pengolahan limbah
-
Upload
amandamenda -
Category
Documents
-
view
21 -
download
4
description
Transcript of pengolahan limbah
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PADA INDUSTRI
PERIKANAN
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah
Sanitasi Industri Perikanan
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Dwi Setijawati, M.Kes
NIP. 19611022 198802 2 001
OLEH :
KELOMPOK 02/KELAS T06
Amanda 135080300111113
Hilmiah Dwi Yunika S 135080300111086
Erlian Miratul H 135080300111107
Samuel Septian STG 135080300111114
Rudolf S Ambarita 135080300111093
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Pujii Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
karunianya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan paper ini, sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas Sanitasi Industri Perikanan pada Prodi Teknologi
Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,
Malang.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak menemukan kesulitan
dan hambatan, utamanya kesempatan yang terbatas dan teknik-teknik penyusunan.
Tapi berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan-
kekurangan. Oleh itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini. Mudah-mudahan Allah
SWT. Memberikan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.
Malang, 20 Oktober 2015
Penyusun
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 2
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................................. 1
Daftar Isi ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3. Rumusan Tujuan .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 6
2.1. Definisi Limbah Industri Perikanan .................................................... 6
2.2. Karakteristik Limbah Cair Perikanan .................................................. 7
2.3. Sistem Pengolahan Limbah CairPada Industri .................................... 9
2.3.1. Pengolahan Fisik ........................................................................ 9
2.3.2. Pengolahan Biologi .................................................................... 9
2.4. Parameter Untuk Mengukur Kadar Bahan Pencemar .......................... 13
2.4.1. BOD (Biochemical Oxygent Demand) ...................................... 13
2.4.2. COD (Chemical Oxygent Demand) ........................................... 14
2.4.3. TSS (Total Suspended Solid) ..................................................... 14
2.4.4. MPN Coliform ............................................................................ 14
2.4.5. DO (Disolved Oxygen) .............................................................. 14
2.5.Mekanisme Pengolahan Biologis Limbah Cair Perikanan ...................... 16
2.5.1. Sistem Lumpur Aktif ................................................................... 16
2.5.2. Kolam Aerasi .............................................................................. 17
2.5.3. Sistem Trickling Filter ............................................................... 18
2.5.4. Rotating Bioloccal Contactor ..................................................... 18
2.6.Tujuan Pengolahan Limbah Cair Industri Perikanan .............................. 19
BAB III KESIMPULAN ............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam aktivitas industry dan manusia, selalu dihasilkan kenaikan entropi
(limbah), baik limbah cair, padat, gas, maupun bunyi yang mengganggu
keseimbangan ekologi dan atau merusak komponen lingkungan. Untuk
mengurangi dampak negative limbah industry terhadap kerusakan lingkungan
hidup pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket deregulasi, yaitu UU RI No.
23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, Kepmen LH No. 06
Tahun 2007, Kepmen LH No. 142 Tahun 2003, serta Kepmen LH No. 82 Tahun
2001. Salah satu jenis industry yang menghasilkan limbah cair cukup besar dan
berdampak negative luas terhadap kualitas air permukaan, air tanah, kualitas
udara, serta kehidupam biota air adalah industry pengolahan hasil perikanan. Oleh
karena itu diperlukan tanggung jawab dan peran serta untuk menindaklanjuti
permasalahn limbah tersebut (Sahubawa, 2011).
Rendahnya tingkat pemahaman IPAL dan sistem manajemen limbah
menyebabkan sulitnya untuk mengelola limbah yang ada, sehingga hamper di
seluruh industry perikanan utamanya di wilayah Muncar, langsung membuang
limbah ke saluran umum. Pembunangan limbah secara langsung tanpa pengolahan
ini menyebabkan tingginya tingkat pencemaran lingkungan di sekitar lokasi
(Setyono dan Yudo, 2008).
Sebagaimana halnya industri-industni yang lain, industri perikanan dalam
operasionatnya akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan yaitu produk akhir
dan maten yang tidak diinginkan yang akan dibuang ataupun masih dapat diolah
kembali yang disebut limbah. Limbah menipakan konsekuensi logis dan pendirian
suatu industry walaupun tidak semua indusni mcnghasilkan limbah. Bila limbah
yang mengandung senyawa kimia tertentu yang berbahaya dan beracun dilepaskan
ke lingkungan, maka hal itu akan mengakibatkan pcncemaran. baik di sungai.
Tanah maupun udara. Limbah scbagai buangan industni dikelompokan mcnjadi
dua yaitu lirnbah padat dan limbah cair. Limbah padat meliputi kepala udang atau
ikan, cangkang atau kulit udang, tulang ikan. jeroan ¡kan, dan lain sebagiunya,
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 4
Dcwasa ¡ni sudah cukup banyak penelitiari yang mencoba mcmanfaatkan limbah
padat untuk dijadikan suatu produk yang memiliki nilai ekonomis seperti
ekstraksi khitin dan khitoan dan kulit udang, pembuatan tepung dan tulang ikan,
ckstraksi asam lemak omcga-3 dan mata ikan dan Lain sebagainya. Limbah cair
dapat berasal daii air pencuci. air pcmbersih pcralatan, leiehan es, yang beasal dari
proses produkai. Limbah cair ini mengandung bahan organic yang dapat
mengkontaminasi organisme dan lingkungannya baik dalan, bentuk larutan,
koloid maupun bentuk pailikulcr lainnya. Efek yang ditimbulkan ,.oleh limbah
cair ini tidak dapat digeneralisasikan karena pengaruhnya terhadap lingkungan
sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan-bahan organik yang terkandung di
dalamnya. kuantitas limbah cair yang dibuang ke alam, dan kapasitas pcmbauran
dari pcrairan yang menerimanya. Limbah cair yang tidak tcrtangani dengan baik
berpotensi besar untuk menimbulkan efek negatif bagi Iingkungan. Karena ¡tu,
setiap industri wajib memiliki instalasi yang mcngolah air limbah sebelum
dibuang ke alam. Schingga dampak yang mungkin ditimbulkan okh limbah cair
rersebut dapat ditekan scminimal mungkin (Sjafei, 2002).
Pengolahan limbah merupakan salah satu proses penting yang harus
direncanakan dan dilaksanakan dalam industri pengolahan pangan dengan tujuan
untuk memperkecil bahkan meniadakan efek negatif limbah tersebut terhadap
lingkungan sekitar (Natalia, 2010).
1.2. Rumusan Tujuan
Tentang apa yang menjadi penjelasan di atas, maka akan di rumuskan
beberapa permasalahan yang di tuangkan dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan limbah industry perikanan?
1.2.2. Apa saja karakteristik dari Limbah Cair Perikanan?
1.2.3. Bagaimana sistem pengelolaan limbah cair pada industry?
1.2.4. Parameter apa saja yang digunakan untuk mengukur kadar bahan
pencemar?
1.2.5. Bagaimana mekanisme pengolahan Biologis Limbah Cair Perikanan?
1.2.6. Apa saja tujuan pengolahan Limbah Cair Industri?
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 5
1.3. Rumusan Tujuan
Adapun tujuan karya ilmiah ini diantaranya adalah untuk mengetahui,
mengidentifikasi, dan menganalisis:
1.3.1. Definisi Limbah industry perikanan
1.3.2. Karakteristik Limbah cair perikanan
1.3.3. Sistem pengelolaan limbah cair pada industry
1.3.4. Parameter untuk mengukur kadar bahan pencemar
1.3.5. Mekanisme pengolahan biologis limbah cair perikanan
1.3.6. Tujuan pengolahan limbah cair industry
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Limbah Industri Perikanan
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
suatu sumber aktivitas manusia maupun proses alam dan belum mempunyai nilai
ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif karena penanganan
untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup besar
disamping dapat mencemari lingkungan. Penanganan limbah yang kurang baik
merupakan masalah di dalam usaha industri termasuk industri perikanan
yang menghasilkan limbah pada usaha penangkapan, penanganan, pengangkutan,
distribusi, dan pemasaran. Limbah sebagai buangan industri perikanan
dikelompokkan menjadi tiga macam berasarkan wujudnya yaitu limbah cair,
limbah padat, dan limbah gas (Ramadhan, et.al, 2014).
Limbah cair adalah bahanbahan pencemar berbentuk cair. Air limbah
adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan
industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga
merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan.
Limbah cair yang dihasikan oleh industri pengolahan ikan mempunyai pH
mendekati 7 (netral), yang disebabkan oleh adanya dekomposisi bahanbahan
yang mengandung protein dan banyaknya senyawa senyawa amonia. Kandungan
limbah cair industri perikanan tergantung pada derajat kontaminasi dan juga
mutu air yang digunakan untuk proses (Heriyanto, 2006).
Limbah cair memiliki sifat dan kandungan kimiawi yang berbeda sesuai
dengan asalnya. Oleh karena itu, harus dipilih teknik pengolahan limbah cair
yang efisien dan efektif sesuai dengan karakteristik limbah tersebut. Limbah cair
yang telah diolah dan akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi standar mutu
air limbah yang ditentukan oleh pemerintah. Persyaratan limbah cair berdasarkan
SK Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 7
2.2. Karakteristik Limbah Cair Perikanan
Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang
tinggi. Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat
tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah. Menurut
River et al.,(1998) jumlah debit air limbah pada efluen umumnya berasal dari
proses pengolahan dan pencucian. Setiap operasi pengolahan ikan akan
menghasilkan cairan dari pemotongan, pencucian, dan pengolahan produk. Cairan
ini mengandung darah dan potongan-potongan kecil ikan dan kulit, isi perut,
kondensat dari operasi pemasakan, dan air pendinginan dari kondensor.
Selanjutnya River et al., (1998) menyatakan bahwa bagian terbesar kontribusi
beban organik pada limbah perikanan berasal dari industri pengalengan dengan
beban COD 37,56 kg/m3 disusul oleh industri pengolahan fillet ikan salmon
yang menghasilkan beban limbah 1,46 kg COD/m3. Kemudian industri krustasea
dengan beban COD yang kecil. Perbandingan beban organik yang
disumbangkan oleh industri pengalengan, pemfiletan salmon dan krustasea
adalah 74,3%, 21,6% dan 4,1%. Peneliti yang lain juga melaporkan hal
yang sama dengan indikator beban encemar organik yang lain yang berasal dari
industri pengolahan perikanan.
Limbah cair industry pangan merniliki karak-teristik yang berbeda
tergantung pada jenis komoditi yang digunakan dan jenis produk yang dihasilkan
serta jenis proses produksi yang dilakukan. Namun secara umum kuantitasnya
besar dan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Pada limbah industri
pangan jarang ditemukan bahan beracun ataupun logarn berat. Sehingga analisis
lebih banyak dipusatkan pada unsur-unsur alam pH, BOD, COD, TSS, kadar
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 8
minyak dan bakteri koliform. Karakteristik limbab cair dari berbagai jenis industri
hasil perikanan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. beban Limbah Cair Dari Beberapa Jenis Operasi Pengolahan Ikan
.
Limbah cair yang dihasilkan dari industry pengolahan hasil perikanan
mengandung banyak protein dan lemak, akibatnya nilai BOD dan TSS nya cukup
tinggi. Kadarnya berbeda-beda tergantung jenis industry sebab dalam industry
manapun terdapat perbedaan yang dipengaruhi oleh tingkat produksi, jenis bahan
mentah, kesegaran dan jenis produk akhir yang dihasilkan (Gonzales, 1996).
Pengamatan sampel limbah cair dilakukan analisis proksimat yaitu protein dan
lemak. Parameter lainnya yaitu kualitas air meliputi pH, suhu, ammonia, COD,
dan BOD.
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 9
2.3. Sistem Pengelolaan Limbah Cair pada Industri
Menurut Daryanto (1995), pengolahan air limbah dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, biologi, yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
2.3.1. Pengolahan Fisik
Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut
(bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung
padatan, sehingga menggunakan metode ini untuk pimisahan. Pada
umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan
diinginkan agar bahanbahan tersuspensi berukuran besar dan mudah
mengendap atau bahanbahan yang mengapung mudah disisihkan terlebih
dahulu. Proses floatasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya
(Tjokrokusumo, 1995).
2.3.2. Pengolahan Kimia
Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang
menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air
limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah
yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam
pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan
flokulasi. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikelpartikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logamlogam berat, senyawa phospor dan zat organik beracun, dengan
membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan secara
kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi
mahal karena memerlukan bahan kimia (Tjokrokusumo, 1995).
2.3.3. Pengolahan Biologi
Pengolahan air limbah secara biologis, antara lain bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan
bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas guna
menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga
dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan memakai berbagai
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 10
jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan sistem
saringan anaerobik, media filter ditempatkan dalam suatu bak atau tangki
dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah bawah ke atas (Laksmi dan
Rahayu, 1993).
Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat
dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan biologis atau gabungan ketiga sistem
pengolahan tersebut. Berdasarkan sistem unit operasinya teknologi pengolahan
limbah diklasifikasikan menjadi unit operasi fisik, unit operasi kimia dan unit
operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari tingkatan perlakuan pengolahan maka
sistem pengolahan limbah diklasifikasi menjadi : Pre treatment, Primary
treatment system, Secondary treatment system, Tertiary treatment system. Setiap
tingkatan treatment terdiri pula atas sub-sub treatment yang satu dengan yang
laain berbeda.
a. Pre Treatment
Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar,
mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak dan proses
menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat
dalam pengolahan pendahuluan adalah :
Saringan (bar screen)
Pencacah (communitor)
Bak penangkap pasir (grit chamber)
Penangkap lemak dan minyak (skimmer and grease trap)
Bak penyetaraan (equlization basin)
b. Primary Treatment
Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan
padatan tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses
pengendapan partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia
biasanya ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan
pengurangan padatan tersuspensi. Dalam unit ini pengurangan BOD dapat
mencapai 35% sedangkan suspended solid berkurang sampai 60%. Pengurangan
BOD dan padatan pada tahap awal ini selanjutnya akan membantu mengurangi
beban pengolahan tahap kedua.
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 11
c. Secondary Treatment
Pengolahan kedua ini mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan-
bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Pada proses ini
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat
kekotoran, jenis kotoran yang ada dan sebagainya reaktor pengolahan lumpur
aktif (activated sludge) dan saringan penjernihan biasanya dipergunakan dalam
tahap ini. Pada proses penggunaan lumpur aktif, maka air limbah yang telah lama
ditambahkan pada tangki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah
bakteri secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik
berjalan lebih cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal sebagai MLSS (Mizeed
Liquiour Suspended Solid), dalam proses biologis ada dua hal yang penting yaitu:
Proses Penambahan Oksigen
Pengambilan zat pencemar yang terkandung di dalam air limbah merupakan
tujuan pengolahan air limbah. Penambahan oksigen adalah salah satu usaha dari
pengambilan zat pencemar tersebut sehingga konsentrasi zat pencemar akan
berkurang atau bahkan dihilangkan sama sekali. Zat yang diambil dapat berupa
gas, cairan ion, koloid, atau bahan tercampur.
Pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor
Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalam air
limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk
menguraikan bahanbahan organik tersebut. Bakteri yang digunakan ini
memerlukan bahan makanan, yaitu lumpur. Untuk penambahan bahan makanan
agar persediaan makan lebih banyak maka digunakan lumpur. Lumpur yang
digunakan untuk penambahan makanan ini disebut lumpur aktif (activated
sludge). Pemberian lumpur aktif ini dilakukan sebelum memasuki bak aerasi
dengan mengambil lumpur dari bak pengendapan kedua atau dari bak
pengendapan akhir (final sedimentation tank).
d. Tertiary Treatment
Pengolahan ini adalah lanjutan dari pengolahan terdahulu, pengolahan jenis
ini baru akan dipergunakan apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih
banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya bagi masyarakat umum.
Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 12
kandungan zat terbanyak dalam air limbah, biasanya dilaksanakan pada pabrik
yang menghasilkan air limbah yang khusus pula. Beberapa jenis pengolahan yang
sering dipergunakan antara lain :
Saringan pasir
Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari air
limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Saringan pasir ini ada 2
jenis yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat.
Saringan multimedia
Penyaring dengan multimedia ini dengan menggunakan saringan yang berbeda
granulanya, misalnya : 0,5 meter antrasit dengan diameter 1 milimeter pada
bagian atas 0,3 meter pasir silika dengan diameter 0,5 m. Satu set penyaring
menghasilkan 2,7 - 5,4 liter/meter kubik perdetik.
Micro Staining
Saringan micro staining terdiri dari bahan drum yang diputar, sedangkan drum
itu dibungkus ayakan bahan stainless steel. Pada penggunaannya drum diputar
dengan 2/3 bagian dari drum terendam di dalam air limbah sehingga air yang
cukup jernih dapat masuk ke dalam drum sedangkan lumpur tertahan pada
ayakan pembungkusnya dan melekat sehingga ikut terangkat ke atas pada waktu
berputar.
Vaccum Filter
Saringan ini terdiri dari drum horizontal yang dilapisi dengan filter medium
atau spiral, kemudian diputar dalam campuran lumpur dan limbah dengan ¼
bagian dari drum terendam larutan.
Penyerapan
Penyerapan secara umum adalah proses pengumpulan benda-benda terlarut
yang terdapat dalam antara dua permukaan.
Pengurangan besi dan mangan
Keberadaan ferric dan manganic larutan dapat berbentuk dengan adanya pabrik
tenun, kertas dan proindustri. Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air dengan
melakukan oksidasi menjadi Fe (OH)3 dan MnO2 yang tidak larut dalam air,
kemudian diikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Oksidator utama adalah
molekul-molekul oksigen dari udara, klosin atau KmnO4 .
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 13
Osmosis bolak-balik
Osmosis bolak-balik adalah satu diantara sekian banyak teknik pengurangan
bahan mineral yang diterapkan untuk memproduksi air yang siap dipergunakan
lagi.
Pembunuhan bakteri (desinfektan)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah.
Pengolahan lanjut (ultimate disposal)
Dari setiap tahap pengolahan air limbah maka hasilnya adalah berupa lumpur
yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat
digunakan kembali untuk keperluan kehidupan misalnya untuk menimbun
lubang.
Tingkat penurunan pencemaran setelah proses pengolahan limbah, dapat
ditunjukkan oleh nilai parameter air limbah dalam bioreaktor. Berkurangnya zat-
zat organik sebagai akibat dari proses biodegradasi dalam limbah, akan
menurunkan nilai. Jika pada limbah terdapat banyak senyawa organik dan
kemampuan degradasi jamur rendah, maka nilai COD akan lebih tinggi.
Sebaliknya, jika kemampuan degradasi jamur tinggi, maka nilai COD akan lebih
rendah. Proses biodegradasi bahan organik akan menurunkan kadar TSS dan
TDS.
2.4. Parameter untuk mengukur kadar bahan pencemar
Menurut Rahmawati dan Azizah (2005), parameter yang digunakan untuk
mengukur kadar bahan pencemar antara lain :
2.4.1. BOD (Biochemical Oxygent Demand )
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan
untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis.
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 14
2.4.2. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (mg O 2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana
pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)
2.4.3. TSS (Total Suspended Solid)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membrane berukuran 0,45
mikron (Sugiharto, 1987). Penentuan zat padat tersuspensi ( TSS) berguna
untuk mengetahui ke kuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga
berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air (BAPPEDA, 1997).
2.4.4. MPN Coliform
Untuk mengetahui jumlah Coliform didalam contoh biasanya
digunakan metode MPN (Most Probable Number ) dengan cara fermentasi
tabung ganda . Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode hitun gan
cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform dalam jumlah yang
sangat rendah di dalam contoh.
2.4.5. DO (Disolved Oxygen)
Menurut Nemerow (1991), nilai DO merupakan unsur pokok yang
paling sering digunakan untuk mengamati pengaruh polusi organik pada suatu
perairan. Parameter ini sendiri terkadang memberikan hasil pemeriksaan yang
cukup mewakili kondisi aktual. Lee et al. (1978) dalam Bapedalda Propinsi
Lampung (2003), membedakan kualitas air berdasarkan kandungan oksigen
yang terlarut dalam air seperti terlihat pada Tabel 1.3.
Table 1.3 Kualitas Air dan Klasifikasi Derajat Pencemaran Menurut Kriteria DO
Menurut Rahmawati dan Azizah (2005), prosedur pemeriksaan BOD,
COD, TSS, dan MPN Coliform adalah sebagai berikut:
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 15
a. Pemeriksaan Biologcal Oxygen Demand (BOD)
Metode Pemeriksaan : Winkler (Titrasi di Laboratorium).
Prinsip analisis : Pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi
oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik
memerlukan waktu ± 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi
tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BO D
berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, mula -mula diukur DO nol
dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20 °C atau 3 hari
pada suhu 25°C–27°C diukur lagi DO air tersebut. Perbedaan DO air tersebut
yang dianggap sebagai konsu msi oksigen untuk proses biokimia akan selesai
dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses biokimia akan
selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai.
b. Pemeriksaan Chemical Oksigen Demand(COD)
Metode Pemeriksaan : tanpa refluks (Titrasi di Laboratorium)
Prinsip Analisis:
Pemeriksaan parameter COD ini menggunakan oksidator potassium
dikromat yang berkadar asam tinggi da n dipertahankan pada temperatur
tertentu. Penambahan oksidator ini menjadikan proses oksidasi bahan organik
menjadi air dan CO2, setelah pemanasan maka sisa dikromat diukur.
Pengukuran ini dengan jalan titrasi, oksigen yang ekifalen dengan dikromat
inilah yang menyatakan COD dalam satuan ppm.
c. Pemeriksaan Total Suspended Solid (TSS)
Metode : Gravimetri
Prinsip Analisa
Total Suspended Solid adalah semua zat terlarut dalam air yang tertahan
membran saring yang berukuran 0,45 mikron. Kemudian dikeringkan dalam
oven pada temperatur 103°C –105°C, hingga diperoleh berat tetap. Partikel
yang sama besar, part ikel yang mengapung dan zat-zat yang menggumpal yang
tidak tercampur dalam air, terlebih dahulu dipisahkan sebelum pengujian.
d. Penentuan Jumlah MPN Coliform
Prinsip Kerja : Aseptis
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 16
Dasar Teori :
Pemeriksaan bakteriologis air bersih ditujukan untuk meliha t adanya
kemungkinan pencemaran oleh kotoran maupun tinja. Bakteri yang termasuk
jenis coliform antara lain Eschericia coli, Aerobacter aerogenes, dan Eschericia
freundii . Sifat bakteri golongan coliform adalah berbentuk batang, tidak
dapat membentuk spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif,
dan dapat meragikan laktosa dengan membentuk gas.
2.5. Mekanisme pengolahan Biologis Limbah Cair Perikanan
Pengolahan biologis limbah cair perikanan secara aerobik dapat
dilakukan dengan sistem sebagai berikut: sistem lumpur aktif, kolam aerasi, dan
sistem media pertumbuhan (trickling filter dan rotating biolocal contactor).
2.5.1. Sistem Lumpur Aktif
Pada dasarnya sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama, yaitu
bioreaktor (tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif,
limbah cair dan biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan
diaerasi. Pada umumnya, aerasi ini juga berfungsi sebagai sarana pengadukan
suspensi tersebut. Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian dialirkan ke
tangki sedimentasi~ dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah diolah.
Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan ke bioreaktor, dan air yang
telah terolah dibuang ke lingkungan (DepIndustri, 2007).
Pada semua sistem lumpur aktif, pengadukan memegang peranan
yang penting dalam menjaga keseragaman dan kestabilan kelarutan bahan
organik, oksigen dan mencegah pengendapan lumpur aktif. Pada industri
perikanan gangguan kestabilan terjadi pada saat puncak konsentrasi organik
dan aliran tertinggi dalam influen. Penyisihan bahan organik pada sistem
ini bisa mencapai 85 – 95% (Gonzales, 1996).
Kelebihan dan Kekurangan. Sistem lumpur aktif dapat diterapkan untuk
hampir semua jenis limbah cair industri pangan, baik untuk oksidasi karbon,
nitrifikasi, denitrifikasi, maupun eliminasi fosfor secara biologis. Kendala yang
mungkin dihadapi oleh dalam pengolahan limbah cair industripangan dengan
sistem ini kemungkinan adalah besarnya biaya investasi maupun biaya operasi,
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 17
karena sistem ini memerlukan peralatan mekanis seperti pompa dan blower.
Biaya operasi umumnya berkaitan dengan pemakaian energi listrik (DepIndustri,
2007).
2.5.2. Kolam Aerasi
Kolam aerasi saat ini paling banyak diterapkan oleh industri perikanan,
karena paling sederhana dan dianggap murah. Akan tetapi kualitas limbah yang
dihasilkan tidak menjamin sesuai dengan baku mutu yang ditentukan dan
sulit untuk dikendalikan (Ibrahim, 2005).
Dalam memilih teknologi aerobik yang akan digunakan tergantung
beberapa aspek, yaitu luas lahan yang tersedia, kemampuan beroperasi
berkala (intermitten) dengan pertimbangan bahwa industri perikanan
beroperasi secara musiman, kemampuan dan ketrampilan SDM, dan biaya
(termasuk biaya investasi dan biaya operasi (Ibrahim, 2005).
Berbagai jenis mikroorganisme berperan dalam proses perombakan, tidak
terbatas mikroorganisme aerobik, tetapi juga mikroorganisme anaerbik.
Organisme heterotrof aerobik dan aerobik berperan dalam proses konversi bahan
organik; organisme autotrof (fitoplankton, alga, tanaman air) mengambil bahan-
bahan anorganik (nitrat dan fosfat) melalui proses fotosintetsis (Gambar 1).
Karena lamanya waktu tinggal limbah cair, maka organisme dengan waktu
generasi tinggi (zooplankton, larva insekta, kutu air, ikan kecil) juga dapat
tumbuh dan berkembang dalam sistem kolam.Organisme tersebut hidup aktif di
dalam air atau pada dasar kolam. Komposisi organisme sangat tergantung pada
temperatur, suplai oksigen, sinar matahari, jenis dan konsentrasi substrat
(DepIndustri, 2007).
Gambar 1. Mekanisme Perombakan Bahan Organik dalam Sistem Kolam
(Loehr, 1974).
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 18
Kelebihan dan Kekurangan. Sistem kolam merupakan sistem pengolahan
limbah cair sederhana yang tidak memerlukan peralatan mekanis, mudah
dioperasikan dan tidak memerlukan biaya tinggi. Kekurangan sistem ini adalah
sangat tergantung pada cuaca, dan memerlukan lahan luas, serta berpotensi
menimbulkan bau busuk terutama pada malam hari dimanasuplai oksigen tidak
mencukupi untuk proses aerobik. Selain itu, kolam juga dapat digunakan sebagai
tempat berkembang biak nyamuk (DepIndustri, 2007).
2.5.3. Sistem Trickling Filter
Trickling filter terdiri atastumpukan media padat dengan kedalaman
sekitar 2 m, umumnya berbentuk silinder. Limbah cair disebarkan ke permukaan
media bagianatas dengan lengan distributot berputar, dan air kemudian mengalir
(menetes) ke bawah melalui lapisan media. Polutan dalam limbah cair yang
mengalir melalui permukaan media padat akan terabsorps oleh miikrooreanisme
yang tumbuh dan berkembang pada permukaan media padat tersebut. Setelah
mencapai ketebalan tertentu, biasanya lapisan biomassa ini terbawa aliran limbah
cair ke bagian bawah. Limbah cair di bagian bawah dialirkan ke tangki
sedimentasi untuk memisahkan blomassa. Resirkulasi dari tangki sedimentasi
diperlukan untuk meningkatkan efislensi (DepIndustri, 2007).
Kelebihan dan Kekurangan. Sistem trickling filter sesuai untuk
pengolahan limbah cair dengan relatif kecil, baik untuk tujuan oksidasi karbon
maupun nitrifikasi. Desain dan operasi trickling filter cukup sederhana, tetapi
sistem ini memerlukan klarifier primer, klarifier sekunder, serta memerlukan
resirkulasi efluen. Terdapat potensi terjadinya penyumbatan pada media filter
oleh benda berukuran besar (seperti plastik, ranting, daun, kayu), terutama jika
sistem tidak dilengkapi fasilitas penyaringan kasar (DepIndustri, 2007).
2.5.4. Rotating Biolocal Contactor
Sistem RBC terdiri atas deretan cakram yang dipasang pada as horisontal
dengan jarak sekitar 4 cm. Contoh RBC dapat dilihat pada Gambar 6. Sebagian
dari cakram tercelup dalam limbah cair, dan sebagian lagi kontak dengan
udara.Pada saat as diputar, permukaan cakram secara bergantian kontak dengan
limbah cair dan kemudian kontak dengan udara. Akibatnya, mikroorganisme
tumbuh pada permukaan cakram sebagai lapisan biologis (biomasa), dan
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 19
mengabsorpsi bahan organik dalam limbah cair (DepIndustri, 2007).
Departemen Industri. 2007. Pengelolaan Limbah Industri Pangan.
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah. Jakarta.
Gambar 2. Skema Proses Sistem RBC
2.6. Tujuan pengolahan Limbah Cair Industri Perikanan
Menurut Pandia (1995), pengolahan limbah cair industri mempunyai tujuan,
yaitu:
2.6.1. Penghilangan bahan tersuspensi dan terapung
2.6.2. Penghilangan organisme pathogen
2.6.3. Pengolahan bahan organik yang terbiodegradasi
2.6.4. Peningkatan pengertian tentang dampak pembuangan limbah yang tidak
diolah atau sebagian diolah terhadap lingkungan.
2.6.5. Peningkatan pengetahuan dan pemikiran tentang efek jangka panjang yang
mungkin akan ditimbulkan oleh komponen tertentu dalam limbah yang
dibuang ke badan air.
2.6.6. Peningkatan kepedulian nasional untuk perlindungan lingkungan.
2.6.7. Pengembangan berbagai metoda yang sesuai untuk pengolahan limbah.
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 20
DAFTAR PUSTAKA
Bapedalda Propinsi Lampung. 2003. Laporan Akhir Penyusunan Teknis
Desain Pengelolaan Limbah Terpadu Teluk Lampung. (tidak
dipublikasikan).
Daryanto. 1995. Ekologi dan Sumber Daya alam. Tarsito. Bandung.
Gonzales. 1996. Wastewater Treatment in Fisheries Industry. FAO Fishery
Technical Paper 335. Rome.
Heriyanto. 2006. Pengaruh rasio COD/TKN pada proses denitrifikasi limbah
cair industry perikanan dengan lumpur aktif. [skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ibrahim, B. 2005. Kaji Ulang Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Hasil
Perikanan Secara Biologis dengan Lumpur Aktif. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan. Vol. VIII No. 1 Tahun 2005.
Laksmi, J. dan Rahayu,W., 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius.
Jakarta.
Loehr, R.C. 1974. Agricultural Waste Management. Academic Press, New York.
Natalia, D. 2010. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Pembekuan Fillet Ikan Kakap
Merah. Makalah Komprehensif. Surabaya: Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya.
Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary, and Ocean Pollution. Second
Edition. Van Nostrand Reinhold. New York.
Rahmawati, A.A., dan Azizah, R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan
MPN Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di
RSUD Nganjuk. Jurnal Kesehatan dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1. Juli
2005:97-110.
Ramadhan, Z., Brigitta, L.P., Theodora, L., Yusuf, K.M., Rinto, F.H., Fitria, M.,
Restu, Y., Rizky, W.P., dan Ulfa, K.N. 2014. Makalah Kunjungan
Praktikum Manajemen Limbah Industri Perikanan Pengolahan Limbah Cair
dan Padat di Industri Pengolaha Ikan “Fresh Fish”. Yogyakarta: UGM
SEMANGAT BERJUANG 2015
SANITASI T06/KELOMPOK 2-PENGOLAHAN LIMBAH Page 21
River, L; E. Aspe; M. Roeckel dan M. C. Marti. 1998. evaluation of
clean technology process in the marine product processing industry. J.
Chem. Technol. Biotechnol., 73, 217-226.
Sahubawa, L. 2011. Analisis dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Pabrik
Pengalengan Ikan. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 18, No. 1, Maret
2011:9-18.
Setiyono dan Yudo, S. 2008. Potensi Pencemaran dari Limbah Cair Industri
Pengolahan Ikan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. JAI Vol.
4, No. 2.
Sjafei, A. 2002. Studi Mengenai Karakteristik dan Proses Pengolahan Limbah
Cair Industri Hasil Perikanan. [SKRIPSI]. Bogor: IPB.
Tjokrokusumo. 1995. Pengantara Konsep Teknologi Bersih. Sekolah Tinggi
Teknik Lingkungan YLH. Yogyakarta