EVALUASI Salimudin (Brebes)

34
PENGEMBANGAN MATERI AJAR MEMBACA BERWAWASAN MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR Salimudin Pengawas TK/SD di Kabupaten Brebes [email protected] Abstrak: Keberadaan materi ajar merupakan unsur yang sangat penting dan menjadi bagian kurikulum. Masalah yang sering dihadapi guru adalah rendahnya kemampuan guru dalam menyusun materi ajar yang lengkap dan sesuai untuk membantu peserta didik. Selama ini guru hanya menggunakan buku-buku teks yang banyak dijual oleh para penerbit yang materi belum tentu sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan peserta didik, sehingga peserta didik kurang dapat memahami materi ajar tersebut. Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk berupa model materi ajar membaca berwawasan multikultural dengan memanfaatkan Information Communication and Technology (ICT) sebagai media pembelajaran membaca yang dirancang dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan merupakan metode untuk melakukan penelitian, mengembangkan, dan menguji suatu produk. Simpulan hasil uji coba luas secara keseluruhan aspek kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian dan kelayakan wawasan miltikultural dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar revisi rancangan awal sangat efektif adalah 73,06%; yang menyatakan efektif 26,67%; dan yang menyatakan kurang efektif 0%, hasil perbandingan antara materi ajar membaca yang ada pada buku teks bahasa Indonesaia dengan model materi ajar membaca hasil pengembangan terdapat perbedaan sangat signifikan karena nilai dalam tabel t, dengan derajat kebebasan (df) 8 menunjukkan bahwa nilai tuntuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,26 dan taraf signifikansi 0,01 adalah 3,25. Oleh karena itu, t rasio atau t hitung (13,327) lebih besar dari t tabel untuk (A=0,01). Hasil uji keefektifan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil tes sebelum menggunakan materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia dengan. Model materi ajar membaca hasil pengembangan. Ini berarti bahwa model materi ajar membaca hasil pengembangan efektif digunakan untuk peserta

description

rtyryrt

Transcript of EVALUASI Salimudin (Brebes)

PENGEMBANGAN MODEL MATERI AJAR MEMBACA BERWAWASAN MULTIKULTURAL UNTUK SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MATERI AJAR MEMBACA BERWAWASAN MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR Salimudin Pengawas TK/SD di Kabupaten Brebes

[email protected]: Keberadaan materi ajar merupakan unsur yang sangat penting dan menjadi bagian kurikulum. Masalah yang sering dihadapi guru adalah rendahnya kemampuan guru dalam menyusun materi ajar yang lengkap dan sesuai untuk membantu peserta didik. Selama ini guru hanya menggunakan buku-buku teks yang banyak dijual oleh para penerbit yang materi belum tentu sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan peserta didik, sehingga peserta didik kurang dapat memahami materi ajar tersebut. Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk berupa model materi ajar membaca berwawasan multikultural dengan memanfaatkan Information Communication and Technology (ICT) sebagai media pembelajaran membaca yang dirancang dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan merupakan metode untuk melakukan penelitian, mengembangkan, dan menguji suatu produk. Simpulan hasil uji coba luas secara keseluruhan aspek kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian dan kelayakan wawasan miltikultural dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar revisi rancangan awal sangat efektif adalah 73,06%; yang menyatakan efektif 26,67%; dan yang menyatakan kurang efektif 0%, hasil perbandingan antara materi ajar membaca yang ada pada buku teks bahasa Indonesaia dengan model materi ajar membaca hasil pengembangan terdapat perbedaan sangat signifikan karena nilai dalam tabel t, dengan derajat kebebasan (df) 8 menunjukkan bahwa nilai tuntuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,26 dan taraf signifikansi 0,01 adalah 3,25. Oleh karena itu, trasio atau thitung (13,327) lebih besar dari ttabel untuk (A=0,01). Hasil uji keefektifan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil tes sebelum menggunakan materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia dengan. Model materi ajar membaca hasil pengembangan. Ini berarti bahwa model materi ajar membaca hasil pengembangan efektif digunakan untuk peserta didik kelas V sekolah dasar. Karena nilai dalam tabel t dengan derajat kebebasan (df) 59, menunjukkan bahwa nilai t untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,000 dan taraf signifikansi 0,01 adalah 2,660, dengan demikian maka trasio atau thitung lebih besar dari ttabel. Guru seyogyanya menyusun materi ajar sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Penyusun materi ajar, seperti penulis buku ajar, penerbit, guru dan pusat perbukuan sebaiknya mempertimbangkan analisis kebutuhan peserta didik dan guru, dan wawasan multikultural agar pengguna memahami dan menghargai keanekaragaman suku, budaya, agama dan etnis. Pusat Perbukuan disarankan untuk mengkaji kembali buku teks bahasa Indonesia untuk sekolah dasar karena isi materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia masih kurang mencerminkan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.

Kata kunci: materi ajar, membaca, multikultural, ICTAbstract: The existence of instructional materials is a very important element and become part of the curriculum. The problem that often teachers face is the low ability preparing instructional materials which complete and appropriate to assist learners. During this time teachers only use textbooks that are sold by the publisher that the material does not necessarily correspond to environmental conditions, the needs of learners, so learners are less able to understand the teaching materials. This study aims to produce a model of multicultural teaching materials insightful reading by utilizing Information Communication and Technology (ICT) as a medium of learning to read is designed and modified in accordance with existing conditions and adapted to the needs of teachers and learners. The method used in this study is a research and development, a method to conduct research, develop, and test a product. Conclusion The results of extensive testing the overall feasibility aspect of the content, appropriateness of language, presentation of feasibility and feasibility miltikultural insights can be said that the number of respondents who said the preliminary draft revision of teaching materials is very effective is 73.06%, 26.67% are declared effective, and that states are less effective 0%, the results of the comparison between the existing teaching materials on reading textbooks Indonesaia with model language to read the results of the development of teaching materials is very significant because there are differences in the table t value, degrees of freedom (df) 8 shows that the value tuntuk significance level 0,05 is 2.26 and 0.01 significance level is 3.25. Therefore, trasio or thitung (13.327) is greater than ttabel for (A = 0.01). Effectiveness of the test results are highly significant differences between the test results prior to using teaching materials in Indonesian with textbooks. Model reading the results of the development of teaching materials. This means that the model of reading the results of the development of teaching materials effectively used for class V students of elementary school. Because the value in a table t with degrees of freedom (df) 59, suggesting that t value for significance level 0.05 are 2.000 and 0.01 significance level is 2.660, and thus thitung or trasio greater than ttabel. Teachers should develop teaching materials prior to implementing learning in the classroom. Constituent teaching materials, such as textbook authors, publishers, teachers and perbukuan centers should consider the needs analysis of learners and teachers, and multicultural insights that users understand and appreciate the diversity of race, culture, religion and ethnicity. Perbukuan Center advised to review the Indonesian text books for elementary schools because the content of teaching materials in textbooks is still a poor reflection of Indonesian cultural diversity of Indonesia.

Keywords: instructional materials, reading, multicultural, ICT

A. PendahuluanKeberadaan materi ajar (instructional materials) merupakan unsur penting yang harus disiapkan guru sebelum melaksanakan pembelajaran dan merupakan bagian kurikulum. Karena merupakan hal yang penting dalam menentukan keberhasilan pada suatu sistem pendidikan, guru sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk membuat materi ajar yang berkualitas. Materi ajar yang berkualitas adalah materi ajar yang materinya dapat menjawab permasalahan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, artinya dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Jika dalam silabus ditentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian sebagai kerangka, materi ajar merupakan isi yang melengkapi kerangka tersebut. Materi ajar merupakan rincian spesifikasi isi yang menjadi panduan bagi guru dalam hal insensitas cakupan dan jumlah perhatian yang dituntut oleh isi tertentu atau tugas-tugas paedagogis. Pengembangan materi ajar dilakukan berdasarkan atas kebutuhan belajar peserta didik. Materi ajar yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan menunjang ketercapaian kompetensi dasar. Masalah yang penting adalah rendahnya kemampuan guru dalam menyusun materi ajar yang lengkap dan sesuai untuk membantu peserta didik dalam pencapaian kompetensinya. Hal ini disebabkan bahwa dalam standar isi, materi ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut menjadi materi ajar yang lengkap. Selama ini guru hanya menggunakan buku-buku teks yang banyak dijual oleh para penerbit yang materi belum tentu sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan peserta didik, sehingga peserta didik kurang dapat memahami materi ajar tersebut. Menurut Rokhman (2006:4) menyatakan bahwa dalam mengajar guru cenderung menggunakan buku paket atau memanfaatkan materi ajar yang ada pada buku teks. Hal ini juga disampaikan oleh Ekosiswoyo (Kompas, 23 Januari 2010) dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Unnes menyatakan bahwa sebagian besar guru hanya menyalin materi ajar dari berbagai sumber tanpa menyeleksi materi ajar yang akan digunakan. Berkaitan dengan materi ajar membaca, buku teks merupakan salah satu sumber materi ajar membaca yang juga dapat berperan untuk menumbuhkan minat membaca, khususnya bagi peserta didik. Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa mempunyai arti sangat strategis dalam mengakses dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahkan lewat membaca inilah semua ilmu dapat diserap sempurna oleh sebagian besar peserta didik.

Hasil pengamatan awal terhadap buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi salah satu sumber materi ajar membaca untuk kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar di Kabupaten Brebes yang dibeli melalui dana BOS tahun 2009 materinya masih kurang memuat aspek-aspek multikultural Analisis isi dari teks bacaan dalam buku tersebut dengan melihat aspek cerita rakyat, kesenian rakyat, adat-istiadat, penggunaan sapaan, dan setting pada teks bacaan. Temuan dari aspek multikultural menunjukkan kurang meratanya representasi tentang keragaman budaya yang ada di Indonesia. Representasi cerita rakyat sebagian besar berasal dari pulau Jawa. Kurangnya keanekaragaman budaya dalam buku teks bahasa Indonesia juga dikemukakan oleh Tulalessy (2004:46-47) dan Barjono (2005:14-15) yang menyatakan bahwa materi ajar membaca dalam buku teks bahasa Indonesia lebih banyak berbau jawasentris sehingga anak-anak di luar pulau Jawa kadang mengalami kesulitan untuk memahami isi materinya. Sulitnya peserta didik untuk memahami materi ajar membaca dalam buku teks pelajaran dapat disebabkan karena materi ajar yang didapatkan dalam buku-buku tersebut tidak mengungkapkan nilai-nilai sosial budaya. Oleh karena itu, sekarang sudah saatnya untuk memperhitungkan aspek keanekaragaman budaya sebagai landasan penting dalam mengembangkan materi ajar membaca. Untuk mengakomodasi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia salah satunya dapat melalui pengembangan model materi ajar membaca yang berwawasan multikultural. Secara khusus tujuan penelitian pengembangan ini sebagai berikut (1) mengungkap tingkat kebutuhan guru dan peserta didik mengenai model materi ajar membaca berwawasan multikultural, (2) merancang model materi ajar membaca yang berwawasan multikultural yang sesuai diterapkan di sekolah dasar dengan media ICT, dan (3) menentukan keefektifan model materi ajar membaca berwawasan multikultural dengan media ICT. Ruang lingkup penelitian ini adalah adalah (1) kerangka teoretis pendukung pengembangan materi ajar membaca berwawasan multikultural, (2) analisis kebutuhan peserta didik dan guru akan materi ajar membaca berwawasan multikultural, (3) menganalisis model materi ajar yang sudah ada, (4) perencanaan pengembangan materi ajar membaca berwawasan multikultural, (5) penyusunan model materi ajar hasil pengembangan, dan (6) mengevaluasi materi ajar hasil pengembangan. B. Landasan TeoretisMateri ajar (instructional materials) merupakan rincian spesifikasi isi yang memberikan panduan bagi guru dalam hal insensitas cakupan dan jumlah perhatian yang dituntut oleh isi tertentu atau tugas-tugas paedagogis. Tomlinson (1998) materi ajar merujuk segala sesuatu yang digunakan guru atau peserta didik untuk memudahkan belajar bahasa, untuk meningkatkan pengetahuan dan atau pengalaman berbahasa. Sedangkan pengembangan materi ajar adalah apa yang dilakukan penulis, guru, atau peserta didik untuk memberikan sumber masukan berbagai pengalaman yang dirancang untuk meningkatkan belajar bahasa. Anderson dan Krathwohl (2001) menyatakan bahwa ragam materi ajar terdiri atas (1) fakta, (2) konsep, (3) prosedur, (4) metakognisi. Fungsi materi ajar dalam pembelajaran menurut Cunningsworth (1984) sebagai (1) penyajian materi ajar, (2) sumber kegiatan bagi peserta didik untuk berlatih komunikasi secara interaktif, (3) rujukan informasi kebahasaan, (4) sumber stimulan dan gagasan suatu kegiatan kelas, dan (5) silabus, bantuan bagi guru yang kurang berpengalaman untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Penyusunan materi ajar yang bermutu dilakukan melalui serangkaian kegiatan pengembangan .Langkah-langkah pengembangan materi ajar menurut Tomlinson (1998) yaitu (1) identifikasi kebutuhan guru dan siswa, (2) penentuan kegiatan eksplorasi kebutuhan materi ajar, (3) realisasi kontekstual dengan mengajukan gagasan yang sesuai, pemilihan teks dan konteks materi ajar, (4) realisasi paedagogis melalui tugas dan latihan dalam materi ajar, (5) produksi materi ajar, (6) penggunaan materi ajar, dan (7) evaluasi materi ajar. Richards (2002) mengajukan rancangan materi ajar meliputi (1) pengembangan tujuan, (2) pengembangan silabus, (3) pengorganiasian materi ajar ke dalam unit-unit pembelajaran (4) pengembanga struktur per unit, dan (5) pengurutan unit-unit. Pengembangan materi ajar dalam makalah ini dengan menggambungkan dua rancangan Tomlinson dan Richards, yang merupakan rancangan pengembangan materi ajar yang terdiri atas empat langkah utama.

Tabel 1. Langkah-langkah pengembangan materi ajar1Identifikasi kebutuhanEksplorasi kebutuhan materi ajar

2Pengembangan silabusAnalisis pembelajaran

3Pengorganisasian materi ajarRealisasi kontektual dan paedagogis

4Evaluasi materi ajarPengembangan materi ajar (uji coba)

1. Identifikasi Kebutuhan Materi ajar yang bermutu disusun berdasarkan kebutuhan siswa atau peserta didik dan guru, perkembangan kognitif peserta didik, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi. Disamping itu, dalam menyusun materi ajar menurut Ekowardoyo (2006) hendaknya mengandung muatan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan budi pekerti yang luhur dalam rangka pendidikan nasional. Kaitannya dengan kebutuhan peserta didik dan guru Tesmer & Wedmen dalam Trianto (2005) mengemukakan bahwa identifikasi kebutuhan harus memperhatikan beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap tujuan pembelajaran bahasa. Faktor tersebut adalah siswa, guru, dan situasi pembelajaran. Analisis kendala dalam pembelajaran bahasa akan menjadi pertimbangan untuk penyusunan materi ajar. Misalnya: (1) apabila minat siswa terhadap topik menjadi kendala maka materi ajar harus mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang mungkin menarik minat siswa, (2) jika faktor kemampuan (pemahaman dan fasilitas) guru dalam membuat materi ajar menjadi kendala maka materi ajar yang disusun relatif lengkap atau siap pakai, demikian juga dengan (3) faktor sumber belajar lainnya (misalnya koleksi buku di perpustakaan) kurang memadai maka materi ajar haruslah dapat menjadi model yang relatif lengkap secara minimal.

Kebutuhan ditentukan konvensional terhadap sesuatu seperti kesenjangan antara apa dan apa yang semestinya. Pernyataan kebutuhan bersifat terbuka tafsiran terhadap penafsiran yang bersifat kontekstual dan berisi penilaian. Kebutuhan merupakan persoalan persetujuan dan penilaian bukan penemuan. Identifikasi kebutuhan materi ajar berarti pengkajian tentang pengkajian kebutuhan dan keinginan akan materi ajar tertentu, serta pendapat akan kekurangan tentang bahan ajar yang digunakan selama ini.

2. Pengembangan Silabus dan RPP

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan megenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, bahwa guru pengemban tugas sebagai pelaksana operasional dari kurikulum yang berlaku. Selain sebagai pedoman, kurikulum juga berfungsi sebagai preventif yaitu sebagai alat kontrol agar guru tidak menyimpang dalam melaksanakan tugasnya, dan kurikulum dapat pula memberikan arah dalam pengembangan kurikulum itu sendiri. Nunan (1991) menyatakan kurikulum sebagai prinsip dan prosedur untuk perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pengelolaan program pendidikan, sedangkan silabus diartikan lebih sempit sebagai spesifikasi apa yang diajarkan dan urutan isi suatu program pengajaran bahasa. Pendapat tersebut ada kaitannya dengan Richard (1996) mengemukakan bahwa desain silabus merupakan pengembangan salah satu aspek dalam pengembangan kurikulum. 3. Pengorganisaian Materi Ajar Pengorganisasian materi ajar dapat dengan lima cara yaitu dengan (1) pembuatan, (2) pengadaptasian, (3) pengadopsian, (4) penerjemahan, dan (5) perevisian. Pengadaptasian dapat dilakukan dengan cara penghilangan, penambahan, pengurangan, perluasan, dan penempatan, pengurutan ulang dari materi ajar yang telah ada ada. Sedangkan pengadopsian yaitu dengan jalan mengembangkan materi ajar melalui cara mengambil gagasan, atau bentuk dari suatu karya yang sudah ada sebelumnya kemudian dikembangkan menjadi bentuk yang lain. Jenis penyusunan materi ajar didasarkan empat faktor yaitu isi (apa), urutan (kapan), langkah (waktu yang diperlukan), prosedurnya bagaimana (Tomlinson 1998). Langkah pengorganisasian materi ajar langkah berikutnya setelah pengembangan silabus. Tahap selanjutnya adalah realisasi kontektual dan realisasi paedagogis.

4. Evaluasi Materi Ajar

Evaluasi materi ajar pada dasarnya merupakan proses pencocokan, yaitu mencocokan kebutuhan yang diinginkan terhadap kemungkinan yang tersedia. Tahapan pengembangan model materi ajar secara umum mencakup langkah-langkah (1) penulisan awal (draf) materi ajar, (2) pemeriksaan tulisan awal materi ajar, (3) uji coba materi ajar, dan (4) revisi materi ajar. Davision dalam Tomlinson (1998) menyatakan pentingnya uji coba materi ajar agar materi ajar itu layak digunakan atau tidak, apakah tujuan pembelajaran telah tercapai, apakah sudah sesuai dengan harapan pemakai, dan apakah dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Tahapan uji coba produk dalam pengembangan materi ajar dapat disimpulkan sebagai bagian evaluasi materi ajar. Jaan Mikk (2002) menyatakan bahwa untuk melihat keefektifan materi ajar dapat di analisis dengan pendapat responden, evaluasi materi ajar melalui eksperimen, analisis materi ajar, dan uji keterbacaan. Selain itu juga dengan cara melihat kriteria isi dengan standar kelulusan, standar kompetensi,dan kompetensi dasar (Depdiknas 2006).5. Materi Ajar Membaca Berwawasan Multikultural di SDPenyusunan materi ajar membaca seyogyanya dikaitkan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa juga berfungsi sebagai transaksional yang akan mengungkapkan isi, dan fungsi bahasa sebagai interaksional yang mengungkapkan hubungan sosial. Menyusun materi ajar membaca menyangkut penggunaan bahasa secara tertulis. Paling tidak terdapat dua hal yang mendasar dalam bahasa tulis, yakni penggunaan kata dan kalimat. Pemahaman atas kata saja tidak mencukupi bagi seseorang dalam membaca karena kata-kata yang diwujudkan dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan. Hubungan itu ditandai oleh terbentuknya kalimat. Sekalipun sebuah kalimat sudah menyampaikan makna tertentu, kebanyakan kalimat dalam bahasa tulis masih harus dijelaskan oleh kalimat-kalimat lainnya, kemudian membentuk sebuah paragraf. Sebuah bacaan biasanya mengandung lebih dari satu paragraf. Menurut fungsinya materi ajar membaca dapat dibedakan atas materi ajar membaca yang digunakan untuk menyampaikan informasi faktual dan materi ajar membaca yang digunakan untuk menyampaikan reka cipta. Perbedaan tersebut menimbulkan perbedaan dalam penggunaan bahasa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga hal yang mendasar berkenaan dengan materi ajar membaca, yakni (1) komponen kebahasaan, (2) komponen komposisi karangan, dan (3) komponen keterbacaan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajuan bangsa. Pendidikan multikultural merupakan salah satu alternatif untuk tidak sekadar merekatkan kembali nilai-nilai persatuan, kesatuan, berbangsa dan bernegara tetapi memberikan pemahaman tersendiri terhadap rasa kebangsaan sendiri. Pendidikan multikultural ini untuk merespon fenomena konflik etnis, sosial, budaya yang kerap muncul di tengah-tengah masyarakat multikultural. Pada jenjang pendikan dasar pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam materi ajar membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan mempertimbangankan kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan pemanfaatan semua unsur sosial dan budaya dilingkungan sekitar peserta didik sebagai salah satu sumber belajar. Menurut Banks dalam Mahfud (2006) pendidikan multikultural memiliki lima dimensi yang saling berkaitan yaitu (1) content integration, (2) the knowledge contruction process, (3) anequity paedagogy, (4) prejudice reduction, dan (5) melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik yang toleran dan inklusif.

Materi ajar membaca yang baik harus mampu memberikan pemahaman yang mendasar dan menyeluruh mengenai kenyataan keanekaragaman masyarakat dan kebudayaan. Karena muatan budaya yang beragam akan membantu peserta didik untuk menerima dan menghargai keragaman budaya. Untuk mengatasi hal tersebut maka aspek multikultural dimasukkan dalam materi ajar membaca. Multikultural dalam materi ajar bukan dirancang sebagai isi kurikulum, tetapi terefleksikan dalam aspek-aspek pembelajaran baik secara tersirat maupun tersurat. Wawasan multikultural ini diimplementasikan ke dalam pilihan model teks wacana bacaan. C. Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan metode untuk melakukan penelitian, mengembangkan, dan menguji suatu produk (Samsudi, 2006:73). Metode penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam konteks pendidikan, maka produk yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan komponen sistem pendidikan. Penelitian pengembangan berupaya menghasilkan suatu komponen dalam sistem pendidikan, melalui langkah-langkah pengembangan validasi.

1. Prosedur Penelitian Pengembangan

Menurut Borg dan Gall (1983:775) secara konseptual metode penelitian dan pengembangan mencakup 10 langkah umum. Langkah-langkah itu adalah (1) research and information collecting yaitu studi literatur, obervasi, dan persiapan, (2) planning yaitu penentuan tujuan yang akan dicapai, (3) develop preliminary form of product yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk pada setiap tahapan (4) preliminary field testing yaitu uji coba lapangan awal dalam skala terbatas, (5) main product revision yaitu perbaikan terhadap produk awal, (6) main field testing yaitu uji coba utama, (7) operational product revision yaitu perbaikan dan penyempurnaan dari uji coba utama, (8) operational field testing yaitu uji validasi terhadap produk operasional yang telah dihasilkan, (9) final product revision yaitu perbaikan akhir terhadap produk yang telah dikembangkan, dan (10) dissemination and implementation yaitu menyebarluaskan produk yang dikembangkan.

Penelitian ini secara garis besar dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan. Pertama, tahap studi pendahuluan dilakukan kegiatan studi literatur,analisis tingkat kebutuhan guru, peserta didik mengenai materi ajar membaca berwawasan multikultural dan perencanaan. Kedua, tahap studi pengembangan meliputi kegiatan menyusunan pengembangan materi ajar, uji coba secara terbatas, uji para ahli (pakar), perbaikan dan penyempurnaan, uji coba secara luas, dan revisi model akhir. Ketiga, tahap penyusunan laporan penelitian. Uji lapangan utama atau uji kesesuaian bertujuan untuk menentukan apakah produk model materi ajar sesuai dengan tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model materi ajar yang berwawasan multikultural. Oleh sebab itu uji kesesuaian yang digunakan adalah uji perbedaan (uji-t) antara model yang ada (pre-developed) dan model yang telah dikembangkan (post-developed). Uji ini juga dilengkapi dengan evaluasi kualitatif.

Uji lapangan operasional atau uji keefektifan bertujuan untuk menentukan apakah produk model materi ajar telah siap digunakan tanpa kehadiran peneliti. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan uji keefektifan bahan ajar melalui pretes dan postes saat materi ajar digunakan oleh peserta didik kelas V SD. Uji-t digunakan untuk melihat keefektifan bahan ajar.2. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penentuan lokasi dan subjek penelitian ini didasarkan pada pendapat Setyosari (2010:206) yang menyatakan bahwa dalam penelitian pengembangan ujicoba awal dapat dilakukan pada 1-3 sekolah yang melibatkan 6-12 subjek, sedangkan pada ujicoba luas dilakukan pada 5-15 sekolah dengan melibatkan 30-100 subjek.

Lokasi penelitian pada kegiatan studi pendahuluan dilakukan di 24 kabupaten Provinsi Jawa Tengah yaitu untuk mendapatkan data awal mengenai (1) kebutuhan guru dan peserta didik akan materi ajar membaca berwawasan multikultural, dan (2) pendapat guru tentang materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas dengan melibatkan 55 guru dan 60 peserta didik sebagai subjek.3. Data, dan Analisis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah (1) informasi tentang kebutuhan guru dan peserta didik akan materi ajar membaca berwawasan multikultural, (2) pendapat para guru selaku pengguna materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia, (3) hasil uji coba terbatas dan luas, (4) hasil uji coba luas evaluasi materi ajar, (5) evaluasi materi ajar membaca berwawasan multikultural, dan (6) data uji keefektifan materi ajar membaca berwawasan multikultural.

Sumber data dalam penelitian pengembangan ini adalah peserta didik di kelas V sekolah dasar, dan guru-guru sekolah dasar di kota Semarang dan kabupaten Brebes. Sumber data selanjutnya adalah materi ajar membaca yang ada didalam buku teks bahasa Indonesia yang sekarang digunakan di sekolah dasar kelas V di kabupaten Brebes.

Data (1), (2), (3), (4), dan (5) dikumpulkan dengan kuesioner yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data (3), (4) dan (5) dikumpulkan dengan kuesioner yang kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif, sedangakan untuk data nomor (6) dianalisis dengan uji-t.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah (1) kuesioner kebutuhan guru akan materi ajar membaca berwawasan multikultural, (2) kuesioner kebutuhan peserta didik akan materi ajar membaca berwawasan multikultural, (3) kuesioner penilaian materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru, (4) tes pemahaman isi bacaan, dan (5) intrumen non-tes observasi, wawancara kepada guru dan peserta didik. Instrumen analisis tingkat kebutuhan dalam penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mendapatkan data pendapat guru dan peserta didik terhadap materi ajar yang pernah atau sedang mereka gunakan, dan materi ajar seperti apa yang mereka inginkan. Instrumen uji lapangan terbatas dan utama (evaluasi materi ajar) disusun berdasarkan konsep evaluasi materi ajar yaitu (1) kelayakan isi yaitu kesesuaian dengan standar kompetensi, dan kompetensi dasar, (2) kelayakan bahasa (3) kelayakan penyajian, (4) kelayakan grafika, dan (5) wawasan multikultural. Instrumen uji keefektifan disusun berdasarkan indikator kompetensi dalam kurikulum. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil identifikasi kebutuhan merupakan hasil dari analisis kuesioner dengan responden guru dan peserta didik. Hasil analisis ini untuk mengetahui kebutuhan guru dan peserta didik yang dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan model materi ajar membaca berwawasan multikultural. Karakteristik responden adalah guru berprestasi, kepala sekolah berpestasi, dan pengawas sekolah berprestasi yang berasal dari 24 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah responden ada 55 yang terdiri dari 25 guru kelas, guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah berjumlah 18, sedangkan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pengawas ada 12 orang. Latar belakang kualifikasi pendidikan yang dimiliki adalah sarjana pendidikan 47 guru, magister pendidikan 8 guru. dengan masa kerja 5-10 tahun ada 12 orang, masa kerja 11-20 tahun berjumlah 40 orang, dan mempunyai masa kerja 21-30 tahun ada 3. 1. Kebutuhan Guru Terhadap Pengembangan Materi Ajar Membaca

Kuesioner tentang kebutuhan guru akan pengembangan model materi ajar membaca yang berwawasan multikultural dengan media saji ICT terbagi menjadi 4 aspek antara lain (1) kelayakan isi, (2) kelayakan bahasa, (3) kelayakan penyajian materi ajar, (4) wawasan multikultural. Pada kuesioner tentang kebutuhan guru ada 26 pertanyaan yang dibagi menjadi 8 pertanyaan tentang kelayakan isi, 7 pertanyaan tentang bahasa, 5 pertanyaan tentang penyajian materi ajar, dan 6 pertanyaan tentang multikultural.

Secara lengkap hasil kuesioner yang diberikan kepada guru se-Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Rekapitulasi analisis kebutuhan guru akan materi ajar berwawasan multikultural dengan media saji ICT NoAspekJumlah butir penyataanJumlah respondenSkorKategori

1Kelayakan isi8551613Sangat dibutuhkan

2Bahasa7551286Sangat dibutuhkan

3Penyajian555 938Sangat dibutuhkan

4Multikultural 6551094Sangat dibutuhkan

Dari data hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa guru sekolah dasar membutuhkan pengembangan materi ajar membaca berwawasan multikultural dengan media saji ICT. Selama ini guru cenderung mengajar materi ajar membaca yang ada dalam buku teks dengan metode konvensional. Guru juga kurang paham akan konsep multikultural sehingga kurang memberikan arahan kepada peserta didik akan penting wawasan mulikultural. Guru cenderung mengandalkan sumber materi ajar membaca pada buku teks bahasyang telah tersedia di perpustakaan atau telah disediakan oleh penerbit tanpa mencari referansi yang lebih aktual dari berbagai sumber seperti surat kabar, jurnal,lingkungan sekolah dan internet.2. Kebutuhan Peserta Didik akan Pengembangan Materi Ajar Membaca

Seperti pada kuesioner kebutuhan guru, kuesioner ini disampaikan kepada peserta didik kelas V sekolah dasar se-Jawa Tengah dengan mengambil 60 responden yang berasal dari 7 sekolah dasar yang tersebar di kabupaten dengan mengambil 5 sampel pada setiap sekolah.Kuesioner kebutuhan peserta didik akan pengembangan materi ajar membaca yang berwawasan multikultural terbagi menjadi 4 aspek antara lain: (1) kelayakan isi, (2) kelayakan bahasa, (3) penyajian materi ajar, (4) multikultural.Pada kuesioner kebutuhan peserta didik ada 25 pertanyaan yang dibagi menjadi 5 pertanyaan yang berkaitan dengan kelayakan isi, 8 pertanyaan tentang bahasa, 6 pertanyaan tentang penyajian materi ajar,dan 6 pertanyaan tentang multikultural.

Tabel 3. Rekapitulasi analisis kebutuhan peserta didik akan materi ajar membaca berwawasan multikultural dengan media saji ICT

NoAspekJumlah butir penyataanJumlah respondenSkorKategori

1Kelayakan isi560985Sangat dibutuhkan

2Bahasa8601422Dibutuhkan

3Penyajian6601237Sangat dibutuhkan

4Multikultural 6601170Sangat dibutuhkan

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat simpulan bahwa peserta didik sangat membutuhkan materi ajar membaca yang berwawasan multikultural Karena dengan mengetahui wawasan multikultural peserta didik dapat menghargai teman dan budaya dari daerah lain. 3. Penilaian Guru Terhadap Materi Ajar Membaca Pada Buku Teks Hasil penilain guru terhadap materi ajar membaca di buku teks bahasa Indonesia merupakan hasil analisis kuesioner dengan responden 55 guru. Karakteristik responden adalah guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah berprestasi yang berasal dari 24 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah responden ada 55 yang terdiri dari 25 guru kelas, guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah berjumlah 18, sedangkan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pengawas ada 12 orang. Latar belakang kualifikasi pendidikan yang dimiliki adalah sarjana pendidikan 47 guru, magister pendidikan 8 guru. dengan masa kerja 5-10 tahun ada 12 orang, masa kerja 11-20 tahun berjumlah 40 orang, dan yang mempunyai masa kerja 21-30 tahun ada 3 orang.

Buku teks bahasa Indonesia yang dianalisis oleh guru adalah buku teks bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru kelas sebagai materi ajar membaca yang dibeli melalui dana BOS buku tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Nasional Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008. Buku yang dianalisis berjumlah 6 yaitu (1) Gemar Berbahasa Indonesia I karangan Karsidi, dan Nafron Hasyim, (2) Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 2 karangan Edi Warsidi dan Farikha (3) Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3 karangan Edi Warsidi dan Farikha,(4) Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 4 karangan Edi Warsidi dan Farikha,(5)Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas V karangan Umi Nuraeni dan Indriyani, dan (6) Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 6 karangan Edi Warsidi dan Farikha.

Hasil penilaian guru terhadap buku teks bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru sebagai berikut (1) aspek kelayakan isi materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia dari 55 guru yang menyatakan 9,09% sangat sesuai dan 86,82% sesuai,dan yang menyatakan tidak sesuai 4,09%, (2) aspek kelayakan bahasa dari 55 guru menyatakan 7,73% sangat sesuai dan 83,18% sesuai,yang menyatakan tidak sesuai 7,73%,dan yang menatakan sangat tidak sesuai 1,36% (3) aspek kelayakan penyajian dari 55 guru yang menyatakan 10,91% sangat sesuai, 70,45% sesuai, 5,45 menyatakan tidak sesuai,dan 13,18% menyatakan sangat tidak sesuai, dan (4) aspek grafika dari 55 guru yang menyatakan 9,09 menyatakan sangat sesuai, 83,03% sesuai, 6,67% tidak sesuai, dan 1,21% menyatakan sangat tidak sesuai, dan (5) aspek wawasan multikultural materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia dari 55 guru yang menyatakan 0,75% berpendapat sesuai, 32,73% menyatakan tidak sesuai dengan wawasan multikultural, sedangkan 66,54 % berpendapat sangat tidak sesuai. Hasil penilaian guru terhadap materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 1. Penilaian buku teks bahasa IndonesiaBerdasarkan penilaian tersebut maka dapat disimpulkan (1) kelayakan isi, sudah sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar yang tercantum dalam standar isi (kurikulum) sedangkan untuk kedalaman dan keluasan materi ajar sudah sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan grafika sudah sesuai, dan (2) wawasan multikultural pada materi ajar membaca masih menyisakan ruang untuk penyempurnaan karena keanekaragaman budaya yang ditampilkan sebagian besar berasal dari pulau Jawa. Padahal Indonesia adalah masyarakat yang memiliki keragaman bahasa, sosial budaya, etnis, suku, agama, dan status sosial.4. Uji Coba Terbatas dan Revisi

Uji coba terbatas materi ajar membaca dilaksanakan dengan langkah: (1) memperkenalkan rancangan materi ajar membaca berwawasan multikultural berupa teks bacaan, (2) penjelasan mengenai karakteristik dan cara menggunakan materi ajar membaca berwawasan multikultural, dan (3) tanggapan dari subjek untuk memperoleh masukkan untuk penyempurnaan dan perbaikan rancangan akhir. Hal ini terlihat dari aspek kelayakan isi yang terdiri dari (1) keterkaitan materi ajar dengan standar kompetensi yang menunjukkan 78% guru menyatakan materi ajar sangat sesuai, 22% guru menyatakan materi ajar sesuai, (2) 78% guru menyatakan materi ajar yang disajikan sangat sesuai dengan kompetensi dasar, 22% guru menyatakan materi ajar sesuai, (3) kedalaman materi ajar mendukung ketercapaian kompetensi dasar 67% guru menyatakan materi ajar sangat mendukung, 33% guru menyatakan materi ajar mendukung, (4) kedalaman materi ajar mendukung ketercapaian standar kompetensi 56% guru menyatakan materi ajar sangat mendukung, 44% guru menyatakan materi ajar mendukung, (5) keluasan materi ajar mendukung ketercapaian standar kompetensi 67% guru menyatakan materi ajar sangat mendukung, 33% guru menyatakan materi ajar mendukung, (6) kedalaman materi ajar mendukung ketercapaian kompetensi dasar 56% guru menyatakan materi ajar sangat mendukung, 44%guru menyatakan materi ajar mendukung, (7) kesesuaian materi ajar dengan tingkat perkembangan peserta didik 67% guru menyatakan materi ajar sangat sesuai, 33% guru menyatakan materi ajar sesuai, dan (8) kesesuaian materi ajar dengan pengalaman belajar peserta didik 78% guru menyatakan materi ajar sangat sesuai, 22% guru menyatakan materi ajar sesuai.

Aspek kelayakan bahasa materi ajar dinilai baik, sebab pada indikator (1) 11% guru menilai pemilihan kosakata dalam materi ajar sangat sesui dengan kaidah ketepatan, 89% guru menyatakan sesuai, (2) 33% guru menilai pemilihan kosakata dalam materi ajar sangat sesui dengan kaidah kecocokan, 67% guru menyatakan sesuai, (3) 33% guru menilai struktur kalimat sangat sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa peserrta didik, 56% guru menyatakan sesuai, 11% guru menyatakan tidak sesuai, (4) 22% guru menilai struktur kalimat sangat sesuai dengan tingkat kognisi peserta didik, 67% guru menyatakan sesuai, 11 guru menyatakan tidak sesuai, (5) 22% guru menilai pemilihan komposisi karangan dalam materi ajar sangat sesuai, 78% guru menyatakan sesuai, (6) 33% guru menilai pemilihan komposisi karang sangat sesuai dengan informasi yang disampaikan, 67% guru menyatakan sesuai, dan (7) 44% guru menilai materi ajar yang digunakan sangat sesui tingkat keterbacaan peserta didik, 56% guru menyatakan sesuai.

Aspek kelayakan penyajian materi ajar dinilai baik, sebab pada indikator (1) 44% dinilai oleh guru materi yang disajikan sangat mendukung pencapaian tujuan membaca, 56% dinilai oleh guru mendukung, (2) 33% dinilai oleh guru materi yang disajikan sangat mendukung minat baca peserta didik, 56% dinilai oleh guru mendukung dan 11% kurang mendukung, (3) 56% guru menilai materi latihan dan tugas sangat menunjang pencapaian kompetensi, 44% guru menilai menunjang, (4) 56% dinilai oleh guru materi yang disajikan dalam bentuk CD sangat membantu ketercapaian kompetensi membaca, sedangkan 44% menilai materi yang disajikan dengan CD membantu pencapaian kompetensi membaca, (5) 33 % dinilai oleh guru bahwa pengorganisaian materi sangat bermanfaat dalam mendukung kebutuhan komunikasi, 67% menyatakan materi itu mendukung kebutuhan komunikasi.

Aspek kelayakan penyajian materi ajar dinilai baik, sebab pada indikator (1) 22% guru menilai bahwa letak huruf, jenis huruf, dan ukuran huruf dalam materi ajar sangat sesuai, 78% guru menilai sesuai, (2) 11% guru menilai bahwa tata letak dan ilustrasi pada materi ajar sangat memberi daya tarik kepada peserta didik untuk membaca, 78% menilai memberi daya tarik, dan 11 guru menilai tata letak dan ilustrasi tidak memberikan daya tarik kepada peserta didik untuk membaca, dan (3) 11% guru menilai pemberian warna sudah sangat sesuai pada materi ajar, sedangkan 89% menilai pemberian warna pada materi ajar sesuai.

Aspek kelayakan multikultural model materi ajar dinilai baik, sebab pada indikator (1) 89% guru menilai bahwa dengan keanekaragaman budaya, 11% guru menilai sesuai dengan keanekaragaman budaya, (2) 67% guru menilai bahwa teks bacaan pada model materi ajar membaca sangat berkaitan dengan keanekaragaman budaya, dan 33% guru menilai teks bacaan berkaitan dengan keanekaragaman budaya, (3) 78% guru menilai bahwa cerita rakyat pada model materi ajar membaca sangat berkaitan dengan keanekaragaman budaya, dan 22% guru menilai cerita rakyat berkaitan dengan keanekaragaman budaya, (4) 67% guru menilai bahwa kesenian rakyat yang diperkenalkan pada model materi ajar membaca sangat berkaitan dengan keanekaragaman budaya, dan 22% guru menilai kesenian rakyat yang dipernalkan berkaitan dengan keanekaragaman budaya, (5) 56% guru menilai bahwa pengenalan budaya tpada model materi ajar membaca sangat cukup memberikan pemahaman tentang pendidikan multikultural, dan 44% guru menilai cukup memberikan pemahaman pendidikan multikultural, (6) 67% guru menilai bahwa tugas dan latihan pada model materi ajar membaca sangat mendorong peserta didik untuk menerima dan menghargai keanekaragaman budaya, dan 33% guru menilai cukup mendorong peserta didik untuk menerima dan menghargai keanekaragaman budaya, dan (6) 56% guru menilai bahwa model materi ajar membaca berwawasan multikultural sangat sangat membantu peserta didik untuk melestarikan budaya Indonesia sedangkan 44% guru menilai cukup membantu peserta didik untuk untuk melestarikan budaya Indonesia.

Secara keseluruhan keterkaitan dengan aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, kelayakan grafika, dan kelayakan multikultural dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar rancangan awal sangat efektif adalah 50%, yang menyatakan efektif 49%, dan yang menyatakan kurang efektif 1%.

5. Uji Coba Luas

Uji secara luas adalah pengujian lanjutan model materi ajar membaca setelah diperbaiki adalah uji secara luas. Uji secra luas dalam penelitian ini dilaksanakan dengan (1) meminta kembali tanggapan responden atas revisi rancangan awal banyak, (2) analisis kesesuaian bahan ajar dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada standar isi (kurikulum), dan (3) analisis perbedaan antara model yang ada dan model yang telah dikembangkan.

Berdasarkan tanggapan responden terhadap hasil revisi rancangan awal menunjukkan bahwa model materi ajar membaca berwawasan multikultural ajar cukup efektif digunakan sebagai materi ajar membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Hal ini terlihat dari aspek (1) kelayakan isi adanya keterkaitan materi ajar membaca ajar dengan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (kurikulum) yang menunjukkan 75% responden menyatakan materi ajar membaca memiliki keterkaitan yang sangat tinggi; 25% responden menyatakan materi ajar membaca cukup memiliki keterkaitan; dan 0% responden menyatakan materi ajar membaca tidak memiliki keterkaitan; (2) aspek bahasa pada materi ajar membaca dinilai sangat baik oleh 74,11% responden; dinilai baik oleh 25,89%; dan dinilai kurang oleh 0% responden; (3) aspek penyajian dinilai sangat baik oleh 70,42% responden; dinilai baik oleh 29,58%; dan dinilai kurang oleh 0 % responden; (4) aspek grafika pada materi ajar membaca dinilai sangat baik oleh 70,42% responden; dinilai cukup baik oleh 29,58%; dan dinilai kurang oleh 0 % responden, sedangkan untuk (5) aspek wawasan multikultural dinilai sangat baik oleh 55,56% responden; dinilai baik oleh 44,44%; dan dinilai kurang oleh 0 % responden.

Secara keseluruhan aspek kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian dan kelayakan wawasan miltikultural dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar revisi rancangan awal sangat efektif adalah 73,06%; yang menyatakan efektif 26, 67%; dan yang menyatakan kurang efektif 0%. 6. Uji Lapangan Operasional (Uji Keefektifan)

Uji keefektifan atau uji lapangan operasional dilaksanakan untuk menentukan apakah produk model materi ajar membaca hasil dari pengembangan sudah siap untuk digunakan secara operasional di lapangan tanpa kehadiran peneliti. Uji keefektifan model materi ajar membaca dilaksanakan di SDN Sigentong 01, SDN Brebes 06, dan SD Swasta Islam Al-Azhar 25 Semarang. Pelaksanaan uji kefektifan ini melibatkan 60 subjek peserta didik yang berasal dari tiga sekolah dasar. Setiap sekolah diambil 20 peserta didik yang duduk di kelas V secara acak. Hasil dari uji-t dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Hasil uji keefektifan materi ajar membaca dengan Uji-t

No.Materi Ajar MembacaRata-Rata PretesRata-Rata PostesThitungTtabel

A = 0,05A = 0,01

1Teks percakapan Pencak Silat68,0575,9521,2042,0002,660

2Teks bacaan Nenek Moyangku Orang Pelaut68,8376,5317,210

3Membaca puisi berjudulMajemuk69,5875,4713,878

4Menyimpulkan isi cerita rakyat Suri Ikun dan Dua Burung70,2078,4517,698

Berdasarkan tabel 16 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Nilai dalam tabel t dengan derajat kebebasan (df) 59, menunjukkan bahwa nilai t untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,000 dan taraf signifikansi 0,01 adalah 2,660. Dengan demikian maka trasio atau thitung lebih besar dari ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil tes sebelum menggunakan materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia dengan hasil tes setelah menggunakan model materi ajar membaca hasil pengembangan. Ini berarti bahwa model materi ajar membaca hasil pengembangan efektif digunakan untuk peserta didik kelas V sekolah dasar.E. Simpulan dan Saran SimpulanSimpulan penelitian pengembangan model materi ajar membaca berwawasan multikultural untuk kelas V sekolah dasar adalah sebagai berikut.

1. Hasil kuesioner yang diberikan kepada 55 responden guru sekolah dasar di 24 kabupaten Jawa Tengah didapatkan skor total 4814 dengan prosentase 88,23%. Berdasarkan rentang skor analisis kebutuhan guru akan pengembangan materi ajar membaca yang berwawasan multikutural dengan media saji ICT didapatkan sebagai berikut: 0-1430 termasuk tidak dibutuhkan, 1431-2860 kategori kurang dibutuhkan, 2861-4290 kategori dibutuhkan, dan 4291-5721 kategori sangat dibutuhkan. 2. Dari hasil kuesioner yang diperoleh kemudian dianalisis dan didapat skor 4931 dengan prosentase 86,21%. Berdasarkan rentang skor analisis kebutuhan peserta didik akan materi ajar membaca yang berwawasan multikutural dengan media saji ICT didapatkan sebagai berikut: 0-1500 termasuk tidak dibutuhkan, 1501-3000 kategori kurang dibutuhkan, 3001-4500 kategori dibutuhkan, dan 4501-6000 kategori sangat dibutuhkan. Dari rentang skor yang dipaparkan di atas hasil perhitungan kuesioner masuk kategori sangat diperlukan.

3. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat disimpulkan (1) kelayakan isi, sudah sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar yang tercantum dalam standar isi (kurikulum) sedangkan untuk kedalaman dan keluasan materi ajar sudah sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan grafika sudah sesuai, dan (2) wawasan multikultural pada materi ajar membaca masih menyisakan ruang untuk penyempurnaan karena keanekaragaman budaya yang ditampilkan sebagian besar berasal dari pulau Jawa.4. Prosedur dalam mengembangkan silabus materi ajar membaca yang berwawasan multikultural adalah sebagai berikut: (1) menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) materi pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (5) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (6) menentukan jenis penilaian yang sesuai dengan karakteristik setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, (7) menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan, dan (8) menentukan sumber belajar yang akan digunakan sebagai rujukan. 5. Materi ajar membaca yang dirancang adalah teks bacaan untuk kelas 5 sekolah dasar yang berjudul Materi Ajar Membaca Berwawasan Multikultural. Teks bacaan ini berisi tentang keanekaragaman budaya Indonesia yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk memahami, mengenal, mengahargai dan melestarikan budaya suku bangsa Indonesia. Buku teks bacaan ini memiliki struktur sebagai berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) informasi pendahuluan tentang materi ajar membaca,(4) model teks bacaan materi ajar membaca, (5) latihan kebahasaan yang terkait dengan pengembangan kompetensi, dan (6) tugas (unjuk kinerja) untuk melatih dan mengevaluasi pencapaian kompetensi. 6. Simpulan dari hasil uji coba terbatas secara keseluruhan keterkaitan dengan aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, kelayakan grafika, dan kelayakan multikultural dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar rancangan awal sangat efektif adalah 50%; yang menyatakan efektif 49%; dan yang menyatakan kurang efektif 1%. Simpulan hasil uji coba luas secara keseluruhan aspek kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian dan kelayakan wawasan miltikultural dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar revisi rancangan awal sangat efektif adalah 73,06%; yang menyatakan efektif 26, 67%; dan yang menyatakan kurang efektif 0%.7. Simpulan hasil uji keefektifan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil tes sebelum menggunakan materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia dengan hasil tes setelah menggunakan model materi ajar membaca hasil pengembangan. Ini berarti bahwa model materi ajar membaca hasil pengembangan efektif digunakan untuk peserta didik kelas V sekolah dasar. Karena nilai dalam tabel t dengan derajat kebebasan (df) 59, menunjukkan bahwa nilai t untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,000 dan taraf signifikansi 0,01 adalah 2,660. Dengan demikian maka trasio atau thitung lebih besar dari ttabel. Saran:Adapun saran-saran hasil penelitian adalah sebagai berikut:1. Untuk Guru

Guru seyogyanya menyusun materi ajar sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Karena keberadaan materi ajar (instructional materials) merupakan unsur penting karena menentukan keberhasilan pada suatu sistem pendidikan serta membantu peserta didik untuk pencapaian kompetensinya.

2. Penyusun Materi Ajar

Bagi penyusun materi ajar, seperti penulis buku ajar, penerbit, guru dan pusat perbukuan sebaiknya mempertimbangkan analisis kebutuhan peserta didik dan guru, dan wawasan multikultural agar pengguna materi ajar memahami dan menghargai keanekaragaman suku, budaya, agama dan etnis. 3. Pusat Perbukuan Pusat Perbukuan disarankan untuk mengkaji kembali buku teks bahasa Indonesia untuk sekolah dasar karena isi materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia masih kurang mencerminkan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAnderson, O.W., Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Blooms Taxonomy Educational Objectives. New York: Longman.

Barjono. 2005. Buku Teks Pelajaran yang Kurang Meng-Indonesia. Majalah Pendidikan Gerbang. 14 15.Borg, Walter R., Meredith D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction. New York & London: Longman.

Cunningsworth, Allan. 1984. Evaluating and Selecting EFL Teaching Materials. London: Heinemann Educational Books.

Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: BSNP.Ekowardoyo, Karno. B. 2008. Pedoman Penyusunan Buku Ajar Bahasa Jawa. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Peran Bahasa Indonesia Dalam Pencerdasan Anak Bangsa. Semarang: UNNES.Jan Mikk. 2000. Textbook: Research and Writing. Frankfurt, M., Berlin, Bern, Brussels, New York, Oxford, Vienna: Peter Lang, Book Review 1 (http:www.lars.ring.com, 2002).Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology. London: Prentice Hall.

Setyosari, Panuji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Rokhman, Fathur. 2006. Mengembangkan Komunikasi Lintas Budaya yang Bermakna dalam Masyarakat Multikultural Perspektif Sosiolinguistik. Pidato Pengukuhan Guru Besar UNNES,22 Juni 2006. Semarang: UNNES. Samsudi, 2006. Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: UNNES Press.Tomlinson, Brian. (ed.). 1998. Materials Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Trianto, Agus. 2005. Pengembangan Bahan Ajar: Penelitian Dan Pengembangan Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia Untuk SLTP Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004). Disertasi, Universitas Negeri Jakarta.

Tulalessy, Christina. 2004. Sosiokultural dalam Buku Pelajaran. Buletin Pusat Perbukuan, 46-47

Keterangan

1. Aspek kelayakan isi

2. Aspek kelayakan bahasa

3. Aspek kelayakan penyajian

4. Aspek grafika

5. Aspek multikultural

PAGE

_1370595426.xls