Penyakit TB

16
Penyakit TB pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium). 1. Definisi Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 2. Patofisiologi Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible). 3. GejalaKlinis Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen (jumlah, virulensi).

description

jkjkkj

Transcript of Penyakit TB

Page 1: Penyakit TB

Penyakit TB pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan merupakan

suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium).

1. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit

akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai

hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan

lokasi infeksi primer.

2. Patofisiologi

Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.

Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta

daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan

Kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai

fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui

udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis

(susceptible).

3. GejalaKlinis

Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan faktor

agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang

tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3

kali seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala

lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik

yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada

anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah

parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis

regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada

anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas

dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat

juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu

dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari

Page 2: Penyakit TB

organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ

lain.

Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak dapat

disebutkan sebagai berikut :

a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan

penanganan gizi

b. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat

(failure to thrive)

c. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau

infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam

d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple

e. Batuk lama lebih dari 30 hari

f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan

sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel,

kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis

fliktenularis, tuberkel koroid), dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat

bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ

tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator.

Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak

sebayanya.

Kelenjar limfe. Kelenjar limfe superfisialis sering dijumpai, kelenjar yang

sering terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior atau posterior, juga dapat

terjadi aksila, inguinal, submandibula dan supra klavikula. Secara klinis

kelenjar yang terkena biasanya multipel, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak

panas pada perabaan dan dapat saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini

terjadi akibat adanya inflamasi pada kapsul kelenjar limfe. TBC

kulit/skrofuloderma. TBC tulang dan sendi : Gejala umum yang sering

ditemukan adalah adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan gangguan

Page 3: Penyakit TB

atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh epifisis

tulang merupakan daerah dengan baskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman

TBC. Tulang punggung (spondilitis) : gibbus, tulang panggul (koksitis) :

pincang, pembengkakan di pinggul, tulang lutut: pincang dan/atau bengkak,

tulang kaki dan tangan. TBC otak dan saraf: Meningitis TBC, Merupakan

penyakit yang berat dengan mortalitas dan kecacatan yang tinggi, terjadi

akibat penyebaran langsung kuman TBC ke jaringan selaput saraf

(meningens). Dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan

kesadaran menurun. TBC mata: Conjunctivitis phlyctenularis. Tuberkel koroid

(hanya terlihat dengan funduskopi) dan Lain-lain.

Jika berdasarkan klasifikasinya, manifestasi TB pada anak adalah sebagai

berikut : Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu : stadium

pertama yang merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen.

Stadium ke dua yaitu Pada waktu terjadi penyebaran hematogen dan Stadium

ketiga yaitu Tuberkulosis paru menahun (crhonic pulmonary tuberkulosis).

Klasifikasi lain dari tuberkulosis adalah: Tuberkulosis primer yang merupakan

infeksi pertama dari tuberculosis, tuberkulosis subprimer yang merupakan

komplikasi tuberkulosis primer serta Tuberkulosis pascaprimer yang

merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan estrogen setelah infeksi

primer sembuh. Ada juga yang membagi tuberkulosis menjadi dua stadium,

yaitu Tuberkolosis primer yang merupakan kompleks primer serta

komplikasinya. Dan Tubekolosis pasca primer. Permulaan tuberkulosis primer

biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit secara perlahan-lahan.

Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala.

Dengan melakukan uji tuberkulin secara rutin, dapat ditemukan penyakit

tuberkulosis pada anak. Gejala tuberkulosis primer juga dapat panas yang naik

turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.Gambaran klinis

tuberkulosis primer lain ialah panas, batuk, anoreksia dan berat badan yang

menurun. Kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis

atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila

dijumpai panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil,harus

dipikirkan juga kemungkinan tuberkulosis sebagai penyebab panas tersebut.

Tuberkulosis dapat juga menunjukkan gejala seperti brokopneumonia,

sehingga pada anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan

Page 4: Penyakit TB

perbaikan dengan pengobatan brokopneumonia yang adekuat harus dipikirkan

kemungkinan tuberkulosis. Konjungtivitis fliktenularis dapat juga dijumpai

pada anak dengan tuberkulkosis ,terutama tuberkulosis tonsil, adenoid dan

telinga tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala hipersensivitas dan

dalam flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus

tuberkulosis masih ada, flikten sering tetap hilang timbul. Flikten sering

disertai infeksi sekunder biasanya oleh Staphylococus hemolyticus. Hal lain

yang juga dapat menyebabkan timbulnya flikten ialah benda asing, trakoma

dan askariasis. Eritema nodusum sangat jarang dijumpai di Indonesia, tetapi

bila terdapat pada kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif. Gambaran

klinis lainnya sesuai dengan organ yang terkana misalnya paru, selaput otak,

hepar, tulang dan sendi, ginjal dan lain-lain.

4. Komplikasi

Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

a. Meningitis

b. Spondilitis

c. Pleuritis

d. Bronkopneumoni

e. Atelektasis

f. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

nafas.

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus

setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau

reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura)

spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi

ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Page 5: Penyakit TB

5. PemeriksaanDiagnostik

Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak

khas,tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk

dan pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan

kemungkinan tuberkulosis. Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya

kontak dengan penderita tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru

berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil

tuberkulosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak

6. Penatalaksanaan

Kemoterapi : Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik

basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen, basil yang

hidup di tempat yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga

beberapa tahun, dan basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat.

Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif,

diberikan selama 12-18 bulan, dosis 10-20 mg/kgBB/hari melalui oral. Selanjutnya

kombinasi antara INH dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama 2

bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam 1

minggu. Pada TB berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan

kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB dan streptomisin), dilanjutkan

dengan INH dan RIF selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis. Pada meningitis

TB, perikarditis, TB milier, dan efusi pleura diberikan kortikosteroid yaitu prednison

1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6

minggu bersamaan dengan pemberian obat anti tuberkulosis. Obat tambahan antara

lain streptomycin (diberikan intramuscular) dan ethambutol.

Selain itu juga, kita jangan melupakan terapi pemberian nutrisi yang adekuat, untuk

menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh

yang lainnya. Ada juga terapi pembedahan. Terapi ini dilakukan jika kemoterapi tidak

berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi

untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip

granulornatosa tuberkulosis untuk jaringan paru yang rusak. Pencegahan adalah

dengan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis,

mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, meminum susu

yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri

Page 6: Penyakit TB

hingga dilakukan kemoterapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.

Non Medikamenosa. Pendekatan DOTS Hal yang paling penting pada tatalaksana

TBC adalah keteraturan minum obat. Pasien TBC biasanya telah menunjukkan

perbaikan beberapa minggu setelah pengobatan sehingga merasa sembuh dan tidak

melanjutkan pengobatan. Lingkungan sosial dan pengertian yang kurang mengenai

TBC dari pasien serta keluarganya tidak menunjang keteraturan pasien untuk minum

obat. Kepatuhan pasien dikatakan baik jika pasien meminum obat sesuai dengan dosis

yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Kepatuhan pasien ini menjamin

keberhasilan pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu upaya untuk

meningkatkan kepatuhan pasien adalah dengan melakukan pengawasan langsung

terhadap pengobatan.

DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi yang telah

direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC. Strategi

ini dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan dengan strategi

DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.

Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu :

Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. Diagnosis

TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, Pengobatan dengan panduan

Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas

menelan obat, Kesinambungan penyedian OAT jangka pendek dengan matu terjamin,

Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi

program penanggulangan TBC.

Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah : Petugas kesehatan,

Keluarga pasien, Kader, Pasien yang sudah sembuh, Tokoh masyarakat, Guru. Tugas

pengawas minum obat adalah : Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur

sampai selesai pengobatan, Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat

teratur, Mengingatkan kepada pasien untuk periksa dahak ulang (pasien dewasa) dan

Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TBC yang mempunyai gejala-

gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan.

Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan, baik pada biakan, lebih-lebih pada

pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada anak diagnosis tidak dapat

dibuat berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yang dianjurkan dalam strategi DOTS.

Maka diperlukan strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan sistem skoring.

Page 7: Penyakit TB

Kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi

(uji Tuberculin negatif), tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang

digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan. Kemoprofilaksis

sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan

foto paru normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB aktif. Golongan ini adalah balita,

anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau imunosupresan lain, penderita

penyakit keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau

infeksi baru TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan

adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan

daerah, jumlah keluarga)

b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)

c. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)

2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput

sesadonium, bayi menderita cepal hematom

3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia icterus

d. Riwayat Masa Lampau

1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama

dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi

pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak

sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)

2) Pernah dirawat dirumah sakit

3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan

4) Riwayat kontak dengan penderita TBC

5) Alergi

6) Daya tahan yang menurun.

7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG

e. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul

pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)

f. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya, Biasanya

Page 8: Penyakit TB

keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi

1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman

yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola

sosialisasi anak.

2) Kondisi rumah

3) Merasa dikucilkan

4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)

5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu

6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama

dan biaya yang banyak

7) Tidak bersemangat dan putus harapan.

h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota keluarga,

Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum, Pelaksanaan spiritual)

i. Pola fungsi kesehatan.

Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi, kebiasaan,

imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor

kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor

kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada

kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan

splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul

sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada

malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri

tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola

persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak

menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola

seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping

toleransi stres, Menarik diri, pasif

j. Pemeriksaan Fisik

Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada

bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering

sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut,

dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri

timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat

Page 9: Penyakit TB

badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini

sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas

yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal

pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi

memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran

kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.

k. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan

1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe lambat ®imunitas seluler

®Infeksi TB

2) Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.

Rontgent paru tidak selalu khas.

3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak

menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara : cara lama radio

metrik (Bactec); PCK.

4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)

5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. Sumber

infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.

6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)

l. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST

1) Pertumbuhan

a) Kaji BBL, BB saat kunjungan

b) BB normal

c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur

d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam

tahun

e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan

2) Perkembangan

a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata,

mengoceh,

b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan

mengais meringis

c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih

benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-

kata tanpa arti.

Page 10: Penyakit TB

d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata,

mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.

e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat

mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing

f) usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung,

belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan

bermain dengan mereka.

g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak, menyusun

kalimat dan lain-lain.

h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik,

menyebut warna, dan menyayangi saudara.

i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat muncul yaitu :

a. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi

b. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi

c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun,

malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

d. Ketidakpatuhan berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu yang lama.

e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk yang sering, adanya

produksi sputum, Anoreksia.

f. Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua berhubungan dengan

isolasi pasien