PENGUKURAN EFEKTIVITAS IKLAN TELEVISI ES KRIM · satu iklan yang sering muncul di televisi dan...

100
PENGUKURAN EFEKTIVITAS IKLAN TELEVISI ES KRIM WALL’S MAGNUM TERHADAP MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA IPB MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Oleh DENDRY UMBIYAR H24097023 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of PENGUKURAN EFEKTIVITAS IKLAN TELEVISI ES KRIM · satu iklan yang sering muncul di televisi dan...

PENGUKURAN EFEKTIVITAS IKLAN TELEVISI ES KRIM

WALL’S MAGNUM TERHADAP MAHASISWA PROGRAM

DIPLOMA IPB MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN

STRUKTURAL

Oleh

DENDRY UMBIYAR

H24097023

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

RINGKASAN

DENDRY UMBIYAR. H24097023. Pengukuran Efektivitas Iklan Televisi Es

Krim Wall’s Magnum Terhadap Mahasiswa Program Diploma IPB Menggunakan

Model Persamaan Struktural. Di bawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN

Bagi sebagian besar perusahaan, iklan di televisi menjadi suatu pilihan

yang menarik, sebagai sumber informasi atau mengingatkan konsumen kepada

perusahaan atau suatu merek yang diiklankan beserta berbagai fitur atau

kelengkapan yang dimiliki dan juga keuntungan, manfaat, penggunaan, serta

memperkuat citra produk bersangkutan sehingga konsumen akan cenderung

membeli produk yang diiklankan itu. Agar pesan iklan menjadi efektif,

komunikator harus merancang pesan agar menarik perhatian sasarannya. Salah

satu iklan yang sering muncul di televisi dan menarik perhatian pemirsa adalah

iklan es krim Magnum. Diluncurkannya iklan Magnum ini berhubungan dengan

peremajaan produk dengan menciptakan image baru dari produk tersebut yang

tujuannya untuk merubah sikap, pengetahuan, kepercayaan, perasaan, dan citra

yang berkaitan dengan produk dan merek di dalam benak konsumen. Tujuan yang

paling akhir adalah bagaimana iklan dapat mempengaruhi perilaku pembelian

konsumen.

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas iklan es krim Wall’s Magnum versi Magnum Classic:

Magnum Temptation Royal Treatment dalam mengkomunikasikan pesannya

kepada konsumen menggunakan model persamaan struktural terhadap variabel

efektivitas iklan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder berasal dari penelitian ssebelumnya yakni Rosi Arca,

penelusuran pustaka dan publikasi elektronik (internet). Responden dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang

pernah melihat iklan televisi es krim Magnum versi Magnum Classic: Magnum

Temptation Royal Treatment dan pernah mengkonsumsi es krim Magnum.

Penarikan sampel ditentukan dengan teknik convienience sampling dengan jumlah

responden sebanyak 100 orang. Analisis data yang digunakan adalah Consumer

Decision Model (CDM) dan analisis Model Persamaan Struktural dengan

menggunakan Microsoft Excel dan AMOS 19.

Dapat dikatakan bahwa iklan televisi es krim Wall’s Magnum versi Magnum

Classic: Magnum Temptation Royal Treatment yang telah ditayangkan tersebut

mampu mengkomunikasikan pesan dengan efektif kepada konsumen mulai dari

pesan iklan (F) sampai terjadinya pembelian nyata (P). Ada 2 alur model yang

mempunyai pengaruh terhadap pembelian konsumen. Alur model pertama yaitu

variabel pesan iklan (F), pengenalan merek (B), sikap konsumen (A), niat

membeli (I) produk dan akhirnya pembelian nyata (P) suatu produk. Kedua mulai

dari pesan iklan (F), pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C),

terbentuklah niat beli konsumen (I) yang didorong dengan pembelian nyata (P).

Dari hasil output regression weights, yang memiliki hubungan nyata

(signifikan) dan Ho ditolak adalah hubungan antara variabel F dengan variabel B,

variabel A terhadap variabel I, dan variabel I terhadap variabel P (pembelian

nyata). Untuk variabel F terhadap variabel C, Variabel F terhadap variabel A,

Variabel B terhadap Variabel C, Variabel B terhadap Variabel A dan Variabel C

terhadap Variabel I tidak memiliki hubungan nyata dan Ho diterima.

PENGUKURAN EFEKTIVITAS IKLAN TELEVISI ES KRIM

WALL’S MAGNUM TERHADAP MAHASISWA PROGRAM

DIPLOMA IPB MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN

STRUKTURAL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH :

DENDRY UMBIYAR

H24097023

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Judul Skripsi : Pengukuran Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall’s

Magnum Terhadap Mahasiswa Program Diploma IPB

Menggunakan Model Persamaan Struktural

Nama : Dendry Umbiyar

NRP : H24097023

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc.)

NIP : 19500727 197412 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc.)

NIP : 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus:

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Depok, Jawa Barat pada tanggal 8 November

1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan M. Haris

Sadikin dan Dedeh Sartika.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Islam Al-Muhajirin

pada tahun 1993. Kemudian dilanjutkan ke pendidikan dasar di SDN

MEKARJAYA XVIII tahun 1994 dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis

melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 6 Depok dan lulus pada tahun 2003. Pada

tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Depok dan

lulus tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis diterima di Akademi Pimpinan

Perusahaan (APP) melalui jalur Program Penelusuran Kemampuan Akademik

(PPKA) dan masuk di jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia, penulis

menyelesaikan pendidikan Diploma pada tahun 2009 dengan judul tugas akhir :

Pengaruh Pelatihan Terhadap Peningkatan Produktivitas Karyawan Pada PT

Gunanusa Utama Fabricators. Penulis pernah melakukan kegiatan magang di PT

Gunanusa Utama Fabricators pada bagian HRD. Pada tahun 2009 penulis diterima

di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke khadirat

Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada

Rasulullah SAW beserta para keluarga,sahabat serta para pengikutnya hingga akhir

zaman.

Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan, kemudahan,dan

kelancaran yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul “Pengukuran Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall’s Magnum

Terhadap Mahasiswa Program Diploma IPB Menggunakan Model Persamaan

Struktural” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, mengakibatkan jauh

dari sempurna atau yang diharapkan. Meskipun demikian penulis tetap berusaha

untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis

juga mengharapkan saran dan kritik pembaca dalam upaya penyempurnaan skripsi

ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan dan memberikan manfaat dalam

peningkatan efektivitas iklan pada umumnya dan iklan Wall’s Magnum khususnya.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak guna membantu lancarnya penelitian ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M. Sc sebagai dosen pembimbing yang

dengan dedikasi tinggi bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing,

memberikan masukan dan kritikan, inspirasi, serta semangat yang membantu

terselesaikannya proses penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Abdul Basith, MS dan Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji

sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi dosen penguji sidang dan

memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM

IPB.

4. Ayah dan Mamah tercinta di Rumah yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

5. Kakakku Indra Kumala Ambiasa dan adikku Nugraha Aji Swara yang telah

memberikan dukungan dan do’anya.

6. Keluarga besar Bani Ahmad Wa Rodiyah dan Bpk. Suhardja yang selalu

mendorong agar skripsi ini segera terselesaikan.

7. Aa yang telah memberikan dukungan, do’a serta semangat disaat suka maupun

duka, tangis maupun tawa.

8. Sahabatku GC (Corry Alvernia, Devitana Darofit, Diny Ayuningtyas, dan Fika

Siti Utami) yang telah memberikan semangat dan do’a nya hingga skripsi ini

terselesaikan.

9. Teman-teman satu bimbingan, Aryansyah Pratama dan Sri Mella Putrika yang

telah sama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan hingga skripsi ini

selesai.

10. Dine, Ade, Oulla, dan Najib terima kasih untuk semangat serta dukungan yang

selalu diberikan.

vi

11. Karyawan PT Gunanusa Utama Fabricators, khususnya Mbak Ria, Ka mizie,

Nani, Pak Juwansyah, Wati, Pak Pono terima kasih atas dukungan dan

semangat yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

12. Keluarga besar Manajemen Angkatan 7 terima kasih atas kebersamaan selama

ini, semoga silaturahmi kita akan tetap terjaga.

13. Seluruh staf pengajar dan karyawan Ekstensi Manajemen, FEM IPB yang telah

membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus

diselesaikan penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah membantu

penulis selama menyelesaikan skripsi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan, bimbingan,

dan nasehat selama penyusunan skripsi ini.

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran ....................................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Pemasaran .......................................................... 7

2.1.2 Strategi Pemasaran .............................................................. 7

2.2. Komunikasi Pemasaran Terpadu .................................................... 11

2.2.1 Bauran Komunikasi Pemasaran ........................................... 12

2.3. Periklanan ....................................................................................... 13

2.3.1 Pengertian Iklan .................................................................... 13

2.3.2 Tujuan Iklan.......................................................................... 14

2.3.3 Fungsi Iklan .......................................................................... 15

2.3.4 Pengertian Efektivitas ........................................................... 16

2.3.5 Iklan yang Efektif ................................................................. 16

2.3.6 Ukuran Efektivitas Periklanan .............................................. 17

2.4. Televisi Sebagai Media Periklanan ................................................ 18

2.5. Definisi Konsumen ......................................................................... 19

2.6. Perilaku Konsumen ........................................................................ 19

2.7. Tahap Proses Pembelian ................................................................. 20

2.8. Consumer Decision Model ............................................................. 21

2.9. Model Persamaan Struktural .......................................................... 25

2.10. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 26

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 29

3.2. Metode Penelitian ........................................................................... 31

viii

3.2.1 Lokasi dan Waktu ............................................................... 31

3.2.2 Pengumpulan Data.............................................................. 31

3.2.3 Pengambilan Sampel .......................................................... 32

3.2.4 Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 33

3.2.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas................................. 33

3.2.4.2 Model Indikator Reflektif ...................................... 34

3.2.4.3 Analisis Efektivitas Televisi Proses Pengambilan

Keputusan pembelian ............................................ 35

1. Consumer Decision Model ................................ 35

2. Model Persamaan Struktural ............................. 36

3.3. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ..................................... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Produk ............................................................... 42

4.2. Gambaran Umum Iklan Televisi Es Krim Magnum ...................... 43

4.3. Karakteristik Umum Responden .................................................... 44

4.3.1 Jenis Kelamin ...................................................................... 44

4.3.2 Pengeluaran Responden ...................................................... 45

4.3.3 Variasi Rasa Es Krim Wall’s Magnum yang Disuka .......... 45

4.3.4 Tempat Pembelian Es Krim Wall’s Magnum ..................... 46

4.3.5 Lama Menonton Televisi .................................................... 47

4.3.6 Frekuensi Menonton Iklan Televisi Magnum dalam Sehari 47

4.4. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall’s Magnum ........ 48

4.5. Hasil Analisis Consumer Decision Model ...................................... 49

4.6. Analisis Model Persamaan Struktural ............................................ 50

4.6.1 Analisis Model Pengukuran ............................................... 50

4.6.1.1 Analisis Variabel Individual ............................... 50

4.6.1.1.1 Variabel Laten Eksogen (F) Pesan

Iklan ................................................... 50

4.6.1.1.2 Variabel Laten Endogen (B)

Pengenalan Merek ............................. 51

4.6.1.1.3 Variabel Laten Endogen (C)

Kepercayaan Konsumen ................... 52

4.6.1.1.4 Variabel Laten Endogen (A) Sikap

Konsumen ......................................... 53

4.6.1.1.5 Variabel Laten Endogen (I) Niat Beli 54

4.6.1.1.6 Variabel Laten Endogen (P) Pembelian

Nyata ................................................. 54

4.6.2 Analisis Model Struktural.................................................. 55

4.6.2.1 Analisis Pengaruh Antar Variabel ...................... 58

4.7. Modifikasi Model CDM dengan LISREL ...................................... 61

4.7.1 Model Struktural ................................................................ 61

4.7.2 Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten ....... 66

4.8. Implikasi Manajerial ....................................................................... 68

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ............................................................................................... 70

2. Saran ......................................................................................................... 71

ix

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73

LAMPIRAN .................................................................................................... 75

x

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Total Belanja Iklan Walls (2005 – 2007), Pada Semua Media .......... 3

2. Tujuan Periklanan .............................................................................. 15

3. Ukuran-Ukuran GOF ........................................................................ 39

4. Model Persamaan Struktural Dan Analisis Regresi ........................... 40

5. Hasil Estimasi Variabel Laten Eksogen (F) Pesan Iklan ................... 51

6. Hasil Estimasi Variabel Laten Endogen (B) Pengenalan Merek ....... 52

7. Hasil Estimasi Variabel Laten Endogen (C) Kepercayaan Konsumen 53

8. Hasil Estimasi Variabel Laten Endogen (A) Sikap Konsumen ......... 53

9. Hasil Estimasi Variabel Laten Endogen (I) Niat Beli ........................ 54

10. Hasil Estimasi Variabel Laten Endogen (P) Pembelian Nyata .......... 55

11. Hasil Uji Kecocokan Model Struktural ............................................. 55

12. Regression Weights ............................................................................ 61

13. Model Struktural ................................................................................ 61

14. Koefisien Parameter dan t-value Model Struktural ........................... 64

15. Implikasi Manajerial .......................................................................... 68

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perkembangan Biaya Belanja Iklan ................................................... 1

2. Urutan Penciptaan Dan Penyampaian Nilai ....................................... 8

3. Proses Keputusan Pembelian ............................................................. 20

4. Consumer Decision Model ................................................................. 21

5. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 30

6. Karakteristik Jenis Kelamin Responden ............................................ 44

7. Karakteristik Pengeluaran Responden ............................................... 45

8. Karakteristik Variasi Rasa Es Krim Wall’s Magnum Yang Disuka .. 46

9. Karakteristik Tempat Pembelian Es Krim Wall’s Magnum .............. 46

10. Karakteristik Lama Menonton Televisi ............................................. 47

11. Karakteristik Frekuensi Menonton Iklan Televisi Magnum dalam

Sehari .................................................................................................. 48

12. Hasil Analisis Consumer Decision Model ......................................... 50

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Karakteristik Responden Mahasiswa/i Diploma IPB ........................... 75

2. Path Diagram Koefisien Estimasi Model Struktural ........................... 77

3. Hasil Uji Model Fit Analisis Model Persamaan Struktural .................. 78

4. T-Hitung .............................................................................................. 82

5. Estimates .............................................................................................. 83

6. Standardized Coefficient ..................................................................... 84

7. Goodness of Fit Statistics .................................................................... 85

8. Nilai Loading Factor dan t-value pada Indicators ............................... 86

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin ketatnya persaingan dalam dunia usaha, pemikiran yang

berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan lagi di

era globalisasi ini. Dimana era ini diyakini pula sebagai era ketidakpastian

tinggi dengan munculnya fase pertumbuhan yang makin tidak menentu

(Zuraida dan Uswatun, 2001). Salah satu penyebabnya adalah tingginya

tingkat persaingan di dunia bisnis baik lokal maupun global. Fenomena

tersebut secara nyata dapat disaksikan setiap hari yaitu semakin gencarnya

perusahaan-perusahaan memasarkan produknya melalui iklan di berbagai

media massa. Menurut data Nielsen Company (Nielsen), dapat dilihat dari

perkembangan biaya belanja iklan yang semakin meningkat setiap tahunnya

mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Untuk lebih jelasnya

perkembangan tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

23%

16%

17% 19%

30,025 35,088 41,708 48,585 59,827

Y2006 Y2007 Y2008 Y2009 Y2010

Periode: Januari - Desember 2006 – 2010.Semua media yang dimonitor, berdasarkan gross rate card

(tanpa memperhitungkan diskon, promo, dll), dalam Rp Miliar

Sumber: www.agbnielsen.com

Gambar 1. Perkembangan Biaya Belanja Iklan

Biaya iklan telah tumbuh dan meningkat sangat tajam, terutama iklan

yang ditayangkan melalui media televisi yang meningkat sebesar 26 persen.

Sementara itu, belanja iklan surat kabar naik 19 persen, serta majalah dan

tabloid sebesar 10 persen (www.agbnielsen.com). Pantauan Nielsen juga

menunjukkan, televisi masih mendominasi pangsa iklan dengan meraup 62

persen dari total belanja iklan disusul surat kabar yang mencapai 35 persen,

serta majalah dan tabloid sebesar 3 persen (http://bataviase.co.id). Implikasi

atas hal ini adalah secara umum dapat dikatakan bahwa perhatian produsen

dan konsumen tumbuh sangat cepat terhadap suatu iklan. Ini berarti iklan

telah berfungsi sebagai ujung tombak perusahaan dalam menembus pasar

yang semakin ketat. Meskipun tidak secara langsung berdampak pada

pembelian, iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif

dalam menjalin komunikasi antara perusahaan dan konsumen, dan sebagai

upaya perusahaan dalam menghadapi pesaing.

Bagi sebagian besar perusahaan, iklan di televisi menjadi suatu pilihan

yang menarik, sebagai sumber informasi atau mengingatkan konsumen

kepada perusahaan atau suatu merek yang diiklankan beserta berbagai fitur

atau kelengkapan yang dimiliki dan juga keuntungan, manfaat, penggunaan,

serta memperkuat citra produk bersangkutan sehingga konsumen akan

cenderung membeli produk yang diiklankan itu. Disamping itu, iklan

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, iklan harus dirancang sedemikian

rupa dengan pertimbangan yang matang agar tujuan yang hendak dicapai

melalui pesan iklan dapat tersampaikan secara efektif kepada konsumen.

Agar suatu pesan iklan menjadi efektif proses pengiriman harus berhubungan

dengan proses penerimaan si penerima, untuk itu komunikator harus

merancang pesan agar menarik perhatian sasarannya. Salah satu iklan yang

sering muncul di televisi dan banyak menarik perhatian pemirsa televisi yaitu

iklan es krim Wall‟s Magnum versi Magnum Classic: Magnum Temptation

Royal Treatment. Merupakan salah satu merek ice cream Unilever yang

membawa kelezatan cokelat yang sesungguhnya untuk pasar es krim dewasa,

kini hadir dengan varian baru menawarkan dengan pengalaman intens luar

biasa dan memanjakan layaknya seorang Putri. Wall‟s Magnum dengan tiga

varian, yaitu Wall‟s Magnum Classic, Wall‟s Magnum Almond dan Wall‟s

Magnum Chocolate Truffle.

Dengan hadirnya varian Wall‟s Magnum, konsumen dapat merasakan

kenikmatan es krim premium dengan lapisan Belgian chocolate yang tebal

dan renyah. Iklan Magnum diperagakan oleh si model dengan memakan es

krim magnum, dalam hitungan detik di gigitan pertama secara tiba-tiba

2

disekelilingnya berubah menjadi zaman-zaman kerajaan Belgia, lalu si model

menujukkan kalau es krim yang sedang dia makan itu enaknya luar biasa.

Dari tayangan iklan tersebut, hampir semua kalangan masyarakat terbius dan

ingin mencicipi es krim eksklusif ini, walaupun uang yang harus dikeluarkan

juga cukup eksklusif untuk sebuah es krim “mini”, yaitu Rp 10.000.

Bagi konsumen yang selalu bergelut dengan waktu dan kesibukan

kehidupan modern, moment untuk merasakan pleasure indulgence seperti ini

sulit untuk direalisasikan. Kebutuhan memanjakan diri seperti liburan keluar

kota, santai di spa, dan sebagainya merupakan kebutuhan pelengkap dan

menjadi bagian dari hak pribadi setiap orang. Melihat kebutuhan tersebut,

“Wall‟s Magnum berperan untuk membantu para konsumen melepaskan diri

dari kehidupan modern yang sangat sibuk untuk bisa merasakan kenikmatan

luar biasa, intens, dan sensorial. Diluncurkannya iklan Magnum berhubungan

dengan peremajaan produk dengan menciptakan image baru dari produk

tersebut yang tujuannya untuk merubah sikap dan perilaku konsumen dalam

pembelian. PT Unilever memberikan anggaran yang cukup besar dalam

beriklan. Hal ini dapat dilihat pada tingginya frekuensi jam tayang iklan

es krim Wall‟s Magnum, pada saat penayangan program televisi. Dalam

komunikasi pemasaran, Unilever terlihat sangat agresif dibanding pemain

lainnya. Berdasarkan pantauan Nielsen Media Research, total belanja iklan

Wall‟s jauh dalam tiga tahun di atas pemain lainnya dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Total Belanja Iklan Walls dan Campina (2005-2007)

Tahun Total BelanjaWalls

(dalam Milyar Rupiah)

Total Belanja Campina

(dalam Milyar Rupiah)

2005 106 8,5

2006 120 12,6

2007 172 17,4

Sumber: Nielsen Media Research, 2008 (pada semua media)

Produk keluaran PT Unilever Indonesia ini menguasai sekitar 45%

pangsa pasar, sementara Campina 20%, diikuti Indomeiji 12%-14%. Dilihat

dari segi product brand, Wall‟s masih menjadi pemimpin pasar diikuti

Campina. Kedua pemain ini praktis yang menguasai industri ini (SWA

Majalah).

Iklan di televisi sekarang sudah memasyarakat, bahkan cenderung

3

membius. Sejauhmana iklan dapat mempengaruhi perilaku konsumen

terhadap pembelian nyata terhadap merek yang diiklankan. Pengaruh iklan

pada perilaku konsumen ini sangat variatif, mulai dari mendorong konsumen

untuk mencari produk yang dimaksud sampai dengan mendorong orang yang

sebelumnya tidak loyal menjadi loyal.

Berkaitan dengan pengaruh iklan terhadap perilaku konsumen,

SurveyOne telah melakukan survei mengenai pengaruh iklan/promo terhadap

keputusan konsumen dalam membeli merek/produk. Survei yang melibatkan

1.800 responden ini menunjukkan adanya pengaruh iklan terhadap keputusan

konsumen dalam membeli merek/produk. Sebanyak 37,6% responden

menyatakan, pengaruh iklan dalam perilaku pembelian adalah besar dan

sangat besar. Sekitar separuh responden merasa biasa saja, sedangkan 7%

responden lainnya mengatakan kecil pengaruhnya (http://surveyone.co.id/).

Ini tentunya merupakan tantangan bagi para advertiser untuk membuat iklan

yang efektif sehingga dapat mempengaruhi perilaku konsumen.

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat besarnya biaya iklan yang

dikeluarkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk, maka penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa efektif iklan televisi es krim Wall‟s Magnum versi

Magnum Classic: Magnum Temptation Royal Treatment dalam

mengkomunikasikan pesannya kepada konsumen.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti membahas bagaimana

efektivitas iklan televisi es krim Wall‟s Magnum versi Magnum Classic:

Magnum Temptation Royal Treatment dalam mengkomunikasikan pesannya

kepada konsumen menggunakan model persamaan struktural terhadap variabel

efektivitas iklan. Dengan menggunakan model CDM dengan enam variabel

yang saling berhubungan, yaitu Pesan Iklan (F, Information), Pengenalan

Merek (B, Brand Recognition), Kepercayaan Konsumen (C, Confidence),

Sikap Konsumen (A, Attitude), Niat Beli (I, Intention), dan Pembelian Nyata

(P, Purchase).

1.3. Tujuan Penelitian

4

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yakni untuk mengetahui

efektivitas iklan televisi es krim Magnum versi Magnum Classic: Magnum

Temptation Royal Treatment dalam mengkomunikasikan pesannya kepada

konsumen menggunakan model persamaan struktural terhadap variabel

efektivitas iklan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Pihak perusahaan, untuk memberikan masukan bagi pihak PT Unilever

Indonesia, Tbk tentang seberapa efektif penayangan iklan televisi es

krim Wall‟s Magnum versi Magnum Classic: Magnum Temptation

Royal Treatment yang telah dilakukan, sehingga hasilnya dapat

digunakan sebagai evaluasi strategi pemasaran pada umumnya dan

periklanan pada khususnya.

2. Kalangan akademis, untuk menambah perbendaharaan kepustakaan

bagi Jurusan Manajemen yang mana akan menjadi masukan bagi

rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian terhadap masalah

yang sama dimasa yang akan datang.

3. Masyarakat yang ingin menambah pengetahuan serta wawasan

mengenai efektivitas iklan terhadap keputusan konsumen dalam

membeli produk.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ialah mencakup batasan yang akan dilakukan

peneliti baik dari lokasi penelitian, pemilihan responden, pemakaian alat serta

cakupan yang akan dibahas oleh peneliti agar dapat terkendali dan tidak

melebihi apa yang akan dibahas. Ruang lingkup penelitian ini hanya akan

menganalisis “Pengukuran Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall‟s Magnum

Terhadap Mahasiswa Program Diploma IPB Menggunakan Model Persamaan

Struktural” dengan enam variabel efektivitas iklan yang saling berhubungan

yaitu Pesan Iklan (F, Information), Pengenalan Merek (B, Brand Recognition),

Kepercayaan Konsumen (C, Confidence), Sikap Konsumen (A, Attitude), Niat

Beli (I, Intention), dan Pembelian Nyata (P, Purchase).

5

Penelitian ini menggunakan penelitian sebelumnya yaitu penelitian

dari Rosi Arca yang berjudul “Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim

Magnum dan Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan

Pembelian Es Krim Berdasarkan Karakteristik Pengeluaran (Studi Kasus

Mahasiswa Program Diploma IPB)“. Responden yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah Mahasiswa/Mahasiswi Diploma Institut Pertanian Bogor

yang pernah menonton iklan televisi es krim Wall‟s Magnum. Lokasi yang

dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Kampus Cilibende, Kampus

Gunung Gede, dan Kampus Baranang Siang Diploma Institut Pertanian

Bogor. Hal tersebut dilakukan karena adanya keterbatasan waktu dan biaya

serta kemudahan dalam pengambilan sampel.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia dan masyarakat, yang bertujuan untuk mencapai

kepuasaan konsumen. Menurut Assauri (2004), pemasaran sebagai

kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan

kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Hal ini sejalan dengan definisi pemasaran menurut Kotler (1993),

adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu-

individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran

produk-produk yang bernilai.

2.1.2 Strategi Pemasaran

Menurut Tull dan Kahle dalam Tjiptono (2008), mendefinisikan

strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk

mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan

bersaing berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program

pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Strategi pemasaran terdiri atas tiga langkah yaitu segmentasi

(Segmentation), penentuan pasar sasaran (Targeting), dan penentuan

posisi pasar (Positioning).

Menurut Assauri (2004), dalam menetapkan strategi pemasaran

yang akan dijalankan, suatu perusahaan harus melihat situasi dan

kondisi pasar serta menilai kedudukan atau posisi perusahaan di pasar.

Strategi pemasaran merupakan serangkaian tujuan dan sasaran, serta

kebijakan dan aturan yang dapat memberikan arah pada usaha

pemasaran, dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan

yang ada.

Dalam ekonomi yang hiperkompetitif, dengan semakin banyak

pembeli rasional yang berhadapan dengan banyak sekali pilihan,

sebuah perusahaan dapat menang dengan hanya menyetel dengan baik

proses penyerahan nilai serta memilih, menyediakan, dan

mengkomunikasikan nilai superior. Gambar 2 mengilustrasikan

proses penciptaan nilai dan pengurutan penyerahan.

Proses tersebut terdiri dari tiga bagian. Pertama, adalah memilih

nilai, sebelum adanya suatu produk, perusahaan harus membuat

segmentasi pasar (segmentasi), menyeleksi sasaran pasar yang tepat

(targeting), dan mengembangkan penentuan posisi nilai dari tawaran

(positioning). Kedua, menyediakan nilai perusahaan harus

menentukan ciri produk yang spesifik, harga (price) dan distribusi

(place) dari produk (product) yang ditawarkan. Ketiga,

mengkomunikasikan nilai dengan memanfaatkan kekuatan penjualan,

promosi penjualan, iklan, dan alat-alat komunikasi lain untuk

mengumumkan dan mempromosikan produk (promotion). Setiap fase

ini memiliki implikasi terhadap biaya.

Pemasaran strategis Pemasaran taktis

Gambar 2. Urutan Penciptaan dan Penyampaian Nilai (Lanninng dan Michaels,

“A Business is a Value Delivery System” dalam Kotler dan Keller, 2007)

Memilih nilai

Segmentasi

pelangggan

Seleksi/fokus pasar

Pemposisian pasar

Mengkomunikasikan

nilai

Tenaga penjual

Promosi penjualan

periklanan

Menyediakan nilai

Pengembangan

produk

Pengembangan jasa

Penetapan harga

Penyediaan pasokan

Pelaksanaan

distribusi

8

1. Segmentation

Tjiptono (2008), menyatakan bahwa segmentasi pasar adalah proses

membagi pasar secara keseluruhan suatu produk atau jasa yang bersifat

heterogen ke dalam beberapa segmen, dimana masing-masing segmennya

cenderung bersifat homogen dalam segala aspek. Perusahaan memandang

suatu pasar tertentu terdiri dari banyak bagian kecil, yang memiliki

karakteristik tertentu, kemudian perusahaan mengembangkan program-

program pemasaran yang terpisah untuk memenuhi kebutuhan masing-

masing segmen. Menurut Assauri (2004), segmentasi pasar adalah strategi

yang dengan sengaja membagi pasar dalam bagian-bagian dan dengan

sadar membina bagian-bagian tertentu untuk dijadikan pasar sasaran.

Terdapat empat variabel segmentasi utama bagi pasar konsumen

menurut Tjiptono (2008), antara lain:

a) Segementasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-

kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel demografis,

misalnya usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, agama, suku, dan sebagainya.

b) Segmentasi geografis yaitu membagi pasar menjadi unit geografis yang

berbeda, seperti wilayah, ukuran kota atau kota besar, kepadatan, dan

iklim.

c) Segmentasi perilaku yaitu segmentasi berdasarkan peristiwa, manfaat,

status pemakai, tingkat pemakaian, loyalitas merek, sikap terhadap

produk, dan tahap kesiapan membeli.

d) Segmentasi psikografis yaitu segmentasi berdasarkan kelas sosial, gaya

hidup atau karakteristik kepribadian.

Tjiptono (2008) juga membagi lima kriteria utama segmen agar

segmentasi dapat efektif, yaitu:

a) Dapat diukur

Ukuran, daya beli, dan profil segmen harus dapat diukur.

b) Besar

Segmen harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani. Suatu

segmen harus merupakan nilai kelompok homogen terbesar yang

9

memungkinkan, dicari oleh program pemasaran yang dibuat khusus

untuk mereka.

c) Dapat dijangkau

Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.

d) Dapat dibedakan

Segmen-segmen dapat dipisah-pisahkan secara konseptual dan

memberikan tanggapan yang berbeda terhadap unsur-unsur dan

program-program bauran pemasaran yang berlainan.

e) Dapat diambil tindakan

Program-program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan

melayani segmen-segmen yang bersangkutan.

Assauri (2004) menambahkan, dengan melakukan segmentasi

pasar, perusahaan akan dapat menentukan dan membandingkan

kesempatan pasar yang ada, serta akan dapat melakukan penyesuaian

pada produk ataupun program usaha pemasaran dan penentuan

anggaran usaha pemasaran sesuai dengan sifat segmen pasar tersebut.

2. Targetting

Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang-peluang segmen

pasar, kemudian perusahaan melakukan target pasar dengan proses

mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang

dianggap paling potensial dan menguntungkan untuk mengembangkan

produk dan program pemasaran yang dirancang khusus untuk segmen-

segmen yang dipilih. Dengan kata lain, targeting adalah persoalan

bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau konsumen.

Menurut Abell dalam Kotler dan Keller (2007), setelah

mengevaluasi segmen-segmen yang berbeda, perusahaan dapat

mempertimbangkan lima pola pemilihan pasar sasaran seperti:

1) Konsentrasi segmen tunggal

Melalui pemasaran yang terkonsentrasi, perusahaan mendapatkan

pengetahuan yang kuat tentang kebutuhan segmen dan meraih

posisi pasar yang kuat dalam segmen tersebut.

10

2) Spesialisasi efektif

Perusahaan memilih sejumlah segmen secara objektif, masing-

masing segmen menarik dan memadai.

3) Spesialisasi produk

Perusahaan menghasilkan produk tertentu yang dijualnya ke

beberapa segmen.

4) Spesialisasi pasar

Perusahaan berkonsentrasi untuk melayani berbagai kebutuhan

kelompok pelanggan tertentu.

5) Cakupan ke seluruh pasar

Perusahaan berusaha melayani seluruh kelompok pelanggan dengan

menyediakan semua produk yang mungkin mereka butuhkan.

3. Positioning

Setelah menentukan segmen pasar dan pasar sasaran yang akan

dimasuki, perusahaan harus menentukan posisi mana yang akan

ditempatinya dalam segmen tersebut. Penentuan posisi dimulai dengan

produk, yaitu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang.

Namun, penetapan posisi bukanlah kegiatan yang dilakukan terhadap

suatu produk.

Penetapan posisi adalah kegiatan yang dilakukan terhadap pikiran

calon pelanggan (Al Ries dan Jack Trout dalam Kotler dan Keller,

2007). Menambahkan dari definisi sebelumnya Kotler dan Keller (2007)

menyatakan penetapan posisi (positioning) adalah tindakan merancang

tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas

(dibandingkan para pesaing) didalam benak pelanggan sasarannya. Hasil

akhir penetapan posisi adalah keberhasilan penciptaan proposisi nilai

yang berfokus pada pelanggan.

2.2. Komunikasi Pemasaran Terpadu

Morissan (2010), Komunikasi pemasaran terpadu merupakan

upaya untuk menjadikan seluruh kegitan pemasaran dan promosi

perusahaan dapat menghasilkan citra atau image yang bersifat satu dan

konsisten bagi konsumen. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong

11

(2004), komunikasi pemasaran terpadu adalah konsep menjadi dasar bagi

perusahaan secara seksama memadukan dan mengkoordinasikan semua

saluran komunikasinya untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten,

dan berpengaruh kuat tentang organisasi dan produk-produknya.

Dapat dikatakan bahwa komunikasi pemasaran terpadu

membentuk identitas merek yang kuat di pasar dengan mengikat bersama

dan memperkuat semua citra dan pesan. Selain itu komunikasi pemasaran

terpadu bahwa semua pesan, positioning, citra, dan identitas perusahaan,

dikoordinasikan melalui semua bentuk komunikasi pemasaran. Menurut

Kennedy dan Soemanagara (2006), komunikasi pemasaran adalah kegiatan

komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen

dengan menggunakan berbagai media, dengan harapan agar komunikasi

dapat menghasilkan sejumlah perubahan, yaitu perubahan pengetahuan,

perubahan sikap, perubahan perilaku, dan perubahan masyarakat.

Komunikasi pemasaran sebagai upaya untuk memperkuat loyalitas

pelanggan terhadap produk yang dimiliki perusahaan. Adapun jenis media

yang dapat digunakan dalam komunikasi pemasaran adalah folder, poster,

banner, flyer, televisi, radio, majalah, surat kabar, dan media-media

lainnya. Tjiptono (2008), komunikasi pemasaran adalah aktivitas

pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/

membujuk, dan atau, mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan

produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang

ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

2.2.1 Bauran Komunikasi Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2004), ada 5 perangkat

bauran komunikasi pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan iklan: setiap bentuk presentasi dan promosi

nonpersonal yang memerlukan biaya tentang gagasan, barang,

atau jasa oleh sponsor yang jelas.

2. Penjualan personal: presentasi personal oleh tenaga penjualan

sebuah perusahaan dengan tujuan menghasilkan transaksi

penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.

12

3. Promosi penjualan: insentif-insentif jangka pendek untuk

mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk atau jasa.

4. Hubungan masyrakat: membangun hubungan baik dengan

berbagai publik perusahaan dengan sejumlah cara supaya

memperoleh publisitas yang menguntungkan, membangun citra

perusahaan yang bagus, dan menangani atau meluruskan rumor,

cerita, serta event yang tidak menguntungkan.

5. Pemasaran langsung: hubungan-hubungan langsung dengan

masing-masing pelanggan yang dibidik secara seksama dengan

tujuan baik untuk memperoleh tanggapan segera maupun untuk

membina hubungan dengan pelanggan yang langgeng.

Penggunaan dengan telepon, surat, fax, email, internet, dan

perangkat-perangkat lain untuk berkomunikasi secara langsung

dengan konsumen tertentu.

2.3. Periklanan

2.3.1 Pengertian iklan

Iklan berasal dari bahasa Yunani, artinya menggiring orang pada

gagasan. Menurut Durianto (2003), Iklan adalah semua bentuk aktivitas

untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara

nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan merupakan salah

satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam

mempromosikan produknya. Melengkapi dari definisi sebelumnya,

Tjiptono (2008) menyatakan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi

tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau

keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga

menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran

seseorang untuk melakukan pembelian.

Menurut Peter dan Olson (2000), iklan adalah penyajian

informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau

toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Iklan ditujukan untuk

mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen evaluasi, perasaan,

pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, dan citra yang berkaitan

13

dengan produk dan merek, tujuan akhirnya bagaimana mempengaruhi

perilaku pembelian konsumen. Menurut Jefkins dalam Kasali (2007),

iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang

ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Untuk membedakan

dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk

orang supaya membeli.

2.3.2 Tujuan Iklan

Tujuan periklanan adalah melakukan komunikasi tertentu yang

harus dilakukan terhadap khalayak sasaran tertentu selama periode

waktu tertentu (Kotler dan Amstrong, 2004). Menurut Kotler dan

Amstrong (2008) tujuan periklanan adalah tugas komunikasi tertentu

yang dicapai dengan pemirsa sasaran tertentu selama periode waktu

tertentu. Tujuan periklanan bisa digolongkan berdasarkan tujuan utama

apakah tujuannya menginformasikan, membujuk, atau mengingatkan.

Iklan informatif digunakan khsusnya ketika memperkenalkan

kategori produk baru. Tujuannya untuk menciptakan permintaan primer.

Selain itu iklan persuasif telah menjadi iklan komparatif, dimana

perusahaan secara langsung atau tidak langsung membandingkan

mereknya dengan satu atau lebih merek lain. Pemasangan iklan untuk

mengingatkan penting bagi produk yang sudah dewasa, iklan dibuat

untuk konsumen agar terus-menerus memikirkan produk tersebut.

Menurut Kotler dalam Durianto (2003), tujuan periklanan yang

berkaitan dengan sasarannya dapat digolongkan dapat dilihat pada Tabel

2.

14

Tabel 2. Tujuan Periklanan

2.3.3 Fungsi Iklan

Menurut Shimp (2003), periklanan dikenal sebagai pelaksana

beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis

dan organisasi lainnya. Fungsi-fungsi iklan terdiri dari:

a) Informing ( Memberi Informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar akan merek-merek baru,

mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek,

serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Periklanan

menampilkan peran informasi bernilai lainnya baik untuk merek

yang diiklankan maupun konsumennya dengan mengajarkan

manfaat-manfaat baru dari merek-merek yang telah ada.

b) Persuading (Membujuk)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk)

pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.

c) Reminding (Mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan

para konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat

Untuk Menginformasikan

1. Memberitahukan pasar tentang

suatu produk baru

2. Mengusulkan kegunaan baru

suatu produk

3. Memberitahukan pasar tentang

perubahan harga

4. Menjelaskan cara kerja suatu

produk

5. Menjelaskan pelayanan yang

tersedia

6. Mengoreksi kesan yang salah

7. Mengurangi kecemasan pembeli

8. Membangun citra perusahaan

Untuk Membujuk

1. Membentuk preferensi merek

2. Mendorong alih merek

3. Mengubah persepsi pembeli

tentang atribut produk

4. Membujuk pembeli untuk

membeli sekarang

5. Membujuk pembeli untuk

menerima kunjungan penjualan

Untuk Mengingatkan

1. Mengingatkan pembeli bahwa

produk tersebut mungkin akan

dibutuhkan di kemudian hari

2. Mengingatkan pembeli di mana

dapat membelinya

3. Membuat pembeli tetap ingat

produk itu walau tidak sedang

musimnya

4. Mempertahankan kesadaran

puncak

15

konsumen terhadap merek yang sudah ada.

d) Adding value (Memberikan nilai tambah)

Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa memberi nilai

tambah bagi penawaran-penawaran mereka, yaitu dengan cara

inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi

konsumen. Iklan memberi nilai tambah pada merek dengan

mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif

menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih

bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.

e) Assisting (Mendampingi)

Periklanan berperan sebagai pendamping yang memfasilitasi

upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi

pemasaran. Periklanan digunakan sebagai alat komunikasi untuk

meluncurkan promosi-promosi penjualan seperti kupon-kupon dan

undian serta upaya penarikan perhatian berbagai perangkat promosi

penjualan tersebut.

2.3.4 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan kunci keberhasilam suatu organisasi,

sebelum melakukan kegiatan secara efisiensi, perusahaan harus

menemukan hal yang tepat dilakukan. Menurut Drucker dalam Stoner,

et al (1996) efisiensi yakni melakukan sesuatu dengan tepat dan

efektivitas berarti melakukan sesuatu yang tepat. Melengkapi definisi

sebelumnya, Stoner, et al (1996) menyatakan efisiensi sebagai

kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam

mencapai tujuan organisasi atau melakukan dengan tepat. Sedangkan

efektivitas adalah kemampuan untuk menetukan tujuan yang memadai

atau melakukan hal yang tepat.

2.3.5 Iklan yang Efektif

Menurut Shimp (2003), iklan disebut efektif bila iklan mencapai

tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan. Menurut Schultz dan

Tannenbaum dalam Shimp (2003), iklan yang efektif adalah iklan yang

diciptakan untuk pelanggan yang spesifik, memikirkan dan memahami

16

kebutuhan pelanggan, mengkomunikasikan keuntungan yang spesifik,

menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen,

dan memahami bahwa orang-orang tidak membeli produk melainkan

mereka membeli keuntungan dari produk tersebut. Lebih dari itu, iklan

yang efektif mendapat perhatian dan diingat, serta membuat orang-

orang bertindak untuk melakukan pembelian.

Iklan yang efektif biasanya kreatif dan berbeda dengan iklan-

iklan lainnya. Iklan yang sama dengan sebagian besar iklan lainnya

tidak akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan tidak

akan menarik perhatian konsumen. Iklan yang efektif, kreatif, harus

menghasilkan dampak terhadap konsumen. Dimana iklan dapat

mengaktifkan perhatian serta memberi sesuatu kepada para konsumen

agar mengingat tentang produk yang diiklankan.

Menurut Durianto dalam Kotler (2003), agar menghasilkan

iklan yang efektif, program periklanan disusun dengan memperhatikan

lima M, yaitu:

1. Mission (misi), apakah tujuan periklanan?

2. Money (uang), berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk belanja

iklan?

3. Message (pesan), pesan apa yang harus disampaikan?

4. Media (media), media apa yang paling efektif dan efisien?

5. Measurement (pengukuran), bagaimana mengevaluasi efektivitas

iklan?

2.3.6 Ukuran Efektivitas Periklanan

Menurut Durianto (2003), efektivitas periklanan diukur dari

dampaknya terhadap penjualan, dan dampaknya terhadap komunikasi.

Efektivitas periklanan yang berkaitan dengan penjualan dapat diketahui

melalui riset tentang dampak penjualan. Sedangkan efektivitas

periklanan yang berkaitan dengan pengingatan dan persuasi dapat

diketahui melalui riset tentang dampak komunikasi. Ada tiga kriteria

yang digunakan untuk mengukur efektivitas periklanan, yaitu:

1. Penjualan

17

Efektivitas periklanan yang berkaitan dengan penjualan dapat

diketahui melalui riset tentang dampak pbenjualan. Mengkaitkan

iklan dengan penjualan cukup sulit dilakukan karena banyaknya

faktor-faktor di luar iklan yang berpengaruh secara signifikan

terhadap keputusan pembelian konsumen. Namun demikian,

dengan alat analisis yang tepat dimungkinkan untuk melihat peran

parsial iklan terhadap penjualan suatu produk.

2. Pengingatan

Ukuran keefektivitasan iklan umumnya dipakai adalah

kemampuan mengingat konsumen terhadap iklan atau bagian dari

iklan. Misalnya, dalam suatu telaah daya ingat konsumen pada satu

hari setelah iklan ditayangkan, maka penelitian dapat menggali

informasi dari konsumen dengan mengajukan pertanyaan kepada

pemirsa, apakah mereka menonton program televisi tertentu.

Kemudian konsumen ditanyai, apakah mereka mengingat adanya

iklan yang ditayangkan dan hal apa saja yang mereka ingat

sehubungan dengan iklan yang ditayangkan.

3. Persuasi

Kriteria ini berkaitan dengan mengukur dampak pemahaman

konsumen terhadap suatu iklan, terhadap perubahan kepercayaan

konsumen pada ciri atau konsekuensi produk, sikap terhadap

merek, membeli merek atau keinginan membeli.

2.4. Televisi Sebagai Media Periklanan

Morissan (2010), menyatakan media televisi memiliki kelebihan

dibandingkan dengan media lainnya yang mencakup daya jangkau luas,

selektivitas dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan efek, prestise,

serta waktu tertentu. Walaupun televisi diakui sebagai media yang

efisien dalam menjangkau audiens dalam jumlah besar namun televisi

juga memiliki kelemahan yaitu biaya yang mahal, informasi terbatas,

selektivitas terbatas, penghindaran, dan tempat terbatas. Sedangkan menurut

Sumarwan (2003), televisi telah menjadi medium yang sangat banyak

menciptakan budaya populer. Televisi merupakan medium iklan yang

18

banyak digunakan oleh para produsen, karena jangkauannya yang luas dan

kemampuan audio dan visualnya dalam menyampaikan iklan. Televisi

sebagai medium untuk menyampaikan banyak hal kepada masyarakat:

sosial, politik, hiburan, olahraga, beragam berita, dan iklan komersial.

2.5. Definisi Konsumen

Menurut Sumarwan (2003), konsumen diartikan sebagai dua jenis

konsumen yaitu; konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen

individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, anggota keluarga

lain, dan untuk hadiah teman, saudara atau orang lain. Dalam konteks barang

dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu dan sering

disebut sebagai “pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Jenis kedua adalah

konsumen organisasi, yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga

sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi,

rumah sakit). Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan

jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya.

Konsumen individu dan konsumen organisasi adalah sama pentingnya.

2.6. Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003), menjelaskan

perilaku konsumen sebagai berikut.

“The term consumer behavior refers to the behavior that consumers display

in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing, of products

and services that they expect will satisfy their needs”

”Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperhatikan

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan

kebutuhan mereka”

Sedangkan Engel dan Miniard dalam Sumarwan (2003), perilaku

konsumen merupakan suatu tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

2.7. Tahap Proses Pembelian

19

Menurut Kotler (1997), proses keputusan pembelian konsumen

melewati lima tahap, yang diperlihatkan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Proses Keputusan Pembelian (Kotler, 1997)

1. Pengenalan Masalah

Pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dipicu

oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang

timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan.

Selain itu, kebutuhan juga didorong oleh rangsangan eksternal.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau

mungkin tidak. Konsumen dapat mencari informasi dari berbagai

sumber, seperti sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber

komersial (iklan, wiraniaga, situs web, dll), sumber publik (media massa,

pencarian internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan,

pemakaian produk).

3. Evaluasi Alternatif

Tahap ini terjadi bagaimana konsumen memproses informasi merek yang

kompetitif dan sampai pada pilihan merek evaluasi alternatif tergantung

pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu.

4. Keputusan Pembelian

Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek

yang paling disukai, namun dua faktor bisa berada di antara niat

pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama yaitu pendirian

orang lain dan faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.

5. Perilaku Pascapembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas

dan terlibat dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh

pemasar. Tingkat kepuasan terletak pada hubungan antara ekspektasi

Pengenalan

masalah

Pencarian

informasi Evaluasi

alternatif Keputusan

pembelian

Perilaku

pascapembelian

20

konsumen dan kinerja anggapan produk. Semakin besar kesenjangan

ekspektasi dan kinerja, maka semakin besar ketidakpuasan konsumen.

2.8. Consumer Desicion Model

Menurut Howard dalam Durianto (2003) Consumer Decision Model

(CDM) merupakan suatu model digunakan untuk mengukur efektifitas iklan

dengan enam variabel yang saling berhubungan, yaitu: pesan iklan (F,

finding information), pengenalan merek (B, brand recognition), kepercayaan

konsumen (C, confidence), sikap konsumen (A, attitude), niat beli (I,

intention) dan pembelian nyata (P, purchase). Consumer Decision Model

(CDM) merupakan proses pembedaan dan pengelompokkan bentuk-bentuk

pikiran konsumen, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Consumer Decision Model (Durianto, 2003)

Dalam Gambar 4 dijelaskan bagaimana konsumen mencari dan

mempertimbangkan suatu keputusan untuk membeli produk. Masing-masing

variabel berinteraksi dan saling mendukung dan berakhir dengan pembelian.

Alur model tersebut diawali dari konsumen yang menerima Pesan Iklan (F).

Informasi tersebut dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang

dimulai dari pengenalan merek oleh konsumen (B) atau dari informasi yang

dapat langsung menambah perbendaharaan pikiran konsumen sebagai

tingkat kepercayaan (C). Atau dari informasi itu yang sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen menunjukkan kesesuaian yang akan

membentuk sikap (A). Kemudian, dari pengenalan merek (B) dievaluasi

apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap (A), dan dapat

menciptakan serta menambahkan sebagai tingkat kepercayaan (C).

Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap sikap

dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan, sehingga

F B

A

C

I P

21

diharapkan mampu menimbulkan niat beli (I) dari konsumen. Hal ini tentu

saja akan mampu mempengaruhi konsumen untuk melakukan suatu

pembelian (P, Purchase) yang nyata.

Menurut Howard dalam Durianto (2003) ada enam variabel yang

dijelaskan dalam Consumer Decision Model.

1. Pesan Iklan (information)

Pesan dalam iklan seharusnya menyatakan sesuatu yang

dibutuhkan dan penting dalam suatu produk, menginformasikan sesuatu

yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk, menginformasikan

sesuatu yang eksklusif yang tidak ada pada produk lain sejenis, dapat

dipercaya dan dapat dibuktikan. Pesan iklan dalam Consumer Decision

Model (CDM) merupakan variabel penentu dari keenam variabel. Pesan

iklan dapat disampaikan dalam bentuk angka, huruf, ataupun kalimat

yang dapat menjalankan suatu sistem. Consumer Decision Model (CDM)

menunjukkan bahwa pesan iklan dapat menyebabkan calon pembeli

mengenal suatu merek, mengevaluasi merek-merek yang dibutuhkan

calon pembeli, menentukan sikap dan mengukur seberapa besar kepuasan

konsumen terhadap suatu merek serta atribut-atribut lainnya dari suatu

produk.

2. Pengenalan Merek (Brand Recognition)

Pengenalan merek (B) merupakan ukuran brand awareness

responden. Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui sampai

tingkat mana pembeli mengetahui ciri-ciri suatu merek. Pengenalan ini

memungkinkan terbentuknya sikap terhadap merek atau meningkatkan

keyakinan konsumen pada suatu merek.

Menegaskan bahwa pengenalan merek terkait dengan tingkat

pengenalan pembeli akan ciri atau keistimewaan produk dibandingkan

produk-produk sejenis lainnya. Dalam hal ini, pengenalan merek

merupakan atribut merek secara fisik, seperti warna, ukuran, dan bentuk

sehingga kemasan dan desain produk sangat penting.

Kesan merek secara keseluruhan terbentuk dari tiga elemen, yaitu:

Pengenalan Merek (Brand Recognition), Sikap Konsumen (Attitude)

22

dan Kepercayaan Konsumen terhadap produk (Confidence). Pengenalan

merek merupakan landasan untuk terciptanya sikap dan keyakinan

konsumen. Jika pengenalan merek lebih memperhatikan bentuk suatu

produk, maka Sikap Konsumen (A) lebih pada merek, hingga pada

akhirnya terdapat kesesuaian fungsi yang diinginkan konsumen.

Atribut fisik dalam pengenalan merek merupakan alasan bagi

pemasar suatu produk barang atau jasa yang mempunyai masalah yang

berlainan satu sama lain. Meningkatkan atribut fisik, harus menjadi

penekanan dalam praktek.

3. Sikap Konsumen (Attitude)

Morissan (2010), sikap adalah salah satu konsep yang paling sering

menjadi fokus perhatian dalam penelitian mengenai perilaku konsumen.

Sikap merupakan hal penting bagi pemasar karena sikap menyimpulkan

evaluasi konsumen terhadap suatu objek (merek, perusahaan, dan lain-

lain) dan menunjukkan perasaan positif dan negatif serta kecenderungan

perilaku. Ketertarikan pemasar pada sikap didasarkan atas asumsi bahwa

sikap memiliki hubungan dengan perilaku pembelian konsumen. Peter

dan Olson dalam Durianto (2003) menyatakan bahwa sikap dapat

didefinisikan sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan

oleh seseorang. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan suatu respon

evaluatif. Respon hanya akan dapat timbul jika individu dihadapkan pada

suatu rangsangan yang menghendaki adanya reaksi individu.

Suwarman (2003) menjelaskan sikap konsumen adalah faktor

penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Menurut

Engel dan Miniard dalam Suwarman (2003) mengemukakan bahwa

sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan tidak disukai. Sikap

konsumen terhadap suatu produk, baik itu positif, negatif, maupun

netral akan mempengaruhi perilaku atau tindakan konsumen terhadap

produk tersebut. Apabila konsumen memiliki sikap yang positif

terhadap suatu merek, maka kemungkinan ia untuk memiliki niat beli

semakin besar. Namun, apabila sikap konsumen terhadap suatu merek

adalah negatif, maka akan terdapat kemungkinan konsumen tidak akan

23

memilih merek tersebut untuk ia beli. Konsumen yang memiliki sikap

netral merupakan sasaran bagi para produsen untuk mempengaruhi

konsumen tersebut agar berubah sikap.

Engel dalam Durianto (2003) menyatakan bahwa kemampuan

iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung produk sering

tergantung kepada sikap konsumen. Iklan yang diminati dan dievaluasi

lebih positif terhadap produk. Iklan yang tidak diminati dapat

mengurangi minat pembelian produk oleh konsumen.

4. Kepercayaan Konsumen (Confidence)

Menurut Durianto (2003), kepercayaan konsumen adalah

bagaimana pembeli dapat yakin akan keputusan mereka terhadap

suatu merek, apakah produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan

konsumen atau tidak. Kepercayaan konsumen dapat meningkat jika

calon pembeli sudah mendapatkan keterangan yang jelas yang didapat

konsumen dari pesan iklan (informasi) yang ditayangkan televisi

secara berulang-ulang, brosur, pemasaran langsung, dan lainnya.

Menurut Mowen dan Miror dalam Suwarman (2003),

kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu

objek, atributnya dan manfaatnya. Kepercayaan konsumen terhadap

suatu produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan persepsi

konsumen.

5. Niat Beli (Intention)

Menurut Durianto (2003), Niat untuk membeli merupakan

sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli

produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada

periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen

yang merefleksikan rencana pembeliaan sejumlah produk dengan

merek tertentu. Niat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap

produk dan keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin

rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan

menurunnya niat beli konsumen.

24

6. Pembelian Nyata (Purchase)

Menurut Durianto (2003), pembelian nyata muncul karena

konsumen sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk.

Pembelian nyata merupakan sasaran akhir Consumer Decision Model

(CDM), baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli

ataupun untuk konsumen yang melakukan pembelian ulang.

2.9. Model Persamaan Struktural

Menurut Bagozzi dan Fornell dalam Ghozali (2005), model

persamaan struktural (Structural Equation Modelling) merupakan teknik

analisis multivariate yang memungkinkan untuk menguji hubungan antara

variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh

mengenai keseluruhan model. Selain itu SEM memberikan informasi

tentang hubungan kausal simultan diantara variabel-variabelnya. SEM

menyajikan konsep tidak teramati melalui penggunaan variabel-variabel

laten. Sebuah variabel laten adalah sebuah konsep yang dihipotesiskan atau

yang tidak teramati, dan hanya dapat didekati melalui variabel-variabel

teramati. Dalam SEM membedakan kedua jenis variabel ini berdasarkan

atas keikutsertaan mereka sebagai variabel terikat pada persamaan-

persamaan dalam model. Variabel eksogen selalu muncul sebagai variabel

bebas pada semua persamaan yang ada dalam model. Sedangkan variabel

endogen merupakan variabel terikat pada paling sedikit satu persamaan

dalam model.

Sementara itu, variabel teramati atau variabel terukur (manifest,

measured variabe) adalah variabel yang dapat diamati atau diukur secara

empiris dan sering disebut sebagai indikator. Variabel teramati nilai

variabelnya diperoleh dari responden melalui berbagai metode

pengumpulan data (survei, tes, observasi, dan lain-lain). Menurut Bollen

dalam Ghozali (2005), model-model dalam SEM dapat menguji secara

bersama-sama:

1. Model struktural : menggambarkan hubungan-hubungan antara variabel-

variabel laten.

25

2. Model (measurement) pengukuran : hubungan antara variabel teramati

(indikator) dengan konstruk (variabel laten).

Didalam SEM ada penilaian model fit. Suatu model dikatakan fit

apabila kovarians matriks suatu model adalah sama dengan kovarians

matriks data. Untuk melakukan penilaian model fit, peniliti tidak boleh

hanya tergantung pada satu indeks saja atau beberapa indeks fit. Tetapi

sebaiknya mempertimbangkan seluruh indeks fit. Karena didalam SEM

suatu indeks menunjukkan model adalah fit, tidak memberikan jaminan

bahwa model benar-benar fit. Sebaliknya, suatu indeks fit yang menyatakan

bahwa model sangat buruk, tidak memberikan jaminan bahwa model

tersebut benar-benar tidak fit.

Langkah selanjutnya adalah mengevauasi model pengukuran,

berfokus pada hubungan-hubungan antara variabel laten dan indikatornya

(variabel manifest). Setelah itu melakukan analisis model struktural,

berfokus terhadap koefisien-koefisien atau paramater-parameter yang

menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten dengan

variabel laten lainnya. Biasanya, hubungan-hubungan kausal inilah yang

dihipotesiskan dalam penelitian yang didukung oleh data empiris yang

diperoleh melalui survey.

2.10. Penelitian Terdahulu

Sari (2010) yang mengambil judul penelitian tentang Analisis

Efektivitas Iklan Televisi Deodoran Pria Axe dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Niat Beli Deodoran Khusus Pria pada Konsumen (Studi

Kasus Pengunjung Pria Supermal Karawaci) mengungkap bahwa

berdasarkan hasil analisis Consumer Decision Model (CDM) diketahui

bahwa iklan televisi deodorant spray Axe yang telah ditayangkan mampu

mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen Axe

dengan efektif kepada konsumen. Pesan iklan yang ingin disampaikan oleh

produsen deodorant spray axe melalui iklan televisi versi “Call Me”

berpengaruh terhadap variabel-variabel yang diukur pada CDM sampai

dengan variabel niat beli. Variabel tersebut yaitu variabel Niat Beli (I) dan

terdapat tiga variabel antara yang dapat diperoleh dari analisis tersebut, yaitu

26

variabel Pengenalan Merek (B), Kepercayaan Konsumen (C), dan Sikap

Konsumen (A).

Kusuma (2010) melakukan Analisis Efektivitas Iklan Berseri

(Pond‟s Flawess White) Dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian Studi

Kasus Mahasiswi Program Strata-1 FEM IPB. Hasil analisis Pond‟s Flawess

White telah menjadi top of mind pada benak konsumen, selanjutnya untuk

brand recall, Olay menjadi yang kedua setelah Pond‟s. Hal ini membuktikan

bahwa Pond‟s memiliki citra di benak konsumen. Pada brand recognition,

seluruh konsumen mengetahui tayangan iklan Pond‟s Flawess White dan

mengetahui produk Pond‟s tersebut. Pengukuran efektivitas iklan dengan

EPIC, dilakukan untuk mendapatkan nilai tingkat dimensi empathy,

persuasion, impact dan communication, dan didapatkan hasil efektif untuk

semua pengukuran dimensi. Secara keseluruhan menghasilkan EPIC rate

dengan rata-rata yang termasuk dalam kategori efektif. Berdasarkan hasil

analisis dengan menggunakan Direct Rating Method (DRM), iklan berseri

Pond‟s Flawess White termasuk ke dalam rentang skala direct rating, maka

iklan tersebut termasuk ke dalam kategori iklan baik dan menunjukan bahwa

iklan tersebut cukup berhasil dalam menarik perhatian (attention),

pemahaman (read througness), kognitif (cognitive), afektif (affection), dan

perilaku (behavior) konsumen untuk membeli Pond‟s Flawess white.

Atribut yang paling menentukan dalam pemilihan dan keputusan pembelian

produk Pond‟s oleh konsumen yaitu mengenai manfaat dan kegunaan dari

produk tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Arca (2011) adalah mengenai

Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Magnum Dan Faktor yang

Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Es Krim

Berdasarkan Karakteristik Pengeluaran (Studi Kasus Mahasiswa Program

DIPLOMA IPB). Pesan iklan yang ingin disampaikan oleh produsen es krim

Wall‟s Magnum melalui iklan televisi berpengaruh efektif secara langsung

terhadap variabel-variabel yang diukur pada Consumer Decision Model

dari variabel pesan iklan (F) sampai dengan variabel pembelian nyata (P)

pada kedua kelompok konsumen. Faktor yang paling berpengaruh terhadap

27

pembelian nyata konsumen untuk membeli es krim Wall‟s Magnum pada

kelompok konsumen dengan pengeluaran sebesar Rp 0 hingga Rp.599.999

adalah faktor ukuran kemasan, manfaat mengkonsumsi, pengetahuan atribut,

kepribadian dan gaya hidup, sedangkan pada kelompok konsumen dengan

pengeluaran sebesar Rp.600.000 hingga Rp. 2.500.000, faktor yang paling

berpengaruh adalah faktor ukuran kemasan, harga, pengetahuan atribut, dan

gaya hidup.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Salah satu merek es krim PT Unilever, Magnum kini hadir dengan

varian baru. Magnum bukanlah merek produk es krim yang baru bagi

masyarakat. Diluncurkannya varian terbaru Magnum ini berhubungan

dengan peremajaan produk dengan menciptakan image baru dari produk

tersebut yang tujuannya untuk merubah sikap dan perilaku konsumen

terhadap merek. Peremajaan produk tersebut dilakukan guna

memperkenalkan kembali bagi konsumen yang belum mengetahui Magnum

dan mengingatkan kembali bagi konsumen yang sebelumnya telah mengenal

Magnum. Persaingan antar produk es krim membuat produsen Wall‟s

Magnum perlu melakukan berbagai cara untuk mempromosikan produknya.

Salah satunya adalah dengan menggunakan bentuk komunikasi pemasaran

yaitu berupa iklan di media televisi.

Bagi sebagian besar perusahaan, iklan di televisi menjadi suatu

pilihan yang menarik, sebagai sumber informasi atau mengingatkan

konsumen kepada perusahaan atau merek yang diiklankan beserta berbagai

fitur atau kelengkapan yang dimiliki dan juga keuntungan, manfaat,

penggunaan, serta memperkuat citra produk bersangkutan sehingga

konsumen akan cenderung membeli produk yang diiklankan itu. Oleh

karena itu iklan harus dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan

yang matang agar tujuan yang hendak dicapai melalui pesan iklan dapat

tersampaikan secara efektif kepada konsumen serta pada akhirnya

bagaimana iklan dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen.

Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa

efektivitas iklan televisi es krim Wall‟s Magnum versi Magnum Classic:

Magnum Temptation Royal Treatment dalam mengkomunikasikan

pesannya kepadaa konsumen. Penelitian ini dianalisis menggunakan

Consumer Decision Model dan Model Persamaan Struktural. Kerangka

pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka pemikiran operasional

Peremajaan Produk Es Krim Wall‟s Magnum

Komunikasi Pemasaran

Consumer Decision Model (CDM)

F = Pesan iklan

B = Pengenalan merek

C = Kepercayaan konsumen

A = Sikap konsumen

I = Niat beli

P = Pembeliaan nyata

F B

A

C

I P

Rekomendasi Kebijakan

Pemasaran

Model Persamaan Struktural

Efektivitas Iklan Televisi Es

Krim Wall‟s Magnum

30

3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Lokasi dan Waktu

Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive

(sengaja), yang bertempat di Diploma Institut Pertanian Bogor yang

berlokasi di Kampus Cilibende, Kampus Gunung Gede, dan Kampus

Baranang Siang, Bogor. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi adalah

karena kampus ini terletak dipusat kota Bogor, sehingga akses untuk

menuju kampus tersebut mudah dan strategis. Penelitian ini

dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai pada bulan Februari

hingga Maret 2011.

3.2.2 Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang berasal dari peneliti sebelumnya yakni Rosi Arca.

Menurut Ruslan (2003), data sekunder adalah data dalam bentuk

yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang

dikeluarkan di berbagai organsasi atau perusahaan, termasuk

majalah, jurnal, khusus pasar modal, perbankan, dan keuangan. Data

primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek

penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi. Data primer

meliputi pengisian kuesioner yang dilakukan oleh mahasiswa

Program Diploma IPB sebagai konsumen yang pernah

mengkonsumsi es krim Wall‟s Magnum dan pernah melihat es krim

Wall‟s Magnum di televisi.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kasus.

Penelitian melalui studi kasus (case study), yaitu unsur salah satu

perusahaan yang terkait dengan populasi tertentu. Kesimpulan studi

kasus tersebut yang diambil tidak berlaku secara umum, tetapi hanya

terbatas pada suatu kasus-kasus tertentu yang sedang diteliti pada

objek tertentu di perusahaan bersangkutan. Metode pengukuran

menggunakan skala likert. Skala likert secara umum menggunakan

peringkat lama angka penilaian, yaitu: (a) sangat setuju, (b) setuju,

(c) tidak pasti, (d) tidak setuju, (e) sangat tidak setuju.

31

3.2.3 Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik

non- probability sampling, dimana tidak semua elemen populasi

memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Pertimbangan atau kriteria responden yang dipilih dalam

penelitian ini adalah responden yang berasal dari mahasiswa dan

mahasiswi yang kuliah di Diploma Institut Pertanian Bogor dan

mengetahui atau pernah melihat iklan TV es krim Wall‟s Magnum.

Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah

metode convenience sampling, yaitu sampel berdasarkan kemudahan

dan metode ini dapat memilih dari elemen populasi (orang atau

peristiwa) yang datanya berlimpah dan mudah diperoleh oleh peneliti.

Artinya, elemen populasi yang dipilih sebagai subjek sampel tersebut

tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih

sampel yang paling cepat, mudah dan murah. Kelebihan teknik ini,

pada umumnya waktu pelaksanaannya relatif cepat dengan biaya

yang rendah. Kelemahannya sampel mempunyai tingkat

generalisasinya rendah karena sampel diperoleh cuma “seketemunya”

saja sehingga hasilnya tidak dapat diterapkan kemana-mana kecuali

ke sampel itu sendiri atau tidak dapat di generalisasikan dan

pengambilan sampel yang canggih tidak begitu diperlukan.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan pendekatan jumlah mahasiswa dan mahasiswi Diploma

Institut Pertanian Bogor yaitu sebesar 5700 orang. Hasil perhitungan

menggunakan Rumus Slovin dengan nilai kesalahan sampel yang

dapat ditolerir sebesar 10 persen menghasilkan ukuran sampel

sebanyak 100 orang. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

n =

…………..…………………………………….(1)

n =

( )

n = 98,28 ≈ 100

32

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = persen toleransi ketidaktelitian karena kealahan pengambilan sample

populasi yang dapat ditolerir atau diinginkan sebesar 10%

Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara wawancara. Apabila

responden merasa kurang mengerti dengan pertanyaan yang diajukan,

responden dapat langsung bertanya kepada peneliti. Dalam kuesioner ini

dilakukan satu screening responden, yaitu screening terhadap konsumen

yang pernah melihat iklan TV es krim Wall‟s Magnum. Jika responden

menjawab butir a, maka responen dipersilahkan untuk melanjutkan

pengisian kuesioner. Apabila responden menjawab butir b maka

responden dipersilahkan untuk menghentikan pengisian kuesioner. Hal ini

disebabkan karena responden yang menjawab butir a menyatakan bahwa

responden tersebut sudah pernah melihat iklan es krim Wall‟s Magnum di

televisi.

3.2.4 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari penelitian terdahulu, selanjutnya

diolah agar data tersebut memiliki makna yang berguna untuk

memecahkan masalah yang diteliti. Dalam pelaksanaan pengolahan data

diusahakan agar kesalahan yang terjadi dalam penelitian sekecil mungkin.

3.2.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menunujukkan sejauhmana suatu alat ukur cukup

akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur

(Nazir, 2005). Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan

bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS)

versi 16 for windows. Umar (2005), untuk menghitung korelasi antar

data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, menggunakan

rumus korelasi product moment, yang rumusnya seperti berikut:

( ( )

√⟦ ( ) ⟧ ⟦ ( ) ⟧ .......................................... (2)

33

Dimana:

r = angka korelasi

n = jumlah responden

x = skor pertanyaan

y = skor total responden dalam menjawab seluruh pertanyaan

berdasarkan metode korelasi product moment, jika diperoleh nilai rhitung

> rtabel, maka instrument tersebut dinyatakan valid (Nugroho, 2005).

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrument yang

digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang

diinginkan dapat dipercaya (terandal) sebagai alat pengumpul data serta

mampu mengungkap informasi yang sebenarnya di lapang (Sugiharto

dan Sitinjak, 2006). Instrument yang reliabel adalah instrument yang

dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan

menghasilkan data yang sama dengan asumsi tidak terdapat perubahan

psikologis pada responden (Sugiharto dan Sitinjak, 2006). Pengujian

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha,

sedangkan pengolahan datanya menggunakan program SPSS versi 16.0

for windows. Menurut Nugroho (2005), reliabilitas suatu konstruk dapat

dikatakan baik, jika nilai Cronbach’s Alpha > 0.60.

Rumus Cronbach’s Alpha:

(

) (

) …..……………………….…. (3)

Dimana:

r 1 1 = Reliabilitas instrument

k = Banyak butir pertanyaan

= Jumlah ragam butir

= Ragam total

3.2.4.2 Model Indikator Reflektif

Model refleksif mengasumsikan bahwa konstruk atau variabel

laten mempengaruhi indikator (arah hubungan kausalitas dari konstruk

ke indikator atau manifest). Menurut Fornell dan Bookstein dalam

Ghozali (2008), bahwa konstruk seperti “personalitas” atau “sikap”

umumnya dipandang sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu yang

34

diamati sehingga indikatornya bersifat reflektif. Model indikator

refleksif harus memiliki konsistensi karena antar ukuran indikator

diharapkan saling berkorelasi.

3.2.4.3 Analisis Efektivitas Iklan Televisi Proses Pengambilan Keputusan

Pembelian

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu

Consumer Decision Model (CDM) dan model persamaan struktural.

1. Consumer Decision Model (CDM)

Consumer Decision Model (CDM) adalah suatu model

dengan 6 variabel yang saling berhubungan, yaitu: Pesan Iklan (F,

finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition),

Kepercayaan Konsumen (C, confidence), sikap Konsumen (A,

attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian nyata (P,

purchase). Untuk mengetahui efektivitas iklan menggunakan CDM

yang digunakan untuk menganalisis bentuk hubungan dan analisis

keeretan hubungan. Pengaruh langsung suatu variable independent

terhadap variable dependent ditelusuri dengan analisis regresi.

Analisis regrasi yang digunakan memperhatikan prinsip parsimony,

yaitu semakin sederhana suatu model semakin bagus model

tersebut dan dengan pertimbangan efisiensi dan kemudahan

pemahaman model tersebut dari sisi pengguna. Dengan

pertimbangan tersebut maka digunakan analisis regresi linier

sederhana. Model populasi yang digunakan adalah:

…………………………………...................(4)

dalam hal ini:

= variabel dependen

= variabel independent

= model intersep

= parameter regresi

= error term

Pada persamaan tersebut akan dianalisis persamaan regresi

sederhana antara variabel pesan iklan (F) dengan pengenalan merek

35

(B), pesan iklan (F) dengan kepercayaan konsumen (C), pesan iklan

(F) dengan sikap konsumen (A), dengan variabel pesan (F) menjadi

variabel independen dan variabel B, C, A menjadi variabel

dependen. Persamaan berikutnya, persamaan regresi antara variabel

pengenalan merek (B) dengan kepercayaan konsumen (C),

pengenalan merek (B) dengan sikap konsumen (A). Pada kedua

persamaan tersebut, variabel B sebagai variabel independen dan

variabel C dan A sebagai variabel dependen. Persamaan regresi

berikutnya akan dianalisis persamaan regresi sederhana antara

variabel niat beli (I) dengan kepercayaan konsumen (C), dan niat

beli (I) dengan sikap konsumen (A), dengan variabel I menjadi

variabel dependen dan variabel C dan A menjadi variabel

independen. Terakhir, persamaan regresi sederhana antara variabel

niat beli (I) dengan variabel pembelian nyata (P). Pada persamaan

tersebut, variabel I sebagai variabel independen dan variabel P

sebagai variabel dependen.

Pada alat analisis CDM dengan menggunakan analisis regresi

hanya melihat pengaruh antar variabel secara parsial (tidak

keseluruhan). Oleh karena itu, untuk melihat pengaruh langsung

antar variabel secara holistik (keseluruhan) maka digunakan alat

model persamaan struktural. Dengan menggunakan model

persamaan struktural dapat mengetahui pengaruh langsung yang

dapat mempengaruhi pembelian nyata (P).

2. Model Persamaan Struktural

Menurut Bagozzi dan Fornell dalam Ghozali (2005),

model persamaan struktural (Structural Equation Modelling)

merupakan teknik analisis multivariate yang memungkinkan

untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks untuk

memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model.

Selain itu SEM memberikan informasi tentang hubungan kausal

simultan diantara variabel-variabelnya. SEM menyajikan konsep

tidak teramati melalui penggunaan variabel-variabel laten. Sebuah

36

variabel laten adalah sebuah konsep yang dihipotesiskan atau

yang tidak teramati, dan hanya dapat didekati melalui variabel-

variabel teramati. Dalam SEM membedakan kedua jenis variabel

ini berdasarkan atas keikutsertaan mereka sebagai variabel terikat

pada persamaan-persamaan dalam model. Variabel eksogen selalu

muncul sebagai variabel bebas pada semua persamaan yang ada

dalam model. Sedangkan variabel endogen merupakan variabel

terikat pada paling sedikit satu persamaan dalam model.

Sementara itu, variabel teramati atau variabel terukur

(manifest, measured variabe) adalah variabel yang dapat diamati

atau diukur secara empiris dan sering disebut sebagai indikator.

Variabel teramati nilai variabelnya diperoleh dari responden

melalui berbagai metode pengumpulan data (survei, tes,

observasi, dan lain-lain). Menurut Bollen dalam Ghozali (2005),

model-model dalam SEM dapat menguji secara bersama-sama:

3. Model struktural : menggambarkan hubungan-hubungan antara

variabel-variabel laten.

4. Model (measurement) pengukuran : hubungan antara variabel

teramati (indikator) dengan konstruk (variabel laten).

Didalam SEM ada penilaian model fit. Suatu model

dikatakan fit apabila kovarians matriks suatu model adalah sama

dengan kovarians matriks data. Untuk melakukan penilaian model

fit, peniliti tidak boleh hanya tergantung pada satu indeks saja atau

beberapa indeks fit. Tetapi sebaiknya mempertimbangkan seluruh

indeks fit. Karena didalam SEM suatu indeks menunjukkan model

adalah fit, tidak memberikan jaminan bahwa model benar-benar fit.

Sebaliknya, suatu indeks fit yang menyatakan bahwa model sangat

buruk, tidak memberikan jaminan bahwa model tersebut benar-

benar tidak fit. Tabel yang menyajikan ringkasan uji kecocokan

yang baik (good fit) dapat dilihat pada Tabel 3.

Langkah selanjutnya adalah mengevauasi model

pengukuran, berfokus pada hubungan-hubungan antara variabel

37

laten dan indikatornya (variabel manifest). Setelah itu melakukan

analisis model struktural, berfokus terhadap koefisien-koefisien

atau paramater-parameter yang menunjukkan hubungan kausal

atau pengaruh satu variabel laten dengan variabel laten lainnya.

Biasanya, hubungan-hubungan kausal inilah yang dihipotesiskan

dalam penelitian yang didukung oleh data empiris yang diperoleh

melalui survey.

Untuk menganalisis hubungan antar variabel, dibutuhkan

beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar pengaruh antar variabel

dapat dinyatakan signifikan atau berhubungan positif maka harus

memenuhi beberapa syarat. Jika nilai probability > 0.001 maka H0

diterima dan apabila probability < 0.001 maka H0 ditolak. Dimana

hipotesisnya, H0 diterima maka H0 tidak ada hubungan yang nyata

(signifikan). Sedangkan jika H0 ditolak maka H0 ada hubungan

yang nyata (signifikan). AMOS menggunakan kriteria 0.001 dan

bukannya 0.05. Namun jika nilai P adalah 0.03, maka tetap dapat

disimpulkan H0 ditolak, pada pengujian signifikansi 5% (0.05).

Dengan demikian, diterima tidaknya hipotesis pada pengujian nilai

estimate dapat mengacu pada ketentuan AMOS (0.001) atau

menggunakan standar 0.05 (Santoso, 2007).

Analisis terhadap model struktural mencakup pemeriksaan

terhadap signifikansi koefisien-koefisien yang diestimasi. Dengan

menspesifikasikan tingkat nilai signifikan (lazimnya = 0.05)

maka setiap koefisien yang mewakili hubungan kausal yang

dihipotesiskan dapat diuji signifikannya secara statistik.

Pengolahan dan penganalisian data ini dilakukan dengan

bantuan komputer menggunakan Microsoft Excel dan AMOS 19.

Program ini terdiri dari pengujian measurement model dan

structural model dengan berbagai alat uji model, yaitu absolute fit

indices, incremental fit indices, dan parsimony fit indices.

38

Tabel 3. Ukuran-ukuran GOF (Wijanto, 2008)

Ukuran GOF Tingkat Kecocokan

yang dapat diterima

Statistic Chi-Square (c2) Mengikuti uji statistik yang berkaitan

dengan persyaratan signifikan. Semakin

kecil nilainya semakin baik. Root Mean Square Error Rata-rata perbedaan per degree

of Approximation of freedom yang diharapkan terjadi

(RMSEA) Populasi dan bukan sampel.

RMSEA 0.08

adalah good fit.

RMR (Root Mean Semakin kecil hasil RMR akan

Residual) semakin baik, yang menandakan

semakin dekatnya angka pada

sampel dengan estimasinya.

Semakin besar RMR, model tidak fit.

Normed Fit Index (NFI) Nilai berkisar antara 0-1,

dengan nilai yang lebih tinggi

adalah lebih baik. NFI > 0.90

adalah good fit, sedang 0.80 < NFI

< 0.90 adalah marginal fit.

Comparative Fit Index Nilai berkisar antara 0-1,

(CFI) dengan nilai yang lebih tinggi

adalah lebih baik. CFI > 0.90

adalah good fit, sedang 0.80 < CFI

< 0.90 adalah marginal fit.

GFI (Goodness of Fit Nilai berkisar antara 0-1,

Index) dan AGFI (Adjusted dengan nilai yang lebih tinggi adalah

Goodness of Fit Index) lebih baik. GFI dan AGFI > 0.90

Adalah good fit, sedang 0.80 < GFI

< 0.90 adalah marginal fit.

Relative Fit Index (RFI) Nilai berkisar antara 0-1,

dengan nilai yang lebih tinggi adalah

lebih baik. RFI > 0.90

Adalah good fit, sedang 0.80 < RFI

< 0.90 adalah marginal fit.

Incremental Fit Index (IFI) Nilai berkisar antara 0-1,

dengan nilai yang lebih tinggi adalah

lebih baik. IFI > 0.90

adalah good fit, sedang 0.80 < IFI

< 0.90 adalah marginal fit.

39

Lanjutan Tabel 3.

Tucker-Lewis Index atau Nilai berkisar antara 0-1,

Non Normed Fit Index dengan nilai yang lebih tinggi adalah

(TLI atau NNFI) lebih baik. TLI > 0.90

adalah good fit, sedang 0.80 <TLI

< 0.90 adalah marginal fit.

AIC (Aikake Information Digunakan untuk perbandingan

Criterion) antar model. Semakin kecil semakin

baik. Pada dua atau lebih model,

nilai AIC yang lebih kecil daripada

nilai saturated dan independence

model berarti memiliki model fit.

Expected Cross Validation Digunakan untuk perbandingan

Index (ECVI) antar model. Semakin kecil semakin

baik. Pada model tunggal, nilai ECVI

yang lebih kecil daripada

nilai saturated dan independence

model berarti memiliki model fit.

3.3. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini menggunakan alat analisis SEM, dalam keterkaitan

hubungan antar variabel dilihat secara holistik (keseluruhan) diantara setiap

bagian-bagian variabel mulai dari variabel pesan iklan (F) sampai pembelian

nyata (P). Dalam melihat pengaruh variabel terdapat 8 persamaan, yaitu

pesan iklan (F) terhadap pengenalan merek (B), pesan iklan (F) terhadap

kepercayaan konsumen (C), pesan iklan (F) terhadap sikap konsumen (A),

pengenalan merek (B) terhadap kepercayaan konsumen (C), pengenalan

merek (B) terhadap sikap konsumen (A), kepercayaan konsumen (C)

terhadap niat pembelian (I), sikap konsumen (A) terhadap niat pembelian (I)

dan niat pembelian (I) terhadap pembelian nyata (P).

Berdasarkan penelitian sebelumnya menggunakan analisis regresi

sederhana dan berganda, hanya melihat keterkaitan hubungan variabel

secara parsial. Terdapat 8 persamaan pada regresi sederhana dan 3

persamaan pada regresi sederhana,yaitu analisis regresi sederhana antara

variabel pesan iklan (F) terhadap variabel pengenalan merek (B), variabel

pesan iklan (F) terhadap variabel kepercayaan konsumen (C), variabel

pesan iklan (F) terhadap variabel sikap konsumen (A), variabel pengenalan

40

merek (B) terhadap variabel kepercayaan konsumen (C), variabel

pengenalan merek (B) terhadap variabel sikap konsumen (A), variabel

kepercayaan konsumen (C) terhadap variabel niat beli (I), variabel sikap

konsumen (A) terhadap variabel niat beli (I), dan variabel niat beli (I)

terhadap variabel pembelian nyata (P). Untuk regresi berganda antara

variabel pesan iklan (F) dan variabel pengenalan merek (B) terhadap

variabel kepercayaan konsumen (C), variabel pesan iklan es krim Wall‟s

Magnum (F) dan variabel pengenalan merek (B) terhadap variabel sikap

konsumen (A), serta variabel kepercayaan konsumen (C) dan variabel

sikap konsumen (A) terhadap variabel niat beli (I).

Regresi biasanya, umumnya menspesifikasikan hubungan kausal

antara variabel teramati yaitu variabel independen dan variabel dependen,

sedangkan pada model variabel laten SEM, hubungan kausal terjadi di

antara variabel-variabel tidak teramati atau variabel laten.

41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Produk

Magnum merupakan es krim dengan merek yang dimiliki oleh

perusahaan unilever Inggris. Magnum merupakan salah satu merek produk

es krim unggulan Wall‟s yang sudah ada sejak dulu. Magnum pertama

diluncurkan pada tahun 1987 dengan tema “Classic“ terdiri dari sebuah bar

tebal vanili es krim pada tongkat, ditutupi dengan putih atau gelap cokelat,

dengan berat 86 gram (120 ml). Dimulai pada tahun 1992 perusahaan

menambahkan Magnum Almond, Double Chocolate, dan rasa lainnya. Pada

tahun 2002 Magnum melakukan peremajaan produk menjadi yoghurt beku

dengan buah raspberry sebagai topping utamanya dibalut kedalaman susu

cokelat. Setelah itu diperkenalkan pula es krim dengan karamel, ditambah

coklat dan hazelnut, dengan konsep "mini", "renyah" (dengan almond).

Akhir tahun 2002 diluncurkan Magnum Intens (sebuah coklat truffle

diselimuti es krim dan ditutupi dengan coklat).

Memasuki pasar Indonesia pada tahun 1992, Wall secara konsisten

menciptakan inovasi yang hebat sepanjang tahun untuk memenuhi

kebutuhan konsumen di semua segmen dengan menggabungkan produk

yang baik. Wall selalu mencoba membawa cinta dan menyenangkan bagi

semua orang. Dengan 13 merek dan lebih dari 40 varian, Wall kini telah

menjadi pilihan es krim pertama untuk konsumen Indonesia. Seiring dengan

trend untuk kenikmatan sensorik yang lebih besar, wall memutuskan untuk

meluncurkan platform produk baru yang mengantarkan pengalaman

kompleks dan berkelas dengan konsep „blow me away’. Ini akan

memungkinkan konsumen yang tanggap untuk pindah ke kualitas yang lebih

tinggi daripada Magnum standar. Sekarang ini konsumen Indonesia

dimanjakan dengan hadirnya Wall‟s Magnum dengan tiga varian yaitu

Wall‟s Magnum Classic, Wall‟s Magnum Almond dan Wall‟s Magnum

Chocolate Truffle. Dengan hadirnya varian Wall‟s Magnum, konsumen di

Indonesia dapat merasakan kenikmatan es krim premium dengan lapisan

Belgian chocolate yang tebal dan renyah.

42

Lahir dengan platform yang baru magnum memberikan

pengalaman berkelas, yaitu pleasure indulgence atau kenikmatan cita rasa

tinggi yang dapat terasa pada gigitan pertama lapisan Belgian chocolate, lalu

menyatu dengan es krim vanilla yang lembut dan membuat varian baru

Wall‟s Magnum ini terasa sangat berbeda. Dengan pilihan kualitas terbaik

dari Belgian chocolate, Unilever yakin Wall‟s Magnum mampu

memberikan kenikmatan premium.

4.2. Gambaran Umum Iklan Televisi Es Krim Magnum

Wall‟s Magnum meluncurkan Iklan Televisi Es Krim Magnum

dengan menampilkan kelezatan cokelat yang sesungguhnya untuk pasar es

krim dewasa. Hadir dengan varian baru menawarkan pengalaman intens luar

biasa dan memanjakan layaknya seorang putri.

Seorang perempuan dengan rambutnya yang ikal. Mungkin usianya

sekitar 40 tahunan. Sang perempuan memang tidak menampakkan

kecantikan yang istimewa. Tetapi, tangannya memegang sesuatu yang

istimewa, sebuah es krim berlapis coklat. Setiap kali sang perempuan

menggigit es krim dengan sensasi bunyi yang sungguh menggugah selera,

setiap kali itu pula serombongan prajurit kerajaan menghampirinya.

Menyediakan kursi empuk, meniupkan alat musik, dan menjaga sang

perempuan untuk terus menikmati keistimewaan es krim istimewa itu. Dari

sang perempuan, kita seperti merasakan betapa lezatnya es krim tersebut.

Rangkaian cerita itu adalah sebagian adegan dari iklan magnum

yang sering wara-wiri di layar kaca. Kampanye yang sukses mencitrakan

dengan baik Belgian chocolate. Coklat yang begitu extraordinary. Begitu

pesan yang hendak disampaikan dan berhasil tersampaikan dengan baik

kepada para penontonnya. Dengan pilihan kualitas terbaik dari Belgian

chocolate, Wall‟s Magnum mampu memberikan kenikmatan premium

dimana saja. Wall‟s Magnum memberikan sensasi yang berbeda dimana

para konsumen diberi kesempatan untuk memanjakan diri dengan

kenikmatan cita rasa spesial secara visual, persepsi, dan indrawi melalui es

krim Wall‟s Magnum terbaru. Bagi konsumen yang selalu bergelut dengan

43

waktu dan kesibukan kehidupan modern, momen untuk merasakan pleasure

indulgence seperti ini sulit untuk direalisasikan.

Kebutuhan memanjakan diri seperti liburan keluar kota, santai di

spa, dan sebagainya merupakan kebutuhan pelengkap dan menjadi bagian

dari hak pribadi setiap orang. Wall‟s Magnum berperan untuk membantu

para konsumen melepaskan diri dari kehidupan modern yang sangat sibuk

untuk bisa merasakan kenikmatan luar biasa, intens, dan sensorial seperti

dimanjakan layaknya seorang putri. Dengan pemeran utamanya menari-nari

kegenitan diiringi oleh soundtrack yang berjudul Sweet Lady by

Supercharango menambah menarik iklan tersebut.

4.3. Karakteristik Umum Responden

4.3.1 Jenis Kelamin

Dari 100 orang responden yang berasal dari mahasiswa dan

mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang telah

memenuhi kriteria dalam melihat iklan Wall‟s Magnum di televisi,

terdiri dari 55% responden berjenis kelamin perempuan dan 45 %

responden berjenis kelamin laki-laki. Terlihat bahwa jumlah

responden perempuan lebih banyak melihat iklan televisi Wall‟s

Magnum dibanding jenis kelamin laki-laki. Untuk diagram lingkaran

(Pie Chart) yang menggambarkan jumlah responden laki-laki dan

perempuan bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Karakteristik Jenis Kelamin Responden

45%

55% Laki-laki

Perempuan

44

4.3.2 Pengeluaran Responden

Berdasarkan karakteristik pengeluaran koresponden, pada

penelitian ini dibagi menjadi 5 kelas pengeluaran < Rp.500000,

Rp.500000 – Rp.1000000, Rp. 1000001 – Rp.1500000, Rp.1500001

– Rp.2000000 dan > Rp. 2000000. Pada penelitian ini mayoritas

responden memiliki pengeluaran sebesar Rp. 500000 sampai

Rp.1000000 setiap bulannya, sedangkan pengeluaran terkecil berada

pada rentang < Rp.500000. Secara lebih rinci informasi mengenai

pengeluaran responden bisa dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Karakteristik Pengeluaran Responden

4.3.3 Variasi Rasa Es Krim Wall’s Magnum yang Disuka

Dari hasil penelitian didapat bahwa mahasiswa dan

mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor sangat

menyukai Wall‟s Magnum dengan rasa almond sebesar 42 persen.

Wall‟s Magnum dengan rasa Almond, yang baru diluncurkan di

Indonesia benar-benar terasa kacang almond pada setiap gigitan es

krim serta rasa Almond yang tidak biasa dan unik, tidak seperti rasa

vanilla pada Magnum Classic dan coklat pada Magnum Chocolate

Truffle. Gambar varian rasa yang disukai responden dapat dilihat

pada Gambar 8.

21%

68%

6% 2% 3%

< 500000

500000 - 1000000

1000001 - 1500000

1500001 - 2000000

> 2000000

45

Gambar 8. Karakteristik Variasi Rasa Es Krim Wall’s Magnum

yang disuka

4.3.4 Tempat Pembelian Es Krim Wall’s Magnum

Tempat membeli es krim Wall‟s Magnum yang dilakukan

oleh mahasiswa dan mahasiswi adalah di supermarket yaitu

sebanyak 54 persen dan di minimarket 36. Dari data bahwasannya

mahasiswa dan mahasiswi sering membeli es krim Magnum di

supermarket bersama teman seperti pada saat pulang kuliah.

Kemudian, pilihan warung pada mahasiswa dan mahasiswi

terlihat110 persen, menunjukkan mereka lebih senang datang ke

supermarket dan ketersediaan es krim Wall‟s Magnum lebih

banyak dibanding warung. Untuk selengkapnya diagram lingkaran

berdasarkan karakteristik tempat pembelian dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 9. Karakteristik Tempat Pembelian Es Krim Wall’s

Magnum

37%

42%

21%

Classic

Almond

Chocolate trufle

10%

36% 54% Warung

Minimarket

Supermarket

46

4.3.5 Lama Menonton Televisi

Berdasarkan Gambar 11 menunjukan bahwa 59 persen

mahasiswa dan mahasiswi menonton televisi 1 hingga 3 jam dalam

sehari, dan 15 persen mahasiswa dan mahasiswi yang menonton

televisi lebih dari 6 jam sehari. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas

yang banyak sebagai mahasiswa, seperti kuliah, mengerjakan

tugas, berorganisasi, dan lain-lain. Secara lebih rinci informasi

mengenai lama menonton televisi responden, bisa dilihat pada

Gambar 11.

Gambar 10. Karakteristik Lama Menonton Televisi

4.3.6 Frekuensi Menonton Iklan Televisi Magnum dalam Sehari

Berkaitan dengan frekuensi kesempatan menonton iklan

televisi Magnum tampak mayoritas sebanyak 44 responden melihat

2 -3 kali iklan Wall‟s Magnum. Selanjutnya sebanyak 34 responden

melihat iklan televisi Wall‟ Magnum dalam sehari 4- 5 kali. Lalu

sebesar 18 persen responden menonton sebanyak > 5 kali dalam

sehari, dan 4 persen responden yang kurang dari 2 kali dalam sehari

menonton iklan televisi Wall‟s Magnum, berkaitan dengan lamanya

mahasiswa dan mahasiswi menonton televisi yang tampak pada

Gambar 11. Mahasiswa dan mahasiswi yang menonton televisi 1

hingga 3 jam paling banyak dilakukan sehingga frekuensi

kesempatan melihat iklan Magnum yang semakin sedikit.

59% 26%

15%

1 - 3 jam

4 - 5 jam

> 6 jam

47

Gambar 11. Karakteristik Frekuensi Menonton Iklan Televisi

Magnum dalam Sehari

4.4. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall’s Magnum

Efektivitas iklan yang ditayangkan sangat perlu dikaji, mengingat

besarnya biaya iklan yang dikeluarkan. Evaluasi pada sebuah iklan berkaitan

dengan kemampuan iklan untuk mendapatkan perhatian, mudah tidaknya

iklan itu dibaca secara saksama, mudah tidaknya iklan itu dipahami,

kemampuan iklan untuk menggugah perasaan dan kemampuan iklan untuk

mempengaruhi perilaku.

Dalam mengukur efektivitas iklan maka digunakan model dengan

pertimbangan konsumen yang hidup didalam lingkungan kompleks. Dengan

menggunakan model maka dapat dijelaskan secara sederhana perilaku

konsumen yang kompleks.

Untuk melakukan pengukuran efektivitas iklan digunakan

Consumer Decision Model (CDM) adalah suatu model dengan 6 variabel

yang saling berhubungan, yaitu: Pesan Iklan (F, finding information),

Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C,

confidence), sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan

Pembelian nyata (P, purchase). Untuk mengetahui pengaruh langsung antara

variabel laten efektivitas iklan dengan variabel laten lainnya dan variabel

laten efektivitas iklan dengan indikatornya maka digunakan model

persamaan struktural.

4%

44%

34%

18%

< 2 kali

2 -3 kali

4 - 5 kali

> 5 kali

48

4.5. Hasil Analisis Model Consumer Decision Model (CDM)

Pesan iklan yang ingin disampaikan oleh produsen es krim Wall‟s

Magnum melalui iklan televisi yang dilakukan secara berulang-ulang

menunjukkan pengaruh terhadap pembelian Magnum oleh konsumen.

Berdasarkan hasil CDM pengaruh terhadap pembelian Magnum melalui 2

jalur, dapat dilihat pada Gambar 12. Jalur model pertama yaitu informasi

yang dilihat di televisi (F) menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian

konsumen melalui variabel pengenalan merek (B) dalam pengenalan atribut

merek secara fisik, seperti warna, ukuran, bentuk, hingga kemasan dan

desain produk. Pengenalan merek merupakan landasan untuk terciptanya

sikap (A) dan kepercayaan konsumen (C). Selanjutnya membangun

pembentukan sikap, dimana sikap konsumen (A) dapat memacu keinginan

atau niat untuk membeli (I) produk setelah konsumen mengenali suatu

merek atau mendengar informasi yang disampaikan produsen. Akhirnya

konsumen melakukan pembelian nyata dengan membeli suatu produk.

Sedangkan jalur model yang kedua mulai dari variabel pesan iklan

es krim Wall‟s Magnum (F) yang ingin disampaikan oleh produsen kepada

konsumen sudah mampu membangun variabel pengenalan merek. Dengan

demikian, informasi yang dilihat di televisi dan pengenalan pembeli

terhadap merek akan ciri atau keistimewaan produk dapat meningkatkan

pembelian es krim Wall‟s Magnum dengan kepercayaan konsumen (C)

terhadap suatu merek dalam memuaskan kebutuhannya. Serta dengan

kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk maka terbentuklah niat beli

konsumen (I) yang didorong dengan pembelian nyata. Pada akhirnya

informasi yang dilihat di televisi (F) berhasil meningkatkan pangsa pasarnya

es krim Wall‟s Magnum.

49

Gambar 12. Hasil Consumer Decision Model (CDM) Es Krim Wall’s Magnum

4.6. Analisis Model Persamaan Struktural

4.6.1 Analisis Model Pengukuran

Model pengukuran dibentuk berdasarkan teori model

Consumer Decision Model (CDM) dengan 6 variabel yang saling

berhubungan, yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan

Merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C,

confidence), sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan

Pembelian nyata (P, purchase). Sesuai dengan hal tersebut, maka

model pengukuran dapat mengetahui hubungan-hubungan antara

variabel laten dengan indikatornya (variabel manifest), apakah

indikator dapat merefleksikan semua variabel atau konstruk yang ada,

secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.6.1.1 Analisis Variabel Individual

4.6.1.1.1 Variabel Laten Eksogen (F) Pesan Iklan

Indikator yang diamati untuk mengukur pesan iklan

ada lima yaitu pesan modern, pesan kesan, pesan karakter,

pesan mudah diingat, dan pesan singkat. Kelima indikator

tersebut merefleksikan variabel laten. Hal ini sesuai dengan

yang dinyatakan oleh Kotler dalam Durianto (2003) pesan

iklan yang ideal adalah mampu menarik perhatian

(attention), mempertahankan ketertarikan (interest),

-7.83

1.25

-7.82

.17

.52

1.27

7.13

6.93

F B

A

C

I P

Berpengaruh

Tidak Berpengaruh

50

membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakan

tindakan (action). Dengan hasil nilai yang positif

menunjukkan bahwa koefisien indikator teramati tidak ada

yang dibuang. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa indikator

yang menyumbangkan kontribusi tertinggi adalah pesan

karakter, dengan nilai koefisien estimate sebesar 1.29.

Pencitraan yang diberikan oleh produsen terhadap es krim

Magnum sangat kuat dalam karakter produk. Produsen

menampilkan karakter Magnum yang berkelas, mewah, dan

memiliki kenikmatan dan kelezatan yang sesungguhnya

dalam mengkonsumsi sebuah es krim premium.Hal ini

dapat dikatakan bahwa informasi yang dikemas dengan

karakter eksklusif pada iklan Magnum di televisi dapat

membangkitkan ketertarikan dan keinginan konsumen akan

es krim Wall‟s Magnum.

Tabel 5. Hasil estimasi variabel laten eksogen (F) Pesan

Iklan

Indikator Koefisien Estimate

Pesan modern (F1) 1.18

Pesan kesan (F2) 1.25

Pesan karakter (F3) 1.29

Pesan mudah (F4) 0.98

Pesan Singkat (F5) 1.00

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.2 Variabel Laten Endogen (B) Pengenalan Merek

Indikator yang diamati untuk mengukur pengenalan

merek ada lima yaitu kenal modern, kenal kesan, kenal

karakter, kenal mudah diingat, dan kenal singkat. Dalam

penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga

indikator dapat merefleksikan variabel laten. Dari hasil

estimasi yang dilakukan, didapatkan indikator tertinggi

yaitu kenal kesan dengan nilai sebesar 1.26. Kesan yang

diberikan produsen terhadap Magnum yaitu memiliki

kenikmatan es krim dengan cita rasa yang tinggi. Dengan

kesan eksklusif yang diberikan produsen sebagai nilai

51

tambah dalam produk serta pengenalan merek terhadap ciri-

ciri suatu produk semakin tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa produk memiliki keistimewaan dibandingkan

produk-produk sejenis lainnya. Dengan pengenalan merek

yang baik merupakan landasan terciptanya sikap dan

kepercayaan konsumen.

Tabel 6. Hasil estimasi variabel laten endogen (B)

Pengenalan Merek Indikator Koefisien Estimate

Kenal modern (B1) 1.00 Kenal kesan (B2) 1.26

Kenal karakter (B3) 1.15 Kenal mudah (B4) 0.97

Kenal Singkat (B5) 0.86

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.3 Variabel Laten Endogen (C) Kepercayaan Konsumen

Indikator yang diamati untuk mengukur

kepercayaan konsumen ada lima yaitu percaya modern,

percaya kesan, percaya karakter, percaya mudah diingat,

dan percaya singkat. Dalam penelitian ini didapat koefisien

nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan

variabel laten. Indikator percaya karakter merupakan

indikator yang memberikan kontribusi yang tertinggi

terhadap kepercayaan konsumen dengan nilai 1.18.

kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen

mengenai suatu objek, atributnya dan manfaatnya. Jika

dilihat dengan tingginya indikator percaya karakter, bahwa

produsen mampu menjelaskan atribut produk es krim wall‟s

magnum dibanding produk sejenis lainnya. Dengan

karakter yang kuat melalui pesan iklan (informasi) yang

ditayangkan di televisi secara berulang-ulang, maka

kepercayaan konsumen dapat terus meningkat.

Kepercayaan konsumen akan produk Magnum dapat

terlihat apakah produk tersebut dapat memuaskan

kebutuhan atau keinginan konsumen.

52

Tabel 7. Hasil estimasi variabel laten endogen (C)

Kepercayaan Konsumen

Indikator Koefisien Estimate

Percaya modern (C1) 1.00 Percaya kesan (C2) 1.16

Percaya karakter (C3) 1.18 Percaya mudah (C4) 0.87

Percaya Singkat (C5) 0.88

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.4 Variabel Laten Endogen (A) Sikap Konsumen

Indikator yang diamati untuk mengukur sikap

konsumen ada lima yaitu suka modern, suka kesan, suka

karakter, suka mudah diingat, dan suka singkat. Dalam

penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga

indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator suka

kesan dan suka karakter dari variabel sikap konsumen dalam

penelitian ini mempunyai nilai koefisien yang sama yaitu

1.34. Kedua indikator tersebut dianggap indikator yang

terbaik dalam menjelaskan variabel sikap konsumen.

Adanya sikap kesan dan sikap karakter terhadap es krim

wall‟s magnum yang diberikan produsen terhadap konsumen

dapat menyampaikan apa yang diharapkan konsumen,

dimana konsumen dapat memuaskan kebutuhan dan

keinginannya. Kemampuan suatu iklan untuk menciptakan

sikap yang mendukung terhadap produk tergantung dari

sikap konsumen. Dengan sikap konsumen yang positif

terhadap produk maka memacu keinginan untuk membeli

produk.

Tabel 8. Hasil estimasi variabel laten endogen (A) Sikap

Konsumen

Indikator Koefisien Estimate

Suka modern (A1) 1.09 Suka kesan (A2) 1.34

Suka karakter (A3) 1.34 Suka mudah (A4) 1.06

Suka Singkat (A5) 1.00

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

53

4.6.1.1.5 Variabel Laten Endogen (I) Niat Beli

Indikator yang diamati untuk mengukur niat beli ada

lima yaitu niat modern, niat kesan, niat karakter, niat mudah

diingat, dan niat singkat. Dalam penelitian ini didapat semua

koefisien mempunyai nilai yang positif, sehingga indikator

dapat merefleksikan variabel laten. Indikator niat kesan

memberikan kontribusi yang tertinggi dalam menjelaskan

variabel niat beli dengan nilai koefisien estimate sebesar

1.60. Semakin tingginya kesan konsumen terhadap suatu

produk akan menyebabkan meningkatnya niat beli

konsumen. Kesan merek yang ditampilkan produsen di

televisi sangat kuat. Dengan cita rasa yang tinggi serta

kelezatan chocolate belgian akan produk Magnum membuat

konsumen semakin terhipnotis dan merangsang untuk

membentuk suatu niat beli yang tinggi. Niat beli merupakan

pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana

pembelian sejumlah produk dengan suatu merek.

Tabel 9. Hasil estimasi variabel laten endogen (I) Niat

Beli

Indikator Koefisien Estimate

Niat modern (I1) 1.22

Niat kesan (I2) 1.60

Niat karakter (I3) 1.59

Niat mudah (I4) 1.09

Niat Singkat (I5) 1.00

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.6 Variabel Laten Endogen (P) Pembelian Nyata

Indikator yang diamati untuk mengukur pembelian

nyata ada lima yaitu beli modern, beli kesan, beli karakter,

beli mudah diingat, dan beli singkat. Variabel pembelian

nyata terkait dengan sudah munculnya niat beli konsumen

untuk membeli produk es krim wall‟s magnum. Pembelian

nyata merupakan sasaran akhir, baik untuk konsumen yang

baru pertama kali membeli ataupun konsumen yang

54

melakukan pembelian ulang. Dalam penelitian ini didapat

semua koefisien mempunyai nilai yang positif, sehingga

indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator yang

memberikan kontribusi tertinggi pada variabel pembelian

nyata adalah beli karakter dengan nilai sebesar 1.20.

Tabel 10. Hasil estimasi variabel laten endogen (P)

Pembelian Nyata

Indikator Koefisien Estimate

Beli modern (P1) 1.00 Beli kesan (P2) 1.15

Beli karakter (P3) 1.20 Beli mudah (P4) 0.90

Beli Singkat (P5) 0.93

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.2 Analisis Model Struktural

Model struktural terbentuk dari Consumer Decision Model

(CDM) Dari hasil model struktural diagram jalur (Lampiran 2),

dapat dilakukan uji kecocokan yang ditujukan untuk mengevaluasi

derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara data dengan

model. Dalam penelitian ini digunakan 12 uji model fit untuk

mengetahui tingkat kebaikan model yang dibangun. Pada penelitian

ini uji kecocokan model yang digunakan adalah P-chi-square,

RMSEA, ECVI, AIC, CAIC, NFI, RFI, IFI, CFI, RMR, GFI, dan

AGFI (Lampiran 3). Secara lengkap data mengenai nilai-nilai yang

dihasilkan dalam uji kecocokan model dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Kecocokan Model Struktural

Ukuran Target Tingkat Hasil Tingkat

GOF Kecocokan Estimasi Kecocokan

P- Chi- P 0.05 good fit Default model: close fit

Square p < 0.05 kurang baik 1336.459 (memenuhi)

Independence

model:

2683.762

P-value P = 0.000 signifikan RMSEA RMSEA 0.08 good fit 0.154 close fit

(memenuhi)

55

Lanjutan Tabel 11.

ECVI Nilai ECVI lebih kecil Default model: close fit

dari nilai saturated 14.853 (memenuhi)

dan independence Saturated

menunjukkan good fit model: 9.394

Independence

model: 27.715

AIC Nilai AIC lebih kecil Default model: close fit

dari nilai saturated 1470.459 (memenuhi)

dan independence Saturated

menunjukkan good fit model: 930.000

Independence

model: 2743.762

CAIC Nilai CAIC lebih kecil Default model: good fit

dari nilai saturated 1712.005 (sangat

dan independence Saturated memenuhi)

menunjukkan good fit model: 2606.404

Independence

model: 2851.917

NFI Nilai antara 0-1, 0.502 close fit

NFI 0.90 adalah (memenuhi)

good fit

RFI Nilai antara 0-1, 0.456 close fit

NFI 0.90 adalah (memenuhi)

good fit

IFI Nilai antara 0-1, 0.589 close fit

NFI 0.90 adalah (memenuhi)

good fit

CFI Nilai antara 0-1, 0.583 close fit

NFI 0.90 adalah (memenuhi)

good fit

RMR RMR 0.05 adalah 0.111 close fit

good fit (memenuhi)

GFI Nilai antara 0-1, GFI 0.432 close fit

0.90 adalah good fit (memenuhi)

AGFI Nilai antara 0-1, AGFI 0.337 close fit

0.90 adalah good fit (memenuhi)

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

Dari hasil penelitian berdasarkan pengolahan data,

diperoleh P-chi-square1336.459 dengan P-value 0.000 < 0.05.

Berdasarkan P-chi-square model menunjukkan kecocokan close fit,

dengan p-value kurang dari 0.05. Nilai probabilitas sangat sensitif

56

dimana ketidaksesuaian antara data dengan teori (model) sangat

dipengaruhi oleh besarnya ukuran sampel (Cohcran, 1952). Untuk

menilai model fit hanya dengan menggunakan probabilitas ini kurang

dibenarkan (Bentler dan Bonett, 1980). Dengan demikian, diperlukan

indikator-indikator lainnya untuk menghasilkan suatu justifikasi yang

pasti mengenai model fit.

Nilai RMSEA merupakan indikator yang paling informatif.

Pada nilai RMSEA diperoleh 0.154, yang berarti menunjukkan

model memiliki kecocokan yang cukup atau closed fit (MacCallum

et al, 1996). Semakin kecil nilai ECVI sebuah model semakin baik

tingkat kecocokannya. Nilai ECVI dari model penelitian diperoleh

sebesar 14.853, sedangkan saturated model dan independence model

masing-masings adalah sebesar 9.394 dan 27.715. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model struktural ini adalah close fit.

AIC merupakan ukuran yang berdasarkan atas statistical

information theory yang digunakan untuk membandingkan beberapa

model dengan jumlah konstruk yang berbeda. AIC tidak berkaitan

dengan ukuran sampel (Bozdogan, 1987). Sama dengan ECVI, jika

nilai AIC dan CAIC yang diperoleh lebih rendah daripada saturated

model dan independence model maka dapat dikatakan model

struktural adalah fit. Nilai yang diperoleh AIC dari pengujian model

struktural diperoleh nilai sebesar 1470.459 dan saturated model dan

independence model,yaitu 930.00 dan 2743.762, dapat disimpulkan

model struktural adalah close fit. Sedangkan Nilai yang diperoleh

CAIC dari pengujian model struktural diperoleh nilai sebesar

1712.005 dan saturated model dan independence model,yaitu

2606.404 dan 2851.917, yang berarti model good fit.

Model dikatakan fit, apabila NFI 0.90. Model struktural

yang di uji pada penelitian ini memiliki nilai NFI 0.502 yang berarti

close fit. Untuk nilai CFI, merupakan ukuran dalam menetukan

model itu fit atau tidak sebagai revisi dari NFI yang dapat

menurunkan fit model pada sampel yang kecil. Pada pengujian

57

model struktural didapat nilai CFI sebesar 0.583, berarti model close

fit. Untuk model struktural IFI dan RFI, jika keduanya memiliki nilai

semakin tinggi maka menunjukkan model fit. Dimana nilai dikatakan

fit adalah > 0.90. Pada nilai IFI, menunjukkan nilai 0.502 yang

berarti model close fit, begitu juga halnya dengan nilai RFI yaitu

sebesar 0.456 dapat disimpulkan model cukup baik (closed fti).

Nilai RMR, semakin kecil akan semakin baik, yang

menandakan semakin dekatnya angka pada sampel dengan

estimasinya. Hasil RMR yang diperoleh dari pengujian model

struktural, yaitu 0.111, mengindikasikan bahwa model adalah close

fit. Goodness of Fit Indices (GFI) merupakan suatu ukuran mengenai

ketepatan model. Nilai GFI berkisar antara 0 dan 1. Nilai yang lebih

besar dari 0.9 menunjukkan suatu model yang fit. Sedangkan AGFI

sama dengan GFI, tetapi setelah disesuaikan dengan rasio degree of

freedom pada suatu model. Dari pengujian yang dilakukan dihasilkan

nilai GFI dan AGFI sebesar 0.432 dan 0.337. Dapat dikatakan bahwa

nilai diantara 0 dan 1 tetapi tidak melebihi 0.9 yang berarti model

menunjukkan close fit (cukup baik).

4.6.2.1 Analisis Pengaruh Antar Variabel

Untuk menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu

variabel laten dengan variabel laten terhadap variabel laten yang lain,

maka perlu dilakukan analisis. Menurut Santoso (2007), beberapa

kriteria yang harus dipenuhi agar pengaruh antar variabel dapat

dinyatakan signifikan atau berhubungan positif maka harus

memenuhi beberapa syarat. Jika nilai probability > 0.001 maka H0

diterima dan apabila probability < 0.001 maka H0 ditolak. Dimana

hipotesisnya, H0 diterima maka H0 tidak ada hubungan yang nyata

(signifikan). Sedangkan jika H0 ditolak maka H0 ada hubungan yang

nyata (signifikan). AMOS menggunakan kriteria 0.001 dan bukannya

0.05. Namun jika nilai P adalah 0.03, maka tetap dapat disimpulkan

H0 ditolak, pada pengujian signifikansi 5% (0.05). Dengan demikian,

diterima tidaknya hipotesis pada pengujian nilai estimate dapat

58

mengacu pada ketentuan AMOS (0.001) atau menggunakan standar

0.05.

Dari hasil output regression weights didapatkan data bahwa,

persamaan struktural yang pertama adalah nilai P dalam hubungan

antara F dengan B adalah ***, hal ini menunjukkan angka P adalah

0.000 dan dinyatakan H0 ditolak, dapat dikatakan ada hubungan yang

nyata (signifikan) diantara keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel pesan iklan (F) es krim Wall‟s Magnum berpengaruh

langsung terhadap pengenalan merek (B). Informasi yang didapat

langsung menambah perbendaharaan pikiran konsumen dan

dievaluasi apakah pengenalan merek (F) tersebut sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen.

Untuk persamaan struktural yang kedua yakni hubungan

antara F terhadap C dengan nilai P sebesar 0.502 menunjukkan

bahwa maka H0 diterima, bahwa sesungguhnya tidak ada hubungan

yang nyata (signifikan) antara variabel F (pesan iklan) dengan C

(kepercayaan konsumen). Dapat dikatakan bahwa variabel pesan

iklan (F) es krim Wall‟s Magnum tidak berpengaruh langsung

terhadap kepercayaan konsumen (C).

Persamaan struktural yang ketiga yaitu F terhadap A,

memiliki nilai P sebesar 0.501, yang berarti H0 diterima, atau

sesungguhnya tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara

variabel F (pesan iklan) dengan A (sikap konsumen). Dinyatakan

variabel pesan iklan (F) es krim Wall‟s Magnum tidak berpengaruh

langsung terhadap sikap konsumen (A). Sehingga, tidak memiliki

kontribusi yang signifikan terhadap sikap konsumen (A) untuk

membeli es krim Wall‟s Magnum.

Persamaan struktural yang keempat adalah B terhadap C,

dengan nilai P 0.442, sehingga H0 diterima dan tidak ada hubungan

yang nyata (signifikan) antara B (pengenalan merek) dengan C

(kepercayaan konsumen). Variabel pengenalan merek yang

59

ditayangkan di televisi tidak mampu merubah kepercayaan

konsumen (C) terhadap produk es krim Wall‟s Magnum.

Persamaan struktural yang kelima yaitu B terhadap A

menunjukkan angka P adalah 0.453, dimana H0 diterima, serta tidak

ada hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel B (pengenalan

merek) terhadap A (sikap konsumen). Variabel pengenalan merek

(B) tidak memiliki kontribusi dan tidak dapat merubah perilaku,

tindakan, serta sikap konsumen terhadap es krim Magnum.

Hubungan persamaan struktural yang keenam yaitu C dengan I,

menunjukkan nilai P sebesar 0.392, yang dapat disimpulkan H0

diterima, jadi bisa dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata

(signifikan) antara C (kepercayaan konsumen) dengan I (niat beli).

Kurang adanya kepercayaan konsumen pada atribut dan manfaat

suatu merek membuat kecilnya niat konsumen untuk membeli

produk.

Hubungan persamaan struktural yang ketujuh adalah variabel

A terhadap variabel I, didapati angka P sebesar 0.033, angka ini

dibawah 0.05 dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan dikatakan ada

hubungan yang nyata (signifikan) antara A (sikap konsumen)

terhadap I (niat beli). Adanya sikap konsumen yang positif terhadap

merek ditunjukkan dengan niat konsumen untuk membeli produk.

Untuk persamaan struktural yang kedelapan, menunjukkan variabel

I (niat beli) terhadap variabel P (pembelian nyata) dengan nilai

probabilitas sebesar *** yang berarti 0.000, maka H0 ditolak,

sehingga terlihat ada hubungan yang nyata (signifikan) antar kedua

variabel. Pembelian nyata muncul karena konsumen sudah

mempunyai niat untuk membeli suatu produk. Dari hasil penelitian

bahwa terdapat pengaruh antara variabel niat beli (I) dengan

pembelian nyata (P). Perhitungan output regression weights dapat

dilihat pada Tabel 12.

60

Tabel 12. Regression Weights

Estimate S.E C.R. P Label

B <--- F 1.245 0.256 4.853 ***

C <--- F -7.834 11.657 -0.672 0.502

A <--- F -7.823 11.627 -0.673 0.501

C <--- B 7.126 9.262 0.769 0.442

A <--- B 6.934 9.237 0.751 0.453

I <--- C I <--- C 0.174 0.204 0.855 0.392

I <--- A 0.525 0.247 2.127 0.033

P <--- I 1.273 0.271 4.699 ***

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.7. Modifikasi Model CDM dengan LISREL

Modifikasi terhadap CDM menunjukkan bahwa model sangat baik.

Berdasarkan modifikasi CDM diperoleh hasil bahwa pesan iklan yang

disampaikan oleh produsen es krim Wall‟s Magnum melalui iklan televisi

menunjukkan pengaruh terhadap pembelian Magnum oleh konsumen.

Melalui jalur pesan iklan (F), kepercayaan konsumen (C), niat beli (I),

sampai kepada pembelian nyata (P). Hasil modifikasi CDM terhadap

pengaruh pembelian Magnum dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.7.1 Model Struktural

Pada pengolahan SEM menggunakan LISREL versi 8.3

dilakukan modifikasi model dari CDM. Hasil model struktural

menghasilkan beberapa output yang menunjukkan kelayakan model

struktural dengan melihat nilai Goodness of Fit Index dan disajikan

dalam Tabel 13 sebagai berikut.

Tabel 13. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural

Goodness of Fit Index Cut of Value Nilai Keterangan

Absolute-Fit Measures

Statistics Chi-Square Nilai kecil 273.75

< 0.05

p-value 0.038 Poor fit

GFI > 0.90 0.98 good fit (sangat memenuhi)

RMR < 0.05 0.077 good fit (sangat memenuhi)

RMSEA < 0.08 0.041 good fit (sangat memenuhi)

ECVI Nilai lebih kecil 7.43 good fit (sangat memenuhi)

61

Lanjutan Tabel 13.

dari nilai

saturated model

Incremental Fit

Measure

TLI atau NNFI > 0.90 0.99 good fit (sangat memenuhi)

NFI > 0.90 0.96 good fit (sangat memenuhi)

AGFI > 0.90 0.95 good fit (sangat memenuhi)

RFI > 0.90 0.93 good fit (sangat memenuhi)

IFI > 0.90 0.99 good fit (sangat memenuhi)

CFI > 0.90 0.99 good fit (sangat memenuhi)

Parsimonious Fit

Measures

AIC Nilai lebih kecil 735.75 good fit (sangat memenuhi)

dari nilai

saturated model

CAIC Nilai lebih kecil 1568.54 good fit (sangat memenuhi)

dari nilai

saturated model

Sumber: Data diolah, per bulan November 2011

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa terdapat nilai

dari Goodness of Fit Index yang tidak memenuhi cut of value tapi

masih bisa ditolerir dikarenakan perbedaanya tidak terlalu besar dari

Goodness of Fit Index. Setelah melihat kombinasi berbagai ukuran

kecocokan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa kecocokan

keseluruhan model adalah sangat baik dalam mempresentasikan data

terhadap model. Modifikasi dengan model baru dapat menghasilkan

nilai yang sangat signifikan dalam kecocokan antara sampel dengan

model. Hasil model struktural dengan nilai standardized estimate dan

juga nilai t-value dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

B = , Errorvar.= 1.00,

C = 1.00*B + 0.36*F,, R² = 1.00

(0.055) (0.10)

18.11 3.54

A = 0.81*B + 0.13*F, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66

(0.060) (0.10)

13.53 1.28

62

I = 0.31*C + 0.54*A, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66

(0.11) (0.14)

2.74 3.75

P = 1.00*I,, R² = 1.00

(0.078)

12.85

Pada persamaan struktural diatas, terdapat beberapa nilai yang

berfungsi menjelaskan hubungan dan pengaruh antara pesan iklan (F),

terhadap pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), sikap

konsumen (A), niat beli (I), dan pembelian nyata (P). Hubungan dan

pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien persamaan

struktural dan juga t-value. Nilai R2

pada persamaan pertama sebesar 0

menunjukkan bahwa sebesar 0 persen variabel endogen pengenalan

merek (B) tidak dapat menjelaskan keragaman variabel. Nilai R2 pada

persamaan kedua sebesar 1.00 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen

variabel endogen pengenalan merek (B) dan variabel eksogen pesan

iklan (F) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen

kepercayaan konsumen (C). Nilai R2 pada persamaan ketiga sebesar

0.66 menunjukkan bahwa sebesar 66 persen variabel endogen

pengenalan merek (B) dan variabel eksogen pesan iklan (F) telah dapat

menjelaskan keragaman variabel endogen sikap konsumen (A).

Sedangkan variabel sikap konsumen (A) dijelaskan oleh variabel lain

di luar model sebesar 34 persen. Nilai R2 pada persamaan keempat

sebesar 0.66 menunjukkan bahwa sebesar 66 persen variabel endogen

sikap konsumen (A) dan kepercayaan konsumen (C) telah dapat

menjelaskan keragaman variabel endogen niat beli (I). Sedangkan

variabel niat beli (I) dijelaskan oleh variabel lain di luar model sebesar

34 persen. Nilai R2 pada persamaan kelima sebesar 1.00 menunjukkan

bahwa sebesar 100 persen variabel endogen niat beli (I) telah dapat

menjelaskan keragaman variabel endogen pembelian nyata (P). Nilai

koefisien parameter persamaan struktural dan t-value dapat dilihat

pada Tabel 14.

63

Tabel 14. Koefisien Parameter dan t-value Model Struktural

Hipotesis Estimates SE t-value Keterangan

From To

F B 0 0 0 Tidak signifikan

B C 1 0.055 18.11 Signifikan

F C 0.36 0.1 3.54 Signifikan

B A 0.81 0.06 13.53 Signifikan

F A 0.13 0.1 1.28 Tidak signifikan

C I 0.31 0.11 2.74 Signifikan

A I 0.54 0.14 3.75 Signifikan

I P 1 0.078 12.85 Signifikan

Sumber: Data diolah, per bulan November 2011

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat pengaruh antara variabel laten

bebas dan variabel laten terikat. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi

agar pengaruh antar variabel dapat dikatakan signifikan/berpengaruh

positif maka harus memenuhi beberapa syarat. Diantaranya t-value

pada taraf nyata 5% harus > 1,96 (Wijayanto, 2008). Semakin besar t-

value maka semakin menunjukkan bahwa pengaruh antar variabel

laten semakin signifikan. Untuk persamaan struktural yang pertama

bahwa pesan iklan (F) tidak mempengaruhi secara nyata (tidak

signifikan) pengenalan merek (B). Hal ini terlihat dari t-value antara

kedua variabel tersebut sebesar 0. Dalam pesan iklan yang

disampaikan melalui televisi tidak berdampak pada pengenalan merek

secara siginifikan. Maka produsen harus menambahkan informasi

mengenai atribut serta manfaat dalam produk Magnum. Variabel laten

kedua adalah variabel endogen pengenalan merek (B). Berdasarkan

output analisis didapat bahwa variabel pengenalan merek (B)

mempunyai pengaruh positif (signifikan) terhadap kepercayaan

konsumen (C) yang dilihat nilai t-value sebesar 18,11. Hal ini berarti

jika kondisi yang mempengaruhi pengenalan merek (B) dinaikkan

sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka

64

akan berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 1

satuan, begitu juga sebaliknya.

Variabel laten ketiga adalah variabel iklan eksogen pesan iklan

(F). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pesan iklan (F)

mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap kepercayaan

konsumen (C) yang dilihat dari t-value sebesar 3,54. Hal ini berarti jika

kondisi yang mempengaruhi pesan iklan (F) dinaikkan sebesar 1 dan

sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada

meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 3,54 satuan, begitu juga

sebaliknya. Variabel laten keempat adalah variabel endogen

pengenalan merek (B). Berdasarkan output analisis didapat bahwa

variabel pengenalan merek (B) mempunyai pengaruh nyata

(signifikan) terhadap sikap konsumen (A) yang dilihat dari t-value

sebesar 13,53. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi

pengenalan merek (B) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan

kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada

meningkatnya sikap konsumen sebesar 13,53 satuan, begitu juga

sebaliknya.

Variabel laten kelima adalah variabel eksogen pesan iklan (F).

Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pesan iklan (F)

tidak mempunyai pengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap sikap

konsumen (A) yang dilihat dari t-value sebesar 1,28. Hal ini berarti

jika kondisi yang mempengaruhi pesan iklan (F) dinaikkan sebesar 1

satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan

berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 1,28

satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten keenam adalah variabel

endogen kepercayaan konsumen (C). Berdasarkan output analisis

didapat bahwa variabel kepercayaan konsumen (C) mempunyai

pengaruh nyata (signifikan) terhadap niat beli (I) yang dilihat dari t-

value sebesar 2,74. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi

kepercayaan konsumen (C) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan

65

kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada

meningkatnya niat beli sebesar 2,74 satuan, begitu juga sebaliknya.

Variabel laten ketujuh adalah variabel endogen sikap konsumen

(A). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel sikap

konsumen (A) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap niat

beli (I) yang dilihat dari t-value sebesar 3,75. Hal ini berarti jika

kondisi yang mempengaruhi sikap konsumen (A) dinaikkan sebesar 1

satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan

berakibat pada meningkatnya niat beli sebesar 3,75 satuan, begitu juga

sebaliknya. Variabel laten kedelapan adalah variabel endogen niat beli

(I). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel niat beli (I)

mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap pembelian nyata (P)

yang dilihat dari t-value sebesar 12,85. Hal ini berarti jika kondisi yang

mempengaruhi niat beli (I) dinaikkan sebesar 1 dan sedangkan kondisi

lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya

pembelian nyata sebesar 12,85 satuan, begitu juga sebaliknya.

4.7.2 Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten

Hubungan variabel indikator dengan variabel latennya dapat

diketahui dari nilai loading factor dan nilai t-value yang ada pada

model. Semakin besar nilai loading factor maka semakin besar pula

pengaruh atau kontribusi suatu variabel indikator dalam merefleksikan

variabel latennya. Nilai loading factor dan nilai t-value untuk semua

indikator dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan nilai yang

dimiliki oleh setiap variabel indikator, dapat dinyatakan bahwa F1 dan

F2 merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap variabel

laten pesan iklan (F) dengan nilai loading factor sebesar 0,94. Dengan

kemampuan iklan Magnum untuk memberikan suatu kesan modern

dan cita rasa tinggi terhadap produk yang kuat, dapat membangkitkan

keinginan konsumen dan menggerakan tindakan konsumen dalam

melakukan pembelian nyata. Informasi yang disampaikan oleh

produsen kepada konsumen harus sesuai dengan apa yang pada

produk. Serta menampilkan informasi dengan cara yang menarik untuk

66

menarik perhatian konsumen. Pada pengenalan merek (B) indikator

yang paling berpengaruh adalah kenal karakteer (B3) ditunjukkan

dengan loading factor sebesar 0,82. Karakter yang diberikan produsen

terhadap Magnum yaitu menampilkan Magnum yang nikmat, berkelas,

dan mewah. Dengan karakter eksklusif yang diberikan produsen

sebagai nilai tambah dalam produk. Hal ini menunjukkan bahwa

produk memiliki keistimewaan dibandingkan produk-produk sejenis

lainnya.

Untuk variabel kepercayaan konsumen (C) indikator yang

paling berpengaruh adalah percaya kesan (C2) ditunjukkan dengan

loading factor sebesar 0,82. Dengan kesan yang kuat melalui pesan

iklan (informasi) yang ditayangkan di televisi secara berulang-ulang,

membuat kepercayaan konsumen dapat terus meningkat. Kepercayaan

konsumen akan produk Magnum dapat terlihat apakah produk tersebut

dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Pada sikap

konsumen (A) indikator yang paling berpengaruh adalah sikap kesan

(A2) yang ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,88.

Kemampuan suatu iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung

terhadap produk tergantung dari sikap konsumen. Kesan yang

diberikan produsen melalui pesan iklan di televisi harus memberikan

daya tarik positif agar membangkitkan keinginan konsumen. Dengan

sikap konsumen yang positif terhadap produk maka memacu keinginan

untuk membeli produk.

Variabel laten selanjutnya adalah niat beli (I), indikator niat

karakter (I3) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel niat beli,

ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,83. Dengan karakter

Magnum yang berkelas, mewah, dan memiliki kenikmatan chocolate

belgian menyebabkan meningkatnya niat beli konsumen. Karakter

yang ditampilkan produsen di televisi sangat kuat. Niat beli merupakan

pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian

sejumlah produk dengan suatu merek.

67

Variabel laten terakhir yang diamati adalah pembelian nyata

(P), indikator yang mempunyai pengaruh paling besar adalah beli

kesan (P2) dan beli karakter (P3) ditunjukkan dengan loading factor

sebesar 0,86. Variabel pembelian nyata terkait dengan sudah

munculnya niat beli konsumen untuk membeli produk es krim wall‟s

magnum yang didasari dengan karakter dan kesan positif yang

diberikan produsen. Pembelian nyata merupakan sasaran akhir, baik

untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun konsumen

yang melakukan pembelian ulang. Dari hasil estimasi yang telah

dilakukan nilai t-value pada semua indikator-indikator variabel laten,

menunjukkan bahwa t-value > 1,96 yang berarti signifikan/nyata.

4.8. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian, PT Unilever dalam melakukan

kebijakan pemasaran produk es krim Wall‟s Magnum perlu memperhatikan

hal-hal untuk memperkuat variabel efektivitas iklan yang sudah

dilaksanakan. Tabel 15 menampilkan implikasi manajerial untuk produk es

krim Wall‟s Magnum.

Tabel 15. Implikasi Manajerial

Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

a. Mempertimbangkan - Produsen harus 1. Melakukan

dari segi Mencantumkan controlling

Pengetahuan informasi dan manfaat terhadap tayangan

produk, serta bahan- bahan yang iklan televisi

Kepercayaan digunakan dalam produk es krim Wall's Magnum.

produk, wiraniaga, es krim Wall's Magnum Sehingga, apabila

Manfaat secara merinci pada ada kekurangan dan

Mengkonsumsi iklan televisi dan tidak berjalan efektif

produk bagi kemasannya, sesuai dalam penerapannya

konsumen. dengan apa yang ada akan dilakukan

b. Meningkatkan pada produk. Sehingga evaluasi dan

Pembelian konsumen yang menonton pihak perusahaan

nyata es krim Wall's Iklan televisi Wall's akan mengkaji

Magnum pada Magnum menjadi untuk menetapkan

Konsumen penasaran dan tertarik kebijakan pemasaran

untuk dapat menikmati yang baru dalam

es krim Wall's Magnum mencapai tujuan

yang memiliki kenikmatan perusahaan.

bagai seorang putri raja.

- Selain itu wiraniaga produk

Wall's Magnum yang berada

di supermarket dan magnum

café dapat menciptakan

68

Lanjutan Tabel 15.

citra yang sesuai dengan apa

yang disampaikan pada

pesan iklan oleh produsen

es krim Wall's Magnum.

Dimana seorang wiraniaga

dapat berpakaian seperti

layaknya seorang putri

kerajaan dan pangeran.

- Dengan promosi

yang dilakukan melalui

iklan televisi, es krim

Wall's Magnum harus

menampilkan sesuatu yang

Berbeda dari produk sejenis

lainnya. Sehingga,

sikap dan kepercayaan

konsumen dapat meningkat,

ditambah dengan produsen

menggunakan brand

ambassador Magnum

Marissa Nasution,

yang dapat menciptakan

kepercayaan lebih

kepada konsumen

terhadap produk.

- Meningkatnya frekuensi iklan

es krim Wall's Magnum di

televisi dapat menarik

perhatian konsumen, sehingga

konsumen menjadi ingin

mencoba kelezatan Belgian

chocolate yang penuh

dengan sensasi ala kerajaan,

oleh karena itu terciptalah

pembelian nyata pada es krim

Wall‟s Magnum.

- Produsen Wall‟s Magnum

dapat meluncurkan rasa

es krim terbaru. Dengan

Perubahan akan selera

masyarakat dan banyaknya

Pesaing diperlukan perubahan

untuk mempertahankan

pelanggan dan menjangkau

calon konsumen. Selain

itu untuk mengurangi

Kebosanan terhadap iklan

Es krim Wall's Magnum,

Produsen Wall's Magnum

dapat memberikan tampilan

iklan yang lebih menarik

dan menyegarkan.

69

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Efektivitas Iklan Televisi Es

Krim Magnum versi Magnum Classic: Magnum Temptation Royal Treatment

dalam mengkomunikasikan pesannya kepada konsumen, dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Pesan iklan yang ingin disampaikan oleh produsen es krim Wall‟s Magnum

melalui iklan televisi yang dilakukan secara berulang-ulang menunjukkan

pengaruh terhadap pembelian Magnum oleh konsumen. Berdasarkan hasil

CDM pengaruh terhadap pembelian Magnum melalui 2 jalur. Jalur model

pertama yaitu informasi yang dilihat di televisi (F) menjadi lebih efektif

mempengaruhi pembelian konsumen melalui variabel pengenalan merek

(B) dalam pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna, ukuran,

bentuk, hingga kemasan dan desain produk. Pengenalan merek merupakan

landasan untuk terciptanya sikap (A). Selanjutnya membangun

pembentukan sikap, dimana sikap konsumen (A) dapat memacu keinginan

atau niat untuk membeli (I) produk setelah konsumen mengenali suatu

merek atau mendengar informasi yang disampaikan produsen. Akhirnya

konsumen melakukan pembelian nyata (P) dengan membeli suatu produk.

Sedangkan jalur model yang kedua, mulai dari variabel pesan iklan es krim

Wall‟s Magnum (F) yang ingin disampaikan oleh produsen kepada

konsumen sudah mampu membangun variabel pengenalan merek. Dengan

demikian, informasi yang dilihat di televisi dalam pengenalan pembeli

terhadap merek (B) akan ciri atau keistimewaan produk dapat

meningkatkan perbendaharaan pikiran konsumen sebagai tingkat

kepercayaan konsumen (C) terhadap suatu merek dalam memuaskan

kebutuhannya. Kepercayaan konsumen terhadap kualitas merek yang

ditawarkan maka terbentuklah niat beli konsumen (I). Hal ini dapat

mempengaruhi pembelian nyata (P). Pada akhirnya informasi yang dilihat

di televisi (F) berhasil meningkatkan pangsa pasarnya es krim Wall‟s

Magnum.

b. Dari hasil output regression weights didapatkan data bahwa, persamaan

struktural yang pertama adalah nilai probalitas dalam hubungan antara F

dengan B dapat dikatakan ada hubungan yang nyata (signifikan) diantara

keduanya. Untuk persamaan struktural yang kedua yakni hubungan antara

F (pesan iklan) dengan C (kepercayaan konsumen) menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang nyata (signifikan). Persamaan struktural yang

ketiga yaitu, F (pesan iklan) dengan A (sikap konsumen) tidak ada

hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel. Persamaan struktural

yang keempat adalah, B (pengenalan merek) dengan C (kepercayaan

konsumen) dinyatakan tidak ada hubungan yang nyata (signifikan).

Persamaan struktural yang kelima yaitu B terhadap A menunjukkan tidak

ada hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel. Hubungan

persamaan struktural yang keenam yaitu C dengan I, menunjukkan tidak

ada hubungan yang nyata (signifikan) antara C (kepercayaan konsumen)

dengan I (niat beli). Hubungan persamaan struktural yang ketujuh adalah

variabel A terhadap variabel I, didapati ada hubungan yang nyata

(signifikan). Untuk persamaan struktural yang kedelapan, menunjukkan

variabel I (niat beli) terhadap variabel P (pembelian nyata), terlihat ada

hubungan yang nyata (signifikan) antar kedua variabel.

2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan, sebagai berikut:

a. Penggunaan informasi melalui iklan televisi es krim Wall‟s Magnum

sudah efektif dalam penyampaian pesan iklan kepada konsumen. Produsen

perlu mempertahankan iklan dan meningkatkan kualitas iklan agar lebih

menarik minat konsumen televisi. Selain itu, produsen perlu ide-ide yang

kreatif, dan segar dalam pembuatan iklan sehingga menarik minat

konsumen. Dengan ditambah jumlah frekuensi munculnya iklan televisi,

agar konsumen lebih sering melihat dan mengingat akan kelezatan Belgian

chocolate yang penuh dengan sensasi ala kerajaan. Hal ini tentu akan

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembeliaan nyata.

71

b. Melihat hubungan dalam persamaan struktural terdapat kelemahan pada F-

C, F-A, B-C, B-A, dan C-I. Dalam menjaga konsumennya agar tidak

beralih pada merek lain, produsen Wall‟s Magnum dinilai perlu

menampilkan sesuatu kelebihan-kelebihan yang berbeda dari produk

sejenis lainnya. Tentunya, produsen Wall‟s Magnum perlu memasukkan

tentang informasi produk es krim Wall‟s Magnum secara mendetail pada

iklan televisi. Kesan terhadap merek perlu dilakukan dengan terobosan-

terobosan baru yang dapat membuat merek tetap menjadi eksklusif di mata

konsumen.

72

82

DAFTAR PUSTAKA

Arca, R. 2011. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Magnum Dan

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Es Krim Berdasarkan Karakteristik Pengeluaran (Studi Kasus Mahasiswa

Program DIPLOMA IPB). Skripsi pada Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Assauri, S. 2004. Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep, dan Strategi) Edisi 1, Cet.

7. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, Anton Wachidin Widjaja dan Hendrawan Supratikno.

2003.Invansi Pasar dengan iklan yang Efektif. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Ghozali, I. 2005. Structural Equation Modelling Teori, Konsep, dan Aplikasi

dengan Program Lisrel 8.54. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

Semarang.

. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial

Least Square Edisi 2. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Kasali, R. 2007. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. PT

Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.

Kennedy, J. dan R. D. Soemanegara. 2006. Marketing Communication: Taktik

dan Strategi. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Kotler, P. 1997. Mananajemen Pemasaran, Analsisis, Perencanaan, Implementasi,

dan Kontrol . PT Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, P dan Amstrong, G. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Kesembilan Jilid

2. PT Indeks, Indonesia.

. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran edisi Keduabelas Jilid 2. Erlangga,

Jakarta.

Kotler, P dan Keller, K. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi Keduabelas Jilid 1.

PT Indeks, Indonesia.

Kusnendi, MS. 2008. Model-Model Persamaan Struktural : Satu dan Multigroup

Sampel dengan LISREL. ALFABETA, Bandung.

Kusuma, N.J. 2010. Analisis Efektivitas Iklan Berseri (Pon‟s Flawless White)

Dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian (Studi Kasus:

Mahasiswi Program Strata-1 FEM IPB). Skripsi pada Program

Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Morissan, M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Prenada

Media Group, Jakarta.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.

Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan

SPSS. CV. ANDI OFFSET, Yogyakarta.

Peter, P. J dan Olson, J. C. Consumer Behavior : Perliku Konsumen dan Strategi

Pemasaran Edisi Keemapat Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ruslan, R. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Santoso, S. 2007. Structural Equation Modelling Konsep dan Aplikasi dengan

AMOS. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sari, S.D.P. 2010. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Deodoran Pria Axe

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat Beli Deodoran Khusus

Pria Pada Konsumen (Studi Kasus Pengunjung Pria Supermal

Karawaci). Skripsi pada Program Studi Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Shimp, T.A. 2003. Periklanan dan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu. Erlangga, Jakarta.

Stoner, J.A.F, r. Edward Freeman dan Daniel R.Gilbert Jr. 1996. Manajemen .

PT Prenhallindo, Jakarta

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam

Pemasaran.Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. CV. ANDI OFFSET, Yogyakarta.

Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT GramediaPustaka

Utama, Jakarta

Wijanto, S.H. 2008. Structural Equation Modelling dengan LISREL 8.80 :

Konsep dan Tutorial Graha Ilmu. Yogyakarta

Zuraida, L. dan Uswatun. 2001. Analisis Efektifitas Iklan Rinso, Soklin, dan

Attack dengan menggunakan Consumer Decision Model (CDM).

Usahawan, 4 : pp. 3-8

Ghozali, Imam. 2005. Structural Equation Modelling Teori, Konsep, dan Aplikasi

dengan Program Lisrel 8.54. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

Semarang.

74

Lampiran 1. Karakteristik Responden Mahasiswa/i Diploma IPB

Karakteristik Sampel Mahasiswa/I Diploma IPB

Persentase (%)

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki

45

Perempuan

55

Total

100

2. Berdasarkan Pengeluaran Responden

< 500000

21

500000 – 1000000

68

1000001 - 1500000

6

1500001 - 2000000

2

> 2000000

3

Total

100

3. Berdasarkan variasi rasa es krim wall's magnum

yang disukai

Classic

37

Almond

42

Chocolate truffle

21

Total

100

4. Berdasarkan rekan dalam Pembelian es krim wall's

magnum

Sendiri

28

Teman

31

Keluarga

24

Pacar

17

Total

100

5. Berdasarkan tempat pembelian es krim wall's magnum

Warung

10

Minimarket

36

Supermarket

54

Total

100

6. Berdasarkan lama menonton televisi

1-3 jam

59

4-5 jam

26

> 6 jam

15

Total

100 7. Berdasarkan frekuensi menonton iklan televisi magn um

dalam sehari

< 2 kali

4

2-3 kali

44

4-5 kali

34

75

Lanjutan Lampiran 1.

> 5 kali

18

Total

100

8. Berdasarkan stasiun televisi yang sering ditonton

Global Tv

3

Trans 7

23

SCTV

13

Tv One

2

Metro Tv

5

RCTI

16

Trans Tv

37

Indosiar

1

Total

100

9. Berdasarkan tayangan televisi yang sering ditonton

Berita

21

Hiburan

72

Olahraga

6

Sinetron

1

Total 100

76

LA

MP

IRA

N 2

. P

ath

Dia

gra

m K

oef

isie

n E

stim

asi

Mod

el S

tru

ktu

ral

F

B

F 1

E

F 1

F 2

E

F 2

F 3

E

F 3

F 4

E

F 4

F 5

E

F 5

0 . 5

4

0 . 4

5

0 . 4

4

0 . 6

4

0 . 6

0

1

1

1

1

1

1 . 2

9 1 . 1

5

B E

. 0

0

E B 3

E B 2

B 1

E

B 1

B 2

B 3

B 4

E

B 4

B 5

E

B 5

0 . 4

9

0 . 2

5

0 . 3

5

0 . 4

7

0 . 6

0

1

1

1

1

1

E P 3

E P 2

P 1

E P 1

P 2

P 3

P 4

E P 4

P 5

E P 5

0 . 4

7

0 . 3

3

0 . 2

7

0 . 5

4

0 . 5

2

1

1

1

1

1

P

A

A E

. 0

6

P E

. 0

4

1 . 2

0

I I E

. 0 8

I 1

E I 1

0 . 5

1 1

I 2

E I 2

0 . 2

8 1

I 3

E I 3

0 . 2

9 1

I 4

E I 4

0 . 6

1 1

I 5

E I 5

0 . 6

4 1

A 1

E A 1

0 . 5

3 1

A 2

E A 2

0 . 3

0 1

A 3

E A 3

0 . 3

2 1

A 4

E A 4

0 . 5

2 1

A 5

E A 5

0 . 5

4 1

. 5 4

1

. 3 7

1

. 3 8

1

. 6 0

1

. 5 7

1

E C 1

E

C 2

E

C 3

E C 5

E

C 4

C 1

C 2

C 3

C 4

C 5

C

. 0 0

C E

1 . 2

5

1 . 5

9 1 . 0

9 1 . 0

0

1 . 0

0 1 . 1

6 1 . 1

8 0 . 8

7 0 . 8

8

1

.

. 2 4

77

Lampiran 3. Hasil Uji Model Fit Analisis Model Persamaan Struktural

Notes for Model (Default model)

Computation of degrees of freedom (Default model)

Number of distinct sample moments : 465

Number of distinct parameters to be estimated: 67

Degrees of freedom (465 – 67) : 398

Result (Default model)

Minimum was achieved

Chi-square = 1336. 459

Degrees of freedom = 398

Probability level = .000

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 67 1336.459 398 0.000 3.358

Saturated model 465 0.000 0

Independence model 30 2683.762 435 0.000 6.170

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .111 .432 .337 .370

Saturated model 0 1

Independence model .339 .174 .117 .163

Baseline Comparions

Model

NFI RFI IFI TLI CFI

Delta1 rho1 Delta2 rho2

Default model .502 .456 .589 .544 .583

Saturated model 1.000

1.000

1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .915 .459 .533

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 0.000 0.000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model 938.459 831.261 1053.23

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 2248.762 2089.052 2415.899

78

Lanjutan Lampiran 3.

FMIN

Model FMIN FO LO 90 HI 90

Default model 13.500 9.479 8.40 10.639

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 27.109 22.715 21.102 24.403

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .154 .145 .163 .000

Independence model .229 .220 .237 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 1470.459 1531.547 1645.005 1712.005

Saturated model 930.000 1353.971 2141.404 2606.404

Independence model 2743.762 2771.115 2821.917 2851.917

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model 14.853 13.770 16.012 15.470

Saturated model 9.394 9.394 9.394 13.676

Independence model 27.715 26.102 29.403 27.991

79

Lanjutan Lampiran 3.

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likehood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E C.R. P Label

B <--- F 1.245 0.256 4.853 ***

C <--- F -7.834 11.657 -0.672 0.502

A <--- F -7.823 11.627 -0.673 0.501

C <--- B 7.126 9.262 0.769 0.442

A <--- B 6.934 9.237 0.751 0.453

I <--- C 0.174 0.204 0.855 0.392

I <--- A 0.525 0.247 2.127 0.033

P <--- I 1.273 0.271 4.699 ***

F5 <--- F 1.000

F4 <--- F 0.976 0.237 4.123 ***

F3 <--- F 1.295 0.259 5.008 ***

F2 <--- F 1.247 0.252 4.941 ***

F1 <--- F 1.184 0.253 4.687 ***

C1 <--- C 1.000

C2 <--- C 1.163 0.187 6.206 ***

C3 <--- C 1.176 1.189 6.219 ***

C4 <--- C 0.871 0.178 4.889 ***

C5 <--- C 0.878 0.176 4.979 ***

A5 <--- A 1.000

A4 <--- A 1.059 0.204 5.181 ***

A3 <--- A 1.343 0.221 6.089 ***

A2 <--- A 1.344 0.220 6.123 ***

A1 <--- A 1.094 0.209 5.233 ***

P1 <--- P 1.000

P2 <--- P 1.154 0.162 7.126 ***

P3 <--- P 1.198 0.162 7.400 ***

P4 <--- P 0.904 0.158 5.705 ***

P5 <--- P 0.934 0.159 5.875 ***

I5 <--- I 1.000

I4 <--- I 1.087 0.255 4.254 ***

B1 <--- B 1.000

B2 <--- B 1.255 0.174 7.201 ***

B3 <--- B 1.150 0.172 6.698 ***

B4 <--- B 0.974 0.166 5.868 ***

80

Lanjutan Lampiran 3.

B5 <--- B 0.861 0.164 5.238 ***

I3 <--- I 1.592 0.304 5.240 ***

I2 <--- I 1.596 0.303 5.263 ***

I1 <--- I 1.217 0.264 4.602 ***

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E C.R. P Label

F 0.244 0.088 2.764 0.006

BE 0.002 0.005 0.360 0.719

CE 0.000

AE 0.060 0.033 1.796 0.072

IE 0.082 0.033 2.462 0.014

PE 0.041 0.026 1.605 0.108

EF5 0.601 0.089 6.735 ***

EF4 0.647 0.096 6.770 ***

EF3 0.440 0.070 6.321 ***

EF2 0.445 0.070 6.385 ***

EF1 0.542 0.083 6.561 ***

EC1 0.537 0.082 6.525 ***

EC2 0.375 0.063 5.986 ***

EC3 0.378 0.063 5.970 ***

EC4 0.596 0.089 6.694 ***

EC5 0.570 0.085 6.671 ***

EA5 0.544 0.083 6.565 ***

EA4 0.516 0.080 6.478 ***

EA3 0.315 0.057 5.525 ***

EA2 0.300 0.055 5.444 ***

EA1 0.526 0.082 6.452 ***

EP1 0.472 0.074 6.391 ***

EP2 0.328 0.057 5.771 ***

EP3 0.273 0.051 5.378 ***

EP4 0.542 0.082 6.579 ***

EP5 0.521 0.080 6.528 ***

EI5 0.639 0.094 6.790 ***

EI4 0.606 0.090 6.730 ***

EI3 0.293 0.052 5.642 ***

EI2 0.277 0.050 5.549 ***

EI1 0.510 0.077 6.578 ***

EB1 0.493 0.075 6.558 ***

EB2 0.252 0.046 5.510 ***

EB3 0.351 0.057 6.136 ***

EB4 0.474 0.072 6.565 ***

EB5 0.561 0.083 6.726 ***

81

Lampiran 4. T-Hitung

F1 10.94

F2 10.94

F3 10.94

F4 10.94

F5 10.94

F

B

C

A

I

P

B1 4.50

B2 4.67

B3 4.03

B4 7.61

B5 7.60

C1 5.00

C2 4.01

C3 4.26

C4 8.02

C5 7.32

A1 4.92

A2 2.62

A3 3.72

A4 6.11

A5 6.98

I1 6.07

I2 2.31

I3 3.68

I4 7.93

I5 8.26

P1 5.60

P2 3.25

P3 2.73

P4 6.11

P5 6.29 Chi-Square=273.75, df=234, P-value=0.03812, RMSEA=0.041

14.97 11.43 11.65 8.30 7.86

0.00

12.64 12.14 8.27 8.75

16.05 10.75 10.36

8.50

8.36

25.34

9.05

8.95

7.17

6.08

0.00

10.86

9.70

7.57

7.93

9.39

9.34

10.90

7.96

8.91

18.11

13.53

2.74 3.75

12.85

0.00

3.54

1.28

82

Lampiran 5. Estimates

F1 1.10

F2 1.10

F3 1.10

F4 1.10

F5 1.10

F

B

C

A

I

P

B1 0.57

B2 0.47

B3 0.43

B4 0.85

B5 0.86

C1 0.55

C2 0.43

C3 0.46

C4 0.88

C5 0.82

A1 0.63

A2 0.33

A3 0.41

A4 0.71

A5 0.78

I1 0.69

I2 0.29

I3 0.41

I4 0.81

I5 0.93

P1 0.65

P2 0.35

P3 0.36

P4 0.71

P5 0.72

Chi-Square=273.75, df=234, P-value=0.03812, RMSEA=0.041

0.73 0.79 0.82 0.50 0.49

0.74

0.82 0.80 0.46 0.53

0.69 0.88 0.83

0.62

0.57

0.64

0.90

0.83

0.54

0.41

0.67

0.86

0.86

0.62

0.61

0.94

0.94

1.10

0.80

0.90

1.00

0.81

0.31 0.54

1.00

0.00

0.36

0.13

83

Lampiran 6. Standardized Coefficient

F1 1.00

F2 1.00

F3 1.00

F4 1.00

F5 1.00

F

B

C

A

I

P

B1 0.51

B2 0.43

B3 0.39

B4 0.77

B5 0.78

C1 0.50

C2 0.39

C3 0.41

C4 0.80

C5 0.74

A1 0.57

A2 0.30

A3 0.38

A4 0.65

A5 0.71

I1 0.62

I2 0.26

I3 0.38

I4 0.74

I5 0.85

P1 0.59

P2 0.32

P3 0.33

P4 0.65

P5 0.66

Chi-Square=273.75, df=234, P-value=0.03812, RMSEA=0.041

0.70 0.75 0.78 0.48 0.47

0.71

0.78 0.77 0.44 0.51

0.66 0.84

0.79

0.59

0.54

0.61

0.86

0.79

0.51

0.39

0.64

0.82

0.82

0.59

0.58

0.90

0.90

1.04

0.76

0.85

1.00

0.81

0.31 0.54

1.00

0.00

0.36

0.13

84

Lampiran 7. Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 234

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 273.75 (P = 0.038)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 39.75

90 Percent Confidence Interval for NCP = (2.65 ; 85.10)

Minimum Fit Function Value = 2.77

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.40

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.027 ; 0.86)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.041

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.011 ; 0.061)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.75

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 7.43

90 Percent Confidence Interval for ECVI = (7.06 ; 7.89)

ECVI for Saturated Model = 9.39

ECVI for Independence Model = 77.11

Chi-Square for Independence Model with 435 Degrees of Freedom = 7574.29

Independence AIC = 7634.29

Model AIC = 735.75

Saturated AIC = 930.00

Independence CAIC = 7742.45

Model CAIC = 1568.54

Saturated CAIC = 2606.40

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.077

Standardized RMR = 0.070

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.49

Normed Fit Index (NFI) = 0.96

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.52

Comparative Fit Index (CFI) = 0.99

Incremental Fit Index (IFI) = 0.99

Relative Fit Index (RFI) = 0.93

Critical N (CN) = 104.88

The Problem used 536992 Bytes (= 0.8% of Available Workspace)

Time used: 5.855 Seconds

85

Lampiran 8. Nilai Loading Factor dan t-value pada Indicators

From To Estimates Se

T-

Value

B B1 0.73 0.049 14.97

B B2 0.79 0.069 11.43

B B3 0.82 0.07 11.65

B B4 0.5 0.061 8.3

B B5 0.49 0.063 7.86

C C1 0.74 0.11 5

C C2 0.82 0.065 12.64

C C3 0.8 0.066 12.14

C C4 0.46 0.056 8.27

C C5 0.53 0.061 8.75

A A1 0.69 0.043 16.05

A A2 0.88 0.082 10.75

A A3 0.83 0.08 10.36

A A4 0.62 0.073 8.5

A A5 0.57 0.068 8.36

I I1 0.64 0.025 25.34

I I2 0.9 0.1 9.05

I I3 0.83 0.093 8.95

I I4 0.54 0.075 7.17

I I5 0.41 0.067 6.08

P P1 0.67 0.12 5.6

P P2 0.86 0.08 10.86

P P3 0.86 0.089 9.7

P P4 0.62 0.082 7.57

P P5 0.61 0.077 7.93

F F1 0.94 0.1 9.39

F F2 0.94 0.1 9.34

F F3 1.1 0.1 10.9

F F4 0.8 0.1 7.96

F F5 0.9 0.1 8.91

86