dari jumlah pemilih terdaftar. Adapun

42 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama, h. 66.

Page 51: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

38

syarat-syarat untuk dapat diusulkan sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat:43

1. Bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa dan setia kepada Pancasila;

2. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau

sederajat;

3. Berusia sekurang-kurangnya tiga puluh tahun;

4. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan pemeriksaan dari tim dokter;

5. Tidak pernah di jatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan;

6. Memiliki hak pilihnya dan mengenal daerahnya serta telah di kenal oleh

masyarakat;

7. Menyerahkan daftar riwayat hidup secara lengkap;

8. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah

selama dua kali masa jabatan yang sama;

9. Tidak dalam status sebagai pejabat kepala daerah.

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dalam melakukan penelitian

terhadap persyaratan administrasi para calon, maka perlu melakukan klarifikasi

kepada instansi pemerintah yang berwenang dan menerima masukan dari

masyarakat.44

Hasil penelitian tersebut dalam jangka waktu paling lama tujuh hari,

terhitung sejak tanggal penutupan pendaftaran, diberitahukan secara tertulis kepada

43 Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, h. 70. 44 ibid, h. 74.

Page 52: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

39

pimpinan partai politik yang mengusulkan calon bersangkutan. Apabila pasangan

calon, berdasarkan berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan KPUD ternyata

belum memenuhi syarat, maka partai politik diberi kesempatan buat melengkapi atau

memperbaiki surat percalonan, beserta persyaratan pasangan calon, maka paling

lambat tujuh hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian tersebut paling lambat

tujuh hari kepada pimpinan partai politik yang mengusulkan.

Pasangan calon yang sudah ditetapkan oleh KPUD di umumkan secara luas

paling lambat tujuh hari sejak selesainya penelitian. Kemudian dilakukan undian

secara terbuka, dalam arti wajib dihadiri oleh pasangan calon, wakil partai politik,

pers dan wakil masyarakat, terhadap pasangan calon yang sudah ditetapkan atau di

umumkan untuk menentukan nomor urut pasangan calon. Berdasarkan ketentuan

pasal 61 ayat (4) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, penetapan dan pengumuman pasangan calon oleh KPUD bersifat final dan

mengikat. Dalam hal ini berarti tidak ada lagi upaya, baik secara politis maupun

secara hukum yang dapat dilakukan untuk membatalkan penetapan pasangan calon

tersebut.

c. Kampanye

Kampanye adalah merupakan suatu kegiatan yang di laksanakan dalam rangka

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Kampanye di

lakukan selama empat belas hari dan harus telah berakhir pada saat memasuki masa

tenang, yaitu tiga hari menjelang pemungutan suara di laksanakan.

Page 53: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

40

Kampanye di selenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan

calon bersama-sama partai politik yang mengusulkan pasangan calon. Tim kampanye

harus di daftarkan kepada KPUD, bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon.

Kampanye di lakukan secara bersama-sama atau secra terpisah oleh pasangan calon

atau tim kampanye. Penanggung jawab kampanye adalah pasangan calon, dan dalam

pelaksanaannya pertanggung jawaban dilakukan oleh tim kampanye.

Bentuk kampanye sering dikategorikan antara monologis dan dialogis.

Kampanye monologis di identifikasikan sebagai paradigma lama dan dialogis sebagai

paradigma baru suatu kampanye. Bentuk-bentuk kampanye monologis dalam

pemilihan kepala daerah cukup dominan.45

Adapun bentuk kampanye dialogis adalah

berupa tatap muka dan dialog serta debat publik atau debat terbuka antar calon.46

Kampanye dalam komunikasi politik adalah semua kegiatan yang bertujuan

untuk memberikan informasi dalam bentuk citra tentang seseorang atau kebijakan

(publik) tertentu yang disampaikan dengan tujuan untuk mempengaruhi calon pemilih

untuk mendukung kandidat atau kebijakan tertentu tersebut.47

Dalam kegiatan kampanye pasangan calon wajib menyampaikan visi, misi,

dan program secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat. Penyampaian materi

45 Bentuk-bentuk kampanye monologis adalah pertemuan yang sifatnya terbatas, penyebaran

melalui media cetak dan media elektronik, penyiaran melalui radio dan televisi, penyebaran bahan

kampanye kepada umum dan rapat umum.

46 Lihat Pasal 76 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

Kampanye dialogis ini adalah seperti kampanye yang sekarang diterapkan dalam pemilihan Presiden

2009-20014.

47 Effendi Gazali, “ Strategis Kampanye PILKADA”, ( Jakarta: Jurnal Pamong Praja, 2005),

ed. 3., h. 79-79.

Page 54: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

41

kampanye di lakukan dengan cara yang sopan, tertib, dan bersifat edukatif. Untuk

penyusunan bahan kampanye, calon kepala daerah dan wakil kepala daerah berhak

mendapatkan informasi atau data dari Pemerintah Daerah, sesuai ketentuan

perundang-undangan.

Selama masa kampanye,48

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

membentuk tim monitoring kegiatan-kegiatan kampanye, yang terdiri atas dua orang

pegawai sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) untuk masing-masing

pasangan calon yang diterjunkan ke lapangan dan memantau langsung jalannya

kegiatan kampanye oleh kontestan pilkada. Namun, praktek yang terjadi di lapangan,

para petugas monitoring tersebut cenderung hanya memenuhi kewajiban minimal

mereka dengan mengisi form kosong yang di isi sekadarnya dan pengamatan yang di

lakukan tidak secara penuh dan menyeluruh. Dengan di isinya form kosong tersebut,

petugas monitoring kembali ke kantor atau ke tempat lain. Hal ini berakibat pada

pengisian form laporan monitoring kegiatan kampanye menggunakan laporan

berulang (jiplakan).49

d. Pemungutan dan Perhitungan Suara

Tahapan yang paling menetukan dalam proses pemilihan kepala daerah dan

wakil kepala daerah, adalah tahapan pemungutan suara. Pemungutan suara dilakukan

48 Kampanye pemilihan walikota dan wakil walikota Depok adalah kegiatan dalam rangka

meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program yang di lakukan dengan cara

yang sopan, tertib, dan bersifat edukatif atau mendidik. Lihat lampiran peraturan KPUD kota Depok

No.8 Tahun 2005 tentang petunjuk teknis pelaksanaan kampanye dalam rangka pemilihan walikota

dan wakil walikota Depok Tahun 2005.

49 Lihat, Bundel laporan kegiatan kampanye hasil monitoring pegawai sekretariat KPUD Kota

Depok.

Page 55: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

42

paling lambat satu bulan sebelum masa jabatan kepala daerah berakhir. Pemungutan

suara di laksanakan pada hari libur atau hari yang di liburkan, pemungutan suara di

lakukan dengan cara memberikan melalui surat suara, yeng berisi nomor urut, foto,

dan nama pasangan calon. Jumlah surat suara dicetak sama dengan jumlah pemilih di

tambah 2.5% dari jumlah pemilih.50

Kejelasan status pemilih tergantung kondisi terdaftarnya ia dalam daftar pemilih

yang dalam kegiatan pemungutan suara menggunakan kartu pemilih selaku instrumen

penunjuk identitas. Dapat dipahami bahwa kata putus mengenai sah atau tidaknya

seorang warga yang memiliki hak pilih dalam kegiatan pemungutan suara ,

tergantung muatan dalam daftar pemilihan umum, bukan di sertakan atau tidaknya

kartu pemilih yang berperan sebagai instrumen, terlebih Pasal 34 ayat (2) tidak

menyebutkan sanksi atau implikasi lain atas kelalaian dalam pelaksanaannya.

Pada hari dan tanggal pemungutan suara, Komisi Pemilihan Umum Daerah

(KPUD) melakukan pembagian tugas yang di laksnakan para anggota KPUD dan

pegawai sekretarian KPUD secara internal dan eksternal. Pembagian tugas internal

dengan komposisi personalia tertentu meliputi penyiapan ruang media center beserta

halaman kantor sekreteriat KPUD, dan publikasi hasil perhitungan sementara dengan

menggunakan teknologi informasi yang ada. Publikasi di dalam ruang media center

menggunakan proyektor LCD yang tampilan gambarnya di arahkan ke salah satu

50 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama, h. 84.

Page 56: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

43

dinding ruang (dinding dalam hal ini berfungsi sebagai pengganti layar) yang di

peruntukan bagi para tamu Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Sementara bagi masyarakat umum, yang hendak mengikuti jalannya

perkembangan perhitungan suara disegenap tempat perhitungan suara secara real time

dapat menyaksikannya melalui layar televisi di halaman kantor sekretariat Komisi

Pemilihan Umum Daerah yang telah di sambungkan ke komputer pengolahan hasil

perhitungan suara.

Proses pemungutan suara pada pemilihgan kepala daerah kota Depok cukup

menarik perhatian dari berbagai kalangan. Beberapa pejabat yang terlihat adalah

sekretaris jenderal Departemen Dalam Negeri progo Nurjaman yang di dampingi oleh

Gubernur Jawa Barat Dani Setiawan, serta anggota komisi II DPR RI Ferry Mursidan

Baldan, di tempat lain, ada pula rombongan peninjau lain yang terdiri dari anggota

KPU Pusat Chusnul Mariyah, serta para anggota KPUD Banjar, Jepara, Sukabumi,

Indramayu, Bandung, dan kabupaten Subang.51

Apabila ada pemilih tuna netra, tuna daksa, atau yang mempunyai halangan

fisik lain pada saat pemberian suara, maka dapat di bantu petugas Kelompok

Pelaksanaan Pemungutan Suara (KPPS) atau orang lain atas permintaan pemilih yang

bersangkutan. Petugas KPPS atau orang lain yang membantu pemilih wajib

merahasiakan pilihan pemilih yang di bantunya. Mengenai ketentuan pemberian

51 Dalam kunjungan ini hanya di sambut oleh ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota

Depok Dzulfadhli beserta staf dan sebagian pegawai sekretariatan KPUD, karena anggota KPUD yang

lain beserta sebagian pegawai sekretariat KPUD masih bertugas memonitoring terhadap pelaksanaan

pemungutan suara di sejumlah titik wilayah pemilihan.

Page 57: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

44

bantuan kepada pemilih, sebagaimana di maksud di atas, lebih lanjut akan di atur

dalam Peraturan Pemerintah.

Perhitungan suara harus di lakukan dan di selesaikan di Tempat Pemungutan

Suara (TPS) yang bersangkutan dan dapat dihadiri oleh sanksi pasangan calon,

panitia pengawas, pemantau dan warga masyarakat. Sanksi pasangan calon karus

membawa surat mandat dari tim kampanye yang bersangkutan dan menyerahkan

kepada ketua KPPS.

Penghitungan suara pasca pemilihan kepala daerah di Kota Depok berangsur

kisruh, Pendukung salah satu calon wali kota mendesak Komisi Pemilihan Umum

Depok dan Panitia Pemungutan Suara menghentikan proses penghitungan suara

tersebut. Meski KPU Depok harus melanjutkan proses penghitungan, para anggota

Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) menghentikan penghitungan karena diintimidasi

sekelompok massa.52

Guna mencegah terjadinya kecurangan dalam bentuk manipulasi angka

perhitungan suara, perhitungan suara harus dilakukan dengan cara yang

memungkinkan saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau dan warga

masyarakat yang hadir dapat menyaksikan dengan jelas proses perhitungan suara.

Pasangan calon dan warga masyarakat melalui pasangan calon yang hadir, dapat

mengajukan keberetan terhadap jalannya perhitungan suara oleh KPPS apabila

terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

52 http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/politik/artikel_cetak, “Perhitungan suara pilkada

Depok kisruh” sumber: kompas, diakses pada 29 Juni 2009.

Page 58: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

45

berlaku. Jika keberatan yang dilakukan oleh saksi pasangan calon atau warga

masyarakat dapat di terima, maka KPPS seketika itu juga melakukan pembetulan.

Setelah selesai perhitungan suara, KPPS segera membuat berita acara dan

sertifikat hasil perhitungan suara yang ditanda tangani oleh ketua KPPS, dan dapat

pula ikut ditanda tangani oleh para saksi pasangan calon. Kemudian satu eksamplar

salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara, di berikan kepada masing-

masing saksi pasangan calon dan satu eksemplar lagi di tempel ditempat umum yang

bisa dilihat oleh warga masyarakat.

e. Penetapan Pasangan Calon, Pengesahan, dan Pelantikan

Berdasarkan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara, KPU provinsi

atau KPU kabupaten kota, melalui rapat pleno menetapkan calon terpilih dengan

ketentuan sebagai berikut;

a. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh

suara lebih dari 50% dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan

calon terpilih;

b. Apabila tidak ada pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50%

dari jumlah suara sah, pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari

25% dari jumlah suara sah pasangan calon yang perolehan suaranya

terbesar, di antara yang memperoleh suara 25%, dinyatakan sebagai

pasangan calon terpilih;

Page 59: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

46

c. Apabila terdapat lebih dari satu pasangan calon yang perolehan suaranya

sama dan di atas 25% dari suara sah, penentuan pasangan calon terpilih di

lakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.

Jika pasangan calon terpilih yang berhalangan tetap, partai politik yang

pasangan calonnya memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua di bawah

pasangan calon terpilih, mengusulkan pasangan calon kepada DPRD untuk di pilih

menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah selambat-lambatnya dalam waktu

enam puluh hari. Demikian juga halnya dalam pemilihan kepala daerah sebagai

pengganti wakil kepala daerah yang berhalangan tetap harus di lakukan selambat-

lambatnya dalam waktu enam puluh hari.

Setelah pasangan calon terpilih di tetapkan oleh KPUD yang bersangkutan, di

teruskan ke DPRD untuk selanjutnya di usulkan kepada presiden melalui menteri

dalam negeri bagi pasangan calon guberbur dan wakil gubernur dan kepada menteri

dalam negeri melalui gubernur bagi pasangan calon bupati atau wali kota dan wakil

wali kota, untuk mendapatkan pengesahan dan pengangkatan.

Sebelum memangku jabatan, kepala daerah dan wakil kepala daerah di lantik

dengan mengucapkan sumpah atau janji yang di pandu oleh pejabat yang melantik

dengan sumpah atau janji sebagai berikut;

“Demi allah (Tuhan) saya bersumpah atau berjanji akan memenuhi kewajiban

saya sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah dengan sebaik-baiknya dan

nseadil-adilnya, memegang teguh Undang Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya

dengan selurus-lurusnya, serta berbakti kepada masyarakat, nusa dan bangsa.”

Page 60: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

47

Dalam pelaksanaan perhitungan suara dan rekapitulasi finalnya hasil penetapan

pasangan calon oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok, telah

ada interupsi yang berasal dari tim pasangan calon Badrul Kamal dan Syihabuddin

Ahmad yang dinyatakan kalah dan di tetepkan sebagai pemenang urutan kedua oleh

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) tersebut mempersoalkan tiga hal

berkenaan dengan perhitungan suara dan rekapitulasi yang telah dan tengah

berlangsung.53

Pertama, rekapitulasi final terhadap perolehan suara yang tengah di laksanakan

oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok menjurus pada statusnya

yang ilegal mengingat rekapitulasi yang telah di lakukan oleh Panitia Pemungutan

Suara (PPS) dan Panitia pemilihan Kecamatan (PPK) se kota Depok dengan sujumlah

kecacatan di dalamnya. Kecacatan tersebut berkenaan dengan proses pemungutan

suara.

Kedua, adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh tim kampanye

pasangan calon Nurmahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra beserta pendukungnya

merupakan catatan tersendiri sehingga menjadikan pasangan calon ini diragukan

legitimasinya dan tidak layak ditetapkan sebagai pemenang dalam rekapitulasi

dengan perolehan suara dengan asumsi bahwa perolehan suaranya diwarnai

kecurangan dan tidak sah.

53 Keterangan ini di peroleh dari kesaksian H.M.T. Hutoyo Gunardi sebagai saksi dari KPUD

Kota Depok dan saksi-saksi dari kubu Badrul kamal-Syihabuddin Ahmad; Lihat. Salinan Putusan

Pengadilan Tinggi (PT) Jawa Barat. Nomor 01/PILKADA/2005/PT.Bdg., h. 25.

Page 61: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

48

Ketiga, menganggap bahwa tidak selayaknya Komisi Pemilihan Umum Daerah

Kota Depok membuat berita acara dan rapat pleno dalam pembuatan surat keputusan

(SK) yang berisi rekapitulasi akhir dan penetapan pasangan calon Walikota dan wakil

Walikota terpilih tanpa melibatkan terlebih dulu pada pihak-pihak terkait, seperti

Panitia Pengawas pilkada (panwasda) kota Depok, DPRD kota Depok, dan KPUD

Profinsi Jawa Barat.

Gubernur dan wakil gubernur dilantik oleh menteri dalam negeri atas nama

presiden, sedangkan bupati atau wali kota dan wakil wali kota dilantik oleh gubernur

atas nama menteri dalam negeri. Pelantikan di maksud di laksanakan dalam rapat

paripurna DPRD.54

Tabel 1

Peroleha Suara Sah Para pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Depok55

No.

Urut

Nama Calon Walikota dan Wakil

Walikota Depok

Jumlah Suara Final Prosentase

1. H. Abdul Wahab Abidin dan

M. Ilham Wijaya

32.461 6,13%

2. Drs. H. Harun Heryana dan

Drs. H. Farkhan A.R

23.859 4,50%

3. Drs. H. Badrul Kamal, M.M. dan

K.H. Syihabuddin Ahmad

206.781 39,03%

4. Drs. Yus Ruswandi dan

H. M. Soetandi Dipowongso, S.H

43.096 6,44%

5. Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan

Drs. H. Yuyun Wirasaputra

232.610 43,90%

Sumber: SK KPUD Nomor18 Tahun 200556

54 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama, h. 98. 55 Rincian Perolehan sah di setiap kecamatan dapat di lihat dalam lampiran tabel 1.1.

Page 62: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

49

Melihat hasil tersebut, sedikitnya terdapat 40 % (empat puluh persen) pemilih

terdaftar yang tidak ikut memilih. Menurut Andrinof Chaniago pengamat politik dari

Universitas Indonesia (UI), dengan persentase sebanyak itu, proses pilkada cenderung

hanya sebagai tontonan publik saja. Warga Depok belum mampu memaknai pilkada

sebagai proses pembuatan kebijakan publik yang akan berpengaruh langsung kepada

mereka sendiri.57

Semua alur penyampaian hasil penetapan Walikota dan Wakil Walikota terpilih

untuk kemudian dilaksanakan pelantikan terhadapnya, mengharuskan Komisi

Pemilihan Umum Daerah Kota Depok menempuh jalur melalui DPRD Kota Depok

kepada menteri dalam negeri melalui Gubernur Jawa Barat.58

Diikut sertakannya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok

dalam jalur penyampaian hasil pilkada ini membuka peluang terhadap keputusan

penetapan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok yang masih

berlangsung di DPRD. Namun, terbitnya Surat Edaran Mentri Dalam Negeri (SE

Mendagri) yang menjelaskan mekanisme tersebut sedikit menepis kemungkinan

tersebut.

56 Iberamsjah MS, SK KPUD No.18 tahun 2005, Pilkada Kota Depok Tahun 2005, (Depok:

Sekretariat Walikota Depok, 2006), h. 78.

57 Lihat http://www.kompas.com “Pilkada Depok dan sikap apatis”, diakses pada 8

November, 2006.

58 Pasal 99 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005. Lih. Pula ketentuan

sebelumnya yang terkait dalam pasal 87 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.

Page 63: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

50

Akhirnya pada hari tanggal 16 Juli 2005 melalui Surat Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Daerah (SK KPUD) Nomor 18 Tahun 2005, ditetapkan bahwa Dr.

Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan Drs. H. Yuyun Wirasaputra resmi menjadi Walikota

dan Wakil Walikota Depok yang baru.

Setelah melalui perjalanan panjang, bahkan Mahkamah Agung (MA) dan

Mahkamah Konstitusi (MK) sampai perlu untuk turun tangan dalam menyelesaikan

kasus ini, dan pada akhirnya Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Depok yang

resmi memenangkan Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan Drs. H. Yuyun Wirasaputra

resmi di lantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Depok tepat tanggal 26 Januari

2006 dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyar Daerah (DPRD) Kota

Depok.

Page 64: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

51

BAB II

KPUD DEPOK DAN PROSES PEMILIHAN KEPALA DAERAH

A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum Derah

(KPUD)

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Provinsi maupun

Kabupaten atau Kota diperlukan adanya suatu lembaga yang independen dan

imparsial. Pembentukan dapat dilakukan melalui dua (2) cara, yaitu (1) membentuk

lembaga baru di setiap daerah pemilihan; atau (2) memanfaatkan keberadaan Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan Kabupaten atau Kota yang telah

berpengalaman dalam menyelenggarakan pemilihan umum anggota legislatif dan

pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden59

Dengan alasan efisiensi biaya dan kelengkapan sarana dan prasarana serta

kelayakan kemampuan yang telah dibuktikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

dan KPU Provinsi maupun Kabupaten atau Kota sebagai penyelenggara pemilihan

umum anggota legislatif dan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, maka

penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dibebankan kepada lembaga Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang organ-organnya merupakan Komisi

59 Zain Badjeber, “Komentar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah”, (Jakarta: Forum Indonesia Baru, 2005), h. 246.

18

Page 65: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

55

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang di beri wewenang khusus

oleh Undang-Undang dalam menyelenggarakan pemilihan kepala daerah.60

1. Pengertian Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD)

Undang Undang Dasar 1945 tidak merumuskan lembaga penyelenggara pilkada,

namun demikian penyelenggara pemilihan kepala daerah disebutkan dalam pasal 57 ayat

(1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang

menyatakan:

“ Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh Komisi

Pemilihan umum Daerah (KPUD) yang bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD)”.61

Komisi Pemiliha Umum Daerah (KPUD) sebagai

penyelenggara pemilihan kepala daerah, kemudian ditegaskan lagi dalam pasal 4 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan Kepala Daerah, yang

menyatakan:

(1) Pemilihan di selenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah(KPUD)

(2) Dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur, KPUD

Provinsi menetapkan KPUD Kabupaten atau Kota sebagai bagian pelaksana tahapan

penyelenggaraan pemilihan.62

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang diberikan tugas sebagai

penyelenggara pemilihan kepala daerah, menurut pasal 1 angka 21 Undang-undang

60 Badjeber, “Komentar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah”,

h. 247. 61 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 072-073/PUU/III/2005.

62 Op. Cit., Pasal 4 ayat 1 dan 2.

Page 66: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

56

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah Komisi Pemilihan Umum

yang selanjutnya disebut KPUD Provinsi atau Kabupaten atau kota sebagaimana di

maksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 200363

yang diberi wewenang khusus

oleh Undang-undang ini untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan

wakil kepala daerah di setiap Provinsi dan Kabupaten atau Kota.

Sekarang yang menjadi permasalahan adalah samakah KPUD sebagaimana di

maksud dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

dengan KPU berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. KPU terdapat dalam Pasal 22E Undang Undang

Dasar 1945 dalam bab VII B pemilihan umum, yang merupakan hasil perubahan ketiga

tahun 2001. Pasal 22E ayat 5 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan “Pemilihan

Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap

dan mandiri”.

Dalam pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi atas putusan perkara Nomor

072-073/PUU/II/2004 tentang Pengujian Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan:

“ Maksud pembuat undang-undang menetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi maupun Kabupaten atau Kota berfungsi sebagai pelaksana tugas Komisi

Pemilihan Umum Daerah, apabila anak kalimat tersebut dinyatakan tidak mempunyai

hukum mengikat, maka bunyi pasal angka 21 akan menjadi “ Komisi Pemilihan Umum

Daerah yang selanjutnya disebut KPUD adalah KPU Provinsi atau Kabupaten, atau

Kota”. Yang artinya dengan rumusan tersebut penyelenggara pemilihan kepala daerah

63 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Page 67: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

57

langsung adalah KPU Provinsi, Kabupaten atau Kota, sebagai bagian dari KPU yang di

maksudkan pasal 22E Undang-Undang Dasar 1945. dengan demikian penyelenggara

pemilihan kepala daerah (Pilkada), KPU menjadi regulator dan pengawas pelaksanaan

pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi, Kabupaten, atau Kota,

padahal pengertian yang demikian bukanlah yang di maksudkan oleh pembuat undang-

undang. Walaupun demikian dalam hal kewenangan yang berkaitan dengan masalah

internal KPU dan KPU Provinsi, Kabupaten, atau Kota tetap ada secara hierarkis,

sehingga KPU tetap wajib melakukan tugas-tugas koordinasi dan supervisi untuk lebih

memberdayakan kinerja KPU Provinsi, kabupaten atau Kota”.64

Menyikapi amar putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, di satu sisi Mahkamah

Konstitusi ingin mengatakan secara formal, bahwa KPUD itu berada dengan KPU

Provinsi, Kabupaten atau Kota, sungguh keduanya memiliki organ yang sama.

Pandangan ini dapat dipahami jika dianalogikan dengan jabatan Gubernur atau Bupati.

Sebagai Gubernur ia adalah aparat pusat yang ada di daerah, di sisi lain ada juga dengan

kepala daerah, ia adalah aparat daerah yang bersama-sama dengan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) melaksanakan pemerintahan di daerah.65

Dengan konstruksi pikiran seperti ini, memberikan beberapa implikasi; pertama,

secara substansi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, Kabupaten atau Kota berbeda

dengan KPUD, kedua, KPU masih mempunyai kewenangan pengawasan dan

memberikan advis kepada KPU Provinsi, Kabupaten atau Kota, ketiga, pengaturan proses

64 Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor 072-073/PUU/II/2004 tentang pengujian

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945, h. 112.

65 Sahuri Taufiqurrahman, “Anatomi Putusan mahkamah Konstitusi Republik Indonesia”,

(Jakarta: makalah seminar putusan Mahkamah Konstitusi /PUU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, 2005), h. 6 .

Page 68: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

58

pencalonan seperti penjadwalan pemilihan, penetapan pasangan calon kepala daerah

menjadi kewenangan KPUD, dan keempat, anggota KPUD sebagai aparat KPU di daerah,

secara struktural tetap harus memperlihatkan kebijakan atasannya (KPU).

Keberadaan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sebagai penyelenggara

pemilihan kepala daerah (PILKADA) kembali di tegaskan dalam konsideran penjelasan

umum angka 4 penjelasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, yang menjelaskan sebagai berikut: “ Melalui Undang-undang ini Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi, Kabupaten atau Kota di berikan kewenangan

sebagai penyelenggara Pilkada. Komisi Pemilihan Umum Daerah yang di maksud dalam

undang-undang ini adalah KPUD sebagaimana di maksud Undang-undang Nomor 12

Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Untuk itu, tidak perlu di

bentuk dan di tetapkan KPUD dan keanggotaannya yang baru.66

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelaslah bahwa penyelenggaraan pemilihan

kepala daerah adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). KPUD di maksud

adalah KPU Provinsi, Kabupaten atau Kota. KPU ini diberi wewenang sebagai

penyelenggara pemilihan kepala daerah. KPUD yang dimaksud dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah KPU sebagaimana

dimaksudkan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

66 Republik Indonesia, Undang-undang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, penjelasan umum angka 4.

Page 69: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

59

Pertimbangan di pilihnya KPU Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang bernama

Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah dengan

tidak membentuk lembaga baru dengan keanggotaan baru adalah untuk efisiensi waktu,

tenaga, dan biaya. Pertimbangan ini didasari karena perangkat, sarana, dan prasarana

KPU Provinsi, Kabupaten, dan Kotamadya sudan terbentuk di seluruh Indonesia.

Dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, peran Komisi Pemilihan Umum

di sini hanya sebatas menjadi acuan bagi Komisi Pemilihan Umum Daerah dalam

membuat berbagai peraturan yang selama ini sudah ada. Dalam pasal 29 butir 9 dan pasal

32 butir g Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Komisi Pemilihan

Umum Provinsi, maupun Komisi Pemilihan Umum Kabupaten atau Kota melaksanakan

kewajiban lain yang diatur dalam Undang-undang. Dengan demikian ada kewenangan

Undang-undang untuk memberikan kewajiban lain kepada Komisi Pemilihan Umum

Provinsi, Kabupaten atau Kota.

Ada 3 (tiga) kewajiban lain yang di berikan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah kepada Komisi Pemilihan Umum Provinsi,

Kabupaten atau Kota, yaitu; (1) penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, (2)

pertanggung jawaban pemilihan kepala daerah kepada publik, dan (3) melaporkan

pelaksanaan pilkada kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Selanjutnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 memang tidak memberi

kewajiban atau wewenang khusus kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun hal

ini sesungguhnya tidak berarti KPU kehilangan peran sama sekali, KPU tetap menjaga

berfungsinya organisasi secara baik dan benar di tingkat Provinsi, Kabupaten atau Kota.

Page 70: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

60

2. Karakteristik Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD)

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 21 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum Daerah yang

selanjutnya disebut KPUD adalah KPU Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Sebagaimana

dimaksud Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diberi wewenang khusus oleh

Undang-undang ini untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah di setiap Provinsi dan Kabupaten atau Kota. Dengan demikian semua sifat yang

terkandung dalam Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Kabupaten atau Kota juga di miliki

oleh KPUD.

Bertolak dari penafsiran Mahkamah Konstitusi dan pembuat Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pemilihan kepala daerah

tidak termasuk kategori pemilu, maka manajemen pemilihan kepala daerah tidak di

lakukan oleh Komisi pemilihan Umum (KPU) tetapi oleh pemerintah, bukan keputusan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagaimana yeng berlaku untuk pemilihan umum

legislatif dan pemilihan Presiden.

Menurut Mahkamah Konstitusi tidak ada alasan kuat bahwa pemilihan kepala

daerah tidak masuk ke dalam pengertian pemilihan umumn Pasal 22E Undang-Undang

Dasar 1945, maka pengaturan pemilihan kepala daerah menjadi kewenangan pemerintah.

Meskipun demikian, Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai lembaga Independen

harus bebas dari intervensi lembaga negara manapun dalam penyelenggaraan pemilihan

kepala daerah langsung, yaitu harus berdasarkan asas-asas pemilihan umum, yakni

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Page 71: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

61

Pesan demikian yang ingin di sampaikan dalam putusan Mahkamah Konstitusi

yang mengabulkan permohonan para pemohon mengenai aturan hukum yang

mengharuskan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) bertanggung jawab kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Konsideran putusan Mahkamah Konstitusi

tersebut menyatakan;67

“Menimbang bahwa pembuat Undang-Undang telah menetapkan Komisi Pemilihan

Umum Daerah (KPUD) sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah langsung, yang

mana Mahkamah Konstitusi berpendapat hal tersebut menjadi wewenang dari pembuat

undang-undang. Walaupun demikian, KPUD harus di jamin independensinya dalam

menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, dan apabila independensi KPUD tidak

dijamin, maka hal ini akan mengganggu pelaksanaan hak rakyat sebagai pemegang

kedaulatan yang ditentukan dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945,

bertentangan dengan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di hadapan hukum yang di muat dalam pasal 28D Undang-Undang

Dasar 1945”.

Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut memiliki implikasi ; (1) dalam pemilihan

kepala daerah Komisi Pemilihan Umum Daerah tidak bertanggung jawab kepada DPRD,

(2) DPRD tidak berwenang meminta pertanggung jawaban atas KPUD, (3) KPUD tidak

berkewajiban mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran pemilihan kepala daerah

,dan (4) pembatalan calon kepala daerah yang terbukti melakukan palanggaran

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tidak lagi

67 Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor 072-073/PUU/II/2004 tentang pengujian

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar

1945, h. 110.

Page 72: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

62

di lakukan oleh DPRD.68

Ketentuan tersebut cukup logis dengan memandang bahwa amat

sulit mempunyai tujuan tersebut, apabila KPUD harus mempertanggung jawabkan

kepada lembaga lain, seperti DPRD. Sebab DPRD merupakan unsur-unsur partai politik

yang menjadi pelaku dalam kompetisi pemilihan kepala daerah.

B. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

Komisi Pemilihan Umum Daerah merupakan lembaga yang bertanggung jawab

terhadap berbagai bidang dan aspek perencanaan, penyelenggaraan, dan pengendalian

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung. Tata cara pelaksanaan masa

persiapan dan tahap pelaksanaan diatur oleh KPUD dengan berpedoman pada Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.69

Secara sederhana, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) kota Depok berperan

sebagai penyelenggara Pemilihan Umum (pemilu)70

. Dan Pemilihan Kepala Daerah

(Pilkada) dalam batasan entitas kewilayahan menurut yurisdiksi kota Depok. Inilah yang

kemudian menjadi wilayah pemilihan dalam pemilihan kepala daerah tahun 2005.

Tugas dan kewenangan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) inilah yang

akan diawasi pelaksanaannya oleh Panitia Pengawas Daerah (panwasda) dalam wilayah

kerjanya, begitu pula dengan masyarakat yang amat berkepentingan dengan

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

68 Lihat putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-III/2005, h. 112-113.

69 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan

Pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.

70 Lihat pasal 57 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Bab III Pasal 4 Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2005.

Page 73: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

63

Dalam rangka penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah,

maka tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sebagaimana di

atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, meliputi:

i. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah;

j. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;

k. Mengoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan

pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;

l. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye, serta pemungutan suara

kepala daerah dan wakil kepala daerah ;

m. Memeliti persyaratan partai politik atau gabungan partai politik serta persyaratan

calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang mengusulkan calon;

n. Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan;

o. Menerima pendaftaran dan mengumumkan tim kampanye, dan mengumumkan

sumbangan dana kampanye;

p. Mengumumkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;71

Di samping tugas dan wewenang tersebut di atas, Komisi Pemilihan Umum Daerah

(KPUD) juga mempunyai beberapa kewajiban, yaitu:

g. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara;

71 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama h.57.

Page 74: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

64

h. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa; yang berkaitan dengan

penyelenggaran pemilihan kepala daerah dan wakil berdasarkan peraturan

perundang-undangan;

i. Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahapan pelaksanaan

pemilihan dan penyampaian informasi kegiatan kepada masyarakat;

j. Memelihara arsip dan dokumen pemilihan, serta mengelola barang inventaris

milik KPUD berdsarkan peraturan perundang-undangan;

k. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD, serta

l. Melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah.72

Pemberian kewenangan mengatur semua tahapan pemilihan kepala daerah kepada

Komisi Pemilihan Umum Daerah. dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah,

dapat menimbulkan 3 (tiga) persoalan hukum;73

pertama, ketentuan seperti ini

bertentangan dengan prinsip kemandirian yang melekat tidak hanya kepada Komisi

Pemilihan Umum, tetapi juga kepada KPUD sebagai aparatnya di daerah, karena

menempatkan KPUD di bawah pengarahan pemerintah. KPU atau KPUD yang mandiri

berarti tidak berada di bawah golongan, partai politik, ataupun pemerintah, melainkan

melaksanakan pemilihan umum sepenuhnya menurut Undang-undang.

Dengan kewenangan Komisi Pemilihan Umum Daerah menetapkan ketentuan

teknis, semua tahapan pemilihan kepala daerah berdasarkan peraturan pemerintah, maka

72 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan

Pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah, Pasal 6.

73 Ramlan Subakti, “Bebarapa pertanyaan tentang sistem pemilihan kepala daerah secara

langsung”, (Jakarta: Jurnal Pamong Praja, 2005), ed. 3, h. 55.

Page 75: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

65

KPUD menerima pengarahan dan supervisi dari pemerintah atau setidaknya jika ada

permasalahan dalam menyelenggarakan pemilihan kepala daerah harus bertanya dan

berkonsultasi, menunggu pengarahan dari pemerintah tentang pengaturan tahap

pemilihan kepala daerah.

Kedua, ketentuan tersebut tidak taat asas dengan Undang-undang Nomor 12 tahun

2003 Tentang Pemilihan Umum dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah yang sama sekali tidak memberikan kewenangan kepada

pemerintah untuk membuat peraturan pelaksanaan pemilihan umum, dengan alasan untuk

menghindari perbuatan peraturan pemilihan umum oleh peserta pemilu.74

Dan ketiga,

pemberian kewenangan pengaturan teknis tahap persiapan dan pelaksanaan tahap

pemilihan kepala daerah kepada KPUD bertentangan dengan asas eksternalitas dan

efisiensi yang diatur dalam pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah itu sendiri.

Urusan yang bersifat atau berlaku lintas daerah harus ditangani oleh instansi yang

berlingkup luas, dikatakan demikian karena pengaturan teknis setiap tahapan tersebut

merupakan penjabaran asas-asas pemilihan umum yang demokratis, yaitu langsung,

umum, bebas, rahasia (Luber) serta jujur dan adil (Jurdil).

Penjabaran asas-asas pemilihan umum ini berlaku di seluruh Indonesia, bahkan

berlaku universal, sehingga tidak dapat di desentralisasikan kepada KPUD. Di sebut tidak

efisien yaitu karena bila pemilihan kepala daerah diselenggarakan di 226 daerah

(Provinsi, Kabupaten dan Kota), maka harus di buat 226 Surat keputusan (SK) untuk

setiap tahapan pemilihan kepala daerah yang isinya sama. Pengaturan teknis pemilihan

74 Cetro,” Urgensi revisi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah

sebelum penyelenggaraan pemilihan kepala daerah”, ( http://www.cetro.or.id), diakses pada 18 Juli 2005.

Page 76: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

66

kepala daerah seharusnya diserahkan kepada KPU, tetapi perencanaan dan

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di serahkan sepenuhnya kepada KPUD.75

Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 072-073/PUU-III/2005,

maka KPUD di dalam menyelenggarakan Pilkada, tidak lagi bertanggung jawab kepada

DPRD, baik tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas KPUD maupun tanggung jawab

penggunaan anggaran Pilkada. Mengenai pelaksanaan tugas-tugas penyelenggaraan

tahapan Pilkada, KPUD bertanggung jawab kepada pemerintah daerah masing-masing.

Di samping itu DPRD tidak lagi berwenang membatalkan pasangan calon yang

dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap, karena melakukan “politik uang”. Karena itu, sekarang beralih kepada

KPUD. Hal ini semua didasarkan pada pertimbangan demi menjaga independensi KPUD

dalam penyelenggaraan Pilkada, dan kemungkinan adanya intervensi dari pihak DPRD.

C. Tahap Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

Dalam rangka mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, sesuai tuntutan

reformasi dan amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, bahwa Provinsi, Kabupaten dan Kota merupakan daerah otonom, maka kini sudah

saatnya untuk mengemban sistem pemilihan kepala daerah secara langsung dan mulai

menerapkan. Upaya ini menjadi lebih mendesak karena tuntutan dari berbagai daerah

untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi semakin gencar.76

75 Cetro, Kesimpulan Putusan perkara Mahkamah Konstitusi Nomor 072/PUU-II/2004. 76 Agung Djojosoekarto, Rudi Hauter, “Pemilihan Langsung Kepala Daerah: Transformasi

menuju Demokrasi Lokal”, Kerjasama Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia dan Koniad Adenauer

Stiftung, h. 6.

Page 77: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

67

Undang-undang ini menganut sistem pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah secara langsung dengan memilih calon secara berpasangan. Calon di usulkan oleh

partai politik atau gabungan partai politik. Asas yang digunakan dalam pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah sama dengan asas pemilu77

sebagaimana di atur dalam

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden, yaitu asas langsung, umum, bebas dan rahasia (luber), serta jujur dan adil

(jurdil).

Sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, undang-

undang ini menugaskan KPUD di masing-masing daerah. KPUD yang dimaksud dalam

hal ini adalah KPUD sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003.

Dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah, KPUD bertanggung jawab kepada DPRD yang bersangkutan. Namun, secara

organisatoris KPUD tetap bertanggung jawab kepada KPU pusat. Walaupun tidak diatur

dalam undang-undang ini, secara organisatoris KPU tetap dapat melakukan tugas-tugas

koordinasi dan supervisi terhadap KPUD dan demikian juga KPUD provinsi terhadap

KPUD Kabupaten/Kota, dalam pemilihan Bupati/Walikota.

Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) Depok yang di selenggarakan pada Juni 2005

dengan jumlah pemilih sebanyak 908.890 jiwa, telah melahirkan sejumlah keputusan

kontroversial. Tidak konsistennya pemerintah pusat melalui Pengadilan Tinggi (PT)

hingga Mahkamah Agung (MA) dalam menentukan Walikota terpilih membuat daerah

pemukiman ini menjadi sorotan dari berbagai pihak, tetapi, justru hal inilah yang

membuat pilkada Depok memiliki daya tarik tersendiri jika di bandingkan dengan

77 Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, h.

56.

Page 78: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

68

pemilihan Kepala Daerah (pilkada) di daerah-daerah lain. Keseriusan pemerintah pusat

dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), diwujudkan dengan

membentuk desk Pilkada di Departemen Dalam Negeri.78

Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pilkada langsung tersebut, sekurang-

kurangnya ada dua hal besar yang harus dilihat sebagai konteks. Pertama, bahwa lahirnya

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya yang

menyangkut Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah telah melahirkan

kontroversi yang cukup serius. Banyak yang menilai bahwa berbagai ketentuan tentang

penyelenggaraan Pilkada langsung tersebut kurang didukung oleh kerangka berpikir yang

tepat. Buntutnya adalah pengajuan judicial review oleh beberapa Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) Peduli Pemilu dan beberapa KPU Provinsi. Tentu berbagai

kontroversi ini akan mempengaruhi kesiapan KPU Daerah (dan juga pihak-pihak lainnya)

di dalam persiapan penyelenggaraannya.79

Hal yang pertama adalah konstruksi kewenangan penyelenggaraan. Berbeda

dengan pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang memposisikan

Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri- sebagai pemegang

mandat tunggal penyelenggaraan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah membagi kewenangan penyelenggaraan pilkada kepada tiga

institusi, yakni pemerintah, KPUD dan DPRD, dengan porsi masing-masing yang diatur

oleh UU.

78 Desk pilkada memiliki peran signifikan dalam upaya mengambil langkah-langkah dan antisipasi

mengenai keadaan pemerintah, keamanan, serta memberikan fasilitasi pada setiap tahap penyelenggaraan pilkada agar dalam pelaksanaannya berjalan tertib, aman, dan terkendali).

79 http://www.suaramerdeka.com/harian, “ Antisipasi masalah dalam Pilkada, Perlu perincian

kewenangan penyelenggara”, diakses pada Agustus 2009.

Page 79: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

69

Proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (PILKADA) di

laksanakan dalam 2 (dua) tahap, yakni tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.80

1. Tahap Persiapan

Persiapan pemilihan merupakan proses awal dalam pemilihan kepala daerah

sebelum pelaksanaan pemilihan itu sendiri dilaksanakan. Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah tidak mengatur mengenai masa persiapan

proses pemilihan kepala daerah. Namun, hal tersebut diatur secara rinci dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang pemilihan kepala daerah, pengesahan,

pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah.

Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005, di sebutkan bahwa masa

persiapan pemilihan kepala daerah, meliputi;81

a. Pemberitahuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kepada Kepala

Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan;

b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan

Kepala Daerah;

c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan

pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah;

d. Pembentukan kepanitiaan pengawas, PPK dan KPPS;

e. Pembentukan dan pendaftaran pemantau oleh KPUD.

80 Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 Pasal 65 ayat (1).

81 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Pasal 2.

Page 80: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

70

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan ini meliputi 5 (lima) kegiatan, yang masing-masing

merupakan satu rangkaian yang saling terkait, meliputi;82

a. Penetapan Daftar Pemilih

Warga negara yang berhak memilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah adalah Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sudah berumur tujuh belas tahun atau

sudah pernah menikah. Dalam undang-undang ini tidak dijelaskan, warga negara

Indonesia yang mana yang berhak yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah. kemungkinan pertama adalah warga negara

Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk (memiliki kartu tanda penduduk) di daerah

yang bersangkutan.

Secara prosedural, untuk dapat terdaftar sebagai pemilih, seseorang setidak-

tidaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:83

1. Orang yang bersangkutan merupakan Warga Negara Indonesia (WNI);

2. Menjadi penduduk kota Depok yang pada hari dan tanggal pemungutan suara

pemilihan telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah menikah;

3. Secara nyata tidak sedang terganggu jiwa atau ingatannya;

4. Tidak di cabut hak pilihnya berdsarkan putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap;

82 Ibid., Pasal 65 ayat (3). 83 Lihat pasal 68-69 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo pasal 15-16 Peraturan Pemerintah

Nomor Tahun 2005 jo Pasal 2 dan 3 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok Nomor 2

Tahun 2005 tentang tata cara pelaksanaan pendaftaran pemilih dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah dan

Wakil kepala Daerah kota Depok Tahun 2005.

Page 81: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

71

5. Berdomisili di daerah pemilihan, yakni wilayah kota Depok, sekurang-

kurangnya enam bulan sebelum di tetapkannya daftar pemilih sementara

(DPS) yang di buktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti

identitas kependudukan lainnya yang sah.

Untuk dapat menggunakan hak pilih, seorang Warga Negara Indonesia harus

terdaftar sebagai pemilih. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat didaftar sebagai

pemilih adalah keadaan fisiknya harus dalam keadaan sadar atau tidak sedang terganggu

jiwa, tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh hukum tetap. Seorang warga negara Indonesia yang telah terdaftar dalam

daftar pemilih, kemudian kemudian ternyata tidak lagi memenuhi kedua syarat tersebut,

maka tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

b. Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah

Dalam proses pendaftaran pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah, daftar pemilih pada saat pelaksanaan pemilihan terakhir di daerah, digunakan

sebagai daftar pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Seorang

pemilih hanya di daftar satu kali dalam daftar pemilih. Pemilih yang mempunyai satu

tempat tinggal harus menentukan salah satu di antaranya untuk di tetapkan sebagai

tempat tinggal yang di cantumkan dalam daftar pemilih. Sebagai tanda bukti telah

terdaftar sebagai pemilih, pemilih diberikan tanda bukti pendaftaran, kemudian di

tukarkan dengan kartu pemilih.84

Adapun mengenai penetapan pasangan calon kepala daerah, partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilu, yang tidak memiliki kursi di DPRD dapat

84 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama, h. 66.

Page 82: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

72

mengusulkan pasangan calon kepala daerah dalam Pilkada. Partai politik atau gabungan

partai politik yang dapat mengusulkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah, yaitu harus memenuhi syarat; memiliki sekurang-kurangnya telah memperoleh

lima belas persen kursi di DPRD, atau memiliki lima belas persen akumulasi perolehan

suara sah dalam daerah pemilihan yang bersangkutan.

Idealnya proses pencalonan dilakukan melalui sistem dua pintu. Pintu pertama

melalui partai politik, sedangkan pintu kedua melalui usulan dari masyarakat. Pasangan

calon yang diusulkan oleh masyarakat ini, umpamanya disyaratkan harus mendapat

dukungan minimal satu persen dari jumlah pemilih terdaftar. Adapun syarat-syarat untuk

dapat diusulkan sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga

negara Indonesia yang memenuhi syarat:85

10. Bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa dan setia kepada Pancasila;

11. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau

sederajat;

12. Berusia sekurang-kurangnya tiga puluh tahun;

13. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan pemeriksaan dari tim dokter;

14. Tidak pernah di jatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan;

15. Memiliki hak pilihnya dan mengenal daerahnya serta telah di kenal oleh

masyarakat;

16. Menyerahkan daftar riwayat hidup secara lengkap;

17. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama

dua kali masa jabatan yang sama;

85 Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, h.

70.

Page 83: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

73

18. Tidak dalam status sebagai pejabat kepala daerah.

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dalam melakukan penelitian terhadap

persyaratan administrasi para calon, maka perlu melakukan klarifikasi kepada instansi

pemerintah yang berwenang dan menerima masukan dari masyarakat.86

Hasil penelitian

tersebut dalam jangka waktu paling lama tujuh hari, terhitung sejak tanggal penutupan

pendaftaran, diberitahukan secara tertulis kepada pimpinan partai politik yang

mengusulkan calon bersangkutan. Apabila pasangan calon, berdasarkan berdasarkan hasil

penelitian yang di lakukan KPUD ternyata belum memenuhi syarat, maka partai politik

diberi kesempatan buat melengkapi atau memperbaiki surat percalonan, beserta

persyaratan pasangan calon, maka paling lambat tujuh hari sejak saat pemberitahuan hasil

penelitian tersebut paling lambat tujuh hari kepada pimpinan partai politik yang

mengusulkan.

Pasangan calon yang sudah ditetapkan oleh KPUD di umumkan secara luas paling

lambat tujuh hari sejak selesainya penelitian. Kemudian dilakukan undian secara terbuka,

dalam arti wajib dihadiri oleh pasangan calon, wakil partai politik, pers dan wakil

masyarakat, terhadap pasangan calon yang sudah ditetapkan atau di umumkan untuk

menentukan nomor urut pasangan calon. Berdasarkan ketentuan pasal 61 ayat (4)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, penetapan dan

pengumuman pasangan calon oleh KPUD bersifat final dan mengikat. Dalam hal ini

berarti tidak ada lagi upaya, baik secara politis maupun secara hukum yang dapat

dilakukan untuk membatalkan penetapan pasangan calon tersebut.

c. Kampanye

86 ibid, h. 74.

Page 84: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

74

Kampanye adalah merupakan suatu kegiatan yang di laksanakan dalam rangka

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Kampanye di

lakukan selama empat belas hari dan harus telah berakhir pada saat memasuki masa

tenang, yaitu tiga hari menjelang pemungutan suara di laksanakan.

Kampanye di selenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan

calon bersama-sama partai politik yang mengusulkan pasangan calon. Tim kampanye

harus di daftarkan kepada KPUD, bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon.

Kampanye di lakukan secara bersama-sama atau secra terpisah oleh pasangan calon atau

tim kampanye. Penanggung jawab kampanye adalah pasangan calon, dan dalam

pelaksanaannya pertanggung jawaban dilakukan oleh tim kampanye.

Bentuk kampanye sering dikategorikan antara monologis dan dialogis. Kampanye

monologis di identifikasikan sebagai paradigma lama dan dialogis sebagai paradigma

baru suatu kampanye. Bentuk-bentuk kampanye monologis dalam pemilihan kepala

daerah cukup dominan.87

Adapun bentuk kampanye dialogis adalah berupa tatap muka

dan dialog serta debat publik atau debat terbuka antar calon.88

Kampanye dalam komunikasi politik adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk

memberikan informasi dalam bentuk citra tentang seseorang atau kebijakan (publik)

87 Bentuk-bentuk kampanye monologis adalah pertemuan yang sifatnya terbatas, penyebaran

melalui media cetak dan media elektronik, penyiaran melalui radio dan televisi, penyebaran bahan

kampanye kepada umum dan rapat umum. 88 Lihat Pasal 76 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

Kampanye dialogis ini adalah seperti kampanye yang sekarang diterapkan dalam pemilihan Presiden 2009-

20014.

Page 85: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

75

tertentu yang disampaikan dengan tujuan untuk mempengaruhi calon pemilih untuk

mendukung kandidat atau kebijakan tertentu tersebut.89

Dalam kegiatan kampanye pasangan calon wajib menyampaikan visi, misi, dan

program secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat. Penyampaian materi kampanye

di lakukan dengan cara yang sopan, tertib, dan bersifat edukatif. Untuk penyusunan

bahan kampanye, calon kepala daerah dan wakil kepala daerah berhak mendapatkan

informasi atau data dari Pemerintah Daerah, sesuai ketentuan perundang-undangan.

Selama masa kampanye,90

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) membentuk

tim monitoring kegiatan-kegiatan kampanye, yang terdiri atas dua orang pegawai

sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) untuk masing-masing pasangan

calon yang diterjunkan ke lapangan dan memantau langsung jalannya kegiatan kampanye

oleh kontestan pilkada. Namun, praktek yang terjadi di lapangan, para petugas

monitoring tersebut cenderung hanya memenuhi kewajiban minimal mereka dengan

mengisi form kosong yang di isi sekadarnya dan pengamatan yang di lakukan tidak

secara penuh dan menyeluruh. Dengan di isinya form kosong tersebut, petugas

monitoring kembali ke kantor atau ke tempat lain. Hal ini berakibat pada pengisian form

laporan monitoring kegiatan kampanye menggunakan laporan berulang (jiplakan).91

d. Pemungutan dan Perhitungan Suara

89 Effendi Gazali, “ Strategis Kampanye PILKADA”, ( Jakarta: Jurnal Pamong Praja, 2005), ed. 3.,

h. 79-79. 90 Kampanye pemilihan walikota dan wakil walikota Depok adalah kegiatan dalam rangka

meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program yang di lakukan dengan cara yang

sopan, tertib, dan bersifat edukatif atau mendidik. Lihat lampiran peraturan KPUD kota Depok No.8 Tahun 2005 tentang petunjuk teknis pelaksanaan kampanye dalam rangka pemilihan walikota dan wakil walikota

Depok Tahun 2005.

91 Lihat, Bundel laporan kegiatan kampanye hasil monitoring pegawai sekretariat KPUD Kota

Depok.

Page 86: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

76

Tahapan yang paling menetukan dalam proses pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah, adalah tahapan pemungutan suara. Pemungutan suara dilakukan paling

lambat satu bulan sebelum masa jabatan kepala daerah berakhir. Pemungutan suara di

laksanakan pada hari libur atau hari yang di liburkan, pemungutan suara di lakukan

dengan cara memberikan melalui surat suara, yeng berisi nomor urut, foto, dan nama

pasangan calon. Jumlah surat suara dicetak sama dengan jumlah pemilih di tambah 2.5%

dari jumlah pemilih.92

Kejelasan status pemilih tergantung kondisi terdaftarnya ia dalam daftar pemilih

yang dalam kegiatan pemungutan suara menggunakan kartu pemilih selaku instrumen

penunjuk identitas. Dapat dipahami bahwa kata putus mengenai sah atau tidaknya

seorang warga yang memiliki hak pilih dalam kegiatan pemungutan suara , tergantung

muatan dalam daftar pemilihan umum, bukan di sertakan atau tidaknya kartu pemilih

yang berperan sebagai instrumen, terlebih Pasal 34 ayat (2) tidak menyebutkan sanksi

atau implikasi lain atas kelalaian dalam pelaksanaannya.

Pada hari dan tanggal pemungutan suara, Komisi Pemilihan Umum Daerah

(KPUD) melakukan pembagian tugas yang di laksnakan para anggota KPUD dan

pegawai sekretarian KPUD secara internal dan eksternal. Pembagian tugas internal

dengan komposisi personalia tertentu meliputi penyiapan ruang media center beserta

halaman kantor sekreteriat KPUD, dan publikasi hasil perhitungan sementara dengan

menggunakan teknologi informasi yang ada. Publikasi di dalam ruang media center

menggunakan proyektor LCD yang tampilan gambarnya di arahkan ke salah satu dinding

92 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama, h. 84.

Page 87: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

77

ruang (dinding dalam hal ini berfungsi sebagai pengganti layar) yang di peruntukan bagi

para tamu Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Sementara bagi masyarakat umum, yang hendak mengikuti jalannya perkembangan

perhitungan suara disegenap tempat perhitungan suara secara real time dapat

menyaksikannya melalui layar televisi di halaman kantor sekretariat Komisi Pemilihan

Umum Daerah yang telah di sambungkan ke komputer pengolahan hasil perhitungan

suara.

Proses pemungutan suara pada pemilihgan kepala daerah kota Depok cukup

menarik perhatian dari berbagai kalangan. Beberapa pejabat yang terlihat adalah

sekretaris jenderal Departemen Dalam Negeri progo Nurjaman yang di dampingi oleh

Gubernur Jawa Barat Dani Setiawan, serta anggota komisi II DPR RI Ferry Mursidan

Baldan, di tempat lain, ada pula rombongan peninjau lain yang terdiri dari anggota KPU

Pusat Chusnul Mariyah, serta para anggota KPUD Banjar, Jepara, Sukabumi, Indramayu,

Bandung, dan kabupaten Subang.93

Apabila ada pemilih tuna netra, tuna daksa, atau yang mempunyai halangan fisik

lain pada saat pemberian suara, maka dapat di bantu petugas Kelompok Pelaksanaan

Pemungutan Suara (KPPS) atau orang lain atas permintaan pemilih yang bersangkutan.

Petugas KPPS atau orang lain yang membantu pemilih wajib merahasiakan pilihan

pemilih yang di bantunya. Mengenai ketentuan pemberian bantuan kepada pemilih,

sebagaimana di maksud di atas, lebih lanjut akan di atur dalam Peraturan Pemerintah.

93 Dalam kunjungan ini hanya di sambut oleh ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok

Dzulfadhli beserta staf dan sebagian pegawai sekretariatan KPUD, karena anggota KPUD yang lain beserta

sebagian pegawai sekretariat KPUD masih bertugas memonitoring terhadap pelaksanaan pemungutan suara

di sejumlah titik wilayah pemilihan.

Page 88: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

78

Perhitungan suara harus di lakukan dan di selesaikan di Tempat Pemungutan Suara

(TPS) yang bersangkutan dan dapat dihadiri oleh sanksi pasangan calon, panitia

pengawas, pemantau dan warga masyarakat. Sanksi pasangan calon karus membawa

surat mandat dari tim kampanye yang bersangkutan dan menyerahkan kepada ketua

KPPS.

Penghitungan suara pasca pemilihan kepala daerah di Kota Depok berangsur kisruh,

Pendukung salah satu calon wali kota mendesak Komisi Pemilihan Umum Depok dan

Panitia Pemungutan Suara menghentikan proses penghitungan suara tersebut. Meski KPU

Depok harus melanjutkan proses penghitungan, para anggota Panitia Pemilihan

Kecamatan (PPK) menghentikan penghitungan karena diintimidasi sekelompok massa.94

Guna mencegah terjadinya kecurangan dalam bentuk manipulasi angka

perhitungan suara, perhitungan suara harus dilakukan dengan cara yang memungkinkan

saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau dan warga masyarakat yang hadir

dapat menyaksikan dengan jelas proses perhitungan suara. Pasangan calon dan warga

masyarakat melalui pasangan calon yang hadir, dapat mengajukan keberetan terhadap

jalannya perhitungan suara oleh KPPS apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika keberatan yang dilakukan oleh saksi

pasangan calon atau warga masyarakat dapat di terima, maka KPPS seketika itu juga

melakukan pembetulan.

Setelah selesai perhitungan suara, KPPS segera membuat berita acara dan sertifikat

hasil perhitungan suara yang ditanda tangani oleh ketua KPPS, dan dapat pula ikut

ditanda tangani oleh para saksi pasangan calon. Kemudian satu eksamplar salinan berita

94 http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/politik/artikel_cetak, “Perhitungan suara pilkada Depok

kisruh” sumber: kompas, diakses pada 29 Juni 2009.

Page 89: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

79

acara dan sertifikat hasil perhitungan suara, di berikan kepada masing-masing saksi

pasangan calon dan satu eksemplar lagi di tempel ditempat umum yang bisa dilihat oleh

warga masyarakat.

e. Penetapan Pasangan Calon, Pengesahan, dan Pelantikan

Berdasarkan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara, KPU provinsi atau

KPU kabupaten kota, melalui rapat pleno menetapkan calon terpilih dengan ketentuan

sebagai berikut;

a. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara

lebih dari 50% dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih;

b. Apabila tidak ada pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50% dari

jumlah suara sah, pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 25% dari

jumlah suara sah pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar, di antara

yang memperoleh suara 25%, dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih;

c. Apabila terdapat lebih dari satu pasangan calon yang perolehan suaranya sama

dan di atas 25% dari suara sah, penentuan pasangan calon terpilih di lakukan

berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.

Jika pasangan calon terpilih yang berhalangan tetap, partai politik yang pasangan

calonnya memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua di bawah pasangan calon

terpilih, mengusulkan pasangan calon kepada DPRD untuk di pilih menjadi kepala daerah

dan wakil kepala daerah selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari. Demikian

juga halnya dalam pemilihan kepala daerah sebagai pengganti wakil kepala daerah yang

berhalangan tetap harus di lakukan selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari.

Page 90: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

80

Setelah pasangan calon terpilih di tetapkan oleh KPUD yang bersangkutan, di

teruskan ke DPRD untuk selanjutnya di usulkan kepada presiden melalui menteri dalam

negeri bagi pasangan calon guberbur dan wakil gubernur dan kepada menteri dalam

negeri melalui gubernur bagi pasangan calon bupati atau wali kota dan wakil wali kota,

untuk mendapatkan pengesahan dan pengangkatan.

Sebelum memangku jabatan, kepala daerah dan wakil kepala daerah di lantik

dengan mengucapkan sumpah atau janji yang di pandu oleh pejabat yang melantik

dengan sumpah atau janji sebagai berikut;

“Demi allah (Tuhan) saya bersumpah atau berjanji akan memenuhi kewajiban

saya sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah dengan sebaik-baiknya dan

nseadil-adilnya, memegang teguh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-

lurusnya, serta berbakti kepada masyarakat, nusa dan bangsa.”

Dalam pelaksanaan perhitungan suara dan rekapitulasi finalnya hasil penetapan

pasangan calon oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok, telah ada

interupsi yang berasal dari tim pasangan calon Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad

yang dinyatakan kalah dan di tetepkan sebagai pemenang urutan kedua oleh Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) tersebut mempersoalkan tiga hal berkenaan dengan

perhitungan suara dan rekapitulasi yang telah dan tengah berlangsung.95

Pertama, rekapitulasi final terhadap perolehan suara yang tengah di laksanakan

oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok menjurus pada statusnya

yang ilegal mengingat rekapitulasi yang telah di lakukan oleh Panitia Pemungutan Suara

(PPS) dan Panitia pemilihan Kecamatan (PPK) se kota Depok dengan sujumlah

kecacatan di dalamnya. Kecacatan tersebut berkenaan dengan proses pemungutan suara.

95 Keterangan ini di peroleh dari kesaksian H.M.T. Hutoyo Gunardi sebagai saksi dari KPUD Kota

Depok dan saksi-saksi dari kubu Badrul kamal-Syihabuddin Ahmad; Lihat. Salinan Putusan Pengadilan

Tinggi (PT) Jawa Barat. Nomor 01/PILKADA/2005/PT.Bdg., h. 25.

Page 91: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

81

Kedua, adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh tim kampanye

pasangan calon Nurmahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra beserta pendukungnya

merupakan catatan tersendiri sehingga menjadikan pasangan calon ini diragukan

legitimasinya dan tidak layak ditetapkan sebagai pemenang dalam rekapitulasi dengan

perolehan suara dengan asumsi bahwa perolehan suaranya diwarnai kecurangan dan tidak

sah.

Ketiga, menganggap bahwa tidak selayaknya Komisi Pemilihan Umum Daerah

Kota Depok membuat berita acara dan rapat pleno dalam pembuatan surat keputusan

(SK) yang berisi rekapitulasi akhir dan penetapan pasangan calon Walikota dan wakil

Walikota terpilih tanpa melibatkan terlebih dulu pada pihak-pihak terkait, seperti Panitia

Pengawas pilkada (panwasda) kota Depok, DPRD kota Depok, dan KPUD Profinsi Jawa

Barat.

Gubernur dan wakil gubernur dilantik oleh menteri dalam negeri atas nama

presiden, sedangkan bupati atau wali kota dan wakil wali kota dilantik oleh gubernur atas

nama menteri dalam negeri. Pelantikan di maksud di laksanakan dalam rapat paripurna

DPRD.96

Tabel 1

Peroleha Suara Sah Para pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Depok97

No.

Urut

Nama Calon Walikota dan Wakil

Walikota Depok

Jumlah Suara Final Prosentase

1. H. Abdul Wahab Abidin dan

M. Ilham Wijaya

32.461 6,13%

2. Drs. H. Harun Heryana dan

Drs. H. Farkhan A.R

23.859 4,50%

3. Drs. H. Badrul Kamal, M.M. dan 206.781 39,03%

96 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Cetakan pertama, h. 98. 97 Rincian Perolehan sah di setiap kecamatan dapat di lihat dalam lampiran tabel 1.1.

Page 92: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

82

K.H. Syihabuddin Ahmad

4. Drs. Yus Ruswandi dan

H. M. Soetandi Dipowongso, S.H

43.096 6,44%

5. Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan

Drs. H. Yuyun Wirasaputra

232.610 43,90%

Sumber: SK KPUD Nomor18 Tahun 200598

Melihat hasil tersebut, sedikitnya terdapat 40 % (empat puluh persen) pemilih

terdaftar yang tidak ikut memilih. Menurut Andrinof Chaniago pengamat politik dari

Universitas Indonesia (UI), dengan persentase sebanyak itu, proses pilkada cenderung

hanya sebagai tontonan publik saja. Warga Depok belum mampu memaknai pilkada

sebagai proses pembuatan kebijakan publik yang akan berpengaruh langsung kepada

mereka sendiri.99

Semua alur penyampaian hasil penetapan Walikota dan Wakil Walikota terpilih

untuk kemudian dilaksanakan pelantikan terhadapnya, mengharuskan Komisi Pemilihan

Umum Daerah Kota Depok menempuh jalur melalui DPRD Kota Depok kepada menteri

dalam negeri melalui Gubernur Jawa Barat.100

Diikut sertakannya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok dalam

jalur penyampaian hasil pilkada ini membuka peluang terhadap keputusan penetapan

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok yang masih berlangsung di

DPRD. Namun, terbitnya Surat Edaran Mentri Dalam Negeri (SE Mendagri) yang

menjelaskan mekanisme tersebut sedikit menepis kemungkinan tersebut.

98 Iberamsjah MS, SK KPUD No.18 tahun 2005, Pilkada Kota Depok Tahun 2005, (Depok:

Sekretariat Walikota Depok, 2006), h. 78.

99 Lihat http://www.kompas.com “Pilkada Depok dan sikap apatis”, diakses pada 8 November,

2006.

100 Pasal 99 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005. Lih. Pula ketentuan sebelumnya

yang terkait dalam pasal 87 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.

Page 93: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

83

Akhirnya pada hari tanggal 16 Juli 2005 melalui Surat Keputusan Komisi Pemilihan

Umum Daerah (SK KPUD) Nomor 18 Tahun 2005, ditetapkan bahwa Dr. Ir. H.

Nurmahmudi Ismail dan Drs. H. Yuyun Wirasaputra resmi menjadi Walikota dan Wakil

Walikota Depok yang baru.

Setelah melalui perjalanan panjang, bahkan Mahkamah Agung (MA) dan

Mahkamah Konstitusi (MK) sampai perlu untuk turun tangan dalam menyelesaikan kasus

ini, dan pada akhirnya Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Depok yang resmi

memenangkan Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan Drs. H. Yuyun Wirasaputra resmi di

lantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Depok tepat tanggal 26 Januari 2006 dalam

sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyar Daerah (DPRD) Kota Depok.

Page 94: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

84

BAB IV

ANALISA PUTUSAN PERKARA NOMOR 002/SKLN-IV/2006 MENGENAI

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA DEPOK

A. Duduk Perkara Sengketa PILKADA Depok

1. Kasus Posisi

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok pada tanggal 16 Juli 2005

telah menetapkan hasil pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Depok dalam keputusan

KPU Kota Depok Nomor 18 Tahun 2005 tentang penetapan pasangan calon terpilih

Walikota dan Wakil Walikota Depok dalam Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) Kota

Depok tahun 2005, yang menyatakan pasangan calon Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail,

M.Sc dengan Drs. H. Yuyun Wirasaputra dengan Nomor urut calon 5 sebagai calon

terpilih.

Keputusan tersebut didasarkan pada hasil perolehan suara setiap pasangan calon

sebagaimana dinyatakan dalam keputusan KPUD Kota Depok Nomor 18 Tahun 2005

tentang penetapan dan pengumuman rekapitulasi hasil perhitungan suara pemilihan

Walikota dan Wakil Walikota Depok 2005. Hasil perolehan suara yang telah di tetapkan

tersebut yaitu:

No.

Urut

Nama Calon Walikota dan Wakil

Walikota Depok

Jumlah Suara Final Prosentase

1. H. Abdul Wahab Abidin dan

M. Ilham Wijaya

32.461 6,13%

2. Drs. H. Harun Heryana dan

Drs. H. Farkhan A.R

23.859 4,50%

3. Drs. H. Badrul Kamal, M.M. dan

K.H. Syihabuddin Ahmad

206.781 39,03%

4. Drs. Yus Ruswandi dan

H. M. Soetandi Dipowongso, S.H

43.096 6,44%

Page 95: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

85

5. Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan

Drs. H. Yuyun Wirasaputra

232.610 43,90%

Dari hasil perolehan suara tersebut bahwa pasangan calon Nomor 3, Drs. H. Badrul

Kamal, MM dengan KH. Syihabuddin Ahmad, BA, tidak dapat menerima hasil yang

telah ditetapkan oleh KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Kota Depok, dan

mengajukan permohonan keberatan kepada Pengadilan Tinggi Bandung melalui

Pengadilan Negeri Cibinong. Permohonan di terima dan di registrasi oleh Pengadilan

Tinggi Bandung pada tanggal 12 Juli 2005 dengan Nomor Perkara 01/PILKADA/2005

PT. Bdg.

Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota peserta Pemilihan Kepala Daerah

Kota Depok Tahun 2005 yang telah divonis menang oleh Pengadilan Tinggi Jawa Barat

di Bandung dalam putusan Nomor 01/PILKADA/2005/PT. Bgd. Berdasarkan undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004, khususnya pasal 106 yang menyatakan vonis Pengadilan

Tinggi final dan mengikat. Dan di dalam penjelasan ayat (7) dinyatakan final dan

mengikat, berarti tidak ada lagi upaya hukum perlawanan terhadap vonis itu.101

Oleh karena pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Depok pasangan Badrul

Kamal dan Syihabuddin Ahmad merasa bahwa putusan Pengadilan Tinggi Bandung

tersebut bersifat final, dan merasa bahwa dialah yang memenangkan dalam pemilihan

kepala daerah tersebut. Maka, Komisi Pemilihan Umum Daerah merasa keberatan dan

telah mengajukan keberatan ke Mahkamah Agung dengan putusan Nomor 01

PK/Pilkada/2005.

101 Mahkamah Konstitusi, Putusan perkara Nomor 001/PUU-IV/2006, “ Pengujian Undang-

undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945” (Jakarta: Mahakamah Konstitusi, 2006), h. 3.

Page 96: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

86

Pasangan calon Nomor 3 (tiga) atas nama Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad

merasa keberatan dengan putusan Mahakamah Agung Nomor 01 PK/Pilkada/2005

tersebut, oleh karena putusan Nomor 01 PK/Pilkada/2005 bertentangan dengan Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Petaruran Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 jo.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2005.

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004102

tersebut telah di atur secara tegas

dalam ayat (6) yang menyatakan;

“Mahkamah Agung dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana di maksud pada

ayat (1) dapat mendelegasikan kepada Pengadilan Tinggi untuk memutus sengketa hasil

perhitungan suara pemilihan kepala daerah kabupaten dan kota”. Selanjutnya dalam

ayat (7) menyatakan “Putusan Pengadilan Tinggi sebagaimana di maksud pada ayat (6)

bersifat final”.

Penjelasan ayat (7) menyatakan;

“Putusan Pengadilan Tinggi yang bersifat final103

dalam ketentuan ini adalah Putusan

Pengadilan tinggi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan tidak bisa lagi di

tempuh upaya hukum”.

Hal ini dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 pada Pasal 94

ayat (7) yang berbunyi “Putusan Pengadilan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

bersifat final dan mengikat.

Bahwa dengan dikeluarkannya putusan Mahkamah Agung Nomor 01

PK/Pilkada/2005 yang membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung

Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg., maka pasangan calon nomor urut 3 merasa sangat

dirugikan sebagai pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota yang seharusnya sudah

dilantik jadi Walikota dan Wakil Walikota Depok setelah di menangkan oleh Pengadilan

102 Indonesia, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 106 Ayat 6 dan 7.

103 Bersifat final yaitu tidak bisa lagi ditempuh upaya hukum.

Page 97: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

87

Tinggi Jawa Barat. Karena dengan di keluarkannya putusan Mahkamah Agung Nomor 01

PK/Pilkada/2005 yang membatalkan putusan Pengadilan Tinggi yang sudah bersifat final

dan mengikat tersebut, maka beralasan tidak dapat diterima (quod non) jika pasangan

Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad tidak jadi dilantik.104

Berikut adalah duduk

perkara dari perselisihan hasil sengketa Pemilihan Kepala Daerah Kota Depok Tahun

2005;

a. Gugatan Pasangan Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad Terhadap KPUD

Depok ke Pengadilan Tinggi (PT) Jawa Barat

Pengadilan Tinggi105

Jawa Barat di Bandung sebagai lembaga yang memeriksa dan

mengadili perkara106

permohonan keberatan dalam tingkat pertama dan terakhir.

Permohonan keberatan yang diajukan ke Pengadilan Tinggi Bandung adalah didasari

pada hasil prolehan suara sebagaimana dinyatakan dalam keputusan Komisi Pemilihan

Umum Kota Depok Nomor 17 Tahun 2005 tentang penetapan dan pengumuman

rekapitulasi hasil perhitungan suara pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Depok.

Pasangan calon Walikota atau Wakil Walikota Depok peserta Pemilihan Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah Depok Tahun 2005 yang terdaftar di Komisi Pemilihan

Umum Daerah Kota Depok yaitu pasangan Nomor urut 3 (tiga)107

, tentang penetapan

104 Mahkamah Konstitusi, Putusan perkara Nomor 001/PUU-IV/2006, “ Pengujian Undang-

undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945” (Jakarta: Mahakamah Konstitusi, 2006), h. 4 105 Pengadilan Tinggi merupakan sebuah lembaga peradilan dilingkungan Peradilan Umum yang

berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding terhadap perkara-perkara yang

diputus oleh Pengadilan Negeri. 106 Kepaniteraan Pengadilan Tinggi Bandung Jawa Barat terdaftar di bawah register Nomor:

01/Pilkada/2005/PT.Bdg. melalui Pengadilan Negeri Cibinong. 107 Pemohon yaitu pasangan Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad merasa keberatan terhadap

penetapan Komisi Pemilihan Umum Kota Depok Nomor 18 Tahun 2005, tanggal 16 Juli 2005. tentang

penetapan calon terpilih Walikota dan Wakil Walikota Depok Tahun 2005.

Page 98: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

88

pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota 2005. Hasil perolehan suara yang telah

ditetapkan tersebut telah memenangkan pasangan calon Nurmahmudi Ismail.108

Pasangan nomor urut 3 berpendapat bahwa hasil perhitungan suara tersebut terdapat

kesalahan, sehingga merugikan pemohon yang mengakibatkan tidak masuk sebagai

pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota terpilih. Oleh karenanya, pasangan Badrul

Kamal dan Syihabuddin Ahmad melalui kuasa hukumnya menggugat keberatan tersebut

ke Pengadilan Tinggi Bandung agar memeriksa dan memutus.

Pemohon berpendapat bahwa hasil perhitungan suara yang benar untuk perolehan

suara pemohon adalah sebanyak 269.531 suara, dan perolehan suara untuk calon nomor

5 (lima) atas nama Nurmahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra adalah sebanyak 195.353

suara, sehingga pemohonan menempati urutan pertama dalam perolehan suara pada

pemilihan kepala daerah Kota Depok. Pemohon mendapatka pernyataan dari masyarakat

yang menyatakan bahwa terdapat penggelembungan jumlah pemilih sebanyak 9.471

untuk calon nomor 5 (lima).

Dengan kejadian tersebut di atas maka pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah tidak dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil. Sebagai akbat dari kecurangan seperti tersebut diatas, maka di

tetapkan hasil perhitungan suara yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya

sebagaimana tertera dalam penetapan keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota

Depok.

Permohonan yang di ajukan ke Pengadilan Tinggi Bandung bukanlah semata-mata

tertuju untuk kemenangan salah satu calon atau hanya dengan hasil akhir terpilihnya

108 Lihat Tabel 1 pada bab II tentang Perolehan Suara Sah Para pasangan Calon Walikota dan

Wakil Walikota Depok, h. 49.

Page 99: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

89

seorang Walikota dan Wakil Walikota. akan tetapi, jauh lebih dalam maknanya dari pada

itu, yaitu membangun tatanan demokrasi yang akan mempengaruhi pembentukan

karakter bangsa (Nation Character Building) dan membangun tatanan pemerintahan yang

baik dan bersih (Good ang clean Governance).

Maka berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, pemohon mohon kepada

Pengadilan tinggi Bandung untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut;

1. Mengabulkan permohonan pemohon;

2. Menyatakan batal atas jeputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok

Nomor 18 tahun 2005 tentang penetapan hasil perhitungan suara untuk pasangan

Walikota dan Wakil Walikota Depok;

3. Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar untuk calon nomor urut 3 atas

nama Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad dengan jumlah perolehan suara 269.

531 suara, atau jika Pengadilan Tinggi berpebdapat lain, mohon di nyatakan

pasangan calon dengan nomor urut 5 di nyatakan tidak memenuhi syarat atau

diskualifikasi.

Adapun tentang hukumnya yang diajukan pemohon (Badrul Kamal dan

Syihabuddin Ahmad), adalah bahwa Majelis Pengadilan Tinggi berpendapat, karena yang

diperiksa sesuai dengan wewenang Mahkamah Agung atau Pengadilan Tinggi109

, maka

hanya memeriksa berkenaan dengan hasil akhir perhitungan suara yang mempengaruhi

terpilihnya pasangan calon, bukan tentang pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan

Pilkada, maka tidak merupakan keharusan untuk menarik pihak panwasda sebagai pihak,

oleh karena itu maka eksepsi ini pun harus dinyatakan di tolak.

109 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2005.

Page 100: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

90

Bahwa Majelis Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang dibentuk

berdasarkan penetapan ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang mulai menyidangkan

perkara Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg., yang berdasarkan pasal 3 ayat (1) dari

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2005, hanya berwenang memeriksa

perselisihan atas perbedaan hasil akhir perhitungan suara yang di umumkan oleh KPUD

dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh pemohon, dimana perbedaan perhitungan

tersebut harus dibuktikan oleh pemohon baik panggembosan, maupun penggelembungan

(mark up) jumlah pemilih.

Oleh karena pemohon merasa terdapat kecurangan ataupun kesalahan dalam hal

penetapan jumlah pemilih, maka Badrul Kamal telah mengemukakan bukti-bukti di

dalam persidangan. Pertama, masalah adanya daftar pemilih yang tidak memenuhi syarat

dalam pemilihan, seperti warga yang hanya mengontrak atau kos dipaksa untuk memilih

pasangan calon nomor urut 5. Kedua, terdapat laporan pada Polres Depok yaitu adanya

pemalsuan dokumen kartu pemilih dan telah terjadi politik uang (money politic). Ketiga,

diakui oleh beberapa warga pendukung pasangan nomor urut 3, bahwa telah dihalang-

halangi untuk menggunakan hak pilihnya.110

Dengan kejadian tersebut di atas, hakim Pengadilan Tinggi Jawa Barat beralasan

bahwa dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak di laksanakan secara

demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Demi

tegaknya dan berlangsungnya pilkada yang demokratis, maka calon yang tidak mematuhi

aturan main dan melanggar aturan, tidak layak menjadi pemimpin sebagai panutan

masyarakat. Karena di dalam proses pemilihan terdapat kesalahan aparatur pelaksana

110 Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 01/PILKADA/2005/PT.B.dg, h. 9.

Page 101: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

91

pemilihan walikota dan wakil walikota, oleh karenanya harus dinyatakan gugur demi

hukum atau diskualifikasi.

Menimbang bahwa benar terdapat penggembosan suara untuk pasangan nomor urut

3 sudah terbukti sejumlah 62.770 suara, dan jumlah penggelembungan untuk pasangan

nomor urut 5 adalah 27.782 suara. Maka majelis berpendapat bahwa perolehan suara

yang benar untuk pasangan nomor urut 3 adalah 269.551 suara sedangkan untuk nomor

urut 5 adalah 204.828 suara, oleh karena permohonan pemohon cukup terbukti 111

dan

permohonan dapat dikabulkan.

Pengadilan Tinggi Bandung pada putusannya MENGADILI bahwa menolak

eksepsi termohon112

, mengabulakan permohonan dari pemohon113

, menyatakan batal

akan hasil perhitungan suara akhir yang di umumkan oleh KPUD Depok tanggal 6 Juli

2005, menyatakan jumlah perhitungan suara yang benar adalah; untuk pasangan calon

nomor 3 perolehan suara menjadi 269.551 suara, dan untuk calon pasangan nomor 5

perolehan suara menjadi 204.828 suara.

b. Permohonan Peninjauan Kembali (PK) KPUD Depok atas Putusan Pengadilan

Tinggi (PT) Jawa Barat kepada Mahkamah Agung

1.Dasar hukum Pengajuan Peninjauan Kembali (PK)

a. Dasar Filosofis

Bahwa pemohon Peninjauan Kembali sangat keberatan dan tidak dapat menereima

putusan a quo, karena di dalamnya terdapat kekeliruan yang nyata yang melanggar asas-

111 Berdasarkan alasan tersebut, oleh karenanya hakim majelis Pengadilan Tinggi Bandung Jawa

Barat telah terjadi kekeliruan dalam putusannya.

112 Termohon adalah Komisi Pemilihan Umum Kota Depok dalam eksepsi tertulis yang di ajukan

kepada hakim Pengadilan Tinggi melalui kuasa hukumnya, pada tanggal 21 Juli 2005.

113 Pemohon adalah pasangan Drs. H. Badrul Kamal, MM dan KH. Syihabuddin Ahmad, BA.

Dalam putusan Nomor 01?Pilkada/2005/Pt.Bdg

Page 102: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

92

asas terpenting dalam penyelenggaraan Pilkada dan pemilu pada umumnya. Jika putusan

seperti itu dibenarkan dan menjadi preseden, maka bukan hanya Pilkada di Kota Depok

yang akan dicederai, melainkan juga akan mengancam kepastian bagi setiap

penyelenggara Pilkada di seluruh Indonesia.

Adalah berlebihan bilamana terdapat Putusan Pengadilan Tinggi Bandung tersebut

di tafsirkan sebagai upaya hukum terakhir yang menutup koreksi, karena bertentangan

dengan doktrin yang berlaku umum, yaitu tujuan hukum adalah keadilan.

b. Legalitas Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) atau Dasar Yuridis

Sebagaimana diketahui ketentuan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945,

yang menyatakan;

“ Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan

peradilan guna menegakan hukum dan keadilan”114

Ketentuan tersebut di atas dengan jelas menegaskan bahwa penyelenggaraan

peradilan berfungsi untuk menegakan hukum dan keadilan. Penyelenggaraan peradilan

yang justru menimbulkan keadaan yang sebaliknya, yaitu diabaikannya hukum dan

dilecehkannya rasa keadilan merupakan hal yang sangat tidak di harapkan, namun hal itu

praktis mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, hukum dan perundang-undangan

menyediakan lembaga korektif115

untuk meluruskan kembali putusan-putusan badan

peradilan yang bertentangan dengan hukum dan keadilan.

Penggunaan upaya korektif (upaya hukum peninjauan kembali) ini tidak terbatas

terhadap putusan-putusan yang belum mempunyai hukum tetap, melainkan dalam hal-hal

yang sangat terbatas. Dapat pula diajukan terhadap putusan-putusan yang telah

114 Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia 1945, Pasal 24 ayat (1).

115 Lembaga Korektif dalam hal ini adalah Mahkamah Agung.

Page 103: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

93

berkekuatan hukum tetap. Hal ini ditegaskan dalam ketentuan pasal 23 ayat (1) Undang-

undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan kehakiman yang menyatakan116

;

“Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pihak-

pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah

Agung. Apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang di tentukan dalam Undang-

undang.”

Peninjauan Kembali merupakan upaya hukum luar biasa yang dapat dan terkadang

perlu di gunakan untuk melakukan koreksi terhadap putusan-putusan yang telah

berkekuatan hukum tetap. Ketentuan di atas merupakan ketentuan umum yang berlaku

bagi setiap jenis perkara. Pengecualian atas ketentuan umum ini harus di dasarkan pada

norma yang jelas, tegas dan tidak memuat keraguan.117

Mengenai kekeliruan Pengadilan Tinggi Bandung dalam mengadili sengketa

pemilihan kepala daerah (pilkada) Depok, yaitu berdasarkan penerapan ketentuan pasal

106 ayat (1)jo ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Pasal 94 ayat (1) jo.

Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 jo. Pasal 3 ayat (1) Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2005. yang menegaskan bahwa ketentuan pasal 106

ayat (1) jo. Ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, yang menyatakan;

“(1) keberatan terhadap penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah hanya dapat di ajukan oleh pasangan calon kepada Mahkamah Agung dalam

waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan

wakil kepala daerah. (2) Keberatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) hanya

berkenaan dengan hasil perhitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan

calon.118

116 Kekuasaan kehakiman, Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Pasal 23 ayat (1). 117 Mahkamah Konstitusi, Putusan perkara Nomor 001/PUU-IV/2006, “ Pengujian Undang-

undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945” (Jakarta: Mahakamah Konstitusi, 2006), h. 14 118 Pasal 106 Ayat (1) jo. Ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah

Page 104: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

94

Kemudian ketentuan pasal 94 ayat (1) jo. Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2005 di nyatakan;

“Keberatan terhadap penetapan hasil pemilihan hanya dapt di ajukan oleh pasangan

calon kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah

penetapan hasil pemilihan. Keberatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) hanya

berkenaan dengan hasil perhitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan

calon”.119

Selanjutnya di dalam ketentuan pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 2 Tahun 2005, di nyatakan secara tegas;

“(1) Keberatan terhadap penetapan hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan wakil

kepala daerah propinsi atau kabupaten kota hanya dapat di ajukan berkenaan dengan

hasil perhitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon”.120

Mengartikan upaya hukum dalam penjelasan pasal 106 ayat (7) Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 dalam arti luas sehingga tercakup ke dalamnya upaya hukum luar

biasa, yang berarti menutup peluang dilakukannya upaya korektif terhadap putusan

pengadilan. Membatasi kemungkinan pengajuan Peninjauan Kembali untuk sengketa

yang menyangkut kepentingan publik dan hak politik rakyat serta proses demokrasi di

sebuah daerah seperti halnya kota Depok dengan memaksakan interpretasi tertentu atas

makna penjelasan satu ketentuan undang-undang.

Argumentasi tersebut di atas, secara sistematik didasarkan pada ketentuan pasal 21

jo. Pasal 22 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman sebagai

payung hukum sistem peradilan di Indonesia di anut proses pemeriksaan perkara dengan

3 (tiga) tingkatan, masing-masing yaitu tingkat pertama, tingkat banding, dan tingkat

kasasi, kesemuanya di kualifikasikan sebagai upaya hukum biasa, yang billamana telah

119 Pasal 94 Ayat (1) jo. Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005

120 Pasal 3 Ayat (1), Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2005.

Page 105: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

95

sampai pada putusan kasasi atau para pihak tidak mengajukan upaya hukum selanjutnya,

maka dikualifikasi sebagai putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap

atau final ( in kracht van gewedsjede).121

Bahwa dengan demikian, makna upaya hukum dalam ketentuan pasal 106 ayat (7)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 haruslah di tafsirkan secara sistematis sebagai

upaya hukum biasa, artinya terhadap Putusan Pengadilan Tinggi tersebut hanya tertutup

untuk upaya banding maupun kasasi. Konsekuensi hukumnya, maka terhadap putusan a

quo masih terbuka untuk diuji melalui upaya hukum luar biasa in casu peninjauan

Kembali. Sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam ketentuan Pasal 23 ayat (1)

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Dengan demikian alasan hukum yang diajukan tersebut di atas mempunyai alasan

hukum yang sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana

telah dengan tepat di pertimbangkan oleh Majelis Hakim dalam perkara nomor 01

PK/PILKADA/2005 dalam putusannya122

.

Bahwa dengan demikian dalil pemohon123

seolah-olah terhadap putusan Pengadilan

Tinggi Bandung Nomor 01/PILKADA/2005/PT.Bdg., sudah bersifat final dan tidak ada

121 Mahkamah Konstitusi, Putusan perkara Nomor 001/PUU-IV/2006, “ Pengujian Undang-

undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945” (Jakarta: Mahakamah Konstitusi, 2006), h.15. 122 Putusan Nomor 01 PK/PILKADA/2005 hal. 16 Nomor 6 “ Bahwa Mahkamah Agung

berpendapat putusan yang bersifat final dan mengikat sebagaimana di maksud dalam pasal 106 ayat (5)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Pasal 94 ayat (7) PP Nomor 6 Tahun 2005 dan Pasal 4 ayat (6)

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 2 Tahun 2005 dapat di tafsirkan sebagai putusan

Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap sebagaimana di maksud dalam pasal 342 HIR, sehingga oleh

karena itu untuk menjaga supaya hukum di laksanakan secara wajar tepat dan adil., adalah beralasan

menurut hukum apabila di beri kesempatan kepada pihak yang keberatan tergadap putusan Mahkamah

Agung atau putusan Pengadilan Tinggi dalam kedudukannya sebagai penerima delegasi dari Mahkamah

Agung untuk dapat mengajukan permohonan Peninjauan Kembali sesuai dengan Pasal 34 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 jo. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang perubahan atas Undang-undang

Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. ”.

123 Pemohon adalah Komisi Pemilihan Umum Kota Depok terhadap putusan Pengadilan Tinggi

bandung tertanggal 04 Agustus 2005.

Page 106: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

96

upaya hukum lain, dan seolah-olah putusan Mahkamah Agung di dalam perkara Nomor

01 PK/PILKADA/2005 telah melanggar peraturan perundang-undanganyang berlaku,

termasuk peraturan yang di buatnya sendiri, in casu peraturan Mahkamah Agung Nomor

2 Tahun 2005 adalah keliru dan tidak berdasar, sehingga karenanya adalah beralasan

hukum untuk di tolak setidak-tidaknya dikesampingkan.

Apabila terdapat keberatan terhadap penitipan hasil pemilihan kepala daerah,

keberatan tersebut dapat diajukan oleh pasangan calon kepada Mahkamah Agung, dalam

waktu paling lambat tiga hari setelah penetapan hasil pemilihan kepala daerah. Keberatan

yang dapat diajukan kepada Mahkamah Agung hanya berkenaan dengan hasil

perhitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon. Pengajuan keberatan

kepada Mahkamah Agung disampaikan melalui Pengadilan Tinggi untuk pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi dan kepada Pengadilan Negeri untuk

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupten atau kota.

Berdasarkan surat putusan Nomor 01/PILKADA/2005 yang diajukan oleh Komisi

Pemilihan Umum Kota Depok (Pemohon PK)124

melawan Badrul Kamal dan

Syihabuddin Ahmad (Termohon PK) terhadap putusan Pengadilan Tinggi Bandung yang

telah berkekuatan hukum tetap. Dengan ini pemohon keberatan hasil pilkaka dengan

duduk perkara seperti di atas pada pengajuan yang dilakukan oleh Badrul Kamal dan

Syihabuddin Ahmad ke Pengadilan Tinggi Bandung.

124 Pemohon adalah pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Depok peserta Pemilihan

Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Depok Tahun 2005 yang terdaftar di KPUD Kota Depok

Page 107: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

97

Bahwa sesudah putusan yang bersifat final dan mengikat tersebut125

, pemohon

Peninjauan Kembali (PK) yang semula adalah termohon telah mengajukan permohonan

Peninjauan Kembali secara tertulis di Kepaniteraan Pengadilan Tinggi tanggal 16

Agustus 2005 Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg. Kemudian disusul dengan memori

alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada hari

yang bersamaan.

Terlebih dahulu akan dipertimbangkan apakah terhadap putusan Pengadilan Tinggi

dalam perkara sengketa Pilkada sebagai penerima delegasi dari Mahkamah Agung dapat

diajukan upaya hukum Peninjauan Kembali, sebagaimana diatur dalam pasal 34 Undang-

undang Nomor 14 Tahun 1985 jo. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004, mengingat

putusan a quo bersifat final dan mengikat.

Hakim Mahkamah Agung menimbang sehubungan dengan alasan tersebut; bahwa

dalam hubungan ini tidak berkelebihan untuk dikemukakan terlebih dahulu bahwa Pasal

16 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan

bahwa;

“Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara yang dia ajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,

melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”126

Sedangkan pasal 28 ayat (1) Undang-undang tersebut menentukan;

“Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan

yang hidup dalam masyarakat”

125 Dalam hal ini Putusan Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 4 Agustus 2005 Nomor

01/Pilkada/2005/PT.Bdg. 126 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan kehakiman Pasal 16.

Page 108: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

98

Dan pasal 79 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 jo. Undang-undang Nomor 5 Tahun

2004 Tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung.

“Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang di perlukan bagi

kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup di

atur dalam undang-undang ini”.

Bahwa Mahkamah Agung berpendapat putusan yang bersifat final dan mengikat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat 5 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 94 ayat 7, Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun

2005 dan pasal 4 ayat 6 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2005 dapat

ditafsirkan sebagai putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap sebagaimana

dimaksud dalam pasal 342 HIR, sehingga oleh karena itu untuk menjaga hukum di

laksanakan secara wajar tepat dan adil, adalah beralasan menurut hukum.127

Dengan demikian, dalil permohonan pemohon atau termohon Peninjauan Kembali,

baik tentang penggembosan maupun penggelembungan suara merupakan dalil yang

secara hukum tidak mungkin dibuktikan di muka sidang Hakim Mahkmah Agung, oleh

karena kebenaran ataupun ketidak benaran dalil tersebut berada di luar jangkauan

kewenangan Hakim untuk menilainya.

Mahkamah Agung dalam putusannya Nomor 01 PK/PILKADA/2005 yang di

ajukan oleh pemohon Peninjauan Kembali (KPUD Kota Depok) melawan Badrul Kamal

dan Syihabuddin Ahmad atas putusan Pengadilan Tinggi ke Mahkamah Agung. Bahwa

tentang keberatan yang diajukan pemohon, Mahkamah Agung berpendapat dapat di

127 Yaitu Apabila di berikan kesempatan kepada pihak yang keberatan terhadap putusan Mahkamah

Agung, atau putusan Pengadilan Tinggi dalam kedudukannya sebagai penerima delegasi dari Mahkamah

Agung untuk dapat mengajukan permohonan Peninjauan Kembali sesuai dengan pasal 34 Undang-undang

Nomor 14 tahun 1985 jo. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang perubahan atas Undang-undang

Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Page 109: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

99

benarkan, karena Pengadilan Tinggi telah melakukan kekeliruan dalam menerapkan

hukum, berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Bahwa yang menjadi wewenang Mahkamah Agung atau Pengadilan Tinggi sebagai

penerima delegasi Mahkamah Agung dalam memeriksa dan mengadili sengketa

Pilkada adalah hanya terhadap penetapan hasil pemilihan Kepala daerah dan Wakil

Kepala Daerah propinsi atau kabupaten kota yang berkenaan dengan hasil

perhitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon.128

2. Konsekuensi diajukan keberatan dalam sengketa hasil Pilkada tersebut adalah

kewajiban dari pemohon untuk membuktikan adanya kehilangan suara pemohon

yang dapat mempengaruhi terpilihnya pasangan termohon, yang tentunya

pembuktian tersebut harus berdasarkan alat bukti yang sah menurut hukum acara

perdata,129

bukan berdasarkan pada dugaan atau asumsi yang tidak dapat merupakan

alat bukti yang sempurna. Untuk pembuktian yang dapat di akui secara yuridis,

misalnya dengan membandingkan formulir hasil rekapitulasi suara yang di miliki

oleh para saksi pasangan calon.

3. Alat bukti yang diajukan oleh termohon Peninjauan Kembali menurut pendapat

Mahkamah Agung selain tidak ada yang dapat mempengaruhi penetapan hasil

perhitungan suara yang signifikan yang dapat mempengaruhi penetapan hasil

perhitungan suara tahap akhir dari Komisi pemilihan Umum Daerah (KPUD)

tentang Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Depok, lagi pula

alat bukti tersebut hanya berkenaan dengan teknis dalm penyelenggaraan pemilihan,

128 Lihat Pasal 106 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 jo. Pasal 94 ayat 2 PP Nomor 6

Tahun 2005 dan Pasal 2 PERMA Nomor 02 Tahun 2005.

129 Pasal 164 HIR menentukan alat bukti yang sah adalah surat, bukti saksi, sangkaan, pengakuan

dan sumpah.

Page 110: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

100

yang untuk memeriksa dan memutusnya bukan menjadi wewenang Mahkamah

Agung maupun Pengadilan Tinggi sebagai penerima delegasi wewenang untuk

memeriksa dan mengadili sengketa Pilkada.

Dalam putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor 01 PK/PILKADA/2005,

berdasarkan pertimbangan dari bukti-bukti yang ada atas pertimbangannya, tanpa

mempertimbangkan keberatan atau alasan Peninjauan Kembali selebihnya, menurut

pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan

Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh pemohon, yaitu adalah KOMISI PEMILIHAN

UMUM KOTA DEPOK dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 4

Agustus 2005 Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg. dan sekaligus membatalkan keberatan

dari permohonan pemohon keberatan Pilkada Depok, yaitu Drs. H. Badrul Kamal, MM

dan KH. Syihabuddin Ahmad, BA.Serta Mahkamah Agung akan mengadili kembali

perkara ini dengan amar, membatalkan keberatan dari permohonan pemohon keberatan

Pilkada Depok, yaitu Drs. H. Badrul Kamal, MM dan KH. Syihabuddin Ahmad, BA.

B. Proses Penyelesaian Akhir Sengketa Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

Depok di Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi dalam salah satu kewenangannya adalah memutus sengketa

kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang

Dasar 1945. Oleh karena itu, dalam putusan perkara Nomor 002/SKLN-IV/2006 terkait

sengketa kewenangan lembaga negara yang diajukan oleh Badrul Kamal dan

Syihabuddin Ahmad (pemohon) terhadap Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok

(Termohon).

Page 111: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

101

Pemohon telah mengajukan permohonan sengketa kewenangan lembaga negara

yang kewenangannya di berikan terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945. dalam hal ini pemohon atas nama Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad

adalah pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota peserta pemilihan kepala daerah

Kota Depok Tahun 2005 yang telah di vonnis menang atau terpilih oleh Pengadilan

Tinggi Jawa Barat di Bandung dalam putusan nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg.

berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 khususnya pasal 106 ayat (7) yang

menyatakan vonnis Pengadilan Tinggi final.

Oleh karena telah diputuskan memperoleh suara terbanyak atau terpilih oleh

Pengadilan Tinggi Jawa Barat, maka pemohon menang dan terpilih dalam pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam hal ini Walikota dan Wakil Walikota

Depok, sehingga pemohon dapat dikategorikan sebagai Lembaga Negara (Pemerintahan

Daerah).130

Adapun kedudukan termohon (KPUD Kota Depok) selaku penyelenggara

pemilihan kepala daerah yang diberi tugas secara khusus131

dan mempunyai kewenangan

serta kewajiban yang telah diatur secara tegas dalam Pasal 5 dan 6 Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2005, sehingga Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) telah

melaksanakan sebuah tugas Lembaga Negara yaitu Pemilihan Kepala Daerah secara

demokratis sesuai amanat Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu,

Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok yang dalam menjalankan perintah

130 Pasal 61 ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi atau

“yang mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang di persengketakan”

131 Berdasarkan Pasal 57 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah sebagai pelaksanaan Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945

Page 112: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

102

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 57 dapat

dikategorikan sebagai Lembaga Negara.

Dengan demikian, pemohon berhak mengajukan Komisi Pemilihan Umum Daerah

(KPUD) sebagai “termohon” untuk penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga

Negara kepada Mahkamah Konstitusi sesuai dengan pasal 30 huruf (b) Undang-undang

Nomor 24 Tahun 2003. Pemohon keberatan terhadap putusan Mahkamah Agung Nomor

01 PK/Pilkada/2005 tersebut, oleh karena putusan Mahkamah Agung Nomor 01

PK/Pilkada 2005 dikeluarkan berdasarkan surat yang diberi judul: Memori Peninjauan

Kembali132

oleh KPUD (Termohon) yang tidak di kenal dan bertentangan dengan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, jo. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005,

jo. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2005.

Bahwa berdasarkan pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 jo. Pasal

57 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 jo pasal 18 ayat (1) Undang-Undang

dasar 1945, tidak ada wewenang ataupun tugas KPUD (termohon) untuk mengajukan

permohonan Peninjauan Kembali atas suatu putusan pengadilan yang bersifat final dan

mengikat, sebagaimana layaknya kejaksaan yang berfungsi sebagai pengacara negara,

atau seperti salah satu pihak yang berkepentingan langsung terhadap suatunputusan

pengadilan selain dari pada kewajiban untuk melaksanakan putusan yang bersangkutan.

Bahwa oleh karena pembuat undang-undang telah mengatur secara tegas dan jelas

tentang wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok dan kedudukan suatu

putusan pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung. Maka KPUD itu, tidak berwenang

132 Memori Peninjauan Kembali di ajukan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok

terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 01/PILKADA/2005?PT.Bdg tanggal 04 agustus

2005, kepada Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui ketua Pengadilan Tinggi Bandung

Page 113: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

103

mengajukan Peninjauan Kembali ke mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Tinggi

Jawa Barat yang oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah pasal 106 ayat (7) telah dinyatakan final. Karena KPUD telah mendapat

kewenangan untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah,

juga bersumber dari Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 itu.

Perbuatan Komisi Pemilihan Umu Daerah Kota Depok a quo133

yang mengajukan

surat yang berjudul: Memori Peninjauan Kembali terhadap putusan Pengadilan Tinggi

Jawa Barat Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg., berdasarkan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dapat di bandingkan dengan mengajukan

peninjauan Kembali atas putusan Mahkamah Konstitusi berdasarkan pasal 10 ayat (1)

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan

putusan bersifat final.

Undang-undang yang berlaku untuk penyelenggaraan dan penyelesaian sengketa

pemilihan kepala daerah (pilkada) adalah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Sedangkan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah yang ditentukan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah itu adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), dalam hal ini

adalah KPUD Kota Depok.

Bahwa di hubungkan dengan ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah Pasal 106 ayat (7) maka dengan dikeluarkannya putusan

Mahkamah Agung Nomor 01 PK/Pilkada/2005 yang membatalkan putusan Pengadilan

133 Pasal 10 a quo di tegaskan “putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final yakni putusan

Mahkamah Konstitusi langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya

hukum yang dapat di tempuh”

Page 114: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

104

Tinggi Jawa Barat di Bandung Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg. adalah suatu

pengingkaran dan pelanggaran terhadap Undang-Undang dasar 1945 c/q Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai peraturan pelaksanaannya.

Bahwa pemohon nomor urut 3 pada pemilihan kepala daerah Kota Depok (Badrul

kamal dan Syihabuddin Ahmad) merasa sangat dirugikan sebagai pasangan calon

Walikota dan Wakil Walikota Depok setelah dimenangkan atau terpilih oleh Pengadilan

Tinggi Jawa Barat di Bandung tersebut. Karena, dengan di keluarkannya putusan

Mahkamah Agung Nomor 01 PK/Pilkada/2005 yang membatalkan putusan Pengadilan

Tinggi yang sudah bersifat final dan mengikat tersebut, maka pemohon terancam batal

dilantik jadi Walikota dan walikota Depok berdasarkan hasil pemilihan kepala daerah

yang diputus oleh Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung.

Dengan dimohonkannya Peninjauan Kembali di luar sistem hukum positif yakni

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentant Pemilihan Kepala Daerah oleh KPUD,

maka Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok telah melampui kewenangan yang

diperolehnya dari amanat undang-undangan quo, sekaligus telah mencaplok kewenangan

pembuat undang-undang yang diberi wewenang oleh Undang-Undang Dasar 1945.

C. Analisis Terhadap Putusan Hakim Mahkamah Konstitusi Tentang Sengketa

Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

Dalam pasal 61 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 di jelaskan lebih lanjut

syarat pokok untuk mengajukan sengketa kewenangan antar lembaga negara ke

Mahkamah Konstitusi, yaitu;

Page 115: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

105

1. Pemohon adalah lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang

Dasar 1945 yang mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang

dipersengketakan [Pasal 61 ayat (1)]; dan

2. Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang

kepentingan langsung pemohon dan menguraikan kewenangan yang di

persengketakan serta menyebutkan dengan jelas lembaga negara yang menjadi

termohon [Pasal 61 ayat (2)]

Bahwa berdasarkan ketentuan di atas, jelas dalil pemohon yang mendalilkan

seolah-oleh pemohon adalah lembaga negara dengan dalih telah dinyatakan memperoleh

suara terbanyak dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Depok oleh putusan

Pengadilan Tinggi Bandung dalam putusannya Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg., tidak

dapat dibenarkan dan karenanya harus di tolak. Hal ini berdasarkan pada alasan hukum,

sebagai berikut:

1. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung tersebut telah dibatalkan oleh Putusan

Mahkamah Agung Nomor 01 PK/Pilkada/2005 tanggal 16 Desember 2005,

sehingga karenanya berdasarkan prinsip mengenai kekuatan suatu putusan dalam

arti positif apa yang telah di putus oleh hakim harus dianggap benar “Res judicata

pro veritate habetur”134

. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung a quo tidak berlaku

lagi, dan yang berlaku adalah putusan Mahkamah Agung Nomor 01

PK/Pilkada/2005 tenggal 16 Desember 2005.

2. Kedudukan Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur dan Wakil

Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota) beserta segala kewenangannya baru

134 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: LIBERTY, 2002) Ed

ke-6, h. 27.

Page 116: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

106

memiliki legalitas setelah mengucapkan sumpah atau janji jabatan, sebagaimana

dinyatakan secara eksplisit dalam ketentuan Pasal 110 Undang-undang Nomor 32

tahun 2004135

tentang Pemerintahan Daerah.

3. Dari ketentuan pasal dan ayat dalam Undang-undang tersebut, terbukti bahwa

merupakan fakta hukum pelamtikan yang di dalamnya di ucapkan sumpah atau janji

jabatan merupakan peristiwa hukum yang harus dipenuhi untuk di perolehnya status

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dengan demikian pemohon nukanlah

lembaga negara, sehingga tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam pasal

61 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Dengan

kata lain bahwa pemohon dalam pengajuan perkaranya ke Mahkamah Konstitusi

tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) dan tidak dapat dikatakan

sebagai Lembaga negara.

Dalam permohonan pemohon mempersoalkan dan menyatakan bahwa termohon

KPUD Kota Depok tidak berwenang mengajukan permohonan Peninjauan Kembali (PK)

terhadap putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg, yang

telah melahirkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 01 PK/Pilkada/2005. Bahwa sudah

barang tentu dalil pemohon a quo adalah sangat keliru dan tidak berdasar dan setidak-

tidaknya dikesampingkan.

Hal ini didasarkan kepada argumentasi atau pertimbangan hukum, sebagai

berikut136

:

135 Pasal 110 ayat (1-3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. 136 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, putusan perkara Nomor 002/SKLN-IV/2006

“Sengketa Kewenangan Lembaga Negara Antara Drs. H. Badrul Kamal, MM, dkkDengan Komisi

Pemilihan Umum daerah Kota Depok” (Jakarta: 25 Januari 2006), h. 13.

Page 117: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

107

1. Peninjauan Kembali adalah upaya hukum yang merupakan hak setiap subyek

hukum, termasuk Lembaga Negara, yang terlibat dalam suatu perkara. Hak untuk

mengajukan PK oleh suatu lembaga negara bukan dan tidak dapat di pandang dan di

tempatkan dalam konteks kewenangan lembaga negara. Berwenang tidaknya suatu

lembaga negara yang terlibat dalam suatu perkara pengajuan PK bukan masalah

kewenangan yang dapat dipersengketakan dalam peradilan di Mahkamah

Konstitusi, sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam ketentuan pasal 23 Undang-

undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Tepat tidaknya atau benar tidaknya suatu permohonan Peninjauan Kembali tidaknya

subyek hukum yang mengajukannya merupakan wewenang dari Mahkamah Agung

untuk menilainya. Dalam kaitannya dua hal perlu di kemukakan: Pertama,

Mahkamah Agung berwenang untuk menafsirkan dan memberikan makna atas

suatu ketentuan Undang-undang137

. Kedua, menurut ketentuan Pasal 65 Undang-

undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung

tidak dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga negara pada

Mahkamah Konstitusi.

Dengan demikian, maka mempermasalahkan terpilih tidaknya pemohon dalam

Pemilihan Kepala Daerah Kota Depok merupakan sengketa mengenai kepentingan

pemohon sebagai Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Depok, dan bukan serta

tidak bisa di paksakan menjadi sengketa antar lembaga negara.

Oleh karena itu, termohon mohon dengan hormat kiranya Mahkamah Konstitusi

berwenang untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:

137 Pasal 16 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, h. 14.

Page 118: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

108

“Menyatakan Mahkamah Konstitusi tidak berwenang untuk mengadili dan memutus

perkara permohonan pengujian Sengketa Kewenangan Lembaga Negaramyang di

berikan oleh Undang-Undang Dasar 1945 ini yang di ajukan oleh Badrul Kamal dan

Syihabuddin Ahmad, dan karenanya harus di nyatakan tidak dapat di terima”.

Memaparkan beberapa persoalan khususnya menyangkut tentang putusan

Mahkamah Konstitusi dan implikasinya terhadap pencari keadilan (justiciabellen). Secara

garis besar persoalan yang munculkan adalah pengaturan mengenai Putusan Mahkamah

Konstitusi, isi dan karakteristik putusan, rekapitulasi putusan Mahkamah Konstitusi

terakhir, beberapa putusan Mahkamah Konstitusi yang penting, serta tentang finalnya

putusan Mahkamah Konstitusi sehingga upaya hukum terhadap putusan tidak dikenal.138

Membahas mengenai tata cara dan bentuk-bentuk pelaksanaan putusan serta

problematikanya di lingkungan Mahkamah Konstitusi. Seperti diketahui, pelaksanaan

putusan Mahkamah Konstitusi berbeda sebagaimana yang diatur di lingkungan Peradilan

Umum. Putusan Mahkamah konstitusi bersifat erga omnes, sehingga daya ikatnya tidak

hanya kepada para pihak yang berperkara saja, tetapi mengikat juga kepada pihak lain,

misalnya dalam putusan judicial review terhadap suatu Undang-undang yang dianggap

bertentangan dengan konstitusi.

D. Alasan Hukum Hakim Mahkamah Konstitusi

Berdsarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 4/PMK/2004, secara tegas

bahwa peradilan dalam perselisihan hasil pemilu itu bersifat cepat139

dan sederhana.140

138 http://id.shvoong.com/law-and-politics/1902464-tata-cara-penyelesaian-sengketa, “Tata Cara

Penyelesaian Sengketa di Lingkungan Mahkamah Konstitusi”. Diakses pada September 2006. 139 Dalam hal ini cepatnya sifat peradilan dalam perselisihan hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi

selain di artikan cepat dalam proses beracaranya juga cepat dalam melahirkan putusan yang di tandai

dengan batasan-batasan waktu yang telah di tentukan oleh pembuat undang-undang dan tidak adanya upaya

hukum lain terhadap putusan Mahkamah Konstitusi.

Page 119: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

109

Proses cepat dan sederhana sebagai konsekuensi logis dari sistem pengadilan di

Mahkamah Konstitusi yang tidak memiliki tingkatan atau dengan kata lain, pengadilan di

Mahkamah Konstitusi merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir. Konsekuensi

logis lainnya adalah bahwa putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final dan tidak

memiliki upaya hukum lain.

Tidak seperti dalam undang-undang tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang

Pemerintah Daerah menyatakan bahwa putusan Mahkamah Agung dalam menyelesaikan

sengketa penetapan hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) adalah final dan mengikat.

Sedangkan putusan Pengadilan Tinggi yang mendapat kewenangan delegasi dari

Mahkamah Agung untuk memutus sengketa penetapan hasil pilkada kabupaten atau kota

adalah bersifat final.

Perkara sengketa penetapan hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Depok

yang diajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung merupakan salah satu contoh

yang tidak tetap dipungkiri bahwa penyelesaian sengketa penerapan hasil pilkada tidak

dapat menjadikan pasangan Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk segera

menduduki jabatannya, karena putusan Pengadilan Tinggi Bandung yang telah

menganulir kemenangan mereka.141

Bahkan pasangan calon Walikota dan Wakil

Walikota terpilih harus sabar menanti sampai dijatuhkannya putusan Mahkamah

Konstitusi.142

140 Pasal 2 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 4/PMK/2004. 141 Memori Peninjauan Kembali, terhadap putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor

01/PILKADA/2005/PT.Bdg, Agustus, 2005 antara Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad (semula pemohon, kini termohon) dengan Komisi Pemilihan Umum Kota Depok ( semula termohon, kini pemohon

Peninjauan Kembali (PK)).

142 Kubu pasangan Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad (yang telah di menangkan oleh Pengadilan

Tinggi Bandung, kini dapat di kalahkan oleh Peninjauan Kembali Mahkamah Agung) berusaha menyatakan

Page 120: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

110

Dalam pertimbangan hukum Hakim Mahkamah Konstitusi menimbang bahwa

maksud dan tujuan pemohon adalah sebagaimana terurai di atas; maka Mahkamah

Konstitusi mempertimbangkan lebih lanjut mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi

dan kedudukan hukum (legal standing) pemohon dalam permohonan a quo,. Bahwa

kewenangan konstitusional Mahkamah menurut Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) adalah

mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final antara lain,

untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya di berikan

oleh Undang-Undang Dasar 1945.143

Bahwa permohonan pemohon sesuai dengan judul pokok permohonan adalah

“Permohonan Pengujian Kewenangan Lembaga Negara yang diberikan oleh Undang-

Undang Dasar 1945”.144

Adapun dalil-dalil pokok yang diajukan pemohon adalah;

a. Bahwa pemohon adalah pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota terpilih

berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat a quo, sehinnga dapat di

kategorikan sebagai Lembaga Negara;

bahwa dirinyalah yang benar. Oleh karenanya, Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad mengajukan sengketa

penetapan hasil pilkada tersebut ke Mahkamah Konstitusi (MK). Meskipun tidak melalui mekanisme atau

jalur penyelesaian perselisihan hasil pemilu, melainkan jalur SKLN dan PUU. Lihat Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia (MKRI) perkara Nmor 001/PUU-IV/2006 mengenai Pengujian undang-undang

terhadap Undang-Undang Dasar 1945. dan juga Nomor 002/SKLN-IV/2006 btentang sengketa kewenangan

lembaga negara.

143 Lihat lebih Lanjut dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstiutusi (selanjutnya di sebut UUMK), dan Undang-undang Nomor

4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU Kekuasaan Kehakiman).

144 Isi permohonannya adalah memohon Mahkamah Konstitusi menguji kewenangan suatu

lembaga negara yakni menguji kewenangan KPU Kota Depok (Termohon) yang mengajukan permohonan

PK kepada Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg,

tanggal 4 Agustus 2005. serta menguji putusan Mahkamah Agung RI mengenai PK terhadap putusan

Pengadilan tinggi a quo.

Page 121: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

111

b. Bahwa Komisi Pemilihan Umum daerah Kota Depok dalam menjalankan perintah

pasal 57 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(selanjutnya di sebut UU Pemda) dapat dikategorikan sebagai Lembaga Negara;

c. Bahwa dengan mengajukan permohonan Peninjauan Kembali terhadap putusan

Pengadilan Tinggi Jawa Barat Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg, yang dilakukan

oleh KPUD Kota Depok telah melampui kewenangan yang diberikan oleh Undang-

undang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang Dasar 1945.

Adapun untuk menentukan apakah Mahkamah berwenang dalam memeriksa,

mengadili, dan memutus permohonan a quo berkaitan dengan kedudukan hukum (legal

standing) pemohon. Maka Mahkamah Konstitusi mempertimbangkan sebagai berikut;

a. Bahwa permohonan pemohon mengenai kewenangan KPUD Kota Depok

mengajukan Peninjauan Kembali atas putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat,

bukanlah termasuk Sengketa Kewenangan Konstitusional yang dimaksudkan dalam

Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf b

UUMK, melainkan hak yang timbul karena adanya kewenangan sebagaimana di

maksud Pasal 66 ayat (1) Undang-undang Pemerintahan daerah yang memuat tugas

dan wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah dalam pemilihan kepala daerah

dan wakil kepala daerah, dengan demikian objek sengketa bukanlah objek sengketa

kewenangan konstitusional antar lembaga negara sebagaimana di tentukan dalam

Pasal 61 Undang-undang Mahkamah Konstutusi (UUMK).

Page 122: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

112

b. Kepala Daerah dalam hal ini Walikota dan Wakil Walikota terpilih,145

masih

mempersyaratkan pengesahan pengangkatan oleh menteri Dalam Negeri atas nama

Presiden dan pelantikan oleh Gubernur atas nama Presiden.146

Dengan demikian,

pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota terpilih belum manjadi kepala

daerah.

c. Komisi Pemilihan Umum daerah (KPUD) Kota Depok merupakan KPUD yang

kewenangannya di berikan oleh Undang-undang dalam hal ini undang-undang

pemda. Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), menurut Undang-undang Pemda

dan sebagaimana juga di akui oleh pemohon, bahwa Komisi Pemilihan Umum

daerah bukanlah bagian dari KPU yang di maksud dalam pasal 22E Undang-

Undang Dasar 1945. dengan demikian, meskipun KPUD adalah Lembaga Negara,

namun dalam penyelenggaraan Pemilihan kepala daerah (pilkada) kewenangannya

bukanlah kewenangan yang di berikan oleh Undang-Undang Dasar, sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Mahkamah

Konstitusi.

Selanjutnya dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/SKLN-IV/2006

tentang Sengketa Kewenangan lembaga Negara, bahwa Hakim Mahkamah Konstitusi

berdasarkan seluruh penjelasan alasan hukumnya tersebut di atas, baik dari segi subjek

pemohon dan termohonnya, maka permohonan a quo bukanlah termasuk lingkup perkara

Sengketa Kewenangan Konstitusional Antar Lembaga Negara, sebagaimana dimaksud

145 Pasal 109 ayat (2) UU Pemda dan Pasal 100 ayat(2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan, pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah (selanjutnya di sebut PP Nomor 6 Tahun 2005).

146 Pasal 110 ayat (1) dan Pasal 111 ayat (2) Undang-undang Pemerintahan daerah, dan pasal 102

ayat (2) Peraturan Pemerintahan Nomor 6 Tahun 2005.

Page 123: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

113

dalam Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang dasar 1945 dan pasal 10 ayat (1) huruf b

joncto Pasal 61 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu, permohonan

pemohon harus dinyatakan “tidak dapat diterima” (niet ontvankelijk verklaard).

Page 124: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

114

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan bab-bab sebelumnya, dan memberi jawaban atas

pertanyaan pada perumusan masalah penulisan skripsi ini, maka dapat di ambil

kesimpulan bahwa:

1. Mekanisme dari putusan Mahkamah Konstitusi terkait Sengketa hasil pemilihan

Walikota dan Wakil Walikota Depok merupakan salah satu contoh upaya

penyelesaian sengketa pilkada yang menjadi sejarah demokrasi Indonesia. Dalam

artian bahwa sengketa tersebut tidak menimbulkan anarki di tingkat massa seperti di

daerah lain, namun dapat diselesaikan dengan damai melalui jalur Pengadilan.

Kasus sengketa pilkada Depok tersebut berawal dari gugatan pasangan Badrul

Kamal dan Syihabuddin Ahmad kepada Pengadilan Negeri Cibinong Jawa Barat

terhadap KPUD Kota Depok, yang menetapkan pasangan Nurmahmudi Ismail dan

Yuyun Wirasaputra sebagai pasangan yang memperoleh suara terbanyak dan di

tetapkan sebagai pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Depok. Gugatan

pasangan Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad dikabulkan oleh Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Jawa Barat. Kemudian, KPUD Kota Depok mengajukan upaya

Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.upaya

Peninjauan Kembali (PK) ini ditempuh karena menurut Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, putusan Pengadilan

Page 125: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

115

Tinggi Jawa Barat dengan pertimbangan hukumnya bahwa Majelis kasasi

menemukan adanya kesalahan dalam putusan Pengadilan Tinggi Bandung Jawa

Barat, yang hanya didasarkan pada asumsi, bukan fakta. Majelis kasasi pun

membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Bandung, mengadili sendiri, menolak

keberatan Badrul Kamal, dan membenarkan keputusan KPUD Kota Depok.

2. Putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi terkait dengan

kewenangannya, khususnya dalam putusan Nomor 002/SKLN-IV/2006 terkait

sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh

Undang-Undang Dasar 1945 adalah bersifat final. Karena Mahkamah Konstitusi

memiliki kewenangan mengadili pada tingkat pertama dan terakhir. Dalam

perselisihan hasil penetapan terpilihnya kepala daerah dan wakil kepala daerah

secara langsung yang berangsur cukup lama. Maka, pada putusan hakim Mahkamah

Konstitusi pada putusan Nomor 002/SKLN-IV/2006 itu bahwa pada

permohonannya tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) Karena

perkara tersebut bukanlah termasuk kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia. Oleh karena itu, bahwa putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final

tersebut diartikan sebagai putusan yang langsung memperoleh kekuatan hukum.

B. Saran-saran

1. Usaha untuk mencari keadilan dan kebenaran ditubuh Peradilan, sesunguhnya

merupakan perjuangan yang tiada mengenal kata berhenti. Hal tersebut merupakan

Page 126: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

116

sebuah ideologi untuk membangun seluruh komponen bangsa atau masyarakat ke

arah yang lebih baik, oleh karena itu independensi kekuasaan kehakiman tergantung

kepada faktor-faktor internal lembaga Peradilan dan (Political sphare) di

sekilingnya.

2. Untuk terciptanya check and balances, tiap lembaga negara harus menggunakan

pendekatan legal konstitusional untuk melaksanakan mekanisme kontrol kekuasaan

antara legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Agar pengawasan terhadap lembaga

eksekutif oleh lembaga legislatif haruslah diberi koridor untuk menegakan nilai

keadilan dan tidak hanya sekedar pertarungan elit politik semata. Apabila proses ini

terjadi, maka sistem politik yang lebih sehat akan tercipta dan membawa

kesejahteraan masyarakat. Dengan memegang kuat prinsip check and balances

tersebut, maka lembaga negara akan dapat menjalankan tugasnya dengan lebih

efektif dan lebih demokratis.

3. Kemandirian Mahkamah Konstitusi akan menentukan keberhasilan pelaksanaan

fungsi dan wewenang dalam kontrol kekuasaan. Untuk menciptakan Mahkamah

Konstitusi yang independen, maka tata cara pemilihan dan persyaratan calon hakim

merupakan hal yang paling utama.

4. Sebagai konsekuensi bahwa pilkada sebagai rezim pemilu, maka sengketa hasil

pilkada dapat diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi atau Peradilan ad hock

pemilu dibawah Mahkamah Konstitusi. Pembentukan Peradilan ad hock pemilu ini

penting untuk mengantisipasi sengketa yang jangka waktunya sudah limitatif dan

sebagai antisipasi banyaknya daerah yang melaksanakan pilkada.

Page 127: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

117

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Abdullah, Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2005, Cetakan pertama.

Amirudin, Bisri, Zaini, ed, Pilkada Langsung Problem dan Prospek sketsa singkat

perjalanan pilkada 2005, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Aripin, Jaenal, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta:

Kencana, 2008, Cet. Ke-1.

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitualisme, Jakarta: Mahkamah Konstitusi dan

Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2004, Cet. Ke-1.

Badjeber, Zain, Komentar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, Jakarta: Forum Indonesia Baru, 2005.

Fadjar, Abdul Mukti, Hukum Konstitusi Dan mahkamah Konstitusi, Jakarta: Konstitusi

Press, 2006, Cet. Ke-1.

Fatkhurohman et. Al. Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, Cet. Ke-1.

Gazali, Effendi, Strategis Kampanye PILKADA, Jakarta: Jurnal Pamong Praja, 2005, ed.

3.

Iberamsjah MS, SK KPUD No.18 tahun 2005, Pilkada Kota Depok Tahun 2005, Depok:

Sekretariat Walikota Depok, 2006.

Loqman, Loebby, S.H., M.H., Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta: Departemen

Kehakiman Republik Indonesia, 1996-1999.

Nadir, Ahmad, Pilkada Langsung dan masa depan demokrasi: studi atas artikulasi

politik nahdliyyin dan dinamika politik dalam Pilkada langsung di Kabupaten

Gresik Jawa Timur, Malang, Avveroes, 2005.

Narang, Agustin Teras, Pemilihan Kepala Daerah secara Langsung dan Pengaturan

Pemerintahan Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah, Jakarta: Penerbit, 2004.

Page 128: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

118

Parluhutan Daulay, Ihksan Rosyada, Mahkamah Konstitusi Memahami Keberadaannya

Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2006, Cet. Ke-1.

Santoso, Topo, Kepala Daerah Pilihan Hakim, Bandung: Harakatuna Publishing, 2005.

Sarunjang, Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2005.

Siahaan, Maruarar, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta:

Konstitusi Press, 2005. Cet. Ke-1.

Subakti, Ramlan, Bebarapa pertanyaan tentang sistem pemilihan kepala daerah secara

langsung, (Jakarta: Jurnal Pamong Praja, 2005)ed. 3.

Soedarsono, Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal Demokrasi: Penyelesaian sengketa

penetapan hasil pemilu 2004, Jakarta: Sekretaris jendral dan kepaniteraan

MKRI, 2005). Cet, Ke-1.

Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2006, Cet. Ke-1.

Susanto, Agung, Hukum Acara Perkara Konstitusi, Prosedur Berperkara pada

Mahkamah Konstitusi, Bandung: Mandar Maju, 2006, Cet. Ke-1.

Sutioso, Bambang, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Bandung:

Citra Aditya Baktiu, 2006, Cet Pertama.

Sutioso, Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari, Aspek-aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman Di Indonesia, Yogyakarta: VIII-Press.

Syahrizal, Ahmad, Peradilan Konstitusi; Suatu Studi tentang Adjudikasi konstitusional

sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Normatif, Jakarta: PT. Paradnya

Paramita, 2006, Cet. Ke-1.

Tasrif, Suardi, Menegakan Rule Of Law di Bawah Orde Baru, Bandung: Mizan, 1971.

Tim Penyusun Cetak Biru Mahkamah Konstitusi, Cetak biru membangun mahkamah

Konstitusi sebagai institusi peradilan konstitusi yang modern dan terpercaya,

Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2004.

Tutik, Titik Tri wulan, Pemilihan Kepala Daerah berdasarkan undang-undang nomor 32

Tahun 2004 dalam Sistem Pemilu Menurut Undang-Undang Dasar 1945,

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006.

UNDANG-UNDANG

Page 129: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

119

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta:

Sekretariat Jenderal MPR RI, 2002.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah

Konstitusi.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan

Kehakiman.

PUTUSAN

------Putusan MKRI Nomor 001/PUU-IV/2006 Mengenai pengujian Undang-undang

terhadap UUD RI 1945.

------Putusan MKRI Nomor 002/SKLN-IV/2006 Mengenai Sengketa Kewenangan

Lembaga Negara yang kewenangannya di berikan UUD RI 1945.

------Putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor 01/PK/PILKADA/2005.

------Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 01/PILKADA/2005.

------Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara Nomor 072-073/PUU/II/2004 tentang

pengujian Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

------Peraturan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Depok No.1-20 tahun

2005.

INTERNET

http://www.cetro.or.id, “ Urgensi revisi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan daerah sebelum penyelenggaraan pemilihan kepala daerah”,

diakses pada July, 2009.

http:// hukumonline.com./“Sengketa Pilkada : MA kabulkan Peninjauan Kembali KPUD

Depok”.html. diakses pada Mei 2009.

Page 130: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

120

http://id.wikisource.org/wiki/Mekanisme_Impeachment_&_Hukum_Acara_Mahkamah_

Konstitusi, diakses pada November, 2008.

http://jurnalhukum.blogspot.com/ 2006/09/ mahkamah-konstitusi-ri.html, “ Mahkamah

Konstitusi: The Guardian and the Interpreter Of The Constitution” diakses pada

September, 2006.

http://www.kanalpemilu.com. “mk-mulai-sidangkan-perselisihan-hasil pemilu” diakses

pada Mei, 2009.

http://www.kompas.com “Pilkada Depok dan sikap apatis”, diakses pada November,

2006.

http;//www.kompas.com, “Struktur Organisasi Mahkamah Konstitusi”, diakses pada Juni

2006.

http://www.suaramerdeka.com/harian, “ Antisipasi masalah dalam Pilkada, Perlu

perincian kewenangan penyelenggara”, diakses pada Agustus, 2009.

http://ramadiandri10.blogspot.com/2009/01/tugas-dan-wewenang-mk.html, “Tugas dan

Wewenang Mahkamah Konstitusi”, diakses pada Januari, 2009.

http://taufiqnugroho.blogspot.com /2009/02/ mahkamah-konstitusi-dalam-struktur.html,

“Mahkamah Konstitusi Dalam Struktut Ketatanegaraan Indonesia”, diakses

pada Februari, 2009.

Page 131: PENYELESAIAN PERKARA SENGKETA PILKADA DEPOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7247/1/... · persyaratan dan tata cara pemilihan kepala daerah di tetapkan dalam

121