PENTINGNYA KEBERADAAN PRAMUWISATA BERBAHASA …
Transcript of PENTINGNYA KEBERADAAN PRAMUWISATA BERBAHASA …
1
PENTINGNYA KEBERADAAN PRAMUWISATA BERBAHASA CHINA DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PELAYANAN PRAMUWISATA DI MUSEUM RADYAPUSTAKA SURAKARTA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Sebagai Persyaratan Mencapai
Derajad Ahli Madya pada Diploma III Bahasa China FSSR Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : Neni Anggraini Jatmiko Putri
C.9607033
PROGRAM DIPLOMA III BAHASA CHINA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pemerintah Indonesia banyak merencanakan program – program yang
berkaitan dengan pengenalan budaya dan peningkatan pariwisata Indonesia kepada dunia
Internasional. Salah satu bentuk nyata usaha pemerintah dalam bidang pariwisata
adalahdengan mengembangkan daerah – daerah pariwisata semaksimal mungkin dan
mencanangkan program visit Indonesia pada tahun 2008 hingga sekarang. Salah satu
faktor yang harus diperhatikan untuk mewujudkan pariwisata yang baik dan berkualitas
adalah atraksi wisata. Atraksi wisata mencakup sumber daya manusia dan sumber daya
alam. Sumber daya alam sudah terlihat jelas potensinya yaitu berupa obyek – obyek
wisata yang sekarang ini banyak mengalami perbaikan – perbaikan sehingga terlihat
menarik, sedangkan sumber daya manusia dirasa masih banyak kekurangannya, karena
meskipun tempat – tempat wisata itu sudah terlihat menarik, pemasarannya dirasa masih
kurang maksimal sehingga jarang wisatawan yang mengetahui tempat – tempat wisata
tersebut.
Mengingat pentingnya pemasaran dalam meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan lokal maupun internasional, maka keberadaan pramuwisata menjadi syarat
utama untuk menghubungkan antara wisatawan dengan obyek wisata yang sudah dikelola,
karena pramuwisata dapat membantu wisatawan untuk mendapatkan informasi mengenai
obyek wisata yang akan dituju. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan pramuwisata
3
dalam bidang bahasa merupakan salah satu faktor penting, karena bahasa itu sendiri
merupakan sarana keluar masuk informasi di segala bidang.
Sementara itu, penggunaan bahasa asing seperti Bahasa China di Indonesia masih
sangat jarang, khususnya di obyek – obyek wisata yang terdapat di Surakarta. Hal ini
dapat dilihat ketika penulis mengadakan Praktek Kerja Lapangan di Museum
Radyapustaka Surakarta dan ingin mengaplikasikan Bahasa China dalam proses
pemanduan yang di museum tersebut banyak sekali terdapat peninggalan – peninggalan
bersejarah yang berhubungan dengan kebudayaan China.
Berdasarkan fungsi dan peran penting Bahasa China seperti disebutkan di atas,
maka penulis mengambil judul “ PENTINGNYA KEBERADAAN PRAMUWISATA
BERBAHASA CHINA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN
PARIWISATA DI MUSEUM RADYAPUSTAKA SURAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mencoba merumuskan permasalahan
diantaranya :
1. Apakah keberadaan pramuwisata berbahasa China penting keberadaannya dalam
meningkatkan pelayanan pariwisata di Museum Radyapustaka Surakarta.
2. Kendala – kendala apa saja yang dihadapi bagi pramuwisata berbahasa China dalam
melayani wisatawan China di Museum Radyapustaka Surakarta.
4
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pentingnya bahasa China bagi pramuwisata dalam memandu
penerjemahan bahasa China untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Museum
Radyapustaka Surakarta.
2. Untuk mengetahui kendala – kendala yang ditemukan selama melayani wisatawan di
Museum Radyapustaka Surakarta.
D. Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun
praktis kepada penulis dan para pembaca pada umumnya.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna memberikan sumbangan pemikiran
bagi pihak Museum Radyapustaka agar mempersiapkan seorang pemandu wisata
yang berbahasa China, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah
pengunjung di Museum Radyapustaka Surakarta.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap tugas akhir ini bisa menjadi bahan evaluasi dan referensi bagi
museum terutama bagi para pemandu wisata dalam meningkatkan kualitas pelayanan
museum, serta menambah wawasan para pembaca dan pihak lain dalam bidang
pariwisata.
5
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah pengamatan secara langsung, yaitu obyek wisata
Museum Radyapustaka Surakarta.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada responden dan jawaban dari responden dicatat. Jenis
wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas. Adapun narasumber yang
diwawancarai sebagai berikut :
a. Staf Bidang Museum
b. Penjaga Museum
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bersumber dari catatan atau
dokumen – dokumen instansi atau lembaga terkait. Data – data dokumen tersebut
diperoleh dari Museum Radyapustaka Surakarta.
4. Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan proses perolehan data dengan cara mengkaji dan mengutip
buku – buku yang berkaitan langsung dengan sektor pariwisata, serta dengan cara
browsing di internet untuk melengkapi data.\\
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata
Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
bepergiannya adalah berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar
ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar.
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu
sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya
karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan
kenikmatan dan memenuhi rasa ingin tahu akan sesuatu. Dapat juga karena kepentingan
yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan
keperluan usaha yang lainnya. (Gamal Suwantoro, 2004) .
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik
secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain.
Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan jasa dan faktor penunjang lainnya
yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan
wisatawan. Kemudahan dalam batasan pariwisata maksudnya antara lain berupa fasilitas
yang memperlancar arus kunjungan wisatawan. Misalnya dengan memberikan bebas visa,
7
prosedur pelayanan yang cepat di pintu – pintu masuk dan pintu keluar, tersedianya
transportasi dan akomodasi yang cukup. Faktor penunjangnya adalah prasarana dan
utilitas umum, seperti jalan raya, penyediaan air minum, listrik, tempat penukaran uang,
pos dan telekomunikasi dan sebagainya (Hari Karyono, 1997).
Menurut Prof. Salah Wahab, suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar
yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang – orang dalam suatu negara
itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang – orang dari daerah lain (daerah
tertentu, suatu negara, atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang
beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya di mana ia memperoleh
pekerjaan tetap.
Bagi suatu negara yang menganggap pariwisata sebagai suatu industri yang
menghasilkan produk yang dikonsumsi di tempat tujuan, maka ini dapat dianggap sebagai
suatu ekspor yang tidak kentara (invisible exports). Dan manfaat yang diperoleh dapat
berpengaruh positif dalam perekonomian, kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat
(Oka, 1996).
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha
(business) atau mencari nafkah d tempat yang dikunjungi, tetapai semata – mata untuk
menikmati perjalanan tersebut guna berekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka
ragam. (Oka, 1996).
Menurut Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya
8
tarik wisata. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan;
(2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau
sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di bidang
tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi :
1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata.
3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.
B. Wisatawan
Menurut IUTO (International Union of Official Travel Organizations), istilah
wisatawan pada prinsipnya harus diartikan sebagai orang – orang yang sedang
mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di
dalam suatu negara yang bukan merupakan negara di mana biasanya ia tinggal. Mereka
ini meliputi :
(1) Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang – senang, untuk
keperluan pribadi, kesehatan, dan sebagainya.
(2) Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud menghadiri
pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di dalam hubungan sebagai utusan
berbagai badan atau organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, olahraga,
keagamaan, dan sebagainya).
(3) Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis.
9
(4) Pejabat pemerintah dan orang – orang militer beserta keluarganya yang diposkan di
suatu negara lain hendaknya jangan dimasukkan dalam kategori ini, tetapi apabila
mereka mengadakan perjalanan ke negara lain, maka hal itu dapat digolongkan
sebagai wisatawan (Oka, 1996).
Menurut WTO (World Tourism Organization), wisatawan adalah seorang
pengunjung untuk sekurang – kurangnya satu malam tetapi tidak lebih dari satu tahun dan
yang dimaksud utama kunjungannya adalah tidak lain dari melaksanakan suatu kegiatan
yang mendatangkan penghasilan dari negeri yang dikunjungi (Gamal, 2004).
Jenis dan macam wisatawan berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana
perjalanan dilakukan. Wisatawan dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1. Foreign Tourist.
Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara
lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing
disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.
2. Domestic Foreign Tourist.
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf
kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda,
tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).
3. Domestic Tourist.
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas
wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya, warga
10
negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau Danau Toba. Wisatawan ini
disebut juga wisatawan dalam negeri atau wisatawan nusantara (wisnus).
4. Indigenous Foreign Tourist.
Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di
luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah
negaranya sendiri.
5. Transit tourist.
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu yang terpaksa
mampir atau singgah pada suatu pelabuhan, bandara, dan stasiun bukan atas
kemauannya sendiri.
6. Business Tourist.
Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata, tetapi perjalanan
wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi, perjalanan
wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai
dilakukan (Gamal, 2004).
C. Museum
1. Pengertian
Menurut berbagai sumber, museum memiliki arti sebagai berikut :
a. Museum berasal dari kata “mousa” yang mempunyai arti pengetahuan ruang
atas tempat menyimpan benda – benda seni dan pengetahuan (American
Corporation of Architects 1968).
11
b. Berdasarkan definisi yang diberikan (International Council of Museum),
museum adalah institusi permanent untuk melayani kebutuhan publik dengan
sifat terbuka dan usahanya adalah melakukan pengoleksian, mengkonservasi,
meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada
masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan dan kesenangan.
c. Museum merupakan lembaga tetap yang tidak mencari keuntungan, yang
bertugas menghimpun, merawat, dan menyajikan benda – benda sebagai
pembuktian alam, manusia, kebudayaan untuk kepentingan studi dan rekreasi,
ICOM (International Council of Museum).
d. Museum merupakan bagian atau gedung yang digunakan untuk menyimpan,
merawat benda – benda yang mempunyai nilai – nilai tertentu seperti nilai
budaya, sejarah, dan sebagainya (KBI kontemporer, 604).
2. Tugas, Fungsi dan Peranan Museum
Beberapa tugas dan fungsi museum antara lain :
a. Mengumpulkan benda – benda untuk koleksi, merawat, dan mengawetkan.
b. Membantu metodik dan didoktik sekolahan dengan cara berkaidah setiap
kunjungan ke museum.
c. Memamerkan benda – benda koleksi dan memasyarakatkan.
d. Sarana untuk memamerkan, menyelidiki, dan menerangkan benda – benda
koleksi kepada pengunjung.
e. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan hasil budaya.
f. Sebagai dokumentasi dan penelitian ilmiah.
12
g. Pusat penyaluran ilmu untuk umum.
h. Pusat peningkatan apresiasi budaya.
i. Media pembinaan sejarah alam, ilmu pengetahuan, dan budaya.
3. Syarat – syarat Museum
Sebagai sebuah ruangan untuk pameran karya seni dan ilmu pengetahuan, museum
memiliki berbagai syarat ruang yaitu :
a. Mendapatkan cahaya terang merupakan bagian dari pameran yang baik.
b. Terlindung dari gangguan, pencurian, kelembapan, kering dan debu.
4. Perancangan Museum dan Area Pamer
Terutama di ruang pamer harus terdapat sirkulasi yang baik dan harus didesain
dengan fleksibelitas yang tinggi. Hal – hal yang mempengaruhi sirkulasi antara lain
adalah orientasi pengunjung dan penyediaan fasilitas tambahan seperti kursi pada
area transisional, karena penting untuk memberi pengunjung waktu untuk menikmati
objek tanpa berdiri terlalu lama.
Untuk mendesain ruangan pamer diperlukan hal – hal berikut :
a. Variasi pintu atau akses masuk dapat membantu mengarahkan pengunjung dan
meletakkan di jalur – jalur yang sering didatangi pengunjung.
b. Menghindari kesan monoton dengan cara variasi dimensi, warna dan material
elemen interior pencahayaan.
c. Pintu bias ditempatkan pada sudut yang paling jauh dengan demikian ruangan
lebih terasa efektif.
13
d. Pengaturan view penting apalagi di area – area yang sering didatangi
pengunjung.
e. Penempatan karya atau objek yang menarik perhatian perlu untuk memberi
nilai lebih pada ruang itu sendiri dan menarik perhatian pengunjung (time saver
standarts for building types, 370 - 371).
D. Pengertian Pramuwisata
Dalam kehidupan sehari – hari masyarakat lebih mengenal istilah guide daripada
pemandu wisata maupun pramuwisata. Guide selalu dikaitkan dengan “orang bule, turis”
(wisatawan). Setiap orang yang menemani wisatawan makan di restoran, mengantar
wisatawan mengunjungi objek wisata, menonton pertunjukan, belanja di souvenir shop,
dan lain – lain selalu dikonotasikan sebagai guide. Untuk itulah, pertama – tama perlu
kita pahami apa dan siapa sebenarnya pramuwisata itu. Pramuwisata (guide) pada
hakekatnya adalah seseorang yang menemani, memberikan informasi dan bimbingan
serta saran kepada wisatawan dalam melakukan aktivitas wisatanya. Aktivitas tersebut
antara lain mengunjungi objek dan atraksi wisata, berbelanja, makan di restoran, dan
aktivitas wisata lainnya dan untuk itu ia mendapatkan imbalan tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pramuwisata adalah petugas
pariwisata yang berkewajiban memberi petunjuk dan informasi yang diperlukan
wisatawan. Pramuwisata disebut juga pemandu wisata atau Guide dalam Bahasa Inggris.
Menurut Peraturan Menparpostel Republik Indonesia pramuwisata adalah seseorang yang
bertugas memberikan bimbingan, penjelasan dan petunjuk tentang objek wisata serta
14
membantu keperluan wisatawan lainnya. Menurut M.A. Desky, pengertian pramuwisata
atau guide berdasarkan posisinya ada tiga macam yaitu :
a. Pramuwisata lepas adalah seorang pramuwisata lepas yang sama sekali tidak
mempunyai ikatan dengan instansi yang bergerak di bidang pariwisata. Dia bekerja
ketika tenaganya dibutuhkan, dan dia dibayar berdasarkan jumlah jam kerja.
b. Pramuwisata Semi Staf adalah seorang pramuwisata yang hanya bekerja pada satu
instansi saja. Oleh karena itu dia harus bekerja sesuai tugas yang diberikan, tetapi dia
tidak memperoleh gaji bulanan melainkan gaji sesuai jam kerja.
c. Pramuwisata Staf yaitu pramuwisata yang bekerja secara resmi pada instansi tertentu.
Dia memperoleh gaji bulanan sebagaimana karyawan lain. Selama tidak ada tugas
pemanduan, dia harus ikut membantu pekerjaan lain yang ada di instansi tersebut
(M.A. Desky, 1998).
Pramuwisata adalah profesi di bidang pariwisata. Di Indonesia, secara nasional
telah dibentuk organisasi yang mewadahi profesi ini, yaitu Himpunan Pramuwisata
Indonesia atau HPI. Organisasi ini telah memiliki jaringan ke seluruh provinsi di
Indonesia. Di beberapa daerah juga terbentuk sejumlah organisasi serupa yang bersifat
lokal. Secara umum, seseorang yang hendak menjadi pramuwisata di Indonesia di
isyaratkan untuk memiliki license yang diterbitkan oleh HPI. Ketentuan ini terutama bagi
pramuwisata yang melayani wisatawan asing agar kualitas pribadi pramuwisata selalu
mencerminkan ke Indonesiaan serta menjaga validitas berbagai informasi yang
disampaikan kepada wisatawan. Termasuk juga kinerja pramuwisata dalam kaitannya
dengan “pihak pemakai” yaitu biro perjalanan wisata yang membawa wisatawan.
15
Oleh karena itu untuk menjadi pramuwisata yang baik, seorang pramuwisata harus
mempunyai keahlian – keahlian antara lain :
a. Mempunyai nilai komersil yang bisa dipromosikan, serta mempunyai sikap dan
kepribadian yang menarik.
b. Mampu memberikan informasi secara tepat.
c. Menguasai lebih dari satu bahasa asing.
d. Mengetahui ilmu P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
e. Mampu bekerja secara sistematis, rapi, teratur, dan mampu berorganisasi
(M.Kesrul, 2004).
E. Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu Communicatio yang berarti
“sama makna”. Suatu komunikasi dapat terjadi bila antara orang – orang yang
berhubungan memiliki kesamaan makna pengenal permasalahan yang disampaikan.
Menurut Wilbur Schrahman, komunikasi berarti menyatakan gagasan untuk memperoleh
kesamaan dengan pihak lain mengenai objek tertentu (Euis, 2004 : 13). William C.
Himstreet mengatakan komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antara
individu – individu melalui suatu sistem biasa baik dengan simbol – simbol, sinyal –
sinyal maupun perilaku (Euis, 2004 : 13). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih, sehingga yang dimaksud dapat dipahami (Euis, 2004 : 13).
16
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan komunikasi dapat terjadi bila
ada orang yang menyampaikan pesan atau komunikator dan yang menerima pesan atau
komunikan.
Komunikasi memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari – hari. Melalui
komunikasi, seseorang atau lembaga dapat saling mengadakan interaksi satu dengan
lainnya. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai “membuat orang lain menjadi tahu”.
Maka dengan komunikasi orang yang semula tidak tahu menjadi tahu. Apabila
komunikasi yang kita lakukan berhasil, maka dapat mendorong konsumen untuk
melakukan pembelian barang atau jasa. Adapun manfaat komunikasi antara lain,
menumbuhkan keinginan yang baru, mempercepat omset penjualan, dan mempercepat
proses pembelian. Akan tetapi tidak semua komunikasi berjalan dengan baik.
Komunikasi juga memiliki berbagai hambatan. Salah satunya adalah mengenai penafsiran
pesan, kesalahan menafsirkan pesan dapat terjadi karena latar belakang, perbedaan
bahasa, dan pernyataan emosi.
Dalam dunia pariwisata komunikasi memegang peranan penting. Penguasaan
bahasa menjadi salah satu kunci utama dalam keberhasilan usaha tersebut, karena dengan
menguasai berbagai bahasa, akan meningkatkan omset penjualan pariwisata tersebut.
Masalah yang sering dihadapi dalam bidang pariwisata adalah bahasa akan tetapi ditinjau
dari aspek ekonomi penguasaan bahasa merupakan kunci utama dalam usaha
keberhasilan tersebut. Maka dalam bidang ini,penguasaan berbagai bahasa untuk
memperlancar komunikasi sangat perlu dikembangkan (Ayu Riandriani, 2007).
17
F. Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan
Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pemberian pelayanan yang baik kepada
pelanggan bukan merupakan hal yang mudah mengingat banyak kendala yang akan
dihadapi, baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Upaya memberikan
pelayanan yang optimal kepada pelanggan harus dilakukan dengan sungguh – sungguh.
Pelayanan yang baik berarti menyiapkan sumber daya yang handal dengan segala
kelebihannya. Kesiapan sumber daya ini harus didukung dengan sarana dan prasarana
yang memadai.
Fandy Tjiptono (1996) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Jasa”
mengatakan bahwa pelayanan atau jasa merupakan hal yang bersifat personal, artinya
dilakukan oleh individu tertentu kepada individu yang lain. Oleh sebab itu setiap
pelanggan harus dilayani secara personal sesuai dengan kebutuhannya masing – masing.
Secara garis besar ada empat unsur pokok dalam pelayanan yaitu kecepatan, ketepatan,
keramahan dan kenyamanan. Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan
pelayanan yang terintergrasi, maksudnya pelayanan atau jasa menjadi tidak optimal bila
ada komponen yang kurang. Untuk mencapai tingkat yang optimal setiap karyawan harus
memiliki suatu keterampilan tertentu, diantaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap
ramah, tenang dalam bekerja, dan lain sebagainya. Dengan demikian upaya untuk
mencapai tingkat yang paling optimal bukan pekerjaan yang mudah. Akan tetapi bila hal
tersebut dilakukan, maka perusahaan atau instansi yang bersangkutan akan dapat meraih
manfaat besar terutama berupa kepuasan dan loyalitas pelanggan yang besar.
18
Semakin baik pelayanan yang diberikan, semakin puas para pelanggan. Kepuasan
pelanggan sendiri adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
(hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler, 2000).
G. Penerjemahan Bahasa China
Secara khusus penerjemahan adalah proses pengalihan bahasa, kata demi kata dari
satu bahasa ke bahasa yang lain. Tujuan penerjemahan adalah untuk menghasilkan satu
terjemahan yang membawa makna yang sama dengan makna dari bahasa asing.
Penerjemahan merupakan kegiatan yang memerlukan kesungguhan. Oleh sebab itu,
penerjemahan seharusnya dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan tata bahasa
yang ada. Penerjemahan juga dapat diartikan sebagai ilmu yang digunakan untuk
membantu dalam pengartian bahasa asing yang digunakan dalam suatu percakapan.
Bahasa China adalah bahasa tonel, yaitu bahsa yang mengedepankan intonasi
sebagai pembeda arti. Bahasa ini digunakan penduduk terbanyak di dunia, karena negara
China mempunyai jumlah penduduk paling besar. Bahasa China masuk ke beberapa
negara di dunia melalui kerjasama ekonomi.
Jenis penerjemahan Bahasa China secara umum ada dua macam yaitu
penerjemahan secara lisan dan secara tertulis. Penerjemahan secara lisan berarti
penerjemahan secara langsung dalam percakapan. Penerjemahan dengan cara ini
merupakan penerjemahan dengan sistem mendengarkan. Kelemahan penerjemahan lisan
adalah seseorang tersebut tidak mengenal seperti apa tulisan dari kata yang diucapkan.
Penerjemahan secara tulisan adalah penerjemahan yang dilakukan dengan menggunakan
tulisan buku. Kelebihan penerjemahan Bahasa China secara tulisan adalah seseorang
19
akan mampu membaca dan berbicara dengan baik, sebab seseorang akan mengetahui apa
yang diucapkan dan bagaimana penulisannya (belajarchina.wordpress.com).
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Instansi
Museum Radyapustaka merupakan museum tertua di Indonesia. Museum ini
terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 275, Surakarta. Tidak banyak orang yang mengetahui
tentang museum yang menyimpan benda – benda peninggalan sejarah Keraton Surakarta
dan kebudayaan Jawa ini. Museum yang berdiri pada tanggal 28 Oktober 1890 M, atau
pada hari Selasa Kliwon tanggal 15 Maulud 1820 ehe (tahun Jawa) ini menyimpan
berbagai koleksi dari R.T.H. Djojohadiningrat II, sang pemrakarsa perkumpulan paheman
Radyapustaka ini, didirikan oleh K.R.A. Sosodiningrat IV yang saat itu menjabat sebagai
patih pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono IX.
Awalnya museum ini berada di salah satu ruang di kediaman K.R.A.
Sosrodiningrat IV di kepatihan yang bernama Panti Wobowo. Kemudian atas prakarsa
Paku Buwana X, museum lantas dipindahkan ke Loji Kadipolo pada tanggal 1 Januari
1913. Gedung Loji Kadipolo yang menjadi lokasi museum sekarang ini tanahnya dibei
oleh Sri Susuhunan Paku Buwana X dari seorang Belanda bernama Johannes Buselaar
seharga 65 ribu Gulden Belanda dengan akta noktaris 13/VII tahun 1877 Nomor 10 tanah
eigendom. Arsitektur bangunan model klasik, pintu dobel berkaca dan kayu jati, jendela
dengan model dobel dengan teralis dan kayu. Warna bangunan sama dengan warna
bangunan Keraton Surakarta yaitu paduan warna putih, biru, dan kuning emas.
21
Di depan gedung, kita akan menjumpai patung Ronggowarsito, salah satu
pujangga terkenal yang cukup disegani di Jawa. Patung ini diresmikan oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 11 November 1953. Memasuki ruang teras gedung, kita akan
menemukan koleksi arca dan meriam serta beberapa batu peringatan ulang tahun museum
ini. Ada beberapa ruang pada gedung ini. Di ruang pertama, kita akan menemukan patung
Sosrodiningrat IV sang pendiri museum tepat berada di depan pintu masuk. Di ruang
pertama ini kita akan menemukan ruang wayang. Ruang tersebut adalah tempat untuk
memajang wayang yang di dalamnya terdapat berbagai macam bentuk wayang dari
Wayang Purwa, Wayang Klitik, Wayang Beber, Wayang Madya, Wayang Bali, Wayang
Nang (Wayang Tradisional Thailand). Ada juga peninggalan lain seperti :
1. Wayang Kulit Gedhong.
Adegan Raden Panji Sinum Perdopo diiringi Punakawan Sebul Dal Palet berhadapan
dengan Dewi Kumudaningrat dan Embun Pradopo.
2. Burung Jatayu.
Tokoh Jatayu yaitu seekor burung yang menyelamatkan Shinta dari cengkeraman
Rahwana, merupakan peninggalan PB X.
3. Patung Wayang Gaya Bali Raksasa Rahwana.
Dibuat pada masa PB IV yang merupakan koleksi dari para bangsawan pada masa
tersebut. Patung itu mengisahkan tentang tokoh Rahwana ketika sedang menculik
Shinta pada cerita Ramayana.
4. Topeng Panji.
Topeng Etnik yang menggambarkan tokoh – tokoh dalam cerita Panji.
22
Ruang kedua adalah ruang keramik, ruangan yang menyimpan benda keramik
seperti gerabah model Jawa, gerabah model Thailand, Piring Sewon, gelas kristal, serta
Piala Porselin dari Napoleon Bonaparte.
a. Piala Porselin dari Kaisar Napoleon Bonaparte.
Piala tersebut merupakan hadiah pemberian Kaisar Napoleon Bonaparte I untuk Raja
Pakubuwono IV sekitar tahun 1811, hadiah Piala Porselin tersebut diberikan dengan
maksud bahwa Kaisar Napoleon pada saat itu sedang merayakan kelahiran putranya.
b. Kristal Antik.
Merupakan peninggalan PB X, mangkuk kristal ini memiliki simbol kerajaan
Belanda.
c. Gerabah Kuno.
Gerabah atau kerajinan dari tanah liat ini peninggalan dari era PB X digunakan untuk
tempat air dan hiasan rumah Jawa berbentuk seperti genthong dan tidak berukir.
Koridor adalah ruang tengah yang menghubungkan antara ruang depan yakni
ruang wayang ke ruang etnografika dan kanan kirinya terdapat ruang keramik, perunggu,
tosan aji, perpustakaan, marmer, meriam lela, dan sebagainya. Terdapat pula peninggalan
– peninggalan lain seperti :
· Pedang Raja Amangkurat II.
Pedang dibuat dengan gaya Eropa berukir perak yang dimiliki oleh Raja Amangkurat
II, di masa pemerintahannya pada zaman Mataram sekitar abad ke-18.
· Tosan Aji.
23
Tosan Aji adalah pusaka logam yang bertuah dan merupakan senjata tradisional Jawa
yang dibuat sekitar abad 8 – 18 M, sebagian koleksi keris – keris tersebut adalah
peninggalan dari PB X dan hibah dari masyarakat pecinta budaya.
Zaman pembuatan Tosan Aji :
- Zaman Purwacarita abad 8
- Zaman Jenggala abad 11
- Zaman Pajajaran abad 14
- Zaman Majapahit abad 15
- Zaman Mataram abad 16
· Orgel.
Orgel adalah sebuah kotak musik yang mana merupakan hadiah dari kaisar Napoleon
Bonaparte pada Sinuwun PB IV bersamaan dengan piala Napoleon Bonaparte.
Di ruang selanjutnya adalah ruang tempat penyimpanan tosan aji (senjata tradisional)
dari Jawa, Bali, Madura, dan Sumatera. Keris Jawa kebanyakan dari sumbangan dari
para bangsawan maupun pecinta budaya dari masa R.T.H. Hadi Wijaya.
Memasuki ruangan selanjutnya adalah ruang perpustakaan, ruangan ini
merupakan tempat utama museum sebagai tempat mencari data tentang naskah kuno,
serat dan babad Jawa ataupun kerajaan lain di indonesia. Kebanyakan dikarang oleh
pujangga zaman dulu seperti Ranggawarsita, Ki Padmosusastro dan Yosodipuro, dan
sebagian buku berbahasa asing seperti Belanda, Perancis, dan Inggris, hingga saat ini
perpustakaan masih digunakan untuk para mahasiswa atau para intelektual yang
ingin mencari data – data untuk bahan skripsi atau sekedar belajar pengetahuan
tentang Jawa.
24
1. Buku Mancanegara.
Merupakan buku peninggalan Belanda, buku – buku tersebut memuat tulisan
tentang hasil bumi Indonesia pada masa penjajahan serta ensiklopedia tentang
suku – suku Indonesia dalam Bahasa Belanda, Inggris, atau Perancis. Ditulis
sekitar tahun 1800-an.
2. Buku – Buku Jawa.
Serat kuno berbahasa Jawa ini kebanyakan masih ditulis dengan huruf Aksara
Jawa baik itu carik (tulisan Jawa) atau cap (ditulis cetak) yang kebanyakan
adalah naskah kuno, geguritan, serat, riwayat, atau hikayat dan babad. Buku ini
kebanyakan merupakan karya dari para pujangga Keraton seperti R. Nyi
Ronggowarsito, Yosodipuro, PB IV dan Empu Saleh. Dibuat antara tahun 1800
– 1900-an, dan juga buku karya pujangga baru.
Di depan ruang perpustakaan ada ruang perunggu. Ruang tersebut banyak
menyimpan benda – benda bersejarah yang terbuat dari perunggu yang kebanyakan
berasal dari abad 7 – 9 M, seperti :
1. Relung Rambut Budha.
Pecahan arca sang Budha Gautama yang merupakan bagian dari kepalanya yakni
ikatan rambut yang merelung berpradaksima (berbentuk melingkar), pecahan relung
rambut Budha ditemukan di daerah Gantiwarno, Klaten. Arca ini terbuat dari
perunggu, tingginya kurang lebih 4 meter. Kemungkinan arca Budha dalam posisi
padmasima (bersila). Arca ini dahulunya ditempatkan di Candi Sewu Prambanan
namun telah lenyap. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. J. L. A. Brandes yang
25
menemukan tempat duduk arca di candi tersebut tidak memakai pijakan kaki dan
mirip dengan ciri – ciri dudukan arca Budha.
2. Arca Ciwa Parwati.
3. Arca penunggu Ciwa Parwati yang terbuat dari perunggu murni. Posisi arca
bergandengan berdiri di atas teratai dan berhiaskan dua buah chattra (payung).
4. Genta atau Lonceng.
Terbuat dari perunggu asli bergantung pada kayu berukir dan berhiaskan huruf
Aksara Jawa.
5. Patahan Lengan Awalokitecwara.
Dua buah tangan Awalokitecwara tersebut terbuat dari perunggu dan dilapisi emas.
Di museum ini hanya menemukan dan menyimpan tangannya saja karena tubuh arca
berada di Museum Nasional Jakarta. Dua tangan Awalokitecwara ini dalam posisi
yang kanan varamudra (telapak tangan mengarah ke bawah) dan tangan yang kiri
memegang pustaka (kitab) kedua tangan Awalokitecwara tersebut pada tangan 1981
pernah dipinjam oleh PBB untuk dipamerkan di luar negeri guna mengumpulkan
dana untuk renovasi Candi Borobudur.
Ruang memorial, ruangan ini adalah ruang untuk memajang gambar Paku
Buwono dan para kurator museum. Dalam ruangan ini terdapat meja, kursi kerja, gambar
para kurator museum, gambar PB IX sampai PB XII, dan juga terdapat mesin ketik huruf
Jawa milik Raden Hadiwijaya pada tahun 1926 – 1969, digunakan untuk menulis surat
resmi paheman Radyapustaka.
Selanjutnya adalah ruang etnografika. Ruangan yang merupakan penyimpanan
gamelan dan berbagai barang seni, dan kegiatan sehari – hari para raja dan bagsawan
26
zaman dahulu seperti dipan (tempat tidur), alat kinangan, alat makan, mesin jam
panggung, joli jempono, kremun, jodang sesaji, dan berbagai irah – irahan (topi) bentuk
wayang serta untuk para abdi Keraton dan gamelan ageng Radyapustaka milik KRA.
Sosrodiningrat IV, ada juga peninggalan yang lain seperti :
1. Alat Pemintal Kuno ( Antihan ).
Alat tersebut merupakan peninggalan Raja PB III pada sekitar tahun 1749 – 1788.
Alat ini dipergunakan memintal benang yang akan dijadikan kain secara tradisional.
2. Canthik Rajamala.
Digunakan sebagai canthik (halauan) perahu pesiar istana pada zaman PB IV. Perahu
tersebut dibuat oleh putra mahkotanya. Bentuk Canthik Rajamala yaitu tokoh jagoan
wiratha dalam lakon kongso perahu. Ada dua patung Rajamala yang paling depan
berada di Museum Radyapustaka bernama canthik perahu pengiringnya, sedangkan
patung Rajamala posisi belakang perahu saat ini disimpan di Museum Keraton
Surakarta, digunakan dari masa PB IV sampai PB IX untuk leyang limban (bepergian)
keluarga Keraton apabila Bengawan Solo banjir. Sambil membagikan makan dan
untuk menghibur rakyatnya yang sedang terkena musibah dengan arak – arakan
perahu, sehingga masyarakat Surakarta pada waktu itu walaupun terkena musibah
tidak menjadi soal berat. Perahu Canthik Rajamala ini terbuat dari kayu jati. Selain itu
perahu ini sering mengarungi Sungai Bengawan Solo ke Pulau Madura. Dalam cerita,
dikisahkan salah satu putri Bupati Cakraningrat dari Madura pada saat itu menjadi
garwa prameswari (istri pertama) PB IV. Karena PB IV pada saat menjadi Putra
Mahkota menciptakan perahu kayu berukuran besar berkepala raksasa. Warna kayu
yang candik itu juga khas warna Madura, yakni merah hati.
27
3. Mata Uang Kuno.
Mata uang kuno merupakan koleksi museum yang berasal dari Belanda, China,
Jepang, Amerika, India, Indonesia, Denmark, Spanyol, Bolivia, Australia, dan
Perancis. Terdiri dari mata uang logam dan mata uang kertas.
4. Gamelan Ageng Radyapustaka.
Merupakan peninggalan KRA. Sosrodiningrat tahun 1890 dari perunggu asli.
Gamelan tersebut dulu difungsikan untuk kursus kaniyagan (nabuh gamelan) dan
digunakan untuk mengiringi wayang, karawitan atau uyon – uyon.
5. Maderenggo.
Tempat sakral yang dulunya dipakai oleh Puta Mahkota Raja untuk melaksanakan
upacara “supitan”. Maderenggo ini merupakan miniatur saja yang mana aslinya
tersimpan di Keraton Kasunanan Surakarta. Maderenggo ini dapat dibongkar pasang
dan akan dikeluarkan pada saat ada upacara “supitan” Putra Mahkota yang kelak akan
menjadi Raja.
6. Mesin Jam Panggung Keraton Kartasura.
Mesin jam ini dulunya digunakan untuk penunjuk waktu yang diletakkan di Taman
Keraton Kartasura pada masa PB I ketika saat itu Keraton masih bertempat di daerah
Kartasura pada tahun 1740.
7. Wayang Purwa.
Wayang Purwa dengan ukiran besar terbuat dari kulit lembu. Menggambarkan tokoh
Dewa Amral (Puntadewa) dan Ala Mercu (Kresna) yang nama tokoh tersebut adalah
perwujudan dari Puntadewa dan Kresna ketika sedang marah dalam versi cerita
wayang kulit. Merupakan peninggalan PB X dan disunakan sebagai hiasan dinding
28
atau cinderamata dalam ukiran yang lebih kecil. Wayang tersebut digunakan untuk
menghibur raja, bangsawan dan rakyat jelata dengan mengusung cerita Mahabharata
dan Ramayana.
Berikutnya adalah ruang miniatur yang merupakan ruang untuk menyimpan benda –
benda miniatur seperti :
1. Makam Imogiri.
Makam raja – raja Mataram yakni dari Keraton Kasultanan Yogyakarta. Bertempat di
Imogiri Bantul Yogyakarta.
2. Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak merupakan bangunan masjid yang dibangun pada periode XV
Masehi dan dibangun oleh Wali Songo, maka masjid ini disebut dengan Masjid Wali
Songo.
3. Panggung Sangga Buwana.
Panggung Sangga Buwana adalah tempat di mana raja – raja melakukan meditasi dan
untuk bertemu dengan penguasa laut selatan yang disebut Kanjeng Ratu Kidul.
Menurut peraturan hanya raja – raja yang boleh memasuki tempat tersebut. Bangunan
aslinya berada dipelataran Keraton Surakarta Hadiningrat.
Ruangan terakhir adalah ruang Arca. Ruangan ini adalah tempat untuk
penyimpanan arca –arca batu dari abad 7 – 10 M, yang ditemukan kebanyakan dari
daerah Klaten. Kebanyakan arca – arca tersebut adalah arca zaman kerajaan Hindu serta
prasasti dengan huruf Tiongkok, seperti :
a. Wisnu Anata Sayahna.
29
Dewa Wisnu dalam kepercayaan Hindu sebagai dewa pemelihara bumi. Posisi arca
tidur diperkirakan abad 10 – 15 M.
b. Arca Durga Mahesasuramardini.
Disebut juga Dewi Parwati merupakan istri dari Dewa Syiwa, dalam kepercayaan
Hindu merupakan Dewi pencipta bentuk adalah sosok perempuan cantik dengan
delapan tangan merupakan “chakti”. Syiwa yang mengalahkan Lembu Mahesa /
Raksasa Asura. Arca ini ditemukan di daerah Prambanan Klaten yang dibuat sekitar
abad 7 – 8 M.
c. Arca Ganesha.
Ditemukan di daerah Klaten dan dibuat sekitar abad 7 – 8 M. Arca Ganesha dalam
posisi duduk mempunyai empat tangan. Tangan kiri depan memegang potongan
gading, tangan kiri memegang mangkuk harta, dan tangan kanan belakang memegang
paracu berbentuk gajah bergading dua dan duduk diatas bunga delapan buah. Dalam
kepercayaan Hindu, Ganesha merupakan dewa pengetahuan, putra Dewa Syiwa dan
Dewi Parwati (Durga).
d. Lingga.
Merupakan sarana ibadah. Lingga juga merupakan simbol kesuburan atau simbol seks
Dewa Syiwa, dalam kepercayaan Hindu yang banyak ditemui di candi –candi Hindu
biasanya dengan pasangannya yaitu Yoni merupakan simbol perempuan, biasanya
terdapat pada candi Hindu yang menganut kepercayaan. Lingga tersebut ditemukan di
daerah Prambanan Klaten, dibuat sekitar abad 6 – 7 M.
e. Prasasti Anggahana.
30
Prasasti ini digunakan sebagai penanda daerah bebas upeti atau pajak kepada raja
yang memerintah pada masa Mataram Hindu. Prasasti ini ditemukan di daerah Klaten
diperkirakan dibuat sekitar abad 8 M.
B. Kegiatan yang Dilakukan Selama Praktek Kerja Lapangan
Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Museum
Radyapustaka mulai tanggal 2 Februari 2010 s/d 28 Februari 2010, kegiatan dimulai
pukul 09.00 s/d 14.00 WIB.
Adapun rincian pelaksanaan tugas adalah sebagai berikut :
a) Minggu Pertama.
Minggu pertama, penulis dikenalkan dengan pengurus beserta tugas – tugasnya.
Tahap berikutnya, penulis mempelajari materi yang harus dijelaskan kepada
wisatawan berkaitan dengan objek wisata Museum Radyapustaka, antara lain
tentang sejarah berdirinya museum, beserta benda – benda bersejarah yang
tersimpan di Museum Radyapustaka, dan sebagainya. Untuk mempelancar tugas ini,
penulis mengikuti Guide yang sedang bertugas sambil mencatat hal – hal yang
diperlukan. Selain itu, penulis mencari bahan –bahan lain yang masih berhubungan
di buku – buku serta browsing di internet. Setelah menguasai, pengurus Museum
Radyapustaka mengizinkan penulis mendampingi wisatawan yang berkunjung ke
museum.
b) Minggu Kedua dan Minggu Ketiga.
Awal minggu kedua, penulis boleh membawa rombongan maupun wisatawan asing.
Wisatawan asing yang berkunjung ke Museum Radyapustaka kebanyakan berasal
31
dari Jerman, Jepang, China, Malaysia, Singapura dan juga ada dari negara – negara
lain yang berkunjung. Untuk wisatawan yang berasal dari Jepang, penulis tidak
mendampingi karena sudah ada Guide yang khusus untuk wisatawan Jepang.
Penulis tidak mengalami kesulitan yang besar ketika mendampingi wisatawan dari
daratan Eropa maupun Amerika karena sebagian besar dari mereka mampu
mengasai Bahasa Inggris dengan baik. Kesulitan dirasakan penulis ketika
mendampingi wisatawan dari China, Hongkong, Thailand, dan negara sekitarnya.
Hal ini disebabkan sebagian besar wisatawan tersebut hanya mampu berkomunikasi
dengan Bahasa Daerah mereka dan Bahasa China, hampir tidak ada yang
menguasai Bahasa Inggris, maka penulis meminta bantuan staf museum untuk
memandu mereka.
c) Minggu Keempat.
Di akhir masa praktek kerja lapangan ini, penulis hanya sesekali mengantar
wisatawan, karena selain menjadi Guide penulis juga diberi wawasan tentang
pengelolaan tiket dan tentang katalog buku. Di minggu terakhir ini penulis
ditugaskan untuk mengkatalog ulang buku – buku yang ada di museum, baik di
perpustakaan maupun di ruang komite.
C. Pembahasan
Museum Radyapustaka memiliki berbagai keistimewaan yang menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan China. Mereka merasa senang dapat melihat bangunan klasik
serta peninggalan budaya di Museum Radyapustaka. Namun, sebagian wisatawan China
tersebut merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini dikarenakan
32
tidak adanya seseorang yang mampu menjawab semua pertanyaan mereka. Hanya sedikit
dari wisatawan China yang mampu berbahasa Inggris dengan baik, sehingga sering
terjadi kesulitan dalam komunikasi antara wisatawan dengan pramuwisata yang
mendampingi mereka.
Berdasarkan keterangan Yanti koordinator pramuwisata Museum Radyapustaka,
bahasa asing yang benar – benar dikuasai oleh semua pramuwisata yang bekerja di
Museum Radyapustaka adalah Bahasa Inggris. Selain itu, ada beberapa pramuwisata
yang khusus mempelajari bahasa asing tertentu selain Bahasa Inggris, Nia menguasai
Bahasa Inggris, Ruly menguasai Bahasa Jepang, Windy menguasai Bahasa Inggris, serta
Yanti yang menguasai Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman. Dengan kemampuan tersebut,
wisatawan China yang tdak mampu berbahasa Inggris hanya diantar untuk melihat – lihat
saja. Oleh karena itu tingkat kunjungan wisatawan China di Museum Radyapustaka
masih minim dikarenakan tidak adanya pemandu wisata yang bisa berbahasa China.
Untuk wisatawan yang menggunakan Bahasa China namun tidak membawa
pemandu penulis mencoba menawarkan jasa pemandu, berikut adalah tahapannya :
- Tahap Penyambutan.
- Tahap Penawaran Jasa.
- Tahap Pengenalan.
- Tahap Pemanduan.
33
1. Tahap Penyambutan.
Pada tahap ini, penulis berdiri menyambut wisatawan di depan loket. Ketika
wisatawan tiba, penulis memberikan kata sambutan bagi wisatawan. Berikut adalah
sebuah contoh percakapan antara pemandu dan wisatawan saat penyambutan.
Pemandu : Selamat datang di Museum Radyapustaka.
欢迎您来到”Radyapustaka”博物馆.
Wisatawan asing yang berbahasa China : Terima kasih.
谢谢.
Pemandu : Apakah perjalanan Anda baik – baik saja ?
你一路上还好吗?
Wisatawan asing yang berbahasa China : Baik – baik saja.
还可以.
2. Tahap Penawaran Jasa.
Setelah memberikan kata sambutan, seorang pemandu wisata biasanya langsung
menawarkan jasa untuk memandu wisata tersebut.
Pemandu : Saya adalah pemandu wisata di sini. Apakah Anda mau saya menjadi
pemandu Anda ?
我是这里的导游. 你想不想我作你的导游 ?
Wisatawan asing berbahasa China : Saya mau.
好吧.
34
3. Tahap Pengenalan.
Pada tahap ini seorang pemandu memulai kegiatan memandu wisatawan. Dengan
menyampaikan garis besar isi museum.
Pengantar museum
博物馆筒介
Ruang 1 adalah ruangan wayang.
第一个房间是哇扬
Ruang 2 adalah ruangan keramik.
第二个房间是陶艺房
Ruang 3 adalah ruangan penghubung atau koridor.
第三个房间是连接室
Ruang 4 adalah ruangan senjata tradisional.
第四个房间是传统武器房
Ruang 5 adalah ruangan perpustakaan.
第五个房间是图书馆
Ruang 6 adalah ruangan perunggu.
第六个房间是青铜室
Ruang 7 adalah ruangan memorial.
第七个房间是纪念室
35
Ruang 8 adalah ruangan etnografika.
第八个房间是传统乐器房
Ruang 9 adalah ruangan miniatur.
第九个房间是模型展览室
Ruang 10 adalah ruangan arca.
第十个房间是雕像房
4. Tahap Pemanduan.
Berikut adalah beberapa kalimat saat memandu wisatawan China di Museum
Radyapustaka :
Pengantar : Museum Radyapustaka adalah museum tertua di Indonesia.
Museum ini dibangun oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV
pada tanggal 28 Oktober 1890.
Radyapustaka 博物馆是印尼最古老的博物馆.
1890 年 10 月 28 日由 Kanjeng Adipati Sosrodiningrat 四世皇亲
建的.
Ruangan 1 : Di depan gedung, kita akan menjumpai patung Ronggowarsito,
salah satu pujangga terkenal yang cukup disegani di Jawa.
Ruangan ini terdapat bermacam – macam wayang.
36
在一个房间 : 在博物馆的前面, 我们能看到一个雕像, 这是一个名叫
Ronggowarsito 的者名诗人,是爪哇人崇敬的文学大师.
在这个地方便有很多哇扬.
Ruangan 2 : Ruangan untuk menyimpan benda keramik, seperti gerabah
model Jawa, gerabah model Thailand, piring sewon, gelas Kristal,
serta piala porselain dari Napoleon Bonaparte.
在二个房间是 : 收藏陶器, 比如爪哇陶器, 泰国陶器, 水晶
玻璃杯, 和 Napoleon Bonaparte 的陶杯.
Ruangan 3 : Ruang tengah yang menghubungkan antara ruang wayang ke
ruang etnografika.
第三个房间是 : 连接陶器室和哇扬室的房间.
Ruangan 4 : Ruang tempat penyimpanan tosan aji (senjata tradisional) dari
Jawa, Bali, Madura, Sumatera.
第四个房间是 : 收藏东山阿希(传统武器)的马都拉和苏门答腊来自
爪哇岛,巴厘岛.
Ruangan 5 : Ruangan ini merupakan tempat utama museum sebagai tempat
mencari data tentang naskah kuno.
第五个房间是 : 博物馆主室, 可以查阅古代手稿等资料.
37
Ruangan 6 : Ruangan tersebut banyak menyimpan benda – benda bersejarah
yang terbuat dari perunggu yang kebanyakan berasal dari abad 7
– 9 M.
第六个房间是 : 用来收藏公元 7-9 世纪的青铜器.
Ruangan 7 : Ruangan ini adalah ruangan untuk memajang gambar Paku
Buwono dan para kurator museum.
第七个房间是 : 这个房间是陈列了 Pakubuwono 和客庙博物馆馆
长的照片。
Ruangan 8 : Ruangan yang merupakan penyimpanan gamelan dan berbagai
barang seni.
第八个房间是 : 收藏加麦兰和客种艺术品.
Ruangan 9 : Ruangan yang digunakan untuk menyimpan bermacam – macam
miniatur.
第九个房间是 : 用于展示客种模型.
Ruangan 10 : Ruangan ini adalah tempat untuk penyimpanan arca – arca batu
dari abad 7 – 10 M.
第是个房间是 : 收藏公元 7-10世纪的石像.
38
Menurut Nia, staff bagian informasi Museum Radyapustaka, keberadaan
pramuwisata berpengaruh besar dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
wisatawan ketika berkunjung ke suatu objek wisata. Seorang pramuwisata harus mampu
menjawab pertanyaan – pertanyaan tentang suatu hal yang tidak dimengerti wisatawan
tersebut, membimbing wisatawan, serta menerangkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan objek wisata yang bersangkutan. Pramuwisata yang menguasai Bahasa China
akan dapat membantu meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan China di Museum
Radyapustaka. Wisatwan yang telah mengunjungi objek wisata diharapkan membantu
promosi penjualan objek wisata tersebut. Semakin banyak wisatawan yang merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan, secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan berikutnya.
Selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan, penulis berhasil menyelesaikan
beberapa tugas yang telah diberikan. Selama menjalankan tugas sebagai pramuwisata,
penulis banyak mendapatkan pengalaman yang tidak didapatkan saat masa perkuliahan.
Penulis bisa lebih mendalami proses pemanduan wisata secara nyata. Yanti selaku staf
yang ada di Museum Radyapustaka dengan sabar menjelaskan objek – objek yang ada di
dalam museum untuk persiapan materi penulis sebelum menjalankan tugas yang akan
diberikan. Setelah materi yang disampaikan cukup, penulis mendalami materi untuk
dihafalkan. Yanti juga menjelaskan langkah – langkah untuk memandu wisatawan.
Pada tahap awal penulis masih didampingi seorang pembimbing karena penulis
belum cukup lancar dalam memandu wisatawan. Oleh karena itu, penulis baru diizinkan
memandu wisatawan lokal yang jumlahnya sedikit. Beberapa hari berikutnya penulis
39
mencoba mendampingi wisatawan yang jumlahnya lebih banyak, kemudian di hari – hari
berikutnya penulis mencoba memandu wisatawan asing yang datang dari Negara
Malaysia. Wisatawan tersebut menggunakan Bahasa Inggris, Melayu dan juga Bahasa
China. Walaupun kurang lancar, penulis mencoba menjelaskan materi dengan Bahasa
China, jika terdapat kosakata yang sulit, penulis menyampaikan materi dengan Bahasa
Indonesia.
Penulis tidak dapat menjalankan tugas secara maksimal karena dalam proses
guiding belum ada pembimbing yang menguasai Bahasa China, sehingga penulis tidak
bisa berkonsultasi secara langsung bagaimana seharusnya memandu wisatawan yang
menggunakan Bahasa China. Penulis juga tidak mengetahui letak kesalahan selama
proses guiding berlangsung.
Meskipun kurang maksimal ketika menjalankan tugas, keberadaan penulis dapat
sedikit mewujudkan proses guiding yang lebih baik daripada keadaan sebelumnya, di
mana tidak ada pramuwisata yang mampu berbicara China sama sekali. Sebelum penulis
menjalanankan Praktek Kerja Lapangan di Museum Radyapustaka, tingkat kunjungan
wisatawan berbahasa China masih terhitung rendah. Namun setelah penulis menjalankan
Praktek Kerja Lapangan tingkat kunjungan wisatawan berbahasa China mengalami
peningkatan.
Penulis juga mendapatkan pengalaman sebagai pengelola tiket dan cara perawatan
buku – buku bersejarah di perpustakaan. Buku – buku kuno yang dikoleksi oleh Museum
Radyapustaka sangat beragam, oleh karena itu buku – buku diurutkan sesuai tema buku
dan pengarangnya. Penulis diajarkan cara merawat buku – buku yang sudah usang.
Langkah awal penulis diberi perlengkapan sarung tangan, kuas, dan masker,
40
perlengkapan tersebut sangat diperlukan karena buku kuno kebanyakan berdebu dan akan
terasa gatal jika mengenai kulit. Buku tersebut kemudian dibersihkan, dibuka per
halaman, jika ditemukan banyak kerusakan dalam buku, maka diberikan tempat tersendiri
untuk penyimpanannya. Setelah dibersihkan, selanjutnya buku dimasukkan ke dalam
lemari dan diberikan pengawet. Buku – buku yang sudah tersimpan rapi dalam lemari
perpustakaan juga dijaga kelembabannya. Oleh karena itu, suhu dalam ruangan tersebut
sangat dijaga.
Dalam proses tiketing penulis diajarkan tentang pengisian daftar buku kunjungan.
Daftar tersebut terdiri dari pelajar, umum dan wisatawan asing dengan harga yang
berbeda. Untuk pelajar Rp 1.500,00, umum Rp 2.500,00, dan untuk wisatawan asing Rp
5.000,00. Dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 5.000,00 untuk wisatawan yang
membawa kamera dan Rp 10.000,00 untuk perekam gambar. Di loket juga tersedia buku
panduan seharga Rp 8.000,00 dan souvenir seharga Rp 2.000,00. Setelah jam kerja
berakhir, penulis membuat catatan sementara dari hasil penjualan, selanjutnya
dicocokkan dengan tiket yang sudah terjual.
Jadi, pentingnya bahasa China bagi pramuwisata dalam memandu penerjemahan
bahasa China adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Museum Radyapustaka
Surakarta. Pramuwisata yang memiliki kemampuan berbahasa China di Museum
Radyapustaka memiliki peranan yang penting untuk memberikan pelayanan kepada
wisatawan asing, khususnya yang berkomunikasi menggunakan bahasa China. Hal ini
dikarenakan pengunjung yang datang sebagai wisatawan asing tidak hanya datang dari
Eropa, tetapi juga dari negara tetangga yang menggunakan Bahasa China.
41
Adapun kendala – kendala yang sering dihadapi selama mendampingi wisatawan
China yang berkunjung di Museum Radyapustaka, penulis mengalami beberapa kendala,
antara lain :
· Karena tidak adanya pemandu wisata yang menguasai Bahasa China, penulis
mengalami kesulitan dalam berkonsultasi secara langsung. Ketika penulis benar –
benar kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan wisatawan, penulis
hanya bisa menyarankan wisatawan agar bertanya ke bagian perpustakaan karena
di sana lebih banyak informasi yang didapat.
· Kosakata penulis yang masih minim, sehingga penulis mengalami kesulitan dalam
mengucapkan kata – kata yang akan disampaikan. Penulis mengingat – ingat
kosakata apa saja yang belum dipahami kemudian mencarinya di kamus untuk
dipelajari.
42
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian – uraian yang telah dikemukakan pada bab – bab sebelumnya,
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pramuwisata yang memiliki kemampuan berbahasa China di Museum Radyapustaka
memiliki peranan yang penting untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan
asing, khususnya yang berkomunikasi menggunakan Bahasa China. Hal ini
dikarenakan pengunjung yang datang sebagai wisatawan asing tidak hanya datang
dari Eropa, tetapi juga dari negara tetangga yang menggunakan Bahasa China.
2. Kendala - kendala yang dihadapi penulis selama memandu wisatawan China yang
berkunjung ke Museum Radyapustaka serta solusi yang dapat diberikan :
a. Tidak ada pramuwisata yang mampu berbahasa China, sehingga tidak ada yang
mengoreksi terhadap kesalahan – kesalahan selama kegiatan pemanduan. Solusi
yang diberikan adalah dengan menyediakan pramuwisata berbahasa China.
b. Minimnya kosakata yang dikuasai penulis, sehingga sering terjadi kesalahan
dalam berkomunikasi dengan wisatawan China. Solusi yang dapat diberikan
adalah penulis harus mengevaluasi kosakata apa saja yang belum dipahami,
kemudian mencarinya di kamus untuk dipelajari.
43
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan
solusi untuk mengatasi hambatan – hambatan selama memandu wisatawan :
1. Menyediakan seorang pramuwisata yang berbahasa China dengan baik dan benar.
2. Mengoptimalkan promosi untuk lebih mengenalkan Museum Radyapustaka kepada
masyarakat luas.
3. Untuk program Diploma III Bahasa China agar lebih meningkatkan proses
pembelajaran supaya terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
44
DAFTAR PUSTAKA Desky, M.A. 1998. Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Muljad, A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Prof. Dr. Pitana, I Gde, MA dan Ketut Surya Diarta, SP, MA. 2009. Pengantar Ilmu
Pariwisata. Yogyakarta : C.V.Andi Offset.
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Tjiptono, Fandy. 1996. Total Quality Management. Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Undang – undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.
Yoeti, Oka A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
__________. 1999. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
http://ms.wikipedia.org/wiki/terjemahan
http://belajarchina.wordpress.com
http://www.radyapustaka.com