Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi...

14
Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019 Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Pendahuluan Pelaksanaan APBN dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik maupun global yang mendasari asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan APBN. Kondisi ekonomi global pada tahun 2019 diperkirakan cukup stabil dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sama dengan tahun 2018 yaitu sebesar 3,7%. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang pada tahun 2019 juga diproyeksikan sama dengan tahun 2018 yaitu sebesar 4,7%, sedangkan pada lima negara ASIAN (termasuk Indonesia) diproyeksikan melambat 0,1% dibanding tahun 2018 menjadi 5.2%. Terdapat hal-hal yang perlu diwaspadai, antara lain: 1) Capital outflow di tahun 2019 yang dapat mengganggu stabilitas nilai tukar, pasar modal, dan pasar keuangan di Indonesia; 2) Monetary tightening bank sentral global yang direspon BI dengan menaikkan suku bunga sehingga menyebabkan cost of capital menjadi tinggi; 3) Tekanan yang timbul akibat kebijakan dagang proteksionis yang diinisiasi oleh Amerika Serikat sehingga memunculkan perang dagang antarnegara, yang berdampak terhadap penurunan volume ekspor-impor barang dan jasa pada tahun 2019 menjadi 4,0 persen dari sebelumnya 4,2 persen di tahun 2018. Kondisi ekonomi global yang dapat mempengaruhi APBN meliputi: 1) Amerika Serikat, diantaranya kebijakan Fed Fund Rate (FFR), penurunan tarif pajak, produksi minyak mentah yang menyebabkan ketidakpastian yang tinggi pada harga minyak mentah dunia, dan kebijakan pedagangan internasional, serta hubungan Amerika Serikat dengan Tiongkok, Korea Utara, dan konflik di Timur Tengah; 2) Tiongkok, diantaranya perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat pelemahan pertumbuhan ekspor dan meningkatnya pertumbuhan impor, pelemahan PMTB, dan kebijakan pengendalian terhadap nilai mata uang Yuan; 3) Jepang, diantaranya perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat pelemahan pertumbuhan ekspor-impor dan PMTB, dan ketidakpastian kebijakan moneter BOJ; 4) Eropa diproyeksikan stabil, terlihat konvergensi kebijakan moneter antara ECB dengan The Fed. Sumber Risiko Fiskal Risiko fiskal utamanya bersumber dari berbagai aktivitas pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan fiskal yang mengatur perekonomian negara melalui instrumen pendapatan dan belanja negara. Pada APBN tahun 2019, sumber risiko fiskal diidentifikasi ke dalam lima kelompok, yaitu: (1) risiko asumsi dasar ekonomi makro; (2) risiko pendapatan negara; (3) risiko belanja negara; (4) risiko pembiayaan anggaran; dan (5) risiko fiskal tertentu.

Transcript of Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi...

Page 1: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam

Nota Keuangan 2019

Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

Pendahuluan

Pelaksanaan APBN dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik maupun global yang mendasari

asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan APBN. Kondisi ekonomi global pada tahun 2019

diperkirakan cukup stabil dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sama dengan tahun

2018 yaitu sebesar 3,7%. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang pada tahun 2019

juga diproyeksikan sama dengan tahun 2018 yaitu sebesar 4,7%, sedangkan pada lima negara

ASIAN (termasuk Indonesia) diproyeksikan melambat 0,1% dibanding tahun 2018 menjadi 5.2%.

Terdapat hal-hal yang perlu diwaspadai, antara lain:

1) Capital outflow di tahun 2019 yang dapat mengganggu stabilitas nilai tukar, pasar modal, dan

pasar keuangan di Indonesia;

2) Monetary tightening bank sentral global yang direspon BI dengan menaikkan suku bunga

sehingga menyebabkan cost of capital menjadi tinggi;

3) Tekanan yang timbul akibat kebijakan dagang proteksionis yang diinisiasi oleh Amerika

Serikat sehingga memunculkan perang dagang antarnegara, yang berdampak terhadap

penurunan volume ekspor-impor barang dan jasa pada tahun 2019 menjadi 4,0 persen dari

sebelumnya 4,2 persen di tahun 2018.

Kondisi ekonomi global yang dapat mempengaruhi APBN meliputi:

1) Amerika Serikat, diantaranya kebijakan Fed Fund Rate (FFR), penurunan tarif pajak, produksi

minyak mentah yang menyebabkan ketidakpastian yang tinggi pada harga minyak mentah

dunia, dan kebijakan pedagangan internasional, serta hubungan Amerika Serikat dengan

Tiongkok, Korea Utara, dan konflik di Timur Tengah;

2) Tiongkok, diantaranya perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat pelemahan pertumbuhan

ekspor dan meningkatnya pertumbuhan impor, pelemahan PMTB, dan kebijakan

pengendalian terhadap nilai mata uang Yuan;

3) Jepang, diantaranya perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat pelemahan pertumbuhan

ekspor-impor dan PMTB, dan ketidakpastian kebijakan moneter BOJ;

4) Eropa diproyeksikan stabil, terlihat konvergensi kebijakan moneter antara ECB dengan The

Fed.

Sumber Risiko Fiskal

Risiko fiskal utamanya bersumber dari berbagai aktivitas pemerintah yang berkaitan dengan

kebijakan fiskal yang mengatur perekonomian negara melalui instrumen pendapatan dan belanja

negara. Pada APBN tahun 2019, sumber risiko fiskal diidentifikasi ke dalam lima kelompok, yaitu:

(1) risiko asumsi dasar ekonomi makro; (2) risiko pendapatan negara; (3) risiko belanja negara;

(4) risiko pembiayaan anggaran; dan (5) risiko fiskal tertentu.

Page 2: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 2

Risiko Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Perubahan pada setiap variabel asumsi dasar ekonomi makro dari yang semula ditetapkan, akan

memberi dampak positif maupun negatif pada besaran pendapatan negara, belanja negara, dan

pembiayaan anggaran yang bermuara pada perubahan besaran defisit APBN. Dampak perubahan

asumsi dasar ekonomi makro terhadap postur APBN tahun 2019 dapat ditransmisikan sebagai

berikut.

Sensitivitas APBN Tahun 2019 Terhadap Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Sensitivitas APBN 2019 Terhadap Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro (Triliun Rupiah)

Uraian Pertumbuhan

Ekonomi +1% Infrasi +1% SPN +1%

Nilai Tukar

Rupiah

+Rp100/USD

ICP +1 USD Lifting +10

ribu

A. Pendapatan Negara

a. Penerimaan Perpajakan

b. PNBP

B. Belanja Negara

a. Belanja Pemerintah Pusat

b. Transfer ke Daerah dan Dana

Desa

C. Surplus/(Defisit) Anggaran)

D. Pembiayaan

16.3 – 20.1

16.3 – 20.1

4.5 – 9.6

1.4 – 2.0

3.1 – 7.6

10.5 – 11.9

10.2 – 15.2

10.2 – 15.2

3.0 – 6.5

1.1 – 1.4

1.9 – 5.1

7.2 – 8.7

0.1 – 1.4

0.1 – 1.4

(1.4) – (0.1)

3.9 – 5.9

1.9 – 3.2

2.0 – 2.7

2.8 – 8.9

1.6 – 2.3

1.2 – 1.6

1.1 – 2.0

(0.2) – 0.2()

3.1 – 4.2

0.7 – 1.1

2.4 – 3.1

1.7 – 3.2

0.9 – 1.6

0.8 – 1.5

1.0 – 1.4

1.8 – 3.4

0.2 – 1.1

1.5 – 2.3

0.5 – 1.6

0.1 – 0.4

0.4 – 1.2

1.2 – 1.8

Kelebhan/(Kekurangan) Pembiayaan 10.5 – 11.9 7.2 – 8.7 (1.4) – (0.1) 0.9 – 2.2 1.0 – 1.4 1.2 – 1.8

Pengaruh perubahan asumsi dasar ekonomi makro terhadap APBN:

1) Pertumbuhan ekonomi memengaruhi besaran APBN tahun 2019, baik pada sisi pendapatan

maupun belanja negara. Pada sisi pendapatan negara, perubahan pertumbuhan ekonomi

antara lain memengaruhi penerimaan perpajakan, terutama PPh nonmigas, PPN, PBB, cukai,

pajak lainnya, dan bea masuk;

2) Tingkat inflasi memengaruhi APBN tahun 2019 melalui produk domestik bruto (PDB)

nominal. Perubahan PDB nominal berdampak pada perubahan penerimaan perpajakan

terutama PPh nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya;

3) Perubahan tingkat suku bunga SPN 3 bulan hanya akan berdampak pada sisi belanja negara,

yaitu perubahan pada pembayaran bunga utang domestic;

4) Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat memiliki dampak pada semua sisi APBN,

baik pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Perubahan tersebut

terjadi terutama pada anggaran yang menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat sebagai

komponen penghitungan;

5) Harga minyak mentah Indonesia (ICP) memengaruhi besaran APBN tahun 2019 terutama

pada anggaran yang menggunakan harga minyak mentah sebagai komponen penghitungan.

Pada sisi pendapatan negara, perubahan harga minyak mentah akan berdampak terhadap

penerimaan PPh migas dan PNBP SDA migas. Pada sisi belanja negara, perubahan harga

minyak mentah Indonesia antara lain akan memengaruhi belanja subsidi energi, DBH migas

ke daerah akibat perubahan PNBP SDA migas serta anggaran pendidikan dan kesehatan;

Page 3: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 3

6) Perubahan lifting minyak dan lifting gas akan memengaruhi besaran APBN tahun 2019 pada

anggaran yang bersumber dari penjualan minyak mentah Indonesia, yaitu penerimaan PPh

migas, PNBP SDA migas, DBH migas, DAU, serta alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan.

Sensitivitas Risiko Fiskal BUMN terhadap Perubahan Variabel Ekonomi Makro

Perubahan kondisi ekonomi makro akan menimbulkan shock/goncangan terhadap kinerja BUMN

yang pada akhirnya menimbulkan perubahan eksposur terhadap APBN. Eksposur penerimaan

negara yang bersumber dari BUMN berasal dari ketidakpastian penerimaan pajak, dividen,

privatisasi, atau pendapatan Pemerintah atas bunga pengembalian pokok atas utang BUMN.

Sementara itu, eksposur pengeluaran negara kepada BUMN dapat melalui subsidi, penyertaan

modal negara (PMN), maupun pinjaman kepada BUMN. Mengingat besarnya kontribusi BUMN

terhadap penerimaan negara, maka perlu ditelaah kemungkinan naik turunnya penerimaan

negara jika terjadi perubahan ekonomi makro.

Berdasarkan hasil model macro stress test BUMN tahun 2019, secara agregat kenaikan suku

bunga, harga minyak, dan kenaikan kurs berpengaruh positif atau memiliki eksposur positif

terhadap penerimaan negara yang bersumber dari BUMN. Sementara itu, penurunan PDB

memberikan pengaruh negatif atau memiliki eksposur negatif terhadap APBN.

Risiko Pendapatan Negara

Pada postur APBN tahun 2019 penerimaan perpajakan ditetapkan sebesar Rp1.786,4 triliun yang

terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp1.743,1 triliun Pendapatan Pajak Dalam Negeri dan

Rp43,3 triliun Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional. Penerimaan tersebut meningkat

15,4 persen dari outlook APBN tahun 2018. Dari sisi rasio perpajakan terhadap PDB (termasuk

SDA Migas dan Pertambangan), APBN tahun 2019 menargetkan rasio sebesar 12,2%. Yang

menjadi risiko bagi APBN adalah volatilitas harga BBM cukup besar dan perubahan pola

konsumsi masyarakat cenderung bersifat leisure dan berbasis online. Faktor-faktor tersebut

dapat berdampak negatif terhadap penerimaan PPh Migas dan PPN.

Risiko terhadap penerimaan negara dapat disebabkan oleh perubahan perilaku pelaku usaha

yang muncul karena semakin terintegrasinya perdagangan global dan regional (seperti

terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang mendorong meningkatnya aliran barang,

investasi/modal, dan tenaga terampil, di antaranya:

1) Perdagangan global secara elektronik (e-commerce) baik barang berwujud, barang tidak

berwujud, dan jasa;

2) Penggunaan uang elektronik (e-cash, koin digital) secara anonim;

(3.63)

(3.20)

25.70

(3.47)

(5.94)

(10.00) (5.00) - 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

Inflasi +1%

Bunga +1%

Minyak +20

Kurs +20%

PDB -1%

Hasil Analisis Model Macro Stress Test Bumn Terhadap Perubahan Penerimaan Negara dari BUMN Tahun 2019 (%)

Page 4: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 4

3) Peningkatan fragmentasi proses bisnis melalui perdagangan intra-perusahaan lintas negara

berpeluang terjadinya transfer pricing;

4) Munculnya berbagai strategi manufaktur dan distribusi (contract manufacturing and

commissionaire sales) dan tidak diperlukannya “Permanent Establishment” untuk melakukan

usaha di suatu negara.

5) Peningkatan efisiensi bahan bakar dan inovasi teknologi “hijau”, seperti kendaraan elektrik,

akan terus menekan harga migas.

Beberapa faktor penyebab tidak tercapainya target pajak adalah antara lain: lemahnya kepatuhan

wajib pajak, tingginya shadow economy, struktur penerimaan pajak yang tidak berimbang,

rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang

dinamis.

Risiko Belanja Negara

Risiko fiskal yang bersumber dari belanja negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko

kebijakan (policy risk) dan risiko penyerapan anggaran (budget execution risk). Kebijakan

Pemerintah yang mengakibatkan ruang gerak fiskal (fiscal space) menjadi terbatas adalah

besaran pengeluaran negara yang diwajibkan (mandatory spending). Perkembangan dan

proyeksi alokasi anggaran mandatory spending terhadap total anggaran belanja negara dari tahun

2014 sampai dengan tahun 2022 terlihat pada grafik dibawah.

Perkembangan Dan Proyeksi Mandatory Spending 2014 – 2022

Berdasarkan grafik tersebut, rata-rata mandatory spending dalam kurun waktu 2013 hingga 2021

sebesar 77,9 persen terhadap belanja negara (perhitungan mandatory spending tahun 2020

sampai dengan tahun 2022 menggunakan angka indikasi). Berdasarkan hal ini, risiko fiskal yang

dihadapi Pemerintah adalah keterbatasan ruang gerak fiskal untuk mengalokasikan belanja

prioritas lain di luar mandatory spending.

Page 5: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 5

Penyerapan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat 2013 - 2018

Sementara itu, budget execution risk terkait dengan risiko atas pencapaian penyerapan anggaran

terhadap target yang sudah ditentukan. Ketika realisasi penyerapan belanja Kementerian

Negara/Lembaga (K/L) jauh di bawah rencana, maka pencapaian output maupun outcome dari

anggaran yang sudah dialokasikan akan terganggu sehingga program Pemerintah tidak

terlaksana dengan baik.

Terkait rendahnya daya serap, hal tersebut bisa terjadi karena beberapa sebab antara lain,

lambatnya proses administrasi di K/L, kehati-hatian K/L dalam pengelolaan anggaran, dan

adanya kendala teknis seperti pinjaman dan hibah luar negeri.

Risiko Pembiayaan Anggaran

Dalam memonitor pengelolaan risiko utang Pemerintah, digunakan beberapa indikator risiko

yang mewakili tiga jenis risiko utama yaitu risiko tingkat bunga (interest rate risk), risiko nilai

tukar (exchange rate risk), dan risiko pembiayaan kembali (refinancing risk).

Perkembangan Outstanding Dan Indikator Risiko Utang Pemerintah Pusat

Uraian 2014 2015 2016 2017 Okt-2018

Outstanding (triliun rupiah)

- Surat Berharga Negara

- Pinjaman

1.931,2

677,6

2.410,0

755,1

2.780,9

734,9

3248,9

746,2

3.644,6

833,9

Total 2.608,8 3.165,1 3.515,7 3.995,1 4.478.6

Indikator Risiko Utama

Interest Rate Risk (%)

- Rasio Variable Rate

- Refixing Rate

14,8

21,0

13,7

20,7

12,1

17,5

10,6

19,5

10,6

20,4

Exchange Rate Risk (%)

Rasio Utang FX – Total Utang 43,4 44,5 43,6 41,3 42,5

Refinancing Risk (%)

- Utang Jatuh Tempo < 1 tahun

- Utang Jatuh Tempo < 2 tahun

- Utang Jatuh Tempo < 3 tahun

- Average Time to Maturity

7,7

20,1

33,9

9,9

8,4

21,4

34,7

9,4

6,5

22,7

36,0

9,1

9,9

25,0

39,3

8,7

11,1

26,2

41,0

8,5

Page 6: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 6

Proyeksi Risiko Utang Pemerintah Pusat

Berdasarkan APBN jangka menengah/Medium Term Budget Framework (MTBF), dalam jangka

menengah Pemerintah berencana untuk memprioritaskan penerbitan SBN domestik pada

kisaran 70,0% – 80,0%, melakukan shorthening duration dengan meningkatkan penerbitan SPN

dan SBN jangka pendek, dan melakukan penerbitan di tenor jangka menengah hingga jangka

panjang dengan tetap mempertahankan ketersediaan penerbitan SPN 3 bulan dan 6 bulan serta

1 tahun, dan melakukan penerbitan SBN valas sebagai pelengkap dalam denominasi hard

currency untuk membantu memenuhi kebutuhan cadangan devisa negara. Mempertimbangkan

kondisi perekonomian di tahun 2018 yang cukup volatile, maka di tahun 2019 diterapkan shock

yang berdampak langsung terhadap pengelolaan pembiayaan, dengan risiko utang diproyeksikan

bergerak dalam kisaran berikut:

1) Risiko nilai tukar semakin menurun yang ditunjukkan oleh rasio utang valas terhadap total

utang sebesar 39,5% pada tahun 2019 menjadi 36,0% pada tahun 2022 dengan kisaran +6,0

persen untuk mengakomodasi shock;

2) Risiko tingkat bunga semakin terkendali dengan rasio tingkat bunga mengambang terhadap

total utang yang dijaga berada pada kisaran minimum 90,5%pada periode tahun 2019 hingga

2022 dengan kisaran +1,5% untuk mengakomodasi shock;

3) Risiko pembiayaan kembali yang terkendali dengan rasio utang yang jatuh tempo dalam

jangka pendek (1 tahun) terhadap total utang sebesar 8,8% di tahun 2019 menuju 10,3% di

tahun 2022 dengan kisaran +1,0 persen dan average time to maturity sebesar 8,4 tahun di

tahun 2019 menuju 8,1 tahun di tahun 2022 dengan kisaran +0,5 tahun untuk

mengakomodasi shock;

Indikator risiko utang yang berkaitan dengan kesinambungan fiskal akan ikut terpengaruh oleh

shock nilai tukar rupiah dan tingkat imbal hasil, dengan proyeksi sebagai berikut:

1) Rasio utang terhadap PDB diperkirakan sebesar 29,5 – 30,5% pada periode tahun 2019

hingga 2022 dengan potensi pergerakan di kisaran +4,0% untuk mengakomodasi shock. Pada

saat kondisi shock, rasio utang terhadap PDB meningkat melebihi 30,0% sebagai akibat

tekanan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

2) Rasio pembayaran bunga utang terhadap PDB sebesar 1,7-2,0 persen pada periode tahun

2019 hingga 2022 dengan kisaran +0,2 persen dan rasio pembayaran bunga utang terhadap

outstanding utang sebesar 5,9-6,6 persen dengan kisaran sebesar +0,2% pada periode tahun

2019 hingga 2022 untuk mengakomodasi shock. Tingginya rasio pembayaran bunga

merefleksikan tingkat keseimbangan baru berkenaan dengan peningkatan suku bunga BI 7-

DRRR pada 2018 hingga mencapai 5,5% di triwulan III 2018 merespon peningkatan Fed Fund

Rate yang hingga kini telah mencapai 2,00 - 2,25%.

Risiko Kewajiban Kontinjensi

Risiko kewajiban kontinjensi Pemerintah Pusat diidentifikasi bersumber dari:

1) Dukungan dan/atau jaminan pemerintah pada proyek pembangunan infrastruktur, berasal

dari dukungan dan/atau jaminan yang diberikan oleh Pemerintah terhadap beberapa proyek,

yaitu:

a) Program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 MW Tahap I dan

Tahap II:

- Total nilai dari 36 perjanjian kredit proyek sebesar USD3,96 miliar dan Rp40,9 triliun

untuk FTP I. Hingga bulan Oktober 2018, 9 dari 36 perjanjian kredit proyek FTP I

telah dinyatakan lunas dengan total nilai kredit sebesar Rp13,1 triliun. Dengan

Page 7: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 7

lunasnya perjanjian kredit yang merupakan perjanjian pokok, maka surat jaminan

Pemerintah yang merupakan accesoir dari perjanjian pokok dengan sendirinya juga

berakhir;

- Sampai dengan bulan Oktober 2018, Pemerintah telah mengeluarkan 12 surat

jaminan kelayakan usaha untuk proyek IPP dalam FTP II;

b) Program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 35.000 MW;

- Jaminan pinjaman diberikan guna mendukung PT PLN (Persero) dalam

melaksanakan percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan melalui

skema swakelola, sedangkan jaminan kelayakan usaha PT PLN (Persero) diberikan

guna mendukung PT PLN (Persero) dalam melaksanakan percepatan pembangunan

infrastruktur ketenagalistrikan melalui skema kerja sama dengan badan usaha

penyedia tenaga listrik;

- Adanya sebagian proyek program 35.000 MW yang telah berjalan yang

pendanaannya tanpa jaminan pemerintah menurunkan eksposur risiko fiskal atas

jaminan pemerintah atas program 35.000 MW.

c) Percepatan penyediaan air minum;

- Jaminan pemerintah pusat terhadap kredit investasi PDAM diberikan sebesar 70,0%

dari jumlah pokok kredit investasi PDAM yang telah jatuh tempo, sedangkan sisanya

sebesar 30,0% menjadi risiko bank yang memberikan kredit investasi;

- Tingkat bunga kredit investasi yang disalurkan bank kepada PDAM ditetapkan

sebesar BI rate ditambah paling tinggi sebesar 5,0 persen. Dari jumlah tersebut,

tingkat bunga sebesar BI rate akan menjadi kewajiban PDAM, sedangkan sisanya

akan menjadi subsidi yang dibayarkan oleh Pemerintah Pusat;

d) Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha:

- Hingga Oktober 2018, terdapat tujuh proyek KPBU yang mendapat penjaminan BUPI

bersama-sama dengan penjaminan pemerintah, yaitu: PLTU Batang 2x1.000 MW,

jalan tol Jakarta – Cikampek II (Elevated), jalan tol Krian – Legundi – Bunder – Manyar,

jalan tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan, jalan tol Serang – Panimbang, jalan tol

Probolinggo – Banyuwangi, dan jalan tol Jakarta-Cikampek II Selatan;

- Dalam rangka mendukung KPBU dalam penyediaan infrastruktur sebagai alternatif

pembiayaan infrastruktur, Pemerintah menyediakan fasilitas dan dukungan

pemerintah berupa PDF dan VGF;

- Terdapat skema alternatif yaitu KPBU AP dengan proyek pertamanya yaitu Proyek

Palapa Ring;

e) Penugasan percepatan pembangunan jalan tol trans Sumatera;

- Jaminan pemerintah diberikan terhadap kewajiban pembayaran PT Hutama Karya

(Persero) atas pendanaan berupa penerbitan obligasi dan pinjaman dari lembaga

keuangan;

- Kemampuan PT Hutama Karya (Persero) dalam memenuhi kewajiban kepada

kreditur secara tepat waktu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, antara

lain berupa komitmen PM dari Pemerintah, kebijakan tarif, fluktuasi nilai tukar, dan

tingkat kelayakan proyek untuk masing-masing ruas. Mengingat penugasan yang

diberikan kepada PT Hutama Karya (Persero) diberikan atas ruas jalan tol yang layak

Page 8: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 8

secara ekonomi namun tidak layak secara finansial, maka risiko pemenuhan

kewajiban pembayaran kepada kreditur menjadi meningkat.

f) pembiayaan infrastruktur melalui pinjaman langsung dari lembaga keuangan

internasional kepada BUMN dengan jaminan pemerintah;

- Pemerintah telah menerbitkan empat jaminan terhadap pinjaman langsung yang

dilakukan oleh PT PLN (Persero) dalam mendukung program ketenagalistrikan

dengan berfokus kepada peningkatan akses penyediaan listrik dan perbaikan

kualitas layanan terutama di Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara serta

penyempurnaan sistem dan tata kelola perusahaan. Total jaminan yang telah

diterbitkan senilai USD2,03 miliar.

g) penyediaan pembiayaan infrastruktur daerah melalui penugasan kepada PT SMI

(Persero);

- Hingga Oktober 2018, total komitmen pinjaman daerah (termasuk pinjaman daerah

yang telah lunas) sebesar Rp5.589,0 miliar terdiri dari 22 fasilitas pinjaman daerah

yang merupakan pengalihan dari PIP sebesar Rp2.440,6 miliar (tahun 2012-2015)

dan terdapat 19 perjanjian pinjaman baru yang telah dilakukan oleh PT SMI

(Persero) mulai tahun 2016 sampai dengan saat ini dengan nilai komitmen sebesar

Rp3.148,4 miliar;

h) percepatan penyelenggaraan kereta api ringan/light rail transit terintegrasi di wilayah

Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi;

- Pemerintah menugaskan kepada PT Adhikarya (Persero) untuk membangun

prasarana LRT Jabodebek. Pemerintah melakukan pembayaran atas pembangunan

prasarana melalui pembayaran yang dialokasikan dalam anggaran belanja

Kementerian Perhubungan dan/atau dilakukan Pemerintah melalui PT KAI

(Persero). Dalam hal pembayaran atas pembangunan prasarana yang dibangun oleh

PT Adhikarya (Persero) dilakukan melalui PT KAI (Persero);

- Pemerintah memberikan dukungan berupa subsidi/bantuan dan/atau insentif fiskal

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Selain itu, Pemerintah juga

memberikan jaminan pemerintah dalam hal pendanaan PT KAI (Persero) untuk

pelaksanaan penugasan yang bersumber dari penerbitan obligasi dan/atau pinjaman

dari lembaga keuangan.

Pemberian dukungan/jaminan ini membawa konsekuensi fiskal bagi Pemerintah dalam

bentuk dukungan peningkatan kewajiban kontingensi pemerintah yang kemudian dapat

menjadi tambahan beban bagi APBN apabila terjadi gagal bayar (default).

2) Risiko Program Jaminan Sosial Nasional dan Jaminan PNS

Potensi risiko fiskal dari penyelenggaraan program jaminan sosial nasional bersumber dari

ketidaksesuaian antara penerimaan iuran dengan pembayaran klaim manfaat program

jaminan sosial. Kewajiban kontingensi pemerintah terjadi apabila terdapat tambahan defisit

Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan akibat deviasi antara target penerimaan iuran dan

pembiayaan program dengan realisasinya.

a) Program Jaminan Kesehatan

Laporan keuangan audited DJS Kesehatan tahun 2014 – 2017 menunjukkan keuangan DJS

Kesehatan mengalami defisit. Untuk menjaga kesehatan keuangan DJS Kesehatan,

Pemerintah melakukan intervensi melalui PMN sebesar Rp5,0 triliun pada tahun 2015

Page 9: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 9

dan Rp6,8 triliun pada tahun 2016, serta belanja negara sebesar Rp3,6 triliun pada tahun

2017 dan Rp4,9 triliun pada tahun 2018.

b) Program Jaminan Ketenagakerjaan

Risiko fiskal yang berasal dari program jaminan sosial ketenagakerjaan SJSN disebabkan

oleh risiko unfunded liability yang pada tahun 2019 relatif tidak ada. Risiko ini diukur

melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan rasio klaim dan pendekatan aset bersih.

Berdasarkan pendekatan rasio klaim dan pendekatan aset bersih yang digunakan dalam

mengukur potensi fiskal atas program jaminan sosial ketenagakerjaan, dapat

disimpulkan bahwa kesehatan keuangan DJS Ketenagakerjaan SJSN di tahun 2019

tergolong sehat.

c) Program Jaminan Sosial Aparatur Sipil Negara

Perubahan penerapan desain program JP dan JHT PNS saat ini menjadi desain baru yang

diyakini memiliki potensi risiko fiskal yang cukup besar, baik secara jangka menengah

maupun jangka panjang, apabila tidak didesain secara cermat dan hati-hati. Beberapa

potensi sumber risiko fiskal JP dan JHT adalah sebagai berikut:

- Kebijakan desain program single pillar (terpisah) dari program jaminan sosial SJSN

atau multi pillar (terintegrasi) dengan program jaminan sosial SJSN;

- Penggunaan skema pay as you go sebagaimana diterapkan saat ini dapat menambah

beban APBN saat jumlah PNS semakin meningkat, sedangkan penggunaan skema

target funding atau fully funding dapat menimbulkan beban APBN atas iuran yang

dibayarkan Pemerintah sebagai pemberi kerja sejak awal implementasi program.

Risiko atas skema program dan skema pembiayaan tersebut dapat berdampak

langsung pada beban program pensiun terhadap APBN yang akan menjadi komitmen

pemerintah dan kontingensi apabila terdapat perubahan kebijakan.

- Populasi terbanyak PNS sebagian besar berada pada rentang usia 40–55 tahun yang

dalam konteks program pensiun akan menjadi beban sehingga perlu kebijakan yang

tepat.

3) Risiko Fiskal dari Lembaga Keuangan Tertentu

Risiko fiskal yang berasal dari Lembaga Keuangan Tertentu timbul karena adanya peraturan

perundangan yang mewajibkan Pemerintah untuk menambah modal lembaga keuangan,

yaitu:

a) Bank Indonesia, berdasarkan prognosis tahun 2018 dan proyeksi keuangan tahun 2019,

BI diperkirakan akan memperoleh surplus masing-masing sebesar Rp25,2 triliun dan

Rp13,6 triliun, dengan rasio modal terhadap kewajiban moneter BI per 31 Desember

2018 dan 2019 masing-masing sebesar 11,95% dan 11,60%.

b) LPS, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS diatur bahwa dalam hal modal

LPS menjadi kurang dari Rp4,0 triliun, Pemerintah dengan persetujuan DPR menutup

kekurangan tersebut. Sampai dengan akhir tahun 2016, ekuitas LPS telah berkembang

menjadi sebesar Rp87,5 triliun.

c) LPEI, Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang LPEI, modal awal LPEI

ditetapkan paling sedikit Rp4,0 triliun. Pada tahun 2018 total aktiva diproyeksikan

tumbuh sebesar 11,0% dibandingkan tahun 2017. Pembiayaan ekspor tumbuh sebesar

11,3%, penjaminan tumbuh sebesar 6,0%, dan asuransi tumbuh sebesar 8,4%. Sementara

itu, ekuitas diproyeksikan tumbuh sebesar 9,8%.

Page 10: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 10

d) PT PII berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010, Menteri Keuangan

mencukupi kekayaan BUPI melalui mekanisme APBN. Hingga kwartal pertama tahun

2018, PT PII (Persero) telah memberikan penjaminan terhadap 16 proyek. Atas

penjaminan tersebut, nilai maksimum eksposur telah mencapai Rp36,3 triliun dimana

gearing ratio mencapai 3,5 kali.

Risiko Fiskal Tertentu

Pada APBN 2018, risiko fiskal tertentu diidentifikasi terdiri dari:

1) Risiko bencana alam, kejadian bencana alam di Indonesia cukup tinggi, sehingga pemerintah

diharapkan selalu siap, baik kegiatan penanggulangan bencana maupun pembiayaannya.

Kejadian bencana alam di Indonesia pada periode 2009 sampai dengan Mei 2018 disajikan

pada grafik berikut:

Kejadian Bencana Alam di Indonesia 2009 – 2018

2) Risiko tuntutan hukum:

- Per 30 Juni 2018 terdapat 593 perkara dari 53 kementerian negara/lembaga dengan

rincian perkara: 304 perkara pada pengadilan tingkat pertama, 58 perkara pada tingkat

banding, 69 perkara pada tingkat kasasi, 26 perkara pada tingkat peninjauan kembali, dan

136 perkara yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht);

- Atas perkara inkracht tersebut, terdapat 67 perkara yang menimbulkan potensi

pengeluaran negara sebesar Rp11,70 triliun, USD116,03 juta, €38.860,03, RM2,05 juta

serta penyerahan aset berupa tanah dan/atau bangunan seluas 436,2 ha. Selain itu,

terdapat pula perkara inkracht yang tidak menimbulkan potensi pengeluaran negara

maupun penyerahan aset berupa tanah dan/atau bangunan sebanyak 69 perkara;

3) Risiko program pembiayaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),

ditargetkan untuk mampu membiayai satu juta unit rumah yang terbagi atas kelompok MBR

sekitar 400 – 500 ribu unit dan non-MBR sekitar 500 – 600 ribu unit dengan menggunakan

instrumen belanja subsidi untuk menutup selisih suku bunga pasar dengan suku bunga tetap

5,0 persen. Instrumen pembiayaan tersebut berpotensi menambah beban belanja subsidi

apabila terjadi kenaikan suku bunga pembiayaan perumahan;

4) Risiko pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) khususnya panas bumi, bersumber dari

besarnya risiko pengembang dalam mendapatkan uap saat eksplorasi panas bumi. Dalam

rangka menarik minat pengembang untuk memanfaatkan energi panas bumi, Pemerintah

menyediakan skema risk sharing;

Page 11: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 11

5) Risiko BUMN Penugasan

- Nilai PMN yang telah diinvestasikan oleh Pemerintah kepada BUMN tidak kurang dari

Rp58,75 triliun untuk program pembangunan infrastruktur dan maritim, serta Rp29,1

triliun untuk program kedaulatan energi selama tahun 2015 – 2016;

- Risiko keuangan yang timbul dari penugasan BUMN infrastruktur dapat muncul melalui

beberapa bentuk yaitu: (1) Langsung berdampak kepada APBN akibat pembayaran klaim

terhadap pinjaman atau pendanaan BUMN infrastruktur yang dijamin oleh Pemerintah,

(2) Tidak langsung berdampak kepada APBN, yaitu kegagalan keuangan BUMN memicu

APBN sebagai last resort untuk menyelamatkan keuangan BUMN infrastruktur serta

dampak penjalaran kegagalan keuangan BUMN infrastruktur kepada perbankan dan

pasar modal.

- Terdapat beberapa penyebab yang dapat memicu risiko fiskal dari penugasan BUMN

infrastruktur menjadi kenyataan, diantaranya: (1) Tidak seluruh proyek memiliki

kelayakan keuangan secara komersial, namun berdampak besar terhadap pertumbuhan

ekonomi daerah dan nasional, (2) fluktuasi asumsi makro ekonomi seperti tingkat suku

bunga, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan harga minyak mentah dapat

menurunkan kesehatan keuangan BUMN dan pengembalian investasi proyek

infrastruktur, (3) perubahan regulasi termasuk penentuan tarif yang tidak sesuai dengan

rencana pengembalian investasi, (4) risiko yang melekat pada pembangunan proyek

infrastruktur seperti pembebasan lahan, metode konstruksi, keterbatasan sumber daya,

perijinan, dan lain sebagainya, (5) risiko operasional dari pengelolaan aset infrastruktur

yang dapat menurunkan kinerja keuangan BUMN, dan (6) tuntutan hukum.

Mitigasi Risiko Fiskal

Dalam rangka pengelolaan fiskal yang berkesinambungan dan penuh kehati-hatian (prudent),

perlu dilakukan langkah-langkah mitigasi risiko atas perubahan kondisi perekonomian yang

diperkirakan terjadi sehingga dapat meminimalkan dampaknya terhadap APBN.

1) Mitigasi Risiko Asumsi Dasar Ekonomi Makro

- Untuk mengantisipasi terjadinya tambahan defisit akibat deviasi asumsi dasar ekonomi

makro dengan realisasinya. Pemerintah mengalokasikan dana cadangan risiko asumsi

dasar ekonomi makro. Dana cadangan ini berfungsi sebagai bantalan (cushion) untuk

mengurangi besaran defisit APBN;

- Langkah mitigasi risiko fiskal BUMN terhadap perubahan variabel ekonomi makro,

diharapkan BUMN telah menerapkan manajemen risiko, dimana masing-masing BUMN

telah melakukan penilaian risiko. Dari hasil penilaian risiko, BUMN dapat melakukan

pengambilan keputusan yang tepat untuk penanganan risiko dalam hal ini risiko yang

timbul sebagai akibat dari perubahan faktor makro;

2) Mitigasi Risiko Pendapatan Negara

- Memantau perkembangan kebijakan pajak di berbagai negara sehingga akan dilakukan

penyesuaian apabila diperlukan. Pada tahun 2018, Pemerintah telah menurunkan tarif

PPh UMKM untuk mendukung industri tersebut berkembang dan tahan terhadap

volatilitas ekonomi global. Hal ini sejalan dengan tren “broad base, low rate” dengan tarif

diharapkan pelaku usaha UMKM tidak terbebani.

- Mencari sumber-sumber penerimaan pajak yang baru sesuai dengan peraturan

perundang-undangan untuk dapat memperluas sumber penerimaan pajak;

Page 12: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 12

- Pemerintah akan melakukan reformasi terhadap institusi penerimaan negara khususnya

terkait dengan organisasi kelembagaan, proses bisnis, dan sumber daya manusia.

3) Mitigasi Risiko Belanja Negara

Pemerintah berusaha untuk melaksanakan kebijakan mengalihkan program kurang

produktif ke program yang lebih produktif, antara lain mengurangi alokasi untuk kegiatan

konsumtif seperti perjalanan dinas dan konsinyering. Pemerintah juga telah mengambil

kebijakan pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja sehingga pengalokasian anggaran

diharapkan dapat sesuai kebutuhan dan pencapaian target. Dari sisi penyerapan, Pemerintah

juga telah berusaha menyederhanakan proses realisasi dengan menyempurnakan regulasi

mengenai mekanisme pengadaan barang dan jasa, mekanisme revisi DIPA, serta

penyederhanaan mekanisme pencairan anggaran.

4) Mitigasi Risiko Pembiayaan Anggaran

a) Mitigasi Risiko Utang Pemerintah

Secara umum dapat dijelaskan menjadi dua kelompok, yaitu mitigasi terhadap risiko

tingkat bunga, nilai tukar, dan pembiayaan kembali serta mitigasi terhadap potensi

kekurangan (shortage) pada pembiayaan melalui utang.

1. Mitigasi terhadap risiko tingkat bunga, nilai tukar, dan pembiayaan kembali

- Mengoptimalkan sumber pendanaan utang dari dalam negeri dengan

mengutamakan utang baru dalam mata uang rupiah dan mengendalikan porsi

penerbitan SBN valas;

- Memaksimalkan utang baru dengan tenor menengah – panjang dan tingkat bunga

tetap;

- Melakukan manajemen utang (liability management) melalui mekanisme

pembelian kembali (buyback) dan/atau debt switch;

- Memanfaatkan instrumen lindung nilai.

2. Mitigasi terhadap potensi kekurangan (shortage) pada pembiayaan melalui utang

- Upaya optimalisasi penarikan pinjaman tunai;

- Perencanaan yang strategis atas rencana private placement beberapa institusi

potensial;

- Penggunaan dana idle cash dari BLU sebagai dana talangan, dan/atau melalui

mekanisme private placement;

- penerbitan instrumen SBN yang mendorong pendalaman pasar dan perluasan

basis investor;

- penerbitan SBN valas melalui mekanisme SEC shelf registered yang dipandang

cukup efektif dalam mengakomodasi perubahan komposisi penerbitan

pembiayaan dan cukup efisien dalam hal waktu penerbitan dan biaya utang;

- pinjaman tunai komersial;

b) Mitigasi Risiko Kewajiban Kontinjensi Pemerintah

1. Mitigasi terhadap Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah pada Proyek

Pembangunan Infrastruktur

Page 13: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 13

- Pada saat sebelum pemberian dukungan dan/atau jaminan Pemerintah, dilakukan

proses evaluasi menyeluruh untuk meminimalkan risiko gagal bayar dari pihak

terjamin;

- Setelah dukungan dan/atau jaminan Pemerintah, dilakukan dengan membuat

alokasi anggaran kewajiban penjaminan;

- Melalui pemantauan secara berkala, baik dalam skala korporasi pihak terjamin

maupun dalam skala proyek yang dijamin;

2. Mitigasi Risiko Program Jaminan Sosial Nasional dan Jaminan Sosial PNS

- Mengalokasikan tambahan belanja untuk DJS Kesehatan;

- Melakukan pertemuan secara kontinyu antara Kementerian Keuangan, BPJS

Kesehatan, dan K/L terkait guna membahas upaya-upaya pengendalian defisit DJS

Kesehatan dalam jangka pendek dan jangka panjang;

- BPJS Kesehatan melakukan upaya-upaya dari pendekatan spending (kendali mutu-

kendali biaya) dan revenue (perluasan kepesertaan dan peningkatan

kolektibilitas);

- Pemerintah terus mengkaji berbagai upaya alternatif lain yang lebih efektif dan

efisien dalam meningkatkan partisipasi kepesertaan, khususnya bagi kelompok

PBPU dan BP;

- Membentuk dana cadangan untuk pembayaran klaim program JHT;

- Menyusun desain program JP dan JHT PNS dengan mempertimbangkan

Keseimbangan tiga prinsip, yaitu kecukupan manfaat (adequacy), kemampuan

membayar (affordability), dan kesinambungan program (sustainability);

c) Mitigasi Risiko Fiskal dari Lembaga Keuangan Tertentu

Pemerintah melakukan pemantauan korporasi khususnya terhadap kebijakan, kegiatan

usaha, manajemen risiko masing-masing lembaga keuangan, serta memantau

perkembangan posisi permodalan untuk mendapatkan informasi yang lebih dini potensi

risiko fiskal yang mungkin timbul dari aksi korporasi lembaga keuangan tersebut.

d) Mitigasi Risiko Fiskal Tertentu

- Mitigasi risiko bencana alam dilakukan dengan dua opsi. Opsi ex-post financing

melalui alokasi anggaran maupun realokasi anggaran di beberapa K/L terkait dan

menyediakan dana cadangan penanggulangan bencana (dana kontinjensi) yang

dialokasikan pada Kementerian Keuangan. Sementara, opsi ex-ante financing

dilakukan melalui implementasi risk transfer;

- Mitigasi risiko tuntutan hukum dibedakan sesuai dengan jenis tuntutan hukum.

Terkait tuntutan hukum pada perkara perdata yang menitikberatkan pada adanya

permintaan ganti rugi, maka upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk menghindari

terjadinya perbuatan melawan hukum dan/atau wanprestasi. Terkait tuntutan

hukum yang diajukan pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dengan objek

sengketa berupa Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), maka bentuk mitigasi yang

dapat dilakukan adalah dengan menerapkan asas kecermatan dan kehati-hatian

dalam membuat keputusan atau pengambilan kebijakan,

- Mitigasi risiko program pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan

rendah dilakukan dengan menyediakan dana murah yang bersumber dari lembaga

keuangan pembiayaan perumahan milik Pemerintah, sehingga dapat menurunkan

Page 14: Pengungkapan Risiko Fiskal Dalam Nota Keuangan 2019...rendahnya tax buoyancy, rumitnya administrasi dan perubahan kebijakan perpajakan yang dinamis. Risiko Belanja Negara Risiko fiskal

Page 14

batas atas dari suku bunga KPR yang pada akhirnya menghasilkan selisih subsidi

bunga yang lebih rendah.

- Mitigasi risiko terhadap pengembangan EBT panas bumi, dilakukan dengan (1)

penggunaan teknologi survei geokimia lanjutan (2) penggunaan deep slim hole (3)

penerapan prosedur stop and go pada setiap tahapan pengeboran berdasarkan

rekomendasi tenaga ahli yang berpengalaman untuk meminimalkan kerugian yang

lebih besar (cut loss).

- Mitigasi risiko BUMN Penugasan dilakukan dengan memantau risiko keuangan

masing-masing BUMN melalui alat bantu dashboard yang terbagi menjadi: (1)

dashboard individual yang menampilkan risiko tiap BUMN infrastruktur yang

melaksanakan pembangunan infrastruktur, dan (2) dashboard contagion yang

menampilkan risiko keterkaitan antara BUMN infrastruktur dengan Keuangan

Negara, Bank BUMN, dan BUMN lainnya.