PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI THAHAROH...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI THAHAROH...
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH
MATERI THAHAROH (WUDHU DAN TAYAMUM)
DENGAN METODE AL- TATHBIQ PADA SISWA
KELAS VII MTs. TARQIYATUL HIMMAH
KECAMATAN PABELAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
DITA ATIKA SARI
111 14 221
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
NOTA PEMBIMBING
Lamp : -
Hal : Naskah Skripsi
Saudari Dita Atika Sari
Kepada:
Yth. DekanFTIK IAIN
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Dita Atika Sari
NIM : 111 14221
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu
dan Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa
Kelas VII MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan
Tahun Pelajaran 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya
segera dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 6 Juli 2018
Pembimbing
Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.
NIP. 19730526 199903 1004
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI THAHAROH
(WUDHU DAN TAYAMUM) DENGAN METODE AL-TATHBIQ PADA
SISWA KELAS VII MTs. TARQIYATUL HIMMAH KECAMATAN
PABELAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018
DISUSUN OLEH:
DITA ATIKA SARI
NIM: 11114221
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 12 September 2018 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Peni Susapti, M.Si.
Sekretaris Penguji : Dr. Winarno,S.Si, M.Pd.
Penguji I : Mufiq,S.Ag, M.Phill.
Penguji II : Drs. Bahroni, M.Pd.
Salatiga, 29 Agustus 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP: 19670121 199903 1 002
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN
PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dita Atika Sari
NIM : 111 14 221
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu dan
Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa Kelas VII
MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran
2017/2018
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Sripsi ini diperbolehkan dipublikasikan pada e-respository IAIN
Salatiga
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 6 Juli 2018
Penulis
DITA ATIKA SARI
NIM: 111 14221
vi
MOTTO
نظيف السلم نظيف فتنظفوا, فانه ليدخل الجنة ال
“Islam itu suci maka sucikanlah diri, karena sesungguhnya tidak akan
masuk surga kecuali orang yang suci”.
( H.R. Dailami)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati skripsi ini penulis persembahkan untuk:
* Ayah dan ibuku tercinta, Bapak Harisno dan Ibu Sulistinah serta
saudaraku satu-satunya Wahyu Arif Dwi Setiawan, yang tak pernah lelah
membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi
dalam kehidupanku.
* Mbahku tersayang, Mbah Supiyah, Mbah Kurmeni, mbah Rusdi, dan
Mbah Rumini serta mas Suroto yang selalu memberi wejangan serta doa
untukku.
* Abah KH. Cholid Ulfi Fatkhurrahman, Abah As‟ad Haris Nasution, Abah
Taufiqurrahman, Ibunda Nyai Fatihah Ulfah Imam Fauzi, Ibunda Nyai
Chusnul Halimah seta segenap keluarga besar Ponpes Al- Manar yang
telah banyak memberikan pelajaran hidup tak terlupakan.
* Sahabat-sahabatku mbak Umay, Uswatun, Wiwik, Ida, dek Fitri, kang ilul
yang selalu menyemangati hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
* Teman hati, sahabat, sekaligus kakak yang telah menemani dan
menyemangati hingga saat ini
* Keluarga besarku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
* Temn-teman KKN posko 66 (bu Athna, Suci, Diah, Yamti, Ambar, Nami,
Elsa, dan mbak Irine)
* Teman- teman PPL SMK Telkom (bu Aziz, bu Alfi, bu Cahyati, Tari,
Yani, Abdin, Rizki, Ihsan, Luqman, Yuli)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan
kepada Sang Raja alam semesta (Allah „Azza wa Jalla) atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari kata sempurna.
Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada sang
pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga.
4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.,selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
memberikan bimbingan serta pengarahan dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Juz‟an, M.Hum. sealaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing selama 8 semester.
ix
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Salatiga yang telah memberikan ilmunya sehingga penyusunan skripsi
ini bisa terselesaikan.
7. Bapak Drs. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag. selaku kepala MTs. Tarqiyatul
Himmah beserta seluruh staff pengajarnya yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs. Tarqiyatul
Himmah.
8. Seluruh peserta didik kelas VII A MTs. Tarqiyatul Himmah yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam melakukan dan
menyelesaikan penelitian.
9. Teman-teman satu jurusan PAI angkatan 2014 yang saling mmberikan
semangat dan bantuan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca bagi umumnya.
Salatiga, 6 Juli 2018
Penulis
Dita Atika Sari
111-14-221
x
ABSTRAK
Sari, Dita Atika, 2018.Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu
dan Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa Kelas VII
MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran
2017/2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing:Dr. Winarno, S.Si.,M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Wudhu dan Tayamum, Metode Al-Tathbiq
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil
belajar materi fiqih (wudhu dan tayamum) dengan metode al-tathbiq pada siswa
kelas VII MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran
2017/2018.
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
ditmpuh dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penlitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan di MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan tepatnya pada kelas
VII A yang berjumlah 29 anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
obesrvasi, tes, dan dokumentasi.
Hasil penelitian Pra siklus menunjukkan siswa yang tuntas pada
pembelajaran fiqih materi thaharoh (wudhu dan tayamum) sebanyak 11 orang dari
jumlah keseluruhan yaitu 29 orang dengan prosentase 38%. Pada siklus I siswa
yang tuntas sebanyak 15 orang dari jumlah keseluruhan 29 orang dengan
prosentase 51%. Sedangkan pada siklus II semuanya tuntas dengan jumlah siswa
29 orang dengan prosentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
metode al- tathbiq dapat meningkatkan hasil belajar fiqih mteri thaharoh (wudhu
dan Tayamum) pada siswa kelas VII Semester I di MTs. Tarqiyatul Himmah
Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran 2017/2018.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL SKRIPSI.................................................................................i
LOGO .................................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN...........................................................................iv
DEKLARASI.........................................................................................................iv
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ...................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
F. Definisi Operasional ................................................................................. 7
G. Metode Penelitian ................................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 16
A. Kajian Teori ............................................................................................ 16
1. Hasil Belajar ....................................................................................... 16
2. Ilmu Fiqih .......................................................................................... 22
3. Materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) .......................................... 24
xii
4. Metode Al- Tathbiq ............................................................................. 33
B. Kajian Materi Penelitian ......................................................................... 37
1. Thaharoh ............................................................................................. 37
2. Macam-Macam Taharah ..................................................................... 38
3. Macam-Macam Najis .......................................................................... 38
4. Macam-macam Hadas......................................................................... 39
5. Tata Cara Bersuci................................................................................ 40
C. Kajian Pustaka ........................................................................................ 42
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ....................................................... 44
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 44
1. Pra Siklus ............................................................................................ 44
2. Siklus I ................................................................................................ 44
3. Siklus II ............................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 50
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 50
1. Pra Siklus ............................................................................................ 50
2. Siklus I ................................................................................................ 53
3. Siklus II ............................................................................................... 57
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 60
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 64
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 64
B. SARAN .................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiii
Daftar Tabel
Tabel 4. 1 Data Nilai Pra Siklus .............................................................................50
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Nilai Pra Siklus ................................................................52
Tabel 4. 3 Data Nilai Siklus I .................................................................................53
Tabel 4. 4 Rekapitulasi Nilai Siklus I ....................................................................56
Tabel 4. 5 Data Nilai Siklus II ...............................................................................57
Tabel 4. 6 Rekapitulasi Nilai Siklus II ...................................................................59
Tabel 4. 7 Rekapitulasi Nilai Rata- rata Kelas .......................................................62
xiv
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Rancangan Pelaksanaan PTK............................................................11
Gambar 4. 1 Grafik Peningkatan Rata- Rata Nilai Hasil Belajar Siswa................63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 : Pedoman Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 4 : Pedoman Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 5 : Pedoman Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 6 : Pedoman Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran 7 : Soal Evaluasi Siswa
Lampiran 8 : Daftar Hasil Belajar Siswa
Lampiran 9 : Gambar Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 10 : Lembar Konsultsi
Lampiran 11 : Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 12 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 13 : Surat Balasan Sekolah
Lampiran 14 : Daftar SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam UU
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kastolani, 2014:1).
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik supaya mampu menyesuaikan dengan lingkungannya dan dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang dimungkinkan
untuk berfungsi secara dekat dengan kehidupan masyarakat (Hamalik,
2009:3).
ر ي ر فع ا هلل ا لذ ين ا منوا منكم وا لذ ين ا وا توا لعلم د ر جا ت وا هلل بما ت عملو ن خبي
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadillah:11)
2
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa pendidikan memegang peranan
penting yang menyangkut kemajuan dan masa depan bangsa. Barang siapa
yang berilmu maka akan ditinggikan derajatnya. Tanpa pendidikan yang baik
mustahil pendidikan akan maju. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan
dalam suatu negara salah satunya adalah karena guru, yang mempunyai
peranan sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anak didiknya.
Dari sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaik-
baiknya supaya berhasil dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan
dapat memberikan peranan dalam upaya menumbuh kembangkan sikap
beragama siswa. Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan
cerminan dari keberhasilan guru agama disekolah dalam menyalurkan ajaran
gama melalui usaha pendidikannya.
Pendidikan agama diwujudkan melalui proses belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung melalui interaksi
antara guru dengan peserta didik, mereka adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan yang saling melengkapi. Pendidik harus mampu memberi
penguat pada peserta didik untuk menciptakan proses pembelajaran yang
baik. Maka dari itu, metode merupakan bagian terpenting dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga guru harus mampu menguasai beberapa metode
pembelajaran serta dapat memilih metode yang tepat sesuai dengan kondisi
dan perkembangan peserta didik. Permasalahan yang sering dihadapi oleh
guru adalah belum mampu memberikan atau menyajikan materi kepada siswa
3
secara baik sehingga tidak diperoleh hasil yang efektif dan efisien (Kastolani,
2014:3).
Pemilihan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran,
seorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor faktor yang
mendukung pemilihan metode tersebut. Pembelajaran yang berkualitas akan
tercapai apabila guru menguasai teknik- teknik penyajian materi atau metode
pembelajaran yang tepat. (Roestiyah, 1998:1).
Ilmu fiqih merupakan suatu ilmu yang mempelajari bermacam-macam
syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia,
baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk masyarakat sosial.
(Syafii, 2006:18). Mempelajari ilmu fiqh wajib hukumnya, karena
didalamnya menyangkut hukum islam berkenaan dengan ibadah dan
muamalah yang cakupan kajiannya sangat luas meliputi seluruh aspek
kegiatan manusia yang meliputi perbuatan, perkataan, niat, dan sikapnya.
Sehingga, ilmu ini seyogyanya tidak hanya sebatas pengetahuan akan tetapi
menuntut semua siswa untuk memahaminya sebagai bekal agar peserta didik
dapat mengenal ajaran islam secara baik dan benar.
Dalam pembelajaran Fiqih kelas VII di MTs. Tarqiyatul Himmah
Kecamatan Pabelan masih banyak siswa yang belum tuntas. Dari 29 orang
baru 11 orang yang tuntas atau belum mencapai KKM yang di tentukan yaitu
70. Selain itu pembelajaran juga masih bersifat teoritis dimana guru hanya
menggunakan metode ceramah sebagai metode dominan. Hal ini
menyebabkan peserta didik kurang memperhatikan dan tidak tertarik dengan
4
pembelajaran Fiqih, terutama materi Thoharoh sehingga membuat nilai
mereka juga banyak yang tidak mencapai KKM. Untuk memecahkan
persoalan tersebut penulis mengembangkan metode pembelajaran Al- Tathbiq
sehingga siswa dapat mempraktekan langsung bagaimana tata cara Thaharoh
yang baik dan benar. Hal ini dimaksudkan agar siswa bisa faham dan dapat
berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan begitu pembelajaran akan lebih
menarik.
Metode Al- Tathbiq yaitu suatu strategi pengembangan dengan cara
memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengar
diikuti dengan meniru pekerjaan yang di demonstrasikan (Kastolani, 2014:
194). Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas,
yang berhubungan dengan sesuatu proses tentang hal- hal yang berhubungan
dengan sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-
komponen dengan membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan
cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Dengan
metode Al- Tathbiq peserta didik akan melihat langsung apa yang dilihatnya
dengan begitu peserta didik akan jauh lebih lama mengingat.
Berdasarkan gambaran diatas, maka peneliti tertarik mengadakan
penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran
dengan menerapkan metode Al- Tathbiq dengan berinisiatif mengambil judul
“Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu dan
Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa Kelas VII MTs.
Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran 2017/2018.”
5
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah “Apakah metode Al- Tathbiq dapat meningktkan
hasil belajar Fiqih tentang materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) pada
siswa kelas VII di MTs Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun
Pelajaran 2017/ 2018?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah metode Al- Tathbiq dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih tentang
materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) pada siswa kelas VII di MTs
Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran 2017/ 2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotetis Tindakan
Hipotesis yaitu suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 1993:62). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
penggunaan metode Al-Tathbiq dapat meningkatkan hasil belajar pada
mata pelajaran Fiqih materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) pada
siswa kelas VII di MTs Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun
Pelajaran 2017/ 2018.
2. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampun siswa pada
mata pelajaran fiqih, penulis membandingkan:
6
a. Peningkatan nilai rata-rata dari tes formatif pra siklus, tes formatif
siklus I dan tes formatif siklus II, semakin baik nilai rata-rata
tersebut berarti semakin meningkat pemahaman siswa.
b. Peningkatan yang signifikan nilai pelajaran fiqih sebelum
dilakukan Tindakan Kelas dengan nilai fiqih sesudah dilakukan
Tindakan Kelas (siklus I dan siklus II).
c. Siswa dapat mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dengan ketentuan nilai yaitu 70.
d. Peningkatan siswa yang mencapai nilai KKM, dan sudah mencapai
tingkat nilai KKM, dan sudah mencapai tinkat ketuntasan belajar
mencapai 85% maka semakin meningkatkan minat belajar siswa
(Trianto, 2009: 241).
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian tindakan kelas dapat menambah wawasan mengenai
bidang pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya penerapan Al-
Tathbiq dalam meningkatkan hasil belajar, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan acuan bagi peneliti- peneliti berikutnya.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Mampu meningkatkan profesionalisme guru dalam upaya
menciptakan perbaikan pembelajaran dengan memilih metode yang
tepat sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
b. Bagi Siswa
Meningkatkan semangat belajar serta aktif dalam mengikuti
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Fiqih materi Thaharoh.
c. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan
metode observasi dan mendapatkan bekal tambahan sebagai
mahasiswa dan calon guru sehingga siap ketika terjun langsung
dilapangan.
d. Bagi Sekolahan
Sebagai masukan dan informasi guna meningkatkan prestasi
belajar peserta didik pada pelajaran Fiqih materi Thaharoh.
F. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan
pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap judul
diatas, maka dijelaskan di bawah ini:
8
1. Hasil Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 1991: 2).
Hasil Belajar ialah perubahan yang terjadi pada siswa sebagai
akibat kegiatan pembelajaran non- fisik seperti perubahan sikap,
pengetahuan maupun kecakapan (Eko, 2009: 25).
Hasil belajar siklus I diperoleh dari latihan soal dengan bentuk
uraian, sedangkan pada siklus II hasil belajar dilakukan tes dengan
model unjuk kerja yaitu praktek tata cara wudhu dan tayamum.
2. Fiqih
Ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari
berbagau macam syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan
hidupbagi manusia baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk
masyarakat sosial (Karim, 2006: 18).
3. Materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum)
Thaharoh menurut bahasa artinya bersuci, sedangkan menurut
istilah thaharoh ialah kegiatan bersuci dari najis dan hadas sehingga
seseorang di perbolehkan untuk beribadah yang di tuntut harus dalam
keadaan suci (Choliq, 2017: 2).
9
Wudhu menurut bahasa berarti bersih dan indah. Sedangkan
menurut istilah, wudhu ialah membersihkan anggota wudhu untuk
menghilangkan hadas kecil dengan syarat rukun tertentu (Choliq, 2017:
7).
Sedangkan tayamum adalah mengusapkan debu yang suci ke muka
dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun
tertentu (Choliq, 2017: 10).
4. Metode Al- Tathbiq
Suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan
pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengar diikuti
dengan meniru pekerjaan yang di demonstrasikan. Metode ini digunakan
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, yang berhubungan
dengan sesuatu proses tentang hal- hal yang berhubungan dengan
sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-
komponen dengan membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara
dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu
(Kastolani, 2014: 194).
Metode Al- Tathbiq merupakan metode dimana pendidik
mempraktekan langsung tentang materi yang sedang dibahas. Dengan
begitu peserta didik melihat secara langsung apa yang diperagakan oleh
guru. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan metode pembelajaran
dengan mempraktekan secara langsung tata cara wudhu dan tayamum.
10
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classromm Action Research). Penelitian
Tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran di kelas secara lebih
profesional. (Suryanto, 1997: 4).
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan.Menurut Arikunto,dkk. (2006: 104),
penelitian tindakan kelas terdapat empat tahap utama kegiatan, yaitu
perencanaan tindakan (planing), penerapan tindakan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan seterusnya
sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria
keberhasilan).
2. Subjek Penelitian
Subyek yang diteliti oleh penulis yaitu peserta didik kelas VII
MTs Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2017/2018
yang berjumlah 29 orang peserta didik yang terdiri dari 14 laki-laki dan
15 perempuan.
11
3. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya metode
pembelajaran yang sudah digunakan untuk menyampaikan materi
Thaharah (wudhu dan tayamum) dikelas. Dalam pelaksanaannya peneliti
akan berkolaborasi dengan guru kelas VII MTs Tarqiyatul Himmah
pengampu mata pelajaran Fiqih. Peneliti sebagai pelaku penelitian
sedangkan guru kelas bertindak sebagai pengamat.
Model penelitian secara garis besar terdapat empat tahapan yang
lazim dilalui dan dimualai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan
pengamatan dan refleksi yang diikuti dengan perencnaan ulang. Adapun
model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Rancangan Pelaksanaan PTK
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap, secara rinci
prosedur penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
12
Perencanaan, pada tahap ini terdapat tiga kegiatan dasar yaitu
identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.
Pada masing- masing kegiatan terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya
dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.
Pelaksanaan, pada tahap kedua ini adalah menerapkan apa yang
telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak dikelas. Hendaknya
perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan
rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak rekayasa. Hal ini akan
berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar
hasilnya disinkronkan dengan maksud semula.
Pengamatan, pada tahap ketiga ini adalah pengumpulan data.
Dengan kata lain, pengamatan atau observasi adalah alat untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini,
peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara
mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data
(angket/wawancara/observasi), dan lain-lain.
Refleksi, tahap keempat atau tahap terahir ini adalah refleksi.
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan “memantul”. Dalam hal
ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya kecermin, sehingga
tampak jelas penglihatannya, baik lelebihan dan kekurangannya.
4. Instrumen Penelitian
13
Instrumen yang dimaksudkan dalam Penelitian perbaikan
pembelajaran ini adalah alat yang digunakan oleh guru atau peneliti
untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk
menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan
(Sumadayo,2013:32). Adapun instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Silabus
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Bahan Ajar
d. Lembar Pengamatan Guru
e. Lembar Pengamatan Siswa
f. Soal Tes.
5. Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Arikunto, dkk (2006) observasi adalah kegiatan
pengamatn (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Dengan metode observasi ini
untuk memperoleh data tentang kondisi fisik serta gambaran umum
di sekolah MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan.
14
b. Soal Tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini tes yang
digunakan berupa tes individu. Tes dilakukan pada tiap akhir siklus.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pendekatan untuk mencari data
mengenai hal- hal berupa catatan, surat kabar, majalah, buku-buku,
transkip, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:
206).
Metode dokumentasi ini digunakan sebagai penguat dan
pelengkapdata yang tidak diperoleh dari wawancara dan observasi
untuk memperoleh data tentang visi, misi, tujuan, keadaan guru, dan
keadaan siswa.
5. Analisis Data
Peneliti menganalisa data dengan menyusun dan mengolah data
yang terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi. Analisis data
sangat diperlukan guna mengetahui hasil dan menarik kesimpulan yang
logis berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan setiap siklusnya.
Analisis data untuk menjelaskan peningkatan prestasi belajar
siswa, dapat diketahui dengan menentukan ketuntasan belajar. Untuk
menentukan ketuntasan individual terhadap indikator yang telah
15
ditentukan, maka dapat diperoleh melalui tes hasil belajar dengan nilai 0-
100.
Sedangkan untuk mengetahui presentase ketuntasan klasikal
digunakan dengan rumus:
P =
x 100%
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini, penulis menyusun
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II, kajian pustaka yang berisi hasil belajar, metode Al- Tathbiq,
pembelajaran Fiqih, materi Thaharoh (wudhu dan tayamum).
BAB III, Deskripsi pelaksanaan siklus I,dan deskripsi pelaksanaan
siklus II.
BAB IV, hasil penelitian dan pembahasan, berisi deskripsi persiklus,
pembahasan.
BAB V, penutup yang berisi kesimpulan, saran dan pada bagian akhir
dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalakana, 1990:14,343) “hasil”
dalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) akibat usaha. “belajar”
adalah berusaham memperoleh.
Menurut Supardi (2013:22) Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Hasil belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
yang diberikan oleh guru dan perubahan sikap serta cara pandang dan
cara fikir siswa setelah mengalami proses belajar.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti suatu proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan (Purwanto, 2009:54).
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 8).
Hasil belajar adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai,
pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
17
1) Informasi Verbal yaitu kepabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,
pemecahan masalah mupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemsmpuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan analisis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan
prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan
kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi
penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehinga terwujud
otoatisme gerak jasmani
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penelitian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standar perilaku (Suprijono, 2009: 6).
Hasil belajar merupakan sesuatu kemampuan yang diperoleh
seseorang atas usahanya dalam mempelajari sesuatu entah disekolah
18
tau dimanapun yang dimana hasil tersebut dapat terlihat (tulisan) atau
tidak dapat terlihat.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar terdapat berbagai macam, yaitu: (Susanto, 2013: 6)
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap
arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut
Bloom ini, adalah seberapa besar siswa mampu menerima,
menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru
kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami, atau yang ia
rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia
lakukan.
Menurut Skeel konsep merupakan sesuatu yang tergambar
dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau suatu pemikiran. Jadi
konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati
seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu
pengertian.
2) Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang
mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan
sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih
tinggi dalam diri individu siswa.
19
3) Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu
dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia
sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek
tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan
seseorang. Hubungannya dengan hasil belajar, sikap ini lebih
diarahkan pada pengertian pemahaman konsep.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
1) Faktor Intern Belajar
Faktor intern dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh
pada proses belajar siswa adalah:
a) Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian
tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian.
b) Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar.
c) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan
memusatkan perhatian pada pembelajaran (Dimyati dan
Mujiono, 2002:239).
20
d) Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan
siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran
sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
e) Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan
kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:241).
f) Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan
proses megaktifkan pesan yang telah diterima
g) Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi merupakan puncak dari
proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:243).
h) Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan
diri bertindak dan berhasil.
i) Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
j) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar dapat diperbaiki dengan cara
pembinaan disiplin membelajarkan diri (Dimyati dan
Mudjiono, 2002: 246).
21
k) Cita-cita Siswa
Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri
siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 248).
2) Faktor Ekstern Belajar
Beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas
dan hasil belajar siswa, diantaranya adalah:
a) Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya
mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi
juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai
pendidik ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa,
khususnya berkenaan dengan kenagkitan belajar.
Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi
diri siswa. Sebagai guru pengajar, ia bertugas mengelola
kegiatan belajar siswa disekolah (Dimyati dan Mudjiono,
2002: 248).
b) Prasarana dan Sarana Belajar
Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran
merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak
berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan
jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. Justru
disinilah timbul masalah “bagaimana mengelola prasarana
dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara proses
22
belajar yang berhasil baik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:
249).
c) Kebijakan Penilaian
Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat
sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut
maka guru dapat memberikan nilai kepada siswa sebagai
hasil dari proses pembelajaran (Dimyati dan Sudjono, 2002:
251).
d) Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Setiap siswa yang berada di sekolah ia memiliki
kedudukan dan peranan yang diakui sesama. Jika seorang
siswa terterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri
dan segera dapat belajar, begitu juga sebaliknya (Dimyati dan
Sudjono, 2002: 252).
e) Kurikulum Sekolah
Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya
menimbulkan masalah bagi guru dan siswa, tetapi juga
petugas pendidikan dan orang tua siswa (Dimyati dan
Sudjono, 2002: 254).
2. Ilmu Fiqih
a. Pengertian Fiqih
Fiqih berasal dari bahasa Arab ( فقها –يفقه –فقه ) yang berarti
mengerti mengerti atau faham. Dari sinilah ditarik perkataan fiqih,
23
yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang
sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasulnya.
Menurut Zuhri, (2009:9) fiqih mempunyai dua pengertian,
pengertian yang pertama fiqih ialah pengetahuan hukum-hukum
syara‟, tentang perbuatan beserta dalil-dalilnya. Sedangkan
pengertian yang kedua, fiqih adalah kumpulan (kodifikasi) hukum-
hukum perbuatan yang disyariatkan dalam islam.
Ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari
berbagau macam syariat atau hukum islam dan berbagai macam
aturan hidupbagi manusia baik yang bersifat individu maupun yang
berbentuk masyarakat sosial (Karim, 2006:18).
b. Objek Ilmu Fiqih
Objek pembahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan
mukallaf ditinjau dari segi hukum syara‟ yang tetap baginya. Untuk
mengetahui hukum syara‟ yang dilakukan oleh seseorang mukallaf,
maka seorang yang ahli di bidang fiqih hendaknya meneliti jual
belinya, sewa menyewa, pegadaian, perwakilan, shalat, puasa, haji,
pembunuhan, tuduhan zina, pencurian, ikrar, dan wakaf yang
dilakukannya (Khallaf, 2014:3).
c. Tujuan Mempelajari Ilmu Fiqih
Tujuan mempelajari fiqih adalah untuk mengetahui dan
menerapkan hukum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan
24
ucapan manusia, selain itu untuk membatasi setiap mukallaf terhadap
hal-hal yang diwajibkan atau diharamkan baginya (Khallaf, 2014: 4).
3. Materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum)
a. Pengertian Thaharoh
Thaharoh menurut bahasa berarti bersih (nadlafah), suci
(nazahah), terbebas dari kotoran (danas).Sedangkan menurut syara‟,
thaharoh adalah mengangkat (menghilangkan) penghalan yang
timbul dari hadas atau najis (Nasution, 1995: 9).
b. Macam-macam Alat Thaharoh
Alat-alat yang digunakan dalam bersuci terdiri dari dua
macam yaitu air dan bukan air. Alat bersuci selain air antara lain
berupa benda-benda padat yang kesat. Seperti debu, batu/kerikil,
kertas, tisu, dedaunan, kayu, dan lain-lain (Chaliq, 2017: 5).
c. Macam-macam Air
Ditinjau dari segi hukumnya, air terbagi menjadi lima
macam:
1) Air Mutlak atau Tahir Mutahir (suci mensucikan)
Air mutlak yaitu air yang masih asli belum tercampur
dengan benda lain dan tidak terkena najis. Air mutlak ini terdiri
dari 7 yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air salju, air
embun, dan air dari mata air (Rasjid, 1989: 28).
25
2) Air Makruh (Air Musyamas)
Air makruh yaitu air yang dipanaskan pada terik
matahari dalam logam yang terbuat dari besi, baja, tembaga,
atau alumunium yang masing-masing benda logam itu berkarat.
Air musyamas seperti ini hukumnya makruh, karena
dikhawatirkan menimbulkan suatu penyakit. Adapun air dalam
logam yang tidak berkarat dan dipanaskan pada terik matahari
dan terkena panas matahari atau air yang dipanaskan misalnya
direbus tidak termasuk air musyamas.
3) Air ThahirGhairu Muthahir (Suci tidak Mensucikan)
Air ini hukumnya suci tetapi tidak dapat mensucikan. Air
ini ada 2 macam yaitu yang pertama air yang dicampur dengan
benda suci lainnya sehingga air itu tidak berubah salah satu
sifatnya (rasa, bau, atau warna), contonya air kopi. Yang kedua
adalah air buah-buahan atau air yang ada di dalam pohon,
contohya air kelapa (Rasjid, 1989:29).
4) Air Mustakmal
air suci sedikit yang kurang dari dua kulla dan sudah
dipergunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah sifatnya,
atau air suci yang cukup dua kulla yang sudah dipergunakan
untuk bersuci dan telah berubah sifatnya.
26
5) Air Mutanajis
Air mutanajis yaitu air yang tadinya suci kurang dua
kulla tetapi kena najis dan telah berubah salah satu sifatnya (bau,
rasa, warnanya). Air seperti ini hukumnya najis, tidak boleh
diminum tidak sah digunakan untuk wudhu tayamum, mandi,
atau mensucikan benda yang terkna najis. Tetapi apabila air dua
kulla terkena najis, namun tidak mengubah salah salah satu
sifatnya, maka hukumnya suci mensucikan (Rasjid, 1989: 30).
d. Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya.
Najis bersal dari bahasa arab yang artinya kotoran, dan
menurut istilah adalah suatu benda yang kotor yang mencegah
sahnya mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan
suci.Dalam hukum islam ada tiga macam najis yaitu:
1) Najis Mukhfafah
Najis Mukhofafah adalah najis ringan, seperti air seni
bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan
apapun kecuali air susu ibu. Cara mensucikannya cukup dengan
memercikkan atau mengusapkan air yang suci pada permukaan
yang terkena najis.
2) Najis Mutawasittah
Najis Mutawasittah adalah najis pertengahan atau
sedang. Yang termasuk najis ini ialah bangkai binatang darat
yang berdarah sewaktu hidupnya, darah, nanah, muntah, dan
27
sebagainya. Cara mensucikannya dengan mengalirkan air
sampai hilang rasa, bau, dan warna najis tersebut (Chaliq, 2017:
4).
3) Najis Mughalazah
Najis Mughalazah ialah najis yang berat. Najis ini
bersumber dari anjing dan babi. Cara mensucikannya melalui
beberapa tahap , yaitu dengan membasuh air sebanyak tujuh kali
dan salah satunya dengan debu (Chaliq, 2017: 4).
e. Hadas dan Cara Mensucikannya
Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa.
Sedangkan secara istilah adalah keadaan tidak suci seseorang
sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah.Hadas
ada dua macam, yaitu:
1) Hadas Kecil
Hadas Kecil yaitu keadaan seseorang tidak suci dan
supaya ia menjadi suci maka harus berwudhu atau tayamum.
Contoh: buang air kecil, bertemunya kulit laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim tanpa adanya penghalang,
menyentuh kemaluan.
2) Hadas Besar
Hadas Besar yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan
supaya ia menjadi suci maka harus mandi. Contoh: haid, nifas,
wiladah, bersetubuh (Nasution, 1995:38).
28
f. Wudhu dan Tayamum
1) Wudhu
Menurut bahasa wudhu berarti bersih atau indah.
Sedangkan menurut istilah, wudhu ialah membersikan anggota
wudhu untuk menghilangkan hadas kecil dengan syarat rukun
tertentu (Choliq, 2017: 7).
Dalil diwajibkannya wudhu,Allah berfirman dalam
Qur'an Surat Al-Maidah:06
أي ها الذين آمنوا إذا قمتم إلى الصالة فاغسلوا وجوىكم وأيديكم إلى يا
روا المرافق وامسحوا برءوسكم وأرجلكم إلى الكعب ين وإن كنتم جنبا فاطه
أو جاء أحد منكم من الغائط أو المستم وإن كنتم مرضى أو على سفر
موا صعيدا طيبا فامسحوا بوجوىكم وأيديكم النساء ف لم تجدوا ماء ف ت يم
رك م وليتم نعمتو منو ما يريد اللو ليجعل عليكم من حرج ولكن يريد ليطه
عليكم لعلكم تشكرون
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.”(Q.S. Al- Maidah:6).
29
a) Syarat wudhu
i. Muslim
ii. Mumayiz
iii. Menggunakan air mutlak
iv. Tidak sedang berhadas besar
v. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota
wudhu (Nasution, 1995:11).
b) Rukun wudhu
i. Niat. Yaitu berniat di dalam hatinya untuk berwudhu
menghilangkan hadas.
Niat wudhu:
ن ويت الوضوء لرفع الحد ث األصغر ف رضا هلل ت عالى
“saya berniat wudhu untuk menghilangkan hadas
kecil karena Allah Ta’ala”
ii. Membasuh wajah. Membasuh wajah di mulai dari
tumbuhnya rambut kepala menuju ke bagian bawah
kumis dan jenggot sampai pangkal kedua telinga,
hingga mengenai persendianbagian wajah yang terletak
antara jenggot dan telinga.
iii. Membasuh kedua tangan sampai ke siku. Bagi
seseorang yang tidak semprna tangannya misalnya
tangan terpotong dari atas siku, maka dia tetap
membasuh tangan yang tersisa.
30
iv. Membasuh sebagian kepala. Caranya dengan mengusap
kepala dengan kedua tangan dari depan menuju
kebelakang samppai tengkuk kemudian kembali ke
tempat awal.
v. Membasuh kaki hingga mata kaki.
vi. Tertib. Membasuh anggotaa wudhu satu demi satu
dengan urut (Chaliq, 2017: 8)
c) Hal-hal yang membatalkan wudhu
i. Keluar sesuatu dari kubul dan dubur
ii. Hilang kesadaran karena pingsan, mabuk, gila, atapun
tidur
iii. Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim tanpa adanya penghalang.
iv. Menyentuh kemaluan tanpa penghalang (Rasjid,
1989:45).
d) Sunah Wudhu
i. Membaca basmalah pada waktunya.
ii. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
iii. Madmadhah, yaitu berkumur-kumur, memasukkan air
ke mulut sambil mengguncangkannya, kemudian
membuangnya.
iv. Istinsyaq, yaitu memasukkan air ke hidun kemudian
membuangnya.
31
v. Meratakan sapuan ke seluruh kepala.
vi. Menyapu kedua telinga
vii. Menyela-nyela janggut dengan jari
viii. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
ix. Muwalah, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan wudhu
itu beruntun, tidak berselang lama antara satu dengan
yang lainnya. (Nasution, 1995: 23).
x. Mengucapkan dua kalimah syahadah dan doa setelah
wudhu.
دا أشهد أن ال إلو إال اللو، وحده ال شريك لو، وأشهد أن محمر ابين، واجعلني من المتطه و ين عبده ورسولو، اللهم اجعلني من الت
Artinya:
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
utusan Allah. Ya Allah jadikanlah aku termasuk hamba-
hamba-Mu yang bertaubat dan bersuci.(H.R. Turmudzi).
2) Tayamum
Menurut bahasa tayamum berarti menuju. Menurut
istilah, tayamum ialah mengusapkan debu yang suci ke muka
dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan
rukun tertentu (Choliq, 2017: 10).
Tayamum dilaksanakan sebagai pengganti wudhu atau
mandi karena tidak memperoleh air atau tidak dapat
menggunakan air karena uzur.
32
a) Syarat Tayamum
i. Sudah masuk waktu shalat
ii. Sudah berusaha mencari air, tetapi tidak
mendapatkannya, kecuali bagi orang yang sedang udzur
menggunakan air.
iii. Menggunakan debu atau tanah yang suci
iv. Telah suci dari najis
v. Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu
atau mandi dengan tayamum.
b) Rukun Tayamum
i. Niat
ستهباحةهىىالصالةهىىف رض ىىهىللهىىت عالى ن ويت ىىالت يممىىلهه
Artinya: "Sengaja aku bertayamum untuk melakukan
sholat, fardhu karena Allah Ta'ala
ii. Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
iii. Tertib dalam tayamum, yaitu dimulai dengan mengusap
wajah lalu kedua tangan
iv. Dikerjakan secara beriringan.
c) Sebab-sebab Tayamum
i. Tidak menemukan air. Atau ada air tetapi tidak cukup
untuk bersuci
ii. Karena sakit yang tidak boleh terkena air
33
iii. Karena sedang dalam perjalanan jauh dan tidak
menemukan air
d) Hal-hal yang Membatalkan Tayamum
i. Semua yang membatalkan wudhu juga membatalkan
tayamum
ii. Menemukan air sebelum shalat (Rasjid, 1989: 55).
e) Sunnat Tayamum
i. Membaca basmalah diawalnya
ii. Memulai sapuan dari bagian ataswajah
iii. Menipiskan debu di telapak tangan sebelum
menyapukannya.
iv. Merenggangkan jari-jari ketika menepukkannya
pertama kali ke tanah.
v. Mendahulukan tangan kanan atas yan kiri
vi. Menyela-nyela jari setelah menyapu kedua tangan
vii. Muwalah (Nasution. 1995: 37).
4. Metode Al- Tathbiq
a. Pengertian Metode Al- Tathbiq
Metodeat-tathbiq disebut juga dengan metode praktek atau
demonstrasi. Demonstrasi merupakan metode interaksi edukatif yang
sangat efektif dalam menolong pelajar untuk mencari jawaban
melalui pengamatan nduktif. Dengan demonstrasi sebagai metode
mengajar dimaksudkan bahwa seorang pengajar memperlihatkan
34
suatu proses pada seluruh kelompok anak didik (Surakhmad,
1986:110).
Metode al-tathbiq dimaksudkan sebagai suatu kegiatan
memperlibatkan suatu gerak atau proses kerja sesuatu.
Pelaksanaannya bisa jadi guru atau orang lain yang sengaja diminta
memperlihatkan proses kerja sesuatu itu (Sriyono dkk, 1992:116).
Suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan
pengalamanbelajar melalui perbuatan melihat dan mendengar diikuti
dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, yang
berhubungan dengan sesuatu proses tentang hal- hal yang
berhubungan dengan sesuatu, proses mengerjakan atau
menggunakannya, komponen- komponen dengan membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk
mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Kastolani, 2014:194).
Dalil yang berkaitan dengan metode al-tahtbiq yaitu:
ث نا الحكم عن ذر عن سعيد بن عبد ث نا شعبة حد ث نا آدم قال حد الرحمن حدبن أب زى عن أبيو قال جاء رجل إلى عمر بن الخطاب ف قال إني أجنبت ف لم ار بن ياسر لعمر بن الخطاب أما تذكر أنا كنا في سفر أنا أصب الماء ف قال عم
أنت ف لم تصل وأما أنا ف تمعكت فصليت فذكرت للنبي صلى اللو وأنت فأما عليو وسلم ف قال النبي صلى اللو عليو وسلم إنما كان يكفيك ىكذا فضرب
يو األرض ون فخ فيهما ثم مس النبي صلى اللو عليو وسل ح بهما وجهو م بكف )رواه البخاري( وكفيو
35
Artinya :
Menceritakan kepada kami Adam, ia berkata, memberitakan kepada
kami Syu’bat, memberitakan kepadaku Hakam, dari Jar, dari Sa’id
ibn Abdurrahman ibn Abza’, dari Ayahnya, ai berkata, “Telah
datang Ammar bin Yasir berkata kepada Umar bin Khatthab,
“Tidaklah anda ingat seseorang kepada Umar bin Khatthab, lalu ia
berkata, “Sesungguhnya aku sedang junub, dan aku tidak
menemukan air?” Maka berkata Umar ibn Yasir kepada Umar bin
Khatthab, “Ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan. Adapun
anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling ditanah
kemudian saya salat. Saya pun menceritakannya kepada Rasulullah
SAW, kemudian Beliau bersabda, “Sebenarnya anda cukup begini.
Rasulullah memukulkan kedua telapak tangannya ketanah dan
meniupnya, kemudian mengusap keduanya pada wajah dan tangan
beliau.(H.R. Bukhari). (www.muhammadantariksa.com diunduh
pada hari Minggu, 23 September 2018 pukul 05.10 WIB).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa ketika dalam sebuah
perjalanan dan belum salat (tidak ditemukannya air) maka
dianjurkan untuk tayamum seperti yang diajarkan oleh Rasulullah
dengan cara memukulkan kedua telapak tangannya ketanah dan
meniupnya, kemudian mengusapkan keduanya pada wajah dan
tangan. Dari penjelasan hadis di atas Rasulullah menggunakan
metode praktik dengan menyontohkan tata cara tayamum kepada
sahabatnya.
Jadi metode Al- Tathbiq menurut peneliti adalah suatu
metode dimana guru memperlihatkan atau mempraktekan secara
langsung tentang suatu proses atau cara kerja sesuatu, contohnya
proses tayamum atau berwudhu.
36
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Al- Tathbiq
Kelebihan Metode Al- tathbiq antara lain:
1) Perhatian pelajar dapat diarahkan pada hal-hal yang dianggap
penting sehingga hal-hal yang penting itu dapat diamati
seperlunya.
2) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan
dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca
didalam buku, karena pelajae mendapat gambaran yang jelas
dari hasil pengamatannya
3) Bila pelajar turut aktif bereksperimen, maka ia akan
memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk
mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan
pengharapan dari lingkungan sosialnya.
4) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada pelajar
dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi (Surakhmad,
1986: 111).
Kekurangan Metode Al- tathbiq antara lain:
1) Bila tidak dapat mengamati kelassecara saksama, maka metode
ini menjadi tidak wajar.
2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan
aktivitas dimana para pelajar sendiri dapat ikut bereksperimen
dan menjadikan aktivitas itu pengalaman pribadi.
37
3) Bila alat pengajaran kurang memadai, maka hasilnya pun kurang
memuaskan (Sriyono, 1992:117).
c. Merencanakan Metode Al- Tathbiq yang Efektif
1) Rumuskan dengan jelas keckapan atau keterampilan apa yang
diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu
dilakukan.
2) Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh apakah metod itu
wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang
paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
3) Apakah alat-alat yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah
dan apakah sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan
demonstrasi tidak gagal.
4) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan
dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan
5) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan
6) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa (Hasibuan
dan Moejiono, 1995: 31).
B. Kajian Materi Penelitian
1. Thaharoh
Thaharoh berasal dari bahasa Arab yang berarti bersi atau suci.
Sedangkan menurut istilah ialah suatu kegiatan bersuci dari najis dan
hadas sehingga seseorang diperbolehkan untuk beribadah yang dituntut
harus dalam keadaan suci. Kegiatan bersuci dari najis itu meliputi
38
menyucikan badan, pakaian, tempat dan lingkungan yang menjadi tempat
segala aktifitas kita. Sedangkan bersuci dari hadas dapat dilakukan
dengan wudhu, bertayamum dan mandi.
2. Macam-MacamTaharah
Taharah dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat.
Cara menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang
biasa disebut air mutlak.
b. Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi,
wudu, dan tayamum.
3. Macam-Macam Najis
Najis berasal dari bahasa Arab yang berarti kotoran, dan menurut
istilah adalah suatu benda yang kotor, yang mencegah sahnya
mengerjakan suatu ibadah yang di tuntut harus dalam keadaan suci.
Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi tiga , yaitu:
a. Najis berat atau najis mugalladah, yaitu najis yang harus dicuci
sampai tujuh kali dengan air mutlak dan salah satunya
menggunakan debu yang suci atau air yang dicampur dengan tanah.
Contohnya air liur anjing.
b. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci
dengan cara menggunakan air mutlak sampai hilang bau dan
warnanya. Contohnya: darah, nanah, kotoran manusia.
39
c. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat
disucikan dengan memercikkan atau menyiram air di tempat yang
terkena najis. Contohnya: air kencing bayi yang belum makan apa-
apa kecuali air susu ibu.
4. Macam-macam Hadas
Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa,
sesuatu yang terjadi, sesuatu yang tidak berlaku. Sedangkan menurut
istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya
tidak sah dalam melakukan ibadah.
a. Hadas Kecil
Hadas Kecil yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia
menjadi suci maka seseorang tersebut harus berwudhu atau
tayamum. Seseorang berhadas kecil apabiala:
1) Karena keluar sesuatu dari dubur maupun qubul
2) Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab
lainnya
3) Bersentuhan kulit laki- laki dan perempuan yang bukan muhrim
tanpa adanya penghalang
4) Karaena menyentuh kemaluan, baik milik sendiri maupun orang
lain dengan telapak tangan.
40
b. Hadas Besar
Hadas Besar yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia
menjadi suci maka ia harus mandi atau tayamum. Hal- hal yang
menyebabkan seseorang berhadas besar yaitu:
1) Karena bertemunya kelamin laki- laki dan perempuan
2) Keluarnya mani/ ikhtilam
3) Karena haid
4) Nifas
5) Wiladah
2. Tata Cara Bersuci
a. Wudhu
Wudhu ialah bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah
adalah membersihkan anggota anggota wudhu untuk
menghilangkan hadas kecil dengan syarat dan rukun tertentu.
Syarat wudhu yaitu:
1) Muslim
2) Mumayis
3) Tidak sedang hadas besar
4) Menggunakan air mutlak
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu.
Rukun wudhu ialah
1) Niat
2) Membasuh wajah
41
3) Membasuh kedua tangan
4) Mengusap sebagian kepala
5) Membasuh kaki sampai mata kaki
6) Tertib
b. Tayamum
Secara bahasa yaitu menuju. Secara istilah yaitu
mengusapkan debu yang suci ke muka dan tangan untuk
menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun tertentu.
Syarat Tayamum, yaitu :
1) Sudah masuk waktu shalat
2) Sudah berusaha mencari air, tetapi tisdak mendapatkannya
3) Menggunakan debu yang suci
4) Telas suci dari najis
5) Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu atau
mandi dengan tayamum.
Rukun Tayamum, yaitu :
1) Niat
2) Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
3) Tertib
4) Dikerjakan secara beriringan.
42
C. Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran yang telah penulis lakukan terkait
dengan penelitian ini, terdapat satu penelitian yang hampir sama dengan
skripsi ini antara lain:
1. Skripsi Erna Wulandari dari UIN Sunan Kalijaga yang berjudul,
Penerapan Metode Praktek Untuk Meningkatkan Keterampilan Sholat
Siswa Kelompok A PAUD Terpadu Jabal Rahmah.
Pada skripsi ini telah di simpulkan bahwa metode praktek dapat
meningkatkan keterampilan sholat siswa. Pada skripsi ini yang di
tekankan adalah keterampilan bukan hasil belajar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam pelaksanaan
pembelajaran shalat dengan menggunakan metode praktek hasilnya
signifikan. Peningkatannya terlihat pada perhatian siswa ketika guru
menjelaskan materi, siswa juga mau melaksanakan tugas yang diberikan
oleh guru. Dari observasi pra tindakan awal hasilnya terlihat 73,9%, pada
siklus I menjadi 84,4%, dan siklus II 90,4%.
2. Skripsi Khoiriyatun Ni‟mah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta
yang berjudul Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih
Materi Haji Bagi Siswa Kelas VIII di MTsN Kepoh Delanggu Klaten
Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hasil dari skripsi ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi
dapat meningkatkan prestasi belajar serta aktivitas siswa terutama pada
43
pelajaran fiqih materi haji. Pada skripsi ini lebih menekankan pada
penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih.
3. Skripsi Arif dari STAIN Purwokerto yang berjudul Penerapan Metode
Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih di MTs Ma‟arif Kubang
Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran
2013/2014.
Pada skripsi ini lebih menekankan pada penerapan metode
demonstrasi meliputi uji coba, penerapan atau pelaksanaan dan evaluasi.
Pada skripsi ini menekankan pada penerapan metode yaitu demonstrasi
pada semua pembelajaran fiqih tidak pada materi tertentu.
Skripsi yang penulis ambil hampir sama dengan penelitian
sebelumnya. Namun dalam penelitian terdahulu belum ada yang
membahas tentang penggunaan metode al-tathbiq pada materi wudhu
dan tayamum pada kelas VII. Dengan menggunakan metode al- tathbiq
ini otomatis siswa akan memanfaatkan motorik secara optimal dan dapat
melakukan erakan wudhu dan tayamum dengan benar.
44
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Pra Siklus
Sesuai dengan gagasan peneliti maka rencana pelaksanaan
penelitian di MTs. Tarqiyatul Himmah Kauman Lor Kecamatan Pabelan
dengan jumlah siswa 29 orang, penelitian tindakan kelas ini akan
ditempuh dalam 2 siklus. Pada tahap pra siklus ini peneliti mencari
dokumentasi nilai ulangan harian siswa, yang akan digunakan sebagai
acuan peneliti untuk meningkatkan minat belajar siswa pasca penelitian.
2. Siklus I
Proses pembelajaran dilaksanakan secara bertahap yang diawali
dengan appersepsi dan diahiri dengan tes formatif. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan tes, peneliti menganalisis data untuk menentukan
apakah perbaikan pembelajaran ini berhasil atau tidak.
Pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 November 2017 dengan
materi pokok Thaharoh. Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan
peneliti adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus I ini peneliti melakukan
persiapan pembelajaran sebagai berikut:
45
1) Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan di ajarkan
yaitu materi thaharoh (wudhu dan tayamum).
2) menyusun RPP terlebih dahulu sesuai dengan tindakan yang
akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini digunakan sebagai
program kerja dalam melaksanakan proses belajar mengajar
agar tercapai tujuan pembelajaran.
3) Mempersiapkan kegiatan pebelajaran dengan menggunakan
metode al- tathbiq.
4) Mempersiapkan soal evaluasi sebagai sarana mengetahui
kemampuan siswa.
5) Mempersiapkan lembar pengamatan guru dan siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada hari Jum‟at
tanggal 10 November 2017 pelajaran ke 3-4 selama 80 menit. pada
tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah:
1) Melaksaknakan kegiatan pembelajaran sesuai yang ada di RPP.
2) Pada kegiatan awal guru melakukan appersepsi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.
3) Setelah itu guru menjelaskan materi tentang thaharoh (wudhu
dan tayamum).
4) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang
belum difahami.
5) Guru memprktekan tata cara wudhu dan tayamum
46
6) Guru meminta siswa untuk melafadzkan niat wudhu dan
tayamum.
c. Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti
melakukan pengamatan terhadap siswa yaitu dengan lembar
observasi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek
yang dinilai adalah hasil praktek niat wudhu dan tayamum, serta
perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian
peneliti juga menyiapkan lembar pengamatan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Hasil yang telah diperoleh pada tahap ini dicatat dan
disimpulkan, menganalisis serta mengevaluasi. Selanjudnya guru
merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan.
Kemudian melakukan perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diakukan, peneliti menemukan
kelebihan dan kekurangan antara lain:
1) Kelebihan
a) Minat dan keaktifan siswa meningkat
b) Siswa dapat praktek secara langsung bagaimana tata cara
wudhu dan tayamum dengan benar.
2) Kekurangan
a) Pengaturan waktu kurang maksimal
47
b) Penjelasan terlalau cepat
c) Masih banyak siswa yang bermain sendiri
d) Masih ada siswa yang belum memperhatikan penjelasan
dari guru.
3. Siklus II
Dalam siklus II dilakukan perbaikan siklus sebelumnya, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam siklus II peneliti melakukan persiapan seperti siklus
sebelumnya yaitu:
1) Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan di ajarkan
yaitu materi thaharoh (wudhu dan tayamum)
2) menyusun RPP terlebih dahulu sesuai dengan tindakan yang
akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini digunakan
sebagai program kerja dalam melaksanakan proses belajar
mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran.
3) Mempersiapkan kegiatan pebelajaran dengan menggunakan
metode al- tathbiq.
4) Mempersiapkan soal evaluasi sebagai sarana mengetahui
kemampuan siswa
5) Mempersiapkan lembar pengamatan guru dan siswa.
48
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan pada hari Jum‟at
tanggal 17 November 2017 pelajaran ke 3-4 selama 80 menit. Pada
tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP.
2) Pada kegiatan awal guru memberikan appersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran, dan melakukan tanya
jawab tentang materi thaharoh.
3) Guru menjelaskan materi taharoh kemudian mempraktekan
tata cara wudhu dan tayamum
4) Kemudian meminta siswa untuk mempraktekan kembali tata
cara wudhu dan tayamum secara bergantian.
c. Pengamatan
Dalam siklus II ini dilakukan seperti siklus I dilaksanakan
pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar pengamatan. Hasil dari pengamatan siklus II ini peneliti
tidak menemukan kejanggalan yang signifikan pada peserta didik,
dalam tahap ini peserta didik mengalami peningkatan yang baik
terutama dalam praktek tata cara wudhu dan tayamum.
d. Refleksi
Setelah melakukan perbaikan pada siklus II ini jumlah
siswa yang memperhatikan semakin meningkat dibanding pada
49
siklus pertama. Dari data yang terkumpul dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Hasil belajar pada tiap siklus mampu mencapai batas
ketuntasan.
2) Berdasarkan hasil observasi siswa dan guru begitu
bersemangat dalam pembelajaran.
3) Pelaksanaan praktek mampu membuat semangat siswa
meningkat sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
4) Hasil belajar siswa sudah sesuai KKM yaitu 70, dan presentase
ketuntasan belajar mencapai 85%.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, kondisi awal
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar masih menunjukkan
lemahnya pemahaman peserta didik dalam menerima materi Thaharoh.
Hal tersebut dapat diketahui melalui wawancara antara peneliti dengan
guru mata pelajaran Fiqih dan juga melihat dari nilai harian siswa.
Data Pra siklus di ambil dari nilai ulangan harian materi
Thaharoh (wudhu dan tayamum). Adapun nilai data pra siklus peserta
didik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
a. Data Nilai Pra Siklus
Tabel 4. 1Data Nilai Pra Siklus
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Siswa 1 45 Belum Tuntas
2. Siswa 2 55 Belum Tuntas
3. Siswa 3 65 Belum Tuntas
4. Siswa 4 70 Tuntas
5.. Siswa 5 58 Belum Tuntas
6. Siswa 6 68 Belum Tuntas
7. Siswa 7 57 Belum Tuntas
51
8. Siswa 8 75 Tuntas
9. Siswa 9 74 Tuntas
10. Siswa 10 70 Tuntas
11. Siswa 11 68 Belum Tuntas
12. Siswa 12 40 Belum Tuntas
13. Siswa 13 68 Belum Tuntas
14. Siswa 14 80 Tuntas
15. Siswa 15 65 Belum Tuntas
16. Siswa 16 50 Belum Tuntas
17. Siswa 17 59 Belum Tuntas
18. Siswa 18 54 Belum Tuntas
19. Siswa 19 78 Tuntas
20. Siswa 20 67 Belum Tuntas
21. Siswa 21 80 Tuntas
22. Siswa 22 85 Tuntas
23. Siswa 23 40 Belum Tuntas
24. Siswa 24 66 Belum Tuntas
25. Siswa 25 79 Tuntas
26. Siswa 26 50 Belum Tuntas
27. Siswa 27 65 Belum Tuntas
28. Siswa 28 75 Tuntas
29. Siswa 29 82 Tuntas
52
Jumlah 1888
Rata- Rata 65,10
Beradasarkan data yang terlihat pada tabel 4.1 dapat di
uraikan melalui tabel keterangan berikut ini:
Tabel 4. 2Rekapitulasi Nilai Pra Siklus
No Keterangan Hasil
1. Nilai Terendah 40
2. Nilai Tertinggi 85
3. Nilai Rata-Rata Kelas 65,10
4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70
5. Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM 11
6. Jumlah Siswa yang Belum Mencapai
KKM
18
7. Prosentasi Peserta Didik yang Mencapai
KKM
38%
Presentase ketuntasan =
x 100%
=
x 100%
= 38%
Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
tuntas pada materi Thaharoh sebelum adanya penelitian sebanyak 11
siswa dari jumlah siswa keseluruhan 29, sedangkan 18 siswa belum
53
tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang telah
mencapai KKM yaitu 70. Sedangkan siswa dinyatakan belum tuntas
dikarenakan siswa tersebut belum mencapai KKM atau nilainya
melum mencapai 70.
b. Refleksi
Pada Pra Siklus ini hanya 38% siswa yang tuntas dan 62%
siswa belum tuntas. Berdasarkan penelitian, pembelajaran yang
dilakukan hanya menggunakan satu metode yaitu ceramah. Padahal
menurut peneliti mata pelajaran thaharoh terutama wudhu dan
tayamum tidak cukup hanya dengan metode ceramah saja. Maka dari
itu peneliti menggunakan metode pembelajaran lain yaitu al-
Tathbiq.
2. Siklus I
a. Data Nilai Siklus I
Tabel 4. 3Data Nilai Siklus I
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Siswa 1 76 Tuntas
2. Siswa 2 73 Tuntas
3. Siswa 3 56 Belum Tuntas
4. Siswa 4 50 Belum Tuntas
5.. Siswa 5 70 Tuntas
54
6. Siswa 6 67 Belum Tuntas
7. Siswa 7 48 Belum Tuntas
8. Siswa 8 73 Tuntas
9. Siswa 9 98 Tuntas
10. Siswa 10 59 Belum Tuntas
11. Siswa 11 92 Tuntas
12. Siswa 12 66 Belum Tuntas
13. Siswa 13 77 Tuntas
14. Siswa 14 60 Belum Tuntas
15. Siswa 15 40 Belum Tuntas
16. Siswa 16 72 Tuntas
17. Siswa 17 75 Tuntas
18. Siswa 18 65 Belum Tuntas
19. Siswa 19 81 Tuntas
20. Siswa 20 48 Belum Tuntas
21. Siswa 21 72 Tuntas
22. Siswa 22 63 Belum Tuntas
23. Siswa 23 64 Belum Tuntas
24. Siswa 24 92 Tuntas
25. Siswa 25 60 Belum Tuntas
26. Siswa 26 70 Tuntas
27. Siswa 27 83 Tuntas
55
28. Siswa 28 70 Tuntas
29. Siswa 29 66 Belum Tuntas
Jumlah 1981
Rata- Rata 68,31
Beradasarkan data yang terlihat pada tabel 4.4 dapat di
uraikan melalui tabel keterangan berikut ini:
56
Tabel 4. 4Rekapitulasi Nilai Siklus I
No Keterangan Hasil
1. Nilai Terendah 40
2. Nilai Tertinggi 98
3. Nilai Rata-Rata Kelas 68,31
4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70
5. Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM 15
6. Jumlah Siswa yang Belum Mencapai
KKM
14
7. Prosentasi Peserta Didik yang Mencapai
KKM
51%
Presentase ketuntasan =
x 100%
=
x 100%
= 51%
Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
tuntas pada materi Thaharoh pada siklus I sebanyak 15 siswa dari
jumlah siswa keseluruhan 29, sedangkan 14 siswa belum tuntas.
Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang telah mencapai
KKM yaitu 70. Sedangkan siswa dinyatakan belum tuntas
dikarenakan siswa tersebut belum mencapai KKM atau nilainya
melum mencapai 70.
57
b. Refleksi
Pada sikus I ini masih ada 51% siswa yang belum tuntas dan
49% siswa yang tuntas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti masih banyak siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan dari guru dan masih banyak siswa yang malu untuk
bertanya. Tindakan yang harus diakukan oleh guru adalah
mengondisikan siswa agar lebih baik dalam pembelajaran
selanjudnya dan membuat siswa lebih aktif.
3. Siklus II
a. Data Nilai Siklus II
Tabel 4. 5Data Nilai Siklus II
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Siswa 1 80 Tuntas
2. Siswa 2 80 Tuntas
3. Siswa 3 70 Tuntas
4. Siswa 4 75 Tuntas
5.. Siswa 5 73 Tuntas
6. Siswa 6 70 Tuntas
7. Siswa 7 75 Tuntas
8. Siswa 8 73 Tuntas
9. Siswa 9 90 Tuntas
10. Siswa 10 70 Tuntas
11. Siswa 11 85 Tuntas
58
12. Siswa 12 70 Tuntas
13. Siswa 13 80 Tuntas
14. Siswa 14 75 Tuntas
15. Siswa 15 85 Tuntas
16. Siswa 16 75 Tuntas
17. Siswa 17 80 Tuntas
18. Siswa 18 90 Tuntas
19. Siswa 19 85 Tuntas
20. Siswa 20 95 Tuntas
21. Siswa 21 78 Tuntas
22. Siswa 22 80 Tuntas
23. Siswa 23 82 Tuntas
24. Siswa 24 88 Tuntas
25. Siswa 25 70 Tuntas
26. Siswa 26 75 Tuntas
27. Siswa 27 85 Tuntas
28. Siswa 28 95 Tuntas
29. Siswa 29 70 Tuntas
Jumlah 2299
Rata- Rata 79,27
Beradasarkan data yang terlihat pada tabel 4.1 dapat di
uraikan melalui tabel keterangan berikut ini:
59
Tabel 4. 6Rekapitulasi Nilai Siklus II
No. Keterangan Hasil
1. Nilai Terendah 70
2. Nilai Tertinggi 95
3. Nilai Rata-Rata Kelas 79,29
4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70
5. Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM 29
6. Jumlah Siswa yang Belum Mencapai
KKM
0
7. Prosentasi Peserta Didik yang Mencapai
KKM
100%
Presentase ketuntasan =
x 100%
=
x 100%
= 100%
Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
tuntas pada materi Thaharoh pada Siklus II sebanyak 29 siswa dari
jumlah siswa keseluruhan 29. Dengan demikian pada siklus II semua
siswa telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70.
b. Refleksi
Berdasarkan perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini,
keadaan kelas menjadi lebih kondusif dikarenakan guru mampu
mengondisikan kelas sehingga peserta didik yang memperhatikan
60
semakin banyak. Selain itu siswa juga lebih banyak yang aktif
bertanya di banding pada siklus I. Siklus II ini peneliti telah berhasil
meningkatkan hasil belajar Fiqih materi Thaharoh dengan
menggunakan metode Al- Tathbiq.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun
aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang signfikan tiap siklusnya.
Hasil belajr peserta didik di ukur melalui tes evaluasi yang di lakukan pada
tiap siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah peningkatan
nilai rata-rata dari tes formatif pra siklus, tes formatif siklus I dan tes formatif
siklus II, semakin baik nilai rata-rata tersebut berarti semakin meningkat
pemahaman siswa, peningkatan yang signifikan nilai pelajaran fiqih sebelum
dilakukan Tindakan Kelas dengan nilai fiqih sesudah dilakukan Tindakan
Kelas (siklus I dan siklus II), peningkatan siswa yang mencapai nilai KKM,
dan sudah mencapai tingkat nilai KKM, dan sudah mencapai tingkat
ketuntasan belajar mencapai 85% maka semakin meningkatkan minat belajar
siswa.
Pada siklus I pembelajaran di fokuskan pada penjelasan materi
Thaharoh dan tata cara wudhu dan tayamum dengan menggunakan metode
al- tathbiq yang di praktekan oleh guru. Sebelum penelitian ini dimulai,
peneliti dan guru sudah melakukan diskusi mengenai penerapan metode al-
tathbi.
61
Hasil penelitian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan di
bandingkan pada tahap Pra siklus. Pada tahap pra siklus nilai rata-rata hasil
belajar peserta didik 65,10 dengan ketuntasan klasikal 38%. Sedangkan pada
siklus I nilai rata-rata hasil belajar peserta didik 68,31 dengan ketuntasan
klasikal 51%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 13%.
Meskipun ada peningkatan, namun hasil dari siklus I belum memenuhi
standar ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Oleh karena itu
penelitian dilanjudkan pada siklus II.
Pada siklus II, peneliti dan guru kolaboran memfokuskan penelitian
pada praktek wudhu dan tayamum yang dilaksanakan oleh siswa. Peserta
didik diminta bergantian satu persatu untuk praktek wudhu dan tayamum
beserta bacaannya. Dengan seperti ini guru akan benar-benar mengetahui
sukses atau tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan dan selain itu juga
dapat melihat siswa yang menguasai dan siswa yang belum menguasai.
Pada siklus II ini hasil belajar peserta didik baik secara individual
ataupun klasikal mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus I nilai rata-
rata hasil belajar 68,31 dengan ketuntasan klasikal 51%, sedangkan pada
siklus II rata-rata hasil belajar 79,29 dengan ketuntasan klasikal 100%. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 49%. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar peserta didik sudh memenuhi target yang ditetapkan oleh
peneliti.
Setelah melakukan berbagai kegiatan pada siklus I dan II diperoleh
data nilai mata pelajaran Fiqih materi Thaharoh (wudhu dan tayamum)
62
dengan menggunakan metode al- Tathbiq. Berikut hasil penelitian siklus I
dan II:
Tabel 4. 7Rekapitulasi Nilai Rata- rata Kelas
No. KETERANGAN Pra
Siklus
Siklus I Siklus II
1. Nilai Tertinggi 85 98 95
2. Nilai Terendah 40 40 70
3. Nilai Rata-rata Kelas 65,10 68,31 79,29
4. Jumlah Siswa Mencapai
KKM
11 15 29
5. Posentase Ketuntasan 38% 51% 100%
Berdasarkan tabel di atas peningkatan prosentase peserta didik yang
mencapai KKM mengalami peningkatan dari yang semula 38% naik menjadi
51% dari pra siklus ke siklus I. Kemudian dari siklus I ke siklus II juga
mengalami peningkatan dari 51% menjadi 100%. Rekapitulasi dari tabel di
atas di buat dalam bentuk grafik nilai rata-rata peserta didik mulai dari pra
siklus, siklus I, dan siklus II.
63
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Hasil Belajar
Siswa
Berdasarkan data rekapitulasi di atas, menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus, bahwa siswa yang tuntas
hanya 38% dari keseluruhan jumlah siswa. Pada siklus I setelah menerapkan
metode pembelajaran al- Tathbiq ketuntasan hasil belajar siswa meningkat
menjadi 51% dan pada siklus II 100%.
11
15
29
38% 51% 100%
0
5
10
15
20
25
30
35
Pra Siklus Siklus I Siklus II
64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan berbagai pembahasan yang telah
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode al- Tathbiq dapat
meningkatkan hasil belajar fiqih materi Thaharoh (wudhu dan tayamum) pada
peserta didik kelas VII MTs. Tarqiyatul Himmah, kauman Lor, kecamatan
Pabelan tahun pelajaran 2017/2018.
Peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut dapat dibuktikan dari
nilai hasil belajar peserta didik mulai sebelum tindakan (Pra Siklus), siklus I,
dan siklus II. Pada saat Pra Siklus siswa yang tuntas sebanyak 11 orang
dengan presentase 38%, sedangkan pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak
15 anak dengan presentase 51%, dan pada siklus II siswa yang tuntas
65
sebanyak 29 anak dengan presentase ketuntasan sebanyak 100%. Dengan
begitu penelitian ini telah mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan yaitu
85%, dengan KKM yang ditentuakan yaitu 70.
Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan
dari sebelum adanya tindakan (Pra siklus) yaitu 65,10 kemudian pada siklus I
mengalai peningkatan 68,31 dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami
peningkatan lagi 79,29.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan
metode al-tathbiquntuk meningkatkan hasil belajar Fiqih materi Thaharoh
kelas VII A MTs. Tarqiyatul Himmah Tahun Pelajaran 2017/2018 maka ada
beberapa saran yang penulis tunjukkan yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode al- tathbiq
dapat di terapkan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih
dalam upaya untuk menjadikan siswa benar-benar dapat mengetahui
bagaimana tata cara bersuci yang benar bukan hanya mendengarkan
materi saja tanpa dapat melaksanakan praktek secara langsung.
2. Bagi Pesera Didik
66
a. Hendaknya pesrta didik lebih bersemangat serta berpartisipasi dan
berperan aktif seperti berpendapat dan menanggapi pertanyaan guru,
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
b. Metode AL- Tathbiq dapat meningkatkan motivasi belajar siwa agar
hasilnya dapat meningkat.
3. Bagi Sekolah
Diharapkan sekolah dapat memberi dorongan kepada guru agar
dapat menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
dengan memberikan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung.
4. Bagi orang Tua
Adanya kerjasama antara guru dan orang tua dalam memantau
aktivitas anak di rumah mengenai pola belajar anak dan pergaulannya
sehari-hari karena itu dapat berpengaruh pada karakter siswa.
5. Bagi Peneliti Berikutnya
Bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian yang
serupa, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan
bagi kegiatan penelitian berikutnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Choliq, Ahmad. 2017. Fiqih. Semarang: Lancar Ilmu.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bina
Aksara.
Hasibuan dan Mudjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Karim, Syafii. 2006. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Kastholani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif: Teori dan Aplikasi.
Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Khallaf, Abdul Wahhab. 2014. Ilmu Ushul Fiqih. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
Nasution, Lahmuddin. 1995. Fiqih 1.
Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya.
Rasjid, Sulaiman. 1998. Fiqih Islam (Hukum Fiqih Lengkap). Bandung: CV.
Sinar Baru.
Roestiyah. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina
Aksara.
Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka
Cipta.
Supardi. 2013. Model Pembelajaran Portofolio. Salatiga: STAIN
Salatiga Press.
Suprijono,A. 2009. Cooprative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar.
Bandung: Tarsito.
Susanto, Akhmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.
68
Trianto,2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,:
Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum KTSP.
Jakarta: Kencana.
Zuhri, Syaifudin. 2009. Ushul Fiqih Akal Sebagai Sumber Hukum Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
www.muhammadantariksa.com diunduh pada hari Minggu, 23 September
2018 pukul 05.10 WIB
70
Guru Mepraktekan Tata Cara Tayamum
Guru Meminta Siswa Mempraktekan Kembali Tata Cara Tayamum
Penyampaian Materi Siklus II
71
Siswa Praktik Wudhu dan Tayamum Secara Bergantian
Siswa Praktik Wudhu dan Tayamum Secara Bergantian
72
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus I
Nama Sekolah : MTs. Tarqiyatul Himmah
Kelas/ Semester : VII/ I
Mata Pelajaran : Fiqih
Materi Pokok : Thaharoh
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1x pertemuan)
A. Kompetensi Inti
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pegetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebagsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi macam- macam najis dan tata bersucinya
2. Mengidentifikasi macam-macam hadas dan tata cara bersucinya
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian Thaharoh
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian najis dan hadas
73
3. Siswa dapat menjelaskan macam-macam najis dan cara mensucikannya
4. Siswa dapat menjelaskan tata cara hadas dan cara mensucikannya
5. Siswa dapat menjelaskan tata cara bersuci
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Thaharoh
Taharah menurut bahasa, artinya bersih atau bersuci, sedangkan menurut istilah,
taharah adalah menyucikan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis. Islam sangat
menganjurkan kepada umatnya agar selalu dalam keadaan bersih dan suci. Orang-orang
yang sanggup menjaga kesuciannya sangat dicintai Allah.
2. Macam-MacamTaharah
Taharah dibagi menjadi dua, yaitu:
c. Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat.
Cara menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang
biasa disebut air mutlak.
d. Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi, wudu,
dan tayamum.
3. Macam-Macam Najis
Najis berasal dari bahasa Arab yang berarti kotoran, dan menurut istilah adalah
suatu benda yang kotor, yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang di tuntut
harus dalam keadaan suci.
Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi tiga , yaitu:
d. Najis berat atau najis mugalladah, yaitu najis yang harus dicuci sampai
tujuh kali dengan air mutlak dan salah satunya menggunakan debu yang
suci atau air yang dicampur dengan tanah. Contohnya air liur anjing.
74
e. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci dengan
cara menggunakan air mutlak sampai hilang bau dan warnanya.
Contohnya: darah, nanah, kotoran manusia.
f. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat disucikan
dengan memercikkan atau menyiram air di tempat yang terkena najis.
Contohnya: air kencing bayi yang belum makan apa-apa kecuali air susu
ibu.
4. Macam-macam Hadas
Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa, sesuatu yang terjadi,
sesuatu yang tidak berlaku. Sedangkan menurut istilah adalah keadaan tidak suci bagi
seseorang sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah.
a. Hadas Kecil
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka seseorang tersebut
harus berwudhu atau tayamum. Seseorang berhadas kecil apabiala:
5) Karena keluar sesuatu dari dubur maupun qubul
6) Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab
lainnya
7) Bersentuhan kulit laki- laki dan perempuan yang bukan muhrim
tanpa adanya penghalang
8) Karaena menyentuh kemaluan, baik milik sendiri maupun orang
lain dengan telapak tangan.
b. Hadas Besar
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia harus mandi atau
tayamum. Hal- hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar yaitu:
6) Karena bertemunya kelamin laki- laki dan perempuan
7) Karena haid
8) Nifas
9) wiladah
5. Tata Cara Bersuci
a. Wudhu
75
Ialah bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah adalah membersihkan anggota anggota
wudhu untuk menghilangkan hadas kecil dengan syarat dan rukun tertentu.
b. Syarat- syaratnya yaitu:
1) Muslim
2) Mumayis
3) Tidak sedang hadas besar
4) Menggunakan air mutlak
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu
c. Rukun wudhu ialah
1) Niat
2) Membasuh wajah
3) Membasuh kedua tangan
4) Mengusap sebagian kepala
5) Membasuh kaki sampai mata kaki
6) Tertib
g. Tayamum
Secara bahasa yaitu menuju. Secara istilah yaitu mengusapkan debu yang suci ke
muka dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun tertentu.
h. Syarat Tayamum
1) Sudah masuk waktu shalat
2) Sudah berusaha mencari air, tetapi tisdak mendapatkannya
3) Menggunakan debu yang suci
4) Telas suci dari najis
5) Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu atau mandi
dengan tayamum.
i. Rukun Tayamum
1) Niat
2) Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
3) Tertib
4) Dikerjakan secara beriringan
76
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku paket Fiqih, Kitab Terjemah, spidol
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Al- Tathbiq (demonstrasi)
G. Langkah- langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama dipimpin
oleh ketua kelas dengan penuh khidmat.
b. Melakukan appersepsi , mengajukan pertanyaan tentang Thaharoh
c. Memberi informasi kompetensi inti atau kompetensi dasar, indikator,
dan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan pegertian thaharoh dan najis
b. Guru menjelaskan macam-macam najis dan cara mensucikannya
c. Guru menjelaskan tata cara tata bersuci
d. Guru mempraktekan tata cara bersuci (wudhu dan tayamum)
e. Guru meminta siswa melafalkan niat wudhu dan tayamum secara
bergantian
3. Penutup
a. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Melakukan penguatan materi pelajaran yang telah diberikan
77
c. Guru menyampaikan terimakasih dan maaf, serta bersama-sama
peserta didik guru menutup pelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
H. Penilaian
Indikator Pencapaian Jenis Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen
Menjelaskan
pengertian
Thoharoh, Najis,
dan Hadas
Tes Tulis Uraian Jelaskan
pengertian
Thaharoh, najis,
dan hadas
Menjelaskan
macam-macam
najis dan Hadas
Tes Tulis Uraian Sebutkan
macam-macam
pembagian
hadas dan najis
Menjelaskan tata
cara bersuci
(wudhu dan
tayamum)
Tes Tulis Uraian Jelaskan tata
cara wudhu dan
tayamum
Pabelan , 05 November 2017
Guru Mapel Praktikan
M. Mahbub, S.Pd. Dita Atika Sari
Mengetahui
Kepala Sekolah
Drs. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus II
Nama Sekolah : MTs. Tarqiyatul Himmah
Kelas/ Semester : VII/ I
Mata Pelajaran : Fiqih
Materi Pokok : Thaharoh
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1x pertemuan)
I. Kompetensi Inti
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pegetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebagsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
J. Kompetensi Dasar
3. Memperagakan tata cara bersuci dari hadas dan najis
K. Tujuan Pembelajaran
6. Siswa dapat mempraktekan tata cara wudhu dengan benar
7. Siswa dapat mempraktekan tata cara tayamum dengan benar
L. Materi Pembelajaran
79
6. Pengertian Thaharoh
Taharah menurut bahasa, artinya bersih atau bersuci, sedangkan menurut istilah,
taharah adalah menyucikan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis. Islam sangat
menganjurkan kepada umatnya agar selalu dalam keadaan bersih dan suci. Orang-orang
yang sanggup menjaga kesuciannya sangat dicintai Allah.
7. Macam-MacamTaharah
Taharah dibagi menjadi dua, yaitu:
e. Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat.
Cara menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang
biasa disebut air mutlak.
f. Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi, wudu,
dan tayamum.
8. Macam-Macam Najis
Najis berasal dari bahasa Arab yang berarti kotoran, dan menurut istilah adalah
suatu benda yang kotor, yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang di tuntut
harus dalam keadaan suci.
Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi tiga , yaitu:
j. Najis berat atau najis mugalladah, yaitu najis yang harus dicuci sampai
tujuh kali dengan air mutlak dan salah satunya menggunakan debu yang
suci atau air yang dicampur dengan tanah. Contohnya air liur anjing.
k. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci dengan
cara menggunakan air mutlak sampai hilang bau dan warnanya.
Contohnya: darah, nanah, kotoran manusia.
l. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat disucikan
dengan memercikkan atau menyiram air di tempat yang terkena najis.
Contohnya: air kencing bayi yang belum makan apa-apa kecuali air susu
ibu.
9. Macam-macam Hadas
Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa, sesuatu yang terjadi,
sesuatu yang tidak berlaku. Sedangkan menurut istilah adalah keadaan tidak suci bagi
seseorang sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah.
c. Hadas Kecil
80
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka seseorang tersebut
harus berwudhu atau tayamum. Seseorang berhadas kecil apabiala:
9) Karena keluar sesuatu dari dubur maupun qubul
10) Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab
lainnya
11) Bersentuhan kulit laki- laki dan perempuan yang bukan muhrim
tanpa adanya penghalang
12) Karaena menyentuh kemaluan, baik milik sendiri maupun orang
lain dengan telapak tangan.
d. Hadas Besar
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia harus mandi atau
tayamum. Hal- hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar yaitu:
10) Karena bertemunya kelamin laki- laki dan perempuan
11) Karena haid
12) Nifas
13) wiladah
10. Tata Cara Bersuci
a. Wudhu
Ialah bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah adalah membersihkan anggota anggota
wudhu untuk menghilangkan hadas kecil dengan syarat dan rukun tertentu.
b. Syarat- syaratnya yaitu:
1) Muslim
2) Mumayis
3) Tidak sedang hadas besar
4) Menggunakan air mutlak
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu
c. Rukun wudhu ialah
7) Niat
8) Membasuh wajah
9) Membasuh kedua tangan
81
10) Mengusap sebagian kepala
11) Membasuh kaki sampai mata kaki
12) Tertib
m. Tayamum
Secara bahasa yaitu menuju. Secara istilah yaitu mengusapkan debu yang suci ke
muka dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun tertentu.
n. Syarat Tayamum
1) Sudah masuk waktu shalat
2) Sudah berusaha mencari air, tetapi tisdak mendapatkannya
3) Menggunakan debu yang suci
4) Telas suci dari najis
5) Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu atau mandi
dengan tayamum.
o. Rukun Tayamum
1) Niat
2) Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
3) Tertib
4) Dikerjakan secara beriringan
M. Sumber Belajar
Buku paket Fiqih, Kitab Terjemah
N. Metode Pembelajaran
4. Ceramah
5. Tanya Jawab
6. Demonstrasi (al- tathbiq)
O. Langkah- langkah Pembelajaran
2. Pendahuluan
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama dipimpin
oleh ketua kelas dengan penuh khidmat.
b. Melakukan appersepsi , mengajukan pertanyaan tentang Thaharoh
c. Memberi informasi kompetensi inti atau kompetensi dasar, indikator,
dan tujuan pembelajaran
82
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan pegertian thaharoh dan najis
b. Guru menjelaskan macam-macam najis dan cara mensucikannya
c. Guru menjelaskan tata cara tata bersuci
d. Guru mempraktekan tata cara bersuci (wudhu dan tayamum)
e. Guru meminta siswa untuk mempraktekan kembali tata cara wudhu
dan tayamum secara bergiliran
3. Penutup
a. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Melakukan penguatan materi pelajaran yang telah diberikan
c. Guru menyampaikan terimakasih dan maaf, serta bersama-sama
peserta didik guru menutup pelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
P. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Jenis
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Contoh
Instrumen
Mempraktekan tata
cara wudhu dan
tayamum
Tes Unjuk
Kerja
Praktek Mempraktekan
tata cara wudhu
dan tayamum
secara bergantian
Pabelan, 10 November 2017
Guru Mapel Praktikan
M. Mahbub, S.Pd. Dita Atika Sari
Mengetahui
Kepala Sekolah
Drs. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.
Hasil Pengamatan Siklus I
83
NO NAMA SISWA Aspek Yang di Nilai Jumlah
Keaktifan
siswa
Perhatian
siswa
Penguasaan
materi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1. Siswa 1 ѵ ѵ Ѵ 6
2. Siswa 2 ѵ ѵ Ѵ 7
3. Siswa 3 ѵ Ѵ ѵ 7
4. Siswa 4 ѵ ѵ Ѵ 7
5. Siswa 5 ѵ ѵ Ѵ 6
6. Siswa 6 ѵ ѵ Ѵ 5
7. Siswa 7 ѵ ѵ Ѵ 6
8. Siswa 8 ѵ ѵ Ѵ 7
9. Siswa 9 ѵ ѵ ѵ 7
10. Siswa 10 ѵ ѵ ѵ 7
11. Siswa 11 ѵ ѵ Ѵ 5
12. Siswa 12 ѵ ѵ ѵ 4
13. Siswa 13 ѵ ѵ Ѵ 7
14. Siswa 14 ѵ ѵ ѵ 6
15. Siswa 15 ѵ ѵ Ѵ 8
16. Siswa 16 ѵ ѵ Ѵ 6
17. Siswa 17 ѵ ѵ Ѵ 7
18. Siswa 18 ѵ ѵ ѵ 7
19. Siswa 19 ѵ ѵ Ѵ 6
20. Siswa 20 ѵ ѵ Ѵ 6
21. Siswa 21 ѵ ѵ Ѵ 8
22. Siswa 22 ѵ ѵ Ѵ 7
23. Siswa 23 ѵ ѵ Ѵ 4
24. Siswa 24 ѵ ѵ ѵ 5
25. Siswa 25 ѵ ѵ Ѵ 7
26. Siswa 26 ѵ ѵ Ѵ 5
27. Siswa 27 ѵ ѵ Ѵ 5
28. Siswa 28 ѵ ѵ Ѵ 8
29. Siswa 29 ѵ ѵ Ѵ 8
Pabelan, 10 November 2017
Mengetahui
Kepala Sekolah Praktikum
Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag. Dita Atika Sari
84
Hasil Pengamatan Siklus II
NO NAMA SISWA Aspek Yang di Nilai Jumlah
Keaktifan
siswa
Perhatian
siswa
Penguasaan
materi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1. Siswa 1 ѵ ѵ Ѵ 7
2. Siswa 2 ѵ ѵ Ѵ 7
3. Siswa 3 ѵ ѵ ѵ 8
4. Siswa 4 ѵ ѵ ѵ 7
5. Siswa 5 ѵ ѵ Ѵ 7
6. Siswa 6 ѵ ѵ Ѵ 7
7. Siswa 7 ѵ ѵ ѵ 8
8. Siswa 8 ѵ ѵ Ѵ 8
9. Siswa 9 ѵ ѵ ѵ 8
10. Siswa 10 ѵ ѵ Ѵ 7
11. Siswa 11 ѵ ѵ Ѵ 7
12. Siswa 12 ѵ ѵ ѵ 6
13. Siswa 13 ѵ ѵ ѵ 8
14. Siswa 14 ѵ ѵ ѵ 7
15. Siswa 15 ѵ ѵ ѵ 9
16. Siswa 16 ѵ ѵ Ѵ 7
17. Siswa 17 ѵ ѵ ѵ 8
18. Siswa 18 ѵ ѵ ѵ 8
19. Siswa 19 ѵ ѵ Ѵ 8
20. Siswa 20 ѵ ѵ ѵ 7
21. Siswa 21 ѵ ѵ Ѵ 8
22. Siswa 22 ѵ ѵ Ѵ 7
23. Siswa 23 ѵ ѵ ѵ 7
24. Siswa 24 ѵ ѵ ѵ 8
25. Siswa 25 ѵ ѵ Ѵ 9
26. Siswa 26 ѵ ѵ ѵ 7
27. Siswa 27 ѵ ѵ Ѵ 7
28. Siswa 28 ѵ ѵ ѵ 9
29. Siswa 29 ѵ ѵ ѵ 9
Pabelan, 17 November 2017
Mengetahui
Kepala Sekolah Praktikum
Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag. Dita Atika Sari
Hasil Pengamatan Guru Siklus I
85
No
.
Aspek yang Dinilai
Skor
A B C D E
5 4 3 2 1
1. Membuat RPP ѵ
2. Menyesuaikan Bahan Ajar Ѵ
3. Menyusun Materi Ѵ
4. Pemilihan Sumber Belajar ѵ
5. Pemilihan Media Yang Tepat ѵ
6. Pemilihan Metode yang Tepat Ѵ
7. Memotivasi Siswa ѵ
8. Menjelaskan Materi Ѵ
9. Membantu Siswa yang Kesulitan ѵ
10. Memfasilitasi Siswa dalam Belajar ѵ
11. Guru dan Peseta Didik Membuat
Kesimpulan
ѵ
Pabelan, 10 November 2017
Kepala Sekolah
Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.
86
Hasil Pengamatan Guru Siklus II
No
.
Aspek yang Dinilai
Skor
A B C D E
5 4 3 2 1
1. Membuat RPP ѵ
2. Menyesuaikan Bahan Ajar Ѵ
3. Menyusun Materi Ѵ
4. Pemilihan Sumber Belajar ѵ
5. Pemilihan Media Yang Tepat ѵ
6. Pemilihan Metode yang Tepat Ѵ
7. Memotivasi Siswa ѵ
8. Menjelaskan Materi Ѵ
9. Membantu Siswa yang Kesulitan ѵ
10. Memfasilitasi Siswa dalam Belajar ѵ
11. Guru dan Peseta Didik Membuat
Kesimpulan
Ѵ
Pabelan, 17 November 2017
Kepala Sekolah
Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.
87
Nilai Siklus I
No. Nama Siswa Nilai
1. Siswa 1 76
2. Siswa 2 73
3. Siswa 3 56
4. Siswa 4 50
5.. Siswa 5 70
6. Siswa 6 67
7. Siswa 7 48
8. Siswa 8 73
9. Siswa 9 98
10. Siswa 10 59
11. Siswa 11 92
12. Siswa 12 66
13. Siswa 13 77
14. Siswa 14 60
15. Siswa 15 40
16. Siswa 16 72
17. Siswa 17 75
18. Siswa 18 65
19. Siswa 19 81
20. Siswa 20 48
21. Siswa 21 72
22. Siswa 22 63
23. Siswa 23 64
24. Siswa 24 92
25. Siswa 25 60
26. Siswa 26 70
27. Siswa 27 83
28. Siswa 28 70
88
29. Siswa 29 66
Nilai Siklus II
No. Nama Siswa Nilai
1. Siswa 1 80
2. Siswa 2 80
3. Siswa 3 70
4. Siswa 4 75
5.. Siswa 5 73
6. Siswa 6 70
7. Siswa 7 75
8. Siswa 8 73
9. Siswa 9 90
10. Siswa 10 70
11. Siswa 11 85
12. Siswa 12 70
13. Siswa 13 80
14. Siswa 14 75
15. Siswa 15 85
16. Siswa 16 75
17. Siswa 17 80
18. Siswa 18 90
19. Siswa 19 85
20. Siswa 20 95
21. Siswa 21 78
22. Siswa 22 80
23. Siswa 23 82
24. Siswa 24 88
25. Siswa 25 70