PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR :...

20
Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis Pengembangan Diversifikasi Pangan 129 PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : Langkah Strategis Pengembangan Diversifikasi Pangan Enhancing Sweet Potato Participation Rate and Consumption: A Strategic Step toward Food Diversity Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No 70 Bogor 16161 ABSTRACT From demand side, consumption diversification does not show a good performance, particularly those sources of carbohydrates food group in which rice is still dominant in consumption pattern of Indonesian households. Among tubers group, sweet potato is local food potential to develop in the future. This paper aims to describe performance and prospects of sweet potato from consumption aspect based on household characteristics’ i.e. those as the consumers as well as the producers of sweet potato, to accelerate the food diversification program. The result shows that sweet potato participation and consumption rates both in urban and rural areas are still low. During 1999 to 2008 period, aggregate participation rate of sweet potato consumption tends to decrease. On the other hand, consumption in both in rural areas and aggregate increases and on the contrary in urban areas. Income and education level of wives do not affect participation sweet potato rate of household consumption. Key factors encouraging the participation rate are intensified promotion, education, and advocacy on advantages of consuming local food, especially that of sweet potato. Nutrient content and health benefit are good reasons for promoting sweet potato as a promising local food. Key words : consumption, sweet potato, food diversification ABSTRAK Dari sisi konsumsi, diversifikasi, atau penganekaragaman konsumsi belum menunjukkan kinerja yang baik, khusus untuk kelompok pangan sumber karbohidrat, beras masih dominan dalam pola konsumsi rata-rata rumah tangga di Indonesia. Diantara kelompok umbi-umbian, ubi jalar merupakan kelompok pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan di masa datang. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi kinerja dan prospek pengembangan ubi jalar dari aspek konsumsi, berdasar karakteristik rumah tangga baik dilihat dari karakteristik rumah tangga konsumen maupun produsen, terkait dengan mendukung program percepatan diversifikasi pangan. Hasil analisis menunjukkan tingkat partisipasi dan konsumsi ubi jalar masih rendah, baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Selama kurun waktu 1999-2008 partisipasi konsumsi ubi jalar secara agregat cenderung menurun. Sementara tingkat konsumsi untuk wilayah perdesaan dan agregat meningkat, sebaliknya untuk daerah kota. Tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan isteri tidak secara jelas mempengaruhi partisipasi dan tingkat konsumsi ubi jalar. Faktor kunci yang mampu mendorong peningkatan partisipasi konsumsi ubi jalar adalah perlunya upaya untuk mengintensifkan promosi, edukasi, dan advokasi tentang keunggulan-keunggulan yang ada pada pangan lokal, khususnya ubi jalar. Kandungan zat gizi serta manfaatnya bagi

Transcript of PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR :...

Page 1: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

129

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR :Langkah Strategis Pengembangan Diversifikasi Pangan

Enhancing Sweet Potato Participation Rate and Consumption:A Strategic Step toward Food Diversity

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianJl. A. Yani No 70 Bogor 16161

ABSTRACT

From demand side, consumption diversification does not show a goodperformance, particularly those sources of carbohydrates food group in which rice is stilldominant in consumption pattern of Indonesian households. Among tubers group, sweetpotato is local food potential to develop in the future. This paper aims to describeperformance and prospects of sweet potato from consumption aspect based on householdcharacteristics’ i.e. those as the consumers as well as the producers of sweet potato, toaccelerate the food diversification program. The result shows that sweet potato participationand consumption rates both in urban and rural areas are still low. During 1999 to 2008period, aggregate participation rate of sweet potato consumption tends to decrease. On theother hand, consumption in both in rural areas and aggregate increases and on the contraryin urban areas. Income and education level of wives do not affect participation sweet potatorate of household consumption. Key factors encouraging the participation rate are intensifiedpromotion, education, and advocacy on advantages of consuming local food, especially thatof sweet potato. Nutrient content and health benefit are good reasons for promoting sweetpotato as a promising local food.

Key words : consumption, sweet potato, food diversification

ABSTRAK

Dari sisi konsumsi, diversifikasi, atau penganekaragaman konsumsi belummenunjukkan kinerja yang baik, khusus untuk kelompok pangan sumber karbohidrat, berasmasih dominan dalam pola konsumsi rata-rata rumah tangga di Indonesia. Diantarakelompok umbi-umbian, ubi jalar merupakan kelompok pangan lokal yang berpotensi untukdikembangkan di masa datang. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi kinerja danprospek pengembangan ubi jalar dari aspek konsumsi, berdasar karakteristik rumah tanggabaik dilihat dari karakteristik rumah tangga konsumen maupun produsen, terkait denganmendukung program percepatan diversifikasi pangan. Hasil analisis menunjukkan tingkatpartisipasi dan konsumsi ubi jalar masih rendah, baik di wilayah perkotaan maupunperdesaan. Selama kurun waktu 1999-2008 partisipasi konsumsi ubi jalar secara agregatcenderung menurun. Sementara tingkat konsumsi untuk wilayah perdesaan dan agregatmeningkat, sebaliknya untuk daerah kota. Tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan isteritidak secara jelas mempengaruhi partisipasi dan tingkat konsumsi ubi jalar. Faktor kunciyang mampu mendorong peningkatan partisipasi konsumsi ubi jalar adalah perlunya upayauntuk mengintensifkan promosi, edukasi, dan advokasi tentang keunggulan-keunggulanyang ada pada pangan lokal, khususnya ubi jalar. Kandungan zat gizi serta manfaatnya bagi

Page 2: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

130

kesehatan dengan mengkonsumsi ubi jalar merupakan instrumen penting untukmengangkat ‘citra’ ubi jalar sebagai pangan lokal yang layak dikembangkan di masasekarang dan yang akan datang.

Kata kunci : konsumsi, ubi jalar, diversifikasi pangan

PENDAHULUAN

Meningkatkan penganekaragaman konsumsi dan cadangan pangan,terutama dengan memanfaatkan sumber pangan lokal merupakan salah satuupaya mengamankan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklimekstrim. Program tersebut merupakan salah satu tugas pokok KementerianPertanian seperti yang tertuang dalam INPRES RI Nomor 5 tahun 2011 tentangpengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim.

Dalam diversifikasi pangan mencakup dimensi yang luas baik secarahorisontal maupun vertikal pada setiap kelompok pangan maupun antarkelompokpangan dalam suatu sistem pangan. Salah satu aspek yang strategis secarapolitik, teknologi, ekonomi, dan geoekologi adalah diversifikasi pangan pokok non-beras (Dahrulsyah et al., 2003). Program diversifikasi pangan sudahdikembangkan sejak tahun 1960-an, namun demikian beberapa kajianmenunjukkan bahwa kebijakan dan program diversifikasi pangan mengalamipasang surut. Kekuatan utama kebijakan diversifikasi pangan adalah adanyakebijakan tertulis dan tujuan diversifikasi pangan baik dalam Repelita (sebelumtahun 2000), dalam Propenas (setelah tahun 2000) dan dalam dokumen rencanastrategis berbagai instansi. Berdasar PP No. 68 tahun 2002, ketahanan pangandapat ditingkatkan melalui penganekaragaman pangan dengan memperhatikansumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Terkait dengan program percepatan diversifikasi pangan, pada tahun 2009pemerintah mengeluarkan instrumen kebijakan untuk mempercepat terlaksananyadiversifikasi pangan di Indonesia, khususnya terkait dengan aspek konsumsi.Instrumen kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 22tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi PanganBerbasis Sumber Daya Lokal. Operasionalisasi dari Perpres tersebut kemudianditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang gerakan percepatan penganeka-ragaman konsumsi panganberbasis sumber daya lokal (Badan Ketahanan Pangan, 2009).

Dari sisi konsumsi, diversifikasi atau penganekaragaman konsumsi belummenunjukkan kinerja yang baik, khusus untuk kelompok pangan sumberkarbohidrat, beras masih dominan dalam pola konsumsi rata-rata rumah tangga diIndonesia. Dengan indikator Pola Pangan Harapan (PPH), kontribusi energi daripadi-padian (beras termasuk di dalamnya) melebihi standar yang ideal, sementaraitu kontribusi energi dari umbi-umbian masih kurang dari rekomendasi ideal (BadanKetahanan Pangan, 2008).

Page 3: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

131

Diantara kelompok umbi-umbian, ubi jalar merupakan kelompok panganlokal yang berpotensi untuk dikembangkan di masa datang. Hal tersebutdidasarkan pada pertimbangan bahwa ubi jalar: (1) merupakan sumber karbohidratke empat setelah padi, jagung, dan ubi kayu; (2) mempunyai potensi produktivitasyang tinggi; (3) memiliki potensi diversifikasi produk yang cukup beragam; (4)memiliki kandungan zat gizi yang beragam, dan (5) memiliki potensi permintaanpasar baik lokal, regional, maupun ekspor yang terus meningkat. Oleh karena itudengan meningkatkan partisipasi dan tingkat konsumsi ubi jalar diharapkan dapatmendongkrak skor PPH pada kelompok umbi-umbian. Semakin besar skor PPH,maka kualitas konsumsi pangan semakin baik.

Tulisan ini bertujuan antara lain (1) menganalisis tingkat partisipasi dankonsumsi ubi jalar, (2) menganalisis peta konsumsi ubi jalar dan pola konsumsi ubijalr, (3) merumuskan strategi peningkatan partisipasi dan konsumsi ubi jalar.Tulisan ini juga melihat prospek pengembangan ubi jalar dari aspek konsumsi,berdasar karakteristik rumah tangga konsumen maupun produsen terkait denganmendukung program percepatan diversifikasi pangan.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pikir

Kinerja pola konsumsi ubi jalar didekati dengan melihat pemetaan polakonsumsi ubi jalar dengan menelaah tingkat dan partisipasi konsumsi ubi jalarmenurut karakteristik rumah tangga. Tingkat konsumsi diukur dalam satuankg/kapita/tahun dan Kkal/kapita/hari. Sedangkan tingkat partisipasi konsumsidipetakan dalam ukuran: (1) proporsi rumah tangga/individu yang mengkonsumsiterhadap total rumah tangga/individu di wilayah tertentu; (2) proporsi energi yangbersumber dari konsumsi ubi jalar terhadap total konsumsi energi rumahtangga/individu; dan (3) proporsi pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi ubijalar terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga.

Pemetaan tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar juga akan dipetakanmenurut: (1) bentuk yang dikonsumsi (segar, olahan); (2) sumber perolehan(produksi sendiri, membeli, lainnya); (3) pola pemanfaatan (pangan pokok,makanan selingan, frekuensi makan); dan (4) karakteristik rumah tangga (kelaspendapatan, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan isteri). Sementaraitu, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi konsumsi ubi jalaradalah tingkat pendapatan, harga ubi jalar maupun harga-harga komoditas/produksubstitusi maupun komplemen dari ubi jalar, bentuk produk yang dikonsumsi,karakteristik rumah tangga, dan peubah sosial budaya seperti kebiasaan makan,adat-istiadat, dan lain-lain. Secara skematis gambar 1 dapat menjelaskankerangka pikir konsumnsi ubi jalar sebagai langkah menuju diversifikasi pangan.

Page 4: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

132

Gambar 1. Kerangka Fikir Konsumnsi Ubi Jalar sebagai Langkah menuju DiversifikasiPangan

Metode Analisis

Cakupan kajian adalah tingkat nasional dengan unit analisis seluruhprovinsi. Analisis menggunakan data Susenas beberapa titik waktu (tahun 1999,2002, 2005 dan 2008). Tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar dipetakan menurut:

INSTRUMEN KEBIJAKAN(Sistem perbenihan, Penyediaan Teknologi Produksi, panen/pasca panen/pengolahan,

Fasilitas pemasaran, infrastruktur, permodalan)

PRODUKSI :

Skala Usaha Adopsi Teknologi Produksi Produktivitas

PENANGANAN PANEN/PASCAPANEN/PENGOLAHAN :

Skala Usaha BentukProduk Kesesuaian dan Kontinuitas Pasokan Ketersediaan dan Adopsi Teknologi

PEMASARAN/PERDA-GANGAN :

Rantai Pemasaran Tujuan dan Volume Pasar Biaya Pemasaran Bentuk Produk dipasarkan

BENTUKPRODUK

(Segar, Olahan)

SUMBERPEROLEHAN

(Sendiri, Beli,Trans) Olahan)

PEMANFAATAN

(Pokok, Selingan)

KARAKTERRT

(Income, JmlART)

SOSIALBUDAYA

(Kebiasaan,adat,dll)

PARTISIPASI KONSUMSI UBI JALAR SAAT INI(%tase konsumen yang mengkonsumsi, %tase kontribusi energi, %tase

pengeluaran)

PARTISIPASI KONSUMSI UBI JALAR MENINGKAT 30%(%tase konsumen yang mengkonsumsi, %tase kontribusi energi, %tase Pengeluaran)

PERPRESNO.22/2009

REKOMENDASIKEBIJAKAN UNTUKMENINGKATKAN

PARTISIPASI KONSUMSI

UBI JALAR

Partisipasi konsumsi, kontribusi energi, pengeluaran

Partisipasi konsumsi, kontribusi energi,pengeluaran

Page 5: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

133

(1) pangsa rumah tangga yang mengkonsumsi terhadap total rumah tangga contohSusenas; (2) pangsa energi ubi jalar terhadap energi pangan sumber karbohidrat;dan (3) pangsa pengeluaran ubi jalar terhadap total pengeluaran pangan sumberkarbohidrat. Tingkat partisipasi konsumsi tersebut dalam analisis dikaitkan dengankarakteristik wilayah dan atau karakteristik rumah tangga.

Untuk mendukung bahasan ini digunakan data primer rumah tangga hasilpenelitian kasus di dua provinsi sentra produksi ubi jalar yaitu 1) Provinsi JawaBarat, Kabupaten Kuningan, dan 2) Provinsi Papua, Kabupaten Jayawijaya.Masing-masing provinsi dilakukan survei di satu kabupaten dan dalam satukabupaten dipilih satu kecamatan, dalam satu kecamatan dipilih dua desa yangrepresentatif (1 desa mewakili daerah sentra produksi ubi jalar dan 1 desamewakili daerah defisit). Jumlah responden di setiap provinsi sebanyak 30 rumahtangga.

PETA KONSUMSI UBI JALAR MENURUT KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA

Menurut Hasyim dan Yusuf (2008), untuk menjadikan ubi jalar sebagaimakanan pokok pilihan, tentu perlu dilakukan diversifikasi produk olahan ubi jalar.Langkah awal sebaiknya dikembangkan adalah pendirian industri tepung dan atauindustri pasta dari ubi jalar. Dengan produk setengah jadi tersebut akan lebihbanyak produk yang bisa dikembangkan. Produk-produk berbasis tepung yangbisa dikembangkan, antara lain mie, french fries, sweet potato flake (SPF) danproduk bakery. Sedangkan produk yang berbasis pasta ubi jalar yang dapatdikembangkan seperti nasi, jus, es krim, dan produk-produk lainnya dari ubi jalar.Jika dulu pemerintah memberikan subsidi kepada tepung terigu, maka untukmenumbuhkan industri tepung/pasta ubi jalar sudah seharusnya pemerintah jugamemberikan subsidi.

Sampai saat ini, ubi jalar dan sumber pangan nonberas masihdikonotasikan sebagai secondary atau bahkan tertiary food. Sebenarnya ubi jalarsangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat beberapa kelebihannya, darisisi nilai gizi tinggi dan berimbang. Ubi jalar sebagian besar masih dikonsumsisebagai makanan selingan bukan merupakan pangan pokok, hanya di beberapalokasi seperti Papua maupun Papua Barat, ubi jalar masih dominan sebagaimakanan pokok. Baik tingkat partisipasi maupun tingkat konsumsi masih relatifkecil secara agregat nasional.

Partisipasi dan Tingkat Konsumsi menurut Wilayah

Data nasional menunjukkan bahwa tingkat partisipasi konsumsi ubi jalarmasih kecil, bahkan data tahun 2008 kurang dari 10 persen. Tabel 1. menyajikanpartisipasi konsumsi ubi jalar di Indonesia pada beberapa titik waktu (1999, 2002,2005 dan 2008).

Page 6: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

134

Tabel 1. Partisipasi Konsumsi Ubi Jalar menurut Willayah (Desa dan Kota) di IndonesiaTahun1999, 2002, 2005, dan 2007 (Persen)

Tahun Kota Desa Kota+desa

1999 10,74 12,21 11,60

2002 11,39 12,04 11,75

2005 9,11 12,5 11,12

2008 8,25 9,25 8,99

Laju pertumbuhan (%/ 3 Tahun) (7,80) (5,00) (6,24)

Sumber : SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS).

Dari hasil analisis data Susenas tersebut tampak bahwa rata-ratapartisipasi konsumsi ubi jalar di desa lebih tinggi dibanding di kota. Hal ini antaralain ketersediaan ubi jalar di desa relatif lebih tinggi dibanding di perkotaan. Selainitu akses terhadap pangan ubi jalar tersebut relatif lebih mudah dibanding dengandi daerah perkotaan.

Laju pertumbuhan partisipasi konsumsi ubi jalar dari tahun 1999-2008mengalami penurunan, baik untuk wilayah kota maupun desa, maupun agregat(Tabel 1). Tingkat penurunan partisipasinya di kota lebih besar dibandingkandengan di desa, berkurangnya jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi ubi jalardi kota terutama beralih ke pangan lain seperti pangan dari terigu dan lain-lain

Bila di simak lebih lanjut bahwa tingkat partisipasi konsumsi ubi jalarmenurut provinsi menunjukkan bahwa partisipasi tertinggi ditemukan di ProvinsiPapua, secara kumulatif diurut dari yang terbesar adalah Papua Barat, Halmahera(Maluku Utara), Papua, Maluku, Bali dan seterusnya (Tabel 2).Tingginya partisipasimasyarakat dalam mengkonsumsi ubi jalar tidak terlepas dari sosial budayasetempat yang secara tradisional ubi jalar dijadikan sebagai pangan pokokpenduduk, khususnya di Papua. Seperti halnya di tingkat nasional, secara regionalprovinsi tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar juga cenderung menurun. Hanyabeberapa provinsi seperti Riau dan Kepulauan Riau cenderung meningkat,sedangkan Bali konsisten stabil.

Tingkat partisipasi konsumsi tidak mencerminkan kuantitas pangan yangdikonsumsi, Tabel 3 menyajikan tingkat konsumsi ubi jalar menurut wilayah (Kotadan Desa). Rata-rata konsumsi ubi jalar di desa lebih tinggi dibanding di kota.Rendahnya konsumsi ubi jalar antara lain masih dianggapnya sebagai panganinferior. Besarnya tingkat konsumsi ubi jalar di desa juga dibarengi dengantingginya partisipasi konsumsi, ini artinya kuantitas ubi jalar yang dikonsumsisecara wilayah di desa jauh lebih banyak dibanding di kota. Selama tahun 1999sampai 2005, tingkat konsumsi ubi jalar di kota cenderung menurun, sebaliknya didesa cenderung meningkat walaupun pada tahun 2008 menurun kembali.

Page 7: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

135

Tabel 2. Partisipasi Konsumsi Ubi Jalar menurut Provinsi di Indonesia, 1999, 2002, 2005,dan 2008 (%)

Provinsi Tahun Perubahan2002 – 20081999 2002 2005 2008

Aceh 7,99 tad tad 3,94 -Sumut 8,26 8,4 6,98 4,95 (3,45)Sumbar 13,18 13,97 8,51 10,77 (3,20)Riau 12 10,43 10,03 8,78 (1,65)Jambi 15,34 15,08 14,69 10,16 (4,92)Sumsel 15,74 16,57 14,01 11,48 (5,09)Bengkulu 15,15 16,06 9,35 13,01 (3,05)Lampung 11,61 11,98 8,88 5,66 (6,32)Babel tad 6,72 7,16 7,23 0,51Kep Riau tad tad 4,62 5,64 -Dki 9,29 11,53 7,38 6,83 (4,70)Jabar 16,44 12,69 12,31 11,91 (0,78)Jateng 13,61 13,89 9,96 10,03 (3,86)DIY 9,51 9,74 6,04 4,80 (4,94)Jatim 9,23 12,6 9,53 8,69 (3,91)Banten tad tad 8,57 10,76 -Bali 16,95 17,22 18,15 19,65 2,43NTB 4,59 8,07 6,62 4,34 (3,73)NTT 2,74 5,91 15,39 3,14 (2,77)Kalbar 8,65 6,77 7,94 5,43 (1,34)Kalteng 10,78 11,5 11,62 6,53 (4,97)Kalsel 10,91 9,03 9,63 3,99 (5,04)Kaltim 14,43 13,18 15,28 8,27 (4,91)Sulut 9,33 13,35 16,06 13,72 0,37Sulteng 13,47 15,83 13,19 12,13 (3,70)Sulsel 7,36 9,62 7,87 11,12 1,50Sultra 6,59 2,97 4,75 4,98 2,01Gorontalo tad 13,44 8,28 5,24 (8,20)SulBar tad tad tad 5,76 -Maluku 17,75 tad 18,94 14,13 -Maluku Utara tad tad 42,58 27,33 -Papua 25,19 tad 48,17 45,21 -Papua Barat tad tad tad 21,88 -

Sumber: SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS),Catatan: tad = tidak ada data

Secara rinci di masing-masing provinsi, keragaan tingkat konsumsi ubijalar dapat dilihat pada Tabel 4. Secara umum ubi jalar yang dikonsumsi dalamkajian ini (cakupan konsumsi ubi jalar data Susenas) terbatas hanya dalam bentukkonsumsi segar (siap konsumsi), artinya tanpa diolah atau diubah menjadi bentuklain, baik sebagai makanan pokok maupun sebagai makanan selingan.

Page 8: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

136

Tabel 3. Tingkat Konsumsi Ubi Jalar menurut Willayah (Desa dan Kota) di Indonesia, 1999,2002, 2005 dan 2007 (Kg/Kapita/Tahun).

Tahun Kota Desa Kota+Desa1999 1,97 3,29 2,742002 2,11 3,08 2,642005 1,68 5,70 4,062008 1,59 4,57 3,38

Laju pertumbuhan (%/ 3 Tahun) (6,21) 19,62 11,13Sumber : SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS).

Tabel 4. Tingkat Konsumsi Ubi Jalar menurut Provinsi di Indonesia, 1999, 2002, 2005 dan2008 (Kg/Kapita/Tahun).

Provinsi Tahun1999 2002 2005 2008

Aceh 1,18 tad , tad 0,62Sumut 2,84 3,04 1,86 1,29Sumbar 2,80 2,75 1,49 2,33Riau 2,38 1,97 2,29 1,97Jambi 3,88 2,86 3,12 2,21Sumsel 2,63 3,51 2,52 2,18Bengkulu 3,25 3,00 2,13 2,74Lampung 2,48 3,21 2,09 1,30Babel tad 1,20 1,50 1,28Kep Riau tad tad 1,03 1,29Dki 1,19 1,76 1,12 1,00Jabar 3,75 2,77 2,94 2,29Jateng 2,84 3,21 2,01 2,12DIY 2,27 2,29 1,12 0,90Jatim 1,96 2,93 2,20 1,84Banten tad tad 1,75 2,00Bali 6,38 4,35 4,60 5,33NTB 1,17 1,93 1,33 0,88NTT 0,36 1,84 5,21 0,94Kalbar 1,79 1,20 1,47 1,07Kalteng 1,65 2,08 3,10 1,35Kalsel 1,90 1,45 1,58 0,52Kaltim 2,98 2,07 2,94 1,25Sulut 2,88 3,21 5,22 3,09Sulteng 3,00 4,72 6,44 2,82Sulsel 1,85 2,67 1,60 3,28Sultra 1,45 0,76 1,36 0,78Gorontalo tad 3,19 1,66 1,69SulBar tad tad tad 1,25Maluku 5,37 tad 5,56 4,70Maluku Utara tad tad 17,84 8,89Papua 17,03 tad tad 96,69Papua Barat tad tad 89,35 7,37

Sumber : SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS)Catatan : tad = tidak ada data

Page 9: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

137

Sementara itu temuan di lapang selain bentuk siap konsumsi, jugaditemukan dalam bentuk ubi jalar yang sudah diolah , makanan ringan sepertikeripik, kue-kue baik kue basah, atau kue kering. Dalam kaitan kue basah ataukue kering berbahan utama dari tepung ubi jalar, dalam hal ini belum tercakupdalam analisis. Karena keterbatasan data yang ada dalam Susenas hanya ubi jalar(segar), produk olahan dari pangan tersebut tidak diliput.

Partisipasi dan Tingkat Konsumsi Ubi Jalar menurut Kelompok Pendapatan

Partisipasi konsumsi pada masyarakat kelompok pendapataan tinggi rata-rata lebih rendah dibanding masyarakat dengan pendapatan sedang dan rendah,namun demikian tidak ada pola yang jelas antara tingkat partisipasi konsumsi ubijalar dengan tingkat pendapatan. Bila ubi jalar merupakan pangan inferior mestinyakelompok masyarakat berpendapatan rendah akan lebih banyak yangmengkonsumsi, artinya partisipasinya akan lebih besar. Secara umum Tabel 5,menunjukkan bahwa partisipasi konsumsi ubi jalar pada masyarakat dengankelompok pendapatan sedang relatif lebih tinggi dibanding dengan kelompok kelaspendapatan rendah dan tinggi. Ubi jalar tergolong jenis pangan dengan hargasedang lebih murah dibanding beras tetapi lebih mahal dibanding ubi kayu,sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan sedang relatif banyak yangmengkonsumsi ubi jalar. Namun demikian bila dilihat laju pertumbuhannya diantaraketiga kelompok pendapatan tampak penurunan paling rendah adalah padamasyarakat dengan kelas pendapatan rendah.

Tabel 5. Partisipasi Konsumsi Ubi Jalar menurut Kelas Pendapatan di Indonesia, 1999,2002, 2005, dan 2008 (Persen).

TahunKelas Pendapatan

Rendah Sedang Tinggi1999 9,41 12,75 13,672002 10,21 12,65 13,042005 10,76 11,75 10,642008 8,39 10,28 10,09

Laju pertumbuhan(%/ 3 Tahun) (2,71) (6,80) (9,39)

Sumber : SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS)

Sementara bila ditinjau dari tingkat konsumsi ubi jalar rata-rata jugamenunjukkan tidak adanya pola yang jelas antara tingkat konsumsi ubi jalardengan tingkat pendapatan (Tabel 5). Pada selang waktu 1999-2005 bila diamatilebih detail maka pada masyarakat berpendapatan rendah relatif lebih tinggitingkat konsumsi ubi jalar dibandingkan dengan kelompok lainnya, namundemikian data antarwaktu hal ini tidak konsisten. Ini mengindikasikan bahwa selaintingkat pendapatan, faktor lain lebih berpengaruh seperti budaya atau kebiasaandan selera masyarakat.

Page 10: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

138

Tabel 6. Tingkat. Konsumsi Ubi Jalar menurut Kelas Pendapatan di Indonesia, 1999, 2002,2005 dan 2008 (Kg/Kapita/Tahun).

TahunKelas Pendapatan

Rendah Sedang Tinggi

1999 2,45 3,09 2,64

2002 2,39 3,12 2,20

2005 5,29 3,09 3,54

2008 3,95 2,74 2,85Laju pertumbuhan

(%/ 3 Tahun) 28,32 -4,25 6,68Sumber : SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS)

Sementara hasil analisis data Susenas 1999 sampai dengan 2008menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan pokok pada kelompok masyarakatberpendapatan rendah (terutama di perdesaan), cenderung mengarah pada berasdan bahan pangan berbasis tepung terigu, termasuk mie kering, mie basah, danmie instan. Perubahan ini perlu diwaspadai karena gandum adalah komoditasimpor sehingga perubahan pola konsumsi itu dapat menimbulkan kebergantunganpangan pada impor. Ubi jalar merupakan salah satu bahan alternatif untuk produkmie, beberapa kajian telah membuktikan bahwa mie dari pati ubi jalar dapatmenjadi alternatif bahan pembuat mie. Namun demikian produk mie ubi jalar belumberkembang secara luas, selain itu zat gizi dari tepung ubi jalar relatif rendah.Beberapa penelitian mencoba mengembangkan mie alternatif dari ubi jalardicampur teri (UMY, 2008), dikomplemenkan dengan tepung terigu dan tepungtempe serta tepung ikan (Mujahir, 2007).

Partisipasi dan Tingkat Konsumsi Ubi Jalar menurut Tingkat PendidikanIsteri

Konsumsi pangan masyarakat antara lain dipengaruhi oleh karakteristikrumah tangga dan sosial budaya setempat. Soekirman (2000) mengemukakanbahwa salah satu penyebab kurang gizi adalah tingkat pendidikan masyarakatwalaupun pengaruhnya secara tidak langsung. Lebih lanjut dikatakan bahwatingkat pendidikan ibu rumah tangga merupakan salah satu aspek yang dapatdigunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga, sementarapendapatan merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas dan kuantitasbahan makanan. Tabel 7 menunjukkan bahwa partisipasi konsumsi ubi jalar padamasyarakat yang dibedakan antartingkat pendidikan istri.

Secara umum menunjukkan bahwa partisipasi konsumsi ubi jalarcenderung menurun pada semua tingkatan pendidikan isteri. Tidak ada hubunganyang jelas antartingkat partisipasi konsumsi ubi jalar dengan tingkat pendidikanisteri, namun untuk pendidikan isteri tamat SD ke atas ada kecenderungansemakin tinggi tingkat pendidikan isteri partisipasi konsumsi ubi jalar makin kecil.

Page 11: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

139

Partisipasi yang relatif tinggi pada tingkat pendidikan tidak tamat dan tamat SD, halini ada indikasi rendahnya pendidikan isteri berarti rendahnya pengetahuan gizi,isteri akan memilih pangan yang dikonsumsi sesuai dengan ketersediaan dilingkungan setempat dan sumberdaya yang dimiliki.

Tabel 7. Partisipasi Konsumsi Ubi Jalar menurut Tingkat Pendidikan Isteri di Indonesia,1999, 2002, 2005, dan 2008 (Persen)

Tahun

Tingkat Pendidikan IstriTidak

Sekolah/ tidaktamat SD

Tamat SD TamatSMP

TamatSMA

PT (D2,S1 dst)

1999 11,09 13,12 10,73 11,94 9,56

2002 11,00 13,26 11,43 12,15 9,72

2005 11,28 12,28 11,06 8,79 8,49

2008 8,94 10,26 9,78 8,55 8,13Laju Pertumbuhan

(%/ 3 Tahun) -10,38 -8,67 -3,27 -9,57 -5,14Sumber : SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS).

Ada kecenderungan bahwa makin rendah pendidikan isteri, tingkatkonsumsi ubi jalar semakin besar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8. Polademikian konsisten untuk tiap tahun periode pencacahan oleh BPS. Namundemikian karena pola konsumsi demikian tidak menunjukkan kualitas konsumsiyang baik, karena pengetahuan gizi tidak bisa dilihat dari sisi konsumsi suatubahan pangan saja tetapi lebih komprehensip tentang pola pangan yangseimbang. Oleh karena itu, untuk melihat hubungan berbagai karakteristik rumahtangga terhadap konsumsi ubi jalar tidak bisa hanya semata-mata melihat dari sisipartisipasi dan tingkat konsumsi ubi jalar saja, tetapi konsumsi pangan secarakeseluruhan dan keseimbangan gizi dari pangan yang dikonsumsi.

Tabel 8. Tingkat Konsumsi Ubi Jalar menurut Tingkat Pendidikan Istri di Indonesia, 1999,2002, 2005, dan 2008 (Kg/Kapita/Tahun)

Tahun

Tingkat Pendidikan IstriTidak

Sekolah/ tidaktamat SD

Tamat SD TamatSMP

TamatSMA

PT (D2, S1dst)

1999 3,03 2,81 2,05 2,16 1.56

2002 2,83 2,80 2,19 2,39 1,68

2005 6,01 3,05 2,47 1,60 1,35

2008 6,32 2,61 2,19 1,67 1,52Sumber : SUSENAS beberapa Tahun, diolah (BPS).

Page 12: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

140

POLA KONSUMSI UBI JALAR DI LOKASI PENELITIAN

Tingkat Partisipasi dan Tingkat Konsumsi Sumber Karbohidrat

Pangan pokok biasanya dikonsumsi rumah tangga dalam jumlah besar,pangan pokok tersebut dominan sebagai sumber karbohidrat utama. Tabel 9.Menyajikan tingkat partisipasi konsumsi pangan sumber karbohidrat. Tingkatpartisipasi disini merupakan jumlah persentase rumah tangga responden yangmengkonsumsi jenis pangan yang bersangkutan terhadap total sampel rumahtangga. Di sini tampak bahwa beras dikonsumsi oleh semua responden diKabupaten Kuningan, sedangkan di Jayawijaya hanya dikonsumsi oleh sekitar33,3 persen rumah tangga contoh. Sebaliknya untuk tingkat partisipasi konsumsiubi jalar mencapai 100 persen di Jayawijaya, sedangkan di Kuningan mencapai63,3 persen. Sementara talas/keladi juga dikonsumsi oleh lebih dari setenganrumah tangga contoh di Jayawijaya. Yang menarik disini adalah mie instan sudahbanyak dikonsumsi oleh masyarakat di Jayawijaya, tingkat partisipasi konsumsinyamencapai 40 persen. Sementara di Kabupaten Kuningan tingkat partisipasikonsumsi mie instan mencapai 76,7 persen, bahkan untuk tingkat konsumsi terigumencapai 90 persen. Bila dilihat ragam jenis pangan sumber karbohidrat, diKabupaten Kuningan lebih beragam, keragaman jenis pangan tersebut akanberpengaruh terhadap kualitas pangan yang dikonsumsi. Namun demikian tingkatpartisipasi tidak mencerminkan kuantitas pangan yang dikonsumsi, untuk itu perludilihat tingkat konsumsi pangan tersebut. Tabel 10 menyajikan tingkat konsumsidan pangsa pengeluaran pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi rumahtangga, di lokasi penelitian. Di Kuningan tingkat konsumsi beras 95,37Kg/kapita/tahun, nilai ini masih lebih kecil dibanding rata-rata nasional (139Kg/kapita/tahun). Bila dilihat dari pengeluaran untuk pangan sumber karbohidrat,pengeluaran untuk beras memberikan pangsa sekitar 83 persen, sementara ubijalar memberikan pangsa sekitar 4,5 persen.

Tabel 9. Tingkat Partisipasi Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat di Dua KabupatenPenelitian, Indonesia, 2010 (%)

Jenis Pangan Kabupaten Kuningan Kabupaten JayawijayaUbi Jalar 63,33 100,00Produk ubi jalar 10,00 -Beras 100,00 33,33Tepung beras 16,67 -Jagung tongkol basah 26,67 13,33Ubi kayu 26,67 -Tapioka 13,33 -Sagu 6,67 3,33Talas/keladi 3,33 53,33Tepung terigu 90,00 3,33Mie instan 76,67 40,00

Page 13: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

141

Dari sisi pengeluaran pangan karbohidrat rumah tangga di Jayawijaya,pengeluaran ubi jalar menduduki urutan terbesar (48,09%), umbi-umbian lain(talas/keladi) sekitar 20,1 persen. Dan beras hanya 10,9 persen. Dilihat dari totalpengeluaran pangan sumber karbohidrat di Jayawijaya lebih tinggi dibandingpengeluaran karbohidrat di Kuningan, hal ini karena tingkat harga pangan diJayawijaya mahal, karena aksesibilatasnya relatif terbatas.

Sementara di Jayawijaya yang makanan pokoknya ubi jalar tingkatkonsumsi beras hanya 7,15 Kg/kapita/tahun, sebagian besar beras tersebutdiperoleh dari pembagian Raskin yang diterima secara gratis. Dikawatirkan denganadanya pembagian Raskin tersebut lambat laun akan menggeser pangan pokokubi jalar yang selama ini dikonsumsi. Di lain pihak, digalakkannya programpercepatan penganekaragaman pangan, untuk itu perlu diantisipasi agar haltersebut tidak terjadi, mengingat sebagian responden lebih menyukai panganberas tersebut karena mudah memasaknya dan enak, namun karena kalaumembeli mahal harganya, maka rumah tangga tersebut tetap mengkonsumsi ubijalar karena produk ini dapat diproduksi sendiri. Selain itu, menurut persepsimereka bahwa komoditas ubi jalar adalah pangan pokok nenek moyang mereka,sehingga konsumsi produk tersebut tidah boleh ditinggalkan. Budaya yang telahmelekat ini perlu dilestarikan, selain itu karena pola makan ubi jalar biasanya tidakditunjang dengan jenis pangan lain terutama sumber protein, maka perluditingkatkan kualitas konsumsi pangan yang lebih beragam dan seimbang gizinyaagar kualitas konsumsi pangan lebih baik.

Tabel 10. Tingkat Konsumsi dan Nilai Pangan Sumber Karbohidrat di Dua Kabupaten,Indonesia, 2010

Jenis Pangan

Kuningan Jayawijaya

TingkatKonsumsi

(Kg/Kapita/Tahun)

PangsaPengeluaran

PanganSumber

Karbohidrat(%)

TingkatKonsumsi

(Kg/Kapita/Tahun)

PangsaPengeluaran

PanganSumber

Karbohidrat(%)

Ubi jalar 14,37 4,33 157,52 48,09Produk ubi jalar 1,17 1,92 - -Beras 95,37 82,99 7,15 10,90Tepung beras 1,22 2,01 - -Jagung tongkol basah 1,95 1,60 2,60 3,19Ubi kayu 2,24 0,74 - -Tapioka 0,79 0,78 - -Sagu 0,54 0,62 2,17 2,65Talas/keladi 0,39 0,16 54,89 20,11Tepung terigu 1,22 1,60 0,43 0,78Mie instan (bungkus) 15,22 3,25 9,01 14,27

Jumlah 100(608.509)

100(818.820)

Page 14: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

142

Pola Konsumsi Ubi Jalar

Bentuk pangan ubi jalar yang dikonsumsi oleh masyarakat di kedua lokasipenelitian berbeda. Di Kuningan ubi jalar hanya sebagai makanan selingan, bukanmakanan pokok, oleh karena itu bentuk produk yang banyak di konsumsi adalahberupa ubi jalar goreng maupun berupa keripik ubi jalar, juga berupa getuk. Selainitu juga ditemukan sebagai produk olahan berupa kue basah seperti brownis, kuetalam, dan lain-lain, dengan demikian frekuensi konsumsinya tidak mempunyaipola yang jelas.

Terkait pengolahan ubi jalar, telah dilakukan beberapa usaha untuk dapatmemanfaatkan surplus produksi ubi jalar agar dapat diolah, misalnya diolah untukdijadikan chip dan tepung ubi jalar. Pihak pemerintah daerah Provinsi Papua telahbekerja sama dengan pihak Kementerian Perdagangan dan Perindustrian dalampenyediaan pabrik pengolahan tepung ubi jalar di Wamena, Merauke danJayapura. Tetapi pabrik yang telah berdiri hingga kini belum beroperasi karenatidak direspon positif oleh masyarakat dan kesulitan bahan baku. Selain itu, belumada yang bisa menggerakkan berbagai pihak sehingga pabrik tersebut bisa jalan.Karena untuk menggerakkan pabrik tersebut masih banyak hal yang patutdikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait. Masyarakat masih bersikerasmenyimpan ubi jalar dan menjualnya sesuai keperluan konsumsi dan keperluanrumah tangga lainnya dibandingkan panen secara masal dan mendapatkan nilaitambah dengan mengolah hasil panennya tersebut.

Di pihak pemerintah daerah, beberapa usaha untuk peningkatan konsumsipangan lokal dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, dengan mengusahakanpenggunaan pangan lokal, khususnya ubi jalar pada acara-acara resmi dan non-resmi. Kedua, dengan mengadakan cipta lomba kreasi olahan pangan lokal, yangresepnya kemudian disebarkan ke masyarakat. Ketiga, dengan peningkatanfrekuensi pameran pangan lokal. Diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan ini,konsumsi pangan lokal terutama ubi jalar dapat meningkat.

Di Jayawijaya ubi jalar sebagai makanan pokok rumah tangga menurutkomunitas setempat ubi jalar merupakan pangan yang dibawa oleh leluhur nenekmoyang mereka, sehingga ubi jalar sebagai pangan pokok tetap harusdipertahankan. Bentuk produk yang banyak ditemui adalah berupa ubi jalar rebusdan ubi jalar bakar. Frekuensi makan ubi jalar tersebut 2-3 kali per hari. Bilamemasak nasi biasanya dilakukan untuk makan siang, Budaya masak ubi jalarbakar batu biasanya hanya pada acara adat atau pesta perkawinan. Untuk balitaatau anak-anak di Jayawijaya sudah dibiasakan makan ubi jalar rebus atau bakar,tidak ada pantang untuk semua tingkat umur, kecuali bayi.

Selain mengkonsumsi ubi jalar di dalam rumah, beberapa masyarakat jugamengkonsumsi ubi jalar pada event kejadian tertentu. Keragaan pola konsumsiubi jalar di luar rumah di Kuningan pada berbagai event kejadian dapat dilihat padaTabel 11, bentuk produk ubi jalar yang dikonsumsi antara lain adalah ubi jalargoreng atau keripik dan kue basah. Jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi ubijalar di luar rumah relatif kecil (Tabel 11). Di Kuningan event yang dominanditemukan adalah pada acara pertemuan atau arisan. Event lainnya yangditemukan adalah pada jamuan sebagai upah kerja, jajan di warung, dansebagainya.

Page 15: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

143

Page 16: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

144

Di Kabupaten Jayawijaya, pola konsumsi makan ubi jalar di luar rumahdominan pada acara adat, bentuk produk ubi jalar yang sering dikonsumsi adalahubi jalar bakar dan rebus. Jumlah rumah tangga contoh yang berpartisipasi relatifbanyak (67 % untuk ubi jalar bakar dan 30 % untuk ubi jalar rebus). Dalam adat iniyang terkenal adalah bakar batu, biasanya ubi jalar dimasak di tumpukan batuyang sebelumnya telah dibakar. Khusus ubi jalar goreng diperoleh dari membeli,yang biasanya dibeli di pasar sewaktu memasarkan hasil produksi ubi jalarnya.Produk ubi jalar tidak biasa dimasak sendiri oleh rumah tangga di Jayawijaya.

Tabel 12. Pola Konsumsi Ubi Jalar di Luar Rumah menurut Event Kejadian di KabupatenJayawijaya, 2010

Jenis ProdukPesta (adat, dll) Jajan/warung

%Resp

Frek(kali/Thn)

Konsumsi(Kg/Thn)

%Resp

Frek(kali/Thn)

Konsumsi(Kg/Thn)

Olah SajiUbi jalarrebus/kukus 30,0 4,1 56,7 - - -

Ubi jalarbakar/oven 66,7 4,1 8,14 - - -

Ubi jalargoreng/keripik - - - 20,0 4,3 0,92

Perolehan dan Pemanfaatan Ubi Jalar

Sebagian besar ubi jalar yang diperoleh adalah dari produksi terutamauntuk yang mengusahakan lahan dan ditanami ubi jalar. Varietas atau jenis ubijalar yang banyak diusahakan adalah jenis ubi jalar yang berdaging putih.Keragaan luas lahan yang diusahakan dan produksi rata-rata di lokasi penelitiandapat dilihat di Tabel 13.. Di Kabupaten Kuningan yang mengusahakan ubi jalarputih atau dikenal vairetas lokal Ase Putih, dan hanya 6,67 persen yangmengusahakan ubi jalar jenis merah, biasanya ubi jalar merah sering dikonsumsipada bula Ramdhan, sehingga diusahakan pada masa panen berimpit dengansaat permintaan yang banyak.

Produksi ubi jalar dipanen secara bertahap oleh petani denganpertimbangan hanya untuk memenuhi konsumsi harian dan sedikit jumlah yangdibawa dan dijual ke pasar untuk memperoleh uang untuk membeli keperluankeluarga. Hasil panen ubi jalar dibawa ke rumah untuk disimpan dan kemudiandikonsumsi dalam bentuk ubi jalar rebus dan bakar. Tidak ada bentuk pengolahanlainnya.

Rata-rata luas lahan yang diusahakan 0,14 Hektar dengan tingkatproduktivitas 36,11 ku/Ha per luasan usaha (0.14 Ha) atau sekitar 257.9 ku/Hauntuk Ase Putih, sedangkan untuk jenis ubi jalar merah relatif lebih rendah yakni28.20 ku/Ha per luasan usaha (0.14 Ha) atau sekitar 201 ku/Ha. Sebagian lahanyang diusahakan untuk tanam ubi jalar adalah lahan sawah, yang biasanyaditanam pada musim kemarau. Orientasi pengusahaan ubi jalar adalah untuk

Page 17: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

145

dijual, hanya sebagian kecil untuk konsumsi sendiri mengingat ubi jalar bukanmakanan pokok masyarakat setempat.

Rata-rata luas lahan yang diusahakan untuk ubi jalar di Jayawijaya relatiflebih luas. Secara adat lahan tersebut diperoleh dari pembagian ketua sukusetempat. Biasanya sebelum membuka lahan dilakukan acara adat denganmengkapling-kapling sesuai kebutuhan. Biasanya disesuaikan dengan tanggungankeluarga dan pemilikan ternak babi serta tenaga kerja yang tersedia, kecuali untukketua adat khususnya untuk tenaga kerja biasanya dibantu warganya secaragotong royong. Untuk membuka lahan tersebut biasanya kaum laki-laki yangberperan sampai penyiapan lahan siap tanam. Kegiatan tanam dan kegiatanselanjutnya sampai panen dan pemasaran biasanya itu urusan kaum wanita

Tabel 13. Rataan Luas Tanam dan Produksi Ubi Jalar menurut Jenis/Varietas di KabupatenKuningan dan Jayawijaya, 2010

Jenis/Varietas % Responden Luas (Ha) Produksi (Ku)

Kab, Kuningan1. Putih/ Ace Putih 26,80 0,14 36,112. .Merah 6,67 0,14 28,20

Kab. Jayawijaya1. Putih 100,00 0,54 50,172. .Kuning 16,67 0,11 10,29

Secara rata-rata jumlah lahan yang diusahakan adalah 0.54 Ha (Tabel 13).Sebenarnya agak sulit meliput luas lahan yang akurat dari luasan yangdiusahakan, namun dengan pendekatan luas bedeng dan jarak tanam luasantersebut dapat diperkirakan. Produktivitas ubi jalar mencapai 103.4 ku/Ha untukJenis ubi jalar putih. Varietas jenis ubi jalar putih yang umum ditanam adalah jenisHelalehe dan Musan. Areal lahan yang digunakan adalah lahan kering.Produktivitas ini setara dengan produktivitas rata-rata di Jayawijaya, walaupunrelatif lebih kecil dibanding rata-rata nasional. Yang menarik disini bahwa usahatani ubi jalar ini tanpa menggunakan pupuk dan pestisida, karena tanahnya relatifsubur. Oleh karena itu, lahan yang ditanami ubi jalar berpindah-pindah, maksimallahan tersebut ditanami ubi jalar2-3 tahuni. Selain ketersediaan lahan relatif masihluas, hal ini juga untuk mempertahankan srtuktur dan kesuburan tanah, mengingatusahatani ubi jalar ini tanpa pemupukan.

Perolehan ubi jalar selain dari produksi adalah dari membeli dan transfer,Tabel 14 menyajikan perolehan ubi jalar rumah tangga menurut asal sumbernyadi Kabupaten Kuningan dan Jayawijaya Tampak bahwa sebagian besar perolehanubi jalar berasal dari produksi sendiri kecuali untuk jenis ubi jalar ungu, bibit jenisubi jalar ungu ini sulit diperoleh, sehingga jarang petani mengusahakan. Selain itujenis ungu biasanya dipercaya juga sebagai obat seperti untuk mengobati penyakitdiabetes melitus atau kencing manis dan lain-lain, oleh karena itu harga di pasaranrelatif tinggi. Saling memberi produk ubi jalar masih banyak ditemukan di wilayah

Page 18: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

146

penelitian, hal ini tampak perolehan dari transfer cukup banyak. Baik jenis ubi jalarputih, merah, atau ungu.

Tabel 14. Perolehan Ubi Jalar menurut Asal Sumbernya di Kabupaten Kuningan dan Jayawijaya, 2010

Jenis/Varietas danBentuk Konsumsi

Asal Perolehan (%) Total (%)Produksi Membeli Transfer

Kab KuninganPutih 93,33 1,89 4,78 100,00Ungu - 59,05 39,95 100,00Merah 98,22 0,25 1,55 100,00

Kab. JayawijayaPutih 82,68 12,11 5,21 100,00

Kuning 82,41 3,43 14,16 100,00

Di Jayawijaya, ubi jalar adalah komoditas utama yang diusahakansebagian besar rumah tangga di lokasi tersebut, selain itu juga umbi-umbian lainseperti talas atau keladi. Hanya sedikit perolehan ubi jalar berasal dari membelidan transfer,.

Budidaya ubi jalar biasanya dilakukan minimal di dua persil lahan yangpola tanamnya disesuaikan dengan musim dan kebutuhan rumah tangga tersebut.Biasanya umur 6 bulan mulai dipanen, namun pola panennya tidak serentakmelainkan bertahap sesuai kebutuhan dan panen ini dilakukan setiap hari, masapanen umumnya dilakukan sampai sekitar 4 bulan baru tanaman tersebutdibongkar, secara tidak langsung penyimpanan atau stok ubi jalar dilakukan didalam tanah. Sementara sebelum tanaman tersebut dibongkar di lahan lain sudahdisiapkan pertanaman ubi jalar untuk menyambung pola panen berikutnya,sehingga diharapkan tidak terputus panennya kecuali ada bencana banjir ataukekeringan.

Persentase ubi jalar yang berasal dari membeli dan transfer relatif kecil,karena masih subsisten dalam usahatani ubi jalar. Transfer diperoleh dari “famili”atau tetangga. Hal ini disebabkan karena rumah tangga (dalam hal ini ibu rumahtangga) tidak bisa melakukan panen, sehingga minta ke “famili” atau tetangga.Selain itu bisa saja jumlah panennya masih sedikit sehingga belum cukup untukkebutuhan, hal ini biasanya dilakukan dengan membeli di pasar.

Berdasarkan perolehan ubi jalar tersebut maka pemanfaatannya dapatdigambarkan pada Tabel 15. Di Kuningan motivasi menanam ubi jalar adalahuntuk dijual, yang mencapai 91 persen untuk jenis ubi jlar putih dan merah 83 %,sementara ungu dominan untuk ditransfer. Dari jumlah produksi tersebut sebagiandibuang. Ubi jalar yang dibuang tersebut umumnya karena terserang lanas yangtidak laku dijual. Kasus pernah terjadi sewaktu harga ubi jalar jatuh (Rp300/Kg)banyak ubi jalar yang tidak dipanen.

Pemanfaatan hasil ubi jalar di Jayawijaya, selain untuk konsumsi manusiajuga untuk konsumsi atau pakan ternak babi. Tabel 15 menyajikan gambaran

Page 19: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Peningkatan Partisipasi dan Konsumsi Ubi Jalar : Langkah Strategis PengembanganDiversifikasi Pangan

147

pemanfaatan ubi jalar untuk berbagai keperluan. Untuk keperluan ternak babikadang-kadang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan untuk konsumsimanusia, tergantung dengan jumlah ternak yang dipelihara. Sementara jumlahyang dijual relatif kecil, biasanya petani memasarkan hasil sendiri ke pasar,dengan mempunyai dua tujuan yakni: (1) memasarkan hasil dan (2) membelibarang kebutuhan (sembako) dari hasil penjualan ubi jalar tersebut. Polapenjualannnya biasanya seminggu 1- 2 kali ke pasar. Padam tabel 15 terdapat ubijalar yang dibuang, karena rusak akibat serangan lanas atau busuk di lahan tidakdipanen.

Tabel 15. Pemanfaatan Ubi Jalar oleh Rumah Tangga di Kabupaten Kuningan danJayawijaya, 2010

JenisPemanfaatan Ubi Jalar (%)

Dibuang TotalKonsumsi Dijual Diolah Ditransfer Pakanternak

Kab. KuninganPutih 3,13 91,06 0,29 1,68 0,01 3,83 100,00Ungu 31,66 - 55,39 - 12,95 100,00Merah 1,69 83,23 0,55 0,65 - 13,87 100,00

Kab. JayawijayaPutih 42,97 22,40 - 1,26 33,37 - 100,00

Kuning 22,31 3,79 - 0,16 61,07 12,67 100,00Sumber : Data Primer, 2010

KESIMPULAN DAN IMPILKASI KEBIJAKAN

Tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi ubi jalar masih rendah, baik diwilayah perkotaan maupun perdesaan. Selama kurun waktu 1999-2008 partisipasidan tingkat konsumsi ubi jalar secara agregat cenderung menurun. Tingkatpendapatan dan tingkat pendidikan istri tidak secara jelas mempengaruhipartisipasi dan tingkat konsumsi ubi jalar rumah tangga. Dengan demikian panganubi jalar sebenarnya bukan pangan inferior dan dari sisi gizi memiliki banyakkelebihannya. Jadi perlu dikaji peran fungsional ubi jalar apakah konsumen sudahsadar gizi terkait dengan konsumsi ubi jalar ini.

Faktor kunci yang mampu mendorong peningkatan partisipasi konsumsiubi jalar adalah perlunya upaya untuk mengintensifkan promosi, edukasi danadvokasi tentang keunggulan-keunggulan yang ada pada pangan lokal, khususnyaubi jalar. Sosialisasi bahwa mengkonsumsi ubi jalar tidak identik dengankemiskinan atau kerawanan pangan merupakan isu menarik yang perludimasyarakatkan secara luas. Kandungan zat gizi serta manfaatnya bagikesehatan dengan mengkonsumsi ubi jalar merupakan instrumen penting untukmengangkat ‘citra’ ubi jalar sebagai pangan lokal yang layak dikembangkan dimasa sekarang dan yang akan datang.

Untuk pengembangan wilayah produksi ubi jalar, disarankan agar masing-masing pimpinan daerah menindaklanjuti kebijakan penganekaragaman konsumsi

Page 20: PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KONSUMSI UBI JALAR : …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_Bastuti_2011.pdf · sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (Pasal 9 ayat 1).

Tri Bastuti Purwantini dan Handewi Purwati Saliem

148

pangan berbasis sumber daya lokal yang telah dituangkan dalam Perpres Nomor22 Tahun 2009 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang gerakan percepatan penganeka-ragaman konsumsi panganberbasis sumber daya lokal. Upaya ini dapat diwujudkan dengan meningkatkankoordinasi dan sinergisme program pemerintah pusat dan daerah terkait denganimplementasi kebijakan pemerintah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Ketahanan Pangan. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganeka-ragamanKonsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. BKP, Jakarta

Badan Ketahanan Pangan. 2008. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan. DepartemenPertanian. Jakarta

Dahrulsyah; Dewanti, R; Kusnandar, F; Budianto, S. dan Nurfarida, D. 2003. DiversifikasiPangan Pokok Alternatif. http://repository.ipb.ac.id/handle/ 123456789/5905

Hasyim dan Yusuf. 2008. Diversifikasi Produk Ubi Jalar Sebagai Bahan Pangan SubstitusiBeras. Tabloid Sinar Tani, 30 Juli 2008.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. www.pdfwindows.com/pdf/ soekirman-2000.

UMY. 2008. Peluang Pasar dan Khasiat Ubi Jalar. http://fapertaumy.wordpress.com/ (10maret 2011)

Muhajir, A. 2007. Peningkatan Gizi Mie Instan dari Campuran Tepung Terigu dan TepungUbi Jalar Melalui. Penambahan Tepung Tempe dan Tepung Ikan.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7550/1/09E00459.pdf.

Partisipasikonsumsi,kontribusienergi,pengeluaran