penilaian sikap

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia Mempelajari sains kurang berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan praktikum. Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Metode praktikum adalah suatu metode mengajar dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2006). Dalam proses belajar-mengajar dengan metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri suatu objek, keadaan atau proses. Pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh kebermaknaan yang lebih dalam mengikuti pelajaran IPA khususnya kimia yaitu dengan menggunakan metode praktikum. Dalam pandangan kontruksivisme kegiatan praktikum yang menarik akan memberikan kesempatan siswa untuk memahami sains dan pada saat yang sama siswa terlibat dalam proses mengkonstruksi pengetahuan melalui perbuatan yang dilakukan (Arifin, 2003). Menurut Rustaman (2005) metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dalam proses belajar- mengajar dengan metode praktikum ini, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri

Transcript of penilaian sikap

Page 1: penilaian sikap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia

Mempelajari sains kurang berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan

praktikum. Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan belajar

untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang

dikembangkan. Metode praktikum adalah suatu metode mengajar dimana siswa

melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang

dipelajari (Djamarah, 2006). Dalam proses belajar-mengajar dengan metode ini siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu

objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri suatu objek,

keadaan atau proses.

Pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh kebermaknaan yang

lebih dalam mengikuti pelajaran IPA khususnya kimia yaitu dengan menggunakan

metode praktikum. Dalam pandangan kontruksivisme kegiatan praktikum yang

menarik akan memberikan kesempatan siswa untuk memahami sains dan pada saat

yang sama siswa terlibat dalam proses mengkonstruksi pengetahuan melalui

perbuatan yang dilakukan (Arifin, 2003). Menurut Rustaman (2005) metode

praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dalam

proses belajar-mengajar dengan metode praktikum ini, siswa diberi kesempatan untuk

mengalami sendiri atau melakukan sendiri sehingga akan menjadi lebih yakin atas

suatu hal daripada hanya menerima informasi dari guru dan buku.

Menurut Arifin (2003) metode praktikum ini mempunyai beberapa kelebihan,

antara lain:

1. Dapat memberikan gambaran yang konkret tentang suatu peristiwa.

2. Siswa dapat mengamati proses.

3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.

4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.

5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Metode praktikum memiliki kelebihan diantaranya membuat siswa lebih percaya

kebenaran atau kesimpulan yang didapatkan, membina siswa untuk membuat sesuatu

yang baru dan hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk

kemakmuran umat manusia. Namun, metode praktikum memiliki kekurangan

Page 2: penilaian sikap

diantaranya memerlukan fasilitas peralatan yang tidak mudah diperoleh, menuntut

ketelitian dan lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi (Djamarah dan

Zain, 2013).

Praktikum adalah suatu metode pengajaran yang memberikan pengalaman

secara langsung kepada siswa dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pembelajaran IPA. Kimia merupakan bagian dari IPA, maka praktikum juga

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran kimia. Dengan

metode praktikum, siswa diharapkan dapat merasakan bahwa kimia merupakan mata

pelajaran yang aplikatif.

Dari semua yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa metode praktikum

merupakan suatu cara dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk

membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan ataupun hipotesis yang dipelajari sehingga

dapat memupuk dan mengembangkan sikap ilmiah dalam diri siswa juga memberikan

gambaran dan pengertian lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan sehingga dapat

bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Praktikum dapat menunjang pemahaman

siswa terhadap materi pembelajaran, konsep, dan prinsip kimia. Selain itu juga

praktikum dapat menjadi ilustrasi bagi prinsip dan konsep kimia yang sulit untuk

dipahami siswa.

B. Penilaian (Assesment) dalam Pembelajaran

Menurut Linn dan Gronlund () assesment (penilaian) adalah istilah umum

yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar

siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan

belajar .Majid dan Firdaus (dalam Hanifah, 2014) mendefinisikan penilaian sebagai

bagian integral dari proses pembelajaran sebagai upaya untuk mengumpulkan

berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan pertimbangan penentuan

tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran. Oleh karenanya penilaian

hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat. Penilaian dalam

pembelajaran dapat dikatakan merupakan proses pengumpulan informasi mengenai

siswa yang direncanakan secara cermat untuk menentukan keberhasilan proses dan

hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Gabel (dalam Wulan, 2014) mengkatagorikan assesment ke dalam dua

kelompok besar, yaitu assesment tradisional dan assesment alternatif. Assesment yang

tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes

jawaban terbatas. Sedangkan assesment alternatif (non-test) adalah essay/uraian, tes

Page 3: penilaian sikap

praktikum, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar cek, penilaian oleh teman

sejawat, penilaian diri (self assesment), portofolio, observasi, diskusi dan interview.

Penilaian (assesment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Popham (dalam Wulan, 2014)

yang menyatakan bahwa assesment sudah seharusnya sejalan merupakan bagian dari

pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisah. Upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.

Menurut Djemari Mardapi (Uno dan Koni, 2012) kualitas pembelajaran dapat dilihat

dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk

menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar

yang baik.

Menurut Arikunto (2013) penilaian akan memberikan makna dari proses

pembelajaran:

1. Makna untuk guru, guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang disampaikan

tepat sasaran kepada siswa dan dengan hasil penilaian guru dapat mengetahui

siswa mana saja yang berhak melanjutkan pelajaran.

2. Makna untuk siswa, dengan diadakannya penilaian maka siswa dapt

mengetahui sejauh man telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh

guru. 

3. Makna untuk sekolah, apabila guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui

hasil siswa, maka dapat diketahui pula apakah kondisi belajar disekolah sudah

sesuai harapan atau belum.

Sedangkan fungsi penilaian menurut arikunto (2013) adalah:

1. Penilaian berfungsi selektif, dengan cara penilaian guru mempunyai cara

untuk mengadakan seleksiatau penilaian terhadap siswanya.

2.   Penilaian berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam penilaian

cukup memenuhi syarat, maka dengan melihat hasilnya guru dapat mengetahui

kelemahan siswa. Disamping itu akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan

itu. Jadi dengan mengadakan penilaian guru sebanarnya melakukan diagnosis

kepada siswanya.

3.   Penilaian berfungsi sebagai penempatan, setiap siswa sejak lahir telah

membawa bakat sendiri-sendiri sehingga belajar akan lebih efektif jika di

sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan

Page 4: penilaian sikap

pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka digunakan

suatu penilaian.

4.    Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan, fungsi ini dimaksudkan

untuk mengetahui suatu mana suatu program berhasil diterapkan kepada

siswa.Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi sebagai alat ukur

keberhasilan dalam proses belajar.

C. Sikap

Menurut Ivancevich & Donnelly (dalam mutia, 2012) Sikap adalah kesiap-

siagaan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh

tertentu kepada tanggapan individu terhadap individu lain, objek, dan situasi yang

berhubungan dengannya sedangkan Menurut Robbins (2008:92) Sikap merupakan

suatu pernyataan evaluatif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan

terhadap suatu objek, individu atau peristiwa. Sikap berhubungan dengan persepsi,

kepribadian, belajar dan motivasi, oleh karena itu sikap merupakan faktor yang

menentukan perilaku.

Benjamin S. Bloom (1956) membuat taksonomi untuk tujuan pendidikan yang

dibagi menjadi beberapa aspek, diantaranya adalah: aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek psikomotor. Seperti yang telah diketahui, penilaian sikap masuk kedalam

kelompok aspek afektif. Karakteristik unsur-unsur aspek afektif yang diukur

mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, moral, dan

sebagainya (Samsul, 2010).

Dilihat dari karakteristik yang telah disebutkan kelima karakteristik tersebut

diantaranya:

1. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak

suka terhadap suatu objek (Depdiknas, 2008).

2. Menurut H.C. Witherington yang dikutip Suharsini Arikunto, “Minat

adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang

mengandung kaitan dengan dirinya.” (1983 : 100 ). Timbulnya minat siswa

terhadap suatu objek ditentukan oleh menarik atau tidaknya objek tersebut. Sama

halnya dengan pembelajaran, suatu pembelajaran akan diminati oleh siswanya

apabila siswa menganggap bahwa pelajaran tersebut menarik menurutnya,

sehingga dalam hal pembelajaran, dalam hal ini adalah pembelajaran kimia

Page 5: penilaian sikap

sebaiknya dapat menjadikan siswa tertarik dan mulai mempunyai rasa minat

terhadap kimianya itu sendiri.

3. Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman,

baik itu fikiran, perasaan, persepsi, dan tingkah laku individu (Calhoun &

Acoccela, 1990). Konsep diri mempengaruhi penghargaan mengenai dirinya

sendiri dan hal tesebut akan menentukan bagaimana seseorang akan bertindak

selanjutnya. Konsep diri ini pula terkadang bisa menjadi sugesti yang tertanam

dalam dirinya. Jika seseorang itu meyakini dirinya akan sukses dalam hidup,

konsep tersebut akan direalisasikan secara nyata dengan semangat menjalani

hidup dan akan mencapai kesuksesan, tapi sebaliknya, jika konsep diri yang

ditanamkan adalah kegagalan, maka hasil yang akan dituai juga merupakan

kegagalan.

4. Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu

atai ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan yang mempengaruhi tindakan

pilihan terhadap cara, tujuan antara, dan tujuan akhir (Kluckhohn & Brameld,

1957).

5. Moral diartikan sebagai ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila, dsb (Kamus Besar

Bahasa Indonesia). Moral berhubungan dengan perasaan seseorang serta moral

juga dipengaruhi oleh lingkungannya masing-masing. Pendidikan moral diajarkan

bahkan pada saat ketika masih duduk di sekolah dasar dalam pelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

D. Sikap Ilmiah

Istilah sikap dalam bahasa inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude

sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara

mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sikap Ilmiah merupakan sikap yang

harus ada pada diri seorang ilmuan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-

persoalan ilmiah.

Menurut Baharuddin (dalam Pertiwi, 2013) sikap ilmiah pada dasarnya adalah

sikap yang diperlihatkan para ilmuan saat mereka melakukan kegiatan sebagai

ilmuan. Dengan kata lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berperilaku

dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.

Belajar sains dapat membantu siswa untuk memahami alam dan gejalanya berkaitan

Page 6: penilaian sikap

dengan penelitian dan penyelidikan sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa

(Depdiknas, 2002).

Menurut Hadist dan I Nyoman Kertiasa (dalam Pertiwi, 2013) mengemukakan

beberapa sikap ilmiah yaitu:

Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Disiplin yaitu tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

Kerja keras yaitu perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi hambatan.

Kreatif yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat

dan didengar.

Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai hak dan

kewajibannya sama dengan orang lain

Sedangkan menurut Harlen, Gega dan AAAS (dalam Anwar,2013) pengelompokan

sikap ilmiah diantaranya:

Page 7: penilaian sikap

Gega (1977) Harlen (1996) AAAS ( 1993)

Curiosity (sikap ingin tahu) Curiosity (sikap ingin tahu) Honesty (sikap jujur)

Investivencess (sikap penemuan) Respect for evidence (sikap

respek terhadap data)

Curiosity (sikap ingin

tahu)

Critical thingking (sikap berfikir

kritis)

Critial refrection (sikap

refleksi kritis)

Open mindedness (sikap

berfikir terbuka)

Persistence (sikap teguh pendirian) Perseverance (sikap

ketekunan)

Skepticism (sikap

keragu-raguan)

Creativity and inventiveness

(sikap kreatif dan

penemuan)

Open mindedness (sikap

berfikir terbuka)

Co-operation with other

(sikap bekerjasama dengan

orang lain)

E. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah

1.Rubrik

 Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang

diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan

siswa  Rubrik perlu memuat daftar karakteristik yang diinginkan yang perlu

ditunjukkan dalam suatu pekerjaan siswa disertai dengan panduan untuk

mengevaluasi masing-masing karakteristik tersebut.

Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett (dalam Grace, 2014) Rubrik adalah

dalah alat skoring untuk pengauditan yang bersifat subjektif, yang didalamnya

terdapat satu set kriteria dan standard yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran

yang akan diases ke anak didik, sedangkan menurut Nitko (2014) Rubrik adalah suatu

alat yang mengandungi satu set peraturan yangdigunakan untuk mengases kualiti

performansi / prestasi mahasiswa / peserta didik.

 Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas memahami

dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua

pihak (guru dan siswa) akan mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang

tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula dapat menjadi pendorong

atau motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran.

Page 8: penilaian sikap

  Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang berisi

kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar.

Kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting atau dapat pula komponen-

kpmponen ditulis langsung tanpa dikelompokkan dalam garis besar.

  Rubrik dapat bersifat menyeluruh atau berlaku umum dan dapat juga bersifat

khusus atau hanya berlaku untuk suatu topik tertentu. Rubrik yang bersifat

menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistic rubric. Rubrik holistik adalah

pedonan untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria.

Serta dapat pula dalam bentuk analytic rubric, rubrik analitik adalah pedoman untuk

menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. dengan menggunakan rubrik

ini dapat dianalisis kelemahan atau kelebihan siswa.

Contoh rubrik holistik :

Skor Deskripsi4 Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan

memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respons dikemukakan dalam suatu tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban singkat dan langsung pada masalah yang diminta serta kesimpulan dan pendapat mengalir secara logis. Secara menyeluruh, respons lengkap dan memuaskan.

3 Respons sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan akurat. Respons dikemukakan dalam tulisan yang lancar tapi uraian cenderung brtele-tele.

2 Respons kurang memuaskan. Walaupun informasi yang diberikan akurat tetapi tidak ada kesimpulan dan pendapat serta kurang logis.

1 Respons tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang hilang dan tidak akurat. Tidak ada kesimpulan atau pendapat.

Contoh rubrik analitik :

Sko Grafik Spesifikasi Rasional

Page 9: penilaian sikap

r4 Gambar dan pertelaan

tentang grafik yang disajikan benar

Semua spesifikasi yang diberikan benar

Rasio yang diberikan jelas.

3 Sebagian terbesar gambar dan pertelaan yang diberikan benar

Semua spesifikasi yang diberikan benar

Penjelasan diberikan, tetapi msih membutuhkan hambatan

2 Beberapa gambar dan pertelaan yang disaji benar

Hanya sebagian spesifikasi yang benar

Rasional yang diberikan tidak lengkap

1 Gambar dan pertelaan yang diberikan sangat terbatas dan hanya sedikit yang benar

Spesifikasi yang diberikan salah

Rasional yang diberikan tidak benar

Dalam pengembangan rubrik, perlu diperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan

Ellyn B. Smith (dalam endah, 2014) menyebutkan bahwa langkah-langkah pengembangan

rubrik adalah sebagai berikut :

Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan dinilai

Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep atau keterampilan yang

akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif,

aspek afektif dan aspek kinerja.

  Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus dinilai.

 Menentukan skala yang akan dinilai.

Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak

diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep, afektif atau keterampilan kinerja tersebut

dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau member deskripsi

gradasi.

Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubric yang

telah dikembangkan.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut

kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan

yang akan dinilai.

 Memmikirkan kembali tentang skala yang digunakan.

  Merevisi skala yang digunakan.

 Walaupun suatu rubrik telah diupayakan untuk disusun dengan sebaik-baiknya tetapi

harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang tersusun itu merupakan sesuatu yang

Page 10: penilaian sikap

sempurna atau dianggap sebagai satu-satunya kriteria untuk menialai kinerja siswa dalam

satu kegiatan.

2. Tehnik Observasi

Observasi merupakan tehnik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan

menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung

dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi

tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan

karyawan sekolah (Kemendikbud, 2013).

Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang

berupa daftar cek atau sekala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek

digunakan untuk mengamati ada atau tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan skala

penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap.

Contoh instrumen untuk observasi

No Aspek Pengamatan Skor

1 2 3 4

1 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

2 Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa

adanya

3.Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Terhadap Praktikum

Instrumen penilaian sikap ilmiah terhadap praktikum dikembangkan dalam butir-butir

pernyataan yang menguji aspek sikap ilmiah siswa selama melakukan praktikum laju reaksi.

Bentuk instrumen yang dikembangkan adalah rubrik, dimana guru yang menilainya

(observer).

Instrumen penilaian sikap ilmiah yang dikembangkan berdasarkan daftar cek (chek

List). Check list adalah salah satu alat evaluasi yang termasuk alat ukur rating. Daftar ceklis

digunakan untuk menentukan derajat atau peringkat dari suatu unsur, komponen, trait,

karakteristik atau orang, baik dalam bandingannya suatu keriteria tertentu maupun

dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Jadi dalam check list pengamat hanya

menyatakan ada atau tidak adanya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat

atau derajat kualitas hal tersebut (Widoyoko, 2012).

Contoh instrumen menggunakan check list

Page 11: penilaian sikap

No Aspek Pengamatan Penilaian

Ya Tidak

1 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

2 Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa

adanya

F. Kualitas Instrumen Penilaian Sikap

Kualitas instrumen penilaian sikap dapat dilihat dari aspek validitas dan

realibilitasnya.

1. Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat

mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan

“ketepatan” dengan alat ukur. Dengan instrumen yang valid akan menghasilkan

data yang valid pula atau dapat juga dikatakan bahwa jika data yang dihasilkan

dari sebuah instrumen valid, maka instrumen itu juga valid. Suatu instrumen

penilaian afektif dikatakan memiliki validitas tinggi, jika instrumen tersebut

benar-benar mengukur asfek afektif siswa terhadap praktikum (Firman, 2000).

Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan

dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrumen

evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya sebagai berikut:

Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau

instrumen evaluasi untuk grup individual dan instrumen itu sendiri.

Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukan kategori yang bisa

mencakup kategori rendah, menengah, dan tinggi.

Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu

diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk

suatu tujuan tertentu saja.

(Sukardi, 2009)

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas

konstruk:

a. Validitas isi ialah derajat di mana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan

substansi yang ingin diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika sesuai

dengan standar isi kurikulum yang berlaku. Dengan demikian perlu

Page 12: penilaian sikap

mrlibatkan penelaah dalam menilai apakah instrumen yang telah disusun telah

memenuhi syarat validitas isi. Penelaahan ini didasarkan atas aspek yang

diukur oleh masing-masing butir pernyataan dengan aspek yang sudah di

tetapkan.

b. Validitas konstruk yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrumen

dengan konstruksi teoritik dimana instrumen itu dibuat. Dengan kata lain,

suatu instrumen dikatakan valid secara konstruktif apabila butir-butir

instrumen telah sesuai dengan berfikir atau tahap perkembangan subjek yang

teliti.

Menurut arikunto (dalam ,2009) validitas isi dievaluasi melalui pertimbangan

ahli terhadap kesesuaian butir instrumen penilaian afektif yang diukur antara

penilaian afektif dengan observasi dengan penilaian afektif siswa terhadap

praktikum. Sedangkan validitas konstruk ditentukan dari besarnya koefesien

korelasi butir pernyataan yang dikembangkan.

2. Reabilitas

Reabilitas dapat diartikan sebagai konsistensi atau keajegan (Sukardi, 2009).

Suatu instrumen evaluasi dikatakan mempunyai nilai reabilitas tinggi apabila tes

yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak

diukur. Reabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat

utama yaitu validnya suatu hasil skor instrumen.

Berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas instrumen,

seara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas internal dan reabilitas

internal. Reabilitas eksternal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reabilitas

berada di luar instrumen yang bersangkutan. Sebaliknya jika kriteria maupun

perhitungan didasarkan pada data dari instrumen itu sendiri, akan menghasilkan

reabilitas internal

G. Deskripsi Materi Laju Reaksi

Suatu perubahan kimia biasanya berlangsung dengan kecepatan tertentu. Kecepatan suatu

reaksi biasa disebut laju reaksi, biasanya dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat per

satuan waktu. Laju reaksi ini dapat dinyatakan sebagai laju pengurangan pereaksi atau laju

pertambahan hasil reaksi. Untuk reaksi berikut

A+B →C

Type equation here .

Page 13: penilaian sikap

Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai:

Laju pengurangan konsentrasi A

Laju pengurangan konsentrasi B

Laju pertambahan konsentrasi C

Laju reaksi rata-rata untuk suatu reaksi, yaitu:

LajureaksiPerubahan Konsentrasi

Perubahan Waktu

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu:

Konsentrasi Pereaksi

Laju reaksi umumnya naik dengan bertambahnya konsentrasi pereaksi, dan turun

dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi.

Luas Permukaan

Semakin besar luas permukaan sentuh semakin besar kemungkinan partikel-partikel

untuk bertemu dan bereaksi.

Suhu

Pengaruh suhu terhadap laju reaksi dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, penyimpanan makanan di lemari es dapat memperlambat laju reaksi

perusakan makanan. Sebagian besar reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat pada

suhu yang lebih tinggi.

Katalis

Katalis adalah suatu zat yang dapat mengubah laju reaksi kimia tanpa mengalami

perubahan kimiawi di akhir reaksi. Katalis yang mempercepat laju reaksi disebut

katalis positif sedangkan katalis yang dapat memperlambat laju reaksi disebut katalis

negatif.