PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

21
IMPLIKASI SURAT FILEMON TERHADAP PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN SOSIAL DALAM GEREJA TESIS Diajukan kepada SEKOLAH TINGGI TEOLOGIAMANAT AGUNG Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Studi Guna Memperoleh Gelar Magister Divinitas OLEH JOHNY SUMADI, S.Th. 2010111002 1997 â 3 ozadoi} SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG JAKARTA 2003 Pfj-.-i :''U b 7/'. I Vf' -i j STT AMANAT AGUNG

Transcript of PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

Page 1: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

IMPLIKASI SURAT FILEMON TERHADAP

PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

SOSIAL DALAM GEREJA

TESIS

Diajukan kepada

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIAMANAT AGUNG

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Studi

Guna Memperoleh Gelar Magister Divinitas

OLEH

JOHNY SUMADI, S.Th.

2010111002

1997

â3

ozadoi}

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

JAKARTA

2003

Pfj-.-i :''U b 7/'. I Vf' -i j

STT AMANAT AGUNG

Page 2: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI

AMANAT AGUNG

Ketua STT AMANAT AGUNG menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

IMPLIKASI SURAT FILEMON TERHADAP PENYELESAIAN MASALAH

KESENJANGAN SOSIAL DALAM GEREJA

Dinyatakan Lulus setelah diuji oleh Team Penguji pada tanggal 04 Agustus 2003

Dosen Pembimbing/Penguji

1. Ev. Yohanes Adrie Hartopo, Ph. D. (Cand)

2. Pdt. Lotnatigor Sihombing, M.Th.

3. Ev. Andréas Himawan, M.Th.

Tanda Tangan

zarla, 04 Agusius 2003

jg Hartopo. Ph.D. ("Cand.)

Ketua

Page 3: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

m

DAFTAR ISl

PRAKATA i

DAFTAR ISI iii

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Hipotesis 8

C. Tujuan Penulisan 9

D. Pentingnya Penulisan 9

E. Ruang Lingkup Penulisan 10

F. Metode Penulisan 10

G. Sistematika Penulisan 11

I. MASALAH KESENJANGAN SOSIAL DI DALAM ALKITAB 14

A. Masalah Kemiskinan 14

1. Terminologi 14

2. Sebab-sebab Kemiskinan 16

3. Tuhan Pembela Orang Miskin 19

B. Masalah Kekayaan 20

1. Konsep Tentang Kekayaan 20

2. Bahaya-bahaya dari Kekayaan 22

3. Tanggung Jawab dari Pemilik Kekayaan 23

Page 4: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

IV

C. Masalah Perbudakan 25

1. Asal Budak 25

2. Budak Pribadi 26

3. Tuhan Pembebas Budak 30

D. Kesimpulan 33

II. PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN SOSIAL MENURUT SURAT

FILEMON 35

A. Latar Belakang Surat Filemon 35

1. Penulis Surat Filemon 35

2. Penerima Surat Filemon 37

3. Tempat dan Tanggal Penulisan Surat Filemon 38

4. Tujuan Penulisan Surat Filemon 40

5. Isi Surat Filemon 43

6. Kepentingan Surat Filemon 43

7. Bentuk Surat Filemon 44

8. Beberapa Pendekatan terhadap Surat Filemon 45

B. Eksposisi Surat Filemon 48

1. Pribadi dan Rumah Tangga Filemon (ayat 1-3) 48

2. Ucapan Syukur, Doa dan Sukacita Paulus (ayat 4-7) 56

3. Himbauan Paulus kepada Filemon demi Onesimus (ayat 8-19) 66

4. Harapan Paulus kepada Filemon (ayat 20) 75

5. Keyakinan Paulus kepada Filemon (ayat 21-22) "72

PEtit'USÏAKAA;! ISTT AMANAT AGUNG |

Page 5: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

V

6. Salam dan Doa (ayat 23-25) 79

C. Prinsip Penyelesaian Masalah Kesenjangan Sosial menurut Surat Filemon 80

1. Dasar-dasar Penyelesaian Masalah Kesenjangan Sosiasl 80

2. Alasan-alasan Penyelesaian Masalah Kesenjangan Sosial 85

3. Tindakan-tindakan Penyelesaian Masalah Kesenjangan Sosial 88

4. Kesimpulan 91

m. PENERAPAN PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN SOSIAL

DALAM GEREJA 93

A. Penerapan dalam Gereja secara Lokal 93

1. Anggota Jemaat yang Kaya dapat Membantu Anggota Jemaat yang

Miskin 93

2. Anggota Jemaat yang Kaya dapat Membangun Pola Hidup

Sederhana 97

3. Anggota Jemaat yang Miskin Harus Berusaha Memperbaiki Kehidupannya

Sendiri 100

B. Penerapan dalam Gereja secara Global 101

1. Gereja yang Kaya dapat Membantu Gereja yang Miskin 101

2. Gereja yang Kaya dapat Membangun Pelayanan Sosial 104

3. Gereja yang Miskin Harus Berusaha untuk Mandiri 115

KESIMPULAN 117

KEPUSTAKAAN 120

Page 6: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Permasalahan Kesenjangan Sosial

Tesis ini akan membahas tentang implikasi surat Filemon terhadap

penyelesaian masalah kesenjangan sosial dalam gereja. Yang dimaksud

dengan istilah "kesenjangan" menurut Kamus Besar bahasa Indonesia

adalah "perihal (yang bersifat, berciri) senjang; ketidakseimbangan;

ketidaksimetrisan; atau jurang pemisah".' Sedangkan yang dimaksud

dengan istilah "sosial" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

"berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan kcpentingan umum

(suka menolong, menderma dsb)"? Secara harafiah istilah "kesenjangan

sosial" mempunyai makna; "adanya jurang pemisah atau terjadinya

ketidakseimbangan dalam masyarakat". Secara lebih khusus, istilah

kesenjangan sosial telah dipakai untuk menggambarkan "adanya jurang

pemisah secara ekonomi dalam masyarakat, yaitu jurang pemisah antara

orang kaya dan orang miskin". Sedangkan yang dimaksud dengan istilah

penyelesaian adalah usaha untuk meminimalkan masalah kesenjangan

sosial yang ada, bukan dalam arti meniadakan masalah kesenjangan sosial

itu sendiri. Jadi yang dimaksud dengan "penyelesaian masalah kesenjangan

sosial" dalam judul tesis ini adalah usaha untuk meminimalkan perbedaan

status sosial antara orang kaya dan orang miskin. Dalam tesis ini konteks

Lukman Ali (penanggung jawab), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (Jakarta; Balai Pustaka,1995), h.915^ Ibid., h.958

Page 7: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

permasalahan yang akan dibahas adalah konteks permasalahan yang

terdapat dalam gereja, baik di antara gereja (gereja secara am) maupun

khususnya di dalam gereja sendiri (gereja secara lokal).

Masalah kesenjangan sosial yang ada di antara gereja dapat terlihat

pada orientasi lokasi pendirian atau keberadaan gereja dengan tujuan untuk

menjangkau suatu golongan masyarakat tertentu, misalnya kebaktian-

kebaktian yang diadakan di mal-mal, restoran-restoran, hotel-hotel

berbintang atau gedung-gedimg mewah laiimya. Kebaktian-kebaktian ini

diadakan tentunya untuk menjangkau masyarakat golongan ekonomi

menengah ke atas. Yang ironis adalah juga adanya kebaktian-kebaktian

yang diadakan di tempat-tempat kumuh dan di kolong-kolong jembatan.

Kebaktian-kebaktian ini biasanya dihadiri oleh anak-anak jalanan, para

gelandangan dan para tuna vsâsma.

Masalah kesenjangan sosial yang ada di dalam gereja dapat terlihat

pada keadaan dalam jemaat itu sendiri. Misalnya ada jemaat-jemaat tertentu

dalam gereja yang sangat kaya secara ekonomi dan sebaliknya ada jemaat-

jemaat tertentu dalam gereja tersebut juga yang sangat miskin secara

ekonomi.

Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, baik di antara gereja

maupun di dalam gereja, tentunya akan menimbulkan jurang pemisah antara

golongan kaya dan golongan miskin. Masalah kesenjangan sosial dapat

mengakibatkan dampak yang buruk di dalam gereja. Adapun dampak yang

dapat teijadi akibat adanya kesenjangan sosial dalam gereja, misalnya

Page 8: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

orang-orang yang kaya akan berkelompok atau bersekutu dengan orang-

orang yang kaya saja, sedangkan orang-orang yang miskin akan

berkelompok dengan orang-orang miskin juga. Selain itu masalah

kesenjangan sosial Juga dapat berdampak pada masalah diskriminasi sosial

dalam gereja, orang-orang yang kaya seringkali mendapat prioritas yang

utama dalam gereja serta mudah menduduki jabatan-jabatan penting dalam

organisasi gereja, waiaupun kadang-kadang kedewasaan rohaninya tidak

memenuhi persayaratan sebagaimana seharusnya. Sedangkan orang-orang

miskin seringkali diabaikan dalam hak-haknya sebagai anggota gereja,

waiaupun kadang-kadang kedewasaan rohaninya lebih baik dari pada orang-

orang yang kaya secara materi, sehingga akibatnya gereja tidak hidup dan

bertumbuh sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Meskipun hal itu tidak

selalu demikian keadaannya, tetapi pada umumnya hal tersebut banyak

terjadi dalam gereja.

Jelas sekali diperlukan adanya jembatan yang dapat menghubungkan

dua golongan jemaat dalam gereja yang berbeda tersebut. Gereja

mempunyai tanggung jawab untuk meminimalkan, jika tidak dapat

meniadakan, kesenjangan sosial atau jurang pemisah yang ada antara

golongan yang kaya dengan golongan yang miskin. Golongan yang kaya

mempunyai tanggung jawab mengenai kekayaannya, baik terhadap Tuhan

maupun terhadap golongan yang miskin. Demikian juga golongan yang

miskin mempunyai tanggung jawab, baik terhadap Tuhan maupun terhadap

golongan yang kaya.

Page 9: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

2. Dasar Alkitab

Dengan adanya permasalahan di atas, maka sehanisnya gereja lebih

bersifat inklusif dari pada bersifat eksklusif dan gereja mempunyai tanggung

jawab untuk mencarikan solusi dari masalah kesenjangan sosial tersebut.

Gereja juga hanis lebih berani membuka diri dari pada menutup diri untuk

menerima tanggung jawab kepelbagain dalam warga jemaatnya, sebab pada

prinsipnya keberadaan gereja bukan didasarkan pada kesamaan yang

sifatnya ekstemal tetapi keberadaan gereja didasarkan pada kesamaan yang

sifatnya internai yaitu kesamaan iman di dalam Kristus dan kesamaan

derajat manusia di hadapan Tuhan. Menurut John Stott, dalam bukunya Isu-

Isu Global, "Alkitab mengatakan bahwa baik kesamaan martabat maupun

kesamaan derajat manusia adalah karena manusia itu memang sudah

demikian diciptakan Allah. Penciptaan adalah pangkal kesamaan manusia."

Kesamaan derajat manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan yang

mulia dinyatakan oleh Alkitab sendiri: "Maka Allah menciptakan manusia

itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-

laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu

Allah berfirman kepada mereka: beranakcuculah dan bertambah banyak;

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan

burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi"

(Kej. 1:27-28). Oleh karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa

Allah, maka semua manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan

Tuhan, siapapun dia, bagaimanapun keadaannya, dimanapun dia berada dan

John Stott, Isii-Isu Global (Jakarta; Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1994), h.206

Page 10: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

berapapun usianya. Itulah sebabnya setiap manusia hams hidup saling

mengasihi dan saling menghormati sesamanya manusia sebab Allah juga

adalah penuh kasih dan hormat terhadap semua manusia ciptaan-Nya.

Peijanjian Lama sangat memperhatikan masalah kesenjangan sosial

yang ada di tengah-tengah umat Israël dengan menekankan kesamaan

derajat manusia di hadapan Tuhan. Dengan tegas Musa mengatakan kepada

bangsa Israël bahwa TUHAN, Allah mereka adalah TUHAN yang membela

hak anak yatim dan janda serta mengasihi orang asing; "Sebab TUHAN,

Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar,

kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;

yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya

kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian"

(Ul. 10: 17-18). Dalam perkataannya, Ayub juga mengakui kesamaan derajat

dirinya dengan budak-budaknya "Bukankah la, yang membuat aku dalam

kandungan, membuat orang itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk

kami dalam rahim?" (Ayb.31:15). Penulis Amsal menyamakan tindakan

menindas orang lemah dengan menghina Pencipta-Nya (Ams. 14:31).

Demikian juga menurut Stott, fakta bahwa "Allah tidak memandang muka

merupakan landasan teologis dari proies yang dikumandangkan para nabi

sepanjang sejarah Peijanjian Lama"^ (bnd. Amos 4:1; 5:11-12; 6:4-6; 8:4-

5,6; Hos.l0:12-13; Yes.5:8,ll-12; Mik.2:l-3; 3:1-3,10-11; Yer.21:12; 22:2-

3; Yeh.22:6-9,12,27; 18:5-6). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Peijanjian Lama sangat menjunjung tinggi kesamaan derajat manusia.

" Ibid., h.207

Page 11: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

Peqanjian Baru juga sangat memperhatikan masalah kesenjangan

sosial dengan menekankan kesamaan derajat manusia di hadapan Tuhan.

Yesus Kristus digambarkan sebagai orang yang tidak mencari muka, orang-

orang Farisi dan orang-orang Herodian yang datang kepada Yesus dan

menyebut-Nya sebagai orang yang tidak mencari muka; "Guru, kami tahu,

Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun

juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar

jalan Allah dengan segala kejujuran" (Mrk.l2:14). Demikian juga Paulus

memperingatkan "tuan-tuan" agar mereka bertindak dengan bijaksana

terhadap budak-budaknya karena mereka mempunyai derajat yang sama di

hadapan Tuhan, "Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap

mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan

kamu ada di sorga dan la tidak memandang muka" (Ef.6:9). Yakobus sangat

menentang tindakan membeda-bedakan derajat di dalam ibadah orang-orang

percaya, oleh karena itu dia menasehatkan agar mereka tidak mengamalkan

imannya dengan memandang muka (Yak.2:l-13).

Kitab Filemon secara khusus dan représentatif mengajarkan

kebenaran-kebenaran mengenai masalah kesenjangan sosial dan kesamaan

derajat manusia di hadapan Tuhan. Kitab Filemon merupakan surat pribadi

rasul Paulus kepada seseorang yang bemama Filemon. Di dalam surat

tersebut Paulus berbicara kepada Filemon mengenai permasalahan

Onesimus. Onesimus adalah budak Filemon yang telah melarikan diri dan

diperkirakan telah mencuri sesuatu dari tuannya. Hal itu dapat diketahui

Page 12: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

melalui perkataan Paulus kepada Filemon: "Dan kalau dia sudah merugikan

engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu padaku -

aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan

membayamya- agar jangan kukatakan: 'Tanggungkanlah semuanya itu

kepadamu!' - karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri" (ayat

18-19). Di tempat pelariannya, yaitu di kota Roma Onesimus bertemu

dengan Paulus dalam penjara dan melalui suatu proses pelayanan pribadi

yang dilakukan oleh Paulus, akhimya Onesimus menjadi percaya kepada

Tuhan serta menjadi anak rohani bagi Paulus (bnd. ayat 10). Di penjara

Onesimus sangat dekat dengan Paulus dan sangat dibutuhkan oleh Paulus:

"Sebenamya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani

aku selama aku dipenjarakan karena Injil" (ayat 13). Namun bal itu tidak

mau dilakukan oleh Paulus tanpa persetujuan Filemon: "Tetapi tanpa

persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan

engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela"

(ayat 14). Itulah sebabnya Paulus bermaksud mengirimkan kembali

Onesimus kepada Filemon, meskipun ada resiko yang harus diambil

mengingat sistem perbudakan pada waktu itu. Tetapi Paulus meminta agar

Filemon menerima Onesimus kembali, bukan lagi sebagai budak, tetapi

lebih daripada itu sebagai saudara yang kekasih: "Sebab mungkin karena

itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat

menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan

lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah

Page 13: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

8

demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan"

(ayat 15-16). Pada waktu itu Paulus tidak mengutuk perbudakan dan juga

tidak meminta Filemon untuk membebaskan Onesimus, tetapi Paulus

menghendaki agar Filemon menerima Onesimus dengan suatu hubungan

yang baru antaia sesama manusia dan sebagai saudara seiman dalam Tuhan,

yang di dalamnya segala perbedaan ekstemal harus ditiadakan (bnd. 1

Kor.l2:13; Gal.3:28; Kol.3:l 1). Dengan demikian maka teijadi suatu

hubungan yang baru di antara Filemon dan Onesimus, bukan lagi hubungan

antara tuan dan hamba yang lebih diutamakan tetapi hubungan sebagai

saudara yang didasarkan pada iman dalam Kristus dan kesamaan derajat di

hadapan Tuhan.

B. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan kontemporer yang ada pada

gereja dan surat kiriman rasul Paulus kepada Filemon tersebut, maka seharusnya

gereja dapat merefleksikan kembali apa yang menjadi arti sesungguhnya dari

kesamaan derajat manusia di hadapan Tuhan dengan mengadakan penyelesaian

terhadap masalah kesenjangan sosial dalam gereja. Itu sebabnya penulis

memiliki suatu pemikiran dasar bahwa sudah saatnya gereja memperhatikan

masalah kesenjangan sosial dalam jemaamya serta mencari jalan keluar dari

penyelesaian masalah tersebut.

Dengan demikian diharapkan agar gereja dapat merefleksikan kasih

Kristus di tengah-tengah jemaatnya. Dan pada akhimya gereja dapat menjadi

Page 14: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

gereja yang terbuka bagi setiap orang yang datang untuk percaya kepada Yesus

sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dengan tanpa memandang status sosialnya.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan tesis ini adalah untuk mengemukakan

pentingnya penyelesaian masalah kesenjangan sosial dalam kehidupan gereja

berdasarkan prinsip kesamaan derajat manusia di hadapan Tuhan, khususnya

prinsip-prinsip yang diambil dari surat Filemon. Serta memperhatikan

implikasi-implikasi dari penyelesaian masalah kesenjangan sosial yang dapat

diterapkan dalam gereja.

D. Pentingnya Penulisan

Pentingnya penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi teoritis bagi gereja dan orang Kristen untuk

mempelajari prinsip penyelesaian masalah kesenjangan sosial berdasarkan

surat rasul Paulus kepada Filemon.

2. Sebagai kontribusi bagi gereja dan orang Kristen untuk memahami

pentingnya penyelesaian masalah kesenjangan sosial dalam kehidupan

warga gereja.

3. Sebagai haï yang mendesak bagi gereja dan orang Kristen untuk berperan

aktif dalam meniadakan perbedaan status sosial serta menjadi teladan dalam

penyelesaian masalah kesenjangan sosial yang terdapat di dalam gereja.

Page 15: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

10

Melihat pentingnya penyelesaian masalah kesenjangan sosial dalam

kehidupan gereja, maka hal ini mendorong penulis untuk menyelidiki hal-hal

yang berkaitan dengan masalah penyelesaian kesenjangan sosial yang sesuai

dengan pengajaran Alkitab sebagai firman Tuhan yang kebenarannya harus

ditumti dan ditaati oleh setiap orang percaya.

Hal ini Juga sekaligus merupakan tantangan bagi penulis untuk

menerapkan prinsip-prinsip penyelesaian masalah kesenjangan sosial dalam

pelayanan di gereja yang ada pada saat ini maupun dalam pelayanan pada masa

yang akan datang.

E. Ruang Lingkup Penulisan

Penulisan tesis ini juga akan menyoroti secara singkat mengenai

permasalahan kemiskinan, permasalahan kekayaan dan permasalahan

perbudakan pada zaman Alkitab dalam Peijanjian Lama dan Peijanjian Baru.

Permasalahan-permasiahan tersebut akan dikaitkan dengan prinsip-prinsip

penyelesaian masalah kesenjangan sosial menurut surat rasul Paulus kepada

Filemon. Kemudianjugamembahas implikasi-implikasi dari penyelesaian

masalah kesenjangan sosial dalam kehidupan gereja dan orang percaya.

F. Metode Penulisan

Metode yang dipergunakan dalam penulisan tesis ini adalah metode

studi literatur/perpustakaan. Metode ini mengumpulkan data secara teoritis dari

hasil pengamatan dan survey pendapat para ahli dalam masalah tentang

Page 16: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

11

kemiskinan, masalah kekayaan dan masalah perbudakan pada zaman Alkitab,

tafsiran-tafsiran surat rasul Paulus kepada Filemon dan buku-buku yang

membahas tentang masalah sosial.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini akan dibagi menjadi lima bab. Adapun pembagian

bab-bab tersebut adalah sebagai berikut;

Bab pertama merupakan bagian pendahuiuan tesis yang akan membahas

tentang latar belakang masalah penulisan tesis, hipotesis dari latar belakang

masalah, tujuan penulisan tesis, pentingnya penulisan tesis, ruang lingkup

penulisan tesis, relevansi penulisan tesis dan metode penulisan tesis.

Bab kedua adalah suatu "overview" tentang masalah kesenjangan sosial

menurut Alkitab. Bab kedua ini akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu masalah

kemiskinan, masalah kekayaan dan masalah perbudakan pada zaman Alkitab.

Dalam bagian tentang masalah kemiskinan akan dibahas mengenai pengertian

istilah miskin dalam Peijanjian Lama dan Peijanjian Baru, penyebab-penyebab

kemiskinan dan sikap Tuhan terhadap orang miskin, yaitu Tuhan sebagai

Pembela orang miskin. Dalam bagian tentang masalah kekayaan akan dibahas

mengenai konsep tentang kekayaan baik di dalam Peijanjian Lama maupun di

dalam Peijanjian Baru, mengenai bahaya-bahaya dari kekayaan dan mengenai

sikap Tuhan terhadap pemilik kekayaan, yaitu Tuhan memperingatkan orang-

orang kaya serta mengenai tanggung jawab dari pemilik kekayaan. Sedangkan

dalam bagian tentang masalah perbudakan akan dibahas mengenai asal para

Page 17: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

12

budak, perbedaan antara budak bangsa Yahudi dan budak bangsa asing,

perlakuan terhadap budak dan sikap Tuhan terhadap para budak, yaitu Tuhan

sebagai Pembebas para budak.

Bab ketiga beiisikan uraian tentang penyelesaian masalah kesenjangan

sosial menurut surat Filemon. Uraian ini didasarkan pada eksposisi surat

Filemon, dan bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama yaitu latar

belakang surat Filemon, bagian kedua yaitu eksposisi surat Filemon, bagian

ketiga yaitu prinsip-prinsip penyelesaian masalah kesenjangan sosial menurut

surat Filemon.

Dalam bagian latar belakang surat Filemon akan dibahas mengenai

penulis surat Filemon, penerima surat Filemon, tempat dantanggal penulisan

surat Filemon, tujuan penulisan surat Filemon, isi surat Filemon, kepentingan

surat Filemon, bentuk surat Filemon dan beberapa pendekatan terhadap surat

Filemon. Dalam Eksposisi surat Filemon akan dibahas mengenai pribadi dan

nimah tangga Filemon, Pengucapan syukur, doa dan sukacita Paulus, Himbauan

Paulus kepada Filemon demi Onesimus, dan diakhiri dengan salam dan doa.

Sedangkan dalam bagian prinsip-prinsip penyelesaian masalah kesenjangan

sosial menurut surat Filemon akan dibahas mengenai dasar-dasar penyelesaian

masalah kesenjangan sosial, alasan-alasan penyelesaian masalah kesenjangan

sosial dan tindakan-tindakan penyelesaian masalah kesenjangan sosial.

Bab keempat, berisikan penerapan penyelesaian masalah kesenjangan

sosial dalam gereja berdasarkan apa yang sudah dipelajari di surat Filemon.

Bagian ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang membahas

Page 18: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

13

mengenai penerapan penyelesaian masalah kesenjangan sosial dalam gereja

secara lokal dan membahas mengenai penerapan penyelesain masalah

kesenjangan sosial dalam gereja secara global. Bagian penerapan dalam gereja

secara lokal akan dibahas mengenai jemaat yang kaya dapat membantu jemaat

yang miskin dan jemaat yang kaya dapat membangun pola hidup sederhana.

Bagian penerapan dalam gereja secara global akan membahas mengenai gereja

kaya dapat membantu gereja miskin dan gereja kaya dapat membangun

pelayanan sosial.

Bab kelima adatah bagian penutup tesis dan sekaligus merupakan

kesimpulan dari keseluruhan penulisan tesis ini.

Page 19: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

17

KESIMPULAN

- i

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab di atas, maka pada bagian ini penulis

mencoba untuk menarik kesimpulan dari implikasi surat Filemon terhadap penyelesaian

masalah kesenjangan sosial dalam gereja.

Dari pembahasan tesis di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kesenjangansosial bukan hanya terdapat di dalam masyarakat, tetapi masalah tersebut juga terdapat d'dalam gereja dan di antara gereja. Masalah kesenjangan sosial dalam gereja dapatnampak dari perbedaan yang menyolok antara jemaat-jemaat yang kaya dan jemaatjemaat yang miskin, sedangkan masalah kesenjangan sosial di antara gereja dapatnampak dari perbedaan yang menyolok antara gereja-gereja yang kaya dan gere"yang miskin, Tentunya permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian vann ■

j"mg senus dari

orang-orang Knsten sendiri, agar permasalahan tersebut tidak membawa dampak yaburuk terhadap gereja, melainkan masalah tersebut dapat diatasi dengan baik

Alkitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memberikan perhatianterhadap penyelesaian masalah kesenjangan sosial, baik di tengah-tengah kehidupan umatIsraël maupun di dalam keh.dupan gereja. Masalah kesenjangan sos.at dapat timbul,secara khusus d.sebabkan karena adanya masalah kemiskinan. Kem.skinan memangdapat timbul karena kesalahan dan prilaku manus.a ,tu sendin, karena kesalahan danpnlaku orang lain dan karena akibat Itukuman Allah, Terlepas dari penyebab yangntengakibatkan orang menjad, miskin, Alk.tabjuga senngka.i berbicara ten.ang TUHAN

Page 20: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

118

seringkali terlihat berada di antara orang-orang miskin. Selain disebabkan oleh adanya

masalah kemiskinan, kesenjangan sosial juga dapat disebabkan karena kelalaian dari

pemilik kekayaan dalam mempergunakan kekayaannya. Kekavaan adalahj aiaii anugerah dari

Tuhan yang diberikan kepada orang-orang kaya untuk dinikmati, dipergunakan dengapenuh rasa tanggung jawab dan khususnya dapat dipergunakan untuk membantu orangorang yang miskin dan kesusahan. Apabila hal ini tidak teqadi demikian maka juran

pemisah antara orang kaya dan orang miskin menjadi semakin lebar dan dalam Tidakheran jika orang-orang yang kaya akan semakin kaya dan orang-orang yang miskin aksemakin miskin bahkan orang-orang kaya dapat memperbudak orang-orang miskin

dengan kekayaannya.

Alkitab secara khusus dalam surat Filemon, yang ditulis oleh rasul Paulus kepadFilemon, memberikan prinsip-prinsip yang penting dalam penyelesaian masalah

kesenjangan sosial. Prinsip-prinsip tersebut dapat nampak dari dasar-dasar, alasan-alasandan tindakan-tindakan yang dinyatakan oleh Paulus dalam suratnya untuk menyelesaikanmasalah yang ada antara Onesimus dan Filemon. Dari prinsip-prinsip tersebut dapat

diketahm bahwa kasih kepada semua orang kudus, iman kepada Tuhan Yesus dan

persekutuan di dalam iman merupakan dasar yang penting dari penyelesaian masalah

kesenjangan sosial. Kemuliaan Kristus dan persaudaraan dalam Kristus merupakanalasan-alasan yang penting dari penyelesaian masalah kesenjangan sosial. Sedangkanpenenmaan dan pengorhanan mcrupakiin tindïikan- tltidakaii yaug peultng dari

penyelesaian masalah kesenjangan sosial. Dasar-dasar, alasan-alasan dan tindakan-

tindakan yang penting dari pnnstp penyelesaian masalah kesenjangan sosial tersebutdapat terlaksana apabtla adanya ketaatan yang mutlak dan gereja dan setiap orang

Page 21: PENYELESAIAN MASALAH KESENJANGAN

119

™ ..p. .d,. ,„.P

dalam gereja dapat terselesaikan.

Sebaga. penerapan dan penyeiesa.an ™asa,ah kesenjangan soa.a, da.am ge.eja^aka ada ha,-ha, prakt.s yang harua ddakukan o,eh gereja dan orang-orang Knsten Padpenerapan da,an, gereja secara ,oka,, a„ggo.a-anggo.ajemaa, yang kaya dapa, „emb ̂ ̂anggohr-anggom jenraa. yang nnskin dan anggota-anggoh. jenraat yang kaya dannenrbangun po,a hidap sederhana, se,ain iru anggota-anggo.aje.naa. yang

bentsaha un.uk n,en,perbaik.keh.dupa„„yasendiri.Pada penerapan da,an,g>oba,, gereja-gereja yang kaya dapat .embanh. gereja-gereja yang m.sk.n ZTgereja yang kaya dapa. membangun pe,ayanan sosial. se,ain itu gereja-gerejajuga harus berusaha untuk mandiri. ^ miskin

Dengan .mphkas, dari sura. F.lemon terhadap penyCesaian n,asa,ah keaen"sos.a, da,an. gereja, d.harapkan agar perbedaan yang menyCok antara orang kayaT^"orang uriskin dan anmra gereja yang kaya dengan gereja yaug mi.kia japatd.nun.n.a,kan. Tujuannya ada,ah agar sedap gereja dan setiap orang pereaya dapa.ber.nn.bnh dengan baik dan dapa, h.dnp n,en,u„akan nama Tnhan kita Yesns Kris.