Penyebab Gang Jiwa

26
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 1998). Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005). 2.1.2. Penyebab Gangguan Jiwa Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari Universitas Sumatera Utara

Transcript of Penyebab Gang Jiwa

  • BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Gangguan Jiwa

    2.1.1. Pengertian Gangguan Jiwa

    Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi

    jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

    proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).Gangguan jiwa ini

    menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart &

    Sundeen, 1998).

    Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,

    agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh

    kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah

    mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh

    gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan

    atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan

    penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat

    pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).

    2.1.2. Penyebab Gangguan Jiwa

    Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada

    unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di

    lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis1994). Biasanya

    tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari

    Universitas Sumatera Utara

  • berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu

    timbulah gangguan badan ataupun jiwa.

    2.1.3. Macam-Macam Gangguan Jiwa

    Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang

    psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi

    Maslim, 1998): Gangguan jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan

    skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,

    gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan

    fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi

    mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional

    dengan onset masa kanak dan remaja.

    a. Skizofrenia.

    Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan

    disorganisasi personalitas yang terbesar.Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk

    psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian

    pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis,

    1994).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga

    pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan

    menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi

    pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan

    personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Depresi

    Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan

    alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola

    tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak

    berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998).Depresi juga dapat diartikan

    sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai

    dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,

    putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997).Depresi adalah suatu perasaan sedih

    dan yang berhubungan dengan penderitaan.Dapat berupa serangan yang ditujukan

    pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi

    adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa

    bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup

    menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah,

    harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai

    kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi

    tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan

    akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan

    dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana

    perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan

    berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas

    (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan

    Universitas Sumatera Utara

  • abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus

    berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).

    c. Kecemasan

    Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh

    setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi

    sebaik-baiknya, Maslim (1991).Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut

    sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993).Penyebabnya

    maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali.Intensitas kecemasan

    dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat.Menurut Sundeen

    (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang

    meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.

    d. Gangguan Kepribadian

    Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)

    dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi

    tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan

    gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak

    berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian

    afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian

    anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik,

    kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.(

    Maslim,1998).

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Gangguan Mental Organik

    Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan

    oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak

    ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang

    terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar

    mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang

    menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu,

    maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang

    menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan

    kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut

    dan menahun.

    f. Gangguan Psikosomatik

    Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah

    (Maramis, 1994).Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan

    sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang

    dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan

    dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi

    faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

    g. Retardasi Mental

    Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau

    tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama

    masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara

    Universitas Sumatera Utara

  • menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial

    (Maslim,1998).

    h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.

    Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai

    dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).Anak

    dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan

    pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari

    lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi. Diketahui

    bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat

    diturunkan dari orang tua kepada anaknya.Pada gangguan otak seperti trauma kepala,

    ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian.Faktor

    lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan

    oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku

    itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

    2.1.4. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa

    Pencegahan Kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa timbulnya

    kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stiart dan

    Laraia, 2001). Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50%

    pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua (Yosep, 2006). Kekambuhan biasa

    terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis

    harja, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit,

    menurut Sullinger (1988) :

    1. Klien: Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara

    teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian

    menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak

    memakan obat secara teratur.

    2. Dokter (pemberi resep): Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh,

    namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping

    Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan

    yang tidak terkontrol.

    3. Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat

    puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.

    4. Keluarga: Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan

    ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak

    menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan

    ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan

    ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi

    oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang

    menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga

    dapat mengatasi dan mengurangi stress.Cara terapi bisanya:Mengumpulkan

    semua anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaan-

    perasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan baru

    Universitas Sumatera Utara

  • kepada klien ganguan jiwa, memfasilitasi untuk hijrah menemukan situasi dan

    pengalaman baru.

    Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya

    yaitu :

    1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)

    2. Tidak nafsu makan

    3. Sukar konsentrasi

    4. Sulit tidur

    5. Depresi

    6. Tidak ada minat

    7. Menarik diri

    Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan

    pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program kesehatan jiwa. Perawat

    komuniti yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai ruangan

    perawatan. Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses adaptasi

    klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat kontrak dengan

    keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan after care di puskesmas.

    Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan

    perawat utama bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan

    yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia

    jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat

    Universitas Sumatera Utara

  • kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RS akan meningkatkan

    kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah.

    Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang

    dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai

    hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi

    pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan,

    sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982). Individu menguji coba

    perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu

    dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk

    berperan di masyarakat.

    Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi

    pada salah satu anggota merupakan dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya

    disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota. Bila ayah

    sakit maka akan mempengaruhi perilaku anak, dan istrinya, termasuk keluarga

    lainnya. Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah; keluarga yang

    tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah (Sullinger, 1988). Klien dengan

    diagnosa skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada

    tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena

    perlakuan yang salah selama di rumah atau di masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2. Keluarga

    2.2.1. Konsep Keluarga

    Menurut Depkes RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

    terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu

    tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Bailon

    (1989), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

    hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam

    suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-

    masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :

    a. Unit terkecil masyarakat

    b. Terdiri atas dua orang atau lebih

    c. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah

    d. Hidup dalam satu rumah tangga

    e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga

    f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga

    g. Setiap anggota memiliki perannya masing-masing

    h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan (Effendy, 1997).

    2.2.2. Struktur Keluarga

    Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah :

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah

    dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

    ayah.

    b. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

    dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

    c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

    istri.

    d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

    suami.

    e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

    keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

    adanya hubungan dengan suami atau istri.

    2.2.3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

    Menurut Carter (1988), ciri-ciri struktur keluarga adalah :

    a. Terorganisasi; saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

    keluarga.

    b. Ada keterbatasan; setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

    mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-

    masing.

    c. Ada perbedaan dan kekhususan; setiap anggota keluarga mempunyai peranan

    dan fungsinya masing-masing.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.4. Tipe/Bentuk Keluarga

    Tipe dan bentuk keluarga terdiri atas :

    a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan

    anak-anak.

    b. Keluarga besar (Exstended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan

    sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,

    bibi dan sebagainya.

    c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri atas wanita dan

    pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

    d. Keluarga duda atau janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena

    perceraian atau kematian.

    e. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya

    berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

    f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa

    pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

    Keluarga di Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar, karena

    masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa hidup dalam suatu

    komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Effendy, 1997).

    2.2.5. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

    Adapun pemegang kekuasaan dalam keluarga, yaitu :

    a. Patriakal; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dari

    pihak ayah.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Matriakal ; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah

    dari pihak ibu.

    c. Equalitarion; yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan

    ibu.

    2.2.6. Peranan Keluarga

    Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

    kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan

    individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,

    kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah

    sebagai berikut :

    a. Peranan ayah; ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai

    pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

    keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

    masyarakat dari lingkungannya.

    b. Peranan ibu; sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

    untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

    pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

    sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu

    berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

    c. Peranan anak; anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

    tingkatan perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Effendy,

    1997).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.7. Fungsi Keluarga

    Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

    1. Fungsi Biologis

    a. Untuk meneruskan keturunan

    b. Memelihara dan membesarkan anak

    c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

    d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.

    2. Fungsi Psikologis

    a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

    b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

    c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

    d. Memberikan identitas keluarga

    3. Fungsi Sosialisasi

    a. Membina sosialisasi pada anak

    b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

    perkembangan anak

    c. Menentukan nilai-nilai budaya keluarga.

    4. Fungsi Ekonomi

    a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

    keluarga

    b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

    kebutuhan keluarga

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa

    yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan

    sebagainya.

    5. Fungsi Pendidikan

    a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan

    membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

    dimilikinya

    b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

    memenuhi perannya sebagai orang dewasa

    c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

    Ahli lain juga mengelompokkan fungsi pokok keluarga menjadi 3, yaitu :

    a. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan

    kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan

    berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

    b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar

    kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka

    anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

    c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak, sehingga siap

    menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa

    depannya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.8. Tugas-Tugas Keluarga

    Pada dasarnya tugas pokok keluarga ada delapan, yaitu :

    1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

    2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

    3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

    masing-masing.

    4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

    5. Pengaturan jumlah anggota rumah tangga.

    6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

    7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

    8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy,

    1997).

    2.2.9. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga

    Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan

    asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah :

    a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

    b. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai

    tujuan utama.

    c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai

    peningkatan kesehatan keluarga.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat

    melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan

    kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

    e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif

    dan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

    f. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga memanfaatkan

    sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan

    keluarga.

    g. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara

    keseluruhan.

    h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan perawatan

    kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan

    menggunakan proses keperawatan.

    i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga

    adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan

    dasar/perawatan di rumah.

    j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

    2.3. Dukungan sosial keluarga

    2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga

    Menurut Sarwono dalam Yusuf (2007), dukungan adalah suatu upaya yang

    diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang

    Universitas Sumatera Utara

  • tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Sistem dukungan untuk mempromosikan

    perubahan perilaku ada 3, yaitu : (1) dukungn material adalah menyediakan fasilitas

    latihan, (2) dukungan informasi adalah untuk memberiakan contoh nyata keberhasilan

    seseorang dalam melaksanakan diet dan latihan, dan (3) dukungan emosional atau

    semangat adalah member pujian atas keberhasilan proses latihan.

    Menurut Friedman (1998), dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan

    dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga

    memenadang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

    pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

    Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga

    antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

    kebutuhan psikososial, saling mengasuh memberikan kasih sayang serta menerima

    dan mendukung. Menurut Friedman (2003) dukungan sosial keluarga adalah bagian

    integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan sosial keluarga adalah

    meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam

    kehidupan.

    Studi tentang dukungan sosial keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan

    sosial sebagai koping keluarga. Menurut Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino

    (1998) serta Taylor (1999), keluarga memiliki dukungan, yaitu : (1) dukungan

    emosional, (2) dukungan penghargaan, (3) dukungan instrumental, dan (4) dukungan

    informatif.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.2. Jenis Dukungan Sosial Keluarga

    Kaplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwakeluarga memiliki

    4 jenis dukungan, yaitu :

    a. Dukungan Emosional

    Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

    terhadap orang yang bersangkutan.Bentuk dukungan ini membuat individu

    memiliki perasaan nyaman, yakin, diperlukan dan dicintai oleh sumber dukungan

    sosial, sehingga dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

    b. Dukungan Penghargaan

    Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif

    untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan

    individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orangorang lain, contohnya

    dengan membandingkannya dengan orang lain yang lebih buruk keadaannya.

    c. Dukungan Instrumental

    Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang

    memberi pinjaman uang kepada orang itu.Bentuk dukungan ini dapat

    mengurangi beban individu karena individu dapat langsung memecahkan

    masalahnya yang berhubungan dengan materi.

    d. Dukungan Informatif

    Dukungan informatif mencakup memberikan nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-

    saran atau umpan balik.Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk

    mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.3. Sumber Dukungan Sosial Keluarga

    Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber

    dukungan sosial keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan sosial keluarga yang

    natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan

    dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dukungan sosial keluarga ini bersifat

    formal sedangkan dukungan sosial keluarga artifisial adalah dukungan yang

    dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan sosial keluarga

    akibat bencana alam melalui berbagai sumbangn sehingga sumber dukungan sosial

    keluarga natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan

    sosial keluarga artifisial. Perbedaan itu terletak pada:

    a. Keberadaan sumber dukungan sosial keluarga natural bersifat apa adanya tanpa di

    buat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan

    b. Sumber dukungan sosial keluarga yang natural mempunyai kesesuaian dengan

    nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan

    c. Sumber dukungan sosial keluarga natural berakar dari hubungan yang berakar

    lama

    d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian dukungan,

    mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar menemui seseorang

    dengan menyampaikan salam

    e. Sumber dukungan sosial keluarga natural terbatas dari beban dan label psikologis.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dukungan sosial keluarga

    Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

    mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan sosial keluarga atau

    tidak.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

    a. Faktor dari penerima dukungan (recipient)

    Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia tidak

    suka bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu

    bahwa ia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif

    untuk memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain,

    atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau

    merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa

    dia harus meminta pertolongan.

    b. Faktor dari pemberi dukungan (providers)

    Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain

    ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau

    tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif

    terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan

    dukungan darinya.

    Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

    keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini

    meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang

    tua.Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan lebih demokratis dan adil

    Universitas Sumatera Utara

  • mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih

    otoritas atau otokrasi.Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai

    tingkat dukungan, efeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua

    dengan kelas sosial bawah.

    2.3.5. Indikator Dukungan Sosial Keluarga

    Indikator rendahnya dukungan sosial keluarga secara realita yang di dapati di

    puskesmas Susoh diantaranya:

    a. Keluarga belum dapat memantau penderita gangguan jiwa dalam pemberian

    obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.

    b. Keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan makan penderita di sebabkan

    adanya kegiatan lain.

    c. Keluarga belum bisa menjaga kebersihan diri penderita gangguan jiwa.

    d. Keluarga masih melakukan pengasingan pada penderita gangguan jiwa.

    e. Keluarga masih merasa malu dengan adanya penderita gangguan jiwa di

    rumahnya karena dianggap aib keluarga.

    f. Keluarga juga tidak mempunyai kreativitas dalam cara pemberian obat pada

    penderita gangguan jiwa.

    g. Keluarga tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan penderita gangguan

    jiwa.

    h. Keluarga belum mampu memberikan informasi dan motivasi pada penderita

    gangguan jiwa.

    Universitas Sumatera Utara

  • i. Keluarga masih beranggapan bahwa penderita gangguan jiwa tidak dapat di

    sembuhkan lagi.

    2.3.6. Indikator Pencegahan Kekambuhan pada Penderita Gangguan Jiwa

    Indikator Pencegahan Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa secara realita

    didapati di Puskesmas Susoh

    a. Tidak terjadinya prilaku penyimpangan pada penderita seperti prilaku

    kekerasan

    b. Tidak terjadinya prilaku penyimpangan pada penderita seperti Histeris

    c. Tidak Terjadi prilaku penyimpangan seperti tidak mau minum obat, tidak mau

    makan, tidak mau minum, tidak mau tidur, tidak mau keluar rumah, tidak mau

    bicara, tidak mau mandi.

    d. Tidak terjadinya prilaku seperti bicara sendiri

    e. Tidak terjadinya prilaku ketawa sendiri, bicara gaur, berdiam diri, BAB dan

    BAK sembarangan.

    2.4. Landasan Teori

    Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki

    beberapa fungsi dukungan yaitu:

    a. Dukungan informasional

    Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

    informasi tentang dunia.Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

    yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.Manfaat dari dukungan ini

    Universitas Sumatera Utara

  • adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

    dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.Aspek-aspek

    dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

    informasi.

    b. Dukungan penilaian

    Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

    menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota

    keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian

    c. Dukungan instrumental

    Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

    diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,

    istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

    d. Dukungan emosional

    Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

    serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

    emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

    kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

    Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam

    3 domain (ranah), meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan

    tegas tetapi pembagian tersebut dilakukan untuk tujuan suatu pendidikan adalah

    mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain (ranah) perilaku tersebut, yang

    terdiri dari ranah kognitif (coognitif domain) dan ranah afektif (affective domain) dan

    Universitas Sumatera Utara

  • ranah psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya dan

    untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari

    pengetahuan (Knowledge), Sikap dan tanggapan (attitude), praktek dan tindakan

    (Practice).

    Penderita gangguan jiwa tidak mungkin mampu mengatasi masalah

    kejiwaanya sendiri. Individu tersebut membutuhkan peran orang lain di sekitarnya,

    khususnya keluarganya. Peran keluarga dalam kesembuhan dan kekambuhan

    penderita gangguan jiwa sangat penting, karena keluargalah orang yang paling dekat

    dengan penderita gangguan jiwa.Pencegahan kekambuhan atau mempertahankan

    penderita gangguan jiwa di lingkungan keluarga dapat terlaksana dengan persiapan

    pulang yang adekuat serta mobilisasi fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

    masyarakat khususnya peran serta keluarga. (Sarafino, 2006)

    2.5. Kerangka Konsep Penelitian

    Kerangka konsep dalam peneltian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut

    ini.

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

    Pencegahan Kekambuhan

    Penderita Gangguan Jiwa

    Dukungan Sosial Keluarga : a. Dukungan Informasional b. Dukungan Penilaian c. Dukungan Instrumental d. Dukungan Emosional

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, diketahui variabel independen dalam

    penelitian ini yaitu dukungan sosial keluarga pasien gangguan jiwa yang terdiri atas

    dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

    emosional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan kekambuhan

    penderita gangguan jiwa.

    Universitas Sumatera Utara