PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia,...

26
PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA GLOBALISASI: TANTANGAN DAN ANCAMAN 1 Tulus Tambunan I. Fenomena Globalisasi Ekonomi Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan proses ini akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan ini telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam persaingan antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam investasi, keuangan, dan produksi. Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal menjadi “satu” proses yang melibatkan banyak negara. Globalisasi ekonomi biasanya dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi, 2 perdagangan dan pasar uang. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses yang berada diluar pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut terutama digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh sebuah pemerintah secara individu. Dalam tingkat globalisasi yang optimal arus produk dan faktor-faktor produksi (seperti tenaga kerja dan modal) lintas negara atau regional akan selancar lintas kota di dalam suatu negara atau desa di dalam suatu kecamatan. Pada tingkat ini, seorang pengusaha yang punya pabrik di Surakarta atau Jawa Tengah setiap saat bisa memindahkan usahanya ke Serawak atau Filipina tanpa halangan, baik dalam logistik maupun birokrasi yang berkaitan dengan urusan administrasi seperti izin usaha dan sebagainya. Sekarang ini tidak relevan lagi dipertanyakan negara mana yang menemukan atau membuat pertama kali suatu barang. Orang tidak tau lagi apakah lampu neon merek Philips berasal dari Belanda, yang orang tau hanyalah bahwa lampu itu dibuat oleh suatu perusahaan multinasional yang namanya Philips, dan pembuatannya bukan di Belanda melainkan di Tangerang. Banyak barang yang tidak lagi mencantumkan bendera dari negara asal melainkan logo dari perusahaan yang membuatnya. Banyak produk dari Disney bukan lagi dibuat di AS melainkan di Cina, dan dicap made in China. Sekarang ini semakin banyak produk yang komponen-komponennya di buat di lebih dari satu negara (seperti komputer, mobil, pesawat terbang, dll.). Banyak perusahaan-perusahaan multinasional mempunyai kantor pusat bukan di negara asal melainkan di pusat-pusat keuangan di negara-negara lain seperti London dan New York, atau di negara-negara tujuan pasar utamanya. Semakin menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi secara nasional maupun regional yang berbarengan dengan semakin hilangnya kedaulatan suatu pemerintahan negara muncul disebabkan oleh banyak hal, 1 Bahan diskusi dalam Temu Usaha Kadin Brebes, 20 Desember 2004, Solo. 2 Misalnya dalam pembuatan pesawat Boeing, lebih dari 50 negara terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang masing-masing negara membuat bagian-bagian tertentu dari pesawat tersebut. Juga untuk produksi pesawat Airbus, sejumlah negara di Eropa terlibat dalam proses pembuatannya. Contoh lainnya adalah dalam pembuatan pesawat-pesawat tempur AS seperti F-16, sejumlah negara di Asia juga terlibat seperti Taiwan dan Jepang, terutama untuk bagian elektroniknya. 1

Transcript of PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia,...

Page 1: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA GLOBALISASI: TANTANGAN DAN

ANCAMAN1

Tulus Tambunan

I. Fenomena Globalisasi Ekonomi Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan proses

ini akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan

semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan ini telah

meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam persaingan antarnegara, tidak

hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam investasi, keuangan, dan produksi. Globalisasi ekonomi

ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau

regional, tetapi semakin mengglobal menjadi “satu” proses yang melibatkan banyak negara. Globalisasi ekonomi

biasanya dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi,2perdagangan dan pasar uang. Globalisasi ekonomi

merupakan suatu proses yang berada diluar pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut

terutama digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh sebuah

pemerintah secara individu.

Dalam tingkat globalisasi yang optimal arus produk dan faktor-faktor produksi (seperti tenaga kerja dan modal)

lintas negara atau regional akan selancar lintas kota di dalam suatu negara atau desa di dalam suatu kecamatan. Pada

tingkat ini, seorang pengusaha yang punya pabrik di Surakarta atau Jawa Tengah setiap saat bisa memindahkan

usahanya ke Serawak atau Filipina tanpa halangan, baik dalam logistik maupun birokrasi yang berkaitan dengan

urusan administrasi seperti izin usaha dan sebagainya.

Sekarang ini tidak relevan lagi dipertanyakan negara mana yang menemukan atau membuat pertama kali suatu

barang. Orang tidak tau lagi apakah lampu neon merek Philips berasal dari Belanda, yang orang tau hanyalah bahwa

lampu itu dibuat oleh suatu perusahaan multinasional yang namanya Philips, dan pembuatannya bukan di Belanda

melainkan di Tangerang. Banyak barang yang tidak lagi mencantumkan bendera dari negara asal melainkan logo dari

perusahaan yang membuatnya. Banyak produk dari Disney bukan lagi dibuat di AS melainkan di Cina, dan dicap

made in China. Sekarang ini semakin banyak produk yang komponen-komponennya di buat di lebih dari satu negara

(seperti komputer, mobil, pesawat terbang, dll.). Banyak perusahaan-perusahaan multinasional mempunyai kantor

pusat bukan di negara asal melainkan di pusat-pusat keuangan di negara-negara lain seperti London dan New York,

atau di negara-negara tujuan pasar utamanya.

Semakin menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi secara nasional maupun regional yang

berbarengan dengan semakin hilangnya kedaulatan suatu pemerintahan negara muncul disebabkan oleh banyak hal,

1 Bahan diskusi dalam Temu Usaha Kadin Brebes, 20 Desember 2004, Solo. 2 Misalnya dalam pembuatan pesawat Boeing, lebih dari 50 negara terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang masing-masing negara membuat bagian-bagian tertentu dari pesawat tersebut. Juga untuk produksi pesawat Airbus, sejumlah negara di Eropa terlibat dalam proses pembuatannya. Contoh lainnya adalah dalam pembuatan pesawat-pesawat tempur AS seperti F-16, sejumlah negara di Asia juga terlibat seperti Taiwan dan Jepang, terutama untuk bagian elektroniknya.

1

Page 2: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

diantaranya menurut Halwani (2002) adalah komunikasi dan transportasi yang semakin canggih dan murah, lalu lintas

devisa yang semakin bebas, ekonomi negara yang semakin terbuka, penggunaan secara penuh keunggulan komparatif

dan keunggulan kompetitif tiap-tiap negara, metode produksi dan perakitan dengan organisasi manajemen yang

semakin efisien, dan semakin pesatnya perkembangan perusahaan multinasional di hampir seantero dunia. Selain itu,

penyebab-penyebab lainnya adalah semakin banyaknya industri yang bersifat footloose akibat kemajuan teknologi

(yang mengurangi pemakaian sumber daya alam), semakin tingginya pendapatan dunia rata-rata per kapita, semakin

majunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, dan semakin

banyaknya jumlah penduduk dunia.

Derajat globalisasi dari suatu negara di dalam perekonomian dunia dapat dilihat dari dua indikator utama. Pertama,

rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) dari negara tersebut sebagai suatu persentase dari jumlah nilai

atau volume perdagangan dunia, atau besarnya nilai perdagangan luar negeri dari negara itu sebagai suatu persentase

dari PDB-nya. Semakin tinggi rasio tersebut menandakan semakin mengglobal perekonomian dari negara tersebut.

Sebaliknya, semakin terisolasi suatu negara dari dunia, seperti Korea Utara, semakin kecil rasio tersebut. Kedua,

kontribusi dari negara tersebut dalam pertumbuhan investasi dunia, baik investasi langsung atau jangka panjang

(penanaman modal asing; PMA) maupun investasi tidak langsung atau jangka pendek (investasi portofolio).

Sebagai suatu negara pengekspor (pengimpor) modal neto, semakin besar investasi dari negara itu (negara lain) di

luar negeri (dalam negeri), semakin tinggi derajat globalisasinya. Derajat keterlibatan dari suatu negara (negara lain)

dalam investasi di negara lain (dalam negeri) bisa diukur oleh sejumlah indikator. Misalnya, untuk investasi langsung

oleh rasio dari PMA dari negara tersebut (negara asing) di dalam pembentukan modal tetap bruto di negara lain (dalam

negeri). Sedangkan dalam investasi portofolio diukur oleh antara lain nilai investasi portofolio dari negara tersebut

(negara asing) sebagai suatu persentase dari nilai kapitalisasi dari pasar modal di negara tujuan investasi (dalam

negeri), atau sebagai persentase dari jumlah arus masuk modal jangka pendek di dalam neraca modal dari negara

tujuan investasi (dalam negeri).

Sebenarnya proses globalisasi ekonomi telah terjadi sejak dahulu kala dan akan berlangsung terus, walaupun

prosesnya berbeda: dulu sangat lambat sedangkan sekarang ini sangat pesat dan di masa depan akan jauh lebih cepat

lagi. Perbedaan ini disebabkan terutama oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan alat-alat

komunikasi dan transportasi yang semakin canggih, aman dan murah. Jadi dapat dikatakan bahwa kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pendorong atau kekuatan utama dibalik proses globalisasi ekonomi.

Karena adanya satelit, hand phone, fax, Internet dan email maka komunikasi atau arus informasi antarnegara menjadi

sangat lancar dan murah. Juga, adanya pesawat terbang yang semakin cepat terbangnya dengan kapasitas penumpang

yang semakin besar membuat mobilisasi dari pelaku-pelaku ekonomi (konsumen, produsen, investor, dan bankir)

antarnegara menjadi semakin cepat dan murah. Ini semua meningkatkan arus transaksi ekonomi antarnegara dalam

laju yang semakin pesat.

Peran dari kemajuan teknologi terhadap proses globalisasi juga diakui oleh Friedman yang mendapat penghargaan

atas bukunya mengenai globalisasi (2002) yang menyatakan berikut ini: era globalisasi dibangun seputar jatuhnya

biaya telekomunikasi – berkat adanya mikrochip, satelit, serat optik dan internet/ Teknologi informasi yang baru ini

2

Page 3: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

mampu merajut dunia bersama-sama bahkan menjadi lebih erat. ……. Teknologi ini juga dapat memungkinkan

perusahaan untuk menempatkan lokasi bagian produksi di negara yang berbeda, bagian riset dan pemasaran di

negara yang berbeda, tetapi dapat mengikat mereka bersama melalui komputer dan komperensi jarak jauh seakan

mereka berada disatu tempat. Demikian juga berkat kombinasi antara komputer dan telekomunikasi yang murah,

masyarakat sekarang dapat menawarkan pelayanan perdagangan secara global - dari konsultasi medis sampai

penulisan data perangkat lunak ke proses data – pelayanan yang sesungguhnya tidak pernah dapat diperdagangkan

sebelumnya. Dan mengapa tidak? Sambungan telepon untuk 3 menit pertama (dalam dolar, thn 1986) antara New

York dan London biayanya adalah 300 dolar di tahun 1930. Sekarang hal itu hampir bebas biaya melalui Internet

(20a). Friedman mengatakan bahwa globalisasi memiliki definisi teknologi sendiri: komputerisasi, miniaturisasi,

digitalisasi, komunikasi satelit, serat optik dan internet.

Besarnya pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap perubahan kehidupan manusia di dunia yang mendorong

proses globalisasi ekonomi semakin pesat sebenarnya sudah diduga sebelumnya oleh sejumlah orang, diantaranya

adalah Alvin Toffler (1980). Menurutnya, akibat progres teknologi, akan terjadi kejutan-kejutan masa depan yang

melahirkan revolusi baru. Kehidupan manusai atau kegiatan ekonomi dunia tidak lagi dipimpin oleh industri, namun

informasi akan muncul sebagai penggerak pendulum. Revolusi informasi yang sarat dengan teknologi akan membawa

perubahan-perubahan di dalam kehidupan manusia sehari-hari yang jauh lebih radikal daripada revolusi industri yang

memerlukan waktu, biaya, lahan, dan pasar yang besar. Toffler mengatakan bahwa revolusi informasi yang dipicuh

oleh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi, akan membawa wajah baru, yakni masyarakat global

lantaran kaburnya batas-batas wilayah dan negara.

Pada tahun 1990-an, muncul seorang futurolog baru bernama John Naisbitt yang lebih rinci dalam memetakan

wajah dunia ke depan dalam publikasinya yang sangat terkenal: Megatrend Asia 2000. Naisbitt meramalkan bahwa

akibat perubahan-perubahan super cepat di Asia, yang didorong oleh kemajuan teknologi dan sumber daya manusia

(SDM) di kawasan tersebut, pada abad ke 21 akan terjadi pergeseran dalam pusat kegiatan ekonomi dunia dari AS dan

Eropa ke Asia, khususnya Asia Tenggara dan Timur. Walaupun dalam kenyataannya, pergeseran tersebut tidak terjadi,

atau paling tidak tertunda untuk sementara waktu akibat terjadinya krisis ekonomi di Asia pada tahun 1997/98.

Secara garis besar, Toffler dan Naisbitt mempunyai beberapa kesamaan dalam meramal dunia di masa depan,

diantaranya adalah bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahun merupakan motor penggerak utama proses

globalisasi ekonomi. Perubahan radikal pada teknologi juga telah menciptakan perubahan pada politik, sosial dan

budaya. Mereka juga sependapat bahwa masyarakat dunia dewasa ini sedang memasuki era masyarakat informasi yang

beralih dari masyarakat industri. Artinya adalah bahwa masyarakat tidak bisa lagi menutup diri dari luar karena

teknologi informasi mampu menembus batas-batas wilayah kekuatan negara Pengaruh radikal dari kemajuan

teknologi terhadap kehidupan masyarakat saat ini terutama sangat ketara sekali pada kegiatan bisnis sehari-hari atau

produk-produk yang dihasilkan. Misalnya, fitur hand phone (HP) hampir setiap saat berganti sehingga HP menjelma

menjadi alat bertukar informasi melalui teknologi Internet ataupun SMS, berfungsi sebagai games, kamera digital dan

fungsi-fungsi lainnya. Kemampuan komputer beserta program-programnya semakin canggih. Perubahan teknologi

yang sangat pesat sekarang ini juga telah mempengaruhi agro industri yang semakin tumbuh kencang dengan varian-

3

Page 4: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

varian hasil produk, baik melalui rekayasa genetika maupun akibat penemuan-penemuan varietas unggul. Demikian

juga dalam sektor kesehatan, produk-produknya juga mengalami revolusi dengan banyak ditemukan jenis-jenis obat

(supplement) baru yang memungkinkan manusia lebih sehat atau lebih panjang usianya (Halwani, 2002).

Pada gilirannya, perubahan di sisi suplai (produksi) tersebut telah membuat perubahan di sisi permintaan sesuai

fenomena supply creates its own demand: perilaku konsumen semakin bervariatif mengikuti pilihan produk yang

semakin kompetitif. Perubahan pola konsumen telah terjadi tidak hanya di negara-negara maju tetapi juga di NSB;

tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di daerah perdesaan atau pedalaman. Walaupun tidak ada data empiris

yang bisa mendukung, tetapi dapat diduga bahwa jumlah penduduk di perdesaan di Indonesia yang sudah pernah

minum coca cola sekarang ini jauh lebih banyak dibandingkan pada awal tahun 1970an; demikian juga jumlah

penduduk di perdesaan yang memiliki HP saat ini jauh lebih banyak dibandingkan pada awal tahun 1990-an. Bahkan

banyak orang yang membeli HP atau rutin menggantinya dengan seri baru bukan karena perlu tetapi karena mengikuti

trend yang sangat dipengaruhi oleh reklame dan pergaulan. Jadi benar apa yang dikatakan oleh Anthony Giddens

(2001) bahwa globalisasi saat ini telah menjadi wacana baru yang menelusup ke seluruh wilayah kehidupan baik di

perkotaan maupun perdesaan. Globalisasi telah memberi perubahan yang radikal dalam semua aspek kehidupan, mulai

dari sosial, budaya, politik, ekonomi, hingga gaya hidup sehari-hari.

Dalam komunikasi juga sangat nyata sekali pengaruh dari kemajuan teknologi yang jangkauannya sudah

menyebar dan melewati batas-batas negara yang semakin mempersempit dunia. Seiring dengan kemajuan teknologi

komunikasi, semakin mudah pula masyarakat untuk mengaksesnya. Misalnya, dapat diduga bahwa saat ini jumlah

orang di Indonesia yang bisa akses ke siaran CNN atau FOX jauh lebih banyak dibandingkan pada akhir dekade 80-an.

Jumlah orang yang bisa melihat siaran langsung perang Irak II pada pertengahan tahun 2003 diperkirakan jauh lebih

banyak dibandingkan pada saat perang Irak I (Perang Teluk) pada awal tahun 1990-an. Contoh lainnya, menurut

Giddens (2001), sebelum ada teknologi Internet, diperlukan waktu 40 tahun bagi radio di AS untuk mendapatkan 50

juta pendengar. Sedangkan dalam jumlah yang sama diraih oleh komputer pribadi (PC) dalam 15 tahun. Setelah ada

teknologi Internet, hanya diperlukan waktu 4 tahun untuk menggaet 50 juta warga AS.

Faktor pendorong kedua yang membuat semakin kencangnya arus globalisasi ekonomi adalah semakin terbukanya

sistem perekonomian dari negara-negara di dunia baik dalam perdagangan, produksi maupun investasi/keuangan.

Fukuyama (1999) menegaskan bahwa dewasa ini baik negara-negara maju maupun NSB cenderung mengadopsi

prinsip-prinsip liberal dalam menata ekonomi dan politik domestik mereka. Seperti yang dapat dikutip dari Friedman

(2002), Ide dibelakang globalisasi yang mengendalikannya adalah kapitalisme bebas – semakin Anda membiarkan

kekuatan pasar berkuasa dan semakin Anda membuka perekonomian Anda bagi perdagangan bebas dan kompetisi,

perekonomian Anda akan semakin efisien dan berkembang pesat. Globalisasi berarti penyebaran kapitalisme pasar

bebas ke setiap negara di dunia. Karenanya globalisasi juga memiliki aturan perekonomian tersendiri – peraturan

yang bergulir seputar pembukaan, deregulasi, privatisasi perekonomian Anda, guna membuatnya lebih kompetitif dan

atraktif bagi investasi luar negeri. (halaman 9). Menurut catatan dari Friedman (2002), pada tahun 1975, di puncak

Perang Dingin, hanya 8% dari negara di seluruh dunia yang mempunyai rezim kapitalis pasar bebas. Sampai tahun

1997, jumlah negara dengan rezim perekonomian liberal menjadi 28%.

4

Page 5: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor pendorong kedua ini dipicu, kalau tidak bisa dikatakan dipaksa oleh penerapan

liberalisasi perdagangan dunia dalam konteks WTO atau pada tingkat regional seperti AFTA, UE dan NAFTA. Dalam

kata lain, liberalisasi perdagangan dunia mempercepat laju dari proses globalisasi ekonomi. Dapat diprediksi bahwa

pada tahun 2020 nanti, tahun di mana semua negara di dunia sudah harus menerapkan kebijakan tarif impor dan

subsidi ekspor nol, derajat dari globalisasi ekonomi akan jauh lebih tinggi daripada saat ini.

Faktor pendorong ketiga adalah mengglobalnya pasar uang yang prosesnya berlangsung berbarengan dengan

keterbukaan ekonomi dari negara-negara di dunia (penerapan sistem perdagangan bebas dunia). Sebenarnya faktor

ketiga ini dengan faktor kedua di atas saling terkait, atau tepatnya saling mendorong satu sama lainnya: semakin

mengglobal pasar finansial membuat semakin mudah dan semakin besar volume kegiatan ekonomi antarnegara;

sebaliknya semakin liberal sistem perekonomian dunia semakin mempercepat proses globalisasi finansial karena

semakin besar kebutuhan pendanaan bagi kegiatan-kegiatan produksi dan investasi.

II. Empat Dampak Besar dari Globalisasi Dampak dari globalisasi ekonomi terhadap perekonomian suatu negara bisa positif atau negatif, tergantung pada

kesiapan negara tersebut dalam menghadapi peluang-peluang maupun tantangan-tantangan yang muncul dari proses

tersebut. Secara umum, ada empat (4) wilayah yang pasti akan terpengaruh, yakni :

1. Ekspor. Dampak positifnya adalah ekspor atau pangsa pasar dunia dari suatu negara meningkat; sedangkan efek

negatifnya adalah kebalikannya: suatu negara kehilangan pangsa pasar dunianya yang selanjutnya berdampak

negatif terhadap volume produksi dalam negeri dan pertumbuhan produk domestiik bruto (PDB) serta

meningkatkan jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan. Dalam beberapa tahun belakangan ini ada

kecenderungan bahwa peringkat Indonesia di pasar dunia untuk sejumlah produk tertentu yang selama ini

diunggulkan Indonesia, baik barang-barang manufaktur seperti tekstil, pakaian jadi dan sepatu, maupun pertanian

(termasuk perkebunan) seperti kopi, cokelat dan biji-bijian, terus menurun relatif dibandingkan misalnya Cina dan

Vietnam. Ini tentu suatu pertanda buruk yang perlu segera ditanggapi serius oleh dunia usaha dan pemerintah

Indonesia. Jika tidak, bukan suatu yang mustahil bahwa pada suatu saat di masa depan Indonesia akan tersepak

dari pasar dunia untuk produk-produk tersebut.

2. Impor. Dampak negatifnya adalah peningkatan impor yang apabila tidak dapat dibendung karena daya saing yang

rendah dari produk-produk serupa buatan dalam negeri, maka tidak mustahil pada suatu saat pasar domestik

sepenuhnya akan dikuasai oleh produk-produk dari luar negeri. Dalam beberapa tahun belakangan ini ekspansi

dari produk-produk Cina ke pasar domestik Indonesia, mulai dari kunci inggris, jam tangan tiruan hingga sepeda

motor, semakin besar. Ekspansi dari barang-barang Cina tersebut tidak hanya ke pertokoan-pertokoan moderen

tetapi juga sudah masuk ke pasar-pasar rakyat dipingir jalan.

3. Investasi. Liberalisasi pasar uang dunia yang membuat bebasnya arus modal antarnegara juga sangat berpengaruh

terhadap arus investasi neto ke Indonesia. Jika daya saing investasi Indonesia rendah, dalam arti iklim berinvestasi

di dalam negeri tidak kondusif dibandingkan di negara-negara lain, maka bukan saja arus modal ke dalam negeri

akan berkurang tetapi juga modal investasi domestik akan lari dari Indonesia yang pada aknirnya membuat saldo

5

Page 6: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

neraca modal di dalam neraca pembayaran Indonesia negatif. Pada gilirannya, kurangnya investasi juga

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan produksi dalam negeri dan ekspor. Seperti telah di bahas sebelumnya,

sejak krisis ekonomi 1997/98, arus PMA ke Indonesia relatif berkurang dibandingkan ke negara-negara tetangga;

bahkan di dalam kelompok ASEAN, Indonesia menjadi negara yang paling tidak menarik untuk PMA karena

berbagai hal, mulai dari kondisi perburuan yang tidak lagi menarik investor asing, masalah keamanan dan

kepastian hukum, hingga kurangnya insentif, terutama insentif fiskal bagi investasi-investasi baru. Sebaliknya,

Vietnam, sebagai suatu contoh, menjadi sangat menarik bagi investor asing karena tidak hanya tenaga kerjanya

sangat disiplin dan murah, juga pemerintah Vietnam memberikan tax holiday bagi investasi-investasi baru.

4. Tenaga kerja. Dampak negatifnya adalah membanjirnya tenaga ahli dari luar di Indonesia, dan kalau kualitas

sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak segera ditingkatkan untuk dapat menyaingi kualitas SDM dari

negara-negara lain, tidak mustahil pada suatu ketika pasar tenaga kerja atau peluang kesempatan kerja di dalam

negeri sepenuhnya dikuasai oleh orang asing. Sementara itu, tenaga kerja Indonesia (TKI) semakin kalah bersaing

dengan tenaga kerja dari negara-negara lain di luar negeri. Juga tidak mustahil pada suatu ketika TKI tidak lagi

diterima di Malaysia, Singapura atau Taiwan dan digantikan oleh tenaga kerja dari negara-negara lain seperti

Filipina, India dan Vietnam yang memiliki keahlian lebih tinggi dan tingkat kedisiplinan serta etos kerja yang

lebih baik dibandingkan TKI.

Keempat jenis dampak tersebut secara bersamaan akan menciptakan suatu efek yang sangat besar dari globalisasi

ekonomi dunia terhadap perekonomian dan kehidupan sosial di setiap negara yang ikut berpartisipasi di dalam

prosesnya, termasuk Indonesia. Lebih banyak pihak yang berpendapat bahwa globalisasi ekonomi akan lebih

merugikan daripada menguntungkan negara sedang berkembang (NSB) seperti Indonesia. Seperti misalnya pendapat

yang pesimis mengenai globalisasi dari Khor (2002) sebagai berikut: Globalisasi adalah suatu proses yang sangat

tidak adil dengan distribusi keuntungan maupun kerugian yang juga tidak adil. Ketidakseimbangan ini tentu saja akan

menyebabkan pengkutuban antara segelintir negara dan kelompok yang memperoleh keuntungan, dan negara-negara

maupun kelompok yang kalah atau termajinalisasi. Dengan demikian, globalisasi, pengkutuban, pemusatan

kesejahteraan dan marjinalisasi merupakan rentetan peristiwa menjadi saling terkait melalui proses yang sama.

Dalam proses ini, sumber-sumber investasi, pertumbuhan dan teknologi moderen terpusat pada sebagian kecil

(terutama negara-negara Amerika Utara, Eropa, Jepang dan negara-negara industri baru (NICs) di Asia Timur).

Majoritas NSB tidak tercakup dalam proses globalisasi atau ikut berpartisipasi namun dalam porsi yang sangat kecil

dan acapkali berlawanan dengan kepentingannya, misalnya liberalisasi impor dapat menjadi ancaman bagi

produsen-produsen domestik mereka dan liberalisasi moneter dapat menyebabkan instabilitas moneter dalam negeri

(hal.18). Masih menurut Khor, Manfaat dan biaya liberalisasi perdagangan bagi NSB menimbulkan persoalan yang

kian kontroversial. Pandangan kontroversial bahwa liberalisasi perdagangan merupakan sesuatu yang penting dan

secara otomatif atau pada umumnya memiliki dampak-dampak positif bagi pembangunan dipertanyakan kembali

secara empiris maupun analitis. Kini saatnya meneliti sejarahnya dan merumuskan berbagai pendekatan yang tepat

bagi kebijakan perdagangan di NSB. (hal.32).

6

Page 7: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Dengan demikian, Khor (2002) berpendapat bahwa globalisasi ekonomi mempengaruhi berbagai kelompok negara

secara berbeda. Secara umum, menurutnya, dampak dari proses ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga grup negara.

Grup pertama adalah sejumlah kecil negara yang mempelopori atau yang terlibat secara penuh dalam proses ini

mengalami pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi yang pesat, yang pada umumnya adalah negara-negara

maju. Grup kedua adalah negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sedang dan fluktuatif, yakni

negara-negara yang berusaha menyesuaikan diri dengan kerangka globalisasi ekonomi atau liberalisasi perdagangan

dan investasi. Misalnya negara-negara dari kelompok NSB yang tingkat pembangunan/kemajuan industrinnya sudah

mendekati tingkat dari negara-negara industri maju. Grup ketiga adalah negara-negara yang termarjinalisasikan atau

yang sangat dirugikan karena ketidakmampuan mengatasi tantangan-tantangan yang muncul dari proses tersebut dan

persoalan-persoalan pelik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan globalisasi ekonomi seperti harga-

harga komoditas primer yang rendah dan fluktuatif serta hutang luar negeri. Grup ini didominasi oleh NSB terutama di

Afrika, Asia Selatan (terkecuali India) dan beberapa negara di Amerika Latin (tidak termasuk negara-negara yang

cukup berhasil seperti Brazil, Argentina, Chile dan Meksiko).

Perkiraan bahwa sebagian besar dari NSB, terutama di tiga wilayah tersebut di atas termarjinalisasikan dalam

proses globalisasi ekonomi bukan sesuatu tanpa alasan kuat. Data deret waktu dari UNCTAD menunjukkan bahwa

dalam empat (4) dekade terakhir, pangsa NSB di dalam ekspor dunia menurun secara konstan dari 3,06% pada tahun

1954 ke 0,42% pada tahun 1998. Laju penurunannya lebih dalam periode 1960-an dan 1970-an. Data UNCTAD tidak

hanya membedakan antara negara-negara maju (developed countries) dengan NSB, tetapi di dalam kelompok NSB itu

sendiri dibedakan antara yang sudah maju (developing countries) seperti NICs, Thailand, Malaysia, Indonesia, India,

Cina, Pakistan, Israel di Asia dan Brasil, Argentina, Chile dan Meksiko di Amerika Latin, dan negara-negara yang

terbelakang dalam tingkat pembangunan/industrialisasinya (least developed countries) yang didominasi terutama oleh

negara-negara miskin di Afrika dan Asia Selatan. NSB dari katetori least developed countries paling kecil pangsa

pasar dunianya, dan dalam 4 dekade terakhir ini menunjukkan suatu tren yang menurun yang mengindikasikan bahwa

kelompok ini semakin termarjinalisasikan.

III. Daya Saing dari Beberapa Produk Utama Nasional

Keberhasilan Indonesia dalam menghadapi globalisasi ditentukan oleh tingkat daya saingnya. Dalam hal ekspor,

Selama ini Indonesia sangat mengandalkan faktor-faktor keunggulan komparatif dalam sebagai penentu utama daya

saingnya, terutama daya saing harga, seperti upah buruh murah dan SDA berlimpah sehingga murah biaya

pengadaannya. Namun, dalam era perdagangan bebas nanti teknologi, know-how dan keahlian khusus, yang

merupakan tiga faktor keunggulan kompetitif semakin dominan dalam penentuan daya saing. Selain itu, dengan

tuntutan masyarakat dunia yang semakin kompleks menyangkut masalah-masalah lingkungan hidup, kelestarian alam

bersama isinya, kesehatan, keamanan, dan hak asasi manusia (HAM) membuat faktor-faktor keunggulan komparatif

semakin tidak penting dibandingkan faktor-faktor keunggulan kompetitif.

Perubahan faktor-faktor penentu daya saing tersebut membuat produk-produk ekspor tradisional Indonesia

semakin terancam di pasar regional maupun global. Ancaman ini semakin nyata dengan munculnya negara-negara

7

Page 8: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

pesaing baru yang memiliki baik faktor-faktor keunggulan komparatif maupun faktor-faktor keunggulan kompetitif

seperti Cina dan Vietnam di pasar Asia dan negara-negara Eropa Timur di pasar Uni Eropa (UE). Di pasar Asia, dalam

5 tahun belakang ini barang-barang buatan Cina mulai dari tekstil dan produk-produknya (TPT) sampai dengan motor

semakin membanjiri pasar di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Demikian juga, Vietnam sudah mulai

menandingi Indonesia dalam ekspor beberapa komoditas traditional seperti kopi dan tekstil. Di pasar UE, peluang

pasar ekspor Indonesia di wilayah tersebut terancam oleh 8 negara Eropa Timur yang akan menjadi anggota UE pada

awal Mei 2004.3 Kedelapan negara tersebut lebih mampu menembus pasar UE karena mendapat fasilitas pembebasan

bea masuk (BM). Sementara itu, barang-barang ekspor Indonesia masih dikenai BM dan hambatan-hambatan non-tarif

(NTB) lainnya, seperti dari segi kesehatan dan lingkungan hidup. Selain itu, setidaknya ada 10 produk ekspor

Indonesia yang dikenai tuduhan dumping oleh UE. Misalnya, bahan baku produk tekstil (polyester staple fibre), bahan

pemanis (sodium cyclamate), dan ring penjilid (ring binders).4 Selain itu, jarak yang lebih dekat sehingga biaya

transportasi dan harga produk dari para pesaing tersebut lebih murah. Proses penyerahan barang pun singkat. Pendek

kata, karena jarak yang lebih dekat membuat para pesaing dari Eropa Timur itu lebih efisien dalam memasuki pasar

UE.5

Ada sejumlah indikator atau metode yang digunakan untuk mengukur tingkat daya saing. Salah satunya adalah

Revealed Comparative Advantage (RCA), Nilai indeks RCA adalah antara 0 dan lebih besar dari 0. Nilai 1 dianggap

garis pemisah antara keunggulan dan ketidakunggulan komparatif. Lebih besar dari 1 berarti daya saing dari negara

bersangkutan untuk produk yang diukur di atas rata-rata (dunia), sedangkan lebih kecil dari 1 berarti daya saingnya

buruk (di bawah rata-rata).6Sebagai suatu ilustrasi empiris, berdasarkan data ekspor dari Depperindag, Tabel 1

menyajikan hasil hitungan RCA untuk sejumlah produk ekspor unggulan Indonesia. Dapat dilihat bahwa keunggulan

Indonesia masih didominasi oleh jenis-jenis produk berbasis SDA dan tenaga kerja murah seperti bubur kertas, pupuk,

kayu lapis, barang-barang dari kayu, kertas dann karton, TPT, dan sepatu. Nilai RCA paling tinggi adalah dari kayu

lapis, dan memang Indonesia sangat unggul sejak lama untuk jenis produk ini di pasar dunia; walaupun ancaman

persaingan semakin besar dari beberapa negara lain terutama Malaysia.

Tabel 1 RCA dari sejumlah Produk Ekspor Indonesia: 1996-2000 Jenis Produk 1996 1997 1998 1999 2000

Bubur kertas (pulp) Pakaian jadi Minyak & lemak hewani Minyak nabati Pupuk buatan pabrik Plastik Barang-barang dari kulit

2,38 0,01 0,06 0,05 1,68 0,3

0,04

2,98 0,02 0,1 0,19 2,35 0,27 0,04

4,38 0,02 0,21 0,02 1,39 0,29 0,01

3,1 0,1 0,03 0,03 1,46 0,2 0,09

2,92 0,12 0,03 0,03 1,41 0,19 0,08

3 Kedelapan negara tersebut adalah Republik Chechnya, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Polandia, Slowakia, dan Slovenia. 4 Berdasarkan laporan dari Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) yang dikutip dari Kompas (6 Juni 2003). 5 Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2002 total nilai ekspor Indonesia ke EU mencapai 7,81 miliar dollar AS dan setahun sebelumnya tercatat sebasar 7,73 miliar dollar AS. Adapun total nilai ekspor Indonesia tahun 2002 mencapai 57,15 miliar dollar AS dan tahun 2001 sebesar 56,32 miliar dollar AS. Meskipun total nilai ekspor Indonesia masih lebih besar, kekuatan ekspor negara-negara Eropa Timur juga patut diperhitungkan. Misalnya, total nilai ekspor dari Republik Chechnya tahun 2002 mencapai 33,3 miliar dollar AS, Hongaria 30,5 miliar dollar AS, dan Polandia 36,1 miliar dollar AS. 6 Dasar pemikiran yang melandasi indeks ini adalah bahwa kinerja ekspor suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat daya saing relatifnya terhadap produk serupa buatan negara lain, tentu dengan asumsi (ceteris paribus) bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor tetap tidak berubah.

8

Page 9: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Kayu lapis/tripleks Barang-barang dari kayu Kertas & karton TPT lainnya Produk logam tidak mulia Sepatu Sepeda motor & sepeda lainnya Komponen otomotif Mesin peralatan kantor

23,11 7,69 1,06 1,63 0,14 5,66 1,25 0,05 0,07

23,24 6,6 1,21 1,07 0,13 4,29 1,25 0,09 0,27

17,2 5,27 2,19 0,89 0,11 3,94 1,3 0,1 0,32

16,16 6,55 2,46 1,37 0,26 4,75 1,35 0,12 0,31

12,69 6,42 2,29 1,57 0,19 4,22 1,19 0,15 0,18

Sumber: Depperindag (database)

Tekstil dan pakaian jadi (TPT) merupakan salah satu produk ekspor unggulan atau produk ekspor tradisional

Indonesia selama ini. Banyak negara pesaing Indonesia termasuk dari ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan

Singapura. Selain itu, negara pesaing Indonesia lainnya untuk produk ini yang sangat agresif dalam ekspor adalah

Cina, yang daya saing TPT-nya lebih baik dibandingkan buatan Indonesia (nilai RCA-nya lebih tinggi daripada RCA

Indonesia).

Alat-alat listrik juga merupakan produk ekspor unggulan Indonesia, dan juga mendapat persaingan ketat dari

negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data ekspor dari sejumlah negara ASEAN untuk periode 1996-2000,

indeks RCA untuk mesin-mesin listrik dari Indonesia di bawah 1, berarti tidak memiliki keunggulan komparatif atau

daya saingnya relatif rendah. Sedangkan produk yang sama dari Malaysia, Singapura dan Thailand di atas satu, berarti

daya saingnya di atas tingkat rata-rata dunia. Tingkat daya saing dari Filipina juga rendah, relatif sama dengan

Indonesia.

Cukup banyak studi mengenai perkembangan RCA Indonesia di pasar ekspor. Diantaranya dari dari Bank Dunia

yang dikutip oleh Tambunan (2000) mengenai perdagangan internasional dan perkembangan pola spesialisasi dalam

ekspor komoditi-komoditi tertentu dari negara-negara industri maju tergabung dalam OECD yang terdiri antara lain

dari AS, Kanada, Inggris, Jerman, Perancis dan Jepang, negara-negara industri baru (NICs) seperti Taiwan, Korea

Selatan, dan Singapura, negara-negara transisi (Eropa Timur), empat negara besar dari kelompok NSB, yakni Cina,

India, Brazil dan Indonesia, dan NSB lainnya. Dalam studi ini pola spesialisasi diukur dengan indeks RCA. Studi ini

menunjukkan bahwa pada awal dekade 90-an, tingkat daya saing ekspor komoditi pertanian Indonesia tinggi dengan

indeks RCA secara keseluruhan 50% lebih di atas 1 (Tabel 2). Penemuan ini mencerminkan bahwa Indonesia memiliki

keunggulan komparatif untuk produk-produk pertanian. Namun, jika dibandingkan dengan India, Brazil dan Cina yang

juga merupakan negara-negara agraris besar, atau dibandingkan dengan rata-rata NSB, derajat daya saing pertanian

Indonesia masih tergolong rendah.

Untuk pakaian jadi yang bahan baku utamanya (kapas) juga merupakan output dari sektor pertanian, tingkat daya

saing Indonesia jauh lebih baik, walaupun masih di bawah Brasil dan Cina. Sedangkan untuk barang-barang modal,

seperti mesin dan alat-alat transportasi yang kandungan teknologi dan SDM-nya jauh lebih tinggi dibandingkan dua

jenis produk sebelumnya, kedudukan Indonesia sangat buruk. Di dalam studi ini, Bank Dunia memperkirakan pada

tahun 2020, indeks RCA Indonesia untuk komoditi-komoditi pertanian dan mesin serta alat-alat transportasi akan

mengalami sedikit perbaikan, sedangkan untuk pakaian jadi mengalami penurunan.

Indeks RCA ini juga bisa digunakan untuk mengukur apakah Indonesia memproduksi dan mengekspor barang-

barang yang pasar luar negerinya sedang berkembang pesat (permintaan dunia meningkat) atau sedang mengalami

9

Page 10: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

stagnasi (permintaan dunia menurun). Salah satu studi yang ada mengenai in adalah dari Banerjee (2002), yang

menganalisa perubahan struktur keunggulan komparatif dari ekspor manufaktur dari 7 negara di Asia yakni Indonesia,

Cina, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Singapura dan Thailand. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa barang-

barang manufaktur buatan Indonesia yang pangsa pasar dunianya meningkat selama periode yang diteliti didominasi

oleh produk-produk berteknologi sederhana seperti tekstil, kulit, kayu dan karet; sedangkan Cina, sebagai suatu

perbandingan, semakin unggul di produk-produk seperti mesin-mesin elektronik, alat-alat komunikasi dan semi-

konduktor , atau Malaysi, Taiwan, Korea Selatan, Singapura dan Thailand antara lain dalam komputer (Tabel 3).

Tabel 2 Pola Spesialisasi berdasarkan indeks RCA untuk produk-produk tertentu dari Indonesia dan sejumlah negara lain, 1992-2020

Komoditi pertanian Pakaian Jadi Mesin & alat-alat transportasi Negara & Kelompok Negara 1992 2020 1992 2020 1992 2020

OECD NICs Cina India Brasil Indonesia Ekonomi transisi NSB-lainnya

0,85 0,27 1,55 1,73 2,07 1,69 1,14 1,87

1,12 0,49 0,22 0,74 2,20 1,70 1,29 1,19

0,35 1,40 5,61 3,88 0,29 2,69 1,65 1,96

0,07 0,10 4,33 1,67 0,09 2,63 0,17 1,45

1,21 1,22 0,48 0,21 0,61 0,13 0,45 0,30

1,04 1,00 1,48 1,13 1,02 0,43 0,75 0,80

Sumber: Bank Dunia, dikutip dari Tambunan (2000).

Tabel 3 Perubahan Struktur Keunggulan Komparatif dari Ekspor Manufaktur di 7 Negara Asia

Negara Pangsa Pasar Meningkat Pangsa Pasar Menurun Indonesia Cina Malaysia Taiwan Korea Selatan Singapura Thailand

Produk-produk dari karet, plastik, tekstil, kulit, kayu, dan gabus. Alat-alat komunikasi, semikonduktor, mesin listrik, produk-produk dari karet dan plastik. Komputer, dan produk-produk dari karet dan plastik Komputer, produk-produk dari logam, mesin-mesin listrik Kapal laut, komputer, mesin-mesin listrik Komputer Komputer, alat-alat komunikasi, semi-konduktor, produk-produk dari karet dan plastik

Produk-produk kimia Makanan, minuman, produk-produk dari batu dan tanah liat. Makanan, minuman, logam bukan besi. Produk-produk dari kayu dan gabus Produk-produk dari kimia, kayu dan gabus Logam bukan besi

Sumber: Banerjee (2002).

IV. Cina Sebagai Salah Satu Pesaing Besar Indonesia Pertanyaan ini tidak mengada-ngada, karena dalam satu tahun belakangan ini dampak dari munculnya Cina sebagai

sebuah negara kompetitor baru di dunia terhadap banyak negara lain, termasuk AS, Jepang dan UE menjadi suatu

pembicaraan publik yang hangat. Bahkan hal ini menjadi salah satu topik penting dalam majalah Times, terbitan

Desember 12, 2003: China emerged as a global trade power 10 years ago, when it knocked off Taiwan and South

Korea as the biggest exporter of sneakers to the U.S. Last year it surpassed Japan and Mexico as America’s biggest

single source of consumer electronics. That came at some cost to American jobs but at a big cost to countries that

compete directly with China, such as its Asian neighbors and Mexico. Along the way, China became a vital link in the

10

Page 11: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

global supply chain. Some Dell notebook computers from China are made by a Taiwan-owned company called

Compal using Taiwanese circuitry, a U.S.-made Intel chip and a screen from Korea. All those imported parts explain

why, despite a projected trade surplus with the U.S. of between $120 billion and $130 billion for this year, China’s

worldwide surplus will be a slim $15 billion. As America’s imports from China have risen, its imports from Taiwan,

Singapore and Japan have declined (hal.30).7

IV.1 Kinerja Ekspor

Tentu, pertanyaan di atas tersebut juga mempunyai arti yang sangat penting bagi Indonesia, karena hal ini sangat

terkait dengan prospek perkembangan ekspor Indonesia baik di pasar regional (misalnya ASEAN dan APEC) maupun

di pasar global. Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu dilihat terlebih dahulu kinerja ekspor dan perkembangan

tingkat daya saing Cina di dalam perdagangan dunia selama ini. Berdasarkan laporan dari UNCTAD tahun 2002,

Tabel 4 menyajikan data mengenai tiga hal penting yang berkaitan dengan posisi Cina di pasar dunia, yakni pangsa

pasar dunia menurut kelompok produk, struktur ekspor juga menurut kelompok barang, dan 10 produk ekspor

unggulan Cina. Data di tabel tersebut menunjukkan bahwa pangsa pasar dunia dari ekspor Cina mengalami suatu

peningkatan yang sangat pesat dari 1,6% tahun 1985 ke 6,1% tahun 2000. Sedangkan menurut tingkat teknologi,

pangsa pasar dunia dari produk-produk Cina berteknologi tinggi juga meningkat sangat pesat dari hanya 0,4% tahun

1985 ke 6% tahun 2000. Memang, selama ini struktur ekspor Cina mengalami suatu perubahan yang relatif cepat, yang

mana proporsi dari produk-produk berbasis teknologi tinggi seperti alat-alat telekomunikasi dan komputer (PCs) di

dalam nilai ekspor total Cina semakin besar.

Tabel 4 Kinerja Ekspor Cina di dalam Perdagangan Dunia, 1985-2000 (%) Produk 1985 1990 1995 2000

I. Pangsa pasar 1. Produk primer

2. Manufaktur berbasis SDA 3. Manufaktur tidak berbasis SDA

- Teknologi rendah - Teknologi menengah - teknologi tinggi

4. Lainnya II Struktur ekspor 1. Produk primer

1,6

2,4 1,1 1,5 4,5 0,4 0,4 0,7

100,0

35,0

2,8

2,6 1,3 3,4 9,1 1,4 1,4 0,7

100,0

14,6

4,8

2,5 2,1 6,1

15,5 2,6 3,6 1,4

100,0

7,0

6,1

2,3 2,7 7,8 18,7 3,6 6,0 1,8

100,0

4,7

7 Ada beberapa kasus yang disajikan oleh majalah Times terbitan ini yang menunjukkan bahwa banyak perusahaan di AS yang terpaksa mengurangi volume produksi mereka atau bahkan berhenti dan pindah ke luar negeri yang tingkat upah buruhnya jauh lebih murah karena masuknya produk-produk Cina ke negara tersebut dengan harga yang sangat murah. Misalnya sebuah perusahaan yang melakukan proses tahap akhir terhadap produk-produk logam (Dixie Industrial Finishing) di Atlanta terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerjanya dari 125 orang tiga tahun lalu ke 87 pekerja. Tahun 2000 omset dari perusahaan tercatat sebesar 8,5 miliar dollar AS, dan tahun 2003 turun menjadi 7 miliar dollar AS. Presiden dari perusahaan itu mengakui bahwa tindakan ini terpaksa diambil agar bisnisnya bisa bertahan dalam menghadapi produk impor dari Cina yang lebih murah. Kasus lainnya adalah yang dialami oleh perusahaan elektronik di Greenville, Tennessee (Five Rivers Electronics Innovations). Pada tahun 2000 omsetnya tercatat sebesar 360 juta dollar AS dan rata-rata per tahun memproduksi 800 ribu unit televisi dengan 1800 pekerja. Tahun 2003 omsetnya menurun menjadi 220 juta dollar AS, dan jumlah produksi baru 450 ribu unit dengan 1100 tenaga kerja. Satu kasus lagi adalah pengalaman dari perusahaan logam (die casting) di Minneapolis, Minnesota tahun ini terpaksa mengurangi jumlah pekerjanya sebanyak 150 dari 400 orang. Pada tahun 2000 omsetnya mencapai 50 juta dollar AS, dan tahun 2003 turun menjadi 45 juta dollar AS.

11

Page 12: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

2. Manufaktur berbasis SDA 3. Manufaktur tidak berbasis SDA

- teknologi rendah - teknologi menengah - teknologi tinggi

4. Lainnya III 10 Produk Ekspor Unggulan (SITC Rev.2) 894 Baby carriages, toys, games & sporting goods 851 Footwear 764 Telecommunications equipment 752 Automatic data processing machines, unit 845 Outer garments, knitted or crocheted 759 Parts & accessories of computers, dll. 843 Outer garments, women’s and girls’, textile fabrics 831 Travel goods (trunks, suitcases, dll.) 893 Articles n.e.s. of plastic materials 821 Furniture & parts thereof

13,6 50,0 39,7 7,7 2,6 1,4

14,2

2,5 1,2 0,4 -

3,6 0,1 3,8 1,8 0,3 0,5

8,2 76,2 53,6 15,4 7,3 0,8

30,2

7,3 4,6 1,9 0,3 4,4 0,3 5,5 3,6 1,4 0,8

7,4 84,6 53,5 16,9 14,2 1,0

38,5

8,4 7,2 3,5 1,6 4,1 1,8 4,8 3,6 2,3 1,3

6,9 87,1 47,6 17,3 22,4 1,1

41,5

8,5 5,5 4,9 4,1 3,9 3,6 3,5 2,8 2,3 2,3

Sumber: UNCTAD (2002).

Dengan pangsa 6,1% itu (lihat Tabel 4), Cina sebagai negara yang berpenduduk terbesar di dunia memposisikan

dirinya sebagai negara terbesar keempat yang menguasai perdagangan dunia. Negara yang berada di atas peringkat

Cina adalah AS, Jepang, dan Jerman (Gambar 1). Tetapi, dalam hal pertumbuhan pangsa ekspor, Cina unggul atas

negara-negara lain di dunia. Selama periode 1985-2000, pangsa ekspor Cina tumbuh sebesar 4,5%, disusul kemudian

oleh AS yang berada pada posisi kedua dengan laju pertumbuhan hanya 1,7%. Dari negara-negara ASEAN yang

masuk dalam kelompok 10 negara dengan pertumbuhan pangsa ekspor terbesar hanya Malaysia, Thailand dan

Singapura; sedangkan Indonesia tidak masuk. Pangsa pasar dunia untuk ekspor dari kedua negara tersebut selama

periode yang sama tercatat masing-masing 0,8%, 0,7% dan 1,5% (Gambar 2).

Gambar 1 Sepuluh (10) Negara di Dunia dengan Pangsa Pasar Ekspor Terbesar, 2000(%)

13.2

8.2 7.76.1

4.8 4.7 4.53.4 3.1 2.7

02468

101214

AS Jerman Jepang Cina Perancis Kanada Inggris Italia Belanda Taiwan

Sumber: UNCTAD (2002).

Selanjutnya, berdasarkan data dari Bank Dunia, Tabel 5 menunjukkan bahwa rasio ekspor-PDB Cina lebih rendah

daripada Indonesia, namun demikian pertumbuhannya lebih pesat, lebih dari 200% dibandingkan pertumbuhan rasio

Indonesia. Laju pertumbuhan nilai ekspor rata-rata per tahun dari Cina juga jauh lebih tinggi daripada Indonesia. Yang

paling menarik dari tabel ini adalah menyangkut nilai ekspor dari produk-produk manufaktur yang juga merupakan

andalan Cina di dalam perdagangan internasionalnya. Data yang ada menunjukkan bahwa nilai ekspor manufaktur dari

Cina jauh melewati nilai ekspor manufaktur dari Indonesia.

12

Page 13: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Gambar 2 Sepuluh (10) Negara di Dunia dengan Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor Terbesar, 2000(%)

4.5

1.71.1 1.05 0.8 0.7 0.7 0.6

1.5 1.4

0

1

2

3

4

5

Cina AS KoreaSelatan

Meksiko Malaysia Irlandia Thailand Taiwan Singapura Spanyol

Sumber: UNCTAD (2002).

Tabel 5 Kinerja Ekspor Barang dan Jasa Cina dan Indonesia: 1981-2001 Cina Indonesia Variabel*

1981 1991 2000 2001 1981 1991 2000 2001

Nilai Ekspor /PDB (%) Pertumbuhan rata-rata per tahun (%) Total Ekspor barang (fob)7)

-Makanan -Bahan Bakar -Manufaktur -Perkebunan

8,6 12,11)

22,0 2,9 8,3 11,8 tad

19,4 8,32)

71,8 7,2 4,8 55,7 tad

25,9 30,6 249,2 12,3 7,9 223,8 tad

25,8 5,0 266,2 12,8 8,4 239,8 Tad

25,3 6,93)

tad* tad tad tad

27,9 3,14)

33,8 8)

- 10,7 14,2 0,7

42,3 1,95)

57,4 9)

- 12,7 22,3 0,9

35,4 -1,26)

57,3 10)

- 11,6 19,3 1,2

Keterangan: * = tidak ada data; 1) 1981-91; 2) 1991-01; 3) 1982-92; 4) 1992-02; 5) 2001; 6) 2002; 7) miliar dollar AS; 8) 1992; 9) 2001; 10) 2002 Sumber: Bank Dunia (database)

Masih dari laporan UNCTAD (2002) tersebut, Cina masuk ke dalam kelompok 10 negara eksportir terbesar di

Asia (termasuk Australia), sedangkan Indonesia tidak masuk. Misalnya pada tahun 1999, dengan nilai ekspornya

mencapai 23,7 miliar dollar AS, Cina berada pada posisi ke empat, dengan pangsa pasar Asia-nya naik cukup

signifikan dari 4,4% tahun 1990 ke 9,0% tahun 1999. Pertumbuhan ekspornya juga tinggi, rata-rata per tahun 17%

selama dekade 90-an; walaupun tahun 1998 dan 1999 mengalami pertumbuhan negatif; tetapi itupun jauh lebih baik

jika dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya yang juga mengalami pertumbuhan ekspor yang negatif

selama periode yang sama. Selama periode 1985-2000, pangsa ekspor Cina terhadap total perdagangan dunia

meningkat 4,5%.

Khusus untuk ekspor barang, dengan data dari WTO, Gambar 3 menunjukkan keunggulan Cina atas Indonesia

dengan laju pertumbuhan nilai ekspornya rata-rata per tahun yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Tahun 2003,

diperkirakan nilai ekspor barang Cina akan tumbuh 10% dibandingkan Indonesia yang hanya sekitar 3%, dan untuk

tahun 2004 diprediksi akan lebih tinggi lagi yakni 12% dan Indonesia hanya 5,5%. Selanjutnya, data WTO

menunjukkan pertumbuhan rata-rata per tahun dari nilai dan volume ekspor barang Cina dibandingkan Indonesia

selama dekade 80-an dan 90-an dapat dilihat di Tabel 6. Sementara, berdasarkan laporan dari UNCTAD (2003), di

13

Page 14: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Tabel 7 dapat dilihat keunggulan Cina di dunia dalam laju pertumbuhan volume ekspor barang dan jasa untuk periode

2000-2001.

Gambar 3 Realisasi dan Prediksi Pertumbuhan Nilai Ekspor Barang Cina dan Indonesia, 1997-2004 (%)

6.8

20.9

0.5

6.1

1210

22.327.9

12.2

-10.5

1.7 5.531.1

-12.3

27.6

-15-10-505

1015202530

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

CinaIndonesia

Sumber: WTO Tabel 6 Rata-rata per Tahun Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Barang Cina dan Indonesia, 1980-90

dan 1990-00 (%) Volume Nilai

1980-90 1990-00 1980-90 1990-00 Cina Indonesia

13,7 8,1

10,6 8,2

12,8 -0,9

14,5 8,1

Sumber: WTO

Tabel 7 Laju Pertumbuhan Volume Ekspor, 2000-2002 (% dari tahun sebelumnya) Uraian 2000 2001 2002

Dunia Negara Maju -Jepang -AS -UE NSB -Afrika -Amerika Latin -Asia Barat -Asia Tenggara & Timur -Cina Negara-negara Transisi

10,8

9,2 9,0

11,3 10,0

13,9 2,6 9,7 9,7

15,4 25,8

13,0

-0,9

-1,2 -10,9 -5,9 2,1

-1,5 2,3 -0,1 3,2 -5,4 7,6

8,7

2,0

0,1 9,6 -3,6 0,0

5,8 2,6 0,7 -1,9 4,8

23,6

7,8 Sumber: UNCTAD (2003).

IV.2 Daya Saing dan Faktor-Faktor Penentu Utama Prestasi Cina ini didorong oleh semakin baiknya tingkat daya saing Cina di pasar global. Daya saing relatif Cina

dibandingkan Indonesia untuk sejumlah komoditi tertentu dapat dilihat di Tabel 8, yang dihitung berdasarkan data

yang ada dari Depperindag. Tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk sebagian besar dari produk-produk tersebut,

Cina cenderung lebih unggul daripada Indonesia; terutama untuk TPT dan mesin peralatan perkantoran, perbedaan

RCA antara Cina dan Indonesia cukup besar. Untuk sepatu dan sepeda motor dan sepeda lainnya, perbedaan RCA

antar kedua negara tersebut cenderung membesar. Keunggulan Indonesia atas Cina yang sangat signifikan hanya pada

produk-produk dari kayu seperti bubur kertas, kayu lapis dan barang-barang dari kayu. Hal ini menunjukkan bahwa

14

Page 15: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

keunggulan Indonesia masih pada produk-produk tradisional yang sangat tergantung pada SDA, tenaga kerja murah,

dan teknologi rendah hingga menengah.

Tabel 8 RCA Cina dan Indonesia untuk sejumlah Produk: 1996-2000 1996 1997 1998 1999 2000 Jenis Produk

Ind. Cina Ind Cina Ind Cina Ind Cina Ind Cina Bubur kertas (pulp) Pakaian jadi Minyak & lemak hewani Minyak nabati Pupuk buatan pabrik Plastik Barang-barang dari kulit Kayu lapis/tripleks Barang-barang dari kayu Kertas & karton TPT lainnya Produk logam tidak mulia Sepatu Sepeda motor & sepeda lainnya Komponen otomotif Mesin peralatan kantor

2,38 0,01 0,06 0,05 1,68 0,3

0,04 23,11 7,69 1,06 1,63 0,14 5,66 1,25 0,05 0,07

0,02 0,09 0,02 0,64 0,37 0,13 2,08 0,21 2,42 0,08 6,64 1,42 5,9 1,94 0,11 2,61

2,98 0,02 0,1 0,19 2,35 0,27 0,04

23,24 6,6 1,21 1,07 0,13 4,29 1,25 0,09 0,27

0,02 0,09 0,03 1,08 0,38 0,17 2,16 0,35 2,18 0,09 5,81 1,48 6,03 1,97 0,1 2,61

4,38 0,02 0,21 0,02 1,39 0,29 0,01 17,2 5,27 2,19 0,89 0,11 3,94 1,3 0,1

0,32

0,02 0,13 0,04 0,42 0,28 0,17 2,37 0,212,14 0,09 5,43 1,44 6,08 2,06 0,12 2,63

3,1 0,1 0,03 0,03 1,46 0,2 0,09

16,16 6,55 2,46 1,37 0,26 4,75 1,35 0,12 0,31

0,01 0,13 0,03 0,18 0,42 0,14 2,28 0,29 2,29 0,07 5,47 1,47 6,2 2,33 0,16 2,7

2,92 0,12 0,03 0,03 1,41 0,19 0,08

12,69 6,42 2,29 1,57 0,19 4,22 1,19 0,15 0,18

0,01 0,16 0,14 0,19 0,52 015 2,61 0,37 2,32 0,17 5,87 1,4 6,1

3,19 0,18 2,74

Sumber: Depperindag (database) dan UNIDO (database)

Peringkat Cina dibandingkan dengan Indonesia dalam daya saing internasional dapat juga diukur dengan

indikator-indikator statis, disebut Indeks yang Berlaku (CI), poin persentase dari perubahan dalam pangsa pasar dunia,

dan indikator-indikator dinamis, disebut Indeks Perubahan (IP). CI dihitung dari beberapa variabel seperti ekspor neto,

ekspor per kapita, pangsa pasar dunia, dan diversifikasi produk dan pasar. Sedangkan, IP adalah perubahan dalam

pangsa pasar dunia, cakupan ekspor/impor, diversifikasi produk dan pasar, dan korelasi dengan dinamika-dinamika

dari permintaan internasional. Hasil perhitungan dari dua indeks ini disajikan di Tabel 9. Dapat dilihat bahwa untuk

produk-produk yang tidak terlalu tergantung pada SDA tetapi lebih pada teknologi dan skill, Cina jauh lebih unggul

dibandingkan Indonesia. Bahkan dalam tekstil dan pakaian jadi yang merupakan salah satu produk unggulan ekspor

Indonesia, kinerja Cina di pasar dunia lebih baik daripada Indonesia. Dalam kata lain untuk produk-produk ini

Indonesia mendapat persaingan sangat ketat dari Cina (masalah persaingan Indonesia dengan Cina untuk tekstil dan

pakaian jadi di pasar dunia akan dibahas lebih lanjut lagi). Juga untuk produk-produk unggulan lainnya, Indonesia

mendapat persaingan ketat dari Cina, misalnya produk-produk dari kayu yang mana posisi Cina dalam perubahan di

pasar dunia berada pada peringkat ke dua sedangkan Indonesia di atas 100 dari 184 negara. Juga untuk produk-produk

dari kulit, Cina berada pada peringkat pertama (1), sedangkan Indonesia pada posisi ke sembilan (9).

Tabel 9 CI dan IP Indonesia (RI) dan Cina © untuk Beberapa Produk: 2001* CI Perubahan dalam pangsa pasar dunia Produk

RI C RI C Mineral Produk-produk kayu IT & elektronik konsumen Pakaian Bahan makanan tidak diolah Bahan-bahan kimia Tekstil Olahan lainnya Produk-produk dasar Makanan diolah Komponen listrik Produk-produk kulit

12(14)** 7(6)

18(19) 7(5)

28(25) 34(32) 12(11) 22(22) 27(41) 23(23) 16(17) 15(13)

50(51) 42(43) 4(10) 2(2)

44(20) 28(28) 11(12) 12(10) 33(16) 24(24) 22(23) 6(6)

137(73)*** 106(28)

6(6) 4(49)

163(90) 10(25) 3(7)

15(4) 5(7)

134(28) 11(7) 9(18)

131(75) 2(45) 1(41) 1(29) 4(103) 5(95) 1(6)

1(93) 1(49) 6(14) 1(23) 1(13)

15

Page 16: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Mesin non-listrik Alat angkutan

57(58) 40(41)

24(29) 30(11)

14(15) 32(41)

1(17) 5(22)

Keterangan: * = peringkat pertama (satu) berarti kinerjanya paling bagus diantara 184 negara ; ** = 2000; *** = CI Sumber: WTO. Basri (2003) membuat suatu studi yang menarik. Dengan menggunakan data dari UN COMTRADE Statistics

untuk periode 1985-2001, pertumbuhan ekspor dari Cina, Indonesia dan beberapa negara lainnya di dekomposisikan

ke tiga sumber, yakni faktor permintaan, faktor kompetitif dan faktor diversifikasi. Penelitiannya dibagi dalam dua

periode, yakni 1995-2001 dan 1985-2001. Hasilnya di Tabel 10 menunjukkan bahwa peningkatan ekspor Indonesia

selama periode 1995-2001 terutama lebih disebabkan oleh faktor permintaan, dan bukan daya saing; sedangkan kalau

dianalisis dari tahun 1985 hingga 2001, sumber utama pertumbuhan ekspor Indonesia adalah perbaikan daya saing,

namun jauh lebih rendah dibandingkan Cina. Sedangkan pertumbuhan ekspor Cina sebagian besar bersumber dari

tingkat daya saing yang tinggi.

Tabel 10. Dekomposisi dari Pertumbuhan Ekspor Menurut Sumber dari Sejumlah Negara Asia Tenggara dan Timur, 1985-2001 (juta dollar AS).

Pertumbuhan 1995-2001 Pertumbuhan 1985-2001 Negara Permintaan* Daya saing** Diversifikasi*** Permintaan Daya saing Diversifikasi

Cina Hongkong Indonesia Korea Selatan Malaysia Filipina Singapura Taiwan Thailand Vietnam Jepang UE (15) NAFTA

43059 12601 7164

21546 18280 4649

27809 27963 8907 520

103104 160661 116775

131306 -14747

5460 14179 3601

17574 -29677 -4814 5811 7640

-132464 -33740 -97125

271 -244 461

1 342 24

-734 117 414 -18

-791 -37

-5259

53155 72668 19129 74832 43462 22844 48574

112240 14857

403 506926 754854 516344

318560 -39096 20828 49337 43146 12843 15041 1096

44655 13310

-232044 -112113 -152427

200 -4700

333 363 795 -71 770

-251 232 -74

-15647 -12225 -9313

Keterangan: * = faktor permintaan mengisolasi efek-efek dari peningkatan atau penurunan dalam permintaan global untuk ekspor dari negara-negara lain. Faktor ini memperlihatkan peningkatan atau penurunan ekspor yang akan terjadi apabila tidak ada perubahan dalam pangsa pasar dari negara bersangkutan dari tahun 1985 atau 1995 sebagai periode basis; ** = faktor ini menunjukkan perubahan ekspor, melebihi atau kurang dari perubahan yang berkaitan dengan perubahan permintaan, yang disebabkan oleh perubahan dalam pangsa pasar ekspor dari negara bersangkutan. Setiap perbedaan; *** = setiap perbedaan antara perubahan dalam total ekspor dan jumlah dari faktor permintaan dan faktor daya saing adalah disebabkan oleh faktor diversifikasi. Sumber: Basri (2003) (data dari UN COMTRADE Statistics).

Selain indikator-indikator di atas, kuatnya tekanan persaingan dari Cina terhadap ekspor Indonesia dan negara-

negara Asia lainnya dapat juga dilihat dari semakin besarnya bagian dari total ekspor Cina dibandingkan Indonesia dan

negara-negara Asia lainnya tersebut ke tiga pasar besar di dunia, yaitu Jepang, AS dan Uni Eropa. Semakin besar porsi

dari total ekspor dari suatu negara ke tiga pasar tersebut, berarti semakin tinggi daya saing dari produk-produk ekspor

dari negara tersebut di dunia, karena ketiga negara tersebut merupakan pasar paling penting di dunia, sehingga dapat

dikatakan sebagai barometer perekonomian dan perdagangan dunia. Data yang ada menunjukkan bahwa selama

dekade 90an, porsi dari total ekspor Indonesia ke pasar Jepang mengalami suatu penurunan yang drastis, sementara

dari Cina mengalami suatu peningkatan, walaupun persentase pertumbuhannya kecil. Cina juga cenderung lebih kuat

dibandingkan Indonesia di pasar AS. Pada awalnya pangsa Cina jauh lebih kecil daripada Indonesia, namun selama 10

tahun tersebut pangsa Cina mengalami suatu kenaikan lebih dari 100%, sedangkan kenaikan pangsa Indonesia sangat

kecil. Demikian juga di pasar UE, awalnya Indonesia unggul, namun pada akhirnya Cina melampaui Indonesia (Tabel

11).

16

Page 17: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Tabel 11 Pangsa Ekspor Barang dari Cina, Indonesia dan Beberapa Negara Asia lainnya

di tiga pasar besar: Jepang, AS dan UE (% dari total ekspor) Jepang AS Uni Eropa Ke

Dari 1990 2001 1990 2001 1990 2001 Cina Hong Kong Korea Selatan Thailand Vietnam Indonesia Malaysia Filipina Singapura

14,7 5,7 18,6 17,2 13,5 42,5 15,3 19,8 8,8

16,9 5,9 11,0 15,3 17,5 20,9 13,3 15,7 7,7

8,5 24,1 28,6 22,7 0,0 13,1 16,9 37,9 21,3

20,4 22,5 20,9 20,3 7,6 15,3 20,2 28,0 15,4

10,0 18,5 14,8 22,7 6,8 12,0 15,4 18,5 15,0

15,4 14,5 13,1 16,1 26,8 13,8 13,6 19,3 13,4

Sumber: Bank Dunia (database)

Khusus untuk pasar AS, Tabel 12 memperlihatkan perkembangan impor AS dari Cina dan negara-negara pesaing

lainnya dari Asia untuk ekspor barang selama periode 1987-2001. Pada tahun awal dari periode tersebut, pangsa pasar

AS dari Cina masih lebih kecil dibandingkan dengan porsi dari negara-negara lainnya tersebut. Namun pada tahun-

tahun berikutnya, Cina mulai mengalahkan negara-negara pesaingnya, dan pada tahun 2001 Cina sudah menguasai

sekitar 10,4% dari impor AS, sedikit di bawah Jepang yang tercatat sekitar 10,6%; sedangkan ASEAN dan Korea

Selatan lebih rendah, yakni masin-masing 6,4% dan 3,1%.

Tabel 12 Pangsa Pasar AS dari Cina dan Beberapa Negara Asia Lainnya (% dari total impor AS) Tahun Total Asia Timur Cina ASEAN Korea Selatan Jepang

1987 1990 1995 1997 1999 2001

39,0 36,9 39,6 36,8 35,7 33,4

3,9 5,0 7,5 8,4 9,0

10,5

4,2 5,5 8,3 8,1 7,4 6,4

4,1 3,7 3,3 2,7 3,0 3,1

20,6 18,1 16,6 14,0 12,8 10,6

Sumber: dari Tabel 2 di Quang (2003).

Banyak faktor yang membuat Cina semakin jauh lebih unggul dari Indonesia dan banyak negara lainnya di arena

perdagangan internasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Diantaranya adalah tingkat produktivitas tenaga

kerjanya yang lebih tinggi dan upah per pekerja yang lebih rendah daripada di Indonesia. Tabel 13 menyajikan hasil

proyeksi dari van der Mensbrugghe (1998) mengenai posisi keunggulan komparatif dari Cina dan Indonesia

berdasarkan pertumbuhan rasio output-tenaga kerja sebelum krisis ekonomi 1997, dengan menggunakan model

proyeksi LINKAGE. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di Cina diprediksi lebih tinggi daripada di Indonesia.

Tabel 13 Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja di Cina dan Indonesia, 2000-2020 Periode Indonesia Cina

2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 1995-2020

5,2 5,4 5,2 5,5 5,3

6,7 7,2 6,6 7,2 7,2

Sumber: van der Mensbrugghe (1998).

Keunggulan Cina atas Indonesia (dan banyak negara lain) dalam produktivitas tenaga kerja menjadi tambah kuat

lagi karena didukung oleh keunggulannya dalam tingkat upah per pekerja. Data dari UNIDO menunjukkan bahwa

rata-rata upah per pekerja per tahun (dalam dollar AS) di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan di Cina (dan

17

Page 18: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Vietnam sebagai pesaing baru Indonesia setelah Cina); terkecuali pada tahun 1998 karena merosotnya nilai tukar

rupiah terhadap dollar AS (Gambar 4). Gabungan dari kedua faktor keunggulan ini membuat suatu tekanan yang kuat

terhadap harga dari produk-produk ekspor Cina, sehingga Cina akan semakin unggul dalam persaingan harga.

Gambar 4 Rata-rata Upah per Pekerja per Tahun di Indonesia, Cina dan Vietnam, 1994-1998

0

200

400

600

800

1000

1994 1995 1996 1997 1998

VietnamCinaIndonesia

Sumber: UNIDO & MPL (1999). Secara keseluruhan, dengan semakin baiknya SDM (tidak hanya teknisi tetapi juga keterampilan dalam

manajemen) dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, yang semua ini mendorong peningkatan produktivitas

dan penurunan struktur biaya produksi, ditambah lagi dengan bergabungnya Cina dengan WTO, dapat diprediksi

bahwa di tahun-tahun mendatang tren pertumbuhan dari pangsa Cina di pasar dunia akan berlangsung terus dengan

laju kecepatan yang semakin tinggi. Jika memang prediksi tersebut menjadi suatu kenyataan, tidak mustahil produk-

produk ekspor Indonesia akan tergusur dari pasar di Jepang, AS dan UE, atau bahkan di dunia.

IV.3 Diversifikasi Ekspor

Keunggulan Cina atas Indonesia juga dicerminkan oleh tingkat diversifikasi produk ekspor Cina yang jauh lebih

tinggi dibandingkan Indonesia, mulai dari berbagai macam produk makanan hingga alat-alat elektronik dan otomotif.

Misalnya, pada pertengahan dekade 90-an, komoditi ekspor Cina yang memiliki saham pasar dunia yang cukup besar

adalah tekstil, alas kaki, elektronik dan utilitas. Saham pasar dunia dari produk-produk ini diprediksi akan naik pesat

pada tahun-tahun mendatang, sebagai konsukwensi dari masuknya Cina ke WTO. Kenaikan saham dari produk-

produk tersebut bisa menjadi suatu tanda adanya ancaman serius atau tantangan berat bagi ekspor Indonesia untuk

produk-produk yang sama.

Tabel 14 menyajikan data mengenai pertumbuhan nilai ekspor Indonesia dan Cina menurut beberapa komoditas

utama ke AS selama periode 1998-2002.Dapat dilihat jelas bahwa desakan Cina di pasar tradisional ini terhadap

ekspor Indonesia semakin kuat. Misalnya untuk ikan dan olahannya, pertumbuhan total ekspor dari Cina ke AS selama

periode tersebut sangat tinggi, yakni 167,5% dibandingkan Indonesia yang hanya 29,3%. Yang paling parah lagi

adalah kayu lapis: pertumbuhan ekspor Indonesia negatif, sementara dari Cina tumbuh positif di atas 300%! Hal ini

bisa mengancam kelangsungan ekspor kayu lapis Indonesia ke pasar AS. Juga, Cina sangat unggul atas Indonesia

untuk memasok kebutuhan TV dan perlengkapannya di AS, yang laju total pertumbuhan ekspornya mencapai di atas

500%, dibandingkan Indonesia yang hanya sekitar 44%.

18

Page 19: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Tabel 14 Beberapa Komoditas Impor AS dari Indonesia dan Cina, 1998 dan 2002 (juta dollar AS) Indonesia Cina Komoditas

1998 2002 %* 1998 2002 %* Total Ikan & olahannya Kayu lapis/tripleks Perabotan rumah tangga Alat listrik Semikonduktor Alat telekomunikasi TV & perlengkapannya Pakaian berbahan kapas Tekstil nonkayu & nonkapas Alas kaki Perlengkapan camping Mainan & alat olah raga Kelengkapan stereo

9.340,6

306,3 293,2 352,3 112,5 225,2 138,7 521,4 835,5 788,8 334,1 548,5 154,8 250,7

9.643,6

395,9 213,3 554,8 223,0 153,5 65,1

748,8 912,1

1.108,9 231,7 637,6 167,8 171,1

3,2

29,3 -27,3 57,5 98,2 -31,8 -53,1 43,6 9,2

40,6 -30,5 16,2 8,4

-31,8

71.168,7

323,6 22,7

2.114,7 1.950,9

487,0 996,8 685,3

1.856,0 4.557,4 5.952,6 2.436,1

10.607,0 4.653,2

125.167,9

865,6 109,0

6.314,5 3.116,5

729,4 2.811,5 4.283,1 2.810,1 6.372,5 7.444,6 3.315,9

14.842,8 4.438,2

75,9

67,5 380,2 198,6 59,8 49,8 182,1 525,0 51,4 39,8 25,1 36,1 39,9 -4,6

Keterangan: * = pertumbuhan 1998-2002 Sumber: Lubis (2003) (data diolah dari Foreign Trade Statistics, Department of Commerce, US).

Persaingan ketat dari Cina terhadap Indonesia salah satunya adalah dalam perdagangan produk-produk elektronik,

mulai dari elektronik konsumen hingga alat-alat telekomunikasi, mesin dan peralatan kantor. Hingga saat ini Cina

sudah memproduksi seperempat dari kebutuhan dunia untuk televisi dan mesin cuci dan setengah dari permintaan

pasar dunia untuk kamera dan mesin foto copy. Saat ini Cina juga merupakan negara pembuat perangkat televisi

terbesar dunia dengan nilai ekspor mencapai sekitar 18,8 juta yuan (sekitar 2 miliar dollar AS). Salah satu perusahaan

Cina terbesar, TCL International Holdings, telah menandatangani kesepakatan dengan Thomson dari Perancis yang

memberikan hak bagi perusahaan Cina tersebut memasarkan televisi buatan Cina di bawah label RCA. Ekspansi

televisi buatan Cina ke pasar dunia, termasuk AS, yang dalam beberapa tahun belakangan ini semakin gencar sampai

memaksa Departemen Perdagangan AS pada bulan November 2003 mengumumkan rencana pengenaan kenaikan tarif

atas impor perangkat televisi dari Cina sebesar 28% hingga 46%.

. Dilihat dari perkembangan ekspor Cina selama ini, porsi dari ekspor produk-produk elektronik mengalami suatu

peningkatan yang sangat signifikan. Data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 1987 nilai ekspor elektronik baru

sekitar 2,5% dari total ekspor Cina, dan setiap tahun naik terus hingga mencapai hampir 20% pada tahun 2001. Jika

tren pertumbuhan ekspor ini dipakai sebagai dasar untuk membuat prediksi ke depan, dapat dipastikan bahwa

persentase dari produk-produk elektronik di dalam total ekspor Cina akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.

Menurut data Depperindag, selama periode Januari-Maret 2002, total nilai ekspor produk-produk elektronik

konsumsi dari Indonesia mencapai 543,8 juta dollar AS; turun dibandingkan tahun 1997 yang mencapai 1,5 miliar

dollar AS. Pasar terbesar untuk produk-produk elektronik konsumsi Indonesia adalah AS dan Jepang, disusul

kemudian oleh Singapura dan sejumlah negara di Eropa. Sedangkan total nilai ekspor produk-produk elektronika

untuk keperluan bisnis/industri dari Indonesia untuk jangka waktu yang sama mencapai 321,7 juta dollar AS; juga

lebih kecil dibandingkan tahun 1997 sebanyak 688 juta dollar AS, dengan komposisi negara-negara pengimpor besar

yang sama. Namun dibandingkan Cina dan negara-negara Asia lainnya yang juga mengekspor produk-produk

elektronik, Indonesia termasuk negara kecil. Seperti yang ditunjukkan di Tabel 15, nilai ekspor dari China hampir 11

kali lebih besar dibandingkan nilai ekspor dari Indonesia untuk barang-barang elektronik. Fakta ini memberi kesan

19

Page 20: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

bahwa daya saing ekspor Indonesia untuk produk-produk tersebut masih lebih rendah daripada Cina (dan negara-

negara Asia lainnya di Tabel 15).

Tabel 15 Beberapa Negara Pengekspor Produk Elektronika di Asia, 2001 Negara Ekspor Total (juta dollar AS) Rasio terhadap Ekspor Indonesia

Malaysia Filipina

Singapura Cina

63,372 34,448 88,642 76,247

8,99 4,89

12,58 10,82

Sumber: Depperindag

AS, Jepang dan UE merupakan tiga pasar penting bagi ekspor elektronik Cina selama ini. Dalam memasok ketiga

pasar ini, Cina bersaing ketat dengan 5 negara eksportir lainnya dari Asia, yakni Korea Selatan, Malaysia, Singapura,

Hong kong dan Taiwan. Data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2000, dari total ekspor elektronik Cina, sekitar

21,5%-nya disuplai ke tiga pasar tersebut. Memang, porsi ini masih rendah jika dibandingkan dengan ke 5 negara

tersebut, terkecuali Hong Kong. Namun demikian, ekspor produk-produk elektronik Cina ke AS, Jepang dan UE dapat

dipastikan akan meningkat pesat, terutama sejak Cina bergabung dengan WTO.

Persaingan ketat antara Indonesia dan Cina juga terjadi dalam ekspor tekstil dan produk-produknya (TPT),

terutama dalam memasok ke pasar AS. Data Depperindag menyebutkan, nilai ekspor TPT Cina ke AS tahun 2002

sebesar 8,74 miliar dollar AS. Nilai ekspor itu naik 33,78% dibandingkan tahun 2001 yang tumbuh sebesar 6,53 miliar

dollar AS. Sedangkan nilai ekspor TPT Indonesia ke AS tahun 2002 justru mengalami penurunan sekitar 8,78%

dibandingkan nilai ekspornya tahun 2001. Nilai ekspor TPT Indonesia ke AS tahun 2002 tercatat 2,23 miliar dollar

AS, dan pada tahun 2001 sebesar 2,55 miliar dollar AS. Untuk periode Januari-September 2003, nilai ekspor TPT Cina

ke pasar AS sudah mencapai 8,3 miliar dollar AS, sedangkan nilai ekspor TPT Indonesia ke pasar dan untuk periode

yang sama hanya 1,7 miliar dollar AS (Gambar 5). Perbedaan yang besar ini membuat Indonesia semakin sulit

merebut posisi Cina sebagai negara pengekspor terbesar TPT ke AS. Nilai ekspor Cina pada periode 2003 tersebut

lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2002, dan bahkan lebih besar dari nilai ekspornya selama

setahun pada tahun 2001 dan sebelumnya.

Gambar 5 Nilai ekspor TPT Cina dan Beberapa Negara Asia lainnya ke AS, Januari-September 2003 (miliar dollar AS).

8.3

2

1.7

1.5

1.4

1.1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cina

Vietnam

Indonesia

Kamboja

Thailand

Sri Lanka

Sumber: WTO

20

Page 21: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Selanjutnya, Tabel 16 menyajikan beberapa indeks yang dapat digunakan untuk membandingkan tingkat daya

saing Indonesia dan Cina dalam ekspor pakaian jadi dan asesorisnya, dan tekstil dari serat/serabut, tekstil pabrik, dan

tekstil khusus. Untuk pakaian jadi dan asesorisnya, dilihat dari tren pertumbuhan dan perubahan ekspor, kinerja

Indonesia lebih baik dibandingkan Cina; tetapi dilihat dari nilai ekspornya, pangsa di dalam ekspor nasional, dan

indeks-indeks berlaku, ada kesan bahwa daya saing Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan Cina. Sedangkan untuk

beberapa indeks perubahan, Indonesia lebih unggul daripada Cina. Namun secara keseluruhan, kesimpulan yang bisa

diambil dari tabel ini berdasarkan nilai gabungan dari indeks berlaku dan indeks perubahan adalah bahwa daya saing

Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan Cina dalam ekspor pakaian jadi dan asesorisnya.

Tabel 16 Daya Saing dan Peringkat Dunia Indonesia dan Cina dalam Ekspor Pakaian Jadi dan Asesoriesnya

Indonesia Cina Indikator Nilai Peringkat Nilai Peringkat

Profil Umum 2001

1. Nilai ekspor (000 dollar AS) 2. Tren dari ekspor (1997-2001) per tahun 3. Pangsa di dalam ekspor nasional 4. Perubahan ekspor rata-rata per tahun

4.286.886 17,6% 7,8%

11,8%

9 7

35.694.621 7,6%

13,6% 2,9%

33

28 Posisi tahun 2001 (indeks berlaku)

5. Nilai dari ekspor neto (000 dollar AS) 6. Ekspor per kapita (dollar AS per penduduk) 7. Pangsa di pasar dunia 8. Diversifikasi Produk (jumlah dari jenis produk) 9. Penyebaran produk (konsentrasi)

4.222.329 20,21 2,4%

43

6 51 12 7 7

34.079.786 27,94

19,8% 53

1 49 1 3 1

Perubahan 1997-2001 (indeks perubahan)

10. % perubahan dari pangsa dunia per tahun, bersumber dari -efek kompetitif per tahun -spesialisasi geografi awal per tahun -penyesuaian per tahun

11. Tren dari cakupan impor oleh ekspor 12. Penyesuaian dengan dinamika dari permintaan dunia 13. Perubahan dalam diversifikasi produk (jumlah dari

jenis produk) 14. Perubahan dalam konsentrasi produk

9,3%

6,9% 2,4% -0,1% 15,0%

10 13 21 8

55

18 18

1,5%

2,2% -2,3% 1,2% 0,8%

23 57 7

31 11

42 44

Indeks Komposisi

Indeks Berlaku Indeks Perubahan

6 20

2 16

Sumber: WTO (TradeMap).

Untuk tekstil dari serat, pabrik dan produk khusus, untuk sejumlah indikator, posisi Indonesia lebih baik

dibandingkan Cina. Tetapi, untuk dua indikator lain, yakni nilai ekspor dan pangsa pasar dunia, kinerja ekspor Cina

jauh lebih bagus daripada Indonesia. Nilai ekspor Cina tercatat mencapai 13 miliar dollar AS lebih sedangkan

Indonesia hanya sekitar 3 miliar dollar AS, dan produk Indonesia hanya menguasai sekitar 2%, sedangkan Cina 10%

lebih dari pasar dunia. Hal ini membuat Cina berada pada posisi terdepan di dunia, sedangkan Indonesia pada

peringkat 13. Posisi Indonesia juga lemah dalam hal diversifikasi produk. Produk yang dihasilkan Cina untuk kategori

tekstil ini juga jauh lebih bervariasi dibandingkan produk buatan Indonesia. Juga, untuk penyebaran produk, Cina lebih

baik dibandingkan Indonesia. Untuk itu, pada tingkat internasional, Cina berada pada peringkat 5, sedangkan

Indonesia 18. Tetapi, dilihat dari perubahannya, kinerja Indonesia relatif lebih baik dibandingkan Cina. Secara

keseluruhan, seperti yang ditunjukkan oleh perbedaan dalam indeks komposisi, Indonesia relatif lebih kuat daripada

Cina dalam ekspor produk tekstil dari kategori ini.

21

Page 22: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Berikut, Tabel 17 menunjukkan bahwa impor Jepang untuk pakaian jadi yang dirajut dari serabut/serat di dominasi

oleh produk dari Cina. Tahun 1996 porsi dari negara panda ini di pasar Jepang tercatat sekitar 59% dan meningkat

tajam menjadi lebih dari 80% pada tahun 2001. Sedangkan, ekspor produk yang sama dari negara-negara ASEAN ke

Jepang mengalami penurunan dengan derajat yang bervariasi menurut negara anggota selama periode yang sama. Porsi

Indonesia sendiri sangat rendah, yakni hanya 1,5% tahun 1996 dan turun menjadi di bawah 1% tahun 2001.

Tabel 17 Pangsa dari ASEAN dan Cina di Pasar Jepang untuk Pakaian Jadi yang dirajut dari serabut, 1996 dan 2001 (% dari total impor Jepang)

Negara 1996 2001 Cina Vietnam Thailand Indonesia Filipina Malaysia

59,1 3,5 1,8 1,5 0,6 0,5

80,4 2,5 1,7 0,8 0,3 0,2

Sumber: Morgan Stanley Research

Dengan tetap lebih unggul dalam produktivitas tenaga kerja dikombinasikan dengan tingkat upah per pekerja yang

relatif lebih rendah, dan didorong oleh pengembangan teknologi yang pesat serta dukungan sepenuhnya dari

pemerintahnya, dapat dipastikan TPT (dan produk-produk ekspor lainnya) Cina akan semakin menggeser produk-

produk yang sama buatan Indonesia di pasar ekspor, bahkan di pasar tradisional seperti AS, Jepang dan UE.

Diversifikasi produk juga bisa dilihat menurut kandungan teknologi. Laporan dari UNCTAD tahun 2000

menyajikan peringkat dari 20 besar negara-negara di dunia dengan laju pertumbuhan ekspor manufaktur paling tinggi

menurut intensitas pemakaian jenis teknologi. Ternyata, untuk semua kategori teknologi, yakni teknologi rendah (LT),

teknologi menengah (MT) dan teknologi tinggi (HT), Cina unggul atas negara-negara lain di dunia, termasuk negara-

negara industri maju seperti AS, Jerman, Inggris, dan lainnya. Laporan UNCTAD tersebut juga membuat peringkat

menurut barang-barang berbasis SDA dan tidak, dan yang terakhir ini termasuk barang-barang berbasis teknologi.

Tabel 18 menyajikan hanya peringkat dari negara-negara Asia, termasuk Cina, yang masuk di dalam kelompok 20

besar tersebut.

Tabel 18 Peringkat (P) dari 20 Besar Negara-negara di Asia dengan Laju Pertumbuhan Pangsa Pasar Terbesar Menurut Kategori Teknologi, 1985-2000

Berbasis Teknologi P* Semua kategori

P Berbasis SDA

P Berbasis non-SDA P HT P MT P LT

1 3 5 7 8 9 11 13 14

Cina Korea S. Malaysia Thailand Taiwan Singapura Filipina Vietnam India

3 4 5 7 8

10 16

Cina Korea S. India Thailand Indonesia Jepang Hongkong

1 3 5 6 7 8 9 10 16 18 20

Cina Malaysia Thailand Korea S. Singapura Filipina Indonesia Taiwan India Vietnam Bangladesh

1 2 3 4 5 7 8 12

Cina Malaysia Taiwan Korea S. Singapura Filipina Thailand Indonesia

1 4 6 7 8 10 14 17

Cina Korea S. Taiwan Malaysia Thailand Indonesia Singapura INdia

1 4 5 6 9

11 12 15 17

Cina Indonesia Thailand Malaysia India Vietnam Bangladesh Pakistan Sri Lanka

Keterangan: * = peringkat dalam 20 besar. Sumber: UNCTAD (2002)

22

Page 23: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

V. Ringtangan-rintangan Utama Peningkatan Daya Daing di Indonesia

Kemampuan Indonesia untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya ditentukan oleh suatu

kombinasi dari sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki masing-masing perusahaan di dalam negeri atas

pesaing-pesaingnya dari negara-negara lain. Dalam konteks ekonomi/perdagangan internasional pengertian daripada

keunggulan relatif dapat didekati dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Suatu negara memiliki

keunggulan bisa secara alami (natural advantages) atau yang dikembangkan (acquired advantages). Keunggulan alami

yang dimiliki Indonesia adalah jumlah tenaga kerja, khususnya dari golongan berpendidikan rendah dan bahan baku yang

berlimpah. Kondisi ini membuat upah tenaga kerja dan harga bahan baku di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan di

negara-negara lain yang penduduknya sedikit dan miskin SDA. Keunggulan alamih ini sangat mendukung perkembangan

ekspor komoditas-komoditas primer Indonesia seperti minyak dan pertanian dan sebagian besar ekspor manufaktur

khususnya yang padat karya dan berbasis SDA (seperti produk-prduk dari kulit, bambu, kayu dan rotan) hingga saat ini.

Sedangkan yang dimaksud dengan keunggulan yang dikembangkan adalah misalnya tenaga kerja yang walaupun

jumlahnya seidkit memiliki pendidikan atau keterampilan yang tinggi dan penguasaan teknologi sehingga mampu

membuat bahan baku sintesis yang kualitasnya lebih baik daripada bahan baku asli, atau berproduksi secara lebih efisien

dibandingkan negara lain yang kaya SDA.

Inti daripada paradigma keunggulan kompetitif adalah bahwa keunggulan suatu negara atau industri di dalam

persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif yang dimilikinya, yang diperkuat dengan proteksi

atau bantuan dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya. Faktor-faktor keungggulan

kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan/pengusaha nasional dan Brebes pada khususnya untuk dapat

unggul dalam persaingan di pasar dunia adalah diantaranya yang paling penting:

1) Penguasaan teknologi dan know-how;

2) SDM (pekerja, manajer, insinyur, saintis) dengan kualitas tinggi, dan memiliki etos kerja, kreativitas dan motivasi

yang tinggi, dan inovatif;

3) Tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi dalam proses produksi;

4) Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan;

5) Promosi yang luas dan agresif;

6) Sistem manajemen dan struktur organisasi yang baik;

7) Pelayanan teknikel maupun non-teknikel yang baik (service after sale);

8) Adanya skala ekonomis dalam proses produksi;

9) Modal dan sarana serta prasarana lainnya yang cukup;

10) Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama di luar negeri yang baik;

11) proses produksi yang dilakukan dengan sistem just in time;

12) tingkat entrepreneurship yang tinggi, yakni seorang pengusaha yang sangat inovatif, inventif, kreatif dan memiliki visi

yang luas mengenai produknya dan lingkungan sekitar usahanya (ekonomi, sosial, politik, dll.), dan bagaimana cara

yang tepat (efisien dan efektif) dalam menghadapi persaingan yang ketat di pasar global.

23

Page 24: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

13) Pemerintahan yang solid dan bersih, serta sistem pemerintahan transparan dan efisien.

Secara teoritis (hipotesis), faktor-faktor yang diduga punya pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap

kinerja ekspor Indonesia dapat dibedakan antara faktor-faktor dari sisi permintaan dan faktor-faktor dari sisi

penawarannya. Dari sisi permintaan pasar adalah terutama pendapatan dan selera masyarakat dunia (atau negara tujuan

ekspor), yang merupakan dua faktor eksternal yang tidak dapat dipengaruhi oleh pengusaha itu sendiri (negara eksportir),

Sedangkan dari sisi penawaran, sebagian adalah faktor-faktor yang hingga tingkat tertentu dapat dipengaruhi oleh

pengusaha bersangkutan seperti dalam hal peningkatan SDM, penyediaan modal, dan penguasaan atau pengembangan

teknologi.8

VI. Tantangan dan Ancaman bagi Pengusaha Brebes

Pada prinsipnya, setiap perubahan dalam semua aspek kehidupan, termasuk perubahan dalam pengertian proses

globalisasi ekonomi dunia (termasuk di dalamnya liberalisasi perdagangan) yang sedang berlangsung saat ini

dan akan terus berlangsung dalam kecepatan yang semakin tinggi, akan muncul tantangan dan ancaman. Jika

tantangan bisa dihadapi dengan baik, maka tantangan tersebut berubah menjadi peluang; sebaliknya jika

tantangan tersebut tidak bisa dihadapi dengan baik, maka akan muncul ancaman.

Tantangan yang dihadapi semua pelaku ekonomi atau pengusaha nasional pada umumnya dan pengusaha

Brebes pada khususnya adalah menghadapi atau menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi yang

berkaitan dengan proses globalisasi ekonomi dunia. Paling tidak ada 4 perubahan utama yang pasti (bahkan

sedang) terjadi akibat globalisasi dan dan masing-masing tantangannya, yakni:

1. Perubahan selera pembeli di dalam maupun di luar negeri antara lain akibat peningkatan pendapatan.

Tantangannya: mampukah pengusaha nasional mengikuti atau menyesuikan diri terhadap perubahan

tersebut dengan laju yang lebih cepat dari pesaing lainnya, misalnya membuat produk baru,

menyediakan pelayanan yang lebih baik, menyempurnakan atau memodifikasi produk yang sudah ada,

merubah sistem distribusi yang lebih efisien atau sistem promosi yang lebih efektif dan agresif, dst.nya

2. Kemajuan teknologi, misalnya teknologi nano dalam bidang kimia, fisika, elektronika, bioteknologi, medis,

mechanical engineering, dan penemuan material-material baru dalam skala/ukuran nano (1 nano meter =

1/1000,000,000 meter atau 1/50,000 tebal rambut) yang dapat digunakan untuk produksi sebagai hasil dari

kemajuan/penemuan teknologi nano tersebut seperti bahan baku-bahan baku sintetik dari hasil manipulasi dari

8 Baik di sisi permintaan maupun di sisi penawaran, tidak semua faktor-faktor tersebut merupakan variabel-variabel bebas, melainkan terdapat sejumlah interdependent variables, yakni saling mempengaruhi satu sama lainnya. Bahkan saling mempengaruhi antar variabel tidak hanya terjadi di dalam kelompok masing-masing, tetapi juga lintas kelompok. Misalnya, dari sisi permintaan, kebijakan WTO mengenai lingkungan yang dikaitkan dengan perdagangan dunia (misalnya dalam konteks ISO) membuat teknologi dan SDM menjadi dua faktor produksi dari sisi penawaran yang sangat penting. Dalam perkataan lain, apabila perusahaan-perusahaan Indonesia tidak bisa memenuhi ketetapan-ketetapan yang terkandung di dalam, misalnya ISO 14000 karena kekurangan teknologi dan SDM, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam pemasaran produk-produknya di pasar global.

24

Page 25: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

interaction antar atom atau molekul, atau akibat perubahan struktur molekul dengan komposisi penggabungan

atom yang berbeda yang menimbulkan sifat/fungsi/manfaat yang berbeda. Misalnya, bahan tekstil yang tahan

bocor dan tahan kotor (ultra thin molecular coating), logam tahan gores dan abrasi, atau saringan yang dibuat

dengan molekul zeolite yang memiliki lubang-lubang dan saluran-saluran dalam ukuran nano yang sangat berguna

bagi petroleum refinery dan oxygen separation dari udara.

Tantangan: siapkah pengusaha nasional mengikuti perubahan terknologi dan penemuan material-material baru

tersebut dalam bentuk inovasi produk atau proses produksi atau melakukan inventif (memunculkan produk yang

betul-betuk baru).

3. Munculnya pesaing baru baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor antara lain akibat penerapan

liberalisasi perdagangan.

Tantangan: mampukah pengusaha nasional bersaing dengan pesaing baru dalam segala front.

4. Munculnya peraturan-peraturan baru misalnya dalam konteks WTO, ASEAN (AFTA) atau APEC yang

sebenarnya merupakan rintangan-rintangan baru yang bukan tarif (non-tarif barriers) seperti persyaratan-

persyaratan yang semakin ketat dalam ekspor udang dan lainnya yang dikaitkan dengan standarisasi internasional

(seperti ISO), keselamatan konsumen, HAM (termasuk hak buruh), keselamatan kerja, pelestarian lingkungan,

kebijakan anti-dumping, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan anti-terorisme, dll.

Tantangan: mampukah pengusaha nasional memenuhi semua persyaratan tersebut.

Seperti telah dikatakan di atas, jika tantangan-tantangan tersebut tidak dapat dihadapi dengan baik karena tidak ada

kesiapan, maka tantangan-tantangan tersebut akan berubah menjadi ancaman, yakni pangsa pasar di dalam maupun di luar

negeri menurun atau bahkan tergeser sepenuhnya dari pasar. Satu contoh yang konkrit: sejak beberapa tahun belakangan

ini, produk-produk dari Cina semakin menguasai pasar Indonesia, dan ini menjadi ancaman serius bagi produk-produk

yang sama buatan pengusaha nasional. Juga di pasar ekspor, misalnya TPT di AS, di mana ekspor TPT Cina semakin jauh

mengungguli TPT Indonesia.

25

Page 26: PENGUSAHA KADIN BREBES DI DALAM ERA · PDF filemajunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, ... Derajat globalisasi dari suatu negara

Daftar Pustaka

Banerjee, Shuvojit (2002), “Recovery and Growth in Indonesia Industry. Elements of a Future Policy Framework"” Working Paper Series No.02/08, September, Jakarta: UNSFIR. Basri, M. Chatib (2003), “Ekspor Manufaktur Indonesia dan Hambatan Sisi Penawaran”, makalah dalam Kongres ISEI, 13-15 Juli, Malang. Friedman, Thomas L. (2002), Memahami Globalisasi. Lexus dan Pohon Zaitun, Penerbit ITB. Fukuyama, Francis (1999), The End of History and The Last Man. Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal, Edisi Baru, Penerbit Qalam. Giddens, Anthony (2001), Runaway World-Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halwani, R. Hendra (2002), Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Khor, Martin(2002), Globalisasi & krisis Pembangunan Berkelanjutan, Seri Kajian Global, Yogyakarta, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Lubis, Hamsar (2003), ”Ekspor Nonmigas Alami Kesulitan. Desakan Cina di Pasar Tradisional”, Business Indonesia, Kebijakan Publik, Kamis, 4 Desember, Halaman T3. Naisbitt, John (1997), Megatrends Asia 2000, London: Nicholas Brealey Publishing. Quang, Doan Hong (2003), ”Improving Competitiveness in the Framework of an ASEAN Economic Community: Challenges and Opportunities”, makalah dalam the 28th FAEA Conference, 19-21 December, Batam. Tambunan, Tulus T.H. (2000), Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran. Teori dan Temuan Empiris, Jakarta: LP3ES. Tambunan, Tulus (2004), Globalisasi dan Perdagangan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia. Toffler, Alvin (1980), Future Shock, London: Pan Book Ltd. UNCTAD (2002), Trade and Development Report 2002, Geneva: United Nations Conference on Trade and Development UNCTAD (2003), Trade and Development Report 2003, Geneva: United Nations Conference on Trade and Development UNIDO & MPL (1999), General View in Vietnam Industrial Competition, National Politics Press. Van der Mensbrugghe, D. (1998), “Trade, Employment and Wages: What Impact from 20 More Years of Rapid Asian Growth”, dalam Foy, C., F. Harrigan dan D.O’Connor (ed.), The Future of Asia in the World Economy, OECD & ADB.

26