Pengujian Resistensi WBC-Ok
-
Upload
wiwie-bakti-kemampa -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
Transcript of Pengujian Resistensi WBC-Ok
1
Pengujian Ketahanan Beberapa Kultivar Padi Lokal Sumatera Barat Terhadap Wereng Batang Coklat (WBC)
Tempat dan Waktu
Percobaan telah dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium
Bioekologi serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas Padang. Percobaan ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2010
sampai dengan Januari 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 17 kultivar padi lokal
dan satu varietas pembanding (IR 42). Kultivar padi yang digunakan diperoleh
dari Kabupaten Solok sebanyak enam kultivar, Kabuapten Solok Selatan tiga
kultivar, Kabupaten Pasaman dua kultivar, Kabupaten Pasamanan Barat lima
kultivar dan Kabupaten Pesisir Selatan satu kultivar (Tabel 1). Sebagai serangga
uji digunakan wereng batang coklat biotip 3. Kain kassa digunakan untuk
kurungan serangga uji. Bahan lain yang digunakan dlam percobaan ini antara lain:
kerta label, kertas saring, tanah sawah, dan pupuk Urea, TSP dan KCl.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: baki persemaian (Seed
bed) dengan ukuran 40 x 30 x 10 cm. Kurungan serangga ukuran 60 x 60 x 60 cm,
berbingkai kayu, dinding plastik milar, dan bagian atasnya ditutup dengan kain
kasa. Kurungan serangga yang berbentuk selinder berdiameter 15 cm dan tinggi
40 cm. Kurungan ini terbuat dari plastik milar dan bagian atasnya ditutup dengan
kain kasa. Pot plastik berdiameter 15 cm dan tinggi 18 cm. Pot plastik
berdiameter 5 cm dan tinggi 10 cm. Alat lainyya adalah: tabung mikro, gunting,
kain kassa, timbangan, tissue, mikroskop binokuler, oven, kertas saring, kertas
label, pisau scapel, aspirator, dan alat-alat tulis.
Rancangan Percobaan
Percobaan ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Percobaan terdiri atas 18 perlakuan dan lima ulangan. Kultivar padi yang
digunakan sebagai perlakuan adalah sebagai berikut :
2
A = Beras Merah Nagari Lolo
B = Beras Merah Tanah Garam
C = Beras Merah Talang Babungo
D = Beras Merah Pido Manggih Muaro Kiawai
E = Beras Merah (Sikatujuik) Muaro Kiawai
F = Beras Merah Sungai Abu
H = Beras Merah teluk embun Cubadak
I = Beras Merah Siarang
J = Beras Merah Bancah Laweh
K = Beras Hitam Siarang
M = Siarang Putih Kekuningan Gunung Pasir
N = Beras Hitam Sariak Alam Tigo
O = Beras Hitam Kabupaten Solok
P = Capacino Kabupaten Pasaman
Q = Silela Turun Daun Kabupaten Pasaman
R = Sikarojuik Kabupaten Pasaman
S = Beras Merah Kabupaten Pesisir Selatan
T = IR-42 (varietas pembanding)
Data yang diperoleh dari percobaan ini dianalisis menggunakan Sidik
Ragam (Uji F). Jika terdapat perbedaan yang nyata, maka analisis dilanjutkan
menggunakan uji List Significant Different (LSD) pada taraf nyata 5 %.
Pelaksanaan
Perbanyakan Wereng Batang Coklat
Benih padi IR-42 disemaikan dalam baki berukuran 30 x 20 x 5 cm.
Setelah tanaman berumur 14 hari dipindahkan ke dalam pot plastik berukuran
diameter 15 cm dan tinggi 18 cm, masing-masing 4 batang tanaman padi per pot.
Setelah tanaman padi berumur 21 hari diberi pupuk urea sebanyak 0,35 gr/pot.
Tanaman padi yang telah berumur 30 hari dalam pot dimasukan ke dalam
kurungan serangga yang terbuat dari kayu dan sekelilingnya ditutup dengan
plastik milar, bagian bawah kurungan dialasi papan triplek dan bagian atas ditutup
kain kasa. Kurungan tersebut berukuran 60 x 60 x 60 cm. Ke dalam tiap-tiap
3
kurungan dimasukan sebanyak enam pot tanaman padi. Pada percobaan ini
terdapat sebanyak 5 kuruan serangga. Selanjutnya kedalam kuruan diifestasikan
10 pasang wereng batang coklat yang berasal dari lapangan (dari tanaman padi IR
42 yang terserang). Tanaman padi dalam pot sebagai pakan WBC diganti
seminggu sekali. Hal ini dilakukan selama perbanyakan WBC atau selama
percobaan berlansung. Populasi WBC hasil perbanyakan ini, selanjutny dapat
digunakan untuk percobaan dan sebagian digunakan sebagai stock population.
Penyediaan Tanaman Padi Untuk Percobaan
Benih padi yang terdiri atas 17 kultivar padi lokal dan 1 varietas
pembanding peka (IR-42) disemai di dalam seedbad ukuran 30 x 40 x 5 cm.
Setelah padi berumur 14 hari dipindahkan ke dalam pot yang berukuran diameter
5 cm dan tinggi 10 cm sebanyak 1 batang per pot. Setelah tanaman berumur 21
hari diberi pupuk urea sebanyak 0,35 gr/pot. Pada saat tanaman padi berumur 30
hari setelah semai dapat digunakan untuk percobaan selanjutnya.
Pelaksanaan Percobaan
Penelitian pengujian ketahanan beberapa kultivar padi lokal terhadap
Wereng Batang Coklat terdiri atas beberapa seri percobaan yaitu: tingkat
resistensi kultivar padi lokal terhadap WBC dan percobaan kebugaran WBC yang
makan pada kultivar padi lokal. Percobaan kebugaran WBC pada kultivar padi
lokal terdiri atas percobaan lama hidup, keperidian dan luas eksudat yang
dihasilkan wereng batang coklat.
Percobaan resistensi kultivar padi lokal Sumatera Barat terhadap wereng batang coklat.
Percobaan resistensi kultivar padi lokal Sumatera Barat dilakukan di
rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Anfdalas. Tanaman padi berumur 30
hari dalam pot plastik berdiameter 5 cm digunakan sebagai pakan WBC.
Srelanjutnya tanaman padi tersebut diinfestasikan satu ekor wereng batang coklat,
kemudian disungkup dengan kurungan plastik berbentuk tabung yang bagian
atasnya ditutup dengan kain kassa.
4
Pengamatan tingkat resistensi kultivar padi lokal Sumatera Barat terhadap
wereng batang coklat dilakukan setelah varietas IR-42 sebagai varietas
pembanding menunjukkan gejala hopperburn (daun seperti terbakar). Tingkat
resistensi tanaman dinilai berdasarkan sistem penilaian IRRI tahun 1980.
Tabel 1. Penilaian tingkat resistensi dilakukan setelah 95% pembanding peka mati yaitu 27 hari setelah infestasi
Nilai Gejala Kerusakan Kisaran nilai
Tingkat Resistensi
0 Tidak ada gejala kerusakan - Sangat tahan ( ST )1 Kerusakan ringan, terdapat garis-garis
kuning pada daun pertama≥ 1 - 3 Tahan ( T )
3 Daun pertama dan kedua dari sebagian besar tanaman menguning
≥ 3 - 5 Agak tahan ( AT )
5 Daun-daun menguning, pertumbuhan terhambat atau layu, dan hamper setengah jumlah tanaman mengalami kematian
≥ 5 - 7Agak rentan ( AR )
7 Lebih dari setengah jumlah tanaman mati dan yang hidup kelihatan kerdil
≥ 7 - 9 Rentan ( R )
9 Semua tanaman padi mati ≥ 9 Sangat rentan ( SR )Sumber : Institute Rice Reseach International (IRRI) tahun 1980.
Pengujian lama hidup nimfa wereng batang coklat pada beberapa kultivar padi beras merah
Tanaman padi yang berumur 30 hari dalam pot yang berdiameter 5 cm dan
tinggi 10 cm diinfestasikan dengan 1 ekor WBC bunting. Kemudian disungkup
dengan kurungan serangga berbentuk tabung yang terbuat dari plastik milar dan
bagian atasnya ditutup dengan kain kassa. Selanjutnya dihitung lama hidup nimfa
yang mencapai dewasa hingga pengamatan berakhir pada masing-masing
perlakuan.
Pengujian antibiosis wereng batang coklat pada beberapa kultivar padi beras merah.
Untuk percobaan ini tanaman padi yang digunakan adalah berumur 30 hari
dalam pot platik berdiameter 5 cm dan tinggi 10 cm, kemudian diinfestasikan
dengan 1 ekor wereng batang coklat bunting. Selanjutnya, bagian pangkal batang
tanaman padi ditutup dengan kertas saring berdiameter 6 cm. Setelah itu,
disungkup dengan kurungan serangga yang berbentuk tabung yang terbuat dari
plastik milar dan bagian atasnya ditutup dengan kain kassa.
5
Pengamatan antibiosis dilakukan dengan menghitung luas eksudat yang
dikeluarkan oleh wereng batang coklat (noda hitam yang terdapat pada kertas
saring). Kertas saring yang sudah terkena eksudat WBC tersebut diganti dengan
yang baru. Kemudian noda hitam pada kertas saring tersebut dihitung luasnya
menggunakan plastik milimeter. Penghitungan luas eksudat ini dilakukan setiap
hari sampai WBC mati.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat resistensi kultivar padi beras merah terhadap wereng batang coklat
Berdasarkan nilai tingkat resistensi tanaman yang dikemukakan oleh IRRI
(1980), tingkat resistensi kultivar padi beras merah pada percobaan ini dapat
dilihat pada Tabel 2. Hasil percobaan menunjukan bahwa kultivar beras merah
yang tahan dan agak tahan terhadap WBC adalah sebanyak tujuh kultivar,
sedangkan yang agak rentan adalah dua kultivar. Varietas IR-42 termasuk katagori
sangat rentan.
Tabel 2. Tingkat resistensi beberapa kultivar padi beras merah terhadap wereng batang coklat.
Perlakuan/ Kultivar Nilai Tingkat Resistensi
T : Varietas IR 42 (pembanding peka) 9,00 Rentan (R)J : Beras merah jorong mudiak simpang 6,20 Agak Rentan (AR)O : Beras Hitam, Kabupaten Solok 6,20 Agak Rentan (AR)B : Padi ladang merah, Kabupaten Solok 5,40 Agak Tahan (AT)D : Beras Merah Pido Manggih 5,40 Agak Tahan (AT)E : Beras Merah (Sikatujuik) Muaro Kiawai 4,60 Agak Tahan (AT)
Q : Silela Turun Daun Kabupaten Pasaman 4,60 Agak Tahan (AT)R : Sikarojuik Kabupaten Pasaman 4,60 Agak Tahan (AT)A : Beras Merah Nagari Lolo 4,20 Agak Tahan (AT)H : Beras Merah teluk embun Cubadak 4,20 Agak Tahan (AT)M : Siarang Putih Kekuningan Gunung Pasir 4,20 Agak Tahan (AT)K : Beras Hitam Siarang 3,80 Tahan (T)S : Beras Merah Kabupaten Pesisir Selatan 3,80 Tahan (T)C : Beras Merah Talang Babungo 3,40 Tahan (T)N : Beras Hitam Sariak Alam Tigo 3,40 Tahan (T)F : Beras Merah Sungai Abu 3,00 Tahan (T)I : Beras Merah Siarang 3,00 Tahan (T)
P : Capacino Kabupaten Pasaman 3,00 Tahan (T)
7
Lama hidup nimfa wereng batang cokelat pada beberapa kultivar padi beras merah.
Lama hidup nimfa wereng batang coklat pada beberapa kultivar padi beras
merah berbeda tidak nyata (Tabel 3). Lama hidup nimfa wereng batang coklat
terlama terdapat pada varietas pembanding IR-42 (T), diikuti oleh kultivar siarang
putih kekuningan (M), beras merah pido manggih muaro kiawai (D), dan beras
merah nagari lolo (A). Lama hidup nimfa wereng batang cokelat yang terpendek
terdapat pada pada kultivar sarik alang tigo (N) dan kultivar siarang Gunung Pasir
(I).
Tabel 3. Rata-rata lama hidup nimfa wereng batang coklat pada beberapa kultivar padi beras merah.
Perlakuan/ Kultivar Lama hidup Nimfa (Hari)
T : IR-42 (varietas pembanding) 11,76 AM : Siarang Putih Kekuningan Gunung Pasir
11,40 AD : Beras Merah Pido Manggih Muaro Kiawai 11,20 AA : Beras Merah Nagari Lolo 10,62 ABQ : Silela Turun Daun Kabupaten Pasaman 10,12 ABCO : Beras Hitam Kabupaten Solok 9,61 ABCDC : Beras Merah Talang Babungo 8,32 ABCDE : Beras Merah (Sikatujuik) Muaro Kiawai 7,91 ABCDF : Beras Merah Sungai Abu 7,82 ABCD S : Beras Merah Kabupaten Pesisir Selatan 6,88 ABCD R : Sikarojuik Kabupaten Pasaman 6,67 ABCDP : Capacino Kabupaten Pasaman 6,20 ABCDB : Beras Merah Tanah Garam 5,14 ABCDK : Beras Hitam Siarang
5,00 ABCDH : Beras Merah teluk embun Cubadak 4,20 ABCDJ : Beras Merah Mudiak Simpang 2,60 BCDI : Beras Merah Siarang Gunung Pasir 2,40 CDN : Beras Hitam Sariak Alam Tigo 1,72 D
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05)
Pengujian antibiosis wereng batang coklat pada beberapa kultivar padi beras
merah.
Hasil analisis sidik ragam luas eksudat yang dihasilkan oleh wereng batang
coklat yang diberi pakan beberapa kultivar padi beras merah berbeda nyata pada
taraf 5% (Lampiran 4.3). Setelah dilakukan uji lanjut dengan LSD pada taraf nyata
8
5%, terlihat eksudat yang dihasilkan wereng batang coklat terluas terjadi pada
kultivar Capacino Kabupaten Pasaman (P), sedangkan kultivar yang lainnya berbeda
tidak nyata. Luas eksudat yang terkecil dihasilkan WBC yang makan pada kultivar
Tanah Garam (B) dan pada varietas pembanding IR-42 (T) (Tabel 5).
Tabel 5. Rata-rata luas eksudat yang dihasilkan wereng batang coklat yang diberi pakan beberapa kultivar padi beras merah.
Perlakuan/KultivarLuas eksudat
(mm²)P : Capacino Kabupaten Pasaman 974,71 AR : Sikarojuik Kabupaten Pasaman 361,09 BN : Beras Hitam Sariak Alam Tigo 342,05 B
Q : Silela Turun Daun Kabupaten Pasaman 320,09 BD : Beras Merah Pido Manggih Muaro Kiawai 290,40 BH : Beras Merah teluk embun Cubadak 269,31 BM : Siarang Putih Kekuningan Gunung Pasir 184,02 BK : Beras Hitam Siarang 170,23 BJ : Beras Merah Bancah Laweh 159,82 BC : Beras Merah Talang Babungo 156,82 BE : Beras Merah (Sikatujuik) Muaro Kiawai 147,02 BS : Beras Merah Kabupaten Pesisir Selatan 141,68 BA : Beras Merah Nagari Lolo 130,43 BO : Beras Hitam Kabupaten Solok 112,97 BI : Beras Merah Siarang 77,54 BF : Beras Merah Sungai Abu 73,92 B
B : Pada ladang merah tanah garam, Kabupaten Pasaman 65,20 BT : IR 42 (varietas pembanding) 57,54 B
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05)
9
Pembahasan
Ketahanan tanaman padi terhadap wereng batang coklat dapat diukur
berdasarkan tingkat resitensi tanaman, lama hidup nimfa, dan luas eksudat yang
dihasilkan. Sifat-sifat ketahanan tanaman yang dapat mengurangi perkembangan
populasi serangga hama dan kemampuan tanaman untuk mengatasi serangan hama
analog dengan mekanisme ketahanan tanaman yang dikemukan oleh Painter (1951)
yaitu; antixenosis (preferensi dan non-preferensi), antibiosis, dan toleran. Untuk
percobaan ini pengujian ketahanan padi beras merah terhadap wereng batang coklat
biotipe 3 menggunakan uji antibiosis yaitu suatu mekanisme yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga jika makan pada tanaman
padi yang resisten.
Perbedaan ketahanan pada kultivar beras merah dapat disebabkan adanya
perbedaan senyawa kimia yang terkandung pada masing-masing kultivar tersebut.
Hal ini tentu saja perlu dilakukan percobaan lebih lanjut tentang kandungan senyawa
kimia pada masing-masing kultivar padi beras merah. Hasil yang diperoleh dari uji
tingkat resistensi kultivar padi beras merah ditemukan tujuh kultivar yang bersifat
tahan, delapan kultivar bersifat agak tahan dan dua kultivar bersifat agak rentan
(table 2). Tujuh kultivar yang tahan terhadap WBC biotipe 3 adalah beras hitam
siarang, beras merah kabupaten pesisir selatan, beras merah talang babungo, beras
hitam sariak alam tigo, beras merah sungai abu, beras merah siarang dan beras merah
capacino Kabupaten pasaman (Tabel 2).
Perbedaan ketahanan kultivar padi beras merah terhadap wereng batang coklat
diduga karena adanya mekanisme antibiosis yang salah satu unsur kandungan
senyawa kimia berupa toksin yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan serangga hama. Hal ini sejalan dengan pendapat Panda dan Heinrich
(1983) yang menyatakan bahwa ketahanan tanaman dapat berupa antibiosis yaitu
tanaman menghasilkan toksin yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
hama. Antibiosis sebenarnya merupakan ekspresi gen (fenotipe). Antibiosis yang
muncul pada tanaman resisten disebabkan tanaman menghasilkan senyawa kimia
beracun pada serangga. Senyawa racun diduga berupa protein atau protein spesifik
dalam produksinya. Sogowa dan Pathak (1970) melaporkan bahwa konsentrasi
aspargin lebih rendah pada tanaman padi yang tahan wereng batang coklat. Wereng
batang coklat yang dikurung pada varietas Mudgo yang memiliki konsentrasi
10
aspargin rendah akan mengalami kematian tinggi. Demikian juga Sodiq (2009)
menyatakan banyak jenis-jenis tanaman yang mengandung senyawa kimia dan
bekerja sebagai bahan penolak atau repellents bagi serangga. Senyawa kimia tersebut
pada umumnya terdiri dari berbagai macam alkaloida ataupun senyawa organik
lainnya.Tanaman yang mengandung zat-zat semacam ini biasanya memperlihatkan
derajat resistensi yang tinggi.
Pada pengamatan lama hidup nimfa menunjukkan bahwa kultivar sarik alam
tigo dan siarang gunung pasir mempunyai waktu yang paling singkat atau yang
paling rendah dibandingkan dengan kultivar yang lainnya. Kultivar ini dikategorikan
tahan terhadap wereng batang coklat (Tabel 2). Kultivar yang tahan terhadap wereng
batang coklat biotipe 3 kemungkinan mengandung senyawa kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga, sehingga mempengaruhi
proses makan serangga dan pada akhirnya mengakibatkan kematian pada serangga.
Painter (1951) yang menyatakan bahwa tanaman yang tahan mempunyai tingkat
antibiosis tinggi dan serangga makan pada tanaman tersebut dapat mengakibatkan;
mortalitas pada nimfa instar awal, laju pertumbuhan abnormal, keperidian dan
fekunditas rendah, serta siklus hidupnya menjadi pendek. Lebih lanjut Sodiq (2009)
menyatakan bahwa kematian serangga pada tanaman resisten sering terjadi pada
instar-instar pertama. Mungkin gejala ini paling umum, serta merupakan ciri-ciri
antibiosis yang paling mudah dilihat.