PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI...
Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI...
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS X.I JURUSAN
ANALIS KESEHATAN SMK NUSANTARA 02 KESEHATAN
CIPUTAT-TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Muhamad Khoerul Umam
(1113013000035)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
i
ABSTRAK
Muhamad Khoerul Umam, NIM : 1113013000035. Peningkatan Keterampilan
Berbicara melalui Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share pada Siswa Kelas
X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada siswa kelasX.1 Jurusan Analis
Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan. Penelitian
initermasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu merupakan suatu jenis
penelitianyang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Populasipenelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Nusantara Kesehatan yang
berjumlah 112 orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X.1 Jurusan Analis
Kesehatan SMK Nusantara Kesehatan yang berjumlah 10 orang. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian inimelalui observasi, tes, dan dokumentasi.
Hasil observasi menunjukkan bahwapada pelaksanaan pra tindakan ditemukan
kemampuan berbicara siswa terhitung rendah. Siswa yang tuntas hanya 1 siswa
atausebesar 64,1%. Setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share pada siklus Idan siklus II menunjukkan peningkatan yang baik. Pada siklus I siswa
yang tuntasatau mencapai nilai>kkm (80) sebesar 4 siswa atau 75,7 %. Pada siklus II
terdapat9 siswa atau sebesar 85,1%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil
yangdiperoleh yakni meningkat secara klasikal.
Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Think
Pair Sharedapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas X.1 jurusan
analis kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
Kata kunci : Keterampilan berbicara, Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share
ABSRTACT
Muhamad Khoerul Umam, NIM: 1113013000035. Skills Improvement Speaking
through Cooperative Learning Model Think Pair Share for Grade X.1 Students of
Health Analyst Department at SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang
Selatan. Skripsi, Department of Bahasa and Literature Education. Faculty of
Tarbiyah and Teacher’s Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta, 2018.
This research is aimed to improve students speaking ability taught by using
cooperative learning models, Think Pair Share in class X.1 students of the Health
Analyst Department of SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
This research includes Classroom Action Research (CAR), which is a type of
research conducted by teachers to solve learning problems in the classroom. The
population of this research is 10th grade student of SMK Nusantara 02 Kesehatan
which consist of 112 students. The sample of this research are 10 student from 10th
grade of the SMK Nusantara 02 Kesehatan from Health Analyst Department. Data
collection techniques carried out in this research through observation, tests, and
documentation.
The observation showed that in the pre-action implementation, it was found that the
speaking ability of students was low. Only 1 student who completed or 64.1%. After
the implementation of the cooperative learning model Think Pair Share. In cycle I
and cycle II showed a good improvement. In the first cycle students who complete or
reach the score > KKM (80) are 4 students or 75.7%. In the second cycle there were
9 students or 85.1%. After conducting the research there is an increase in results
obtained classical improwment.
The conclusion of this study is the application of cooperative learning model, Think
Pair Share can improve speaking skills in 10th garde students in Health Analyst
Department at SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
Key words: Speaking skills, Cooperative Learning Models, Think-Pair Share.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang tiada henti memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Model Pembelajaran Kooperatif Think
Pair Share pada Siswa Kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK Nusantara 02
Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga
akhir zaman. Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat
mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini membutuhkan
bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa hormat,
penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Toto Edidarmo, MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Dr. Elvi Susanti, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, motivasi, dan saran
saat penyusunan skripsi ini;
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
6. Bahrozih, SE, MM., sebagai Kepala Sekolah SMK Nusantara 02 Kesehatan;
7. Seluruh Civitas Akademika SMK Nusantara 02 Kesehatan yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi;
8. Bapak dan Umi yang selalu menjadi guru kehidupan. Semoga Allah
menjadikan Bapak dan Umi sebagai ahli surga.
9. Ayunda Junaedatul Munawaroh, Khopipatul Munawaroh dan Kanda Acep
Hapipudin Nur dan Ade Ridwan Jaelani yang selalu menjadi pesaing terdekat
perihal berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga Allah menjadikan kami
anak-anak yang bisa membanggakan kedua orang tua, keluarga, agama, dan
bangsa.
10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
bersama-sama berproses untuk menjadi mahasiswa yang berprestasi tinggi,
unggul, profesional, kompetitif, dan pribadi islami.
11. Teman-teman PPKT SMK Nusantara 02 Kesehatan 2017. Sebuah kebanggan
menjadi dari tim yang hebat.
12. Sahabat Nada Renjana yang telah membuat hidup lebih berceria melalui
Musikalisasi Puisi.
13. Segenap senior dan junior yang selalu menjadi panutan dan kebanggaan.
Jakarta, 22 Oktober 2018
Muhamad Khoerul Umam
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 3
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
E. Tujuan ........................................................................................ 4
F. Manfaat ...................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORETIS ............................................................... 7
A. Hakikat Berbicara ...................................................................... 7
1. Pengertian Berbicara ............................................................. 7
2. Pengertian Keterampilan Berbicara ....................................... 8
3. Tujuan Berbicara ................................................................... 9
4. Prinsip Berbicara ................................................................... 10
5. Langkah-langkah Berbicara .................................................... 12
6. Faktor-faktor Penentu Keterampilan Berbicara ..................... 14
7. Penilaian Berbicara ................................................................ 15
B. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share ...... 16
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ..................................... 16
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ................................. 18
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ........................................... 19
4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share ........................................................................ 20
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share ........................................................................ 22
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 24
D. Hipotesis Tindakan .................................................................... 27
E. Penelitian yang Relevan ............................................................ 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30
A. Metode Penelitian ....................................................................... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 35
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 36
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 38
H. Instrumen Penilaian ................................................................... 39
I. Kriteria Keberhasilan ................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 43
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 43
a. Deskripsi Hasil Pengamatan Awal (Pratindakan) ............... 43
b. Deskripsi Tindakan pada Siklus I ........................................... 46
1. Perencanaan ................................................................... 46
2. Pelaksanaan (Tindakan) Pembelajaran .......................... 47
3. Hasil Pengamatan (Observasi) ........................................... 51
4. Pengamatan Keterampilan Berbicara ............................ 54
5. Refleksi .......................................................................... 56
c. Deskripsi Tindakan pada Siklus II ..................................... 60
vii
1. Perencanaan ................................................................... 60
2. Pelaksanaan (Tindakan) Pembelajaran .......................... 61
3. Hasil Pengamatan (Observasi) ........................................... 65
4. Pengamatan Keterampilan Berbicara ............................ 69
5. Refleksi .......................................................................... 71
B. Pembahasan Hasil Pengamatan ................................................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 78
A. Kesimpulan ................................................................................ 78
B. Saran .......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 83
TENTANG PENULIS ..................................................................................... 129
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Estimasi Waktu Selama Penelitian ................................................... 36
Tabel 2 Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa ............................... 39
Tabel 3 Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa ............................... 40
Tabel 4 Kisi-Kisi Penilaian Keterampilan Berbicara ..................................... 41
Tabel 5 Kriteria PenilaianMenurutHamalik Oemar ....................................... 41
Tabel 6 Hasil Nilai Pratindakan Keterampilan Berbicara .............................. 45
Tabel 7 Hasil Nilai Siklus 1 Keterampilan Berbicara .................................... 55
Tabel 8 Peningkatan Nilai dari Pratindakan ke Siklus I ................................ 56
Tabel 9 Hasil Nilai Siklus II Keterampilan Berbicara .................................... 70
Tabel 10 Peningkatan Nilai Dari Siklus I ke Siklus II ..................................... 71
Tabel 11 Perbandingan Perolehan Nilai Keterampilan Berbicara .................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain sebagai
makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Mereka
selalu hidup berkelompok mulai dari kelompok kecil, misalnya keluarga,
sampai kelompok besar, seperti organisasi sosial. Mereka selalu berinteraksi
antar warga kelompok yang ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital
yang mereka miliki bersama, yakni bahasa, dimana ada kelompok manusia
disitu pasti ada bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional
maupun pada masyarakat modern.
Manusia dituntut untuk terampil berbicara agar dapat berkomunikasi
dengan baikdan dapat terampil mengungkapkan gagasan, ide, dan perasaan
secara lisan. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang
menuntut kemampuan berbahasa lisan (berbicara) dalam kehidupan sehari-
harinya. Misalnya, dialog dalam lingkungan keluarga atau dialog dengan teman
kuliah, percakapan anggota rukun tangga, percakapan antar pembeli dan
penjual di pasar, berwawancara, diskusi, berpidato, seminar, dan sebagainya
yang semuanya itu menuntut keterampilan berbicara.
Siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat, dalam pendidikannya di
sekolah dituntut pula untuk terampil berbahasa, karena itu bahasa merupakan
sarana atau alat bagi siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri.
Siswa dapat mengungkapkan ide, gagasan, perasaan, atau pernyataan kepada
orang lain (pendengar) dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Peneliti mengamati selama 5 bulan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatanyang
meliputi tiga jurusan, yaitu keperawatan, farmasi, dan analis kesehatan.Peneliti
memilih siswa kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan untuk dijadikan sebagai
objek penelitian karena kemampuan siswa dalam aspek berbicara masih
kurang. Siswa masih malu dan ragu saat mengungkapkan gagasan dan ide.
2
Mereka kurang berani mengutarakan gagasan tanpa diminta oleh guru. Siswa
juga belum terampil dalam berbicara. Mereka masih belum mampu
mengutarakan ide, gagasan, perasaan dengan baik. Hal ini sangat disayangkan
ketika siswa dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik namun mereka
belum mampu melakukannya. Salah satu faktor yang meyebabkan hal ini bisa
terjadi karena kurangnya pembendaharaan kata. Berbicara sudah barang tentu
berhubungan dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak,
melalui kegiatan menyimak dan membaca.1
Guru bahasa Indonesia merupakan pihak yang berkompeten untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa.Mereka harus bisa mengkaji dan
mengetahui kelemahan dan keunggulan dari tiap-tiap komponen keterampilan
berbicara agar dapat memenuhi sasaran yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa.
Guru dapat meningkatan keterampilan berbicara siswa di sekolah,salah
satunya dengan menggunakan model pembelajaran think pair share. Model
pembelajaranthink pair sharemerupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model
pembelajaran model ini dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif
dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Peserta didik dapat
berkomunikasi secara langsung dengan individu yang lain untuk saling
memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk
mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Hal ini baik digunakan karena hubungan antara pembelajaran kooperatif think
pair share dengan keterampilan berbicara dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling bertukar pikiran mengenai hal-hal apa saja yang
akan disampaikan kepada siswa lain sehingga pikiran dan ide tersebut dapat
dipahami. Dengan demikian, siswa dapat berkomunikasi secara aktif dalam
proses pembelajaran.
1 Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai Suatu Kemampuan Berbahasa, (edisi revisi),
(Bandung:Angkasa, 2008), h. 3
3
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, cukup beralasan jika peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas di SMK Nusantara 02
Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan kelas X.1 Jurusan Analis
Kesehatanuntuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui model
pembelajaran kooperatif think pair share.
B. Identifikasi Masalah
1. Kurangnya keterampilan siswa dalam berbicara.
2. Kurangnya pembendaharaan kata yang dimiliki oleh siswa.
3. Kemampuan siswa dalam aspek berbicara masih kurang, belum mampu
mengutarakan ide, gagasan, perasaan dengan baik.
4. Siswa masih malu-malu dan ragumengutarakan gagasan dan ide.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat adanya berbagai keterbatasan kemampuan, maka penelitian
ini tidak menjawab semua yang muncul. Penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share untuk
meningkatkan keterampilanberbicara siswa kelas X.1 Jurusan Analis
Kesehatan SMKNusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
2. Efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas X.1 Jurusan Analis
Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diketahui rumusan masalah yang timbul sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share dapat
meningkatkanketerampilan berbicara siswa kelas X.1 Jurusan Analis
Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan?
2. Bagaimanakah efektivitaspenerapan model pembelajaran kooperatif
think pair share dalammeningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas X.1 Jurusan Analis KesehatanSMK Nusantara 02 Kesehatan
Ciputat-Tangerang Selatan?
4
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan penulis melakukan penelitian ini, berdasarkan
rumusan masalah yang dipaparkan, di antaranya:
1. Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share
dapat meningkatkanketerampilan berbicara siswa kelas X.1 Jurusan Analis
KesehatanSMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
2. Mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif think
pair sharedalammeningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas X.1
Jurusan Analis KesehatanSMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang
Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan
dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra, khusunya tentang
keterampilan berbicara.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa
pihak, antara lain:
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru tentang penerapan
model pembelajaran kooperatif think pair shareuntuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa kelas X.1 Jurusan Analis KesehatanSMK
Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatanyang menarik, kreatif,
dan inovatif.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang
dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil
karya ilmiah bagi dunia keterampilan berbahasa dan pendidikan.
5
c. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami apa
yang dimaksud dengan keterampilan berbicara dan model pembelajaran
seperti apa yang cocok untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara.
d. Bagi Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun
Bahan pijakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam.
6
7
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Hakikat Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi yang
dalam proses itu terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke
pihak lain (komunikan). “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan”.2
Suharyanti menjelaskan bahwa “berbicara (speaking) adalah perbuatan
menghasilkan bahasa untuk komunikasi”.3M. Encarnacion dalam Umi Faizah
menjelaskan “Berbicara adalah bagian dari kehidupan normal manusia, sebuah
alat, sebagaimana adanya, bagi interaksi dan saling mempengaruhi antar
sesama manusia”.4
Speaking is defined as an interactive process constructing meaning that
involves producing, receiving, andprocessing information orally using organ of
speech.5Artinya,berbicara didefinisikan sebagai proses interaktif yang
membangun makna yang melibatkan produksi, penerimaan, danmemproses
informasi secara lisan menggunakan organ bicara.
Elvi Susanti berpendapat berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda
yang dapat didengar audible dan yang dapat dilihat visible dengan
memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi menyampaikan maksud,
gagasan-gagasan, dan ide-ide pembicara. 6Menurut Ahmadi menjelaskan
“Berbicara sebagai suatu keterampilan memproduksi arus sistem bunyi
1 Ibid, h.16
2 Suharyanti, Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011),
h. 4 3 Umi Faizah, Pengantar Keterampilan Berbicara Berbasis Cooperative Learning Think Pair
Share Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Yuma Pressindo, 2011), h. 5 4 Abdurahman, Using the Think-Pair-Share Strategy to Improve Students’
Speaking Ability at Stain Ternate. Journal of Education and Practice. 37, 2015. 5 Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 3
8
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan
kepada orang lain”. Alwi dalam Lilis berpendapat bahwa “Berbicara artinya
melahirkan pendapat dengan perkataan. Menurut Suhartono dalam lilis
berbicara yaitu menyampaikan informasi melalui bunyi bahasa”. 7
Speech is produced utterance-by-utterance, in response to the word-by-
word and utterance-by-utterance productions of the person we are talking to
(our interlocutor).8
Suhendar dan Pien berpendapat bahwa berbicara merupakan suatu
peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut
dipahami oleh orang lain.9
Asep Supriyana dkk berpendapat bahwa berbicara merupakan proses
penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran.10
Menurut Brown dalam Umi Faizah berpendapat bahwa “Kegiatan
berbicara adalah alat untuk menyampaikan pendapat, perasaan, ide dan
sebagainya dengan aktivitas artikulasi dan bunyi yang memberikan konstruksi
kreatif dalam linguistik”.11
Berdasarkan sejumlah pengertian di atas, disimpulkan berbicara adalah
suatu kegiatan kemampuan berbahasa untuk menyampaikan sebuah ide,
gagasan, penadapat, pikiran, dan isi hati kepada orang lain dalam menjalin
berkomunikasi dalam lingkup kehidupan sehari-hari.
2. Pengertian Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistik.
Semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam
berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui
proses latihan.
6 Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), h. 90 7 Scoot Thornbury, How to Teach Speaking, (England: Pearson Longman, 2005), h. 2
8 Suhendar dan Pien Supinah, Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan Keterampilan
Berbicara, (Bandung:Pionir Jaya, 2004), h. 16 9 Asep Supriyana, dkk, Materi Pokok Berbicara, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h. 1.2
10 Umi Faizah, Op.cit, h. 6
9
Iskandarwassid &Sunendar menjelaskan keterampilan berbicara
merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang
lain.12
Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan
alamiah yang memungkinkan untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi
artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara.
Hurlock dalam Lilis menyatakan bahwa keterampilan berbicara pada ,
anak harus didukung dengan perbendaharaan kata atau kosakata yang sesuai
dengan tingkat perkembangan bahasa. 13
Mukhsin berpendapat bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya
merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang
lain.14
Berdasarkan sejumlah pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara merupakan keterampilan seseorang untuk dapat
menyampaikan ide, gagasan, perasaan, kepada orang lain secara lisan.
3. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Pembicara
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianya memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum
maupun perorangan.
Apakah sebagai alat sosial (sosial tool) ataupun sebagai alat perusahaan
maupun profesional (busines or profesional tool), maka pada dasarnya
berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
1) Memberitahukan dan melaporkan (to inform);
11
Iskandarwassid dan Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 241 12
Lilis Madyawati, Op.cit, h. 90 13
Mukhsin Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra,
(Malang:Yayasan Asih Asah Asuh Malang, 1990), h. 18
10
2) Menjamu dan menghibur (to entertain);
3) Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).15
Suharyanti juga berpendapat bahwa pada dasarnya berbicara mempunyai
tiga maksud umum, yaitu : (1) memberitahukan, melaporkan, (2) menghibur,
menjamu, (3) membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan.16
Maidar dalam Umi Faizah berpendapat bahwa tujuan utama dari
berbicara adalah untuk berkomunikasi.17
Berdasarkan sejumlah tujuan yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan berbicara yaitu menginformasikan, membujuk, menghibur dan
meyakinkan orang lain.
4. Prinsip Berbicara
Brooks dalam Suharyanti mengetengahkan 8 butir prinsip sebagai
berikut:18
1) Membutuhkan paling sedikit dua orang
Tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini
sering terjadi, misalnya oleh orang yang sedang mempelajari bunyi-bunyi
bahasa beserta maknanya, atau oleh seseorang yang meninjau kembali
pernyataan bank-nya atau oleh orang yang memukul ibu jarinya dengan palu.
2) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama
Bahkan andaikatapun dipergunakan dua bahasa, namun saling
pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya.
3) Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum
Daerah referensi umum mungkin tidak selalu mudah dikenal/ditentukan,
namun pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu di
antaranya.
4) Merupakan suatu pertukaran antara partisipan
Kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan
saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak.
14
Henry Guntur Tarigan, op.cit, h.16 15
Suharyanti, op.cit, h. 7 16
Umi Faizah, op.cit, h. 8 17
Suharyanti, op.cit, h. 7
11
5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada
lingkungannya dengan segera.
Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang
nyata atau yang diharapkan, dari sang penyimak, dan sebaliknya. Jadi
hubungan itu bersifat timbal-balik atau dua arah.
6) Berhubungan antar berkaitan dengan masa kini
Hanya dengan bantuan berkas grafik-material, bahasa dapat input dari
kekinian dan kesegaran, bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat
demikian, tentu saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya
manusia.
7) Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan
suara/bunyi bahasa dan pendengaran
Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita-audio-lingual dapat melepaskan
gerak-visual dan grafik-material, namun sebaliknya tidak akan terjadi;
terkecuali bagi pantonim atau gambar, takkan ada pada gerakan dan grafik itu
yang tidak berdasar dari dan bergantung pada audio-ligual dpat berbicara terus-
menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat, di rumah, di tempat bekerja,
dan dengan telefon; percakapan-percakapan seperti ini merupakan pembicaraan
yang khas dalam bentuknya yang paling asli.
8) Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang
nyata dan apa yang diterima sebagai dalil
Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh pembicaraan
mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara tetapi
juga secara tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang harus mereka
masuki karena mereka dan manusia berbicara sebagi titik pertemuan
keduawilayah ini tetap memerlukan penelaahan serta uraian yang lebih lanjut
dan mendalam.
Woolebert dalam Suharyanti berpendapat bahwa pada dasarnya prinsip
berbicara terdiri dari empat hal, yaitu:19
18
Ibid, h. 9
12
1. Pembicaranya mempunyai kemauan, suatu maksud. Suatu makna yang
diinginkan/dimilikinya oleh orang lai, yaitu suatu pikiran.
2. Pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan
menjadi kata-kata
3. Pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan,
menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara.
4. Pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu
yang harus diperhatikan dan dibaca melalui mata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip bebricara adalah
berbahasa seperlunya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Selain itu kita juga harus memperhatikan tata cara dan adat sopan santun
yang berlaku di lingkungan masyarakat agar pembicaraannya dapat berjalan
dan berlangsung dengan lancar.
5. Langkah-langkah Berbicara
Berbicara merupakan sebuah rangkaian proses. Dalam berbicara terdapat
langkah-langkah yang harus dikuasai dengan baik oleh seorang pembicara.
a) Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita
Kalau pokok pembicaraan yang hendak disampaikan memang menarik
hati kita sebagai pembicara, hampir-hampir dapat dipastikan akan menarik
perhatian para pendengar juga. Kebanyakan orang akan lebih cenderung,
mendengarkan suatu pembicaraan yang baik mengenai suatu pokok atau judul
yang disenangi oleh sang pembicara daripada suatu pembicaraan yang
membosankan mengenai suatu hal yang sedikit diketahui oleh sang pembicara.
b) Membatasi pokok pembicaraan
Tidaklah mungkin menceritakan segala sesuatu secara terperinci dari
setiap pokok pembicaraan dalam waktu singkat. Dengan jalan membatasi
pokok pembicaraan maka mungkinlah kita mencakup suatu bidang tertentu
secara baik dan menarik. Kalau kita coba mempelajari terlalu banyak hal, mau
tidak mau pembicaraan kita memjadi terlalu umum dan akan meninggalkan
kesan yang samar-samar pada para pendengar.
13
c) Mengumpulkan bahan-bahan
Kita telah biasa dengan pokok masalah yang hendak disampaikan maka
yang menjadi masalah adalah mencari bahan yang lebih banyak yang
diperlukan. Kita membutuhkan bahan tambahan, kita dapat mengumpulkannya
dari berbagai sumber, misalnya dari buku-buku, ensiklopedia, majalah,
makalah, dan lain-lain. Dan, kalau kebetulan ada orang-orang ahli dalam
bidang itu yang dapat kita hubungi, kita dapat mengadakan wawancara dengan
mereka.
d) Menyusun bahan
Pembicaraan yang hendak disampaikan hendaknya (dan biasanya) terdiri
atas tiga bagian, yaitu (a) pendahuluan, (b) isi, dan (c) simpulan.
Tarigan berpendapat langkah-langkah berbicara meliputi:20
(a) Pendahuluan. Rencanakahlah menarik perhatian para pendengar dalam
kalimat pembuka. Kita dapat memulai dengan suatu pertanyaan yang
merangsang atau suatu pernyataan yang menimbulkan rasa ingin tahu dari
para pendengar.
(b) Isi. Dalam merencanakan isi pembicaraan, kita harus membuat suatu bagan
butir-butir penting yang akan ditelususri. Rencanakanlah mempergunakan
kata-kata peralihan yang akan memudahkan para pendengar mengikuti
gagasan-gagasan kita.
Misalnya: pertama-tama, ...kedua...ketiga...akhirnya....
Kalimat-kalimat dalam isi pembicaraan kita hendaklah bersemangat,
bergairah, antusias, logis, dan spesifik.
(c) Simpulan. Simpulan sebaiknya tidak lebih dari satu atau dua kalimat.
Simpulan hendaknya merangkum butir-butir penting dari pembicaraan kita.
Beberapa kata terakhir hendaklah dipilih yang tepat dan baik yang
diucapkan dengan penuh semangat dan penekanan.
Menurut Supriyana tahap-tahap atau langkah-langkah dalam berbicara
(1)persiapan yang meliputi penentuan topik, penentuan tujuan pengumpulan
19
Henry Guntur Tarigan, op.cit, h.32
14
referensi, penyusunan kerangka, dan berlatih. (2) pelaksanaan kegiatan
meliputi pembuka, pembahasan pokok, penutup. (3) Evaluasi.21
Berdasarkan sejumlah pendapat di atas, disimpulkan langkah-langkah
berbicara dalam penelitian ini yaitu: (1) memilih topik pembicaraan, (2)
menentukan tujuan, (3) membatasi pokok pembicaraan, (4) mengumpulkan
bahan, dan (5) menyusun kerangka, yang terdiri atas: (a) pendahuluan, (b) isi,
serta (c) simpulan.
6. Faktor-faktor Penentu Kemampuan Berbicara
Kegiatan berbicara dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menunjang
kemampuan berbicara itu sendiri. Maidar dalam Umi Faizah berpendapat
bahwa untuk menjadi pembicara yang baik, seseorang pembicara selain harus
memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si
pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan.22
Faktor-faktor ini terdiri dari dua macam, yaitu faktor kebahasaan dan
faktor nonkebahasaan. Berikut merupakan masing-masing aspek tersebut.
a. Faktor-faktor kebahasaan
1. Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang
tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pola ucapan dan
artikulas yang kita gunakan tidak selalu sama.
2. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar dan menjadi sasaran. Pendengar
akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang
digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar.
20
Asep Supriyana, dkk, Op.cit, h. 1.28 21
Umi Faizah, op.cit, h. 11
15
3. Ketepatan sasaran pembicara
Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan
pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat
ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. 23
b. Faktor-faktor nonkebahasaan
1. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
2. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
3. Kesediaan menghargai pendapat orang lain
4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat
5. Kenyaringan suara
6. Kelancaran
7. Relevansi/penalaran
8. Penguasaan topik
7. Penilaian Berbicara
Maidar dalam Umi Faizah berpendapat bahwa pada dasarnya faktor-
faktor yang dinilai berdasarkan kedua faktor penunjang keaftifan berbicara
adalah:24
a. Faktor kebahasaan, yang mencangkup:
1. pengucapan konsonan;
2. penenpatan tekanan;
3. penempatan persendian;
4. pengunaan nada/irama;
5. pilihan kata;
6. pilihan ungkapan;
7. variasi kata;
8. tata bentukan;
9. struktur kalimat, dan
10. ragam kalimat.
22
Ibid, h. 11 23
Ibid, h. 9
16
b. Faktor nonkebahasaan mencangkup:
1. keberanian dan semangat;
2. kelancaran;
3. kenyaringan suara;
4. pandangan mata;
5. gerak-gerik dan mimik;
6. keterbukaan;
7. penalaran;
8. penguasaan topik.
Suhendar dan Pien berpendapat bahwa untuk menilai keterampilan
berbicara seseorang sekurang-kurangnya enam hal yang harus diperhatikan,
yaitu (a) lafal dan ucapan, (b) tata bahasa, (c) kosakata atau pilihan kata yang
tepat sesuai dengan makna informasi yang akan disampaikan, (d) kefasihan
atau kemudahan dan kecepatan bicara, (e) isi pembicaraan, topik pemicaraan,
gagasan yang disampaikan, ide-ide yang dikemukakan, dan alur pembicaraan,
(f) pemahaman yakni menyangkut tingkat keberhasilan komunikasi,
kekomunikatifan.25
B. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
1. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif berarti bekerja sama untuk melakukan suatu tujuan.
Siswa mencari hasil yang menguntungkan dirinya sendiri serta seluruh
anggota kelompok.
Slavin berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran.26
24
Suhendar dan Pieh, Op.cit, h. 22 25
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media,
2005), h. 4
17
Nurhadi dan Senduk dalam Made Wena berpendapat pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi
yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan
buku ajar, tetapi juga sesama siswa.27
Menurut Nurulhayati dalam Rusman pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang
kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam
model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar
untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka
dapat melakukannya seorang diri. 28
Lie dalam Made Wena menjelaskan pembelajaran kooperatif
adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.29
Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu saling bekerja sama yang teratur pada kelompok yang terdiri
atas dua orang atau lebih dan bertujuan untuk menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.
26
Wade Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer suatu Tujuan Konseptual
Operasional, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2014), h. 189 27
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 203 28
Made Wena, op.cit, h. 189
18
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan
sebagai berikut.30
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim
harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Dalam hal ini, fungsi manajemen dibagi menjadi 3 yaitu, pertama,
fungsi manajemen sebagai perencanaan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksankan sesuai perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan. Kedua, fungsi menajemen sebagai organisasi bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Ketiga, fungsi menajemen
sebagai kontrol bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama
perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa
perlu didorong utnuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Ibrahim dkk dalam Abdul Majid berpendapat bahwa ciri-ciri atau
karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut:31
29
Rusman, op.cit, h. 207 30
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 176
19
(1) siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar;
(2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi,
sedang, dan rendah (heterogen);
(3) apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, dan jenis kelamin yang berbeda;
(4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Johnson dan Johnson dalam Trianto menyatakan bahwa tujuan
pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu
maupun secara kelompok. 32
Arends dalam Jamil menjelaskan bahwa
the cooperatif learning model was developed to achieve at
least three important instructional goals: academic achievement,
acceptance of diversity, and social skill development, yang
maksudnya adalah bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan
sosial.33
Tujuan pembelajaran kooperatif sekurang-kurangnya ada 3, yaitu:34
1. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa
kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi, untuk bekerja dan saling
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama
31
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), h. 57 32
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik, (Yogyakarta, Ar-Ruzz
Media, 2016), h. 197 33
Jamil Suprihatiningrum, Loc.cit, h. 197
20
3. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan kolaborasi.
Senada dengan Arends, Rusman juga berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan
sosial.35
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif,
memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat dan meningkatkan
pengetahuan.
d. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share
Pembelajaraan kooperatif banyak sekali tipe-tipe yang digunakan
untuk memudahkan dan mengefektifkan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung. Think pair share(TPS) merupakan strategi
pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank
Lyman di University of Maryland pada 1981 dan diadopsi oleh banyak
penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun
selanjutnya.36
The think-pair-share strategy is a strategy designed to provide
students to think a given topic by enabling them to formulate individual
ideas and share these ideas with another student.37
Artinya, Strategi
think-pair-share adalah strategi yang dirancang untuk memberikan siswa
memikirkan topik yang diberikan kemudian memungkinkan mereka
untuk merumuskan ide-ide secara individu dan berbagi ide-ide ini dengan
siswa lain.
34
Rusman, op.cit, h. 209 35
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran isu-isu Metodis dan
Paradigmatis,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 206 36
Abdurrahman, op.cit, h. 39
21
Majid berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif think
pair share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab,
dan saling membantu satu sama lain.38
Shoimin menjelaskan bahwa “model pembelajaran kooperatif think
pair share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi
siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama
lain”.39
Senada dengan Shoimin, Trianto juga mengemukakan bahwa think
pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa.40
Robert E. Slavin mengemukakan bahwa
“Model pembelajaran kooperatif think pair share merupakan
metode sederhana tetapi sangat bermanfaat dikembangkan oleh
Frank Lyman. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas,
guru memberi pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk
memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu
berpasangandengan pasangannya untuk mencapai sebuah
kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa
untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh
kelas”. 41
Berdasarkan pemaparan di atas yang dimaksud dengan model
pembelajaran kooperatif think pair shareadalah suatu model yang dapat
memberi siswa lebih banyak kesempatan untuk berpikir dan berpendapat
secara individu dan kemudian saling membantu dalam kelompoknya dan
membagi pengetahuan kepada siswa lain.
37
Abdul Majid, op.cit, h. 191 38
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2014), h. 208 39
Trianto,op.cit, h. 81 40
Robert E. Slavin, op.cit, h. 257
22
e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Think
Pair Share
Model pembelajaran kooperatif think pair share mempunyai langkah-
langkah model pembelajaranthink pair share. Huda menjelaskan langkah-
langkahnya sebagai berikut:42
1) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari empat anggota/siswa.
2) Guru memberikan tugas pada setiapkelompok.
3) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut
sendiri-sendiri terlebih dahulu.
4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap
pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-
masing untuk menshare hasil diskusinya.
Riyanto berpendapat langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
think pair share sebagai berikut : 43
1) Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai.
2) Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang
disampaikan guru secara individual.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang
topiknya tadi.
4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan
mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan
seluruh siswa di kelas.
41
Miftahul Huda, Cooperatif Learning Metode Teknik Struktur dan Model Penerapan,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), h. 132 42
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2009), h. 275
23
5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para
siswa.
6) Guru memberi kesimpulan.
7) Penutup.
Menurut Shoimin langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
think pair share meliputi:44
1. Tahap satu, think (berpikir)
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi
pelajaran. Proses TPS dimulai saat ini, yaitu guru mengemukakan
pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas. Pertanyaan
ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijaab
dengan berbagai macam jawaban.
2. Tahap dua, pair (berpasangan)
Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada
siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau
masalah yang diberikan guru dalam waktu tertentu. Lamanya waktu
ditetapkan berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat
pertanyaannya, dan jadwal pembelajaran. Siswa disarankan untuk
menulis jawaban atau pemecahannya masalah hasil pemikirannya.
3. Tahap tiga, share (berbagi)
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua
maju bersama untuk malaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada
tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan
dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang
sama dinyatakan dalam cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
Senada dengan Shoimin, Jamil menjelaskan langkah-langkah
dalam pembelajaran kooperatif think pair share sebagai berikut:45
43
Aris Shoimin, Op.cit, h. 211 44
Jamil Suprihatiningrum, Op.cit, h. 209
24
1. Tahap 1: Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau
menyajikan sebuah permasalahan yang berhubungan dengan materi
pelajaran dan meminta siswa untuk memikirkan pertanyaannya atau
permasalahan tersebut untuk beberapa saat.
2. Tahap 2: Pairing. Selanjutnya, guru meminta siswa secara
berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada
tahap pertama. Dengan interaksi ini, siswa diharapkan dapat berbagi
jawaban atau ide mengenai sebuah permasalahan.
3. Tahap 3: Sharing. Pada tahap akhir ini guru meminta siswa secara
bergiliran untuk berbagi kepada seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Hal ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran
pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat
pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Dari terori-teori diatas dapat disintensiskan bahwa model
pembelajaran think pair sharemerupakan teknik sederhana yang
mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam
mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa
meningkatkan daya pikir (thinking) terlebih dahulu, sebelum masuk ke
dalam kelompok berpasangan (paring), kemudian dibagi ke dalam
kelompok (sharing). Pada tipe TPS setiap siswa saling berbagi ide,
pemikiran atau informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan
yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Hal ini
dapat membuat siswa meninjau dan memecahkan permasalahan yang
dari sudut yang berbeda, namun menuju ke arah jawaban yang sama.
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan berbicara penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Keterampilan berbicara memiliki peranan untuk mengungkapkan
gagasan, ide, pikiran, dan pendapat kepada orang lain. Melatih keterampilan
berbicara pada anak mulai diajarkan di SD dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Namun pada kenyataannya keterampilan berbicara pada siswa kelas
25
X.1 Jurusan Analis KesehatanSMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-
Tangerang Selatanbelum optimal. Gejala-gejala yang tampak misalnya, siswa
mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasan, pikiran, kehendak kepada
guru dan teman-temannya, serta siswa juga ragu-ragu dalam berbicara, sulit
memilih kata, dan tidak tenang dalam berbicara.
Model pembelajaran kooperatif think pair sharemerupakan sebuah model
yang memungkinkan siswa untuk berfikir tentang apa yag sedang dibahas.
Kemudian siswa akan dipasangkan dengan temannya untuk berdiskusi dan
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Terakhir siswa akan membagi dan
menyampaikan hasil diskusi dengan temannya di depan kelas sebagai sarana
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa tersebut. Siswa diharapkan
dapat mengerti, memahami, dan ikut merasakan langsung model yang
diterapkan oleh guru. Siswa dapat melatih bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut melalui pengalaman, pengetahuan dan keberaniannya dalam berbicara.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model
pembelajarankooperatif think pair sharepenting untuk melatih kekompakan
serta keterampilan berbicara siswa. Melalui model ini, siswa kelas X.1 Jurusan
Analis KesehatanSMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang
Selatanakan terbantu dalam meningkatkan keterampilan berbicara baik di
depan teman maupun di depan khalayak umumnya.
26
Gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai berikut.
1. Siswa kesulitan dalam menyampaikan gagasan, pikiran, kehendak kepada
guru dan teman-temannya.
2. Siswa ragu-ragu dalam berbicara, sulit memilih kata, dan tidak tenang dalam
berbicara.
(Diskusi pemecahan masalah) (Penerapan Model think pair share
untuk meningkatkan keterampilan
berbicara)
Evaluasi Efek
Keadaan Awal Tindakan Hal yang diharapkan
1. Siswa
kesulitandalamme
nyampaikangagas
an, pikiran,
kehendak kepada
guru dan teman-
temannya.
2. Siswa masih
malu dan ragu-
ragu dalam
berbicara, sulit
memilih kata, dan
tidak tenang
dalam berbicara.
3. Pembendaharaan
kata yang
dimiliki siswa
masih kurang
1. Pembelajaran
materi tentang
memperkenalkan
diri sendiri dan
orang lain di
dalam forum
resmi dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif think
pair share.
1. Pembelajaran
lebih bervariasi.
2. Siswa lebih aktif
dan bersemangat
dalam
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif think
pair share.
3. Keterampilan
berbicara siswa
meningkat
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif think
pair share.
Evaluasi Awal Evaluasi Akhir
27
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau
hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat
tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.
46Hipotesis tindakan hanya menduga atau meramalkan secara sederhana ada
atau tidak adanya perubahan variabel sebagai akibat dari suatu tindakan. 47
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang diuraikan di atas,
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif think pair sharedapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelasX.1 Jurusan Analis KesehatanSMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-
Tangerang Selatan.
E. Penelitian yang Relevan
Penulis akan paparkan beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan
penelitian yang penulis teliti sebagai acuan dan pijakan dalam penulisan ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Linda Sari pada tahun 2017
dengan judul “ Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V di MIN Lhoknga Aceh Besar”. Sesuai dengan hasil
penelitian, Linda Sari melakukan wawancara dengan siswa dan guru kelas V DI
MIN Lhoknga Aceh Besar tentang berbicara. Dari wawancara yang dilakukan
dengan siswa ternyata sebagian besar siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia
khususnya dalam berbicara. Mereka menyatakan bahwa berbicara itu
menyenangkan. Walaupun menyenangkan, tetapi mereka mendapatkan kesulitan
ketika dalam struktur kalimat, pilihan kata, kelancaran dan intonasi.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Linda Sari menunjukan peningkatan
dalam keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran koopertif
think pair share. Hal ini dapat dilihat dari persentase pada siklus I yaitu
(52,77%) hanya 19 orang siswa yang mencapai ketuntasan meningkat menjadi
46
Kunandar, Ibid, h. 90 47
Muhammad Yaumi dan Muljono Damopilii, Action Research Teori model dan Aplikasi,
(Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 86
28
(63,88%) pada siklus II dan siswa yang mencapai ketuntasan 23 orang. Dan
pada siklus III persentasenya yaitu (88,88%) dan siswa yang mencapai
ketuntasan sebanyak 32 orang. 48
Perbedaan yang dipaparkan oleh Linda Sari dengan peneliti yaitu subjek
penelitian siswa tingkat sekolah dasar, sedangkan peneliti menggunakan subjek
penelitian siswa tingkat sekolah menengah kejuruan. Selain itu, siklus yang
digunakan oleh Linda Sari sebanyak 3 (tiga) siklus, sedangkan peneliti hanya
mengguakan 2 (dua) siklus. Persamaannya yaitu sama-sama ingin mengetahui
keterampilan berbicara siswa.
Penelitian relevan yang lainnya terkait penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Ardiansah, mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjung Pinang pada tahun 2014 dengan judul “Meningkatkan Keterampilan
Berbicara melalui Metode Bertukar Gagasan Siswa Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 5 Tanjung Pinang Tahun Pelajaran 2013/2014.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardiansah membuktikan
keterampilan berbicara siswa sebelum menggunakan metode bertukar gagasan
berada dalam skor 2985 dengan rata-rata 63,489, sedangkan keterampilan
berbicara siswa sesudah menggunakan metode bertukar gagasan berada dalam
skor 3563 dengan rata-rata 75,893. Hal ini menunjukkan metode bertukar
gagasan lebih efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas VIII Sekolah menengah Pertama Negeri 5 Tanjungpinang Tahun
Pelajaran 2013/2014 dengan nilai rata-rata siswa sebelum dengan sesudah
menggunakan metode adalah (63,489) sedang (57-71) dan (75,893) baik (72-
89). 49
Perbedaan yang dipaparkan oleh Ardianyah, mahasiswa Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang pada tahun 2014 dengan peneliti yaitu
metode yang dilakukan dalam penelitiannya menggunakan metode bertukar
gagasan, sedangkan peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif
48
Linda Sari, https://repository.ar-raniry.ac.id/2758/1/Linda%20Sari.pdf(diakses pada jam 12.32,
tanggal 19 November 2018) 49
Ardiansah, jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity.../E-JOURNAL
ARDIANSAH.pdf (diakses pada jam 22.32, tanggal 29 Desember 2017)
29
think pair share dalam penelitiannya. Persamaannya yaitu sama-sama ingin
mengetahui kemampuan berbicara siswa.
Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Melvin Rahma Sayuga,
mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri
Yogyakarta pada tahun 2014 dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran
Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Kartu
Berpasangan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI
IPS 3 MAN Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”.50
Berdasarkan hasil analisisnya, penelitian yang dilakukan oleh Melvin
Rahma Sayuga menunjukan bahwa model pembelajaran Think Pair Share
dapat meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS 3 di MAN
Yogyakarta II tahun ajaran 2013/2014 yang dibuktikan dengan adanya
peningkatan persentase skor Motivasi Belajar Akuntansi yang diambil melalui
observasi dengan lembar observasi diperoleh skor sebelum siklus I sebesar
68,63% meningkat menjadi sebesar 74,63%. Pada siklus I Pembelajaran
Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS) berbantuan Kartu Berpasangan
terjadi peningkatan sebesar 6,00% (Absolut) dan 8,75% (Relatif). Pada siklus I
ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 6,75% (Absolut) dan 9,06% (Relatif)
atau meningkat dari 74,63% pada siklus I menjadi sebesar 81,38% pada siklus
II. Selanjutnya berdasarkan angket yang didistribusikan kepada siswa dapat
disimpulkan pula bahwa terjadi peningkatan skor Motivasi Belajar Akuntansi
siswa sebesar 4,53%
Perbedaan yang dipaparkan oleh Melvin Rahma Sayuga dengan peneliti
yaitu ingin mengetahui moyivasi belajar siswa khususnya pelajaran akuntansi
sedangkan peneliti ingin meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara.
Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif think pair sharedalam proses penelitiannya.
.
50
Rahma Sayuga, Melvin. http://eprints.uny.ac.id/15924/1/SKRIPSI%20FULL.pdf (diakses pada
jam 9.18, tanggal 17 September 2018)
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Kemmis (1988) dalam buku karangan Winna Sanjaya
penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif
yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran praktik sosial mereka. 51
Menurut Paizaluddin dan Ermalinda bahwa penelitian tindakan kelas
adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar
yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas,
yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas tersebut.52
Allwright and Bailey mention that it is a research centers on the
classroom, and simply tries to investigate what actually happens inside the
classroom. It treats classroom interaction as virtually the only object worthy of
investigation. 53
Artinya, penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang berpusat di
ruang kelas dan hanya mencoba untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi
di dalam kelas tersebut. Hal ini menjadikan interaksi di kelas sebagai satu-
satunya objek yang layak diinvestigasi.
Action research is portrayed as a cyclical or spiral process invoving
steps of planning, acting, observing and reflecting.Artinya, Penelitian tindakan
digambarkan sebagai proses siklus atau spiral yang menginvasi langkah-
langkah perencanaan, bertindak, mengamati, dan merefleksikan.54
1 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
h. 24 2 Paizaluddin dan Ermalinda, Penelitian Tindakan Kelas Panduan Teoritis dan Praktis,
(Bandung:Alfabeta, 2013), h. 7 3 Siti Khasinah, Classroom Action Research, 2013, h. 108
4 David Kember, Action Learning and Action Research, (New York: Routledge, 2000 ), h. 25
31
TPS (Think-Pair-Share) which is a cooperative learning strategy where
students think about their responses for a problem given by instructor then
discuss their individual solutions in pairs and share those solutions with the
class.55
Artinya, TPS (Think-Pair-Share) yang merupakan strategi pembelajaran
kooperatif di mana siswa berpikir tentang tanggapan mereka untuk suatu
masalah yang diberikan oleh instruktur/guru kemudian mendiskusikan solusi
secara berpasangan dan membagikan solusi tersebut di kelas.
Suharsimi dkk berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.56
Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian
yang berisi tindakan-tindakan yang dilakukan guru dalam rangka
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Ada beberapa model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh
para pakar. Model penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan.
Model-model tersebut dapat dipilih sebagai acuan untuk melakukan tindakan.
Menurut Saur Tampubolon ada beberapa model yang bisa digunakan
untuk melakukan penelitian tindakan kelas di antaranya desain siklus PTK
model Kurt Lewin, desain siklus PTK model Kemmis dan Mc Taggart, desain
siklus PTK model adopsi depdiknas, desain siklus PTK model refleksi awal. 57
Peneliti memutuskan memilih model Kemmis dan Mc Taggart dalam
Saur Tampubolon karena sesuai dengan rencana peneliti yang memakai dua
siklus dalam penelitian tindakan kelas. Model Kemmis dan Mc Taggart
masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen, yaitu perencanaan, tindakan,
5 Sunita M. Dol, TPS(Think-Pair-Share) : An Active Learning Strategy to Teach
Theory of Computation Course. International Journal of Educational Research and
Technology, 62. 2014 6 Suharsimi, Suhardjono, Supardi,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
h. 3 7 Saur Tampubolon, Op.cit, h. 27
32
observasi (pengamatan), dan refleksi, seperti yang tampak pada gambar
berikut.
Bagan Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (adaptasi depdiknas,
1999) dalam Saur Tampubolon
Plan(Perencanaan)
Act & Observe(Tindakan dan Observasi)
Reflect(Refleksi)
Revised Plan (Perbaikan Perencanaan)
Act & Observe(Tindakan dan Observasi)
Reflect (Refleksi)
Plan (Perencanaan)
Keterangan :
Siklus 1
Plan : Perencanaan
Act and observe : Tindakan dan observasi
Reflect : Refleksi
Siklus 2
Revised Plan : Perbaikan perencanaan
Act and observe : Tindakan dan observasi
Reflect : Refleksi
33
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus tersebut
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi (pengamatan), dan refleksi.
Satu siklus kegiatan pembelajaran dilaksanakan satu sampai empat kali
pembelajaran, disesuaikan dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam siklus 1 mempengaruhi
kegiatan pembelajaran pada siklus 2.
Berikut merupakan penjelasan alur dari siklus tindakan yang
dilaksanakan dalam penelitian ini.
1. Siklus 1
Siklus 1 akan dilakukan dalam empat kali pertemuan.
a. Perencanaan
Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mencakup beberapa
kegiatan, antara lain sebagai berikut.
1. Peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan
diajarkan kepada peserta didik.
2. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
memperhatikan indikator-indikator yang hendak dicapai siswa.
3. Menyusun alat evaluasi pembelajaran dengan mempertimbangkan
indikator-indikator yang dicapai siswa.
b. Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Pembelajaran yang dilakukan bersifat
fleksibel, dengan kata lain dapat berubah sesuai dengan kondisi yang ada
dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti mengajar dengan menggunakan
RPP yang telah dibuat. Langkah-langkah tindakan yang dilakukan
peneliti sebagai berikut.
1) Kegiatan awal:
a) Menanyakan kepada siswa siapa yang pernah mengikuti forum-
forum pertemuan ilmiah, seperti seminar/lokakarya. Siswa
34
diajak untuk menginventaris susunan acara seminar atau forum-
forum ilmiah lain yang pernah diikuti
b) Siswa diajak untuk menyadari pentingnya pengenalan diri
narasumber dalam forum ilmiah tersebut
2). Kegiatan inti
a) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru ciri-ciri orang yang
terampil berbicara dengan baik dan hal yang perlu dipersiapkan
dalam berbicara.
b) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang model
pembelajaran kooperatif think pair share.
c) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang langkah-
langkah berbicara melalui model pembelajaran kooperatif think
pair share.
d) Siswa diajak melihat sebuah video tentang seseorang yang
menjadi moderator dan narasumber, lalu siswa berpikir untuk
mengidentifikasi butir-butir pokok yang terdapat dalam tuturan
perkenalan diri.
e) Siswa berpasangan dengan teman semeja
untuk mengidentifikasi butir-butir penting dan tidak
penting dalam tuturan perkenalan diri.
f) Siswa mengumpulkan bahan dan membagi hasil diskusi kepada
temannya untuk memperkenalkan diri sebagai narasumber yang
telah ditentukan
g) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang aspek
kebahasaan dan non kebahasaan yang menjadi fokus penilaian
dalam keterampilan berbicara.
h) Siswa berlatih sebagai narasumber dan moderator di depan
kelas tentang kenakalan anak remaja di era modern.
i) Siswa diminta untuk mengevaluasi diri sendiri, apa yang
menjadi kekurangan dan kelebihannya.
35
3). Kegiatan Akhir
a). Siswa menjawab soal-soal kuis uji teori untuk mengulas
konsep-konsep penting dalam memperkenalkan diri yang telah
dipelajari
b) Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup
(live skill) yang bisa dipetik dari pembelajaran
c. Pengamatan
Pengamatan (observasi) dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati
selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti mengobservasi
dengan menggunakan pedoman observasi untuk mengumpulkan data
aktivitas kegiatan pembelajaran siswa.
a. Refleksi
Data yang telah didapat selama observasi kemudian direfleksikan peneliti.
Refleksi ini menguraikan mengenai prosedur analisis hasil observasi dan
refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan, serta kriteria dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
pada siklus selanjutnya atau siklus kedua.
2. Siklus II
Berdasarkan tahapan dalam siklus I tersebut, kegiatan dalam siklus
selanjutnya ini merupakan perbaikan tindakan dari hasil refleksi pada siklus
pertama. Tahapan dalam siklus selanjutnya juga sama dengan siklus yang
pertama dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan
refleksi.
3. Siklus III
Siklus III dilaksanakan apabila indikator keberhasilan yang direncanakan
pada siklus II belum tercapai. Kegiatan pada siklus III bergantung pada hasil
siklus II sehingga dalam rancangan penelitian ini belum dapat dideskripsikan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di SMK Nusantara 02 Kesehatan
Ciputat-Tangerang Selatan Ciputat-Tangerang Selatan. Waktu penelitian secara
keseluruhan akan diadakan pada semester genap tahun ajaran 2017-2018
36
tanggal 29 Januari untuk pratindakan, tanggal 5, 12, dan 19Februari untuk
siklus I, tanggal 5, 12, dan 19 Maret untuk siklus II.
Tabel 1. Estimasi waktu selama penelitian tindakan kelas di SMK
Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan Ciputat
No Kegiatan Waktu
1. Pratindakan 29 Januari 2018
2. Siklus 1 5, 12, 19 Februari 2018
3. Siklus 2 5, 12, 19 Maret 2018
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK
Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan yang berjumlah 112 orang.
2. Sampel.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.IJurusan
Analis Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan
yang berjumlah 10 orang. Peneliti menggunakan sampel ini karena jumlah
siswa dan siswi kelas X.I Jurusan Analis Kesehatan adalah 10 orang.
D. TeknikPengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian didasarkan pada sebuah metode atau harus
sesuai dengan prosedur penelitian agar data yang dibutuhkan dapat terkumpul
secara lengkap. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan
data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.58
Peneliti mengobservasi siswa dengan mengumpulkan data (mencatat) tindakan
8 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada),h.
143
37
- tindakan yang dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman observasi sesuai
dengan fokus permasalahan yang diteliti.
2. Tes
Menilai keterampilan berbicara siswa bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan. Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang
atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat
perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya. 59
Menurut Wina Sanjaya tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan.
Tes ini cocok manakala guru ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan
seseorang mengenai sesuatu, misalkan keterampilan memperagakan gerakan-
gerakan, keterampilan mengoperasikan sesuatu alat, dan lain sebagainya.60
Tes kinerja/perbuatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif think pair share.
Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pendapat Maidar
dan Umi Faizah. Penilaian dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek kebahasaan
dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi (1) pengucapan konsonan, (2)
penempatan tekanan; (3) penempatan persendian; (4) penggunaan nada/irama;
(5) pilihan kata; (6) pilihan ungkapan; (7) variasi kata; (8) tata bentukan; (9)
struktur kalimat; (10) ragam kalimat.Aspek nonkebahasaan meliputi, (1)
keberanian; (2) kelancaran; (3) kenyaringan suara; (4) pandangan mata; (5)
gerak-gerik dan mimik; (6) keterbukaan; (7) penalaran; (8) penguasaan topik.
61
Penilaian keterampilan berbicara dalam penelitian ini juga didukung
dengan pengamatan (observasi) terhadap siswa yang meliputi beberapa aspek,
meliputi: (1) pemerataan kesempatan berbicara, (2) keterarahan pembicaraan,
(3) kejelasan bahasa yang digunakan, (4) kebakuan bahasa yang digunakan, (5)
penalaran dalam berbicara, (6) kemampuan mengemukakan ide baru, (7)
kemampuan menarik kesimpulan, (8) kesopanan dan saling menghargai, (9)
9 Ibid, h. 186
10 Wina Sanjaya, Opcit, h. 101
11 Umi Faizah, Opcit, h. 9
38
keterkendalian proses berbicara, (10) ketertiban berbicara, (11) kehangatan dan
kegairahan dalam berbicara, dan (12) pengendalian emosi.
3. Rekaman Foto, Slide, Tape, dan Video
Agar peneliti mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa
yang sedang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian
tindakan kelas, untuk menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-
peristiwa penting atau khusus yang terjadi atau ilustrasi dari episode tertentu,
alat-alat elektronik ini dapat saja digunakan untuk membantu mendeskripsikan
apa yang peneliti catat dicatatan lapangan, apabila memungkinkan. 62
Namun,
penelitian ini menggunakan gambar foto dari siklus satu ke siklus berikutnya
yang digunakan untuk melengkapi hasil observasi.
E. Teknik Analisis Data
Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis hasil tes keterampilan berbicara berupa nilai
rerata. Nilai rerata keterampilan berbicara dianalisis dengan cara statistik
deskriptif.
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan melakukan perhitungan
rerata (mean) hasil tes siswa ketika tindakan dilakukan. Perhitungan rerata
dihitung menggunakan rumus mean sebagai berikut.
Keterangan:
X = rata-rata kelas (mean)
Ʃ X= jumlah nilai siswa
n = banyaknya siswa
(Suharsimi Arikunto, 2007: 284-285)
Jika persentase ≥ 80% dan mengalami kenaikan setiap siklusnya, maka
diasumsikan bahwa metode think pair share dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa.
12
Kunandar, Opcit, h. 195
39
Analisis data kualitatif dilakukan untuk menganalisis hasil observasi
lapangan, hasil wawancara, dan dokumen tugas lainnya. Apabila semua data
yang dibutuhkan telah terkumpul, maka tahapan selanjutnya yaitu menganalisis
data tersebut sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.
H. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar
observasi siswa. Lembar observasi siswa ini digunakan untuk mengumpulkan
informasi atau data siswa akibat (pengaruh) dari tindakan-tindakan yang
diberikan guru dalam siklus pembelajaran dalam rangka meningkatkan
keterampilan berbicara melalui metode think pair share.
Tabel 2. Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Siswayang
dikembangkan oleh peneliti mengacu pada Suharsimi dkk:63
No Objek yang Diamati Ya Tidak Ket
1. Siswa menanggapi penjelasan guru
dengan antusias.
2. Siswa melaksanakan diskusi dengan
disiplin dan bekerjasama.
3. Siswa dengan serius mengikuti proses
menyusun kriteria diskusi yang baik.
4. Kriteria untuk ketua kelompok
tersusun dengan baik.
5. Kriteria untuk siswa anggota diskusi
tersusun dengan baik.
6. Siswa mengikuti arahan guru dengan
seksama.
8. Siswa dengan baik mengikuti guru
mengambil kesimpulan.
9. Siswa dengan serius mengikuti
13
Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 88
40
refleksi.
Tabel 3. Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Guru mengacu pada
Suharsimi dkk64
No Objek yang Diamati 1 2 3 4
1. Kejelasan guru dalam memberi
penjelasan awal kepada siswa
2. Baiknya guru ketika mengamati
diskusi siswa
3. Strategi guru ketika mengajak siswa
menyusun kriteria diskusi
4. Baiknya pengamatan guru ketika
mengamati jalannya diskusi
5. Baiknya pengarahan guru kepada
siswa untuk melaksanakan diskusi
6. Baiknya ajakan guru agar siswa ikut
dalam menyimpulkan hasil diskusi
7. Baiknya cara guru untuk menutup
pembelajaran
2. Pedoman Penilaian Tes (Alat Evaluasi)
Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pendapat Maidar
dan Umi Faizah. Penilaian dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek kebahasaan
dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi (1) pengucapan konsonan, (2)
penempatan tekanan; (3) penempatan persendian; (4) penggunaan nada/irama;
(5) pilihan kata; (6) pilihan ungkapan; (7) variasi kata; (8) tata bentukan; (9)
struktur kalimat; (10) ragam kalimat. Aspek nonkebahasaan meliputi, (1)
keberanian; (2) kelancaran; (3) kenyaringan suara; (4) pandangan mata; (5)
gerak-gerik dan mimik; (6) keterbukaan; (7) penalaran; (8) penguasaan topik.
14
Ibid, h. 89
41
Oleh karena aspek yang dinilai terlalu banyak, maka peneliti
mengembangkan kembali pedoman penilaian oleh Maidar dan Umi Faizah.
Tabel 4. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa yang
Dikembangkan Peneliti
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan 6
2. Ucapan 8
3. Nada dan Irama 6
4. Kosakata/diksi 10
5. Stuktur kalimat yang digunakan 10
B Nonkebahasaan
1. Kelancaran (tidak terbata-bata, jelas
mengucapkan kata-perkata)
10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. Keramahan 8
5. Sikap (tidak kaku dan tenang) 6
Skor Maksimal 100
(Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Maidar dan Umi Faizah)
Tabel 5. Kriteria penilaianmenurutHamalik Oemar sebagai berikut.
Rentan Nilai Kriteria Penilaian
90% 100% Baik Sekali
80% 89% Baik
65% 79% Cukup
55% 64% Kurang
42
55% Kurang Sekali
(Rumus kriteria penilaian menurut Hamalik Oemar)65
I. Kriteria Keberhasilan
Siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 80 dengan rentang
antara 1-100. Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya
siswa yang mencapai KKM ≥ 80% dari keseluruhan jumlah siswa. (Sumber:
Kurikulum SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan).
15
Hamalik Oemar, Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h.
120
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Laporan penelitian ini diuraikan secara berturut-turut sebagai berikut. (a)
hasil penelitian, yang meliputi: (1) deskripsi hasil pengamatan kondisi awal, (2)
deskripsi tindakan pada siklus I, dan (3) deskripsi tindakan pada siklus II. (b)
pembahasan, serta (c) keterbatasan penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Pengamatan Awal/Pratindakan
Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan
penelitian tindakan kelas yaitu mengamati pembelajaran keterampilan
berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK
Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan. Peneliti merangkap juga
sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan
wawancara dengan siswabahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia masih
dianggap hal yang sulit bagi siswa kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK
Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.Kesulitan ini dapat dilihat
selama pembelajaran berlangsung, sebagian siswa tidak aktif. Keaktifan yang
dimaksud mengandung arti aktif mengajukan pertanyaan, pendapat, menjawab
pertanyaan maupun aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa cenderung diam bila
guru mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak memperhatikan
pertanyaan dari guru. Ada juga siswa yang meminta temannya yang dianggap
pintar di kelas itu untuk menjawab, sehingga yang aktif siswa yang dianggap
pintar tersebut. Siswa yang tidak aktif menjadi semakin tidak aktif.
Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut.
Pertama, guru membuka pelajaran dengan salam. Kedua, siswa bersama guru
berdoa bersama. Berdoa dipimpin oleh salah satu siswa yang bertugas pada
hari itu. Ketiga, siswa ditanya oleh guru siapa yang pada hari itu tidak masuk.
Pembelajaran pada hari itu diikuti oleh semua siswa. Keempat, siswa
dikondisikan sebelum memulai pelajaran. Pengkondisian siswa dilakukan oleh
44
guru dengan meminta siswa agar duduk tenang ditempat masing-masing untuk
memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Kelima, siswa menyimak
tujuan pembelajaran yang disampaikan guru. Tujuan pembelajaran yang
dipelajari adalah diskusi tentang persoalan faktual.
Keenam, siswa diberi penjelasan oleh guru tentang persoalan teks faktual
yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Persoalan teks faktual yang menjadi
materi pembelajaran yaitu tentang sampah. Ketujuh, siswa dibagi menjadi
3(tiga) kelompok. Setiap kelompok anggotanya berjumlah 3dan satu kelompok
beranggotakan 4 orang karena jumlah siswanya ada 10 orang siswa dan
masing-masing kelompok diberikan lembar teks tentang sampah. Kedelapan,
siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-
masing. Siswa berdiskusi menanggapi atau memberikan saran tentang sampah
yang menjadi pokok persoalan teks faktual. Kesembilan, siswa dibimbing guru
melakukan presentasi hasil diskusi. Siswa secara bergantian menyampaikan
hasil diskusi. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan sanggahan,
jika ada pernyataan yang tidak sesuai.
Kesepuluh, siswa bersama-sama guru membuat kesimpulan materi yang
telah dipelajari. Kesimpulan yang didapat yaitu kita semua sebaiknya merawat
lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, serta memisahkan sampah
yang tidak dapat dan yang dapat didaur ulang.
Kesebelas, siswa bersama guru merefleksi pembelajaran. Refleksi
dilakukan agar siswa mengatahui manfaat belajar tentang sampah. Manfaat
tersebut yaitu siswa dapat mengetahui dampak negatif dan positif dari sampah
serta lebih mencintai kebersihan lingkungan sekitar.
Keduabelas, siswa dikondisikan guru sebelum pelajaran diakhiri.
Kegiatan terakhir, guru menutup pelajaran dengan salam.
Berdasarkan observasi selama siswa melakukan diskusi, keterampilan
berbicara siswa secara umum mencapai 64,1%. Jadi jumlah nilai persen (NP)
keterampilan berbicara pada saat pratindakan adalah 64,1%.
Data awal diperoleh dari hasil tes pratindakan yang dilakukan sebelum
proses pembelajaran menggunakan metode think pair share dilakukan. Siswa
45
kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-
Tangerang Selatan terdiri dari 10 siswa yaitu 2 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan. Jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebanyak 1 siswa, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 9 siswa. Nilai
rata-rata hanya mencapai 64,1%. Nilai yang didapat berdasarkan hasil
penilaian langsung oleh peneliti/guru kelas.
Tabel 6. Hasil Nilai Pratindakan Keterampilan Berbicara
No Nama Nilai Kriteria Keterangan
(Inisial) Pratindakan Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1 AAA 60 C √
2 ARD 57 C √
3 AA 63 B √
4 ANS 81 BS √
5 GP 58 C
6 KM 60 C √
7 LN 67 B √
8 LAM 74 B √
9 MRH 61 B √
10 SRI 60 C √
Jumlah 641
Nilai Tertinggi 81
Nilai Terendah 57
Rata-rata 64,1
Nilai rata-rata sebesar 64,1% belum mancapai KKM yang ditetapkan.
Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sebesar 80%.
46
2. Deskripsi Tindakan pada Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri atas empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), hasil pengamatan (observasi), dan
refleksi. Keempat tahapan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Penelitian dilakukan langkah persiapan untuk melaksanakan tindakan
selama kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Persiapan tersebut sebagai
berikut.
(1) Melakukan analisis kurikulum dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan pelajaran yang disampaikan.
(2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi ajar
persoalan faktual. Materi yang akan diajarkan yaitu memperkenalkan diri
sendiri dan orang lain di dalam forum resmi dengan menggunakan Bahasa
Indonesia yang tepat dan santun.
(3) Menyiapkan lembar observasi dan lembar penilaian mengenai keterampilan
berbicara yang mencakup aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
Tindakan siklus I disusun 3 kali pertemuan yang terbagi ke dalam 6 jam
pelajaran. Setiap satu pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran yang berlangsung
selama 70 menit (2×35 menit). Berbeda dengan tingkat SMK pada umumnya,
sekolah yang peneliti jadikan sebagai tempat penelitian hanya mengalokasikan
waktu pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya 35 menit
perjamnya. Pada setiap pertemuan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Alokasi waktu untuk kegiatan awal ±5 menit,
kegiatan inti ±55 menit, dan kegiatan akhir ±10 menit.
Pertemuan pertama mencakup: (a) pemilihan tema, (b) penjelasan materi
(memperkenalkan diri sendiri dan orang lain di dalam forum resmi dengan
menggunakan Bahasa Indonesia yang tepat dan santun), (c) pembagian
kelompok (berpasangan dengan teman sebangku) (f) penjelasan materi (think
pair share), (g) mengidentifikasi pokok-pokok persoalan faktual, (i)
menanyakan persoalan faktual, dan (j) menganggapi atau memberikan saran
terhadap persoalan faktual yang dikemukakan teman.
47
Pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah (a),
menjelaskan materi, dan (b) siswa berdiskusi secara berpasangan dengan teman
sebangkunya.
Pertemuan ketiga siklus pertama (tes akhir), kegiatan pembelajaran yang
dilakukan adalah (a) memberikan arahan (b) share apa yang sudah di
diskusikan dengan teman sebangkunya (sebagai tes akhir), (c) diskusi dan
mengevaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (Tindakan) Pembelajaran
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan Senin, 5 Februari 2018.
Kegiatan berlangsung selama 70 menit atau 2×35 menit. Implementasi
tindakan pertemuan pertama sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama siswa dengan guru. Kegiatan
dilanjutkan oleh guru yang menanyakan siswa yang tidak masuk hari itu. Hari
itu semua siswa masuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebelum memulai
pembelajaran guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa, dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. Pada kegiatan ini juga guru menanyakan kepada siswa
siapa yang pernah mengikuti forum-forum pertemuan ilmiah, seperti
seminar/lokakarya dan siapa yang pernah menjadi moderator acara. Selain itu,
guru juga mengingatkan siswa untuk menyadari betapa pentingnya pengenalan
diri narasumber dalam forum ilmiah tersebut. Kegiatan awal dalam pertemuan
pertama siklus I berlangsung selama ±5 menit.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit merupakan kegiatan pokok
dalam suatu pembelajaran. Kegiatan pertama yangdilakukan yaitu siswa
bersama guru melakukan brainstorming (curah pendapat). Kedua, siswa
bersama guru memahami tema yang akan dipelajari. Memahami tema
dilakukan guru untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang
masalah yang akan dipelajari. Melalui kegiatan tanya jawab, sebagian besar
48
siswa menyebutkan hal-hal apa saja yang perlu dipahami yang terdapat dalam
tuturan perkenalan diri.
Ketiga, guru menjelaskan ciri-ciri orang yang terampil berbicara dengan
baik dan hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara. Keempat, guru
menjelaskan model pembelajaraan kooperatif think pair share. Kelima, guru
menjelaskan langkah-langkah berbicara melalui model pembelajaraan
kooperatif think pair share. Keenam, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
(berpasangan dengan teman sebangkunya). Ketujuh, siswa diajak untuk melihat
sebuah video dan berpikir untuk mengidentifikasi butir-butir pokok yang
terdapat dalam tuturan perkenalan diri. Kedelapan, guru menjelaskan ciri-ciri
pembicara yang baik yaitu pandai menemukan tema atau topik yang tepat dan
up to date (terkini).
Berdasarkan masalah yang dikemukan tersebut ada siswa yang bertanya
bagaimana cara menjadi pembicara yang baik. Kemudian siswa lain
menanggapi cara untuk menjadi pembicara yang baik yaitu harus menguasai
materi/topik pembicaraan, mempunyai kosakata yang baik dan banyak, percaya
diri, dan sebagainya. Kegiatan berikutnya siswa bersama guru membuat
kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah dipelajari, dan siswa diberi
kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilaksanakan setelah kegiatan awal dan kegiatan inti.
Kegiatan yang berlangsung ±10 menit ini meliputi: siswa menjawab soal-soal
kuis uji teori untuk mereview konsep-konsep penting dalam memperkenalkan
diri. Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah
dilakukan, siswa diberikan motivasi oleh guru, siswa dikondisikan sebelum
mengakhiri pembelajaran, dan guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan Senin, 12 Februari 2018.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2×35 menit). Implementasi
49
tindakan pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama.
Tindakan pertemuan kedua sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung selama ±5 menit. Kegiatan diawali dengan
berdoa bersama siswa dengan guru. Kegiatan dilanjutkan oleh guru yang
menanyakan siswa yang tidak masuk hari itu. Hari itu semua siswa masuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran guru
terlebih dahulu mengkondisikan siswa, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan pertama yang
dilakukan adalah siswa berpasangan dengan teman semeja untuk
mengidentifikasi butir-butir penting dalam tuturan perkenalaan diri. Kedua,
siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
Aspek kebahasaan yang dijelaskan meliputi tekanan, ucapan, nada dan irama,
kosakata/ungkapan atau diksi, dan struktur kalimat yang digunakan.
Ketiga, guru mencontohkan bagaimana menjadi seorang moderator yang baik
dengan menggunakan bahasa yang sopan.
Keempat, setiap kelompok (pasangan sebangku) diminta maju kedepan kelas
untuk berlatih menjadi narasumber dan moderator.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan pertama yang
dilakukan adalah siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran
yang telah dilakukan. Kedua, siswa diberikan motivasi oleh guru agar rajin
berlatih berbicara dengan tekun. Ketiga, siswa dikondisikan oleh guru sebelum
mengakhiri pembelajaran. Pengkondisian siswa agar mereka tidak ramai
sendiri karena sudah memasuki waktu istirahat. Kegiatan terakhir guru
menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan mempersilakan siswa
untuk beristirahat.
50
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan terakhir siklus I (tes akhir) dilaksanakan Senin, 19 Februari
2018. Pertemuan ini berlangsung selama 70 menit (2×35 menit). Implementasi
tindakan pada pertemuan terakhir merupakan evaluasi atau tes akhir praktik
menjadi narasumber dan moderator dalam sebuah forum resmi I. Tindakan
pertemuan keempat ini sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung selama ±5 menit. Kegiatan ini diawali berdoa
bersama guru dan siswa. Berdoa dipimpin salah satu siswa yang bertugas
memimpin doa pada hari itu. Kegiatan lalu dilanjutkan guru menanyakan siswa
siapa yang tidak masuk hari itu. Hari itu semua siswa masuk mengikuti
pembelajaran. Sebelum memulai pelajaran, siswa menyimak tujuan
pembelajaran yang disampaikan guru.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan pertama yang
dilakukan adalah siswa berpasangan dengan teman sebangkunya sekaligus
membentuk 5 kelompok (masing-masing kelompok berjumlah 2 orang) untuk
mempersiapkan diri tampil kedepan menjadi seorang narasumber dan
moderator dalam sebuah forum resmi. Guru menanyakan pada siswa adakah
kelompok yang ingin maju terlebih dahulu. Akan tetapi karena tidak ada yang
bersedia, akhirnya guru memanggil satu per satu kelompok dimulai dari
kelompok satu sampai lima. Pada saat salah satu kelompok sedang menjadi
narasumber dan moderator, kelompok lain memperhatikan dan berdiskusi
mengenai aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Bersama dengan
kelompoknya, kelompok yang tidak maju kedepan berdiskusi untuk
memberikan tanggapan, saran atau masukan pada saat kelompok yang maju
selesai.
Ketiga, guru bersama siswa melakukan diskusi dan mengevaluasi
pembelajaran. Kemudian dengan bimbingan guru, siswa melakukan presentasi
hasil diskusi dan saling berbagi pengalaman. Kegiatan selanjutnya siswa
bersama guru membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah
51
dipelajari, dan siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang telah
dipelajari hari ini.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama ± 10 menit. Kegiatan yang dilakukan
adalah siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah
dilakukan, dilanjutkan dengan pemberian motivasi pada siswa oleh guru.
Motivasi diberikan agar siswa rajin berlatih berbicara melalui model
pembelajaraan kooperatif think pair sharesehingga keterampilan siswa dapat
meningkat. Kegiatan yang terakhir siswa dikondisikan sebelum mengakhiri
pembelajaran, dan guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Hasil Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung.
Data diperoleh dari lembar observasi dan lembar penilaian keterampilan
berbicara.
1) Kegiatan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan observer (rekan peneliti), guru sudah
menerapkan pembelajaran keterampilan berbicara terhadap siswa. Penerapan
ini bisa kita lihat mulai dari pertemuan I sampai pertemuan III yang meliputi
kegiatan sebagai berikut.
Guru menanyakan kepada siswa siapa yang pernah mengikuti forum-
forum pertemuan ilmiah, seperti seminar/lokakarya dan siapa yang pernah
menjadi moderator acara. Kegiatan lain yang dilakukan guru yaitu siswa
bersama guru melakukan brainstorming (curah pendapat). Kedua, siswa
bersama guru memahami tema yang akan dipelajari. Memahami tema
dilakukan guru untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang
masalah yang akan dipelajari. Melalui kegiatan tanya jawab, sebagian besar
siswa menyebutkan hal-hal apa saja yang perlu dipahami yang terdapat dalam
tuturan perkenalan diri.
Pada saat menjelaskan, guru juga sering mengajukan pertanyaan kepada
siswa tentang materi yang sedang dibahas. Hal ini bertujuan agar siswa terbiasa
berbicara dan dapat mengungkapkan ide-ide atau hal-hal yang ingin mereka
52
utarakan. Namun penjelasan guru terkesan tergesa-gesa. Sehingga siswa belum
mampu menangkap secara baik penjelasan dari guru. Guru juga tidak
menginformasikan skor nilai yang dimiliki oleh setiap aspek.
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (berpasangan dengan teman
sebangkunya). Siswa diajak untuk melihat sebuah video dan berpikir untuk
mengidentifikasi butir-butir pokok yang terdapat dalam tuturan perkenalan diri.
Guru menjelaskan ciri-ciri pembicara yang baik yaitu pandai menemukan tema
atau topik yang tepat dan up to date (terkini).
Berdasarkan masalah yang dikemukan tersebut ada siswa yang bertanya
bagaimana cara menjadi pembicara yang baik. Kemudian siswa lain
menanggapi cara untuk menjadi pembicara yang baik yaitu harus menguasai
materi/topik pembicaraan, mempunyai kosakata yang baik dan banyak, percaya
diri, dan sebagainya. Kegiatan berikutnya siswa bersama guru membuat
kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah dipelajari, dan siswa diberi
kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami.
Kegiatan selanjutnya, pada pertemuan pertama dan kedua siswa
berpasangan dengan teman sebangkunya untuk berdiskusi mengenai hal-hal
apa saja yang perlu diperhatikan pada saat berbicara didepan forum resmi.
Selain itu mereka juga berdiskusi untuk penentuan siapa yang menjadi
moderator dan siapa yang menjadi narasumber.
Pada pertemuan ketiga, kegiatan pertama yang dilakukan adalah siswa
berpasangan dengan teman sebangkunya untuk mempersiapkan diri tampil
kedepan menjadi seorang narasumber dengan tema kenakalan remaja di era
modern dan moderator dalam sebuah forum resmi. Guru mengondisikan kelas
terlebih dahulu dan mempersiapkan hal-hal penunjang, seperti meja dan sound
system untuk memperlancar proses pembelajaran. Guru menanyakan pada
siswa adakah kelompok yang ingin maju terlebih dahulu. Peneliti melihat siswa
masih malu-malu dan belum percaya diri unutk tampil pertama. Akan tetapi
karena tidak ada yang bersedia, akhirnya guru memanggil satu per satu
kelompok dimulai dari kelompok satu sampai lima. Pada saat salah satu
kelompok sedang menjadi narasumber dan moderator, kelompok lain
53
memperhatikan dan berdiskusi mengenai aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan. Bersama dengan kelompoknya, kelompok yang tidak maju
kedepan berdiskusi untuk memberikan tanggapan, saran atau masukan pada
saat kelompok yang maju selesai. Namun masih ada beberapa siswa yang
belum bisa fokus dan memperhatikan kelompok lain maju sehingga kondisi
kelas kurang kondusif.
Kegiatan memperkenalkan diri dan orang lain di depan forum resmi
dengan bahasa sopan selesai dilakukan, kemudian siswa bersama guru
melakukan diskusi dan mengevaluasi kegiatan. Kemudian dengan bimbingan
guru, siswa melakukan presentasi hasil diskusi dan saling berbagi pengalaman.
Siswa mengaku senang dengan model pembelajaran think pair share ini.
Menurut siswa kendala yang mereka hadapi yaitu masih malu berbicara di
depan umum dan kurangnya percaya diri bisa mereka atasi.
2) Kegiatan Siswa
Observer (rekan peneliti) dan peneliti melakukan observasi terhadap
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan model pembelajaran think pair share. Berdasarkan hasil
pengamatan pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada siklus I,
sikap siswa dalam memperhatikan penjelasan guru cukup baik. Namun respon
siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru masih
rendah, banyak di antara siswa harus ditunjuk terlebih dahulu baru mau
menyampaikan pendapat. Di siklus I siswa masih cenderung takut, tetapi
sedikit demi sedikit siswa mulai berani untuk berbicara.
Beberapa siswa cukup sulit untuk dikondisikan sehingga suasana kelas
menjadi kurang kondusif. Masih banyak terlihat siswa yang berbicara sendiri
dengan temannya, melamun, bermain-main dengan bolpoint dan sebagainya.
Di siklus I, siswa terlihat kurang percaya diri karena belum terbiasa untuk
mejadi seorang narasumber dan moderator di depan kelas. Banyak dari siswa
masih merasa malu sehingga pada saat membaca maupun berbicara,
kenyaringan suara siswa masih rendah.
54
Siswa yang kurang mendapat perhatian dari guru cenderung bermalas-
malasan. Kerja sama di antara kelompok juga belum terbentuk sempurna
karena masih terlihat dan ditemukan kurang padunya ketika mereka menjadi
seorang narasumber dan moderator dalam sebuah forum resmi.
Di samping itu, aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan siswa dalam
berbicara masih dikesampingkan. Di antaranya, ketepatan pengucapan masih
belum maksimal, penempatan tekanan, nada, sendi belum sepenuhnya tepat,
pilihan kata (diksi) kurang bervariasi meski siswa diperbolehkan
berimprovisasi dalam berdialog, sikap dari sebagian siswa masih terlihat
tegang, terkadang pandangan siswa tidak ke arah lawan bicara, gerak-gerik dan
mimik kurang tepat, kenyaringan suara juga masih kurang, dan siswa masih
belum terlalu lancar dalam berbicara sehingga terlihat siswa tersebut belum
menguasai topik pembicaraan.
Namun siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran
keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran think pair
share, hal itu terlihat dari permintaan siswa agar besok peneliti melakukan
penelitian kembali di kelas tersebut. Siswa terlihat senang meskipun masih
merasa kurang percaya diri dan malu-malu untuk tampil di depan kelas.
d. Pengamatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I
Hasil pengamatan tes keterampilan berbicara siswa kelas X.1 Jurusan
Analis Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan
sudah mengalami peningkatan berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai
rata-rata ketuntasan (KKM) yang ditentukan adalah 80. Nilai rata-rata hasil
keterampilan berbicara siswa adalah 75,7. Jumlah siswa yang sudah mencapai
KKM 4 siswa, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 6 siswa. Selain itu,
persentase siswa yang sudah mencapai KKM sebesar 40%. Nilai keterampilan
berbicara yang dicapai siswa mengalami kenaikan dari sebelumnya di
pratindakan. Selain itu rata-rata nilai keterampilan berbicara siswa pada siklus I
juga meningkat dibandingkan dengan pratindakan. Rata-rata nilai pada
pratindakan sebesar 64,1%, sedangkan pada siklus I rata-rata nilai mencapai
55
75,7%. Hal tersebut berarti rata-rata nilai mengalami peningkatan sebesar
11,59.
Jumlah siswa yang mencapai KKM pada pratindakan sebanyak 1 siswa,
sedangkan pada siklus I sebanyak 4 siswa. Hal ini berarti jumlah siswa yang
mencapai KKM meningkat sebesar 3 siswa. Berikut ini merupakan rekapan
hasil nilai siswa yang mengalami peningkatan dari pratindakan ke siklus I
keterampilan berbicara.
Tabel 7. Hasil Nilai Siklus I Keterampilan Berbicara
No Nama Nilai Kriteria Keterangan
(Inisial) Siklus I Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1 AAA 80 BS √
2 ARD 71 B √
3 AA 81 BS √
4 ANS 88 BS √
5 GP 69 B
6 KM 71 B √
7 LN 75 B √
8 LAM 83 BS √
9 MRH 69 B √
10 SRI 70 B √
Jumlah 757
Nilai Tertinggi 88
Nilai Terendah 69
Rata-rata 75,7 40% 60%
Nilai rata-rata sebesar 75,7% belum mancapai KKM yang ditetapkan.
Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sebesar 80%.
56
Tabel 8. Peningkatan Nilai dari Pratindakan ke Siklus I
No Aspek Pratindakan S-I Peningkatan
1. Jumlah siswa yang 1 4 3
mencapai KKM
2. Jumlah siswa yang belum 9 6 4
mencapai KKM
3. Rata-rata 64,1 75,7 11,59
4. Persentase ketuntasan 10% 40% 30%
Berdasarkan data di atas, nilai pratindakan ke siklus I sudah meningkat,
namun rata-rata kelas sebesar 75,7 dengan persentase ketuntasan KKM 40%,
dianggap belum memenuhi target. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan
lanjutan yaitu pada siklus II.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan cenderung untuk mengetahui kekurangan penerapan
metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus I dan menemukan tindak
lanjut siklus II. Berdasarkan beberapa pengamatan hasil evaluasi dan hasil
diskusi dengan observer (rekan peneliti) yang sekaligus sebagai
kolaboratornya, ada hal penting yang direfleksikan ke dalam tindakan
selanjutnya. Refleksi dilakukan agar pelaksanakan proses pembelajaran
keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran think pair
sharedapat lebih meningkat kualitas pembelajarannya.
Berdasarkan pengamatan tes keterampilan berbicara pada siklus I yang
diikuti oleh 10 siswa, hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 4 siswa memperoleh
nilai 80 atau lebih, sedangkan 6 siswa memperoleh nilai dibawah 80. Hal ini
berarti jumlah siswa mencapai KKM sebanyak 4 siswa dan yang belum
mencapai KKM sebanyak 6 siswa. Persentase pencapaian KKM baru mencapai
40% sementara yang ditargetkan dalam penelitian adalah 80% siswa sudah bisa
mencapai KKM.
57
Permasalahan yang terjadi pada siklus I yaitu masih terdapat beberapa
kekurangan atau masalah yang muncul. Masalah yang ada pada siklus I yaitu
siswa belum sepenuhnya menguasai aspek-aspek dalam keterampilan
berbicara, baik aspek kebahasaan maupun nonkebahasaan. Berikut merupakan
refleksi secara umum masing-masing aspek kebahasaan dan nonkebehasaan
keterampilan bicara siswa.
1. Aspek Kebahasaan
a. Tekanan
Penempatan tekanan masih kurang. Rata-rata perolehan nilai aspek
tekanan adalah 4,1. Penyampaian tekanan masih datar, sehingga
menimbulkan kejenuhan bagi pendengar (siswa lain) dan keefektivan
berbicara akan berkurang. Kekurangtepatan siswa dalam penempatan
tekanan pembicara membuta pokok pembicaraan yang disampaikan
kurang diperhatikan. Untuk itu tindakan siklus II guru lebih menekankan
lagi penjelasan mengenai tekanan suara dengan harapan penguasaan
tekanan dalam keterampilan berbicara dapat meningkat.
b. Ucapan
Ucapan siswa masih kurang tepat dan kurang jelas. Rata-rata
perolehan nilai aspek ucapan adalah 6,7. Pengucapan yang kurang jelas
membuat perhatian pendengar (siswa lain) menjadi kurang
memperhatikan pokok pembicaraan. Untuk itu tindakan siklus II guru
lebih menekankan lagi penjelasan mengenai ucapan pada setiap
pertemuan dengan harapan penguasaan ucapan dalam keterampilan
berbicara dapat meningkat.
c. Nada dan Irama
Penempatan nada dan irama masih kurang tepat. Rata-rata perolehan
nilai aspek nada dan irama adalah 4,8. Topik pembicaraan menjadi
kurang menarik bagi pendengar (siswa lain). Penyampaiannya nada dan
irama masih datar sehingga pokok pembicaraan yang disampaikan kurang
diperhatikan. Untuk itu tindakan siklus II guru lebih menekankan lagi
penjelasan mengenai nada dan irama pada setiap pertemuan dengan
58
harapan penguasaan nada dan irama dalam keterampilan berbicara dapat
meningkat.
d. Kosakata/Ungkapan atau Diksi
Kata dan ungkapan yang digunakan dalam berbicara sudah bervariasi.
Rata-rata perolehan nilai aspek kata dan ungkapan adalah 8,5. Pemilihan
kata dan ungkapan yang bervariasi, maksudnya pemilihan kata atau
ungkapan dengan bentuk atau kata lain lebih kurang maknanya sama
dengan maksud agar pembicaraan tidak menjemukan pendengar.
e. Struktur Kalimat yang Digunakan
Struktur kalimat yang digunakan siswa sudah baik. Rata-rata
perolehan nilai aspek struktur kalimat yang digunakan adalah 7,6.
Pemakaian kalimat sederhana yang digunakan memudahkan pendengar
(siswa lain) menangkap pembicaraan pembicara.
2. Aspek Nonkebahasaan
a. Kelancaran
Kelancaran berbicara siswa masih kurang. Rata-rata perolehan nilai
aspek kelancaran adalah 6,8. Pembicaraan masih terputus-putus atau
bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi tertentu, misalnya, e…, em…, apa
itu... Pembicaraan siswa terlalu cepat sehingga menyulitkan pendengar
sulit menangkap isi atau pokok pembicaraan. Untuk itu tindakan siklus II
guru lebih menekankan lagi penjelasan mengenai kelancaran pada setiap
pertemuan dengan harapan kelancaran dalam keterampilan berbicara
dapat meningkat.
b. Penguasaan Materi
Penguasaan materi pembicaraan siswa masih kurang. Rata-rata
perolehan nilai aspek penguasaan materi adalah 24,4. Sebagian besar
siswa masih lupa materi pembicaraan yang disampaikan. Untuk itu
tindakan siklus II guru lebih menekankan lagi penjelasan mengenai
penguasaan materi pada setiap pertemuan dengan harapan penguasaan
materi dalam keterampilan berbicara dapat meningkat.
59
c. Keberanian
Keberanian siswa sudah baik. Rata-rata perolehan nilai aspek
keberanian adalah 8,0. Sebagian besar siswa sudah mempunyai
keberanian yang baik hal ini ditunjukkan ketika mereka maju ke depan
kelas untuk menjadi seorang moderator dan narasumber.
d. Keramahan
Keramahan siswa dalam berbicara sudah baik. Rata-rata perolehan
nilai aspek keramahan adalah 7,0. Keramahan ditunjukkan adanya
hubungan interaksi dan keramahan antara pembicara dan pendengar.
e. Sikap
Sikap siswa dalam berbicara sudah baik, sebagian siswa terlihat
bersikap wajar dan tidak kaku. Rata-rata perolehan nilai aspek sikap
adalah 5,1. Sikap yang terlihat biasa sebagaimana adanya tidak mengada-
ada.
Berdasarkan refleksi tersebut dapat disimpulkan aspek kebahasaan
yang sudah dikuasai siswa yaitu mengenai kosakata/ungkapan atau diksi
dan struktur kalimat yang digunakan. Ketiga aspek kebahasaan yang lain
seperti tekanan, ucapan, nada dan irama belum sepenuhnya dikuasai
siswa. Sementara itu, aspek nonkebahasaan yang sudah dikuasai siswa
adalah mengenai keberanian, keramahan, dan sikap. Dua aspek
nonkebahasaan yang lain yaitu kelancaran dan penguasaan materi siswa
masih rendah. Berdasarkan wawancara peneliti terhadap salah satu siswa,
siswa tersebut belum hafal teks yang ingin katakan. Kegugupan siswa
juga masih terasa sehingga pada saat memerankan kurang lancar dan
kurang jelas. Berikut merupakan kutipan singkat wawancara peneliti
dengan siswa tersebut.
Peneliti : “Mengapa kamu terlihat kesulitan berbicara ketika
menjadi seorang moderator?”
SRI : “Saya belum hafal teks percakapan yang diperankan.”
Berdasarkan refleksi yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan
diskusi dengan siswa serta observer (rekan peneliti) guru, ada
60
rekomendasi untuk dilaksanakan pada siklus II. Semua siswa diwajibkan
untuk menghafal teks yang ingin dibicarakan antara moderator dan
narasumber dengan harapan aspek tekanan, ucapan, nada dan irama,
kelancaran, serta penguasaan materi dapat meningkat.
3. Deskripsi Tindakan pada Siklus II
a. Perencanaan
Penelitian dilakukan langkah persiapan untuk melaksanakan tindakan
selama kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Persiapan tersebut sebagai
berikut.
(1) Melakukan analisis kurikulum dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan pelajaran yang disampaikan.
(2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi ajar
persoalan faktual. Materi yang akan diajarkan yaitu memperkenalkan diri
sendiri dan orang lain di dalam forum resmi dengan menggunakan Bahasa
Indonesia yang tepat dan santun.
(3) Menyiapkan lembar observasi dan lembar penilaian mengenai keterampilan
berbicara yang mencakup aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
Tindakan siklus II disusun 3 kali pertemuan yang terbagi ke dalam 6 jam
pelajaran. Setiap satu pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran yang berlangsung
selama 70 menit (2×35 menit). Pada setiap pertemuan terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Alokasi waktu untuk
kegiatan awal ±5 menit, kegiatan inti ±55 menit, dan kegiatan akhir ±10 menit.
Pelaksanaan siklus II dilakukan pada tanggal 5, 12 dan 19 Maret 2018. Model
pembelajaran think pair share yang akan digunakan juga telah dirancang secara
sempurna. Diskusi tetap dilaksanakan secara pair (berpasangan) dan boleh
bertukar pikiran dengan pasangan lainnya. Penjelasan atau tahap pembelajaran
menggunakan model TPS juga diberikan secara jelas. Selain itu, di tengah-
tengah pembelajaran guru berencana memberikan variasi berupa ice breaking
guna menambah semangat dan motivasi siswa. Icebreaking ini berupa
menyanyikan lagu-lagu daerah. Selain menjadi ice breaking,menyanyikan lagu
ini juga sekaligus untuk mengenalkan macam-macam lagu daerah di Indonesia.
61
b. Pelaksanaan (Tindakan) Pembelajaran
1) Pertemuan 1
Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan. Pelaksanaan pertemuan
pertama dilaksanakan Senin, 5 Maret 2018 dengan waktu pembelajaran 70
menit atau 2 jam pelajaran.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung selama ±5 menit. Kegiatan diawali berdoa
bersama guru dengan siswa. Berdoa dipimpin oleh salah satu siswa yang pada
hari itu bertugas untuk memimpin doa. Setelahberdoa, guru menanyakan siswa
yang tidak masuk hari itu. Hari itu semua siswa masuk dan tidak ada yang
absen. Siswa dikondisikan oleh guru sebelum memulai pelajaran. Guru
mengkondisikan siswa agar menyiapkan buku maupun alat tulis yang digunkan
selama pelajaran. Siswa dikondisikan agar tidak ramai dan memperhatikan
pelajaran. Setelah itu siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan
oleh guru.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Kegiatan
berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan yang dilakukan dimulai guru
melakukan brainstroming (curah pendapat).
Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan tentang aspek kebahasaan yang
menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara. Aspek kebahasaan yang
dijelaskan meliputi tekanan, ucapan, nada dan irama, kosakata/ungkapan atau
diksi, dan struktur kalimat yang digunakan. Namun, pada siklus II aspek
kebahasaan yang lebih ditekankan penjelasannya yaitu mengenai tekanan,
ucapan, nada dan irama, karena kosakata/ungkapan atau diksi dan struktur
kalimat yang digunakan sudah dikuasai pada siklus I.
Kegiatan selanjutnya, guru memberikan sebuah video yang berjudul
Motivasi Hidup (Belajar dari Hancurnya Nokia)
(https://youtu.be/bsWkEXTVS08).
Video tersebut berisi tentang hegemoni Nokia yang luar biasa suksesnya
yang kemudian hancur karena terlalu puas diri dan menganggap kompetitornya
62
tidak akan mampu menandinginya. Setelah melihatvideo, guru memberikan
pertanyaan kepada siswa yaitu mengapa hal tersebut bisa terjadi serta hal-hal
yang bisa diambil pelajaran dari video tersebut. Guru meminta siswa menulis
jawaban di selembar kertas secara individu (think) dengan diberi waktu 5
menit. Setelah itu, siswa diminta mendiskusikan jawabannya bersama teman di
sebelahnya secara berpasangan (pair). Setelah diberi waktu untuk berdiskusi
berpasangan, siswa menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru
menunjuk kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi temannya sambil
menuliskan jawaban di laptop untuk ditampilkan. Jawaban secara otomatis
terlihat di layar agar siswa bisa menyimak. Tulisan yang digunakan diperbesar
agar terlihat ke seluruh siswa sampai belakang.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan akhir diawali
guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan guru
memberikan motivasi pada siswa. Kegiatan berikutnya guru mengkondisikan
siswa sebelum mengakhiri pembelajaran, serta menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
2) Pertemuan 2
Pelaksanaan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan Senin, 12 Maret
2018. Pertemuan kedua berlangsung 70 menit (2×35 menit/2 jam pelajaran).
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung ±5 menit. Kegiatan awal sebelum proses
pembelajaran dilakukan berdoa bersama siswa dan guru. Berdoa dipimpin oleh
salah satu siswa yang bertugas memimpin doa. Setelah itu, guru juga menanyakan
siswa yang tidak masuk hari itu. Tetapi hari itu semua siswa masuk dan tidak ada
yang absen. Kegiatan dilanjutkan guru mengkondisikan siswa sebelum memulai
pelajaran. Siswa dikondisikan agar tenang ketika mengikuti pelajaran dan
menyiapkan buku maupun alat tulis yang digunakan selama pelajaran. Kegiatan
berikutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
63
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pertemuan kedua prosesnya hampir sama dengan
pertemuan pertama. Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan
selanjutnya, guru menjelaskan tentang aspek nonkebahasaan yang menjadi
fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.Aspek nonkebahasaan yang
dijelaskan meliputi kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan,
dan sikap. Namun, pada siklus II pertemuan kedua ini aspek nonkebahasaan
yang lebih ditekankan penjelasannya yaitu mengenai kelancaran dan
penguasaan materi karena keberanian, keramahan, dan sikap sudah dikuasai
pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua pada siklus II ini dibuat
seoptimal mungkin. Kali ini, materi yang diberikan merupakan materi yang
sama pada saat pratindakan, yaitu tentang persoalan teks faktual. Bedanya
yaitu, pada saat pratindakan materi yang diberikan tentang sampah, sedangkan
materi pada siklus II pertemuan kedua ini tentang longsor.
Pembelajaran diawali dengan pemutaran video tentang longsor,
kemudian guru membagikanteks tentang longsor ke seluruh siswa. Kegiatan
siswa ialah memahami teks tersebut. Guru memberikan pertanyaan berupa apa
maksud dari teks yang diberikan oleh guru. Siswa diminta memikirkan dan
menuliskan jawabannya secara individu (think). Setelah itu, siswa diminta
mendiskusikan isi dari teks tersebut dengan teman sebangkunya (pair). Siswa
diberi waktu selama 15 menit. Hasil diskusi dituliskan di dalam kertas.
Kegiatan selanjutnya ialah siswa diminta untuk berlatih dengan teman
sebangkunya sebelum mereka mempresentasikannya di depan kelas (share)
Proses pembelajaran ini dinikmati oleh siswa dan terlihat siswa sangat
antusias pada saat latihan di depan dan belakang kelas. Semua siswa
mendapatkan kesempatan membacakan di depan kelas. Ada siswa yang
totalitas dan keras, ada juga siswa yang malu-malu saat mempresentasikan
hasil diskusinya.Pada kegiatan latihan ini, guru hanya melihat dan
membimbing siswa tanpa menilai ataupun mengomentari hasil presentasi
siswa.
64
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan akhir yang
dilakukan yaitu guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah
dilakukan, dan memberikan motivasi siswa. Guru memotivasi siswa agar siswa
tekun berlatih berbicara di depan umumuntuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa. Guru juga mengingatkan bahwa pertemuan depan akan ada
evaluasi penilaian keterampilan berbicara dengan masing-masing siswa maju
kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi tentang longsor, sehingga siswa
harus sudah siap menghafal teksnya. Kegiatan dilanjutkan guru
mengkondisikan siswa sebelum mengakhiri pembelajaran, serta menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
3) Pertemuan 3
Pelaksanaan pertemuan ketiga siklus II merupakan tes akhir siklus II. Tes
akhir dilaksanakan Senin, 19 Maret 2018. Pertemuan ketiga berlangsung
selama 70 menit atau 2 jam pelajaran (2×35 menit).
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung selama ±5 menit. Berdoa bersama antara guru
dan siswa merupakan kegiatan yang pertama dilakukan. Berdoa dipimpin oleh
salah satu siswa yang hari itu bertugas memimpin doa. Selanjutnya guru
menanyakan siswa yang tidak masuk hari itu. Hari itu semua siswa masuk
semua. Siswa dikondisikan oleh guru sebelum memulai pelajaran. Guru
mengkondisikan siswa agar tenang dan menyiapkan buku dan alat tulis yang
diperlukan selama kegiatan pembelajaran. Siswa menyimak tujuan
pembelajaran yang disampaikan guru.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan inti pertemuan
ketiga siklus II diawali mengatur seting tempat duduk siswa menjadi posisi U
agar ruangan kelas menjadi lebih luas, dan siswa dapat mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas dengan nyaman. Setelah ruangan kelas selesai ditata,
siswa secara bergantian maju ke depan untuk presentasi. Sebelum memulai,
guru kembali mengingatkan pentingnya aspek-aspek dalam keterampilan
65
berbicara, baik aspek kebahasaan maupun aspek nonkebahasaan. Pada saat
siswa maju kedepan, siswa lain menyimak dan memperhatikan. Bersama
dengan kelompoknya, kelompok yang tidak maju berdiskusi untuk
memberikan tanggapan, saran atau masukan kepada kelompok yang maju.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan ketiga ini sangat diminati
oleh siswa di kelas. Mereka sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran.
pemberian waktu dalam berdiskusi juga cukup dan tidak ada siswa yang
mengganggu sesamanya ketika kegiatan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan
siswa sudah memahami aspek kebahasaan dan nonkebahasaan dalam berbicara.
Ketika mengutarakan isi tentang teks yang diberikan yaitu tentang longsor,
siswa lihai dalam menggunakan kata-kata sendiri dan siswa juga tidak terlihat
ragu ataupun malu pada saat berbicara di depan kelas.
Penilaian keterampilan berbicara telah selesai dilakukan, siswa bersama
guru melakukan diskusi dan mengevaluasi pembelajaran. Kemudian dengan
bimbingan guru, siswa melakukan presentasi hasil diskusi dan saling berbagi
pengalaman.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan di awali guru
melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan, lalu guru
memberikan motivasi pada siswa. Guru memotivasi siwa agar mereka tekun
belajar dan berlatih berbicara di depan umum agar keterampilan berbicara
siswa terus meningkat. Guru juga mengkondisikan siswa sebelum mengakhiri
pembelajaran dan menutup pelajaran dengan salam.
c. Hasil Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung.
Data diperoleh dari lembar observasi dan lembar penilaian keterampilan
berbicara.
1) Pengamatan Pembelajaran Keterampilan Berbicara
a. Kegiatan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan observer (rekan peneliti), guru sudah
menerapkan pembelajaran keterampilan berbicara terhadap siswa. Penerapan
66
ini bisa kita lihat mulai dari pertemuan I sampai pertemuan III yang meliputi
kegiatan sebagai berikut.
Mengawali pembelajaran, guru memberikan sebuah video yang
berjudul Motivasi Hidup (Belajar dari hancurnya Nokia). Video tersebut berisi
tentang hegemoni Nokia yang luar biasa suksesnya yang kemudian hancur
karena terlalu puas diri dan menganggap kompetitornya tidak akan mampu
menandinginya. Setelah melihatvideo, guru memberikan pertanyaan kepada
siswa yaitu mengapa hal tersebut bisa terjadi serta hal-hal yang bisa diambil
pelajaran dari video tersebut. Kegiatan lain yang dilakukan guru yaitu siswa
bersama guru melakukan brainstorming (curah pendapat).
Kegiatan selanjutnya, guru menerapkan model pembelajaran kooperatfi
think pair share dari video yang tadi sudah ditampilkan. Pertama, guru
meminta siswa menulis jawaban di selembar kertas secara individu (think)
dengan diberi waktu 5 menit. Setelah itu, siswa diminta mendiskusikan
jawabannya bersama teman di sebelahnya secara berpasangan (pair). Setelah
diberi waktu untuk berdiskusi berpasangan, siswa menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas. Guru menunjuk kelompok lain untuk menanggapi
hasil diskusi temannya sambil menuliskan jawaban di laptop untuk
ditampilkan. Jawaban secara otomatis terlihat di layar agar siswa bisa
menyimak. Tulisan yang digunakan diperbesar agar terlihat ke seluruh siswa
sampai belakang.
Pertemuan kedua, Kegiatan inti hampir sama dengan pertemuan pertama.
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan selanjutnya, guru
menjelaskan tentang aspek nonkebahasaan yang menjadi fokus penilaian dalam
keterampilan berbicara. Aspek nonkebahasaan yang dijelaskan meliputi
kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, dan sikap. Namun,
pada siklus II pertemuan kedua ini aspek nonkebahasaan yang lebih ditekankan
penjelasannya yaitu mengenai kelancaran dan penguasaan materi karena
keberanian, keramahan, dan sikap sudah dikuasai pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua pada siklus II ini dibuat
seoptimal mungkin. Kali ini, pembelajaran dilakukan dengan memberikan
67
materi tentang persoalan faktual tentang longsor. Pembelajaran ini pernah guru
berikan pada saat pratindakan.
Pembelajaran diawali dengan sebuah pemutaran video tentang longsor,
kemudian guru membagikan teks tentang longsor ke seluruh siswa. Kegiatan
siswa ialah memahami teks tersebut. Guru memberikan pertanyaan berupa apa
maksud dari teks yang diberikan oleh guru. Siswa diminta memikirkan dan
menuliskan jawabannya secara individu (think). Setelah itu, siswa diminta
mendiskusikan isi dari teks tersebut dengan teman sebangkunya (pair). Siswa
diberi waktu selama 15 menit. Hasil diskusi dituliskan di dalam kertas.
Kegiatan selanjutnya ialah siswa diminta untuk berlatih dengan teman
sebangkunya sebelum mereka mempresentasikannya di depan kelas (share).
Kegiatan inti pertemuan ketiga siklus II diawali mengatur seting tempat
duduk siswa menjadi posisi U agar ruangan kelas menjadi lebih luas, dan siswa
dapat mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dengan nyaman. Setelah
ruangan kelas selesai ditata, siswa secara bergantian maju ke depan untuk
presentasi. Sebelum memulai, guru kembali mengingatkan pentingnya aspek-
aspek dalam keterampilan berbicara, baik aspek kebahasaan maupun aspek
nonkebahasaan. Pada saat siswa maju kedepan, siswa lain menyimak dan
memperhatikan. Bersama dengan kelompoknya, kelompok yang tidak maju
berdiskusi untuk memberikan tanggapan, saran atau masukan kepada
kelompok yang maju.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan ketiga ini sangat diminati
oleh siswa di kelas. Mereka sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran.
pemberian waktu dalam berdiskusi juga cukup dan tidak ada siswa yang
mengganggu sesamanya ketika kegiatan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan
siswa sudah memahami aspek kebahasaan dan nonkebahasaan dalam berbicara.
Ketika mengutarakan isi tentang teks yang diberikan yaitu tentang longsor,
siswa lihai dalam menggunakan kata-kata sendiri dan siswa juga tidak terlihat
ragu ataupun malu pada saat berbicara di depan kelas.
68
Kegiatan presentasi selesai dilakukan, siswa bersama guru melakukan
diskusi dan mengevaluasi pembelajaran. Kemudian dengan bimbingan guru,
siswa melakukan presentasi hasil diskusi dan saling berbagi pengalaman.
b. Kegiatan Siswa
Peneliti juga melakukan observasi dibantu oleh observer (rekan peneliti)
terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran keterampilan
berbicara dengan menggunakan model pembelajaran think pair share.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran pada siklus II, sikap siswa dalam memperhatikan penjelasan guru
cukup baik. Respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh gurupun meningkat, siswa tidak perlu ditunjuk lagi untuk
menyampaikan pendapat. Pada siklus IIketakutan siswa sedikit-demi sedikit
mulai hilang, hal ini dikarnakan guru selalu memancing siswa untuk dapat
berbicara dan menanggapi materi yang sudah disiapkan.
Namun, ada satu atau dua orang siswa cukup sulit untuk dikondisikan
sehingga suasana kelas menjadi kurang kondusif. Masih banyak terlihat siswa
yang berbicara sendiri dengan temannya, melamun, bermain-main dengan
bolpoint dan sebagainya. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Setelah
diingatkan siswa kembali fokus terhadap pembelajaran.
Di samping itu, aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan siswa dalam
berbicara sudah diterapkan. Di antaranya, ketepatan pengucapan, penempatan
tekanan, nada, sudah tepat, pilihan kata (diksi) sudah bervariasi, sikap dari
siswapun terlihat santai dan serius, pandangan siswa terarah kepada lawan
bicara, gerak-gerik dan mimik mulai tepat, kenyaringan suara juga sudah
membaik, dan siswa sudah lancar dalam berbicara.
Pengamatan peneliti dan observer (rekan peneliti) siswa terlihat antusias
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan
model pembelajaran think pair share, hal itu terlihat dari proses pembelajaran
yang dinikmati oleh siswa dan terlihat siswa serius dalam proses pembelajaran.
69
d. Pengamatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II
Hasil pengamatan tes keterampilan berbicara siswa kelas X.1 Jurusan
Analis Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan
sudah mengalami peningkatan berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai
rata-rata hasil keterampilan berbicara siswa adalah 85,1%. Jumlah siswa yang
sudah mencapai KKM 9 siswa, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 1
siswa. Selain itu, persentase siswa yang sudah mencapai KKM sebesar 90%.
Nilai keterampilan berbicara yang dicapai siswa mengalami kenaikan dari
sebelumnya di siklus I. Selain itu rata-rata nilai keterampilan berbicara siswa
pada siklus II juga meningkat dibandingkan dengan siklus 1. Rata-rata nilai
pada pratindakan sebesar 75,7%, sedangkan pada siklus II rata-rata nilai
mencapai 85,1%. Hal tersebut berarti rata-rata nilai mengalami peningkatan
sebesar 9,4%.
Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebanyak 4 siswa,
sedangkan pada siklus II sebanyak 9 siswa. Hal ini berarti jumlah siswa yang
mencapai KKM meningkat sebesar 5 siswa. Berikut ini merupakan rekapan
hasil nilai siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II
keterampilan berbicara.
70
Tabel 9. Hasil Nilai Siklus II Keterampilan Berbicara
No Nama Nilai Kriteria Keterangan
(Inisial) Siklus II Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1 AAA 87 BS √
2 ARD 82 BS √
3 AA 86 BS √
4 ANS 92 BS √
5 GP 78 B √
6 KM 83 BS √
7 LN 85 BS √
8 LAM 90 BS √
9 MRH 81 BS √
10 SRI 87 BS √
Jumlah 851
Nilai Tertinggi 92
Nilai Terendah 78
Rata-rata 85,1 90% 10%
Nilai rata-rata sebesar 85,1%sudah mancapai KKM yang ditetapkan.
Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sebesar 80%.
71
Tabel 10. Peningkatan Nilai dari Siklus I ke Siklus II
No Aspek Siklus 1 S-II Peningkatan
1. Jumlah siswa yang 4 9 1
mencapai KKM
2. Jumlah siswa yang belum 6 1 5
mencapai KKM
3. Rata-rata 75,7 85,1 9,4
4. Persentase ketuntasan 40% 90% 50%
Berdasarkan data di atas, nilai dari siklus I ke siklus II sudah meningkat,
rata-rata kelas sebesar 85,1 dengan persentase ketuntasan KKM 90%, dianggap
sudah memenuhi target. Oleh karena itu, tidak ada tindakan lanjutan karena
target sudah tercapai pada siklus II.
e. Refleksi Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
think pair share pada siklus II ini telah dilaksanakan sesuai rencana yang telah
dilakukan, bertolak dari hasil refleksi-refleksi pada pertemuan sebelumnya,
yaitu siklus I.
Refleksi pada siklus II ini ialah bahwa pembelajaran berbicara
menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair share dinilai efektif
serta dapat meningkatkan aktivitas siswa, terutama dalam mengeluarkan
pendapat.
Dilihat dari hasil nilai keterampilan berbicara, meskipun tidak berhasil
dalam menuntaskan seluruh siswa pada kategori baik, setidaknya mampu
meningkatkan rata-rata persentase ketuntasan. Hasil yang diperoleh berada
pada 90 % tuntas dimana peneliti menargetkan hanya 80 % tuntas. Dengan
demikian, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan siklus II
sudah berhasil dan tidak perlu menggunakan siklus selanjutnya.
72
Pelaksanaan siklus II secara umum ditemukan hanya sedikit kendala.
Kendala tersebut yaitu ada 1 siswa yang belum mencapai KKM. Siswa tersebut
belum mencapai KKM karena penguasaan materinya masih kurang. Selain
faktor tersebut, siswa juga sering melamun ketika guru sedang menjelaskan.
Menurut informasi dari wali kelas, siswa tersebut ternyata mempunyai masalah
pribadi dalam keluarganya.
Berikut merupakan refleksi secara umum masing-masing aspek
kebahasaan dan nonkebehasaan keterampilan bicara siswa.
1. Aspek Kebahasaan
a. Tekanan
Penempatan tekanan siswa berdasarkan praktik presentasi di depan kelas
mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek tekanan siklus I adalah
4,1 dan pada siklus II meningkat sebesar 1,7 menjadi 5,8. Ketepatan
penyampaian tekanan lebih menarik perhatian bagi pendengar (siswa lain) dan
meningkatkan keefektivan berbicara.
b. Ucapan
Penempatan siswa berdasarkan praktik presentasi di depan kelas
mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek ucapan siklus I adalah
6,7 dan pada siklus II meningkat sebesar 0,9 menjadi 7,6. Pengucapan yang
tepat membuat perhatian pendengar (siswa lain) menjadi lebih memperhatikan
pokok pembicaraan.
c. Nada dan Irama
Penempatan nada dan irama siswa berdasarkan praktik presentasi di
depan kelas mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek nada dan
irama siklus I adalah 4,8 dan pada siklus II meningkat sebesar 0,7 menjadi 5,5.
Ketepatan nada dan irama membuat penampilan lebih menarik bagi pendengar
(siswa lain).
d. Kosakata/Ungkapan atau Diksi
Penempatan kosakata/ungkapan atau diksi siswa berdasarkan praktik
presentasi di depan kelas mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai
aspek kosakata/ungkapan atau diksi siklus I adalah 8,5 dan pada siklus II
73
meningkat sebesar 0,9 menjadi 9,4. Ketepatan nada dan irama membuat
penampilan lebih menarik bagi pendengar (siswa lain).
e. Struktur Kalimat yang Digunakan
Penempatan struktur kalimat yang digunakan siswa berdasarkan praktik
presentasi di depan kelas mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai
aspek kosakata/ungkapan atau diksi siklus I adalah 7,6 dan pada siklus II
meningkat sebesar 1,2 menjadi 8,8. Ketepatan struktur kalimat yang digunakan
membuat penampilan lebih menarik bagi pendengar (siswa lain).
2. Aspek nonkebahasaan
a. Kelancaran
Kelancaran praktik presentasi di depan kelas siswa mengalami
peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek kelancaran siklus I adalah 6,8 dan
pada siklus II meningkat sebesar 2,8 menjadi 9,3. Kelancaran berbicara
mempermudah pendengar (siswa lain) menangkap isi atau pokok pembicaraan.
b Penguasaan Materi
Penguasaan materiketika praktik presentasi di depan kelas siswa
mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek penguasaan materi
siklus I adalah 24,4 dan pada siklus II meningkat sebesar 28,7, naik menjadi
4,3.
c. Keberanian
Keberanian ketika praktik presentasi di depan kelas siswa mengalami
peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek keberanian siklus I adalah 8,0 dan
pada siklus II meningkat sebesar 1,6 menjadi 9,6.
d. Keramahan
Keramahan ketika praktik presentasi di depan kelas siswa mengalami
peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek keramahan siklus I adalah 7,0 dan
pada siklus II meningkat sebesar 0,8, menjadi 7,8.
e. Sikap
Sikap ketika praktik presentasi di depan kelas siswa mengalami
peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek sikap siklus I adalah 5,1 dan pada
siklus II meningkat sebesar 0,6 menjadi 5,7.
74
Berdasarkan hasil refleksi tersebut di atas, keterampilan berbicara
menggunakan model pembelajaan kooperatif think pair share mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan tindakan siklus II yaitu
siswa terlihat antusias ketika mengikuti pembelajaran menggunakan model
pembelajaan kooperatif think pair share. Perhatian siswa yang ditujukan
kepada setiap penjelasan guru dan pada saat siswa dari kelompok lain
melakukan praktik berbicara. Peningkatan tersebut juga didukung dengan
peningkatan nilai keterampilan berbicara siswa.
Berdasarkan hasil nilai pengamatan tes keterampilan berbicara siklus II
yang diikuti oleh 10 siswa mengalami peningkatan. Hasil nilai keterampilan
berbicara yang diperoleh yaitu sebanyak 9 siswa telah mencapai KKM,
sementara 1 siswa belum mencapai KKM, dengan rata-rata nilai yang dicapai
adalah 85,1 dan persentase ketuntasan tercapai 90%. Persentase pencapaian
KKM sudah mencapai 90%, itu artinya sudah mencapai target yang ditetapkan
awal sebesar sama dengan atau lebih besar 80%.
Siklus II siswa sudah menguasai aspek kebahasaan maupun
nonkebahasaan dalam keterampilan berbicara dengan baik. Aspek kebahasaan
yang sudah dikuasai siswa yaitu tekanan, ucapan, nada dan irama,
kosakata/ungkapan atau diksi, serta struktur kalimat yang digunakan.
Sementara itu, aspek nonkebahasaan yang sudah dikuasai siswa adalah
kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, dan sikap.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Asal mula penelitian ini ialah terdapatnya kenyataan bahwa keterampilan
berbicara siswa kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK Nusantara 02
Kesehatan Ciputat-Tangerang SelatanCiputat-Tangerang Selatan masih rendah.
Nilai keterampilan berbicara siswa mayoritas masih berada pada kategori
cukup dan perlu pendampingan. Salah satu faktor yang mempengaruhi ialah
ruang dan kesempatan berbicara masih terhitung minim sehingga model
pembelajaran kooperatif think pair share diberikan guna memberikan ruang
berbicara yang lebih. Seseorang akan mempunyai keterampilan jika sering
75
latihan. Latihan yang dapat dilakukan ialah melalui praktik presentasi di depan
kelas.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif think pair share dalam
pembelajaran berbicara dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-
Tangerang Selatan Ciputat-Tangerang Selatan. Peningkatan tersebut dapat
terlihat dari proses pembelajaran dan juga hasil perolehan nilai yang
dibandingkan dari pratindakan dan setelah tindakan yang dituangkan dalam
siklus I dan siklus II.
Pembahasan pertama mengenai peningkatan proses pembelajaran.
Pemerolehan ini dilihat dari observasi yang dilakukan selama proses
pembelajaran, baik mulai pratindakan maupun saat pelaksanaan tindakan.
Peningkatan proses keterampilan berbicara terjadi pada saat berdiskusi
berpasangan atau pair dan share dimana siswa mendapatkan ruang yang lebih
guna mengasah keterampilan berbicara yang dimiliki. Siswa juga lebih berani
dalam menyampaikan gagasan, ide, dan perasaan baik dalam berdiskusi
berpasangan (pair) maupun dalam menyampaikan di depan kelas atau di depan
seluruh siswa (share) karena didukung dengan waktu khusus dalam berpikir
yaitu think time. Pada siklus I, siswa masih malu-malu dan tidak tidakpercaya
diri dalam mengutarakan, dan hanya satu dua yang berani mengangkat tangan
dan berpendapat tanpa ditunjuk. Pada sikus II, siswa mulai menikmati dan
memahami proses pembelajaran menggunakan model think pair share
sehingga terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Ketika guru
melempar pertanyaan, siswa berebut ingin menjawab dan banyak yang dengan
sigap mengangkat tangan. Hal ini disebabkan karena siswa mendapatkan
kesempatan memikirkan terlebih dahulu jawaban atas pertanyaan guru di awal
atau dalam istilahnya adalah think time karena yang membuat berbeda dari
model ini ialah waktu untuk berpikir jawaban atau think time bagi siswa. Oleh
karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif think
pair share dapat meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara
siswa. Selain itu, model ini juga mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut
76
Trianto (2013:81) think pair share atau berpikir berpasangan merupakan model
pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Dengan demikian, aktivitas siswa dalam berinteraksi dalam pembelajaran pun
dapat ditingkatkan melalui model ini.
Masuk pada pembahasan kedua, yakni hasil pemerolehan nilai
keterampilan berbicara siswa kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK
Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan. Perolehan nilai siswa
dapat dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 11. Perbandingan Perolehan Nilai Keterampilan Berbicara
No Nama Nilai
(Inisial) Pratindakan Siklus 1 Siklus II
1 AAA 60 80 87
2 ARD 57 71 82
3 AA 63 81 86
4 ANS 81 88 92
5 GP 58 69 78
6 KM 60 71 83
7 LN 67 75 85 √
8 LAM 74 83 90 √
9 MRH 61 69 81 √
10 SRI 60 70 87 √
Jumlah 641 757 851
Nilai Tertinggi 81 88 92
Nilai Terendah 57 69 78
Rata-rata 64,1 75,7 85,1
Presentase Kelulusan
10% 40% 90%
77
Berdasarkan tabel di atas, hasil rata-rata nilai pratindakan yaitu 64,1
dengan persentase 10%. Jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM sebanyak
1 siswa, 9 siswa yang lain masih belum mencapai KKM.
Hasil pembelajaran siklus I sudah mengalami peningkatan. Rata-rata nilai
keterampilan berbicara siklus I yang diperoleh sebesar 75,7 dengan persentase
ketuntasan mencapai 40%. Peningkatan rata-rata pratindakan ke siklus I
sebesar 11,6. Peningkatan persentase pratindakan ke siklus I sebesar 30%.
Kegiatan tersebut kurang mengena pada siswa, karena ditemukan masalah
dalam siklus I. Ada 6 siswa yang belum mencapai KKM.
Hasil pembelajaran siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata nilai
keterampilan berbicara yang diperoleh sebesar 85,1 dengan persentase
ketuntasan mencapai 90%. Peningkatan keterampilan berbicara siswa siklus II
ditunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai yang dicapai oleh siswa dari
proses pembelajaran siklus I ke siklus II. Siklus I diperoleh rata-rata nilai 75,7,
sedangkan siklus II rata-rata nilai meningkat menjadi 85,1 menunjukkan bahwa
peningkatan sebesar 9,4. Sikus I persentase sebesar 40%, sedangkan siklus II
persentase meningkat menjadi 90% menunjukkan bahwa peningkatan sebesar
50%.
Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa,
dan persentase di atas diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif think pair sharedapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas X.1 Jurusan Analis
KesehatanSMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan.
Pembelajaran siklus II masih ditemukan 1 anak yang belum mencapai KKM.
Oleh karena target dalam penelitian nilai rata-rata sama dengan atau lebih
besar 80 dan persentase ketuntasan sama dengan atau lebih besar dari 80%
sudah tercapai pada siklus II maka penelitian berhenti di siklus II.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia melalui pembelajaran
kooperatif think pair share dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-
Tangerang Selatan.
Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas yang telah
diperoleh. Pada saat sebelum dilaksanakan tindakan, nilai rata-rata kelas yang
diperoleh yaitu 64,1%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I nilai rata-
rata kelas 75,7%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas semakin naik, rata-rata
kelas meningkat menjadi 85,1%. Selain dari rata-rata nilai kelas, pencapaian
nilai KKM juga meningkat, yaitu pada pratindakan pencapaian KKM sebesar
10%, pada siklus I pencapaian nilai KKM sebesar 40%, dan siklus II
pencapaian nilai KKM semakin meningkat yaitu 90%. Hal ini berarti
keterampilan berbicara siswa semakin meningkat dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif think pair share.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran
yang peneliti berikan sebagai berikut.
1. Guru
Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair
share dalam pembelajaran Bahasa Indonesia karena terbukti dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2. Siswa
Siswa sebaiknya memperhatikan aspek-aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan yang dapat menunjang keefektifan berbicara.
79
3. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dan
memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan inovasi
dalam keterampilan berbahasa.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. Using the Think-Pair-Share Strategy to Improve Students’ Speaking
Ability at Stain Ternate. Journal of Education and Practice. 37,2015.
Ahmad, Hendra. Kemampuan Siswa Berbicara dengan Metode Diskusi di Kelas IV
SDN No. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP
/article/download/4087/4063eprints.uny.ac.id/.../SKRIPSI%20HESTI%20RA
NA%20SARI%200910824 03.pdf.diakses pada jam 22.32, tanggal 29
Desember 2017.
Ahmadi, Mukhsin. Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. 1990.
Ardiansah. Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bertukar
Gagasan Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Tanjung
Pinang Tahun Pelajaran 2013/2014. jurnal.umrah.ac.id/wp
content/uploads/gravity.../E-JOURNALARDIANSAH.pdf. diakses pada jam
22.32, tanggal 29 Desember 2017.
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika
Offset. 2007.
E. Slavin, Robert. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Penerbit Nusa Media. 2005.
Faizah, Umi. Pengantar Keterampilan Berbicara Berbasis Cooperative
Learning Think Pair Share Teori dan Praktik. Yogyakarta: Media Perkasa,
2011.
Huda, Miftahul. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2014.
Iskandarwassid dan Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2011.
Kember, David. Action Learning and Action Research. New York: Routledge. 2000.
Khasinah, Siti.Classroom Action Research, 108, 1991.
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2010.
Madyawati, Lilis. Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak. Jakarta:
Prenadamedia Group. 2016.
81
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Paizaluddin dan Ermalinda, Penelitian Tindakan Kelas Panduan Teoritis dan
Praktis. Bandung: Alfabeta. 2013.
Rahma Sayuga, Melvin. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share (TPS) Berbantuan Media Kartu Berpasangan untuk Meningkatkan
Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 3 MAN Yogyakarta Tahun Ajaran
2013/2015. http://eprints.uny.ac.id/15924/1/SKRIPSI%20FULL.pdf (diakses
padajam 9.18, tanggal 17 September 2018)
Riyanto, Yatim. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik:Konsep, Landasan, Teristik-Praktis dan Implementasinya.
Jakarta:Prestasi Pustaka, 2010.
. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Kharisma Putra Utama. 2014.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru.
Jakarta: Kharisma Putra Utama. 2012.
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grou. 2011.
Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Depok:
Ar-Ruzz Media, 2014.
Supriyana, Asep. Materi Pokok Berbicara. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media. 2016.
Suharyanti. Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara. Surakarta: Yuma
Pustaka. 2011.
Suhendar dan Supinah, Pien. Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian
Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir
Jaya. 2004.
Sunita M. Dol. TPS(Think-Pair-Share) : An Active Learning Strategy to Teach
Theory of Computation Course. International Journal of Educational Research
and Technology, 62. 2014.
Susanti, Elvi.Keterampilan Berbicara.Depok: PT RajaGrafindo Persada. 2018.
82
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. 2008.
Thornbury,Scoot.How to Teach Speaking. England: Pearson Longman. 2005.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep Landasan
dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2012.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2014.
Yaumi, Muhammad dan Muljono.Action Research Teori Model dan Aplikasi.
Jakarta:Kencana Prenadamedia Group. 2014
83
Lampiran-
lampiran
84
Lampiran 1
Daftar Nama Inisial Siswa
Kelas X.1 Jurusan Analis Kesehatan
SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan
No Nama Siswa
1. AAA
2. ARD
3. AA
4. ANS
5. GP
6. KM
7. LN
8. LAM
9. MRH
10. SRI
85
Lampiran 2
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
No Objek yang Diamati Ya Tidak Ket
1. Siswa menanggapi penjelasan guru
dengan antusias.
2. Siswa melaksanakan diskusi dengan
disiplin dan bekerjasama.
3. Siswa dengan serius mengikuti proses
menyusun kriteria diskusi yang baik.
4. Kriteria untuk ketua kelompok
tersusun dengan baik.
5. Kriteria untuk siswa anggota diskusi
tersusun dengan baik.
6. Siswa mengikuti arahan guru dengan
seksama.
8. Siswa dengan baik mengikuti guru
mengambil kesimpulan.
9. Siswa dengan serius mengikuti
refleksi.
86
Lampiran 3
Lembar Observasi Kegiatan Guru
No Objek yang Diamati 1 2 3 4
1. Kejelasan guru dalam memberi
penjelasan awal kepada siswa
2. Baiknya guru ketika mengamati
diskusi siswa
3. Strategi guru ketika mengajak siswa
menyusun kriteria diskusi
4. Baiknya pengamatan guru ketika
mengamati jalannya diskusi
5. Baiknya pengarahan guru kepada
siswa untuk melaksanakan diskusi
6. Baiknya ajakan guru agar siswa ikut
dalam menyimpulkan hasil diskusi
7. Baiknya cara guru untuk menutup
pembelajaran
87
Lampiran 4
Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa yang
Dikembangkan Peneliti
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan 6
2. Ucapan 8
3. Nada dan Irama 6
4. Kosakata/diksi 10
5. Stuktur kalimat yang digunakan 10
B Nonkebahasaan
1. Kelancaran (tidak terbata-bata, jelas
mengucapkan kata-perkata)
10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. Keramahan 8
5. Sikap (tidak kaku dan tenang) 6
Skor Maksimal 100
(Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Maidar dan Umi Faizah)
88
Lampiran 5
KKM Bahasa Indonesia Untuk SMKKelas X Semester 1
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL
( KKM )
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
Satuan Pendidikan : SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Tahun Pelajaran : 2017-2018
KKM : 80
KOMPETENSI DASAR
DAN INDIKATOR
STANDAR KRITERIA KETUNTASAN
MINIMAL
Kriteria Penetapan Ketuntasan
Nilai
KKM % Kompleksitas Daya
Dukung Intake
STANDAR KOMPETENSI
Mendengarkan
1. Memahami siaran atau cerita
yang disampaikan secara
langsung /tidak langsung
1.1. Menanggapi siaran atau
informasi dari media elektronik
(berita dan nonberita)
80
80
80
80
1.2. Mengidentifikasi unsur sastra
(intrinsik dan ekstrinsik) suatu
cerita yang disampaikan secara
langsung/ melalui rekaman
82
82
80
81
STANDAR KOMPETENSI
Berbicara
2. Mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi melalui
kegiatan berkenalan, berdiskusi,
dan bercerita
2.1. Memperkenalkan diri dan
89
orang lain di dalam forum
resmi dengan intonasi yang
tepat
80
80
80
80
2.2. Mendiskusikan masalah (yang
ditemukan dari berbagai berita,
artikel, atau buku)
83 82 81 82
2.3. Menceritakan berbagai
pengalaman dengan pilihan
kata dan ekspresi yang tepat
80
80
80
80
STANDAR KOMPETENSI
Membaca
3. Memahami berbagai teks
bacaan nonsastra dengan
berbagai teknik membaca
3.1. Menemukan ide
pokok berbagai teks nonsastra
dengan teknik membaca cepat
(250 kata/menit)
84 82 81 82
3.2. Mengidentifikasi ide pokok teks
nonsastra dari berbagai sumber
melalui teknik ekstensif
80
80
82
81
STANDAR KOMPETENSI
Menulis
4. Mengungkapkan informasi
dalam berbagai bentuk paragraf
(naratif, deskriptif, ekspositif)
4.1. Menulis gagasan dengan
menggunakan pola urutan
waktu dan tempat dalam
bentuk paragraf naratif
80 80 80 80
4.2. Menulis hasil observasi dalam
bentuk paragraf deskriptif 80 80 80 80
4.3. Menulis gagasan secara logis
dan sistematis dalam bentuk
ragam paragraf ekspositif
80
80
82
81
STANDAR KOMPETENSI
Mendengarkan
5. Memahami puisi yang
disampaikan secara langsung/
tidak langsung
5.1. Mengidentifikasi unsur-unsur
bentuk suatu puisi yang
disampaikan secara langsung
ataupun melalui rekaman
80
82
80
81
5.2. Mengungkap kan isi suatu puisi
90
yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui
rekaman
80
84
82
80
STANDAR KOMPETENSI
Berbicara
6. Membahas cerita pendek melalui
kegiatan diskusi
6.1. Mengemukakan hal-hal yang
menarik atau mengesankan dari
cerita pendek melalui kegiatan
diskusi
80
80
80
80
6.2. Menemukan nilai-nilai cerita
pendek melalui kegiatan
diskusi
80 80 80 80
STANDAR KOMPETENSI
Membaca
7. Memahami wacana sastra
melalui kegiatan membaca puisi
dan cerpen
7.1. Membacakan puisi dengan
lafal, nada, tekanan, dan
intonasi yang tepat
80
82
80 81
7.2. Menganalisis keterkaitan unsur
intrinsik suatu cerpen dengan
kehidupan sehari-hari
80 80 80 80
STANDAR KOMPETENSI
Menulis
8. Mengungkapkan pikiran, dan
perasaan melalui kegiatan
menulis puisi
8.1. Menulis puisi lama dengan
memperhatikan bait, irama,
dan rima
80 80 80 80
8.2. Menulis puisi baru dengan
memperhatikan bait, irama,
dan rima
80
80
80
80
KKM RATA-RATA MATA
PELAJARAN BAHASA
INDONESIA
80
91
92
Lampiran 6
Perbandingan Perolehan Nilai Keterampilan Berbicara
No Nama Nilai
(Inisial) Pratindakan Siklus 1 Siklus II
1 AAA 60 80 87
2 ARD 57 71 82
3 AA 63 81 86
4 ANS 81 88 92
5 GP 58 69 78
6 KM 60 71 83
7 LN 67 75 85 √
8 LAM 74 83 90 √
9 MRH 61 69 81 √
10 SRI 60 70 87 √
Jumlah 641 757 851
Nilai Tertinggi 81 88 92
Nilai Terendah 57 69 78
Rata-rata 64,1 75,7 85,1
Presentase Kelulusan
10% 40% 90%
93
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMK Nusantara 02 Kesehatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X / 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
Standar Kompetensi : 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara
Lisan dalam diskusi dan bermain drama.
Kompetensi Dasar : 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan
yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata
dan santun berbahasa.
A. Indikator
6.1.1 Mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan
memperhatikan pilihan kata.
6.1.2 Mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan
memperhatikan bahasa yang santun.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan LKS,
siswa dapat mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dengan benar
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan LKS,
siswa dapat mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan bahasa yang santun secara benar.
C. Materi (terlampir)
D. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : Think Pair Share
94
2. Metode : Tanya jawab, inkuiri, diskusi, pemodelan,penugasan.
E. Langkah – langkah Kegiatan
Pertemuan pertama (2 X 35 menit)
No. Kegiatan Alokasi
Waktu
1.
Pendahuluan
a. Apersepsi:
1) Guru membuka pelajaran, mengabsen
peserta didik, dan menyampaikan kegiatan
yang akan dilakukan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
3) Guru menyampaikan cakupan materi yang
akan dipelajari.(empati)
b. Motivasi :
Guru menjelaskan tentang manfaat dan
pentingnya mempelajari materi ini.
5 menit
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi :
1) Guru menjelaskan materi tentang persoalan
teks faktual tentang sampah.
2). Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok.
3). Guru memberikan teks tentang sampah
kepada setiap kelompok untuk berdiskusi
menanggapi atau memberikan tanggapan.
b. Elaborasi :
1) Peserta didik berdiskusi dengan teman
kelompoknya.
2) Peserta didik secara bergantian maju
55 menit
95
kedepan untuk mempresentasikan hasil
diskusi dengan teman kelompoknya.
3) Peserta didik lain memperhatikan
kemudian memberikan masukan/tanggapan.
c. Konfirmasi :
1) Guru memberi penilaian positif terhadap
aktifitas peserta didik.
2) Guru memotivasi peserta didik untuk giat
belajar menanggapi persolan faktual.
Penutup
a. Guru dengan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Refleksi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
10 menit
F. Media
1. Buku panduan belajar siswa
G. Alat
1. Whiteboard
2. Spidol
3. Laptop
4. Proyektor
H. Sumber Pembelajaran
1. Bahasa Indonesia, SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas X, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016, Edisi Revisi.
96
I. Penilaian Hasil Belajar
Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan 6
2. Ucapan 8
3. Nada dan Irama 6
4. Kosakata/diksi 10
5. Stuktur kalimat yang digunakan 10
B Nonkebahasaan
1. Kelancaran 10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. Keramahan 8
5. Sikap 6
Skor Maksimal 100
(Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Maidar dan
Umi Faizah)
Rentan Nilai Kriteria Penilaian
81 100% Baik Sekali
61 80% Baik
41 60% Cukup
21 40% Kurang
≥ 21% Kurang Sekali
97
98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan (1)
Nama Sekolah : SMK Nusantara 02 Kesehatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X / 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
Standar Kompetensi : 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
melaluikegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita
Kompetensi Dasar : 2.1 Memperkenalkan diri dan orang lain di dalam
forumresmi dengan intonasi yang tepat
A. Indikator
1. Mengidentifikasi unsur-unsur perkenalan
2. Memahami teknik berkenalan di forum resmi
3. Memperkenalkan diri dan orang lain di forum resmi
4. Memperbaiki kalimat perkenalan yang disampaikan teman
B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur-unsur perkenalan
dengan teliti.
2. Dengan rasa ingin tahu peserta didik memahami teknik berkenalan di
forumresmi
3. Peserta didik menunjukkan kesalahan kalimat perkenalan yang disampaikan
temandengan jujur dan memperbaikinya.
C. Materi (terlampir)
1. Unsur-unsur perkenalan
99
2. Teknik berkenalan di forum resmi.
D. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : Think PairShare
2. Metode : Tanya jawab, inkuiri, diskusi, pemodelan,penugasan
E. Langkah – langkah Kegiatan
Pertemuan pertama (2 X 35 menit)
No. Kegiatan Alokasi
Waktu
1.
Pendahuluan
a. Apersepsi:
1) Guru membuka pelajaran, mengabsen
peserta didik, dan menyampaikan kegiatan
yang akan dilakukan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
3) Guru menyampaikan cakupan materi yang
akan dipelajari.(empati)
b. Motivasi :
Guru menjelaskan tentang manfaat dan
pentingnya mempelajari materi ini.
5 menit
100
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi :
1) Guru menjelaskan ciri-ciri orang yang
terampil berbicara dengan baik dan hal yang
perlu dipersiapkan dalam berbicara.
2. Guru menjelaskan model pembelajaraan
kooperatif think pair share dan menjelaskan
langkah-langkah berbicara melalui model
pembelajaraan kooperatif think pair share
3) Guru memberi contoh atau memutar video
tentang memperkenalkan diri.
4) Peserta didik memperhatikan dengan
saksama.
b. Elaborasi :
Setelah melihat dan mendengarkan contoh
memperkenalkan diri,
1) Peserta didik berpasangan dengan teman
semeja.
2) Peserta didik mendiskusikan unsur-unsur
dalam suatu perkenalan.
3) Peserta didik mendiskusikan teknik-teknik
dalam memperkenalkan diri/orang lain di
forum resmi.
4) Guru menunjuk peserta didik secara acak
untuk menyampaikan hasil diskusi di depan
kelas.
5) Peserta didik lain memperhatikan
kemudian memberikan masukan/tanggapan.
c. Konfirmasi :
1) Guru memberi penilaian positif terhadap
55 menit
101
aktifitas peserta didik.
2) Guru memotivasi peserta didik untuk
mempelajari cara memperkenalkan diri atau
orang lain di forum resmi.
Penutup
a. Guru dengan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Refleksi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
10 menit
F. Media
1. Buku panduan belajar siswa
G. Alat
1. Whiteboard
2. Spidol
3. Laptop
4. Proyektor
H. Sumber Pembelajaran
1. Bahasa Indonesia, SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas X, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016, Edisi Revisi.
102
I. Penilaian Hasil Belajar
Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan 6
2. Ucapan 8
3. Nada dan Irama 6
4. Kosakata/diksi 10
5. Stuktur kalimat yang digunakan 10
B Nonkebahasaan
1. Kelancaran 10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. Keramahan 8
5. Sikap 6
Skor Maksimal 100
(Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Maidar dan
Umi Faizah)
Rentan Nilai Kriteria Penilaian
81 100% Baik Sekali
61 80% Baik
41 60% Cukup
21 40% Kurang
≥ 21% Kurang Sekali
103
104
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMK Nusantara 02 Kesehatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X / 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
Standar Kompetensi : 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
melaluikegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita
Kompetensi Dasar : 2.1 Memperkenalkan diri dan orang lain di dalam
forumresmi dengan intonasi yang tepat
A. Indikator
1. Mengidentifikasi unsur-unsur perkenalan
2. Memahami teknik berkenalan di forum resmi
3. Memperkenalkan diri dan orang lain di forum resmi
4. Memperbaiki kalimat perkenalan yang disampaikan teman
B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur-unsur perkenalan
dengan teliti.
2. Dengan rasa ingin tahu peserta didik memahami teknik berkenalan di
forum resmi
3. Peserta didik menunjukkan kesalahan kalimat perkenalan yang disampaikan
temandengan jujur dan memperbaikinya.
C. Materi (terlampir)
1. Unsur-unsur perkenalan
2. Teknik berkenalan di forum resmi.
105
D. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : Think PairShare
2. Metode : Tanya jawab, inkuiri, diskusi, pemodelan,penugasan
E. Langkah – langkah Kegiatan
Pertemuan pertama (2 X 35 menit)
No. Kegiatan Alokasi
Waktu
1.
Pendahuluan
a. Apersepsi:
1) Guru membuka pelajaran, mengabsen
peserta didik, dan menyampaikan kegiatan
yang akan dilakukan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
3) Guru menyampaikan cakupan materi yang
akan dipelajari.(empati)
b. Motivasi :
Guru menjelaskan tentang manfaat dan
pentingnya mempelajari materi ini.
5 menit
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi :
1) Siswa berpasangan dengan teman semeja
untuk mengidentifikasi butir-butir penting
dalam tuturan perkenalaan diri.
2. Guru menjelaskan tentang aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan yang menjadi
fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
3) Guru mencontohkan bagaimana menjadi
seorang moderator yang baik dengan
55 menit
106
menggunakan bahasa yang sopan.
4) Peserta didik memperhatikan dengan
saksama.
b. Elaborasi :
1) Peserta didik mendiskusikan unsur-unsur
penting dalam suatu perkenalan.
3) Peserta didik mendiskusikan teknik-teknik
dalam memperkenalkan diri/orang lain di
forum resmi.
4) Guru menunjuk peserta didik secara acak
untuk menyampaikan hasil diskusi di depan
kelas sekaligus berlatih menjadi seorang
moderator.
5) Peserta didik lain memperhatikan
kemudian memberikan masukan/tanggapan.
c. Konfirmasi :
1) Guru memberi penilaian positif terhadap
aktifitas peserta didik.
2) Guru memotivasi peserta didik untuk
mempelajari cara memperkenalkan diri atau
orang lain di forum resmi.
Penutup
a. Guru dengan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Refleksi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
10 menit
107
F. Media
1. Buku panduan belajar siswa
G. Alat
1. Whiteboard
2. Spidol
3. Laptop
4. Proyektor
H. Sumber Pembelajaran
1. Bahasa Indonesia, SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas X, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016, Edisi Revisi.
II. Penilaian Hasil Belajar
Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan 6
2. Ucapan 8
3. Nada dan Irama 6
4. Kosakata/diksi 10
5. Stuktur kalimat yang digunakan 10
B Nonkebahasaan
1. Kelancaran 10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. Keramahan 8
5. Sikap 6
Skor Maksimal 100
(Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Maidar dan
Umi Faizah)
108
109
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMK Nusantara 02 Kesehatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X / 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
Standar Kompetensi : 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
melaluikegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita
Kompetensi Dasar : 2.1 Memperkenalkan diri dan orang lain di dalam
forumresmi dengan intonasi yang tepat
A. Indikator
1. Mengidentifikasi unsur-unsur perkenalan
2. Memahami teknik berkenalan di forum resmi
3. Memperkenalkan diri dan orang lain di forum resmi
4. Memperbaiki kalimat perkenalan yang disampaikan teman
B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur-unsur perkenalan
dengan teliti.
2. Dengan rasa ingin tahu peserta didik memahami teknik berkenalan di
forum resmi
3. Peserta didik menunjukkan kesalahan kalimat perkenalan yang disampaikan
temandengan jujur dan memperbaikinya.
C. Materi (terlampir)
1. Unsur-unsur perkenalan
2. Teknik berkenalan di forum resmi.
110
D. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : Think Pair Share
2. Metode : Tanya jawab, inkuiri, diskusi, pemodelan,penugasan
E. Langkah – langkah Kegiatan
Pertemuan pertama (2 X 35 menit)
No. Kegiatan Alokasi
Waktu
1.
Pendahuluan
a. Apersepsi:
1) Guru membuka pelajaran, mengabsen
peserta didik, dan menyampaikan kegiatan
yang akan dilakukan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
3) Guru menyampaikan cakupan materi yang
akan dipelajari.(empati)
b. Motivasi :
Guru menjelaskan tentang manfaat dan
pentingnya mempelajari materi ini.
5 menit
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi :
1) Siswa berpasangan dengan teman semeja
untuk mempersipakan menjadi seorang
moderator dan narasumber di depan kelas.
2. Guru meminta seluruh kelompok untuk
maju kedepan secara bergantian memjadi
seorang moderator dan narasumber.
b. Elaborasi :
1) Peserta didik mempersiapkan hal-hal yang
55 menit
111
perlu diperhatikan untuk menjadi moderator
dan narasumber.
2) Peserta didik secara bergantian maju
kedepan untuk menjadi seorang moderator
dan narasumber.
3) Peserta didik lain memperhatikan
kemudian memberikan masukan/tanggapan.
c. Konfirmasi :
1) Guru memberi penilaian positif terhadap
aktifitas peserta didik.
2) Guru memotivasi peserta didik untuk
mempelajari cara memperkenalkan diri atau
orang lain di forum resmi.
Penutup
a. Guru dengan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Refleksi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
10 menit
F. Media
1. Buku panduan belajar siswa
G. Alat
1. Whiteboard
2. Spidol
3. Laptop
4. Proyektor
112
H. Sumber Pembelajaran
1. Bahasa Indonesia, SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas X, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016, Edisi Revisi.
I. Penilaian Hasil Belajar
Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan 6
2. Ucapan 8
3. Nada dan Irama 6
4. Kosakata/diksi 10
5. Stuktur kalimat yang digunakan 10
B Nonkebahasaan
1. Kelancaran 10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. Keramahan 8
5. Sikap 6
Skor Maksimal 100
(Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Maidar dan
Umi Faizah)
113
114
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMK Nusantara 02 Kesehatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X / 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
Standar Kompetensi : 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara
Lisan dalam diskusi dan bermain drama.
Kompetensi Dasar : 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan
yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata
dan santun berbahasa.
A. Indikator
6.1.1 Mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan
memperhatikan pilihan kata.
6.1.2 Mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan
memperhatikan bahasa yang santun.
B. Tujuan Pembelajaran
3. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan LKS,
siswa dapat mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dengan benar
4. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan LKS,
siswa dapat mengritik persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan bahasa yang santun secara benar.
C. Materi (terlampir)
D. Model dan Metode Pembelajaran
3. Model : Think Pair Share
4. Metode : Tanya jawab, inkuiri, diskusi, pemodelan,penugasan.
115
E. Langkah – langkah Kegiatan
Pertemuan pertama (2 X 35 menit)
No. Kegiatan Alokasi
Waktu
1.
Pendahuluan
a. Apersepsi:
1) Guru membuka pelajaran, mengabsen
peserta didik, dan menyampaikan kegiatan
yang akan dilakukan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
3) Guru menyampaikan cakupan materi yang
akan dipelajari.(empati)
b. Motivasi :
Guru menjelaskan tentang manfaat dan
pentingnya mempelajari materi ini.
5 menit
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi :
1) Guru menjelaskan materi tentang persoalan
teks faktual tentang longsor.
2). Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok.
3). Guru memberikan teks tentang longsor.
kepada setiap kelompok untuk berdiskusi
menanggapi atau memberikan tanggapan.
b. Elaborasi :
1) Peserta didik berdiskusi dengan teman
kelompoknya.
2) Peserta didik secara bergantian maju
kedepan untuk mempresentasikan hasil
diskusi dengan teman kelompoknya.
55 menit
116
3) Peserta didik lain memperhatikan
kemudian memberikan masukan/tanggapan.
c. Konfirmasi :
1) Guru memberi penilaian positif terhadap
aktifitas peserta didik.
2) Guru memotivasi peserta didik untuk giat
belajar menanggapi persolan faktual.
Penutup
a. Guru dengan peserta didik bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Refleksi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
10 menit
F. Media
1. Buku panduan belajar siswa
G. Alat
1. Whiteboard
2. Spidol
3. Laptop
4. Proyektor
H. Sumber Pembelajaran
1. Bahasa Indonesia, SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas X, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016, Edisi Revisi.
117
I. Penilaian Hasil Belajar
Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
A. Kebahasaan
1. Tekanan 6
2. Ucapan 8
3. Nada dan Irama 6
4. Kosakata/diksi 10
5. Stuktur kalimat yang digunakan 10
B Nonkebahasaan
1. Kelancaran 10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. Keramahan 8
5. Sikap 6
Skor Maksimal 100
(Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Maidar dan
Umi Faizah)
Rentan Nilai Kriteria Penilaian
81 100% Baik Sekali
61 80% Baik
41 60% Cukup
21 40% Kurang
≥ 21% Kurang Sekali
118
119
Lampiran 8
Teks Faktual tentang Sampah
SAMPAH
Andaikan sampah yang ada di dunia ini tidak dikelola dengan baik, tentunya
bumi yang kita cintai ini akan tertutup oleh sampah.
Di mana-mana ada sampah, misalnya di sekitar rumah, di kelas, di jalan raya,
dipertokoan, bahkan di dekatmu sekarang ini mungkin juga ada sampah. Sampah
tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari karena setiap kegiatan manusia
selalu menghasilkan sampah. Jika kamu pergi ke tempat pembuangan sampah,
mungkin kamu akan menutup hidungmu karena baunya busuk. Memang benar,
sampah yang sudah membusuk berbau tidak enak. Tempat sampah kelihatan jorok
dan menjijikkan.
Tempat sampah dihinggapi lalat-lalat yang beterbangan ke sana kemari
mencari makan. Tempat pembuangan sampah yang kotor merupakan sumber dari
berbagai penyakit. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mengotori udara
dan menimbulkan bau busuk. Sampah yang membusuk di dekat sumur dapat
mengakibatkan air sumur menjadi keruh dan berbau busuk sehingga tidak baik untuk
diminum.
Sampah yang dibuang ke sungai atau got dapat menimbulkan banjir karena
sampah tersebut dapat menyumbat aliran air sungai. Memang sampah sangat
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, jika tidak dikelola dengan baik.
Sebaliknya sampah yang dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan
menguntungkan bagi manusia dan lingkungan.
Sumber: Gaul, edisi September 2005
120
Lampiran 9
Teks Faktual tentang Longsor
LONGSOR
Di indonesia sering terjadi bencana tanah longsor, dikarenakan perubahan
cuaca atau iklim di Indonesia seperti halnya musim kemarau yang panjang dan
disusul dengan musim hujan yang tidak ada hentinya. Salah satu faktor penyebab
iklim musim di Indonesia ini juga pola hidup manusia yang melebihi kemampuan
alam dan perubahan arah angin yang melintasi Indonesia. Rotasi bumi dan revolusi
bumi juga mempengaruhi perubahan iklim khususnya di Indonesia. Bentuk
permukaan Bumi khususnya di Indonesia yang banyak pegunungan ini juga menjadi
salah satu faktor penyebab longsor.
Akibat dari kejadian tersebut terjadi pengembangan rongga-rongga dalam
tanah yang luar biasa, sehingga mengakibatkan banjir dimana-mana. Bermula
dari tanah merekah di musim kering itu, air hujan akan masuk dan terakumulasi di
bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Selain itu sudut lereng
yang terjal atau mencapai kemiringan sekitar 150 hingga 180 derajat dapat
menyebabkan kerusakan tanah karena adanya longsor. Tentu akibat paling pahit akan
dialami oleh orang yang tinggal di sekitarnya.
Pengertian Longsor sendiri adalah sebuah peristiwa geologi yang biasa terjadi
karena pergerakan tanah dengan berbagai tipe dan jenis yang bermacam – macam.
Salah satu contoh jenisnya seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar di tanah.
Dilihat secara umum kejadian tanah longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
pemicu dan faktor pendorong.
Faktor yang mempengaruhi kondisi material itu sendiri disebut faktor
pendorong. Sedangkan faktor yang menyebabkan bergeraknya material disebut
faktor pemicu. Meskipun penyebab utama kejadian longsor adalah gravitasi yang
mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada beberapa faktor lainnya yang
juga berpengaruh, diantaranya sebagai berikut :
121
Getaran dari sebuah mesin, penggunaan bahan – bahan peledak dan petir.
Bencana seperti halnya jenis-jenis gempa bumi kecil atau besar juga
menyebabkan longsor, karena getarannya terjadi tekanan pada partikel-partikel
mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan
longsornya lereng.
Hujan lebat, mengakibatkan saturasi memperlemah lereng dari bebatuan dan
tanah.
Bencana ini dapat terjadi pula jika gaya pendorong pada bagian lereng lebih
besar daripada gaya penahan. Hal tersebut diakibatkan oleh besarnya sudut
kemiringan lereng, berat jenis tanah batuan, air, serta beban. Tanah Longsor yang
sering terjadi tersebut biasanya disebabkan karena bebatuan yang sudah mulai rapuh
dan kepadatan tanah yang sudah berkurang karena penahan tanah sudah tidah ada,
seperti halnya pohon dan tumbuhan lain. Semua ini bermula ketika musim kering
yang panjang, pada saat itu terjadi penguapan air tanah dalam jumlah yang besar. Hal
tersebut karena masuknya air kedalam pori-pori Tanah yang tadinya mengembang
karena kemarau panjang. Walaupun dalam jangka pendek tindak menimbulkan efek
negatif, namun lambat tahun dan ketika musim hujan hadir akan menimbulkan
bencana alam.
122
Lampiran 10
Surat Bimbingan Skripsi
123
Lampiran 11
Surat Keterangan
telah melakukan penelitian di SMK Nusantara 02 Kesehatan Ciputat-
Tangerang Selatan
124
Lampiran 12
Surat Permohonan Izin Penelitian
125
Lampiran 13
Foto-foto kegiatan pembelajaran
126
127
128
129
Lampiran 14
Biodata Penulis
Muhamad Khoerul Umam,
selanjutnya kita sebut penulis lahir di
Bogor, pada tanggal 01 Januari 1995,
putra kelima dari pasangan Atje
Djunaedi, S.Pd.I dan Lilis Suryati.
Pada tahun 2001-2006 penulis
mengenyam pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri Cibening 03Pamijahan
Kabupaten Bogor.
Penulis melanjutkan pendidikan
di Sekolah Menengah Pertama pada
tahun 2007-2009 di SMP Islam Ibnu
Sina. Setelah itu melanjutkan
pendidikan menengah atas pada tahun
2010-2012 di Madrasah Aliyah Al-
Amin Kabupaten Bogor.
Selanjutnya penulis meneruskan
studi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakartadengan memilih jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI) melalui jalur
mandiri.
Memasuki dunia perkuliahan,
penulis bergabung disalah satu
organisasi ekstra maupun intra
kampus diantaranya HMI dan HMJ
PBSI sebagai ketua bidang seniora.
Selain aktif di kampus, kesibukan lain
juga dijalani sekarang ialah menjadi
guru di SMK Nusantara 02 Kesehatan
Ciputat-Tangerang Selatan.
Demikian deskripsi singkat tentang penulis, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.