KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN PADA …KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN...

51
KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI PAKAN KOMPLIT DENGAN KONSENTRASI PULP KAKAO YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh NASRIYANI I111 13 024 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN PADA …KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN...

KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN PADA TERNAKKAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI PAKAN

KOMPLIT DENGAN KONSENTRASI PULPKAKAO YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh

NASRIYANII111 13 024

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2017

KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN PADA TERNAKKAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI PAKAN

KOMPLIT DENGAN KONSENTRASI PULPKAKAO YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh

NASRIYANII111 13 024

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SarjanaPeternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Makassar

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2017

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh………………………………………

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan segala berkah, kehendak, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian hingga penyusunan tugas akhir berjudul “Karakteristik

Fermentasi Rumen Pada Ternak Kambing Peranakan Etawah yang diberi

Pakan Komplit dengan Konsentrasi Pulp Kakao yang Berbeda”, sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin. Shalawat dan salam tak lupa juga kita haturkan kepada Baginda

Rasulullah SAW sebagai suri tauladan umat manusia di muka bumi ini.

Limpahkan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara

kepada Ayahanda Alm. Muhammad Nasir Mamma, S.Pd dan Ibunda

Samriyani yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan penuh

cinta dan kasih sayang yang begitu tulus kepada penulis sampai saat ini dan

senantiasa memanjatkan do’a dalam kehidupannya untuk keberhasilan penulis.

Buat saudaraku tercinta Nasrullah, Nahruddin, Suciyati, Suriyadi, Suriyana

dan Sukardi yang telah menjadi penyemangat kepada penulis. Serta keluarga

besarku yang selama ini banyak memberikan do’a, kasih sayang, semangat dan

saran. Semoga Allah senantiasa mengumpulkan kita dalam kebaikan dan ketaatan

kepada-Nya.

Terima kasih tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Ir Ismartoyo,

M.Agr.S selaku Pembimbing Utama dan kepada ibu Dr.Ir.Hj. Rohmiyatul

Islamiyati, MP selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta

waktu yang telah diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan

pikirannya dalam membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai

selesainya skripsi ini.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan dengan

segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada:

1. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh

Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan

Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

2. Ibu Dr. Sri Purwanti, S.Pt., M.Si, bapak Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc

dan Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si atas saran-saran dalam penulisan

skripsi ini.

3. Ibu Dr. Fatma Maruddin, S.Pt., M.Si selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Dr. Muhammad Ichsan A. Dagong, S.Pt., M.Si yang telah memberikan

izin, bantuan dan kepercayaan selama melakukan penelitian.

5. Bapak Ir. Muhammad Zain Mide, MS yang telah sabar membantu dan selalu

memberikan arahan saat melakukan penelitian

6. Sahabat Seperjuangan Bunga Sulvani Yahya, Etty, Kurnia, Dasmawati, Sinar

Arifin dan Hasni yang telah membantu dan memberikan semangat sampai

penyelesaian tugas akhir ini, serta canda tawa dan kebahagiaan yang selalu

ada disela-sela kesibukan masing-masing.

7. Teman Penelitian Wiwin Elviyanti, Nur Agustina Akhmad, Jisril Palayukan

dan Andi Nurainun Fajriati yang telah banyak memberikan bantuan,

kerjasama dan pengertian selama penelitian.

8. Kakanda Muhammad Faisal Saade S.Pt, Yusuf S.Kel, Muh. Sukri S.Pt, Nurul

Purnomo S.Pt, Rudi Tangiloan S.P, Andi Ramdani dan Mustakim yang telah

banyak membantu dan memberi motivasi selama penelitian.

9. Teman angkatan Larfa 013 yang siap sedia membantu ketika ada kendala

semasa kuliah

10. Teman PKL Etty, Saharia, Alfian Adi Firansyah, dan Ibrahim S.pt yang telah

membantu selama PKL

11. Teman-teman IPMI SIDRAP BKPT UNHAS, yang selama ini telah memberi

ruang untuk berproses.

12. Teman-teman KKN penulis Nur Fitrih Indriany, Muhammad Yunus Fadli,

Risna Rizal, Riki Rinaldi, suprayitno, dan Hadi Satria, teman-teman KKN

Kec. Rumbia Kab. Jeneponto

13. Teman-teman Alumni SMK 1 Watang Pulu tahun 2013

Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran pembaca sangat

diharapkan adanya oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan nantinya, terlebih khusus di bidang peternakan. Semoga makalah

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi saya sendiri.

AAMIIN YA ROBBAL AALAMIN.

Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Mei 2017

Penulis

ABSTRAK

Nasriyani (I 111 13 024). Karakteristik Fermentasi Rumen Pada Ternak KambingPeranakan Etawah Yang diberi Pakan Komplit dengan Konsentrasi Pulp Kakaoyang Berbeda. (Dibawah bimbingan Ismartoyo sebagai Pembimbing Utama danRohmiyatul Islamiyati sebagai Pembimbing Anggota)

Pulp kakao merupakan hasil limbah yang dihasilkan dari proses fermentasikakao. Salah satu cara pemanfaatan pulp kakao yaitu dengan pembuatan pakankomplit untuk ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh level penggunaan pulp kakao sebagai pakan komplit terhadapkarakteristik fermentasi rumen kambing Peranakan Etawa jantan. Percobaandilaksanakan berdasarkan Rancangan bujur sangkar latin (4 x 4). Perlakuan adalahP0 = ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 0% (kontrol), P1 = ransumkomplit dengan kandungan pulp kakao 5%, P2 = ransum komplit dengankandungan pulp kakao 10%, dan P3 = ransum komplit dengan kandungan pulpkakao 15%. Hasil penelitian menunjukkan rataan pH untuk perlakuan P0 =6,50±0,22, P1 = 6,54±0,28, P2 = 6,67±0,26, dan P3 = 6,62±0,34, rataan totalvolatile fatty acid (VFA) (mM) untuk perlakuan P0 = 105,07±14,7, P1 =113,60±31,6, P2 = 102,72±21,7, P3 = 100,91±32,8, dan rataan ammonia cairanrumen (mM) untuk perlakuan P0 = 7,71±1,18, P1 = 6,34±1,74, P2 = 5,72±1,92,P3 =5,59±3,25. Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan pulp kakaopada pakan komplit hingga level 15% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadappH rumen, VFA dan N ammonia rumen fermentasi rumen kambing PeranakanEtawa jantan. Disimpulkan bahwa pulp kakao dapat digunakan sebagai bahanpakan hingga level 15% pada kambing Peranakan Etawa jantan.

Kata Kunci: Pulp Kakao, pH Rumen, VFA, N Amonia, Kambing PeranakanEtawa

ABSTRACT

Nasriyani (I 111 13 330). Characteristics of Rumen Fermentation of Etawah GoatFeeding Completed Feed with Different Cocoa Pulp Concentration. (Under thesupervision of Ismartoyo as the main supervisor and Rohmiyatul Islamiyati asthe Co-supervisor)

Pulp liquid waste is the by-product produced during process of cacao beanfermentation. How to utilize cacao pulp that is by making complete feed forruminant. This study aims to determine the effect of cocoa pulp usage level as acomplete feed on the characteristics of rumen fermentation male Peranakan Etawagoats. The experiment was carried out based on the Latin square design (4 x 4).Treatment was P0 = complete ration with 0% of cocoa pulp (control), P1 =complete ration with 5% cocoa pulp, P2 = complete ration with 10% cocoa pulp,and P3 = complete ration with 15% cocoa pulp. The results showed average pHfor treatment P0 = 6,50 ± 0,22, P1 = 6,54 ± 0,28, P2 = 6,67 ± 0,26, and P3 = 6,62± 0,34, total mean Volatile fatty acid (VFA) (mM) for treatment P0 = 105.07 ±14.7, P1 = 113.60 ± 31.6, P2 = 102.72 ± 21.7, P3 = 100.91 ± 32.8 , mean of rumenammonia fluid (mM) for treatment P0 = 7.71 ± 1.18, P1 = 6.34 ± 1.74, P2 = 5.72± 1.92, P3 = 5.59 ± 3.25 . Statistical analysis showed that the addition of cocoapulp in complete feed up to 15% level had no significant effect (P> 0,05) on thepH of rumen, VFA and rumen ammonia of male Peranakan Etawa goats. It wasconcluded that cocoa pulp could be used as feed ingredients up to 15% level inmale Peranakan Etawa goats.

Keywords: Cocoa Pulp, pH Rumen, VFA, N Ammonia, Peranakan Etawa Goats

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

PENDAHULUAN....................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

Gambaran Umum Pulp Kakao ............................................................. 4

Gambaran Umum Kambing Peranakan Etawa ...................................... 6

Derajat Keasaman (pH).......................................................................... 7

Amonia Cairan Rumen........................................................................... 8

Produksi Volatil Fatty Acid (VFA) dalam Rumen ............................... 9

METODE PENELITIAN ......................................................................... 12

Waktu dan Tempat ................................................................................. 12

Materi Penelitian .................................................................................... 12

Prosedur Pembuatan Pakan Komplit...................................................... 15

Pelaksanaaan Penelitian ......................................................................... 16

Pengambilan Sampel .............................................................................. 16

Peubah yang Diukur............................................................................... 17

Pengolahan Data..................................................................................... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 19

pH Cairan Rumen................................................................................... 19

Produksi Volatil Fatty Acid (VFA) dalam Rumen................................. 20

Amonia Cairan Rumen........................................................................... 21

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 24

Kesimpulan ............................................................................................ 24

Saran ...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25

LAMPIRAN ............................................................................................... 28

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 37

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Total Produksi Kakao Perkebunan Rakyat, Besar Negara dan BesarSwasta Tahun 2016............................................................................ 5

2. Denah Perlakuan Pemberian Pulp Kakao pada Kambing PE selamaPenelitian........................................................................................... 13

3. Komposisi bahan pakan tiap perlakuan ............................................ 13

4. Kandungan Nutrisi Bahan Pada Pakan Komplit ............................... 14

5. Kandungan nutrisi tiap perlakuan ..................................................... 14

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Pulp Kakao........................................................................................ 5

2. Jenis Kambing PE ............................................................................. 7

3. Prosedur Pembuatan Pakan Komplit................................................. 15

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Hasil Analisis Sidik Ragam ............................................................... 28

2. Dokumentasi Kegiatan ....................................................................... 3

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu faktor keberhasilan yang sangat penting dalam usaha

peternakan adalah pakan. Ternak ruminansia membutuhkan pakan hijauan yang

cukup dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan,

produksi dan reproduksi. Hijauan memegang peranan penting pada produksi

ternak ruminansia, karena hijauan merupakan sumber serat yang sangat

dibutuhkan dalam proses pencernaan. Ketersediaan hijauan sangat bervariasi dan

dipengaruhi oleh musim, pada saat musim hujan ketersediaan hijauan cukup

melimpah sehingga melebihi kebutuhan namun pada musim kemarau produksi

hijauan turun sehingga peternak kesulitan untuk mendapatkan hijauan yang

berakibat pada menurunnya produksi ternak. Oleh karena itu pemanfaatan limbah

pertanian dan perkebunan dapat menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut

karena persediaan yang melimpah dan tidak bersaing dengan manusia.

Sulawesi Selatan merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian yang

luas dan bervariatif sehingga potensi limbah pertanian dapat digunakan sebagai

pakan terutama ternak ruminansia. Perkebunan kakao maupun industri coklat

menghasilkan banyak limbah berupa kulit, daging buah maupun pulp dari kakao.

Pengolahan limbah kakao sangat perlu dilakukan dikarenakan tanaman kakao

merupakan tanaman yang secara umum dimanfaatkan bagian bijinya saja. Bagian

buah lain tidak digunakan menjadi bahan utama (Sumaryati, 2012)

Limbah pulp kakao dapat berasal dari industri pengolahan kakao, para

petani kakao biasanya membawa hasil biji kakaonya ke industri pengolahan kakao

2

dalam keadaan basah. Industri pengolahan kakao inilah yang akan memisahkan

antara biji kakao dan pulp kakao. Biji kakao yang telah terpisah akan segera

diolah sementara cairan pulp kakao akan dibuang dan menjadi limbah.

Cairan pulp kakao merupakan limbah dari proses pengolahan kakao yang

biasanya hanya dibuang saja. Pulp kakao mengandung gula 12-15% sehingga

diharapkan dapat digunakan sebagai sumber energi bagi ternak. Saat ini, sumber

energi yang banyak digunakan untuk campuran pakan ruminansia yaitu limbah

dari industri gula berupa molases. Namun, ketersediaan molases semakin menurun

karena bersaing dengan produk lain. Oleh karena itu, pulp kakao merupakan

alternatif lain yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak

ruminansia dan mengurangi cemaran akibat limbah pulp kakao (Effendi, 1995).

Upaya pemanfaatan limbah pulp kakao sebagai pakan ruminasia dapat

dilakukan dengan perlakuan fisik, kimiawi, biologi atau gabungan perlakuan

tersebut. Sehingga pengolahan menjadi pakan komplit dengan berbagai jenis

bahan pakan lainnya adalah salah satu upaya untuk memanfaatkan pulp kakao

baik kandungan nutrisi maupun palatabilitasnya. Tolak ukur yang dapat dilihat

pada pemanfaatan pulp kakao menjadi pakan yaitu fermentasi rumen yang

meliputi kestabilan pH pada rumen, produksi Volatil Fatty Acid (VFA) dalam

rumen yang menandakan mudah atau tidaknya pakan tersebut difermentasi oleh

mikroba rumen dan merupakan sumber energi utama ruminansia asal rumen serta

kandungan amonia rumen sebagai sintesa protein.

3

Rumusan Masalah

Pulp kakao merupakan limbah dari industri pengolahan kakao yang

pemanfaatannya masih sangat terbatas. Limbah pulp kakao ini di buang disungai

sehingga meresahkan masyarakat akibat baunya yang menyengat. Pulp kakao

mengandung glukosa yang digunakan oleh ternak sebagai sumber energi untuk

pembentukan serat daging. Untuk mengatasi masalah tersebut maka limbah pulp

kakao akan dijadikan salah satu bahan pakan dengan pembuatan pakan komplit

untuk kambing Peranakan Etawa (PE)

Hipotesis

Diduga bahwa level pulp kakao pada pakan komplit akan berpengaruh

terhadap karakteristik fermentasi rumen pada kambing Peranakan Etawa (PE).

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan

komplit dengan konsentrasi pulp kakao yang berbeda terhadap karakteristik

fermentsi rumen pada kambing PE.

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada

peternak tentang pengolahan dan pemanfaatan pulp kakao yang ditambahkan pada

pakan komplit untuk meningkatkan kualitas pulp kakao sebagai pakan ternak

ruminansia.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Pulp Kakao

Kakao (Theobroma cacao,L.), termasuk salah satu komoditi eksport yang

memiliki posisi kuat dalam pasaran dunia. Indonesia termasuk 6 besar Negara

produsen kakao dunia, produksi kakao mencapai 2,2% dari produksi kakao dunia

(Roesmanto, 1991). Pada umumnya limbah ini dibuang ke sungai tanpa perlakuan

lebih dahulu,sehingga mencemari sungai (Sumaryati, 2012).

Buah kakao merupakan buah yang bernilai ekonomi tinggi, sebagai bahan

baku pengolahan coklat. Dinding buah terdiri dari lapisan luar tipis yang

memanjang dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan mengandung air. Lapisan

dalam yang berasa manis tersebut disebut daging buah, dimana terdapat biji buah

disekitar daging (plasenta) dengan jumlah 20 - 60 biji per buah, tergantung

varietas dan kesuburan tanaman. Masing-masing biji diselaputi oleh pulp. Buah

kakao yang sudah masak panjangnya sekitar 15 – 20 cm dengan diameter 8 – 9

cm. Dari keseluruhan bagian buah kakao, hanya bagian biji kakao yang

dimanfaatkan oleh petani atau perusahaan perkebunan untuk diolah menjadi biji

kakao kering, sementara bagian pulp kakao hanya dibuang begitu saja. Pulp kakao

merupakan lapisan berlendir yang menyelimuti keping biji yang sebagian terdiri

atas air dan lapisan komponen gizi yang cukup tinggi, diantaranya sukrosa,

glukosa dan sedikit pati (Sulistyowati dkk, 1998).

Produksi kakao serta komponen kakao diwilayah Indonesia disajikan pada

Tabel 1:

5

Tabel 1. Total Produksi Kakao Perkebunan Rakyat, Besar Negara dan BesarSwasta Tahun 2016

WilayahProduksi

kakao(Ton)*

Komponen (Ton)Kulit Buah

(POD)**Biji danPulp**

Plasenta**

Sumatra 168.450 127.516,65 35.677,71 4.379,7Jawa 36.126 27.347,382 7.651,48 939,27Nusa tenggara dan Bali 18.062 13.672,93 3.825,53 469,61Kalimantan 10.615 8.035,55 2.248,25 275,99Sulawesi 494.241 374.140,43 104.680,24 12.850,26Maluku dan Papua 329.34 24.931,03 6.975,42 856,28

Sumber : *Badan Pusat Statistik, 2015**Ashadi, 1998

Menurut Chahyaditha (2011) dalam laporan penelitiannya mengatakan

bahwa 68,8% dari berat buah kakao terbuang menjadi limbah. Cairan pulp kakao,

sebagai hasil samping selama fermentasi biji kakao, diantaranya mengandung

asam asetat atau asam cuka, asam laktat dan alkohol. Asam-asam organik tersebut

terbentuk dari fermentasi gula yang terkandung dalam pulp biji kakao. Selama

fermentasi dapat dihasilkan cairan pulp 15-20% dari berat biji kakao yang

difermentasi (Ganda et al., 2008). Berikut adalah Gambar dari pulp kakao yang

masih melekat pada biji kakao dan yang telah dipisahkan dari biji kakao :

Gambar 1. Pulp Kakao (Sumariyati, 2012)

Kandungan asam asetat dalam cairan pulp setelah fermentasi adalah 1,6 %

(Case, 2004). Menurut Agyeman dan Oldham (1986) cairan pulp mempunyai pH

3,4-7,0 dan menurut Effendi (1995) cairan pulp segar mengandung gula 12-15%,

5-7% pektin, 0,8-1,5% asam tidak menguap dan 0,1-0,5% protein. Cairan pulp

6

dengan kandungan gula 12-15% berpotensi digunakan sebagai bahan pakan

sumber energi.

Gambaran Umum Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing adalah sub-spesies kambing liar yang secara alami tersebar di

Asia Barat Daya dan Eropa. Kambing liar tersebar dari Spanyol ke arah timur

sampai India dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang

disukai kambing adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Kambing sudah

dijinakkan manusia sejak 7.000-9.000 tahun sebelum masehi. Kambing

merupakan hewan memamah biak yang berukuran sedang. Kambing liar jantan

maupun betina memiliki sepasang tanduk dimana tanduk kambing jantan lebih

besar. Pada umumnya kambing memiliki jenggot, dahi cembung, ekor agak ke

atas, dan berbulu lurus dan kasar. Berdasarkan tipenya kambing dibedakan

menjadi tipe pedaging dan tipe penghasil susu (Devendra dan Burns, 1994).

Kambing PE tergolong tipe dwiguna walaupun banyak dimanfaatkan

sebagai ternak pedaging (Sarwono, 2002). Kambing PE merupakan kambing hasil

persilangan antara kambing lokal Indonesia dengan kambing lokal dari India,

yaitu antara kambing Kacang dan kambing Etawah, sehingga memiliki sifat

diantara kedua tetua kambing tersebut (Atabany,2001). Kambing Etawa berasal

dari daerah Jamnapari di India sehingga disebut juga kambing Jamnapari sebagai

kambing pedaging kambing PE juga menghasilkan air susu.

Kambing Peranakan Etawah (PE) memiliki ciri–ciri sebagai berikut:

ukuran badan besar, kepala tegak, garis profil cembung, rahang bawah lebih

panjang daripada rahang atas, tanduk mengarah ke belakang, telinga lebar panjang

7

dan menggantung dengan ujung telinga melipat. Warna bulu bermacam–macam

dari belang putih hitam, putih coklat, sampai campuran antara putih, hitam, dan

coklat, terdapat bulu yang lebat dan panjang di bawah ekor berat tubuh sekitar 30-

60 kg dan produksi susu berkisar 1 - 1,5l/hari (Sumadi dan Prihadi, 2010).

Gambaran umum pada kambing PE dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jenis Kambing PE (Wartoyo, 2015)

Kambing PE memiliki berat lahir 3.5 kg, berat sapih 13.5 kg dan betina

dewasa 45 kg serta berat pejantan 60 kg, lama kebuntingan rata-rata 150 hari

(Kurniawan, 1987). Selanjutnya dinyatakan oleh Sugeng (1995) bahwa kambing

Peranakan Etawah memiliki warna bulu coklat dengan bercak hitam dan putih.

Bangsa kambing ini digunakan untuk produksi susu dan daging dengan persentase

karkas 51% dengan kenaikan bobot badan rata-rata 50-150 gram/hari.

Derajat Keasaman (pH)

Cairan rumen mengandung enzim α-amilase, galaktosidase, hemiselulosa,

selulosa, dan xilanase. Rumen diakui sebagai sumber enzim pendegradasi

polisakarida. Polisakarida dihidrolisis dalam rumen disebabkan karena pengaruh

8

sinergis dan interaksi dari komplek mikroorganisme, terutama selulase dan

xilanase (Trinci et al., 1994). Ruminansia mempunyai kemampuan yang terbatas

dalam mengontrol pH rumen. Rendahnya pH rumen terjadi dengan

terakumulasinya asam laktat dalam rumen (Fajar, 2013).

Cairan rumen juga terdapat saliva yang berfungsi sebagai buffer dan

membantu mempertahankan pH tetap pada 6,8. Saliva bertipe cair, membuffer

asam-asam, hasil fermentasi mikroba rumen. Saliva merupakan zat pelumas dan

surfaktan yang membantu didalam proses mastikasi dan ruminasi. Saliva

mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na, K, Ca, Mg, P, dan urea yang

mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba. (Hvelplund,1991).

Rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat

populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung

bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 109 setiap cc isi rumen,

sedangkan protozoa bervariasi sekitar 105 - 106 setiap cc isi rumen. Beberapa jenis

bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba

lipolitik, (b) bakteri/mikroba pembentuk asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d)

bakteri/mikroba selulolitik, (e) bakteri/mikroba proteolitik (Sutardi, 1977).

Amonia Cairan Rumen

Menurut Sophian (2012), cairan rumen merupakan limbah yang diperoleh

dari rumah potong hewan yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak

ditangani dengan baik. Bagian cair dari isi rumen kaya akan protein, vitamin B

kompleks serta mengandung enzim-enzim hasil sintesa mikroba rumen.

9

Kadar amonia di dalam rumen merupakan salah satu faktor yang

menentukan efesiensi sintesa protein pakan dimana akhirnya dapat berpengaruh

terhadap fermentasi bahan organik pakan. Konsentrasi N-NH3 dibutuhkan untuk

memaksimalkan sintesa protein mikroba berkisar antara 0,35 – 29 mg/100ml atau

setara dengan 0,2 – 17 mM (Owens dan Bergen, 1983).

Protein pakan akan mengalami proses degradasi menjadi peptida-peptida

dan akhirnya menjadi asam-asam amino di dalam rumen. NH3 berasal dari protein

pakan yang didegradasi oleh enzim proteolitik. Di dalam rumen, protein

dihidrolisis pertama kali oleh mikroba rumen. Amonia dibebaskan dalam rumen

selama proses fermentasi dalam bentuk ion NH4 maupun dalam bentuk tak terion

sebagai NH3. Amonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh

mikroba untuk mensintesis protein mikroba. Bahkan amonia yang dibebaskan dari

urea atau garam-garam amonium lain dapat digunakan untuk sintesa protein

mikroba (Arora, 1989).

Beberapa asam amino langsung digunakan oleh bakteri untuk sintesis

protein tubuhnya sendiri, tetapi sebagian besar mikroba rumen tidak dapat

memanfaatkan asam amino secara langsung karena diduga mikroba tersebut tidak

memiliki sistem transpor untuk mengangkut asam amino ke dalam tubuhnya.

Mikroba dalam rumen lebih suka merombak asam amino menjadi ammonia

(Sutardi, 1980).

Produksi Volatil Fatty Acid (VFA) dalam Rumen

VFA atau asam lemak terbang merupakan salah satu produk fermentasi

karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak

10

ruminansia. Konsentrasi VFA pada cairan rumen dapat digunakan sebagai salah

satu tolak ukur fermentabilitas pakan dan sangat erat kaitannya dengan aktifitas

mikroba rumen (Parakkasi, 1999).

VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan sumber energi

utama ruminansia asal rumen. Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau

tidaknya pakan tersebut difermentasi oleh mikroba rumen. McDonald et al.,

(2002) menyatakan bahwa pakan yang masuk ke dalam rumen difermentasi untuk

menghasilkan produk berupa VFA, sel-sel mikroba, serta gas metan dan CO2.

Karbohidrat pakan di dalam rumen mengalami dua tahap pencernaan oleh enzim-

enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Pada tahap pertama mikroba rumen

mengalami hidrolisis menjadi monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan

pentosa. Hasil pencernaan tahap pertama masuk ke jalur glikolisis Embden-

Meyerhoff untuk mengalami pencernaan tahap kedua yang menghasilkan piruvat.

Piruvat selanjutnya akan dirubah menjadi Volatil Fatty Acid (VFA) yang

umumnya terdiri dari asetat, butirat, dan propionat (Arora, 1995).

Kisaran produk VFA cairan rumen normal yang mendukung pertumbuhan

mikroba adalah 80 sampai 160 mM (Sutardi, 1980), sedangkan konsentrasi VFA

yang dihasilkan oleh ternak sapi rata-rata 111 mM (Hungate, 1966). Tinggi dan

rendahnya produksi VFA menurut Arora (1995) dipengaruhi oleh tingkat

fermentabilitas bahan pakan, jumlah karbohidrat yang mudah larut, pH rumen,

kecernaan bahan pakan, jumlah serta macam bakteri yang ada di dalam rumen.

VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan sumber

11

energi utama ruminansia asal rumen. Peningkatan jumlah VFA menunjukkan

mudah atau tidaknya pakan tersebut difermentasi oleh mikroba rumen.

12

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2017.

Penelitian ini dimulai dengan pembuatan pakan komplit yang dilaksanakan di

Laboratorium Industri Pakan Universitas Hasanuddin. Penelitian dilaksanakan

dalam 2 tahap yaitu tahap pengambilan data di Laboratorium Industri Pakan

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan analisis sampel yang dilakukan

di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Materi Penelitian

Bahan digunakan dalam penelitian ini adalah pulp kakao, tongkol jagung,

dedak, bungkil kelapa, tepung udang, molases, urea, garam, semen, mineral dan

cairan rumen.

Peralatan yang digunakan adalah baskom, timbangan, pisau, talang,

cetakan, pompa vakum, pH meter, kain kasa, tabung reaksi dan termos

Metode Penelitian

Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar

Latin (RBSL) 4x4 (4 perlakuan dan 4 periode sebagai ulangan). Adapun keempat

perlakuan tersebut sebagai berikut :

P0 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 0%

P1 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 5%

P2 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 10%

P3 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 15%

13

Adapun denah perlakuan pakan komplit pulp kakao pada kambing PE

jantan selama penelitian pada Tabel 2.

Tabel 2. Denah perlakuan pemberian pulp kakao pada kambing PE selamapenelitian

PeriodeKambing

A B C D

I P0 P1 P2 P3

II P2 P0 P3 P1

III P1 P3 P0 P2

IV P3 P2 P1 P0

Komposisi bahan pakan tiap perlakuan tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi bahan pakan tiap perlakuan

Bahan (%) Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Tongkol jagung 45 45 45 45

Pulp Kakao 0 5 10 15

Dedak 20 20 20 20

Bungkil Kelapa 6 6 6 6

Tepung Rese 6 6 6 6

Molases 15 10 5 0

Garam 1 1 1 1

Urea 1 1 1 1

Semen 5 5 5 5

Mineral 1 1 1 1

Total 100 100 100 100

14

Kandungan zat zat nutrisi setiap bahan pakan yang akan digunakan dalam

pembuatan pakan komplit dapat dilihat pada Tabel 4:

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Bahan Pada Pakan Komplit

Bahan pakan PK (%) SK (%) LK (%) Ca(%) P(%)

Tongkol jagung* 5,6 25,38 0,7 0,12 0,04Pulp Kakao** 7,55 7,71 0,49 - -Dedak*** 12,9 11,4 13,0 0,04 0,21Bungkil Kelapa*** 21,5 15 2 0,2 0,2Tepung Udang*** 45 17,59 6,62 7,76 1,31Molasses*** 4,0 0,38 0,08 1,5 0,1Tepung Jagung*** 9,0 2,0 4,0 0,02 0,1Garam - - - 0,1 -Urea*** 287,5Mineral - - - 16,2 5,2

Sumber :* : Murni, Dkk (2008)** : Laboratorium pakan, Universitas Hasanuddin (2016)*** : Anggrodi (1985)

Kandungan nutrisi pakan komplit setiap perlakuan yang akan diberikan

keternak kambing dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan Nutrisi Tiap PerlakuanPerlakuan

Jumlah P0(%) P1(%) P2(%) P3(%)

Bahan Kering 90,59 86,92 83,26 79,59

Bahan Organik 77,55 77,77 77,99 78,21

Protein Kasar 12,56 12,74 12,92 13,09

Serat Kasar 15,71 16,07 16,44 16,81

Lemak Kasar 3,44 3,46 3,48 3,50

Kalsium 0,88 0,82 0,76 0,70

Posfor 0,26 0,26 0,25 0,25

15

Prosedur Pembuatan Pakan Komplit

Menyiapkan bahan pakan yang akan digunakan. Kemudian setiap bahan

pakan ditimbang berdasarkan formulasi tiap perlakuan dan dicampur dalam

sebuah wadah selanjutnya dilakukan pencetakan dan di angina anginkan hingga

kering sehingga dapat di berikan kepada ternak.

Prosedur pembuatan pakan komplit pulp kakao disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Prosedur pembuatan pakan komplit kambing PE (Wartoyo, 2015)

Menyiapkan bahan pakan sesuaiformula

Pencampuran

Pencetakan

Pengeringan

Pakan Komplit

16

Kandang Metabolisme

Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing Peranakan etawah (PE)

jantan berumur kurang lebih satu tahun dengan berat rata-rata 9 kg. Kambing di

tempatkan dalam kandang metabolisme yang dilengkapi tempat pakan dan urin.

Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah lantai kandang yang berfungsi

sebagai filtrasi feses dan urin, corong plastik dan toples dipasang di bawah ram

plastik untuk menadah urin, sehingga feses dan urine tertampung dalam

penampungan masing-masing.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 4 periode penelitian, tiap periode dibagi

2 tahap yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua yaitu

priode koleksi selama 5 hari. Pembiasaan pakan dimaksudkan agar ternak terbiasa

dengan pakan yang ditawarkan, dan semua pakan yang dimakan sebelumnya

sudah keluar semua selama 10 hari. Sedangkan periode koleksi atau pengambilan

data selama 5 hari adalah data yang diambil merupakan pengaruh pakan

perlakuan. Pemberian pakan dan air minum dilakukan secara ad-libitum.

Pengambilan Sampel

Pakan, Feses, dan Urin

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sampel sisa pakan diambil

tiap hari selama 5 hari sebanyak 10% demikian juga feses dan urin dari masing-

masing berat totalnya. Untuk penampungan urin ditambah 20 cc H2SO4 1 M

untuk mencengah penguapan nitrogen. Feses dan urin di simpan di freezer selama

5 hari dan hari terakhir dikompositkan kemudian diambil sampel sebanyak 10%

17

dari berat sampel yang terkumpul untuk kebutuhan analisis di Laboratorium

Kimia Pakan Fakultas Peternakan.

Cairan Rumen dan pH Cairan Rumen

Sampel cairan rumen diambil dengan system Stomach Tube (Preston,

1986) yang menggunakan pompa vacum pada akhir penelitian atau hari terakhir

dari fase koleksi setiap periode. Sampel cairan rumen yang diambil diukur pHnya

dengan pH meter, kemudian disaring dengan 4 lapis kain kasa (kain saringan) dan

cairan rumen yang bening dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu disimpan

dalam termos yang telah di isi es batu dan disimpan dalam freezer. Pengukuran

amonia rumen dengan menggunakan metode Microdiffusion Conway dan

Pengukuran VFA menggunakan metode Destilasi Uap (Conway, 1962) di

Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Peubah yang Diukur

Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah amonia cairan rumen, pH

cairan rumen, dan total volatile fatty acid (VFA).

Pengolahan Data

Data dianalisis dengan analisis ragam menurut Rancangan Bujur Sangkar

Latin 4x4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Perlakuan berpengaruh nyata terhadap

parameter yang diukur akan diuji dengan menggunakan uji BNT (Sudjana, 1991).

Dengan model matematika sebagai berikut.

Yijk = μ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk

18

Ket: μ = rataan umum

ßi = pengaruh baris ke (i : 1,2,3,4)

Κj = pengaruh kolom ke (j : 1,2,3,4)

Ƭk = pengaruh perlakuan ke (k : 1,2,3,4)

ξ ijk = pengaruh galat

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai rata-rata pH, Total Volatile Fatty Acid (VFA), konsentrasi amonia

cairan rumen pada kambing peranakan Etawa jantan dapat dilihat pada Tabel 6:

Tabel 6. Rata-rata Nilai Konsentrasi Cairan Rumen Kambing Peranakan Etawa

ParameterPerlakuan

P0 P1 P2 P3

pH Cairan Rumen 6,50±0,22 6,54±0.28 6,67±0,26 6,62±0,34

Total Volatile Fatty Acid(mM) 105,07±14,7 113,60±31,6 102,72±21,7 100,91±32,8

Amonia Cairan Rumen(mM)

7,71±1,18 6,34±1,74 5,72±1,92 5,59±3,25

Ket : P0 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 0%P1 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 5%P2 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 10%P3 : Ransum komplit dengan kandungan pulp kakao 15%

pH Cairan Rumen

Berdasarkan data Tabel 6, rataan pH cairan rumen dari tiap perlakuan

menurut sidik ragam tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap pH cairan rumen

kambing Peranakan Etawa jantan yang diberi pakan dengan kandungan pulp

kakao yang berbeda. Perubahan pH berkaitan erat dengan waktu pengambilan

sampel setelah pemberian pakan dimana pengambilan sampel cairan rumen

diambil 4–5 jam setelah pemberian pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hariyani (2011), yang menyatakan bahwa faktor lain yang turut mempengaruhi

nilai pH cairan rumen yaitu lamanya waktu tinggal makanan yang dihitung sejak

makan dan sekresi saliva.

20

Penggunaan pakan dengan campuran pulp kakao hingga level 15% tidak

mempengaruhi kestabilan pH. Tabel 6, menunjukkan pH tetap pada kisaran

normal yaitu 6-7. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora (1995) menyatakan bahwa

pH cairan rumen normal pada kambing berkisar antara 6-7. Kestabilan pH cairan

rumen juga dapat dipengaruhi oleh adanya cairan saliva. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hvelplund (1991) bahwa cairan rumen juga terdapat saliva yang

berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada 6,8.

Saliva bertipe cair, membuffer asam-asam, hasil fermentasi mikroba rumen.

Saliva merupakan zat pelumas yang membantu didalam proses mastikasi dan

ruminasi. Saliva mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na, K, Ca, Mg,

P, dan urea yang mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba.

Total Volatile Fatty Acid (VFA) dalam Rumen

Data Tabel 6 menunjukkan rataan konsentrasi VFA tiap perlakuan

berdasarkan sidik ragam tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsentrasi

VFA kambing Peranakan Etawa jantan. Hal tersebut menandakan bahwa

penambahan pulp kakao pada pakan komplit hingga level 15% tidak

mempengaruhi aktivitas mikroba rumen dalam memproduksi VFA. Total VFA

yang diperoleh pada tiap perlakuan pada Tabel 6 yaitu 100,91–113,60 nilai

tersebut masih berada pada kisaran konsentrasi VFA yang dihasilkan oleh

mikroba rumen dalam kondisi normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi

(1980) yang menyatakan bahwa kisaran normal VFA dalam rumen yaitu 80-160

mM. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asikin (2015) total VFA tetap normal

21

pada 108-117 mM artinya tidak mempengaruhi kinerja bakteri rumen dalam

memproduksi VFA.

VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan sumber energi

utama ruminansia asal rumen. Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau

tidaknya pakan difermentasi oleh mikroba rumen. Selain itu, komposisi dan

bentuk fisik pakan juga mempengaruhi total VFA. Hal ini sesuai dengan pendapat

McDonald et al (2002) yang menyatakan bahwa pakan yang masuk kedalam

rumen difermentasi untuk menghasilkan produk berupa VFA, sel-sel mikroba,

serta gas metan dan CO2. Sakinah (2005) menyatakan bahwa komposisi VFA

dalam rumen berubah dengan adanya perbedaan bentuk fisik, komposisi pakan,

taraf dan frekuensi pemberian pakan, serta pengolahan. Produksi VFA yang tinggi

merupakan kecukupan energi bagi ternak.

Tinggi atau rendahnya produk VFA dapat dipengaruhi juga oleh tingkat

fermentabilitas pakan dan bakteri dalam rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat

Arora (1995) yang menyatakan tinggi dan rendahnya produksi VFA dipengaruhi

oleh tingkat fermentabilitas bahan pakan, jumlah karbohidrat yang mudah larut,

pH rumen, kecernaan bahan pakan, jumlah serta macam bakteri yang ada di dalam

rumen. Hartati (1998) menambahkan produksi VFA di dalam cairan rumen dapat

digunakan sebagai tolak ukur fermentabilitas pakan.

Konsentrasi Amonia Cairan Rumen

Tabel 6 menunjukkan rataan konsentrasi amonia cairan rumen tiap

perlakuan berdasarkan sidik ragam tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap

konsentrasi amonia cairan rumen kambing Peranakan Etawa jantan yang diberi

22

pakan komplit dengan konsentrasi pulp kakao hingga 15%. Hasil yang diperoleh

pada total amonia cairan rumen cenderung menurun namun nilai tersebut masih

menunjukkan amonia dalam cairan rumen berada pada kisaran normal. Hal ini

sesuai dengan pendapat Preston and Leng (1987) bahwa untuk pertumbuhan

mikroba rumen yang optimal konsentrasi amonia dalam rumen berkisar 3.4- 11

mM. Rendahnya konsentrasi amonia cairan rumen pada P3 disebabkan tekstur

bahan pakan yaitu kandungan pulp lebih banyak sehingga pakan cenderung lebih

padat dan keras dari perlakuan lain sehingga mengakibatkan proses mastikasi

pengunyahan yang lebih banyak. Semakin banyak kegiatan pengunyahan, makin

banyak pula produksi saliva. Menurut Muslim et al (2014) tinggi rendahnya

konsentrasi ammonia ditentukan oleh tingkat protein pakan yang dikonsumsi,

derajat degradabilitas, lamanya pakan berada dalam rumen dan pH rumen.

Menurut Sutardi (1980), bahwa seekor domba dalam sehari menghasilkan saliva

rata-rata 5 liter. Lebih lanjut dijelaskan bahwa 75% bahan kering saliva

ruminansia terdiri atas bahan organik yang kaya akan nitrogen bukan protein.

Selanjutnya nitrogen bukan protein ini di dalam rumen di degradasi menjadi

amonia

McDonald et al (2002) menjelaskan bahwa konsentrasi NH3 yang tinggi

dapat menunjukkan proses degradasi protein pakan lebih cepat dari pada proses

pembentukan protein mikroba, sehingga ammonia yang dihasilkan terakumulasi

dalam rumen. Protein di dalam rumen mengalami proses degradasi oleh enzim

proteolitik menjadi asam-asam amino, kemudian sebagian besar asam-asam amino

mengalami katabolisme menjadi asam-asam organik, amonia dan CO2. Amonia

23

merupakan sumber nitrogen utama bagi mikroba rumen karena amonia yang

dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk sintesis

protein mikroba (Arora, 1989). Sekitar 3,5-14 mM amonia (NH3) digunakan oleh

mikroba rumen sebagai sumber N untuk proses sintesis selnya.

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pulp

kakao dapat digunakan sebagai bahan pakan hingga level 15% pada kambing

Peranakan Etawah (PE) jantan.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat batas penggunaan pulp kakao

sebagai pakan ternak ruminansia.

25

DAFTAR PUSTAKA

Agyeman, K.O.G and J.H. Oldham., 1986. Utilization of Cacao By-product as anAlternatif Source of Energy Biomass. 10: 311–318.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi 1. Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Cetakan kedua.Diterjemahkan oleh Retno Murwani. Gadjah Mada UniversityPress.Yogyakarta.

Asikin, N. 2015. Karakteristik fermentasi rumen pada ternak kambing kacangjantan yang di beri pakan komplit berbasis tongkol jagungmengandung sumber protein yang berbeda. Skripsi. UniversitasHasanuddin. Makassar. Hal 18

Ashadi, R.W. 1998. Pembutaan gula cair dari pod coklat dengan menggunakanasam sulfat, enzim, serta kombinasi keduanya. Skripsi. FakultasTeknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Atabany, A. 2001. Studi kasus produksi kambing Peranakan Etawah dan kambingSaanen pada peterakan kambing Barokah dan PT Taurus DairyFarm. Tesis. Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016 Kakao.Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta

Case, C.L. 2004. The Microbiology of Chocolate. http://smccd.net/accounts/case/chocolate.html. Diakses tanggal 27 november 2016

Chahyaditha E.M. 2011. Pembuatan Pektin dari Kulit Buah Kakao denganKapasitas Produksi 20.000 Ton /Tahun. Universitas Sumatra.

Conway E.J. 1962. Microdiffusion Analysis and Volumetric Errors. 5th Edition.Crosby, Lockwood and Son, London

Devendra, C dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB

Effendi, S. 1995. Utilization of Cocoa Sweating for Nata Production UsingAcetobacter xylinum. Menara Perkebunan. 63(1):23-26

Fajar, A.P. 2013. Amonia cairan rumen, pH dan urea plasma darah kambingkacang jantan yang mendapatkan wafer pakan komplit mengandung

26

tongkol jagung. Skripsi. Fakultas Peternakan. UniversitasHasanuddin. Makassar

Ganda, P.G.P., Harijono, S. Kumalaningsih dan Aulani’am. 2008. Optimasikondisi depolimerisasi pulp biji kakao oleh enzim poligalakturonaseendojinus. Jurnal Teknik Industri 9 (1): 24-34 (Terakreditasi).

Hariyani. 2011. Pengaruh dosis urea dalam amoniasi batang pisang terhadapdegradasi rumen ternak. Skripsi. Fakultas Peternakan UniversitasAndalas. Padang.. Hal: 19-24

Hartati, E. 1998. Suplementasi minyak lemuru dan seng ke dalam ransum yangmengandung silase pod kakao dan urea untuk memacu pertumbuhansapi holstein jantan. Disertasi. Program Pasca Sarjana. InstitutPertanian Bogor, Bogor

Hungate, R. E. 1966. Introduction: The Ruminant and The Rumen. ElseveierApplied Science. London.

Hvelplund,T. 1991. Volatile Fatty Acids and Protein Production in The Rumen. In: J.P.Jouvany (Ed), Rumen Microbial Metabolism and RuminantDigestion Inra: Paris.

Kurniawan, I. 1987. PPS Peternakan Kabupaten Dati II Gunung Kidul. BulletinInformasi Pertanian, Jawa Tengah.

McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalg and C.A. Morgan. 2002. AnimalNutrition. 6th Ed. Ashford Color Pr., Gosport.

Murni, R., Suparjo, Akmal dan B.L. Ginting . 2008. Buku Ajar. TeknologiPemamfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan TernakFakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi

Muslim. G. J.E. Sihombing, S. Fauziah, A. Abrar, dan A.Fariani. 2004. AktivitasProporsi Berbagai Cairan Rumen dalam Mengatasi Tannin denganTehnik In Vitro. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,Universitas Sriwijaya. 3(1):25-36

Owens, F. H. and W. G. Bergen. 1983. Nitrogen Metabolism of RuminantAnimals: Historical Perspective, Current Understanding and FutureImplication. J. Anim. Sci. 57, suppl 2.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Preston, T. R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System withAvailable Sources in Tropics. Penabul book. Aemidale

27

Roesmato, J. 1991. Kakao Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta

Sakinah, D. 2005. Kajian suplementasi probiotik bermineral terhadap produksiVFA, NH3, dan kecernaan zat makanan pada domba. Skripsi.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sarwono B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sophian, Y, 2012. Aktivitas Enzim. Departemen Ilmu Produksi dan TeknologiPeternakan, Institute Pertanian Bogor.

Sudjana. 1991. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru. Bandung.

Sugeng, B. 1995. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sulistyowati., Atmawinata., O. S. Mulato dan Yusianto. 1998. Pemanfaatanlimbah bubur pulp kakao untuk pembuatan nata kakao. Jurnal.Pelita Perkebunan. 14 (1) : 63-75.

Sumadi dan S. Prihadi. 2010. Petunjuk Pelaksanaan Standarisasi dan KlasifikasiKambing Peranakan Etawa di Daerah Istimewa Yogyakarta.Kerjasama Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakartadengan Fakultas Peternakan. Universitas Gadjahmada.Yogyakarta.

Sumaryati, E. 2012. Pengaruh penundaan pengolahan cairan pulp kakao (Theobroma Cacao, L.) Dan penambahan air kelapa terhadaprendemen dan sifat nata serta sisa medium fermentasi. Jurnal.Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang

Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi Badan Khusus Peternakan Sapi Perah. KayuAmbon, Lembang. Direktorat Jenderal Peternakan. Lembang.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Makanan ternak,Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Trinci, A.P.J., D.R. Davies., K. Gull., M.L Lawrence., B.B. Nielsen., A. Rickers.And M.K. Theodorou. 1994. Anaerobic fungi in herbivorousanimals. Myco. Res. 98:129-152

Wartoyo, E. E. 2015. Daya cerna serat kasar dan protein kasar wafer tongkoljagung mengandung sumber protein berbeda pada kambing kacangjantan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas HasanuddinMakassar. Makassar

28

LAMPIRAN

Tabel 7. pH Cairan Rumen kambing PE Jantan Berdasarkan Percobaan

Priode KAMBING Total

A B C D

I 6.81 6.94 7.07 7.08 27.90II 6.62 6.53 6.26 6.56 25.97III 6.30 6.67 6.30 6.50 25.77IV 6.47 6.52 6.37 6.38 25.74

Total 26.2 26.66 26 26.52 105.38

Rataan 6.55 6.66 6.5 6.63 26.345

Rata-rata PerlakuanPerlakuan Jumlah Rataan

P0 26.02 6.505P1 26.17 6.542P2 26.71 6.677P3 26.48 6.620

Perhitungan Sidik Ragam

FK=Yij2

r2

= 105.382

16= 694.059

JKT = ΣYij2 – FK

= {(6.81)2+(6.94)2+….(6.38)2} – FK

= 695.109 – 694.059

= 1.04998

JKB = Σi Yi2

–FKr

JKB ={(26.2)2+(26.66)2+(26)2+(26.52)2

– 649.0594

29

= 694.127- 649.059

= 0.06748

JKK = Σj YJ2

–FKr

={(27.9)2+(25.97)2+(25.77)2+(25.74)2

– 649.0594

= 694.873- 649.059

= 0.81383

JKP = Σ Yk2

–FKr

={(26.02)2+(26.17)2+(26.71)2+(26.48)2

– 649.0594

= 694.131- 649.059

= 0.07193

JKG = JKT-JKB-JKK-JKP

=1.049975 -0.81383-0.81383-0.81383

= 0.09675

Daftar Sidik Ragam pH Cairan Rumen

SUMBERKERAGAMAN

DB JK KT FHITFTABEL

(0.05)FTABEL

(0.01)BARIS 3 0.067475 0.022492 1.394832 4.76 9.78KOLOM 3 0.813825 0.271275 16.82326PERLAKUAN 3 0.071925 0.023975 1.486822GALAT 6 0.09675 0.016125

TOTAL 15 1.049975

30

Tabel 8. Total Volatile Fattie Acid

Priode KAMBING TotalA B C D

I 78.57 109.52 82.33 88.09 358.51II 133.34 140.47 150 159.53 583.34III 90.49 80.95 83.3 95.24 349.98IV 84.615 100 94.87 117.94 397.425

Total 387.015 430.94 410.5 460.8 1689.255Rataan 96.75375 107.735 102.625 115.2 422.3138

Rata-rata PerlakuanPerlakuan Jumlah Rataan

P0 420.28 105.07P1 454.41 113.6025P2 410.91 102.7275P3 403.655 100.9138Perhitungan Sidik Ragam

FK=Yij2

r2

= 1689.2552

16= 178348.9034

JKT = ΣYij2 – FK

= {(78.57)2+(109.52)2+….(117.94)2} – 178348.9034

= 188987.8986– 178348.9034

= 10638.99519

JKB = Σi Yi2

–FKr

JKB ={(387.015)2+(430.94)2+(410.5)2+(460.8)2

– 178348.90344

= 179084.196- 178348.9034

= 735.2925172

31

JKK = Σj Yj2

–FKr

={(358.51)2+(583.34)2+(349.98)2+(397.425)2

– 178348.90344

= 187311.9017- 178348.9034

= 8962.998242

JKP = Σ Yk2

–FKr

={(420.28)2+(454.41)2+(410.912+(403.655)2

– 178348.90344

= 178727.0284- 178348.9034

= 378.1249672

JKG = JKT-JKB-JKK-JKP

= 10638.99519-735.2925172-8962.998242-378.1249672

= 562.5794594

Daftar Sidik Ragam VFA Cairan Rumen

SUMBERKERAGAMAN

DB JK KT FHITFTABEL

(0.05)FTABEL

(0.01)BARIS 3 735.2925 245.0975 2.614004

4.76 9.78KOLOM 3 8962.998 2987.666 31.86394PERLAKUAN 3 378.125 126.0417 1.344254GALAT 6 562.5795 93.76324TOTAL 15 10639

32

Tabel 9. Konsentrasi Amonia Cairan Rumen

Periode KAMBINGTotal

A B C DI 6.4675 4.4775 3.4825 3.4825 17.91II 6.4675 8.9675 3.98 5.4725 24.8875III 8.4575 4.4775 6.965 7.96 27.86IV 10.4475 4.975 6.965 8.4575 30.845Total 31.84 22.8975 21.3925 25.3725 101.5025Rataan 7.96 5.724375 5.348125 6.343125 25.37563

Rata-rata Perlakuan

Perlakuan Jumlah RataanP0 30.8575 7.714375P1 25.3725 6.343125P2 22.885 5.72125P3 22.3875 5.596875

FK=Yij2

r2

= 101.50252

16= 643.9223441

JKT = ΣYij2 – FK

= {( 6.4675)2+( 4.4775)2+….( 8.4575)2} – 67.63464961

= 711.5569938– 67.63464961

= 67.63464961

JKB = Σi Yi2

–FKr

JKB ={( 31.84)2+( 22.8975)2+( 21.3925)2+( 25.3725)2

– 67.634649614

= 659.8709797- 67.63464961

= 15.94863555

33

JKK = Σj Yj2

–FKr

={(17.91)2+(24.8875)2+(27.86)2+(30.845)2

– 643.92234414

= 666.9373453- 643.9223441

= 23.01500117

JKP = Σ Yk2

–FKr

={(30.8575)2+(25.3725)2+(22.885)2+(22.3875)2

– 643.92234414

= 655.2181109- 643.9223441

= 11.2957668

JKG = JKT-JKB-JKK-JKP

= 67.63464961-23.01500117-15.94863555-11.2957668

= 17.37524609

Daftar Sidik Ragam N amonia Rumen

SUMBERKERAGAMAN

DB JK KT FHITFTABEL

(0.05)FTABEL

(0.01)BARIS 3 15.94864 5.316212 1.835788

4.76 9.78KOLOM 3 23.015 7.671667 2.649171PERLAKUAN 3 11.29577 3.765256 1.300214GALAT 6 17.37525 2.895874TOTAL 15 67.63465

34

DOKUMENTASI

Pengambilan cairan rumen

Pengukuran pH cairan rumen

35

Pembuatan pakan komplit

Pengambilan sampel

36

Analisis Ammonia dan VFA

Pemeliharaan Kambing

37

RIWAYAT HIDUP

Nasriyani. Lahir pada tanggal 10 Mei 1994 di Passeno Sidrap.

Penulis adalah anak tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan

suami istri Muhammad Nasir Mamma S.Pd dan Samriyani.

Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar SDN N0.6

Benteng dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan sekolah menengah

pertama di SLTP Negeri 2 Baranti dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu

melanjutkan sekolah di SMK Negeri 01 Watang Pulu dan lulus tahun 2013. Pada

tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri tepatnya di

Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan melalui jalur Seleksi Nasional

Perguruan Tinggi Negeri (SNPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis tercatat

sebagai pengurus di IPMI SIDRAP BKPT UNHAS (Ikatan Pelajar Mahasiswa

Indonesia Sidenreng Rappang Badan Koordinasi Perguruan Tinggi Universitas

Hasanuddin) periode 2013-2017 dan sebagai warga HIMATEHATE priode 2014-

207.