PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i...

76
PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR INDONESIA (KAJIAN ATAS MAKNA ḤĀFIẒŪN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Nurul Hidayat NIM. 1113034000084 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Transcript of PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i...

Page 1: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR INDONESIA

(KAJIAN ATAS MAKNA ḤĀFIẒŪN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Nurul Hidayat

NIM. 1113034000084

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 2: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas
Page 3: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas
Page 4: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas
Page 5: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

Motto

Apa yang kita beri itulah yang kita punya

Page 6: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

i

ABSTRAK

Nurul Hidayat

Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

Makna Ḥāfiẓūn)

Dalam skripsi ini ada satu pertanyaan besar yang ingin disampaikan

oleh penulis, yaitu siapa yang menjaga dan memelihara keotentikan al-

Qur’an dari pengurangan dan penambahan? Terdapat perbedaan

pendapat para mufasir yang ada pada desertasi Eva Nugaraha dari abad

pertama sampai abad ke 14 dalam memaknai laḥāfiẓūn, ada yang

menyatakan penjagaan al-Qur’an hanya Allah, dan ada pula yang

menyatakan penjagaan al-Qur’an melibatkan banyak pihak, sama

halnya mufasir Indonesia dalam memaknai laḥāfiẓūn terdapat

perbedaan.

Penulis menggunakan metode penelitian dengan menggunakan

metode (Library research) dan komparatif dengan pengumpulan data

pokok yang akan diteliti. Penelitian ini adalah untuk mengetahui

pandangan Mufasir Indonesia terkait penafsiran tentang penjagaan al-

Qur’an yang dipertegas pada Q.S al-Hijr/15:9. Tentu menarik

mengetahui pendapat-pendapat mereka, berkaitan dengan penjagaan al-

Qur’an, karena Indonesia mayoritas penduduk beragama Islam yang

sudah barang tentu merujuk kepada pandangan para Mufasir Indonesia.

Hasil penelitian ini adalah berkesimpulan bahwa penjagaan al-

Qur’an menurut mufasir Indonesia. Jika dilihat dari penggunaan

metodologi para mufasir, mereka yang bermetode ijmali berpandangan

bahwa penjagaan al-Qur’an itu hanya Allah semata. sehingga tidak

seorang pun yang sanggup menyelewengkan apalagi menghapusnya,

Sedangkan mereka yang bermetode tahlili berpandangan penjagaan al-

Qur’an itu Allah dan pihak-pihak lain yang ikut terlibat di dalamnya,

yaitu mereka yang menghafal dan orang yang melakukan usaha-usaha

untuk menjaga dan memelelihara al-Qur’an.

Kata kunci: Penjagaan Al-Qur’an, Pemeliharaan Al-Qur’an, Lafadz

Laḥāfiẓūn.

Page 7: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas keberkahan,

rahamat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis,

sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul PENJAGAAN AL-

QURAN MENURUT MUFASIR INDONESIA (KAJIAN ATAS

MAKNA ḤĀFIẒŪN) sebagai syarat untuk menyelesaikan Program

Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan

yang penulis hadapi, namun pada akhirnya dapat melaluinya, berkat

adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moral

maupu spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen Eva

Nugraha, atas arahan dan motivasinya yang tiada henti, juga ucapan

terimakasih kepada keluarganya yang telah berkenan menyediakan

tempat untuk penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah

membalas segala kebaikan kepada beliau dan keluarganya.

Ucapan terima kasih juga kepada segenap jajaran dosen UIN

Syarif Hidayatullah:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. Selaku

Rektor Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

3. Dr. Eva Nugraha, MA. Selaku Ketua Prodi Program Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir (IAT).

Page 8: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

iii

4. Dr. M. Suryadinata, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang

telah memberikan kontribusi bermakna dalam penyelesaian

skripsi.

5. Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-

Qur’an dan Tafsir yang selalu melayani penulis dalam urusan

administrasi akademik.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang dengan kebaikan dan

kemurahan mereka, secara sadar, telah mendorong penulis

untuk tidak surut sebelum menang dalam menggali ke dalam

dan keindahan ayat-ayat suci serta ke-uswah-an Nabi

Muhammad saw. Jazāhumullāh wanafa‘anā bi ‘ulūmihim.

Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis sampaikan

kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Bai Nurjaya dan Hj.

Nafi’ah (Alm), Allāhummaghfir lahumā warhamhumā kamā

Rabbayānā Ṣigārā. Dengan kasih sayangnya yang tiada batasnya dan

kehangatan do’anya yang tiada henti dilantunkan, sehingga penulis

telah sampai pada tahap sekarang ini. Tidak lupa pula kepada keluarga

tercinta, Ka Udin, ka Dede, teh Titi, teh neneng, teh mega dan teh iyah,

yang selalu mensuport penuh terhadap proses perkulihan penulis,

semoga mereka semua selau dalam lindungan Allah SWT. Tidak lupa

pula penulis ucapkan kepada Pendiri Pondok Pesantren Peradaban

DAAR EL-HASANAH, yaitu KH. Bakroni Latar, S.Pd.I, Lc, MM.

Semoga beliau selalu dimudahkan dalam mendidik santri-santrinya.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada teman-teman

seperjuangan dan teman nongkrong dan ngopi, Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir Angkatan 2103. Khususnya kepada sahabat-sahabat terbaik, Rio

Anjasmara (belo), M. Munawwar (kempues), saukatuddin, Aep

Page 9: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

iv

Fahruroji, Didi Maldini dan yang lainnya yang ikut andil dan

memberikan arahan dalam isi skripsi ini, Serta kepada teman angkatan

PP DAARUL FALAH, dan yang lainnya. Susah senang kita lewati

bersama, kenangan indah yang tidak pernah bisa penulis lupakan

bersama mereka, semoga kita semua bisa ambil hikmah dan

keberkahan dari proses perjalanan hidup dan perjuangan menimba ilmu

serta dapat berkumpul kembali di kemudian hari, dan semoga Allah

meridhai kita semua.

Jakarta, 28 Januari 2020

Penulis

Page 10: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi hasil keputusan bersama (SKB) Mentri

Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomer. 1987 dan

Nomer: 0543b/U/1987.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak di lambangkan Tidak di lambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ṡ Es dengan titik di atas ث

J Je ج

Ḥ Ha dengan titik di bawah ح

Kh Ka dan Ha خ

D De د

Ż Zet dengan titik di atas ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan Ye ش

Ṣ Es dengan titik di bawah ص

Ḍ De dengan titik di bawah ض

Ṭ Te dengan titik di bawah ط

Ẓ Zet dengan titik di bawah ظ

Page 11: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

vi

ʻ_ Apostrof terbaik ع

G Ge غ

F Ef ف

Q Qi ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ’_ ء

Y Ye ي

2. Vocal

Vokal terdiri dari dua bagian, ialah vokal tunggal dan vokal

rangkap, transliterasi vokal tunggal sebagai berikut:

Tanda Vokal Vokal Latin Keterangan

A Fathah ا

I Kasrah ا

U Ḍammah ا

Brikut ini adalah vokal rangkap berupa gabungan antara harakat

dan hurup.

Page 12: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

vii

Tanda Vokal Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ـ ي

Au a dan u ـ و

3. Vokal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang bahasa arab dilambangkan

dengan harkat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan topi di atas ا

Ī i dengan topi di atas ا

Ū u dengan topi di atas ا

4. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan huruf ال dialih aksara

menjadi ‘I’ baik di sandangkan dalam huruf syamsiyah maupun di

sandangkan dengan huruf qamariyah. Contoh: al-ẓikr bukan az-ẓikr.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau Tasydīd dalam sistem tulisan arab di lambangkan dengan

sebuat tanda Tasydīd ( ), dalam translit ini di lambangkan dengan

perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda Tasydīd. Contoh:

ب ن ا ين ا rabbanā : ر ق najjaīnā : ن ج al-ḥaqq : ا لح

Page 13: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

viii

6. Cara penulisan kata

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis

secara terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan diatas:

Innā naḥnu nazzalnā al-żikra انا نحن ن حزالنحا الذ كرح

كم بحا ٱلنابيونح Yaḥkumu bihā al-nabiyyūna يح

Istuḥfiẓū ٱستحفظوا

7. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt Subḥanahu wa ta‘ālā

Saw Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam

Q.S Quran Surat

M Masehi

H Hijriah

W Wafat

Page 14: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................ xi

BAB I: PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Permasalahan ............................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

D.Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 8

F. Metodologi Penelitian ................................................................ 13

G.Sistematika Penulisan ................................................................ 15

BAB II: GAMBARAN UMUM PENJAGAAN AL-QUR’AN DAN

KASIFIKASI AYAT

A.Pengertian dan Argumen Penjagaan Al-Qur’an ........................ 17

1. Pengertian Umum Penjagaan Al-Qur’an..............................17

2. Pemaknaan dan Argumen Para Mufasir Klasik atas

Penjagaan al-Qur’an ............................................................. 18

B. Sejarah Ringkas Penjagaan Al-Qur’an ...................................... 19

1. Penjagaan al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW .... 19

2. Penjagaan al-Qur’an pada masa Abū Bakr al-Ṣiddīq ........... 24

3. Penjagaan al-Qur’an pada masa ‘Uṡmān bin ‘Affān ............ 25

C. Klasifikasi Ayat Penjaga ............................................................ 28

1. Allah sebagai Penjaga .......................................................... 28

2. Malaikiat sebagai Penjaga .................................................... 29

3. Manusia sebagai Penjaga ..................................................... 30

BAB III: GAMBARAN UMUM TAFSIR INDONESIA DAN

KLASIFIKASI AYAT PENJAGAAN

A.Gambaran Tafsir Indonesia ........................................................ 32

1. Tafsir Qur’an Karim Karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus .. 33

2. Al-Furqan Tafsir Qur’an karya A. Hassan ........................... 34

3. Tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka ............................... 35

4. Tafsir Qur’an Karya H. Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs37

Page 15: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

x

5. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur karya Prof. Dr. Teungku

Muhammad Hasbi ash-Shiddiqy .......................................... 38

6. Al-Qur’an dan Tafsirnya karya Departemen Agama RI ...... 39

7. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

karya M.Quraish Shihab ....................................................... 40

BAB IV: PENAFSIRAN AYAT PENJAGAAN AL-QUR’AN

MENURUT MUFASIR INDONESIA

A.Analisis Perbandingan Mufasir tentang Ayat Penjagaan Al-

Qur’an ............................................................................................ 42

1. Mufasir Indonesia yang menggunakan metode ijmali ......... 43

a. Argumen mufasir pada lafadz Al-Żikr ............................ 43

b. Argumen mufasir pada lafadz laḥāfiẓūn .......................... 44

2. Mufasir Indonesia yang menggunakan metode tahlili ......... 45

a. Argumen mufasir pada lafadz Al-Żikr ............................ 45

b. Argumen mufasir pada lafadz laḥāfiẓūn .......................... 45

B. Analisis Perbandingan Mufasir tentang Ayat Penjagaan Kitab

Suci ................................................................................................ 48

1. Mufasir Indonesia yang menggunakan metode ijmali ......... 49

2. Mufasir Indonesia yang menggunakan metode tahlili ......... 51

C. Korelasi Mufasir Indonesia dengan Mufasir Terdahulu ............ 52

1. Mufasir Indonesia yang Menyatakan Allah Menjaga Al-

Qur‘an ................................................................................... 52

2. Mufasir Indonesia yang Menyatakan Allah dan Pihak-Pihak

lain yang Menjaga Al-Qur‘an .............................................. 53

BAB V: PENUTUP

A.Kesimpulan ................................................................................ 55

B. Saran-Saran ................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 57

Page 16: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Nama Mufasir Indonesia Berdasarkan Tahun .................... 30

Tabel 3.2 : Allah sebagai Penjaga dalam Al-Qur’an ............................ 40

Tabel 3.3 : Allah sebagai Penjaga dalam Al-Qur’an ............................ 41

Tabel 3.4 : Allah sebagai Penjaga dalam Al-Qur’an ............................ 41

Tabel 4.1 : Q.S al-Hijr/15:9 Mufasir Indonesia terbagi Dua ................ 43

Tabel 4.2 : Q.S al-Maidah/5:44 Mufasir Indonesia terbagi Dua...........50

Page 17: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaminan pemeliharaan dan penjagaan al-Qur’an dari cacat dan

cela dan dari tangan-tangan usil yang mencoba mengurangi atau

mengubahnya, sehingga tidak seorang pun yang sanggup

menyelewengkan apalagi menghapusnya.1 Sebagaimana di dalam

firman Allah QS. al-Ḥijr/15: 9.

فظونح انا نحن ن حزالنحا الذ كرح وحانا لحه لح“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan

Sesungguhnya Kami benar benar memeliharanya” (Al- Hijr

15:9).2

Ayat di atas sering kali dijadikan dalil untuk menegaskan

keterjagaan, keotentikan dan memelihara al- Qur’an dari upaya

menambahkan, mengurangi, mengubah atau menggantinya, Allah

telah menjamin selama langit dan Bumi masih terbentang.3 Ayat ini

juga sering dijadikan perdebatan oleh para mufasir terutama di

dalam memaknai “ḥāfiẓūn” yaitu pemeliharaan al-Qur’an. Seiring

berkembangnya ilmu tafsir ada perluasan makna dalam “ḥāfiẓūn”

yang tadinya hanya Allah saja yang menjaga dan memelihara al-

Qur’an sampai ada pihak lain selain Allah.

1 Lihat Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir al-Thabari, Jami’ul Bayan‘an

Ta’wil Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), 30. 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid V (Jakarta, tahun

2006), 355. 3 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an, Vol. 7, cet I (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 95.

Page 18: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

2

Dalam disertasi Eva Nugraha,4 ada beberapa mufasir yang

menerangkan dan menjelaskan awal mula pembentukan sistem

“ḥāfiẓūn” atau penjagaan al-Qur’an serta perkembangan makna nya

dari abad pertama sampai abad ke 15. Awal mula dari hanya Allah

yang menjaga al-Qur’an, ini berada pada abad petama, kemudian

abad pertengahan mulailah perluasan makna “ḥāfiẓūn” yaitu

keterjagaan al-Qur’an melibatkan pihak lain selain Allah, dan

kemudian diperkuat sampai abad 14, sehingga berkesimpulan

berdasarkan perluasan makna dari mufasir abad 15 bahwa

keterjagaan al-Qur’an telah melibatkan banyak pihak.5 Temuan-

temuan Eva Nugraha, penafsiran di abad 14 adanya keterlibatan

banyak pihak, tidak semata mata Allah, kemudian apakah

mempengaruhi penafsiran di abad 15 Hijriah.

Ditemukan dalam tafsir Indonesia yakni H. Zainuddin Hamidy

dan Fachruddin Hs, dalam tafsirnya bahwa ḥāfiẓūn ialah Kami

penjagaNya, disebutkan juga bahwa Tuhan berjanji akan menjaga

kitab suci al-Qur'an ini dari perubahan sehingga al-Qur’an sampai

sekarang masih tetap dalam keasliannya, biarpun telah melalui masa

yang lebih dari tiga belas abad, satu bukti juga dari kebenaran al-

Qur'an,6 beliau yang bermetode ijmāli.

M Quraish Shihab yang menggunakan metode tahlīlī

berpandangan sebaliknya, memaknai ḥāfiẓūn ialah hanya Allah

4 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci; Studi

Kasus Usaha Penerbitan Mushaf al-Quran di Indonesia Kontemporer” (Disertasi

S3., Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2018), (versi ujian promosi) 5 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci,” 153. 6 Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs. Tafsir Qur’ān:Naskah asli Terjemah-

Keterangan, cetakan keenam (Jakarta, wijaya 1973), 364.

Page 19: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

3

semata. Lantas bagaimana dengan mufasir Indonesia yang lainnya

yang muncul di abad 15 Hijriah dengan memaknai “ḥāfiẓūn” atau

penjagaan al-Qur’an tersebut.

Al-Qur’an sepanjang abad menurut kaum muslim merupakan

kalam Allah, sehingga dari generasi ke generasi, umat islam

melakukan usaha untuk memahami kandungan al-Qur’an dan

menerapkan kembali dalam berbagai tafsir,7 Indonesia merupakan

mayoritas muslim dan negara muslim terbesar di dunia, pastinya

mempunyai korelasi signifikan dalam kebutuhan dan memahami isi

al-Qur’an. Perkembangan penafsiran al-Qura’an di Indonesia

cendrung berbeda dengan yang terjadi di negara Arab karena

perbedaan latar belakang budaya dan bahasa.8 Masyarakat

Indonesia harus mempunyai pikiran bahwa ada gunanya

memelihara ayat-ayat al-Qur’an bagi generasi mendatang, sudah

saatnya sekarang untuk melakukan kritik teks terhadap al-Qur’an

sebagaimana telah kita lakukan terhadap kitab-kitab sebelumnya.9

oleh karena itu penulis ingin mengkaji bagaimana pandangan para

mufassir Indonesia menyikapi keterjagaan al-Quran tersebut, dan

sudah tentu merujuk pada mufasir Indonesia yang sering dijadikan

rujukan dan selalu mewarnai keilmuannya dibidang tafsir.

Pertanyaannya adalah apakah mufasir Indonesia memaknai

“ḥāfiẓūn” atau Penjagaan al-Qur’an ini disimpulkan dengan

penjagaan al-Qur’an hanya Allah semata atau ada keterlibatan dari

7 Taufiqurarahman, Kajian Tafsir Al-Qur’an. Mutawattir: Jurnal keilmuan

Tafsir hadis”: Institut Agama Islam Al-Amin Prenduan Sumenep, Vol. 2, No.1

(Madura, juni 2012), 1. 8 Taufiqurarahman, “Kajian Tafsir Al-Qur’an, 2. 9 Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-

Misbah (Jakarta: Amzah, 2015), 81.

Page 20: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

4

pihak-pihak lain, di sini penulis perlu membahas lebih dalam

tentang penjagaan al-Qur’an.

Selain itu kajian dan pembahasan tentang mufasir Indonesia

dalam belakangan ini hanya membahas dan mengkaji pada ayat-

ayat terkait hukum, metodologi, toleransi, tawasul, Pendidikan,

persoalan rumah tangga dan yang lainya menurut mufasir

Indonesia, dan mereka tidak membahas penjagaan al-Qur’an,

sehingga menemukan adanya ruang antara bagaimana mufasir

Indonesia menafsirkan penjagaan al-Qur’an yang mayoritas lahir di

abad 14 hijriah, dan kajian tentang penjagaan al-Qur’an pun

cendrung membahas lebih kepada penjagaan al-Qur’an dari bentuk

penghafalan qur’an. Terlebih di dalam disertasi Eva Nugraha tidak

mempokuskan penelitiannya kepada permasalahan tersebut,

dikarenakan hanya untuk melengkapi kajian atas tema besar

penelitiannya saja, dan penulis pun hanya mempokuskan kepada

mufasir Indonesia yang belum dibahas terkait penjagaan al-Qur’an,

sehingga penulis beranggapan bahwa adanya penelitian penjagaan

al-Qur’an ini penting untuk dibahas lebih lanjut menurut mufasir

Indonesia secara mendalam dan terperinci.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis

menemukan beberapa masalah yang dapat diajukan bahan untuk

penelitian ialah sebagai berikut:

Page 21: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

5

a. Beberapa mufasir di abad pertama hingga abad ke 14 H ada

nya perluasan makna dalam menafsirkan QS. al-Hijr/15:9

dalam memahami “ḥāfiẓūn” atau penjagaan dan

pemeliharaan al-Qur’an.

b. Bahwa ada perbedaan makna mufasir Indonesia yang

bermetode ijmāli dan tahlīlī dalam memaknai “ḥāfiẓūn”.

c. Mufasir Indonesia kebanyakan lahir di abad ke 14 maka

bagaimana mereka menafsirkan dan berpendapat terhadap

makna “ḥāfiẓūn” menurut mufasir indonesia

d. Mufasir Indonesia terdapat 14 mufasir di antaranya, Tarjum

Al-Mustafid: Abdul Rauf Sinkel, Tafsir Marah Labid:

Syeikh Nawawi Banten, Tafsir al-Qur’an Al-Karim:

Mahmud Yunus, Tafsir Raudhatul ‘Irfan: K.H. Ahmad

Sanusi, Tafsir Al-Furqan: A. Hasan, Tafsir Qur’an H.

zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS, Tafsir Al-Ibriz, H.H.

Bisri Musthafa, Tafsir An-Nur: Hasbi al-Shiddieqy, Tafsir

Al-Azhar: Buya Hamka, Al-Qur’an Al-Karim HB. Yassin,

Al-Qur’an dan Tafsirnya: Depag RI, Tafsir Rahmat Oemar

Bakry, Tafsir Fase, Tafsir Al-Misbah: M. Quraish Shihab.

M.A. 10

2. Pembatasan Masalah

Dengan identifikasi masalah, maka penulis membatasi

penelitian ini hanya pada mufasir Indonesia yang berbahasa

Indonesia dan dibatasi yang menafsirkan 30 surat, di antaranya

Tafsir Al-Qur’an Al-Karim karya Mahmud Yunus, Al-Furqon Tafsir

10 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia (Banten: Mazhab Ciputat, 2013),

xiv-xvi.

Page 22: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

6

Al-Qur’an karya Ahmad Hasan, Tafsir Qur’an: Naskah asli-

Terjemah-Keterangan H. Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs. Tafsir

Nur karya Teungku Muhammad Hashbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al

Azhar karya HAMKA, Al-Qur’an dan Tafsirnya Milik Departemen

Agama RI, Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab menafsirkan

makna “ḥāfiẓūn” atau penjagaan al-Qur’an terkait QS. al-Hijr/15:9

3. Perumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah yang menjadi fokus penelitian penulis adalah: bagaimana

mufasir Indonesia menafsirkan makna “ḥāfiẓūn” dalam QS. al-Ḥijr/

15:9 dengan proses penjagaan al-Qur’an?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas,

maka tujuan di lakukannya penelitian ini adalah:

1. Memaparkan hasil pembaca atas penafsiran mufasir

Indonesia dalam proses penjagaan al-Qur’an dalam QS. al-

Hijr/15:9.

2. Mengetahui pemahaman mufasir Indonesia terkait makna

“ḥāfiẓūn” dalam keterjagaan al-Qur’an

3. Memaparkan persamaan dan perbedaan dalam menafsirkan

QS. al-Hijr/15:9 dalam proses penjagaan al-Qur’an antara

mufasir Indonesai yang lahir di abad 15, sebagaimana Eva

nugraha menyimpulkan keterjagaan al-Qur’an.

Page 23: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

7

D. Manfaat Penelitian

Fokus penelitian ini akan mengkaji lebih jauh pemahaman

mufasir Indonesia terhadap penjagaan al-Qur’an QS. al-Hijr/15:9.

Secara garis besar kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini untuk menambah dan melengkapi ataupun

menguatkan hasil di dalam penelitian sebelumnya yaitu Eva

Nugraha11 dan Ali Muharrom12 dalam mengkaji keterjagaan

al-Qur’an dalam QS. al-Hijr/15:9 terutama menurut mufasir

Indonesia dalam memaknai lafadz “ḥāfiẓūn”.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan

pemikiran tantang keilmuan persoalan penjagaan al-Qur’an

dalam pemahaman mufasir Indonesia di Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

c. Memperluas pemahaman di bidang tafsir bagi mahasiswa

fakultas Ushuluddin

2. Secara Praktis

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir

perkuliahan guna memperoleh gelar strata 1 dalam keilmuan

Fakultas Ushuluddin, khususnya program Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir.

11 Di dalam disertasinya, Eva Nugraha menjelaskan pada system pada jual

beli mushaf al-Quran di Indunesia kontemporer, dan pada sub bab dalam

memaknai laḥāfiẓūn hanya sampai pada abad 14 lihat Eva Nugraha, “Diseminasi,

Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci”. 12 Didalam skripsinya, Ali Muharrom menjelaskan konsep keterjagaan al-

Qur’an menurut al-Syaʻrāwī, lihat Ali Muharom, “Konsep Keterjagaan al-Qur’an

menurut al-Syaʻrāwī”.

Page 24: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

8

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka menguraikan penelitian dan karya-karya tulis

lainnya yang dikerjakan atau diteliti oleh terdahulu, yang sesuai

atupun keterkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis, baik

kajian ataupun literatur tafsir yang terkait. Namun dari sisi kajian

terkait keterjagaan al-Qur’an penulis belum menemukan buku

ataupun penelitian yang membahas mufasir Indonesia dalam

menafsirkan makna penjagaan al-Qur’an. Penulis menemukan

beberapa buku ataupun penelitian terdahulu yang termasuk

berkaitan dengan pembahasan di antaranya:

Ali Muharom,13 Konsep Keterjagaan al-Qur’an menurut al-

Syaʻrāwī (kajian atas Makna “laḥāfiẓūn”), dalam penelitian ini ali

memaparkan sebuah konsep keterjagaan al-Qur’an merujuk pada

QS. al-Hijr/15:9 di dalam nya menerangkan bahwa di abad 15

masih terdapat mufasir yang memaknai “laḥāfiẓūn” atau penjagaan

al-Qur’an disimpulkan dengan hanya Allah lah yang menjaga dan

memelihara al-Qur’an hanya saja al-Syaʻrāwī mengategorikan

penghafal al-Qur’an dan yang menjaga lain nya tidak termasuk

dalam pihak yang menjaga al-Qur’an, karena pada dasarnya mereka

yang menghafal dan menjaga al-Qur’an tidak terlepas dari kehendak

Allah SWT.

13 Ali Muharom, Konsep Keterjagaan al-Qur’an menurut al-Syaʻrāwī

(kajian atas Makna laḥāfiẓūn), 60

Page 25: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

9

Gugun Gunawan,14 Penasiran QS. al-Hijr/15:9 tentang

pemaknaan lafal Al-Żikr sebagai Al-Qur’an sebuah studi kritis di

dalamnya Gugun membahas beragam term Qur’an sehingga

ditemukan bahwa al-Qur’an yang dimaksud ialah, dengan demikian

bukan al-Qur’an yang dimaksud berupa tulisan dalam mushaf

ataupun bacaan melainkan Qur’an berupa ingatan atau hafalan

dalam hati ḥiffaz al-Qur’ān (al- żikr).

Faizah Ali Sybromalisi,15 urgensi lajnah pentashih al-Qur’an di

Indonesia, di dalamnya memaparkan urgensi mendirikan lajnah

pentashih al-Qur’an upaya pemeliharaan al-Qur’an. Walaupun pada

hakikatnya Allah SWT yang memelihara dan menjaga al-Qur’an

tapi umat muslim berkewajiban untuk terlibat di dalamnya,

sehingga pemerintah membangun lajnah pentasihan al-Qur’an

dalam upaya pemeliharaan al-Qur’an.

Sulaiman, Pemeliharaan Otentisitas al-Qur’an dan Relasinya

dengan QS. al-Ḥijr/15l:9 Perspektif Mufasir Klasik dan Modern,

menjelaskan tentang pemeliharaan autentisitas al-Qur’an sejak masa

Nabi sampai sekarang serta media pemeliharaannya. Dalam skripsi

ini juga dijelaskan tentang pendapat mufasir klasik dan modern atas

penafsiran QS. al-Hijr/15:9. Skripsi ini lebih menitik beratkan

permasalahan pada penafsiran lafal “ḥāfiẓūn” pada ayat tersebut.

Hal itu terlihat dari pembahasannya tentang pemeliharaan al-Quran

.14 Gugun Gunawan, “Penafsiran QS Al- Hijr 15:9 tentang pemaknaan lafal

Al-Żikr sebagai Al- Quran sebuah studi kritis” (Skripsi S1., Universitas Islam

Negeri Jakarta), 75. 15 Faizah Ali Sybromalisi, “urgensi lajnah pentashih al-Qur’an di

Indonesia” (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011), 2.

Page 26: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

10

dan media dalam memelihara al-Qur’an dari masa Nabi sampai saat

ini sehingga al-Qur’an terjaga dan terjamin keautentikkannya.

Muhamad Fajar Pramono,16 “Pola-pola pemeliharaan al-Qur’an

dalam tinjauan historis.” Dalam artikel ini, Fajar mencoba

mengungkapkan bagaimana pola-pola bentuk penjagaan Allah dari

masa ke masa Fajar menjelaskan ada tiga pola Allah SWT dalam

menjaga al-Qur’an, di antaranya kekuatan al-Qur’an sendiri

kemudian terdapat umat muslim yang menjaga al-Qur’an dan

terakhir jaminan Allah SWT sampai akhir jaman.

Anisah Indriati mengenai ragam tradisi penjagaan al Qur’an.17

Anisah menerangkan kajian kesucian al-Qur’an fenomenologi

budaya. dengan kajian living Qur’an. Kajian ini berupaya

mendalami bagaimana pesantren tersebut berinteraksi dengan al-

Quran. Sehingga nilai-nilai dasar al-Qur’an dapat diaplikasikan ke

dalan keseharian. Menurutnya ada beberapa pesantren al-Qur’an

yang memberikan kontribusi penting dalam mengembangkan

interaksi Muslim terhadap al-Qur‟an. Huffāẓ al-Qur’an Peranan

mereka dalam menciptakan ratusan atau bahkan ribuan penghafal

menjadi bukti eksistensi mereka dalam living Qur’an. Berbagai

variasi metode dan proses interaksi al-Qur’an dijalankan, sehingg

al-Qur’an menjadi sebuah entitas yang hidup di antara komunitas

Muslim, khususnya di kalangan pesantren.

16 Muhamad Fajar Pramono, “Pola-pola pemeliharaan al-Qur’an dalam

tinjauan historis” Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Agama Isy Karima (2017), 3. 17 Anisah Indriati, “Ragam Tradisi Penjagaan al-Qur’an di Pesantren: Studi

Living Quran di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, An-Nur Ngrukem, dan Al-

Asy’ariyyah Kalibeber.” Jurnal al- Itqan, Volume 3, No. 1, (Januari – Juli 2017),

1.

Page 27: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

11

Ahmad Kusaini,18 “Pemeliharaan kemurnian al-Qur’an” Skripsi

S1 Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya 1991, di dalamnya

dijelaskan tentang sejarah perkembangan penjagan kemurnian al-

Qur’an dari masa ke masa, dari masa Rasulullah SAW, krmudian

Abu Bakar, dan terakhir ada masa Usman sehingga al-Qur’an yang

dikaji, digunakan dan diperjualbelikan pada saat sekarang ini, terus

terjaga kemurnian dan keotentikannya sama seperti pada masa

Rasulullah SAW.

Kemudian penulis menemukan kajian ataupun buku yang

mengkaji tentang mufasir Indonesia di antanya ialah, Khamdatul

Aliyati.19 Dalam penelitian ini Aliyati membahas tentang

perbudakan pada masa Nabi SAW menurut mufasir Indonesia,

ditemukan oleh mufasir adanya relevansi dengan realita sekarang,

yang cendrung di era zaman sekarang masih ada perbudakan dengan

cara merampas hak hak orng lain ataupun individu, sehingga harus

kembali berpegang teguh pada al-Qur’an agar tidak ada lagi perjual

belian manusia, karena manusia mempunya hak hak hidup yang

normal dan di muka bumi ini tidak dibenarkan untuk memperburuk

orang lain, karena islam dari awal datang untuk menjadi islam yang

Rahmatan lil ’ālamīn.

Dan ditemukan Muhammad Abdul Rakhim.20 Di dalamnya

Rakhim membatasai Mufasir Indonesia di antaranya tafsir al-Azhar

karya Hamka, tafsir al-Mishbah karya M. Quraishy Shihab dan al-

18 Ahmad Kusaini “Pemeliharaan kemurnian al-Qur’an.” (Skripsi S1.,

Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya 1991), 1. 19 Khamdatul Aliyati, “Perbudakan Dalam Pandangan Mufasir indonesia”

(S1., UIN walisongo semarang 2015), 178. 20 Muhammad Abdul Rakhim, “Toletansi Antar Umat Beragama Dalam

Pandangan Mufasir Indonesia.” (S1., UIN walisongo semarang, 2015), 67.

Page 28: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

12

Qur’an dan tafsirnya karya Depag RI dan mufasir Indonesia

berkesimpulan bahwa kata toleransi secara eksplisit tidak ditemukan

dalam al-Qur’an namun banyak penafsiran yang terkait dengannya,

di antaranya sikap saling menghargai dan yang lainnya, Al-qur’an

menyinggung secara nyata term-term tersebut, disimpulkan kedalam

term mufasir bahwa toleransi antar umat, suku dan bangsa itu harus

dijalankan, dan sekripi ini terdapat table yang di dalamnya berisi

tentang pendapat para tokoh mufasir beseta kesimpulannya, lebih

lengkap bias dilihat pada skripsi Rakhim 21

Kemudian penulis menemukan buku, Nashrudin Baidan.22

“Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesai.” Di dalamnya

diterangkan tentang tafsir al-Qur’an di Indonesia dari priode klasik,

priode pertengahan dan priode modern dan buku ini mengkaji

metodologi tafsir, corak dan sejarah perkembangan tafsir al-Qur’an

di Indonesia sejak dari lahir tumbuh dan berkembang sampai

sekarang yang ada di Indonesia, di dalamnya pun mufasir

mengungkapkan pemahaman pemahana tentang ayat-ayat al-Qur’an

untuk menuntun umat ke jalan yang pemikiran yang lebih tanggap

dan maju. Nabi Muhammad SAW, memerintahkan umatnya untuk

mengajari anak-anak berenang, memanah. Maka dari itu tentu dapat

memaknai perintah ini dengan suatu penafsiran yang lebih luas dan

sesuai di dalam kondisi zaman.

21 Muhammad Abdul Rakhim, “Toletansi Antar Umat Beragama Dalam

Pandangan Mufasir Indonesia.” (S1., UIN walisongo semarang 2015), 69. 22 Nashrudin Baidan. “Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesai.” (PT

Tiga Pustaka Mandiri Solo, 2003), 2.

Page 29: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

13

F. Metodologi

Metodologi dalam sebuah karya ilmiah sangat mutlak

digunakan untuk landasan dalam melakukan penelitian, oleh

karenanya skripsi ini disusun menggunakan metodologi sebagai

berikut

1. Jenis Penelitian

Agar penelitian ini terarah dan hasil optimal, maka penulis akan

menggunakan penelitian ini yang bersifat kajian pustaka (library

research), penelitian ini mengumpulkan data informasi dan bantuan

dengan macam-macam material yang terdapat di ruang

perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan, dan

kisah-kisah sejarah dan lain-lain,23 karena penelitian ini

kepustakaan dan berupa tafsir al-Qur’an maka jenis penelitiannya

kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada

(Denzin dan Licoln 1987)24

2. Sumber Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari beberapa

sumber sebagai berikut:

23 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, cet. 9, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2007), 28. 24 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, cet. 26

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 5.

Page 30: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

14

a. Data primer, data yang diperoleh dari sumber dasar yaitu

tafsir al-Qur’an karya mufasir Indonesia seperti Tafsir Al

Qur’an Al Karim karya Mahmud Yunus, Al Furqon Tafsir

Al-Qur’an karya Ahmad Hasan, Tafsir Nur karya Teungku

Muhammad Hashbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Azhar karya

HAMKA serta Tafsir Al Misbah karya Quraish Shihab Al-

Qur’an dan Tafsirnya Milik Departemen Agama RI. Karya

karya ilmiah lain yang membahas tentang keterjagaan al-

Qur’an. Data dalam penelitian ini dibatasi pada ketujuh

kitab tafsir tersebut karena menurut penulis, kitab-kitab

tersebut dapat mewakili dari beberapa kitab tafsir yang lain

dengan pemikiran-pemikiran para mufasirnya.

b. Data sekunder, data yang diperoleh dari buku-buku sejarah,

jurnal, surat kabar atau laporan peneliti terdahulu.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian literature, maka metode yang

digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah telaah

dokumentasi.25 Yang mana proses pengumpulan data dilakukan

melalui dokumen-dokumen dari sumber primer dan sekunder yang

berkaitan dengan judul penelitian ini yang telah penulis sebutkan di

atas.

Setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah analisis data.

Penulis menganalisa dengan menggunakan Qualitative Conten

Analysis (Kajian isi dokumen secara kualitatif). Dalam penelitian

ini analisis isi data diperlukan untuk mengkategori dan

25 Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

(Rineka Cipta, Jakarta 1998), 149.

Page 31: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

15

mengklasifikasikan terhadap ayat-ayat dan penafsiran mufassir

indonesia, sehingga dapat dipetakan satu tema tertentu yaitu

keterjagaan al-Qur’an.

Penulis juga menggunakan pendekatan deskriptif analitik, yaitu

menggambarkan data selengkap-lengkapnya dan kemudian disertai

analisis antar satu variable dengan variable yang lain, metode

perbandingan juga diterapakan guna menganalisis adanya kesamaan

atau perbedaan penafsiran antar para mufassir yang kitab tafsirnya

diteliti.

4. Teknis Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman kepada surat keputusan rektor

nomer 507 tentang penulisan karya ilmiah tahun 2017, dan buku

pedoman akademik program strata 1 terbitan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, trfansliterasi berpedoman kepada

(SKB) dua mentri Nomer.138 tahun 1987.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudan dah mendapatkan gambaran hasil yang

meruntut sistematis, maka dalam skripsi ini penulis membaginya

menjadi lima bab, masing- masing terdiri dari uraian yang saling

keterkaitan, agar mengetahui penelitian Ini kemana arah dan

tujuannya.

Bab I merupakan pendahuluan Pada bab ini akan dikemukakan

tentang judul skripsi, latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan

Page 32: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

16

skripsi, dan fungsi kedudukan bab ini ialah menguraikan

permasalahan yang harus penulis teliti

Bab II pada bab ini penulis akan menyambungkan latar

permasalahan pada bab I ialah mengemukakan penjelasan

keterjagaan al-Qur’an secara umum, yaitu meliputi pengertian

ḥāfiẓūn keterjagaan al-Qur’an. makna ḥāfiẓūn dalam al-Qur’an,

sejarah mepeliharaan al-Qur’an dan bentuk pemeliharaan secara

Umum

Bab III agar dapat terarah penulis memaparkan biografi singkat

mufasir Indonesia serta mengklasifikasi term penjagaan dan

pemeliharaan dalam al-Qur’an, agar meneruskan kerangka teori

pada bab sebelumnya

Bab IV adalah argumen penjagaan al-Qur’an, yang merupakan

hasil analisis penulis berdasarkan pendekatan kualitatif berupa

telaah atas makna penjagaan al-Qur‟an menurut mufasir Indonesia

bab ini meliputi pemetaan mufasir atas penafsiran yang berbeda

ataupun yang sama.

Bab V di dalam nya berisi tentang kesimpulan atas penulis teliti

dari bab IV dan untuk menjawab dari rumusan masalah yang ada di

bab I atau di dalam rumusan masalah.

Page 33: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

17

BAB II

GAMBARAN UMUM PENJAGAAN AL-QUR’AN DAN

KLASIFIKASI AYAT PENJAGAAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara umum penjagaan al-

Qur‟an di antaranya meliputi pengertian ḥāfizūn, argumen penjagaan

al-Qur‟an, sejarah penjagaan al-Qur‟an dari masa ke masa dan

beberapa pendapat para mufasir.

A. Pengertian dan Argumen Penjagaan Al-Qur’an

1. Pengertian Umum Penjagaan Al-Qur’an

Penjagaan al-Qur‟an terdiri dari dua kata, yaitu penjagaan dan al-

Qur‟an. Penjagaan sendiri berasal dari kata jaga yang berarti berkawal

atau bertugas menjaga, yang diberi imbuhan pe-dan-an yang berarti

proses, pemeliharaan, dan pengawasan.1

Adapun definisi Al-Qur'an secara istilah yang disepakati oleh ulama

ushul fikih dan bahasa, yaitu:

الن ل ع ل ز ن م ل ا ز ج ع م ال الم الك ى ب الل ل ،ف اح ص م ال ف ب و ت ك م ال م ل س و ه ي ل ع ىر ات و الت ب ع ن ه ل و ق ن م ل ا

ه ت و ال ت ب د ب ع ت ،ال

Firman (Allah) yang merupakan mu‟jizat, yang diturunkan kepada

Nabi (Muhammad), dituliskan di dalam mushaf, diriwayatkan

secara mutawatir, dan membacanya bernilai ibadah.2

Dalam bahasa Arab, term penjagan dan pemeliharaan al-Qur‟an ini

diambil dari diksi potongan ayat al-Qur‟an “Laḥāfiẓūn” yang berasal dari

kata ḥafiẓa yaḥfaẓu ḥifẓan ḥāfiẓūn merupakan kata bahasa arab yang

1Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa

Indonesia” Daring: jaga, dalam https://kbbi.web.id/jaga. Diakses pada 20 Oktober

2019 pukul 07.30. 2 Subhi As-Shalih, Mabahits fii Ulum Al-Qur‟an, cet. 4 (Beirut: Daar Al-Ilm

li Al-Malaayiin, 2000), 21.

Page 34: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

18

berakar dari huruf (ha-fa-za), artinya memelihara sesuatu dan dimaknai

pula sebagai kebalikan dari lupa.3 Dengan definisi ini, penjagaan al-

Qur‟an ialah segala proses dan cara yang dilakunan untuk penjagaan

dan pemeliharaan kitab suci al-Qur‟an, dikhususkan untuk kalam allah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Pemaknaan dan Argumen Para Mufasir Klasik atas Penjagaan

al-Qur’an

Al-Qur‟an merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh

Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. “Innā nahnu nazzalnā

al- ẓikra wa innā lahū laḥāfiẓūn”. Sesungguhnya Kami yang

menurunkan al-Qur‟an dan Kami-lah yang memeliharanya.4 Ayat ini

merupakan jaminan pemeliharaan dari cacat dan cela, dan dari tangan-

tangan usil yang mencoba untuk mengurangi atau mengubahnya,

sehingga tidak ada seorangpun yang sanggup menyelewengkan dan

menambahkan apalagi menghapusnya. Menurut Hamka karena Allah

yang menurunkannya dan Allah pula yang akan menjaganya. Tidak ada

satu kekuatan pun yang akan sanggup menghambat.5

Demikianlah Allah menjamin keotentikan al-Qur‟an atas dasar

kemahakuasaan dan kemahatahuanNya, serta berkat upaya- upaya yang

dilakukan oleh makhluk-makhlukNya, terutama oleh manusia. Dengan

jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan

didengarnya sebagai al-Qur‟an tidak berbeda sedikit pun dengan apa

3 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci; Studi

Kasus Usaha Penerbitan Mushaf al-Quran di Indonesia Kontemporer” (Disertasi S3.,

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018),

165. 4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat (Mizan Pustaka, 2007), 21. 5 Hamka, Tafsīr al-Azhār (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), 175.

Page 35: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

19

yang pernah dibaca Rasulullah dan yang didengar serta dibaca oleh

para sahabat Nabi SAW.6

Merujuk pada Q.S al-Ḥijr/ 15:9, ayat ini dengan tegas menyatakan

bahwa al-Qur‟an berasal dari Allah berikut dengan komitmenNya

untuk menjaga dari berbagai perubahan baik pengurangan ataupun

penambahan isinya.7

Sebagaimana penjelasan di awal, term keterjagaan ini diambil dari

kata Ḥāfiẓūn pada potongan ayat Q.S al-Hijr/ 15:9 Innā naḥnu nazzalnā

al-dhikr wa innā lahu laḥāfizūn. Pertanyaannya kemudian adalah: siapa

dan bagaimana proses penjagaan al- Qur‟an tersebut dilakukan?. Pada

bab ini penulis akan memaparkan beberapa pendapat tentang penjagaan

al-Qur‟an.

Pangkal perdebatan para ulama awal dalam menafsirkan Q.S al-

Hijr/ 15:9 ini, ada pada ḍamīr ha kata lahu. al-Tabāri mengemukakan

sejumlah pendapat yang kemudian pendapat al-Tabāri ini dipakai pula

oleh sejumlah mufasir abad ketiga dan keempat Hijriah seperti al-

Ṣan‟ānī (w. 211 H), al-Juzzāz (w. 311 H), dan Ibn Abī Ḥātim (w. 327

H) mengenai siapa yang berbeda tersebut.

Pertama, pendapat Mujahid, ḍamir ha dimaknai „indanā, (pada

kami). Kedua, riwayat Sa‟īd dan Qatādah, ḍāmir ha kembali ke al-Żikr.

Ia menyatakan kaitan antara ayat laḥāfizūn dengan ayat Lā ya‟itīhi al-

bāṭil yang merujuk ke iblīs, sehingga Iblis tidak mungkin untuk

menambahkan di dalamnya sesuatu yang batil, dan benar-benar tidak

akan bisa mengurangi apa pun karena Allah-lah yang menjaga al-

6 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat (Mizan Pustaka, 2007), 21. 7 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci,” 163.

Page 36: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

20

Qur‟an dari kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut. Ketiga, Masih

pendapat Qatādah, hanya saja riwayatnya berasal dari Ma‟mar. Bahwa

Allah-lah yang menjaganya dari upaya setan untuk menambahkan

sesuatu di dalamnya secara batil, begitu pula upayanya untuk

mengurangi sesuatu darinya. Keempat, ḍāmir hu kembali pada al-Żikr

yang bermakna Żikr Muhammad (ingatan Nabi Muhammad), atas

dasar sebuah riwayat “Wainnā liMuḥammadin ḥāfiẓūna mimman

arādahu bisū‟in min a‟dāihi,” hanya saja al-Tabāri tidak menjelaskan

siapa yang mengungkapkan riwayat tersebut.8

Abū Manṣūr al-Māturīdī, mufasir pertengahan abad ke empat,

menjadi awal perkembangan pendapat bahwa yang tadinya

hanya Iblis kini siapapun memiliki potensi menjadi subyek dari

pengurangan dan penambahan pada al-Qur‟an.9 Maka dari itu, hal ini

juga berpengaruh besar pada kesimpulan siapa dan bagaimana bentuk

penjagaan al-Qur‟an selanjutnya.

Pada abad ke enam, Ibn „Atiyyah (w. 542 H) menyebutkan bahwa

“laḥāfiẓūn bi ikhtizānihi fī ṣudūr al-rijāl,” lebih lanjut Ia menyatakan:

“Ay huwa maḥfūẓun fi al-qulūb.” Jika ditarik kesimpulan, para mufasir

pada abad ini mulai memiliki pendapat baru bahwa para penghafal al-

Qur‟an dan mereka yang telah mengumpulkan al-Qur‟an adalah pihak-

pihak yang terlibat dalam penjagaan al- Qur‟an.10

begitu pula dengan

Al-Rāzī yang mulai memasukkan peran sahabat yang melakukan

jam‟al-Qur‟ān adalah bagian dari para penjaga al-Qur‟an. Kemudian

Al-Qurṭūbī juga memasukkan keberadaan mushaf „Usmān sebagai

8 Eva Nugraha, Diseminasi Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 164.

9 Muḥammad Ibn Muḥammad Ibn Maḥmūd, Abū Manṣūr al-Māturīdī (w.333

H), Tafsīr al- Māturīdī –Ta‟wīlāt ahl al-Sunnah, Juz 6, Cet I (Bayrūt Lubnān: Dār al-

Kutub al-„Alamiah, 1426 H/2005 M), 424 10

Eva Nugraha, “Diseminasi Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci”, 165.

Page 37: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

21

bagian dari pola penjagaan. Namun di sisi lain, al-Zamakhshārī (w. 538

H) juga menambahkan istilah tabdīl dan taghyīr bersamaan dengan

ziyādah dan nuqṣān sebagai potensi yang akan lahir dari subyek yang

baru. Penjelasan mengenai penggunaan ḍamīr dalam uslūb Qur‟ani,

Menurut al- Sya‟rāwī, Allah menunjuk diriNya pada teks al-Qur‟an

dengan tiga pola.11

Pertama, dia hadir dengan ḍamīr mutakallim yang

bermakna Nahnu (bentuk jamak atau dalam istilah ilmu nahwu dikenal

sebagai mutakallim ma‟a al-ghaīr) yaitu Innā. Hanya saja dalam

pandangan al-Sya‟rāwῑ mutakallim ma‟a al-ghaīr di sini tidak bisa

dimaknai jamak ataupun “Allah dengan yang lainnya”, melainkan ia

lebih menegaskan bahwa itu untuk menunjukkan keagungan Allah.

Maka ia menyebut Nūn di sana sebagai Nūn Udzmah

B. Sejarah Ringkas Penjagaan al-Qur’an

1. Penjagaan al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW

Pada masa Nabi Muhammad SAW, penjagaan dan pemeliharaan al-

Qur‟an dilakukan dengan dua cara pertama: Dengan cara menghafal

dan meriwayatkannya depada yang lain dan kedua: dengan cara

menulis dan menghafalnya, kemudian mendokumentasikannya di

dalam kertas-kertas.

a. Penjagaan dan pemeliharaan al-Qur‟an dengan Hafalan

Untuk menghafal dan mengingat wahyu yang diturunkan

kepadanya, Allah telah memberikan petunjuk sebagaimana dalam

firmannya Q.S al-Qamar/54: 32.

مد ك ر و ل ق د ر ف ه ل م ن ل لذك ي س ر ن اال ق ر ان

11

Muḥammad Mutawalli al-Sya‟rāwī, Tafsīr al-Sya‟rāwī, Juz I, 559. Lihat

pula Ali Muharom, Konsep Keterjagaan al-Qur‟an, 43.

Page 38: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

22

“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan,

maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran.”12

Dengan bimbingan Allah, beliau menjadi kuat hafalannya dan

diperintahkan untuk mengajarkan al-Qur‟an kepada umatnya.

Rosulullah selama menerima al-Qur‟an tidak sekaligus tetapi

berangsur-angsur Selama kurang lebih 23 tahun. Hal ini adalah untuk

menguatkan hati Rosulullalh. Karena sebagian ayat-ayat yang

diturunkan berdasarkan kejadian dan kebutuhan.13

Begitu selesai

menerima wahyu beliau menyuruh para sahabat untuk menghafal dan

mempelajari dengan sungguh-sungguh.

Asy-syatibi mengatakan: sejak masa diturunkan hingga seterusnya,

al-Qur‟an senantiasa dihafal oleh para sahabat, mereka terus menerus

mentashihkan hafalannya, tajwid dan cara qira‟atnya. Sehingga mereka

menjadi para penghafal al-Qur‟an14

.

b. Penjagaan dan pemeliharaan al-Qur‟an dengan tulisan

Rasulullah secara rutin memanggil para penulis untuk menuliskan

wahyu yang disampaikan lewat malaikat jibril, terdeteksi tidak kurang

dari enam puluh lima orang sahabat yang bertindak sebagai penulis

wahyu.15

Rasulullah bersabda:

12

Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta, tahun

2006) 33. 13

Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1993), cet. Ke 4, 53. 14

Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah dan Pengantar ilmu Al-Qur‟an/Tafsir

(Jakarta: penerbit Bulan Bintang, 1980), 85-89. 15

M. Musthafa Al-A‟zami, Sejarah Teks al-Qur‟an dari wahyu sampai

Kompilasi, terj. Sohirin Solihin, dkk (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 72. Adapun

sahabat yang mengumpulkan al-Qur‟an, setidaknya hanya empat sampai enam orang

saja. Di antaranya Mu‟adz bin Jabal, Zaid bin Sabit, Ubay bin Ka‟ab, Abu Ayyub al-

Ansari, Abu Zaid. Lihat pemaparan riwayat dalam Rasul Ja‟fariyan, Menolak Isu

Perubahan al-Qur‟an, terj. Abdurrahman (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), 23.

Page 39: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

23

Tulislah (ucapanku Demi Tuhan) yang mana jiwaku berada dalam

genggaman-Nya, tidaklah keluar darinya (lisan Rasulullah) kecuali

kebenaran.16

Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabat untuk menulis

dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan,

diantaranya alat tulis menulis yang digunakan adalah kulit binatang,

pelepah kurma, kepingan-kepingan tulang, kayu yang diletakkan di

punggung onta dan bebatuan.17 Penulisan wahyu yang dilakukan pada

masa Nabi saw pada dasarnya didorong oleh beberpa faktor utama

berikut:18

1. untuk membukukan hafalan Nabi saw dan para sahabatnya agar

senantiasa terjaga dan terpelihara

2. untuk mempresentasikan wahyu kepada umat agar lebih

sempurna

3. untuk menghindari hilangnya ayat al-Qur‟an dari memori

hafalan para sahabat.

Setelah proses turunnya wahyu berakhir dengan wafatnya Nabi,

maka dilanjurkan kepada Khulafā al-Rāsyidīn sesuai dengan janji Allah

yang benar kepada umat ini tentang jaminan pemeliharaannya. Adapun

pengumpulan al-Qur‟an di masa Nabi ini dinamakan penghafalan

(ḥifẓan) dan pembukuan (kitābatan) pertama.19

2. Penjagaan al-Qur’an pada masa Abū Bakr al-Ṣiddīq

16

Abu Dawud As-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Beirut: Al-Maktabat Al-

Ashriyah, vol. 3, 318. 17

Tim Forum karya Ilmiah RADEN (Refleksi Anak Muda Pesantren), Purna

Siswa 2011 MHM Lirboyo Kota Kediri, (ed). Abu Hafsin, al-Qur‟an Kita: Studi

Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah, cet. 3 (Kediri: Lirboyo Press, 2013), 46. 18

Rosihon Anwar, Ulumul Qur‟an, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 40. 19

Mannā‟ Khalīl al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur‟an, terj. Aunur Rafiq

El-Mazni, cet. 6 (Jakarta: Putaka al-Kautsar, 2011), 158.

Page 40: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

24

Setelah Rasulullah wafat, penjagaan al-Qur‟an dilanjutkan khalifah

Abu bakar, pada masa kekhalifahan nya terjadilah peperangan di

antaranya yang paling terkenal perang yamāmah pada tahun 12 H yang

melibatkan sebagian besar sahabat penghafal al-Qur‟an. Tentara Islam

yang ikut terdiri dari para sahabat yang kebanyakan hafal Al Qur'an,

mereka yang gugur dalam medan pertempuran sebanyak 70 syuhada',20

bahkan dalam suatu riwayat disebutkan sekitar 500 orang.21

Oleh karena itu Umar bin Khattab khawatir dengan para huffadz

berguguran di medan perang tersebut. Kemudian umar mengusulkan

agar pembukuan al-Qur‟an dilakukan mengingat khawatiran kepada al-

Quran jika mengandalkan hafalan semata, kebijakan umar dalan hal ini

semakin memperjelas kedudukan sebagi sahabat sekaligus penasehat

Abū Bakar.22

Dalam menanggapi usulan umar dengang ragu-ragu

akhirnya Abū Bakar menyetujui dan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai

ketua tim kodifikasi al-Qur‟an, kemudian ditugakan untuk menulis

dalam kurun waktu satu tahun sejak selesai perang Yamāmah Zaid

lebih selektif dan hati-hati. Artinya tidak semua setoran dari para

sahabat diterima begitu saja dengan tangan terbuka, melainkan harus

disertai sumber tertulis dan saksi (setidaknya dua saksi).23

20

Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, 22. 21

Muhammad Quraish Shihab, et. al, Sejarah & Ulūm al-Qur‟an, cet. 4

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), 28. 22

Lihat: Eva Nugraha, Kebijakan „Usmān Atas Kompilasi al-Qur‟an..., 13. 23

Menurut Ibn Hajar, yang dimaksud dengan pengertian dua saksi (syāhidain),

tidak harus keduanya dalam bentuk hafalan atau keduanya dalam bentuk tulisan.

Seorang sahabat yang membawa ayat tertentu dapat diterima bila ayat yang

dibawanya didukung oleh dua hafalan atau tulisan sahabat lainnya. Demikian juga,

suatu hafalan ayat tertentu yang dibawa oleh seorang sahabat akan dapat diterima bila

dikuatkan oleh dua catatan dan atau hafalan sahabat lainnya. Adapun pemahaman ini

berbeda dengan yang diusulkan as-Sakhawi (w.643 H), yang memandang bahwa

syāhidain di sini artinya adalah catatan sahabat tertentu mengenai ayat tertentu. Ayat

tertentu yang disodorkan sahabat sudah dapat diterima jika memiliki dua saksi yang

Page 41: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

25

Adapun pembukuan al-Qur‟an masa Abū Bakr ini disebut sebagai

pembukuan al-Qur‟an kedua setelah masa Rasulullah.24

dan sebagian

karakterisrik penulisan al-Qur‟an pada masa Abū Bakar yaitu mushaf

ini telah menghimpun semua ayat al-Qur‟an dengan cara yang sangat

teliti, ayat dan surah telah tersusun menurut susunan yang sebenarnya

seperti yang diwahyukan Allah kepada Nabi SAW.

Pada masa Umar tidak ada upaya kodifikasi al-Qur‟an sebagaimana

pada masa Abū Bakr. Pada masa ini hanya dilakukan penjagaan, karena

al-Qur‟an sudah tersebar ke berbagai wilayah. Sehingga al-Qur‟an

masa ini mengalami stagnasi, artinya tidak ada pembaruan apapun, baik

pengkodifikasian atau penggantian tulisan.

3. Penjagaan Al- Qur’an pada masa ‘Uṡmān bin ‘Affān

Di masa khaliahan Utsman bin Affan ra, pemerintahan Islam telah

sampai hingga Armenia dan Azerbaijan di sebelah timur dan Tripoli di

sebelah barat. Maka dengan itu. Ketika terjadi perang Armenia dan

Azarbaijan dengan penduduk Iraq, diantara orang yang ikut menyerbu

kedua tempat itu ialah Huzaifah bin al-Yaman. Ia melihat banyak sekali

perbedaan dalam cara-cara mereka membaca al-Qur‟an. Sebagian

bacaan itu bercampur dengan kesalahan, namun masing-masing dari

mereka mempertahankan bacaannya dan bahkan saling mengkafirkan.

Dari peristiwa inilah kemudian Abu Al-Aswad Ad-Du‟ali

berinisiatif dan memohon kepada „Uṡmān untuk menyalin kembali al-

Qur‟an, tepatnya akhir tahun ke-24 H dan awal ke-25 H dengan

menunjuk 12 orang termasuk Zaid bin Tsabit (sebagai ketua), Abdullah

menegaskan bahwa catatan tersebut memang ditulis dihadapan Nabi. Lihat al-Suyuti,

al-Itqān fi Ulum Al-Qur‟ān, jilid 1, (Bairut: Dar Al-fikr), 60. 24

Mannā‟ Khalīl al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur‟an, terj. Aunur Rafiq

El-Mazni, cet. 6 (Jakarta: Putaka al-Kautsar, 2011), 162.

Page 42: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

26

bin Zubair, Said ibn al-Ash dan Abdurrahman ibn al-Harits ibn

Hisyam.25

Kodifikasi ini dilakukan sebagaimana pada masa Abu Bakar.

Akan tetapi kodifikasi al-Qur‟an pada masa „Uṡmān bukan

karena keberadaan al-Qur‟an yang masih tercecer, melainkan menyalin

mushaf dalam rangka untuk menyeragamkan bacaan. Upaya ini diawali

dengan menyalin mushaf Abu Bakar yang dijaga oleh Hafshah ke

dalam beberapa mushaf.26

Sebelum tim kodifikasi bekerja sesuai

tugasnya masing-masing, „Uṡmān memberikan pengarahan kepada tim

agar:

a. Berpedoman kepada bacaan mereka yang hafal al-Qur‟an

dengan baik dan benar.

b. Bila ada perbedaan pendapat tentang bacaan yang digunakan,

maka haruslah dituliskan menurut dialek Quraisy, sebab al-

Qur‟an diturunkan menurut dialek mereka.

Setelah penyalinan al-Qur‟an selesai dikerjakan, maka lembaran-

lembaran al-Qur‟an yang dipinjam dari Hafshah dikembalikan

kepadanya. Adapun al-Qur‟an yang telah dibukukan itu dinamai “al-

Mushaf ”. Dari penggandaan tersebut, mushaf di gandakan sebanyak 5

buah,27

4 buah diantaranya dikirim ke berbagai wilayah yakni Mekkah,

25

Lihat Al-A‟zami, Sejarah Teks al-Qur‟an...., 100. Bandingkan dengan

Mannā‟ Khalīl al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir, cet. 16, (Bogor:

Pustaka Litera AntarNusa, 2013), hlm.193. Usman hanya menunjuk empat orang dan

ketiga diantaranya selain Zaid adalah orang Quraisy, sehingga jika terjadi perdebatan

Usman memerintahkan agar yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga kawannya

ditulis dalam dialek Quraisy. 26

Lihat Al-Hafiz Ibn Kasir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang

Agung, terj. Abu Ihsan al-Asari, cet. 8, (Jakarta: Darul Haq, 2011), 453. 27

Lihat al-Suyuti, Jalal ad-Dῑn, al-Itqān fῑ Ulum al-Qurān, (Beirut: Dar al-

Fikr. Jilid I, 132. Banyak perbedaan pendapat mengenai jumlah mushaf yang

dikirimkan Usman ke berbagai daerah. Manna‟ Khalil al-Qaththan dalam bukunya

Mabahis fi Ulumil Qur‟an, 199. menuliskan: ada yang mengatakan 1) berjumlah 4

buah (masing-masing dikirimkan ke Kuffah, Basrah, Syam, dan mushaf Imam). 2) 5

buah (masing-masing adalah yang disebutkan pada poin pertama ditambah Mekkah).

Page 43: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

27

Syam (Syiria), Basrah dan kuffah, agar ditempat-tempat tersebut disalin

pula dengan mushaf yang sama. Sementara satu buah mushaf,

ditinggalkan di Madinah untuk „Uṡmān sendiri dan yang terakhir inilah

yang disebut “Mushaf al-Imam”. Setelah itu, „Uṡmān memerintahkan

untuk mengumpulkan semua lembaran-lembaran al-Qur‟an yang ditulis

sebelum pembakuan dan mushaf- mushaf lain yang tidak sesuai untuk

dibakar. Hal ini dilakukan untuk mencegah pertikaian dikalangan umat.

Adapun masa pemberlakuan muṣḥaf „Uṡmāni di kalangan umat Islam

terjeda rentang waktu yang cukup lama, yakni hingga masa

kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan.28

Pada masa „Uṡmān kodifikasi ini dilakuan dengan sangat cermat

dan teliti dengan cara meriwayatkan secara mutawatir pada

pengambilan lafadz-lafadz mengesampingkan riwayat secara ahad. Dari

penyalinan mushaf masa „Uṡmān ini, maka kaum muslimin diseluruh

pelosok menyalinnya dengan bentuk yang sama. Sementara model dan

metode tulisan yang digunakan di dalam mushaf „Uṡmān ini kemudian

dikenal dengan sebutan “Rasm „Uṡmāni”.29

Sehubungan dengan kodifikasi al-Qur‟an yang berlangsung pada

masa Abu Bakar dan masa „Uṡmān, setidaknya terlihat beberapa

perbedaan, sebagai berikut:

Pada masa Abu Bakar kodifikasi al-Qur‟an dilakuakan atas dua

dasar, yang pertama motivasi penulisan karena adanya kekhawatiran

as-Suyuti berkata bahwa pendapat inilah yang masyhur. 3) 7 buah (masing-masing

adalah kota yang disebutkan sebelumnya ditambahkan Yaman dan Bahrain).

Sementara al-Ya‟qubi, seorang sejarawan Syi‟ah mengatakan bahwa mushaf Usman

ada sembilan eksemplar, yang tersebar ke tujuh tempat sebelumnya ditambah wilayah

Mesir dan al-Jazirah, al-A‟zami, Sejarah Teks al-Qur‟an..., 105. 28

Zaenal Arifin Madzkur, “Legalisasi Rasm Usmani dalam Penulisan al-

Qur‟an”, dalam Journal of Qur‟anic and Hadits Studies, Vol. 1, No. 2, (2012), 220. 29

Mannā‟ Khalīl al-Qaṭṭān, Mabahis Fi Ulum al-Qur‟an, (Riyad: Mansurat

al-Hasr wa al-Hadits, 1393 H/ 1973 M.), 146.

Page 44: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

28

sirnanya al-Qur‟an dengan wafatnya beberapa sahabat penghafal al-

Qur‟an pada perang Yamamah. Yang kedua ialah Abu Bakar

melakukannya dengan mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur‟an yang

masih tercecer pada pelepah kurma, kulit, tulang dan daun.

Pada masa „Uṡmān bin Affan kodifikasi al-Qur‟an dilakuakan

pertama Motivasi penulisannya karena terjadinya perselisihan cara

membaca al-Qur‟an (qira‟at). Sehingga menyebabkan timbulnya sikap

saling menyalahkan. Dan kedua „Uṡmān mengumpulkan al-Qur‟an

dengan menyederhanakan tulisan mushaf pada satu dialek, yakni dialek

Quraish, dengan tujuan mulia yakni mempersatukan kaum muslimin

dalam satu mushaf.

C. Klasifikasi Ayat Penjagaan

Di dalam al-Qur‟an ditemukan 30 term penjagaan atau

pemeliharaan, yang berasal dari kata hafaza dan hāfaza. Di antaranya

Allah sebagai penjaga, malaikat sebagai penjaga dan manusia sebagai

penjaga.

1. Allah sebagai Penjaga

Tabel 3.2 : Allah sebagai Penjaga dalam Al-Qur‟an.

No Surat Subjek Predikat Objek

1

Al-Baqarah /255

Al-Hijr/17

Fushilat/12

Allah

Menjaga/

memelihara

Alam ( langit

dan bumi

2

Al-Nisā/34

Al- Ṣāfāt/7

Yūsuf/64,

Al-Anbiyā‟/82

Menjaga/

memelihara Mahluk-Mahluk

3 Al-Hijr/9 Memelihara Al-Qur‟an

Page 45: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

29

Berdasarkan tabel di atas terdapat delapan ayat tentang Allah

sebagai penjaga dan pemelihara, tiga di antaranya terdapat dalam surat

Al-Baqarah /255, Al-Hijr/17, Fushilat/12. Ketiga surat ini secara garis

besar membahas tentang kekuasan Allah ialah langit dan bumi dan

tidak merasa berat untuk memeliharanya, dan dalam ayat ini Allah pun

menjelaskan penciptaan langit dalam dua masa dan dihiasi bintang

bintang yang cemerlang sekaligus Allah memeliharanya dengan baik-

baik dan sempurna dari setan yang ingin merusaknya. Diksi ayat ini

menunjukan sabjeknya ialah Allah dan predikatnya menjaga dan

memelihara, objeknya ialah alam ( langit dan bumi).

Dan berikutnya Penjagan dan pemeliharaan Allah kepada

makluknya terdapat empat surat di antaranya di dalam surat Al-

Nisā/34, Al- Ṣāfāt/7, Yūsuf/64, Al-Anbiyā‟/82. Pada ayat-ayat ini Allah

lah yang menjadi sabjeknya untuk memelihara dan menjaga makluknya

dari setan yang hendak merusak dan menggoda nya. Selanjutnya

terdapat 1 ayat pada surat Al-Hijr/9, yang menujukan Allah menjaga

dan memelihara al-Qur‟an tetapi di sini Allah membahasakan dirinya

sebagai kami, yang masih dijadikan perdebatan dan akan menjadi fokus

kajian penulis, terlebih kepada pandangan mufasir indonesia.

2. Malaikiat sebagai Penjaga

Dari 30 ayat yang terdapat dalam al-Qur‟an di atas terdapat ayat

yang menunjukan malaikat sebagai sabjek penjagaan.

Tabel 3.3 : Allah sebagai Penjaga dalam Al-Qur‟an.

No Surat Subjek Predikat Objek

1 Al- Anʻām/61

Al-Ra„d/11

Al-Infithār/10

Malaikat Menjaga Manusia

Page 46: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

30

Al-Thāriq/4

Dari tabel di atas menunjukan bahwa subjek dari penjagaannya

adalah malaikat dan di jelaskan pula dalam ayat di atas yang mejadi

objek penjagaan ialah manusia, pada tabel di atas tidak hanya di artikan

sebagai penjagaan saja melainkan sebagai pengawasan terhadap

manusia.

3. Manusia sebagai Penjaga

Tabel 3.4 : Allah sebagai Penjaga dalam Al-Qur‟an.

No Surat Subjek Predikat Objek

1

Al-Ma‟arij/34

Al-Mu‟minūm/9

Al-Anʻām/92 Al-

Baqarah/238

Manusia

Memelihara Sholat

2

Al- Ma‟arij/29

Al- Ahzāb/35

Al- Mu‟minūm/5

Al- Nūr/31 Al-

Nūr/30

Memelihar/

Menjaga/

menahan

Kemaluan/

kehormatan

3

Yūsuf/65

Yūsuf/12

Yūsuf/63

Yūsuf/81

Menjaga Saudara

4 Al-Mā‟idah/89

At-Taubah/112 Menjaga Hukum Allah

(sumpah)

5 Al-Mā‟idah/44 Memelihara Kitab suci

6 Al-Mutaffifῑn/33

Al-Nisā /34 Menjaga Orang mu‟min

Page 47: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

31

Dari tabel di atas, dapat diklasifikasi menjadi enam bagian di

antaranya: empat ayat yang menunjukan kepada pemeliharaan sholat,

dan empat ayat lagi menunjukan kepada kisah penjagaan sodara anak-

anaknya Nabi Yakub, dua ayat berikutnya menunjukan penjelasan

kepada penjagaan hukum dan sumpah Allah, satu ayat kepada

pemeliharaan kitab suci, dan dua ayat kepada orang-orang mukmin.

Keseluruhan table di atas ini subjeknya ialah manusia, dengan berbeda

beda predikat dan objeknya.

Penulis hanya berfokus pada pembahasan ayat penjagaan dan

pemeliharan (ḥāfiẓūn) kitab kitab Allah di antaranya al-Qur‟an pada

surat al-Hijr/9, dan ayat yang terkait pada pemeliharaan kitab-kitab suci

sebelumnya (istuḥfiẓū min kitābillāhi) yaitu pada surat Al-Mā‟idah/44.

Page 48: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

32

BAB III

GAMBARAN UMUM TAFSIR INDONESIA

Dalam bab ini penulis beranggapan penting adanya, karena

pembahasan pada bab ini akan memudahkan dalam melihat identitas

pemikiran dan profil mufasir yang dijadikan objek analisis pada bab IV.

Ada dua sub bab yang penulis anggap penting dalam bab ini, yaitu

biografi singkat para mufasir indonesia dan klasifikasi ayat penjagaan.

A. Gambaran Tafsir Indonesia

Tabel 3.1 : Nama Mufasir Indonesia berdasarkan tahun.

No Nama Tafsir Mufasir Tahun Jml Jilid

1 Tafsir Qur’an Karim Prof. Dr. H.

Mahmud Yunus 1938 M 1

2 Al-Furqan Tafsir

Qur’an A. Hassan

1956/137

8 H 1

3 Tafsir Al-Azhar Prof. Dr. Hamka 1967 M 9

4

Tafsir

Qur’an:Naskah asli-

Terjemah-

Keterangan

H.Zainuddin

Hamidy,Fachrud

din Hs.

1959 M 1

5 Tafsir Al-Qur’anul

Majid An-Nur

Prof. Dr.

Teungku

Muhammad

Hasbi ash-

Shiddiqy

1971 M 4

6 Al-Qur’an dan

Tafsirnya

Milik

Departemen

Agama RI

1990 M 11

7

Tafsir Al-

Misbah:Pesan,Kesan

dan Keserasian Al-

Qur’an

M.Quraish

Shihab 2003M 15

Page 49: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

33

1. Tafsir Qur’an Karim Karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus

Mahmud Yunus adalah seorang tokoh Islam yang memperjuangkan

pendidikan agama di sekolah umum. Ia juga memperjuangkan berdirinya

PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri).1 Ia lahir di Batu

Sangkar Sumatra Barat, sabtu 10 Februari 1899. Ia merupakan keturunan

seorang ulama besar di sungayang. Wafat di Jakarya, 16 Januari 1983.

Dalam kehidupannya ia mempunyai guru yang sangat berpengaruh

dalam perkembangan keilmuannya yaitu HM. Umar Thaib. Melalui

karya-karya gurunya itu ia dapat menyerap semangat pembaharuan yang

ada di dalamnya. Ia merupakan ulama yang sangat produktif, dengan

menuangkan gagasannya melalui pena. Ia menulis 49 buku dalam

bahasa Indonesia dan 27 buku dalam bahasa arab.2

Tafir Qur’an Karim karangan Mahmud Yunus ini tergolong dalam

tafsir bi al-ra’yi. Sedangkan corak dalam tafsir ini, dalam buku Literatur

Tafsir indonesia, di dalamnya menjelaskan bahwa, melihat penafsirkan

dalam beberapa kosa kata yang dibilang keyword dalam ayat atau

maksud dari ayat tersebut, sehingga dengan penjabaran tersebut dapat

dipahami bahwa tafsir ini bercorak lughawi.3 Tafsir ini menggunakan

metode global yang disajikan secara global dan umum, sehingga tidak

mendetail.4

1 Badiatul Roziqin, Badiatul Muchlisin Asti, Junaidi Abdul Manaf, 101 Jejak

Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta: Penerbit e-Nusantara, 2009, 212. 2 Diantara karya Mahmud Yunus ialah Pokok-pokok pendidikan/pengajaran

(didaktik umum), Metodik khusus pendidikan agama, Sejarah pendidikan Islam di

Indonesia, Tafsir Al-Qur’an 30 juz, Kamus Arab-Indonesia, Al Adyan. Al Masail

Fiqhiyyah ‘ala al-Madzahib al Arba’ah, At-Tarbiyah wa at Ta’lim. Lihat lebih lanjut

Badiatul Rozikin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam..., 214. 3 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia (Banten: Mazhab Ciputat, 2013), 77. 4 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani, 2008), 200.

Page 50: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

34

Mahmud Yunus mulai menterjemahkan al-Qur’an dan diterbitkan

tiga juz dengan huruf Arab-Melayu pada tahun 1922. Meskipun saat itu

para ulama mengharamkan penerjemahan al-Qur’an tetapi ia tetap

berusaha untuk menterjemahkan al-Qur’an.5 Pada bulan ramadhan tahun

1354 H/Desember 1935, Mahmud mulai menterjemahkan al-Qur’an

serta tafsir ayat-ayat yang di anggap penting, yang kemudian dinamai

dengan tafsir al-Qur’an al-Karim. Pada waktu menterjemahkan juz 7

sampai juz 18 beliau dibantu oleh almarhum H. M. K. Bakry, pada bulan

april 1938 beliau menyelesaikan tiga puluh juz dan disebarluaskan ke

seluruh Indonesia.6

2. Al-Furqan Tafsir Qur’an karya A. Hassan

Nama lengkapnya adalah Hassan bin Ahmad, dilahirkan di

Singapura pada tahun 1887 dan wafat tanggal 10 November 1958.

Lazimnya keturunan India di Singapura nama sang ayah ditaruh di depan

namanya, jadilah nama Ahmad Hasan. beliau sering berpindah-pindah

tempat, dari sekolah melayu hingga sekolah milik Belanda. Seperti pada

anak umumnya beliaupun mempelajari al-Qur’an dan memperdalam

ajaran agama Islam. Dan juga mempelajari beberapa bahasa di antaranya

yaitu bahasa Arab, Tamil, Melayu dan Inggris.7

Beliau sudah mulai mandiri ari umur 12 tahun dengan sekolah sambil

bekerja. Dan berguru pada Ulama-ulama terkemuka pada zamannya, di

antaranya yaitu haji Ahmad dari Bukittinggi, Muhammad Tholib dari

Minto Road, Said Abdullah al-Musawi, serta Abdul Lathif yang

5 Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur’an al-Karim, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

2004), III. 6 Islah Gusmian, Khazanah Tasir Indonesia, dari hermetika hingga Ideologi

(Jakarta: Teraju, 2003). Cet. Ke-1, 58. 7 Badiatul Rozikin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta:

Penerbit e-Nusantara, 2009), 71.

Page 51: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

35

merupakan pamannya, seorang ulama ternama dari Malaka, Singapura.

Syekh hasan dari Malabar dan seorang ulama dari India, Syekh Ibrahim.

Ahmad hasan merupakan salah satu ulama yang sangat produktif dalam

berkarya. Karyanya sangat banyak hingga mencapai 81 buah.8

Dilihat dari pengantar yang ia utarakan tafsir ini bercorak umum,

meliputi lughowi, fiqhi dan falsafi. Dan latar belakang penulisan Di

dalam kitab tafsirnya, tidak disebutkan secara khusus, kenapa beliau

menulis kitab tafsir al Furqon ini. Dalam menulis tafsir ini tidak berjalan

mulus begitu saja, namun diselingi dengan menulis kitab-kitab yang

diperlukan oleh anggota Persis. Pada tahun 1953 beliau mendapat

tawaran dari tuan Sa’ad Nabhan dari sebuah penerbit yang ingin

menerbitkan kitab tafsir dalam bahasa Indonesia lengkap 30 juz. Karena

tidak ingin menyianyiakan kesempatan akhirnya beliau menerima

tawaran tersebut.9

3. Tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka

Abdul Malik Karim Amrullah nama aslinya dikenal sebagai

sastrawan, ulama’ dan aktifis politik di Indonesia. Lahir di Sungai

Batang Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 16 Februari 1908. Putra

seorang ulama Islam yaitu Dr. Haji Abdul Karim Amrullah yang biasa

dikenal sebagai Haji Rasul. Ayahnya dikenal sebagai pelopor gerakan

Islah (tajdid) di Minangkabau setelah ia kembali dari Mekah tahun 1906.

Hamka adalah seorang pembelajar yang otodidak dengan keahliannya,

beliau juga rajin membaca dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh yang

8 Diantara karya-karyanya yaitu: Soal jawab (1931), Al-Furqon, Tafsir Al-

Qur’an (1931), Risalah Ahmadiyah (1932), Islam dan Kebangsaan (1941), An-

Nubuwwahh (1941), A.B.C Politik (1947), Al-Faraidh (1949), Al-Hidayah (1949), Is

Muhammad a Prophet (1951), Pengajaran Shalat (1966). Lihat Badiatul Rozikin dkk,

101 Jejak Tokoh Islam..., 73. 9 A. Hasan, Al-Furqon Tafsir Qur’an, Bangil, 1976, xi.

Page 52: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

36

terkenal di Jakarya seperti H.O.S Tjokroaminoto, Raden Mas

Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan ki Bagus

Hadikusumo sehingga ia menjadi seorang ahli pidato yang handal. 10

Banyak sekali karya yang dihasilkan oleh Hamka.11 Metode Hamka

dalam menafsirkan adalah metode tahlilī,12 bisa dilihat dari cara beliau

menafsirkan ayat demi ayat secara runtut, dari ayat 1 surat al Fatihah

hingga ayat terakhir surat an Nas. Uraian tersebut tidak lupa juga

dimasukkan penjelasan makna yang sulit, konotasi, nasakh mansukh,

kebersambungan satu ayat dengan lainnya, serta meletakkan pendapat

ulama lain juga.

Corak penulisannya adalah adabi ijtima’i, disini penafsir

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan bahasa yang indah dan mudah

untuk dimengerti, kemudian dihubungkan dengan kenyataan, keadaan

sosial dan kebudayaan yang ada.

Latar belakang penulisan tafsri al-Azhar ialah Hamka, mulai

mencoba menguraikan tafsir pada tiap pagi waktu subuh sejak akhir

1958, namun hingga Januari 1964, ia belum juga menyelesaikan

kajiannya. Kajian tafsir ini digunakan atau di uraikan dalam pengajian

rutin setiap pagi di masjidnya, masjid Al Azhar. Pada tanggal 27 januari

10 Badiatul Roziqin, Badiatul Muchlisin Asti, Junaidi Abdul Manaf, 101 Jejak

Tokoh Islam Indonesia, 188. 11 Di antaranya: Khatibul ummah 3 jilid ditulis dalam huruf arab, Si Sabariah

(1928), Pembela Islam (sejarah sayyidina Abu Bakar Shiddiq, 1929), Adat

Minangkabau dan Agama Islam (1929), Ringkasan Tarikh Umat Islam (1929),

Kepentingan melakukan Tabligh (1929), Hikmat Isra’ Mi’raj, Arkanul Islam (1932),

Laila Majnun (1932), Mati Mengandung Malu (1934), Di bawah lindungan ka’bah

(1936), Tafsir al Azhar yang ditulisnya selama dipenjara 12 Metode tahlilī ialah metode penafisran ayat-ayat al-Qur’an melalui

pendeskripsian (menguraikan) makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an

dengan mengikuti tata tertib susunan atau urutan-urutan surat-surat dan ayat-ayat al-

Qur’an yang diikuti oleh sedikit-banyaknya analisis tentang kandungan ayat itu. Ahmad

Izzan, metodologi Ilmu Tafsir (Bandung : Tafakur,2007), 103

Page 53: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

37

1964 ia ditangkap paksa oleh polisi berpakaian preman dengan tuduhan

bekerja sama dengan Malaysia, yang itu merupakan fitnah saja. Selama

dalam penjara ia menyelesaikan tafsir 30 juznya. Dan ini adalah hanya

jalan Allah semata, karena dalam penjara ia tak lagi kemana-mana, tidak

menghadiri undangan-undangan, sehingga ia fokuskan kepada penulisan

tafsir ini, yang semula ia anggap tidak akan selesai hingga akhir

hayatnya. Setelah dipindah dalam tahanan rumah yang kedua, ia gunakan

untuk menyempurnakan penulisannya.13

4. Tafsir Qur’an Karya H. Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs

H. Zainuddin Hamidy lahir di Koto Nan VI Payakumbuhh pada

tanggal 8 Februari 1907/24 Dzulhijjah 1324. Wafat pada hari jum’at

tanggal 29 Maret 1997. Anak dari Abdul Hamid dan Halimah. Masa

kecilnya dihabiskan di kampung halamanya, iya tumbuh di tengah

keluarganya yang kurang relijius. Sedangkan H. Fachruddin HS lahir

pada tahun 1906. Beliau merupakan keturunan darah biru ulama, sejak

masa kecil beliau di perkenalkan oleh orang tuanya tentang ilmu agama

Islam. Keduanya merupakan ulama terkenal di masanya, di dalam ilmu

khazanah islam keduanya mampu menghasilkan dan memperluas

dengan karya-karyanya terutama di Nusantara. Salah satu kitab yang

mereka karang bersama ialah Tafsir Qur’an. dalam penulisan kitabnya

menggunakan langkah tertib mushaf dimana ditulis nomor surat, nama

surat, serta arti dari nama surat itu.

Metode penafsiran tafsir al-Qur’an ini menggunakan metode ijmāli

yaitu menafsirkan ayat secara umum atau keseluruhan dan menafsirkan

pada ayat yang dianggap penting karena beliau tdak menafsirkan semua

13 Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), 50-53.

Page 54: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

38

ayat yang ada dalam al-Qur’an, dan manhaj atau jalan yang digunakan

ialah bi al-ra’yi atau tafsir bi al-ijtihadi. Mengenai corak tafsir yang

terdapat dalam kitab Tafsir Qur’an berupa sosial kemasyarakatan (Adabi

Ijtima’i).14

5. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur karya Prof. Dr. Teungku

Muhammad Hasbi ash-Shiddiqy

Teungku M. Hasbi Ash Shiddieqy, lahir di Lhokseumawe, Aceh

Utara, 10 Maret 1904 wafat di Jakarya pada 9 Desember 1975. Ia

merupakan pemikir Hukum Islam di Indonesia. Iya merupakan orang

yang sibuk, di sela-sela kesibukannya ia banyak menghasilkan karya

ilmiah. Warisan karya tulis beliau sangatlah banyak, menurut catatan,

buku karya beliau 73 judul dengan 142 jilid.15

Metode yang digunakan oleh Teungku M. Hashbi Ash Shiddieqy,

dibutuhkan mengetahui motivasi dan sumber yang digunakan dalam

menafsirkan tafsir An-nur ini, beliau berpedoman pada kitab-kitab tafsir

yang mu’tabar, kitab-kitab hadits yang mu’tamad, diantanranya sumber

yang digunakan: Ayat-ayat al-Qur’an, Hadits-hadits Shohih, Riwayat

para sahabat dan tabi’in, Ilmu pengetahuan dan Pendapat mufasir

terdahulu yang mu’tabar. Sehingga dapat disimpulkan metode yang

digunakan adalah metode campuran antara bil ra’yi dan bil ma’tsur.

14 Rithon Igisani, “Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia”. Potret jurnal, vol.22,

no.1 (Januari-Juni 2018): 18-19. 15 Di antaranya 36 judul membahas tentang fiqh yaitu di antaranya adalah

Pengantar Hukum Islam, Pengantar Ilmu fiqih, Hukum-hukum fiqih Islam, Fakta dan

keagungan syariat Islam, dinamika dan Elastisitas Hukum Islam, Pokok-pokok

pegangan Imam madzhab dalam membina hukum Islam. Dalam bidang hadits ada 8

judul di antaranya yaitu sejarah dan pengantar ilmu hadits, Sejarah Perkembangan

hadits, Problematika Hadits, Mutiara Hadits, tafsir 6 judul yang terlengkap adalah

Tafsir An Nur yang lainnya yaitu Tafsir al Bayan, Sejarah dan Pengantar ilmu al-Qur’an

dan pokok-pokok ilmu al-Qur’an, dan selebihnya mengenai tema-tema umum. lihat

Badiatul Rozikin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam..., 245-246.

Page 55: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

39

Seperti yang beliau kemukakan bahwa beliau dalam menyusun tafsir ini

berpedoman pada kitab-kitab tafsir induk seperti kitab tafsir bil ma’tsur,

kitab-kitab tafsir bil ma’qul maupun kitab-kitab tafsir yang menyarikan

uraian tafsir induk, terutama ‘umdatut tafsir anil Hafidz Ibnu Katsir,

tafsir al manar, tafsir al Qasimy dll.16 Tafsir ini bercorak adabi ijtima’i

melihat beliau seorang pengajar dan menafsirkan ayat demi ayat dengan

ilmu pengetahuannya.

6. Al-Qur’an dan Tafsirnya karya Departemen Agama RI

Tafsir ini adalah peroyek pemerintah dalam pembangunan lima

tahun. Peroyek tersebut terlaksana atas SK Menteri Agama nomor 90

tahun 1972 yang membentuk Dewan Penyelenggara Penafsiran al-

Qur’an, kemudian disempurnakan dengan SK nomor 8 tahun 1973 dan

terakhhir nomor 30 tahun 1980. Dewan penyelenggara Penafsir al-

Qur’an terdiri dari 18, di antaranya ketua sekertaris dan anggota. Dalam

penyempurnaan atas penerbitan edisi baru Tafsir Departemen Agama,

Menteri Agama mengeluarkan keputusan Nomor 280 Tahun 2003

sebagai dasar pembentukan tim penyusunan tafsir penyempurnaan.17

Menteri Agama juga turut mendukung tim penyusunan tafsir

penyempurnaan selaku pembina, Prof. Drs. H. Asmuni Abd. Rahman,

Prof. DR. H. Kamal Muchtar, K.H. Sahal Mahfudz, K.H. Syafi’I

Hadzami (Alm.) dan Prof. K.H. Ali Yafie selaku Penasehat, juga terdapat

16 Teungku M. Hashbi Ash Shiddieqy, Tafsir al Qur’anul Majid An-Nur, jilid

1, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 1995), xiii. 17 Berikut susunan anggota tim penyusunan: Dr. H. Ahsin sakho Muhammad,

M.A. Prof.KH. Ali Mustafa Yaqub, M.A. Drs. H. Muhammad Shohib, M.A. Prof. Dr.

H. Rif‟at Syauqi Nawawi, M.A. Prof. Dr. H. Salman harun. Dr. Hj. Faizah Ali

Sibromalisi, Dr. H. Muslih Abdul Karim, Dr. H. Ali Audah, Prof. Dr. Hj. Huzaimah T.

Yanggo, M.A. Prof. Dr. H. M. Salim Umar, M.A. Anggota,Prof. Dr. H. Hamdani

Anwar, M.A. Drs. H. Sibli Sardjaja, LML Anggota Drs. H. Mazmur Sya’roni, Drs. H.

M. Syatibi AH. Dr. Hery Harjono, Dr. Muhammad Hisyam.

Page 56: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

40

Dr. H. Said Agil Husin AL munawar, MA, Prof. Dr. H. M. Quraish

Shihab dan Prof. selaku Konsultan Ahli dan Narasumber, M.SC (Ketua

Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an), Drs. H. Fadhal AR Bafadhal, Prof.

Dr. Umar Anggoro Jenis, M.SC (Kepala LIPI) dan Prof. Dr. H.M. Atho

Mudzhar (Kepala badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI)

sebagai pengarah.18

Tafsir ini menggunakan pendekatan Bi al-Ma’sur dan juga Bi al-

Ra’yi karena di dalam tafsirannya dilakukan al-Qur’an dengan al-Qur’an

karena penjelasan al-Qur’an secara luas, dan menafsirkan dengan as-

sunnah. Kemudian metode yang digunakan dalam tafsir ini adalah

menggunakan metode tahlilī pertengahan. Yakni tidak sampai pada

tatanan ensiklopedis. Tafsir ini bercorak Adab al-Ijtima’i yang berusaha

mengajak pembacanya untuk melihat realitas masyarakat. Ada juga yang

menggunakan corak ilmi, yaitu pengetahuan dan teknologi. Tafsir ini

berpedoman kepada beberapa tafsir di antantanya: Tafsir al-Maraghi

karya Mustafa al-Maraghi, Tafsir Mahasinut Ta’wil karya al-Qasimi,

Tafsir Anwarut Tanzil wa asrarut Tafshil karya al-Baidlawi, Tafsir al-

Qur’anul Karim karya Ibnu Katsir,Tafsir al-Manar, Tafsir Fi zilalil

Qur’an dan Ruhul Ma’ani.19

7. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

M.Quraish Shihab

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi

Selatan, Pada tanggal 16 Februari 1944. Ayahnya, Abdurrahman Shihab

(1905-1986) adalah seorang guru besar dalam bidang tafsir. Tafsir Al-

18 Departemen Agama RI, Al- Qur’an Al-Karim wa tafsiruhu (Al-Qur’an dan

Tafsirnya) Jilid 1, tahun 2006, xxvii. 19 Departemen Agama RI, Al- Qur’an Al-Karim wa tafsiruhu, xvi.

Page 57: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

41

Misbah salah satu diantara karyanya dan masih bnayak karya yang

lainya.20 Dalam menafsirkan al-Qur’an, yang dimulai dari surat al-

Fatihah dan diakhiri surat Annas, beliau menggunakan metode tahlilī.

Selain menggunakan metode tahlilī beliau pun menggunakan metode

maudhu’i atau tematik , bisa dibilang beliau mengkombinasikan antara

metode tahlilī dan maudhu’i. Corak tafsir al Misbah adalah

ijtima’i/kemasyarakatan sebab uraian-uraiannya mengarah pada masalah

yang dihadapi masyarakat. Ada yang melatar belakangi pemulisan kitab

ini dan Latar belakang Penulisan Kitab ini mulai ditulis pada tanggal

Rabi’ul awal 1420 H/18 Juni 1999 M di Kairo, Mesir. Dan selesai pada

tanggal 8 Rajab 1423 H/5 September 2003 di Jakarya.21 Selain itu beliau

menerima surat yang tidak sama sekali dikenal oleh beliau isi suratnya

“kami menunggu karya ilmiah pak Quraish Shihab yang lebih serius”.

Karena surat ini juga beliau tergugah hatinya dan membulatkan tekat

untuk menulis dan menyusun tafsir al Misbah ini hingga sampai selesai

dengan Juz 30.

20 Di antaranya yaitu: Wawasan Al Qur’an, Membumikan Al Qur’an, Ushul

Fiqh, M. Quraish Shihab menjawab, 101 soal keislaman yang Patut diketahui, Mahkota

Tuntunan Ilahi, Perjalanan Menuju Keabadian Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil,

Ayat-ayat fitnah, Secercah cahaya Ilahi Hidup bersama Al-Qur’an, Menyingkap Tabir

Ilahi, Asmaul Husna Perspektif Al-Qur’an, Wawasan Al-Qur’an tentang pokok-pokok

keimanan, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat yang

tersembunyi dalam Al-Qur’an dan Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa lalu

dan Masa kini, Sunnah Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?, Mu’jizat Al-

Qur’an ditinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiyah dan Pemberitaan Ghaib,

Rasionalitas Al-Qur’an Studi Kritis Tafsir Al Manar, Lentera Hati, Tafsir al Amanah.

Lihat Islah Gusmian. Khazanah Tasir Indonesia, dari hermetika hingga

Ideologi (Jakarta: Teraju, 2003). Cet. Ke-1, 98-99 21 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 759.

Page 58: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

42

BAB IV

PENAFSIRAN AYAT PENJAGAAN AL-QUR’AN MENURUT

MUFASIR INDONESIA

Bab ini berisi uraian penafsiran atas ayat-ayat penjagaan, di dalamnya

ketujuh mufasir menafsirkan apa yang di jadikan fokus pada pembahasan

oleh penulis, di antaranya penulis akan memaparkan pendapat para

mufasir pada QS. al-Hijr/15:9 dan QS. al-Maidah/5:44 untuk dijadikan

perbandingan atas ayat penjagaan.

Maka dari itu, uraian pada bab ini adalah untuk memudahkan

penelitian, penulis akan meneliti dengan pola berikut: mufasir indonesia

akan di dipetakan menjadi dalam dua bagian diantaranya yuang

menggunakan metode ijmāli dan tahlīlī.

A. Analisis Perbandingan Mufasir tentang Ayat Penjagaan al-

Qur’an

Tabel 4.1: Q.S al-Hijr/ 15:9 mufasir indonesia terbagi dua.

Dari tabel di atas, penulis memetakan mufasir indonesia kedalam dua

bagian diantara nya mufasir yang menggunakan metode ijmāli dan

tahlīlī, agar dapat diketahui lebih mudah tentang bagaimana mufasir

indonesia menafsirkan ayat yang diteliti.

QS. al-Hijr/15:9

Ijmāli

al-Żikr

Peringatan

Peringatan/al-Qur'an

ḥāfiẓūn

Allah

Tahlilī

al-Żikr

peringatan

peringatan/al-Qur'an

ḥāfiẓūn

Allah

Allah/ yang lainya

Page 59: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

43

1. Mufasir indonesia yang menggunakan metode ijmāli

فظونح انا نحن ن حزالنحا الذ كرح وحانا لحه لح“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti

Kami (pula) yang memeliharanya.”

a. Argumen mufasir pada lafadz Al-Żikr

Mahmud Yunus merupakan pengarang kitab tafsir al-Qur’an Karim.

Beliau menulis kitab tafsir menggunakan bahasa indonesia. Dalam

tafsirnya Mahmud Yunus mengartikan lafadz Al-Żikr sebagai peringatan

(al-Qur’an).1

Berbeda dengan Ahmad Hasan dalam tafsir al-Furqan nya beliau

hanya mengartikan lafadz Al-Żikr sebagai peringatan saja, karena

tafsirnya beliau tidak menjelaskan secara detail terkait penjabarannya,

dikarnakan pula tafsir beliau tergolong dalam tafsir ijtima’i, dan tafsir ini

juga sangat unik beliau menafsirkan ayat menggunakan footnote. Jadi

sangat wajar jika beliau hanya menjelaskan ayat-ayat tertentu.2 Selian itu

juga Ahmad Hasan adalah salah satu tohoh yang beraliran wahabiah

yang sangat bertolak belakang dengan ke enam mufasir lainya.

Kemudian tafsir yang tergolong menggunakan tafsir ijtimai ialah

Tafsir Qur’an: Naskah asli-Terjemah-Keterangan karya H. Zainuddin

Hamidy, Fachruddin Hs. Di dalam tafsirnya beliau memaknai Al-Żikr

sebagai peringatan (al-Qur’an) salama halnya dengan penafsiran

Mahmud yunus.3 Maka dapat di pahami bahwasannya mufasir yang

1 Mahmud Yunus, Tafsir al-Qur’an Karim (Jakarta: Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah, 2011), 369. 2 Ahmad Hasan, al-Furqān Tafsir Qur’ān (Jakarta: Pustaka Mantiq, Yayasan

Ambadar, 2006), 414.

3 H.Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs. Tafsir Qur’ān:Naskah asli-Terjemah-

Keterangan, cetakan keenam (Jakarta, wijaya 1973), 364.

Page 60: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

44

menggunakan metode ijmāli dalam memaknai Al-Żikr ialah dua mufasir

memaknainya sebagai peringatan (al-Qur’an) dan satu yang

memaknainya sebagai peringatan saja.

b. Argumen mufassir pada lafadz laḥāfiẓūn

Di dalam kitab tafsir al-Qur’an Karim, lafadz laḥāfiẓūn diartikan

sebagai kami memeliharanya (al-Qur’an). Disebutkan pula dalam

tafsirnya bahwa Allah menurunkan peringatan (al-Qur’an) kepada Nabi

Muhammad den memeliharanya baik-baik. Semenjak mula-mula

turunya sampai sekarang tidak ada yang hilang atau bertambah,

meskipun satu kata atau kalimat. Begitu juga al- Qur'an ini akan tetap

terpelihara sampai hari kiamat. kemudian Mahmud Yunus menjelaskan

tentang Nabi Muhammad mensyiarkan tiap-tiap ayat kepada para

sahabat, dan memerintahkan untuk menulis ayat-ayat di atas pelepah

kurma, batu dan tulang-belulang, sampai pembukuan pada masa khalifah

Usman. al-Quran ini bisa disimpulkan dengan jalur Hafalan dan tulisan

dengan tidak ada keraguan.4

Di dalam tafsir al-Furqan Tafsir Qur’an, lafadz laḥāfiẓūn diartikan

sebagai Kamilah pemeliharaNya, Ahmad Hasan tidak menguraikan

dalam tafsirnya secara terperinci.5

Kemudian H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs, dalam tafsirnya

bahwa laḥāfiẓūn ialah Kami penjagaNya, disebutkan juga bahwa Tuhan

berjanji akan menjaga kitab suci al-Qur'an ini dari perubahan sehingga

al-Qur’an sampai sekarang masih tetap dalam keasliannya, biarpun telah

melalui masa yang lebih dari tiga belas abad, satu bukti juga dari

4 Mahmud Yunus, Tafsir al-Qur’an Karim (Jakarta: Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah, 2011), 369. 5 Ahmad Hasan, al-Furqān Tafsir Qur’ān (Jakarta: Pustaka Mantiq, Yayasan

Ambadar, 2006), 414.

Page 61: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

45

kebenaran al-Qur'an.6 Dari sini bisa dipamahi, mufasir yang bermetode

ijmāli mengatakan pemeliharaan al-Qur’an itu hanya Allah saja.

2. Mufasir indonesia yang menggunakan metode tahlīlī

Dari uraian di atas tersisa empat mufasir yang menggunakan metode

tahlīlī diantaranta sebagai berikut:

a. Argumen mufassir pada lafadz Al-Żikr

Buya Hamka di dalam tafsirnya, mengartikan bahwa lafadz Al-Żikr

itu sebagai peringatan, hanya sebatas itu beliau mengartikannya.7

Sedangkan di dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur karya Teungku

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, sangat jelas diartikan dalam

pemahamannya bahwa Al-Żikr diartikan sebagai al-Qur’an.8 Dipertegas

oleh Al-Qur’an dan Tafsirnya Milik Departemen Agama RI, bahwa di

dalam tafsirnya sependapat dengat Hasbi Ash-Shiddieqi, bahwa Al-Żikr

dimaknai sebagai al-Qur’an.9 Kemudian pemulis menemukan yang

berbeda dalam terjemahanya, di dalam Tafsir Al-Mishbah karya M

Quraish Shihab, beliau menterjemahkan lafadz Al-Żikr sebagai Al-Żikr

pula, hanya pada dasarnya di dalam tafsir beliau akhirannya

menyebutkan Al-Żikr di artikan sebagai al-Qur’an.10

6 Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs. Tafsir Qur’ān:Naskah asli Terjemah-

Keterangan, cetakan keenam (Jakarta, wijaya 1973), 364. 7 Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz 14 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), 175 8 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-

Nūr, jilid 2 (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2003), 494. 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid V (Jakarta,

tahun 2006), 244. 10 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an, Vol. 7, cet I (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 95.

Page 62: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

46

b. Argumen mufassir pada lafadz laḥāfiẓūn

Hamka memaknai pada lafadz laḥāfiẓūn itu ialah Kamilah yang

menjaganya, kemudian diperjelas di dalam tafsirnya bahwa beliau

menafsirkan ayat tersebut dengan “maka kalau Allah yang

menurunkannya dan Allah pula yang menjaga, tidak ada satupun yang

dapat menghambatnya”, sangat jelas di dalam tafsirannya menyatakan

bahwa penjagaan al-Quran menurut Hamka hanyalah Allah, walaupun

sudah sedemikian rupa sanggahan orang-orang kafir itu, namun

peringatan Allah, yaitu al-Qur’an yang dibawa dan di sebarkan oleh

utusan Allah mesti terus berjalan.11

Kemudian pendapat dari Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur,

mengartikan dalam terjemahanya dengan memaknai lafadz laḥāfiẓūn

ialah Kami benar-benar memeliharanya, dalam bentuk tafsiranya

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy menafsirkan bahwa Allah

telah menurunkan al-Qur’an dan Allah pula yang memeliharanya dari

upaya menambahkan isi atau mengurangi, mengubah atau

menggantinya, ini suatu keistimiwaan al-Qur’an. Allah juga telah

menjamin untuk memeliharanya selama langit dan bumi masih

terbentang. Ada yang menarik di dalam tafsir ini, Teungku

membandingkan pemeliharaan dengan kitab-kitab sebelum nya yang

urusan pemeliharaannya diserahkan kepada pendeta.12

Lafadz laḥāfiẓūn di dalam Tafsir Departemen Agama RI, diartikan

sebagai “Kami benar-benar memeliharanya”. kemudian di dalam

tafsirnya dapat di fahami tentang sejarah pemeliharaan dan penjangaan

al-Qur’an dari masa Naba Muhammad sampai sekarang, dan di jelaskan

11 Hamka, Tafsir al-Azhar, Juzu’ 14 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), 175 12 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-

Nūr, 494.

Page 63: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

47

bahwa menjaga kemurnian al-Qur’an itu tetap dilakukan oleh kaum

muslimin di seluruh dunia, sampai kepada generasi yang sekarang. Pada

intinya dalam menafsirkan Q.S al-Hijr/15:9 ialah Allah SWT menjamin

kemurnian dan kesucian al-Qur’an untuk selama-lamanya.13 Di pertegas

pula di dalam tafsir Departemen Agama RI ini, jamina Allah SWT

terhadap al-Qur’an itu ditegaskan lagi dalam firman Nya:

فرونح يريدونح ليطف متم نورهۦ وحلحو كحرهح ٱلكح وحههم وحٱللا وا نورح ٱللا بحف

“merekaaingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan

mulut (ucapan-ucapan) merekaa, dan Allah tetap menyempurnakan

cahaya Nya meskipun orang-orang kafir benci” (QS. Aṣ-Ṣaff/12:8).

Mengenai jaminan Allah terhadap kesucian dan kemurnian al-Qur’an

itu, menegaskan bahwa Allah sendirilah yang memeliharanya, dan akan

terbukti jika diperhatikan dan dipelajari sejarah turunnya al-Qur’an di

masa Rasulullah, zaman sahabat dan usaha kaum muslimin dalam

memeliharanya pada saat ini, serta sejarah penulisan dan bacaanya.

Dengan demikian bisa di pahami dari tafsir ini, bahwa Allah SWT

menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara

jibril, untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Dan Allah SWT menjamin

kemurnian dan kesucian al-Qur’an untuk selama-lamanya.14

Selanjutnya M Quraish Shihab di dalam tafsirnya mengartikan lafadz

laḥāfiẓūn sebagai “Kami benar-benar baginya adalah Pemelihara”. Dan

di jelaskan pula dalam tafsirnya, Kami menurunkan Al-Żikr yakni al-

Qur’an, dan sesungguhnya Kami juga bersama semua kaum muslimin

benar-benar baginya (al-Qur’an) adalah yang akan menjadi para

Pemelihara otentitas dan kekekalanya. Dan bentuk jamak yang

13 Departemen Agama RI, Al-Qur’ān dan Tafsirnya, 247-250. 14 Departemen Agama RI, Al-Qur’ān dan Tafsirnya, 251.

Page 64: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

48

Q.S al-Maidah/ 5:44

Ijmāli

Istuḥāfiẓū

menghafaltelah

Diamanatkan

disuruh menjaga

Tahlilī

Istuḥāfiẓū

telah Diamanatk

an

Diperintahkan memelihara

digunakan ayat ini yang menunjuk Allah SWT, baik pada kata naḥnu

nazzalnā atau Kami menurunkan maupun dalam hal pemeliharaan al-

Qur’an, mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah SWT. Yakni

malaikat Jibril as. Dalam menurunkannya dan kaum muslimin dalam

pemeliharaannya. Diantaranya M Quraish Shihab mengatakan, kaum

muslimin ikut memelihara otentitas al-Qur’an dengan banyak cara. Baik

dengan menghafalnya, menulis dan membukukannya, merekaamnya

dalam berbagai alatseperti piringan hitam, kaset, CD dan yang lainya.

Tetapi apa yang dilakukan umat muslim itu, tidak terlepas dari taufik dan

bantuan Allah SWT. guna pemeliharaan kitab suci umat islam itu. Dalam

tafsirnya juga, beliau menjelaskan bahwa para ulama menggarisbawahi

perbedaan antara al-Qur’an dan kitab suci yang lalu dari segi

pemeliharaan otentitasnya. Yang ditugaskan memelihara kitab suci yang

lalu adalah para penganutnya (saja).15

B. Analisis Perbandingan Mufasir tentang Ayat Penjagaan Kitab

Suci

Tabel 4.2 : Q.S al-Maidah/5:44 mufasir indonesia terbagi dua.

15 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh, 95-97.

Page 65: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

49

Tabel di atas, sama halnya dengan penulis membedakan mufasir

indonesia dari metodologi penafsirannya, ialah di bagi kedalam dua

bagian ijmāli dan tahlīlī.

1. Mufasir indonesia yang menggunakan metode ijmāli

كم بحا ٱلنابيونح ٱلاذينح أحسلحموا للاذينح هحادوا وح ٱلرابانيونح إنا أحنزحلنحا ٱلت اورحىةح فيهحا هدى وحنور يح

شحوا ٱلنااسح وحٱخشحون وحلح وحٱلححبحار بحا ٱستحفظوا من كتحب ٱللا وحكحانوا عحلحي اءح فحلح تح ه شهحدحوا ب فرونح ايحت ثححن ح تحشتح فحأولحئكح هم ٱلكح كم بحا أحنزحلح ٱللا

وحمحن لا يح ا قحليل

“Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada)

petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah

diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi,

demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta merekaa, sebab

merekaa diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan merekaa

menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada

manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual

ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan

dengan apa yang diturunkan Allah, maka merekaa itulah orang-

orang kafir” (Al-Ma'idah/5:44).16

Tafsir Qur'an Karim karya Mahmud Yunus menafsirkan ayat di atas

dengan, “Allah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa. Di dalamnya ada

petunjuk dan i'tiqad/keimanan dan hukum-hukum yang berhubungan

dengan amal perbuatan, serta nur (cahaya) yang menerangi merekaa

kejalan bahagia di dunia dan akhirat. Nabi-nabi dan ulama merekaa

menghukum menurut perintah Allah itu. Barangsiapa yang tidak

menghukum menurut yang diturunkan Allah, maka merekaa itu orang

kafir, sebab keluar dari i'tiqad yang telah di tetapkan dalam taurat.” 17

Mahmud Yunus mengartikan lafadz istuḥfiẓū ialah dengan “mereka

menghafal kitab Allah.” Aritanya merekaa diperintahkan untuk

16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 444. 17 Mahmud Yunus, Tafsir al-Qur’an Karim, 156.

Page 66: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

50

menghafal kitab-kitabNya, berbeda dengan penjabaran yang

dikemukakan oleh Mahmud Yunus di dalam Q.S al-Hijr/15:9.

Kemudian dalam tafsir al-Furqan karya A. Hasan, beliau penafsirkan

ayat tersebut dengan “kami telah menurunkan kitab taurat yang di dalam

nya terdapat petunjuk dan penerangan yang dijadikan dasar oleh para

nabi, orang alim, dan pendeta Bani Israil unuk menghukum kaum Yahudi

dengan amanat dari kitab Allah yang diembankan kepada merekaa,

sementara kaum Yahudi menyaksikan kebenaran kitab itu. oleh karena

itu, hendaklah kalian takut kepadaKu dan janganlah kalian takut kepada

manusia, janganlah kalian melupakan ayat-ayatKu karena hendak

mendapat sedikit harta dunia. barang siapa yang tidak berhukum dengan

apa yang diturunkan oleh Allah. maka merekaa adalah orang-orang kafir.

Dapat dipahami bahwa dalam penjagaan kitab Allah (taurat), para

pendeta-pendeta dari Bani Israil merekaa diembankan dan diamanatkan

untuk kitab tersebut, berbeda pula dengan mendapatnya A. Hasan dalam

menafsirkan penjagaan al-Qur’an.18

Tafsir Qur’an karya H.Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs.

Menafsirkan ayat di atas dengan, “Sesungguhnya telah Kami telah

menurunkan Taurat, di dalamnya berisi pimpinan kebenaran dan cahaya

yang terang, dengan itulah nabi-nabi yang patuh (kepada tuhan)

memutuskan perkara untuk orang-orang Yahudi, juga orang-orang yang

tahu dalam ilmu ketuhanan dan pendeta-pendeta, di sebabkan merekaa

disuruh menjaga sebagian dari kitab tuhan, dan merekaa menjadi saksi

(keterangan) baginya, sebab itu janganlah kamu takut kepada manusia

tetapi takutlah kepadaKu. dan janganlah kamu ambil keuntungan yang

sedikit ganti dengan keterangan-keteranganKu. barangan siapa yang

18 Ahmad Hasan, al-Furqān Tafsir Qur’ān, 189.

Page 67: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

51

tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Tuhan, itulah orang-

orang kafir. H.Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs. Mengartikan pula

lafadz istuḥfiẓū sebagai merekaa disuruh menjaga kitab-kitab Allah.

Maka jelas keterangan penjagaan al-Qur’an dengan kitab-kitab

sebelumnya berbeda.19

2. Mufasir Indonesia yang Menggunakan Metode Tahlīlī

Di dalam Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, beliau mengartikan

lafadz istuḥfiẓū dengan diamanatkan merekaa dengan kitab Allah.

Merekaa di sini ialah pendeta-pendeta dan orang alim, dalam hal ini

kitab-kitab yang di turunkan sebelum al-Qur’an, Allah

mengamanatkannya kepada merekaa untuk memelihara.20

Hasbi Ash-Shiddieqy di dalam kitabnya Tafsir Al-Quranul Majid An-

Nur mengartikan lafadz istuḥfiẓū ialah merekaa diperintahkan

memelihara, yakni dijelaskan pula dalam tafsirnya, demikian kedudukan

taurat yang diturunkan Allah untuk membebaskan Bani Israil dari

penyembahan berhala dari kesesatan, sudah jelas bahwa taurat

merupakan kitab hukum dan syariat bagi merekaa.21

Di dalam kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya Milik Departemen Agama

RI, mengartikan lafadz istuḥfiẓū ialah diperintahkan memelihara,

maksudnya Allah memerintahkan kepada para ulama dan pendeta-

pendeta untuk memelihara kitab Allah (taurat) di dalamnya petunjuk dan

cahaya. Di jelaskan pula dalam tafsirnya, bahwa Pada ayat ini

diterangkan bahwa Taurat diwahyukan sebagai petunjuk bagi Bani Israil,

tetapi sebagian hukumnya merekaa tinggalkan. Maka dapat di pahami

19 H.Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs. Tafsir Qur’ān, 158. 20 Hamka, Tafsir al-Azhar, 255-257. 21 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-

Nūr, 591-592.

Page 68: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

52

penjagaan dan pemeliharaan taurat berbeda dengan penjagaan al-Quran.

Dalam tafsirnya pun di jelaskan bahwa orang-orang Yahudi yang

menyembunyikan hukum rajam terhadap orang berzina yang bersuami

atau beristri dan menggantinya dengan hukuman dera dan

menghitamkan mukanya, lalu diarak berkeliling supaya disaksikan oleh

masyarakat, dan lain-lainnya, berarti merekaa melakukan

penyelewengan hukum. Ketahuilah bahwa merekaa itu adalah orang-

orang yang ingkar, artinya merekaa ingkar terhadap apa yang di tetapkan

dalam taurat.22

M Quraish Shihab mengartikan lafadz istuḥfiẓū sebagai di

perintahkan memelihara, yakni memelihata kitab Allah (taurat) dan

merekaa menjadi saksi-saksi terhadapnya. Dikatakan pula bahwa

merekaa diperintahkan oleh Allah secara langsung kepada Nabi dan

melalui para nabi kepada umatnya agar memelihara kitab Allah, yakni

menegakkan hukum-hukum dan melaksanakan petunjuk-petunjuk yang

dikandungnya.23

C. Korelasi Mufasir Indonesia dengan Mufasir Terdahulu

Bagian ini penulis akan mengkorelasikan mufasir indonesia dengan

mufasir terdahulu berdasarkan mufasir yang terdapat pada Disertasi Eva

Nugraha.

1. Mufasir Indonesia yang Menyatakan Allah Menjaga Al-Qur‘an

Mufasir Indonesia yang menyatakan dalam tafsirnya bahwa hanya

Allah-lah yang menjaga al-Qur’an, ialah Mufasir yang tergolong dalam

mufasir yang menggunakan metode ijmāli. Diantanya, Mahmud Yunus,

A. Hasan, H.Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs. Merekaa menyatakan

22 Departemen Agama RI, Al-Qur’ān dan Tafsirnya, 444-447. 23 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh, 97-98.

Page 69: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

53

bahwa lafad Al-Żikr sebagai peringatan dan al-Quran, dan merekaa

menafsirkan lafadz laḥāfiẓūn sebagai hanya Allah-lah yang menjaga al-

Qur’an. Bila mengaitkan dengan apa yang penulis temukan, itu hampir

sama dengan apa yang di ucapkan oleh mufasir pada abad pertama

sampai ke tiga di dalam disertasi Eva Nugraha, ialah Al-Ṭabārī.

Kemudian dilanjutkan oleh mufasir lainya, baik dari ke tiga maupun ke

empat Hijriah. Seperti al- Ṣan‘ānī (w.211 H), al-Juzzāz (w.311 H) dan

Ibn Abī Ḥātim (w. 327 H). Merekaa menyatakan bawa ḍamir ha,

dimaknai ‘indanā (pada kami), kemudian pendapat mujtahin, ḍamir ha

kembali ke Al-Żikr. Dengan bersandar pada riwayat Sa‘īd dan Qatādah,

ia menyatakan bahwa ada kaitan antara ayat laḥafizūn dengan ayat Lā

ya,itīh al-bāṭil yang merujuk ke iblis. Kemudian Allah menurunkannya

dan menjaganya. Di mana tidak mungkin Iblis untuk menambahkan di

dalamnya sesuatu yang batil, dan benar benar tidak bisa ia mengurangi

apa pun. Karena Allah-lah yang menjaga al-Qur’an.24

2. Mufasir Indonesia yang Menyatakan Allah dan Pihak-Pihak

lain yang Menjaga Al-Qur‘an

Mufasir Indonesia yang menyatakan bahwa penjagan dan

pemeliharaan al-Qur’an itu adalah Allah dan pihak yang lainnya. itu

cendrung kepada mufasir yang mengunakan metode tahlilī. Di satu sisi

mufasir yang menggunakan metode tahlilī itu mayorintas menafsirkan

makna Al-Żikr itu sama halnya dengan para mufasir yang menggunakan

metode ijmāli, ialah sebagai peringatan dan al-Quran. Tetapi mufasir

yang menggunakan metode tahlilī memaknai lafadz laḥafizūn itu relatif,

24 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci; Studi

Kasus Usaha Penerbitan Mushaf al-Quran di Indonesia Kontemporer” (Disertasi S3.,

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018),

(versi ujian promosi), 164.

Page 70: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

54

ada yang memaknainya hanya Allah-lah yang menjaga al-Qur’an ada

pula yang memaknainya Allah dan pihak-pihak lain yang ikut serta

dalam penjagaan dan pemeliharaan al-Qur’an. Contohnya Hasby Ash-

Shiddieqi di dalam tafsirnya bahwa kita tetap memperoleh orang yang

memelihara al-Qur’an dan melindunginya. Begitupun di dalam tafsir al-

Misbah dan kemenag bawa banyak pihak-pihat lain yang ikut menjaga.25

Maka dari itu bila mengaitkan dengan apa yang penulis temukan, itu

hampir sama dengan apa yang di ucapkan oleh para mufasir di abad

pertengahan ke empat sampai abad empat belas pada disertasi Eva

Nugaraha. Misalnya al-Māturīdī menambahkan bawa yang menjadi

subjek dari pengurangan dan penambahan pada al-Qur’an tidak terfokus

pada iblis tapi siapapun. Selepas itu, pemahaman para mufasir, pada

siapa dan bagaimana bentuk penjagaan tersebut dilakukan, mengalami

perkembangan yang signifikan. Hingga keterlibatan kaum muslimin baik

secara hafalan maupun upaya-upaya merekaa dalam meresepsi al-Qur’an

(jam’ al-Qur’an), menjadi aktor yang terlibat dalam tindakan penjagaan.

Kemudian para mufasir di abad ke enam memasukan pemahaman bahwa

yang terlibat dalam penjagaan al-Qur’an adalah para penghafal dan

merekaa yang telah mengumpulkan al-Quran. Seperti halnya ‘Atiyyah

(w. 542 H), al-Zamakhsyārī (w. 538). Sampai kepada abad 14 H, terjadi

perluasan makna. Contohnya H. Rashīd Riḍa (w. 134 H), al-Marāghī (w.

1371). 26

25 Di katakan dalam tafsir nya ada pihak-pihak lain yang menjaganya, bentuk

usaha menjaga kemurnian al-Qur’an menghafal, menulis, membukukan merekaam,

membuat Lajnah pentasihan mushaf al-Quran, Naskh al-Qur’an, Tilawatil Qur’an,

sekolah hafal al-Qur’an, pendidikan al-Qur’an dan perguruan tinggi al-Qur’an. 26 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 164-

165.

Page 71: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian penulis pada bab-bab sebelumnya, maka penafsiran

mufasir indonesia atas Q.S al-Hijr/15:9 terkait dengan penjagaan dan

pemeliharaan al-Qur’an adalah sebagai berikut:

Mufasir Indonesia yang menggunakan metode ijmali, mereka

menafsirkannya dengan global tidak terperinci. yaitu Mahmud Yunus, A.

Hasan dan H. Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs, dalam menafsirkan Q.S

al-Hijr/15:9 mereka berpendapat bahwa pemeliharaan dan penjagaan al-

Qur’an ialah hanya Allah SWT. dari upaya pengurangan dan perubahan.

Tidak melibatkan pihak-pihak yang ikut serta di dalam penjagaan dan

pemeliharaan. sehingga tidak seorang pun yang sanggup menyelewengkan

apalagi menghapusnya, dan itu pula janji Allah sampai hari kiamat.

Berbeda dengan Mufasir Indonesia yang menggunakan metode tahlili,

mereka menafsirkan al-Qur’an dengan terperinci, ada tiga mufasir yaitu

Hamka, Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Departemen Agama

RI, M Quraish Shihab, dalam menafsirkan Q.S al-Hijr/15:9, mereka

berpendapat bahwa pemeliharaan dan penjagaan al-Qur’an, itu bisa

dikatakan hanya Allah-lah yang menjaga al-Qur’an kemudian Allah dan

pihak-pihak yang lain. Di antaranya orang yang menghafal dan kaum

muslimin di dalam usaha-usahanya untuk menjaga al-Qur’an.

Page 72: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

56

B. Saran-saran

Dari paparan dan penelitian yang dilakukan oleh penulis di atas,

penulis menyadari penelitian ini jauh dari kata sempurna, masih banyak

kekurangan dan kesalahan dari penulisan maupun kevalidan data.

Penulis berharap kepada para pecinta dan pengkaji al-Qur’an, untuk

melakukan penelitian lebih lanjut terkait tema yang diangkat. Atau

meneruskan penjagaan kitab suci yang lainnya sehingga dapat

memperkaya dan menambah ilmu bagi pembaca.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat

untuk kita semua.

Page 73: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

57

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Artikel Jurnal

Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir al-Thabari, Jami’ul Bayan‘an Ta’wil

Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr, 1988.

Al-A’zami, M. Musthafa. Sejarah Teks al-Qur’an dari wahyu sampai

Kompilasi, terj. Sohirin Solihin, dkk. Jakarta: Gema Insani

Press, 2005.

_______, Muhammad Mustafa. Sejarah Teks al-Qur’an dari wahyu

sampai kompilasi. jakarta: Gema Insani Press, 2005.

Amir, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia Banten: Mazhab Ciputat, 2013.

Anwar, Rosihon. Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Arikunto, Suharsimi.“Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,”

Rineka Cipta, Jakarta 1998,

Baidan, Nashrudin. “Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesai.”

PT Tiga Pustaka Mandiri Solo, 2003.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV Penerbit

Jumanatul ‘Ali-Art (J-Art), Bandung, 2004.

Fajar Pramono, Muhamad. “Pola-pola pemeliharaan al-Qur’an dalam

tinjauan historis.” Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Agama Isy

Karima, (2017).

Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir al-Qur’an. Yogyakarta:

Pustaka Insan Madani, 2008.

Hafsin, Abu. al-Qur’an Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir

Kalamullah, cet. 3, Kediri: Lirboyo Press, (2013).

Hamidy, H. Zainuddin. Hs, Fachruddin. Tafsir Qur’an: Naskah asli-

Terjemah-Keterangan. cetakan keenam, Jakarta wijaya, 1973.

Hamka. Tafsir Al Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

Hasan, Ahmad. al-Furqan Tafsir Qur’an. Jakarta: Pustaka Mantiq,

Yayasan Ambadar, 2006.

Page 74: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

58

Hasbi Ash-Shiddieqi, Teungku M. Sejarah dan Pengantar ilmu Al-

Qur’an/Tafsir Jakarta: penerbit Bulan Bintang, 1980.

_______, Ash-Shiddieqi, Teungku M. Tafsir al Qur’anul Majid An-

Nūr, jilid 1. Jakarta: Cakrawala Publishing, 1995.

Ibn Kasir, Al-Hafiz. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang

Agung, terj. Abu Ihsan al-Asari, cet. 8. Jakarta: Darul Haq, 2011

Igisani, Rithon. “Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia”. Potret jurnal,

vol.22, no.1, Januari-Juni 2018.

Indriati, Anisah. “Ragam Tradisi Penjagaan al-Qur’an di Pesantren.”

Studi Living Qur’an di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, An-

Nur Ngrukem, dan Al-Asy’ariyyah Kalibeber. Jurnal al- Itqan

Volume 3, No. 1. (Januari – Juli 2017).

Gusmian. Islah, Khazanah Tasir Indonesia, dari hermetika hingga

Ideologi. Cet. Ke-1. Jakarta: Teraju, 2003.

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. cet. 26,

5. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Madzkur, Zaenal Arifin. “Legalisasi Rasm Usmani dalam Penulisan

al-Qur’an”. dalam Journal of Qur’anic and Hadits Studies, Vol.

1, No. 2, 2012.

Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān, Mabahis Fi Ulum al-Qur’an. Riyad:

Mansurat al-Hasr wa al-Hadits, 1393 H/ 1973 M.

_______, Khalīl al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur

Rafiq El-Mazni, cet. 6. Jakarta: Putaka al-Kautsar, 2011.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta:

Bumi Aksara, 2007.

Rasul Ja’fariyan, Menolak Isu Perubahan al-Qur’an, terj.

Abdurrahman. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991.

Roziqin, Badiatul. Asti, Badiatul Muchlisin. Manaf, Junaidi Abdul. 101

Jejak Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta: Penerbit e-

Nusantara, 2009.

Page 75: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

59

Shihab. M. Quraish, et. al, Sejarah & Ulūm al-Qur’an, cet. 4 (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2008).

_______, M. Quraish, Tafsir Al-Misbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian

al Qur-an vol.15, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

As-Shalih, Subhi. Mabaahits fii Uluum Al-Qur’an, cet. 4 Beirut: Daar

Al-Ilm li Al-Malaayiin, 2000.

As-Sijistani, Abu Dawud. Sunan Abi Dawud, Beirut: Al-Maktabat Al-

Ashriyah, T.Th, vol. 3.

Sybromalisi, Faizah Ali. “urgensi lajnah pentashih al-Qur’an di

Indonesia”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Al-Suyuti, Jalal ad-Din. al-Itqan fi Ulum al-Quran. Beirut: Dar al-Fikr.

Jilid I, t.t.

Al-Sya’rāwī, Muḥammad Mutawalli. Tafsīr al-Sya‘rāwī. Kairo: Akhbār

al-Yaūm Idārah al-Kutub wa al-Maktabāt, 1991.

Taufiqurarahman. “Kajian Tafsir Al-Qur’an. Mutawattir: Jurnal

keilmuan Tafsir hadis.” Institut Agama Islam Al-Amin

Prenduan Sumenep, Madura Vol.2, No.1, juni 2012.

Yunus, Mahmud. Tafsir Al-Qur’an al-Karim, Jakarta: PT. Hidakarya

Agung, 2004.

Desertasi, Tesis dan Skripsi

Abdul Rakhim, Muhammad. “Toletansi Antar Umat Beragama Dalam

Pandangan Mufasir Indonesia.” S1., UIN walisongo semarang

2015.

Ali, Muharom. “Konsep Keterjagaan al-Qur’an menurut al-Sya’rāwī

kajian atas Makna “ḥāfiẓūn”. Sekeripsi S1., Serjana Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Gunawan, Gugun. “Penafsiran Q.S Al-Hijr/15:9 tentang pemaknaan

lafal Al-Zikr sebagai Al- Quran sebuah studi kritis” Skeripsi S1

Serjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2018.

Page 76: PENJAGAAN AL-QURAN MENURUT MUFASIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50288...i ABSTRAK Nurul Hidayat Penjagaan al-Qur’an Menurut Mufasir Indonesia (Kajian Atas

60

Khamdatul. Aliyati. “Perbudakan Dalam Pandangan Mufasir

Indonesia.” S1., UIN walisongo semarang 2015.

Kusairi, Ahmad. “Pemeliharaan kemurnian al-Qur’an.” Skripsi S1

Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1991.

Nugraha, Eva. “Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci;

Studi Kasus Usaha Penerbitan Mushaf al-Quran di Indonesia

Kontemporer,” Disertasi S3 Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Rakhim, Muhammad Abdul. “Toletansi Antar Umat Beragama Dalam

Pandangan Mufasir Indonesia.” S1 UIN walisongo semarang

2015.

https://kbbi.web.id/jaga.