Penyakit TB
-
Upload
peronika-sari-barus -
Category
Documents
-
view
9 -
download
1
description
Transcript of Penyakit TB
Penyakit TB pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan merupakan
suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium).
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit
akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai
hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer.
2. Patofisiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta
daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan
Kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai
fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui
udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis
(susceptible).
3. GejalaKlinis
Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan faktor
agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang
tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3
kali seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala
lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik
yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada
anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah
parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis
regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada
anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas
dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat
juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu
dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari
organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ
lain.
Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak dapat
disebutkan sebagai berikut :
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi
b. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat
(failure to thrive)
c. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau
infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple
e. Batuk lama lebih dari 30 hari
f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan
sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel,
kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis
fliktenularis, tuberkel koroid), dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat
bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ
tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator.
Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak
sebayanya.
Kelenjar limfe. Kelenjar limfe superfisialis sering dijumpai, kelenjar yang
sering terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior atau posterior, juga dapat
terjadi aksila, inguinal, submandibula dan supra klavikula. Secara klinis
kelenjar yang terkena biasanya multipel, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak
panas pada perabaan dan dapat saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini
terjadi akibat adanya inflamasi pada kapsul kelenjar limfe. TBC
kulit/skrofuloderma. TBC tulang dan sendi : Gejala umum yang sering
ditemukan adalah adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan gangguan
atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh epifisis
tulang merupakan daerah dengan baskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman
TBC. Tulang punggung (spondilitis) : gibbus, tulang panggul (koksitis) :
pincang, pembengkakan di pinggul, tulang lutut: pincang dan/atau bengkak,
tulang kaki dan tangan. TBC otak dan saraf: Meningitis TBC, Merupakan
penyakit yang berat dengan mortalitas dan kecacatan yang tinggi, terjadi
akibat penyebaran langsung kuman TBC ke jaringan selaput saraf
(meningens). Dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan
kesadaran menurun. TBC mata: Conjunctivitis phlyctenularis. Tuberkel koroid
(hanya terlihat dengan funduskopi) dan Lain-lain.
Jika berdasarkan klasifikasinya, manifestasi TB pada anak adalah sebagai
berikut : Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu : stadium
pertama yang merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen.
Stadium ke dua yaitu Pada waktu terjadi penyebaran hematogen dan Stadium
ketiga yaitu Tuberkulosis paru menahun (crhonic pulmonary tuberkulosis).
Klasifikasi lain dari tuberkulosis adalah: Tuberkulosis primer yang merupakan
infeksi pertama dari tuberculosis, tuberkulosis subprimer yang merupakan
komplikasi tuberkulosis primer serta Tuberkulosis pascaprimer yang
merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan estrogen setelah infeksi
primer sembuh. Ada juga yang membagi tuberkulosis menjadi dua stadium,
yaitu Tuberkolosis primer yang merupakan kompleks primer serta
komplikasinya. Dan Tubekolosis pasca primer. Permulaan tuberkulosis primer
biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit secara perlahan-lahan.
Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala.
Dengan melakukan uji tuberkulin secara rutin, dapat ditemukan penyakit
tuberkulosis pada anak. Gejala tuberkulosis primer juga dapat panas yang naik
turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.Gambaran klinis
tuberkulosis primer lain ialah panas, batuk, anoreksia dan berat badan yang
menurun. Kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis
atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila
dijumpai panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil,harus
dipikirkan juga kemungkinan tuberkulosis sebagai penyebab panas tersebut.
Tuberkulosis dapat juga menunjukkan gejala seperti brokopneumonia,
sehingga pada anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan pengobatan brokopneumonia yang adekuat harus dipikirkan
kemungkinan tuberkulosis. Konjungtivitis fliktenularis dapat juga dijumpai
pada anak dengan tuberkulkosis ,terutama tuberkulosis tonsil, adenoid dan
telinga tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala hipersensivitas dan
dalam flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus
tuberkulosis masih ada, flikten sering tetap hilang timbul. Flikten sering
disertai infeksi sekunder biasanya oleh Staphylococus hemolyticus. Hal lain
yang juga dapat menyebabkan timbulnya flikten ialah benda asing, trakoma
dan askariasis. Eritema nodusum sangat jarang dijumpai di Indonesia, tetapi
bila terdapat pada kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif. Gambaran
klinis lainnya sesuai dengan organ yang terkana misalnya paru, selaput otak,
hepar, tulang dan sendi, ginjal dan lain-lain.
4. Komplikasi
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
f. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus
setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura)
spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi
ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
5. PemeriksaanDiagnostik
Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak
khas,tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk
dan pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan
kemungkinan tuberkulosis. Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya
kontak dengan penderita tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru
berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil
tuberkulosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak
6. Penatalaksanaan
Kemoterapi : Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik
basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen, basil yang
hidup di tempat yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga
beberapa tahun, dan basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat.
Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif,
diberikan selama 12-18 bulan, dosis 10-20 mg/kgBB/hari melalui oral. Selanjutnya
kombinasi antara INH dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama 2
bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam 1
minggu. Pada TB berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan
kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB dan streptomisin), dilanjutkan
dengan INH dan RIF selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis. Pada meningitis
TB, perikarditis, TB milier, dan efusi pleura diberikan kortikosteroid yaitu prednison
1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6
minggu bersamaan dengan pemberian obat anti tuberkulosis. Obat tambahan antara
lain streptomycin (diberikan intramuscular) dan ethambutol.
Selain itu juga, kita jangan melupakan terapi pemberian nutrisi yang adekuat, untuk
menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh
yang lainnya. Ada juga terapi pembedahan. Terapi ini dilakukan jika kemoterapi tidak
berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi
untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulornatosa tuberkulosis untuk jaringan paru yang rusak. Pencegahan adalah
dengan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis,
mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, meminum susu
yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri
hingga dilakukan kemoterapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.
Non Medikamenosa. Pendekatan DOTS Hal yang paling penting pada tatalaksana
TBC adalah keteraturan minum obat. Pasien TBC biasanya telah menunjukkan
perbaikan beberapa minggu setelah pengobatan sehingga merasa sembuh dan tidak
melanjutkan pengobatan. Lingkungan sosial dan pengertian yang kurang mengenai
TBC dari pasien serta keluarganya tidak menunjang keteraturan pasien untuk minum
obat. Kepatuhan pasien dikatakan baik jika pasien meminum obat sesuai dengan dosis
yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Kepatuhan pasien ini menjamin
keberhasilan pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kepatuhan pasien adalah dengan melakukan pengawasan langsung
terhadap pengobatan.
DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi yang telah
direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC. Strategi
ini dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan dengan strategi
DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.
Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu :
Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. Diagnosis
TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, Pengobatan dengan panduan
Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas
menelan obat, Kesinambungan penyedian OAT jangka pendek dengan matu terjamin,
Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program penanggulangan TBC.
Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah : Petugas kesehatan,
Keluarga pasien, Kader, Pasien yang sudah sembuh, Tokoh masyarakat, Guru. Tugas
pengawas minum obat adalah : Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur
sampai selesai pengobatan, Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat
teratur, Mengingatkan kepada pasien untuk periksa dahak ulang (pasien dewasa) dan
Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TBC yang mempunyai gejala-
gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan.
Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan, baik pada biakan, lebih-lebih pada
pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada anak diagnosis tidak dapat
dibuat berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yang dianjurkan dalam strategi DOTS.
Maka diperlukan strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan sistem skoring.
Kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi
(uji Tuberculin negatif), tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang
digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan. Kemoprofilaksis
sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan
foto paru normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB aktif. Golongan ini adalah balita,
anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau imunosupresan lain, penderita
penyakit keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau
infeksi baru TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan
adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput
sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia icterus
d. Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama
dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi
pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak
sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
2) Pernah dirawat dirumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun.
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG
e. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul
pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya, Biasanya
keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman
yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola
sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota keluarga,
Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum, Pelaksanaan spiritual)
i. Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi, kebiasaan,
imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor
kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor
kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul
sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada
malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri
tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola
persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak
menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola
seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping
toleransi stres, Menarik diri, pasif
j. Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut,
dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini
sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas
yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal
pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran
kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
k. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe lambat ®imunitas seluler
®Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak
menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara : cara lama radio
metrik (Bactec); PCK.
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. Sumber
infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
l. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
1) Pertumbuhan
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
b) BB normal
c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam
tahun
e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata,
mengoceh,
b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan
mengais meringis
c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih
benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-
kata tanpa arti.
d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata,
mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat
mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
f) usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung,
belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan
bermain dengan mereka.
g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak, menyusun
kalimat dan lain-lain.
h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik,
menyebut warna, dan menyayangi saudara.
i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul yaitu :
a. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi
b. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi
c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun,
malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
d. Ketidakpatuhan berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu yang lama.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk yang sering, adanya
produksi sputum, Anoreksia.
f. Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua berhubungan dengan
isolasi pasien