Muhamad Rakif P ITK PKL

19
i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG KONDISI TRANSPLANTASI KARANG TAMAN NASIONAL WILAYAH II (KALEDUPA) WAKATOBI Oleh : MUHAMAD RAKIF PANGUALE C54100004 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Transcript of Muhamad Rakif P ITK PKL

Page 1: Muhamad Rakif P ITK PKL

i

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

KONDISI TRANSPLANTASI KARANG TAMAN NASIONAL

WILAYAH II (KALEDUPA)

WAKATOBI

Oleh :

MUHAMAD RAKIF PANGUALE C54100004

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: Muhamad Rakif P ITK PKL

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : KONDISI TRANSPLANTASI KARANG TAMAN

NASIONAL WILAYAH II (KELEDUPA) WAKATOBI

Nama : Muhamad Rakif Panguale

NRP : C51000004

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Tri Partono, M.Sc.

NIP.19600727 198603 1 005

Mengetahui,

Ketua Departemen

Ilmu dan Teknologi Kelautan

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc.

NIP. 19640801 198903 1 001

Page 3: Muhamad Rakif P ITK PKL

iii

© Hak Cipta milik Muhamad Rakif Panguale, tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi

Diizinkan untuk memanfaatkan karya ini dengan ketentuan

tidak menghapus nota hak cipta ini.

Page 4: Muhamad Rakif P ITK PKL

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vii

1. PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

1.1 Latar belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 1

2. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................................ 2

2. 1 Waktu dan Tempat .......................................................................................................... 2

2.2 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan ....................................................................................... 2

3. KONDISI UMUM T.N. WILAYAH II WAKATOBI .......................................................... 4

4. HASIL KEGIATAN PKL ....................................................................................................... 6

4.1 Kegiatan Praktek Kerja lapang di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II

(SPTNW II), Wakatobi ........................................................................................................... 6

4.2 Metode Transplantasi Yang Digunakan Oleh SPTNW II, Wakatobi ............................... 6

4.3 Jenis Karang yang diTransplantasi .................................................................................. 9

4.4 Faktor Lingkungan Transplantasi Karang ....................................................................... 9

4.5 Identifikasi Masalah .................................................................................................................. 10

5. PENUTUP ............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 12

LAMPIRAN ................................................................................................................................ 13

Page 5: Muhamad Rakif P ITK PKL

v

DAFTAR GAMBAR

1. Peta titik pengambilan data di area transplantasi karang ........................................................... 2

DAFTAR TABEL

1. Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Metode Transplantasi Karang. ......................................7

2. Hasil pengukuran kualitas air di area transplantasi karang .......................................................10

Page 6: Muhamad Rakif P ITK PKL

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan petunjuk-NYA

kegiatan Praktek Kerja Lapang di Seksi Pengolahan Taman Nasional Wilayah II Wakatobi

dan penulisan laporan yang berjudul “Kondisi Transplantasi Karang Taman Nasional

Wilayah II Wakatobi” dapat terselesaikan. Laporan ini di susun berdasarkan kegiatan

Praktek Kerja Lapang yang bertempat di Taman Nasional Wilayah II, Wakatobi selama 28

hari, terhitung mulai tanggal 1 Juli sampai 28 Juli 2012. Kami menyadari bahwa tanpa

bantuan pihak lain maka kami tidak akan dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

laporan ini.

Begitu banyak kekurangan disadari atas penulisan laporan ini, sehingga wajar jika

masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu penulis sangat mengharapkan sumbangsih berupa

saran maupun kritik yang berisifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan laporan

ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat-Nya bagi kita semua.

Bogor, Oktober 2013

ttd

Muhamad Rakif Panguale

Page 7: Muhamad Rakif P ITK PKL

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Wakatobi merupakan satu dari beberapa kawasan konservasi

laut yang mempunyai wilayah cukup luas, yaitu sekitar 1.390.00 Ha. Kawasan Taman

Nasional Wakatobi ini terletak di daerah segitiga karang dunia. Salah satu sumber daya

penting di Wakatobi adalah terumbu karang, yang dalam kawasan Taman Nasioal

Wakatobi terdapat 396 spesies karang scleractina hermatipic yang terbagi dalam 68

genus dan 15 famili (Kepala Balai TNW, 2010) .

Pulau Kaledupa diketegrikan sebagai wilayah yang unik karena memiliki tiga

komponen utama wilayah pesisir yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang. Dari

ketiganya ternyata ekosistem terumbu karang yang mendapat tekanan degradasi yang

sangat besar karena sering dimanfaatkan dalam aktivitas masyarakat di pulau tersebut

(Alim, 2012)

Adanya kegiatan pengambilan karang untuk bahan bangunan, penggunaan

teknologi penangkapan ikan tradisional yang menggunakan bahan peledak dan racun

sianida, aktifitas pengambilan hasil laut (mencungkil, menginjak dan mematahkan

karang) dan aktifitas penangkapan ikan dengan menggunakan jala dan bubu yang dapat

merusak terumbu karang, pengambilan ikan hias dengan cara mengangkat terumbu

karang dari tempatnya, pengambilan terumbu karang yang khas untuk asessoris rumah

serta berbagai kegiatan lainnya (Alim, 2012).

Oleh karena itu, Pengelola Taman Nasional Wilayah II (Kaledupa), Wakatobi

melakukan rehablitasi dengan mengadakan transplantasi karang. Kegiatan ini baru

pertama kali di daerah kaledupa yang dilakukan pada tanggal 30 Juni 2013.

Pengamatan dilakukan setiap minggu pada area transplantasi. Salah satu yang diamati

yaitu kualitas air sebagai faktor lingkungan transplantasi karang. Pengamatan kualitas

air dilakukan untuk mengetahui kondisi area transplantasi karang. Sehingga penulis

ingin menentukan kondisi area transplantasi hasil pengamatan dengan membandingkan

data lapang dan literature yang ada.

1.2 Tujuan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) bertujuan menentukan kondisi

transplantasi karang saat pengamatan yang dilakukan oleh pengelola Taman Nasional

Wilayah II Wakatobi.

Page 8: Muhamad Rakif P ITK PKL

2

2. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANG

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan pada tanggal 1 Juli Sampai 28 Juli

2013 bertempat di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II, Wakatobi.

Pengambilan data dilakukan di sekitar pulau Kaledupa.

Gambar 1. Peta titik pengambilan data di area transplantasi karang.

3.2 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

3.2.1 Pengambilan Data

Prosedur pelaksanaan pengambilan data dalam Praktek Kerja Lapang

ini yaitu dengan pengamatan langsung (in situ) di area transplantasi karang

Taman Nasional Wilayah II Wakatobi. Data yang diambil meliputi salinitas,

suhu, pH dan arus. Sampel air yang digunakan untuk pengukuran salinitas, suhu

dan pH diambil disekitas area transplantasi karang pada kedalaman 3.3 meter

mengunakan botol dengan menyelam. Salinitas diukur menggunakan refrakto

meter dan pH diukur menggunakan pH meter. Pengukuran suhu menggunakan

divecom yang dipakai oleh penyelam. Sedangkan pengukuran arus

menggunakan instrumen drifter.

Page 9: Muhamad Rakif P ITK PKL

3

3.2.2 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui jenis karang yang

ditransplantasikan oleh SPTNW II Taman Nasional Wakatobi. Selain itu, untuk

mengetahui metode transplantasi karang yang digunakan dan tujuan

transplantasi karang yang dilakukan oleh SPTNW II Taman Nasinal Wakatobi.

3.2.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mempermudah pengolahan data.

Pengumpulan data dilakukan di Kantor SPTNW II Taman Nasional Wakatobi.

Data yang diperoleh, diolah dengan menggunkan MS. Exel.

3.2.4 Studi Literatur

Studi literatur merupakan dasar dalam menentukan kondisi umum

transplantasi karang. Pencarian literatur terutama pada kondisi optimal karang

yang berkaitan dengan salinitas, suhu, pH, dan arus. Kegiatan yang dilakukan

selama studi literature adalah :

a. Mengunduh artikel ilmiah via internet.

b. Buku – buku yang berkaitan dengan kualitas perairan karang dan

transplantasi karang.

Page 10: Muhamad Rakif P ITK PKL

4

3. KONDISI UMUM T.N. WILAYAH II WAKATOBI

Wakatobi adalah salah satu kawasan tanam nasional yang berada di bagian timur

kepulauan Indonesia. Wakatobi ini merupakan singkatan dari empat pulau besar yang terdiri

dari Wangi-Wangi (Wanci), Kaledupa, Tomia dan Binongko. Kabupaten Wakatobi terletak

di bagian Tenggara pulau Sulawesi. ecara geografis Wakatobi terletak di antara 05⁰12ʹ00ʺ -

06⁰10ʹ00ʺ lintang selatan (sepanjang kurang lebih 160 km) dan membentang dari barat ke

timur diantara 123⁰20ʹ00ʺ - 124⁰39ʹ00ʺ Bujur Timur (sepanjang kurang lebih 120 km) atau

pada bagian tenggara pulau Sulawesi dan diapit oleh dua lautan yaitu Laut Banda dan laut

Flores (Alim, 2012).

Kepala Balai TNW. 2010 Secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3

gosong dan 5 atol. Wakatobi memiliki beragam jenis terumbu karang yang masih dapat

dilihat hingga sekarang. Terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari karang tepi (fringing

reef), gosong karang (patch reef) dan atol. Di daerah tubir karang cukup bervariasi jenisnya

seperti Acropora spp, Montipora spp, Porites spp, dan Stylophora pistillata. Lereng terumbu

mempunyai kemiringan antara 60-70⁰ dengan pertumbuhan karang hidup yang tidak begitu

rapat (patches) sampai kedalaman 40 meter sehingga karang yang tumbuh hanya didominasi

oleh Acropora hyacinthus Echinopora mammiformis, Porites cylindrica dan beberapa Favia

spp.

Pada tahun 1995 pemerintah RI melalui Menteri Kehutanan menetapkan Wakatobi

sebagai Taman Wisata Alam Laut (SK Menteri Kehutanan RI Nomor 462/KPTS-II/1995).

Hal ini ditetapkan mengingat Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu wilyah yang

memilki keanekaragaman hayati laut yang terlengkap di Dunia dan terletak pada pusat

segitiga karang dunia (Coral Triangle Center). Selanjutnya pada tahun 1996 ditingkatkan

statusnya menjadi wilayah Koservasi dengan status Taman Nasional (SK Menteri Kehutanan

RI Nomor 393/KPTS-VI/1996, Tanggal 30 Juni 1996 dan ditetapkan berdasarkan SK Menhut

Nomor 7651/KPTS-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002).

Page 11: Muhamad Rakif P ITK PKL

5

Taman Nasional Wakatobi terbagi dalam tiga wilayah pengelolaan. Salah satunya

adalah pulau Kaledupa yang dikelola oleh Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah

(SPTNW) II. Pulau Kaledupa merupakan salah satu gugusan pulau terbesar kedua setelah

kecamatan Wangi-wangi. Pulau Kaledupa memiliki garis pantai terpanjang diantara pulau

terbesar yang ada di Kepulauan Wakatobi dengan panjang garis pnatainya 64, 8 km2. Dengan

kondisi ini Kecamatan Kaledupa memiliki potensi dan sumber daya alam yang cukup

signifikan mulai dari pesisir pantai, sebaran mangrove, padang lamun, dan terumbu karang

(Alim, 2012).

Page 12: Muhamad Rakif P ITK PKL

6

4. HASIL KEGIATAN PKL

4.1 Kegiatan Praktek Kerja lapang di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II

(SPTNW II), Wakatobi

Kegiatan Praktek kerja Lapang (PKL) lebih difokuskan untuk pengambilan

data oseanografi . Pengambilan data dilakuakan dalam jangka waktu sehari.

Pengambilan data oseanografi meliputi, suhu, salinitas, pH, dan kecepatan arus serta

arah arus di area transplantasi karang. Setelah pengambilan data, dilanjutkan dengan

pengolahan data di kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II (Kaledupa),

Wakatobi.

4.2 Metode Transplantasi Yang Digunakan Oleh SPTNW II, Wakatobi

Transplantasi karang adalah suatu metode penanaman dan penumbuhan suatu

koloni karang dengan metode fragmentasi dimana koloni tersebut diambil dari suatu

induk koloni tertentu. Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi

dari terumbu karang yang telah mengalami kerusakan, atau sebagai cara untuk

memperbaiki daerah terumbu karang (Harriot & Fisk, 1988). Transplantasi karang telah

dipelajari dan dikembangkan sebagai suatu teknologi dalam pengelolaan terumbu

karang terutama pada daerah-daerah bernilai ekonomi tinggi (Harriot & Fisk, 1988).

Transplantasi karang yang dilakukan Seksi Pengelolaan Taman Nasional

Wilayah II (SPTNW II) Wakatobi bertujuan untuk mengrehabilitasi kerusakan karang

yang terjadi di perairan sekitar pulau Kaledupa. Transplantasi yang dilakukan

merupakan kegiatan ujicoba karena baru pertama kalinya dilakukan oleh SPTNW II.

Pada masa mendatang, transplantasi karang bertujuan memiliki banyak kegunaan

diantaranya untuk melapisi bangunan-bangunan bawah laut agar kokoh untuk

menambah jumlah spesies karang yang langka atau terancam punah untuk pengganti

kebutuhan pengambilan karang hidup untuk akuarium (Sadarun, 1999).

Hal-hal yang harus diperhartikan dalam transplantasi karang adalah proses

pemotongan, pengambilan dan pengangkutan karang donor yang akan di

tranplantasikan. Pemotongan karang hendaknya mengikuti arah arus untuk menghindari

penutupan koloni akibat pelendiran karang. Pengambilan karang donor hendaknya

disesuaikan dengan lokasi transplantasi untuk menghindari stress pada karang. Stres

pada karang adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh perubahan ekosistem atau

faktor eksternal maupun internal yang menyebabkan produktivitas karang menurun.

Page 13: Muhamad Rakif P ITK PKL

7

Stres pada karang menyebabkan perubahan pada metabolisme, pertumbuhan, warna

(memucat), tingkah laku (mengeluarkan lender berlebih) dan reproduksinya akibat

faktor-faktor yang membatasi aktivitas organisme tersebut (Saenger & Holmes 1992 in

Zulfikar, 2003). Secara biologis transplantasi karang dinyatakan sukses dengan tingkat

ketahanan hidup berkisar 50-100% ketika karang ditransplantasikan pada habitat yang

serupa dengan habitat dimana mereka dikoleksi (Harriot & Fisk, 1988). Tingkat

ketahanan hidup karang yang ditransplantasi dapat tinggi walaupun tidak dilekatkan

pada substrat asal saja pelaksanaannya dilakukan di daerah terlindung terutama dari

aksi gelombang. Metode yang digunakan oleh SPTNW II yaitu metode dengan

menggunakan beton yang dilubangi. Kemudian karang yang ditransplantasi diletakkan

di atas beton tersebut. Keunggulan dan Kelemahan dari beberapa metode transplantasi

karang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Metode Transplantasi Karang

Metode

Transplantasi

Bahan dan Cara

Kerja

Keunggulan Kelemahan

Metode Patok Patok kayu tahan

air atau besi yang

dicat anti karat

ditancapkan di

perairan

Biaya yang

dibutuhkan sangat

sedikit, pemasangan

relative mudah.

Gangguan sampah

hamper tidak ada.

Cocok untuk karang

lunak, waktu/lamaa

pekerjaan relative

singkat

Tata letak metode

patok didasar

perairan tidak

teratur,

karenasangat

tergantung dari

kondisi dasar

perairan. Karang

besi dapat

menyebkan

pencemaran

Metode Jaring Jarring atau waring

bekas dan tali ris

dengan ukuran

disesuaikan

dengan kebutuhan

Bahan muda

didapatkan, dapat

menggunakan bahan

bekas,biaya lebih

murah, baik untuk tiap

karang massif (bukan

bercabang)

Sulit untuk

dibersikan, sukar

dalam

pengukurang

terutama untuk

mengukur tinggi,

pertumbuhan

karang tidak rata,

kedudukan media

didasar perairan

kurang stabil

Metode Jaring

dan substrat

Jarring yang

dilengkapi dengan

substrat yang

terbuat dari semen,

keramik atau

gerabah dengan

ukuran 10 x 10 cm

Pengukuran relative

lebih murah, lebih

rapid dan teratur, baik

untuk karang yang

bercabang.

Biaya lebih mahal,

proses pemasangan

lebih rumit,

membutuhkan

tenaga yang lebih

banyak,

membutuhkan

waktu yang lebih

lama

Page 14: Muhamad Rakif P ITK PKL

8

Metode

jarring dan

rangka

Rangka besi yang

dicat anti karat dan

diatasnya ditutupi

dengan jaring yang

diikat secara kuat

dan rapih. Rangka

yang ideal

berukuran 100 x

80 cm berbentuk

bujur sangkar dan

pada bagian ujung-

ujung bujur

sangkar, terdapat

kaki-kaki tegak

lurus masing-

masing sepanjang

10 cm, di bagian

bujur sangkarnya

ditutupi dengan

jaring tempat

mengikat bibit

bibit transplantasi

Konstruksinya lebih

kokoh daripada

metode 1,2 dan 3

dapat ditata sesuai

dengan keinginan,

monitoring dan

evaluasi lebih mudah,

baik bagi karang

massif bercabang,

memiliki nilai

estetika.

Berbagai karang

yang berbentuk

bercabang tidak

dapat tumbuh

dengan tegak,

biaya sedikit lebih

mahal. Rangka

besi dapat

menyebabkan

pencemaran

Metode

jarring

Rangka dan

Substrat

Metode ini

merupakan

perpaduan antara

metode 3 dan 4.

Ukuran diameter

substrat + 10 cm

dengan tebal 2 cm,

panjang patok 5-

10cm, bahan patok

terbuat dari

peralatan kecil

yang diisi semen

dan diberi cat agar

tidak

mengakibatkan

pencemaran,

rangka sebaiknya

berbentuk siku

berukuran 100 x

80 cm dan diberi

cat agar tidak

mengakibatkan

pencemaran

Lebih koko dan kuat,

cocok untuk obyek

penelitian, cocok

untuk karang lunak

dan karang bercabang,

memiliki nilai

estetika, bernilai

ekonomis

Biaya yang

dibutuhkan relative

mahal, rangka besi

dapat

menyebabkan

pencemaran

Sumber ; Anonim 2010. Pelatihan Ekologi Terumbu Karang; Laporan Akhir, Yayasan

Lanra Link Makassar

Page 15: Muhamad Rakif P ITK PKL

9

4.3 Jenis Karang yang Ditransplantasi

Karang yang ditransplantasi di Taman Nasional Wilayah II (Kaledupa) merupakan

karang bergenus Acropora. Menurut Wells (1954) in Suharsono (2008) klasifikasi

hewan karang pembentuk terumbu yang ditransplantasikan adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Cnidaria/Madreporaria

Kelas : Anthozoa

Sub kelas : Zoantharia

Ordo : Scleractinia

Famili : Acroporidae

Genus : Acropora

Jenis karang acropora sangat baik untuk di transplantasi. Acropora memiliki bentuk

percabangan sangat bervariasi, mulai dari korimbosa, arboresen, kapitosa dan lain-

lainya. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai axial koralit dan radial koralit.

Bentuk radial koralit juga bervariasi dari bentuk tubular nariform, dan tenggelam.

Marga ini mempunyai sekitar 113 jenis, tersebar di seluruh perairan Indonesia

(Suharsono, 2008).

4.4 Faktor Lingkungan Transplantasi Karang

Kelangsungan hidup ekosistem terumbu karang ditentukan oleh beberapa

factor lingkungan yaitu: cahaya matahari, suhu, salinitas, kejernihan air, pergerakan air

(arus/gelombang), pengendapan serta jenis substrat (Gross, 1990 dan Nybakken, 1988

dalam Alim, 2012). Suhu optimal untuk pertumbuhan karang berkisar antara 250C -

280C, namun demikian beberapa jenis karang batu masih dapat hidup pada suhu 18

0C

(Davis, 1986 dalam Alim, 2012). Toleransi karang batu terhadap salinitas cukup tinggi

yakni berkisar 27 – 40 0/00 (Nybakken, 1988 dan Evans, 1984 dalam Alim, 2012).

Kemudian Nontji, (2002) menyatakan bahwa arus merupakan gerakan mengalir suatu

masa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air

laut atau pula dapat di sebabkan oleh gerakan gelombang panjang.

Karang Acropora Menurut Bengen (1995) tergolong sensitive karena

membutuhkan kecerahan perairan yang tinggi dan perairan terbuka dengan sirkulasi air

yang bebas. Karakteristik lingkungan seperti ini diperlukan karena tipe karang ini tidak

dapat membersikan diri sendiri sebab memiliki polib yang relative kecil sehingga

memerlukan ombak dan arus yang sesuai. Smith dalam Lalamentik, (1991)

Page 16: Muhamad Rakif P ITK PKL

10

menambahkan bahwa semakin cepat arus dapat membantu karang dalam menghalau

sedimen yang terjadi dalam proses pembeersihan diri. Namun arus juga merupakan

salah satu peyebab kerusakan karang. Hal ini disebabkan perubahan arus yang besar

karena adanya siklon disertai air pasang yang tinggi serta arus yang sangat kuat

sehingga beberapa karang yang besar dapat berpindah tempat dari area yang satu ke

tempat yang lain. Perpindahan ini dapat menghancurkan apa saja yang dilaluinya dan

akhirnya menghasilkan suatu penimbunan terumbu karang yang lain (Alim, 2012).

Pada wilyah transplantasi cuaca cerah pada saat pengambiln data.

Pengambilan data dilakukan pada jam 11.00 WITA. Pengambilan beberapa parameter

tersebut dilakukan sebagai bentuk monitoring serta data pendukung untuk melakukan

transplatasi karang. Berikut merupakan data yang telah didapatkan.

Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air di area transplantasi.

Lintang -5.4791

Bujur 123.7668

Suhu (°C) 28

pH 8.18

Salinitas 31.3

Kecepatan Arus (cm/s) 49.71

Arah Arus(°) 358.98

Tabel diatas menunjukan bahwa suhu pada area transplantasi karang

merupakan suhu optimal untuk pertumbuhan karang sehingga karang dapat tumbuh

optimal. Suhu diarea tersebut masih dipengaruhi oleh cahaya matahari/suhu permukaan

karena kedalam pembuatan transplantasi karang berkisar antara 3-5 meter. Salinitas

pada area transplantasi karang juga tergolong baik karena masih dalam range/batas

tolerasi karang. Sedangkan kecepatan arus yang terdapat di area transplantasi karang

tidak begitu besar yaitu 49.71 cm/s ke arah utara sehingga kerusakan karang pada area

tersebut dapat dikurangi.

4.5 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terjadi pada transplantasi karang adalah kurang

pemantauan yang rutin untuk melihat perkembangan karang. selain itu, penggunaan alat

yang masih konvensional menyebabkan pengamatan karang yang ditransplantasi

membutuhkan waktu yang cukup lama.

Page 17: Muhamad Rakif P ITK PKL

11

5. PENUTUP

Hasil dari praktek kerja lapang menunjukan kondisi di area transplantasi karang cukup

optimal untuk pertumbuhan karang. Hal ini ditunjukan oleh beberapa parameter oseanografi

yang diambil cukup optimum setelah dibandingkan dengan literature. Suhu pada area

transplantasi adalah 28 °C. Suhu tersebut masih dapat ditoleransi oleh karang untuk tumbuh

berkembang. pH pada area transplantasi karang rata-rata 8.18. Rata-rata salinitas/kadar

garam yang terukur pada area transplantasi karang 31.3. Kecepatan Arus 49.71 cm/s dan

arah arus kea rah utara. Jenis karang yang ditransplantasi merupakan karang yang umum

digunakan untuk kegiatan transplantasi yaitu Acropora. Metode yang digunakan dengan

menggunakan beton yang ditancapkan karang.

Page 18: Muhamad Rakif P ITK PKL

12

DAFTAR PUSTAKA

Alim, S. 2012. Kajian Distribusi Dan Kondisikarakteristik Dasar Perairan Pada Ekosistem

Terumbu Karang Dengan Menggunakan Citra Satelit Di Pulau

Kaledupa Kabupaten Wakatobi. Proposal penelitian Tesis program studi

mgister manajemen perairan dan teknolgi kelautan, Universitas Muslim

Indonesia, Makassar.

Bengen, D.G. 1995. Sebaran Spasial Karang (Scleratinia) dan Asosiasinya Dengan

Karakteristik Habitat di Pantai Blebu dan Pulau Sekapal Lampung

Selatan. Prosindings Seminar Nasional Pengelolaan Terumbu Karang.

LIPI

Kepala Balai TNW. 2010. Seri Pengenalan Jenis Karang (Jilid 1) Di Taman Nasional

Wakatobi. Balai Taman Nasional Wakatobi.Bau-Bau, Sultra.

Lalamentik, L.T.X. 1991. Karang dan Terumbu Karang. Fakultas Perikanan Universitas Sam

Ratulangi. Manado.

Nybaken, J.W,. 1988. Biologi Laut; Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia. Jakarta

Suharsono. 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum dijumpai di Perairan Indonesia. Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Oseanologi, Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai,

Jakarta

Page 19: Muhamad Rakif P ITK PKL

13

LAMPIRAN

Setting Drifter untuk pengambilan

data arus

Pengukuran pH dan Salinitas

sampel air menggunakan pH

Meter dan refraktometer

Pengambilan sampel air dengan menyelam di area transplantasi pada

kedalam 3.3 meter