PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web...

40
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAH AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT Kasus Kawasan Pantai Ampenan – Mataram Oleh: Bambang Sugiarto Tibin Rubi Prayudi Siti Zubaidah Kurdi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah menjadi issue global bahwa kenaikan muka air laut berpengaruh besar terhadap kondisi kawasan pantai seperti menyusutnya area pantai, hilangnya hutan bakau, haliangnya sarana dan prasarana. Kerusakan tidak hanya terjadi secara fisik tetapi juga secara sosial dan ekonomi. Tingkat kerusakan akan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya bergantung pada daya dukung kawasan sehingga perlu penanganan yang berbeda. Adanya kebijakan yang berlainan mengakibatkan pemanfaatan kawasan menjadi berlainan pula. Kenaikan muka air laut terjadi relatif lambat. Berdasarkan pengamatan kenaikan muka air laut per tahun pada beberapa tempat menunjukan angka yang sangat kecil dibandingkan dengan luas areanya Walaupun demikian sejumlah penduduk pantai menyatakan bahwa tinggi genangan saat pasang selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini ditunjukan dengan pindahnya rumah penduduk karena lahan yang ditinggali sudah tidak mungkin untuk ditinggali atau pada beberapa rumah perlu dibuat tanggul di bagian depan sebagai penghalang air masuk. Penanganan kawasan dengan membangun tanggul adalah salah satu pengaman lingkungan. Mataram adalah kota pantai yang mempunyai garis pantai sepanjang ....Km. Kawasan pantai yang berada di kecamatan Ampenan mempunyai topografi yang relatif datar sehingga pada waktu-waktu tertentu saat terjadi pasang tertinggi di kawasan tersebut sering tergenang. Area genangan akan lebih lebar pada saat musim hujan. Frekwensi yang terjadinya genangan meningkat setiap tahun mangkibatkan terjadinya perubahan Makalah dan Presentasi 212

Transcript of PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web...

Page 1: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAH AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT Kasus Kawasan Pantai Ampenan – Mataram

Oleh:Bambang SugiartoTibin Rubi PrayudiSiti Zubaidah Kurdi

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangTelah menjadi issue global bahwa kenaikan muka air laut berpengaruh besar

terhadap kondisi kawasan pantai seperti menyusutnya area pantai, hilangnya hutan bakau, haliangnya sarana dan prasarana. Kerusakan tidak hanya terjadi secara fisik tetapi juga secara sosial dan ekonomi. Tingkat kerusakan akan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya bergantung pada daya dukung kawasan sehingga perlu penanganan yang berbeda. Adanya kebijakan yang berlainan mengakibatkan pemanfaatan kawasan menjadi berlainan pula.

Kenaikan muka air laut terjadi relatif lambat. Berdasarkan pengamatan kenaikan muka air laut per tahun pada beberapa tempat menunjukan angka yang sangat kecil dibandingkan dengan luas areanya Walaupun demikian sejumlah penduduk pantai menyatakan bahwa tinggi genangan saat pasang selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini ditunjukan dengan pindahnya rumah penduduk karena lahan yang ditinggali sudah tidak mungkin untuk ditinggali atau pada beberapa rumah perlu dibuat tanggul di bagian depan sebagai penghalang air masuk. Penanganan kawasan dengan membangun tanggul adalah salah satu pengaman lingkungan.

Mataram adalah kota pantai yang mempunyai garis pantai sepanjang ....Km. Kawasan pantai yang berada di kecamatan Ampenan mempunyai topografi yang relatif datar sehingga pada waktu-waktu tertentu saat terjadi pasang tertinggi di kawasan tersebut sering tergenang. Area genangan akan lebih lebar pada saat musim hujan. Frekwensi yang terjadinya genangan meningkat setiap tahun mangkibatkan terjadinya perubahan garis pantai yang berarti terjadi perubahan daya dukung kawasan. Untuk dapat mengembangkan kawasan lebih lanjut perlu mengetahui kerugian yang telah terjadi.

1.2. TujuanTujuan kegiatan adalah mengukur kerugian yang terjadi pada bangunan rumah

secara fisik dan secara sosial-ekonomi dengan memandang rumah sebagai tempat tinggal. Selanjutnya dapat diketahui kerugian yang terjadi/dialami oleh suatu kawasan pantai.

1.3. Lingkup KegiatanKegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- mengetahui kerugian fisik bangunan dengan mengukur karusakan –kerusakan yang terjadi pada bangunan

- mengetahui kerugian sosial-ekonomi penghuni rumah karena beberapa kegiatan terganggu

- mengetahui kerugian yang terjadi pada kawasan

Makalah dan Presentasi 212

Page 2: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Pengukuran fisik dilakukan pada 12 bangunan rumah kasus sedangkan pengukuran sosial-ekonomi dilakukan pada 47 bangunan rumah.

1.4. MetodologiData sekunder didapat dari penelusuran kepustakaan dan dari instansi terkait

sedangkan data primer didapat dengan cara:- pengukuran kerusakan bangunan yang terjadi pada 5 komponen utama bangunan

meliputi fundasi, lantai, dinding, langit-langit dan atap.- pengukuran kerugian sosial-ekonomi meliputi hal-hal yang dilakukan dan tidak

dilakukan penghuni rumah pada saat sebelum, selama dan sesudah terjadinya genangan dan adaptasi yang dilakukan.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan pengamatan lapangan yang direkam dalam bentuk foto. Kawasan yang dijadikan sebagai lokasi survei ditentukan dengan urutan sebagai berikut:

- kawasan pantai kota dengan ketinggian garis kontur 0-1M atau kawasan dengan maksimum garis kontur 1M,

- berdasarkan peta genangan memilih lahan yang paling sering terkena genangan saat terjadi pasang laut

- berdasarkan peta penggunaan lahan memilih kawasan dengan peruntukan terbesar sebagai kawasan permukiman.

2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN KOTA MATARAM

Kota Mataram mempunyai peran dan fungsi beraneka ragam, yang secara tidak langsung bisa merupakan potensi atau masalah bagi pertumbuhan dan perkembangan kota itu sendiri. Hal ini dikaitkan dengan peningkatan kawasan terbangun sebagai implikasi perkembangan kota Mataram. Permasalahan penyediaan fasilitas lingkungan dan penyebaran penduduk yang tidak merata, kondisi lingkungan perumahan yang tidak memadai adalah indikasi dari perlunya langkah penanganan.

Kondisi fisik dasar adalah aspek yang perlu dipelajari dan dipertimbangkan dalam upaya penanganan permasalahan kota. Dibawah ini akan diuraikan mengenai kondisi fisik dasar kota Mataram yang meliputi aspek geografis, administratif, morfologi, topografi, ekologi, struktur tanah, klimatologi, hidrologi, kondisi lingkungan, kependudukan. dan kondisi sosial ekonomi penduduk.

2.1. Orientasi Geografis dan Batas Administrasi Kota Mataram terletak pada koordinat 116042‘ sampai 116047‘ Bujur Timur dan

18033‘ sampai 18042‘ Lintang Selatan atau terletak di bagian barat Pulau Lombok yang merupakan pintu gerbang bagian barat propinsi Nusa Tenggara Barat, karena memiliki pelabuhan laut yang telah dikenal sejak jaman kerajaan Mataram dan menghadap langsung ke Selat Lombok yang menjadi garis Walace sebagai batas pemisah ekologi wilayah barat dan timur Indonesia. Selat Lombok ini terkenal cukup dalam, sehingga sering dipergunakan sebagai perlintasan kapal-kapal besar antar samudra, dari Samudra Hindia disebelah selatan menuju Samudra Pasifik disebelah utara Indonesia.

Luas wilayah kota Mataram keseluruhan setelah mengalami pemekaran adalah 6.130 hektar, yang berbatasan dengan kecamatan Gunungsari, kabupaten Lombok Barat disebelah utara, kecamatan Narmada, kabupaten Lombok Barat disebelah timur, kecamatan Labuapi, kabupaten Lombok Barat disebelah selatan dan Selat Lombok disebelah barat.

Makalah dan Presentasi 213

Page 3: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Secara administratif kota Mataram dibagi menjadi 3 kecamatan dan 21 kelurahan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pembagian wilayah administrasi Kota Mataram

Kecamatan Kelurahan Luas wilayah (Km2)

Ampenan

1 Ampenan Utara2 Ampenan Tengah3 Ampenan Selatan4 Tanjung Karang5 Karang Pule 6 Pejeruk 7 Pagutan

23,59

Mataram

1 Rembiga2 Sayang-sayang3 Karang Baru4 Monjok5 Dasan Agung6 Pegesangan

Cakranegara

1 Cakra Utara2 Cakra Barat3 Cakra Timur4 Cakra Selatan5 Selagalas6 Bertais7 Babakan8 Dasan Cermen

Sumber : Dinas PU Kota Mataram & BPS

2.2. Kondisi fisik dasarKondisi fisik dasar yang meliputi morfologi (ketinggian dan kemiringan lereng),

iklim, jenis tanah, kedalaman efektif tanah dan hidrologi merupakan aspek yang penting berkaitan dengan masalah pengembangan kota dan kendala kebencanaan.

2.2.1 GeomorfologiTopografi kota Mataram secara umum merupakan dataran rendah dengan

ketinggian antara 0-60 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Cakranegara secara umum mempunyai ketinggian + 25 meter, kecamatan Mataram + 15 meter dan kecamatan Ampenan + 5 meter. Sedangkan kelurahan Sayang-sayang di kecamatan Cakranegara mempunyai elevasi paling tinggi, yaitu + 57 meter diatas permukaan laut.

Secara geomorfologi kota Mataram umumnya relatif datar, daerah dengan kemiringan lereng berkisar 0-2 % seluas 4.652 hektar (76 %), kemiringan 2-8 % seluas 1.300 hektar (21 %), kemiringan 8-15 % seluas 174 hektar (3 %) dan sisanya seluas 4,3 hektar (0,1 %) mempunyai kemiringan 15-25 %. Kecamatan Cakranegara memiliki daerah yang agak tinggi dan berombak dengan kemiringan rata-rata 10-15 %.

Kondisi geomorfologi dengan topografi dataran demikian, berakibat pada lambannya aliran air permukaan, baik pada tubuh sungai, saluran drainase maupun diluar tubuh sungai. Implikasinya adalah apabila terjadi suplai air permukaan yang berlebih maka waktu pembuangannya lama dan mudah menimbulkan genangan. Bentuk lahan dataran

Makalah dan Presentasi 214

Page 4: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

aluvial secara alamiah merupakan morfologi yang rawan tergenang. Pada Tabel 2 dapat dilihat Lokasi genangan di kota Mataram pada tahun 1992.

Tabel 2 Lokasi genangan di kota Mataram tahun 1992

Lokasi genanganParameter genangan Frekuensi

genangan (Kali/th)

Luas(Ha)

Tinggi(M)

Lamanya(Jam) Penyebab

Ampenen Utara dan Ampenan Selatan 44 0,5-1 168 Drainase buruk dan

naiknya muka air laut 6

Kampung Gatep 6 0,3 48 Drainase buruk dan naiknya muka air laut 10

Daerah SPG dan Museum 30 0,75 48 Drainase buruk 10

Perumnas 30 0,4 120 Drainase buruk 6Depan kantor Bupati 4 0,3 7 Drainase buruk 4

Daerah Cilinaya (Karang Jangkong) 5 0,2 5 Drainase buruk 4

Karang Sukun 30 0,4 48 Drainase buruk 7Sumber : PT.Properindo Jastama dan hasil pengamatan

2.2.2 GeologiBatuan dasar dibawah kota Mataram adalah batuan dari Formasi Kalibabak dan

Formasi Lekopiko yang berumur Plio-Plistosen, terdiri dari breksi, breksi lahar, lava dan tufa berbatuapung. Di atas batuan ini terdapat batuan aluvial berumur kuarter, terdiri dari lempung, pasir, kerikil, kerakal, gambut dan pecahan koral yang bersifat lepas tidak padu/kompak dengan ketebalan mencapai 50 meter. Batuan ini merupakan hasil rombakan dan erosi yang terendapkan di daerah pedataran yang sekarang ditempati kota Mataram. Jenis batuan aluvial seperti ini akan menghasilkan lapukan tanah dengan butiran yang halus. Untuk lebih jelasnya penyebaran jenis batuan yang adal di kota Mataran dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 1 Peta Geologi Kota Mataram.

2.2.3 Jenis tanahJenis tanah yang ada di wilayah kota Mataram sebagian besar dari jenis tanah liat,

tanah liat berpasir dan tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil pengikisan atas lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini, kemudian diendapkan di wilayah yang letaknya relatif lebih rendah.

Jenis tanah ini mempunyai karakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat kondisi permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi pengembangan saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di kota Mataram berpotensi sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah hujan tinggi, kondisi tanah dan topografi kota Mataram mempunyai potensi sebagai daerah banjir dan genangan.

Banjir yang terjadi di kota Mataram telah menimbulkan masalah bagi penduduk setempat, banjir yang terjadi pada beberapa lokasi di dalam kota Mataram terbagi menjadi dua dilihat dari penyebabnya, yaitu banjir yang terjadi karena buruknya saluran drainase dan banjir yang terjadi karena naiknya muka air laut. Yang terakhir ini terjadi di sepanjang pantai dan terjadi tanggal 14, 15 dan 16 setiap bulannya dan yang terbesar adalah pada bulan Desember, Januari dan Februari setiap tahunnya.

Makalah dan Presentasi 215

Page 5: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Sumber: P3G - Bandung

Gambar 1. Peta Geologi Kota Mataram

Makalah dan Presentasi 216

Page 6: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

2.2.4 KlimatologiKeadaan iklim di kota Mataram dipengaruhi oleh dua kali perubahan arah angin,

sehingga menghasilkan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan April – Oktober bertiup angin kering dari tenggara yang mengakibatkan musim kemarau, sedangkan pada bulan Nopember–Maret bertiup angin yang mengandung uap air dari barat sehingga mengakibatkan musim hujan. Kecepatan angin pada musim hujan ini cukup kencang bahkan sering menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian kota seperti tumbangnya pohon besar di pinggir jalan, sedangkan kecepatan angin pada musim kemarau rendah.

2.2.5 HidrologiCurah hujan di kota Mataram tidak merata, kecamatan Cakranegara menerima

curah hujan paling banyak, sedangkan kecamatan Ampenan lebih sedikit karena perbedaan ketinggian masing-masing wilayah kecamatan serta pengaruh jarak terhadap dataran tinggi gunung Rinjani. Keadaan suhu tahunan rata-rata di kota Mataram adalah 25-27 derajat Celcius, kelembaban 77-82 % dan intensitas cahaya matahari setiap harinya antara 62-90 %. Meskipun curah hujan di kota Mataram relatif rendah, di wilayah kota ini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sampai saat ini, penduduk terutama yang bermukim di bantaran sungai masih memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air sehari-harinya. Semua sungai tersebut berhulu di lereng gunung Rinjani. Pada musim kemarau sungai tersebut tidak pernah kering sedangkan pada musim penghujan aliran airnya sangat deras.

Hasil studi perencanaan teknis drainase menyebutkan bahwa potensi air tanah di kota Mataram cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan percobaan pemboran sumur uji yang dilakukan di beberapa tempat, seperti di Rembiga, kota Mataram dan Sayang-sayang. Kedalaman air tanah dangkal di kota Mataram antara minus 5-7 meter, kecuali di tempat tertentu seperti Cakranegara, Monjok dan Dasan Agung bagian utara yang dapat mencapai -15 meter. Pemenuhan kebutuhan air kota Mataram saat ini dari mata air Sarasuta, Ranget dan Saraswata di kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

2.2.6 Kondisi sosial ekonomiJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa.

Dengan luas wilayah sekitar 6.130 Ha, maka kepadatan penduduk kota Mataram rata-rata 49,5 jiwa/Ha. Laju pertumbuhan penduduk berdasarkan hasil sensus tahun 1990 adalah sebesar 3,27 % per tahun.

Berdasarkan mata pencaharian utama, jumlah penduduk yang berkerja di sektor….. menempati porsi paling besar. Prosentase penduduk yang bekerja sebagai … adalah sebesar ….%, sedangkan yag bekerja di sektor lain relatif lebih kecil, misalnya industri kecil … %, perdagangan …. % dan pegawai negeri …..%.

Bila dihitung banyaknya rumah tangga menurut sektor ekonomi pekerjaan utama kepala rumah tangga, maka hampir di setiap kecamatan jumlah rumah tangga yang pekerjaan utama kepala rumah tangganya di sektor …. lebih dari …%.

2.2.7 Kebijaksanaan pembangunanBerdasarkan kebijaksanaan pembagian wilayah pembangunan dan hirarki kota yang

telah disusun, kota Mataram ditempatkan sebagai kota orde I pada konteks intra wilayah yang ditetapkan fungsinya sebagai : pusat pemerintahan, pusat agro industri, pusat perdagangan dan investasi, pusat fasilitas umum dan pusat komunikasi.

Makalah dan Presentasi 217

Page 7: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Berdasarkan kebijaksanaan yang tertuang dalam RUTRK tahun 1994/1995, disribusi kepadatan penduduk kota Mataram dibagi dalam 4 klasifikasi, yaitu :

- Kepadatan rendah : lebih kecil dari 20 jiwa/Ha- Kepadatan sedang : 20 - 50 jiwa/Ha- Kepadatan tinggi : 50 - 80 jiwa/Ha- Kepadatan sangat tinggi : lebih dari 80 jiwa/HaMengantisipasi perkembangan penduduk yang cenderung terus meningkat, struktur

tata ruang kota diarahkan kepada kegiatan yang menjadi orientasi penduduk untuk keperluan pemenuhan pelayanan dan pekerjaan. Berdasar potensi yang dimiliki dan kebijaksanaan Pemerintah Daerah, maka kegiatan yang dikembangkan adalah :

Perdagangan dan jasa Pusat perdagangan dan jasa dalam lingkup lokal dan regional tetap dipertahankan

pada lokasi yang telah ada, yaitu sepanjang Jalan Pejanggik, Jalan Selaparang, Kelurahan Ampenan Utara dan Kelurahan Ampenan Selatan. Untuk pengembangan kegitan perdagangan regional terutama pasar induk dan perdagangan grosir diarahkan ke bagian timur kota, yaitu Kecamatan Cakranegara.

Industri Industri kecil kerajinan, lokasinya diarahkan ke lokasi lingkungan permukiman

penduduk, karena berorientasi home industry. Industri menengah untuk memudahkan perolehan bahan baku dan pemasaran diarahkan ke sebelah tenggara, yaitu Kelurahan Dasan Cermen dengan pola berwawasan lingkungan.

Perkantoran dan pelayanan umum Pegembangan perkantoran sesuai dengan tingkatan administrasi sedangkan untuk

perkantoran swasta dan pelayanan umum penempatannya cenderung berorientasi ke kawasan pusat kota.

Terminal Lokasi terminal yang ada sekarang ini sudah tidak sesuai lagi untuk dikembangkan

baik dari segi luas maupun pelayanannya, sehingga untuk mengantisipasi perkembangn kota dimasa mendatang lokasinya diarahkan ke sebelah timur, yaitu sekitar Kelurahan Betais, daerah yang dapat dilalui jaringan jalan regional.

2.2.8 Intensitas penggunaan lahanIntensitas penggunaan lahan dan bangunan mencakup pengaturan terhadap :

a Kepadatan bangunan Pada daerah sekitar pusat kota, KDB maksimum 80 %, KLB maksimum 2,4

dan kepadatan bangunan maksimum 20 bangunan/Ha. Pada daerah transisi dan disekitar sub pusat kota, KDB maksimum 60 %, KLB

maksimum 1,2 dan kepadatan bangunan maksimum 15 bangunan/Ha. Pada daerah pinggiran kota, KDB maksimum 40 %, KLB maksimum 0,4 dan

kepadatan bangunan maksimum 10 bangunan/Ha.b Ketinggian bangunan

Ketinggian bangunan dipersyaratkan dengan mempertimbangkan KLB yang didasarkan atas daya dukung lahannya, meliputi :

Pada kawasan pusat kota dengan ketinggian maksimum 3-4 tingkat Pada daerah transisi dan sub pusat utama kota ketinggian maksimum 2 tingkat Pada daerah pinggiran kota, daerah yang kemiringannya cukup tinggi maksimum

tinggi bangunan 1 tingkat, sedangkan untuk daerah yang kemiringannya landai maksimum tinggi bangunan 2 tingkat.

Penggunaan lahan di kota Mataram dapat dilihat pada Gambar 2. Peta Rencana Tata Guna Lahan Kota Mataram tahun 2004.

Makalah dan Presentasi 218

Page 8: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Sumber: Dinas PU Kota Mataram

Gambar 2. Peta rencana tata guna lahan kota Mataram tahun 2004

3. DAERAH STUDI

Sesuai arahan dan kesepakatan dari kantor Bappeda kota Mataram dengan tim survey, maka dipilih daerah studi adalah Kelurahan Ampenan Selatan dan Kelurahan Ampenan Tengah dengan pertimbangan :

Daerah ini dekat dengan garis pantai Daerah ini merupakan kawasan permukiman Daerah ini pernah mengalami genangan akibat naiknya muka air lautSecara geografis daerah studi ini terletak di sebelah barat kota Mataram,

memanjang sepanjang pantai Ampenan yang meliputi 3 kampung, yaitu kampung Karang Gatep dan kampung Banjar di Kelurahan Ampenan Selatan serta kampung Karang Mulya di Kelurahan Ampenan Tengah, dengan batas-batas wilayah adalah :

Sebelah Utara : kota/pelabuhan lama Ampenan Sebelah Timur : kota Ampenan Sebelah Selatan : kawasan militer (Kompleks Brimob) Sebelah Barat : pantai Selat LombokTopografi wilayah studi umumnya relatif datar dengan kemiringan hampir rata (0-1

%) bahkan cenderung negatif, sehingga beberapa lokasi letaknya dibawah permukaan air laut. Kontur 1 meter diatas muka laut jatuhnya jauh dari garis pantai, hingga mencapai 1-2 kilometer, kecuali di bagian selatan wilayah studi dimana terdapat lokasi yang lebih tinggi yang ditempati kawasan militer (komplek Brimob) dan peternakan ayam. Untuk jelasnya

Makalah dan Presentasi 219

Page 9: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

ketiga kawasan yang termasuk wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 3 Peta Lokasi Wilayah Studi.

Gambar 3. Peta Lokasi Wilayah Studi

Makalah dan Presentasi 220

Page 10: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

3.1. Klimatologi dan hidrologiKeadaan iklim di wilayah studi umumnya sama dengan iklim di kota Mataram,

musim kemarau berlangsung pada bulan April-Oktober sedangkan musim penghujan berlangsung pada bulan Nopember-Maret setiap tahunnya. Air laut pasang terjadi pada tanggal 14, 15 dan 16 setiap bulannya dan air laut pasang besar terjadi secara periodik hampir setiap 5 tahun. Air laut pasang besar yang terjadi pada tahun 1996 dan pada bulan Januari tahun 2002 ini menimbulkan banjir/genangan dan banyak menimbulkan kerusakan pada bangunan milik penduduk. Genangan air terjadi selain akibat naiknya air laut juga disebabkan curah hujan yang cukup tinggi pada musim penghujan ini, sehingga air hujan di saluran drainase terhambat masuk ke laut.

Terdapat dua sungai besar yang mengalir di wilayah studi, yaitu sungai Jangkok di bagian utara dan Sungai Ancar di bagian selatan, serta satu saluran drainese/selokan yang terdapat di kampung Banjar Kedua sungai besar tersebut diatas secara alami mengalirkan air dari daratan ke laut hampir tanpa hambatan, namun saluran drainase yang terdapat di kampung Banjar sering terbendung oleh tanggul pasir di pinggir pantai sehingga alirannya sering terhambat dan kerap menimbulkan genangan.

3.2. Karakteristik pantaiBatuan penyusun pantai di ketiga lokasi adalah sama, yaitu pasir pantai dan lumpur

yang merupakan hasil endapan dari alluvial, namun bila dilihat dari bentuk dan posisinya maka ketiga lokasi memiliki garis pantai yang berbeda. Perbedaan ini ditambah dengan letah bangunan rumah penduduk dan kondisi saluran drainase yang ada di wilayah studi akan menimbulkan intensitas kerusakan terhadap bangunan rumah yang berbeda pula.

Menurut informasi penduduk setempat garis pantai di wilayah ini semakin maju ke daratan setiap tahunnya, hal ini terlihat dari tiang-tiang bekas pelabuhan lama yang dahulu berada dipinggir pantai, saat ini sudah berada di tengah laut. Hal ini memperlihatkan proses abrasi laut yang cukup kuat di sepanjang pantai Ampenan.

Untuk jelasnya perbedaan bentuk dan posisi garis pantai dan letak bangunan rumah penduduk di ketiga lokasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 Potongan Garis Pantai.

Makalah dan Presentasi 221

Page 11: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Gambar 4. Potongan Garis Pantai

3.2.1 Potongan A-B (Kampung Banjar)Permukiman penduduk di lokasi ini cukup jauh dari garis pantai sekitar 100 meter,

namun di lokasi ini terdapat saluran drainase yang berasal dari kota Ampenan. Saluran drainase ini sering terbendung oleh tanggul pasir yang terbentuk secara alami di pinggir pantai, sehingga alirannya tidak dapat masuk ke laut. Penduduk setempat telah berusaha membuka tanggul pasir tersebut pada saat air laut surut untuk mengalirkan air saluran drainase, namun beberapa saat kemudian tanggul pasir tersebut terbentuk kembali terangkut ombak laut.

Lokasi ini letaknya di sebuah teluk sehingga proses pengendapan pasir laut lebih dominan dari pada proses abrasi. Kerusakan terhadap bangunan rumah penduduk lebih banyak diakibatkan oleh genangan air yang pada saat air laut pasang besar bulan Januari 2002 mencapai ketinggian setinggi pinggang orang dewasa. Penduduk setempat sudah berupaya membuat tanggul dari pasangan batu, namun kurang tinggi sehingga kadang air saluran melimpas dan masuk ke dalam rumah.

3.2.2 Potongan C-D (Kampung Banjar) Permukiman penduduk di lokasi ini letaknya sekitar 50 meter dari garis pantai dan

tidak terdapat saluran drainase sehingga kerusakan bangunan rumah penduduk lebih banyak diakibatkan olek naiknya air laut pada saat pasang besar. Tanggul pasir terbentuk di pinggir pantai yang mencerminkan proses sedimentasi lebih dominan dan memang lokasi ini letaknya di sebuah teluk.

Setelah terjadinya air laut pasang besar bulan Januari 2002, pemerintah daerah telah membuat tanggul dari pasangan batu setinggi lebih dari satu meter. Upaya ini terlihat cukup untuk melindungi permukiman penduduk, karena bila air laut naik satu meter tidak akan melampaui tanggul.

3.2.3 Potongan E-F (Karang Mulya)Lokasi ini letaknya sangat berdekatan dengan garis pantai sekitar 5-6 meter dengan

bentuk pantai yang agak curam dan berada pada tanjung sehingga proses abrasi terlihat lebih dominan dari pada proses sedimentasi. Kerusakan bangunan rumah penduduk pada saat naiknya air laut pasang besar bulan Januari 2002 lebih disebabkan oleh kuatnya tekanan ombak dan getaran yang ditimbulkannya, sehingga beberapa elemen bangunan rumah terihat retak dan belah.

Pemerintan daerah telah membuat tanggul tembok ditambah beton dan batu-batu besar di sepanjang pantai ini guna melindungi rumah penduduk dan diantara tanggul dan rumah penduduk dibuat jalan lingkungan dengan paving block selebar 5 meter. Upaya ini terlihat cukup membantu untuk menahan kuatnya proses abrasi dan air pasang.

4. KONDISI FISIK KAWASAN

Pengamatan fisik bangunan rumah dilakukan di kecamatan Ampenan, kelurahan Ampenan Tengah dan kelurahan Ampenan Selatan. Seluruh konstruksi rumah penduduk di lingkungan Karang Mulya, Gatep dan Banajar dibangun di atas tanah dengan variasi sifat dan penggunaan bahan bangunan. Sejumlah 12 rumah yang dijadikan sebagai kasus dapat digambarkan sebagai berikut:

Makalah dan Presentasi 222

Page 12: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

1) Type rumah : sebanyak 7 rumah adalah rumah tunggal sedangkan 5 rumah sisanya adalah rumah gandeng dalam arti ada sebagian atap yang bersatu dengan bangunan sebelahnya tetapi kepemilikan bangunan maupun lahan adalah sendiri-sendiri.

2) Konstruksi bangunan : sebagian besar bangunan adalah bangunan permanen dengan menggunakan dinding pasangan bata dan kolom praktis yang berfungsi sebagai pemikul bangunan bagian atas. Sebagian bangunan menggunakan rangka kayu dengan penutup dinding bilik atau plywood atau gabungan antara rangka kayu dengan dinding pasangan bata.

3) Fundasi : seluruh bangunan kasus menggunakan fundasi pasangan satu bata dengan penyelesaian rolag dan di atasnya langsung ditempatkan dinding. Tinggi fundasi sangat bergantung pada ketinggian lantai bangunan, sedangkan kedalaman fundasi (bagian yang terpendam) tidak dapat diketahui secara pasti. Sebagian fundasi pasangan bata dapat terlihat pada beberapa bangunan dengan posisi lantai yang cukup tinggi dari tanah. Bagian fundasi yang berada di atas tanah tidak diplester. Fundasi pada satu bangunan mengalami penurunan dan untuk mengembalikan ke ketinggian semula perlu diurug setinggi 30 cm. Beberapa kusen harus disesuaikan sehingga

4) Lantai : sepuluh rumah kasus menggunakan plester portland cement sebagai penutup lantai. Dua rumah kasusu menggunakan penutup lantai keramik hanya dibagian utama bangunan. Lantai pada beberapa bangunan ditemukan retak cukup lebar. Hal ini diperkiranan karena seringnya tergenang air saat pasang sementara bahan yang digunakan kualitasnya kurang bagus.

5) Dinding : sebagian besar bangunan menggunakan konstruksi pasangan bata, bilik/plywood atau gabungan antara ketiganya. Pada bangunan utama dinding bagian dalam umumnya diplester sedangkan bangian luar tidak di plester. Dinding pada beberapa bangunan mengalami retak memanjang vertikal yang diperkirakan karena adanya penurunan fundasi. Pada dinding luar juga terjadi pengelupasan plester yang diperkirakan karena pengaruh lingkungan pantai.

6) Plafon : secara garis besar semua bangunan tidak menggunakan plafon. Beberapa bangunan kasus menggunakan plafon di ruang tamu atau ruang tidur. Konstruksi dan bahan yang digunakan sangat sederhana. Umumnya tidak menggunakan konstruksi permanen tetapi hanya dengan ikatan sangat sederhana atau ditumpangkan diatas balok yang dipasang melintang ruangan. Konstruksi penggantung plafon dapat diamati karena plafon dipasang hanya pada sebagian ruangan. Bahan yang digunakan adalah bilik, plywood, anyaman plastik (bagor) atau kain.

7) Atap : sebelas bangunan kasus menggunakan atap tipe pelana dan satu bangunan dengan tipe atap perisai. Bahan yang digunakan untuk konstruksi adalah kayu, gelugu, bambu atau gabungan dari kayu dan bambu. Konstruksi atap bervariasi, mulai yang menggunakan bahan dan dan sistem yang sederhana sampai yang memenuhi standar. Kerusakan kemungkinan terjadi karena bahan lapuk, kurang benar dalam pelaksanaan atau pelapukan akibat kerusakan yang tidak segera diperbaiki. Bahan penutup atap menggunakan genteng, seng atau asbes gelombang. Mayoritang bangunan menggunakan genteng sedangkan sebagian lain ada yang menggunakan gabungan antara ke tiga bahan tersebut.

8) Pintu dan jendela : kayu pasar atau albasia banyak digunakan untuk kusen pintu dan jendela sedangkan penggunaan kayu borneo dan meranti relatif sedikit. Hampir semua daun pintu terbuat dari rangka kayu dengan penutup plywood.

9) Sarana kebersihan : semua bangunan kasus menggunakan sumur dangkal sebagai sumber air bersih yang digunakan untuk mandi dan cuci saja. Kebutuhan air untuk masak didapat dari sumber lain yaitu air yang disediakan PDAM atau kran umum dari PDAM atau sumur pantek. Pembelian air dari kran umum dilakukan setiap hari

Makalah dan Presentasi 223

Page 13: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

menggunakan jarigen plastik. Bangunan yang letaknya berdekatan dengan pantai tidak mempunyai toilet tapi langsung menggunakan sarana yang ada di pinggir pantai atau kali. Bangunan yang letaknya jauh dari pantai umumnya mempunyai toilet sendiri yang dilengkapi “jumblung” sebagai sistem penampungan kotoran. Penanganan sampah dilakukan secara sendiri-sendiri yaitu dibuang langsung ke kali atau ke pinggir laut. Kebiasan ini menambah terjadinya penyumbatan aliran sungai ke muara.

10) Sarana penerangan : semua rumah kasus menggunakan penerangan dari PLN tetapi tidak mempunyai sumber penerangan yang dilengkapi dengan meteran sendiri. Sumber penerangan didapat dengan cara menyambung dari tetangga terdekat atau fasilitas lingkungan seperti mesjid dengan biaya per rumah per bulan bervariasi antara Rp. 9.000,- sampai dengan Rp. 19.000,- bergantung pada besarnya daya yang dipakai. Kebutuhan daya listrik per rumah sangat rendah karena umumnya hanya digunakan untuk penerangan ruang saja dan satu titik lampu bisa berfungsi untuk menerangi lebih dari satu ruangan. Penggunaan lampu bergantian dengan alat elektronik yang dimiliki. sehingga pada beberapa rumah, saat pesawat TV atau radio dinyalakan maka sebagian lampu harus dipadamkan.

11) Perabot rumah tangga : perabot rumah tangga yang dimiliki di setiap rumah yang disurvei sangat fungsional seperti tempat tidur, lemari, dipan, meja dan kursi. Demikian pula dengan perabot yang ada di dapur. Alasan yang dikemukakan penghuni adalah untuk kemudahan pengamanan barang saat terjadi banjir. Sebagian besar rumah dilengkapi dengan pesawat televisi sedangkan sebagian hanya mempunyai pesawat radio saja.

Genangan yang terjadi secara rutin adalah 3 hari dalam sebulan sehingga minimal terjadi 36 kali setahun. Tinggi genangan rata-rata yang terjadi di 12 lokasi bangunan adalah antara 20 - 80 cm dengan lama genangan rata-rata 2 hari.

Secara umum kerusakan yang terjadi pada bangunan akibat genangan pasang air laut yang terjadi secara rutin adalah pada bagian bawah bangunan seperti fundasi, lantai, dinding, kusen dan daun pintu bagian bawah. Tingkat kerusakan bervariasi dan diindikasikan berkaitan dengan usia bangunan dan bahan bangunan yang digunakan. Perbaikan umumnya dilakukan setelah tingkat kerusakan cukup besar, artinya perbaikan dilakukan setelah bangunan tergenang beberapa kali. Adaptasi yang dilakukan oleh penghuni rumah antara lain membuat tanggul di depan pintu masuk rumah atau halaman, meninggikan lantai bangunan dan hanya membeli perabot yang benar-benar diperlukan.

Berikut adalah contoh kerusakan yang terjadi pada komponen bangunan.

Makalah dan Presentasi 224Retak vertikal pada dinding dengan celah yang cukup lebar

Perbaiakan Kerusakan yang dilakukan pada kerusakan lantai

Koleksi pribadi

Page 14: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

5. KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK

Menurut kebijaksanaan pemerintah daerah, kawasan ini termasuk lokasi yang tidak boleh dihuni dan menjadi kawasan konservasi dengan garis sepandan pantai sepanjang 100 meter. Namun mengingat harga lahan di kota Ampenan cenderung tinggi, maka penduduk setempat memanfaatkan lahan di kawasan ini untuk tempat bermukim. Sehingga lahan milik pemerintah ini banyak yang diperjual belikan diantara penduduk setempat yang umumnya berasal dari golongan menengah kebawah.

Mata pencaharian penduduk setempat umumnya nelayan musiman, mereka dapat melaut pada musim kemarau sedankan pada musim penghujan merupakan masa paceklik. Penduduk lain yang bermukim di kawasan ini adalah pedagang, kusir Cidomo dan buruh kasar, mereka umumnya mencari nafkah di kota Ampenan dan Mataram.

Lokasi penelitian aspek sosial dan ekonomi mengikuti lokasi penelitian aspek fisik, 12 responden yang dipilih sama dengan responden yang dipilih oleh aspek fisik sedangkan

Makalah dan Presentasi 225

Koleksi pribadi

Pasangan fundasi yang tidak diplester

Penutup plafon dari bilik dan anyaman plastik

Koleksi pribadiKoleksi pribadi

Konstruksi atap yang menggunakan bahan bervariasi dengan penutup atap asbes dan genteng

Koleksi pribadi

Page 15: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

35 responden aspek sosial lainnya dipilih secara acak disekitar rumah 12 responden tersebut di atas.

Pengambilan data primer untuk 35 responden dilakukan oleh Mantri Statistik Kecamatan Ampenan, hal ini dilakukan dengan asumsi pengalaman mantri statistik dapat meminimalkan tingkat kesalahan dalam pengambilan data. Data primer akan ditabulasikan dan dihitung frekuensinya, analisis data untuk data karakteristik responden akan dilakukan dengan deskriptif sedangkan data genangan air dan adaptasi akan dianalisis dengan tabulasi silang, dan diuji dengan Chi Kwadrat.

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1 Tahun menempati rumah

Responden mulai menempati rumah dibagi menjadi 7 kelompok kategori, seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tahun Menempati RumahTahun Frekuensi %

1966 - 19701971 - 19751976 - 19801981 - 19851986 - 19901991 - 19951996 - 2000

43435919

8.56.48.56.410.719.140.4

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian.

Tahun responden mulai menempati rumah terbanyak antara tahun 1996-2000 yaitu sekitar 19 responden atau 40.4 persen, antara tahun 1991-1995 sekitar 9 responden atau 19.1 %.

5.1.2 Umur

Umur responden dibagi menjadi 7 kategori, seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. UmurUmur (tahun) Frekuensi %

19 - 2627 - 3435 - 4243 - 5051 - 5859 - 6667 - 74

441313832

8.58.527.627.617.16.44.3

Total 47 100.0* sumber : hasil peneltianUmur responden yang terbanyak antara umur 35 sampai 42 tahun dan 43 sampai 50 tahun dengan masing-masing 13 responden atau masing-masing 27.6 %.

Makalah dan Presentasi 226

Page 16: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

5.1.3 Pekerjaan

Pekerjaan responden dibagi menjadi 8 kelompok kategori, seperti terlihat pada tabel 3.Dari tabel 3 terlihat bahwa pekerjaan responden terbanyak adalah nelayan dengan 9 responden atau 19.2 %, kusir dan tukang masing-masing 8 responden atau masing-masing 17.0 %.

Tabel 3.PekerjaanPekerjaan Frekuensi %

BuruhPedagang

KusirNelayan

SopirPetani

TukangTidak bekerja

77896181

14.914.917.019.212.82.117.02.1

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

5.1.4 Pendidikan

Pendidikan responden dibagi menjadi 5 kelompok kategori, seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. PendidikanPendidikan Frekuensi %

Tidak sekolahTidak tamat SD/SR

SD/SRSLTPSLTA

1272521

25.514.953.24.32.1

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Pendidikan responden terbanyak SD/SR dengan 25 responden atau 53.2 %, tidak sekolah dengan 12 responden atau 25.5 %.

5.1.5 Jumlah penghuni

Jumlah penghuni masing-masing responden dibagi menjadi 5 kelompok kategori, seperti terlihat pada tabel 5.

Tabel 5.Jumlah PenghuniJumlah Penghuni (orang) Frekuensi %

1-23-45-67-8

9-10

1272521

25.514.953.24.32.1

Total 47 100.0sumber : hasil penelitian

Jumlah penghuni responden antara 5-6 orang merupakan jawaban terbanyak dengan 25 responden atau 53.2 %, jumlah penghuni antara 1-2 orang jawaban dari 12 responden atau 25.5 %.

Makalah dan Presentasi 227

Page 17: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

5.1.6 Status menempati rumah dan lahan

Status responden menempati rumah dan lahan dibagi pada 3 kategori seperti terlihat pada tabel 6.

Tabel 6. Status Menempati Rumah dan LahanStatus Frekuensi %miliksewa

sewa tanah

3593

74.519.16.4

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Status menempati rumah dan lahan dari responden, 35 responden menempati rumah dan lahan dengan status milik atau sekitar 74.5 %, menempati dengan status sewa rumah dan tanah ada 9 responden atau 19.1 %, menempati dengan status sewa tanah 3 responden atau 6.4 %.

5.2. Genangan Air

5.2.1 Interval air menggenangi bangunan rumah

Interval air menggenangi bangunan rumah dalam satu tahun dibagi dalam 4 kategori kelompok, seperti terlihat pada tabel 7.

Tabel 7. Interval Air Menggenangi Bangunan Rumah dalam Satu TahunInterval Frekuensi %1- 3 kali4 – 6 kali

7 – 12 kali 12 kali

279011

57.419.1

023.5

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Interval air menggenangi bangunan rumah dalam satu tahun menurut 27 responden paling sering 1 – 3 kali atau sekitar 57.4 %, air menggenangi lebih dari 12 kali dalam satu tahun dijawab oleh 11 responden atau 23.5 %.

5.2.2 Lama air tergenang

Lama air menggenangi bangunan rumah dibagi dalam 4 kategori kelompok, seperti terlihat pada tabel 8.Dari tabel 8, lama air menggenangi bangunan rumah menurut 37 responden adalah 24 jam atau 78.7 %, genangan antara 13 – 24 jam dijawab oleh 5 responden atau 10.7 %.

Tabel 8. Lama Air Menggenangi Bangunan RumahLama Frekuensi % 1 jam

1 – 12 jam13 – 24 jam 24 jam

14537

2.18.510.778.7

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Makalah dan Presentasi 228

Page 18: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

5.2.3 Tinggi air tergenang

Tinggi air menggenangi bangunan rumah dibagi dalam 5 kategori kelompok, seperti terlihat pada tabel 9.

Tabel 9. Tinggi Air Menggenangi Bangunan RumahTinggi Frekuensi %

0 – 10 cm (mata kaki)11 – 50 cm (lutut)51 – 75 cm (paha)

76 – 100 cm (pinggang) 101 cm

234146

4.372.32.18.512.8

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Tinggi air menggenangi bangunan rumah menurut 34 responden adalah antara 11 – 50 cm (lutut) atau 72.3 %, tinggi genangan air 101 cm dijawab oleh 6 responden atau 12.8 %.

5.2.4 Waktu terjadinya genangan

Waktu terjadinya genangan air dibagi dalam 5 kategori kelompok, seperti terlihat pada tabel 10.

Tabel 10. Waktu Terjadinya GenanganWaktu Frekuensi %Pagi hari

Siang hariSore hari

Malam hariSepanjang hari

0012323

00

2.248.948.9

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Waktu terjadinya genangan menurut 23 responden adalah malam hari dan 23 responden yang lain menjawab sepanjang hari atau masing-masing 48.9 %.

5.2.5 Upaya yang dilakukan selama air tergenang

Upaya yang dilakukan selama air menggenangi bangunan rumah dibagi dalam 4 kategori kelompok, seperti terlihat pada tabel 11.

Tabel 11. Upaya yang Dilakukan Selama Air TergenangUpaya Frekuensi %

Tidak berbuat apa-apaMengungsiMempersiapkan tanggulLainnya (membuka tanggul, menaikan anak-anak ke atas meja)

1225010

25.553.2

021.3

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Upaya yang dilakukan selama air tergenang menurut 25 responden adalah mengungsi atau 53.2 %, 12 responden menjawab tidak berbuat apa-apa atau 25.5 %.

Makalah dan Presentasi 229

Page 19: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

5.2.6 Kegiatan yang terganggu ketika air tergenang

Kegiatan yang terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dibagi dalam 4 tabel, seperti terlihat pada tabel 12, 13,14 dan 15.

Tabel 12. Kegiatan ke SekolahPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

31016

66.00

34.0Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Kegiatan ke sekolah terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 31 responden atau 66 % dan 16 responden menjawab tidak terganggu atau 34 %.

Tabel 13. Kegiatan ke KantorPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

11927

2.140.457.5

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Kegiatan ke kantor tidak terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 27 responden atau 57.5 % dan 19 responden menjawab kadang-kadang terganggu atau 40.4 %.

Tabel 14. Kegiatan ke Tempat UsahaPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4331

91.56.42.1

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Kegiatan ke tempat usaha terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 43 responden atau 91.5 % dan 3 responden menjawab kadang-kadang terganggu atau 6.4 %.

Tabel 15. Kegiatan ke Tempat IbadahPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4007

85.10

14.9Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Kegiatan ke tempat ibadah terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 40 responden atau 85.1 % dan 7 responden menjawab tidak terganggu atau 14.9 %.

5.2.7 Sarana dan prasarana yang terganggu ketika air tergenang

Kegiatan yang terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dibagi dalam 6 tabel, seperti terlihat pada tabel 16, 17,18,19,20 dan 21.

Tabel 16. Sumber Air Bersih di Rumah

Makalah dan Presentasi 230

Page 20: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Pendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

25022

53.20

46.8Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitianSumber air bersih di rumah terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 25 responden atau 53.2 % dan 22 responden menjawab tidak terganggu atau 46.8 %.

Tabel 17. Sarana SanitasiPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4502

95.70

4.3Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Sarana sanitasi terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 45 responden atau 95.7 % dan 2 responden menjawab tidak terganggu atau 4.3 %.

Tabel 18. Ruang tidurPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

3908

83.00

17.0Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Ruang tidur terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 39 responden atau 83 % dan 8 responden menjawab tidak terganggu atau 17 %.

Tabel 19. Ruang Makan/KeluargaPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4106

87.20

12.8Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Ruang makan terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 41 responden atau 87.2 % dan 6 responden menjawab tidak terganggu atau 12.8 %.

Tabel 20. Ruang DapurPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4403

93.60

6.4Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Ruang dapur terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 44 responden atau 93.6 % dan 3 responden menjawab tidak terganggu atau 6.4 %.

Tabel 21. Tempat Bermain Anak-Anak

Makalah dan Presentasi 231

Page 21: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Pendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4601

97.90

2.1Total 47 100.0* sumber : hasil penelitianTempat bermain anak-anak terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 46 responden atau 97.9 % dan 1 responden menjawab tidak terganggu atau 2.1 %.

5.2.8 Kegiatan dalam rumah yang terganggu ketika air tergenang

Kegiatan dalam rumah yang terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dibagi dalam 7 tabel, seperti terlihat pada tabel 22,23,24,25,26,27 dan 28.

Tabel 22. Kegiatan MakanPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

35012

74.50

25.5Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Kegiatan makan terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 35 responden atau 74.5 % dan 12 responden menjawab tidak terganggu atau 25.5 %.

Tabel 23. Kegiatan MinumPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

35012

74.50

25.5Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Kegiatan minum terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 35 responden atau 74.5 % dan 12 responden menjawab tidak terganggu atau 25.5 %.

Tabel 24. Kegiatan MemasakPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4205

89.40

10.6Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Kegiatan memasak terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 42 responden atau 89.4 % dan 5 responden menjawab tidak terganggu atau 10.6 %.

Tabel 25. Kegiatan MencuciPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4412

93.62.14.3

Makalah dan Presentasi 232

Page 22: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Kegiatan mencuci terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 44 responden atau 93.6 % dan 2 responden menjawab tidak terganggu atau 4.3 %.

Tabel 26. Kegiatan bermain anak-anakPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4601

97.90

2.1Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Kegiatan bermain anak-anak terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 46 responden atau 97.9 % dan 1 responden menjawab tidak terganggu atau 2.1 %.

Tabel 27. Kegiatan mengobrolPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

4403

93.60

6.4Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Kegiatan mengobrol terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 44 responden atau 93.6 % dan 3 responden menjawab tidak terganggu atau 6.4 %.

Tabel 28. Kegiatan TidurPendapat Frekuensi %Ya, tergangguKadang-kadang tergangguTidak terganggu

3818

80.92.117.0

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Kegiatan tidur terganggu ketika air menggenangi bangunan rumah dijawab oleh 38 responden atau 80.9 % dan 8 responden menjawab tidak terganggu atau 17 %.

5.2.9 Kegiatan setelah genangan air surut

Kegiatan setelah genangan air surut dibagi dalam 4 tabel, seperti terlihat pada tabel 29,30,31 dan 32.

Tabel 29. Upaya yang Dilakukan Setelah Genangan Air SurutUpaya Frekuensi %Membersihkan lumpurMemperbaiki yang rusakTidak berbuat apa-apaMembersihkan lumpur dan memperbaiki yang rusakLainnya (membersihkan sumur)

34402

7

72.38.50

4.3

14.9

Makalah dan Presentasi 233

Page 23: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Upaya membersihkan lumpur dijawab oleh 34 responden atau 72.35 % dan 7 responden menjawab lainnya atau 14.9 %.

Tabel 30. Yang Membersihkan RumahPelaksana Frekuensi %Penghuni/pemilik rumahPembantuTukangLainnya

47000

10000

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Membersihkan rumah dilakukan oleh penghuni dijawab oleh 37 responden atau 100 % .

Tabel 31.Jumlah Orang yang MembersihkanJumlah Frekuensi %

1 – 2 orang3 – 4 orang 5 orang

20270

42.657.4

0Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

3 – 4 orang yang turut membersihkan rumah dijawab oleh 27 responden atau 57.4 % dan 1 – 2 orang dijawab oleh 20 responden atau 42.6 %.

Tabel 32.Upah yang Dikeluarkan untuk MembersihkanPendapat Frekuensi %

YaTidak ada

146

2.197.9

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Tidak ada upah yang dikeluarkan untuk membersihkan rumah dijawab oleh 46 responden atau 97.9 % dan ada yang mengeluarkan upah dijawab 1 responden atau 2.1 % dan besarnya Rp.15.000.

5.3. Adaptasi terhadap timbulnya genangan

5.3.1 Alasan memilih tempat tinggal di lokasi sekarang

Alasan memilih di lokasi sekarang dikelompokan pada 4 kategori jawaban seperti terlihat pada tabel 33.

Tabel 33.Alasan Memilih Tempat TinggalAlasan Frekuensi %

Biaya hidup murahDekat dengan tempat kerjaTidak punya pilihan lainLainnya (warisan)

65315

12.810.666.010.6

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Makalah dan Presentasi 234

Page 24: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Tidak punya pilihan lain merupakan alasan yang dipilih oleh 31 responden atau 66 %, biaya hidup murah merupakan alasan yang dipili oleh 6 responden atau 12.8 %.

5.3.2 Hal yang paling mengganggu di lokasi sekarang

Hal yang paling mengganggu di lokasi sekarang dikelompokan dalam 3 kategori jawaban seperti terlihat pada tabel 34.Dari tabel 34 hal yang paling mengganggu di lokasi sekarang adalah genangan air yang dijawab oleh 41 responden atau 87.2 %, ombak besar merupakan jawaban dari 6 responden atau 12.8 %.

Tabel 34.Hal yang Mengganggu Di Lokasi SekarangGangguan Frekuensi %

Genangan air (banjir)Tidak amanLainnya (ombak laut yang besar)

4106

87.20

12.8

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

5.3.3 Upaya untuk mengurangi atau mencegah air masuk ke rumah

Upaya untuk mengurangi atau mencegah air masuk ke rumah dikelompokan dalam 4 kategori jawaban seperti terlihat pada tabel 35.

Tabel 35.Upaya untuk Mengurangi atau Mencegah Air Masuk ke RumahUpaya Frekuensi %

Meninggikan lantaiMembuat pagar halamanTidak berbuat apa-apaLainnya

55370

10.610.678.7

0Total 47 100.0

* sumber : hasil penelitian

Tidak berbuat apa-apa merupakan jawaban dari 37 tesponden atau 78.7 %, meninggikan lantai atau membuat pagar halaman merupakan jawaban masing-masing 5 responden atau 10.6 %.

5.3.4 Waktu genangan sering terjadi

Waktu genangan sering terjadi dikelompokan dalam 3 kategori jawaban seperti terlihat pada tabel 36.

Tabel 36.Waktu Genangan Sering TerjadiWaktu Frekuensi %

1 – 2 tahun terakhir3 – 4 tahun terakhir 5 tahun terakhir

5834

10.617.072.4

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Makalah dan Presentasi 235

Page 25: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Lebih dari 5 tahun terakhir waktu genangan mulai sering terjadi merupakan jawaban dari 34 responden atau 72.4 %, 3–4 tahun terakhir merupakan jawaban dari 8 responden atau 17 %.

5.3.5 Perubahan luas genangan setiap tahun

Perubahan luas genangan setiap tahun dikelompokan dalam 3 kategori jawaban seperti terlihat pada tabel 37.

Tabel 37.Perubahan Luas Genangan Setiap TahunPerubahan Frekuensi %

Meluas/tinggiSama saja/tetapSemakin kecil

23231

48.948.92.1

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Setiap tahun genangan meluas/tinggi merupakan jawaban 23 responden atau 48.9 % dan sama saja/tetap merupakan jawaban 23 responden atau 48.9 %.

5.3.6 Fasilitas kawasan yang terganggu

Fasilitas kawasan yang terganggu dapat dikelompokan pada tabel 38,39,40,41,42, dan 43.

Tabel 38.Fasilitas SekolahPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguTidak tergangguKadang-kadang terganggu

27182

57.438.34.3

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Fasilitas sekolah terganggu dijawab oleh 27 responden atau 57.4 % dan fasilitas sekolah tidak terganggu dijawab oleh 18 responden atau 38.3 %.

Tabel 39.Fasilitas Rumah Sakit/PuskesmasPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguTidak tergangguKadang-kadang terganggu

13214

2.168.129.8

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Fasilitas rumah sakit/puskesmas tidak terganggu dijawab oleh 32 responden atau 68.1 % dan fasilitas rumah sakit/puskesmas kadang-kadang terganggu dijawab oleh 14 responden atau 29.8 %.

Tabel 40.Fasilitas JalanPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguTidak tergangguKadang-kadang terganggu

4412

93.6 2.1 4.3

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Makalah dan Presentasi 236

Page 26: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Fasilitas jalan terganggu dijawab oleh 44 responden atau 93.6 % dan fasilitas sekolah tidak terganggu dijawab oleh 1 responden atau 2.1 %.

Tabel 41.Fasilitas PasarPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguTidak tergangguKadang-kadang terganggu

23114

4.366.029.7

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Fasilitas pasar tidak terganggu dijawab oleh 31 responden atau 66.0 % dan fasilitas pasar kadang-kadang terganggu dijawab oleh 14 responden atau 29.7 %.

Tabel 42.Fasilitas KantorPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguTidak tergangguKadang-kadang terganggu

32915

6.461.731.9

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Fasilitas kantor tidak terganggu dijawab oleh 29 responden atau 61.7 % dan fasilitas kantor kadang-kadang terganggu dijawab oleh 15 responden atau 31.9 %.

Tabel 43.Fasilitas JalanPendapat Frekuensi %

Ya, tergangguTidak tergangguKadang-kadang terganggu

44 1 2

93.6 2.1 4.3

Total 47 100.0* sumber : hasil penelitian

Fasilitas jalan terganggu dijawab oleh 44 responden atau 93.6 % dan fasilitas jalan tidak terganggu dijawab oleh 1 responden atau 2.1 %.

6. CATATAN

Kenaikan muka air laut merupakan salah satu penyebab perubahan garis pantai Kenaikan muka air laut tidak dapat diamati secara langsung. Informasi dari beberapa

penduduk yang menyatakan bahwa lokasi rumahnya harus perpindah ke arah darat dapat memberi gambaran adanya perubahan garis pantai.

Kerusakan fisik bangunan sangat dipengaruhi oleh teknologi dan bahan bangunan yang digunakan serta umur bangunan.

Beberapa kerusakan pada bangunan kasus disebabkan oleh kesalahan dalam sistem konstruksi karena pemahaman penduduk tentang teknis bangunan masih relatif rendah.

Kerusakan yang terjadi pada satu komponen akan berpengaruh kepada kerusakan komponen lainnya.

Walaupun frekwensi genangan cukup tinggi dengan intensitas genangan cukup lama, umumnya penduduk yang tidak bermata pencaharian sebagai nelayan tidak ingin pindah dari lokasi sekarang dengan alasan dekat dengan fasilitas kota dan biaya hidup murah.

Makalah dan Presentasi 237

Page 27: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

Adaptasi lingkup bangunan rumah terhadap genangan pasang air laut telah dilakukan penduduk dengan beberapa cara antara lain membuat tanggul, meninggikan lantai, sesedikit mungkin menggunakan bahan bangunan organik dan rumah hanya dilengkapi dengan perabot utama.

Usaha-usaha penanganan kawasan yang dilakukan pemerintah setempat untuk mengurangi penyempitan pantai akibat erosi adalah membuat tanggul dan menanam pohon keras (waru). Sedangkan penanganan rutin untuk mengurangi lamanya genangan terutama saat pasang di musim hujan adalah pembersihan sampah dan pasir.

Rendahnya kesadaran penduduk tentang kebersihan lingkungan masih rendah sehingga membuang sampah atau kotoran lainnya ke sungai atau laut masih menjadi hal biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas PU Kota Mataram; 2001; Peta Rencana Tata Guna Lahan Kota Mataram, Proyek Penyusunan RTRW dan Sosialisasi Tata Ruang Kota Mataram.

Kantor Cabang Perwakilan Biro Pusat Statistik ; Kecamatan Dalam Angka Tahun 1995, 1998, 1999.

Kantor Cabang Perwakilan Biro Pusat Statistik; Mataram Dalam Angka; 1996; 1997; 1998

Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup; 1992; Kualitas lingkungan Hidup Indonesia 1992, 20 tahun Setelah Stockhlom.

Mangga, Andi S.; 1994; Peta Geologi Lembar Lombok, Nusa Tenggara barat, Puslitbang geologi.

Peerbolte E. B; 1993; Sea Level Rise and safety; Universitieit Twente; Thesis.

Pemerintah Kotamadya Daerah TK II Mataram; 1994/1995; Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Kotamadya Dati II Mataram – Rencana.

Pemerintah Kotamadya Daerah TK II Mataram; 1999/2000; Rencana Detail Tata Ruang Wilayah – Seluruh Unit Lingkungan III.2, III.4 dan Sebagian Unit Lingkungan III.1, III.6 – Rencana.

Pemerintah Kotamadya Daerah TK II Mataram; 1999/2000; Rencana Detail Tata Ruang Wilayah – Seluruh Unit Lingkungan III.2, III.4 dan Sebagian Unit Lingkungan III.1, III.6 – Laporan Hasil Survei.

PT. Properindo Jastama; 1992; Laporan Akhir Perencanaan Teknis Drainase Kota Mataram, Dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kota Mataram.

Sudjana; 1988; Statistika; tarsito; bandung

Makalah dan Presentasi 238

Page 28: PENGUKURAN KERUGIAN BANGUNAN RUMAHsim.nilim.go.jp/ge/semi3/prosiding/4-mataram.doc · Web viewJumlah penduduk di kota Mataram pada tahun 1999 sebanyak 303.441 jiwa. Dengan luas wilayah

Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia

LAMPIRAN

Makalah dan Presentasi 239