Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar Pos Kota ... · remaja putra dan putri, telah berusia...

17
1 Pendidikan politik oleh media cetak yang terbit di Jakarta dengan segmen pembaca golongan menengah ke bawah yaitu surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau selama lima bulan menjelang pelaksanaan pemilu calon legislatif dan pemilu presiden tahun 2009, dilakukan dengan menyajikan pesan- pesan politik secara teratur dalam rubrik khusus pemilu: seperti Kampanye Pemilu 2009 untuk Pos Kota, Rakyat memilih untuk Warta Kota, Ngomongin Politik untuk Lampu Hijau dan Menuju Kebon Sirih dan menuju ke Senayan untuk Non Stop. Pesan-pesan pemilu dikemas dalam sajian berita yang rata-rata tiap hari 4-7 berita politik, tajuk rencana, pojok, kartun, karikatur, kolom dan iklan politik. Berita politik disajikan dengan memenuhi unsur 5 W dan 1 H sehingga mudah dipahami dan memberikan pembelajaran politik bagi pembacanya secara umum melalui sajian yang lengkap dan tajam tentang materi pemilu, tetapi pendidikan politik secara khusus untuk pemilih pemula belum dilakukan. Political education done by printed medias published in Jakarta with a segmentation of lower class readers, which are Pos Kota, Warta Kota, Non Stop, and Lampu Hijau for five months before the legislative and presidential elections take place, conducted by presenting a reguler political message in an special rubric; such as Election Campaign 2009 for Pos Kota, People Choose for Warta Kota, Talking Politics for Lampu Hijau, To Kebon Sirih and To Senayan for Non Stop. Election message news packaged in an average portion of 4-7 political news every day, corner, cartoon, caricature, and the political advertisement. political news served with 5 W and 1 H element, so it is easy to understand and provide general political understanding for the reader through complete and sharp analysis on election, however specific political education for early voters have not being done yet. Pendahuluan Bangsa Indonesia sudah lama mendambakan pelaksanaan sistem demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harapan itu sesuai dengan konstitusi yang berlaku, dengan konsep demokrasi seperti “kedaulatan rakyat”, “suara terbanyak ”, “ berserikat ” dan “ kebebasan menyatakan pendapat”. Konsep demokrasi itu sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi di lapangan menunjukkan secara kualitas bangsa Indonesia belum melaksanakan kehidupan demokrasi yang sebenarnya. Pelaksanaan demokrasi yang masih jauh ini bisa jadi disebabkan oleh pendidikan politik yang diberikan kepada rakyat Indonesia kualitasnya sangat buruk dalam proses sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Kartini Kartono, arah pendidikan politik sesungguhnya adalah demokrasi itu sendiri. Untuk melihat secara lebih teliti pendidikan Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop, dan lampu Merah Edisi November 2008 - Maret 2009 Guntoro, Moeryanto G., dan Purwanto A. 1 Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Key words: political message, political education, newspaper content 1 Alamat: Kampus IISIP Jakarta Jl.Raya Lenteng Agung No.32 Jakarta Selatan 12610. Tel.021-7806223, 7806224. Fax.021-7817630 Abstrak

Transcript of Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar Pos Kota ... · remaja putra dan putri, telah berusia...

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 1Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

Pendidikan politik oleh media cetak yang terbit di Jakarta dengan segmen pembaca golongan menengah ke bawah yaitu surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau selama lima bulan menjelang pelaksanaan pemilu calon legislatif dan pemilu presiden tahun 2009, dilakukan dengan menyajikan pesan-pesan politik secara teratur dalam rubrik khusus pemilu: seperti Kampanye Pemilu 2009 untuk Pos Kota, Rakyat memilih untuk Warta Kota, Ngomongin Politik untuk Lampu Hijau dan Menuju Kebon Sirih dan menuju ke Senayan untuk Non Stop. Pesan-pesan pemilu dikemas dalam sajian berita yang rata-rata tiap hari 4-7 berita politik, tajuk rencana, pojok, kartun, karikatur, kolom dan iklan politik. Berita politik disajikan dengan memenuhi unsur 5 W dan 1 H sehingga mudah dipahami dan memberikan pembelajaran politik bagi pembacanya secara umum melalui sajian yang lengkap dan tajam tentang materi pemilu, tetapi pendidikan politik secara khusus untuk pemilih pemula belum dilakukan.

Political education done by printed medias published in Jakarta with a segmentation of lower class readers, which are Pos Kota, Warta Kota, Non Stop, and Lampu Hijau for five months before the legislative and presidential elections take place, conducted by presenting a reguler political message in an special rubric; such as Election Campaign 2009 for Pos Kota, People Choose for Warta Kota, Talking Politics for Lampu Hijau, To Kebon Sirih and To Senayan for Non Stop. Election message news packaged in an average portion of 4-7 political news every day, corner, cartoon, caricature, and the political advertisement. political news served with 5 W and 1 H element, so it is easy to understand and provide general political understanding for the reader through complete and sharp analysis on election, however specific political education for early voters have not being done yet.

PendahuluanBangsa Indonesia sudah lama mendambakan

pelaksanaan sistem demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harapan itu sesuai dengan konstitusi yang berlaku, dengan konsep demokrasi seperti “kedaulatan rakyat”, “suara terbanyak”, “berserikat” dan “kebebasan menyatakan pendapat”. Konsep demokrasi itu sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi di lapangan menunjukkan secara kualitas bangsa

Indonesia belum melaksanakan kehidupan demokrasi yang sebenarnya.

Pelaksanaan demokrasi yang masih jauh ini bisa jadi disebabkan oleh pendidikan politik yang diberikan kepada rakyat Indonesia kualitasnya sangat buruk dalam proses sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Kartini Kartono, arah pendidikan politik sesungguhnya adalah demokrasi itu sendiri.

Untuk melihat secara lebih teliti pendidikan

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop, dan lampu Merah Edisi November 2008 - Maret 2009Guntoro, Moeryanto G., dan Purwanto A.1 Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi

Key words: political message, political education, newspaper content

1 Alamat: Kampus IISIP Jakarta Jl.Raya Lenteng Agung No.32 Jakarta Selatan 12610. Tel.021-7806223, 7806224. Fax.021-7817630

Abstrak

2 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

yang pernah terjadi, Kongres I PDIP di Semarang, Kongres I PAN di Yogyakarta, Muktamar I Partai Bulan Bintang di Jakarta, PKB pecah jadi dua dan lain-lain yang menunjukkan praktek dan konflik elite partai politik yang tidak konstruktif. Hal ini menjadi pendidikan politik yang buruk bagi bangsa Indonesia.

Syamsuddin Haris mengatakan keterpurukan partai politik sekarang ini disebabkan oleh berbagai faktor, padahal partai politik adalah salah satu pilar utama demokrasi. Bahkan para anggota dan pengurus berbagai partai politik, khususnya partai-partai besar hasil Pemilu 1999, harus mengakui dengan jujur empat kecenderungan dekadensi perilaku dan performance partai politik. Carut –marut wajah partai politik dan wajah bangsa Indonesia adalah sebuah hasil proses sejarah panjang bangsa Indonesia karena tidak adanya pendidikan politik yang berkualitas, terutama di masa Orde Baru (Kompas,8 september 2003).

Setiap pelaksanaan pemilu baik pilkada gubernur, bupati/walikota, legislatif dan presiden muncul pemilih pemula karena usia masuk 17 tahun atau baru bisa ikut memilih tahun itu karena sebelumnya belum cukup umurnya.

Pemilih pemula menduduki posisi penting dalam Pemilihan Umum 2009. Jika, dilihat dari jumlahnya, pemilih pemula mencapai 34 persen dari keseluruhan pemilih di Indonesia yang mencapai 147,219 juta jiwa.

Menurut undang-undang pemilihan umum yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah remaja putra dan putri, telah berusia antara 17-21 tahun, dan memiliki hak pilih menurut hukum. Sebagai pemilih pemula, mereka dianggap belum memiliki pengalaman pada pemilu sebelumnya. Namun belum ber-pengalaman bukan berarti mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik, tetapi mereka tetap melaksanakan hak pilihnya ditempat pemungutan suara. Pemilih pemula sebenarnya di satu sisi menjadi segmen yang unik, seringkali memunculkan kejutan dan jumlah mereka cukup besar. Pemilih pemula perilakunya kadang unik, antusias menggunakan hak pilihnya, relatif lebih rasional, haus akan perubahan dan tipis kadar polusi pragmatisme.

Pendidikan politik bagi pemilih pemula sangat penting, agar dalam pemilihan umum ikut pemilu legislatif dan pemilu presiden dapat menentukan pilihannya dengan cerdas, kritis, rasional dan bertanggung jawab, disamping juga untuk menyelamatkan mereka dari eksploitasi politis para praktisi politik.

Dalam pemilu para pemilih adalah bahan baku suksesnya suatu pemilihan baik itu pilkada, pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Pendidikan politik bagi pemilih pemula menjadi fokus utama dalam kajian ini, terutama yang dilakukan oleh media massa cetak, terutama surat kabar yang terbit dan beredar di Jakarta. Surat kabar dalam mengimplementasikan pendidikan politik, dengan menyuguhkan berita, tulisan-tulisan, ulasan, opini dan reportase yang bermuatan pendidikan politik untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran politik rakyat dan meningkatkan kualitas interaksi politik.

Surat kabar yang segmentasi pembacanya golongan menengah ke bawah adalah; Pos Kota, Warta Kota, Non Stop, dan Lampu Hijau menjadi subyek penelitian, karena surat kabar itu setiap hari melaporkan peristiwa yang berkaitan dengan pendidikan politik, bahkan menyediakan rubrik khusus pemilu 2009, juga mempunyai fungsi melakukan pendidikan politik kepada khalayak pembacanya, sebagai mana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Dalam Pasal 3 ayat (1) dinyatakan Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

Untuk mengetahui pendidikan politik bagi pemilih pemula, terutama di Jakarta melalui surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau, maka dilakukan penelitian yang mencakup pendidikan politik; siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana, pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemegang kekuasaan, pengaruh, dan tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau memperluas tindakan lainnya (Dan Nimmo. 2005;8).

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah “Sejauh mana penyajian

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 3Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

politik yang didapat bangsa Indonesia selama ini bisa dicermati dari tiga faktor penting sebagai berikut: a. Peristiwa politik, b. Elite politik, c. Partai politik

Ketiga faktor itu sangat berpengaruh bagi kualitas pendidikan politik masyarakat Indonesia.

Faktor pertama, peristiwa politik, yang sangat berpengaruh bagi pendidikan politik bangsa, seharusnya menunjukkan fenomena demokratis tetapi sebaliknya, sehingga rakyat tidak dapat mengambil makna peristiwa politik yang demokratis. Sebagai contoh peristiwa politik yang mengingkari proses demokrasi, ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Pembubaran Konstituante. Peristiwa ini disebut pengingkaran demokrasi, karena kedaulatan rakyat ada ditangan presiden. Bagi bangsa Indonesia peristiwa ini menjadi pendidikan politi yang buruk. Peristiwa politik berikutnya adalah naiknya Soeharto menjadi presiden ke dua menggantikan Soekarno tanpa proses demokrasi. Pemerintah Soeharto yang menamakan Orde Baru, membangun sejarah gelap demokrasi Indonesia yang berlangsung hingga 32 tahun. Peristiwa politik selama Orde Baru berkuasa adalah suatu pendidikan politik yang buruk. Demikian pula ketika Soeharto menyatakan berhenti sebagai presiden RI dan menyerahkan kepada penggantinya BJ Habibie, juga peristiwa politik yang mengingkari system demokrasi. Soeharto menyerahkan kekuasaan tanpa sebuah pertanggung jawaban seorang presiden dalam Negara yang menganut sistem demokrasi.

Terpilihnya Abdurrahman Wahid menjadi presiden RI ke tiga adalah peristiwa politik yang mengingkari demokrasi, sebab Abdurrahman Wahid bukan dari partai pemenang pemilu, bahkan melukai hati rakyat yang telah memilih partai pemenang pemilu waktu itu.

Faktor kedua, elite politik, Pernyataan elite politik bisa membius emosi dan pikiran rakyat bahkan mempengaruhi perilakunya. Di Indonesia elite yang bisa menjadi panutan masih sulit ditemukan. Kesulitan tersebut tampak dari contoh perilaku elite politik seperti Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, Bambang

Susilo Yodoyono yang suka emosional dan tidak konsisten dalam perilaku yang ditampilkan mereka ketika menjalankan pemerintahan. Perilaku emosional dan tidak konsisten tampak dari trik-trik politik diantara mereka yang tidak konstruktif, terutama keengganan mereka melaksanakan agenda reformasi total seperti penyelesaian KKN Soeharto, tragedy Trisakti dan Semanggi yang sampai kini pengusutan belum jelas. Perilaku elite politik demikian merupakan pendidikan politik yang buruk bagi warga negara. Warga negara Indonesia kesulitan memastikan sebuah kebenaran dan memaknai keadilan di Indonesia.

Faktor ketiga, partai politik, menurut Gabriel A Almond partai politik mempunyai fungsi salah satunya adalah sosialisasi politik. Partai politik di Indonesia jika diamati dalam melakukan sosialisasi politik banyak yang melakukan “provokasi politik”. Hampir tiap partai politik di Indonesia menerbitkan bulletin, tabloid bahkan ada yang berbentuk surat kabar, yang isinya lebih banyak propaganda dan provokasi politik. Melalui media komunikasi yang dimiliki partai politik itu dendam dan kebencian kepada lawan politik ditanamkan pada rakyat. Dampak dari media komunikasi partai politik bagi yang menggunakan adalah muncul kebenciaan dan dendam antar sesama warga negara, bukan semangat untuk menghargai perbedaan. Hal ini menjadikan pendidikan politik yang buruk bagi bangsa Indonesia. Selain sosialisasi politik, menurut Almond partai politik juga mempunyai fungsi komunikasi politik. Partai politik punya fungsi komunikasi politik artinya untuk menyampaikan visi dan misi partai yang dijabarkan dalam bentuk ide dan gagasan-gagasan partai politik kepada masyarakat melalui media komunikasi, baik media massa, media interpersonal maupun iklan politik.

Partai politik di Indonesia yang jumlahnya lebih dari empat puluh partai, saat ini ada kecenderungan tidak menampilkan ide dan gagasan-gagasan partai yang konstruktif, tetapi lebih menonjolkan praktek-praktek politik yang tidak demokratis dan konflik elite partai yang tidak kondusif bagi jalannya demokrasi. Contoh

4 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

pendidikan politik di surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau edisi November 2008-Maret 2009”

Kerangka TeoritisSalah satu fungsi komunikasi massa adalah

penyebaran nilai (transmission of values). Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapkan untuk menirunya (Dominick. 2001)

Sementara Karlinah dkk (1999) mengata-kan fungsi komunikasi secara umum adalah, informasi, pendidikan, memengaruhi, proses pengembangan mental, adaptasi lingkungan dan manipulasi lingkungan.

Media massa tidak hanya berfungsi bagi masyarakat tetapi juga individu. Fungsi media massa bagi masyarakat adalah sebagai saluran yang menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dunia sebagai kesinambungan yaitu; mengekspresikan budaya dominan dan mengetahui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta pengembangan budaya baru, sebagai hiburan, yaitu menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan relaksasi, dan sebagai mobilisasi, yaitu mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan, ekonomi, pekerjaan dan bidang agama. Sedang fungsi media massa bagi individu adalah sebagai informasi, yaitu menemukan penunjang nilai-nilai pribadi dan menemukan model perilaku sebagai integrasi dan interaksi sosial, dan sebagai hiburan yaitu melepaskan diri dari permasalahan dan bersantai (McQuail. 1987;63).

Media massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa, merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa.

Komunikasi massa sendiri singkatan dari komunikasi media massa, artinya penyampaian pesan, gagasan atau informasi yang ditujukan kepada orang banyak melalui media massa baik tercetak maupun elektronik. Media massa

colom, dan surat pembaca. (Sumadiria. 2006;6) Sedangkan kelompok opini meliputi;

1. Tajuk rencara atau editorial, adalah berisi pendapat atau sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomental, atau kontroversial yang berkembang dalam masyarakat, 2. Karikatur diartikan sebagai opini redaksi media dalam bentuk gambar yang sarat dengan muatan kritik sosial dengan memasukkan unsur kelucuan, anekdot atau humor agar siapa pun yang melihatnya bisa tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang dikarikaturkan itu sendiri. 3. Pojok adalah kutipan pernyataan singkat nara sumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial kemudian dikomentari oleh pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang mengusik, menggelitik dan ada kalanya reflektif. 4. Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif) mempengaruhi dan menyakinkan (persuasive dan argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif). 5. Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu permasalahan atau keadaan yang terdapat dalam masya-rakat.(Sumadiria, 2006;3).

Komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi berdasarkan konsekuensi-konsekuensi (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia dalam kondisi-kondisi konflik.

Gejala komunikasi politik:1 Kegiatan instansi negara yang bersifat formal

atau suprastruktur politik menyampaikan pesan-pesan politik kepada publik.

2 Kegiatan infrastruktur politik merespons dan mengartikulasi pesan-pesan politik terhadap suprastruktur. Menurut David VJ. Bell ada tiga jenis

pembicaraan yang mempunyai kepentingan politik yang pasti dan jelas sekali; yaitu pembicaraan kekuasaan; pembicaraan pengaruh dan pembicaraan outoritas.

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 5Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

tercetak salah satunya adalah surat kabar atau koran.

Surat kabar/koran adalah medium massa utama bagi orang untuk memperoleh berita. Disebagian besar kota, tak ada sumber berita yang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran. Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran (Vivian; 2008,71).

Sebutan bagi surat kabar/koran yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran; berisi berita, karangan-karangan dan iklan, dan diterbitkan secara berkala, bisa berupa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Isinya pun harus aktual dan juga harus bersifat universal, maksudnya penerbitannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan (Junaedi 1991;257).

Dari kelompok besar isi surat kabar, hanya berita (news) dan opini (views) yang disebut produk jurnalistik. Sedang iklan tidak termasuk produk jurnalistik, tetapi produk bidang perusahaan. Iklan merupakan bentuk komunikasi pemasaran untuk produk, jasa dan idea guna mempengaruhi perilaku masyarakat.

Pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk aktifitas untuk mengadirkan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dengan demikian iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membunjuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pembuat iklan. (tripod.com/indet filer,23-1-09,10.40)

Sedang pengertian berita adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual), laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting atau luar biasa.(Kris Budiman,wardpress.com/2008/09/21)

Kelompok berita meliputi; berita langsung (straight news), berita menyeluruh (compre-hensive news), berita mendalam (depth news), pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news), berita khas bercerita (feature news) dan berita gambar (photo news). Sedangkan kelompok opini (Views) meliputi ;tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel,

Banyak aspek kehidupan politik dapat dianalisis secara komunikasi. Dan Nimmo mendifinisikan komunikasi politik sebagai “communication (activity) considered political by virtue of its consequences (actual of potential) which regulate human conduct under the condition of conflict” (Nimmo.1978;7)

Dari uraian di atas dapat ditarik pemikiran, media massa cetak mempunyai fungsi, salah satunya adalah pendidikan, terutama pendidikan politik melalui komunikasi politik yang disajikan dalam berbagai produk jurnalistik termasuk iklan politik. Komunikasi politik berisi pesan-pesan politik dari komunikator politik. Media cetak dalam menyajikan materi pendidikan politik dapat menggunakan berbagai bentuk produk jurnalistik dan non jurnalistik.

Metode PenelitianPenelitian pendidikan politik dalam

suratkabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau menggunakan metode penelitian analisis isi dengan pendekatan kuantitatif.

Bahan Penelitian dan Unit analisisBahan penelitian terdiri dari pesan-pesan

pemilu di surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau. Sedang unit analisis terdiri per berita, Tajuk rencana, pojok, artikel, karikatur, kolom, dan per iklan

Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah

suratkabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau yang terbit dari bulan November 2008 sampai dengan bulan Maret 2009. Sedang sampel penelitian diambil tiap bulan tujuh edisi mewakili hari dan minggu per surat kabar. Sampel per surat kabar adalah 7 x 5 = 35 exemplar. Teknik pengambilan sampel dengan rotated sampling.

KategorisasiKategori yang diteliti adalah:

• Bentuk produk jurnalistik yang digunakan untuk penyampaian pesan pemilu dan pendidikan politik.

6 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

• Penempatan produk jurnalistik di halaman surat kabar

• Komunikator pesan pemilu dan politik• Isu/topik yang disampaikan oleh komunikator

pemilu• Partai politik dan nama tokoh/calon presiden• Calon presiden dari non partai• Calon legislatif yang dimuat surat kabar• Intensitas penyajian pesan pemilu• Kelengkapan unsur berita pemilu• Kelengkapan unsur berita partai politik• Banyaknya iklan dan penempatan iklan

politik

Teknik pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan secara

pengamatan langsungi terhadap suratkabar yang menjadi sampel dengan memberi tanda dan code sesuai dengan kategori dan definisi kategori.

Teknik Pengolahan DataPengolahan data dilakukan dengan

mengukur kategori dari bahan penelitian dan unit analisis sehingga diperoleh data yang mencakup semua kategori penelitian. Tiap kategori penelitian hasilnya dijumlahkan sehingga memperoleh data hasil penelitian. Data hasil penelitian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan hasil penelitian. Hasil penelitian dibahas untuk pendalaman masukan bagi instansi yang terkait.

Hasil Penelitian Surat Kabar Pos KotaBentuk penyajian pesan pemilu

Pos Kota dalam mengemas pesan-pesan pemilu selama lima bulan dari Nopember 2008 sampai dengan Maret 2009 menggunakan berbagai produk jurnalistik seperti: berita, tajuk rencana, pojok, kolom karikatur dan kartun. Pesan pemilu dalam bentuk iklan atau dikenal iklan politik tidak ditemukan di Pos Kota selama penelitian. Pesan pemilu yang bentuknya berita disajikan oleh Pos Kota setiap hari antara empat sampai tujuh berita, yang ditempatkan pada rubrik khusus di halaman 6 dan 7.

Kadang-kadang Pos Kota juga menempatkan

berita politik di halaman pertama dan bersambung ke halaman 10 atau 11.

Tajuk rencana dan pojok ada di halaman 2, merupakan tulisan yang digunakan untuk menyajikan opini redaksi tentang pesan pemilu. Demikian pula kolom dan karikatur, ditempatkan di halaman pertama, namun penyajiannya agak jarang. Kolom pemilu ditulis oleh Harmoko, sedang karikaturnya disajikan secara berwarna.

Kartun ditempaatkan pada halaman 11 A dengan tokoh utama Doyok.

Komunikator pesan Pemilu

Pos Kota dalam menyajikan pesan pemilu dapat dikelompokkan berdasarkan komunikator yang menjadi sumber pesan tersebut. Komunikator bisa pimpinan organisasi politik, pejabat pemerintah, ketua lembaga, dan perorangan.

Komunikator partai politik yang banyak dimuat oleh harian Pos Kota seperti; tokoh dari Golkar, PDIP, PD, Hanura, Gerindra dan PBR. Komunikator dari pemerintah yang dimuat dari Makamah Konstitusi, KPI dan Panwaslu DKI Jakarta. Pengamat politik yang banyak dimuat di harian Pos Kota karena komentarnya antara lain, A. Chaniago, Pande Raja Silalahi, J. Kristiadi.

Sedang Capres perorangan dan anggota masyarakat tidak ada yang dijadikan sumber berita, demikian juga anggota masyarakat tidak ada yang dijadikan sumber berita.

Intensitas penyajian Pesan pemilu Pos Kota dalam menyajikan pesan pemilu dari

komunikatornya disampaikan sesuai fakta, apa adanya, tetapi komunikator jika menyampaikan pesan pemilu sesuai dengan motifnya, ada yang memberi informasi, membujuk, propaganda, bahkan agitasi . Pesan yang mengandung berbagai motif itu oleh media disajikan sesuai dengan fungsi media yaitu; memberi informasi, mendidik, menghibur dan sosialisasi. Pos Kota mulai bulan Pebruari 2009 menambah pesan tertulis yang berisi pembujukan sebagai berikut; Gunakan Hak Pilih Anda Datangi TPS 9 April 2009, ada gambar kotak pemilu dan ada tulisan: 40 Hari Lagi.

Harian Pos Kota dalam menyajikan pesan-

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 7Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

pesan pemilu 2009 intensitasnya paling banyak informasi dan pendidikan sama besar, masing-masing 88,57%. Pesan pemilu yang intensitasnya pembujukan menempati urutan kedua 40,00%. Sedang intensitas propaganda tidak ada. Dengan demikian tujuan untuk pendidikan politik kepada mayarakat, terutama pada pemilih pemula telah dilakukan oleh surat kabar Pos Kota.

Kelengkapan unsur Berita pemiluKelengkapan unsur berita dalam penelitian ini

dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelengkapan unsur berita sesuai teori berita, dan kelengkapan berita partai politik untuk pendidikan politik. Surat kabar Pos Kota dalam menyajikan berita pemilu yang sumbernya dari pemerintah, KPU, dan Pengamat/Pakar/Ilmuwan, semuanya menunjukkan lengkap unsur-unsur beritanya.

Berita partai politik, unsur –unsur yang disajikan hanya lima unsur yaitu nama partai, nama ketua umum partai, nama calon presiden, program kerja partai dan janji-janji calon presiden dari partai tersebut. Sedang nomor urut partai serta visi dan misi partai tidak pernah disajikan dalam berita partai politik surat kabar Pos Kota. Dari segi pendidikan politik, informasi tentang nomer urut partai serta visi dan misi partai, kurang ditonjolkan oleh Pos Kota, karena nilai beritanya dianggap rendah dibanding dengan nama ketua umum, nama calon presiden dan janji-janji capres jika kepilih nanti.

Harian Pos Kota selama penelitian tidak menyajikan berita yang sumbernya dari calon presiden perorangan.

Berita calon legislatif unsur-unsurnya lengkap ditulis oleh surat kabar Pos Kota mulai dari; nama calon, asal partai, daerah pemilihan, nomer urut calon dan janji-janji calon jika ia terpilih dalam pemilu. Dengan demikian sebagai materi informasi dan pendidikan maka berita calon legislatif dapat memberikan pendidikan politik bagi pembacanya.

Frekuensi penyajian pesan pemilu

Frekuensi penyajian pesan-pesan pemilu 2009 di harian Pos Kota menunjukkan: berita pemilu paling banyak jumlahnya, rata-rata satu

hari ada 4-5 berita. Penyajian pesan pemilu yang berbentuk pojok menduduki urutan ke dua 25,71%, sedang bentuk kolom menduduki urutan ketiga 20.00% . Pesan-pesan pemilu yang berbentuk berita oleh Pos Kota disajikan dalam jumlah yang cukup besar dan setiap hari selalu ada berita politik . Pesan-pesan pemilu yang disajikan dalam tajuk rencana, dan karikatur merupakan opini dari surat kabar tersebut yang pengaruhnya tidak kecil pada pembacanya.

Topik yang ditonjolkan Pos KotaIsu politik berkembang setiap hari sesuai

dengan tahapan pemilu yang sedang berjalan. Pos kota mengelompokkan sumber berita pemilu berdasakan komunikatornya. Topik yang disajikan oleh Pos Kota dalam berita-berita pemilu 2009 menyangkut berbagai persoalan partai politik, terutama suara partai politik yang kurang puas terhadap suatu persoalan, seperti beberapa partai kecil yang minta Mahkamah Konstitusi meninjau pasal UU Politik yang membatasi 20% suara untuk mengusulkan calon Presiden, tapi MK menolak sehingga MK dituduh mengkebiri hak rakyat. Sementara Golkar tidak mau dipermalukan jika mengajukan calon presiden sebelum tahu hasil pemilu legislatif 2009. SBY- YK masih didukung oleh partai politik.

Partai politik yang disajikan Pos KotaPartai politik yang ikut pemilu 2009

jumlahnya sebanyak 44 partai, namun tidak semua partai politik punya peluang yang sama dimuat dalam surat kabar Pos Kota. Pos kota hampir tiap hari menyajikan berita partai Demokrat dan partai Golkar, lebih dari (90,00%) kedua partai tersebut menjadi berita. Sedang partai lain yang cukup banyak disajikan dalam berita Pos Kota adalah PDIP (57,14%) dan partai Gerindra (45,71%). Partai-partai yang mencapai 20 % dalam pemberitaan di Pos Kota adalah: Hanura 34,28%, PKS 28,57 % dan PAN 22,86%. Sedang partai yang lain relatif kecil saja disajikan dalam Pos Kota.

Surat Kabar Warta Kota

8 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

Bentuk penyajian pesan pemiluPesan pemilu dalam bentuk iklan atau

dikenal iklan politik mulai bulan Februari 2009 ditemukan di Warta Kota, yang sebelumnya tidak ada. Pesan pemilu yang bentuknya berita disajikan oleh Warta Kota setiap hari antara 4 sampai 7 berita, dan ditempatkan pada rubrik khusus di halaman 4 dan 5. Kadang- kadang Warta Kota juga menempatkan berita politik di halaman pertama dan bersambung ke halaman 19. Foto berita dan surat pembaca yang berkaitan dengan pemilu jumlahnya sangat terbatas.

Warta Kota dalam menyajikan pesan-pesan pemilu 2009 hanya menggunakan: berita, foto berita , surat pembaca dan iklan Caleg. Produk jurnalistik yang lain seperti tajuk rencana, pojok, kolom, karikatur dan kartun tidak pernah disajikan untuk pesan-pesan pemilu 2009.

Komunikator pesan PemiluWarta Kota dalam menyajikan pesan pemilu

dapat dikelompokkan berdasarkan komunikator yang menjadi sumber pesan tersebut. Komunikator bisa organisasi politik, pemerintah, lembaga, dan perorangan.

Warta Kota telah menyebutkan nama-nama komunikator yang berasal dari partai politik seperti SBY dari Partai Demokrat, Prabawo dari partai Gerindra, Agung Laksono dari Golkar, Soetrisno dari PAN. Komunikator dari Pemerintah: M. Nuh, Menteri Kominfo. Komuniktor dari PKU Abdul Azis. Komunikator dari calon Presiden perorangan belum ada. Komunikator dari calon legislatif antara lain: RM Biki dari Golkar, H.Zainudin dari PBR, Nursanita N dari PKS, Damanita dari Hanura. Tokoh masyarakat/ pakar adalah: Alfan Alfian, sedang dari masyarakat antara lain; Totok Sugiarto seorang guru, Chiguitik Bunga A seorang dokter.

Intensitas penyajian Pesan pemiluSurat kabar Warta Kota terbit setiap hari

termasuk hari minggu kecuali hari libur nasional seperti surat kabar Pos Kota, sehingga dalam satu minggu terdapat tujuh buah surat kabar. Dalam praktek surat kabar Warta Kota tidak menyajikan berita politik dan berita pemilu pada terbitan hari

minggu. Dalam satu minggu hanya ada enam terbitan yang memuat pesan-pesan pemilu.

Sedang pemerintah dan partai politik dalam mengambil kebijakan sering melakukan propaganda,agitasi bahkan indoktrinasi.

Intensitas pesan-pesan pemilu di harian Warta Kota yang utama adalah informasi dan pendidikan sama besarnya (88,57%) disajikan dalam bentuk berita. Sedang bentuk penyajian yang lain yaitu iklan caleg yang membujuk pembaca untuk memilih dirinya dalam pemilu tanggal 9 April 2009 sebesar 20,00%. Iklan politik mulai disajikan dalam Warta Kota sejak pertengahan bulan Februari sampai Maret 2009.

Kelengkapan unsur Berita pemilu

Kelengkapan unsur berita dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelengkapan unsur berita sesuai teori berita, dan kelengkapan berita partai politik untuk pendidikan politik.

Warta Kota dalam menyajikan berita pemilu yang menyangkut kegiatan pemerintahan, KPU, pengamat/pakar dan anggota masyarakat telah memenuhi semua unsur berita. Artinya dengan berita yang lengkap unsurnya (5 W+ 1 H) lebih mudah dipahami dan mendukung untuk pembelajaran politik. Bagi pembaca berita pemilu yang disajikan oleh Warta Kota akan mudah memahami isi berita tersebut karena unsur peristiwa semuanya ada.

Warta Kota dalam menyajikan berita partai politik hampir menyebutkan semua unsur partai, tetapi untuk unsur nomor urut partai serta visi dan misi partai tidak disajikan. Hal ini dimungkinkan karena kedua unsur itu bagi surat kabar dianggap kurang berbobot atau rendah nilai beritanya. Bisa jadi surat kabar menganggap masyarakat sudah banyak yang tahu tentang nomor urut partai serta visi dan misi partai sejak partai tersebut disahkan oleh KPU sebagai perserta pemilu 2009. Unsur yang punya nilai berita tinggi seperti nama ketua umum partai, terutama nama calon presiden dari partai tersebut sangat ditunggu untuk diketahui masyarakat. Di samping itu janji-janji calon presiden jika terpilih nanti punya nilai berita yang tinggi untuk diketahui masyarakat, apakah janji itu sesuai dengan tuntutan rakyat banyak atau

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 9Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

sebaliknya.Calon presiden yang tidak berasal dari partai

besar, kurang mendapat perhatian dari surat kabar Warta Kota. Selama penelitian hanya dua calon presiden yang tidak berasal dari partai besar disajikan dalam berita. Capres tersebut adalah Soetioso dan cucu Panglima Soedirman.

Pemilu yang digelar pada tanggal 9 April 2009 untuk memilih calon legislatif baik DPR, DPD, DPRD Propinsi daan DPRD Kabupaten/Kota, sedang pemilihan presiden baru akan dilaksanakan bulan Juli 2009, sehingga pencalonan presiden belum mendesak. Diperkirakan setelah pemilihan legislatif dan hasil pemilu sudah final maka pencalonan presiden akan ramai baik oleh partai pemenang pemilu, koalisi partai maupun calon perorangan.

Calon legislatif yang disajikan dalam berita politik di surat kabar Warta Kota semuanya lengkap unsur-unsurnya. Hal ini memungkinkan para pembacanya mendapat informasi yang lengkap dan dapat menjadikan pembelajaran politik yang baik, khususnya mengenai pencalonan seorang kader partai untuk duduk di DPR ,DPD DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Frekuensi penyajian pesan pemilu Pesan pemilu di surat kabar Warta Kota

paling banyak dalam bentuk berita pemilu rata-rata tiap hari antara 3-4 berita lebih dari (100%) Hal ini menunjukkan Warta Kota lebih menitikberatkan penyajian berita dibanding yang lain. Foto berita pemilu dan tanggapan masyarakat terhadap pemilu jumlahnya sangat kecil di bawah 6%.

Mulai pertengahan bulan Februari 2009 Warta Kota menyajikan iklan caleg dari berbagai partai politik dirubrik khusus Pemilu menyatu dengan berita pemilu 2009. Selama penelitian jumlah iklan caleg sebesar 20% yang berarti setiap hari ada iklan caleg di Warta Kota mulai bulan Pebruari sampai dengan Maret 2009.

Topik yang ditonjolkan surat kabarTopik yang ditonjolkan warta Kota dalam

berita pemilu 2009 yang berasal dari partai politik adalah: Golkar menunda pengumuman

Calon Presiden sampai pemilu legislatif, Partai Demokrat cari Wapres ahli ekonomi, Gerindra mencari wapres perempuan, PAN sibuk mencari wapres sedang PBR menampilkan capres tokoh lama. Topik dari KPU paling banyak karena waktu itu sedang puncak kerja administrasi dan logistik pemilu untuk seluruh Indonesia. Topik yang ditonjolkan antara lain: surat suara yang masih belum sama dengan contoh dari partai, ribuan calon DPD yang belum setor rekening, cara penandaan surat suara yang saah, distribusi logistik untuk daerah terpencil.

Partai politik yang disajikan Warta KotaWarta kota tidak pernah menyiarkan suatu

partai setiap hari, tetapi disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi pada partai tersebut. Partai-partai yang banyak disajikan dalam berita di Warta Kota adalah PDIP (62,87), Golkar (51,43%), Gerindra dan PKS sama besarnya (40,00%) dan PAN (28,57%). Sedang partai yang lain relative kecil saja di bawah 20%, bahkan ada yang hanya 5%.

Iklan Partai Politik yang disajikan Warta Kota Warta Kota mulai menyajikan iklan partai

politik pada pertengahan bulan Februari 2009, khusus untuk calon legislatif dari partai-partai yang ikut pemilu pada tanggal 9 April 2009. Pada bulan Maret 2009 iklan partai politik makin intensif dan jumlahnya cenderung bertambah tiap hari. Namun tidak semua partai yang ikut pemilu 2009 memasang iklam di surat kabar Warta Kota. Partai yang memasang iklan untuk para calon legislatif sebanyak 12 partai.

Tidak semua caleg dari partai politik peserta pemilu 2009 memasang iklan di Warta Kota, dari 44 partai hanya 14 partai politik yang memasang iklan. Tidak semua caleg beriklan setiap hari di surat kabar, karena iklan tidak gratis, artinya harus dibayar sesuai dengan tarip yang berlaku, apalagi iklan di Warta Kota berwarna. Dari 14 partai yang beriklan di Warta Kota hanya beberapa saja yang besar persentasenya yaitu; PDIP (62,87%), Golkar (42,86%), DPD dan PKS sama besar (34,28%), PAN (31,43%) dan PD (22,86%). Partai lainnya di bawah 20%.

10 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

Harian Umum Non StopBentuk penyajian pesan pemilu di Non Stop

Selama bulan November 2008 hingga Maret 2009, harian Non Stop menyajikan pesan pemilu dalam bentuk berita dan iklan.

Harian umum Non Stop dalam menyajikan pesan pemilu 2009 hanya menggunakan bentuk produk jurnalistik berita, sedangkan bentuk produk jurnalistik lainnya tidak digunakan. Pesan komunikasi dalam bentuk iklan menempati frekuensi tinggi. Dalam 35 edisi harian umum Non Stop menyajikan sebanyak 318 berita dan 531 iklan pantai politik. Partai persatuan pembangunan (PPP) menempati frekuensi pemberitaan tertinggi, dengan tampil pada pemberitaan di setiap edisi .

Komunikator pesan pemilu di Non StopAda beberapa komunikator pesan pemilu

sebagai sumber berita. Komunikator dapat berbentuk organisasi politik, pemerintah lembaga dan perorangan. Komunikator pemilu yang dijadikan berita dalam harian Non Stop terdiri dari: ketua umum partai politik, pejabat KPU, calon legislative dan pengamat politik, dari pejabat pemerintah, Bawaslu dan anggota masyarakat. Sedang dari calon presiden non-partai tidak ada yang disajikan dalam berita.

Intensitas penyajian pesan pemilu Di Non StopPenyajian pesan pemilu dalam bentuk berita

di harian Non Stop pada umumnya intensitas yang disajikan adalah mengandung informasi, pendidikan dan pembujukan mengenai kegiatan partai politik. Kegiatan itu terdiri dalam berbagai bentuk antara lain kegiatan sosial khususnya dalam menyongsong pemilu legislatif. Hal ini terutama dilakukan oleh PPP.

Kelengkapan unsur Berita pemilu di Non StopPenyajian berita dalam harian Non Stop

pada umumnya dilakukan mengandung unsur 5 W dan 1 H. Namun yang perlu dicatat adalah sifat beritanya kurang memiliki nilai nasional, terutama pada rubrik menuju Kebon Sirih (DPRD DKI Jakarta) dan menuju Senayan (DPR).

Berita tentang partai politik yang cukup

menonjol adalah pemberitaan tentang kegiatan PPP. Hampir setiap edisi harian Non Stop menyajikan pemberitaan tentang PPP. Beberapa partai lainnya relatif jauh di bawah PPP. Munculnya nama partai politik dalam harian Non Stop terutama melalui iklan parpol. Sedangkan nomor urut parpol, visi misi parpol tidak disajikan dalam berita.

Harian Non Stop selama penelitian tidak menyajikan berita capres non Partai. Harian Non Stop dalam menyajikan berita tentang calon legislative unsur-unsurnya lengkap. Calon legislative yang disajikan terutama dari partai golkar, PPP, PKB. Dengan unsur yang lengkap diharapkan para pembacanya akan mendapat penegtahuan yang cukup tentang calon legislative yang akan dipilih dalam pemilu tanggal 9 April 2009.

Frekuensi penyajian pesan pemilu di Non StopPesan pemilu yang disajikan dalam harian

Non Stop terdiri dari berita yang jumlahnya rata-rata tiap hari 9 berita, dan iklan politik jang jumlahnya rata-rata tiap hari 15 iklan. Dengan demikian frekuensi penyajian berita dalam harian Non Stop sangat tinggi melebihi dari surat kabar yang lzin terutama Pos Kota Dan Warta Kota. Demikian juga iklan partai politik di harian Non Stop jumlahnya paling banyak dibanding surat kabar yang lain. Harian Non Stop tidak menyajikan pesan politik menggunakan produk jurnalistik lainnya seperti; tajuk rencana, pojok, feature, kolom, artikel, karikatur dan kartun.

Topik yang disajikan Non StopTopik yang disajikan oleh harian Non Stop

berbagai persolan pemilu yang sesuai dengan motif komunikatornya yang berasal dari: partai politik, pejabat KPU, calon legislatif, dan pengamat pemilu.

Partai politik yang disajikan Non StopHarian umum Non Stop paling banyak

menyajikan berita PPP sebesar (82.86%) hampir setiap hari ada berita PPP. Kemudian PKS menduduki urutan kedua (77.14%), Partai Golkar menduduki urutan ketiga (74.28%), sedang

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 11Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

PD dan PDIP menduduki urutan keempat sama besarnya (51.43%). Partai yang lain jumlahnya relatif lebih kecil di bawah 40 %.

Iklan Partai politik di Harian Non StopDari Non Stop diketahui iklan yang paling

banyak berasal dari: PAN, PD, GOLKAR, PPP, PDIP dan Hanura, sedang partai lainnya relative lebih kecil seperti; PDS, GERINDRA, PBB, Partai Kedaulatan.

Iklan sebagai salah satu bentuk kegiatan promosi untuk memperkenalkan sebuah produk atau jasa, diperkirakan dapat memberikan pengaruh bagi upaya pembentukan atau perbaikan citra sebuah partai atau kegiatan politik caleg atau capres menjelang dilaksanakan pemilu.

Surat Kabar Lampu HijauBentuk penyajian pesan pemilu di Lampu Hijau

Harian Lampu Hijau dalam mengemas pesan-pesan pemilu selama lima bulan dari November 2008 sampai dengan Maret 2009 menggunakan produk jurnalistik berupa berita, dan komentar pembaca dalam bentuk pesan short message service (sms).

Pesan pemilu dalam bentuk iklan atau dikenal iklan politik ditemukan di Lampu Hijau selama penelitian, artinya terdapat pada setiap terbitan yang dijadikan sampel.

Pesan pemilu berbentuk berita disajikan oleh Lampu Hijau setiap hari antara dua sampai tujuh berita. Penempatan berita poltik lebih banyak pada rubric khusus diberi nama Ngompol (Ngomongin politik) setiap hari di halaman 12. Nama rubric ini semula adalah Geliat Politik. Menjelang bulan Desember 2008 nama rubric diganti dengan Ngompol, pada tempat yang tetap.

Lampu Hijau juga menempatkan berita politik di halaman 10 khususnya pada rubric Ngomet (Ngomongin Metro). Sedangkan pada halaman pertama surat kabar Lampu Hijau hanya terdapat dua berita politik berkaitan dengan pemilu.

Dalam bentuk pesan sms mengenai pemilu dari pembaca dimuat di halaman 10 pada rubric Awasi Fasum & Fasos Sms Aje Uneg-unegnya

ke 02196873195. Rubrik ini menampung semua masalah, termasuk mengenai pemilihan umum. Khusus berkaitan dengan pemilihan umum terdapat sms yang antara lain berjudul Nggak Usah Jelek-jelekin; Jangan ingkar Janji; Jangan Obral Janji; Capres 2009 jangan pada ngumbar janji.

Surat kabar Lampu Hijau dalam menyajikan pesan-pesan pemilu 2009 menggunakan bentuk produk jurnalistik yang utama adalah berita, dan pesan sms. Lampu Hijau tidak pernah memuat pesan dalam bentuk Tajuk rencana, pojok, kolom, kartun dan karikatur. Pesan dalam bentuk pendapat dari pembaca diuangkapkan melalui pesan singkat SMS. Pesan yang bukan dalam produk jurnalistik adalah Iklan politik.

Pesan-pesan pemilu 2009 dalam bentuk berita dominan ditempatkan pada rubrik khusus di halaman 12. Selain pada rubrik khusus politik (NgomPol), berita pemilu juga ditempatkan pada rubrik lain di halaman 10, serta di halaman pertama. Berita pemilu di halaman pertama selama periode yang diteliti hanya dua berita. Hal ini menunjukkan bahwa halaman pertama tidak menjadi tempat yang diperioritaskan untuk berita politik.

Dari 108 berita politik mengenai pemilu di harian Lampu Hijau, 92 berita (85,19%) ditempatkan pada rubrik Ngompol di halaman 12, sebanyak 14 berita (12,96%) di rubrik Ngomet, dan dua berita (1,85%) di halaman pertama.

Komunikator pesan Pemilu di Lampu HijauLampu Hijau dalam menyajikan pesan

pemilu dapat dikelompokkan berdasarkan komunikator yang menjadi sumber pesan tersebut. Komunikator bisa organisasi politik, pemerintah, lembaga, dan perorangan. Komunikator berita politik mengenai pemilu mulai dari parpol, pemerintah, lembaga lain, pengamat, calon presiden, dan legeslatif, sampai kepada anggota masyarakat, secara individual maupun dalam wadah kelompok/institusi.

Intensitas penyajian Pesan pemilu di Lampu Hijau

Lampu Hijau dalam menyajikan pesan

12 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

pemilu dari komunikatornya disampaikan sesuai fakta, apa adanya, tetapi ada kalanya berita yang disajikan juga lebih terkesan kepada iklan, malahan di harian Lampu Hijau ada iklan yang dikemas dalam bentuk berita untuk mempengaruhi dan membujuk khalayak agar mendukung partai atau caleg tertentu. Hal ini setiap hari dimuat adalah iklan berita dari partai golongan karya yang mencalonkan Agung Laksono, dimuat di halaman pertama. Berita diberi warna kuning dilengkapi dengan foto Agung Laksono (Caleg DPRRI No.Urut 1 Partai Golkar Dapil Jakarta Timur) disertai lambang partai Golkar No.23. Biasanya berisi berita, berupa pesan maupun kegiatan Agung Laksono. Meskipun dia sebagai Ketua DPR tetapi tetap dalam konteks mengkampanyekan diri sebagai caleg.

Harian Lampu Hijau dalam menyajikan pesan-pesan pemilu 2009 intensitasnya lebih banyak informasi (73,15 persen) dan pendidikan (11,11 persen). Pesan pemilu yang intensitasnya agitasi dan dan indoktrinasi tidak ada. Dengan demikian tujuan untuk pendidikan politik kepada masyarakat, terutama pada pemilih pemula telah dilakukan oleh surat kabar Lampu Hijau.

Kelengkapan unsur Berita pemilu Lampu Hijau

Kelengkapan unsur berita dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelengkapan unsur berita sesuai teori berita, dan kelengkapan berita partai politik untuk pendidikan politik.

Surat kabar Pos Kota dalam menyajikan berita pemilu yang sumbernya dari pemerintah, KPU, dan Pengamat/Pakar/Ilmuwan, semuanya menunjukkan lengkap unsur-unsur beritanya. Dengan penyajian berita yang lengkap unsur-unsurnya, diharapkan para pembaca akan lebih mudah memahami isi berita karena inti dari suatu peristiwa ada dalam berita. Hal ini sejalan dengan fungsi media yang melakukan pendidikan terutama pendidikan politik kepada pemilih pemula.

Penyajian unsur nama partai, nama ketua umum partai, nama calon presiden, program kerja partai dan janji-janji calon presiden dari partai

tersebut. Nomor urut partai jarang disebutkan dalam pemberitan dan biasanya nomor urut partai ini diungkapn dalam iklan. Visi dan misi partai khususnya partai yang baru adakalanya disebutkan dalam berita, dan ini tentu saja wajar karena merupakan partai yang mencoba untuk memperkenalkan dirinya, dan bisanya berkaitan dengan hal ini dilakukan dengan teknik penyajian wawancara terhadap pimpinan atau salah satu penaihat atau Pembina partai yang bersangkutan. Dari segi pendidikan politik, informasi yang seperti ini tentu sangat wajar untuk memberikan pengenalan kepada khalayak pembaca.

Unsur Berita Capres perseorangan di Lampu Hijau

Beri ta mengenai Calon Presiden Perseorangan yang dimuat dalam Lampu Hijau adalah Berita Capres Rizal Ramli, dan Deddy Mizwar. Berita tentang Deddy Miswar hanya sekali dimuat, kurang mendapat perhatian dari Lampu Hijau. Sedangkan berkaitan dengan Rizal Ramli terdapat lima berita yang dimuat menguraikan berbagai aspek tentang diri dan pendapatnya berhubungan dengan beberapa peristiwa, dengan judul: Rizal Ramli Bikin Koalisi Besar Mau Nandingi SBY; Rizal Ramly:”Saya Didzolimi SBY”; Rizal Ramly Jadi Tersangka Kasus Demo Rusuh BBM. Pencalonan Capresnya Dijegal SBY?; Rizal Ramli Ngerayu PPP dan PKS Cuma Senyum-senyum Doang; Rizal Ramli Ngarep Didukung PDS.

Unsur berita calon legislatif di Lampu HijauDalam menyajikan berita berita calon

legislatif unsur-unsurya lengkap ditulis oleh surat kabar Lampu Hijau mulai dari: nama calon, asal partai, daerah pemilihan, nomer urut calon dan janji-janji calon jika ia terpilih dalam pemilu. Dengan demikian sebagai materi informasi dan pendidikan maka berita calon legislatif dapat memberikan pendidikan politik bagi pembacanya apabila ingin terjun ke dunia politik, terutama jika ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif pada pemilihan umum tahun 2014.

Jumlah isu yang ditonjolkan Lampu Hijau

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 13Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

Isu politik berkembang setiap hari sesuai dengan tahapan pemilu yang sedang berjalan. Lampu Hijau mengelompokkan sumber berita pemilu berdasakan komunikatornya.

Penonjolan topik berita tentang pemlu di harian Lampu Hijau paling banyak adalah mengenai aturan dan tata tertib pemilu (20,37%), kemudian mengenai Konflik atau persaingan antar partai/caleg (13,89%. Pada urutan ketiga yang ditonjolkan adalah Kebijakan internal partai (12,96%), dan keempat adalah persoalan Birokrat pada Pemilu (10,18%). Berkaitan dengan urutan pertama tersebut aturan dan tata tertib pemilu dan urutan keempat persoalan Birokrat pada pemilu menunjukkan bahwa persoalan ini terkait dengan unsur memberikan pendidikan dalam pemilu. Mengenai berita yang menonjolkan aspek lain-lain sebesar 3,70% (empat berita) di antaranya berita berisi ajakan golput oleh Gendeng Pamungkas; dan di dekat SBY berkampanye ditemui orang mati.

Nama Partai politik yang disajikan Lampu Hijau

Partai politik yang ikut pemilu 2009 jumlahnya sebanyak 44 partai, namun tidak semua partai politik mempunyai peluang yang sama dimuat dalam surat kabar Lampu Hijau. Partai politik yang sering disajikan biasanya partai besar yang pernah ikut di pemilu 2004 seperti Partai Golkar, PDIP, PPP, PKS, PKB, PBR, PAN, PD, sedang partai baru yang sering disajikan adalah partai Hanura, Partai Gerindra, Partai Indonesia Sejahtera (PIS).

Penyajian Iklan Pemilu di Lampu HijauIklan adalah karya nonjurnalistik di media

massa. Iklan biasanya dijadikan alat untuk dapat membujuk khalayak agar mendukung suatu gagasan atau produk. Dikaitkan dengan pemillihan umum, iklan sering dipakai sebagai alat kampanye bagi partai politik, calon presiden atau calon anggota legislatif.

Dalam penelitian terdapat 158 iklan. Umumnya iklan tersebut sebanyak 156 (98,73%) full color karena dari jumlah tersebut hanya dua iklan yang hitam putih. Penempatan iklan, dari

jumlah tersebut sebesar 149 (94,30%) di halaman 12 (rubric Ngompol), sembilan iklan (5,70%) di halaman lain.

Frekuensi pemasangan iklan semakin meningkat sesuai dengan waktu penyelenggara-an pemilu calon anggota legislatif. Terbesar pemasangan iklan adalah bulan Maret (36,71%). Bulan April tanggal 9, Pemilu diadakan.

Mengenai komunikator atau pemasang iklan tersebut didominasi oleh caleg DPR, kemudian DPRD, selanjutnya caleg DPD. Ada juga yang tidak jelas sebagai caleg DPR atau DPRD. Sementara satu iklan komunikatornya adalah KPU.

Iklan politik sebesar 9,37% dipasang oleh calon anggota legeslatif. Dari jumlah tersebut empat di antaranya (2,53%) meskipun dipasang oleh caleg tetapi tidak jelas apakah sebagai caleg DPR atau DPRD. Keempat iklan tersebut sama, ilustrasi dan kata-katanya (teksnya), mungkin sudah dikontrak frekuensi pemuatannya.

Gambaran lengkapnya kejelasan isi iklan yang tidak jelas tersebut sebagai berikut: • Komunikator iklan: Caleg dari PBR, Any

Aryani SH,LLM • Wakil Sekretaris Jenderal DPPPBR • Daerah Pemilihan DKI Jakarta 1 (Jakarta

Timur) • Visi/Misi (ada) : Berpolitik untuk ibadah dan

Amal Shaleh• Pesannya (ada):”Pilihlah Wakil Anda yang

dapat dipercaya”• Nomor Urut 2 (yang dicontreng) Amy Aryani

SH,LLM• Lengkap dengan foto yang bersangkutan.

Sebuah iklan yang dipasang bukan untuk kepentingan caleg komunikatornya adalah KPU propinsi Banten. Meskipun iklan tersebut berukuran 1 klm 10 cm diletakkan di pojok kiri bawah halaman 12, namun berusaha untuk memberikan arahan bagi pembaca. Bunyi lengkapnya sebagai berikut: Ingat!!! 9 April 2009 Pemilu 2009 Tandai Pilihanmu Datanglah ke TPSmu KPU Propinsi Banten

Topik yang ditonjolkan oleh Lampu HijauBerkaitan dengan penonjolan topik dalam

14 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

berita politik tentang pemilu yang dimuat Koran Lampu Hijau dapat dilihat topik yang ditojolkan oleh Lampu Hijau dalam berita-berita pemilu 2009 menyangkut berbagai persoalan. Berkaitan dengan partai baru mencoba untuk mengungkapkan tujuan dan misinya, program dan ketidakpuasanna terhadap keadaan yang ada. Ada persolan yang berkait dengan konflik antarpartai. Dari KPU dan Pemerintah mencoba mengungkapkan topik tentang aturan dan penyelenggaran pemilu yang tertib serta sanksi terhadap pelanggaran. Sementara dari masyarakat dan Panwaslu mencoba untuk melaksanakan fungsinya supaya dapat mencermati pelanksanaan pemilu dengan baik.

Pembahasan1. Hasil penelitian terhadap surat kabar Pos

Kota menunjukkan, dalam menyajikan pesan pemilu 2009, Pos Kota mengguna-kan hampir semua produk jurnalistik, yaitu berita, tajuk rencana, pojok, kolom, karikatur dan kartun. Penyajian pesan pemilu 2009 melalui jenis feature dan artikel tidak ditemukan selama penelitian, hal ini dimungkinkan karena terbatasnya tenaga untuk produksi feature dan artikel tentang pemilu. Dengan berbagai variasi penyajian pesan pemilu ini, menunjukkan Pos Kota cukup tinggi perhatiannya terhadap pemilu 2009. Pesan-pesan pemilu 2009 dikemas melalui berita, tajuk rencana, pojok, karikatur, kartun dan kolom sehingga dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang partai politik dalam sepak terjangnya dalam mencapai tujuannya untuk memenangkan pemilu sehingga calon legislatifnya dapat kursi untuk duduk di DPR pusat, DPRD Propinsi, d a n D P D .

2. Berita pemilu yang disajikan dalam surat kabar Pos Kota ditempatkan pada rubrik khusus di halaman 4 dan 5, jika berita itu nilainya tinggi ditempatkan pada halaman pertama dan bersambung ke halaman 11. Jika dilihat dari frekuensi dan volume berita pemilu di Pos Kota, ternyata porsi berita pemilu cukup besar, rata-rata tiap hari ada

4 sampai 5 berita, kecuali hari Minggu tidak ada berita pemilu, sedang dilihat dari segi unsur berita 5w+1H, semuanya lengkap. Khusus berita partai politik unsur yang terdiri dari nama partai politik, ketua umum partai, nama calon presiden, program kerja partai dan janji capres lengkap disajikan, tetapi untuk nomer urut partai dan visi serta misi partai tidak disajikan, hal ini diduga, karena nilai beritanya rendah dibanding unsur-unsur yang lain. Dilihat dari segi intensitas pesan pemilu paling banyak bentuknya informasi dan pendidikan lebih dari 88 %, sedang pembujukan agar menggunakan hak pilih dan memberi tahu pemilu tinggal sekian hari lagi menggunakan hitungan mundur besarnya hanya 40 %.

3. Dengan penyajian berita seperti itu dapat dikatakan surat kabar Pos Kota telah melaksanakan fungsi pers sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang No 40 tahun 1999 tentang pers, yaitu melaksana-kan fungsi pendidikan terutama pendidikan politik disamping fungsi informasi, bahkan juga melakukan pembujukan agar mereka yang punya hak pilih menggunakan haknya pada pemilu legislatif tanggal 9 April 2009.

4. Partai politik dan tokoh utamanya atau ketua umum partai politik yang disajikan dalam surat kabar Pos Kota tidak semua partai peserta pemilu 2009 yang berjumlah 44 partai. Hanya partai-partai besar saja yang dimuat dalam penyajian pesan-pesan pemilu 2009 antara lain; PD (97,14%), Golkar (91,43%), PDIP (57,14%),Gerindra (45,71%), Hanura (34,28%), PKS (28,57%), PAN (22,86%). Sedang partai politik yang lain disajikan oleh Pos Kota dalam presentase yang lebih kecil di bawah 20%. Penyajian terhadap partai politik yang sudah banyak diketahui masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi baru dari partai politik yang diperkirakan akan mengusung calon legislatif pada pemilu 9 April 2009 dan calon presiden pada pemilihan bulan Juli 2009.

5. Dari segi pembelajaran politik terutama bagi

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 15Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

generasi muda, Pos Kota telah menyajikan berita tentang hal-hal yang baru mengenai kebijakan partai-partai politik besar dalam memasang calon-calon legislatif tahun 2009, dan rencara calon presiden serta calon wakil presiden tahun 2009.

6. Surat kabar Warta Kota punya kebijakan redaksi sendiri, penyajian pesan pemilu yang utama dalam bentuk berita sebesar (88.67%), sedang bentuk lain hanya foto berita (2, 87%), surat pembaca (5.71%), dan iklan caleg (20.00%). Berita pemilu 2009 di sajikan rata-rata tiap hari antara 3-4 berita, kecuali hari minggu tidak ada berita pemilu, dan berita pemilu ditempatkan pada halamam 4 jika jumlah berita hanya empat, tetapi jika lebih dari empat berita menggunakan halaman 4 dan 5. Berita pemilu yang disajikan di Wara Kota, jika dilihat dari unsur berita 5W+1 H, ternyata semuanya memenuhi unsur tersebut. Dengan kata lain berita pemilu yang disajikan pada rubrik khusus pemilu di Warta Kota telah memenuhi semua unsur berita, sehingga pembaca dapat menerima informasi yang lengkap dan dari isi berita itu mereka dapat belajar banyak tentang politik baik dari para ketua umum partai politik, KPU, pemerintah dan pakar/pengamat politik.

7. Harian Umum Non Stop dan Lampu Hijau dalam menyajikan pesan pemilu 2009 hanya menggunakan berita pemilu dan iklan partai politik. Berita pemilu di harian Non stop sebanyak 318 buah, sedang iklan politik sebanyak 518 buah. Dengan berita pemilu Harian Non Stop memberikan kepada pembacanya informasi dan pengetahuan tentang kegiatan partai politik menjelang pemilian calon legislatif dan calon presiden 2009. Penyajian berita pemilu itu dapat menjadi sarana pendidikan politik bagi pembacanya.

8. Komunikator yang terdapat pada berita pemilu 2009 antara lain adalah; Ketua umum atau tokoh penting dari partai politik, pejabat/aparat pemerintah, pejabat KPU, calon presiden perorangan, calon legislative

dari partai politik, pengamat/ pakar politik dan anggota mayarakat. Komunikator menyampaikan pernyataan dan pendapat-nya tentang suatu persolan dibidangnya masing-masing. Ketua umum partai menyampaikan program partai ke depan yang berkaitan dengan kepentingan rakyat banyak dan memberikan janji-janji yang menarik bagi rakyat. Pejabat pemerintan/aparat pemerintah menyampaikan persoal-an yang berkaitan dengan kebijakan pelaksanaan pemilu. Pejabat KPU menyampaikan persoalan dan kebijakan yang berkaitan dengan akomodasi dan logistic pemilu. Para pengamat/pakar menyampaikan kritik dan pendapatnya mengenai masalah-masalah yang timbul baik dari partai politik, dari pemerintah dan dari KPU. Calon legislatif menyampaikan program kerja dan janji politik jika terpilih sebagai wakil rakyat dengan membujuk agar dirinya dipilih pada tanggal 9 April 2009. Sedang anggota masyarakat menyampaikan harapan dan aspirasinya agar diperhatikan oleh calon legislative dan calon presiden pada pemilu tahun 2009. Komunikator dalam menyampaikan motifnya memberikan pembelajaran politik bagi para pembaca mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pemilu sesuai dengan bidangnya masing-masing.

9. Intensitas penyajian pesan pemilu di surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau adalah memberikan informasi, memberikan pendidikan dan pembujukan. Informasi dan pendidikan disampaikan dalam bentuk berita oleh ke empat suratkabar yaitu Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau yang jumlahnya setiap hari lebih dari empat berita pemilu 2009. Pembujukan disamping ada pada berita dan pesan khusus berbentuk banner juga disajikan dalam bentuk iklan politik. Iklan politik ini hanya ada di surat kabar Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau. Iklan politik yang dijual bukan produk barang konsumtif tetapi produk jasa oleh suatu partai melaui calon legislative yang jika

16 Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

terpilih akan lebih banyak memperjuangkan kepentingan rakyat yang memilihnya.

10. Harian Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau menyajikan iklan partai politik yang berisi calon legislative dari partai politik tertentu. Iklan sebagai salah satu bentuk kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk atau jasa, diperkirakan dapat memberikan pengaruh bagi upaya pembentukan atau perbaikan citra sebuah partai politik atau kegiatan politik calon legislative atau calon presiden menjelang dilaksanakan pemilu 2009. Partai yang banyak memasang iklan di harian Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau antara lain; PAN, PPP, PD, Golkar, PDIP, PKS sebagai partai yang besar pemilihnya pada pemilu 2004 dan partai baru 2009 yaitu Hanura dan Gerindra yang juga banyak pasang iklan. Partai-partai tersebut banyak memasang iklan karena dari segi pendanaan cukup kuat, sehingga untuk beriklan tidak mengalami kesulitan walaupun muncul tiap hari.

Kesimpulan1. Pemilu tahun 2009 dilaksanakan untuk

memilih calon anggota legislatif serta pemilihan capres dan cawapres. Menjelang pemilihan calon anggota legislatif yang masa kampanyenya panjang sekitar delapan bulan dari bulan September 2008 sampai Maret 2009 banyak komentar para pakar komunikasi dan politik mengenai pendidikan politik yang masih kurang, sehubungan dengan tatacara pemilu yang semula dilakukan dengan mencoblos tanda gambar kemudian berubah menjadi mencontreng tanda gambar, terutama yang dilaksanakan oleh kalangan KPU terhadap pemilih pemula yang baru pertama kali ikut pemilu karena memasuki usia 17 -21 tahun, baik yang masih duduk di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) maupun yang duduk di perguruan tinggi, dan yang tidak melanjutkan studi alias masuk ke lapangan kerja. Kurangnya pendidikan politik oleh pemerintah terutama dari KPU kepada masyarakat, dapat diatasi oleh media

massa, sesuai dengan teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura, bahwa media massa mempunai fungsi salah satunya adalah melakukan pendidikan, termasuk pen-didikan politik kepada khalayaknya.

2. Media massa dimaksud dalam penelitian ini dibatasi hanya yang terbit di Jakarta yang konsumennya kalangan menengah ke bawah, yaitu surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau.

3. Hasil penelitian terhadap surat kabar: Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau, selama lima bulan dari November 2008-Maret 2009 menunjukkan ke empat surat kabar tersebut mempunyai rubrik khusus untuk penyajian berita-berita pemilu dengan sebutan masing-masing sebagai berikut: • Surat kabar Pos Kota menyebut:

Kampanye Pemilu 2009 di halaman 6 dan 7.

• Surat kabar Warta Kota menyebut: Rakyat Memilih 2009 di halaman 4-5.

• Surat kabar Lampu Hijau semula menyebut: Geliat Politik kemudian berubah menjadi Ngompol (Ngomongin Politik) di halaman 12.

• Surat kabar Non Stop menyebut: Menuju Kebon Sirih di halaman 10 dan Menuju Ke Senayan-Istana di halaman 11.

• Dalam rubrik masing-masing surat kabar tersebut terdapat berita-berita pemilu yang jumlahnya antara 4-5 berita di tiap halaman. Jika penyajiannya dua halaman, jumlah berita bisa dua kali lipat per hari kerja. Khusus untuk hari minggu surat kabar Pos Kota dan Warta Kota tidak menyajikan berita politik, sedang surat kabar Non Stop dan Lampu Hijau menyajikan berita politik pada hari Minggu. Hal ini menunjukkan perhatian keempat surat kabar tersebut terhadap pemilu 2009 cukup besar, karena selain menempatkan pada rubrik khusus, keempat surat kabar itu juga menyajikan berita politik yang tidak sedikit jumlahnya.

Penyajian Pendidikan Politik di Surat Kabar 17Januari 2010 JURNAL ISIP Guntoro, Moeryanto G., Purwanto A.

4. Dilihat dari unsur berita 5W+1 H, ternyata surat kabar yang diteliti semuanya menunjukkan berita pemilu yang disajikan oleh empat surat kabar lengkap unsurnya. Dengan unsur berita yang lengkap maka bobot informasi menjadi tinggi dan dari segi pendidikan maka berita politik yang unsurnya lengkap memberikan nilai pendidikan yang baik bagi pembacanya karena bisa belajar banyak dari isi berita tersebut. Dengan kata lain surat kabar Pos Kota, Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau, telah manyajikan berita pemilu 2009 dengan unsur berita yang lengkap sehingga dapat memberikan pembelajaran politik bagi pembacanya, terutama pembaca yang berusia antara 17-21 tahun.

5. Surat kabar Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau tidak hanya menyajikan berita pemilu 2009, tetapi juga menyajikan iklan partai politik yang memasarkan para calon legislatif yang jumlahnya sangat besar selama penelitian. Iklan partai politik di Warta Kota 109 buah, Non Stop 518 buah dan Lampu Hijau 158 buah. Di samping jumlah iklan yang besar itu, juga isi iklan adalah membujuk agar orang yang membaca iklan itu memilih partai atau person yang ada di dalam iklan pada pemilu tanggal 9 April 2009. Iklan yang disajikan adalah berwarna sehingga mempunyai daya tarik tersendiri sehingga pengaruhnya besar pada orang yang melihat iklan tersebut.

6. Iklan yang gencar disajikan oleh media cetak dengan intensitas yang teratur tiap hari terutama oleh partai-partai besar dan kuat finansialnya akan meningkatkan citra positif bagi masyarakat dan diperkirakan akan banyak dipilih oleh para pemilih yang menpunyai hak suara pada pemilihan umum legislatif tanggal 9 April 2009.

7. Secara umum dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban masalah pokok penelitian,

keempat surat kabar yang diteliti secara khusus tidak menyajikan isi yang ditujukan untuk memberi pendidikan politik kepada pemilih pemula pada pemilu 2009. Isi pesan pemilu baik yang dikemas melalui produk jurnalistik terutama berita politik, tajuk rencana, pojok, karikatur, kartun, kolom dan sms, semuanya ditujukan kepada khalayak pembaca secara umum. Demikian pula iklan-iklan partai politik juga ditujukan kepada khalayak pembaca secara umum.

Saran-saran1. Untuk Pos Kota penyajian pesan-pesan

pemilu bisa ditambah bentuk feature berita dan artikel. Di samping itu iklan partai politik boleh juga ada di Pos Kota walaupun jumlah iklan komersial di harian ini sudah sangat banyak.

2. Harian Warta Kota, Non Stop dan Lampu Hijau dalam menyajikan pesan-pesan pemilu tidak hanya menggunakan berita saja tetapi ditambah dengan bentuk produk jurnalisik yang lain seperti tajuk rencana, pojok, karikatur, kartun, feature berita, kolom dan artikel.

Daftar PustakaMc Quails, Denis. (2002). Mc Quails Reader

in Mass Communication Theory, Sage Publication. London.

Nimmo, Dan,. (2005). Komunikasi Politik, Komunikan dan efek, PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

--------. (2005). Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media, PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sumadiria, AS Haris,. (2005). Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Sibiosis Rekatama Media. Bandung.

Vivian,John,. (2008). Teori Komunikasi Massa, Kencana Penada Media Group. Jakarta.