Penjajahan ala freeport

14
Penjajahan Ala Freeport... ahulu di tengah masyarakat ada mitologi menyangkut manusia sejati, yang berasal dari sebuah Ibu, yang menjadi setelah kematiannya berubah menjadi tanah yang membentang sepanjang daerah Amungsal (Tanah Amugme), daerah ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat,sehingga secara adat tidak diijinkan untuk dimasuki. Sejak tahun 1971, Freeport Indonesia, masuk ke daerah keramat ini, dan membuka tambang Erstberg. Sejak tahun 1971 itulah warga suku Amugme dipindahkan ke luar dari wilayah mereka ke wilayah kaki pegunungan. Tambang Erstberg ini habis open-pit-nya pada 1989, dilanjutkan dengan penambangan pada wilayah Grasberg dengan ijin produksi yang dikeluarkan Mentamben Ginandjar Kartasasmita pada 1996. Dalam ijin ini, tercantum pada AMDAL produksi yang diijinkan adalah 300 ribu /ton/hari Kontroversi Menurut karyawan dan bekas karyawan Freeport, selama bertahun- tahun James R Moffett, seorang ahli geologi kelahiran Louisiana, yang juga adalah pimpinan perusahaan ini, dengan tekun membina persahabatan dengan Presiden Soeharto,dan kroni-kroninya. Ini dilakukannya untuk mengamankan usaha Freeport. Freeport membayar ongkos-ongkos mereka berlibur, bahkan biaya kuliah anak-anak mereka, termasuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Surat-surat dan dokumen-dokumen lain yang diberikan kepada New York Times oleh para pejabat pemerintah menunjukkan, Kementerian Lingkungan Hidup telah berkali-kali memperingatkan perusahaan ini sejak tahun 1997, Freeport melanggar peraturan perundang-undangan

description

 

Transcript of Penjajahan ala freeport

Page 1: Penjajahan ala freeport

Penjajahan Ala Freeport...

ahulu di tengah masyarakat ada mitologi menyangkut manusia sejati, yang berasal dari sebuah Ibu, yang menjadi setelah kematiannya berubah menjadi tanah yang membentang sepanjang daerah Amungsal (Tanah Amugme), daerah ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat,sehingga secara adat tidak diijinkan untuk dimasuki.

Sejak tahun 1971, Freeport Indonesia, masuk ke daerah keramat ini, danmembuka tambang Erstberg. Sejak tahun 1971 itulah warga suku Amugmedipindahkan ke luar dari wilayah mereka ke wilayah kaki pegunungan.

Tambang Erstberg ini habis open-pit-nya pada 1989, dilanjutkan denganpenambangan pada wilayah Grasberg dengan ijin produksi yang dikeluarkanMentamben Ginandjar Kartasasmita pada 1996. Dalam ijin ini, tercantum padaAMDAL produksi yang diijinkan adalah 300 ribu /ton/hari

Kontroversi

Menurut karyawan dan bekas karyawan Freeport, selama bertahun-tahun James R Moffett, seorang ahli geologi kelahiran Louisiana, yang juga adalah pimpinan perusahaan ini, dengan tekun membina persahabatan dengan Presiden Soeharto,dan kroni-kroninya. Ini dilakukannya untuk mengamankan usaha Freeport.Freeport membayar ongkos-ongkos mereka berlibur, bahkan biaya kuliah anak-anak mereka, termasuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

Surat-surat dan dokumen-dokumen lain yang diberikan kepada New York Times oleh para pejabat pemerintah menunjukkan, Kementerian Lingkungan Hidup telah berkali-kali memperingatkan perusahaan ini sejak tahun 1997, Freeport melanggar peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup.

Menurut perhitungan Freeport sendiri, penambangan mereka dapat menghasilkanlimbah/bahan buangan sebesar kira-kira 6 miliar ton (lebih dari dua kali bahan-bahan bumi yang digali untuk membuat Terusan Panama). Kebanyakan dari limbah itu dibuang di pegunungan di sekitarlokasi pertambangan, atau ke sistem sungai-sungai yang mengalir turun ke dataran rendah basah, yang dekat dengan Taman Nasional Lorentz, sebuahhutan hujan tropis yang telahdiberikan status khusus oleh PBB.

Sebuah studi bernilai jutaan dolar tahun 2002 yang dilakukan Parametrix,perusahaan konsultan Amerika, dibayar oleh Freeport dan Rio Tinto, mitra bisnisnya, yang hasilnya tidak pernah diumumkan mencatat, bagian hulu sungai dan daerah dataran rendah basah yang dibanjiri dengan limbah tambang itu sekarang tidak cocok untukkehidupan makhluk hidup akuatik. Laporan itu diserahkan ke New York Times oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

New York Times berkali-kali meminta izin kepada Freeport dan pemerintah Indonesiauntuk mengunjungi tambang dan daerah di sekitarnya karena untuk itu diperlukan izin khusus

Page 2: Penjajahan ala freeport

bagi wartawan. Semua permintaan itu ditolak. Freeport hanya memberikan respon secara tertulis. Sebuah surat yang ditandatangani oleh Stanley S Arkin, penasihat hukum perusahaan ini menyatakan, Grasberg adalah tambang tembaga, dengan emas sebagaiproduk sampingan, dan bahwa banyak wartawan telah mengunjungi pertambangan itusebelum pemerintah Indonesia memperketat aturan pada tahun 1990-an.

[sunting] Menyadap e-mail

Menurut seorang pejabat dan dua bekas pejabat perusahaan yang terlibat dalammengembangkan suatu program rahasia, Freeport selama ini menyadap e-mailpara aktivis lingkungan yang melawan perusahaan ini untuk memata-matai apayang mereka lakukan. Freeport menolak mengomentari hal ini. Freeport bergandengan tangan dengan perwira-perwira intelijen TNI, mulai menyadap korespondensi e-mail danpercakapan telepon lawan-lawan aktivis lingkungannya. Hal ini dikatakan oleh seorang karyawan Freeport yang terlibat dalam kegiatan ini dan bertugas membaca e-mail-e-mail tersebut.

Menurut bekas karyawan dan karyawan Freeport, perusahaan ini juga membuat sistemnya sendiri untuk mencuri berita-berita melalui e-mail. Caranya adalah dengan membentuk sebuah kelompok pecinta lingkungan gadungan, yang meminta mereka yang berminat untuk mendaftar secara online dengan menggunakan kode rahasia (password) tertentu. Banyak di antara mereka yang mendaftar itu menggunakan password yang sama seperti yang mereka gunakan untuk e-mail mereka. Dengan cara ini, Freeport dengan gampang mencuri berita. Menurut seseorang yang waktu itu bekerja untuk perusahaan ini, awalnya para pengacara Freeport khawatir dengan pencurian ini. Tetapi, mereka kemudian memutuskan, secara legal perusahaan itu tidak dilarang untuk membaca e-mail pihak-pihak di luar negeri.

[sunting] Hubungan Freeport dan TNI

Selama bertahun-tahun, Freeport memiliki unit pengamanannya sendiri, sementara militer Indonesia memerangi perlawanan separatis yang lemah dan rendah gerakannya. Kemudian kebutuhan keamanan ini mulai saling terkait.

Tidak ada investigasi yang menemukan keterkaitan Freeport secara langsung dengan pelanggaran HAM, tetapi semakin banyak orang-orang Papua yang menghubungkan Freeport dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh TNI, dan pada sejumlah kasus kekerasan itu dilakukan dengan menggunakan fasilitas Freeport. Seorang ahli antropologi Australia, Chris Ballard, yang pernah bekerja untuk Freeport, dan Abigail Abrash, seorang aktivis HAM dari Amerika Serikat, memperkirakan, sebanyak 160 orang telahdibunuh oleh militer antara tahun 1975-1997 di daerah tambang dan sekitarnya.

Pada bulan Maret 1996, kemarahan terhadap perusahaan pecah dalam bentukkerusuhan ketika sentimen anti-perusahaan dari beberapa kelompok yang berbeda bergabung.

Freeport menyadap berita-berita dalam e-mail. Menurut dua orang yang membaca e-mail-e-mail itu pada saat itu, ada unit-unit militer tertentu, masyarakat setempat, dan kelompok-kelompok

Page 3: Penjajahan ala freeport

lingkungan hidup yang bekerja sama. Sebuah pertukaran informasi dengan menggunakan e-mail antara seorang tokoh masyarakat dengan pimpinan organisasilingkungan hidup penuh dengan taktik intelijen militer. Dalam e-mail yang lain,seorang pimpinan organisasi lingkungan meminta para anggotanya mundur karena demonstrasi telah berubah menjadi kerusuhan.

Dari wawancara yang dila�ku�kan, bekas pejabat dan pejabat Free�portmenyatakan, mereka terkejut melihat sejumlah orang de�ngan potonganram�butmiliter, me�ngenakan sepatu tem��pur dan meng�genggam radiowal�kie-tal�kiedi antara para perusuh itu. Orang-orang itu terlihat menga�rah�kankerusuhanitu, dan pada sa�tu ke�ti�ka, mengarahkan massa menuju kela�bo��ratoriumFreeport yang ke�mudian me�reka obrak-ab�rik.

Keamanan

Dokumen-dokumen Freeport menunjukkan, dari tahun 1998 sampai 2004Freeportmemberikan hampir 20 juta dolar kepada para jenderal, kolonel, mayordankapten militer dan polisi, dan unit-unit militer. Setiap komandanmenerimapuluhan ribu dolar, bahkan dalam satu kasus sampai mencapai 150.000dolar,sebagaimana tertera dalam dokumen itu.

Dokumen-dokumen itu diberikan kepada New York Times oleh seseorang yangdekat dengan Freeport, dan menurut bekas karyawan maupun karyawanFreeportsendiri, dokumen-dokumen itu asli alias otentik. Dalam respontertulisnyakepada New York Times, Freeport menyatakan bahwa perusahaan itu telahmengambil langkah-langkah yang perlu sesuai dengan undang-undangAmerikaSerikat dan Indonesia untuk memberikan lingkungan kerja yang aman bagilebihdari 18.000 karyawannya maupun karyawan perusahaan-perusahaankontraktornya.Freeport juga mengatakan tidak punya alternatif lain kecuali tergantungsepenuhnya kepada militer dan polisi Indonesia dan keputusan-keputusanyangdiambil dalam kaitannya dengan hubungan dengan pemerintah Indonesia danlembaga-lembaga keamanannya, adalah kegiatan bisnis biasa.

Page 4: Penjajahan ala freeport

Dalam waktu singkat, Freeport menghabiskan 35 juta dolar untukmembanguninfrastruktur militer � barak-barak, kantor-kantor pusat, ruang-ruangmakan,jalan � dan perusahaan juga memberikan para komandan 70 buah mobiljenisLand Rover dan Land Cruiser, yang diganti setiap beberapa tahun. Semuamemperoleh sesuatu, bahkan juga angkatan laut dan angkatan udara.Menurutbekas karyawan dan karyawan Freeport, ketika itu perusahaan ini sudahmerekrut seorang bekas agen lapanganCIA, dan atas rekomendasinya, perusahaan kemudian mendekati seorangatasemiliter di Kedubes Amerika Serikat di Jakarta dan memintanya untukbergabung. Kemudian dua orang bekas perwira militer Amerika Serikatdirekrut, dan sebuah departemen khusus, yang diberi nama PerencanaanOperasiDarurat (Emergency Planning Operation) didirikan untuk menanganihubunganbaru Freeport dengan militer Indonesia.

Departemen Perencanaan Operasi Darurat yang baru ini mulai melakukanpembayaran bulanan kepada para komandan TNI, sementara kantorPengelolaanRisiko Keamanan (Security Risk Management office) mengatur pembayarankepadapolisi. Informasi ini diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan danketerangan bekas karyawan dan karyawan Freeport. Menurut dokumenperusahaan,Freeport membayar paling sedikit 20 juta dolar (sekitar Rp 184 miliar)kepada militer dan polisi di Papua daritahun 1998 sampai bulan Mei 2004. Kemudian ada juga tambahan 10 jutadolar(sekitar Rp 92 miliar) yang juga dibayarkan kepada militer dan polisipadajangka waktu itu sehingga totalnya sekitar Rp 276 miliar.

New York Times menerima dokumen keuangan Freeport selama tujuh tahundariseorang yang dekat dengan perusahaan itu. Tambahan dokumen selama tigatahundiberikan oleh Global Witness, sebuah LSM yang mengeluarkan laporanpadabulan Juli, yang berjudul Paying for Protection (Bayaran Perlindungan)[1]

Page 5: Penjajahan ala freeport

tentang hubungan Freeport dengan militer Indonesia. Diamird 0'Sullivan,yangbekerja untuk Global Witness di London,mengkritik pembayaran yang dilakukan Freeport itu.

Menurut perusahaan, semua pengeluaran yang dilakukannya itu harusmelaluiproses pemeriksaan anggaran. Catatan yang diterima New York Timesmenunjukkan adanya pembayaran kepada perwira-perwira militer secaraperseorangan yang didaftarkan di bawah topik-topik seperti biayamakanan,jasa administrasi dan tambahan bulanan. Para komandan yang menerimadanatersebut tidak diharuskan menandatangani tanda terima.

Pendeta Lowry, yang pensiun dari Freeport pada bulan Maret 2004tetapitetapmenjadi konsultan sampai bulan Juni, mengatakan, sebetulnya tidak adaalasanyang cukup bagi Freeport untuk memberikan dana secaralangsung kepadaparaperwira militer itu.

Catatan perusahaan menunjukkan, penerima terbesar adalah komandanpasukan didaerah Freeport, Letnan Kolonel Togap F. Gultom. Selama enam bulantahun2001, ia diberikan hanya kurang sedikit dari 100.000 dolar untuk biayamakanan, dan lebih dari 150.000 dolar di tahun berikutnya. Di tahun2002,Freeport juga memberikan uang kepada paling tidak 10 komandan lainnyamencapai lebih dari 350.000 dolar untuk biaya makan.

Menurut para bekas karyawan dan karyawan Freeport,pembayaran-pembayarantersebut dilakukan kepada para perwira itu, kepada istri-istri dananak-anakmereka, secara perorangan. Yang berpangkat jenderal terbang di kelassatuatau kelas bisnis, dan para perwira yang lebih rendah pada kelasekonomi,demikian kata Brigadir Jenderal Ramizan Tarigan yang menerima tiketsenilai14.000 dolar pada tahun 2002 utuk dirinya dan anggota keluarganya.

Jenderal Tarigan yang menduduki posisi senior di kepolisian mengatakan,

Page 6: Penjajahan ala freeport

paraperwira polisi dibolehkan menerima tiket pesawat udara karena gajimerekasangat rendah tetapi adalah melanggar peraturan kepolisian untukmenerimapembayaran uang tunai. Pada bulan April 2002, Freeport membayar perwirasenior militer di Papua, Mayor Jenderal Mahidin Simbolon, lebih dari64.000dolar untuk yang disebut dalam buku keuangan Freeport sebagai "danauntukrencana proyek militer tahun 2002".

Delapan bulan kemudian, di bulan Desember, Jenderal Simbolonmenerimalebihdari 67.000 dolar untuk proyek aksi sipilkemanusiaan.Pembayaran-pembayaranini pertama kali dilaporkan Global Witness.Jenderal Simbolon, yang kinimenjadi Inspektur Jenderal Angkatan Darat Indonesia, menolak permohonanuntuk diwawancarai.

Pada tahun 2003, sesudah terjadinya skandal Enron dan disahkannyaUndang-undang Sarbanes-Oxley, yang mengharuskan praktek-praktekakuntansikeuangan yang lebih ketat pada perusahaan-perusahaan, Freeport mulaimelakukan pembayaran kepada unit-unit militer ketimbang kepada paraperwirasecara individu. Demikian menurut catatan yang tersedia dan sepertiyangdituturkan oleh bekas karyawan dan karyawanperusahaan ini.

Menurut catatan, perusahaan membayar unit-unit polisi di Papuasedikitdibawah angka 1 juta dolar di tahun 2003, didaftarkan di bawahtopik-topikseperti "tambahan pembayaran bulanan," "biaya administrasi" dan"dukunganadministratif." Freeport menyatakan kepada New York Times, di dalammenentukan jenis dukungan yang dapat diberikan, adalah merupakankebijakanperusahaan untuk memperhitungkankemungkinan terjadinya pelanggaran HAM." Menurut catatan yang diterimaolehNew York Times, pasukan paramiliter polisi, yaitu Brigade Mobil(Brimob),yang sering dikutip oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat karena

Page 7: Penjajahan ala freeport

kekejamannya, menerima lebih dari 200.000 dolar di tahun 2003.

Sumber

* Laporan investigatif wartawan New York Times Jane Perlez, RaymondBonnerdan kontributor Evelyn Rusli, "Below a Mountain of Wealth, a River ofWaste", 27 Desember 2005. [2]* Disunting dan diberitakan dalam bahasa Indonesia oleh Rakyat Merdekadengan judul "Menyusuri Sungai Limbah Di Kaki Gunung Emas Freeport"secarabersambung pada 16-22 Februari 2006 [3]

Peristiwa

* 21 Februari 2006, terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat yangmelakukan pendulangan emas dari sisa-sisa limbah produksi Freeport diKaliKabur Wanamon. Pengusiran dilakukan oleh aparat gabungan kepolisian dansatpam Freeport. Akibat pengusiran ini terjadi bentrokan danpenembakan.Penduduk sekitar yang mengetahui kejadian itu kemudian menduduki danmenutupjalan utama Freeport di Ridge Camp,di Mile 72-74, selama beberapa hari. Jalan itu merupakan satu-satunyaakseske lokasi pengolahan dan penambangan Grasberg. [4] [5]

* 22 Februari 2006, sekelompok mahasiswa asal Papua beraksi terhadappenembakan di Timika sehari sebelumnya dengan merusak gedung Plasa 89diJakarta yang merupakan gedung tempat PT Freeport Indonesiaberkantor.

* 23 Februari 2006, masyarakat Papua Barat yang tergabung dalamSolidaritasTragedi Freeport menggelar unjuk rasa di depan Istana, menuntukpresidenuntuk menutup Freeport Indonesia. Aksi yang samajuga dilakukan olehsekitar50 mahasiswa asal Papua di Manado.

* 25 Februari 2006, karyawan PT Freeport Indonesia kembali bekerjasetelahpalang di Mile 74 dibuka.

* 27 Februari 2006, Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat

Page 8: Penjajahan ala freeport

mendudukikantor PT Freeport Indonesia di Plasa 89, Jakarta. Aksi menentangFreeportjuga terjadi di Jayapura dan Manado.

* 28 Februari 2006, Demonstran di Plasa 89, Jakarta, bentrok denganpolisi.Aksi ini mengakibatkan 8 orang polisi terluka.

* 1 Maret 2006, demonstrasi selama 3 hari di Plasa 89 berakhir.8aktivis LSMyang mendampingi mahasiswa Papua ditangkap dengan tuduhanmenyusup ke dalam aksi mahasiswa Papua [6] [7]. Puluhan mahasiswa asalPapua di Makassar berdemonstrasi dan merusak Monumen Pembebasan IrianBarat.

* 3 Maret 2006, masyarakat Papua di Solo berdemonstrasi menentangFreeport.

* 7 Maret 2006, demonstrasi di Mile 28, Timika di dekat bandar udaraMosesKilangin mengakibatkan jadwal penerbangan pesawat terganggu.

* 14 Maret 2006, massa yang membawa anak panah dan tombak menutupcheckpoint28 di Timika. Massa juga mengamuk di depan Hotel Sheraton.

* 15 Maret 2006, Polisi membubarkan massa di Mile 28 dan menangkapdelapanorang yang dituduh merusak Hotel Sheraton. Dua orang polisiterkena anakpanah.

* 16 Maret 2006, aksi pemblokiran jalan di depan Kampus UniversitasCendrawasih, Abepura, Jayapura, oleh masyarakat dan mahasiswa yangtergabungdalam Parlemen Jalanan dan Front Pepera PB Kota Jayapura, berakhirdenganbentrokan berdarah, menyebabkan 3 orang anggota Brimob dan 1 intelijenTNItewas dan puluhan luka-luka baikdari pihak mahasiswa dan pihak aparat.[8][9]

* 17 Maret 2006, Tiga warga Abepura, Papua, terluka akibat terkenapelurupantulan setelah beberapa anggota Brimob menembakkan senjatanya ke

Page 9: Penjajahan ala freeport

udara didepan Kodim Abepura [10]. Beberapa wartawan televisi yang meliputdianiayadan dirusak alat kerjanya oleh Brimob.

* 22 Maret 2006, satu lagi anggota Brimob meninggal dunia setelahberada dalam kondisi kritis selama enam hari* 23 Maret 2006, lereng gunung di kawasan pertambangan terbuka PTFreeport Indonesia di Grasberg, longsor dan menimbun sejumlah pekerja.3 orang meninggal dan puluhan lainnya cedera [11].* 23 Maret 2006, Kementerian Lingkungan Hidup mempublikasi temuanpemantauan dan penataan kualitas lingkungan di wilayah penambangan PTFreeport Indonesia. Hasilnya, Freeport dinilai tak memenuhi batas airlimbah dan telah mencemari air laut dan biota laut.[12] [13]* 18 April 2007, sekitar 9.000 karyawan Freeport mogok kerja untukmenuntut perbaikan kesejahteraan. Perundingan akhirnya diselesaikanpada 21 April setelah tercapai kesepakatan yang termasuk mengenaikenaikan gaji terendah [14]