MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

105
HUBUNGAN KADAR GARAM MASAKAN RUMAH DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI CIPUTAT TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) Oleh: MUHAMAD NURCHOYIN NIM: 1110104000039 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

Transcript of MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

Page 1: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

HUBUNGAN KADAR GARAM MASAKAN RUMAH DENGAN

PROFIL TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI

CIPUTAT TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh:

MUHAMAD NURCHOYIN

NIM: 1110104000039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf
Page 3: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, June 2014

Muhamad Nurchoyin, NIM: 1110104000039

The Relationship Salt Levels in Home Cooking and Blood Pressure Profiles

Housewife in East Ciputat.

xviii + 75 pages + 14 tables + 6 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

Hypertension is a major health problem recently. Incident of hypertension has

increase every year. The prevalence of hypertension patients aged more than 25

years reach 40%. The number of uncontrolled hypertension rose from 600 million

in 1980 to nearly 1 billion in 2008. Increased blood pressure may cause 7.5

million or 12,8% of all deaths. Hypertension is associated with the salt closely.

High salt intake is a major cause of increased blood pressure and a reduction in

salt intake (9-12 g / day) to the recommended level (<5g/hari) can lower blood

pressure. This study is a descriptive quantitative study wich is to determine the

levels of salt in home cooking and blood pressure profiles housewife in East

Ciputat. Data collection was conduction on 47 respondents using Tanita Salt

Meter Digital as research instrument. The results showed that the blood pressure

profile of respondents tends to rise, which contained 44.7% of respondents have

hypertension, and the majority of Betawi, Javanese, and Sundanese Ethnica have

home cooking salinity > 1.2%. Respondents with levels of salt in home cooking

<0.8% had normal blood pressure profile, respondents with higher levels of salt in

home cooking 0.9-1.1% had hypertension (54.55%), and the levels of salt in

cooking > 1.2% had hypertension as much as 76.2% of respondent. The study

obtained that there isi strong positive relation between the salt levels in home

cooking and blood pressure profiles, which r value is 0.592 and p value is 0.000 at

α=0.01 in Spearman's rho test.

Key Word: Salt, Salinity, Blood Pressure, Hypertension.

References : 70 (`1989-2014)

Page 4: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2014

Muhamad Nurchoyin, NIM: 1110104000039

Kadar Garam Masakan Rumah dan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah

Tangga di Ciputat Timur.

xviii + 75 halaman + 14 tabel + 6 Bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini. Setiap tahun hipertensi

selalu mengalami peningkatan. Secara global prevalensi kenaikan pasien

hipertensi usia lebih dari 25 tahun mencapai 40%. Jumlah pasien hipertensi yang

tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 milyar

pada tahun 2008. Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta

kematian atau menyumbang sekitar 12,8% dari total semua kematian. Hipertensi

ini sangat erat kaitannya dengan garam. Asupan tinggi garam adalah penyebab

utama peningkatan tekanan darah dan pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke

tingkat yang direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif untuk meneliti kadar

garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah ibu rumah tangga Ciputat

Timur tahun 2014, denga menggunakan alat Tanita Salt Meter Digital. Responden

berjumlah 47 orang yang diambil secara sampling kuota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat hubungan positif yang kuat antara

kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung

0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji Spearman's rho.

Kata Kunci: Garam, Kadar Garam dalam Masakan, Profil Tekanan Darah,

Hipertensi.

Daftar Bacaan: 70 (1989-2014)

Page 5: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf
Page 6: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf
Page 7: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf
Page 8: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MUAHAMAD NURCHOYIN

Tempat, tanggal Lahir : Martapura, 11 Agustus 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Kota baru Martapura Kabupaten OKU Timur

Prov. Sumatera Selatan Kode Pos 32161

Hp : +6281909970300

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. SDN 149 OKU 1998-2004

2. MTs Nurul Huda Sukaraja Buay Madang 2004-2007

3. MA Nurul Huda Sukaraja Buay Madang 2007-2010

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang

Page 9: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah...... dengan Ridho-Mu ya Allah Skripsi ini telah selesai, sebuah langkah untuk menaiki

tangga cita-cita. Ini adalah langkah awalku untuk meuju Ridhomu Ya Robb.

Ummy.... Aby.....

Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang Aby dan Ummy

Setulus hatimu Ummy, searif arahanmu Aby...

Do’amu hadirkan keridhoan untukku, petuahmu tunjukkan jalanku

Pelukmu berkahi hidupku, di antara perjuangan dan tetesan doa malammu

Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju dari depan yang cerah

Kini diriku tealh selesai dalam menempuh satu langkah dalam studiku

Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhoaan-Mu ya Allah,

Kupersembahkan skripsi ini untuk yang termulia Ummy dan Aby...

Ummy... Aby.. Kaka-kakaku dan Adik-Adikku...

Terimakasih atas cintanya, semoga karya ini dapat mengobati beban kalian walu hanya sejenak,

semua jasa-jasa kalian tak kan dapat kulupakan.

Somoga Allah beserta kita semua

Sahabat-sahabatku...., Terimakasih.... Semoga persahaban kita menjadi persaudaraan yang abadi

selamanya, bersama kalian warna indah dalam hidupku, suka dan duka berbaur dalam kasih.

Serta terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu... Ku tak bisa membalsa budi dan

jasamu, hanya lantunan do’a semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu sebagai kereta

menuju surga-Nya.

Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua.

Amiin..

Page 10: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

x

KATA PENGANTAR

السالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته

Puji dan syukur kehadirat Al-Qowy, Dzat yang selalu memberikan rahmat,

hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya

penysusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Kadar Garam Masakan Rumah

dan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur” dapat

diselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Khotamul Anbiya’

wal Mursalin Muhammad Ibnu Abdilah SAW.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, ikhtiar dan do’a peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini jauh dari kata kesempurnaan dan banyak ditemukan

kekurangan yang mesti diperbaiki, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh

karena itu segala masukan dan saran yang membangun mengenai tulisan ini

sangat penulis harapkan.

Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberi bantuan, dorongan, dan do’a serta kerjasama. Penulis menyadari tidak

akan mampu membalas jasa-jasa tersebut, hanya lantuanan do’a semoga Ar-

Rahman memberikan balasan dengan khoirul-jaza yang dapat mengantarkan ke

pintu ridho dan Surga-Nya, terkhusus kepada:

1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xi

3. Kepada Orang tua tercinta ayahanda tercinta yang telah berpulang ke

rhamatullah Alm. Suparman ghofarullauhulahu, dan Ibunda Suwarni

yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan

perkuliahan dan tugas akhir ini.

4. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M. Kep. dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku

dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar

memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis

selama perkuliahan hingga penyususnan skripsi ini.

5. Bapak H. Alex Noerdin Gubernur Sumatera Selatan yang dengan

komitmennya telah mengantarkan penulis sampai ke pintu akhir

pendidikan akademik.

6. Seluruh Dosen staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakrta yang telah memberikan banyak kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Bpk. M. Napis selaku Pengurus TPA Musholla Ar-rahmah yang

telah memberikan arahan dan bantuan dalam melakuakan pengambilan

data dan penyusunan skripsi.

8. Kepada Seluruh Jama’ah Musholla Ar-Rahmah yang telah memberikan

bantuan, inspirasi, dan do’a dalam menyelesaikan penysusunan skripsi ini.

9. Kepada seluruh Keluarga PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, terkhusus

teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angakatan

2010, yang telah membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam

mencapai cita-cita.

Page 12: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xii

10. Kepada teman-teman seperjuangan Santri jadi Dokter Sumatera Selatan

(SJDSS), terkhsusus kepada (Tiga Serangkai) Program Studi Ilmu

Keperawatan: Saya, Rosi Pratiwi, dan Rustiana.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis

berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penulis khusunya.

والسالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته

Ciputat, Juni 2014

Muhamad Nurchoyin

Page 13: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xiii

DAFTAR ISI

Lembar Judul i

Pernyataan Keaslian Karya ii

Absrak iii

Pernyataan Persetujuan v

Lembar Pengesahan vi

Daftar Riwayat Hidup viii

Lembar Persembahan ix

Kata Pengantar x

Daftar Isi xiii

Daftar Tabel xvi

Daftar Bagan xvii

Daftar Lampiran xviii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Pertanyaan Penelitian 6

1.4 Tujuan Penelitian 7

1.4.1. Tujuan Umum 7

1.4.2. Tujuan Khusus 7

1.5 Manfaat Penelitian 7

1.5.1. Bagi Profesi Keperawatan 7

1.5.2. Bagi Bagi Masyarakat 7

1.5.3. Bagi Peneliti 8

1.5.4. Bagi Penelitian Lain 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 8

Halaman

Halaman

Page 14: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xiv

Bab II Tinjauan Pustaka 9

2.1 Garam 9

2.1.1 Definisi Garam 9

2.1.2 Manfaat Garam 10

2.1.3 Angka Kebutuhan Garam 12

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nafsu Makan 13

2.1.5 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam 14

2.2 Tekanan Darah 17

2.2.1 Definisi Tekanan Darah 17

2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah 17

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah 19

2.2.4 Fisiologi Tekanan Darah 20

2.2.5 Patofisiologi Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah 28

2.2.6 Upaya Pengurangan Konsumsi Garam 31

2.3 Penelitian Terkait 36

2.4 Kerangka Teori 41

BAB III Kerangka Konsep Dan Definisi Istilah 43

3.1 Kerangka Konsep 43

3.2 Definisi Operasional 44

BAB IV Metodologi Penelitian 48

4.1 Desain Penelitian 48

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 48

4.3 Populasi Dan Sampel 48

4.3.1 Populasi 48

Page 15: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xv

4.3.2 Sampel 49

4.4 Metode Pengumpulan Data Dan Prosedur Penelitian 51

4.4.1 Metode Pengumpulan Data 51

4.4.2 Alat Pengumpulan Data 52

4.4.3 Uji Validitas Reliabilitas Alat 53

4.4.4 Prosedur Penelitian 54

4.5 Pengolahan Data 55

4.6 Analisa Data 56

4.7 Etika Penelitian 56

BAB V Hasil 57

5.1 Karakteristik Responden 58

5.2 Kadar Garam dalam Masakan 58

5.3 Profil Tekanan Darah 60

5.4 Distribusi Frekuensi Suku Berdasarkan Kadar Garam dalam

masakan 61

5.5 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Garam

dalam Masakan 63

5.6 Analisa Hubungan kadar Garam dengan Tekanan Darah 63

BAB VI Pembahasan 65

BAB VII Penutup 74

7.1 Kesimpulan 74

7.2 Saran 75

Daftar Pustaka 76

Page 16: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam 14

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah 18

Tabel 2.3 Program Dan Metode Beberapa Guna Membatasi Intake Garam 34

Tabel 3.1 Definisi Operasional 45

Tabel 4.1 Interpretasi Hasil Tanita Salt Meter 51

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia 58

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingakt Pendidnikan 59

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdarkan Suku 60

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdarakan Kadar Garam

Dalam Masakan 60

Tabel 5.5 Distribsusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah 61

Tabel 5.6 Distribsui Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Usia 62

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Suku Berdarkan Kadar Garam Dalam

Masakan 62

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar

Gara dalam Masakan 63

Tabel 5.9 Asosiasi Kadar Garam dalam Masakan dengan Tekanan Darah 64

Halaman

Halaman

Page 17: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Sistem Renin-Angiotensin Aldosteron 26

Bagan 2.2 Mekanisme Tekanan Darah 27

Bagan 2.3 Pengaruh Garam Berlebih Terhadap Tekanan Darah 31

Bagan 2.4 Kerangka Teori 42

Bagan 3.1 Kerngka Konsep 44

Bagan 4.1 Alur Penelitian 54

DAFTAR LAMPIRAN

Page 18: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

xviii

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data dan penelitian

Lampiran 3 Lembar Informed Concent

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Reliabilitas Instrumen

Lampiran 5 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 6 Data Hasil Penelitain

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik

Page 19: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat

mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai jaringan tubuh

manusia untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi

kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana

pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh

(Gunawan, 2007).

Gunawan (2007) menyebutkan tekanan darah manusia dapat digolongkan

menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah (hipotensi) yang timbul

akibat penurunan curah jantung atau penurunan retensi perifer, tekanan darah

normal (normotensi), dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Baradero, dkk.

(2005) menjelaskan hipotensi adalah penurunan tekanan darah yang terjadi saat

kondisi kegawatdaruratan, seperti perdarahan, tidak adekuatnya penggantian

cairan tubuh hilang, pneumotoraks, vasodilatasi yang disebabkan oleh obat atau

anestesia, dan emboli paru. Sedangkan hipertensi adalah keadaan meningkatnya

tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan/atau diastolik lebih besar

dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang (Depkes, 2007).

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO, 2013)

menyebutkan, hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini. Setiap

tahun penyakit hipertensi selalu mengalami peningkatan. Secara global

Page 20: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

2

prevalensi kenaikan pasien hipertensi usia lebih dari 25 tahun mencapai 40%

dan jumlah pasien hipertensi yang tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada

tahun 1980 menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008. Peningkatan pasien

hipertensi tertinggi terjadi di Negara Afrika yang mencapai 46% dan

peningkatan kejadian hipertensi terendah terdapat di Amerika Serikat sebesar

35%.

Prevalensi pasien hipertensi di Indonesia sebanyak 31,7% orang, dimana

hipertensi saat ini tidak hanya dialami oleh orang tua, namun juga dialami oleh

remaja dengan penderitanya berusia mulai 18 tahun ke atas (Depkes, 2007).

Tahun 2006, hipertensi menduduki urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada

pasien rawat jalan, setelah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

dengan jumlah pasien mencapai 4, 67 %, dan hipertensi menjadi penyebab

kematian nomor dua di Indonesia setelah stroke (Depkes, 2007). Tahun 2010,

hipertensi juga termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap di Rumah Sakit

dengan jumlah pasien mencapai 4, 81 % (Depkes, 2011).

Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian

atau menyumbang sekitar 12,8% dari total semua kematian. Peningkatan

tekanan darah juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung

koroner dan iskemik (45%), serta stroke hemoragik (51%) yang menjadi

pembunuh nomor satu di dunia saat ini. Tingkat tekanan darah telah terbukti

positif dan terus berhubungan dengan risiko stroke dan penyakit jantung

koroner. Dalam beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskular dua

kali lipat untuk setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah. Selain penyakit

jantung koroner dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah adalah

Page 21: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

3

gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan

retina dan gangguan penglihatan (WHO, 2013).

Hipertensi sangat erat kaitannya dengan garam (Appel, dkk. 2001),

(Roberts, 2001), (Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003),

(Cappuccio, dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (He dan

MacGregor, 2010). Asupan tinggi garam adalah penyebab utama peningkatan

tekanan darah dan pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang

direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah (He dan

MacGregor, 2010).

Hasil penelitian Sukarno, dkk., (2013) menunjukkan bahwa jumlah

penduduk dengan tekanan darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang

tinggal di dataran tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan dataran rendah

hanya 36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan hipertensi dengan sistole 45%

dan diastole 63,75% di dataran rendah yang lebih banyak mengkonsumsi garam

di bandingkan dengan dataran tinggi masing-masing 25% dan 27,5%.

Garam yang juga dikenal dengan garam dapur, merupakan senyawa ionik

yang terdiri atas ion Natrium dan Klorida, dengan rumus kimia NaCl (Caldwell,

dkk. 2004). Ion Natrium dan Klorida merupakan dua komponen yang sangat

dibutuhkan oleh sel dalam tubuh. Natrium adalah kation ekstra sel utama di

tubuh, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan, dan

sebagian kecil (sekitar 10- 14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel (Matfin and

Porth, 2009). Natrium berperan penting dalam osmolalitas plasma, memelihara

potensial membran dan konduksi saraf (Corwin, 2009), sehingga perubahan

Page 22: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

4

tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi

natrium (Darwis, dkk. 2008).

Saat seseorang mengkonsumsi garam dalam jumlah berlebih, garam tidak

akan mampu dieksresikan oleh tubuh dan menumpuk di dalam darah, jumlah

natrium yang terlalu banyak berdampak pada peningkatan penyerapan air yang

berakibat peningkatan viskositas darah (Sitepoe, 2009). Volume cairan tubuh

yang meningkat membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras

untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, tekanan darah

pun meningkat dan berakibat pada hipertensi (Sutomo, 2009).

Garam menjadi bahan tambahan yang hampir selalu digunakan dalam

membuat masakan. Rasa asin dalam garam menjadi salah satu sensasi dasar

yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai penyedap rasa dalam

masakan karena makanan tanpa dibubuhi garam akan terasa hambar (Caldwell,

dkk. 2004). Hal inilah yang menjadi faktor tingginya konsumsi garam oleh

penduduk dunia.

Data dari penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa populasi,

terlepas dari kondisi klinis mereka, mengkonsumsi 3400-5000 mg Natrium per

hari (Molina, dkk. 2003), (Khaw, dkk. 2004), (Ajani, dkk. 2005), (Corne'lio,

2008), (Brown, dkk. 2009), (Ferreira-Sae, dkk. 2009). Angka tersebut

merupakan tingkat konsumsi garam yang jauh melebihi tingkat yang

direkomendasikan saat ini, yaitu tidak lebih dari 2400 mg sodium (6 g garam)

per hari untuk masyarakat umum dan 1500 mg sodium (4 g garam) per hari bagi

penderita hipertensi (US Department of Health and Human Services dan US

Department of Agriculture, 2005); (WHO), 2006). Pada negara maju 75%

Page 23: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

5

garam yang dikonsumsi berasal dari makanan olahan dan makanan siap saji,

sedangkan negara berkembang konsumsi natrium kebanyakan berasal dari

garam yang ditambahkan di rumah dalam memasak dan garam meja atau

melalui bumbu seperti kecap (WHO, 2010).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi garam tinggi

sekitar 15 gram/hari (Depkes, 2013). Budaya yang menjadikan lidah

masyarakat Indonesia menyukai rasa asin melebihi kebutuhan tubuh,

menyebabkan menu masakan orang Indonesia cenderung memiliki kandungan

garam yang berlipat-lipat. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah banyak

orang saat ini cenderung meninggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas 2007 dan 2010) diketahui hampir seperempat (24,5 persen)

penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengonsumsi makanan asin setiap

hari, satu kali atau lebih (Depkes, 2013).

Studi Pendahulaun peneliti pada lima ibu rumah tangga di Jl. Jambu RT

002/RW 011, diperoleh bahwa setiap keluarga selalu menggunakan garam pada

setiap masakan seperti sayur tumis, sayur sop, dan digoreng, menaburkan garam

saat dalam proses memasak tanpa memperhitungkan jumlah garam secara rinci

hanya berdasarkan pada rasa asin di lidah, satu ibu rumah tangga dengan kadar

garam dalam masakan 0,6-0,8% memiliki tekanan darah 119/75 mmHg,

sedangkan dua ibu rumah tangga dengan kadar garam dalam masakan 0,9-1,1%

memiliki tekanan darah masing-masing 125/87 mmHg dan 143/85 mmHg, serta

2 ibu rumah tangga dengan kadar garam dalam masakan 1,2% memiliki tekanan

darah masing-masing 135/92 mmHg dan 145/90 mmHg.

Page 24: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

6

Berdasarkan uraian diatas rasa asin pada masakan yang disajikan oleh ibu

rumah tangga berbeda-beda, belum dibahas secara pasti kadar garam yang

tepat dalam masakan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Kadar garam dalam Masakan Rumah dengan

Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, perilaku ibu rumah

tangga dalam mengkonsumsi garam masih tinggi yang berisiko tinggi terhadap

kejadian hipertensi yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Melihat permasalahan yang ada, maka perlu adanya upaya penanggulangan

hipertensi, salah satunya dengan pembatasan konsumsi garam. Rasa merupakan

hal yang subyektif, sehingga mempengaruhi tingkat keasinan dan jumlah

garam yang dikonsumsi dalam makanan. Dalam upaya melaksanakan dan

mengevaluasi pembatasan konsumsi garam tersebut, perlu diketahui kadar

garam dalam masakan yang dikonsumsi oleh masyarakat terhadap tekanan

darah.

1.3 Pertanyaan Penelitan

Berdasarkan rumusan di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah:

1.3.1 Bagaimana karakteristik ibu rumah tangga Ciputat Timur

berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan suku?

1.3.2 Bagaimana gambaran profil tekanan darah ibu rumah tangga di

Ciputat Timur?

Page 25: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

7

1.3.3 Berapakah kadar garam dalam masakan rumah ibu rumah tangga

Ciputat Timur?

1.3.4 Apakah ada hubungan antara Kadar Garam dalam Masakan dengan

Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan rumah dengan

profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Mengidentifikasi karakteristik ibu rumah tangga Ciputat Timur

berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan suku.

1.4.2.2 Mengidentifikasi profil tekanan darah ibu rumah tangga di

Ciputat Timur.

1.4.2.3 Mengidentifikasi kadar garam dalam masakan rumah ibu

rumah tangga di Ciputat Timur.

1.4.2.4 Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara kadar garam

dalam masakan dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga

di Ciputat Timur.

Page 26: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

8

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Untuk Program Studi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk perkembangan ilmu

keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan Medikal Bedah,

sebagai upaya preventif terhadap hipertensi dan komplikasinya.

1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pendidikan tentang kadar garam dalam

masakan yang dikonsumsi.

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti

Proses penelitian ini menjadi wahana untuk belajar, berfikir kritis,

pengembanagan daya nalar dan pengaplikasian ilmu yang didapat

diperkuliahan.

1.5.4 Manfaat Bagi Penelitian Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dasar atau bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif dengan desain

studi cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar garam masakan rumah

dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur. Penelitian ini

akan dilakukan di wilayah Jalan Jambu RT 002/RW 011 Kelurahan Pisangan

Ciputat Timur tahun 2014. Populasi dan Informan adalah Ibu Rumah Tangga di

Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.

Page 27: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

"Perilaku" merupakan istilah umum yang menggambarkan dua hal yang

saling berhubugan antara rangsangan internal dan eksternal dengan perilaku

spesifik yang dapat diamati dari individu. Perilaku merupakan bagian (part of)

dari kebiasaan, dimana perilaku dan kebiasaan merupakan bagian (part of) dari

gaya hidup individu. Jadi gaya hidup dapat didefinisikan gambaran kebiasaan dan

perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu yang berhubungan dengan

promosi, perlindungan, atau pemeliharaan kesehatan (Carulla, dkk. 2013).

Data dari penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa populasi terlepas

dari kondisi klinis mereka, mengkonsumsi 3400-5000 mg sodium per hari

(Molina, dkk. 2003), (Khaw, dkk. 2004), (Ajani, dkk. 2005), (Corne'lio, 2008),

(Brown, dkk. 2009), (Ferreira-Sae, dkk. 2009). Angka tersrebut merupakan

tingkat konsumsi garam yang jauh melebihi tingkat yang direkomendasikan saat

ini, yaitu tidak lebih dari 2400 mg sodium (6 g garam) per hari untuk masyarakat

umum dan 1500 mg sodium (4 g garam) per hari bagi penderita hipertensi (US

Department of Health and Human Services dan US Department of Agriculture,

2005), (WHO, 2006).

2.1 Garam

2.1.1 Definisi Garam

Garam adalah senyawa ionik sederhana berbentuk padatan rapuh

dengan titik leleh 801 0C, terdiri dari unsur natrium dan klorida (NaCl),

yaitu bahan kimia yang berfungsi sebagai pemberi rasa asin (He dan

Page 28: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

10

MacGregor, 2010). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) garam adalah senyawa kristalin NaCl yang terdiri atas klorida dan

sodium, dan dapat larut di dalam air, serta memiliki rasa asin. Sedangkan

rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, seperti manis,

pahit, masam, asin terhadap indera pengecap, atau panas, dingin, dan nyeri

terhadap indra perasa. (setiwan, 2012).

2.1.2 Manfaat Garam

Garam dapur terdiri atas Ion Natrium dan Klorida (NaCl), yang

merupakan elektrolit penting dalam tubuh. Elektrolit berperan untuk

mempertahankan keseimbangan asam basa dan volume cairan tubuh.

Garam memiliki rasa asin yang digunakan sebagai penyedap rasa dalam

masakan. Selain itu, garam juga dimanfaatkan sebagai bahan pengawet

makanan (Caldwell, dkk. 2004).

a. Natrium

Natrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler.

Sebagai ion ekstraseluler utama di tubuh, natrium berperan penting

dalam mengontrol osmolalitas cairan ekstraseluler (Asmadi, 2008

dan Corwin, 2009). Natrium sebagian besar (98 persen)

direabsorbsi oleh ginjal pada tubulus renalis yang disesuaikan oleh

kebutuhan tubuh (Asmadi, 2008 dan Corwin, 2009), yang

bergantung pada ada atau tidaknya hormon aldosteron. Rangsangan

yang ditimbulkan oleh hormon angiotensi II memicu korteks

adrenal mensekresikan aldosteron, yang berfungsi untuk

meningkatkan reabsorbsi natrium (Corwin, 2009).

Page 29: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

11

Konsentrasi normal dari natirum adalah sekitar 138-145

mEq/L. Bila natrium hilang dari cairan tubuh, maka cairan

menjadi hipotonis. Kehilangan natrium dari kompartemen

intravaskuler dapat menyebabkan cairan dari darah berdifusi ke

ruangan interstitial, yang dapat menyebabkan shock dan koma

(Asmadi, 2008) .

Berikut adalah fungsi natrium (Ramayulis, 2010):

1. Sebagai kation ekstra seluler utama

2. Berperan penting dalam menjaga keseimbangan

osmolalitas plasma

3. Memelihara potensial membran dan konduksi saraf

4. Berperan dalam tranmisi neurokimia dan neuromuskular

yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas

jantung.

b. Klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Jumlah

klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat

badan. Sekitar (88 persen) klorida berada dalam cairan ekstraseluler

dan (12 persen) dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi

lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa. Klorida

berperan penting dalam menjaga keseimbangna asam dan basa (Klutts

dan Scott, 2006). Sebagai anion utama dalam cairan ektra seluler,

klorida juga berperan dalam memelihara cairan dan elektrolit. Klor

akan bergerak secara bebas melintasi membran sel dan berasosiasi

dengan natrium atau kalium (Almatsier, 2009).

Page 30: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

12

2.1.3 Angka Kebutuhan Garam

Ramayulis (2010), Kecukupan natrium yang dianjurkan dalam

sehari kurang lebih 2400 mg. 2000 mg dipenuhi dari penggunaan garam

dapur sebagai pemberi rasa pada masakan dan 400 mg natrium terkandung

dalam bahan makanan yang digunakan. 1 gram garam dapur mengandung

387,6 mg natrium. Oleh karena itu dianjurkan konsumsi garam dapur

sekitar 5 gram (setara dengan 1 ½ sendok) perhari. Selain pembatasan

natrium yang terdapat dalam garam dapur, perlu dibatasi juga natrium

yang terdapat dalam kue, baking powder, dan natrium benzoat.

Makanan yang mengandung natrium tinggi yaitu sebagai berikut :

Sumber karbohidrat dari roti, biskuit, serta kue-kue yang dimasak

dengan garam dapur dan/atau baking powder, dan soda.

Sumber protein hewani dari otak, ginjal, lidah, sardin, daging,

ikan, susu, dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti

daging asap, dendeng, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, udang

kering, telur asin, dan telur pindang.

Sumber protein nabati dari keju, kacang-kacangan dan hasilnya

yang dimasak dengan garam dapur dan natrium lain.

Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan

ikatan natrium lainya seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin,

asinan, dan acar.

Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan

natrium lainya seperti buah kaleng.

Lemak dari margarin dan mentega biasa.

Page 31: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

13

Minuman ringan

Bumbu seperti garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,

kecap, terasi, kaldu instan, saus tomat, petis, dan tauco.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nafsu Makan

Guyton & Hall (2007), nafsu makan adalah keinginan untuk

mendapatkan jenis makanan tertentu yang berguna untuk dimakan. Nafsu

makan seseorang dapat dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan

pengaruh psikologis.

Gangguan proses makan atau menolak makan merupakan gangguan

konsumsi makan atau minum dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara

fisiologis, mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah,

menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan

dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan dalam proses

makan itu sendiri adalah gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan

dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang. Sedangkan

pengaruh psikologis berhubungan dengan perilaku makan yang kadang

ditentukan oleh kondisi lingkungan, sosial dan mental yang dapat

dikendalikan secara sadar misalnya kebiasaan makan dalam sehari, rasa

lapar, makan karena kelezatan makanan yang disajikan dengan

meningkatkan selera, kondisi stres, cemas dan depresi yang dengan mudah

mengubah pola makan.

Page 32: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

14

2.1.5 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam

Tabel 2.1 Metode untuk Memperkirakan Intake Garam (Elliott and Brown, 2006)

Metode Penemu Deskripsi Kelebihan Kekurangan

Pendekatan dengan

wawancara/mengkaji

makanan yang

dikonsumsi selama 24

jam ( Misal mengkaji

intake makanan 24 jam

selama 7 hari).

Clark dan

Mossholder, 1986

Makanan dan minuman

konsumsi direkam /

diperkirakan, untuk

ditentukan

asupan Na berdasarkan

tabel standar data gizi untuk

makanan.

Data tersebut

dikumpulkan secara rutin

untuk survei diet,

data tabel makanan

tersedia di banyak

negara.

Beban responden sedang,

Sulit untuk menilai secara akurat

jumlah garam ditambahkan

selama memasak dan garam di

meja. Na isi makanan yang

diproduksi dari waktu ke waktu

bervariasi. Survei diet

tergantung pada pelaporan dan

kesalahan pengamat, yang dapat

menimbulkan bias.

Pengumpulan urin 24

jam

Bingham dkk.

1988

Urin dikumpulkan selama

24 jam.Volume urin yang

dikumpulkan dicatat dan

konsentrasi Na diukur

dalam laboratorium.

Ekresi Natrium hampir

sama dengan Asupan,

karena hemodinamik,

tidak tergantung pada

pengamat yang dapat

terjadi bias.

Beban peserta yang tinggi, harus

membawa botol koleksi setiap

saat. Dapat terjadi bias saat

pengumpulan urin.

Page 33: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

15

Duplicate portion Clark dan

Mossholder, 1986

Sampel duplikat dari segala

sesuatu yang dimakan

dikumpulkan untuk jangka

waktu tertentu. Sampel

diangkut ke laboratorium, di

mana jenis makanan

tersebut homogen dan

dianalisis untuk konten Na.

Analisis langsung dari

konten Na, sehingga

tidak ketergantungan

pada tabel makanan.

Beban peserta yang tinggi.

Masak harus mempersiapkan

porsi ekstra. Mungkin tidak

memperhitungkan garam

ditambahkan di meja.

Pengumpulan urin

semalam

Liu dkk. 1979 Urin dikumpulkan selama

(biasanya 8 atau 12 jam)

beban peserta relatif

sedang dibandingkan

koleksi urin 24 jam,

pengumpulan urin

semalam tidak terlalu

mengganggu rutinitas

sehari-hari.

ekskresi semalam

berkorelasi baik (r =

0.72) dengan 24 jam

ekskresi selama individu

tersebut sehat.

Koleksi harus lengkap dan

akurat waktunya. Membutuhkan

asumsi bahwa rasio ekresi siang

dan malam hari konstan, bukan

kasus individu dengan hipertensi.

Page 34: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

16

Pengumpulan Urin

Sewaktu

Watson dan

Langford, 1970

Sebuah berkemih tunggal

dikumpulkan dan Na

Konsentrasi diukur dalam

laboratorium.

Beban peserta relatif

rendah dibandingakan

mengumpulan urin 24

jam atau urin semalam.

Berkemih dapat dibuat di

sebuah klinik, di mana

data lain mungkin

dikumpulkan secara

bersamaan.

Konsentrasi tidak hanya

mengukur konsumsi Na, tetapi

juga intake cairan yang

diminum, karena mempengaruhi

keluaran urin, khususnya pagi

hari.

Page 35: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

17

2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah suatu tenaga atau tekanan di dalam

pembuluh darah ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh

(Ramayulis, 2010). Istilah Tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh

nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia (Gunawan,

2007). Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik

(Gunawan, 2007, Ramayulis, 2010).

Tekanan darah sistolik adalah jumlah tekanan di pembuluh darah

saat jantung berkontraksi memompa darah. Sedangkan tekanan darah

diastolik adalah jumlah tekanan di pembuluh darah saat jantung berada

dalam keadaan istirahat yaitu saat berada di antara dua denyutan

(Ramayulis, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Anies (2006) dan Gunawan (2007) menyebutkan tekanan darah

manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah

rendah (hipotensi), tekanan darah normal (normotensi), dan tekanan darah

tinggi (hipertensi).

Hipotensi adalah tekanan darah rendah sehingga tidak mencukupi

untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat. Hipotensi timbul akibat

penurunan curah jantung atau penurunan retensi perifer. Hipotensi dapat

primer atau sekunder (misal penurunan curah jantung, syok hipovolemik

dan penyakit addison) atau postural (ortostatik), dan syok (Brooker, 2008).

Page 36: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

18

Baradero, dkk. (2008) mendefinisikan Hipertensi sebagai

peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas

140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan

tekanan darah yang sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk

dan berbaring. Sedangkan menurut Depkes, (2007) dan National Institute

for Health and Clinical Excellence (NICE), (2011). Hipertensi adalah

keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg

dan/atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Jadi, dapat disimpulakn bahwa Hipertensi adalah meningkatnya

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit diukur

dalam posisi duduk atau berbaring dan pasien dalam keadaan tenang.

Menurut Baradero, dkk. (2008) dan Vitahealt (2009), NICE (2011)

dan Mancia, dkk. (2013) tekanan darah dan hipertensi dapat

diklasifikasikan dalam beberapa stadium yaitu :

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah dan Stadium Hipertensi

(Baradero, dkk. 2008), (Vitahealth, 2009), (NICE, 2011) dan (Mancia,

dkk. 2013).

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1 Optimal < 120 Dan <80

2 Normal 120-129 Dan/atau 80-84

3 Normal Tinggi 130-139 Dan/atau 85-89

4 Hipertensi grade 1 140-159 Dan/atau 90-109

5 Hipertensi grade 2 160-179 Dan atau 100-109

6 Hipertensi grade 3 > 180 Dan/atau > 110

Page 37: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

19

2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah

Secara umum tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung,

resistensi perifer total, dan volume darah (Sherwood, 2012). Soenardi dan

Soetarjo (2005) menambahkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

peningkatan tekanan darah adalah curah jantung, tahanan perifer

(pembuluh darah halus), keturunan, hormon renin, angiotensin, dan

aldosteron, serta sistem syaraf simpatis yang terlalu aktif, faktor

hemodinamik, gangguan kemampuan ginjal mengeluarkan natrium. Faktor

lingkungan seperti stres psikososial, kegemukan, konsumsi garam

berlebih, dan kurang olah raga. Sedangkan menurut Grey, dkk. (2005)

menyebutkan beberapa faktor primer yang dapat meningkatkan tekanan

darah adalah: keturunan, jenis kelamin, umur, obesitas, konsumsi garam

berlebih, konsumsi kolestrol berlebih, kurang oleh raga, merokok dan

konsumsi alkohol.

Baradero, dkk. (2008) menambahkan tekanan darah meninggi

(hipertensi sekunder) dapat diakibatkan oleh penyakit atau gangguan

tertentu seperti:

a. Penyakit ginjal (glomerunefrotis, gagal ginjal)

b. Masalah kelenjar adrenal

sindrom Cushing yang menyebabkan peningkatan volume

darah.

Aldosteronisme primer yaitu kelebihan aldosteron yang

menyebakan retensi natrium dan air, sehingga menyebabkan

volume darah meningkat.

Page 38: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

20

Fenokromositoma menyebabkan sekresi berlebihan dari

katekolamin (noreprinefrin yang membuat tahanan vaskular

perifer meningkat)

c. Koartasi aorta yaitu tekanan darah meningkat pada ekstremitas atas

dan berkurangnya perfusi pada ekstremitas bawah

d. Trauma kepala atau tumor kranial yang meningkatkan tekanan

intrakranial sehingga mengakibatkan perfusi serebral berkurang,

iskemia yang timbul akan merangsang pusat vasometer medula

untuk meningkatkan tekanan darah.

e. Obat-obatan

f. Hipertensi dalam kehamilan Merupakan peningkatan tekanan darah

saat kehamilan (Baradero dkk. 2008)

2.2.2 Fisiologi Tekanan Darah

Corwin (2009) Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan

relaksasi pembuluh darah terletak di pusat kardiovaskular di otak, yaitu

bagian dari farmasioretikularis dan terletak di medula bagain bawah dan

pons. Sinyal-sinyal yang berkaitan dengan tekanan darah diintegrasikan di

sini. Apabila terjadi perubahan tekanan darah, pusat kardiovaskular

mengaktifkan sistem saraf otonom, sehingga terjadi perubahan stimulasi

simpatis dan parasimpatis ke jantung, dan terjadi perubahan stimulasi

simpatis ke seluruh sistem vaskular. Resistensi pembuluh darah berubah

dan aliran darah serta tekanan darah juga terpengaruh.

Page 39: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

21

Saraf simpatis merangsang kecepatan denyut dan kontraktilitas

jantung melalui ikatan dengan reseptor- β1 di jantung. Saraf parasimpatas

menurunkan kecepatan denyut jantung melalui ikatan dengan reseptor

kolinergik. Saraf simpatis mengeluarkan norepinefrin di sebagian besar

pembuluh darah, yang berikatan dengan reseptor spesifik di sel-sel otot

polos yang disebut reseptor alfa (α). Perangsangan reseptor alfa

menyebabkan sel otot polos berkontraksi, sehingga pembuluh darah

mengalami penyempitan. Hal ini meningkatkan TPR dan akibatnya

tekanan darah meningkat (Corwin, 2009).

Secara umum tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung,

resistensi perifer total, dan volume darah (Corwin, 2009, dan Sherwood,

2012). Curah jantung dipengaruhi oleh kecepatan jantung dan isi

sekuncup, resistensi periver dipengaruhi oleh kekentalan darah dan jari-jari

arteriol, sedangkan volume darah dipengaruhi oleh keseimbangan garam

dan air dan pergeseran cairan bukflow pasif antara kompartemen vaskular

dan cairan intrstisium (Sherwood, 2012).

a. Kontrol Kecepatan Jantung.

Layaknya sistem saraf otonom biasa, efek parasimpatis

dan simpatis pada jantung bersifat antagonis (saling

bertentangan). Kecepatan jantung ditingkatkan oleh

peningkatna aktivitas simpatis disertai penurunan aktivitas

parasimpatis, dan kecepatan jantung diperlambat oleh

peningkatan aktivitas parasimpatis disertai penurunan aktivitas

simpatis. Kekuatan relatif aktivitas kedua cabang otonom ke

Page 40: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

22

jantung ini selanjutnya dikendalikan terutama oleh pusat

kardiovaskular di batang otak.

Kecepatan jantung juga dipengaruhi oleh hormon

epinefrin. Epinefrin adalah suatu hormon pada stimulasi

simpatis yang diekresikan ke dalam darah dari medula adrenal

dan bekerja pada jantung dengan cara serupa dengan

norepinefrin (neurotransmiter simpatis) untuk meningkatkan

kecepatan jantung. Oleh karena itu epinefrin memiliki efek

secara langsung yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis

pada jantung (Sherwood, 2012).

b. Isi Sekuncup

Komponen lain di samping kecepatan jantung yang

menentukan curah jantung adalah isi sekuncup, jumlah darah

yang dipompa keluar oleh masing-maisng ventrikel pada setiap

denyut jantung. Dua jenis kontrol yang mempengaruhi isi

sekuncup yaitu: kontrol intrinsik, berkaitan dengan aliran balik

vena, dan kontrol ekstrinsik yang berkaitan dengan tingkat

stimulasi simpatis pada jantung. Kedua faktor ini meningkatkan

isi sekuncup dengan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung.

Aliran balik vena juga mempengaruhi volume diastolik yang

menentukan peningkatan isi sekuncup. Sedangkan aliran balik

vena sendiri ditingkatkan oleh vasokontriski vena yang

diinduksi oleh saraf simpatis, pompa otot rangka, pompa

pernapasan, dan penghisapan jantung (Sherwood, 2012).

Page 41: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

23

c. Resistensi Perifer Total

Resistensi perifer total dipengaruhi oleh jari-jari arteriol

dan kekentalan darah. Jari-jari arteri dipengaruhi oleh aktivitas

simpatis, suatu mekanisme kontrol ektrinsik yang

menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan

resistensi perifer total. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara

ekstrinsik oleh hormon vasopresin dan angiotensin II

(Sherwood, 2012).

Terdapat beberapa hormon yang mengendalikan resistensi sistem

vaskular. Hormon-hormon ini dilepaskan secara langsung sebagai respon

terhadap perubahan tekanan darah, dan sebagai respon terhadap rangsangan

saraf atau keduanya (Corwin, 2009). Hormon-hormon tersebut yaitu:

a. Norepinefrin dan epinefrin

Norepinefrin dan Epinefrin dikeluarkan dari medula adrenal

sebagai respon terhadap pengaktifan sistem saraf simpatis. Kedua zat

tersebut bekerja dengan berikatan pada reseptor α untuk meningkatkan

vasokontriksi, atau dengan reseptor β2 untuk menyebabkan

vasodilatasi atriol yang memperdarahi otot rangka. Norepinefrin dan

epinefrin juga berikatan dengan reseptor β1 dan meningkatkan

kecepatan denyut jantung (Corwin, 2009).

Page 42: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

24

b. Sistem Renin Angiotensin

Perubahan tekanan darah juga dirasakan oleh baroreseptor di

ginjal. Apabila tekanan darah meningkat, pelepasan hormon renin

menurun, dan apabila tekanan darah menurun, pelepasan renin

meningkat. Pelepasan renin juga dirangsang oleh saraf simpatis ke

ginjal. Renin mengendalikan pembentukan hormon lain, yaitu

angiotensin II.

Angiotensin II merupakan suatu vasokontriktor kuat yang terutama

menyebabkan vasokontriksi ateriol halus. Hal ini menyebabkan

peningkatan retensi terhadap aliran darah dan peningkatan tekanan

darah. Angiotensin II juga bersirkulasi menuju kelenjar adrenal dan

menyebabkan sel korteks adrenal membentuk hormon lain, yaitu

aldosteron (Corwin, 2009).

c. Aldosteron

Aldosteron bersirkulasi dalam darah menuju ginjal dan

menyebabkan sel tubulus distal meningkatkan reabsorbsi natrium

dalam berbagai keadaan, reabsorbsi air mengikuti penyerapan natrium

sehingga terjadi peningkatan volume plasma. Peningkatan voume

plasma meningkatkan volume sekuncup dan curah jantung. Hal ini

juga menyebabkan peningkatan tekanan darah (Corwin, 2009).

Page 43: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

25

d. Hormon Antidiuretik (ADH)

Hormon anti diuretik (ADH) atau vasopresin, dikeluarkan oleh

hipofisis posterior sebagai respon terhadap peningkatan osmolitas

plasama (penurunan konsentrasi air) atau penurunan tekanan darah.

ADH adalah suatu vasokonstriktor kuat yang berpotensi

meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi terhadap

aliran darah (Corwin, 2009).

Page 44: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

26

Bagan 2.1 Sistem RAA (Sherwood, 2012.)

Nacl, volume CES, Tekanan

Darah Arteri (turun)

Hati

angiotensinogen

Ginjal

Angiotensi 1

Renin

Paru-paru

Angiotensiconver

ting enzyme

Angiotensin II

Korteks Adrenal

aldosteron

Hipotalamus

Vasopresin

Hipofisis posterior

Vasopresin dilepas ke darah

TKD Ginjal:

rabsorbsi H2O

Haus

Asupan cairan

Vasokontriksi

arteriol

Ginjal

Reabsorbsi Na oleh TKD

(reabsorbsi Cl

mengikuti secara pasif)

Na dan Cl dihemat

Na dan Cl menahan

lebih banyak H2O di CES

H2O dihemat

Page 45: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

27

Bagan 2.2 Mekanisme Tekanan Darah (Sherwood, 2012)

Tekanan Darah

Curah Jantung Retensi Perifer

Total

Kecepatan

Jantung Isi Sekuncup Jari-Jari Arteriol Kekentalan Darah

Aktivitas

Parasimpatis ( ) Aktifitas Simpatis

Dan Epinefrin

Aliran Balik

Vena

Kontrol

Vasokontriktor

Ekstrinsik

Jumlah Sel Darah

Merah

Vasopresin

(ADH) Dan

Angiotensi II

Aktivitas Simpatis

Dan Epinefrin

Sistem Vasopresin, Renin-

Angiotensin-Aldosteron

Keseimbangan

Garam dan Air

Pergeseran cairan bulkflow pasif

antara kompartemen vaskular dan

cairan interstisium

Volume Darah

Page 46: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

28

2.2.2 Patofisiologi Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah

Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume

sekuncup dan TPR (resistensi perifer total). Peningkatan salah satu dari

ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi

(Corwin, 2009).

Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan saraf

simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA. Peningkatan

volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma meningkat

dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma, yang direfleksikan

dengan peningkatan volume diastolik akhir, sehingga volume sekuncup

dan tekanan darah meningkat. Peningkatan volume diastolik akhir

berhubungan dengan preload jantung. Peningkatan preload biasanya

berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan darah sistolik.

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat

gangguan penangan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam

berlebih (corwin, 2009).

Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan

hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi

garam dan peningkatan tekanan darah (Appel, dkk. 2001), (Roberts,

2001), (Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003),

(Cappuccio, dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (Corwin,

2009), (He dan MacGregor, 2010). Telah terbukti bahwa asupan tinggi

garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah, dan

pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang

Page 47: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

29

direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah (He dan

MacGregor, 2010). Pengaruh konsumsi garam terhadap kenaikan tekanan

darah terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan

kenaikan tekanan darah (Soenardi dan Soetardjo, 2005). Apabila jumlah

garam terlalu banyak maka tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan

garam, dan menumpuk di dalam darah, sehingga terjadi peningktan retensi

penyerapan air yang berdampak pada peningkatan viskositas darah

(Sitepoe, 2009). Volume cairan tubuh yang meningkat membuat jantung

dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan

mengalirkannya ke seluruh tubuh, tekanan darah pun meningkat dan

berakibat pada hipertensi (Soenardi danSoetarjo, 2005, Sutomo, 2009).

Natrium tinggi juga dapat mngecilkan diameter pembuluh darah dan arteri

sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat (Ramayulis, 2010) .

Soenardi dan Soetarjo (2005) menyebutkan konsumsi garam

merupakan hal yang sangat penting pada patofisiologi kenaikan tekanan

darah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan:

1. Penduduk dengan konsumsi garam antara 5-15 gram sehari,

prevalensi hipertensi antara 5-20 persen.

2. Pada masyarakat yang konsumsi garam rendah, yaitu dibawah 3

gram sehari, maka prevalensi hipertensi kecil, demikian juga pada

masyarakat vegetarir.

3. Program untuk mengontrol hipertensi, termasuk konsumsi garam,

ternyata dapat menurunkan tekanan darah pada beberapa individu

(Soenardi danSoetarjo, 2005). Penelitian oleh MacGregor, dkk.

(1998) pada 20 pasien hipertensi, dengan pengurangan asupan

Page 48: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

30

garam selama 30 hari dari (11,2 - 6,4 g/hari) menjadi (2,9 g/hari),

menunjukkan: Dengan mengonsumsi garam 11,2 g/hari, tekanan

darah pasien adalah 163/100 mmHg, Asupan garam 6,4 g/hari

tekanan darah menjadi 155/95 mmHg (penurunan dari 8/5 mmHg),

asupan garam 2,9 g/hari tekanan darah turun lagi menjadi 147/91

mmHg. Setelah penelitian selesai, intervensi dilanjutkan pada 19

responden, 16 responden mendapatkan asupan garam 3,2 gram

tanpa obat antihipertensi dan menghasilakan tekanan darah rata-

rata 142/87 mmHg (MacGregor, dkk. 1998).

4. Penduduk di daerah dengan perairan tinggi natrium, prevalensi

hipertensi lebih banyak dibandingkan penduduk di daerah yang

memiliki perairan tinggi kalsium dan magnesium. Hasil penelitian

Sukarno, dkk., (2013) menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan

tekanan darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang

tinggal di dataran tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan

dataran rendah hanya 36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan

hipertensi dengan sistole 45% dan diastole 63,75% di dataran

rendah yang lebih banyak mengkonsumsi garam di bandingkan

dengan dataran tinggi masing-masing 25% dan 27,5%.

5. Beberapa orang secara genetik sensitif terhadap konsumsi natrium.

Page 49: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

31

Bagan 2.3 Pengaruh Intake Garam Berlebih Terhadap Tekanan Darah

(Soenardi dan Soetarjo, 2005), (Sutomo, 2009), (Corwin, 2009), (Ramayulis,

2010)

2.1.5 Upaya Pengurangan Konsumsi Garam

Asupan garam yang berlebihan adalah masalah kesehatan utama

saat ini (WHO, 2006), yang berdampak pada peningkatan hipertensi (He

dan MacGregor, 2009), selain itu, telah terbukti bahwa asupan garam

berlebih dapat merugikan kondisi kesehatan seperti stroke dan penyakit

DIET TINGGI

GARAM

Peningkatan

natrium Vaskular

Vikositas cairan

meningkat

Cairan darah

meningkat

Peningkatan

volume diastolik

akhir

Beban kerja Janutng

Meningkat

Peningkatan

volume sekuncup

Peningkatan

Tekanan Darah

Hipertensi

Page 50: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

32

jantung koroner (He dan MacGregor, 2009), kanker lambung (Tsugane,

2005), dan osteoporosis (Woo, dkk. 2009). Peningkatan tekanan darah

bertanggung jawab terhadap sekitar setengah dari global kardiovaskular

yang merupakan penyebab utama kematian saat ini (Ezzati, dkk. 2002).

Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)

merekomendasikan tingkat maksimum asupan garam per orang kurang

dari 5 g/hari (WHO, 2006). Namun menurut data yang tersedia

menunjukkan bahwa sebagin besar populasi di seluruh dunia memiliki

asupan garam rata-rata setiap orang lebih dari 6 g/hari. Bahkan di banyak

negara-negara Eropa dan Asia Timur, mengkonsumsi garam lebih tinggi

dari 12 g/hari (Brown, dkk. 2009). Secara khusus, di Negara-Negara

Benua Amerika, juga mengonsumsi garam berlebih, yaitu Argentina (12

g/hari) (Ministerio, 2008), Brazil (11 g/hari) (Sarno, dkk. 2009), Kanada

(8 g/ hari) (Garriguet, 2007), Chile (9 g/hari) (Legetic dan Campbell,

2011), dan Amerika Serikat (8,7 g/hari) (Institute of Medicine USA,

2010).

Upaya untuk mengurangi diet garam yang dianjurkaan oleh WHO

harus didasarkan pada:

1) memantau dan mengevaluasi berapa banyak garam yang

dikonsumsi, mengidentifikasi makanan sumber garam,

menentukan sikap konsumen, pengetahuan, dan perilaku

terhadap diet garam sebagai risiko terhadap kesehatan.

2) mengurangi jumlah garam yang ditambahkan dalam makanan

3) memperkenalkan program untuk meningkatkan pengetahuan

konsumen dan perilaku kesehatan untuk mengurangi konsumsi

Page 51: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

33

garam (WHO United Kingdom) (Institute of Medicine USA,

2010 dan Smith, 2010).

Organisasi Kesehatan Amerika Pan American Health Organization

(PAHO), pada bulan September 2009, membentuk kelompok ahli untuk

memeriksa diet garam yang berlebihan sebagai risiko kesehatan di

Amerika, masalah didasarkan pada bukti-rekomendasi kebijakan untuk

pengurangan garam di wilayah tersebut, dan mengembangkan alat dan

sumber daya untuk membantu daerah untuk mengurangi asupan garam

(Campbell, dkk. 2011 dan PAHO, 2009). Badan ini telah menetapkan

tujuan bagi setiap daerah, untuk pengurangan bertahap dan berkelanjutan

asupan garam guna mencapai tingkat rata-rata per orang kurang dari 5

g/hari pada tahun 2020 (Legetic dan Campbell, 2011).

Page 52: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

34

Tabel. 2.3 Prorgam Dan Metode Beberapa Negara Guna Membatasi Intake Garam (WHO, 2010)

NO NEGARA PROGRAM DAN METODE

1 Brazil Sejak tahun 1990, Brazil menggunakan Survey Badget rumah tangga yang digunakan untuk membeli garam

2 Canada Multi-Stakeholder Sodium Working Group (SWG) membuat 33 rekomendasi untuk pengurangan konsumsi garam.

Tujuan SWG adalah pengurangan konsumsi garam dari 3400 mg/hari menjadi 2300 mg/hari. Metode yang

digunakan untuk mengkaji intake garam adalah 24 jam dietary recall.

3 Ghana Ghana merupakan negara terbesar ke-dua pengekspor garam ke Afrika. Garam digunkan sebagai bahan pengawet

makanan, garam dan ikan salad merupakan makanan favorit. Perilaku menambahkan garam dalam masakan

menajadi masalah utama. Ghana menerapkan “program Kumasi” sebagai upaya preventif terhadap hipertensi dan

konsumsi garam, dan pencegahan faktor-faktor risiko hipertensi lain.

4 Singapura Nasional Nutrisi Singapura menerapakan monitoring intake garam setiap 6 tahun. Metode yang digunakan adalah

singgle day 24-hour recoll sodium intake tahun 1998, dan two-day 24-hour recall pada tahun 2010.

5 Thailand Tahun 2005-2007, stroke menjadi masalah kesehatan paling banyak di derita oleh penduduk Thailand. Badan

Page 53: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

35

kesehatan pemerintah, NGOs dan perwakilan asosiasi rumah makan dan restoran berkerja sama dalam upaya

pengurangan konsumsi garam. Menghasilan : membentuk Badan Nasional Nutrisi guna promosi, mengkaji dan

mensurvey diat garam. Tahun 2007 Depertemen Kesehatan bekerja sama dengan Mahidol University dan

UNICEF, mengkaji intake garam rumah tangga dan mengkaji konsumsi garam selama 7 hari.

6 USA Konsum garam di USA terbanyak dari makanan kemasan dan restoran. Tahun 2009, New York City Departement

of Helath and Mental Hygiene (DOHMH) mendukung National Salt Reduction Initiative (NSRI) dalam upaya

pengurangan konsumsi garam. NSRI menerapkan Universal Product Codes (UPC) sebagai link melihat level

nutrisi pada lebih dari 7500 paket makanan, dan target pada tahun 2014 membatasi jumlah garam di restoran dari

maksimal 1500 mg menjadi 1200 mg.

Page 54: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

36

2.3 Penelitian Terkait

1. Penelitian oleh MacGregor, dkk. (1998) Dalam Paul Elliott and Ian Brown

(2007) pada 20 pasien hipertensi, dengan pengurangan asupan garam

selama 30 hari dari (11,2 - 6,4 g/hari) menjadi (2,9 g/hari), menunjukkan:

Dengan mengonsumsi garam 11,2 g/hari, tekanan darah pasien adalah

163/100 mmHg, Asupan garam 6,4 g/hari tekanan darah menjadi 155/95

mmHg (penurunan dari 8/5 mmHg ), asupan garam 2,9 g/hari tekanan

darah turun lagi menjadi 147/91 mmHg. Setelah penelitian selesai,

intervensi dilanjutkan pada 19 responden, 16 responden mendapatkan

asupan garam 3,2 gram tanpa obat antihipertensi dan menghasilakan

tekanan darah rata-rata 142/87 mmHg (MacGregor dkk. 1998).

2. Penelitian Oleh Feng J. He, Norm R. C. Campbell, and Graham A.

MacGregor dengan Judul “Reducing salt intake to prevent ypertension

and cardiovascular disease” Ada bukti kuat bahwa konsumsi garam

berlebih adalah penyebab utama naiknya tekanan darah dan pengurangan

asupan garam dari 9-12 g/hari di sebagian besar negara ke tingkat yang

direkomendasikan kurang dari 5 g/hari menurunkan tekanan darah.

Penurunan lebih lanjut untuk 3-4 g/hari memiliki efek yang lebih besar.

Penelitian kohort dan uji coba hasil telah menunjukkan bahwa asupan

garam yang lebih rendah berkaitan dengan penurunan risiko penyakit

kardiovaskular. Pengurangan garam adalah salah satu yang paling murah

(costeffective) untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di seluruh

dunia. Sumber garam dalam diet sangat bervariasi antara negara maju dan

berkembang. Di negara maju, 75 % garam berasal dari makanan olahan,

Page 55: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

37

sedangkan di negara-negara berkembang seperti bagian dari Brazil, 70 %

berasal dari garam masakan atau garam meja. Untuk mengurangi asupan

garam pada populasi negara berkembang, industri makanan seharusnya

mengurangi pengguanaan garam secara bertahap dan berkelanjutan. Di

negara berkembang, Promosi kesehatan masyarakat memainkan peran

yang lebih penting dalam mendorong konsumen untuk mengurangi

konsumsi garam. Banyak negara di Amerika telah memulai program

pengurangan garam. Tantangan sekarang adalah upaya melibatkan

negara-negara lain guna menerapakan program pengurangan asupan

garam. Penurunan asupan garam populasi akan menghasilkan peningkatan

kesehatan masyarakat bersama dengan penghematan biaya utama yang

berhubungan dengan kesehatan.

3. Penelitian oleh Sukarno, Inka A. T., Sylvia Marunduh J. J. V

Rampengan., (2013) dengan judul “Perbandingan Tekanan Darah Antara

Penduduk Yang Tinggal Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah” Pada

160 Responden menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan tekanan

darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang tinggal di dataran

tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan dataran rendah hanya

36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan hipertensi dengan sistole

45% dan diastole 63,75% di dataran rendah di bandingkan dengan dataran

tinggi masing-masing 25% dan 27,5%.

4. Penelitian Oleh Rafael Moreira Claro, Hubert Linders, Camila Zancheta

Ricardo, Branka Legetic, dan Norm R. C. Campbell dengan Judul

“Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt

consumption in sentinel countries of the Americas” Untuk

Page 56: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

38

menggambarkan sikap individu, pengetahuan, dan perilaku tentang asupan

garam, sumber makanan, serta label makanan yang berkaitan dengan

garam di lima Centinel negara-negara Amerika. Sampel dalam penelitian

ini berjumlah 1992 orang (berusia ≥ 18 tahun) dari Argentina, Kanada,

Chili, Kosta Rika, dan Ekuador (sekitar 400 dari masing-masing negara).

Penelitian dilakukan pada bulan September 2010 sampai Februari 2011.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 33 pertanyaan.

Hasil : Hampir 90% dari peserta mengonsumsi garam berlebih, lebih dari

60% mengindikasikan bahwa mereka berusaha untuk mengurangi asupan

garam. Hanya 26% peserta mengaku mengetahui batasan nilai maksimum

yang disarankan untuk konsumsi garam atau asupan natrium dan 47% dari

mereka menyatakan mereka mengetahui isi garam dalam makanan. Lebih

dari 80% dari peserta mengatakan bahwa mereka ingin label makanan

menunjukkan tinggi, sedang, dan rendah garam atau sodium, dan ingin

melihat label peringatan yang jelas pada paket makanan tinggi garam.

Dalam penelitian ini Menyimpulkan bahwa Upaya tambahan diperlukan

dalam upaya meningkatkan pengetahuan konsumen tentang adanya batas

maksimum konsumsi garam dan meningkatkan kapasitas mereka untuk

secara akurat memonitor dan mengurangi konsumsi garam pribadi mereka.

5. Penelitian oleh M. E. Corne´ lio, M.-C. B. J. Gallani, G. Godin, R. C. M.

Rodrigues, W. Nadruz Jr, dan R. D. R. Mendez tahun 2012. Tentang

“Behavioural Determinants Of Salt Consumption Among Hypertensive

Individuals”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor perilaku

yang mempengaruhi konsumsi garam pasien hipertensi dengan mengkaji 3

perilaku, yaitu Perilaku 1- menggunakan < 4 g garam per hari selama

Page 57: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

39

memasak, Perilaku 2- menghindari menambahkan garam ke makanan siap

saji, dan Perilaku 3- menghindari konsumsi makanan dengan kadar garam

yang tinggi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 orang dengan

usia 18 tahun ke atas yang diagnosis hipertensi selama minimal 6 bulan.

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil:

Perilaku 1 dipengaruhi oleh niat/keinginan/motivasi [odds ratio (OR) =

6,23, 95% confidence interval (CI) = 1,81-21,52], begitujua efektivitas diri

dan kebiasaan dipengaruhi oleh niat/keinginan/motivasi. Perilaku 2

menunjukkan rata-rata skor tinggi, diperkirakan dipengaruhi oleh persepsi

diri terhadap kualitas diet (OR = 2,56, 95% CI = 1,03-6,36). Perilaku 3

dipengaruhi oleh penentu hedonis (OR = 1,42, 95% CI = 1,01-1,98).

Kesimpulan: penelitian menunjukkan bahwa perilaku tentang konsumsi

garam dipengaruhi oleh berbagai faktor penentu, diantara faktor-faktor

penentu tersebut, pertimbangan khusus harus diberikan kepada aspek

motivasi dan hedonis (pengalaman).

6. Penelitian Oleh Donna G Rhodes, Théophile Murayi, John C Clemens,

David J Baer, Rhonda S Sebastian, dan Alanna J Moshfegh. (2013).

Tentang “The USDA Automated Multiple-Pass Method acourately

assesses population sodium intake” untuk mengetahui cara mengkaji

intake natrium. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Intake

natrium dalam 24 jam, dan Ekskresi natrium urin (24 jam) pada 465

sampel usia 30-69 tahun. Hasil: rata-rata (95% CI) melaporkan akurasi

adalah 0,93 (0.89, 0.97) untuk laki-laki (n = 232) dan 0,90 (0,87, 0,94)

untuk perempuan (n= 233).

Page 58: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

40

7. Penelitian oleh Hyun Ju Kim MSc, Hee Young Paik ScD, Sim Yeol Lee

PhD, Jae Eun Shim PhD and Young Sik Kim MD, PhD tahun 2007

tentang “Salt usage behaviors are related to urinary sodium excretion in

ormotensive Korean adults” pada 189 responden dengan usia 18 tahun ke

atas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (15

item pertanyaan) dan kadar natrium dalam urin 24 jam. Penelitian ini

bertujun untuk mengetahui hubungan perilaku konsumsi garam dengan

ekresi natrium urin. Hasil: Konsumsi natrium orang Korea tinggi, Di

antara pertanyaan lima belas, skor tiga pertanyaan pada perilaku

penggunaan garam secara signifikan berkorelasi dengan ekskresi natrium

urin (r = 0.17 ~ 0.19, p <0,05) dan jumlah skor dari tiga pertanyaan

menunjukkan nilai koefisien korelasi yang lebih tinggi (r = 0,26, p

<0,001).

8. Review artikel oleh Beverley Bostock-Cox, tahun 2013 tentang “Nurse

Prescribing For The Management Of Hypertension” Artikel ini berfokus

pada pentingnya membuat diagnosis yang benar dari hipertensi sejalan

dengan Institut Nasional untuk Kesehatan dan Perawatan Bimbingan

Excellence. Pendekatan berbasis bukti (evidance base) untuk mengelola

hipertensi dibahas dengan mengacu pada pengobatan farmakologis dan

intervensi gaya hidup. Penting bagi perawat untuk mengetahui bagaimana

mengukur tekanan darah dengan benar, terutama karena pemantauan

tekanan darah rawat jalan dan di rumah harus memberikan dasar untuk

diagnosis dan keputusan yang berkaitan dengan manajemen pasien

hipertensi. Berbagai jenis hipertensi (tahap 1, tahap 2, dan hipertensi yang

Page 59: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

41

parah) dijelaskan. Pendekatan evidance base untuk me-manage hipertensi

dibahas dengan mengacu pada pengobatan farmakologis dan gaya hidup.

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori

faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan (Guyton dan Hall, 2007),

faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2012), faktor-

faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah oleh (Soenardi dan Soetarjo,

2005, Grey, dkk. 2005, Baradero, dkk. 2008), dan fisiologi peningkatan

tekanan darah (Corwin, 2009, Sherwood, 2012). Menurut Guyton dan Hall

(2007), faktor yang dapat mempengaruhi Nafsu makan seseorang dapat

dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan pengaruh psikologis. Grey,

dkk. (2005) menjelaskan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan

darah adalah keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stres, diet konsumsi

garam berlebih, diet konsumsi kolestrol, kurang olahraga, merokok,

konsumsi alkohol. Baradero, dkk. (2008) menambahkan faktor sekunder

yang meliputi penyakit ginjal, masalah kelenjar adrenal, kehamilan, dan

trauma kepala. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran

kadar garam dalam masakan dan tekanan darah.

Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan

hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi

garam dan peningkatan tekanan darah (Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001),

(Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002), (Molina dkk. 2003), (Cappuccio

dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Corwin, 2009), (Erdem dkk. 2010), (He dan

MacGregor, 2010).

Page 60: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

42

Bagan 2. 4 Kerangka Teori

(Soenardi dan Soetarjo, 2005), (Grey, dkk. 2005), (Guyton dan Hall, 2007). (Baradero, dkk. 2008), (Corwin, 2009), (Sherwood,

2012), (Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001), (Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002), (Molina dkk. 2003), (Cappuccio dkk. 2006),

(Conlin, 2007), (Corwin, 2009), (Erdem dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010).

Faktor

Keturunan

Kurang

Olahraga

Obesitas

Kadar Garam

Masakan

Rumah

Konsumsi

Garam

berlebih

Jenis

Kelamin

Usia

Merokok

Konsumsi

Alkohol

Konsumsi

Kolestrol

berlebih

Penyakit Ginjal

Aktifitas Simpatis

Meningkat

RAA meningkat

ADH meningkat

Volume Cairan

Meningkat

Retensi Perifer Total

Meningkat

Curah Jantung

Meningkat

Tekanan Darah

Meningkat

Faktor Skunder

Faktor Primer

Masalah kelenjar

Adrenal

Trauma Kepala

Hamil

Gangguan

Proses

Makan

Pengaruh

Psikologis

Sosial, Mental,

Kelezatan

Makanan, Pola

makan, Rasa

Lapar.

Ganggauan

anatomi,

Fisiologi

Page 61: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

43

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

bebrapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008).

Pengembangan kerangka konsep dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan

melihat hubungan variabel dependent-independent dan melalui pendekatan input-

output (Wasis, 2006).

Kerangka konsep dalam penelitian ini diambil dari modifikasi antara teori

faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan (Guyton dan Hall, 2007), faktor-

faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2012), faktor-faktor yang

dapat meningkatkan tekanan darah oleh (Soenardi dan Soetarjo, 2005, Grey, dkk.

2005, Baradero, dkk. 2008), dan fisiologi peningkatan tekanan darah (Corwin,

2009, Sherwood, 2012).

Guyton dan Hall (2007), faktor yang dapat mempengaruhi nafsu makan

seseorang dapat dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan pengaruh psikologis.

Grey, dkk. (2005) menjelaskan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan

darah adalah keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stres, diet konsumsi garam

berlebih, diet konsumsi kolestrol, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol.

Baradero, dkk. (2008) menambahkan faktor sekunder yang meliputi penyakit

ginjal, masalah kelenjar adrenal, kehamilan, dan trauma kepala. Dalam penelitian

ini, peneliti ingin mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan dengan

Page 62: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

44

profil tekanan darah. Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia

dan hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam

dan peningkatan tekanan darah (Appel dkk. (2001), Roberts (2001), Sacks dkk.

(2001), Hooper dkk. (2002), Molina dkk. (2003), Cappuccio dkk. (2006), Conlin,

(2007), Corwin, (2009), Erdem dkk. (2010), He dan MacGregor, (2010).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep: Konsumsi Garam dan Tekanan Darah

(Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001) (Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002),

(Molina dkk. 2003), (Cappuccio dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem dkk. 2010),

(He dan MacGregor, 2010)

Variabel Independent Variabel Dependent

Kadar garam masakan Profile Tekanan Darah

Faktor Primer yang dapat

meningkatkan tekanan darah

Keturunan

Kurang Olahraga

Obesitas

Jenis kelamin

Usia

Merokok

Konsumsi Alkohol

Konsumsi Kolestrol berlebih

Stress Psikosiosial

Faktor Sekunder:

Penyakit ginjal

Masalah kelenjar adrenal

Kehamilan

Trauma kepala

Keterangan :

Variabel

diteliti

Variabel tidak

diteliti

Page 63: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

45

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan varibel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secar cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara di mana variabel

dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2008).

Page 64: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

46

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Sekala

Ukur

1 Kadar garam

masakan

Jumlah kadar garam dalam 100 g (cc)

masakan

Tanita Salt Meter

Digital

a. < 6 %

b. 0,6-0,8 %

c. 0,9-1,1 %

d. 1,2 %

Imterval

2 Tekanan

Darah

Kekuatan yang diperlukan agar darah dapat

mengalir di dalam pembuluh darah dan

beredar mencapai jaringan tubuh manusia

untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain

yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel

Sphygmomanometer

Digital

Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diatolik (mmHg)

Rasio

Page 65: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

47

tubuh (Gunawan, 2007).

3 Usia Usia responden sejak tanggal lahir sampai

ulang tahun terakhir.

Kuesioner 1. 18-24

2. 25-34

3. 35-44

4. 45-54

5. 55-64

6. 65-74

7. > 75

(Rahajeng dan Sulistyowati 2009)

Rasio

4 Tingkat

Pendidikan

Tingkat pendidikan formal yang telah

diselesaikan oleh responden.

Kuesioner 1. Tidak sekolah

2. SD/MI/Sederajat

3. SMP/MTs/Sederajat

4. SMA/MA/SMK/Sederajat

Ordinal

Page 66: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

48

5. D III

6. S 1 (Strata Satu)

7. S 2 (Strata Dua)

8. S 3 (Strata 3)

5 Suku Jenis kelompok sosial seseorang dalam

sistem sosial atau kebudayaan yang

mempunyai arti atau kedudukan sama

karena keturunan, agama,sistem nilai,adat

istiadat atau tradisi. (Ensiklopedia

Indonesia, 2014)

Kuesioner - Nominal

Page 67: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

49

3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitain (Nursalam, 2009).Berdasarkan kerangka konsep yang

telah dibuat, maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah:

Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada hubungan antar kadar garam dalam

masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di ciputat

timur.

Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan antara kadar garam dalam

masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat

Timur.

Page 68: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

49

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain studi

cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan rumah

dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga Kelurahan Pisangan Ciputat Timur

tahun 2014.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan

Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

dengan waktu pelaksanaan yaitu bulan Maret s.d Juni 2014.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang akan

dikaji (Harinaldi, 2005). Wasis (2006) menyebutkan populasi adalah keseluruhan

subjek yang akan diteliti, dan terbagi atas populasi finite (terbatas) yaitu populasi

yang diketahui jumlahnya dan infinite (tidak terbatas) yang tidak diketahui

jumlahnya. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga di Jalan

Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur

Tangerang Selatan dengan jumlah 102 orang.

Page 69: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

50

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan

cara tertentu (Wasis, 2006). Hidayat (2008) menjelaskan dalam penelitian

keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Karena

sampel memiliki sifat heterogen, maka peneliti menggunakan cara purposive

(Hidayat, 2008), yaitu cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri

tertentu (sesuai dengan kriteria inklusi) dan dengan pertimbangan tertentu sesuai

dengan yang dikehendaki oleh peneliti.

Adapun Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Ibu Rumah Tangga usia 18 tahun ke atas.

2. IMT 18,5 - 23

3. Tidak ada hipertensi keturunan

4. Tidak mengkonsumsi alkohol

5. Tidak merokok

6. Tidak memiliki penyakit ginjal, dan/ atau pasca trauma kepala,

dan/atau gangguan kelenjar dan/atau tidak sedang hamil.

7. Ibu Rumah Tangga yang memakan masakan sehari-hari.

Page 70: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

51

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

estimasi data proporsi dengan populasi finite (diketahui) (Hidayat, 2008), yaitu:

N Z2

1-/2 P (1-P)

n = -------------------------------

(N-1) d2 + Z

21-/2 P (1-P)

Keterangan:

n = besar sampel minimum

N = besar populasi = 102

Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu = 1,96

P = harga proporsi di populasi = 102 (Usia 18 thn keatas) = 0,26

395 (total penduduk Gg. Jambu)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir = 0,1

Jadi Jumlah Sampel adalah = 102 x (1,96)2 x 0,26 x (1-0,26)

(102-1) x (0,1)2

+ (1,96)2 x 0,26 x (1-0,26)

= 75,3906317 = 75,3906317

1,01 + 0,73912384 1,74912384

= 43.1019405 = 43 orang.

Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan n (sampel) = 43 responden

kemudian ditambahkan 10 % untuk mengantisipasi adanya kemungkinan

hilangnya data atau ketidak lengkapan pengkajian. 43 x 10% = 4,3 = 4 orang.

Maka total sampel dalam penelitian ini adalah : 43+4 = 47 Orang.

Page 71: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

52

4.4 Metode Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian

4.4.1 Metode Pengumpulan Data

a. Pengukuran Kadar Garam dalam Masakan

Metode pengumpulan data untuk pengukuran kadar garam

dalam masakan yang dikonsumsi dengan menggunakan Tanita

Salt Meter Digital dan wawancara. Kadar garam masakan

dianalisa dalam bentuk cairan pada suhu 60-80 0C dengan

menggunakan Tanita Salt Meter Digital. Jumlah sampel dalam

masakan yang akan diteliti sebanyak 100 g (cc), jika responden

membuat empat jenis menu masakan, maka masing-masing

diambil sebanyak 25 g (cc). Konsentrasi garam akan ditunjukkan

dalam persen (%) . Misal, ketika mengukur 100 cc kaldu dan

mendapatkan hasil l%, maka kadar garam dalam kaldu tersebut

adalah 100 (cc) × 0,01 = 1g.

Tabel 4.1 Interpretasi Hasil Tanita Salt Meter

Hasil Jumlah garam dalam 100

cc Jumlah garam dalam 200cc

0,6% 0,6 gr 1,2 gr

1,0% 1,0 gr 2,0 gr

1,3% 1,3 gr 2,6 gr

b. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan

Sphygmomanometer Digital. Pengukuran dilakukan dalam keadaan

istirahat dengan posisi duduk atau berbaring.

Page 72: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

53

c. Pengkajian Karakteristik Responden

Pengkajian karakteristik responden dengan menggunakan kuesioner

untuk mengkaji usia, tingkat pendidikan, dan suku.

d. Pengkajian IMT

Menggunakan rumus:

IMT = BB (Kg)

TB2 (m)

Keterangan:

BB = Berat badan

TB = Tinggi badan

4.4.2 Alat Pengumpulan Data

a. Tanita Salt Meter Digital

Tanita Salt meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur

kadar garam masakan.

b. Sphygmomanometer Digital

Sphygmomanometer Digital digunakan sebagai alat untuk

mengukur kadar garam dalam masakan.

c. Timbangan Berat Badan

Timbangan berat badan digunakan untuk mengukur berat badan

responden.

d. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur tinggi badan responden.

e. Gelas Ukur

Gelas Ukur digunakan untuk mengukur cairan masakan.

Page 73: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

54

f. Blender Pelumat dan Penumbuk

Blender Pelumat dan Penumbuk digunakan untuk menghaluskan

makanan padat menjadi makanan cair.

g. Kuesioner dan Lembar penilaian

Kuesioner dan Lembar Penilaian digunakan untuk mencatat

kadar garam masakan yang dikonsumsi, karakteristik responden

yaitu: nama (inisial), usia, tingkat pendidikan, dan suku,

mengkaji perilaku responden seperti merokok, konsumsi alkohol,

serta mengkaji penyakit yang meliputi kelainan anatomi dan

fisiologi sistem pencernaan, gangguan ginjal, trauma kepala, dan

gangguan kelenjar adrenal.

4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 5 responden

dengan alat yang sama, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

setiap 5 menit. Responden dikaji dalam keadaan istirahat dan

tenang.

a. Tanita Salt Meter Digital merupakan alat pengukur

kadar garam dalam masakan yang diproduksi oleh

Negara Jepang. Alat ini masih baru dan memiliki

garansi 1 tahun, serta telah lulus uji validitas dan

reliabilitas. Oleh karena itu alat ini tidak perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas lagi samapi 1

tahun yang akan datang.

Page 74: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

55

b. Uji validitas reliabilitas Timbangan Berat Badan

dilakukan dengan cara membandingkan alat yang

digunakan untuk meneliti dengan 3 jenis alat

penimbang berat badan lain. Selain itu, uji validitas dan

relaibilitas dilakukan dengan mengukur Berat Badan 5

orang responden, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

stiap 5 menit.

c. Uji validitas dan reliabilitas Sphygmomanometer

Digital dilakukan dengan menguji 5 responden dengan

satu alat yang sama, pengukuran dilakukan sebanyak 3

kali setaip 5 menit. Responden dikaji dalam keadaan

istirahat dan tenang.

Page 75: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

56

4.4.4 Prosedur Penelitian

Peneliti menghubungi ketua RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan

untuk memintak data jumlah warga yang sesuai kriteria, kemudian

mendatangi warga untuk melakukan seleksi dengan didampingi oleh ketua

RT atau yang mewakili serta menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian

secara jelas kepada calon responden. Informed consent dilakukan di rumah

responden sebelum dilakaukan pengambilan data. Setelah responden

menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian, responden diukur tekanan

darahnya dengan menggunakan alat Sphygmomanometer digital, kemudian

dilanjutkan dengan pengukuran kadar garam dalam masakan yang

dikonsumsi dengan menggunakan Tanita Salt Meter. Pengambilan data

setiap responden dilakukan selama 3 hari (mengacu pada panduan WHO

2010 tentang “A Eview Of Methods To Determine The Mainsources Of Salt

In The Diet”) kemudian dihitung mean konsumsi garam masakan/hari dan

mean tekanan darah. Setelah itu data yang diperoleh dimasukkan dalam

lembar penilaian. Berikut peneliti alur penelitian:

Gambar 4.1 Alur Penelitian

Ibu rumah

tangga

Pemilihan

responden

Informed

consent

Pengambilan

data

Pencatatan

dalam lembar

penilaian

Page 76: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

57

4.5 Pengolahan Data

Menurut Setiadi (2007) dalam pengolahan data penelitian menggunakan

langkah-langkah diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel

kontingensi .

4. Cleaning Data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

dientry,apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi saat

meng-entry data ke komputer.

Page 77: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

58

4.6 Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan data secara sederhana dengan menganalisa 1 variabel

yang diteliti. Adapaun cara untuk menyajikan hasil analisa univariat

dapat menggunakan prosentase atau tabel distribusi frekuensi, batang,

diagram map, dan diagram pie (Budihartono. 2006). Analisa univariat

mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-masing variabel

yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung mean, median,

simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Analisa univariat

pada penelitain ini menjelaskan atau mendeskripsikan tentang profile

tekanan darah, dan Tingkat konsumsi garam masakan.

b. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak normal, guna menentukan jenis analisa

bivariat yang digunakan untuk menganalisa data. Jika data berdistribusi

normal maka uji bivariat data yang dapat digunakan adalah uji

parametrik dan jika data berdistribusi tidak normal maka analisa data

adalah uji non-parametik (Hastono, 2006). Terdapat dua macam uji

kenormalan distribusi data yang bisa digunakan, yaitu:

1. Kolmogorov smirnov yaitu dengan membandingkan nilai Sig.

(Signifikansi) atau nilai probabilitas dengan 0,05. Jika nilai

probabilitas , 0,05 menunjukkan bahwa distribusi data tidak

normal (simetris) dan apabila nilai probabilias > 0,05 berarti

distribusi data normal (Santoso, 2010).

Page 78: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

59

2. Shapiro Wilk. Cara menginterpretasi data hampir sama dengan

metode Kolmogrov Smirnov, yaitu dengan membandingkan

nilai probabilitas (Sig.) dengan 0,005. Jika nilai probabiltias <

0,05 berarti data berdistribusi tidak normal, namun jika nilai

probabilitas > 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi

normal (Santoso, 2010).

Analisa parametrik yang dapat digunakan untuk mengolah data

adalah z test, t test, dan uji Anova yang digunakan untuk menguji

apakah ada perbedaan yang jelas antara rata-rata populasi. Sedangkan

untuk uji korelasi dapat menggunakan uji korelasi dan regresi sederhana

jika menghubungkan dua variabel, dan korelasi dan regresi berganda

untuk variabel lebih dari dua (Santoso, 2010). Tabel berikut

menjelaskan berbagai jenis uji data baik data berdistribusi normal

maupun tidak normal.

Tabel 4.2 Metode Analisa Data

Aplikasi Test Parametrik Test Non-Parametrik

Satu sampel Uji t (t test)

Uji z (z test)

Uji Binomial

Uji Runs

Uji Kolmogorov-Smirnov untuk satu

sampel

Dua sampel saling

berhubungan

(Two Dependent

Samples)

t test paired

z test paired

Sign test

Wilcoxon Signed-Rank test

Mc Nemar Change test

Page 79: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

60

Dua sampel tidak

berhubungan (two

independent

samples)

t test

z test

Mann-Whytney U test

Moses Extreme reaction

Chy-Square test

Kolmogorov-Smirnove test

Walt-Wolfowitz runs

Beberapa Sampel

Berhubungan

Friedman Test

Kendal W test

Cochran’s Q

Beberapa sampel

tidak

berhubungan

ANOVA (F test) Kruskal-Wallis test

Chy Square test

Median test

Mengetahui

hubungan antara

variabel

Regresi

Kolerasi Pearson

Korelasi Spearman

Korelasi Kendall

c. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk menjelaskan hubungan anatara dua

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terkait (budiharto, 2006).

Dalam penelitian ini guna menganalisa hubungan kadar garam dalam

masakan dengan profil tekanan darah peneliti menggunakan analasia

korelasi Person jika distribusi data normal, namun jika distribusi data

tidak normal, maka peneliti menggunakan analisa Korelasi Spearman

dan Korelasi kendall.

Page 80: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

61

4.7 Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat peneliti dalam keperawatan

akan berhubungan secara langsung dengan manusia, maka segi etika harus

diperhatikan karena mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian

(Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan

diberikan sebelum penelitian dilakukan. Lembar persetujuan ini

diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian, serta manfaat

penelitan dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan

penelitian, dan dampaknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Anonimity merupakan upaya untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden. Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data yang diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya

diberi kode tertentu dan nama inisial.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 81: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

62

BAB V

HASIL PENELITIAN

Peneliti menyajikan dan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan

di dalam bab ini. penelitian ini dilakukan di Jalan Jambu RT 002/ RW 011

Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tangerang Selatan Provinsi Banten. Hasil

Penelitian disajikan dalam analisa univariat. Analisa univariat menggambarkan

secara deskriptif data demografi responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan,

dan suku, serta menggambarkan secara deskriptif data kadar garam dalam masakan

dan data profil tekanan darah.

Jumlah warga yang bertempat di Jalan Jambu RT 002 RW 011 Kelurahan

pisangan adalah 395 orang dengan 107 keluarga. Responden dalam penelitian ini

adalah ibu rumah tangga usia 18 tahun ke atas berjumlah 47 orang dari 102 ibu

rumah tangga yang ada.

5.1 Uji Normalitas Data

Tabel 5.1 Analisa Normalitas Data Profil Tekanan Darah

(n=47)

Variabel Kolmogorov-Smirnov Distribusi Data

Usia 0,00 Tidak Normal

Suku 0,00 Tidak Normal

Tingkat Pendidikan 0,00 Tidak Normal

Profil Tekanan Darah 0,00 Tidak Normal

Kadar Garam 0,00 Tidak Normal

Tabel 5.1 di atas menunjukkan distribusi data tekanan darah dan kadar

garam dalam masakan. Menunjukkan bahwa distribusi data setiap variabel

usia, Suku, profil tekanan darah, dan kadar garam mempunyai nilai

Page 82: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

63

signifikansi (p value) 0,00 < 0,05 pada Uji Kolmogorov-Smirnov. Jadi dapat

disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak normal.

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Usia

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di RT 002

RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat

(n = 47)

Usia Frekuensi

(n)

Persentase

18-24 3 6.4%

25-34 15 31.9%

35-44 17 36.2%

45-54 9 19.1%

55-64 2 4.3%

65-74 1 2.1%

> 75 0 0%

Total 47 100%

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 5.1 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan usia. Jumlah persentase terbanyak responden adalah

termasuk pada ibu rumah tangga usia 35-44 tahun sebanyak (36,2%), dan

jumlah persentase paling sedikit adalah ibu rumah tangga usia 65-74

tahun (2,1%).

5.2.2 Tingkat pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

pendidikan di RT 002 RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur

(n = 47)

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Sekolah 2 4,26

SD 26 55,32

SMP/Sederajat 8 17,02

Page 83: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

64

SMA/SMK/MA 11 23,4

D III (Akademi) 0 0

S-1 (Strata satu) 0 0

S-2 (Strata Dua) 0 0

S-3 (Strata Tiga) 0 0

Jumlah 47 100

Sumber : Data Primer (2014)

Tabel 5.2 diatas menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini tingkat

pendidikan dibagi menjadi delapan tingkat pendidikan berdasarkan

Keputusan Mentri Pendidikan yaitu, tidak sekolah, pendidikan Dasar

(SD, SMP/Sederajat), Pendidikan menengah (SMA/SMK/MA), dan

Pendidikan tinggi (D III (Akademi), Strata satu, Strata Dua, dan

Strata Tiga). Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar tingkat

pendidikan ibu rumah tangga adalah sekolah dasar (SD) dan 0% ibu

rumah tangga yang memiliki pendidikan perguruan tinggi.

5.2.3 Suku

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku di RT

002 RW 011 kelurahan Pisangan Ciputat Timur

(n = 47)

Suku Frekuensi Persentase (%)

Jawa 34 72,34

Betawi 7 14,89

Sunda 5 10,64

Batak 1 2,13

Total 47 100

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden adalah suku jawa sebanyak 34 orang (72,34%), kemudian

Page 84: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

65

Betawi 7 orang (14,89%), sunda 5 orang (10,64%), serta Suku Batak

1 orang (2,13%).

5.3 Kadar Garam Dalam Masakan

Tabek 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Garam Dalam

Masakan di RT 002/ RW 011 kelurahan Pisangan Ciputat Timur

(n = 47)

Kadar Garam dalam

100 g masakan

Frekuensi (n) Persentase (%)

< 0,6 % 6 12,77%

0,6 – 0,8% 9 19,15%

0,9-1,1% 11 23,4%

1,2% 21 44,68%

Total 47 100%

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 5.4 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan kadar garam dalam maskan. persentase sebagian besar kadar

garam dalam masakan responden adalah 1,2% yaitu sebanyak 21 orang

(44,68%), dan persentase kadar garam paling sedikit adalah < 0,6% hanya 6

orang (12,77%).

5.4 Profil Tekanan Darah

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Profil Tekanan

Darah di RT 002 RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat timur

(n=47)

Tekanan

darah

Frekuensi Persentase Std. Deviasi

Sistol Diastol

Normotensi 26 55,3% 22.33

5

13.553

Hiepertensi 21 44,7%

Total 47 100%

Sumber : Data Primer (2014)

Page 85: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

66

Tabel 5.5 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan profil tekanan darah. Dari data di atas terlihat bahwa

Responden yang memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 21 orang (44,7%),

dan responden yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 26 orang

(55,7%), dengan standar deviasi sistol 22,335 dan diastol 13,553.

b. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Usia

(n=47)

Usia Jumlah Persentase Tekanan Darah

Normal Hipertensi

18-24 3 100% 0%

25-34 15 66,7% 33,3%

35-44 17 53% 47%

45-54 9 22,2% 77,8%

55-64 2 50% 50%

65-74 1 100% 0%

> 75 0 - -

Total 47

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 5.6 di atas menjelaskan distribusi frekuensi tekanan darah

berdasarkan usia responden. Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase

terbesar responden yang memiliki hipertensi adalah usia 45-54 tahun yang

Page 86: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

67

mencapai (77,8%), dan persentase responden yang memiliki profil tekanan

darah normal adalah usia 18-24 tahun (100%) dan usia 65-74 tahun (100%).

.

5.5 Distribusi Frekuensi Suku berdasarkan Kadar Garam dalam

Masakan

Tabel 5.7 Frekuensi Suku Berdasarkan Kadar Garam dalam Masakan di

Jalan Jambu RT 002 / RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur

(n = 47)

Kadar

garam (%)

Persentase (%)

Batak Betawi Jawa Sunda

N % N % N % N %

< 0,6 0 0 2 28,6 3 8,8 1 20

0,6-0,8 1 100 0 0 7 20,6 1 20

0,9-1,1 0 0 2 28,6 8 23,5 1 20

> 1,2 0 0 3 42,8 16 47,1 2 40

1 100% 7 100% 34 100% 5 100%

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 5.7 di atas menunjukkan distribusi frekuensi Suku berdasarkan

kadar garam dalam masakan. Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase

sebagian besar kadar garam dalam masakan Suku Betawi, Suku Jawa, dan

Suku Sunda adalah 1,2% yaitu masing-masing sebanyak 42,86% untuk

Suku Betawi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku Sunda.

5.6 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Garam

dalam Masakan

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar

Garam Dalam Masakan

(n = 47)

Kadar Garam dalam

Masakan 0,6-0,8% /

100 g Jumlah (n)

Persentase %

Normotensi Hipertensi

Page 87: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

68

< 0,6% 6 100% 0%

0,6-0,8% 9 100% 0%

0,9-1,1% 11 45, 45% 54,55%

> 1,2 21 23,8% 76,2%

Total 47

Sumber : Data Primer (2014)

Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki

kadar garam dalam masakan > 1,2% memiliki persentase hipertensi

tertinggi mencapai 76,2%, sedangkan responden yang memiliki kadar

garam dalam masakan < 0,6% dan 0,6-0,8% memiliki profil tekanan

darah normal.

5.7 Analisa Hubungan Kadar Garam Terhadap Tekanan Darah

Hasil uji normalitas data tekanan darah dan kadar garam menunjukkan

bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga analisa korelasi antar kadar

garam dalam masakan dengan tekanan darah menggunakan uji koelasi non-

parametrik. Pada penelitian ini, variabel yang dihubungkan adalah variabel

kadar garam dalam masakan sebagai variabel independent, dan variebel

tekanan darah sebagai variabel dependent. Variabel-variabel tersebut

berskala interval dan rasio, sehingga dalam peneltian ini analisa korelasi

menggunakan uji Spearman's rho (Dahlan, 2010).

Page 88: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

69

Tabel 5.13 Analisa Hubungan Kadar Garam dalam Masakan dengan

Tekanan Darah (n=47)

Korelasi Spearman's rho

r P

Kadar gram dalam Masakan dengan

Tekanan Darah

0.592**

.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data Primer (2014)

Table 5.12 di atas menunjukkan korelasi antara kadar garam dalam

masakan dengan tekanan darah. Terdapat hubungan positif yang kuat antara

kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r

hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji

Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang

kuat antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan darah. Yaitu

semakin tinggi kadar garam dalam masakan maka semakin tinggi pula risiko

seseorang untuk mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi).

Page 89: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

65

BAB VI

PEMBAHASAN

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat

mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai jaringan tubuh

manusia untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi

kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana

pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh

(Gunawan, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profil tekanan darah responden

cenderung tinggi, hal ini terlihat pada persentase responden yang mengalami

hipertensi mencapai 44,7%. Angka ini jauh di atas prevalensi hipertensi di

Indonesia yaitu 31,7%. Ini sesuai dengan pernyataan WHO (2013),

hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini, setiap tahun penyakit

hipertensi selalu mengalami peningkatan.

Tingginya angka hipertensi pada ibu rumah tangga diasumsikan dapat

disebabkan oleh perilaku ibu rumah tangga yang monoton, terlalu banyak

mengkonsumsi garam, dan kurang aktivitas fisik. Jika dilihat dari teori,

berbagai faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah keturunan,

jenis kelamin, usia, obesitas, konsumsi garam berlebih, konsumsi kolestrol

berlebih, kurang oleh raga, merokok dan konsumsi alkohol( Grey, dkk, 2005).

Untuk memastikan penyebab peningkatan angka hipertensi tersebut, maka

yang perlu ditinjau dalam penelitian selanjutnya adalah bagaimana tingkat

Page 90: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

66

aktivitas fisik ibu rumah tangga. Karena jika dilihat dari aktifitas fisik, ibu

rumah tangga hanya melakukan aktivitas ringan seperti memasak, dan

mengasuh anak. Selain itu, yang harus menjadi perhatian adalah seberapa

banyak kolestrol yang dikonsumsi dan berapa tingkat stres yang dialami ibu

rumah tangga sehingga menyebabkan angka hipertensi cenderung meninggi.

Profil Tekanan Darah dengan Usia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tekanan darah untuk usia 18-24 tahun mempunyai profil tekanan

darah normal, usia 25-34 tahun persentase responden hipertensi adalah

33,3%. Usia 35-44 tahun persentase responden hipertensi adalah 47%. untuk

usia 45-54 tahun persentase responden hipertensi meningkat menjadi 77,8%.

Namun terjadi penurunan persentase hipertensi pada usia 55-64 tahun

terdapat 50% responden yang mengalami hipertensi, dan 0% usia 65-74

tahun.

Data di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita

hipertensi dari 0% pada usia 18-24 tahun menjadi 77,8% pada usia 45-54

tahun. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tekanan darah akan

meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Ini disebabkan

karena dengan bertambahnya usia, dinding pembuluh darah mengalami

perubahan struktur dan fungsi. Jumlah sel otot polos berkurang dan elasitas

berkurang sehingga tahanan tepi meningkat yang dapat menyebabkan jantung

bekerja lebih untuk memompa darah yang berakibat peningkatan pembuluh

darah (Grey, et al 2005). Prevalensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia

Page 91: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

67

25 tahun atau kurang, meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50%

pada usai 70 tahun (Davy, 2006).

Peningkatan usia terhadap risiko hipertensi ini sesuai dengan penelitian

oleh Zamhir Setiawan (2004), semakin meningkat usia responden semakin

tinggi risiko hipertensi. Pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar

29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 Tahun sebesar

65%. Penelitian Hasurungan (2002) pada lansia menemukan bahwa

dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60-64 tahun terjadi peningkatan

risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70

tahun 2,97 kali. Serta penelitian oleh Rahajeng dan Sulistyowati 2009, yang

menyatakan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara peningkatan usia

dengan kejadian hipertensi. Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko

hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi

meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok usia

>75 tahun berisiko 11,53 kali.

Hasil penelitain menunjukkan bahwa persentase hipertensi menurun

pada usia 55-64 tahun, yaitu hanya terdapat 50% responden yang mengalami

hipertensi, dan 0% pada responden usia 65-74 tahun. Hasil ini bertentangan

dengan penelitian oleh Zamhir Setiawan (2004), Hasurungan (2002), Serta

penelitian oleh Rahajeng dan Sulistyowati (2009) yang menyatakan bahwa

peningkatan usia sangat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Hal ini

dikarenakan jumlah responden hanya 2 orang untuk usia 55-64 tahun dan 1

orang untuk usia 65-74 tahun, begitu juga untuk responden usia 18-24 tahun

Page 92: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

68

yang hanya berjumlah 3 orang dengan persentase hipertensi 0%. Untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat sebaiknya dalam peneltian selanjutnya

agar membagi jumlah responden secara merata pada setiap kelompok usia.

Dilihat dari usia, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden adalah berusia 35-44 tahun dengan persentase 36.2% orang,

dengan usia rata-rata responden adalah 38,8 tahun. Levinson, dkk, (1978)

dalam Perry & Potter, (2005) menyebutkan usia 33 sampai 39 tahun

merupakan masa dimana seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar

dalam mengatasi setiap stressor dalam kehidupan.

Edelman dan Mandle (1994) dalam Perry & Potter (2005)

menyebutkan usia 38,8 tahun termasuk kedalam dewasa tengah, yaitu

merupakan masa tenang, sedangkan levinson et al (1978) dalam Perry &

Potter (2008) menyatakan dewasa tengah sebagai masa keberhasilan. Perry &

Potter (2005) sendiri mendefinisikan dewasa tengah merupakan usia

maturiatas dimana seseorang sudah mencapai keseimbangan pertumbuhan

fisiologis, psikologis, dan kognitif. Individu yang matur merasa nyaman

dengan kemampuan, pengetahuan, dan respon yang telah mereka

kembangkan bertahun-tahun. Mereka melihat dunia dengan pandangan yang

luas, berdasarkan panduan penglihatan, emosi, dan imajinasi. Mereka

menghadapi masalah yang dapat dipecahkan dan belajar untuk hidup dengan

masalah yang tidak terpecahkan.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini berada

dalam masa kesetabilan, ketenangan, produktifitas tinggi, dan masa

Page 93: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

69

keemasan. Namun jika dilihat dari tingkat penidikan menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan responden tergolong rendah, tidak ada yang mencapai

pendidikan perguruan tinggi, hanya 23,4% responden yang memiliki tingkat

pendidikan sekolah menengah, persentase terbesar pendidikan responden

adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 55,32%, dan juga terdapat

4,26% responden yang tidak sekolah. Padahal Notoatmodjo (2005)

menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan

pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungannya

yang dapat mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan

sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan perilaku responden dalam

membuat upaya mempertahankan kesehatannya (Elfiky, 2014).

Carulla, dkk (2013) mendefinisikan perilaku sebagai istilah umum yang

menggambarkan dua hal yang saling berhubugan antara rangsangan internal

dan eksternal dengan perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu.

Perilaku merupakan bagian dari kebiasaan, dimana perilaku dan kebiasaan

merupakan bagian dari gaya hidup individu. Jadi gaya hidup dapat

didefinisikan gambaran kebiasaan dan perilaku spesifik yang dapat diamati

dari individu yang berhubungan dengan promosi, perlindungan, atau

pemeliharaan kesehatan.

Pendidikan yang rendah ini berhubungan dengan perilaku responden

untuk menjaga kesehatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

rata-rata usia responden 38,8 tahun terdapat 44,7% responden yang memiliki

hipertensi. padahal Grey et al (2005) menyebutkan pada umumnya, hipertensi

Page 94: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

70

menyerang pria di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia

45 tahun. Hal ini karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong

terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, merokok, dan makan tidak

terkontrol. Adapun pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah masa

menopose (sekitar 45 tahun). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Rahajeng

dan Sulistyowati (2009), Proporsi hipertensi terendah ditemukan pada

responden yang bersekolah mempunyai risiko 1,42 kali terkena hipertensi

dibandingkan responden yang bersekolah.

Selain itu, pendidikan yang rendah juga berhubungan terhadap perilaku

responden dalam menggunakan garam dalam memasak yang cenderung

tinggi. Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase sebagian besar kadar

garam dalam masakan responden adalah 1,2% yaitu sebanyak 21 orang

(44,68%), dan hanya 12,77% responden yang memiliki kadar garam < 6%

dalam memasak. Dilihat dari distribusi frekuensi suku berdasarkan kadar

garam dalam masakan juga menunjukkan bahwa rata-rata setiap Suku Betawi,

Jawa dan Sunda memiliki kadar garam > 1,2% yaitu masing-masing sebanyak

42,86 % untuk Suku Betasi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku

Sunda.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes 2013, Indonesia merupakan

salah satu negara dengan konsumsi garam tinggi sekitar 15 gram/hari. Budaya

yang menjadikan lidah masyarakat Indonesia menyukai rasa asin melebihi

kebutuhan tubuh, menyebabkan menu masakan orang Indonesia cenderung

memiliki kandungan garam yang berlipat-lipat.

Page 95: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

71

Garam menjadi bahan tambahan yang hampir selalu digunakan dalam

membuat masakan. Rasa asin dalam garam menjadi salah satu sensasi dasar

yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai penyedap rasa dalam

masakan karena makanan tanpa dibubuhi garam akan terasa hambar

(Caldwell, dkk. 2004). Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah banyak

orang saat ini cenderung meninggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas 2007 dan 2010) diketahui hampir seperempat (24,5 persen)

penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengonsumsi makanan asin setiap

hari, satu kali atau lebih (Depkes, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan profil tekanan darah responden

dengan kadar garam dalam masakan < 0,6% dan 0,6-0,8 % memiliki

profil tekanan darah normal, responden dengan dengan kadar garam

masakan 0,9-1,1% persentase hipertensi sebanyak 54,55% orang, dan

kadar garam dalam masakan > 1,2% memiliki persentase hipertensi

sebanyak 76,2% orang.

Hasil analisa korelasi menghasilkan terdapat hubungan positif yang

kuat antara kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah,

yaitu nilai r hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada

α=0,01 pada uji Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa

terdapat korelasi yang kuat antara kadar garam dalam masakan dengan

profil tekanan darah. Yaitu semakin tinggi kadar garam dalam masakan

maka semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami peningkatan

tekanan darah (hipertensi). Oleh karena itu masalah garam menjadi

Page 96: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

72

menjadi consent kesehatan dunia saat ini (WHO, 2007). Namun, yang

menjadi perhatian bagi peneliti selanjutnya adalah berapa proporsi, jenis

dan frekuensi masakan yang dikonsumsi.

Hal ini sejalan dengan penelitain (Appel, dkk. 2001), (Roberts, 2001),

(Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003), (Cappuccio,

dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010),

bahwa Hipertensi sangat erat kaitannya dengan garam. Asupan tinggi garam

adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah dan pengurangan asupan

garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang direkomendasikan (< 5g/hari) dapat

menurunkan tekanan darah (He dan MacGregor, 2010). Dari penjabaran di

atas mungkin yang perlu ditinjau dalam penelitian selanjutnya adalah

menganalisa jumlah intake garam terhadap kejadian hipertensi.

Pengaruh konsumsi garam terhadap kenaikan tekanan darah terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan kenaikan tekanan

darah (Soenardi dan Soetardjo, 2005). Apabila jumlah garam terlalu

banyak maka tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan garam, dan

menumpuk di dalam darah, sehingga terjadi peningktan retensi penyerapan

air yang berdampak pada peningkatan viskositas darah (Sitepoe, 2009).

Volume cairan tubuh yang meningkat membuat jantung dan pembuluh

darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke

seluruh tubuh, tekanan darah pun meningkat dan berakibat pada hipertensi

(Soenardi danSoetarjo, 2005, Sutomo, 2009). Natrium tinggi juga dapat

Page 97: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

73

mengecilkan diameter pembuluh darah dan arteri sehingga jantung harus

memompa darah lebih kuat (Ramayulis, 2010) .

6.2 Keterbatasan Penelitian

1. Instrumen: Alat yang digunakan dalam penelitian ini hanya untuk

mengukur kadar garam dalam masakan, sehingga tidak dapat

mengukur secara pasti berapa jumlah garam yang dikonsumsi oleh

seseorang.

2. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini hanya mengukur

sampel dalam satu waktu.

Page 98: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

74

BAB VII

PENUTUP

7.1 KESIMPULAN

1. Responden dalam penelitain ini adalah ibu rumah tangga berjumlah 47

orang, mayoritas berusia 35-44 tahun, terdiri atas Suku Batak, Betawi,

Jawa dan Sunda. Tingkat penidikan responden terbanyak adalah SD

sebanyak 26 orang (55,32%), namun juga terdapat responden yang

tidak sekolah sebanyak 2 orang (4,26%).

2. Responden yang memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 21 orang

(44,7%), dan responden yang memiliki tekanan darah normal

sebanyak 26 orang (55,7%)

3. Persentase sebagian besar kadar garam dalam masakan responden

adalah 1,2% sebanyak 21 orang (44,68%).

4. Rata-rata kadar garam dari setiap Suku Betawi, Jawa, dan Sunda

adalah > 1,2%, yaitu masing-masing sebanyak 42,86% untuk Suku

Betawi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku Sunda.

5. Terdapat hubungan positif yang kuat antara kadar garam dalam

masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung 0,592

dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji

Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi

yang kuat antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan

darah. Yaitu semakin tinggi kadar garam dalam masakan maka

Page 99: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

75

semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami peningkatan

tekanan darah (hipertensi).

7.2 SARAN

1. Bagi Puskesmas Tangerang Selatan

a. Melakukan kunjungan rumah untuk memastikan jenis, proporsi, dan

frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh Warga Jl. Jambu RT

002/RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.

b. Hendaknya memberikan penyuluhan secara detail dan mendalam

tentang fakor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi dan

pencegahanya sebagai upaya preventif mengenai hipertensi dan

komplikasinya sesuai dengan jenjang pendidikan masyarakat.

2. Bagi Penelitan Selanjutnya

Bagi penelitan selanjutnya diharapkan dapat melakukan

penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai Intake garam

terhadap tekanan darah dengan menggunakan alat yang lebih baik,

metode Eksperimental atau Kohort dengan waktu pengamatan yang

lebih lama, serta melakukan pengukuran intake natrium dengan

sampel dalam urin 24 jam.

Page 100: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Ajani, U.A., Dunbar, S.B., Ford, E.S., Mokdad, A.H. & Mensah, G.A. (2005)

Sodium intake among people with normal and high blood pressure. Am. J.

Prev. Med. 29, 63–67.

Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama.

Anies. (2006). Waspadai Ancaman penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan

dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Appel, L.J., Espeland, M.A., Easter, L.M.S., Wilson, A.C., Folmar, S. & Lacy,

C.R. (2001) Effects of reduced sodium intake on hypertension control in

older individuals: results from the Trial of Nonpharmacologic

Interventions in the Elderly (TONE). Arch. Intern. Med. 161, 685–693.

Asmadi. (2008). Tehnik prosedural keperawatan: Konsep dan applikasi

kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

Baradero, Mary dkk. (2008). Klin Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan

Keperawatan. Jakrta : EGC.

___________________. (2005). Prinsip dan Praktik Keperawatan Periopratif.

Jakarta: EGC.

Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.

Brown, I.J., Tzoulaki, I., Candeias, V. & Elliott, P. (2009) Salt intakes around the

world: implications for public health. Int. J. Epidemiol. 38, 791–813.

Budihartono. (2006). Metodologi penelitian kesehatan Dengan Contoh Bidang

Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.

Caldwell, Jh, dkk.. (2004, 30 Oktober 2014). Proceedings of the "Dietary

Reference Intakes for Water, Potassium, Sodium, chloride and sulfate”;

The National Academies. Accessed via www.nap.edu/.

Campbell NRC, dkk. (2011). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk.(2012).

Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption

in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.

32(4):265–73.

Cappuccio, F.P., Kerry, S.M., Micah, F.B., Plange-Rhule, J. & Eastwood, J.B.

(2006) A community programme to reduce salt intake and blood pressure

in Ghana. BMC Public Health 6, 13.

Page 101: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

Carulla, Salvador, dkk. (2013). Basic Concepts in the Taxonomy of Health-

Related Behaviors, Habits and Lifestyle. International Journal of

Environmental Research and Public Health ISSN 1660-4601.

Conlin, P.R. (2007) Eat your fruits and vegetables but hold the salt. Circulation

116, 1530–1531.

Corne´lio, M.E. (2008) Salt Consumption Among Hypertensive Subjects:

Behavioural Individual Determinants. Master’s dissertation. Campinas,

SP: Universidade Estadual de Campinas. Available at:

http://cutter.unicamp.br/document/ ?code=000433967 (accessed on 20

April 2014).

Corwin, Elizaabeth J. (2009). Buku Saku patofisiologi Edisi 3. Alih Bahasa, Nike

Budhi Subekti; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, dkk..

Jakarta : EGC.

Dahlan, M. Sopiyudin. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika.

Darwis D, dkk. (2008). Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit’ dalam

Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi,

Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2, FK-UI, Jakarta.

Departemen Kesehatan Indonesia. (2007). Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2007. Diakses dari www.depkes.go.id. tanggal 10 Nopember 2013.

_____________________________. (2011). Profil Data Kesehatan Indonesia

Tahun 2011. Diakses dari www.depkes.go.id tanggal 25 April 2014.

Elliott, Paul and Ian Brown. (2007). Sodium Intakes Around The World. WHO

Library Cataloguing.

Ensiklopedia Indonesia. (2014). dalam http://www.anneahira.com/pengertian-

suku-bangsa.htm. Diakses tanggal 04 Juni 2014.

Erdem, Y., Arici, M., et al. (2010) The relationship between hypertension and salt

intake in Turkish population: SALTURK study. Blood Press.19, 313–318.

Ezzati M. dkk. (2002). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk. (2012). Consumer

attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel

countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.

Ferreira-Sae, M.C., Gallani, M.C., Nadruz, W., Rodrigues, R.C., Franchini, K.G.,

Cabral, P.C. & Sales, M.L. (2009) Reliability and validity of a semi-

quantitative FFQ for sodium intake in low-income and low-literacy

Brazilian hypertensive subjects. Public Health Nutr. 28, 1–6.

Garriguet D. (2007). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer

attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel

countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.

Page 102: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

Gray, Huon H. dkk. (2005). Lecture Notes : Kariologi Edisi Empat. Jakarta :

Erlangga.

Gunawan, Lany. (2007). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi Edisi 8. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2007). Tjahjono, Dalam Hendro Djoko. (2011).

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nafsu Makan Pada Pasien

Dengan Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronis Di Rsud Dr. M.

Soewandhie Surabaya. Tesis Universitas Indonesia.

Harinaldi. (2005). Prinsiip-Prinsip Statistik untuk Penelitian dan Sains. Jakarta :

Erlangga.

He, F.J. & MacGregor, G.A. (2010) Reducing population salt intake worldwide:

from evidence to implementation. Prog. Cardiovasc. Dis. 52, 363–382.

________________________. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012).

Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption

in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.

32(4):265–73.

Hermawan, Asep. (2006). Buku penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta:

PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawaatan dan Teknik

Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Hooper, L., Bartlett, C., Smith, G.D. & Ebrahim, S. (2002) Systematic review of

ling term effects of advice to reduce dietary salt in adults. BMJ 325, 628.

Institute of Medicine. (2010). Strategies to reduce sodium intake in the United

States. Washington, D.C.: IOM. Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.

Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption

in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.

2012;32(4):265–73.

Istijanto, (2005). Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-

Dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Khaw, K.T., et, all. (2004) Blood pressure and urinary sodium in men and

women: the Norfolk Cohort of the European Prospective Investigation into

Cancer (EPIC – Norfolk). Am. J. Clin. Nutr. 80, 1397–1403.

Klutts J.S. and Scott M.G. (2006). ‘Physiology and disorders of Water,

Electrolyte, and Acid- Base Metabolism’ In: Tietz Text Book of Clinical

Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1, Elsevier Saunders

Inc:Philadelphia.

Legetic B and Campbell N. (2011). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.(2012).

Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption

Page 103: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.

32(4):265–73.

MacGregor GA, dkk. (1989). Dalam Paul Elliott and Ian Brown. (2007). Sodium

Intakes Around The World. WHO Library Cataloguing.

Mancia dkk. (2013). Dalam Bostock-Cox, Beverley. (2013). Nurse prescribing

for the management of hypertension. British Journal of Cardiac Nursing.

Matfin G. and Porth C.M. (2009). ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’

In: Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition,

McGraw Hill Companies USA, pp. 761-803.

Ministerio de Salud de Argentina. (2008). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk

(2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt

consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud

Publica. 32(4):265–73.

Molina, M.C.B., Cunha, R.S., Herkenhoff, L.F. & Mill, J.G. (2003) Hipertensa˜o

arterial e consumo de sal em populac¸a˜o urbana. Rev. Saude Publica. 37,

743–750.

National Institute for Health and Care Excellence. (2011). Dalam Bostock-Cox,

Beverley. (2013). Nurse prescribing for the management of hypertension.

British Journal of Cardiac Nursing.

Pan American Health Organization. First meeting of expert group on CVD

prevention through dietary salt reduction. Washington, D.C.: PAHO; 2009.

Available from: http://new.paho.org/hq/index.php? option=com_

contentdantask =viewdanid =2024danItemid=1963 Accessed 19 Maret

2014.

Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,

dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC.

Ramayulis, Rata. (2010). Menu dan Resep Untuk Penderita Hipertensi. Jakarta :

PT Penebar Plus.

Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nusa Medika.

Roberts, W.C. (2001) High salt intake, its origins, its economic impact, and its

effect on blood pressure. Am. J. Cardiol. 88, 1338–1346.

Sacks, F.M., Svetkey, L.P., Vollmer, W.M., Appel, L.J., Bray, G.A., Harsha, D.,

Obarzanek, E., Conlin, P.R., Miller, E.R., Simons-Morton, D.G., Karanja,

N. & Lin, P.H. (2001) Effects on blood pressure of reduced dietary sodium

and the Dietary Approaches to Stop ypertension (DASH) diet. N. Engl. J.

Med. 344, 3–10.

Page 104: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

Sarno F. dkk. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk. (2012). Consumer

attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel

countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Setiawan, Ebta. (2012-2014). Rasa. Diakses dari http://kbbi. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia) web.id/rasa. Diakses tanggal 07 Maret 2014.

Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Edisi 6.

Jakarta : EGC.

Sitepoe, Mengku. (2008). Coret-coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Jakarta :

KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Smith-Spangler CM, dkk. (2010). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.(2012).

Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption

in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.

32(4):265–73.

Soenardi, Tuti dan Soetardjo, Susirah. (2005). Hidup Sehart Untuk Penderita

Hipertensi, Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sutomo, Budi. (2009). Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta : Gramedia.

Tsugane S. (2005). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer

attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel

countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.

US Department of Health and Human Services dan US Department of

Agriculture. (2005). Dalam Corne´ lio dkk. (2012). Public Health Nutrition

And Epidemiology Behavioural Determinants Of Salt Consumption

Among Hypertensive Individuals: A Literature review. Journal of Human

Nutrition and Dietetics.

Vitahealth. (2009). Inforamasi Lengkap Untuk Penderita Hipertensi Dan

Keluargannya. Jakarta : Gramedia Utama.

Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Who/Paho Regional Expert Group For Cardiovascular Disease Prevention

Through Population‐Wide Dietary Salt Reduction. (2010). A Review Of

Methods To Determine The Main Sources Of Salt In The Diet.

Woo J. dkk. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer

attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel

countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.

World Health Organization (WHO). (2006). Reducing salt intake in populations:

report of a WHO forum and technical meeting, 5–7 October 2006, Paris,

France. Geneva.

Page 105: MUHAMAD NURCHOYIN - FKIK.pdf

World Health Organization. (2006) Dalam Corne´ lio dkk. (2012). Public Health

Nutrition And Epidemiology Behavioural Determinants Of Salt

Consumption Among Hypertensive Individuals: A Literature

review.:Journal of Human Nutrition and Dietetics.

World Health Organization. (2013). Faktors blood pressure. Diakses dari

http://www.who.int/gho/ncd/risk_ factors/blood _pressure_

mean_text/en/index.html. Mean Systolic Blood Pressure (SBP) . 2013.

Diakses tanggal 10 Nopember 2013.