makalah pengolahan limbah

38
PERISTILAHAN/ GLOSSARY Bahan organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbohidrat, protein, lemak. Bahan organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh mikroorganisme. BOD 5 (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali. Waktu yang diperlukan 5 hari pada suhu 200 C. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau milligram per liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi. Efluen adalah air buangan. Limbah adalah bahan yang terbuang. Limbah pertanian adalah bahan-bahan yang dibuang di sektor pertanian. Lumpur adalah jumlah endapan yang tersisa setelah Mengalami penguapan pada suhu 1030 C-1050 C dari suatu air limbah. Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor

description

pengolahan limbah

Transcript of makalah pengolahan limbah

Page 1: makalah pengolahan limbah

PERISTILAHAN/ GLOSSARY

Bahan organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian daribinatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalahkarbohidrat, protein, lemak. Bahan organik ini mudah sekalimengalami pembusukan oleh mikroorganisme.

BOD 5 (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalamppm atau milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikanbenda organik oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernihkembali. Waktu yang diperlukan 5 hari pada suhu 200 C.

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppmatau milligram per liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untukmenguraikan benda organik secara kimiawi.Efluen adalah air buangan.

Limbah adalah bahan yang terbuang.Limbah pertanian adalah bahan-bahan yang dibuang di sektor pertanian.Lumpur adalah jumlah endapan yang tersisa setelah Mengalami penguapan pada suhu 1030 C-1050 C dari suatu air limbah.

Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektorpertanian,misalnya sabut dan tempurung kelapa,jerami dan dedak padi, kulit,tulang pada ternak potong serta jeroan & darah pada ikan.Secara garis besar limbah pertanian itu dibagi ke dalam limbah pra dan Saat panen serta limbah pasca panen. Limbah pasca panen juga bisa terBagi dalam kelompok limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah ataulimbah industri pertanian.            Pengertian limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yangterkumpul sebelum atau sementara hasil utamanya diambil. Sebagai contohdaun, ranting, atau daun yang gugur sengaja atau tidak biasanyadikumpulkan sebagai sampah dan ditangani umumnya hanya dibakar saja.Kotoran ternak umumnya hanya dijadikan pupuk kandang saja walaupunsebenarnya masih bisa diolah menjadi bahan bakar langsung, difermentasimenjadi gas bio, media atau campuran media jamur, campuran makanan

Page 2: makalah pengolahan limbah

ternak lainnya (seperti misalnya pada peternakan sistem longyam ataupeternakan di atas kolam ikan).Limbah pertanian saat panen cukup banyak berlimpah. Golongan tanamanserealia misalnya yang populer di Indonesia antara lain padi, jagung, danmungkin sorgum.Sisa potongan bagian bawah jerami padi yang termasuk akar tanaman padibelum digunakan dengan baik, selain bagian ini dirasakan kurang efisienkalau diambil, juga bisa dikembalikan untuk kesuburan tanah. Sawahdirendam ,lalu dibajak sehingga sisa tanaman padi ini masuk ke dalam tanahdan dibiarkan membusuk. Potongan atasnya setelah diambil gagang danbulir padinya daun dan sebagian batangnya dibakar, dibuat atap, ataudibenamkan ke dalam lumpur untuk pupuk. Daun dan batang atau jeramipadi dapat difermentasikan atau dibuat silase jadi pakan ternak ruminansia.Panen jagung menyisakan batang dan daun yang mengering. Sering sisabatang dan daun ini cukup dibakar saja. Demikian juga halnya pada panensorgum, sisa tanaman jarang dimanfaatkan lebih optimal. Beberapa peternakdapat membuat silase yang terkadang ditambahkan tetes tebu.Hampir semua tanaman setahun masih menyisakan sisa tanaman yangsampai sejauh ini hanya dibuang atau dibakar atau dimanfaatkan sebagianuntuk makanan ternak, kompos, bibit (misalnya ubi jalar), dan belum adapemanfaatannya yang lebih baik misalnya diekstrak klorofilnya untuk bahanpewarna makanan dan lain sebagainya.Sisa panen pisang berupa batang, pelepah dan daun di perkebunan pisangperlu dipikirkan cara penanganannya yang lebih baik. Serat batang pisangmasih bisa dimanfaatkan untuk karung misalnya. Sama halnya di kebunnenas setelah diambil tunas batangnya untuk bibit, sisanya kebanyakan

dipotong lalu dibuang walaupun peremajaannya dilakukan setelah tanamanpokok berumur 3-4 tahun bahkan ada yang membiarkannya terus. Seratyang ada di daun-daunnya mungkin masih bisa dimanfaatkan.Limbah pasca panen-pra olah demikian juga cukup banyak sepertitempurung, sabut dan air buah pada kelapa, afkiran buah atau sayuran danhasil lainnya yang rusak atau tidak memenuhi ketentuan kualitas, kulit,darah, jeroan, pada ternak potongan. Demikian pula kepala ikan dan jeroan,kulit kerang/tiram, udang dan ikan, dan banyak lagi macam dan jenisnyayang lain termasuk sampah-sampah basah baik dari rumah tangga maupunpabrik bekas-bekas pembungkus seperti daun pisang.

Di penggilingan padi limbah bisa dikumpulkan antara lain sekam kasar,dedak, dan menir. Sekam banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengisi untukpembuatan bata merah, dipakai sebagai bahan bakar, media tanaman hias,diarangkan untuk media hidroponik, diekstrak untuk diambil silikanya sebagai

Page 3: makalah pengolahan limbah

bahan empelas dan lain-lain.Dedak halus digunakan sebagai pakan ternak ayam, bebek atau kuda,sementara menirnya dimanfaatkan sebagai campuran makanan bayi karenakandungan vitamin B1 nya tinggi, makanan burung, dan diekstrak minyaknyamenjadi minyak katul (bran oil).Hasil panen jagung menghasilkan limbah dalam bentuk klobot jagung yangbisa dimanfaatkan sebagai bahan pengemas makanan secara tradisional(wajik, dodol), tongkolnya kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnyamungkin masih bisa untuk media jamur atau lainnya. Hasil penggilinganjagung menjadi tepung, lembaganya bisa diekstrak menjadi minyak jagungdan tentu saja ampasnya masih bisa diberdayakan karena kandungan proteinnya dan mungkin lemaknya masih ada.

Limbah industri pertanian adalah buangan dari pabrik/industri pengolahanhasil pertanian. Seperti industri-industri lainnya justru limbah ini yang banyakmenimbulkan polusi lingkungan kalau tidak ditangani secara baik. Jenisindustri ini juga cukup banyak. Untuk memudahkan penanganannya limbahindustri pertanian ini bisa dikelompokkan berdasarkan komponen bahanbakunya, apakah limbah karbohidrat, protein atau lemak demikian juga bisadikelompokkan berdasarkan fasanya yang terbesar apakah cairan atau padatan. Untuk penanganannya, lim bah cair biasanya dikelompokkan lagi berdasarkan BOD (Biological Oxygen Demand)-nya.Limbah pertanian terbagi atas empat kelompok yaitu :

(1)   Limbah pertanian pra panen contoh daun, ranting atau buah yang gugur sengaja atau tidak.(2)   Limbah pertanian panen contoh batang atau jerami saat panen padi.(3)   Limbah pertanian pasca panen contoh kulit atau jeroan pada ternak potong.(4)   Limbah industri pertanian contoh molases pada pabrik gula tebu.

Berdasarkan jenis 2 wujud limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenisyaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Ketiga jenis limbah ini dapatdikeluarkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai denganproses yang ada di industri pertanian. Dari ke-tiga jenis limbah di atas,limbah cair yang umum diperhatikan oleh para ahli penanganan limbah,karena limbah cair industri pertanian jumlahnya banyak dan dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.Sifat-sifat limbah cair dibedakan atas tiga kelompok yaitu :

(1)   sifat fisik misalnya suhu, pH, warna bau dan endapan.(2)   sifat kimiawi misalnya adanya kandungan organik (karbohidrat, protein, lemak dll) dan

kandungan an organik (nitrogen, khlorida, fosfor dll).(3)   sifat biologis misalnya ada tidaknya mikroorganisme. Untuk mengukur kadar bahan organik dari

limbah cair biasanya dilakukan analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand).

Page 4: makalah pengolahan limbah

Limbah industri pertanian terutama limbah cair karena mengandung bahanorganik berupa karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisasisabahan kimia yang digunakan dalam pengolahan, bila tidak ditanganidengan benar dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pengaruh limbahindustri pertanian terhadap lingkungan dapat berupa :

1. Membahayakan Kesehatan masyarakat karena dapat merupakanpembawa suatu penyakit.2. Dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada dalam airseperti ikan dan binatang peliharaan lainnya.3. Dapat merusak keindahan, karena bau busuk dan pemandanganyang tidak sedap dipandang.

Sebagai usaha menghindarkan terjadinya masalah lingkungan terutamapolusi air maka perlu dilakukan pengelolaan limbah pertanian secara baikdan benar.

Jenis dan wujud  limbah pertanian

Berdasarkan jenis dan wujud limbah pertanian terutama limbah industri pertanian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :(a). Limbah padat(b). Limbah cair(c). Limbah gas.a. Limbah Padat

Bahan-bahan buangan baik dari limbah pra panen, limbah panen, limbah pasca panen dan limbah industri pertanian yang wujudnya padat dikelompokkan pada limbah padat, contoh : Daun-daun kering, jerami, sabut dan tempurung kelapa, kulit dan tulang dari ternakpotong, bulu ayam, ampas tahu, jeroan ikan dan lain sebagainya. Limbah-limbah tersebut di atas kalau dibiarkan menumpuk saja tanpa penanganan tertentu akan menyebabkan/menimbulkan keadaan tidak higienis karena menarik serangga (lalat,kecoa) dan tikus yang seringkali merupakan pembawa berbagai jenis kuman penyakit.

Limbah padat dapat diolah menjadi pupuk dan makanan ternak.b. Limbah cair

Limbah cair industri pertanian sangat banyak karena air digunakan untuk :1). membersihkan bahan pangan dan peralatan pengolahan.2). menghanyutkan bahan-bahan yang tidak dikehendaki (kotoran).

Limbah cair yang berasal dari industri pertanian banyak mengandungbahan-bahan organik (karbohidrat, lemak dan protein) karena itu mudah sekali busuk dengan menimbulkan masalah polusi udara (bau) dan polusi air.

Pengelolaan limbah cair yang umum dilakukan adalah perlakuan primer, sekunder dan tersier (penjelasannya pada pokok bahasan mengelola limbah secara fisik).c. Limbah gas

Page 5: makalah pengolahan limbah

Limbah gas adalah limbah berupa gas yang dikeluarkan pada saat pengolahan hasil-hasil pertanian, misalnya gas yang timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air selama proses pelayuan teh dan proses pengeringannya. Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan bahaya harus disalurkan lewat cerobong.

Sifat-sifat limbah pertanian

Dari ketiga jenis/wujud limbah pertanian, limbah jenis cair yang perludiketahui sifat-sifatnya supaya penanganannya limbah cair tersebut dapatdilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Jadi dalam modul ini hanya dibahassifat-sifat limbah cair yang dihasilkan dari industri pertanian.Sifat-sifat limbah cair industri pertanian dibedakan menjadi tiga bagian besaryaitu :1). Sifat Fisik2). Sifat Kimia3). Sifat Biologis.

1. Sifat FisikSifat-sifat Fisik, Kimia, Biologis dan Air Limbah serta

Sumber Asalnya

Sifat air limbah Sumber asal air limbah

Sifat fisik :    Warna

    Bau

    Endapan

 

  Temperatur

Kandungan bahan kimia :    Organik:    Karbohidrat

    Minyak,

Air buangan rumah tangga dan industri serta bangkai benda organis.Pembusukan air limbah dan limbah industri.Penyediaan air minum, air limbah rumah tangga dan industri, erosi tanah, aliran air rembesan.

Air limbah rumah tangga dan industri.

Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah industri.

Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah industri.

Page 6: makalah pengolahan limbah

lemak, gemuk

    Pestisida    Fenol    Protein    Deterjen    Lain-lain        An organik;    Kesadahan

    Klorida

    Logam berat    Nitrogen    PH    Fosfor        Belerang

    Bahan-bahan beracun        Gas-gas ;    Hidrogen sulfida    Metan    Oksigen

Kandungan Biologis :    Binatang    Tumbuh-tumbuhan    Prostista

Air limbah pertanian.Air limbah industri.Air limbah rumah tangga, perdagangan.Air limbah rumah tangga , industri.Bangkai bahan organik alamiah.

Air limbah dan air minum rumah tangga serta rembesan air tanah.Air limbah dan air minum rumah tangga, rembesan air tanah dan pelunak air.Air limbah industri.Air limbah rumah tangga dan pertanian.Air limbah industri.Air limbah rumah tangga dan industri serta limpahan air hujan.

Air limbahdan air minum rumah tangga serta limbah industri.Air limbah industri.Pembusukan limbah rumah tangga.Pembusukan limbah rumah tangga.Penyediaan air minum rumah tangga serta perembesan air permukaan.Saluran terbuka dan bangunan pengolah.Saluran terbuka dan bangunan pengolah.Air limbah rumah tangga dan bangunan pengolah.Air limbah rumah tangga.

1.    Sifat FisikPenentuan derajat kekotoran air limbah pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur.Jumlah endapan pada contoh air merupakan sisa penguapan dari contoh air limbah pertanian pada suhu 103-1050 C. Beberapa komposisi air limbah akan hilang apabila dilakukan pemanasan

Page 7: makalah pengolahan limbah

secara lambat. Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda yang mengendap, terlarut, tercampur. Untuk melakukan pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan mengadakan pemisahan air limbah dengan memperhatikan besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalamnya. Dengan mengetahui besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalam air akan memudahkan kita dalam memilih teknik pengendapan yang akan diterapkan sesuai dengan partikel yang ada di dalamnya. Air limbah yang mengandung partikel dengan ukuran besar memudahkan proses pengendapan yang berlangsung, sedangkan apabila air limbah tersebut berisikan partikel yang sangat kecil ukurannya akan menyulitkan dalam proses pengendapan, sehingga untuk mengendapkan benda ini haruslah dipilihkan cara pengendapan yang lebih baik dengan teknologi yang sudah barang tentu akan lebih canggih.

Sifat-sifat fisik yang umum diuji pada limbah cair adalah :1. Nilai pH, keasaman alkalinitas2. Suhu3. Warna, bau dan rasa4. Jumlah padatan5. Nilai BOD/COD6. Pencemaran mikroorganisme patogen7. Kandungan minyak8. Kandungan logam berat9. Kandungan bahan radioaktifDalam modul ini yang akan dibahas sifat-sifat fisik berupa nilai pH, suhu, warna dan bau dari

limbah cair.

Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik pengalengan mempunyai pH 6.2-7.6, air buangan pabrik susu dan produk-produk susu biasanya mempnyai pH 5.3-7.8, air buangan pabrik bier mempunyai pH 5.5-7.4, sedangkan air buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6-9.5.Pada industri-industri makanan, peningkatan keasaman air buangan umumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Air buangan industri-industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pHnya rendah. Adanya komponen besi sulfur (FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan keasamannya karena FeS2 dengan udara dan air akan membentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut.Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air disekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi.

Page 8: makalah pengolahan limbah

1.    Sifat Kimia            Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui

berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun.Bahan-bahan organik yang umumnya terkandung pada limbah cair adalah karbohidrat, protein dan lemak.

2.    Sifat BiologisPemeriksaan biologis (mikroorganisme) di dalam limbah cair untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen dalam limbah cair supaya sebel limbah cair dibuang ke perairan harus dilakukan perlakuan tertentu sampai bakteri-bakteri tersebut mati.

Penentuan derajat kekotoran air limbah pertanian sangat dipengaruhioleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang

penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dankejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur.Jumlah endapan pada contoh air merupakan sisa penguapan daricontoh air limbah pertanian pada suhu 103-1050 C. Beberapakomposisi air limbah akan hilang apabila dilakukan pemanasan secara lambat. Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda yangmengendap, terlarut, tercampur. Untuk melakukan pemeriksaan inidapat dilakukan dengan mengadakan pemisahan air limbah denganmemperhatikan besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalamnya.Dengan mengetahui besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalamair akan memudahkan kita dalam memilih teknik pengendapan yangakan diterapkan sesuai dengan partikel yang ada di dalamnya. Airlimbah yang mengandung partikel dengan ukuran besar memudahkanproses pengendapan yang berlangsung, sedangkan apabila air limbahtersebut berisikan partikel yang sangat kecil ukurannya akanmenyulitkan dalam proses pengendapan, sehingga untuk mengendapkan benda ini haruslah dipilihkan cara pengendapan yang lebih baik dengan teknologi yang sudah barang tentu akan lebihcanggih.Sifat-sifat fisik yang umum diuji pada limbah cair adalah :1. Nilai pH, keasaman alkalinitas2. Suhu3. Warna, bau dan rasa4. Jumlah padatan5. Nilai BOD/COD6. Pencemaran mikroorganisme patogen

Page 9: makalah pengolahan limbah

7. Kandungan minyak8. Kandungan logam berat9. Kandungan bahan radioaktifDalam modul ini yang akan dibahas sifat-sifat fisik berupa nilai pH,suhu, warna dan bau dari limbah cair.Nilai pH, Keasaman dan AlkalinitasNilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan,berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh, airbuangan pabrik pengalengan mempunyai pH 6.2-7.6, air buanganpabrik susu dan produk-produk susu biasanya mempnyai pH 5.3-7.8,air buangan pabrik bier mempunyai pH 5.5-7.4, sedangkan airbuangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6-9.5.Pada industri-industri makanan, peningkatan keasaman air buanganumumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Airbuangan industri-industri bahan anorganik pada umumnyamengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pHnya rendah. Adanya komponen besi sulfur (FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan keasamannya karena FeS2 dengan udara dan air akan membentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut.Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik)maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggukehidupan ikan dan hewan air disekitarnya. Selain itu, air buanganyang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dansering menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi.Suhu

Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam Berbagai proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi daripada

air asalnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibatsebagai berikut :1. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. Gambar 3.1menunjukkan kurva hubungan antara suhu dengan konsentrasioksigen terlarut di dalam air.2. Kecepatan reaksi kimia meningkat.3. Kehidupan ikan dan hewan lainnya terganggu.4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air

Page 10: makalah pengolahan limbah

lainnya mungkin akan mati.Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggiakanmengalami kenaikan kecepatan respirasi, di samping itu suhuyang relatif tinggi akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut didalam air, akibatnya ikan dan hewan air akan mati karena kekuranganoksigen. Suhu air kali atau air buangan yang relatif tinggi dapatditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan airlainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.2. Sifat Kimia

Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapatmerugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarutdapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkanrasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu,akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yangberacun.Oksigen terlarut (mg/l)

Bahan-bahan organik yang umumnya terkandung pada limbah Cair  adalah karbohidrat, protein dan lemak.

3. Sifat BiologisPemeriksaan biologis (mikroorganisme) di dalam limbah cair Untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen dalam limbah cair supaya sebel limbah cair dibuang ke perairan harus dilakukan perlakuan tertentu sampai bakteri-bakteri tersebut mati.

Penyebab terjadinya limbah pertanian

Pencemaran air akibat limbah pertanian.

Page 11: makalah pengolahan limbah

         Limbah pertanian dapat berasal dari limbah hewan, pupuk, maupun pestisida. Pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen. Limbah pestisida mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dan cenderung konsentrasinya meningkat dalam lemak dan sel-sel tubuh mahluk, ini dinamakan Biological Amplification sehingga apabila masuk dalam rantai makanan konsentrasinya makin tinggi dan yang tertinggi adalah pada konsumen puncak. Contohnya ketika di dalam tubuh ikan kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya naik menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai konsumen puncak. 

        

Dampak limbah pertanian

Dampak terhadap lingkungan

Gangguan terhadap Kehidupan Biotik

Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka Akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah.

Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yangmembutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangiperkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkankarena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga disebabkan karenaadanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selainmatinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkankerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteribakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapatmengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air jugadapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya temperaturtinggi yang dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses pendinginan.Panasnya air limbah ini dapat mematikan semua organisme apabila tidak

Page 12: makalah pengolahan limbah

dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.

Gangguan terhadap KeindahanDengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan

yang memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akandihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organik dalam jumlah yangsangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukanpengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akantetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka airlimbah mengalami proses pembusukan dari zat organik yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasilpengurangan dari zat organik yang sangat menusuk hidung.Di samping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akanmemerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat disekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan juga oleh perusahaanyang menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau jugamenyebabkan tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukanampas yang mengganggu, maka warna air limbah yang kotor akanmenimbulkan gangguan pemandangan yang tidak kalah besarnya. Keadaanyang demikian akan lebih parah lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapaidaerah pantai di mana daerah tersebut merupakan daerah tempat rekreasibagi masyarakat sekitarnya.

Makhluk hidup

Gangguan terhadap Kesehatan

Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingatbahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Limbah cairini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakitkolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis. Selainsebagai pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak terdapatbakteri patogen penyebab penyakit seperti :Virus

Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti moduspenularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasilpengolahan (effluent) pengolahan air limbah.Vibrio Kolera

Menyebabkan penyakit kolera dengan penyebaran utama melalui limbah cairyang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio kolera.Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b

Page 13: makalah pengolahan limbah

Merupakan penyebab tiphus abdominalis dan para tiphus yang banyakterdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalahmelalui air dan makanan yang telah tercemar oleh manusia yang berpenyakittiphus.Salmonella Spp.

Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan.Shigella Spp.

Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yangtercemar. Adapaun cara penularannya adalah melalui kontak langsungdengan kotoran manusia maupun melalui perantara dengan makanan, lalatdan tanah.Basillus Anthraksis

Adalah penyebab penyakit anthrak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.Brusella Spp.

Adalah penyebab penyakit brusellois, demam malta serta menyebabkankeguguran (aborsi) pada domba.Mikobakterium Tuberkulosa

Adalah penyebab penyakit tuberkulosis dan terutama terdapat pada airlimbah yang berasal dari sanatorium.Leptospira

Adalah penyebab penyakit weil dengan penularan utama berasal dari tikus selokan.Entamuba Histolitika

Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui lumpur yang mengandung kiste.Skhistosoma Spp.

Penyebab penyakit skhistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati pengolahan air limbah.Taenia Spp.

Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap cuaca.Askaris Spp. Enterobius Spp.

Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasilpengolahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.

Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air Limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi,bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar.

Keadaan yang demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah.Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah contoh yangnyata dimana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala penyempitanruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat

Page 14: makalah pengolahan limbah

menyebabkan kematian. Kejadian yang demikian adalah sebagai akibattermakannya ikan oleh para nelayan, sedangkan ikan tersebut telahmengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air raksayang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah yang tercemaroleh adanya pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan limbahnya.

Cara penanggulangan limbah pertanian

Solusi pencemaran air akibat limbah pertanianMengenai limbah pertanian. Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat khususnya para  petani supaya berlaku bijak dengan limbah pertanian yang dihasilkannya.Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan kecil sebagai awalnya yaitu dengan memulai dari diri sendiri.

Pertanian merupakan sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia. Gencarnya pembangunan di sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu menggeser sektor pertanian sebagai icon Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris. Pembangunan pertanian saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis dan agroindustri. Pengembangan tersebut telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis, peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan, diantaranya produksi daging meningkat 4,01% per tahun, telur menigkat 5,6% per tahun, dan susu meningkat 2,69% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005).

Peningkatan produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri disisi lain menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Diantaranya penggunaan bahan agrokimia seperti pupuk dalam pertanian akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan menurunkan kualitas lahan dengan hilangnya lapisan subur akibat erosi dan pencucian hara. Selain itu, tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok tanam, seperti jerami yang berlimpah dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah. Kegiatan petani yang selama ini cenderung untuk membakar sisa hasil pertanian seperti jerami dan gulma tentu akan menyumbang banyak karbondiokasida yang ditengarai sebagai salah satu penyebab pemanasan global.

Sementara itu, peningkatan di subsektor peternakan meninggalkan berbagai masalah berupa limbah. Limbah ternak dapat berupa sisa buangan dari kegiatan usaha pemeliharaan ternak, rumah potong ternak, dan pengolahan produk ternak. Adapun limbah tersebut dapat ditemukan dalam jenisa padat dan cair, antara lain feses, urin, darah, tanduk, bulu, kuku, dan kulit telur.

Page 15: makalah pengolahan limbah

Selama ini belum ada upaya yang maksimal dalam penanganan limbah dan dampak negatif dari usaha pertanian, sehingga perlu dikaji pengangannya melalui sistem integrasi tanaman-ternak.

Konsep sistem integrasi tanaman-ternak ini hadir sebagai salah satu bentuk pertanian terpadu. Pola integrasi antara tanaman dan ternak muncul sebagai kegiatan pertanian dan peternakan yang saling melengkapi. Pola ini akan akan menjadi solusi bagi usaha pertanian. Salah satu contoh integrasi yang terjadi antara hewan ternak dan tanaman adalah limbah ternak berupa kotoran diolah menjadi pupuk cair dan kompos dan kemudian diaplikasikan pada lahan pertanian. Manfaat kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sumber zat makanan bagi tanaman tentu akan berpengaruh besar bagi pertanian. Sebaliknya limbah pertanian berupa jerami, gulma dan dedak dapat dimanfaatkan pula sebagai pakan ternak.

Selain itu, bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembalakan ternak di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil, sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh di sekitar tempat tersebut atau menggunakan tenaga sapi atau kerbau untuk pengolahan tanah. Sementara itu, ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan kotoran padatnya.

Harapan dari pola tersebut petani yang ketergantungan akan bahan agrokimia seperti pupuk sintesis yang sudah jelas mempunyai efek negatif dan limbah ternak berlimpah belum tertangani akan terselesaikan dengan adanya penyediaan pupuk kandang dari limbah ternah dilahan pertanian, sehingga terbentuk peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Adapun dampak negatif dari pertanian berupa kerusakan tanah dan pemanasan global dalam jangka panjang dapat diminimumkan.

Pengertian Bioetanol

Page 16: makalah pengolahan limbah

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Dalam buku ini akan dibahas tentang karakterisasi bioetanol, prospek bioetanol, manfaat dan kebutuhan nasional serta peluang pasarnya. Pembahasan lebih fokus pada proses   pembuatan bioetanol dari mulai penyediaan bahan baku, proses, aspek fermentasi sampai pada pengawasan mutunya. Bahan baku meliputi bahan baku sumber gula diantaranya adalah molases dan nira, bahan baku sumber pati yaitu ubikayu, jagung serta ubi-ubian lain, serta bahan baku sumber serat (lignoselulosa) diantaranya tongkol jagung, sekam dan sebagainya. Bab bahan baku juga dibahas bahan pembantu untuk produksi bioetanol. Proses pembuatan bioetanol dibedakan menjadi tiga berdasarkan bahan bakunya yaitu bahan baku sumber gula, pati dan serat. Proses pembuatan bioetanol meliputi aspek fermentasi dan destilasinya. Disamping itu buku ini juga membahas produk samping, perlengkapan teknis produksi dan pengawasan dan pengendalian mutu dalam industri bioetanol.

Keunggulan Bioetanol sebagai bahan bakar

Bioethanol adalah ethanol yang diproduksi dari tumbuhan. Bioethanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun mampu juga menurunkan emisi

Page 17: makalah pengolahan limbah

CO2. Dalam hal prestasi mobil, bioethanol dan gasohol (kombinasi bioethanol dan bensin) tidak kalah dengan bensin. Pada dasarnya pembakaran bioethanol tidak menciptakan CO2 netto ke lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku bioethanol. Bioethanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung, gandum, singkong, padi, lobak, gandum hitam.Biodiesel serupa dengan bioethanol, biodiesel telah digunakan di beberapa negara sebagai pengganti solar.

Page 18: makalah pengolahan limbah

PROSPEK BIOETHANOL SEBAGAI PENGGANTI MINYAK TANAH 

 

Sumber : Gusmailina (Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor)

RINGKASAN

Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu bahan bakar nabati yang saat ini menjadi primadona untuk mengggantikan minyak bumi. Minyak bumi saat ini harganya semakin meningkat, selain kurang ramah lingkungan juga termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan, penggunaannya sebagai campuran BBM terbukti dapat mengurangi emisi karbon monoksida dan asap lainnya dari kendaraan. Saat ini bioethanol juga bisa dijadikan pengganti bahan bakar minyak tanah. Selain hemat, pembuatannya bisa dilakukan di rumah dengan mudah, lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Dengan demikian bisnis bioetanol di Indonesia mempunyai prospek yang cerah karena melimpahnya bahan baku, seperti singkong, tebu, aren, jagung maupun hasil samping pabrik gula (molase). Dari sektor kehutanan bioetanol bisa dihasilkan dari sagu, nipah, dan aren.Tulisan ini mencoba menguraikan secara global tentang prospek beberapa komoditi sebagai sumber bioetanol untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah.

======================================================================

I. PENDAHULUAN

A. BioetanolBioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakal alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti: tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami dan bagas Banyaknya variasi tumbuhan akan lebih leluasa memilih jenis yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada. Sebagai contoh ubi kayu dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur waktu panennya. Namun kadar patinya hanya 30 persen, lebih rendah dibandingkan dengan jagung (70 persen) dan tebu (55 persen) sehingga bioetanol yang dihasilkan jumlahnya pun lebih sedikit. Di sektor kehutanan bioetanol dapat diproduksi dari sagu, siwalan dan nipah serta kayu atau limbah kayu. Minyak bumi saat ini harganya semakin meningkat, selain kurang ramah lingkungan juga termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Bioetanol dapat dihasilkan dari hasil pertanian yang tidak layak/tidak bisa dikonsumsi, seperti dari sampah/limbah pasar, limbah pabrik gula (tetes/mollases). Yang penting bahan apapun yang mengandung karbohidrat & gula, dapat diproses menjadi bioetanol. Melalui proses sakarifikasi (pemecahan gula komplek menjadi gula sederhana), fermentasi, dan distilasi, bahan-bahan tersebut dapat dikonversi menjadi bahan bakar bioetanol. Untuk menjaga kestabilan pangan sebaiknya bioetanol diproduksi dari bahan-bahan yang tidak layak/tidak bisa dikonsumsi, seperti singkong gajah yang beracun, dari sampah atau limbah apapun yang mengandung karbohidrat & gula, melalui proses sakarifikasi (pemecahan gula komplek menjadi gula

Page 19: makalah pengolahan limbah

sederhana), fermentasi, dan distilasi, bahan-bahan tersebut akhirnya dikonversi menjadi bioetanol. Produksi etanol nasional pada tahun 2006 mencapai 200 juta liter. Kebutuhan etanol nasional pada tahun 2007 diperkirakan mencapai 900 juta kiloliter (Surendro, 2006). Saat ini bioetanol diproduksi dari tetes tebu, singkong maupun dari jagung. Alternatif lain bahan baku bioetanol yaitu biomassa berselulosa. Biomassa berselulosa merupakan sumber daya alam yang berlimpah dan murah serta memiliki potensi untuk produksi komersial industri etanol atau butanol. Selain dikonversi menjadi biofuel, biomassa berselulosa juga dapat mendukung produksi komersial industri kimia seperti asam organik, aseton atau gliserol (Wymann, 2002). Bioetanol adalah cairan yang dihasilkan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007). Bioetanol dapat juga diartikan juga sebagai bahan kimia yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Khairani, 2007). Bahan baku pembuatan bioetanol ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: bahan sukrosa (nira, tebu, nira nipah, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete), bahan berpati (bahan yang mengandung pati atau karbohidrat seperti tepung ubi, tepung ubi ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain–lain, dan bahan berselulosa/lignoselulosa (tanaman yang mengandung selulosa /serat seperti kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain. Dari ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa merupakan bahan yang jarang digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini karena adanya lignin yang sulit dicerna sehingga proses pembentukan glukosa menjadi lebih sulit dan sedikit (Khairani, 2007).

B. Biogasoline (gasohol) dan perkembangannyaGasohol adalah campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol sampai dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil bensin tanpa perlu memodifikasi mesin. Hasil pengujian kinerja mesin mobil bensin menggunakan gasohol menunjukkan gasohol E-10 (10% bioetanol ) dan gasohol E-20 (20% bioetanol) menunjukkan kinerja mesin yang lebih baik dari premium dan setara dengan pertamax. (The Largest Aceh Community, 2008). Bahan campuran ini juga menghasilkan emisi karbon monoksida dan total hidrokarbon yang lebih rendah dengan yang lainnya. Biogasoline atau dikenal juga dengan nama Gasohol, telah dijual secara luas di Amerika Serikat, dengan campuran 10% bioetanol (dari bahan baku jagung) dan 90% gasoline. Di Brazil, bioetanol untuk campuran gasoline dibuat dari bahan baku tebu, dan digunakan dalam kadar 10%. Di Finlandia, biogasoline yang digunakan memiliki kadar bioetanol 5% dan memiliki angka oktan 98. Di Jepang, sejak tahun 2005 sudah mulai digunakan gasoline dengan campuran 3% bioetanol, dan diharapkan pada tahun 2012 seluruh gasoline yang dijual di Jepang sudah menggunakan biogasoline. Sejak tahun 2006 Thailand telah menjual gasohol 95, dan direncanakan pada tahun 2012 Thailand akan mengganti seluruh gasoline dengan biogasoline. Lebih awal lagi Brazil sejak tahun 1925 telah mengembangkan bioetanol yang bersumber dari tebu dengan melakukan ujicoba pada kendaraan. Pengembangan mengalami proses yang cukup lama namun mendapat dukungan penuh dari pemerintah dalam bentuk regulasi dan insentif, sehingga saat ini pengembangan biofuel di Brazil telah menggunakan mekanisme pasar. Dari seluruh produksi tebu, perbandingan untuk pemanfaatan sebagai gula dan bioetanol adalah sekitar 50:50. Biaya produksi bioetanol tergolong murah karena sumber bahan bakunya merupakan limbah pertanian atau produk pertanian yang nilai ekonomisnya rendah serta berasal dari hasil pertanian budidaya tanaman pekarangan (hortikultura) yang dapat diambil dengan mudah Sebagai sebagai bahan bakar bioetanol mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan. Zat aditif yang sering digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol merupakan

Page 20: makalah pengolahan limbah

bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang lebih sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin, 2007).Bulan Agustus 2006, Pertamina telah meluncurkan produk BioPremium, namun masih terbatas di SPBU Jl. Mayjen M. Wiyono, Malang. BioPremium yang dijual dibuat dari campuran BBM Premium dan 5% bioetanol. Bioetanol untuk campuran BioPremium diproduksi oleh PT Molindo Raya Industrial (MRI) di Lawang dengan bahan baku tetes tebu. Sejak diluncurkan, respon masyarakat cukup baik, dengan meningkatnya omzet penjualan. Sedangkan di Jakarta, sejak Desember 2006 sudah bisa dilihat BioPertamax di beberapa SPBU, antara lain di SPBU di Jl. Tentara Pelajar, Senayan. Pengembangan selanjutnya di wilayah Jawa Barat, di mana Pertamina meluncurkan BioPremium di Bandung tahun 2007. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, direncanakan akan didirikan pabrik etanol berkapasitas 200 juta liter etanol per tahun oleh LBL Network Ltd. dari Korea Selatan bekerja sama dengan PT Mitra Sae Internasional di Kuningan, dengan bahan dasar ubi kayu spesies Manihot esculanta trans.w (http://www.pertamina.com)

II. POTENSI SUMBER BIOETANOL

A. 1. Potensi sagu

Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan penghasil karbohidrat yang cukup tinggi dibanding dengan tanaman penghasil karbohidrat lainnya. Secara alami tumbuhan sagu tersebar hampir di setiap pulau atau kepulauan di Indonesia dengan luasan terbesar terpusat di Papua, sedangkan sagu semi budidaya terdapat di Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Tumbuhan ini merupakan asli Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai energi mix atau sebagai pencampur premium dan pertamax (E) atau dalam kondisi tertentu dari mesin dapat digunakan secara penuh (E100). Populasi tumbuhan sagu di Indonesia diperkirakan terbesar di dunia sekitar 1,2 juta ha dan 90% diantaranya tumbuh di propinsi Papuas dan Maluku (Flach, 1997). Ke dua daerah tersebut termasuk pusat keragaman sagu tertinggi didunia, juga di beberapa daerah lain yang sudah mulai dimanfaatkan potensinya (semi budidaya). Informasi luas hutan alam sagu Indonesia menurut Flach (1997) yaitu 1.250.000 ha, yang tersebar di Papua 1.200.000 ha dan Maluku 50.000ha serta 148.000 ha hutan sagu semi budidaya yang tersebar di Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, kepulauan Riau dan Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat). Akan tetapi dari luasan tersebut hanya sekitar 40% saja yang merupakan areal penghasil pati produktif dengan produktivitas pati 7 ton/ha/tahun atau setara dengan etanol 3,5 kl/ha/tahun.

Menurut Poniman (1996) di Irian Jaya terdapat sekitar 1.406.469 ha tegakan sagu. Setiap ha tegakan sagu per tahun paling sedikit dihasilkan 2,5 ton pati sagu (Flach, 1983). Dengan demikian di Irian Jaya terdapat potensi pati sagu sekitar 3.516.176 ton sagu/tahun. Untuk kebutuhan pangan, masyarakat Irian membutuhkan sekitar 150.000 ton sagu/tahun. Dari data ini di Itian Jaya terdapat potensi sagu sekitar 3,1 juta ton yang menunggu pemanfaatannya. di Mentawai (Rasyad, 1996) terdapat sekitar 56.100 ha tegakan sagu dengan produksi sekitar 1.200 ton. Dengan demikian di Mentawai terdapat potensi pati sagu sekitar 139.000 ton/tahun. Di Padang Pariaman terdapat tegakan sagu sekitar 95.790 ha dengan produksi 5.063 ton/tahun (Zuki, 1996), di daerah ini terdapat potensi sagu yang belum dimanfaatkan sebanyak 234.412 ton sagu/tahun. Dari penjelasan tersebut potensi sagu sangat tinggi dan sudah saatnya dilakukan pemanfaatan pohon sagu agar tidak mubazir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, telah merintis pemanfaatan sagu menjadi bioetanol, baik skala laboratorium mapun skala usaha kecil. Dan ini merupakan

Page 21: makalah pengolahan limbah

penelitian awal dalam rangka menuju optimalisasi produksi dan produktivitas bioetanol dari sagu.

A.2. Pati Sagu sebagai Sumber Bioetanol

Pati sagu disebut juga poliglukosa, karena unit monomernya glukosa. Pati sagu lebih murni karena miskin kandungan lemak, protein dan senyawa lain, sehingga pati sagu sangat cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan turunan pati seperti dekstrin, dekstrose, gula, dan produk turunan lainnya. Pati sagu diekstrak dari empulur batang yang mengandung pati (27-31%), serat (20-24%) dan air (45-53%). Ekstraksi dilakukan dengan metode aliran air, sehingga air sangat berpengaruh terhadap kualitas mutu sagu. Bioetanol dari sagu berasal dari dua bagian yaitu pati sagu dan serat sagu. Sedangkan prosesnya berlangsung dalam empat tahapan yaitu : 1) hidrolisa bahan menjadi oligosacharida; 2) hidrolisa oligosacharida menjadi gula; 3) konversi gula menjadi etanol, 4) pemurnian bioetanol.Pembuatan etanol dari pati dapat dilakukan secara kimia ataupun biologis. Akan tetapi jika berbicara “bioetanol” tentunya proses yang dipakai adalah secara biologis. dengan menggunakan enzim alfa dan glucoamilase yang mampu mengurai pati menjadi gula dan selanjutnya difermentasi lanjut menjadi bioetanol. Bioetanol dapat diperoleh dari serat dengan menggunakan enzim selulase. Efektivitas proses ini dipengaruhi oleh jenis enzim, kekentalan bahan (ratio pati dan air), presentase enzim dan proses fermentasi. Langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan sagu sebagai berikut: Sagu (empelur) di parut ? dipanaskan ? aduk rata ? dinginkan ? tambahkan enzim ? aduk rata ? tambahkan urea dan NPK ? aduk rata ? fermentasi ? distilasi ? bioetanol ? pemurnian

Proses fermentasi berlangsung beberapa jam setelah semua bahan dimasukkan ke dalam fermentor. Proses ini berjalan ditandai dengan keluarnya gelembung-gelembung udara kecil-kecil Gelembung-gelembung udara ini adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi. Selama proses fermentasi usahakan agar suhu tidak melebihi 36 oC dan pH nya dipertahankan 4.5 – 5. Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 2 sampai 3 hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung udara.

Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator atau boiler. Panaskan dengan suhu dipertahankan antara 79 – 81 oC. Pada suhu ini bioetanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama, biasanya kadar bioetanol masih di bawah 95%. Apabila kadar bioetanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar bioetanolnya 95%. Jika kadar bioetanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya berkurang, dan kadar bioetanol yang diperoleh dapat mencapai 98-99%.

B. Bioetanol dari TKKS

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah biomassa selulosa yang memiliki potensi besar dengan kelimpahan cukup tinggi. TKKS merupakan hasil samping dari pengolahan minyak kelapa sawit yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai pupuk, bahan baku pembuatan matras dan media bagi pertumbuhan jamur serta tanaman. Hasil penelitian Iriani (2009) bertujuan untuk mendapatkan kondisi sakarifikasi terbaik padaTKKS dengan menggunakan Trichoderma reesei dan melakukan fermentasi alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae, yang masing-masing menghasilkan konsentrasi gula pereduksi dan alkohol paling tinggi . TKKS yang digunakan selama proses sakarifikasi terlebih dulu

Page 22: makalah pengolahan limbah

diberi perlakuan awal yakni dengan pemanasan di suhu 1210C, dengan tekanan 1,5 atm selama 90 menit. Sakarifikasi menggunakan metode fermentasi padat, yakni dengan menginokulasikan suspensi spora T.reesei sebanyak 10% v/b (3,5-7,4`x108sel/mL) ke dalam TKKS yang telah ditambahkan medium basal Mandels & Waber dan akuades dengan perbandingan 3:4, sehingga kelembaban mencapai 70 %. Sakarifikasi dilakukan selama 8 hari. Parameter yang diamati setiap 48 jam adalah kadar gula pereduksi, aktivitas CMCase (endoglukanase), beta-glukosidase dan pH medium. Optimasi suhu sakarifikasi yang dilakukan adalah pada suhu 250C, 300C dan 350C. Suhu sakarifikasi terbaik diperoleh pada 300C, dengan kadar gula pereduksi paling tinggi 1,46 mg/g substrat yang diperoleh pada hari ke-8. Selanjutnya suhu tersebut digunakan pada penentuan pH awal terbaik padamedium sakarifikasi dengan nilai pH 4,5 ; 5; 5,5 ; dan 6. Konsentrasi gulapereduksi paling tinggi ada pada pH awal medium 5,5 yakni sebesar 1,5 mg/gsubstrat pada hari ke-8.Sakarifikasi ulang dilakukan dengan menggunakan suhu dan pH awal terbaikselama 12 hari. Filtrat gula hasil sakarifikasi hari ke-12 digunakan sebagaisubstrat fermentasi alkohol. Inokulum fermentasi yang digunakan adalah Saccharomyces cereviseae sebanyak 5% v/v (5,35 x 108 sel/mL) sel diinokulasikan ke dalam medium dan difermentasi secara anaerob selama 96 jam. Parameter yang diamati adalah kadar gula pereduksi, kadar etanol, jumlah sel serta pH medium. Konsentrasi etanol paling tinggi yang dihasilkan pada fermentasi selama 72 jam sebesar 0,046 % dengan konversi gula menjadi etanol sebesar 47,32%. Kandungan selulosa TKKS sekitar 45.80% dan hemiselulosa 26.00%. Jika perhitungan minimal menurut Badger (2002) maka potensi bioetanol dari TKKS adalah sebesar 2,000 juta liter atau setara dengan 1446.984 liter bensin (Anonim, 2008). Produksi bioetanol berbahan baku limbah kelapa sawit layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 75 %.

C. Bioetanol dari pati Ganyong (Canna edulis)

Di Indonesia Ganyong (Canna edulis) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, antara lain: umbi mudanya untuk sayuran, umbi tuanya dapat diperas patinya untuk dibuat tepung, sedangkan daun dan tangkainya dapat digunakan untuk pakan ternak (Rukmana, 2000). Umbi ganyong mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi glukosa dan fermentasi etanol. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan katalis asam, kombinasi asam dan enzim, serta kombinasi enzim dan enzim (Judoamidjojo et al., 1992). Hasil penelitian Wulansari (2004) dan Putri & Sukandar (2008) menunjukkan bahwa pati ganyong memiliki kadar karbohidrat 80% dan kadar air 18%, Pati ganyong memiliki warna putih kecoklatan dan tekstur halus. Kadar pati yang tinggi menunjukkan bahwa pati ganyong dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan sirup glukosa kadar pati yang tinggi menunjukkan bahwa pati ganyong juga dapat dijadikan bahan baku untuk bioetanol. Jenis asam dan konsentrasi asam tidak berpengaruh signifikan terhadap gula pereduksi yang dihasilkan pada hidrolisis pati ganyong, hidrolisis optimum didapat dengan HNO3 7% (DE = 28,4 ). Kadar glukosa pada fermentasi mempengaruhi kadar etanol yang dihasilkan, pada penelitian ini fermentasi dengan kadar glukosa hasil hidrolisis sebesar 4,81% menghasilkan etanol 4,84%, sedangkan dengan kadar glukosa 14% etanol yang dihasilkan meningkat menjadi 8,6%.

D. Bioetanol dari Nira Sorgum

Sorgum (Sorgum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai area adaptasi yang luas. Sorgum merupakan tanaman yang bukan asli Indonesia, melainkan dari Ethiopia dan Sudan Afrika. Di Indonesia sorgum mempunyai beberapa nama seperti gandrung, jagung pari, dan jagung canthel. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama atau penyakit. Selama ini batang sorgum hanya digunakan untuk pakan ternak. Nira sorgum

Page 23: makalah pengolahan limbah

yang berasal dari batang tanaman sorgum bisa dimanfaatkan untuk membuat bioetanol, karena komposisi nira sorgum hampir sama dengan nira tebu. Batang sorgum apabila diperas akan menghasilkan nira yang rasanya manis. Kadar air dalam batang sorgum kurang lebih 70 persen yang artinya kandungan niranya kurang lebih hamper sama. Selama ini batang sorgum yang menghasilkan nira biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak, sehingga belum memiliki nilai ekonomis yang optimal. Mengingat nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar (Tabel 1), serta memiliki kualitas setara dengan nira tebu, maka sorgum boleh menjadi pertimbangan sebagai salah satu potensi penghasil bioetanol masa depan. Tabel 1. Perbandingan komposisi nira sorgum dengan nira tebu

Komposisi Nira sorgum Nira tebuBrix (%) 13,60 – 18,40 12 – 19Sukrosa (%) 10 – 14,40 9 - 17Gula reduksi (%) 0,75 – 1,35 0,48 – 1,52Gula total (%) 11 – 16 10 – 18Amilum (ppm) 209 - 1.764 1,50 – 95Asam akonitat (%) 0,56 0,25Abu (%) 1,28 – 1,57 0,40 – 0,70Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (1996).

Hasil penelitian Sari (2009), menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah variabel % volume starter. Setelah dilakukan optimasi terhadap variabel tersebut, kondisi optimum diperoleh dari proses fermentasi yang menggunakan Saccharomyces ceerevisiae pada waktu fermentasi 7 hari, kadar glukosa 14,5 %, serta penambahan starter 9 % dari volume total. Bioetanol yang dihasilkan adalah 11,82 %. dengan konversi bioetanol yang cukup tinggi yaitu sebesar 46,21 %. Sorgum yang selama ini dikenal sebagai bahan pangan juga berprospek menjadi bahan bioetanol, 2,5 kg sorgum kawali dapat menjadi seliter bioetanol.

E. Bioetanol dari Tetes Tebu ( Molase )

Molase atau tetes tebu mengandung kurang lebih 60% sellulosa dan 35,5% hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi ethanol. Potensi produksi molase ini per ha kurang lebih 10 – 15 ton, Jika seluruh molase per ha ini diolah menjadi ethanol (fuel grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih 766 hingga 1,148 liter/ha FGE. Produksi bioetanol berbahan baku molase layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 24%.

F. Bioetanol dari Jerami Padi

Jerami padi mengandung kurang lebih 39% sellulosa dan 27,5% hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi bioethanol. Potensi produksi jerami padi per ha kurang lebih 10 – 15 ton, jerami basah dengan kadar air kurang lebih 60%. Jika seluruh jerami per ha ini diolah menjadi ethanol (fuel grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih 766 hingga 1,148 liter/ha FGE (perhitungan ada di lampiran). Dengan asumsi harga ethanol fuel grade sekarang adalah Rp. 5500,- (harga dari pertamina), maka nilai ekonominya kurang lebih Rp. 4,210,765 hingga 6,316,148 /ha. Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia adalah 11.9 juta ha. Artinya, potensi jerami padinya kurang lebih adalah 119 juta ton. Apabila seluruh jerami ini diolah menjadi bioethanol maka akan diperoleh sekitar 9,1 milyar liter bioethanol (FGE) dengan nilai ekonomi Rp. 50,1 trilyun. Jika dihitung-hitung ethanol dari jerami sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional. Kandungan jerami padi cocok untuk diolah menjadi

Page 24: makalah pengolahan limbah

bioetanol, namun perlu dipertimbangkan juga terhadap hara yang harus dikembalikan lagi ke lahan setelah panen dilakukan.Potensi bioetanol dari jerami padi menurut Kim and Dale (2004) adalah sebesar 0.28 l/kg jerami. Sedangkan kalau dihitung dengan cara Badger (2002) adalah sebesar 0.20l/kg jerami, sehingga dari data ini bisa diperkirakan berapa potensi bioetanol dari jerami padi di Indonesia (Tabel 3). Jika prediksi minimal dengan cara Badger (2002), maka jumlah bioetanol yang dihasilkan dapat menggantikan bensin sejumlah 7,915 - 11,874 juta liter, artinya cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional selama satu tahun.Tabel 3. Potensi bioetanol dari jerami padiPrediksi Prediksi potensi bioetanolKim and Dale (2004) 15,316 juta liter - 22,974 juta literBadger (2002) 10,940 juta liter - 16,410 juta liter

G. Bioetanol dari bonggol pisang

Bonggol pisang memiliki komposisi 76% pati, 20% air, sisanya adalah protein dan vitamin (Yuanita, 2008). Kandungan korbohidrat bonggol pisang tersebut sangat berpotensi sebagai sumber bioetanol. Bonggol pisang (Gambar 4) juga dapat dimanfaatkan untuk diambil patinya, pati ini menyerupai pati tepung sagu dan tepung tapioka. Bahan berpati yang digunakan sebagai bahan baku bioetanol disarankan memiliki sifat yaitu berkadar pati tinggi, memiliki potensi hasil yang tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur panen yang pendek (Prihandana, 2007).

Bonggol pisang dikupas dan dibersihkan dari kotoran, kemudian dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan sampai kering. Bonggol pisang dibuat kering bertujuan agar lebih awet dan menghilangkan kandungan airnya sehingga diperoleh bonggol yang kering dan dapat disimpan sebagai cadangan bahan baku (Anonim, 2008). Bonggol pisang kering digiling dengan mesin penggiling atau ditumbuk dengan penumbuk sehingga menjadi serbuk halus. Serbuk bonggol pisang lalu disaring atau diayak sehingga diperoleh pati yang homogen. Hasil penelitian Assegaf (2009), menyimpulkan bahwa Bonggol pisang (Musa paradisiacal) mempunyai prospek sebagai sumber bioetanol. Metode yang diterapkan adalah metode hidrolisis asam dan enzimatis, namun dari kedua metode tsb metode hidrolisis secara enzimatis merupakan proses yang lebih baik dibandingkan hidrolisis dengan katalis asam.

H. Bioetanol dari sigkong karet (singkong gajah)

Singkong karet merupakan salah satu jenis singkong pohon yang mengandung senyawa beracun, yaitu asam sianida (HCN), sehingga tidak diperdagangkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat (Anonim, 2006). Singkong karet (singkong gajah) kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat karena beracun, oleh karena itu sangat tepat sekali bila singkong jenis ini digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Penelitian Sriyanti (2003), menunjukkan bahwa dari tiga varietas singkong yakni varietas randu, mentega dan menthik ternyata kadar gula dan alkohol tertinggi terdapat pada varietas mentega yakni sebesar 11,8% mg untuk kadar gula, dan 2,94% mg untuk kadar alkohol. Menurut Sugiarti (2007) dalam Setyaningsih (2008), bahwa kandungan alkohol ubi kayu varietas randu yakni sebesar 51%. Menurut Ludfi (2006) dalam Setyaningsih (2008), setelah dilakukan pengujian terhadap kadar alcohol pada hasil fermentasi ampas umbi singkong karet, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar alkohol terendah adalah 11,70% pada waktu fermentasi 9 hari dan dosis ragi 2 gr. Sedangkan kadar alkohol tertinggi adalah 41,67% pada waktu fermentasi 15 hari dan dosis ragi 8 gr.Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melakukan uji coba pengembangan energi alternatif bioetanol dari bahan dasar singkong. Untuk menghasilkan bioetanol sekitar satu liter

Page 25: makalah pengolahan limbah

dibutuhkan sedikitnya 6,5 kilogram singkong. Bioetanol yang dihasilkan nantinya bisa untuk oktan 40% atau seperti minyak tanah, 70% seperti premium bahkan 90% seperti Pertamax. Biaya produksi untuk satu liternya sekitar Rp3.000 jadi kalau dijual Rp4.000 atau Rp5.000 tetap lebih murah dari premium.

I. Bioetanol dari Talas (Colocasia Esculenta)

Tanaman talas bentul (Colocasia esculenta L.) mempunyai nama lain Inggris yaitu taro, old cocoyam, dasheen, eddoe. Nama Prancis adalah taro. Di Indonesia dikenal dengan nama bentul, talas, keladi. Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah yang basah dengan temperatur 25–30 oC dan dengan kelembaban yang tinggi. Talas tumbuh dari ketinggian 1200 m dpl di Malaysia, di Filipina 1800, dan bahkan 2700 m di Papua New Guinea. Tanaman ini toleran terhadap naungan /tempat teduh dan ditanam sebagai tanaman selingan pada pertanian. Kadar pati talas 66.8 % sedangkan kadar air sekitar 7,2 %. Retno, dkk., (2008) meneliti bioetanol dari tepung talas. Tepung talas kering selanjutnya digunakan pada reaksi hidrolisa dengan katalis enzim alpha amylase pada pH 6.9 suhu 80oC dan katalis enzim Glucoamylase pada pH 4.8 suhu 55 oC untuk menghasilkan glukosa. Bioetanol yang diperoleh dari 8.7 kg tepung talas sebesar 1006 ml. Biaya yang dibutuhkan pada pembuatan etanol fuel grade dari tepung Talas (Colocasia esculenta) dengan kadar 99.4 %, sebesar Rp. 6,625,00/ Liter (enam ribu enam ratus dua puluh lima per liter).

III. BIOETANOL SUMBER ENERGI TERBARUKAN YANG RAMAH LINGKUNGAN

Penggunaan bioetanol sebagai campuran BBM dapat mengurangi emisi karbon monooksida dan asap lainnya dari kendaraan. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa negara yang sudah lebih dulu mengaplikasikannya, seperti Brazil dan Jepang. Perkembangan bisnis bioetanol di Indonesia seharusnya juga bisa menyamai kedua negara tersebut. Dengan melimpahnya bahan baku, seharusnya kita bisa menggantikan sebagian pemakaian BBM yang sudah semakin langka dengan bioetanol. Selain untuk bahan bakar (Fuel Grade Ethanol), Bioethanol dapat digunakan untuk industri kimia, farmasi, kedokteran, kosmetik, bahan baku aneka minuman, dll.Bioethanol bisa dijadikan pengganti bahan bakar minyak tanah. Selain hemat, pembuatannya bisa dilakukan di rumah sendiri dengan mudah, selain itu juga lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Bila sehari menggunakan minyak tanah seharga Rp 16 ribu, maka dengan bioethanol bisa hemat Rp 4 ribu. Pengalaman membuat dan menggunakan bioethanol ini diceritakan oleh Bambang Kisudono, warga kota Surabaya yang memanfaatkan sampah dapurnya untuk membuat dan mengembangkan bioethanol di lingkungannya. Awalnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Surabaya (ITS) dari kajiannya menyimpulkan bahwa bioethanol dengan kompor khusus terbukti lebih efisien ketimbang kompor kerosin. Sehingga membuat Bambang berinisiatif melakukan pengolahan bioethanol sendiri.

Perbandingan penggunaan bioethanol dan minyak tanah adalah 1:3. Artinya dengan 3 liter minyak tanah, sebanding dengan satu liter bio-ethanol. Dengan volume 100 cc akan membuat api menyala sekitar 30-40 menit. Bahkan menurut peneliti bio-ethanol Ir Sri Nurhatika MP di ITS, Surabaya, mengemukakan lebih hemat lagi karena perbandingan 1 liter bioetanol sama dengan 9 liter minyak tanah. Skala rumahan proses pembuatan bioethanol terbagi tiga, yaitu bahan berpati, bergula dan bahan selulosa. Bahan baku bergula, misalnya tebu, nira, dan aren. Sedangkan bahan berpati, misalnya sagu, ubi kayu, jagung, biji sorgum, dan kentang manis. Bahan ini umumnya dimakan oleh manusia. Sehingga sebaiknya pengembangan bioethanol masa depan lebih ditujukan kepada penggunaan bahan yang tidak dimakan manusia, sehingga tidak mengganggu ketahanan pangan nasional.

Page 26: makalah pengolahan limbah

IV. PENUTUP (PELUANG DAN PROSPEK)

Bioetanol adalah bahan bakar alternatif masa depan yang ramah lingkungan dan bersifat renewable,Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan, penggunaannya sebagai campuran BBM terbukti dapat mengurangi emisi karbon monoksida dan asap lainnya dari kendaraan. Saat ini bioethanol juga bisa dijadikan pengganti bahan bakar minyak tanah. Selain hemat, pembuatannya bisa dilakukan di rumah dengan mudah, lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Dengan demikian bisnis bioetanol di Indonesia mempunyai prospek yang cerah karena melimpahnya bahan baku, seperti singkong, tebu, aren, jagung maupun hasil samping pabrik gula (molase). Dari sektor kehutanan bioetanol bisa dihasilkan dari sagu, nipah, dan aren.merupakan salah satu bahan bakar nabati yang saat ini menjadi primadona untuk mengggantikan minyak bumi. Mengingat potensi hutan alam sagu Indonesia yang luas, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Mengingat variasi genetik yang terbesar di dunia, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan sagu sebagai sumber energi alternatif masa datang. Untuk menutupi kebutuhan pangan hanya 5% dari potensi yang ada, sehingga sisanya dapat dimanfaatkan sebagai sumber bioetanol. Untuk pengembangan budidaya sagu, masyarakat selama ini sudah mengenal teknik perbanyakan tanaman sagu secara vegetatif, sehingga untuk mendorong masyarakat lebih giat membudidayakan sagu tidak sulit. Pemanfaatan hutan alam sagu, maupun hutan tanaman sagu, yang diiringi pengembangan budidaya serta berdirinya industri bioetanol akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Bioethanol bisa dijadikan pengganti bahan bakar minyak tanah. Selain hemat, pembuatannya bisa dilakukan di rumah sendiri dengan mudah, selain itu juga lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Bila sehari menggunakan minyak tanah seharga Rp 16 ribu, maka dengan bioethanol bisa hemat Rp 4 ribu. Perbandingan penggunaan bioethanol dan minyak tanah adalah 1:3. Artinya dengan 3 liter minyak tanah, sebanding dengan satu liter bio-ethanol. Dengan volume 100 cc akan membuat api menyala sekitar 30-40 menit.