Pengkajian Neurologis Pada Pasien Stroke

13
PENGKAJIAN NEUROLOGIS PADA PASIEN STROKE *Oleh Kelompok 1 PSIK B 2012 * Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: umidina1 @yahoo.com Latar belakang Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting. Insiden Stroke di Amerika sejak tahun 2002 diperkirakan adalah 750.000 per tahun, dengan 200.000 merupakan Stroke berulang. Angka diantara orang Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi daripada orang kaukasian. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit ada satu orang Amerika yang terkena Stroke (Price, 2005,hal. 1106). Kasus Stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990-an sebuah penelitian menunjukkan kasus Stroke mencapai 3,98% dari seluruh penduduk. Diperkirakan 500.000 penduduk mendapat serangan Stroke dan sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Setelah tahun 2000 kasus Stroke terus melonjak. Pada 2004 hasil penelitian di beberapa rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena Stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang di rawat jalan atau tidak

description

Pengkajian Neurologis Pada Pasien Stroke

Transcript of Pengkajian Neurologis Pada Pasien Stroke

PENGKAJIAN NEUROLOGIS PADA PASIEN STROKE

*Oleh Kelompok 1 PSIK B 2012* Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas BrawijayaAlamat korespondensi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145

Email: [email protected] belakang

Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting. Insiden Stroke di Amerika sejak tahun 2002 diperkirakan adalah 750.000 per tahun, dengan 200.000 merupakan Stroke berulang. Angka diantara orang Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi daripada orang kaukasian. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit ada satu orang Amerika yang terkena Stroke (Price, 2005,hal. 1106).

Kasus Stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990-an sebuah penelitian menunjukkan kasus Stroke mencapai 3,98% dari seluruh penduduk. Diperkirakan 500.000 penduduk mendapat serangan Stroke dan sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Setelah tahun 2000 kasus Stroke terus melonjak. Pada 2004 hasil penelitian di beberapa rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena Stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang di rawat jalan atau tidak dibawa ke rumah sakit (karena tidak mampu atau jarak ke rumah sangat jauh) jauh lebih besar (Indra, 2010).

Berdasarkan kasus stroke yang ada maka diperlukan suatu metode pengkajian yang komprehensif, hal ini bertujuan untuk menentukan tindakan yang sesuai pada pasien stroke sehingga dapat untuk meminimalisir keparahan penyakit stroke tersebut. Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2007). Pengumpulan data yang akurat dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan pasien serta memudahkan perumusan diagnosa keperawatan (Doenges, 2008)

Perawat sebagai praktisi kesehatan yang dimana pengkajian, merupakan langkah utama dalam melakukan asuhan keperawatan yang diberikan sangatlah penting untuk mengetahui model pengkajian yang ada, hal ini dikarenakan masih minimnya model pengkajian yang dimiliki oleh perawat dalam melakukan pengkajian pasien stroke.

Terdapat beberapa model pengkajian pada pasien stroke. Beberapa model tersebut memiliki karakteristik tersendiri dalam penerapan pada pasien stroke, baik itu pada tipe stroke, waktu kejadian, dan professional yang menerapkan.

Berdasarkan latar belakang tersebutlah kelompok kami mengangkat tema seminar metode pengkajian neurologis pada pasien stroke sehingga diharapkan model pengkajian tersebut dapat membantu perawat sebagai praktisi kesehatan terdepan untuk menentukan diagnosa dan rencana keperawatan yang tepat untuk tujuan asuhan keperawatan yang memenuhi aspek holistic.

PEMBAHASANModel Pengkajian Neurologis Pada Pasien Stroke

Model pengkajian pasien stroke terdiri dari 5 model pengkajian, dimana model tersebut dibagi sesuai dengan waktu dan tujuan penggunaan, yaitu prehospital assament, acute assasment scale, functional outcame, other diagnostic & screening test. Dari kelima pembagian tersebut dalam makalah ini kami melakukan pembahasan pada lima model pengkajian yaitu FAST, Rossier, ABCD2, NIHSS, dan HUSS & HUNT.

Kelima model pengkajian tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, serta waktu penggunaan yang berbeda. Untuk model pengkajian yang pertama yaitu FAST, digunakan di pre hospital. FAST bertujuan untuk mengenali secara dini adanya stroke pada pasien. Kelebihan dari FAST waktu penerapan dilapangan sangat cepat karena hanya terdiri dari 3 item yaitu face, arm and speech, akan tetapi kekurangan dari model pengkajian FAST yaitu tidak bisa menentukan apakah orang tersebut mengalami stroke hemorargi atau non hemorargi serta tidak dapat menentukan tingkat keparahan dari stroke tersebut.

Untuk model pengkajian yang kedua yaitu Rossier, digunakan di ruang emergency, kelebihannya yaitu dapat menentukan tindakan dengan segera setelah diketahui onset kejadian serta dapat membedakan stroke mimics (gejala yang menyerupai stroke yaitu syncope dan kejang) atau stroke akut. Kelemahannya yaitu tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosa, pengkajian hanya sepintas dan perlu ditunjang dengan pemeriksaan yang lebih lanjut pada intra-hospital, serta tidak menunjukkan stroke pasien secara spesifik. Rossier dilakukan pada fase akut dan lebih tepat digunakan pada prehospital atau perawat triage (ruang emergensi).

Model pengkajian yang ketiga yaitu ABCD2 TIA assasment, dapat mendiagnosa adanya stroke yang berulang setelah terjadinya TIA, Specific pada Transient Inschemic Attack. Sedangkan kekurangannya yaitu tidak bisa digunakan pada fase akut. Model pengkajian selanjutnya yaitu NIHSS, dimana dalam model pengkajian ini memiliki kelebihan yaitu tidak hanya mengkaji derajat keparahan gangguan neurologis tetapi juga dapat mengidentifikasi adanya sumbatan pembuluh darah sedangkan kekurangannya tidak bisa digunakan pada stroke hemoragik.

Model pengkajian yang terakhir yaitu HUNT & HASS, model pengkajian ini memiliki kelebihan yaitu dapat menentukan tingkat keparahan stroke non hemorargi, sehingga membantu dalam penanganan yang lebih optimal, akan tetapi kekurangannya yaitu hanya berupa gambaran secara umum sehingga diperlukan kemampuan perawat yang lebih terlatih (pelatihan stroke) untuk melakukan penilaian.

Penggunaan model pengkajian yang sangat spesfik sangatlah penting dalam melakukan pengkajian neurologis, karena hal ini berkaitan dengan penentuan dalam memberikan asuhan keperawatan selanjutnya, yaitu penetapan diagnose dan intervensi.

Dalam melakukan pengkajian neurologis pada pasien stroke, factor yang harus dikaji yaitu,

NoPemeriksaan umumKeterangan

1.UmumTanda vital termasuk irama jantung, Bising kardial, meningismus

2.Kognitif -Tingkat kesadaran, behavior

- Orientasi, perhatian, gangguan lapang pandang

- Fungsi bahasa (kelancaran, komprehensi, repetisi)

- Refleks primitif (grasping, kurang inisiasi, perseverasi)

- Gangguan memori jangka pendek (3 kata dalam 5 menit)

3.Nervus kranial- Ptosis, refleks cahaya pupil, konfrontasi lapangan pandang

- Gerakan okuler, nistagmus

- Paralisis fasial dan sensasi

- Deviasi lidah dan palatum, disartria

4.Anggota gerak- Kedua lengan dan kaki serta kemampuan untuk mengangkat dan kekuatannya

- Ataksia

- Sensasi

- Refleks (refleks tendo, refleks kutaneus plantar)

Dengan melakukan pengkajian yang spesifik serta terfokus pada gangguan neurologis, maka akan dapat menunjukkan jenis stroke dan tingkat keparahan dari tingkat stroke tersebut.

Perbedaan Model Pengkajian Neurologis Pada Pasien Stroke

Model PengkajianJumlah dan deskripsi dari tiap itemWaktu PenerapanTempat penerapanJenis strokeInterprestasi dari tiap score

FAST (Face Arm Speech Test)Terdiri dari 3 item yaitu face untuk wajah, arm untuk lengan, dan speech untuk kemampuan berbicara, 0 segera beriokan terapi trombolsis dan lkakukan CT scan

ABCD2 Scale (TIA Assasment)Terdiri dari 5 item yaitu usia, TD, kelemahan,durasi dan diabetes25 gangguan neurologis sangat berat, 15-24 berat, 5-14 sedang