PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS …repository.umrah.ac.id/2662/1/IIN YULIANA...
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS …repository.umrah.ac.id/2662/1/IIN YULIANA...
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA
MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PMRI PADA KELAS VII SMP
NEGERI 12 TANJUNGPINANG
Iin Yuliana Aruan, Nur Izzati, Mirta Fera
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa melalui penerapan pendekatan PMRI pada kelas VII SMP Negeri
12 Tanjungpinang. Hasil penelitian ini diperoleh dengan cara mengukur
peningkatan yang terjadi di kelas yang diberi perlakuan PMRI dan kelas dengan
pembelajaran konvensional. Setelah diperoleh hasil peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa, peneliti kemudian membandingkannya untuk melihat
peningkatan yang lebih tinggi.Penelitan ini merupakan penelitian eksperimen
dengan desain penelitian kuasi ekepserimen berbentuk The Randomized Pretest-
Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 12 Tanjungpinang. Penentuan sampel untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini dilakukan secara acak. Pada
kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pendekatan PMRI sedangkan
kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis diperoleh bahwa
terdapat peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh
pendekatan PMRI lebih tinggi dari siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional. Hal ini terbukti dari rata-rata peningkatan kemampuan di kelas
eksperimen sebesar 0,37 lebih tinggi dari rata-rata di kelas eksperimen sebesar
0,25. Dari uji hipotesis dengan statistik parametrik, yaitu Independent Sample T-
Test dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 diperoleh perbedaan rata-rata
peningkatan kemampuan penalaran matematis yang siginifikan, yaitu nilai sig (1-
tailed) = 0,001 < 0,05 yang berarti Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI lebih tinggi untuk
meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dibandingkan dengan
penerapan pembelajaran konvensional pada materi penyajian data.
Kata Kunci : Pendekatan PMRI, Kemampuan Penalaran Matematis
2
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
kemajuan suatu negara. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari tinggi rendahnya
kualitas sumber daya manusia dalam negara tersebut. Hal ini dapat kita lihat
bahwa bila kualitas pendidikan di suatu negara baik maka sumber daya manusia
yang dihasilkan pun akan baik, namun bila kualitas pendidikan di negara tersebut
tidak baik maka kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan pun demikian.
Kemajuan pendidikan di suatu negara dapat dilihat dari berbagai faktor
yang ada di dalamnya mulai dari siswa, pengajar di sekolah, sarana dan prasarana
yang diberikan di sekolah untuk menunjang pembelajaran, dan faktor lingkungan
yang mampu mendukung pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dalam
proses pembelajaran salah satunya dalam pembelajaran di dalam kelas, karena
semua faktor tersebut pasti terlibat agar tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, matematika merupakan ilmu
tentang bilangan, hubungan antara bilangan, prosedur operasional yang digunakan
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Sedangkan menurut Yudi (2010:
11) matematika merupakan ilmu dasar (basic of science) yang berkembang pesat
baik materi maupun kegunaannya di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan
ilmu pengetahuan dasar yang harus dimiliki semua siswa karena berhubungan
untuk ilmu pengetahuan lain dan teknologi. Matematika merupakan salah satu
mata pelajaran yang akan terus kita jumpai mulai dari jenjang pendidikan terendah
yaitu sekolah dasar hingga sampai ke perguruan tinggi. Selain pengetahuan
3
matematika yang kita peroleh melalui jenjang pendidikan, sebenarnya
pengetahuan matematika dapat juga diperoleh dari sekeliling kita.
Salah satu kemampuan matematis yang menjadi serotan dalam penelitian
ini yaitu kemampuan siswa dalam menggunakan penalaran pada sifat, melakukan
manipulasi matematika baik dalam penyederhanaan, maupun menganalisa
komponen yang ada dalam pemecahan masalah dalam konteks matematika
maupun di luar matematika. Faktanya, tujuan mata pelajaran matematika tersebut
masih belum tercapai dengan baik dikarenakan kemampuan penalaran matematis
yang dimiliki siswa dalam belajar matematika masih kurang.
Penalaran merupakan suatu kegiatan atau proses berpikir untuk menarik
kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang didasarkan pada pernyataan
sebelumnya dan kebenarannya telah dibuktikan (Sumartini, 2015: 1), sehingga
kemampuan penalaran ialah kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyajikan
pernyataan matematika yang baru baik secara lisan, tertulis, gambar dan diagram
dan pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang
diperolehnya. Adanya kemampuan penalaran matematis siswa yang baik maka
siswa dapat menumbuhkan sendiri ide yang dimilikinya dalam memahami konsep
matematika.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan saat Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 12 Tanjungpinang kelas VII
terhadap pembelajaran matematika bahwa kemampuan penalaran matematis siswa
masih rendah. Siswa sudah takut terlebih dahulu sebelum belajar matematika,
sehingga dari perasaan takut akan mata pelajaran matematika ini maka akan
berakibat pada sulitnya siswa dalam menerima materi yang diajar guru di dalam
4
kelas. Seharusnya di sekolah menengah lebih menekankan pada cara berpikir dan
bernalar matematis bagi siswa, agar siswa dapat memecahkan masalah
matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, metode pembelajaran kelas masih bersifat pembelajaran
konvensional, dimana semuanya kegitan pembelajaran berpusat pada guru,
sehingga mengakibatkan siswa cenderung pasif di dalam kelas. Hal ini dibuktikan
dari aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran yaitu menerima materi,
mencatat materi yang sudah dijelaskan, dan menghafal rumus-rumus matematika.
Dari aktivitas yang dilakukan oleh siswa ini dapat diindikasikan bahwa
kemampuan penalaran matematis siswa rendah karena belum menggunakan
sumbangsih pemikiran siswa. Seharusnya dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang diajarkan
dapat melatih kemampuan penalaran matematis siswa.
Begitu pentingnya kemampuan penalaran matematis ini dimiliki oleh
siswa, sehingga diperlukan suatu upaya yang dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa tersebut, yaitu dengan memperhatikan berbagai
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran di dalam kelas. Lebih bervariatifnya penggunaan pendekatan
pembelajaran di dalam kelas sehingga siswa yang awalnya menganggap bahwa
matematika itu sulit untuk dipahami menjadi matematika yang menyenangkan
untuk dipelajari dan mudah dipahami. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
dapat digunakan guru yaitu dengan menerapkan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
5
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah
suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran
(Arifin, 2013: 23). Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
merupakan pendekatan pembelajaran dimana siswa tidak hanya aktif di dalam
kelas melainkan juga aktivitas antar sesama siswa dengan lingkungannya
sehingga dapat memudahkan siswa dalam menemukan konsep yang lebih mudah
dipahami siswa sendiri. Menurut Sa’adah, (2010: 13) dengan pendekatan PMRI
siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat
mengkontruksikan atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya.
Pendekatan PMRI lebih menekankan pembelajaran matematika dengan
memberi kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri pemahaman dan
kemampuan berpikir siswa. Hal ini dikarenakan siswa mengaitkan antara materi
yang dipelajari di dalam kelas dengan konteks nyata yang dialami siswa sebagai
pengalaman belajarnya. Dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
pengalaman belajar siswa sehingga kemampuan penalaran matematis siswa dilatih.
Apabila pendekatan PMRI sering digunakan dalam pembelajaran matematika
sehingga meningkatkan penalaran matematis siswa, maka kedepannya juga siswa
mampu menciptakan sendiri strategi-strategi memecahkan masalah matematika.
Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus materi dalam penelitian ialah
pada materi penyajian data khususnya dalam menyajikan data dalam bentuk
diagram garis dan diagram batang. Hal ini terlihat pada saat proses pemberian
materi di dalam kelas. Pengetahuan awal siswa mengenai statistika masih kurang
hal ini terbukti ketika guru meminta siswa untuk memberikan contoh mengenai
6
penerapan statistika dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan siswa diam dan
menunduk sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis
siswa ketika mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari
hari masih tergolong rendah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan suatu penelitian
yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui
Penerapan Pendekatan PMRI pada Kelas VII SMPN 12 Tanjungpinang.”
BAHAN DAN METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu melalui pendekatan kualitatif
dan kuantitatif dengan jenis penelitian kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini
menggunakan desain The Randomized Pretest-Postest Control Group. Adapun
bentuk dari desain penelitian ini digambarkan menurut Lestari & Yudhanegara
(2015: 127) sebagai berikut.
Keterangan:
A = pengambilan sampel secara acak (random)
X = perlakuan/treatment yang diberikan (variabel independen)
C = kontrol terhadap perlakuan
O = pretest/posttest (variabel dependen yang diobservasi)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
12 Tanjungpinang Tahun Ajaran 2017/2018 yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas
7
VII A – VII E. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik sampel acak (cluster sampling), dimana pada sampel yang tepilih kelas
VII-D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-C sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneli ini yaitu tes
kemampuan penalaran matematis siswa, observasi (pengamatan). Tes kemampuan
penalaran matematis siswa dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu tes awal (pretest) dan
tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan. Teknik observasi (pengamatan)
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Adapun instrumen tes yang digunakan ialah lembar soal pretest dan
posttest berupa tes uraian, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
penalaran matematis siswa. Sebelum soal pretest dan posttest tersebut diberikan,
terlebih dahulu dilakukan analisis butir soal untuk mengetahui kualitas soal yang
akan digunakan, yaitu dengan melakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda,
dan uji tingkat kesukaran butir soal.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi selama proses
pembelajaran, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kemampuan
penalaran matematis siswa. Pengolahan data kuantitatif yang pertama kali
dilakukan yaitu dengan menghitung N-gain pretest dan posttest untuk setiap siswa
baik di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai N-gain ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut:
8
Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa dapat dilakukan dengan interpretasi terhadap indeks gain dengan
menggunakan kriteris sebagai berikut (Hake dalam Yudhanegara, 2015: 235):
Tabel 1. Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi
Setelah dilakukan perhitungan N-gain ternormalisasi, selanjutnya yaitu
menguji prasyarat data tersebut untuk mengetahui parametrik yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Uji prasyarat dilakukan untuk mengetahui data
yang dianalisis terdistribusi secara normal dan homogen.
Uji normalitas data merupakan salah satu uji prasyarat untuk mengetahui
apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data N-gain kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan Uji Satu Sampeel Kolmogorov Smirnov dengan
bantuan software SPSS for Windows.
Uji homogenitas data digunakan untuk mengetahui data N-gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda
keragamannya/variannya. Pengujian homogenitas yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan Uji F berbantuan software SPSS for Windows, dengan
kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa varian dari kelompok data adalah sama.
Nilai Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
9
Setelah dilakukan uji prasyarat data yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Apabila setelah dilakukan uji
normalitas data diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan statistik parametrik dan uji hipotesis yang akan digunakan
ialah uji beda atau uji T yaitu Independent Sample T-Test. Uji Independent
Sample T-Test adalah metode yang digunakan untuk membandingkan dua
kelompok mean dari dua sampel yang berbeda (independent). Pengujian hipotesis
yang dilakukan dengan analisis Independent Sample T-Test menggunakan bantuan
software SPSS for Windows. Namun, apabila data tidak berdistribusi normal
menggunakan statistik nonparametrik yaitu pengujian hipotesis dengan uji Mann-
Whitney atau uji U. Hipotesisnya di rumuskan dalam bentuk hipotesis statistik dan
diuji satu pihak yaitu uji pihak kanan sebagai berikut:
, rata-rata n-gain kemampuan penalaran matematis siswa dengan
pendekatan PMRI tidak lebih tinggi dari siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional
, rata-rata n-gain kemampuan penalaran matematis siswa dengan
pendekatan PMRI lebih tinggi dari siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional
Menurut Uyanto (2009: 110), jika dilakukan uji hipotesis satu pihak (1-
tailed) menggunakan software SPSS for windows, maka p-value =
signifikansi
(2-tailed) . Setelah menguji hipotesis, pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
cara membandingkan taraf signifikansi dengan ketentuan:
1. Jika p-value , maka Ho ditolak
2. Jika p-value , maka Ho diterima
10
HASIL
Pada penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen sebagai kelas yang mendapatkan perlakukan
yaitu penerapan pendekatan PMRI dan kelas kontrol adalah kelas yang diberikan
pembelajaran seperti biasa yang digunakan di sekolah tersebut atau pembelajaran
konvensional.
Adapun untuk memudahkan pengolahan data pretest dan posttest hasil
penelitian, maka peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 21 for
windows.
Tabel 2. Rekapitulasi Skor Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Tes Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Posttest N-Gain Pretest Posttest N-Gain
N 30 30 28 28
Skor Max 75 85 75 90
Skor Min 35 45 35 55
Rerata 58,00 71,50 0,33 59,64 77,50 0,46
Simpangan
Baku 13,809 11,533 0,104 11,298 9,860 0,127
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
tersebut diperoleh dari 58 siswa terdiri dari 28 siswa kelas eksperimen yang
memperoleh perlakuan pendekatan PMRI dalam pembelajarannya dan 30 siswa
kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa, selanjutnya data hasil pretest dan posttest dihitung peningkatannya dengan
menggunakan rumus indeks gain dengan rumus. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Indeks Gain
Kemampuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Indeks gain 0,4610 0,3300
11
Kemampuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Peningkatan 46,10% 33,00%
Dari hasil perhitungan gain ternormalisasi, sehingga diperoleh Tabel 3 di
atas, yang mana dapat dilihat bahwa kualitas peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa pada kelas eksperimen sebesar 46,10% atau hampir 46% dan
kelas kontrol sebesar 33,00%. Jika berdasarkan kriteria interpretasi indeks gain
yang dikemukakan oleh Hake, maka indeks gain kemampuan penalaran matematis
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berkriteria sedang. Hal ini
menandakan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada
kedua kelas berkategori sedang. Namun, pada kelas eksperimen peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswanya lebih tinggi 13,10%.
Dalam penelitian ini, data yang akan diolah ialah data n-gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengetahui uji statistik
yang sesuai dalam penelitian ini, sehingga terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan homogenitas data n-gain.
Untuk mengetahui apakah data-data yang diolah berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data N-
gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian untuk data N-gain dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software
SPSS versi 21 for windows. Dalam kriteria pengambilan keputusan yaitu, jika nilai
signifikansi (p-value) < 0,05 maka data sampel tidak berdistribusi normal, dan
jika nilai signifikansi 0,05 maka data sampel berdistribusi normal. Berdasarkan
pengolahan maka diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4.
12
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
N-gain kelas eksperimen .154 28 .087
N-gain kelas kontrol .101 28 .200*
Berdasarkan hasil output uji normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4, nilai signifikansi pada kolom signifikansi
untuk kelas eksperimen adalah 0,087 dan pada kelas kontrol adalah 0,200. Karena
nilai signifikansi kedua kelas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
data sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Setalah dilakukan uji normalitas data, diketahui bahwa data n-gain
berdistribusi normal, maka uji prasyarat yang selanjutnya dilakukan yaitu uji
homogenitas data. Uji homogenitas dua variansi antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol menggunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 0,05. Berikut
disajikan pada tabel 4 hasil uji homogenitas gain ternormalisasi kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji
Levene pada tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi N-gain sebesar 0,115.
Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang mempunyai
varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
Setelah dilakukan uji prasyarat data, diperoleh bahwa data tersebut
berdistribusi normal dan homogen. Karena kedua data sudah berdistribusi normal
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
N-Gain 2.562 1 56 .115
13
dan homogen maka langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis dengan statistik
parametrik, yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians
homogen (equal varians assumed).
Tabel 6. Hasil Uji T Data N-gain
t-test for Equality of Means
t Df Sig.
(2-tailed)
Skor
N-gain
Equal variances
assumed
4.305 56 .000
Equal variances
not assumed
4.275 52.279 .000
Berdasarkan Tabel 6 di atas, diperoleh nilai signifikansi (sig. 2-tailed) n-
gain kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen sebesar 0,000,
maka sig (1-tailed) = 0,000. Karena Sig. (1-tailed) < 0,05 artinya Ho ditolak. Hal
ini berarti peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan
pendekatan PMRI lebih tinggi dari siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 2 di atas, bahwa pada awalnya kemampuan penalaran
matematis siswa yaitu sebesar 59,64 pada kelas eksperimen dan 58,00 pada kelas
kontrol. Namun setelah dilakukan pembelajaran dengan memberikan perlakuan
PMRI pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol
diperoleh hasil akhir (posttest) dari siswa yang berbeda, dimana kemampuan
14
penalaran matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi yaitu sebesar 77,50
dan kelas kontrol sebesar 71,50.
Hal yang sama juga ditunjukkan pada perbedaan peningkatan
kemampuan penalaran matematis kedua kelas. Besarnya perbedaan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3. Hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan
pendekatan PMRI mengalami peningkatan sebesar 0,46, sedangkan peningkatan
hasil belajar siswa dengan pmbelajaran konvensional hanya sebesar 0,33.
Kemudian setelah dilakukan uji statistik independent sample t-test, diperoleh hasil
bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa antara kedua kelas
berbeda secara signifikan, dimana peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa yang memperoleh pendekatan PMRI lebih tinggi dari siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
Berdasarkan pemaparan hasil di atas, diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dimana peningkatan
tersebut lebih tinggi dari siswa yang belajar secara konvensional pada materi
penyajian data. Hal ini dapat dipahami karena sesuai dengan karakteristik
pendekatan PMRI, bahwa dalam pembelajaran matematika harus dimulai dari
masalah yang kontekstual dalam pembelajaran yaitu masalah yang berkaitan
dengan kehidupan siswa. Dengan memancing siswa menghubungkan antara
konteks nyata, sehingga kemampuan penalaran matematis siswa dapat dilatih.
Selain itu, penggunaan model dari situasi nyata ke abstrak memberikan
kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran
15
matematis siswa khususnya meteri penyajian data dalam bentuk diagram garis dan
diagram batang (Siswono, 2006: 5).
Tidak hanya pada proses pembelajaran, dalam pemberian soal-soal
latihan yang berupa masalah kontekstual juga dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa. Hal ini dikarenakan pada penerapan pendekatan
PMRI pemberian soal-soal tidak bersifat abstrak melainkan kejadian atau
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa. Dari soal-soal
mengenai permasalahan tersebut, siswa harus mampu mengubahnya ke dalam
bentuk model matematikanya, kemudian siswa harus mampu dalam mengajukan
dugaan dan menentukan pola sampai kepada menyelesaikan permasalahan dan
memberikan alasan dari penyelesaian yang telah dikerjakan. Proses penyelesaian
permasalahan inilah yang melatih kemampuan penalaran matematis siswa selama
proses pembelajaran.
Penerapan pendekatan PMRI dalam pembelajaran dan pemberian soal-
soal kontekstual secara rutin, membuat siswa secara tidak langsung dapat
mengaitkan antara pembelajaran yang dipelajari di dalam kelas dan kegunaannya
atau penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengaitkan yang
dilakukan oleh siswa inilah nantinya yang apabila dilakukan secara terus menerus
maka dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.
Berdasarkan pemaparan pembahasan di atas, sehingga dapat diterima
bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh
pendekatan PMRI lebih tinggi dari siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
16
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa, dimana peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pendekatan PMRI lebih tinggi dari siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional, khususnya pada materi penyajian data
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, K.E. & Mokhammad R.Y. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika
(Panduan Praktis Menyusun Skripsi, Tesis, dan Laporan Penelitian dengan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi Disertasi dengan Model
Pembelajaran dna Kemampuan Matematis) (2 ed.). Bandung: PT Refika
Aditama.
Sa’adah, W. N. (2010). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran Matematika
melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
[Tesis]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sumartini, T. S. (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. 5(1).
Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS (3 ed.). Yogyakarta:
Graha Ilmu.