PENGGUNAAN FEED ADDITIVE TEPUNG DAUN SIRIH...
Transcript of PENGGUNAAN FEED ADDITIVE TEPUNG DAUN SIRIH...
PENGGUNAAN FEED ADDITIVE TEPUNG DAUN SIRIH
(Piper betle L.) PADA TERNAK RUMINANSIA SEBAGAI
SALAH SATU UPAYA MITIGASI METAN
INDRI YANI MARCELINA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Feed
Additive Tepung Daun Sirih (Piper betle L.) pada Ternak Ruminansia sebagai
Salah Satu Upaya Mitigasi Metan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Indri Yani Marcelina
NIM D24090057
ABSTRAK
INDRI YANI MARCELINA. Penggunaan Feed Additive Tepung Daun Sirih
(Piper betle L.) pada Ternak Ruminansia sebagai Salah Satu Upaya Mitigasi
Metan. Dibimbing oleh ASEP SUDARMAN dan ANURAGA JAYANEGARA.
Penelitian In vitro selama 48 jam inkubasi ini bertujuan untuk
mengevaluasi penggunaan tepung daun sirih (Piper betle L.) dalam ransum
terhadap produksi gas metan dalam rumen ternak ruminansia. Produksi metan di
dalam rumen diestimasi dengan menggunakan persamaan stoikiometri dari
proporsi asam lemak terbang yaitu asam asetat (C2), asam propionat (C3) dan
asam butirat (C4). Rancangan yang digunakan adalah RAK 3 ulangan dan 4
perlakuan dengan level penambahan tepung daun sirih 0%, 1%, 2%, dan 3%.
Perbedaan perlakuan diuji dengan menggunakan uji polynomial. Hasil penelitian
menunjukkan produksi gas metan dan total gas pada ransum dengan penambahan
2% tepung daun sirih lebih rendah dibanding dengan perlakuan yang lain. Tepung
daun sirih cenderung menurunkan jumlah protozoa (P<0.1) dan meningkatkan
proporsi asam propionat (C3) dan asam butirat (C4) secara nyata (P<0.05). Dosis
penggunaan tepung daun sirih yang tepat untuk diaplikasikan ke ternak adalah 2%
dalam ransum.
Kata kunci: gas metan (CH4), produksi gas, tepung daun sirih, VFA
ABSTRACT
INDRI YANI MARCELINA. The Use of Betel Leaf Meal (Piper betle L.) on
Ruminants for Mitigating Methane Emission. Supervised by ASEP SUDARMAN
and ANURAGA JAYANEGARA.
This research was conducted using In vitro technique for 48 hours of
incubation time. The aim was to evaluate supplementation of Betel leaf meal to
decrease methane production. Methane produced in the rumen was estimated by
using data of volatile fatty acids (VFA) partial concentration, particularly three
main acids, i.e. acetic acid, propionic acid and butyric acid. The experiment used
block randomized design with three replicates and four treatments. The treatments
were 0%, 1%, 2%, and 3% of betel leaf meal in feed. The results showed that
suplementation of Betel leaf meal decreased methane and total gas production.
Betel leaf meal also tended to decrease protozoa population (P<0.1), and
increased propionic acid (C3) proportion and butiric acid (C4) proportion (P<0.05).
The best dose of Betel leaf meal to reduce methane and to maintain optimum
rumen condition was 2%.
Key words : betel leaf meal, gas production, methane (CH4), VFA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
PENGGUNAAN FEED ADDITIVE TEPUNG DAUN SIRIH
(Piper betle L.) PADA TERNAK RUMINANSIA SEBAGAI
SALAH SATU UPAYA MITIGASI METAN
INDRI YANI MARCELINA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Penggunaan Feed Additive Tepung Daun Sirih (Piper betle L.) pada
Ternak Ruminansia sebagai Salah Satu Upaya Mitigasi Metan
Nama : Indri Yani Marcelina
NIM : D24090057
Disetujui oleh
Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc
Pembimbing I
Dr Anuraga Jayanegara, SPt,MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: ( )
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah mitigasi
metan, dengan judul Penggunaan Feed Additive Tepung Daun Sirih (Piper betle
L.) pada Ternak Ruminansia sebagai Salah Satu Upaya Mitigasi Metan.
Tepung daun sirih yang sudah terbukti khasiatnya sebagai salah satu herbal
penyembuh mastitis subklinis pada ternak perah diharapkan dapat menjadi hijauan
sumber feed additive yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak serta mampu
meminimalisir produksi gas metan pada saluran pencernaan ternak ruminansia.
Oleh karena itu dilakukan pengujian secara In vitro untuk mengukur produksi gas
metan dan total gas yang dihasilkan ternak dengan penambahan tepung daun sirih
dalam ransum.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh
gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat dan menambah amal kebaikan penulis dan pembimbing di akhirat
kelak. Amin.
Bogor, Februari 2014
Indri Yani Marcelina
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1 METODE 2
Bahan 2 Alat 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Prosedur Penelitian 2 Rancangan Percobaan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Nilai pH Rumen 7 Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Total 7 Proporsi Volatile Fatty Acid (VFA) Parsial 8 Populasi Protozoa 12 Produksi Gas Metan 13 Kinetika Produksi Gas 15 Estimasi DBO dan Nilai EM 17
SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR TABEL
1 Komposisi nutrient ransum perlakuan 5 2 Nilai pH rumen 7 3 Proporsi VFA parsial 9 4 Populasi protozoa rumen 12 5 Produksi gas, fraksi yang mudah dicerna, fraksi potensial didegradasi,
nilai potensial degradasi dan laju produksi gas per jam 16
6 Nilai DBO dan EM 17
DAFTAR GAMBAR
1 Nilai produksi VFA total masing-masing perlakuan 8 2 Kurva regresi linear dan kuadratik propionat (C3) 10 3 Kurva regresi linear kuadratik rasio C2:C3 10 4 Kurva regresi kuadratik proporsi butirat (C4) 11 5 Estimasi produksi gas metan (CH4) 14 6 Perkembangan produksi gas selama 48 jam inkubasi 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis ragam nilai pH rumen 21
2 Analisis ragam VFA total 21 3 Analisis ragam proporsi asam asetat (C2) 21 4 Analisis ragam proporsi asam propionat (C3) 22 5 Uji polinomial ortogonal proporsi asam propionat (C3) 22 6 Analisis ragam proporsi asam butirat (C4) 22
7 Uji polinomial ortogonal proporsi asam butirat (C4) 22 8 Analisis ragam proporsi isobutirat (IC4) 23
9 Analisis ragam rasio C2:C3 23 10 Uji polinomial ortogonal rasio C2:C3 23 11 Analisis ragam proporsi valerat (C5) 23
12 Analisis ragam proporsi isovalerat (IC5) 24 13 Analisis ragam populasi protozoa 24 14 Uji polinomial ortogonal populasi protozoa 24 15 Analisis ragam produksi gas metan (CH4) 24
16 Analisis ragam produksi gas total 25 17 Analisis ragam koefien (a) 25 18 Analisis ragam koefisien (b) 25
19 Analisis ragam koefisien (a+b) 26 20 Analisis ragam koefisien (c) 26 21 Analisis ragam estimasi DBO (Degradasi Bahan Organik) 26 22 Analisis ragam estimasi EM (Energi Metabolis) 27
PENDAHULUAN
Metan (CH4) adalah salah satu gas yang dihasilkan oleh proses pencernaan
fermentatif ternak ruminansia. Metan (CH4) adalah salah satu golongan gas rumah
kaca yang dapat menyebabkan efek gas rumah kaca. Gas rumah kaca di atmosfer
memiliki fungsi untuk menahan panas sehingga suhu di bumi ini dapat ideal untuk
kelangsungan makhluk hidup. Akan tetapi permasalahan yang muncul adalah
ketika konsentrasi gas rumah kaca di bumi ini berlebih sehingga menyebabkan
pemanasan global.
Sekitar 50% emisi gas metan merupakan hasil aktivitas manusia yang
berasal dari pertanian dimana 27% berasal dari sektor peternakan. Untuk
Indonesia, perkiraan emisi gas metan dari ternak ruminansia adalah 98% dari total
849 Gg per tahun, sedangkan 2% berasal dari babi dan kuda (Haryanto dan Thalib
2009). Gas metan pada ternak ruminansia berasal dari dua sumber yaitu berasal
dari menejemen kotoran (manure) dan dari hasil fermentasi saluran pencernaan
(enteric fermentation) yang akan dikeluarkan melalui proses eruktasi 83%,
pernafasan 16%, dan anus 1% (McDonald et al. 2002). Fermentasi dari saluran
pencernaan ternak menyumbang sebagian besar emisi gas metan yang dihasilkan
oleh sektor peternakan. Sebesar 80%-95% metan diproduksi di dalam rumen dan
5%-20% di dalam usus besar (Martin et al. 2008). Produksi gas metan dalam
saluran pencernaan ternak ruminansia disebabkan oleh adanya Archaea
metanogen yang bersimbiosis dengan protozoa rumen.
Selain mencemari lingkungan, produksi gas metan dari pencernaan ternak
juga merugikan ternak, serta peternak dapat mengalami kerugian biaya
pemeliharaan dari pakan. Hal tersebut disebabkan karena pembentukan metan
merupakan proses pemborosan yang dapat mengurangi 6%-10% gross energy
(Jayanegara dan Sofyan 2008) yang seharusnya dapat dikonversi dalam bentuk
produk fermentasi untuk mengoptimalkan produktivitas ternak. Mitigasi metan
adalah tindakan untuk meminimalisir produksi gas metan. Berbagai upaya telah
dilakukan dalam mengurangi emisi metan ruminansia dan strategi yang paling
berhasil untuk mereduksi emisi metan salah satunya dengan memodifikasi
ekosistem mikroba, tetapi manipulasi komponen mikroba dari sistem tersebut
harus terintegrasi (Morgavi et al. 2010) seperti penggunaan tanaman yang
mengandung saponin dan tanin sebagai pendefaunasi protozoa di dalam rumen.
Salah satu tanaman yang mengandung tanin dan saponin adalah sirih hijau
(Piper betle L.). Menurut hasil uji fitokimia daun sirih memiliki kandungan
minyak atsiri, tanin, fenol, saponin, flavonoid, dan asam amino yang cukup
lengkap. Kandungan tanin pada daun sirih muda dan daun tua adalah sama
(Darwis 1991). Penggunaan tepung daun sirih sebagai salah satu feed additive
alami untuk mengurangi jumlah metan dalam saluran pencernaan belum pernah
diteliti sebelumnya. Penelitian penambahan tepung daun sirih dalam ransum
diharapkan dapat menurunkan produksi metan pada sistem pencernaan ternak
ruminansia sehingga dapat meminimalisir kerusakan lingkungan sekaligus mampu
meningkatakan produktivitas ternak perah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan tepung daun
sirih terhadap produksi metan dan produksi gas pada pencernaan ternak
ruminansia sehingga didapatkan dosis penggunaan yang tepat.
2
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumen segar, larutan
McDougall, larutan buffer gas tes, H2SO4 pekat, HCl 0.5 N, larutan H2SO4 15%,
larutan NaOH 0.5 N, larutan indikator phenolphthalein (PP), larutan tryphan blue
formaline saline (TBFS), gas CO2, konsentrat komersil sapi perah, rumput gajah,
dan tepung daun sirih (Piper betle L.).
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat percobaan In vitro
seperti timbangan digital, tabung fermentor bersumbat karet, shaker waterbath,
syringe gas test, tabung gas CO2, pH meter, sentrifuse, erlenmeyer, tabung
microtube, counting chamber Fuchs-Rosenthal, mikroskop cahaya, termos,
spektrofotometer, dan set alat gas cromatograph.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara In vitro pada bulan Juli 2013 hingga
September 2013 di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB,
Analisa volatile fatty acid (VFA) parsial dan kandungan saponin tepung daun sirih
dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak, Balai Penelitian Ternak, Ciawi
Bogor. Pengujian kandungan tanin tepung daun sirih dilakukan di Laboratorium
Kimia Balai Besar Pasca Panen, Taman Cimanggu Bogor. Analisa proksimat
dilakukan di Laboratorium ITP INTP Fakultas Peternakan IPB.
Prosedur Penelitian
Pengambilan Cairan Rumen
Cairan rumen diambil pada pagi hari dari sapi Friesian holstein berfistula
sebelum diberi pakan. Penutup fistula dibersihkan dengan air hangat dan iodin
kemudian dibuka dan segera diambil cairan rumen. Setelah koleksi rumen selesai
tutup fistula segera dipasangkan kembali serapat mungkin lalu dibersihkan dengan
air dan iodin. Cairan rumen yang ditempatkan di dalam termos bersuhu 39 °C
dibawa ke laboratorium, disaring menggunakan kain nilon dan dialiri CO2.
Pembuatan Larutan McDougall sebagai Saliva Buatan
Sebanyak 800 ml aquades dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer ukuran 2
liter dengan ditambahkan bahan-bahan berikut: 9.8 g NaHCO3, 4.649 g
Na2HPO4.2H2O, 0.57 g KCl, 0.47 g NaCl, 0.12 g MgSO4
.7H2O, bahan tersebut
dihomogenkan dengan magnetic stirrer, setelah itu ditambahkan 0.04 g CaCl2 dan
aquades hingga volume 1 liter. Selanjutnya campuran dikocok dengan dialiri gas
CO2 perlahan-lahan untuk menurunkan pH hingga mencapai pH 7.
3
Inkubasi In vitro
Sampel pakan konsentrat dan hijauan dikeringkan dalam oven 60 °C,
digiling dan disaring menggunakan alat penyaring. Sampel diinkubasi In vitro
berdasarkan metode Tilley dan Terry (1963). Sebanyak 500 mg sampel diinkubasi
ke dalam tabung fermentor, kemudian ditambahkan dengan 10 ml cairan rumen
dan 40 ml larutan McDougall. Lalu tabung fermentor dimasukan ke dalam shaker
waterbath dengan suhu 39 °C, tabung dikocok dengan dialiri CO2 selama 30 detik,
kemudian ditutup dengan karet berventilasi. Setelah 4 jam, tutup karet fermentor
dibuka lalu rumen inkubasi dicek pH dengan pH meter hingga nilai yang tertera di
layar pH meter konstan. Setelah itu diambil sebanyak 2 ml cairan inkubasi dan
dimasukan ke dalam tabung microtube lalu ditambah H2SO4 untuk kemudian
dianalisa volatile fatty acid (VFA) parsial. Untuk analisa protozoa diambil
sebanyak 1 ml cairan rumen inkubasi dan dicampur ke dalam 1 ml larutan tryphan
blue formaline saline (TBFS). Sisa inkubasi kemudian ditetesi dengan HgCl2 dan
disentrifuse pada 4000 rpm selama 15 menit dan disimpan di freezer.
Analisa Volatile Fatty Acid (VFA) Total
Konsentrasi VFA total diukur dengan menggunakan teknik destilasi uap
(General Laboratory Procedure, Department of Dairy Science University of
Wisconsin 1966). Sebanyak 5 ml supernatan ditempatkan ke dalam corong
destilasi dan ditambah 1 ml H2SO4 15% sambil dimasukan perlahan ke dalam
tabung destilasi dengan dibilas menggunakan aquades kemudian corong ditutup.
Uap air ditampung di ujung tabung destilasi dengan erlenmeyer yang berisi NaOH
0.5 N sebanyak 5 ml. Setelah itu hasil destilasi ditetesi indikator PP dan dititrasi
dengan HCl 0.5 N. Konsentrasi VFA total dihitung dengan rumus:
*( ) (
)+
Keterangan : a = volume titran blanko
b = volume titran sampel
Analisa Volatile Fatty Acid (VFA) Parsial
Analisa menggunakan alat set gas cromatograph Bruker® Scion 436-GC,
dan SHO-40 dengan sistem auto inject. Sampel rumen yang telah diasamkan
ditambah dengan 0.003 gram asam sulfo 5 salisilat dehidrat. Kemudian campuran
dalam tabung microtube tersebut disentrifus selama 10 menit pada 12000 rpm dan
suhu 7 °C. Selanjutnya supernatan dimasukan ke dalam tabung berpenutup dan
ditempatkan ke dalam rak Bruker® SHO-40. Pada saat analisa berlangsung akan
muncul zona peak, peak tersebut kemudian dibaca pada menit ke 6.93 untuk asetat,
7.75 untuk propionat, 8.08 untuk isobutirat, 8.82 untuk butirat, 9.46 untuk
isovalerat, dan menit ke 10.64 untuk valerat. Hasil kromatogram dan nilai VFA
parsial muncul di layar monitor lalu kemudian keluar dalam bentuk print out.
Populasi Protozoa Rumen
Populasi protozoa dihitung berdasarkan pewarnaan dengan larutan TBFS.
Sebanyak ±0.01 ml sampel ditempatkan pada counting chamber Fuchs-Rosenthal
dengan tebal 0.2 mm dan luas kotak terkecil 0.0625 mm2. Perhitungan jumlah
4
protozoa dilakukan dengan mikroskop cahaya pada pembesaran 100 kali. Populasi
protozoa dihitung dengan rumus:
Keterangan: n = jumlah protozoa yang terhitung dalam counting chamber
FP = faktor pengencer
Produksi Gas Metan
Produksi gas metan dapat dihitung dengan pendekatan stoikiometri proporsi
VFA parsial. Menurut Moss et al. (2000) produksi metan dapat dihitung melalui
persamaan:
CH4 = 0.45C2 – 0.275C3 + 0.40C4
Keterangan:
CH4 = gas metan yang dihasilkan
C2 = asetat
C3 = propionat
C4 = butirat
Inkubasi Gas Test
Pembuatan larutan buffer diperlukan bahan 0.1 ml larutan mineral mikro
(13.2 g CaCl2.2H2O+ 10 g MnCl2
.4H2O+ 1 g CoCl2
.6H2O + 8 g FeCl3
.6H2O +
aquades hingga volume 100 ml), 200 ml larutan buffer rumen (4 g NH4HCO3 + 35
g NaHCO3 + aquades hingga volume 1000 ml), 200 ml larutan makro (5.7 g
Na2HPO4 anhydrous + 6.2 g KHPO4 anhydrous + 0.6 g MgSO4.7H2O + aquades
hingga mencapai volume 1000 ml), 1 ml larutan resazurin 0.1% (w v-1
), dan
sebanyak 40 ml larutan pereduksi (4 ml NaOH 1N + 625 mg Na2S.9H2O + 95 ml
aquades).
Sampel diinkubasi berdasarkan metode Menke et al. (1979). Piston diberi
vaselin, kemudian 230 mg bahan pakan ditimbang dan dimasukan ke dalam
syringe, lalu piston dipasang. Media yang sudah diaduk dan dialiri gas CO2
ditempatkan ke dalam waterbath 39 °C. Setelah itu, satu bagian cairan rumen
dicampur dengan larutan buffer hingga homogen. Campuran tersebut kemudian
disimpan di dalam waterbath dan dialiri CO2. Sebanyak 30 ml campuran media
cairan rumen dimasukan ke masing-masing syringe, udara yang ada dalam syringe
dikeluarkan dan klep syringe ditutup. Posisi piston dibaca pada waktu sebelum
inkubasi (Gb0), lalu diinkubasi dalam waterbath bersuhu 39 °C selama 48 jam.
Posisi piston dibaca dalam jarak dua jam selama 12 jam pertama, kemudian pada
jarak 4 jam pada 12 jam kedua, dan jarak 12 jam hingga 48 jam (Gb48).
Cara perhitungan:
(
)
*( ) (
)+
Dimana Gb dinyatakan dalam ml
FH = produksi gas standar dibagi dengan produksi sebenarnya dari hijauan
FC = produksi gas standar dibagi dengan produksi sebenarnya dari konsentrat.
5
Kinetika Produksi Gas
Kinetika produksi gas diestimasi melalui persamaan eksponensial yang
dideskripsikan oleh Ørskov dan McDonald (1979) sebagai berikut:
p = a + b (1 - e-ct
)
Nilai p adalah produksi gas kumulatif pada waktu t jam, sedangkan a, b, dan c
merupakan konstanta dari persamaan eksponensial tersebut. Konstanta dapat
diintrepretasikan sebagai produksi gas dari fraksi yang mudah larut (a), produksi
gas dari fraksi yang tidak larut namun dapat difermentasikan (b) dan laju reaksi
pembentukan gas (c), dengan demikian (a + b) dapat diartikan sebagai produksi
gas maksimum yang dapat terbentuk selama proses fermentasi pada waktu t
mendekati tak hingga. Perhitungan konstanta persamaan eksponensial dilakukan
dengan program SPSS.
Estimasi Degradasi Bahan Organik (DBO) dan Energi Metabolis (EM) Estimasi DBO dan EM dapat dihitung berdasarkan produksi gas 24 jam dan
kandungan nutrien pakan mengikuti formula sebagai berikut (Menke et al. 1979):
DBO (%) = 14.88 + 0.889PG + 0.045PK + 0.065XA
Keterangan:
DBO = degradasi bahan organik (%)
PG = produksi gas (ml)
PK = protein kasar (g kg-1 BK-1)
XA = abu (g kg-1 BK-1)
Sedangkan EM dihitung menggunakan rumus:
EM (kkal kg-1 DM-1) = 2.20 + 0.136PG + 0.057CP + 0.0029CP
2
Keterangan:
EM = energi metabolis
PG = produksi gas (ml)
CP = protein kasar (g kg-1 BK-1)
Analisis Proksimat
Sampel pakan untuk analisis kandungan nutrien, diambil sebanyak 2 kg
(hijauan) dan 1 kg (pakan penguat). Sampel dikeringkan dalam oven 60 °C.
Hijauan kering dan pakan penguat digiling. Sebanyak 50 g dari sampel hasil
gilingan dipisahkan untuk analisa proksimat, meliputi BK, Abu, PK, SK, LK.
Komposisi nutrien ransum ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi nutrien ransum perlakuan (% BK)
Kandungan nutrien* Level penambahan tepung daun sirih
0% 1% 2% 3%
Bahan kering (BK) (%) 90.860 90.830 90.800 90.770
Abu (%) 9.118 9.104 9.088 9.073
Protein kasar (PK) (%) 11.947 11.969 11.990 12.012
Serat kasar (SK) (%) 32.644 32.628 32.613 32.598
Lemak kasar (LK) (%) 3.676 3.652 3.623 3.603
Bahan ekstrak tanpa N (BETN) (%) 42.615 42.648 42.681 42.713
*Analisis proksimat Laboratorium ITP, INTP-IPB (2013).
6
Uji Kuantitatif Saponin (AOAC 2003)
Proses preparasi sebanyak 0.5 g sampel diekstrak dengan 10 ml MeOH
dengan diultrasonik selama 30 menit lalu difilter dan diambil filtratnya untuk
dianalisa. Selanjutnya pada proses pengerjaan sebanyak 0.25 ml sampel disimpan
dalam waterbath es, lalu ditambah 0.25 ml larutan vanilin dan 2.5 ml H2SO4 72%
lalu dipanaskan pada suhu 60 °C selama 10 menit. Setelah itu didinginkan hingga
suhu ruang dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 544 nm.
Uji Kuantitatif Tanin (AOAC 2003)
Sebanyak 2 g sampel dihaluskan, kemudian dimasukan ke dalam labu didih
lalu ditambahkan 350 ml air suling. Larutan kemudian direfluks selama 3 jam,
lalu didinginkan. Larutan kemudian disaring dan dipindahkan secara kuantitatif ke
dalam labu takar 500 ml dan diimpit dengan air suling hingga tanda tera dan
dihomogenkan. Sebanyak 2 ml filtrat dipipet ke dalam labu takar 100 ml dan
ditambahkan 2 ml pereaksi Folin Denis, serta 5 ml Na2CO3 jenuh. Larutan filtrat
diimpit dengan air suling lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 40 menit,
kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 725 nm.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari empat perlakuan dan tiga
ulangan. Perlakuan tersebut antara lain:
P0 = ransum basal (konsentrat:hijauan = 1:1) sebagai kontrol
P1 = ransum basal dengan penambahan tepung daun sirih 1%
P2 = ransum basal dengan penambahan tepung daun sirih 2%
P3 = ransum basal dengan penambahan tepung daun sirih 3%
Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan efek perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ = nilai rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
βj = pengaruh ulangan ke-j
εij = error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik
ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata diuji lanjut menggunakan
uji polynomial ortogonal (Steel dan Torrie 1993).
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai pH Rumen
Fermentasi pakan di dalam rumen akan mempengaruhi nilai pH rumen.
Nilai pH akan semakin turun ketika aktivitas fermentasi semakin tinggi. Nilai pH
rumen adalah faktor yang berpengaruh besar terhadap kondisi rumen, baik untuk
pertumbuhan mikroba rumen maupun dalam menghasilkan produk fermentasi
berupa VFA dan N-NH3 (McDonald et al. 2002). Berdasarkan hasil pengukuran
pH pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sirih berlevel
dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) pada nilai pH rumen. Data nilai
pH penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai pH rumen
*(P=0.271) Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, INTP IPB.
Setelah difermentasi selama 4 jam, nilai pH yang didapat mendekati pH
netral yaitu 6.707-6.773 dan masih berada dikisaran pH ideal rumen. Hasil
pengukuran pH tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Yamin
et al. (2013) bahwa penambahan tepung daun sirih hingga level 8% menunjukkan
pH yang tetap yaitu 6.7. Rataan pH rumen yang normal berada pada kisaran 6-7
(France dan Siddon 1993). Kebanyakan pertumbuhan archaea metanogenik
berada pada pH 6.7-7.4, tetapi optimalnya pada kisaran pH 7.0-7.2 dan proses
dapat gagal jika pH mendekati 6.0 (Karakashev 2005). Nilai pH yang diperoleh
dari masing-masing perlakuan termasuk dalam kategori yang baik untuk
berlangsungnya metabolisme di dalam rumen sehingga penambahan tepung daun
sirih hingga level 3% aman diberikan kepada ternak ruminansia.
Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Total
Proses pencernaan karbohidrat di dalam rumen ternak ruminansia akan
menghasilkan energi berupa VFA. Degradasi karbohidrat di dalam rumen
dilakukan dengan dua tahapan yaitu 1) karbohidrat kompleks (polisakarida:
selulosa, pati dan lain-lain) dihidrolisa menjadi gula sederhana (monosakarida
glukosa) oleh enzim-enzim mikroba rumen, 2) monosakarida menjadi piruvat
yang selanjutnya akan diubah menjadi produk akhir yaitu VFA (asetat, propionat
dan butirat) (McDonald et al. 2002). VFA sangat penting karena sebagai sumber
energi yang memenuhi sekitar 50%-70% dari kebutuhan energi ternak ruminansia
Level penambahan tepung daun sirih Nilai pH*
0% 6.737±0.06
1% 6.773±0.04
2% 6.743±0.04
3% 6.707±0.08
8
(Damron 2006). Hasil pengukuran VFA total dengan penambahan tepung daun
sirih dengan level yang berbeda dalam ransum dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 menunjukkan penambahan tepung daun sirih tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap produksi VFA total pada masing-masing
perlakuan. Konsentrasi VFA total yang layak bagi kelangsungan hidup ternak
yaitu 70-150 mM (McDonald et al. 2002). Nilai produksi VFA total pada
penelitian adalah 129.005-153.568 mM. Sehingga ransum dengan penambahan
tepung daun sirih dapat mencukupi kebutuhan energi untuk ternak.
Gambar 1 Nilai produksi VFA total masing-masing perlakuan *(P=0.184)
Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah INTP-IPB.
Produksi VFA mengalami peningkatan pada penambahan tepung daun sirih
dan VFA tertinggi yaitu pada penambahan 2%, akan tetapi produksi VFA
mengalami penurunan pada level 3%. Hal tersebut diduga karena kandungan zat
aktif daun sirih yang lebih banyak, salah satu zat aktif tersebut adalah eugenol.
Eugenol dapat menurunkan serta mengubah profil VFA karena eugenol dapat
membunuh bakteri pencerna serat. Hasil penelitian Castillejos et al. (2006)
penggunaan eugenol dengan dosis 500 mg l-1
dapat menurunkan VFA total dan
proporsi asetat. Selain itu daun sirih mengandung flavonoid, salah satunya adalah
fenol. Fenol daun sirih ini memiliki kemampuan membunuh bakteri 5 kali lipat
dari fenol biasa (Moeljanto 2003). Menurut Yamin et al. (2013) penambahan level
tepung daun sirih berpengaruh nyata terhadap produksi VFA total. Kadar VFA
yang tertinggi yaitu pada perlakuan 2%, tetapi kadar VFA menurun pada level 4%,
6% dan 8%.
Proporsi Volatile Fatty Acid (VFA) Parsial
Konsentrasi VFA total umumnya memberikan nilai yang kurang akurat
dibandingkan dengan proporsi VFA parsialnya (Church 1976). VFA terdiri dari
asetat, propionat, butirat, valerat, kaproat, isobutirat, isovalerat, 2-metilbutirat
dalam jumlah sedikit, serta beberapa jenis asam lainnya yang diproduksi di rumen
129.005
146.601 153.568
132.745
1
21
41
61
81
101
121
141
161
181
0% 1% 2% 3%
VFA
tota
l (m
Mol)
*
Level penambahan tepung daun sirih
9
sebagai hasil akhir fermentasi mikroba rumen (France dan Dijkstra 2005). Secara
umum asam asetat merupakan komponen terbesar yaitu sekitar 65%, asam
propionat 21%, asam butirat 14% (McDonald et al. 2002), isobutirat 1%,
isovalerat dan valerat di bawah 3% (Hungate 1966). Sapi perah yang diberi pakan
hijauan dan konsentrat 1:1 menghasilkan VFA total sebesar 109 mmol l-1
dengan
proporsi asetat 67%, propionat 21% dan butirat 12% (France dan Dijkstra 2005).
Hasil pengukuran proporsi VFA parsial pada penelitian ini ditampilkan pada
Tabel 3.
Tabel 3 Proporsi VFA parsial
Proporsi VFA
parsial (%)* Level penambahan tepung daun sirih P
Value Kuadratik**
0% 1% 2% 3%
Asetat (C2) 66.044±3.483 58.026±0.141 53.910±9.062 58.625±5.548 0.238 NS
Propionat (C3) 19.016±1.126a 24.202±0.741b 22.332±1.559b 22.281±0.539b 0.011 0.010
Butirat (C4) 9.076±0.645a 13.133±0.585b 13.749±2.198b 11.129±1.135ab 0.029 0.008
Isobutirat(IC4) 1.379±0.517 1.244±0.015 2.237±1.404 2.103±1.547 0.671 NS
Valerat (C5) 0.822±0.137 1.634±0.118 4.488±3.547 3.572±1.980 0.247 NS
Isovalerat(IC5) 1.020±0.217 1.761±0.021 3.283±2.279 2.290±0.799 0.276 NS
Rasio C2/C3 3.475±0.098b 2.399±0.079b 2.419±0.428a 2.636±0.308a 0.014 0.010 *Analisis Laboratorium Fisiologi Ternak, BPT Ciawi-Bogor (2013); Angka-angka pada baris yang sama yang
diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05); ** P Value pengaruh perlakuan secara kuadratik,
NS menunjukkan P>0.05.
Pada Tabel 3 penambahan tepung daun sirih menunjukkan pengaruh nyata
(P<0.05) terhadap proporsi propionat, butirat dan rasio C2:C3, tetapi tidak
menunjukkan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap proporsi asetat, isobutirat, valerat,
dan isovalerat. Proporsi asetat yang dihasilkan pada penelitian ini adalah
53.910%-66.044%. Menurunnya produksi asetat dengan penambahan tepung daun
sirih diharapkan dapat menurunkan produksi gas metan. Menurut Jayanegara dan
Sofyan (2008) produksi asetat diikuti dengan produksi H2 yang digunakan sebagai
substrat pada reaksi metanogenesis. Proporsi yang paling tinggi dihasilkan dalam
penelitian ini adalah asetat. Asetat banyak dihasilkan atau merupakan produk
utama fermentasi bakteri selulolitik (Hobson dan Jouany 1988).
Proporsi asam propionat akan meningkat apabila pakan mengandung
konsentrat yang tinggi pati, akan tetapi proporsi terbesar tetap asetat (France dan
Dijkstra 2005). Asam propionat yang dihasilkan dalam penelitian ini nyata
dipengaruhi oleh perlakuan (P<0.05). Nilai propionat dengan penambahan tepung
daun sirih mengalami peningkatan dengan rataan 19.016%-24.202%. Nilai
proporsi propionat pada umumya adalah 21% (McDonald et al. 2002). Pada
Gambar 2 menunjukkan proporsi propionat meningkat secara kuadratik,
meningkat pada level 1%-2% dan menurun pada level pemberian tepung daun
sirih sebanyak 3%. Peningkatan proporsi propionat dengan penambahan tepung
daun sirih tersebut diduga akibat adanya kandungan glukosa dalam daun sirih.
Sirih mengandung flavonoid yang termasuk dalam golongan glikosida flavonol,
selain itu sirih juga mengandung saponin yang termasuk glikosida saponin.
Glukosa adalah salah satu golongan Heksosa.
10
Gambar 2 Kurva proporsi propionat (C3)
Di dalam rumen heksosa dihidrolisis oleh bakteri amilolitik dan sakarolitik,
sehingga produksi asam laktat meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas
Streptococcus. Peningkatan asam laktat menyebabkan laju proses di jalur akrilat
mengalami peningkatan, sehingga menghasilkan propionat lebih tinggi (Arora
1989). Penurunan proporsi propionat dengan level pemberian lebih dari 2%
diduga karena kandungan kavicol daun sirih yang lebih tinggi sehingga
menurunkan aktifitas Streptococcus untuk menghasilkan laktat, sehingga laju di
jalur akrilat menurun yang menyebabkan produksi propionat menurun. Kavicol
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus. Menurut penelitian
Nalina dan Rahim (2007) ekstrak daun sirih mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans.
Gambar 3 Kurva rasio C2:C3
y = -1.309x2 + 4.719x + 19.460
R² = 0.589
15
20
25
0 1 2 3
Pro
pors
i pro
pio
nat
(C
3)
(%)
Level penambahan tepung daun sirih (%)
y = 0.323x2 - 1.219x + 3.430
R² = 0.756
2
3
4
0 1 2 3
Ras
io C
2:C
3
Level penambahan tepung daun sirih (%)
11
Peningkatan proporsi propionat dapat disebabkan oleh penggunaan H2 hasil
fermentasi untuk produksi propionat akibat rendahnya aktifitas metanogen dalam
pembentukan gas metan (CH4). Dengan meningkatnya proporsi propionat
diharapkan produksi metan yang dihasilkan dalam saluran pencernaan ruminansia
berkurang, selain itu meningkatnya proporsi propionat diharapkan mampu
meningkatkan produksi susu.
Proporsi propionat yang meningkat menyebabkan rasio asetat:propionat
menurun secara nyata (P<0.05). Gambar 3 menunjukkan penambahan tepung
daun sirih nyata menurunkan rasio C2:C3. Rasio C2:C3 dalam rumen dapat
memberikan indikasi tentang pemanfaatan hasil fermentasi tersebut lebih ke arah
produksi susu atau untuk perbaikan kualitas susu. Selain itu rasio C2:C3 juga dapat
digunakan untuk menentukan produksi metan. Jika Rasio C2:C3 rendah maka
metan yang dihasilkan dalam rumen rendah.
Selain berpengaruh nyata terhadap proporsi propionat, penambahan tepung
daun sirih juga nyata mempengaruhi (P<0.05) proporsi butirat. Rataan proporsi
butirat yang dihasilkan adalah 9.077%-13.750%. Nilai proporsi butirat umumnya
14% (McDonald et al. 2002).
Gambar 4 Kurva proporsi butirat (C4)
Gambar 4 menunjukkan proporsi butirat mengalami peningkatan secara
kuadratik dengan penambahan tepung daun sirih. Nilai butirat tertinggi yang
dihasilkan pada penelitian ini adalah pada penambahan 2% tepung daun sirih yaitu
sebesar 13.750%. Hal itu diduga karena jumlah asetat yang dihasilkan pada
perlakuan tersebut mengalami penurunan. Penurunan asetat tersebut karena
piruvat lebih banyak dikonversi menjadi acetil coenzim A yang merupakan
prekursor pembentukan butirat, sehingga penurunan asetat akan diikuti kenaikan
butirat.
Menurut McDonald et al. (2002) asam butirat dapat dibentuk di dalam
rumen dari asam asetat atau dari gabungan yang memunculkan aktivitas acetil
CoA. Peningkatan proporsi butirat ini bermanfaat untuk menentukan kualitas susu,
y = -1.669x2 + 5.686x + 9.087
R² = 0.746
5
7
9
11
13
15
17
0 1 2 3
Pro
pors
i buti
rat
(C4)
(%)
Level penambahan tepung daun sirih (%)
12
asam butirat merupakan salah satu prekursor pembentuk lemak susu meskipun
hanya menyumbang 10%.
Selain menghasilkan asetat, propionat dan butirat, pencernaan rumen juga
menghasilkan isobutirat (IC4), valerat (C5) dan isovalerat (IC5) meskipun dalam
jumlah proporsi yang kecil. Penambahan tepung daun sirih hingga level 3% tidak
mempengaruhi proporsi VFA tersebut (P<0.05). Namun terdapat pola yang sama
antara valerat (C5) dengan isovalerat (IC5) yang meningkat hingga level 2% dan
proporsinya menurun pada level 3%. Meningkatnya proporsi valerat dan
isovalerat ini bedampak positif, karena dalam proses pembentukannya
menggunakan H2 yang dihasilkan dalam pembentukan asetat dan butirat, sehingga
H2 yang berikatan dengan CO2 untuk membentuk metan semakin sedikit. Hal itu
akan mengakibatkan produksi metan dalam rumen menurun.
Populasi Protozoa
Protozoa merupakan salah satu mikroba yang hidup secara anaerob di dalam
rumen dan ikut mempengaruhi fermentasi rumen. Keberadaan protozoa dalam
rumen sering menggangu ekosistem bakteri karena memiliki sifat memangsa
bakteri. Selain itu keberadaan protozoa mempengaruhi jumlah metanogen di
dalam rumen, karena metanogen hidup bersimbiosis dengan protozoa. Sebanyak
20% (Bryden dan Annison 1998) sampai 37% (Newbold et al. 1995) metanogen
bersimbiosis dengan protozoa, dan sisanya beraktivitas bebas di dalam rumen.
Keberadaan protozoa di dalam rumen cukup penting, tetapi tidak mutlak dan
cenderung dapat merugikan sehingga perlu adanya proses defaunasi. Hasil
perhitungan populasi protozoa pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Populasi protozoa rumen
Level penambahan tepung daun sirih Populasi protozoa
(log sel ml-1
)*
0% 3.966±0.088b
1% 3.904±0.085ab
2% 3.828±0.113ab
3% 3.784±0.190a
*(P=0.076) Analisis Laboratorium BFMN INTP IPB (2013).
Tabel 4 menunjukkan penambahan tepung daun sirih cenderung
berpengaruh (P>0.1) terhadap penurunan jumlah protozoa rumen. Rataan populasi
protozoa rumen pada perlakuan yaitu 3.784-3.966 log sel ml-1
cairan rumen.
Semakin banyak penambahan tepung daun sirih jumlah protozoa rumen semakin
berkurang. Hal tersebut diduga karena tepung daun sirih memiliki kandungan
tanin dan saponin. Ketika dosis penambahan tepung daun sirih semakin tinggi
kandungan tanin dan saponinya semakin tinggi pula. Nilai tanin daun sirih yaitu
sebesar 2.61% dan saponinnya sebesar 3.55%. Saponin dapat menggangu
perkembangan populasi protozoa karena saponin mampu membuat suatu ikatan
13
yang kompleks dengan sterol pada permukaan membran sel protozoa, sehingga
menyebabkan membran sel protozoa pecah, lalu sel mengalami lisis dan akhirnya
mengalami kematian (Wallace et al. 2002). Tanin memiliki potensi menurunkan
jumlah protozoa dan produksi metan dengan tidak mempengaruhi kondisi normal
rumen. Menurut hasil penelitian Daning (2010) penambahan limbah teh hitam
(Bohea bulu) yang setara dengan kandungan tanin 3, 6, dan 12 mg g-1
substrat
pada fermentasi rumput gajah dan dedak halus secara In vitro nyata menurunkan
populasi protozoa, produksi gas dan metan.
Menurunnya protozoa diharapkan memberikan kesempatan hidup yang
lebih baik untuk mikroba rumen sehingga mampu meningkatkan jumlah bakteri
amilolitik yang dapat menghasilkan lebih banyak asam propionat. Hal ini sejalan
dengan proporsi propionat yang meningkat dengan penambahan tepung daun sirih
hingga level 2%. Hasil penelitian Yamin et al. (2013) menunjukkan jumlah
bakteri total rumen meningkat pada taraf pemberian tepung daun sirih sebesar 2%
dan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya level penggunaan tepung
daun sirih. Selain itu menurunnya jumlah protozoa diharapkan mampu
menurunkan jumlah metanogen sehingga gas metan yang dihasilkan akan
menurun. Menurut Jouany (1991) terdapat hubungan antara populasi protozoa dan
produksi gas metan dalam rumen. Semakin tinggi populasi protozoa, maka gas
metan yang dihasilkan semakin banyak.
Produksi Gas Metan
Pada ternak ruminansia senyawa-senyawa organik bahan pakan difermentasi
oleh mikroba rumen sehingga menghasilkan asam lemak mudah terbang, karbon
dioksida (CO2), hidrogen (H2) dan massa mikroba. Pada prinsipnya pembentukan
gas metan di dalam rumen terjadi melalui reduksi CO2 oleh H2 yang dikatalisis
oleh enzim yang dihasilkan Archaea metanogen menurut jalur reaksi seperti
berikut:
CO2 + 4H2 → 4 + 2H2O ; ∆ ⁰ = -32.75 kJ mol-1
H2 (Vlaming 2008).
Lebih dari 60 spesies metanogen yang diisolasi dari berbagai habitat yang
berbeda, namun hanya lima jenis metanogen yang telah diisolasi dalam rumen
yaitu Methanobacterium formicicum, Methanobrevibacter ruminantium,
Methanosarcina barkeri, Methanosarcina mazei, dan Methanomicrobium mobile.
Diantara kelima spesies tersebut hanya Methanobrevibacter ruminantium dan
Methanosarcina barkeri yang telah ditemukan pada populasi >106 koloni ml
-1
dalam rumen dan dianggap berperan penting pada proses metanogenesis di dalam
rumen (Moss et al. 2000).
Komposisi asam lemak terbang yang dihasilkan selama proses fermentasi
pakan di dalam rumen akan sangat berpengaruh terhadap produksi gas metan.
Sehingga menurut Moss et al. (2000) produksi gas metan dapat diestimasi dari
konsentrasi VFA parsial berupa asam asetat (C2), asam propionat (C3) dan asam
butirat (C4). Menurut Negara (2012) garis persamaan Moss et al. (2000) lebih
mendekati garis ideal, garis ideal adalah garis dimana nilai dari CH4 melalui
estimasi sama dengan CH4 melalui pengukuran, sehingga menunjukkan model
stoikiometri Moss et al. (2000) cukup akurat dalam memprediksi emisi gas metan.
14
Hasil perhitungan produksi gas metan pada penelitian ini ditampilkan dalam
Gambar 5. Penambahan tepung daun sirih dengan level penambahan 1%-3% pada
ransum belum optimal mengurangi produksi gas metan secara nyata (P>0.05).
Gambar 5 Estimasi produksi gas metan (CH4) *(P=0.206) Perhitungan
dengan menggunakan metode Moss et al. (2000).
Berdasarkan hasil penelitian, rataan produksi gas metan pada perlakuan
yaitu 23.618-28.120 mmol 100-1
mmol-1
. Penambahan 2% tepung daun sirih
menunjukan hasil produksi gas metan lebih rendah yaitu 23.618 mmol 100-1
mmol-1
. Hal ini besar kemungkinan disebabkan karena meningkatnya propionat
secara nyata (P<0.05) dalam rumen.
Proporsi asetat pada ransum dengan penambahan 2% tepung daun sirih juga
lebih rendah. Pada saat terjadi produksi asam asetat di dalam rumen, dihasilkan H2
dan CO2 yang dimanfaatkan oleh metanogen untuk proses metanogenesis. Jika
jumlah asetat yang dihasilkan menurun maka H2 dan CO2 yang dihasilkan
menurun. Hal tersebut dapat mengganggu proses metanogenesis, sehingga
produksi metan mengalami penurunan. Hasil estimasi produksi metan ini sesuai
dengan menurunnya nilai perhitungan rasio C2:C3 pada Tabel 3 yang secara nyata
dipengaruhi oleh penambahan tepung daun sirih. Selain itu hasil perhitungan
jumlah protozoa dalam penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah populasi
protozoa dengan semakin tingginya dosis penggunaan tepung daun sirih.
Menurunnya jumlah protozoa ini dapat menyebabkan menurunnya jumlah
Archaea metanogen yang bersimbiosis dengan protozoa.
Pada penggunaan tepung daun sirih sebanyak 3% produksi gas metan
mengalami peningkatan dibanding dengan penggunaan tepung daun sirih
sebanyak 2% tetapi tidak lebih tinggi dari ransum kontrol, padahal jumlah
protozoa pada taraf 3% tepung daun sirih menunjukkan hasil yang paling kecil.
Peningkatan produksi gas metan tersebut diduga karena proporsi asetat pada
penggunaan 3% tepung daun sirih menunjukkan hasil yang lebih besar dibanding
28.121
24.710 23.618 24.706
0
5
10
15
20
25
30
35
0% 1% 2% 3%
Pro
duksi
gas
met
an
(mm
ol
100
-1 m
mol-1
)*
Level penambahan tepung daun sirih
15
taraf 2%, selain itu proporsi propionat dan valerat untuk ransum 3% tepung daun
sirih proporsinya mengalami penurunan sesuai data Tabel 3.
Kinetika Produksi Gas
Produksi gas yang dihasilkan menunjukkan terjadinya proses fermentasi
pakan oleh mikroba di dalam rumen. Gas-gas ini dihasilkan dari suatu proses
fermentasi dan degradasi bahan organik yang dapat dicerna di dalam rumen. Data
produksi gas setelah 48 jam inkubasi diperlihatkan pada Gambar 6.
Gambar 6 Perkembangan produksi gas selama 48 jam inkubasi
0% tepung daun sirih y = 0.585 + 52.244 (1 - Ex-0.056t
),
1% tepung daun sirih y = 0.329 + 51.328 (1 - Ex-0.057t
),
2% tepung daun sirih y = -0.385 + 52.339 (1 -Ex-0.059t
),
3% tepung daun sirih y = 0.488 + 50.552 (1 - Ex-0.053t
).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh (P>0.05) dari
perlakuan yang diberikan terhadap produksi gas. Kisaran gas yang terbentuk dari
semua perlakuan adalah 46.805-49.336 ml 200 g-1
BK-1
. Semakin rendahnya
produksi gas dari ransum kontrol diduga akibat menurunnya jumlah protozoa
dalam rumen. Menurut Schlegel (1994) populasi protozoa di dalam rumen
berbanding langsung dengan produksi gas, apabila populasi protozoa menurun,
produksi gas akan menurun. Selain itu adanya kandungan saponin dan tanin yang
lebih tinggi pada level 3% sehingga gas yang dihasilkan lebih sedikit.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48
Pro
duksi
gas
(ml
20
0-1
g-1
BK
-1)
Waktu inkubasi (jam)
16
Menurut hasil penelitian Masruroh (2013) penggunaan saponin dari ekstrak
buah lerak mampu menurunkan produksi gas. Suplementasi bahan pakan yang
mengandung tanin dapat menurunkan gas total dari sistem fermentasi rumen
secara In vitro (Sajati 2012). Selain menurunnya jumlah protozoa, ransum dengan
penambahan 3% tepung daun sirih memiliki nilai potensial degradasi yang lebih
rendah dibanding ransum perlakuan lain, sehingga tingkat fermentasi dan
degradasi bahan organiknya rendah. Rendahnya kemampuan fermentasi tersebut
mengakibatkan jumlah gas yang dihasilkan juga semakin sedikit (Firsoni 2005).
Pola produksi gas dapat menggambarkan laju degradasi bahan organik.
Produksi gas terus meningkat dari 2 jam inkubasi hingga akhirnya mulai
melambat setelah 24 jam inkubasi. Tabel 5 menunjukkan nilai koefisien fraksi
yang mudah larut (a), fraksi yang potensial didegradasi (b), nilai potensial
degradasi (a + b), dan laju produksi gas per jam (c). Penambahan tepung daun
sirih tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap nilai koefisien (a),
koefisien (b), koefisien (a + b), dan koefisien (c).
Tabel 5 Produksi gas, fraksi yang mudah dicerna, fraksi potensial didegradasi,
nilai potensial degradasi dan laju produksi gas per jam
Waktu Level penambahan tepung daun sirih
0% 1% 2% 3%
0 0.000 0.000 0.000 0.000
2 6.913 6.714 6.028 6.240
4 11.440 10.761 10.336 10.400
6 15.380 14.811 14.647 14.476
8 19.009 18.942 18.437 17.682
10 23.674 23.247 23.440 21.496
12 26.179 25.828 26.283 24.096
16 30.841 30.385 31.530 28.081
20 36.199 35.640 36.874 34.149
24 39.657 39.258 40.146 37.790
36 45.879 45.120 45.484 43.685
48 49.336 48.224 48.587 46.806
Koefisien* 0% 1% 2% 3%
a 0.585 0.329 -0.385 0.488
b 52.244 51.328 52.339 50.552
a + b 52.829 51.657 51.954 51.040
c 0.056 0.057 0.059 0.053
*Berdasarkan persamaan Ørskov dan McDonald (1979) ; a = fraksi yang mudah larut, b = fraksi
yang potensial didegradasi, a + b = nilai potensial degradasi, c = laju produksi gas per jam.
Hasil perhitungan koefisien (a) pada penambahan 2% tepung daun sirih
didapat hasil -0.385, hal tersebut memungkinkan terjadi karena bakteri masih
berada pada fase lag (adaptasi). Lamanya fase adaptasi bakteri dengan kondisi
lingkungan baru dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
17
kandungan nutrien yang berbeda antara lingkungan baru dengan lingkungan
sebelumnya sehingga diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-
enzim hingga akhirnya bakteri masuk ke dalam fase log (pertumbuhan
eksponensial). Hal ini sesuai dengan hasil produksi gas pada ransum dengan
penambahan 2% tepung daun sirih yang cenderung lambat pada jam-jam pertama
dan mengalami peningkatan laju produksi gas pada jam ke-12 hingga jam ke-24
lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya.
Estimasi Nilai DBO dan Nilai EM
Estimasi degradasi bahan organik (DBO) dan energi termetabolis (EM)
dapat dihitung berdasarkan formula Menke et al. (1979) yang berdasarkan
produksi gas dan komposisi nutrien ransum perlakuan. Hasil perhitungan pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai DBO dan EM
Level penambahan tepung daun sirih DBO (%)* EM (kkal kg-1
DM-1
)*
0% 51.162±1.077 2044.364± 39.370
1% 50.807±1.372 2031.849± 50.158
2% 51.596±2.242 2061.179± 81.972
3% 49.501±3.017 1985.042±110.303
P value P=0.222 P=0.229
*Berdasarkan persamaan Menke et al. (1979).
Penambahan tepung daun sirih pada berbagai level tidak menunjukkan
pengaruh nyata (P>0.05) terhadap nilai DBO dan nilai EM. Terdapat kesamaan
pola antara nilai DBO dan EM pada masing-masing perlakuan. Terjadi penurunan
nilai DBO dan EM pada pemberian 1% tepung daun sirih. Pada saat ditambah 2%
tepung daun sirih, nilai DBO dan EM meningkat bagus dan turun lebih dari
kontrol saat ditambah 3% tepung daun sirih. Hasil tersebut sesuai dengan
perhitungan nilai fraksi yang mudah didegradasi (koefisen b) yang menunjukkan
nilai koefisien (b) pada level pemberian 2% tepung daun sirih lebih besar nilainya
jika dibanding dengan level 0%. Menurut Yamin et al. (2013) penambahan tepung
daun sirih berlevel tidak memperlihatkan pengaruh nyata terhadap nilai kecernaan
bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO), namun penambahan
2% tepung daun sirih mampu meningkatkan KCBK dan KCBO, peningkatan level
penambahan tepung daun sirih hingga 8% menurunkan KCBK dan KCBO.
Tingginya nilai fraksi yang potensial didegradasi diharapkan ransum
tersebut memiliki kemampuan didegradasi oleh mikroba rumen lebih baik
sehingga diharapkan mampu meningkatkan nilai kecernaan bahan organik ransum
tersebut. Kecernaan yang tinggi menunjukkan besarnya sumbangan nutrien pada
ternak. Tingginya hasil estimasi nilai EM pada ransum dengan penambahan 2%
tepung daun sirih sesuai dengan hasil pengukuran VFA total yang menghasilkan
rataan VFA total dengan jumlah yang lebih tinggi dibandingan dengan perlakuan
yang lain.
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan tepung daun sirih dengan level 1%-3% dalam ransum belum
nyata menurunkan gas metan yang dihasilkan di saluran pencernaan ternak
ruminansia tetapi mampu meningkatkan proporsi propionat dan butirat dengan
level optimal 2% tepung daun sirih dalam ransum.
Saran
Perlu adanya identifikasi bakteri rumen dengan teknik poly chain reaction
(PCR) sehingga dapat diketahui pasti jumlah metanogen yang masih ada dalam
rumen dan metode mitigasi dengan bahan lain yang langsung membunuh
metanogen tanpa mengurangi proporsi asetat untuk pembentukan lemak susu.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Assosiation of Official Analytical Chemist. 2003. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia
(US):AOAC.
Arora SP.1989. Pencernaan Mikroba pada Rumen. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Bryden WL, Annison EF. 1998. Prespectives on Ruminant Nutrition and
Metabolism. Department of Animal Sci. Camden (AU): Univ of Sydney.
Castillejos LS, Calsamiglia, Ferret A. 2006. Effect of essential oil active
compounds on rumen microbial fermentation and nutrient flow in In vitro
systems. J Dairy Sci. 89:2649-2658.
Church DC. 1976. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. Oregon
(GB): Oxford Univ Pr.
Damron WS. 2006. Introduction to Animal Science. Ohio (US): Prentice Hall.
Daning DRA. 2010. Limbah teh hitam (Bohea bulu) sebagai agen defaunasi
terhadap reduksi gas metan pada fermentasi rumen dalam mendukung
peternakan ramah lingkungan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Darwis SN. 1991. Potensi sirih (Piper betle Linn.) sebagai tanaman obat. Warta
Tumb Obat Indones. 1(1):11-12.
Firsoni. 2005. Manfaat tepung daun kelor (Moringa oleifera, Lam) dan glirisidia
(Gliciridia Sepium, Jacq) sebagai sumber protein dalam urea molases blok
(UMB) terhadap metabolisme pakan secara In vitro dan produksi susu sapi
perah. [tesis]. Malang (ID): Univ Brawijaya.
France J, Dijkstra L. 2005. Quantitative Aspect of Ruminant Digestion and
Metabolism. Ed ke-2. London (GB): CABI.
19
France J, Siddon RC. 1993. Volatile Fatty Acids Production. In: Forbers.
Quantitative Aspect Ruminant Digestion and Metabolism. Wallingford
(GB): CABI.
General Laboratory Procedure. 1966. Department of Dairy Sci.Madinson (WI):
Univ of Wiscosin.
Haryanto B, Thalib A. 2009. Emisi metana dari fermentasi enterik: kontribusinya
secara nasional dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ternak.
Wartazoa. 19(4):157-165.
Hobson PN, Jouany JP. 1988. Models Mathematical and Biological of The Rumen
Funcion. London (GB): Elsevier Science.
Hungate RE. 1966. The Rumen and Its Microbes. New York (US): Academic Pr.
Jayanegara A, Sofyan A. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin beberapa
hijauan secara In vitro menggunakan hohenheim gas test dengan polietilen
glikol sebagai determinan. Med Pet. 31:44-52.
Jouany JP. 1991. Defaunation of The Rumen. In: Rumen Microbial Metabolism
and Ruminant Digestion. Paris (FR): INRA.
Martin C, Doreau M, Morgavi DP. 2008. Methane Mitigation in Ruminants: From
Rumen Microbes to The Animal. Paris (FR): Herbivores Research Unit.
Masruroh S. 2013. Populasi protozoa dan produksi gas total dari rumen kambing
perah yang pakannya di suplementasi ekstrak herbal secara In vitro. JIP.
1(2):420-429.
McDonald PR, Edwards A, Greenhalg JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrion.
Ed ke-6. New York (US): John Willey.
Menke KH, Raab L, Salewski A, Steingab H, Schneider W. 1979. The estimation
of digestibility and metabolizable energy content of ruminant feedstuff from
the gas production when they are incubated with rumen liquor. J Agric Sci.
93:217-222.
Moeljanto RD. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke
Masa. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Morgavi DP, Forano E, Newbold CJ. 2010. Microbial ecosystem and
methanogenesis in ruminants. NCBI. 4(7):1024-1036.
Moss AR, Jouany JP, Newbold J. 2000. Methane production by ruminants: its
contribution to global warming. Ann Zootech. 49:231-253.
Nalina T, Rahim ZHA. 2007. The crude aqueous extract of Piper betle L. and its
antibacterial effect towards Streptococcus mutans. Am J Biochemist Biotech.
3(1):10-15.
Negara HP. 2012. Prediksi emisi gas metana pada ransum mengandung tanin
dalam sistem rusitec melalui komposisi asam lemak terbang. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Newbold CJ, Lassalas B, Jouany JP. 1995. The importance of methanogens
associated with ciliate protozoa in ruminal methane production In vitro. Lett
Appl Microbiol. 21:230-234.
Ørskov ER, McDonald I. 1979. The estimation of protein degradability in the
rumen from incubation measurements weighted according to rate of passage.
J Agric Sci. 92:499-503.
Sajati G. 2012. Pengaruh ekstuksi dan proteksi dengan tanin pada tepung kedelai
terhadap produksi gas total dan metan secara In vitro. IJFT. 1(1):39-54.
20
Schlegel HG. 1994. Mikrobiologi Umum. Penerjemah: T. Baskoro. Yogyakarta
(ID): UGM Pr.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan
Biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Tilley JM, Terry RA. 1963. Two-stage technique for In vitro digestion of forage
crop. J Brit Grass Soc. 18:104-111.
Vlaming JB. 2008. Quantifying variation in estimated methane emission from
ruminants using the sf6 tracer fechnique. [thesis]. New Zealand (AU):
Doctor of Phylosophy in Animal Sci. Massey Univ.
Wallace RJ, McEwan NR, McLntosh FM, Teferedegne B, Newbold CJ. 2002.
Natural product as manipulatiors of rumen fermentation. J Anim Sci.
15(10):1458-1468.
Karakashev D, Batstone DJ, Angelidaki I. 2005. Influence of environtmental
conditions on methanogenic compositions in anaerobic biogas reactors. Appl
Environ Microbiol. 71:331-338.
Yamin AA, Sudarman A, Evvyernie D. 2013. In vitro rumen fermentation and
anti mastitis bacterial activity of diet containing betel leaf meal (Piper betle
L.). Med Pet. 36(2):137-142.
21
Lampiran 1 Analisis ragam nilai pH rumen
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor koreksi 0.025a 5 0.005 3.709 0.071
Intercept 545.131 1 545.131 4.055E5 0.000
Kelompok 0.018 2 0.009 6.769 0.029
Perlakuan 0.007 3 0.002 1.669 0.271
Galat 0.008 6 0.001
Total 545.164 12
Total Terkoreksi 0.033 11
Lampiran 2 Analisis ragam VFA total
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor koreksi 1444.629a 5 288.926 1.619 0.286
Intercept 236814.565 1 236814.565 1.327E3 0.000
Kelompok 243.838 2 121.919 0.683 0.540
Perlakuan 1200.790 3 400.263 2.243 0.184
Galat 1070.791 6 178.465
Total 239329.985 12
Total terkoreksi 2515.420 11
Lampiran 3 Analisis ragam proporsi asam asetat (C2)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 228.334a 5 45.667 1.166 0.421
Intercept 41882.170 1 41882.170 1.070E3 0.000
Kelompok 10.712 2 5.356 0.137 0.875
Perlakuan 217.622 3 72.541 1.853 0.238
Galat 234.924 6 39.154
Total 42345.428 12
Total terkoreksi 463.258 11
22
Lampiran 4 Analisis ragam proporsi asam propionat (C3)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Model terkoreksi 41.930a 5 8.386 5.631 0.029
Intercept 5785.789 1 5785.789 3.885E3 0.000
Kelompok 0.142 2 0.071 0.048 0.954
Perlakuan 41.788 3 13.929 9.353 0.011
Galat 8.936 6 1.489
Total 5836.655 12
Total terkoreksi 50.866 11
Lampiran 5 Uji polinomial ortogonal proporsi asam propionat (C3)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Linear 9.420 1 9.420 2.273 0.163
Kuadratik 29.979 2 14.989 6.458 0.018
Lampiran 6 Analisis ragam proporsi asam butirat (C4)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 40.978a 5 8.196 3.754 0.069
Intercept 1663.045 1 1663.045 761.669 0.000
Kelompok 0.656 2 0.328 0.150 0.864
Perlakuan 40.322 3 13.441 6.156 0.029
Galat 13.101 6 2.183
Total 1717.124 12
Total terkoreksi 54.079 11
Lampiran 7 Uji polinomial ortogonal proporsi asam butirat (C4)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Linear - - - - -
Kuadratik 40.316 2 20.158 13.182 0.002
23
Lampiran 8 Analisis ragam proporsi isobutirat (IC4)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 3.116a 5 0.623 0.389 0.838
Intercept 29.153 1 29.153 18.189 0.008
Kelompok 0.992 2 0.496 0.309 0.747
Perlakuan 2.504 3 0.835 0.521 0.686
Galat 8.014 5 1.603
Total 45.741 11
Total terkoreksi 11.130 10
Lampiran 9 Analisis ragam rasio C2:C3
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 2.352a 5 0.470 5.187 0.035
Intercept 89.576 1 89.576 987.710 0.000
Kelompok 0.043 2 0.021 0.235 0.798
Perlakuan 2.309 3 0.770 8.489 0.014
Galat 0.544 6 0.091
Total 92.472 12
Total terkoreksi 2.896 11
Lampiran 10 Uji polinomial ortogonal rasio C2:C3
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Linear 0.935 1 0.935 4.769 0.054
Kuadratik 2.189 2 1.094 13.923 0.002
Lampiran 11 Analisis ragam proporsi valerat (C5)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 30.246a 5 6.049 1.268 0.385
Intercept 82.943 1 82.943 17.392 0.006
Kelompok 4.452 2 2.226 0.467 0.648
Perlakuan 25.794 3 8.598 1.803 0.247
Galat 28.614 6 4.769
Total 141.803 12
Total terkoreksi 58.859 11
24
Lampiran 12 Analisis ragam proporsi isovalerat (IC5)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Model terkoreksi 30.246a 5 6.049 1.268 0.385
Intercept 82.943 1 82.943 17.392 0.006
Kelompok 4.452 2 2.226 0.467 0.648
Perlakuan 25.794 3 8.598 1.803 0.247
Galat 28.614 6 4.769
Total 141.803 12
Total terkoreksi 58.859 11
Lampiran 13 Analisis ragam populasi protozoa
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 0.155a 5 0.031 6.126 0.024
Intercept 179.777 1 179.777 3.542E4 0.000
Kelompok 0.097 2 0.049 9.562 0.014
Perlakuan 0.058 3 0.019 3.836 0.076
Galat 0.030 6 0.005
Total 179.963 12
Total terkoreksi 0.186 11
Lampiran 14 Uji polinomial ortogonal populasi protozoa
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Linear 0.058 1 0.058 4.515 0.060
Kuadratik - - - - -
Lampiran 15 Analisis ragam produksi gas metan (CH4)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 36.464a 5 7.293 1.311 0.371
Intercept 7674.095 1 7674.095 1.379E3 0.000
Kelompok 2.001 2 1.001 0.180 0.840
Perlakuan 34.463 3 11.488 2.065 0.206
Galat 33.378 6 5.563
Total 7743.937 12
Total terkoreksi 69.842 11
25
Lampiran 16 Analisis ragam produksi gas total
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 57.308a 5 11.462 3.317 0.088
Intercept 27923.097 1 27923.097 8.082E3 0.000
Kelompok 47.171 2 23.585 6.826 0.028
Perlakuan 10.137 3 3.379 0.978 0.463
Galat 20.730 6 3.455
Total 28001.134 12
Total terkoreksi 78.038 11
Lampiran 17 Analisis ragam koefisien (a)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 4.111a 5 0.822 1.497 0.316
Intercept 0.666 1 0.666 1.214 0.313
Kelompok 2.423 2 1.211 2.206 0.191
Perlakuan 1.688 3 0.563 1.025 0.446
Galat 3.295 6 0.549
Total 8.073 12
Total terkoreksi 7.406 11
Lampiran 18 Analisis ragam koefisien (b)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 64.708a 5 12.942 2.365 0.162
Intercept 32216.391 1 32216.391 5.888E3 0.000
Kelompok 56.752 2 28.376 5.186 0.049
Perlakuan 7.956 3 2.652 0.485 0.705
Galat 32.830 6 5.472
Total 32313.929 12
Total terkoreksi 97.538 11
26
Lampiran 19 Analisis ragam koefisien (a + b)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor koreksi 81.238a 5 16.248 2.586 0.139
Intercept 32510.118 1 32510.118 5.174E3 0.000
Perlakuan 5.585 3 1.862 0.296 0.827
Kelompok 75.653 2 37.827 6.020 0.037
Galat 37.701 6 6.284
Total 32629.057 12
Total terkoreksi 118.940 11
Lampiran 20 Analisis ragam koefisien (c)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 0.000a 5 4.502E-5 1.196 0.410
Intercept 0.038 1 0.038 1.021E3 0.000
Kelompok 0.000 2 7.808E-5 2.075 0.207
Perlakuan 6.892E-5 3 2.297E-5 0.610 0.633
Galat 0.000 6 3.764E-5
Total 0.039 12
Total terkoreksi 0.000 11
Lampiran 21 Analisis ragam estimasi DBO (Degradasi Bahan Organik)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 34.166a 5 6.833 5.454 0.031
Intercept 30927.078 1 30927.078 2.469E4 0.000
Kelompok 26.822 2 13.411 10.705 0.010
Perlakuan 7.345 3 2.448 1.954 0.222
Galat 7.517 6 1.253
Total 30968.761 12
Total terkoreksi 41.683 11
27
Lampiran 22 Analisis ragam estimasi EM (Energi Metabolis)
Sumber Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah F hitung Sig.
Faktor terkoreksi 0.796a 5 0.159 5.429 0.031
Intercept 866.239 1 866.239 2.955E4 0.000
Kelompok 0.628 2 0.314 10.705 0.010
Perlakuan 0.168 3 0.056 1.912 0.229
Galat 0.176 6 0.029
Total 867.211 12
Total terkoreksi 0.972 11
28
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur pada
tanggal 11 Januari 1991. Penulis merupakan anak kedua dari
dua bersaudara dari pasangan Bapak H.Soepomo dan Ibu
Hj.Siti Mardhiyah. Pada 2006 penulis diterima di SMA Negeri
2 Lamongan. Penulis diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam
berbagai kegiatan kemahasiswaan, Siswa Leadership and Enterpreneurship
School (LES) 2009-2010, Staff public relation di LES BEM KM IPB tahun 2010-
2011, Anggota biro kewirausahaan BEM Fakultas Peternakan IPB kabinet
D’S -2011. Kepala biro kewirausahaan BEM Fakultas
D’O s 2011-2012. Penulis pernah mengikuti kegiatan
magang di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang, Jawa Timur 2012.
Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain PKMP didanai DIKTI
pada tahun 2012 dan 2013 sebagai peneliti utama, 104 Inovasi IPB dalam PIM
IPB, Juara 2 dan juara favorit pada kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(PIMNAS) XXV kelas PKMM4 2012, dan Juara 10 Besar Tanoto Foundation
Research Awards 2012.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc
selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi, dan Dr
Anuraga Jayanegara, SPt, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mendukung, memotivasi dan membimbing selama penyelesaian tugas akhir
dengan penuh kesabaran. Ibu Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc yang telah
memberi arahan dan semangat selama menyelesaikan tugas akhir. Ibu Dian
Anggraeni dan Ibu Adriani, SSi atas bantuannya di laboratorium. Ir Kukuh Budi
Satoto, MSi selaku dosen pembahas dan Dr Iwan Prihantoro, SPt, MSi selaku
dosen panitia dalam seminar hasil penelitian. Kepada Dr Ir Idat Galih Permana,
MScAgr dan Bapak Ahmad Yani, STP, MSi selaku dosen penguji serta Ibu Dilla
Mareistia Fassah, SPt, MSc selaku panitia ujian akhir sarjana.
Tidak lupa penulis berterimakasih banyak kepada Mami, Bapak, Papa
Gendut Edi Takarianto SPd, Mama, Kakek, Nenek (Alm) dan keluarga besar
Moenadjat atas doa, arahan, dukungan moril dan materiil selama penelitian dan
motivasinya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima
kasih untuk kanda Mukti Ali, SPi atas semangat dan dukungan yang diberikan,
Bang Dedy, Mbak Nur, Mbak Afi, Mas Tekad, Acho, Ardiansyah, dan Rifki atas
bantuan dan waktu belajar yang menginspirasi. Teman-teman penyemangat
terbaik Olin, Icha, Meita, Ayu, Mucha, Anas, Kholid, Harry, Darifta, dan Bang
Indra (Alm) atas perjalanan yang luar biasa, kelompok pejuang PIMNAS (Saras,
Gamma, Andri, Dilla, Hera), serta keluarga Nutritiousz 46 atas kebersamaan dan
kekeluargaan selama tiga tahun di Fapet tercinta.