Pengobatan Hepatitis A

7
Pengobatan Hepatitis A Tidak ada yg spesifik Infeksi akut dicegah dg pemberian imunoglonulin dalam 2 minggu setelah terinfeksi atau dg vaksin Rawat jalan, 13 % perlu rawat inap dg indikasi muntah hebat, dehidrasi dg kesulitan masukan per oral Istirahat Pencegahan terhadap bahan hepatotoksik (mis asetaminofen) Tipe kolestatik berikan kortikosteroid jangka pendek Tipe fulminan à ruang perawatan intensif dg evaluasi waktu protrombin secara periodik Pengobatan hepatitis B Prinsip : suportif dan pemantauan gejala penyakit. Tujuan : penyembuhan total dari infeksi HBV sehingga virus tsb dieliminasi dari tubuh dan kerusakan yang ditimbulkan oleh reaksi imunologis di dalam hati terutama CH serta komplikasinya dapat dicegah. Indikasi rawat: tanda2 dehidrasi berat dgn kesulitan masukan peroral Kadar SGOT-SGPT > 10 x nilai normal Bila ada kecurigaan hepatitis fulminan Namun tidak berlaku pada neonatus, bayi, dan anak < 3 tahun dimana hep B tidak menimbulkan gejala. Efek samping : sistemik (lelah, panas, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, anoreksia, mual, muntah, diare, nyeri perut, rambut rontok) autoimun : timbulnya auto-antibodi, antibodi anti-interferon, hiper dan hipo tiroidisme, diabetes, anemia hemolitik, ITP. hematologis : trombositopeni, lekopeni, penurunan kadar Hb imunologis : mudah terkena infeksi bakterial neurologis : susah konsentrasi, gangguan tidur, delirium, kejang, koma, tinitus psikologis : gelisah, depresi,paranoid. 1. Interferon alfa Terapi standar dgn gejala dekompensasi hati (asites, ensefalopati, koagulopati, dan hipoalbuminemia)

description

hepatitis a

Transcript of Pengobatan Hepatitis A

Page 1: Pengobatan Hepatitis A

Pengobatan Hepatitis A• Tidak ada yg spesifik• Infeksi akut dicegah dg pemberian imunoglonulin dalam 2 minggu setelah

terinfeksi atau dg vaksin• Rawat jalan, 13 % perlu rawat inap dg indikasi muntah hebat, dehidrasi

dg kesulitan masukan per oral• Istirahat• Pencegahan terhadap bahan hepatotoksik (mis asetaminofen)• Tipe kolestatik berikan kortikosteroid jangka pendek• Tipe fulminan à ruang perawatan intensif dg evaluasi waktu protrombin

secara periodikPengobatan hepatitis B• Prinsip : suportif dan pemantauan gejala penyakit.• Tujuan : penyembuhan total dari infeksi HBV sehingga virus tsb

dieliminasi dari tubuh dan kerusakan yang ditimbulkan oleh reaksi imunologis di dalam hati terutama CH serta komplikasinya dapat dicegah.

• Indikasi rawat:– tanda2 dehidrasi berat dgn kesulitan masukan peroral– Kadar SGOT-SGPT > 10 x nilai normal– Bila ada kecurigaan hepatitis fulminan

• Namun tidak berlaku pada neonatus, bayi, dan anak < 3 tahun dimana hep B tidak menimbulkan gejala.

• Efek samping :– sistemik (lelah, panas, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi,

anoreksia, mual, muntah, diare, nyeri perut, rambut rontok)– autoimun : timbulnya auto-antibodi, antibodi anti-interferon, hiper

dan hipo tiroidisme, diabetes, anemia hemolitik, ITP.– hematologis : trombositopeni, lekopeni, penurunan kadar Hb– imunologis : mudah terkena infeksi bakterial– neurologis : susah konsentrasi, gangguan tidur, delirium, kejang,

koma, tinitus– psikologis : gelisah, depresi,paranoid.

1. Interferon alfa• Terapi standar dgn gejala dekompensasi hati (asites, ensefalopati,

koagulopati, dan hipoalbuminemia) dengan replikasi aktif (HBeAg dan DNA HBV) serta éHBsAg serum : interferon-alfa-2b (IFN- 2b)α

• Dosis : 3 MU/m2, subkutan 3 x seminggu, diberikan selama 16 minggu.• Kontraindikasi : netropenia, trombositopenia, gangguan jiwa, adiksi thd

alkohol dan penyalahgunaan obat.• Evaluasi : klinis dan laboratoris (ALT, AST, albumin, bilirubin,

pemeriksaan darah tepi) setiap 4 minggu selama pengobatan.• Pemeriksaan HBsAg, HbeAg, dan DNA HBV dilakukan saat mulai, selesai

terapi dan 6 bulan pasca terapi.• Hentikan atau kurangi dosis bila : dekompensasi hati, depresi SSTL,

depresi kejiwaan berat, dan efek samping yg berat.2. Analog Nukleosida• diberikan pada penderita yang mengalami kegagalan terapi dengan

interferon.• Jenisnya : lamivudin, famsiklovir, dan adefovir.

Page 2: Pengobatan Hepatitis A

• Lamivudin : obat utama dengan replikasi aktif dan peningkatan kadar HBsAg serum dgn spesifikasi : kontraindikasi penggunaan INF.

• Dosis lamivudin : 3 mg/kbBB sekali sehari selama 52 minggu atau 1 tahun.

Lamivudin• Merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin. Lamivudin dimetabolisme

di hepatosit menjadi bentuk trifosfat yang aktif. Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polymerase virus (reverse transcriptase, RT). Lamivudin tidak hanya aktif terhadap HBV wikdtype saja, namun juga terhadap varian precore/core promoter. Selain itu, terbukti lamivudin dapat mengatasi hiperresponsivitas sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi kronik

• Resistensi. Disebabkan adanya mutasi pada DNA polymerase virus.• Farmakokinetik. • Bioavailabilitas oral lamivudin adalah 80%. C-max tercapai dalam 0.5-1.5

jam setelah pemberian dosis. Lamivudin didistribusikan secara luas dengan Vd setara dengan volume cairan tubuh. Waktu paruh plasma ± 9 jam dan ± 70% dosis diekskresikan dalam bentuk utuh di urin. sekitar 5% lamivudin dimetabolisme menjadi bentuk tidak aktif. Pada insufisiensi ginjal sedang, dosis perlu diturunkan. Trimetoprim menurunkan klirens renal lamivudin

• Indikasi. Infeksi HBV• Dosis.• Dewasa: Peroral 100 mg/hari• Anak: 1 mg/kg, bila perlu ditingkatkan hingga 100 mg/hari• Lama terapi yang dianjurkan adalah 1 tahun pada pasien HBeAg (-) dan

>1 tahun pada pasien HBe (+)• Efek Samping.• Umumnya ditoleransi baik. Efek samping seperti fatigue, sakit kepala dan

mual. Pada dosis yang lebih  besar (300 mg, untuk HIV) kecuali terapi HBV, timbul asidosis laktat dan hepatomegali

• Peningkatan ALT dan AST dapat terjadi pada 30-40% pasien. Biasanya peningkatan ALT dan AST berhubungan dengan munculnya mutan HBV yang resisten terhadap lamivudin.

Pengobatan Hepatitis C• Tujuan: mengeliminasi virus & mencegah progresivitas penyakit menjadi

sirosis maupun karsinoma hepatoselular• Rekomendasi FDA saat ini: kombinas interferon & ribavirin• Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti:

Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati.

Interferon• Merupakan protein, berperan sebagai sitokin yang memiliki efek

antivirus, imunomodulator dan antiproliferatif, yang diproduksi oleh tubuh dari berbagai stimulus. Macam: alfa, beta, gamma. Sediaan natural dan rekombinan yang paling banyak digunakan dalam klinis adalah IFN-

Page 3: Pengobatan Hepatitis A

• IFN- α dan IFN- , β merupakan family IFN tipe I, yang bersifat tahan asam dan bekerja pada reseptor yang sama. IFN biasanya diinduksi oleh infeksi virus. IFN- γ merupakan IFN tipe II yang tidak tahan asam dan bekerja pada reseptor yang berbeda. IFN- γ biasanya dihasilkan oleh limfosit T.

Mekanisme Kerja• Setelah berikatan dengan reseptor selular spesifik, IFN

mengaktivasi jalur transduksisinyal JAK-STAT, menyebabkan translokasi inti kompleks protein seluler yang berikatan dengan interferon-specific response element. Ekspresi aktivasi transduksi sinyal ini adalah sintesis lebih dari dua lusin protein yang berefek antivirus. Efek antivirus melalui hambatan penetrasi virus, sintesis mRNA virus, translasi protein virus dan/atau assembly dan pelepasan virus. Virus dapat dihambat oleh IFN pada beberapa tahap, dan tahapan hambatannya berbeda pada tiap virus. Namun beberapa virus juga dapat melawan efek IFN dengan cara menghambat kerja protein tertentu yang diinduksi oleh IFN. Salah satunya adalah resistensi HCV terhadap IFN yang disebabkan oleh hambatan aktivitas protein kinase oleh HCV.

Farmakokinetik• Setelah injeksi intramuskular atau subkutan, absorbsi IFN mencapai 80%.

Kadar plasma bergantung pada dosis. Kadar plasma puncak dicapai setelah 4-8 jam dan kembali ke awal setelah 18-36 jam. Karena IFN menginduksi efek biologis yang cukup panjang dari durasinya, aktivitas IFN tidak selalu dapat diperkirakan dari sifat farmakokinetiknya.

• Setelah pemberian intravena, konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 30 menit. Setelah 4-8 jam setelah infus, IFN tidak lagi terdeteksi dalam plasma karena mengalami klirens renal yang cepat.

• Setelah terapi IFN dihentikan, IFN akan dieliminasi dari tubuh dalam waktu 18-36 jam.

• Saat ini, efikasi IFN telah diperbaiki dengan mengganti IFN standar dengan IFN terkonjugasi polietilen glikol (PEG-IFN, Pegylated-Interferon) yang lebih lambat eliminasi IFN lewat ginjal sehingga meningkatkan waktu paruh, menyebabkan konsentrasi plasma IFN lebih stabil, dan penurunan frekuensi injeksi dari 3 x menjadi 1 x seminggu.

• Saat ini terdapat 2 macam PEG-IFN yang berbeda kualitas dan kuantitas IFN terkonjugasi: 12 kDa PEG linear untuk IFN 2b dan 40 kDa rantai cabang PEG untuk IFN 2a.

• PEG-IFN dua kali lebih baik dari pada non-PEG-IFN pada terapi HCV kronik.

• Saat ini efikasi PEG-IFN sedang dievaluasi untuk terapi HBV kronik.• Dalam klinik. IFN digunakan pada berbagai kanker (melanoma,

karsinoma sel ginjal, leukemia mielositik kronik, hairy cell leukemia, dan kaposi’s sarcoma.

• IFN- α dalam kombinasi dengan ribavirin digunakan pada HCV.Farmakokinetik• Setelah injeksi intramuskular atau subkutan, absorbsi IFN mencapai 80%.

Kadar plasma bergantung pada dosis. Kadar plasma puncak dicapai setelah 4-8 jam dan kembali ke awal setelah 18-36 jam. Karena IFN

Page 4: Pengobatan Hepatitis A

menginduksi efek biologis yang cukup panjang dari durasinya, aktivitas IFN tidak selalu dapat diperkirakan dari sifat farmakokinetiknya.

• Setelah pemberian intravena, konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 30 menit. Setelah 4-8 jam setelah infus, IFN tidak lagi terdeteksi dalam plasma karena mengalami klirens renal yang cepat.

• Setelah terapi IFN dihentikan, IFN akan dieliminasi dari tubuh dalam waktu 18-36 jam.

• Saat ini, efikasi IFN telah diperbaiki dengan mengganti IFN standar dengan IFN terkonjugasi polietilen glikol (PEG-IFN, Pegylated-Interferon) yang lebih lambat eliminasi IFN lewat ginjal sehingga meningkatkan waktu paruh, menyebabkan konsentrasi plasma IFN lebih stabil, dan penurunan frekuensi injeksi dari 3 x menjadi 1 x seminggu.

• Saat ini terdapat 2 macam PEG-IFN yang berbeda kualitas dan kuantitas IFN terkonjugasi: 12 kDa PEG linear untuk IFN 2b dan 40 kDa rantai cabang PEG untuk IFN 2a.

• PEG-IFN dua kali lebih baik dari pada non-PEG-IFN pada terapi HCV kronik.

• Saat ini efikasi PEG-IFN sedang dievaluasi untuk terapi HBV kronik.• Dalam klinik. IFN digunakan pada berbagai kanker (melanoma,

karsinoma sel ginjal, leukemia mielositik kronik, hairy cell leukemia, dan kaposi’s sarcoma.

• IFN- α dalam kombinasi dengan ribavirin digunakan pada HCV.

Ribavirin Mekanisme Kerja. Merupakan analog guanosin yang cincin purinnya

tidak lengkap. Setelah mengalami fosforilasi intrasel, ribavirin trifosfat mengganggu tahap awal transkripsi virus, seperti proses capping dan elongasi mRNA, serta menghambat sintesis ribonukleoprotein.

Resistensi. Saat ini belum ada resistensi terhadap ribavirin, namun pada percobaan dengan menggunakan sel, terdapat sel-sel yang tidak dapat mengubah ribavirin menjadi bentuk aktifnya.

Spektrum aktivitas. Virus DNA dan RNA, khususnya orthomyxovirus (influenza A dan B), paramyxovirus (cacar air, respiratory syncytial virus-RSV) dan arena virus (Lassa, Junin, dll)

Indikasi. Terapi infeksi RSV pada bayi dengan risiko tinggi. Ribavirin digunakan dalam kombinasi dengan IFN- α atau PEG-IFN- α pada terapi HCV

Dosis. Peroral, 800-1200 mg/hari untuk terapi HCV; atau dalam bentuk aerosol (larutan 20 mg/ml)

Efek Samping. Ribavirin aerosol, menyebabkan iritasi kongjungtiva ringan, ruam, mengi

yang bersifat sementara. Ribavirin sistemik, menyebabkan anemia reversible yang tergantung

dosis, serta supresi sumsum tulang. Kadar tinggi ribavirin trifosfat dapat menyebabkan kerusakan oksidatif

pada membran, yang menyebabkan eritrofagositosis oleh retikuloendotelial system.

Bolus interavena dapat menyebabkan rigor

Page 5: Pengobatan Hepatitis A

Pada ± pasien HCV kronik yang mendapat kombinasi  IFN-ribavirin menghentikan terapi karena efek samping. Selain dari toksisitas IFN, ribavirin oral dapat meningkatkan fatigue, batuk, ruam, pruritus, mual, insomnia, dispnea, depresi dan anemia.

Pada studi preklinik, ribavirin bersifat teratogenik, embriotoksik, onkogenik dan mungkin gonadotoksik

Ribaviriin mutlak dikontraindikasikan pada wanita hamil

• Dosis interferon: 3 MU/m2 3x seminggu• Dosis ribavirin: 8,12, 15 mg/kgBB/hariDepartemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI