PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

114
1 Laporan Akhir PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK PENGEMBANGAN MUTU SEKOLAH Tim Peneliti Ketua : Prof. Dr. Slameto NIDN: 0606045302 Anggota : Susiyanto, M.Pd. NIDN: 0621096001 UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA S A L A T I G A 2015 Bidang ilmu: Pendidikan

Transcript of PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

Page 1: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

1

Laporan Akhir

PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG

IKAN UNTUK PENGEMBANGAN MUTU

SEKOLAH

Tim Peneliti

Ketua : Prof. Dr. Slameto

NIDN: 0606045302

Anggota : Susiyanto, M.Pd.

NIDN: 0621096001

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

S A L A T I G A 2015

Bidang ilmu: Pendidikan

Page 2: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

2

Lembar Pengesahan

Judul Kegiatan : Penggunaan Analisis Diagram Tulang Ikan

Untuk Pengembangan Mutu Sekolah

Ketua Peneliti

a. Nama lengkap : Prof. Dr. Slameto, M.Pd

b. NIP/NIK : 0251

c. NIDN : 0606045302

d. Jabatan Fungsional : Guru Besar

e. Jabatan Struktural : -

f. Fakultas/Jurusan : FKIP/PGSD

g. Pusat Penelitian : Pusat Studi MBS

h. Alamat Institusi : Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711

i. Telpon/Faks & E-mail : -

Lama waktu penelitian : 1 tahun

Pembiayaan Rp. 20.500.000,-

Mengetahui Salatiga, 18 Desember 2015

Ketua Program Studi PGSD

Herry Sanoto, S.Pd, M.Pd

Ketua Peneliti

Prof. Dr. Slameto, M.Pd

Dekan FKIP

Yari Dwi Kurnaningsih, S.Pd, M.Pd

Page 3: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

3

PRAKATA

Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan

dalam menentukan tujuan atau keadaan masa depan yang secara khusus

diharapkan oleh sekolah. Visi sekolah merupakan turunan dari visi pendidikan

nasional. Visi sekolah dijadikan dasar atau rujukan dalam merumuskan misi,

tujuan, sasaran program sekolah serta merupakan arah pengembangan sekolah

dimasa depan. Misi adalah penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas,

kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan

visi. Dengan demikian, misi sekolah merupakan sekumpulan tugas-tugas yang

harus dilaksanakan sekolah.

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan terkait

dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing. Jika visi

merupakan gambaran sekolah di masa depan secara ideal, tujuan yang ingin

dicapai dalam waktu 4 tahun mungkin belum selengkap visi. Dengan kata lain,

tujuan dapat berwujud sebagian dari visi. Identifikasi tantangan nyata yang

dihadapi sekolah memuat tentang gambaran umum tantangan yang dihadapi

sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan yang ingin diraih

sekolah.

Apapun bentuk pengembangan mutu sekolah, selalu harus terprogram

dengan baik. Mengingat kondisi nyata sekolah menunjukkan bahwa sekalipun

mereka telah menyususn program peningkatan mutu sekolah, namun belum

didasarkan kajian yang ilmiah dan mendalam; Maka dari itu, penelitian

pengembangan ini dalam rangka peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan.

Laporan akhir ini memaparkan perkembangan studi mulai dari studi

pendahuluan yang menghasilkan model faktual, pengembangan model hipotetik

peningkatan mutu sekolah berbantuan analisis tulang ikan, dan validasi pakar

serta uji coba terbatas untuk menghasilkan model final.

Kepada semua fihak yang telah mendukung penelitian ini, kami

menghargai dan mengucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat!

Ketua

Page 4: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

4

ABSTRAK

Dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan Indonesia (SNPI),

tolok ukur mutu sekolah sudahlah jelas; SNPI akan berfungsi sebagai acuan

pengembangan sekolah guna meningkatkan mutu. Apapun bentuk pengembangan

mutu sekolah, selalu harus terprogram dengan baik. Kondisi nyata sekolah

menunjukkan bahwa sekalipun mereka telah menyususn program peningkatan

mutu sekolah, namun belum didasarkan kajian yang ilmiah dan mendalam.

Masalah penelitian adalah: 1) Langkah-langkah apa yang dapat diambil

untuk pengembangan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sekolah dengan menggunakan analisis fishbone? 2) Apakah model program

menggunakan analisis fishbone efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan

sekolah untuk meningkatkan kualitas? Penelitian ini bertujuan untuk: menyusun

program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan

sesuai/untuk memenuhi standar, dan menghasilkan program peningkatan mutu

sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang terbukti efektif dan efisien

yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan mutu SD.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan; Secara garis besar,

“pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan” ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yaitu: tahap I: Studi

Pendahuluan, Tahap II: Tahap Pengembangan Model, dan tahap III: Tahap

Evaluasi/ Pengujian Model. Dalam Studi Pendahuluan ini memaparkan

perkembangan studi kualitatif yang diawali dengan studi literatur, kemudian studi

lapangan tentang standar pendidikan yang akan dijadikan referensi peningkatan

mutu sekolah berbasis EDS dengan menggunakan analisis tulang ikan, diakhiri

dengan deskripsi dan analisis tulang ikan sebagai temuan (Model Faktual).

Berdasarkan model faktual yang belum memenuhi syarat dan prinsip perencanaan

yang baik dan benar, perlu segera dibuat model hipotetik yang sesuai standar yang

diharapkan memperbaiki model perencanaan peningkatan mutu sekolah (tahap 2);

Mengembangkan menjadi desain produk, merevisinya, serta menguji-cobakan

(tahap 3).

Hasilnya: 1) langkah-langkah perkembangan dalam program peningkatan

mutu sekolah dengan cara analisis tulang ikan telah melalui 6 tahapan, 2) produk

penelitian dengan menggunakan diagram tulang ikan telah terbukti menjadi

sederhana, berlaku, penting, terkendali, serta mampu beradaptasi. Selain itu, bisa

diterapkan, sehingga telah efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan sekolah

untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Kata kunci: Perencanaan Model, Kualitas Sekolah, Analisis Akar/Penyebab

masalah, diagram tulang ikan.

Page 5: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

5

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ........................................................................................................... 2

Prakata ................................................................................................................................ 3

ABSTRAK .......................................................................................................................... 7

Daftar Isi ........................................................................................................................... iv

Daftar Gambar ..................................................................................................................vi

Daftar Lampiran ............................................................................................................. vii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................ Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 3

1.4 Manfaat ................................................................................................................ 3

1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ................................................................ 4

1.6 Pentingnya Pengembangan ............................................................................... 5

1.7 Asumsi Pengembangan ...................................................................................... 6

1.8 Keterbatasan ....................................................................................................... 7

1.9 Luaran Penelitian ............................................................................................... 8

BAB II. STUDI PUSTAKA ............................................. Error! Bookmark not defined.

2.1 Studi Literatur ................................................................................................... 10

2.1.1 Mutu Pendidikan ............................................................................... 10

2.1.2 Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu

Pendidikan 12

2.1.3 Langkah-langkah Perencanaan Pengembangan Sekolah ............. 17

2.1.4 Aspek-aspek yang Dikembangkan dalam Perencanaan

Sekolah 18

2.1.5 Model Perencanaan Pengembangan Sekolah ................................. 21

2.1.6 Diagram Tulang Ikan/Sebab-Akibat (Fishbone Diagram) ............ 25

2.1.7 Keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah dengan Perencanaan

Pengembangan Sekolah .................................................................... 30

2.2 Penelitian Relevan ............................................................................................ 33

Page 6: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

6

2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 34

2.4 Model Hipotetik ................................................................................................ 35

BAB III. METODE PENELITIAN/PENGEMBANGAN ............................................ 37

3.1 Prosedur Penelitian/Pengembangan............................................................... 37

3.2 Jenis Data .......................................................................................................... 37

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 38

3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

4.1 Hasil Studi Pendahuluan ................................................................................. 40

4.2 Pengembangan Model ...................................................................................... 42

4.2.1 Model Pengembangan (Desain Produk) ......................................... 42

4.2.2 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah

Menggunakan

Analisis Fishbone ............................................................................... 45

4.3 Validasi Desain ................................................................................................. 50

4.4 Revisi Desain ..................................................................................................... 51

4.5 Uji Coba Produk .............................................................................................. 52

4.6 Revisi Produk ................................................................................................... 53

4.7 Penyempurnaan ............................................................................................... 54

4.8 Pembahasan Produk ........................................................................................ 54

BAB V. PENUTUP ........................................................................................................... 57

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 57

5.2 Rekomendasi ..................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 58

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 62

Page 7: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kaitan antar Standar Nasional Pendidikan (SNP) .............................. 13

Gambar 2.2 Proses Perencanaan Pengembangan Sekolah ....................................... 18

Gambar 2.3 Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana ................................ 23

Gambar 2.4 Diagram Ishikawa ................................................................................... 26

Gambar 2.5 EDS dalam Kaitannya dengan Penjaminan Mutu ............................... 31

Gambar 2.6 Siklus Pengembangan dan Peningkatan yang Berkelanjutan ............ 32

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 35

Gambar 2.8 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan

Diagram Tulang Ikan ..................................................................................................... 36

Gambar 4.1 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan

Diagram Tulang Ikan ..................................................................................................... 46

Page 8: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi/Studi Dokumen ....................................................... 62

Lampiran 2 Kuisioner .................................................................................................. 63

Lampiran 3 Standar Pengelolaan SD ......................................................................... 64

Lampiran 4 Model Faktual Pengembangan SD ........................................................ 66

Lampiran 5 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan

Diagram Tulang Ikan ..................................................................................................... 68

Lampiran 6 Validasi Desain ........................................................................................ 70

Lampiran 7 Laporan Hasil Uji Coba Produk ............................................................ 72

Lampiran 8 Model Final .............................................................................................. 74

Lampiran 9 Lampiran Draf Artikel Untuk Seminar atau Publikasi Jurnal .......... 91

Page 9: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan

dalam menentukan tujuan atau keadaan masa depan yang secara khusus

diharapkan oleh sekolah. Visi sekolah harus berada dalam koridor pembangunan

pendidikan yang telah ditetapkan secara nasional oleh pemerintah, tetapi tetap

sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah dan keinginan masyarakat di sekitar

sekolah.Visi sekolah merupakan turunan dari visi pendidikan nasional. Visi

sekolah dijadikan dasar atau rujukan dalam merumuskan misi, tujuan, sasaran

program sekolah serta merupakan arah pengembangan sekolah dimasa depan.

Secara sederhana visi adalah profil atau gambaran masa depan sekolah yang

diimpikan dimasa mendatang agar sekolah dapat terus terjaga kelangsungan hidup

dan perkembangannya.

Misi adalah penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan

rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan

demikian, misi sekolah merupakan sekumpulan tugas-tugas yang harus dilaksana-

kan sekolah. Perlu dicatat bahwa sebagai tindakan untuk mewujudkan visi, misi

dapat mencakup berbagai aspek, misalnya: Pembelajaran, pengembangan moral

keagamaan, iklim sekolah, manajemen sekolah, dan sebagainya.

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan.

Tujuan sekolah adalah jabaran dari visi dan misi sekolah atau merupakan tahapan/

langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Jika visi dan

misi seakan untuk waktu yang sangat panjang, maka tujuan sekolah untuk jangka

menengah (3 – 5 tahun). Tidak ada patokan berapa tahun, namun sebaiknya terkait

dengan satu siklus pendidikan agar mudah penjabaran berikutnya. Jika visi

merupakan gambaran sekolah di masa depan secara ideal, tujuan yang ingin

dicapai dalam waktu 4 tahun mungkin belum selengkap visi. Dengan kata lain,

tujuan dapat berwujud sebagian dari visi.

Identifikasi tantangan nyata yang dihadapi sekolah memuat tentang

gambaran umum tantangan yang dihadapi sekolah dalam rangka mewujudkan

visi, misi dan tujuan yang ingin diraih sekolah. Pada tahap ini, sekolah melakukan

Page 10: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

2

analisis output yang hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata yang dihadapi

oleh sekolah. Tantangan adalah selisih antara output sekolah yang diharapkan

dimasa mendatang (ideal). Besar kecilnya selisih tersebut memberitahukan besar

kecilnya tantangan (loncatan). Pada umumnya, tantangan nyata yang dihadapi

sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat dibagi menjadi 4 yaitu kualitas,

produktivitas, efektifitas dan efisisensi. Sasaran/tujuan sitasional sekolah memuat

tentang sasaran yang akan dicapai serta kebutuhan sekolah. Sasaran adalah tujuan

yang dirumuskan dengan memperhitungkan tantangan nyata yang dihadapi

sekolah. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan tantangan nyata yang

dihadapi sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada

visi, misi dan tujuan sekolah. Sasaran atau tujan situasional sekolah sering juga

disebut tujuan jangka pendek.

Setelah sasaran ditentukan, selanjutnya dilakukan identifiaksi fungsi untuk

mencapai sasaran tersebut. Langkah ini dilakukan sebagai tahap persiapan dalam

melakukan analisa SWOT misalnya. Diperlukan kecermatan dan kehati-hatian

dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang

telah ditentukan.

Alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan memuat tentang langkah-

langkah yang akan ditempuh dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan sekolah

serta dalam rangka memanfaatkan potensi yang dimiliki sekolah serta langkah-

langkah yang ditempuh dalam rangka mengatasi kelemahan serta ancaman

terhadap sekolah.

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan Indonesia (SNPI), tolok

ukur mutu sekolah sudahlah jelas; SNPI akan berfungsi sebagai acuan

pengembangan sekolah guna meningkatkan mutu. Apapun bentuk pengembangan

mutu sekolah, selalu harus terprogram dengan baik. Program yang baik ini akan

mempermudah pelaksanaannya. Apapun bentuk program yang dimaksud, perlu

dipersiapkan melalui proposal yang baik.

Program kerja sekolah memuat tentang visi, misi dan tujuan sekolah,

identifikasi tantangan nyata yang dihadapi sekolah, sasaran/tujuan situasional

Page 11: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

3

sekolah, identifikasi fungsi-fungsi sasaran, analisa SWOT yang berupa analisa

tingkat kesiapan fungsi, langkah-langkah pemecahan persoalan, rencana dan

program peningkatan mutu dan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah

(RAPBS).

Kondisi nyata sekolah menunjukkan bahwa sekalipun mereka telah

menyususn program peningkatan mutu sekolah, namun belum didasarkan kajian

yang ilmiah dan mendalam; banyak kepala sekolah mengalami kendala dalam

mengembangkan program peningkatan mutu sekolahnya. Akibat langsung dari

rendahnya mutu program ini pasti implementasinya menjadi tidak optimal

mendukung tercapainya tujuan. Maka dari itu perlu sekali adanya pendampingan

sekolah dalam rangka mengembangkan program peningkatan mutu sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan seperti berikut ini.

1. Bagaimanakah tahapan pengembangan program peningkatan mutu sekolah

dengan menggunakan analisis tulang ikan?

2. Apakah program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis

tulang ikanefektif dan efisien menjawab kebutuhan SD dalam meningkat-

kan mutu sekolahnya?

1.3 TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyusun program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan sesuai/untuk memenuhistandar,

2. Menghasilkan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan yang terbukti efektif dan efisien yang siap di-

implementasikan dalam meningkatkan mutu sekolah.

1.4. MANFAAT

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi SD/SMP/SMA dalam membuat

program pengembangan sekolah dalam meningkatkan mutunya:

Page 12: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

4

1. Memberikan suatu model pengembangan program peningkatan mutu

sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang akan terbukti

efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan

mutu sekolah.

2. Meningkatkan implementasi program yang akan mampu meningkatkan

mutu sekolah.

1.5. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIHARAPKAN

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah model ―Pengembangan Program

Peningkatan Mutu Sekolah dengan Menggunakan Analisis Tulang Ikan‖. Model

yang dikembangkan ini termasuk Descriptive Model yaitu model yang

mendeskripsikan suatu proses atau sistem baik secara kuantitatif maupun

kualitatif; model ini melukiskan dan menerangkan 6 langkah dalam mencapai

tujuan peningkatan mutu sekolah dan pengaruh setiap langkah pada langkah yang

lainnya secara lebih aktual. Model atau produk ini berguna untuk memecahkan

masalah-masalah pengelolaan sekolah melalui perencanaan yang masak, yang jika

diimplementasikan dapat menghasilkan program peningkatan mutu sekolah;

Dimana dalam pengembangan program peningkatan mutu sekolah perlu dikaji

secara masak-masak berdasarkan visi, misi dan standar mutu serta analisa

lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kebutuhan, hambatan, kelemahan dan

masalah-masalah serta akar penyebabnya sehingga dapat ditemukan alternatif

yang paling tepat dalam kerangka kepemimpinan kepala sekolah. Model yang

dikembangkan dilengkapi dengan panduan pengembangan program beserta

instrumen yang diperlukan, sehingga siap diimplementasikan sekolah karena

dinilai efektif dan efisien. Lebih lanjut, jika tradisi pengembangan mutu sekolah

telah terlaksana sesuai model ini, akan terjadi perubahan paradigma pengembang-

an program peningkatan mutu sekolah menggeser dari suatu paradigma

pengelolaan sekolah konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah

modern.

Page 13: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

5

1.6. PENTINGNYA PENGEMBANGAN

Penjaminan mutu pendidikan adalah serentetan proses dalam sistem yang saling

berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data tentang

program atau kegiatan pendidikan dalam mencapai mutu pendidikan. Proses

penjaminan mutu diawali dari mengidentifikasi aspek pencapaian dan prioritas

peningkatan, penyediaan data sebagai dasar perencanaan dan pengambilan

keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu berkelanjutan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah

menetapkan Standar Pengelolaan Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, yaitu Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Permendiknas tersebut

membahas tentang: a). Perencanaan Program, b). Pelaksanaan Rencana Kerja, c).

Pengawasan dan Evaluasi, d). Kepemimpinan Sekolah/ Madrasah, e).Sistem

Informasi Manajemen, dan f). Penilaian Khusus.

Perencanaan Program Sekolah penting dilakukan untuk memberi arah dan

bimbingan para pelaku pendidikan dalam rangka menuju perubahan atau tujuan

yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk

mengurangi ketidak-pastian masa depan. Perencanaan Sekolah adalah proses

penyusunan gambaran kegiatan pendidikan dimasa depan dalam rangka mencapai

perubahan/tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sasaran minimal pengembangan

sekolah yang dituangkan dalam setiap rencana pengembangan sekolah haruslah

menggunakan standar penyelenggaraan pendidikan yang berlaku secara nasional.

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah/persoalan, sekolah bersama-

sama dengan semua unsur warga sekolah (termasuk komite sekolah) membuat

rencana dan program-program untuk mencapai sasaran mutu yang telah ditetap-

kan.

Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram atau fishbone diagram)

adalah sebuah teknik grafis yang berguna untuk menganalisia dan menemukan

faktor-faktor yang berpengaruh atau efek secara signifikan di dalam menentukan

karakteristik kualitas output kerja. Diagram ini juga berguna untuk meng-

identifikasi akar penyebab potensi dari suatu masalah. Diagram sebab akibat

memfokuskan pada penekanan masalah atau gejala yang merupakan akar

penyebab masalah. Dengan menemukan permasalahan yang sebenarnya dan

Page 14: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

6

memukan akar masalahnya ini, maka dapat dirumuskan atau diidentifikasi

alternatif tindakan pemecahan masalah yang merupakan suatu usaha untuk

peningkatan mutu pendidikan; Selanjutnya menganalisis altematif-alternatif, yang

merupakan penganalisisan setiap altematif menurut kriteria tertentu yang sifatnya

kualitatif atau kuantitatif. Pada akhirnya memilih alternatif terbaik yang dilakukan

atas kriteria dan skala prioritas tertentu, dan keputusan dapat dilaksanakan. Model

pengembangan program peningkatan mutu sekolah ini memfasilitasi pengelolaan

sekolah (perencanaan) sebagaimana tuntutan mutu di atas.

1.7. ASUMSI PENGEMBANGAN

Rencana Pengembangan Sekolah merupakan salah satu wujud dari salah satu

fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah karena

berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

rangka menuju tujuan sekolah yang lebih baik dengan resiko yang kecil dan untuk

mengurangi ketidakpastian masa depan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), setiap

sekolah harus memenuhi SNP tersebut. Salah satu upaya untuk mencapai SNP,

setiap sekolah wajib membuat Rencana Pengembangan Sekolah.

Telah terjadi perubahan paradigma pengembangan program peningkatan

mutu sekolah menggeser dari pengelolaan sekolah konvensional menuju pada

sistem pengelolaan sekolah modern, dimana dalam pengembangan program

peningkatan mutu sekolah perlu dikaji secara masak-masak berdasarkan analisa

lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kelemahan dan kekuatan sekolah,

hambatan dan peluang, serta kepemimpinan kepala sekolah.

Perencanaan pengembangan sekolah yang memanfaatkan model ini akan

memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah dalam rangka menuju

perubahan atau tujuan sekolah yang lebih baik atau lebih bermutu di masa depan.

Rencana pengembangan mutu sekolah yang diharapkan menjadi salah satu cara

untuk mengatasi permasalahan tersebut dikatakan baik apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a. Kualitas dan kuantitas situasi pendidikan sekolah yang di harapkan.

Page 15: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

7

b. Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis situasi pendidikan sekolah dan

lingkungan strategisnya

c. kemanfaatan serta kesesuaian dengan permasalahan pendidikan

d. Kelayakan strategi implementasi Kelayakan rencana monitoring dan

evaluasi

e. Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusun dan

f. Tingkat partisipasi dan keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan

perencanaan

Penggunaan analisis tulang ikan, menjamin terpenuhinya 6 kriteria yang

diharapkan itu; Model pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan

menggunakan analisis tulang ikan ini terbukti efektif dan efisien yang siap

diimplementasikan dalam meningkatkan mutu sekolah.

1.8. KETERBATASAN

Model ―Pengembangan Program Peningkatan Mutu Sekolah dengan Mengguna-

kan Analisis Tulang Ikan‖ yang dihasilkan ini membatasi diri sampai pada tahap

Perencanaan Program Sekolah. Sekalipun perencanaan itu sangat penting

dilakukan untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku pendidikan dalam

rangka menuju perubahan atau tujuan mutu yang lebih baik dengan resiko yang

kecil dan untuk mengurangi ketidak-pastian masa depan, perencanaan belum

memberi jaminan implentasinya secara efisien dan efektif, mengingat banyak

faktor yang berpengaruh seperti kualitas: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2)

siswa, (3) guru, (4) kurikulum, dan (5) jaringan kerja sama.

Perencanaan yang dikembangkan dalam model ini mendasarkan analisis

fishbone, sekalipun merupakan suatu alat yang sangat efektif untuk mengetahui

akar penyebab masalah dan benar-benar membantu untuk mengetahui alasan

masalah sehingga ditemukan solusi paling tepat untuk mengatasi masalah

tersebut. Namun, dalam beberapa literatur ditemukan beberapa kekurangan dari

metode ini. Analisis fishbone menguraikan penyebab masalah tetapi tidak

menjelaskan urutan penyebab; Dalam dunia kehidupan nyata masalah dapat

terjadi karena beberapa alasan, tetapi besarnya atau ekstremitas setiap alasan tidak

bisa sama. Diagram tulang ikan belum memenuhi tuntutan masalah ini. Juga

Page 16: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

8

jarang mendefinisikan kategori secara jelas dan verifikasi antara hubungan kausal

(kurang memadai). Selain itu dari diagram ini tidak mengisolasi masalah utama

dari masalah dan menyajikan masing-masing dalam cara yang sama.

1.9. LUARAN PENELITIAN

Penelitian pengembangan ini akan menghasilkan model pengembangan program

peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang terbukti

efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan mutu

sekolah. Penelitian ini akan menghasilkan output dan outcome sebagai berikut:

1. Output

a. Panduan pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan

menggunakan analisis tulang ikan

b. Program peningkatan mutu sekolah yang dinilai efektif dan efisien yang

siap diimplementasikan sekolah.

2. Outcome

a. Perubahan praktek manajerial pengelola sekolah

b. Perubahan paradigma pengembangan program peningkatan mutu

sekolah menggeser dari suatu paradigma pengelolaan sekolah

konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern.

Dimana dalam pengembangan program peningkatan mutu sekolah

perlu dikaji secara masak-masak berdasarkan analisa lingkungan

strategis, sumber daya sekolah, kelemahan dan kekuatan sekolah,

hambatan dan peluang, serta kepemimpinan kepala sekolah.

Adapun rincian tahapan, luaran dan indikator disajikan pada tabel berikut

ini.

Page 17: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

9

Tahapan, Luaran dan Indikator

TAHAPAN LUARAN INDIKATOR

Tahap I:

Studi Pendahuluan

a. Instrumen Studi

Pendahuluan

b. LaporanStudi

Pendahuluan yang berisi

deskripsi dan analisis

tulang ikan (Model

Faktual)

1. Tercetak lembar

observasi, dan

kuisioner.

2. Tercetak laporan

Studi Pendahuluan

3. Tercetak Model

Faktual

Tahap II:

Pengembangan

Model

a. Model Hipotetik

b. Model pengembangan

(desain Produk)

1. Tercetaknya Model

Hipotetik

2. Tercetaknya desain

produk

3. Terevisinya desain

produk

4. Tercetaknya

laporan hasil uji

coba

Tahap III:

Evaluasi/Pengujian

Model

Model Final.

1. Tercetaknya revisi

produk

2. Tercetaknya model

final

3. Tercetaknya draf

dan laporan final.

Page 18: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

10

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 STUDI LITERATUR

2.1.1 Mutu Pendidikan

Ada tiga konsep dasar yang perlu dibedakan dalam peningkatan mutu yaitu

kontrol mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan mutu

terpadu (total quality). Kontrol mutu secara historis merupakan konsep mutu yang

paling tua. Kegiatannya melibatkan deteksi dan eliminasi terhadap produk-produk

gagal yang tidak sesuai dengan standar. Tujuannya hanya untuk menerima produk

yang berhasil dan menolak produk yang gagal. Dalam dunia pendidikan, kontrol

mutu diimplementasikan dengan melaksanaan ujian sumatif dan ujian akhir. Hasil

ujian dapat dijadikan sebagai bahan untuk kontrol mutu.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007) penjaminan mutu

pendidikan adalah serentetan proses dalam sistem yang saling berkaitan untuk

mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data tentang program atau kegiatan

pendidikan dalam mencapai mutu pendidikan. Proses penjaminan mutu diawali

dari mengidentifikasi aspek pencapaian dan prioritas peningkatan, penyediaan

data sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan serta membantu

membangun budaya peningkatan mutu berkelanjutan. Pencapaian mutu

pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah dikaji berdasarkan delapan

standar nasional pendidikan dari Badan Standar nasional Pendidikan (BSNP).

Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan pada pendidikan dasar dan

menengah di Indonesia berkaitan dengan tiga aspek utama yaitu: (1) pengkajian

mutu pendidikan, (2) analisis dan pelaporan mutu pendidikan, dan (3) peningkatan

mutu dan penumbuhan budaya peningkatan mutu yang berkelanjutan. Khususnya

pada aspek pertama, secara sederhana diartikan bahwa dalam aspek pengkajian

mutu pendidikan di dalamnya perlu ada pemetaan dan penetapan langkah yang

perlu dilakukan untuk pencapaian mutu. Kegiatan pemetaan salah satunya melalui

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan instrumen lain yang dapat menambah informasi

Page 19: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

11

tentang profil sekolah. Adapun kegiatan penetapan langkah pencapaian mutu

adalah rencana sistematis, rasional, dan terukur serta dirumuskan oleh satuan

pendidikan untuk memenuhi pencapaian mutu pendidikan.

Jaminan mutu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya kesalahan sejak awal proses produksi. Jaminan mutu dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat menjamin proses produksi agar dapat

menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi tertentu. Jaminan mutu adalah

sebuah cara menghasilkan produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Lanjutan

dari konsep jaminan mutu adalah Total Quality Management (TQM) yang

berusaha menciptakan sebuah budaya mutu dengan cara mendorong semua

anggota stafnya untuk dapat memuaskan para pelanggan. Dalam konsep TQM

pelanggan adalah raja. Inilah yang merupakan pendekatan yang sangat populer

termasuk dalam dunia pendidikan. Sifat TQM adalah perbaikan yang terus

menerus untuk memenuhi harapan pelanggan.

Dalam TQM, mutu adalah kesesuaian fungsi dengan tujuan, kesesuaian

dengan spesifikasi dan standar yang ditentukan, sesuai dengan kegunaannya,

produk yang memuaskan pelanggan, sifat dan karakteristik produk atau jasa yang

memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Sistem manajemen mutu

pendidikan adalah suatu sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendali-

kan satuan pendidikan dalam penetapan kebijakan, sasaran, rencana dan proses/

prosedur mutu serta pencapaiannya secara berkelanjutan (continous

improvement).

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang berlaku saat ini

bertumpu kepada tanggung jawab tiap pemangku kepentingan pendidikan untuk

menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan. Implementasi SPMP terdiri atas

rangkaian proses/tahapan yang secara siklik dimulai dari (1) pengumpulan data,

(2) analisis data, (3) pelaporan/pemetaan, (4) penyusunan rekomendasi, dan (5)

upaya pelaksanaan rekomendasi dalam bentuk program peningkatan mutu

pendidikan. Pelaksanaan tahapan-tahapan di atas dilaksanakan secara kolaboratif

antara satuan pendidikan dengan pihak-pihak lain yang terkait sesuai dengan

ketentuan yang berlaku (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun

2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan) yaitu penyelenggara satuan

Page 20: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

12

atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi,

dan pemerintah.

SPMP berbasis pada data dan pemetaan yang valid, akurat, dan empirik.

Data yang dikumpulkan oleh sekolah dapat diperoleh dari hasil akreditasi sekolah,

sertifikasi guru, ujian nasional, dan profil sekolah. Selain itu Evaluasi Diri

Sekolah (EDS) merupakan instrumen implementasi SPMP yang dilaksanakan oleh

setiap satuan pendidikan sebagai salah satu program akseleratif dalam

peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan (Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010; Prioritas Nomor 2. Pendidikan).

2.1.2 Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan

Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan

pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar-

standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. Standar nasional

pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain

adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau lembaga lain yang

dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati oleh

kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan

sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain

yang relevan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau

program pendidikan dan penyelenggara satuan atau program pendidikan secara

sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah yang ditetapkan dalam

rencana strategis satuan atau program pendidikan.

Sasaran minimal pengembangan sekolah yang dituangkan dalam setiap

rencana pengembangan sekolah haruslah menggunakan standar penyelenggaraan

pendidikan yang berlaku secara nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan ketentuan rinci mengenai

standar-standar nasional pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UU

Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Peraturan Pemerintah ini menetapakan arah

Page 21: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

13

reformasi pendidikan nasional dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan

pendidikan nasional. Terdapat delapan SNP yaitu:

1. Standar Isi

2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Lulusan

4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan

7. Standar Pembiayaan

8. Standar Penilaian

Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian

standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka

sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi

Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana

dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada

komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi,

sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar

Kompetensi Lulusan (SKL). Berikut ini disajikan kaitan antara SNP.

Gambar: Kaitan antar Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Page 22: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

14

Setiap standar memiliki indikator ketercapaiannya dan setiap indikator

merupakan acuan mutu pendidikan di Indonesia. Daftar indikator pemenuhan

standar sebagai acuan mutu yang harus diupayakan dipenuhi oleh setiap sekolah

di berbagai jenjang dan jenis pendidikan terdapat pada lampiran.

Di antara standar-standar tersebut, standar pengelolaan pada tingkat satuan

pendidikan merupakan standar terpenting yang harus djadikan acuan dalam

perencanaan pengembangan sekolah. Standar pengelolaan pendidikan untuk

satuan pendidikan dasar dan menengah adalah standar pengelolaan pendidikan

untuk sekolah/madrasah yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005);

Standar Pengelolaan terdiri atas:

a. Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan.

b. Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.

c. Standar pengelolaan oleh Pemerintah.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah menetapkan

Standar Pengelolaan Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

yaitu Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Permendiknas tersebut membahas

tentang:

a). Perencanaan Program,

b). Pelaksanaan Rencana Kerja,

c). Pengawasan dan Evaluasi,

d). Kepemimpinan Sekolah/Madrasah,

e).Sistem Informasi Manajemen, dan

f). Penilaian Khusus.

Pasal 49 ayat (1) pada Peraturan Pemerintah ini menyatakan: ―Pengelolaan

satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan

manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,

partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.‖ Berkaitan dengan penerapan

manajemen berbasis sekolah itu di tingkat satuan pendidikan, PP nomor 19/2005

tersebut menetapkan sejumlah standar pengelolaan yang mencakup pengambilan

Page 23: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

15

keputusan, pedoman pendidikan, rencana kerja, prinsip-prinsip dasar pengelolaan

satuan pendidikan, pengawasan, pemantauan, supervisi, dan pelaporan.

Pengelolaan satuan pendidikan harus berpegang pada prinsip-prinsip

kemandirian, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas. Pelaksanaan pengelolaan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan

oleh kepala satuan pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite

sekolah/madrasah.

Terkait dengan Pengambilan Keputusan, beberapa hal penting yang diatur

dalam Peraturan Pemerintah tersebut meliputi bidang-bidang pengambilan

keputusan, prosedur pengambilan keputusan dan pihak-pihak yang terlibat dalam

pengambilan keputusan itu. Pengambilan keputusan bidang akademik dilakukan

melalui rapat Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah. Sedangkan

bidang non-akademik pengambilan keputusan dilakukan oleh komite

sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala sekolah. Rapat dewan pendidik dan

komite sekolah/madrasah dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah mufakat

yang berorientasi pada peningkatan mutu satuan pendidikan.

Rencana kerja yang harus dibuat oleh satuan pendidikan meliputi Rencana

Kerja Jangka Menengah (4 tahun) dan Rencana Kerja Tahunan. Rencana Kerja

Satuan Pendidikan dasar dan Menengah harus disetujui rapat dewan pendidik

setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah.

Pengawasan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan

mencakup pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil

pengawasan. Pemantauan dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan dan komite

sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang

berkepentingan secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi,

efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan. Supervisi yang meliputi supervisi

manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh

pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan.

Standar pengelolaan tersebut mengisyaratkan bahwa sejak saat ini sekolah

sebagai satuan pendidikan memiliki peran, wewenang dan tanggung jawab yang

sangat strategis dan jauh lebih luas di bandingkan masa sebelumnya. Sekolah

dituntut untuk lebih mandiri, lebih mampu membangun hubungan kemitraan

Page 24: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

16

dengan dan memperkuat partisipasi semua pemangku kepentingan (stakeholders),

bersikap lebih terbuka dan akuntabel.

Kewenangan yang begitu luas yang diberikan kepada sekolah pada

gilirannya menuntut setiap sekolah mereformasi dirinya. Setiap sekolah harus

beralih dari budaya dan manajemen yang bersifat ―menunggu dan bertindak sesuai

kebijakan atas‖ yang bersifat konvensional kepada sebuah budaya dan manajemen

baru yang menempatkan hasil telaah diri sebagai titik awal usaha pengembangan,

kemandirian dan akuntabilitas sebagai instrumen utama dalam proses

pengembangan dirinya, dan peningkatan mutu sebagai muara dan tujuan utama

dari setiap usaha pengembangan itu.

Perencanaan Sekolah penting dilakukan untuk memberi arah dan bimbingan

para pelaku pendidikan dalam rangka menuju perubahan atau tujuan yang lebih

baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk

mengurangi ketidak-pastian masa depan. Perencanaan Sekolah adalah proses

penyusunan gambaran kegiatan pendidikan dimasa depan dalam rangka mencapai

perubahan/tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan, sekolah bersama-

sama dengan semua unsur warga sekolah (termasuk komite sekolah) membuat

rencana dan program-program untuk merealisasi rencana dan mencapai sasaran

yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan

lugas tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai. Kegiatan yang harus

dilakukan, siapa yang harus melakukan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan

berapa biaya yang diperlukan. Hal ini juga diperlukan untuk memudahkan sekolah

dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orang tua

siswa, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan rencana

peningkatan mutu pendidikan.

Rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) berisi tentang

Rencana anggaran dan belanja pelaksanaan program kerja sekolah dalam waktu

satu tahun berjalan yang dimiliki sekolah. Rencana program yang dibuat dalam

RAPBS harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek mutu yang

lain ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, sasaran yang ingin dicapai, dan

berapa biaya yang diperlukan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sekolah

Page 25: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

17

dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orang tua

siswa, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan rencana

peningkatan mutu pendidikan.

Penyusunan anggaran berangkat dari rencana kegaitan atau program yang

telah disusun dan kemudian diperhitungkan berapa biaya yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan demikian aggaran berfungsi sebagai alat

pengendali kegiatan. Langkah-langkah penyusunan anggaran adalah sebagai

berikut:

a. Menginventarisasi rencana program yang akan dilaksanakan.

b. Menyusun rencana berdasarkan pada skala prioritas pelaksanaannya.

c. Menentukan program kerja dan rincian program kerja.

d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program.

e. Menghitung dana yang dibutuhkan.

f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.

2.1.2 Langkah-Langkah Perencanaan Pengembangan Sekolah

Terdapat berbagai model yang dapat digunakan untuk diadopsi untuk menyusun

rencana Pengembangan Sekolah. Dalam paparan ini hanya diberikan satu contoh

struktur rencana pengembangan sekolah. Namun demikian, bukan berarti langkah-

langkah yang diberikan di sini merupakan yang paling efektif bagi semua SD,

masing-masing SD memiliki kebebasan untuk mengembangkan sendiri struktur

rencana pengembangan yang dipandang paling sesuai dengan kondisi masing-

masing sekolah. Proses perencanaan pengembangan sekolah yang dimaksud

setidak-tidaknya harus mencakup lanngkah-langkah sebagaimana ditunjukkan

dalam Gambar 2.1.

Page 26: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

18

Gambar 2.1 Proses Perencanaan Pengembangan Sekolah

Satuan atau program pendidikan yang telah memenuhi SNP, dapat

mengembangkan standar yang lebih tinggi lagi yaitu berupa:

1. Standar mutu di atas SNP yang dapat diadopsi dan/atau diadaptasi dari

standar internasional.

2. Standar mutu di atas SNP yang berbasis pada keunggulan dan spesifikasi

tertentu.

2.1.3 Aspek-aspek yang Dikembangkan dalam Perencanaan Sekolah

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP), setiap sekolah harus memenuhi SNP. Oleh karena

itu, aspek-aspek yang harus disusun dalam perencanaan pengembangan sekolah

juga harus sesuai dengan tuntutan SNP tersebut yaitu 8 standar nasional

Menyusun Rencana Pendapatan dan Belanja

Sekolah

Merumuskan:

Visi, Misi dan Tujuan

Telaah Diri

(Self Review)

Memilih

Prioritas dan Strategi Pengembangan

Menyusun

Program Pengembangan

Menyusun Rencana Operasional Tahunan

Page 27: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

19

pendidikan: kompetensi lulusan, isi (kurikulum), proses, pendidik dan tenaga

kependidikan, pengelolaan, prasarana dan sarana, pembiayaan, dan penilaian.

Namun demikian, ditinjau dari sisi pemerataan, kualitas, relevansi, efisiensi, dan

pengembangan kapasitas, dari delapan SNP tersebut dapat dijabarkan menjadi

lebih rinci dalam RPS.

Sesuai judul penelitian ini, yaitu untuk peningkatan mutu sekolah, maka

aspek yang dikembangkan adalah aspek kedua yaitu peningkatan kualitas. Mutu

sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan

(proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Mutu atau

kualitas pendidikan sekolah meliputi input, proses, dan output, dengan catatan

bahwa output sangat ditentukan oleh proses, dan proses sangat dipengaruhi oleh

tingkat kesiapan input (Hafis Muaddab, 2011).

Input adalah semua potensi yang ‗dimasukkan‘ ke sekolah sebagai modal

awal kegiatan pendidikan sekolah tersebut. Input pendidikan adalah segala sesuatu

yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu

yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan

sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi

sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa)

dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan

sebagainya). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan

perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-

harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh

sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan

baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat

kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input

tersebut.Contoh pengembangan input misalnya: pengembangan tenaga

pendidik/kependidikan (guru, kepala sekolah, konselor, pengawas, staf Dinas

Pendidikan), pengembangan komite sekolah, rasio (siswa/guru,siswa/kelas,

siswa/ruangkelas), pengembangan bahan ajar, pengembangan tes, biaya pen-

didikan persiswa, pengembangan model pembelajaran (pembelajaran tuntas,

pembelajaran dengan melakukan, pembelajaran kontekstual, pembelajaran

kooperatif, dan sebagainya), peningkatan kualitas siswa (UAN, UAS,

Page 28: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

20

keterampilan kejuruan, kesenian, olah-raga, karya ilmiah, keagamaan, kedisiplin-

an, karakter/kepribadian, dan sebagainya).

Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang secara

sadar dalam usaha meningkatkan kompetensi input demi menghasilkan output dan

outcome bermutu.Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi

sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses

disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam

pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah

proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses

pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan

evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan

tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan

penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang,

peralatan dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu

menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning),

mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu

memberdayakan peserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti bahwa

peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya,

akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik,

dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta

didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan

dirinya).

Output adalah hasil langsung dan segera dari pendidikan ataujumlah atau

units pelayanan yang diberikan atau jumlah orang-orang yang telah dilayani;

atauhasil dari aktifitas, kegiatan atau pelayanan dari sebuah program, yang diukur

dengan menggunakan takaran volume/banyaknya.Output pendidikan adalah

merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang

dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari

kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas

kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan

mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan ber-

Page 29: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

21

kualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa,

menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai

ulangan umum, UN, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-

akademik, seperti misalnya imtaq, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian,

keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya.

Outcome adalah efek jangka panjang dari proses pendidikan misalnya

penerimaan di pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan berikutnya,

kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih lanjut ataurespon partisipan

terhadap pelayanan yang diberikan dalam suatu program; outcome juga

berupa dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau pelayanan

suatu program. Dalam definisi lain dikatakan bahwa Output adalah hasil yang

dicapai dalam jangka pendek, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah

pelaksanaan kegiatan jangka pendek.

Standar pengelolaan pendidikan yang bersumber dari Badan Standar

Nsaional pendidikan, beserta indikatornya dalam bentuk rangkum terlampir.

2.1.4 Model Perencanaan Pengembangan Sekolah

Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau

memimpin (actuating atau leading), dan pengendalian (controlling) merupakan

fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam proses manajemen. Jika digambarkan

dalam sebuah siklus, perencanaan merupakan langkah pertama dari keseluruhan

proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan sebagai fungsi

terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan

berikutnya dalam proses manajemen bermula dari perencanaan. Daft (1988:100)

menyatakan: ―When planning is done well, the other management functions can

be done well.‖

Perencanaan pada intinya merupakan upaya penentuan kemana sebuah

organisasi akan menuju di masa depan dan bagaimana sampai pada tujuan itu.

Dengan kata lain, perencanaan berarti pendefinisian tujuan yang akan dicapai oleh

organisasi dan pembuatan keputuan mengenai tugas-tugas dan penggunaan

sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan rencana

(plan) adalah hasil dari proses perencenaan yang berupa sebuah cetak biru

Page 30: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

22

(blueprint) mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan, jadwal, dan tindakan-

tindakan lain yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan.

Dalam pengertian tersebut, tujuan dan alokasi sumber daya merupakan dua

kata kunci dalam sebuah rencana. Tujuan (goal) dapat diartikan sebagai kondisi

masa depan yang ingin diwujudkan oleh organisasi. Dalam organisasi, tujuan ini

terdiri dari beberapa jenis dan tingkatan. Tujuan pada tingkat yang tertinggi

disebut dengan tujuan strategis (strategic goal), kemudian berturut-turut di

bawahnya dijabarkan menjadi tujuan taktis (tactical objective) kemudian tujuan

operasional (operational objective). Tujuan strategis merupakan tujuan yang akan

dicapai dalam jangka panjang, sedangkan tujuan taktis dan tujuan operasional

adalah tujuan jangka pendek yang berupa sasaran-sasaran yang terukur.

Dalam SD/MI, tujuan strategis merupakan tujuan tertinggi yang akan

dicapai pada tingkat sekolah. Tujuan ini bersifat umum dan biasanya tidak dapat

diukur secara langsung. Tujuan-tujuan taktis merupakan tujuan-tujuan yang harus

dicapai oleh bagian-bagian utama organisasi sekolah, misalnya bidang kurikulum,

kesiswaan, atau kerja sama dengan masyarakat. Sedangkan tujuan operasional

merupakan tujuan yang harus dicapai pada bagian-bagian yang secara struktur

yang lebih rendah dari bagian-bagian utama sekolah tersebut. Tujuan mata

pelajaran atau kelompok mata pelajaran, misalnya, dapat dikategorikan sebagai

tujuan operasional.

Masing-masing tingkatan tujuan tersebut terkait dengan proses perencanaan.

Tujuan strategis merupakan tujuan yang harus dicapai pada tingkat rencana

strategis (strategic plan). Tujuan taktis dan tujuan operasional masing-masing

merupakan tujuan-tujuan yang harus dicapai pada rencana taktis (tactical plan)

dan rencana operasional (operational plan).

Perlu dicatat bahwa semua sekolah, apapun bentuknya, berdiri atau

didirikan atas dasar asumsi, keyakinan, sistem nilai dan mandat tertentu. Dalam

kaitannya dengan perencanaan pengembangan, dasar-dasar keberadaan ini disebut

dengan premis lembaga atau premis sekolah. Permis-premis sekolah itu biasanya

disajikan dalam bentuk rumusan visi, misi, dan nilai-nilai fundamental organisasi.

Visi dapat dipandang sebagai alasan atas keberadaan lembaga dan merupakan

keadaan ―ideal‖ yang hendak dicapai oleh lembaga; sedangkan misi adalah tujuan

Page 31: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

23

utama dan sasaran kinerja dari lembaga. Keduanya harus dirumuskan dalam

kerangka filosofis, keyakinan dan nilai-nilai dasar yang dianut oleh sekolah yang

bersangkutan dan digunakan sebagai konteks pengembangan dan evaluasi atas

strategi yang diinginkan.

Premis-premis tersebut harus menjadi titik-tolak dalam perencanaan. Tujuan

dan cara untuk mencapai tujuan yang tertuang dalam rencana harus berada dalam

kerangka premis-premis itu. Untuk memudahkan pemahaman, Gambar 2.1

mengilustrasikan hubungan antara premis organisasi, hierarki tujuan, dan bentuk

rencana sebagaimana diuraikan di atas.

Gambar 4.1 Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana

Perencanaan pengembangan sekolah (school development planning)

merupakan proses pengembangan sebuah rencana untuk meningkatkan kinerja

sebuah sekolah secara berkesinambungan. Perbedaan pokok rencana

pengembangan dengan rencana lainnya terletak pada tujuan. Sedangkan hierarki

tujuan dan rencana sebagaimana telah diuraikan di atas juga berlaku dalam

rencana pengembangan. Tujuan yang akan dicapai dalam rencana pengembangan

Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar

(Premis Sekolah)

Manajemen Puncak

(Tingkat Sekolah)

Tujuan

Strategis

Rencana

Strategis

Manajemen Menengah

(Bidang Kurikulum, Kesiswaan, dsb.)

Tujuan

Taktis

Rencana

Taktis

Manajemen Bawah

(Mapel, Individu Guru)

Tujuan

Operasional

Rencana

Operasional

Tujuan

(hasil) Rencana

(alat)

Page 32: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

24

merupakan hasil-hasil yang lebih baik dari apa yang selama ini telah di oleh

sekolah. Rencana pengembangan sekolah disusun agar sekolah terus-menerus

meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, selain didasarkan pada visi dan misi

sekolah, perencanaan pengembangan harus didasarkan atas pemahaman yang

mendalam tentang keberadaan dan kondisi sekolah pada saat rencana

pengembangan itu disusun. Pemahaman semacam ini dapat dilakukan melalui

kajian dan telaah mendalam terhadap kondisi internal maupun lingkungan

eksternal dimana sekolah itu berada.

Standar nasional pendidikan sebagaimana telah diuraikan pada bab

sebelumnya menunjukkan bahwa proses perencanaan menjadi perangkat yang

esensial dalam pengelolaan sekolah. Dalam kaitannya dengan standar pengelolaan

satuan pendidikan, sistem perencanaan pengembangan lembaga yang diterapkan

pada setiap sekolah harus mampu memfasilitasi dan mengakomodasi lima pilar

utama yang digariskan dalam standar pengelolaan,yaitukemandirian, kemitraan,

partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

Model perencanaan strategis (strategis planning) hingga saat ini dipandang

sebagai proses perencanaan yang demikian itu. Dengan menerapkan pendekatan

perencanaan strategis, diharapkan sekolah akan terdorong untuk melakukan

perencanaan secara sistematis. Sekolah diharapkan akan menyediakan waktu

untuk mentelaah dan menganalisis dirinya sendiri dan lingkungannya, meng-

identifikasi kebutuhannya untuk mendapatkan keunggulan terhadap yang lain, dan

melakukan komunikasi dan konsultasi secara terus-menerus dengan berbagai

pihak baik dari dalam maupun luar lingkungan lembaga selama berlangsungnya

proses perencanaan. Di samping itu perencanaan strategis juga diharapkan akan

mendorong sekolah untuk menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan

strategis, secara terus-menerus memantau pelaksanaan rencana itu, dan secara

teratur melakukan pengkajian dan perbaikan untuk menjaga agar perencanaan

yang dibuat tetap relevan terhadap berbagai kondisi yang terus berkembang

{Nickols dan Thirunamachandran, (Departemen Pendidikan Nasional. 2007)}.

Perencanaan strategis (strategic planning) merupakan bagian dari proses

managemen strategis yang terkait dengan proses identifikasi tujuan jangka

panjang dari sebuah lembaga atau organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-

Page 33: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

25

pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan

dalam rangka menentukan strategi di masa depan {Nickols dan Thirunama

chandran, (Departemen Pendidikan Nasional, 2007)}.

2.1.5 Diagram Tulang Ikan/ Sebab – Akibat (Fishbone Diagram)

Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan)

sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram

diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari

Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Dr.

Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang telah

memperkenalkan Fishbone cause and effect diagram kepada dunia. Diagram

Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di

seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab masalah. Alasan-

nya sederhana, Fishbone diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim

untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu permasalahan.

Diagram ―tulang ikan‖ ini dikenal dengan cause and effect diagram. Kenapa

Diagram Ishikawa juga disebut dengan ―tulang ikan‖?…..ya memang kalau

diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan

ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa

rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu per-

masalahan yang timbul.

Dari gambar di bawah terlihat bahwa faktor penyebab masalah antara lain

(kemungkinan) terdiri dari: material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara.

Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang

―saat ini‖ dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi ―menyimpang‖

dan berpotensi terjadi masalah. Ingat,...ketika sudah ditemukan satu atau beberapa

―penyebab‖ jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar

penyebab di dalamnya yang ―tersembunyi‖. Bahasa gaulnya, jangan hanya

melihat yang gampang dan nampak di luar.

Page 34: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

26

Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat ―ke dalam‖ dengan bertanya

mengapa? …… mengapa?… dan mengapa?‖. Hanya dengan bertanya ―mengapa‖

beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.

Penyebab sesungguhnya, bukan gejala. Dengan menerapkan diagram Fishbone ini

dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar ―penyebab‖ terjadinya masalah

khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya

ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila

―masalah‖ dan ―penyebab‖ sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan

langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya

menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua

kemungkinan ―penyebab‖ dan mencari ―akar‖ permasalahan sebenarnya.

Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkin-

an penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir

pada rutinitas (Tague, 2005: 247). Suatu tindakan dan langkah improvement akan

lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah

Page 35: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

27

ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan

akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly disukai

orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki

banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan

(Purba, 2008: 1–6).

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu

efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesibrainstorming.

Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup

manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori

mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

Diagram sebab-akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun

1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat

(cause and effect diagram atau fishbone diagram) adalah sebuah teknik grafis

yang digunakan untuk mengurutkan dan menghubungkan interaksi antara faktor-

faktor yang berpengaruh dalam suatu proses. Diagram ini berguna untuk

menganalisia dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh atau efek secara

signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Efek ini bisa

bernilai "baik" dan bisa bernilai "buruk".

Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,

mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab

yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada (2004), konsep

dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada

bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.

Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab

permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi materials (bahan

baku), machines and equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya

manusia), methods (metode), Mother Nature/environment (lingkungan), dan

measurement (pengukuran). Keenam penyebab munculnya masalah ini sering

disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari masalah selain 6M tersebut dapat dipilih

jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan, baik yang berasal

dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya dapat

Page 36: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

28

digunakan teknik brainstorming (Pande &Holpp, 2001 dalam Scarvada, 2004).

Diagram fishbone ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi

permasalahan dan menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut.

Selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya,

diagram fishbone ini juga dapat digunakan pada proses perubahan.

Scarvada (2004) menyatakan Diagram fishbone ini dapat diperluas

menjadi diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram). Perluasan

(extension) terhadap Diagram Fishbone dapat dilakukan dengan teknik

menanyakan ―Mengapa sampai lima kali (five whys)‖ (Pande & Holpp, 2001

dalam Scarvada, 2004). Jadi dengan diketahui sebab dari efek yang terjadi,

diharapkan hasil dari proses produksi bisa diperbaiki dengan mengubah faktor

terkontrol dari suatu proses. Diagram ini juga berguna untuk mengidentifikasi

akar penyebab potensi darisuatu masalah. Diagram sebab akibat memfokuskan

pada penekanan masalah atau gejala yang merupakan akar penyebab masalah.

Diagram sebab akibat juga menampilkan penyebab-penyebab masalah dengan

cara menghubungkan penyebab-penyebab menjadi satu.

Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik

pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau

manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat

penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:

1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.

Penggunaan Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis

permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan

permasalahan pada masalah prioritas.

2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan

tim/ organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan

utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan

utama.

3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan

menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan

sumbang saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai

sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari

Page 37: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

29

penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk

menentukan penyebab yang dominan.

4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah

ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi

akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.

5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan

memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat

dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.

6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.

Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang

telah dibuat.

7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan

menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Dalam melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan, yakni

1. Menyiapkan sesi analisa tulang ikan.

2. Mengidentifikasi akibat atau masalah.

3. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama.

4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.

5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang

terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran

yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone

diagram adalah opinion based on tool dan didesign membatasi kemampuan

tim/pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan

metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar

besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting

digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada

diagram tersebut.

Analisa tulang ikan dipakai untuk mengkategorikan berbagai sebab

potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah

Page 38: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

30

dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang

sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi

sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material,

mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya (Imamoto et al., 2008).

Diagram tulang ikan merupakan alat dan/teknik untuk mengenali

penyelesaian masalah secara kreatif dalam perbaikan mutu pendidikan. Menurut

hasil penelitian Aroem (2013), diagram tulang ikan (fishbone diagram atau root

causes analysis) memegang peranan penting dalam inovasi pendidikan dalam

menentukan kebijakan selanjutnya (korektif/ pembaharuan/inovasi); Gejolak,

penomena, gap, ketidak-sesuian yang terjadi dalam proses pendidikan atau

berbagai permasalahan yang aktual baik teoritis maupun paraktis, baik dalam

tatanan makro maupun mikro, bisa dilakukan analisis dengan diagram ini.

2.1.6 Keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah dengan Perencanaan Pengembangan

Sekolah

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dikembangkan sejalan dengan sistem

penjaminan mutu pendidikan, khususnya yang terkait dengan perencanaan

pengembangan sekolah dan manajemen berbasis sekolah. Pelaksanaan EDS

terkait dengan praktek dan peran kelembagaan yang memang sudah berjalan,

seperti manajemen berbasis sekolah, perencanaan pengembangan sekolah,

akreditasi sekolah, implementasi SPM danSNP, peran LPMP/BDK, peran

pengawas, serta manajemen pendidikan yang dilakukan oleh pemerintahan

provinsi dan kabupaten/kota, dan Rencana Pembangunan Nasional Bidang

Pendidikan, Renstra Kemendiknas, dan Renstra Kemenag.Diagram di bawah ini

menggambarkan EDS sebagai salah satu komponen sumber data dalam Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan yang mengacu pada Permendiknas No. 63 tahun

2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

Page 39: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

31

EDS dalam Kaitannya dengan Penjaminan Mutu

Selama berjalannya proses EDS, diharapkan dapat dibangun adanya visi yang

jelas mengenai apa yang diinginkan oleh para pemangku kepentingan terhadap

sekolah mereka. Untuk dapat membangun visi bersama mengenai mutu ini yang

harus dilakukan adalah semua pemangku kepentingan harus terlibat dalam proses

Page 40: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

32

untuk menyepakati nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang akanditetapkan. Visi

bersama ini yang akan membawa arah pengembangan sekolah ke depan dengan

lebih jelas. Sekolah mengukur dampak dari berbagai kegiatan pentingnya terkait

dengan peserta didik dan kegiatan pembelajaran (belajar mengajar); setiap tahun

sekolah juga memeriksa hasil dan dampak dari kegiatan belajar mengajar serta

bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Hal yang sangat

penting dalam proses ini adalah sekolah harus mempergunakan evaluasi ini untuk

memprioritaskan bidang yang memerlukan peningkatan dan mempersiapkan

rencana pengembangan/peningkatan sekolah. Proses ini kemudian menjadi bagian

dari siklus pengembangan dan peningkatan yang berkelanjutan.

Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di sekolah (kepala sekolah,

guru, peserta didik, orang tua, komite sekolah, anggota masyarakat, dan pengawas

sekolah) diharapkan bahwa tujuan dan nilai yang diinginkan dalam proses EDS

menjadi bagian dari etos kerja sekolah. Penting diingat adalah bahwa informasi

yang didapatkan harus dianggap penting dan tidak lagi dianggap sebagai beban

atau hanya sekedar sebagai daftar data yang perlu dikumpulkan karena diminta

oleh pihak luar. Proses EDS harus menjadi suatu refleksi untuk mengubah dan

memperbaiki tata kerja, serta akan dianggap berhasil jika dapat membawa sekolah

pada peningkatan pelayanan pendidikan dan hasilnya bagi para peserta didik.

Page 41: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

33

Kemudian sekolah akan menjadi pelaku utama dalam peningkatan mutu dan

memberikan penjaminan terhadap pelayanan pendidikan yang bermutu.

2.2 PENELITIAN RELEVAN

Tri Sadono, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto (2014) melakukan

penelitian ―Strategi Untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis

Fishbone di SD Negeri Margolelo, Kandangan, Temanggung‖. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan menurunnya

mutu sekolah di SD Negeri Margolelo dan strategi yang tepat untuk mengatasi

masalah tersebut. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan analisis

Fishbone, dan diperoleh hasil adalah: 1) faktor yang menyebabkan menurunnya

mutu sekolah yaitu Faktor internal dan eksternal yang meliputi: sumber daya

manusia, sarana prasarana, metode pembelajaran dan material/sumber belajar. 2)

terdapat beberapa strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu

sekolah di SD Negeri Margolelo. 3) dengan harapan sekolah dapat melaksanakan

strategi yang sudah dibuat dengan baik.

Untuk menerapkan manajemen mutu pendidikan dengan baik dalam

pembelajaran di kelas, diterapkannya prinsip-prinsip untuk manajemen mutu yang

dirumuskan oleh Edward Deming yang diungkapkan oleh Juran dimana perlu

menggunakan alat dan teknik untuk perbaikan mutu, salah satunya menggunakan

teknik diagram tulang ikan (fishbone diagram); Inilah penelitian Imam Gozali

(2012) dengan judul ―Implementasi Konsep TQM dalam Pendidikan Melalui

Madrasah Model: Studi Pada MTsN Model di Brebes Jawa Tengah‖. Hasilnya

ditemukan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan di MTsN

Model Brebes, yakni berhasil menciptakan mutu pendidikannya sesuai standar

mutu, baik mutu akademik maupun non akademik, diperoleh prestasi-prestasi

belajar siswa (lulusan) dengan nilai tertinggi hingga melebihi Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM), serta keunggulan-keunggulan lain di bidang akademik maupun

non akademik, sehingga benar-benar menjadi magnet school di kalangan

masyarakat.

Penelitian Tri Sadono, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto (2014) dan

penelitian Imam Gozali (2012) keduanya tentang mutu pendidikan ditinjau dengan

Page 42: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

34

analisis diagram tulang ikan, dan keduanya menunjukkan hasil yang positif;

Penelitian Tri Sadono, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto (2014) mengajukan

strategi untuk mengatasi masalah, sedangkan penelitian Imam Gozali (2012)

hanya mendeskripsikan secara ekspost fakto, dimana peneliti tidak mengadakan

treatmen. Berbeda dengan penelitian yang kami lakukan, kami menghasilkan

produk yang berupa ―model pengembangan program peningkatan mutu sekolah

dengan menggunakan analisis tulang ikan‖

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Seperti disebutkan di atas, penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan

bahwa model yang dihasilkan ini sangat dibutuhkan oleh sekolah dalam

meningkatkan mutunya; Bukankah telah terjadi pergeseran paradigma

pengembangan program pengelolaan dan/ peningkatan mutu sekolah yang

konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern. Penelitian dan

pengembangan ini menghasilkan produk yang berupa ―model pengembangan

program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan‖;

Model pengembangan yang dipilih adalah model deskriptif yaitu model yang

mendeskripsikan suatu proses atau sistem baik secara kuantitatif maupun

kualitatif, melukiskan dan menerangkan langkah-langkah dalam mencapai tujuan

secara lebih aktual; Langkah-langkah yang dimaksud terdiri dari 3 tahapan, yaitu:

tahap I: Studi Pendahuluan, Tahap II: Tahap Pengembangan Model, dan tahap III:

Tahap Evaluasi/Pengujian Model. Dengan diperolehnya model pengembangan

program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan ini

sangat bermanfaat bagi sekolah dalam membuat program pengembangan sekolah

dalam meningkatkan mutunya: 1) Memberikan suatu model pengembangan yang

akan terbukti efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkat-

kan mutu sekolah; 2) Meningkatkan implementasi program yang akan mampu

meningkatkan mutu sekolah. Dalam bentuk skema, kerangka pikir penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Page 43: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

35

2.4 MODEL HIPOTETTIK

Model hipotetik adalah draft Model pengembangan yang akan dilakukan

yang berupa model prosedural. Proses perencanaan pengembangan mutu sekolah

yang dimaksud setidak-tidaknya harus mencakup lanngkah-langkah sebagaimana

ditunjukkan dalam Gambar berikut ini.

Page 44: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

36

Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan Diagram Tulang Ikan

(adaptasi dari Depdiknas 2006)

Validasi

Visi, Misi dan Tujuan

Telaah Diri (Self Review), Identifikasi

kebutuhan/Masalah/Gap

Menganalisis Akar Masalah

Penyebab Gap (Tulang ikan)

Pengembangan Rencana

tindakan inovative

Desain Implementasi

serta monev

Page 45: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

37

BAB III

METODE PENELITIAN/PENGEMBANGAN

Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan; Secara garis besar,

―pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan‖ ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yaitu: tahap I: Studi

Pendahuluan, Tahap II: Tahap Pengembangan Model, dan tahap III: Tahap

Evaluasi/Pengujian Model.

3.1. PROSEDUR PENELITIAN/ PENGEMBANGAN

Prosedur Pengembangan dalam Penelitian ini adalah seperti berikut ini.

1. Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif

kualitatif. Studi kualitatif diawali dengan studi literatur, kemudian studi

lapangan tentang standar pendidikan yang akan dijadikan referensi

peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang

akan dikembangkan. Pada studi pendahuluan ini diakhiri dengan deskripsi dan

analisis tulang ikan sebagai temuan (Model Faktual).

2. Tahap II: Tahap Pengembangan Model, dalam pengembangan model ini akan

dilakukan penyusunan Model Hipotetik sebagai dasar Model pengembangan

(desain Produk) yang siap divalidasi dan direvisi atas dasar masukan validator,

selanjutnya dilakukan uji coba terbatas atas produk yang dikembangkan.

3. Tahap III: Tahap Evaluasi/Pengujian Model, pada tahap ini Model hipotetik

divalidasi, direvisi dan diujicobakan terbatas; Subyek uji coba adalah kepala

SD Kecamatan Sidorejo, uji coba dilakukan dengan FGD dan direvisi atas

hasil uji coba menjadi Model Final.

3.2. JENIS DATA

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian dan pengembangan ini berupa

data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari masukan dari pakar

manajemen dan hasil wawancara/FGD dengan stake holder. Data kuantitatif

Page 46: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

38

diperoleh dari penilaian pakar manajemen terhadap draft produk, lembar observasi

studi lapangan tentang standar pendidikan, dan uji coba.

3.3 INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan data pada uji validitas dari pakar dan uji coba terbatas. Uji

validitas pakar menggunakan instrumen lembar validasi pakar manajemen. Uji

coba terbatas menggunakan instrumen lembar observasi, pedoman

wawancara/FGD, angket dan dokumentasi. Fungsi dari instrumen tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Lembar validasi pakar pembelajaran

Lembar validasi dari pakar manajemen digunakan untuk memvalidasi draft

produk awal yang telah dibuat sehingga layak untuk diuji coba.

b. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat pengamatan terhadap kondisi

awal pengembangan program sekolahdan pada uji coba terbatas. Lembar

observasi ini terdiri dari: lembar observasi pada Kepala Sekolah dan pada

guru terpilih, serta Komite Sekolah.

c. Pedoman wawancara dan FGD

Pedoman wawancara dan FGD digunakan sebagai panduan wawancara

dengan stake holder.

d. Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi stake

holderterhadap program peningkatan mutu sekolah.

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis terhadap data validasi dari pakar adalah dengan menggunakan

teknik analisis deskriptif. Frekuensi tiap-tiap skor dihitung untuk mengetahui

persentase dari kategori sangat baik (4), baik (3), cukup (2), kurang (1).

Data dari hasil angket dianalisis teknik statistik deskriptif dengan

mengelompokkan data tersebut ke dalam empat kategori. Kategori hasil

pengukuran ini ditunjukkan pada Tabel 2 berikut (Djemari Mardapi, 2008:123).

Page 47: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

39

Tabel 2

Kategori untuk Skor Angket

No. Skor Siswa Kategori

1 x x + 1 SBx Sangat tinggi

2 x + 1 SBx > x x Tinggi

3 x > x x - 1 SBx Sedang

4 x < x - 1 SBx Rendah

Keterangan

x adalah rerata skor keseluruhan siswa

SBx adalah simpangan baku skor keseluruhan siswa dalam satu kelas

x adalah skor yang dicapai siswa

Selanjutnya tahap-tahap penelitian seperti di atas dapatlah disajikan dalam

bentuk gambar seperti gambar 3 berikut ini.

Tahapan Penelitian dan Pengembangan

Tahapan Analisa Luaran Indikator

Tahap I:

Studi Pendahuluan

1. Studi literatur,

2. Studi lapangan tentang standar

pendidikan

3. Deskripsi (model faktual)

1. Deskripsi

2. Analisis

sistem

LaporanStudi

Pendahuluan yang berisi

Model Faktual

1. Diperolehnya kajian

literatur dan studi

lapang

2. Dipetakannya Model

Faktual

Tahap II:

Pengembangan Model

1. Model pengembangan (desain

Produk)

2. Validasi desain

3. Revisi Desain

4. Uji coba produk

5. Revisi Produk

6. Evaluasi dan Penyempurnaan,

7. Model Hipotetik.

1. Deskripsi

2. Analisis

tulang ikan

1. Model Hipotetik

2. Model pengembangan

(desain Produk)

1. Dipetakannya Model

Hipotetik

2. Dipetakannya desain

produk

3. Terevisinya desain

produk

4. Laporan hasil uji coba

Tahap III:

Evaluasi/Pengujian Model

1. Eksperimen

2. Revisi produk

3. Model final.

1. Deskripsi

2. Pre-pos tes

Model Final.

1. Dipetakannya revisi

produk

2. Dihasilkannya model

final

3. Tercetaknya draf dan

laporan final

Page 48: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL STUDI PENDAHULUAN

Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan

deskriptif kualitatif. Studi kualitatif diawali dengan studi literatur, kemudian studi

lapangan tentang standar pendidikan yang akan dijadikan referensi peningkatan

mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang akan dikembangkan.

Pada studi literatur ini dihasilkan standar pengelolaan pendidikan yang bersumber

dari Badan Standar Nsaional pendidikan, naskah standar pengelolaan pendidikan

dalam bentuk rangkum terlampir. Pada studi pendahuluan ini diakhiri dengan

deskripsi dan analisis data sebagai temuan (Model Faktual) seperti berikut ini.

Model Faktual

Pertama, ada beberapa renstra yang ternyata hanya dibuat dengan cara “copy

paste” tanpa modifikasi.

Kedua, visi dirumuskan secara ambivalen.

Ketiga, kurang dilengkapi dengan data.

Keempat, renstra yang berhasil dibuat tampak lebih karena perintah bukan karena

memang merasa perlu menyusun renstra.

Kelima, bukan sekedar format atau wadah, tetapi isinya.

Keenam, renstra sesungguhnya merupakan rencana jangka menengah (lima

tahun), sebagai penjabaran dari rencana jangka panjang (dua puluh lima

tahun).

Ketujuh, renstra bukan hanya disusun oleh seorang petugas, tetapi disusun secara

bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder).

Page 49: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

41

Penjelasan lebih lanjut seperti berikut ini.

Pertama, ada beberapa renstra yang ternyata hanya dibuat dengan

cara “copy paste” tanpa modifikasi. Renstra yang demikian akan sangat mudah

diketahui. Salah satunya dengan membandingkan data yang tertuang dalam

renstra tersebut. Bahkan beberapa di antaranya ada yang lupa menghapus nama

sekolah yang RPS-nya dikopi. Jadi, antara nama sekolah yang terdapat dalam

cover renstra berbeda dengan nama yang tertulis di dalamnya. Hal yang satu ini

sudah barang tentu harus dihindari, karena hal itu merupakan plagiat yang

memang harus dihindari, bukan hanya karena melanggar kode etik, tetapi juga

tidak menggambarkan data dan kondisi obyektif sekolahnya.Sebagai proses

belajar, proses penyusun rencana strategis memang diperbolehkan

melakukan “copy-paste”. Namun demikian, untuk selanjutnya semua substansi

dalam rencana strategis itu harus disesuaikan dengan data dan kondisi masing-

masing sekolah. Tetapi kenyataanya apa yang terjadi? Proses adaptasi rencana

strategis hasil “copy-paste” itu tidak terjadi. Data dan kondisi yang tertuang

dalam renstra yang dibuat telah kehilangan rohnya, karena rumusan kata dan

kalimat dalam renstra itu sesungguhnya tidak keluar dari hati sanubari penyusun

yang sebenarnya. Oleh karena itu, penyusunan renstra dengan cara “copy-

paste” sama sekali bukan cara yang benar. Cara yang benar adalah dengan

memahami teori penyusunan renstra yang sebenarnya, baru diterapkan dalam

proses bersama semua pemangku kepentingan untuk menyusun renstra tersebut.

Kedua, visi dirumuskan secara ambivalen. Ada yang dijabarkan dalam

indikator berdasarkan frase kalimat dari statemen visi, dan ada yang langsung

dijabarkan dalam indikator berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP).

Sebaiknya, SNP digunakan ketika menjabarkan visi dan misi untuk penysunan

kebijakan, program dan kegiatan. Selain itu, pada umumnya belum menjelaskan

nilai-nilai (values) yang dijadikan pegangan bagi para pelaksana kebijakan,

program, dan kegiatan. Misalnya, nilai kejujuran harus diutamakan dalam

pelaksanaan renstra.

Ketiga, kurang dilengkapi dengan data. Penyusunan renstra seharusnya

berbasis data. Dari data inilah penyusun renstra akan dapat menganalisis

kebutuhan yang sebenarnya, apanya yang kurang, apanya yang harus diusahakan,

dan sebagainya.

Keempat, renstra yang berhasil dibuat tampak lebih karena perintah bukan

karena memang merasa perlu menyusun renstra. Dengan kata lain, penyusunan

renstra pada dasarnya bukan sebagai kebutuhan melainkan hanya karena

melaksanakan perintah atau tugas, misalnya karena orientasi untuk mendapatkan

bantuan (grant). Memang, membuat renstra harus diusahakan menjadi budaya

atau kebiasaan yang memang dibutuhkan oleh setiap institusi. Renstra bukan

hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan.

Kelima, bukan sekedar format atau wadah, tetapi isinya. Pada tahap-tahap

awal penyusunan renstra, kita memang dihadapkan kepada format tertentu, dan

Page 50: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

42

oleh karena itu kita cenderung terpaku kepada format itu. Padahal sesungguhnya

yang terpenting adalah isi atau substansinya. Sebagai contoh, pada umumnya kita

menggunakan kata ‖unggul‖ dalam rumusan visi yang kita buat. Istilah ‖unggul‖

itu merupakan padanan kata ‖exellence‖. Apa atau siapa yang unggul? Sekolah

atau siswanya? Daerah atau rakyatnya. Atau kedua-duanya. Itu harus jelas. Kalau

sekolah, maka yang unggul adalah pelayanannya. Sementara kalau yang unggul

adalah siswanya, maka yang unggul adalah kemapuannya, hasil belajar atau

kesejahteraannya. Rumusan visi memang cita-cita masa depan, yang terkadang

bersifat filosofis, namun tidak mengurangi kejelasan visi itu sendiri. Visi lebih

menjelaskan tentang apa yang akan dicapai, sementara misi lebih kepada rumusan

tentang bagaimana cara untuk mencapainya. Sebagai contoh, adil makmur adalah

rumusan visi, sementara pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan misinya.

Keenam, renstra sesungguhnya merupakan rencana jangka menengah

(lima tahun), sebagai penjabaran dari rencana jangka panjang (dua puluh lima

tahun). Dalam proses penyusunannya belum memanfaatkan hasil evaluasi diri

sekolah apa lagi diagram tulang ikan. Renstra harus dijabarkan ke dalam rencana

operasional jangka pendek (satu tahun). Dengan demikian, dalam rencana dalam

renstra biasanya telah dilakukan pembabakan selama lima tahun secara garis

besar. Namun rencana operasional belum disusun yang lebih rinci dalam satu

dokumen tersendiri.

Ketujuh, renstra bukan hanya disusun oleh seorang petugas, tetapi

disusun secara bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder).

Sebagai dokumen resmi, maka sudah seharusnya renstra itu ditandatangani oleh

semua pemangku kepentingan.

Demikianlah beberapa aspek penting yang perlu memperoleh perhatian

dalam proses menyusun perencanaan. Mudah-mudahan temuan ini dapat menjadi

rambu-rambu untuk dapat menjadi salah satu acuan dalam proses penyusunan

perencanaan yang akan datang (bandingkan dengan Suparlan, 2010).

4.2 PENGEMBANGAN MODEL

4.2.1 Model pengembangan (desain Produk)

Penyusunan model pengembangan mutu sekolah umumnya terkait dengan

hal-hal berikut: 1) Visi sekolah, yaitu gambaran pengembangan sekolah yang

diinginkan di masa mendatang (jangka panjang), 2) Misi sekolah, yang berisi

tindakan/upaya untuk mewujudkan visi sekolah yang telah ditetapkan

sebelumnya, 3) Tujuan pengembangan sekolah, yang menjelaskan apa yang ingin

dicapai dalam upaya pengembangan mutu sekolah pada kurun waktu, misalnya

Page 51: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

43

untuk 3-5 tahun, 4) Tantangan nyata yang harus diatasi sekolah, yaitu gambaran

kesenjangan (gap) dari tujuan yang diinginkan dan kondisi sekolah saat ini, 5)

Sasaran pengembangan mutu sekolah, yaitu apa yang diinginkan sekolah untuk

jangka pendek, misalnya untuk satu tahun, 6) Identifikasi fungsi-fungsi yang

berperan penting dalam pencapai sasaran tersebut, 7) Analisis dari setiap fungsi

yang telah diidentifikasi sebelumnya, 8) Identifikasi alternatif langkah untuk

meningkatkan mutu sekolah dalam rangka mengatasi kelemahan yang dimiliki

sekolah, 9) Rencana dan program sekolah yang dikembangkan dari alternatif yang

terpilih, guna mencapai sasaran mutu yang ditetapkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pengembangan mutu

sekolah ialah adanya keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholder), misalnya guru, siswa, tata usaha/ karyawan, orangtua siswa, tokoh

masyarakat yang memiliki perhatian kepada sekolah. Mengapa? Karena dengan

cara tersebut diharapkan keputusan rencana pengembangan sekolah menjadi

―milik‖ semua warga sekolah dan pihak lain yang terkait. Pelibatan warga sekolah

tersebut tentu saja sesuai dengan kemampuan masing-masing. Maksudnya, setiap

orang dilibatkan sesuai dengan kemampuan dan kepentingannya. Rencana

pengembangan sekolah sebenarnya secara komprehensif mencakup harapan

jangka panjang yang ditunjukkan oleh visi sekolah, harapan jangka menengah

yang ditunjukkan oleh tujuan sekolah, dan sasaran jangka pendek sekaligus

bagaimana mencapai sasaran tersebut. Jika tahapan tersebut dilakukan secara

konsisten, maka ketercapaian sasaran demi sasaran pada akhirnya akan ber-

akumulasi menjadi ketercapaian tujuan dan akhirnya mencapai visi sekolah.

Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang disadari dilakukan

manusia; merupakan suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan

yang mungkin dipilih yang prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan

harapan akan menghasilkan sebuah keputusan terbaik. Hasan (2004) mengemuka-

kan bahwa pengam-bilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif

terbaik dari beberapa alternatif secara sistematik untuk ditindak-lanjuti

(digunakan) sebagai suatu cara menyelesaikan masalah.

Matlin (Sudrajat, 2011) menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan

yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan

Page 52: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

44

keputusan. Setelah seseorang berada pada situasi pengambilan keputusan maka

selanjut-nya dia akan melakukan tindakan untuk memper-timbangkan, meng-

analisis, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap pilihan-pilihan

yang ada. Reaksi dalam tahap ini, individu yang satu dengan yang lain berbeda-

beda sesuai dengan kondisi masing-masing individu.

Arroba (Sudrajat, 2011) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan, yaitu: (1) informasi yang diketahui perihal permasalahan

yang dihadapi, (2) tingkat pendidikan, (3) personality, (4) coping, dalam hal ini

dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan perma-salahan (proses

adaptasi), dan (5) culture.

Menurut Mowen (2002) pengambilan keputusan adalah proses yang dilalui

individu dalam mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif dan

memilih diantara pilihan-pilihan. Rakhmat (2001) menyebutkan tanda-tanda

pengambilan keputusan sebagai berikut: (1) keputusan merupakan hasil berpikir,

hasil usaha intelektual, 2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai

alternatif, 3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksana-

anya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Dalam pengambilan keputusan faktor personal sangat menentukan apa

yang akan diputuskan, antara lain kognitif, motif dan sikap. Ketiga hal tersebut

pada kenyataannya berlangsung sekaligus. Hasan (2004) mengatakan bahwa

proses pengambilan keputusan terdiri dari 6 tahap, yaitu:

1) Merumuskan atau mengidentifikasi masalah yang merupakan suatu usaha untuk

menemukan permasalahan yang sebenarnya,

2) Mengumpulkan informasi yang relevan, merupakan pencarian faktor-faktor

yang mungkin terjadi sehingga dapat diketahui penyebab timbulnya masalah,

3) Mencari alternatif tindakan, merupakan pencarian kemungkinan yang dapat

ditempuh berdasarkan data dan permasalahan yang ada,

4) Analisis altematif, merupakan penganalisisan setiap altematif menurut kriteria

tertentu yang sifatnya kualitatif atau kuan-titatif,

5) Memilih altematif terbaik, memilih alter-natif terbaik yang dilakukan atas

kriteria dan skala prioritas tertentu, dan

Page 53: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

45

6) Melaksanakan keputusan dan evaluasi hasil, Merupakan tahap melaksanakan

atau mengambil tindakan. Umumnya tindakan ini dituangkan pada rencana

tindakan. Evaluasi hasil memberikan masukan atau umpan balik yang berguna

untuk memperbaiki suatu keputusan atau merubah tujuan semula karena telah

terjadi perubahan-perubahan

Di balik suatu keputusan terdapat unsur pro-sedur, yaitu pertama-tama

pembuat keputusan meng-identifikasi masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan

khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemung-kinan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, dan mengakhiri proses itu dengan menetapkan

pilihan bertindak.

Kotler (2001) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan adalah faktor budaya yang merupakan penentu keinginan

dan perilaku dasar manusia. Setiap manusia mendapat seperangkat nilai, persepsi,

preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Semua

kehidupan bermasyarakat selalu memiliki kelas sosial. Orang-orang dalam kelas

sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-orang dari

dua kelas sosial yang berbeda. Faktor sosial seperti: kelompok acuan, keluarga,

serta peran dan status sosial. Kelompok acuan dapat berupa teman, tetangga,

keluarga dan rekan kerja. Faktor pribadi yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan adalah usia, pekerjaan, ekonomi, kepribadian, konsep diri, gaya hidup

dan nilai. Faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan di

antaranya motivasi, persepsi, kepercayaan dan sikap dari peng-ambil keputusan

itu sendiri.

4.2.2 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah Menggunakan Analisis

Fishbone

Proses perencanaan pengembangan mutu sekolah yang dimaksud setidak-

tidaknya harus mencakup lanngkah-langkah sebagaimana ditunjukkan dalam

Gambar berikut ini.

Page 54: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

46

Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan Diagram Tulang Ikan

Visi sekolah

Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan dalam

menentukan tujuan atau keadaan masa depan yang secara khusus diharapkan oleh

sekolah. Sekalipun harus berada dalam koridor pembangunan pendidikan yang

telah ditetapkan secara nasional oleh pemerintah, tetapi visi sekolah seharusnya

tetap sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah dan keinginan masyarakat di

sekitar sekolah. Visi sekolah merupakan turunan dari visi pendidikan nasional.

Visi sekolah dijadikan dasar atau rujukan dalam merumuskan misi, tujuan, sasaran

program sekolah serta merupakan arah pengembangan sekolah dimasa depan.

Secara sederhana visi adalah profil atau gambaran masa depan sekolah yang

diimpikan dimasa mendatang agar sekolah dapat terus terjaga kelangsungan hidup

dan perkembangannya.

Validasi

Visi, Misi dan Tujuan

Telaah Diri (Self Review), Identifikasi

kebutuhan/Masalah/Gap

Menganalisis Akar Masalah

Penyebab Gap (Tulang ikan)

Pengembangan Rencana

tindakan inovative

Desain Implementasi

serta monev

Page 55: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

47

Misi

Misi adalah penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan

rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan

demikian, misi sekolah merupakan sekumpulan tugas-tugas yang harus

dilaksanakan sekolah. Perlu dicatat bahwa sebagai tindakan untuk mewujudkan

visi, misi dapat mencakup berbagai aspek, misalnya: Pembelajaran, pengembang-

an moral keagamaan, iklim sekolah, manajemen sekolah, dan sebagainya.

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan.

Tujuan sekolah

Tujuan sekolah adalah jabaran dari visi dan misi sekolah atau merupakan tahapan/

langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Jika visi dan

misi seakan untuk waktu yang sangat panjang, maka tujuan sekolah untuk jangka

menengah (3 – 5 tahun). Tidak ada patokan berapa tahun, namun sebaiknya terkait

dengan satu siklus pendidikan agar mudah penjabaran berikutnya. Jika visi

merupakan gambaran sekolah di masa depan secara ideal, tujuan yang ingin

dicapai dalam waktu 4 tahun mungkin belum selengkap visi. Dengan kata lain,

tujuan dapat berwujud sebagian dari visi.

Telaah Diri (Self Review)

Telaah Diri (Self Review) merupakan suatu kegiatan menelaah atau mengoreksi

tentang keadaan yang ada pada diri seseorang atau suatu organisasi. Telaah diri

merupakan alat untuk memperjelas jalan menuju masa depan yang lebih baik.

Keefektifan telaah diri diukur dari apa yang terjadi berikutnya. Dengan demikian,

ruang lingkup Telaah diri harus memadai dalam memampukan warga sekolah

untuk membentuk asesmen yang realistis terhadap kondisi, kebutuhan

dan/masalah sekolah sebagai dasar perencanaan yang akan dilakukan. Dengan

demikian Telaah Diri (Self Review) merupakan suatu kegiatan stake holder

melakukan evaluasi diri sekolah.

Page 56: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

48

Identifikasi kebutuhan dan/ masalah

Identifikasi kebutuhan dan/ masalah yang dihadapi sekolah memuat tentang

gambaran umum hasil evaluasi diri sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi

dan tujuan yang ingin diraih sekolah; Selain itu juga memuat identifiaksi fungsi-

fungsi manajemen untuk mencapai sasaran tersebut. Pada tahap ini, selanjutnya

sekolah melakukan analisis kesenjangan/gap antara hasil identifikasi kebutuhan

dan/ masalah yang dihadapi sekolah (evaluasi diri) dibandingkan dengan standar

pelayanan minimal pendidikan serta visi, misi dan tujuan serta sasaran sekolah

yang diharapkan dimasa mendatang (ideal). Besar kecilnya kesenjangan/gap

tersebut memberitahukan tentang keseriusan permasalahan yang dihadapi sekolah.

Diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang

diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Langkah ini dilakukan

sebagai tahap persiapan dalam melakukan analisa akar masalah yang menjadi

penyebab gap dengan analisis tulang ikan.

Menganalisis akar masalah penyebab gap (tulang ikan)

Cara yang yang dapat dilakukan untuk melakukan analisis akar masalah

menggunakan diagram Tulang Ikan dalam rangka mengidentifikasi penyebab

suatu permasalahan yang tidak diharap adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan

Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah

Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama

Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran

Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Langkah 7: Terapkan hasil analisis.

Pengembangan Rencana tindakan inovative

Dari alternative-alternative terbaik yang terpilih serta diyakini efektif untuk

pemecahan persoalan yang ada, Kepala Sekolah bersama-sama dengan unsur

Komite Sekolah mengembangkan tindakan yang siap untuk merealisasikan

rencana dan/ program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Page 57: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

49

Rencana tindakan yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas

tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan,

siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan dan berapa biaya

yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam

menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orangtua peserta

didik, baik secara formal maupun finansial untuk melaksanakan rencana

peningkatan mutu pendidikan.

Desain Implementasi serta monitoring dan evaluasi

Dalam mendesain sebuah program peningkatan mutu sekolah, setiap faktor atau

kategori utama hasil analisis tulang ikan hal yang terpenting yang harus

diperhatikan adalah kebutuhan dilakukannya program tersebut dan akar

permasalahan berkaitan dengan mutu pendidikan; untuk itu dikembangkanlah

Desain Implementasi serta Monitoring dan Evaluasi yang dimodifikasi dari model

partisipatif terdiri dari 8 langkah seperti berikut ini.

1. Penentuan latar belakang atau alasan dilakukannya pengembangan mutu

secara inovatif sesuai hasil identifikasi dan analisis kebutuhan masing-

masing program

2. Merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan

manfaat dari setiap program

3. Merancang kurikulum/memilih materi sesuai karakteristik sasaran dan

waktu pelaksanaan

4. Memilih dan mengembangkan metode dan teknik serta media pembinaan

yang sesuai setiap program

5. Menentukan pendekatan evaluasi baik proses maupun hasil

6. Melaksanakan program seperti yang dirancang

7. Melakukan monitoring dan evaluasi

8. Tindak lanjut.

Validasi

Validasi model berarti memastikan bahwa program dari model yang

dikembangkan beserta implementasinya adalah valid (sah dan diterima). Validasi

Page 58: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

50

bertujuan untuk membuat sesuatu yang resmi diterima atau disetujui, terutama

setelah memeriksanya.

Model hipotetik ini dilengkapi dengan panduan langkah-langkah

pengembangannya serta instrumen yang dipergunakan dalam penyusunan

program peningkatan mutu sekolah (selengkapnya ada pada lampiran).

4.2 VALIDASI DESAIN

Model hipotetik pengembangan mutu sekolah dengan diagram tulang ikan yang

dihasilkan seperti pada lampiran, selanjutnya divalidasi oleh 3 orang ahli (1 orang

ahli Teknologi Pendidikan, 1 orang ahli manajemen Pendidikan dan 1 orang ahli

pedagogiek) dengan menggunakan instrumen lembar validasi ahli seperti pada

lampiran. Dari 3 validator tersebut diperoleh hasil sesuai modus jawaban seperti

berikut ini.

Tabel hasil validasi ahli

No Pernyataan/Pertanyaan

Penilaian

Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi

1 Seberapa tinggi model ini menunjukkan adanya

identifikasi kerangka kunci?

V

2 Seberapa rinci setiap bagian atau tahapan dalam

kerangka/desain?

V

3 Seberapa tinggi model ini menunjukkan adanya

seleksi atau memodifikasi bagian proses yang

memang memerlukan perbaikan?

V

4 Apakah proses/langkah-langkah yang disusun dalam

model ini berkualitas?

V

5 Seberapa tinggi kadar revisi yang dilakukan dalam

model ini?

V

6 Seberapa tinggi kadar model yg dikembangkan ini

ditinjau dari:

V

a. Simple?

b. Applicable? V

c. Important? V

d. Controllable? V

e. Adaptable? V

f. Communicable? V

Selain data seperti di atas, diperoleh masukan seperti terlampir yang bisa

dirangkum seperti berikut ini.

Page 59: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

51

Validator 1

Model yang baik itu harus memenuhi 3 syarat, yaitu:

1. Kokoh bangunan teorinya

2. Jelas sintaks/prosedurnya

3. Terbukti bermanfaat.

Draf model ini belum sepenuhnya menunjukkan ketiga hal tersebut, misal belum ada

kajian tentang model dan jenis model apa yang dikembangkan, juga belum ada kajian

yang mencukupi tentang fishbone analisis.

Panduan di lampiran beberapa masih teoritis, kurang aplikabel.

Validaor 2

1. Pada langkah analisis akar masalah, langkah 2 perlu diperjelas lagi dan diberi

rincian langkah-langkahnya

2. Langkah 3 penjelasan yang panjang bisa dibantu dengan gambar

3. Langkah 6 bisa dibantu dengan dibuatkan kolom

Validator 3

1. Tabel Komponen, Sub-komponen dan Indikator Pemenuhan Standar Nasional

Pendidikan (SNP) Pada Jenjang SD/MI (halaman 6 – 15) lebih tepat masuk kedalam

lampiran.

2. Lampiran Analisis Masalah menggunakan Diagram Tulang Ikan: Langkah 1

(halaman 39), Langkah 3 – 7 (halaman 41 - 45), dan halaman 46 – 48 perlu

dilengkapi dengan ilustrasi dan/atau contoh.

4.3 REVISI DESAIN

Berdasarkan hasil validasi serta masukan seperti di atas, dilakukanlah

perbaikan sebagai berikut:

1. Melengkapi dengan uraian tentang model dan jenis model yang

dikembangkan yaitu model prosedural

2. Meperdalam uraian tentang kajian fishbone analisis

Page 60: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

52

3. Merevisi panduan dengan memperhatikan masukan validator dan

penggunaan bahasa yang lebih operasional

4. Mengedit dan menyeting draf menjadi yang lebih baik tampilannya.

Hasil revisi model hipotetik menjadi model ini siap untuk dilakukan uji coba pada

tahap berikutnya.

4.4 UJI COBA PRODUK

Uji coba produk yang berupa model pengembangan mutu sekolah dengan

diagram tulang ikan ini dilakukan melalui FGD dengan 17 Kepala SD Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga. Setelah satu sesi FGD dilakukan untuk menyusun

program pengembangan SD, disepakati akar masalah rendahnya mutu pendidikan

di Kecamatan Sidorejo salah satunya adalah rendahnya kinerja Kepala Sekolah

dalam PKG dan PKB, sehingga banyak diantara mereka yang cemas menghadapi

pemberlakukan Permenagpan RB nomor 16 tahun 2009 yang mulai diberlakukan

secara efektif tahun 2016. Solusi yang disepakati bersama adalah perlunya

pendampingan kepala sekolah dan guru senior (golongan IV/A keatas) untuk

melaksanaakan PTK/S dan menyusun artikel hasil PTK untuk terbitan berkala

atau jurnal ilmiah ber-ISBN. Sesudah usai FGD dan memetakan hasil dalam

diagram tulang ikan, dilakukan evaluasi dari peserta; hasilnya seperti berikut ini.

Tabel hasil penilaian pasca uji coba sesuai modus jawaban responden

No Pernyataan/Pertanyaan

Penilaian

Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi

1 Seberapa tinggi proses pendampingan ini

menunjukkan adanya pemenuhan kebutuhan guru

untuk PKG indikator 14?

V

2 Seberapa jelas kegiatan atau tahapan yang perlu

dikerjakan peserta untuk menghasilkan target sesuai

harapan peserta?

V

3 Seberapa tinggi pendampingan ini memotivasi

peserta untuk melaksanakan PTK sesuai tuntutan

PKG dan PKB?

V

4 Apakah proses yang disusun dalam pendampingan

ini berkualitas untuk meningkatkan kemampuan

pedagogik peserta ?

V

5 Seberapa tinggi optimisme peserta menindak-lanjuti

pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari

pendampingan ini kedalam peningkatan mutu

pembelajaran di SD masing-masing?

V

Page 61: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

53

No Pernyataan/Pertanyaan

Penilaian

Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi

6 Seberapa tinggi kadar model pendampingan PTK

yang dikembangkan ini ditinjau dari:

V

1) Simple (sederhana)?

2) Applicable (dapat diterapkan)? V V

3) Important (penting)? V

4) Controllable (terkendali/terjangkau)? V

5) Adaptable (dapat disesuaikan dg kondisi SD

setempat)?

V

6) Communicable (dapat dikomunikasikan)? V

7 Lainnya:

a. Menyadarkan saya akan pentingnya renstra

b. Mengasyikkan saat FGD

c. Menjadi saling memahami

d. Mengetahui potensi sesama guru

e. Menggalang partisipasi

Disamping data tersaji di atas, juga diperoleh masukan yang dirangkum seperti

berikut ini.

Rangkuman masukan responden berdasarkan uji coba model

1. Perlunya disediakan waktu khusus untuk meninjau kembali renstra sekolah

2. Contoh yg dipakai untuk master agar diperbesar, bisa dipakai kertas koran,

sehingga lebih leluasa dan jelas

3. Perlunya pendampingan dalam analisis tulang ikan terutama membedakan

gejala, masalah dan akar masalah

4. Perlu dukungan kebijakan Disdik, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan

formal/remi

5. Direpotkan dengan perpindahan guru dan kepala sekolah

4.5 REVISI PRODUK

Berdasarkan hasil uji coba serta masukan seperti di atas, dilakukanlah

perbaikan sebagai berikut:

1. Meperdalam uraian tentang kajian fishbone analisis

2. Merevisi panduan dengan memperhatikan masukan peserta dan

penggunaan bahasa yang lebih operasional/jelas

3. Mengedit dan menyeting draf menjadi lebih baik tampilannya.

Hasil revisi model pengembangan mutu sekolah dengan diagram tulang ikan

menjadi model final siap untuk dilakukan penyempurnaan pada tahap berikutnya

(dapat diperiksa pada lampiran.

Page 62: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

54

4.6. PENYEMPURNAAN

Editing dan seting ―Model Final Pengembangan Mutu Sekolah Dengan

Diagram Tulang Ikan‖ hasil revisi atas uji coba terbatas kedalam format standar

menurut UNESCO yaitu dalam bentuk buku dengan ukuran panjang 23 cm dan

lebar 15,5 cm. Model final Pengembangan Mutu Sekolah Dengan Diagram

Tulang Ikan ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: bagian awal, bagian inti, dan bagian

penunjang. Bagian awal terdiri dari cover (luar dan dalam), dan halaman perancis;

Bagian inti terdiri dari 5 bab, mulai dari 1. Pendahuluan, 2. Acuan Teori, 3.

Model, 4. Faktor yang Mempengaruhi, dan 5. Penutup, daftar pustaka; Bagian

pendukung terdiri dari lampiran penduan operasional model. ―Model Final

Pengembangan Mutu Sekolah Dengan Diagram Tulang Ikan‖ ini siap untuk

dilakukan uji coba secara luas.

4.7 PEMBAHASAN PRODUK

Pengembangan ―Model Pengembangan Mutu Sekolah Dengan Diagram Tulang

Ikan‖ ini dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu: Studi Pendahuluan,

Pengembangan Model dalam bentuk Model Hipotetik, dan Evaluasi/Pengujian

Model.

Tahap I: Studi Pendahuluan telah dikembangkan Instrumen Studi Pendahuluan

dan telah disusunnya Laporan Studi Pendahuluan yang berisi deskripsi dan

analisis tulang ikan (Model Faktual)

Tahap II: Pengembangan Model dalam bentuk Model Hipotetik dan Model

pengembangan (desain Produk)

Tahap III: Evaluasi/Pengujian Model diperoleh Model Final.

Berdasarkan penilaian validator maupun peserta uji coba terbatas, ternyata

model Pengembangan Mutu Sekolah Dengan Diagram Tulang Ikan ini

memperoleh skor penilaian yang tinggi dan cenderung sangat tinggi dalam hal:

1. Menunjukkan adanya identifikasi kerangka kunci,

2. Rincian setiap bagian atau tahapan dalam kerangka/desain

3. Menunjukkan adanya seleksi atau memodifikasi bagian proses yang

memang memerlukan perbaikan?

4. Kualitas proses/langkah-langkah yang disusun dalam model

Page 63: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

55

5. Kadar revisi yang dilakukan dalam model

6. Kadar model yg dikembangkan ini ditinjau dari: simple, applicable,

important, controllable, adaptable, communicable.

Dengan demikian secara faktual model ini memenuhi harapan pengembangnya.

Selanjutnya, suatu model, sebagaimana diutarakan validator 1, Model yang

baik itu harus memenuhi 3 syarat, yaitu: kokoh bangunan teorinya, jelas sintaks/

prosedurnya, dan terbukti bermanfaat; setelah dilakukan revisi menjadi model

final melaui uji coba terbatas, ―Model Pengembangan Mutu Sekolah Dengan

Diagram Tulang Ikan‖ ini memiliki skor lebih tinggi menuju sangat tinggi;

dengan kata lain, tuntutan teoritis model ini relatif terpenuhi.

Diagram tulang ikan ini terbukti berguna untuk menganalisia dan

menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam

menentukan karakteristik kualitas output kerja sekolah. Diagram ini juga berguna

untuk mengidentifikasi akar penyebab potensi dari suatu masalah, bahkan akar

penyebab masalah. Dengan menemukan permasalahan yang sebenarnya dan

memukan akar masalahnya ini, maka dapat dirumuskan atau diidentifikasi

alternatif tindakan pemecahan masalah yang merupakan suatu usaha untuk

peningkatan mutu pendidikan; Pada akhirnya memilih alternatif terbaik yang

dilakukan atas kriteria dan skala prioritas tertentu, dan selanjutnya keputusan

dapat dilaksanakan. Model pengembangan program peningkatan mutu sekolah ini

memfasilitasi pengelolaan sekolah (perencanaan) sebagaimana tuntutan mutu di

atas.

Scara mendasar, telah terjadi perubahan paradigma pengembangan

program peningkatan mutu sekolah menggeser dari pengelolaan sekolah

konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern, dimana dalam

pengembangan program peningkatan mutu sekolah perlu dikaji secara masak-

masak berdasarkan analisa lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kelemahan

dan kekuatan sekolah, hambatan dan peluang, serta kepemimpinan kepala

sekolah.

Penggunaan analisis tulang ikan ini, menjamin terpenuhinya 6 kriteria

yang diharapkan untuk pengembangan mutu sekolah yang dikatakan baik sebagai

berikut:

Page 64: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

56

1. Kualitas dan kuantitas situasi pendidikan sekolah yang di harapkan.

2. Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis situasi pendidikan sekolah dan

lingkungan strategisnya

3. kemanfaatan serta kesesuaian dengan permasalahan pendidikan

4. Kelayakan strategi implementasi Kelayakan rencana monitoring dan

evaluasi

5. Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusun dan

6. Tingkat partisipasi dan keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan

perencanaan

Model pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan ini terbukti efektif dan efisien sehingga siap diimplementasi-

kan dalam meningkatkan mutu sekolah.

Page 65: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

57

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan paparan hasil yang ada di bab 4 dapatlah ditarik kesimpulan seperti

berikut ini.

1. Penelitian pengembangan ini telah berhasil menyusun program

peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan

sesuai/untuk memenuhi standar; Tahap studi pendahuluan telah dilakukan

dengan menghasilkan deskripsi dan analisis tulang ikan (Model Faktual),

dari tahap ini dilakukan Pengembangan Model dalam bentuk Model

Hipotetik dan Model pengembangan (desain Produk)

2. Menghasilkan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan yang terbukti efektif dan efisien yang siap

diimplementasikan dalam meningkatkan mutu sekolah.

5.2 REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian ini dapatlah diajukan kegiatan seperti berikut

ini.

1. Sekalipun memiliki keterbatasan, model ini agar diterapkan di sekolah-

sekolah dilingkungan Disdik Kota Salatiga dan sekitarnya;

2. Perlunya Studi lanjutan yang berupa uji coba secara luas agar validitas

model ini terpenuhi,

Page 66: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

58

DAFTAR PUSTAKA

American Society for Quality. 2005, Fishbone diagram. http://www.asq.org/

Barbara Means, Christine Padilla, Larry Gallagher. 2010. Use of Education Data

at the Local Level From Accountability to Instructional Improvement. U.S.

Department of Education Office of Planning, Evaluation and Policy

Development

City Process Management, 2008, Cause and Effect Analysis using the Ishikawa

Fishbone & 5 Whys.cityprocessmanagement.com/Downloads/CPM_5Ys.pdf

Clark County School District. 2012. School Improvement Planning Basics: Root

Cause Analysis. http://ccsd.net/resources/aarsi-school-improvement/pdf/

Daft, Richard L. 1988. Management. Chicago: The Dryden Press.

Darno Harun. 2014. Manual Mutu. http://korwastjt.blogspot.co.id/2014/02/

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pendidikan dan Pelatihan: Penyusunan

Rencana Strategis Dalam Pengembangan Sekolah Dasar. Jakarta:

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Eris Kusnadi. 2011. Fishbone Diagram dan Langkah-langkah Pembuatannya.

https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/12/24/

Hafis Muaddab, 2011. Paradigma, input dan output pendidikan.http://edukasi.

kompasiana.com/2011/04/26/paradigma-input-dan-output-pendidikan-

358759.html)

Herry Naap. 2007. Perencanaan Pengembangan Sekolah. http://www.cityprocess

management.com

Imam Gozali: 2012. Implementasi Konsep TQM Dalam Pendidikan Melalui

Madrasah Model:Studi Pada MTsN Model di Brebes Jawa Tengah. Tesis.

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati, Cirebon.

Page 67: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

59

Intan Noor Cahyanti, 2008. Pengaruh Capaian Program Subsidi Sekolah dan

Realisasi Rencana Pengembangan Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu

Pendidikan SMP se-Kabupaten Kendal. Tesis. Program Studi Manajemen

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

K.G. Durga Prasad, K.Venkata Subbaiah, G.Padmavathi.2012. Application of Six

Sigma Methodology in an Engineering Educational Institution.

International Journal of Emerging Sciences, 2 (2), 210-221, June 2012).

Kusun Dahari. 2013. Konsep Penyelesaian Masalah. http://dahare.blogspot.co.id/

2013/02/

Marsh, J. A., J. F. Pane, and L. S. Hamilton, 2006. Making sense of data-driven

decision making in education. Santa Monica, Calif.: RAND.

Martiman Sarumaha. 2013. Implementasi Rencana Strategi (Renstra)

Pengembangan dan Pembangunan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP) Nias Selatan. http://www.academia.edu/5800318/

Strategic_planning

Masrifah. 2014. Evaluating yang dilakukan pada Lembaga PAUD Al-Falah

Darussalam Tropodo. http://azzahramasrifah.blogspot.co.id/2014/12/karya-

ilmiah-evaluating-manajemen-pnf.html

Mayang Puji Lestari. 2011. Sistem Informasi Manajemen 1: Keamanan Dan

Kontrol Sistem Informasi . http://blogtugass.blogspot.com

Metta Adnyana. 2014. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.

http://mettaadnyana. blogspot.co.id/2014/01/

Mustaji, 2012. Teori, Model, dan Penelitian Pengembangan Dalam Perspektif

Teknologi Pembelajaran. http://pasca.tp.ac.id/site/teori-model-dan-

penelitian-pengembangan-dalam-perspektif-teknologi-pembelajaran

Preus, 2003, Root Cause Analysis: Using Data to Dissolve Problems.

http://www.isbe.net/ spec-ed/conf/2010/pdf/session3_root.pdf.

Priyanti Rahayu. 2015. Kilas Balik Pendidikan di Indonesia. http://priyantia007.

blogspot.co.id/2015_06_01_archive.html

Page 68: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

60

Puji Winarko. 2012. Materi Manajemen Pendidikan. http://duniaweb-

site.blogspot.co.id/ 2012/04/

Rahardi, D. 2008. Fishbone Analysis. http://dickyrahardi.blockspot.com. Diakses

Risma Hastuti. 2013. Model Asesmen Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sekolah

Negeri oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Sehubungan dengan

Standar Sarana dan Prasarana Dalam PP 19/2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan. https:// zukhrufarisma.wordpress.com/2013/ 04/09/

Roca, 2005. Collective Leadership Works, www.theinnovationcenter.org

Rukiah. 2011. Evaluasi Diri Sekolah dan Madrasah (EDS/M). https://didikduro.

wordpress.com/2011/04/06/

Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie

M.Hays, Arthur V. Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice

and Research Literature. Second World Conference on POM and 15th

Annual POM Conference, Cancun, Mexico, April 30 – May 3, 2004.

Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie

M.Hays, Arthur V. Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice

and Research Literature. Second World Conference on POM and 15th

Annual POM Conference, Cancun, Mexico, April 30 – May 3, 2004.

Shu San Gan, dkk. tth. Desain Eksperimen untuk Mengoptimalkan Proses

Pengecoran Saluran Keluar Teko. http://www.academia.edu/1071634/

Suparlan. 2010. Susahnya Membuat Renstra. http://suparlan.com/40/2010/02/25/

susahnya-membuat-renstra/

Susilawati, 2014. Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan

transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota

Cilegon. repository.upi.edu

Syamsul Bahri, 2014. Pengembangan Perencanaan Sekolah. http://atibilombok.

blogspot.co.id/2014/06/makalah-pengelolaan-pendidikan_25.html

tanggal 29 November 2008

Page 69: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

61

Tarun Kanti Bose. 2012. Application of Fishbone Analysis for Evaluating Supply

Chain and Business Process-A Case Study on the St James Hospital.

International Journal of Managing Value and Supply Chains (IJMVSC)

Vol. 3, No. 2, June 2012.

Tri Sadono1, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto. 2014. Strategi Untuk

Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri

Margolelo, Kandangan, Temanggung. Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan. ―Pengembangan Profesi Guru dan Dosen Melalui Penulisan

Jurnal Ilmiah Pendidikan‖ Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa

Tengah. Surakarta, 15 November 2014.

Page 70: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

62

Lampiran 1

Lembar Observasi/Studi Dokumen

ASPEK INDIKATOR Ada/

tidak Penjelasan

Rencana Kerja Sekolah

1) Visi sekolah (1) Memiliki perumusan dan penetapan visi sekolah yang

mudah dipahami.

(2) Sosialisasi kepada seluruh warga sekolah dan segenap

pihak yang berkepentingan.

2) Misi sekolah Memiliki perumusan dan penetapan misi sekolah yang mudah

dipahami serta sering disosialisasikan kepada seluruh warga

sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan.

3) Tujuan sekolah (1) Memiliki perumusan dan penetapan tujuan sekolah 4 tahun

dan 1 tahun yang mudah dipahami serta sering

disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah dan segenap

pihak yang berkepentingan.

(2) Berisi sesuai dengan aspek-aspek: 1) SKL, 2) isi, 3) proses,

4) pendidik dan kependidikan, 5) sarpras, 6) pengelolaan,

7) pembiayaan, dan 8) penilaian..

4) Rencana kerja

sekolah

(1) Memiliki rencana kerja jangka menengah (empat

tahunan).

(2) Memiliki rencana kerja satu tahun dengan sistematika

sesuai pedoman.

(3) Sosialisasi oleh pemimpin sekolah kepada: 1) warga

sekolah, 2) komite sekolah, 3) masyarakat, 4) dewan

pendidikan, 5) LSM, 6) dunia usaha, 7) dll.

(4) Isi keseluruhan RKAS atau rencana kerja jangka

pendek/rencana kerja satu tahun berdasarkan aspek-

aspek SNP

(5) Perencanaan kegiatan bidang kesiswaan

(6) Perencanaan kegiatan bidang pengembangan kurikulum

dan pembelajaran

(7) Perencanaan kegiatan bidang pengelolaan

pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan

(8) Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan prasarana

pembelajaran

(9) Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan

pendidikan

(10) Perencanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan

pembelajaran yang kondusif

(11) Perencanaan melibatkan masyarakat pendukung dan

membangun kemitraan dengan lembaga lain yang

relevan

(12) Perencanaan pengawasan

(13) Perencanaan kegiatan evaluasi diri

(14) Perencanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga

kependidikan

(15) Perencanaan kegiatan persiapan bahan yang diperlukan

untuk akreditasi sekolah oleh BAN

Kepemimpinan Sekolah

Kepemimpinan

kepala dan wakil

kepala sekolah

Memiliki struktur kepemimpinan sesuai standar pendidik dan

tenaga kependidikan

Sistem Informasi manajemen sekolah

Pengelolaan infor-

masi manajemen

sekolah

Memiliki sistem informasi manajemen untuk mendukung

administrasi pendidikan

SD: __________________________________ Sumber Data: __________________________

Hari/tgl: ______________________________ Peneliti: ______________________________

Page 71: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

63

Kuisioner Lampiran 2

Pernyataan Ya/

Tidak Keterangan

1. Menyusun renstra dengan cara cara “copy paste” tanpa modifikasi.

2. Renstra yang dicopy lupa menghapus atau mengedit apa yang tertulis

di dalamnya.

3. Sebelum menyusun renstra berusaha memahami teori penyusunan

renstra yang sebenarnya dan pedoman/panduan yang ada

4. Proses penyusunan renstra dilakukan bersama semua pemangku

kepentingan seperti pengawas, guru, dan komite sekolah.

5. Visi sekolah dirumuskan / dijabarkan dalam indikator berdasarkan

frase kalimat dari statemen visi,

6. Visi dijabarkan dalam indikator berdasarkan standar nasional

pendidikan (SNP).

7. SNP digunakan ketika menjabarkan visi dan misi untuk penysunan

kebijakan, program dan kegiatan.

8. Visi SD ini telah berusaha menjelaskan nilai-nilai (values) yang

dijadikan pegangan bagi para pelaksana kebijakan, program, dan

kegiatan.

9. Renstra yang dikembangkan di SD ini dilengkapi dengan data/

berbasis data.

10. Renstra dikembangkan mendasarkan hasil evaluasi diri sekolah

sehingga tim dapat menganalisis kebutuhan yang sebenarnya, apanya

yang kurang, apanya yang harus diusahakan, dan sebagainya.

11. Kami mengembangkan renstra karena perintah, karena memang akan

ada akreditasi sekolah, atau tawaran akan adanya bantuan

12. Pada saat penyusunan renstra, kita kebingungan dengan bermacam-

macam format tertentu

13. Format lebih penting dari pada isi atau substansi renstra yang perlu

kami buat.

14. Renstra SD ini merupakan rencana jangka menengah (empat tahun),

sebagai penjabaran dari rencana jangka panjang

15. Dalam proses penyusunan renstra kami memanfaatkan analisis

diagram tulang ikan.

16. Renstra SD ini sudah dijabarkan ke dalam rencana operasional

jangka pendek (satu tahun).

17. Rencana operasional sudah kami susun lebih rinci dalam satu

dokumen tersendiri.

18. Sebagai dokumen resmi, renstra SD ini sudah ditandatangani oleh

semua pemangku kepentingan.

Selain 18 item di atas, hal-hal apa sajakah yang terkait dengan pengembangan renstra SD ini?

1. ________________________________________________________________

1. _______________________________________________________________

2. _______________________________________________________________

Nama: ______________________________________, SD: ______________________________

Tanggal: ______________________, tanda tangan:

Page 72: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

64

Lampiran 3

Standar Pengelolaan SD

Standar Pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yangberkaitan

dengan perencanaan, pelaksanan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan, kabupaten/kota, atau nasional agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan

pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan.

Pengelolaan SDmenerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian,

kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam perencanaan program, penyusunan

kurikulum tingkat satuan pendidikan, kegiatan pembelajaran, pendayagunaan tenaga kependidikan,

pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, penilaiyan kemajuan hasil belajar, dan pengawasan.

Setiap SD dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sebagai penanggungjawab

pengelolaan pendidikan. Keputusan akademis pada satuan pendidikan ditetapkan oleh rapat dewan

pendidik/guru dilaksanakan atas dasar prinsipmusyawarah mufakat yang berorientasi pada mutu,

dan apabila keputusan dengan prinsip muyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan

ditetapkan atas dasar suara terbanyak. SD melibatkan komite sekolah. Komite sekolah kurang-

kurangnya beranggotakan masyarakat yang mewakili orang tua/wali peserta didik, tokoh

masyarakat, praktisi pendidikan, dan pendidik, yangmemiliki wawasan, kepedulian komitmen

terdarat peningkatan mutu pendidikan.

Setiap SD harus memiliki pedoman atau aturan yang sekurang-kurangnyamengatur

tentang: Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabus;kalender pendidikan selama

satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan; Struktur organisasi satuan

pendidikan; peraturan akademik; pembagian tugas diantara tenaga pendidik dan kependidikan dan

peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; kode etik hubungan antara

sesama warga di antara lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan

pendidikan dengan masyarakat.

SD dikelola atas dasar rencana pengembangan sekolah (RPS) dan rencanakerja tahunan.

Rencana kerja tahunan merupakan penjabaran rinci dari RPS yangmerupakan rencana kerja jangka

menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun. Rencana kerja meliputi

sekurang-kurangnya: kalender pendidikan atau akademik yang meliputi sekurang-kurangnya

jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan eksrakurikuler dan hari libur; mata pelajaran yang

ditawarkan pada semester gasal, semester genap, penugasan pendidik pada mata pelajaran dan

kegiatan lainnya; buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran; jadwal

penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelajaran; pengadaan, penggunaan, dan

persediaan minimal bahan habis pakai; program peningkatan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan yang meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta dan penyelenggara program;

jadwal rapat Dewan penddidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta

didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite sekolah; rencana anggaran pendapatan dan

belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; jadwal penyusunan laporan akuntabilitas

dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terahir. Rencana kerja harus disetujui rapat dewan

pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah.

Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan berpedoman kepada rencana kerjatahunan

dan rencana jangka jangka panjang dan menengah. Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan

dilaksanakan secara mandiri, efisien, mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite

sekolah. Pelaksanaan kegiatan yang perlu atau mendesak tapi tidak diprogramkan di dalam

Page 73: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

65

rencana kerja tahunan dilaksanakan secara ad-hoc dan pelaksanaan kegiatan tersebut harus terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah.

Pengawasan SD meliputi pemantauan supervisi, evaluasi, pelaporan, pemeriksaan dan

tindak lanjut hasil pengawasan. Pemantauan dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh

kepala sekolah dan komite sekolah atau pihak lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang

berkepentingan. Pemantauan dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas

satuan pendidikan.

Supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas ataupenilik

satuan pendidikan dan kepala sekolah. Supervisi meliputi supervise manejerial dan akademik.

Supervisi mengacu pada standar yang dikeluarkan olehDepartemen Pendidikan Nasional.

Pelaporan dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah, dan pengawas atau

penilik satuan pendidikan. Laporan oleh pendidik SD ditunjukan kepada sekolah dan orang tua/

wali peserta didik, berisi hasil evaluasi dan penilaian dan dilakukan sekurangkurangnya setiap

akhir semester. Laporan oleh tenaga kependidikan ditujukan kepada kepala sekolah, berisi

pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir

semester. Laporan kepala sekolah SD ditujukan kepada komite sekolah atau bentuk lain dari

lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota,

berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Setiap pihak yang

menerima laporan wajib menindaklanjuti laporan tersebut untuk meningkatkan mutu dan layanan

pendidikan, termasuk memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.

Page 74: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

66

Lampiran 4

Model Faktual Pengembangan SD

Model Faktual

Pertama, ada beberapa renstra yang ternyata hanya dibuat dengan cara “copy

paste” tanpa modifikasi.

Kedua, visi dirumuskan secara ambivalen.

Ketiga, kurang dilengkapi dengan data.

Keempat, renstra yang berhasil dibuat tampak lebih karena perintah bukan

karena memang merasa perlu menyusun renstra.

Kelima, bukan sekedar format atau wadah, tetapi isinya.

Keenam, renstra sesungguhnya merupakan rencana jangka menengah (lima

tahun), sebagai penjabaran dari rencana jangka panjang (dua puluh lima

tahun).

Ketujuh, renstra bukan hanya disusun oleh seorang petugas, tetapi disusun

secara bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder).

Penjelasan lebih lanjut seperti berikut ini.

Pertama, ada beberapa renstra yang ternyata hanya dibuat dengan cara “copy

paste” tanpa modifikasi. Renstra yang demikian akan sangat mudah diketahui. Salah satunya

dengan membandingkan data yang tertuang dalam renstra tersebut. Bahkan beberapa di antaranya

ada yang lupa menghapus nama sekolah yang RPS-nya dikopi. Jadi, antara nama sekolah yang

terdapat dalam cover renstra berbeda dengan nama yang tertulis di dalamnya. Hal yang satu ini

sudah barang tentu harus dihindari, karena hal itu merupakan plagiat yang memang harus

dihindari, bukan hanya karena melanggar kode etik, tetapi juga tidak menggambarkan data dan

kondisi obyektif sekolahnya.Sebagai proses belajar, proses penyusun rencana strategis memang

Page 75: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

67

diperbolehkan melakukan “copy-paste”. Namun demikian, untuk selanjutnya semua substansi

dalam rencana strategis itu harus disesuaikan dengan data dan kondisi masing-masing sekolah.

Tetapi kenyataanya apa yang terjadi? Proses adaptasi rencana strategis hasil “copy-paste” itu tidak

terjadi. Data dan kondisi yang tertuang dalam renstra yang dibuat telah kehilangan rohnya, karena

rumusan kata dan kalimat dalam renstra itu sesungguhnya tidak keluar dari hati sanubari penyusun

yang sebenarnya. Oleh karena itu, penyusunan renstra dengan cara “copy-paste” sama sekali

bukan cara yang benar. Cara yang benar adalah dengan memahami teori penyusunan renstra yang

sebenarnya, baru diterapkan dalam proses bersama semua pemangku kepentingan untuk menyusun

renstra tersebut.

Kedua, visi dirumuskan secara ambivalen. Ada yang dijabarkan dalam indikator

berdasarkan frase kalimat dari statemen visi, dan ada yang langsung dijabarkan dalam indikator

berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP). Sebaiknya, SNP digunakan ketika menjabarkan

visi dan misi untuk penysunan kebijakan, program dan kegiatan. Selain itu, pada umumnya belum

menjelaskan nilai-nilai (values) yang dijadikan pegangan bagi para pelaksana kebijakan, program,

dan kegiatan. Misalnya, nilai kejujuran harus diutamakan dalam pelaksanaan renstra.

Ketiga, kurang dilengkapi dengan data. Penyusunan renstra seharusnya berbasis data.

Dari data inilah penyusun renstra akan dapat menganalisis kebutuhan yang sebenarnya, apanya

yang kurang, apanya yang harus diusahakan, dan sebagainya.

Keempat, renstra yang berhasil dibuat tampak lebih karena perintah bukan karena

memang merasa perlu menyusun renstra. Dengan kata lain, penyusunan renstra pada dasarnya

bukan sebagai kebutuhan melainkan hanya karena melaksanakan perintah atau tugas, misalnya

karena orientasi untuk mendapatkan bantuan (grant). Memang, membuat renstra harus diusahakan

menjadi budaya atau kebiasaan yang memang dibutuhkan oleh setiap institusi. Renstra bukan

hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan.

Kelima, bukan sekedar format atau wadah, tetapi isinya. Pada tahap-tahap awal

penyusunan renstra, kita memang dihadapkan kepada format tertentu, dan oleh karena itu kita

cenderung terpaku kepada format itu. Padahal sesungguhnya yang terpenting adalah isi atau

substansinya. Sebagai contoh, pada umumnya kita menggunakan kata ‖unggul‖ dalam rumusan

visi yang kita buat. Istilah ‖unggul‖ itu merupakan padanan kata ‖exellence‖. Apa atau siapa

yang unggul? Sekolah atau siswanya? Daerah atau rakyatnya. Atau kedua-duanya. Itu harus jelas.

Kalau sekolah, maka yang unggul adalah pelayanannya. Sementara kalau yang unggul adalah

siswanya, maka yang unggul adalah kemapuannya, hasil belajar atau kesejahteraannya. Rumusan

visi memang cita-cita masa depan, yang terkadang bersifat filosofis, namun tidak mengurangi

kejelasan visi itu sendiri. Visi lebih menjelaskan tentang apa yang akan dicapai, sementara misi

lebih kepada rumusan tentang bagaimana cara untuk mencapainya. Sebagai contoh, adil makmur

adalah rumusan visi, sementara pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan misinya.

Keenam, renstra sesungguhnya merupakan rencana jangka menengah (lima tahun),

sebagai penjabaran dari rencana jangka panjang (dua puluh lima tahun). Dalam proses

penyusunannya belum memanfaatkan hasil evaluasi diri sekolah apa lagi diagram tulang ikan.

Renstra harus dijabarkan ke dalam rencana operasional jangka pendek (satu tahun). Dengan

demikian, dalam rencana dalam renstra biasanya telah dilakukan pembabakan selama lima tahun

secara garis besar. Namun rencana operasional belum disusun yang lebih rinci dalam satu

dokumen tersendiri.

Ketujuh, renstra bukan hanya disusun oleh seorang petugas, tetapi disusun secara

bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder). Sebagai dokumen resmi, maka

sudah seharusnya renstra itu ditandatangani oleh semua pemangku kepentingan.

Page 76: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

68

Lampiran 5

Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan Diagram Tulang Ikan

Visi sekolah

Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan dalam menentukan tujuan

atau keadaan masa depan yang secara khusus diharapkan oleh sekolah. Sekalipun harus berada

dalam koridor pembangunan pendidikan yang telah ditetapkan secara nasional oleh pemerintah,

tetapi visi sekolah seharusnya tetap sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah dan keinginan

masyarakat di sekitar sekolah. Visi sekolah merupakan turunan dari visi pendidikan nasional. Visi

sekolah dijadikan dasar atau rujukan dalam merumuskan misi, tujuan, sasaran program sekolah

serta merupakan arah pengembangan sekolah dimasa depan. Secara sederhana visi adalah profil

atau gambaran masa depan sekolah yang diimpikan dimasa mendatang agar sekolah dapat terus

terjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Misi

Misi adalah penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang

dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan demikian, misi sekolah merupakan sekumpulan

tugas-tugas yang harus dilaksanakan sekolah. Perlu dicatat bahwa sebagai tindakan untuk

mewujudkan visi, misi dapat mencakup berbagai aspek, misalnya: Pembelajaran, pengembangan

Validasi

Visi, Misi dan Tujuan

Telaah Diri (Self Review), Identifikasi

kebutuhan/Masalah/Gap

Menganalisis Akar Masalah

Penyebab Gap (Tulang ikan)

Pengembangan Rencana

tindakan inovative

Desain Implementasi

serta monev

Page 77: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

69

moral keagamaan, iklim sekolah, manajemen sekolah, dan sebagainya. Bertolak dari visi dan misi,

selanjutnya sekolah merumuskan tujuan.

Tujuan sekolah

Tujuan sekolah adalah jabaran dari visi dan misi sekolah atau merupakan tahapan/ langkah untuk

mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Jika visi dan misi seakan untuk waktu yang

sangat panjang, maka tujuan sekolah untuk jangka menengah (3 – 5 tahun). Tidak ada patokan

berapa tahun, namun sebaiknya terkait dengan satu siklus pendidikan agar mudah penjabaran

berikutnya. Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara ideal, tujuan yang ingin

dicapai dalam waktu 4 tahun mungkin belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan dapat

berwujud sebagian dari visi.

Telaah Diri (Self Review)

Telaah Diri (Self Review) merupakan suatu kegiatan menelaah atau mengoreksi tentang keadaan

yang ada pada diri seseorang atau suatu organisasi. Telaah diri merupakan alat untuk memperjelas

jalan menuju masa depan yang lebih baik. Keefektifan telaah diri diukur dari apa yang terjadi

berikutnya. Dengan demikian, ruang lingkup Telaah diri harus memadai dalam memampukan

warga sekolah untuk membentuk asesmen yang realistis terhadap kondisi, kebutuhan dan/masalah

sekolah sebagai dasar perencanaan yang akan dilakukan. Dengan demikian Telaah Diri (Self

Review) merupakan suatu kegiatan stake holder melakukan evaluasi diri sekolah.

Identifikasi kebutuhan dan/ masalah

Identifikasi kebutuhan dan/ masalah yang dihadapi sekolah memuat tentang gambaran umum hasil

evaluasi diri sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan yang ingin diraih sekolah;

Selain itu juga memuat identifiaksi fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai sasaran tersebut.

Pada tahap ini, selanjutnya sekolah melakukan analisis kesenjangan/gap antara hasil identifikasi

kebutuhan dan/ masalah yang dihadapi sekolah (evaluasi diri) dibandingkan dengan standar

pelayanan minimal pendidikan serta visi, misi dan tujuan serta sasaran sekolah yang diharapkan

dimasa mendatang (ideal). Besar kecilnya kesenjangan/gap tersebut memberitahukan tentang

keseriusan permasalahan yang dihadapi sekolah. Diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam

menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Langkah ini dilakukan sebagai tahap persiapan dalam melakukan analisa akar masalah yang

menjadi penyebab gap dengan analisis tulang ikan.

Menganalisis akar masalah penyebab gap (tulang ikan)

Cara yang yang dapat dilakukan untuk melakukan analisis akar masalah menggunakan diagram

Tulang Ikan dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu permasalahan yang tidak diharap

adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan

Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah

Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama

Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran

Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Langkah 7: Terapkan hasil analisis.

Pengembangan Rencana tindakan inovative

Dari alternative-alternative terbaik yang terpilih serta diyakini efektif untuk pemecahan persoalan

yang ada, Kepala Sekolah bersama-sama dengan unsur Komite Sekolah mengembangkan tindakan

yang siap untuk merealisasikan rencana dan/ program-programnya untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan.

Page 78: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

70

Lampiran 6

Validasi desain

Model hipotetik pengembangan mutu sekolah dengan diagram tulang ikan yang dihasilkan seperti

pada lampiran, selanjutnya divalidasi oleh 3 orang ahli (1 orang ahli Teknologi Pendidikan, 1

orang ahli manajemen Pendidikan dan 1 orang ahli pedagogiek) dengan menggunakan instrumen

lembar validasi ahli seperti pada lampiran. Dari 3 validator tersebut diperoleh hasil sesuai modus

jawaban seperti berikut ini.

Tabel hasil validasi ahli

No Pernyataan/Pertanyaan

Penilaian

Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi

1 Seberapa tinggi model ini menunjukkan adanya

identifikasi kerangka kunci?

V

2 Seberapa rinci setiap bagian atau tahapan dalam

kerangka/desain?

V

3 Seberapa tinggi model ini menunjukkan adanya

seleksi atau memodifikasi bagian proses yang

memang memerlukan perbaikan?

V

4 Apakah proses/langkah-langkah yang disusun dalam

model ini berkualitas?

V

5 Seberapa tinggi kadar revisi yang dilakukan dalam

model ini?

V

6 Seberapa tinggi kadar model yg dikembangkan ini

ditinjau dari:

V

g. Simple?

h. Applicable? V

i. Important? V

j. Controllable? V

k. Adaptable? V

l. Communicable? V

Selain data seperti di atas, diperoleh masukan seperti terlampir yang bisa dirangkum

seperti berikut ini.

Validator 1

Model yang baik itu harus memenuhi 3 syarat, yaitu:

4. Kokoh bangunan teorinya

5. Jelas sintaks/prosedurnya

6. Terbukti bermanfaat.

Draf model ini belum sepenuhnya menunjukkan ketiga hal tersebut, misal belum ada kajian tentang model

dan jenis model apa yang dikembangkan, juga belum ada kajian yang mencukupi tentang fishbone analisis.

Panduan di lampiran beberapa masih teoritis, kurang aplikabel.

Validaor 2

1. Pada langkah analisis akar masalah, langkah 2 perlu diperjelas lagi dan diberi rincian langkah-

langkahnya

Page 79: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

71

2. Langkah 3 penjelasan yang panjang bisa dibantu dengan gambar

3. Langkah 6 bisa dibantu dengan dibuatkan kolom

Validator 3

1. Tabel Komponen, Sub-komponen dan Indikator Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Pada Jenjang SD/MI (halaman 6 – 15) lebih tepat masuk kedalam lampiran.

2. Lampiran Analisis Masalah menggunakan Diagram Tulang Ikan: Langkah 1 (halaman 39),

Langkah 3 – 7 (halaman 41 - 45), dan halaman 46 – 48 perlu dilengkapi dengan ilustrasi

dan/atau contoh.

Revisi Desain

Berdasarkan hasil validasi serta masukan seperti di atas, dilakukanlah perbaikan sebagai

berikut:

1. Melengkapi dengan uraian tentang model dan jenis model yang dikembangkan yaitu

model prosedural

2. Meperdalam uraian tentang kajian fishbone analisis

3. Merevisi panduan dengan memperhatikan masukan validator dan penggunaan bahasa

yang lebih operasional

4. Mengedit dan menyeting draf menjadi yang lebih baik tampilannya.

Hasil revisi model hipotetik menjadi model ini siap untuk dilakukan uji coba pada tahap

berikutnya.

Page 80: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

72

Lampiran 7

Laporan hasil Uji coba produk

Uji coba produk yang berupa model pengembangan mutu sekolah dengan diagram tulang

ikan ini dilakukan melalui FGD dengan 17 Kepala SD Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Setelah

satu sesi FGD dilakukan untuk menyusun program pengembangan SD, disepakati akar masalah

rendahnya mutu pendidikan di Kecamatan Sidorejo salah satunya adalah rendahnya kinerja Kepala

Sekolah dalam PKG dan PKB, sehingga banyak diantara mereka yang cemas menghadapi

pemberlakukan Permenagpan RB nomor 16 tahun 2009 yang mulai diberlakukan secara efektif

tahun 2016. Solusi yang disepakati bersama adalah perlunya pendampingan kepala sekolah dan

guru senior (golongan IV/A keatas) untuk melaksanaakan PTK/S dan menyusun artikel hasil PTK

untuk terbitan berkala atau jurnal ilmiah ber-ISBN. Sesudah usai FGD dan memetakan hasil dalam

diagram tulang ikan, dilakukan evaluasi dari peserta; hasilnya seperti berikut ini.

Tabel hasil penilaian pasca uji coba sesuai modus jawaban responden

No Pernyataan/Pertanyaan

Penilaian

Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi

1 Seberapa tinggi proses pendampingan ini

menunjukkan adanya pemenuhan kebutuhan guru

untuk PKG indikator 14?

V

2 Seberapa jelas kegiatan atau tahapan yang perlu

dikerjakan peserta untuk menghasilkan target sesuai

harapan peserta?

V

3 Seberapa tinggi pendampingan ini memotivasi

peserta untuk melaksanakan PTK sesuai tuntutan

PKG dan PKB?

V

4 Apakah proses yang disusun dalam pendampingan

ini berkualitas untuk meningkatkan kemampuan

pedagogik peserta ?

V

5 Seberapa tinggi optimisme peserta menindak-lanjuti

pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari

pendampingan ini kedalam peningkatan mutu

pembelajaran di SD masing-masing?

V

6 Seberapa tinggi kadar model pendampingan PTK

yang dikembangkan ini ditinjau dari:

V

7) Simple (sederhana)?

8) Applicable (dapat diterapkan)? V V

9) Important (penting)? V

10) Controllable (terkendali/terjangkau)? V

11) Adaptable (dapat disesuaikan dg kondisi SD

setempat)?

V

12) Communicable (dapat dikomunikasikan)? V

7 Lainnya:

a. Menyadarkan saya akan pentingnya renstra

b. Mengasyikkan saat FGD

c. Menjadi saling memahami

d. Mengetahui potensi sesama guru

e. Menggalang partisipasi

Disamping data tersaji di atas, juga diperoleh masukan yang dirangkum seperti berikut ini.

Page 81: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

73

Rangkuman masukan responden berdasarkan uji coba model

1. Perlunya disediakan waktu khusus untuk meninjau kembali renstra sekolah

2. Contoh yg dipakai untuk master agar diperbesar, bisa dipakai kertas koran, sehingga lebih

leluasa dan jelas

3. Perlunya pendampingan dalam analisis tulang ikan terutama membedakan gejala, masalah dan

akar masalah

4. Perlu dukungan kebijakan Disdik, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan formal/remi

5. Direpotkan dengan perpindahan guru dan kepala sekolah

Page 82: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

74

Lampiran 8

Model Final

BAB I

PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini telah menjadi perhatian dari berbagai kalangan,

tidak hanya pada kalangan pendidik, tetapi juga masyarakat. Mereka menginginkan adanya

perubahan dalam hal usaha meningkatkan kualitas pendidikan. Tuntutan terhadap kualitas

pendidikan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya (1) kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi (2) persaingan global yang semakin ketat, (3) kesadaran masyarakat (orang tua

siswa) akan pendidikan yang berkualitas semakin tinggi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang terjadi pada akhir-akhir ini telah membawa dampak perubahan dalam berbagai

aspek kehidupan manusia, sehingga permasalahan dapat di pecahkan dengan mengupayakan

penguasaan serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk siswa menjadi

manusia yang penuh optimis, berani tampil, kooperatif, dan kecakapan personal serta akademik.

Sekolah – sekolah yang memiliki keunggulan atau keberhasilan pendidikan tertentu biasanya bisa

dilihat dari beberapa variabel yang mempengaruhinya seperti perolehan nilai dan kondisi pisik,

akan tetapi kurang memperhatikan hal lain yang tidak tampak yang justru lebih berpengaruh

terhadap kinerja individu dan organisasi itu sendiri yang mencakup nilai-nilai, keyakinan, budaya,

dan norma perilaku yang disebut sebagai “the human side of organization” (sisi aspek manusia

dan organisasi).

Para kepala sekolah, guru, warga sekolah/stakeholder termasuk pengawas dan pengelola/

pembina pendidikan perlu memiliki pemahaman konsep yang benar tentang budaya organisasi,

budaya mutu sekolah dan, pengembangannya, serta konsep sekolah yang baik atau unggul. Dengan

memiliki pemahaman seperti itu kepala sekolah akan dapat mengembangkan budaya mutu sekolah

dalam rangka pengembangan sekolah yang unggul, pengawas dan pengelola/ Pembina pendidikan

akan dapat membinanya dengan efektif dan efesien. Pengembangan mutu sekolah dimulai dengan

membuat perencanaan yang baik; dengan adanya perencanaan yang baik ini kepala sekolah

memiliki pegangan yang kuat dalam mengelola sekolahnya menuju visi dan misi mutu sekolahnya.

Salah satu alat yang bisa dipakai untuk menyusun perencanaan/program sekolah yang dipandang

tepat adalah digram Fishbone (Tulang Ikan)/Cause and Effect (Sebab dan Akibat) dari Ishikawa.

Oleh karena itu, dipandang perlu adanya model pendampingan bagi kepala sekolah agar dapat

menyusun program pengembangan mutu sekolah dalam rangka mengembangkan penyelenggaraan

sekolah yang lebih baik. Sekalipun sudah ada buku panduan penyusunan program pengembangan

sekolah, namun dikeluhkan sifatnya abstrak, kurang fleksibel dalam pelaksanaannya dan kurang

efektif setelah diimplementasikan hasilnya. Dalam prakteknya menyusun renstra itu seharusnya

memang bukan asal-asalan, bukan hanya dapat dilakukan dengan cara “copy-paste” renstra

sekolah lain, ternyata masih banyak yang kurang memuaskan. Dalam naskah renstra ditemukan

ada ditemukan 7 kelemahan yang secara umum (Suparlan, 2010). Maka dari itu diperlukan

adanya alternatif model yang lebih sederhana dan terbukti efektif, sehingga bisa digunakan Kepala

Sekolah dalam menyusun program peningkatan mutu sekolahnya masing-masing baik dalam

bentuk renstra ataupun program jangka menengah bahkan juga program jangka pendek/tahunan.

Page 83: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

75

Tujuan dan manfaat

Model ini dikembangkan untuk pendampingan agar Kepala SD memiliki pedoman perencanaan

mutu sekolah sehingga mampu: menyusun program peningkatan mutu sekolah dengan

menggunakan analisis tulang ikan sesuai/untuk memenuhi standar. Pendampingan dengan model

ini diharapkan menghasilkan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis

tulang ikan yang terbukti efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan

mutu sekolah.

Hasil pengembangan model ini akan sangat bermanfaat bagi Kepala SD dan pengawas

sekolah dalam menyusun program pengembangan sekolah terkait dengan kurikulum, guru, siswa,

dan atau orang tua/masyarakat dalam meningkatkan mutu SD-nya. Luaran pendampingan dengan

model ini adalah program peningkatan mutu sekolah yang efektif dan efisien serta siap

diimplementasikan sekolah.

Page 84: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

76

BAB II

ACUAN MUTU PENDIDIKAN

Definisi Mutu Pendidikan

Ada tiga konsep dasar yang perlu dibedakan dalam peningkatan mutu yaitu kontrol mutu (quality

control), jaminan mutu (quality assurance) dan mutu terpadu (total quality). Kontrol mutu secara

historis merupakan konsep mutu yang paling tua. Kegiatannya melibatkan deteksi dan eliminasi

terhadap produk-produk gagal yang tidak sesuai dengan standar. Tujuannya hanya untuk

menerima produk yang berhasil dan menolak produk yang gagal. Dalam dunia pendidikan, kontrol

mutu diimplementasikan dengan melaksanaan ujian sumatif dan ujian akhir. Hasil ujian dapat

dijadikan sebagai bahan untuk kontrol mutu.

Jaminan mutu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan

sejak awal proses produksi. Jaminan mutu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin

proses produksi agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi tertentu. Jaminan

mutu adalah sebuah cara menghasilkan produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Lanjutan dari

konsep jaminan mutu adalah Total Quality Management (TQM) yang berusaha menciptakan

sebuah budaya mutu dengan cara mendorong semua anggota stafnya untuk dapat memuaskan para

pelanggan. Dalam konsep TQM pelanggan adalah raja. Inilah yang merupakan pendekatan yang

sangat populer termasuk dalam dunia pendidikan. Sifat TQM adalah perbaikan yang terus menerus

untuk memenuhi harapan pelanggan.

Dalam TQM, mutu adalah kesesuaian fungsi dengan tujuan, kesesuaian dengan

spesifikasi dan standar yang ditentukan, sesuai dengan kegunaannya, produk yang memuaskan

pelanggan, sifat dan karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan dan harapan

pelanggan. Sistem manajemen mutu pendidikan adalah suatu sistem manajemen untuk

mengarahkan dan mengendalikan satuan pendidikan dalam penetapan kebijakan, sasaran, rencana

dan proses/prosedur mutu serta pencapaiannya secara berkelanjutan (continous improvement).

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang berlaku saat ini bertumpu kepada

tanggung jawab tiap pemangku kepentingan pendidikan untuk menjamin dan meningkatkan mutu

pendidikan. Implementasi SPMP terdiri atas rangkaian proses/tahapan yang secara siklik dimulai

dari (1) pengumpulan data, (2) analisis data, (3) pelaporan/pemetaan, (4) penyusunan rekomendasi,

dan (5) upaya pelaksanaan rekomendasi dalam bentuk program peningkatan mutu pendidikan.

Pelaksanaan tahapan-tahapan di atas dilaksanakan secara kolaboratif antara satuan pendidikan

dengan pihak-pihak lain yang terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan) yaitu

penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah

provinsi, dan pemerintah.

SPMP berbasis pada data dan pemetaan yang valid, akurat, dan empirik. Data yang

dikumpulkan oleh sekolah dapat diperoleh dari hasil akreditasi sekolah, sertifikasi guru, ujian

nasional, dan profil sekolah. Selain itu Evaluasi Diri Sekolah (EDS) merupakan instrumen

implementasi SPMP yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan sebagai salah satu program

akseleratif dalam peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan (Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010; Prioritas Nomor 2. Pendidikan).

Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan

Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan pada satuan

pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar-standar lain yang disepakati

oleh kelompok masyarakat. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh

pemerintah, sedangkan standar lain adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau

lembaga lain yang dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati

Page 85: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

77

oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan sesuai dengan

kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu kriteria

minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau

program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah yang

ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan.

Terdapat delapan SNP yaitu:

1. Standar Isi

2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Lulusan

4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan

7. Standar Pembiayaan

8. Standar Penilaian

Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi

prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen input sistem

pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar

Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang

termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi,

sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan

(SKL). Berikut ini disajikan kaitan antara SNP.

Kaitan antar Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Page 86: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

78

Setiap standar memiliki indikator ketercapaiannya dan setiap indikator merupakan acuan

mutu pendidikan di Indonesia. Berikut ini adalah daftar indikator pemenuhan standar sebagai

acuan mutu yang harus diupayakan dipenuhi oleh setiap sekolah di berbagai jenjang dan jenis

pendidikan.

Satuan atau program pendidikan yang telah memenuhi SNP, dapat mengembangkan

standar yang lebih tinggi lagi yaitu berupa:

1. Standar mutu di atas SNP yang dapat diadopsi dan/atau diadaptasi dari standar

internasional.

2. Standar mutu di atas SNP yang berbasis pada keunggulan dan spesifikasi tertentu.

Diagram Tulang Ikan/ Sebab – Akibat (Fishbone Diagram)

Diagram sebab-akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering

disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram atau fishbone

diagram) adalah sebuah teknik grafis yang digunakan untuk mengurutkan dan menghubungkan

interaksi antara faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu proses. Diagram ini berguna untuk

menganalisia dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh atau efek secara signifikan di dalam

menentukan karakteristik kualitas output kerja. Efek ini bisa bernilai "baik" dan bisa bernilai

"buruk".

Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi,

dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab

yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada (2004), konsep

dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari

diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.

Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan

yang sering digunakan sebagai start awal meliputi materials (bahan

baku), machines and equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya manusia),

methods (metode), Mother Nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran).

Keenam penyebab munculnya masalah ini sering disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari

masalah selain 6M tersebut dapat dipilih

jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan, baik yang berasal dari 6M

seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya dapat

digunakan teknik brainstorming (Pande &Holpp, 2001 dalam Scarvada, 2004). Diagram fishbone

ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi permasalahan dan menentukan penyebab

dari munculnya permasalahan tersebut. Selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan

menentukan penyebabnya,

diagram fishbone ini juga dapat digunakan pada proses perubahan.

Scarvada (2004) menyatakan Diagram fishbone ini dapat diperluas menjadi diagram

sebab dan akibat (cause and effect diagram). Perluasan (extension) terhadap Diagram Fishbone

dapat dilakukan dengan teknik menanyakan ―Mengapa sampai lima kali (five whys)‖ (Pande &

Holpp, 2001 dalam Scarvada, 2004). Jadi dengan diketahui sebab dari efek yang terjadi,

diharapkan hasil dari proses produksi bisa diperbaiki dengan mengubah faktor terkontrol dari suatu

proses. Diagram ini juga berguna untuk mengidentifikasi akar penyebab potensi darisuatu masalah.

Diagram sebab akibat memfokuskan pada penekanan masalah atau gejala yang merupakan akar

penyebab masalah. Diagram sebab akibat juga menampilkan penyebab-penyebab masalah dengan

cara menghubungkan penyebab-penyebab menjadi satu.

Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik pada level

individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian

Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut

antara lain:

Page 87: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

79

1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama. Penggunaan

Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis permasalahan akan

membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.

2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/ organisasi.

Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga

tim akan mudah menangkap permasalahan utama.

3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan menggunakan

teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan sumbang saran mengenai

penyebab munculnya masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk

menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama

termasuk menentukan penyebab yang dominan.

4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah ditentukan

penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat

dukungan dari anggota tim.

5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan memudahkan

anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap

penyebab yang telah ditentukan.

6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.

7. Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.

8. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi

lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan

setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi

penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah opinion based on tool

dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah

yang mengunakan metode ―level why‖ yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar –

benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan

untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

Analisa tulang ikan dipakai untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu

masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini

membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan

cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup

manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya (Imamoto et al., 2008).

Keterbatasan Analisis Fishbone dan Perlunya Pengembangan Lebih Lanjut

Analisis fishbone jelas merupakan suatu alat yang sangat efektif untuk mengetahui penyebab

masalah; analisis fishbone benar-benar membantu untuk mengetahui alasan untuk masalah dan

juga datang dengan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Namun, dalam beberapa Literatur

beberapa kekurangan dari metode ini telah menunjukkan.

Analisis fishbone menguraikan penyebab masalah tetapi tidak menjelaskan urutan

penyebab; Dalam dunia kehidupan nyata masalah dapat terjadi karena beberapa alasan, tetapi

besarnya atau ekstremitas setiap alasan tidak bisa sama. Diagram tulang ikan juga gagal untuk

memenuhi masalah ini (Ruhm, 2004). Juga

jarang mendefinisikan kategori secara jelas dan verifikasi antara hubungan kausal juga kurang

memadai. Bahwa diagram tulang ikan dan analisis mengidentifikasi penyebab di bawah kategori

yang telah ditentukan saja dan tidak cukup berhubungan penyebab satu dengan yang lain demikian

juga untuk masing-masing kategori. Selain itu dari diagram ini tidak mengisolasi masalah utama

dari masalah dan menyajikan masing-masing dalam cara yang sama.

Mengingat analisis fishbone memiliki beberapa keterbatasan maka membutuhkan

beberapa macam perangkat tambahan yang hanya dapat dilakukan melalui penelitian akademik

Page 88: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

80

dan ilmiah. Penelitian di masa depan terhadap metode ini dapat menemukan sequencing

penyebabnya dan juga bagaimana untuk menempatkan (lebih menekankan pada) penyebab besaran

lebih tinggi. Penelitian juga dapat dilakukan dalam bidang desain diagram dan gambar hubungan

antara penyebab dari berbagai kategori dan sub-kategori.

Page 89: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

81

BAB III

MODEL PENGEMBANGAN MUTU SEKOLAH

Pengembangan Mutu Sekolah

Penyusunan model pengembangan mutu sekolah umumnya terkait dengan hal-hal berikut: 1) Visi

sekolah, yaitu gambaran pengembangan sekolah yang diinginkan di masa mendatang (jangka

panjang), 2) Misi sekolah, yang berisi tindakan/upaya untuk mewujudkan visi sekolah yang telah

ditetapkan sebelumnya, 3) Tujuan pengembangan sekolah, yang menjelaskan apa yang ingin

dicapai dalam upaya pengembangan mutu sekolah pada kurun waktu, misalnya untuk 3-5 tahun, 4)

Tantangan nyata yang harus diatasi sekolah, yaitu gambaran kesenjangan (gap) dari tujuan yang

diinginkan dan kondisi sekolah saat ini, 5) Sasaran pengembangan mutu sekolah, yaitu apa yang

diinginkan sekolah untuk jangka pendek, misalnya untuk satu tahun, 6) Identifikasi fungsi-fungsi

yang berperan penting dalam pencapai sasaran tersebut, 7) Analisis dari setiap fungsi yang telah

diidentifikasi sebelumnya, 8) Identifikasi alternatif langkah untuk meningkatkan mutu sekolah

dalam rangka mengatasi kelemahan yang dimiliki sekolah, 9) Rencana dan program sekolah yang

dikembangkan dari alternatif yang terpilih, guna mencapai sasaran mutu yang ditetapkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pengembangan mutu sekolah ialah

adanya keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder), misalnya guru, siswa, tata

usaha/ karyawan, orangtua siswa, tokoh masyarakat yang memiliki perhatian kepada sekolah.

Mengapa? Karena dengan cara tersebut diharapkan keputusan rencana pengembangan sekolah

menjadi ―milik‖ semua warga sekolah dan pihak lain yang terkait. Pelibatan warga sekolah

tersebut tentu saja sesuai dengan kemampuan masing-masing. Maksudnya, setiap orang dilibatkan

sesuai dengan kemampuan dan kepentingannya. Rencana pengembangan sekolah sebenarnya

secara komprehensif mencakup harapan jangka panjang yang ditunjukkan oleh visi sekolah,

harapan jangka menengah yang ditunjukkan oleh tujuan sekolah, dan sasaran jangka pendek

sekaligus bagaimana mencapai sasaran tersebut. Jika tahapan tersebut dilakukan secara konsisten,

maka ketercapaian sasaran demi sasaran pada akhirnya akan berakumulasi menjadi ketercapaian

tujuan dan akhirnya mencapai visi sekolah.

Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang disadari dilakukan manusia;

merupakan suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih yang

prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan

terbaik. Hasan (2004) mengemukakan bahwa pengam-bilan keputusan merupakan suatu proses

pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematik untuk ditindak-lanjuti

(digunakan) sebagai suatu cara menyelesaikan masalah.

Matlin (Sudrajat, 2011) menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang dihadapi

seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan keputusan. Setelah seseorang

berada pada situasi pengambilan keputusan maka selanjut-nya dia akan melakukan tindakan untuk

memper-timbangkan, menganalisis, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap

pilihan-pilihan yang ada. Reaksi dalam tahap ini, individu yang satu dengan yang lain berbeda-

beda sesuai dengan kondisi masing-masing individu.

Arroba (Sudrajat, 2011) menyebut-kan lima faktor yang mempengaruhi pengambilan

keputusan, yaitu: (1) informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi, (2) tingkat

pendidikan, (3) per-sonality, (4) coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait

dengan perma-salahan (proses adaptasi), dan (5) culture.

Menurut Mowen (2002) pengambilan keputusan adalah proses yang dilalui individu

dalam mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif dan memilih diantara pilihan-

pilihan. Rakhmat (2001) menyebutkan tanda-tanda pengambilan keputusan sebagai berikut: (1)

Page 90: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

82

keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, 2) keputusan selalu melibatkan pilihan

dari berbagai alternatif, 3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksana-anya

boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Dalam pengambilan keputusan faktor personal sangat menentukan apa yang akan

diputuskan, antara lain kognitif, motif dan sikap. Ketiga hal tersebut pada kenyataannya

berlangsung sekaligus. Hasan (2004) mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan terdiri

dari 6 tahap, yaitu:

1) Merumuskan atau mengidentifikasi masalah yang merupakan suatu usaha untuk menemukan

permasalahan yang sebenarnya,

2) Mengumpulkan informasi yang relevan, merupakan pencarian faktor-faktor yang mungkin

terjadi sehingga dapat diketahui penyebab timbulnya masalah,

3) Mencari alternatif tindakan, merupakan pencarian kemungkinan yang dapat ditempuh

berdasarkan data dan permasalahan yang ada,

4) Analisis altematif, merupakan penganalisisan setiap altematif menurut kriteria tertentu yang

sifatnya kualitatif atau kuan-titatif,

5) Memilih altematif terbaik, memilih alter-natif terbaik yang dilakukan atas kriteria dan skala

prioritas tertentu, dan

6) Melaksanakan keputusan dan evaluasi hasil, Merupakan tahap melaksanakan atau mengambil

tindakan. Umumnya tindakan ini dituangkan pada rencana tindakan. Evaluasi hasil memberikan

masukan atau umpan balik yang berguna untuk memperbaiki suatu keputusan atau merubah

tujuan semula karena telah terjadi perubahan-perubahan

Di balik suatu keputusan terdapat unsur pro-sedur, yaitu pertama-tama pembuat

keputusan meng-identifikasi masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan,

memeriksa berbagai kemung-kinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan mengakhiri

proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak.

Kotler (2001) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan

keputusan adalah faktor budaya yang merupakan penentu keinginan dan perilaku dasar manusia.

Setiap manusia mendapat seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan

lembaga-lembaga penting lainnya. Semua kehidupan bermasyarakat selalu memiliki kelas sosial.

Orang-orang dalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-

orang dari dua kelas sosial yang berbeda. Faktor sosial seperti: kelompok acuan, keluarga, serta

peran dan status sosial. Kelompok acuan dapat berupa teman, tetangga, keluarga dan rekan kerja.

Faktor pribadi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan adalah usia, pekerjaan, ekonomi,

kepribadian, konsep diri, gaya hidup dan nilai. Faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan

keputusan di antaranya motivasi, persepsi, kepercayaan dan sikap dari peng-ambil keputusan itu

sendiri.

Model Pengembangan Mutu Sekolah Menggunakan Analisis Fishbone

Model ialah suatu abstraksi yang dapat digunakan untuk membantu memahami sesuatu yang tidak

bisa dilihat atau dialami secara langsung. Model adalah representasi realitas yang disajikan dengan

suatu derajat struktur dan urutan (Seels & Richey, 1994). Model ada yang bersifat prosedural,

yakni mendeskripsikan bagaimana melakukan tugas-tugas, atau bersifat konseptual, yakni

deskripsi verbal realitas dengan menyajikan komponen relevan dan definisi, dengan dukungan

data. Model prosedural mendeskripsikan langkah-langkah untuk melakukan suatu pekerjaan.

Model ini secara jelas adalah preskriptif. Idealnya model prosedural didasarkan pada teori daripada

pengetahuan berdasarkan pengalaman saja.

Proses perencanaan pengembangan mutu sekolah yang dimaksud setidak-tidaknya harus

mencakup lanngkah-langkah sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar berikut ini.

Page 91: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

83

Model Pengembangan Mutu Sekolah dengan Diagram Tulang Ikan

Visi sekolah

Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan dalam menentukan tujuan

atau keadaan masa depan yang secara khusus diharapkan oleh sekolah. Sekalipun harus berada

dalam koridor pembangunan pendidikan yang telah ditetapkan secara nasional oleh pemerintah,

tetapi visi sekolah seharusnya tetap sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah dan keinginan

masyarakat di sekitar sekolah. Visi sekolah merupakan turunan dari visi pendidikan nasional. Visi

sekolah dijadikan dasar atau rujukan dalam merumuskan misi, tujuan, sasaran program sekolah

serta merupakan arah pengembangan sekolah dimasa depan. Secara sederhana visi adalah profil

atau gambaran masa depan sekolah yang diimpikan dimasa mendatang agar sekolah dapat terus

terjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Misi

Misi adalah penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang

dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan demikian, misi sekolah merupakan sekumpulan

tugas-tugas yang harus dilaksanakan sekolah. Perlu dicatat bahwa sebagai tindakan untuk

mewujudkan visi, misi dapat mencakup berbagai aspek, misalnya: Pembelajaran, pengembangan

moral keagamaan, iklim sekolah, manajemen sekolah, dan sebagainya. Bertolak dari visi dan misi,

selanjutnya sekolah merumuskan tujuan.

Validasi

Visi, Misi dan Tujuan

Telaah Diri (Self Review), Identifikasi

kebutuhan/Masalah/Gap

Menganalisis Akar Masalah

Penyebab Gap (Tulang ikan)

Pengembangan Rencana

tindakan inovative

Desain Implementasi

serta monev

Page 92: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

84

Tujuan sekolah

Tujuan sekolah adalah jabaran dari visi dan misi sekolah atau merupakan tahapan/

langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Jika visi dan misi seakan untuk

waktu yang sangat panjang, maka tujuan sekolah untuk jangka menengah (3 – 5 tahun). Tidak ada

patokan berapa tahun, namun sebaiknya terkait dengan satu siklus pendidikan agar mudah

penjabaran berikutnya. Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara ideal, tujuan

yang ingin dicapai dalam waktu 4 tahun mungkin belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan

dapat berwujud sebagian dari visi.

Telaah Diri (Self Review)

Telaah Diri (Self Review) merupakan suatu kegiatan menelaah atau mengoreksi tentang

keadaan yang ada pada diri seseorang atau suatu organisasi. Telaah diri merupakan alat untuk

memperjelas jalan menuju masa depan yang lebih baik. Keefektifan telaah diri diukur dari apa

yang terjadi berikutnya. Dengan demikian, ruang lingkup Telaah diri harus memadai dalam

memampukan warga sekolah untuk membentuk asesmen yang realistis terhadap kondisi,

kebutuhan dan/masalah sekolah sebagai dasar perencanaan yang akan dilakukan. Dengan demikian

Telaah Diri (Self Review) merupakan suatu kegiatan stake holder melakukan evaluasi diri sekolah.

Identifikasi kebutuhan dan/ masalah

Identifikasi kebutuhan dan/ masalah yang dihadapi sekolah memuat tentang gambaran umum hasil

evaluasi diri sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan yang ingin diraih sekolah;

Selain itu juga memuat identifiaksi fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai sasaran tersebut.

Pada tahap ini, selanjutnya sekolah melakukan analisis kesenjangan/gap antara hasil identifikasi

kebutuhan dan/ masalah yang dihadapi sekolah (evaluasi diri) dibandingkan dengan standar

pelayanan minimal pendidikan serta visi, misi dan tujuan serta sasaran sekolah yang diharapkan

dimasa mendatang (ideal). Besar kecilnya kesenjangan/gap tersebut memberitahukan tentang

keseriusan permasalahan yang dihadapi sekolah. Diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam

menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Langkah ini dilakukan sebagai tahap persiapan dalam melakukan analisa akar masalah yang

menjadi penyebab gap dengan analisis tulang ikan.

Menganalisis akar masalah penyebab gap (tulang ikan)

Cara yang yang dapat dilakukan untuk melakukan analisis akar masalah menggunakan diagram

Tulang Ikan dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu permasalahan yang tidak diharap

adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan

Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah

Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama

Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran

Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Langkah 7: Terapkan hasil analisis.

Pengembangan Rencana tindakan inovative

Dari alternative-alternative terbaik yang terpilih serta diyakini efektif untuk pemecahan persoalan

yang ada, Kepala Sekolah bersama-sama dengan unsur Komite Sekolah mengembangkan tindakan

yang siap untuk merealisasikan rencana dan/ program-programnya untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan.

Page 93: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

85

Rencana tindakan yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-

aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan,

kapan dan dimana dilaksanakan dan berapa biaya yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk

memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun

orangtua peserta didik, baik secara formal maupun finansial untuk melaksanakan rencana

peningkatan mutu pendidikan.

Desain Implementasi serta monitoring dan evaluasi

Dalam mendesain sebuah program peningkatan mutu sekolah, setiap faktor atau kategori utama

hasil analisis tulang ikan hal yang terpenting yang harus diperhatikan adalah kebutuhan

dilakukannya program tersebut dan akar permasalahan berkaitan dengan mutu pendidikan; untuk

itu dikembangkanlah Desain Implementasi serta Monitoring dan Evaluasi yang dimodifikasi dari

model partisipatif terdiri dari 8 langkah seperti berikut ini.

1. Penentuan latar belakang atau alasan dilakukannya pengembangan mutu secara inovatif

sesuai hasil identifikasi dan analisis kebutuhan masing-masing program

2. Merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan manfaat dari

setiap program

3. Merancang kurikulum/memilih materi sesuai karakteristik sasaran dan waktu

pelaksanaan

4. Memilih dan mengembangkan metode dan teknik serta media pembinaan yang sesuai

setiap program

5. Menentukan pendekatan evaluasi baik proses maupun hasil

6. Melaksanakan program seperti yang dirancang

7. Melakukan monitoring dan evaluasi

8. Tindak lanjut.

Validasi

Validasi model berarti memastikan bahwa program dari model yang dikembangkan beserta

implementasinya adalah valid (sah dan diterima). Validasi bertujuan untuk membuat sesuatu yang

resmi diterima atau disetujui, terutama setelah memeriksanya.

Page 94: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

86

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU SEKOLAH

Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau

jasa yang menunjukkan kemampuanya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang

tersirat. Dalam kontek pendidikan pengertian mutu mencakup mutu pada aspek input, proses, dan

output pendidikan (Depdiknas 2002).

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk

berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud dalam input pendidikan berupa sumberdaya dan

perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input

sumber daya pendidikan meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, gulu, konselor,

karyawan, peserta didik) dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang bahan, dsb.).

Input perangkat pendidikan meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan

deskripsi tugas, rencana, program dsb. Input harapan-harapan dalam pendidikan berupa visi, misi,

tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar

proses dapat berlangsung dengan baik (Depdikmen tth.). Dengan kata lain, input merupakan

prasyarat bagi berlangsungnya proses. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur

dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi mutu input tersebut.

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu

yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pendidikan disebut input pendidikan, sedang

sesuatu dari hasil proses pendidikan disebut output pendidikan. Dalam pendidikan berskala mikro

yaitu tingkat sekolah, proses pendidikan yang dimaksud meliputi: proses pengambilan keputusan,

proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar (dengan

intensitas paling dominan dalam proses pendidikan), dan proses monitoring dan evaluasi.

Proses pendidikan dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian

serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb.) dilakukan secara

harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable

learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu

memberdayakan peserta didik. Konsep memberdayakan peserta didik mengandung arti bahwa

peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi

pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara

terus-menerus dan mampu mengembangkan dirinya.

Output pendidikan adalah merupakan hasil kinerja sekolah. Hasil kinerja sekolah adalah

prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses dan perilaku sekolah. Hasil kinerja sekolah dapat

diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas

kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.

Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, hasil kinerja sekolah dapat

dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi sekolah,

khususnya prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi

akademik berupa: nilai ulangan umum, UN, UNS, karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi

non-akademik seperti: IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejuruan,

dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan

kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan.

Page 95: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

87

Berangkat dari pemahaman peningkatan mutu sekolah di atas, baik melalui peningkatan

mutu input, mutu proses dan mutu output, pada intinya diperlukan peningkatan kegiatan atau

aktifitas yang didukung oleh upaya peningkatan kualitas guru, siswa, dan sarana prasarana (Ali

1987).

Peningkatan mutu guru dapat dilakukan dengan cara guru diberi kesempatan untuk

melanjutkan sekolah, mengikuti seminar, mengikuti MGMP dan diperhatikan peningkatan

kesejahteraannya. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan itu diharapkan mutu guru makin

meningkat. Peningkatan mutu siswa bisa dilakukan melalui tambahan jam pelajaran untuk aspek

kognitif, meningkatkan ketrampilan-ketrampilan keimanan ketaqwaan, kedisiplinan untuk aspek

afektifnya. Sedangkan peningkatan sarana prasaranapun sangat penting dalam hal kegiatan

peningkatan mutu itu. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung maka kegiatan yang

diprogramkan sekolahpun tidak akan berjalan dengan baik.

Untuk mencapai peningkatan mutu sekolah, pihak sekolah dapat melakukan beberapa

kegiatan yang mempengaruhi dan dapat digolongkan dalam 9 kegiatan yaitu kegiatan:

(1) peningkatan mutu belajar-mengajar,

(2) peningkatan kebudayaan/kesenian,

(3) peningkatan keimanan/keagamaan,

(4) peningkatan olah raga/pendidikan jasmani,

(5) peningkatan keterampilan komputer,

(6) peningkatan kedisiplinan stake-holder,

(7) peningkatan karya ilmiah guru dan siswa,

(8) kemampuan bahasa inggris, dan

(9) ketrampilan ekstra kurikuler.

Di sini ditegaskan bahwa dari sembilan macam kegiatan peningkatan mutu sekolah

(semua kegiatan) itu tidak harus diagihkan dengan jumlah pendanaan yang sama besar tetapi harus

sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan prioritas yang ditentukan atas hasil analisis data dan

dananya dianggarkan oleh masing-masing sekolah. Jadi prioritas penggunaan dana untuk

membiayai kegiatan apa saja dan berapa proporsi besarannya itu tergantung dengan kondisi

sekolah dan skala prioritas yang ditentukan oleh pihak sekolah.

Danim (2009) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu sekolah ada lima

faktor dominan yang terlibat, yaitu: (1) Kepemimpinan kepala sekolah, (2) Siswa, (3) Guru, (4)

Kurikulum, (5) Jaringan kerja sama. Faktor dominan menentukan mutu sekolah seperti yang

dikemukakan di atas saling terkait satu dan lainnya. Masing-masing memiliki peran untuk

mencapai tujuan sekolah dengan maksimal. Kepemimpinan kepala sekolah berperan utama dalam

menentukan arah dan tujuan sekolah.

Faktor lainnya adalah siswa yang ada di sekolah dengan segala bakat dan keunikannya.

Guru harus mengerti akan kekhasan setiap siswa, sehingga mampu memberikan layanan sesuai

dengan kebutuhan siswa. Untuk dapat memberikan layanan yang sesuai, setiap guru harus

memiliki komitmen terhadap tugas. Danim (2009,hlmn56) mengatakan bahwa: ―keterlibatan dan

pelayanan optimal dari guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga tidak ada

siswa yang tidak terlayani, yang nantinya akan mempengaruhi pada pencapaian tujuan dan visi

yang ditetapkan.‖

Tujuan dan visi yang akan dicapai dikembangkan dengan berpedoman pada kurikulum.

Sejalan dengan itu, Danim (2009) mengatakan bahwa: ―adanya kurikulum yang ajeg tetapi dinamis

dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga tujuan dapat

dicapai secara maksimal.‖

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap mutu sekolah adalah adanya kerja sama yang

baik antara berbagai pihak yang berkepentingan. Sebagaimana dikemukakan oleh Danim (2009

bahwa: ―jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata,

Page 96: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

88

tetapi juga dengan organisasi lain seperti perusahaan/instansi sehingga out put dari sekolah dapat

terserap dalam dunia kerja.‖

Dari kelima faktor yang mempengaruhi mutu sekolah sebagaimana yang telah diuraikan

di atas, kepala sekolah menempati posisi puncak yang mempengaruhi mutu suatu sekolah. Hal ini

sependapat dengan Nurkolis (2003) yang menyatakan bahwa: Pada tingkat sekolah, kepala sekolah

sebagai figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah tidak

hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam programprogram sekolah, kurikulum

dan keputusan personil, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas

keberhasilan siswa dan programnya. Kepala sekolah harus pandai dalam memimpin kelompok dan

pendelegasian tugas dan wewenang. Memang kepala sekolah sebagai seorang top leader di

sekolah tidak dapat memungkiri bahwa dibawah kepemimpinannyalah mutu sekolah dipertaruh-

kan. Sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal dengan keragaman potensi pendidik dan

peserta didik memerlukan pelayanan yang optimal dan beragam. Hal ini harus disadari sepenuhnya

oleh kepala sekolah.

Senada dengan itu Bahar M. (2011) mengatakan bahwa prilaku kepemimpinan kepala sekolah

yang tidak dapat menciptakan suasana dan iklim kerja yang harmonis, tidak adil dalam mengambil

keputusan, dan kurang bijaksana dalam menyelesaikan konflik serta menghadapi setiap paradigma,

akan berpengaruh terhadap mutu kinerja guru SMK.

Secara formal kepala sekolah memiliki wewenang dan bisa menjadi kharismatik sebagai

pemimpin sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya tidak akan terlepas

dari kemampuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Merujuk

pada berbagai pendekatan teoritik dan empirik, salah satu tipe kepemimpinan kepala sekolah yang

dapat digunakan adalah tipe kepemimpinan transformasional. Hal tersebut didukung dengan

pendapat Bass dan Avolio (2007) yang mengemukakan bahwa: Pemimpin transformasional adalah

pemimpin yang memberikan pertimbangan-pertimbangan dan rangsangan intelektual yang

diindividualkan dan memiliki kharisma. Pemimpin seperti ini mencurahkan perhatian kepada

kebutuhan pengikutnya, mereka mengubah kesadaran pengikut akan persoalan-persoalan dengan

membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru dan mereka mampu

membangkitkan serta mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra dalam

mencapai tujuan kelompok.

Page 97: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

89

BAB V

PENUTUP

Mutu pendidikan di Indonesia sebagaimana dimaklumi masih cukup memprihatinkan,

kita masih menghadapi masalah persebaran mutu pendidikan yang disebabkan oleh standar

nasional Pendidikan yang belum dapat dipenuhi oleh pihak sekolah. Untuk itu, peningkatan mutu

pendidikan masih merupakan salah satu program utama yang menjadi fokus perhatian kita.

Model Analisis Diagram Tulang Ikan Untuk Pengembangan Mutu Sekolah ini diharapkan

dapat dijadikan acuan sekolah untuk mencapai standar nasional pendidikan. Walaupun masih

diakui bahwa taraf kemampuan sekolah/madrasah sangat beragam dan barangkali tidak semua

sekolah/madrasah mampu mengukuti ketentuan yang dipersyaratkan model ini. Namun besar

harapan, secara bertahap sekolah memiliki program yang lebih nyata untuk pencapai SNP sesuai

dengan harapan sekolah/madrasah, orang tua, dan pemerintah.

Page 98: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

90

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pendidikan dan Pelatihan: Penyusunan Rencana

Strategis Dalam Pengembangan Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Tenaga

Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan.

Hafis Muaddab, 2011. Paradigma, input dan output pendidikan.http://edukasi.

kompasiana.com/2011/04/26/paradigma-input-dan-output-pendidikan-358759.html)

Imam Gozali: 2012. Implementasi Konsep TQM Dalam Pendidikan Melalui Madrasah

Model:Studi Pada MTsN Model di Brebes Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati, Cirebon.

Mustaji, 2012. Teori, Model, dan Penelitian Pengembangan Dalam Perspektif Teknologi

Pembelajaran. http://pasca.tp.ac.id/site/teori-model-dan-penelitian-pengembangan-dalam-

perspektif-teknologi-pembelajaran

Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie M.Hays, Arthur V.

Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice and Research Literature. Second

World Conference on POM and 15th Annual POM Conference, Cancun, Mexico, April

30 – May 3, 2004.

Slameto. 2005. Manajemen Sekolah. Salatiga: Widyasari.

Suparlan. 2010. Susahnya Membuat Renstra. http://suparlan.com/40/2010/02/25/ susahnya-

membuat-renstra/

Susilawati, 2014. Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala

sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon. repository.upi.edu

Tri Sadono1, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto. 2014. Strategi Untuk Peningkatan Mutu

Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo, Kandangan,

Temanggung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. ―Pengembangan Profesi Guru

dan Dosen Melalui Penulisan Jurnal Ilmiah Pendidikan‖ Ikatan Sarjana Pendidikan

Indonesia (ISPI) Jawa Tengah. Surakarta, 15 November 2014.

Page 99: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

91

Lampiran Draf Artikel Untuk Seminar atau Peblikasi Jurnal

The Application of Fishbone Diagram Analisis to Improve School

Quality

Slameto

Satya Wacana Christian University, Salatiga

[email protected]

ABSTRACT

The research problems are: 1) What steps are to take in a program

development aimed at improving the quality of school using a fishbone analysis?

2) Is the program model using fishbone analysis effective and efficient in meeting

the school‘s needs to improve its quality? This is research and developmental

which comprises 3 phases, namely Preliminary Study, Model Development, and

Evaluation/Model Testing. The qualitative data come from the input of

management experts and the result of interviews/FGD with stakeholders. The

quantitative data are obtained from the assessment of management experts on the

product draft, the observation sheets for the field study on the standards of

education, and the try out. Data analisis on the validation result uses a descriptive

analysis technique. Data from the questionnaire are analyzed by descriptive

statistical technique. The results are: 1) the developmental steps in the school

quality improvement program by way of fish bone analysis have gone through 6

phases, 2) the research product using fish bone diagram has proved to be simple,

applicable, important, controllable, as well as adaptable. Furthermore, it is

communicable, so that it has been effective and efficient in meeting the school‘s

needs for making its educational quality improved.

Key words: Planning Model, School Quality, Cause Root Analisis.

INTRODUCTION

A school vision is a moral imagination which becomes a basis or reference

in determining objectives or expected future state of the school. The school vision

becomes the basis or reference in making statements of mission, objectives, goal

for the school program as well as a future direction for the development of the

school. Simply put, vision is a future profile, a future dream to maintain the

school‘s survival and its development (Herry Naap, 2007).

A mission is vision‘s breakdown in the form of statements for tasks,

obligations, and action plans which become directions to make vision realized. A

school vision, therefore, is a group of duties which must be carried out by the

school. As a note, as an action to realize mission, mission may comprise aspects,

such as teaching-learning, development of religious morality, school climate,

school management, and the like (Herry Naap, 2007).

Page 100: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

92

Starting from vision and mission, the school then formulates objectives.

The school objectives are the breakdown of the school vision and mission, or, a

step to realie the school vision which is already stated. If vision and mission are

seemingly a long range achievement, the school objective is for a middle range

achievement (3–5 years). There is no fixed time span, but it is tied to one

educational in prder to make further details more easily. If vision is a future, ideal

profile, then the objectives to be achieved in 4 years‘ time may not have been

completed. In other words, objectives are the further breakdown of vision. (Herry

Naap, 2007).

Identification of real challenges of a school contains a general situation of

challenges faced by the school in its effort to realize its vision, mission, and

objectives to be achieved by the school. At this phase, the school makes an

analisis of the output, which results in an identification of real challenges faced by

the school. Challenges are a difference between the school output and the ideal

expected in the future. The size of the difference tells about the size of challenges

or leaps. Generally speaking, the real challenges faced by the school originate

from the school output, which can be divided into 4 categories, namely, quality,

productivity, effectivity, and efficiency. The school targets or objectives contain

those which will be achieved including the school needs. A target is an objective

which is stated by taking into account real challenges faced by the school.

Although the target is formulated on the basis of real challenges faced by the

school, its statement must constantly refer to the school vision, mission, and the

school objectives. The situational goal of objective of the school is also often

called a short range objective (Herry Naap, 2007).

As soon as the target is determined, the next step is the identification of

function in order to achieve the target. This step is taken as a preliminary phase to

make a SWOT analisis, for example. It needs accuracy and care in deciding

functions needed to achieve the target already determined. Alternative steps in

solving problems include those which will be taken to achieve the school‘s

vision, mission, and objectives in its effort to make use of potencies of the school

together with the steps taken in overcoming weaknesses and threats on the

school (Mayang Puji Lestari, 2011).

With the imposition of the Indonesian Education National Standard

(SNPI), to measure the school quality has been clear; SNPI will function as a

reference for school development to improve its quality. Whatever form the

school‘s quality improvement takes in, it should be programmed quite well. This

good program will make it easy to carry out. The program should also be

prepared in a good proposal.

A school operational program contains vision, mission, and objectives of

the school, identification of real challenges faced by the school, targets/objectives,

identification of target functions, SWOT analisis which contains a short analysis

in the level of function readiness, steps in problem solutions, quality improvement

plans and program, and the school budget (RAPBS) (Herry Naap, 2007).

In a real school condition, even though the school has made its

improvement program, such a program has not been based on a deep scientific

study; many principals experience constraints in developing a program for quality

improvement of their schools. Few of them have undertaken a SWOT analisis, but

they face a problem in deciding to use an appropriate strategy. A direct result of

Page 101: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

93

this low quality program should be a poor achievement of objectives in its

implementation. In Roca‘s experience (Roca, 2005 in Collective Leadership

Works, www.theinnovationcenter.org), he used the fishbone process with great

success to help the group formulate thorough plans of action. It is necessary,

therefore, that there should be a useful model for a school to have assistance in its

effort to develop its quality improvement program.

RESEARCH PROBLEMS

1. What steps should be taken to develop a quality improvement program by

using fish bone analysis?

2. Is the quality improvement program using fish bone analysis effective and

efficient in meeting the school‘s needs in its effort to improve its quality?

THEORY

Cause and Effect diagram or Fishbone diagram is a graphic technique and

is a good tool to find and analyze significantly affecting factors in identifying the

characteristics of work output quality (Shu San Gan, et al., undated). This

fishbone diagram is known as a cause and effect diagram. Why is it that this

Ishikawa‘s diagram has been called ―fish bone‖? Well, when we observe the

diagram, the fishbone, its form has a similarity to a fish, which has a head (as

an effect) and a body in the form of bones, illustrated as causes of known

problems (Tiann, 2012). The causing factors may be raw material, machinery,

manpower, and method. All that are related to raw material, machinery,

manpower, and method ―at present‖ are written out and analized to find which

factors supposingly indicate a ―deviation‖ and have potential to become a

problem. Each category has causes which need explaning in a brainstorming

session (Eris Kusnadi, 2011).

Scarvada (2004) says that the fishbone diagram can be enlarged into a

cause-and-effect diagram. This extension of fishbone diagram can be done

through a questioning technique ―How come it‘s up to five whys?‖ (Pande &

Holpp, in Scarvada, 2004). Thus, by identifying the causes of the effect, it is

hoped that the result of the production process can be improved by changing the

controlled factor of a process. This diagram is also useful to identification of

causes of a potential problem. A cause-and-effect diagram focuses on

emphasizing a problem or a symptom of a problem. This diagram can also present

causes of a problem by connecting them into one group.

Fishbone diagrams are used to identify and systematically list the different

root causes that can be attributed to a problem. Thus, these diagrams help to

determine which of several causes has the greatest effect. The main application of

these diagrams is the dispersion analysis. In dispersion analysis, each major cause

is thoroughly analyzed by investigating the sub causes and their impact on quality

characteristics. The Fishbone diagram helps to analyze the reasons for any

variability or dispersion (K.G. Durga Prasad, K.Venkata Subbaiah, G.Padmavathi.

2012). Cause-and-effect fishbone diagrams focus on the problem emphasized or

the symptom which becomes root causes. By identifying a real problem and

finding a root cause, an alternative action plan can be formulated or identified

which in turn becomes a way out in improving the quality of education. Further,

Page 102: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

94

alternatives are analized on the basis of particular criteria, qualitatively or

quantitatively. Lastly, the best alternative is chosen on the basis of particular

criteria and priority, and finally a decision can be taken.

Why root cause analysis? RCA 1) eliminates unfounded opinion, prejudice,

and organizational myth, 2) reduces false starts, patching of symptoms, and waste

of scarce resources, 3) converts data to information, knowledge, understanding,

and wisdom, 4) improves data‐based decision making (Preuss, 2003; City Process

Management, 2008). The advantage of Fishbone diagram is that it can break down

each identified problem and everybody involved can contribute suggestions which

may be the cause of the problem (Sri Yani, 2007). The fishbone diagram is both a

tool and a technique to identify a solution to a problem creatively for the

improvement of educational quality. According to a research by Aroem (2013),

the root cause analysis has an important role in educational innovation in deciding

further corrective and innovative policies. A symptom, phenomenon, gap, or

disharmony which exists in the process of education, or any actual problem

arising both theoretically and practically, in macro or micro circumstances, can be

analyzed by this diagram (Kusun Dahari, 2013).

There are three basic concepts which need differentiating in improving

quality control, quality assurance and total quality. Quality control historically is

the oldest quality concept. Its activity involves detection and elimination of failing

or out-of-standard products. Its aim is only to accept successful products and

refuse failing ones. In the area of education, quality control is implemented by

executing summative testing and final examination. The result of the examination

can be used to account for the quality control (Priyanti Rahayu, 2015).

According to the National Education Department (Departemen Pendidikan

Nasional, 2007), educational quality control is a series of inter-related processes to

collect, analyze, and report data on the educational program or activities in

reaching quality of education. The process of quality assurance starts with

identifying achievement aspect and improvement priority as well as data supply as

a basis for planning and decison making and help build a culture of sustainable

quality improvement. The achievement of quality education in elementary and

middle education is studied on the basis of eight national standards for education

from the Body of National Education Standards (BSNP) (Darno Harun, 2014).

Quality assurance and improvement in the elementary and middle education in

Indonesia are related to three main aspects, namely: (1) study of educational

quality, (2) analysis and report of educational quality, and (3) improvement of

quality and growing the culture of continuous quality improvement. Especially for

the first aspect, it is simply meant that in the study of educational aspect there

need to be mapping and determining steps for the achievement of the quality. One

of the activities in mapping is done through the School Self-Evaluation (EDS) and

other instruments which can add on information about the profile of the school.

The activity in determining steps for quality achievement is a systematic, rasional,

and measurable plan, formulated by the school to achieve quality education

(Darno Harun, 2014).

A reference for quality used in the achievement in the school level is the

National Standard of Education (SNP) and other standards which are agreed by

the community group, i.e, the standard which is put by the school and or another

referential institution. Other standards agreed by the community group is used

Page 103: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

95

after the National Standards are fulfilled by the school according to its special

stream, level, and type of education (Darno Harun, 2014).

A minimal target of school development which is contained in every plan of

school development must use the standards for educational operation in effect

nationally (Risma Hastuti, 2013). The Government Regulation No. 19, 2005 on

National Standard of Education is a detailed stipulation on national standards of

education as said in the Law of National System of Education No. 20, 2003. The

government regulation determines the direction of national education reform in

order to achieve the vision, mission, and objectives of the national education.

There are eight standards: Standard of Content, Standard of Process, Standard of

Graduate Competence, Standard of Educator and Teacher Competence, Standard

of Means and Infra-structure, Standard of Management, Standard of Finance, and

Standard of Assessment.

Plans of Operation which the school makes comprise Middle-range Plan (4

years) and Annual Plan. Plans of Operation of Elementary and Middle Education

must be agreed upon in the meeting of education committee after attending to

considerations of the School Committee. School planning is important to make in

order to give direction and guide to educators in their effort to make changes or

achieve better objectives (e.g. improvement, development) with the least risks and

minimal future uncertainty. School planning is a process of formulating a picture

of future educational activities to achieve stipulated changes and educational

objectives (Masrifah, 2014).

Daft (1988:100) says, ―When planning is done well, the other management

functions can be done well.‖ Planning is essentially an effort to determine where

an organization is to go in the future and how to arrive at the destination. In other

words, planning means defining a destination to be achieved by an organization,

and making decisions on duties and utility of resources needed to achieve the

destination. A plan, on the other hand, is the result of a planning process in the

form of a blueprint of resource allocation needed, schedule, and other activities in

order to achieve objectives n (Martiman Sarumaha, 2013). Further, Clark County

School District (2012) mentions about steps in the school planning process usng

the root cause analysis, which is illustrated as follows.

Page 104: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

96

School Self-Evaluation (EDS) is developed in line with educational quality

assurance system, especially that which is linked with the school development

plan and school-based management. The implementation of SSE in relation with

the ongoing institutional practice and role, such as the school-based management,

the school development plan, the school accreditation, the implementation of the

National Education System (SPN) and the National Education Standard (SNP),

the role of LPMP/BDK, the role of Inspector, and educational management

performed by the provincial and regency/city governments, the National

Development Plan in Education, the Strategic Plan of the National Education

Ministry, and the Strategic Plan of the Religion Ministry.

During the process of School Self-Assessment (EDS), it is expected a clear

vision on what stakeholders want their school to be can be formulated. In order to

formulate a vision, all stakeholders must be involved in the process to agree upon

values and principles to be decided on. It is this collective vision that will lead the

development of the school to the clearer future. The school measures the impact

of its various activities in relation with students and teaching-learning process;

every year the school also examines the result and the impact of teaching-learning

activities and how it can satisfy its students‘ needs. The crucial thing in this

process is that the school must use the evaluation in order to put priority on a

section that needs improvement and prepares development and improvement plans

for the school. This process then becomes part of the continuous development

and improvement cycle (Rukiah, 2011).

The process of School Self-Review (EDS) becomes a reflection session to

make a change and improvement of work patterns, and it is considered successful

if it can bring the school to the improvement of educational services.

Consequently, the school will become the main agent in quality improvement and

will give assurance to quality educational services.

METHOD This research is an investigation and development research. To put it in an

outline, it is ―a program development to improve the school quality using a

Page 105: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

97

fishbone analysis‖, which is divided into three stages, namely: phase I Preliminary

Study, phase II Model Development, and phase III Evaluation/Model Testing. The

preliminary study is conducted by using desriptive qualitative approach. The

qualitative study is strated with literature study, followed by a field study on the

educational standards which will be used as a reference for school quality

improvement by using a fishbone analysis which will be developed. The

preliminary study ends with a description and fishbone analysis as findings

(Factual Model). In phase II a Hypothetic Model is formed as a basis for the

Development Model (product design) which is ready for validation and revision

on the basis of the validator‘s input. Next, a limited try out on the product to be

developed is carried out. In phase III Evaluasi/ Pengujian Model, the Hypothetic

Model is validated, revised and limitedly tried out. The subject for the try out is

the Principal of SD Sidorejo District and is conducted using the FGD. Its result is

then revised to become the Final Model.

The data obtained in this research are both qualitative and quantitative.

The qualitative data come from the input of a management expert and the result of

the interview/FGD with stakeholders. The quantitative data are obtained from the

assessment of the management expert on the product draft, the observation sheet

for the field study on the educational standards, and the try out.

The instrument for data collection for validity test in this research comes

from an expert and the limited try out. The expert‘s validity test uses validation

sheets (experts in educational technology, management, and education policies).

The instruments for the limited try out use observation sheets, interview

guide/FGD, questionnaire, and documentation.

The expert‘s analysis on data validation uses descriptive analysis technique.

Data from the questionaire are analysed by descriptive statistical technique

resulting in four categories of data (low, medium, high, and very high).

RESULTS Preliminary Study

The preliminary study phase was carried out by applying descriptive

qualitative approach. The qualitative study was started with literature study, then

followed by a field study on educational standards which became a reference for

school quality improvement by applying the fishbone analysis to be developed. In

this literary study, the standard of management originated from the Body of

National Education Standards was produced. The preliminary study ended with a

description and data analysis as a finding (Factual Model) as follows:

Page 106: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

98

Factual Model

First, there are a few strategic plans which unfortunately are made only by

copying and pasting with no modification.

Second, vision is formulated in an ambivalent way.

Third, no sufficient data support.

Fourth, the strategic plan available seems superfluous due to being under

instruction rather than a need for making a strategic plan.

Fifth, not just a format or a wrapping, but its content is more important.

Sixth, a real strategic plan is a medium-range plan (five years), as a breakdown of

a long-range plan (twenty five years).

Seventh, a strategic plan is not only made by one person, but by all stakeholders

together.

Model Development (Product design)

The construction of a school quality development model is generally related

to the following: 1) School Vision, i.e., a school development profile to be desired

in the future (long range), 2) School Mission, which contains actions or efforts to

realize the school vision that has been formulated beforehand, 3) Objectives of

school development, which describe what to be achieved in developing the school

quality during a particular period of time, for enstance, 3-5 years, 4) Real

challenges faced by the school, that is, a gap between the desired objectives and

the present condition of the school, 5) Targets of school quality development,

what are desired by the school in the short run, for example, one year, 6)

Identification of functions which have important role in the achievement of the

targets, 7) Analysis of every function which has been identified, 8) Identification

of alternative steps to improve the school quality in an effort to overcome the

school drawbacks, and 9) School plans and programs which are developed from

the chosen alternatives in order to achieve the quality target that has been

formulated (Metta Adnyana, 2014).

One thing that needs attention in formulating a plan of developing school

quality is the involvement of all groups of stakeholders, for example teachers,

students, administrative staff, parents, community leaders who have concerns

about school. Why? Because in that way, it is desirable that the decision for the

school development plan become the ―possession‖ of all parties involved. It is

also true that the involvement of the school members depends on the potential of

each group.

School development plan comprehensively covers the long range

expectation as dictated by the school vision, the middle range expectation as

shown by the school objectives, and short range target as well as how to achieve

the target. When the stages are done consistantly, the consequtive target

achievements will accumulate and finally the school vision is reached. (Puji

Winarko, 2012).

Page 107: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

99

Hipothetical Model for the Development of School Quality Using Fishbone

Analysis

The process of school quality development plan afore mentioned must at least

comprise steps as shoen in the following diagram. This hypothetical model is

equipped with a guide for development steps and instruments used in the design

of the school quality development program.

Hypothetical Model for School Quality Development Using Fishbone Diagram

School Vision

School vision is a mental imagination which serves as a basis or reference in determining

future situation specifically expected by the school. The school vision is a basis or reference

in formulating mission, objectives, school program targets, and direction for future school

development.

Mission

Mission is the breakdown of vision in the form of duties, obligation, and action plans for the

realization of vision. School mission consists of a series of tasks which must be implemented

by the school. The tasks take the form of activities to realize vision. Starting from vision and

mission, the school formulates objectives (Herry Naap, 2007).

Validation

Vision, Mission and Objectives

Self-Review, Identification of

Needs/Problems/Gap

Analysis of Root Problems Causing

Gap (Fishbone/RCA)

Innovative Development of

Action Plan

Design of Implementation

serta monev

Page 108: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

100

School Objectives

School objectives are further breakdown of school mission and are steps away to realize the

mission already formulated beforehand. If vision and mission are for a long range

achievement, school objectives are for a middle range achievement (3–5 years) (Herry Naap,

2007).

Self-Review

Self-Review is an activity to overview the present situation of an organization. The overview

is a means to make clear the way to a better future. It is the basis for future planning (Tirta

Wahyudi, 2014). The activity of self-review is done by stakeholders to assess the school.

Identification of Needs and Problems

Identifying needs and problems that the school encounters involves general picture of results

of the school self-review in realizing vision, mission, and school objectives. In addition, the

identification of management to meet the target is also necessary (Herry Naap, 2007). This

step is taken as a beginning stage in doing the analysis of root problems causing the gap by

way of fishbone analysis.

Analyzing Root Problems Causing the Gap (Fishbone)

A procedure to use to analyze root problems using Fishbone diagram in the identification of

causes of an undesired problem is as follows: 1) prepare Fishbone Analysis session 2) identify

effects or problems, 3) identify any main causes category, 4) find potential causes by asking

for suggestions, 5) review each main cause category, 6) find consensus for possible causes,

and 7) apply analisys results.

Development of Innovative Action Plan

Out of the best alternatives being chosen and trusted to be effective to solve problems, the

Principal together with the School Committee develop actions to execute plans and programs

to meet the targets (Herry Naap, 2007; Syamsul Bahri, 2014).

Implementation Design and Monitoring and Evaluation

In designing a program for improving school quality, each factor or main category as a result

of fishbone analysis should be matched with the need for implementing the program as well

as with the root problem. For this reason, an Implementation Design and Monitoring and

Evaluation are developed out of the partisipative model that has been modified. The program

comprises 8 steps: 1) Describing a background or a reason for developing quality innovatively

in line with the result of the needs identification of each program, 2) Formulating and

develoiping objectives and the advantages of each program, 3) Constructing

curriculum/selecting materials appropriate with the target characteristics and time of

implementation, 4) Selecting and developing method and technique as well as appropriate

media for each program, 5) Deciding on evaluation approach for both the process and the

results, 6) Implementing the program as planned, 7) Carrying out monitoring and evaluation,

and 8) Follow up.

Page 109: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

101

Validation

Validating a model means to ensure that the program from the model being developed along

with its implementation is valid (acceptable). Validation is aimed at making something

officially accepted or agreed on, especially after examination.

Design Validation

The resulting hypothetical development model for the development of

school quality by fishbone diagram was then validated by three experts (1

educational technology expert, 1 educational management expert, and 1 pedagogy

expert) using validation sheet instruments that had been provided. Out of 3

validators, it was found that this model showed a high identification of key

pattern, in which each phase in the design or pattern is detailed, enough. This

model indicates the existence of selection or modification of a part of the process

which needs high level improvementm the process/steps already developed in this

model have high quality, the level of revision which was done in this model is in

the moderate level. The model being developed is quite simple and applicable,

having high level in its being important, controllable, adaptable, as well as

communicable. In addition to the above data, an input was found, such as a need

for strengthening the theory, making more clearly (with examples) the syntax of

fishbone analysis, and a better setting.

Design Revision

Based on the result of validation and input above, the following

improvements were made: 1) Completing with a description about the model and

the type of model being developed, i.e., model procedure, 2) Elaborating the

description about the fishbone analysis theory, 3) Revising the guide bya taking

into account the input from the validators and the more operational use of

language, 4) Editing and setting up the draft into a better appearance. The result

of the revision on the hypothetical model into this model is ready for try out in the

next phase.

Product Try Out

The product tryout---in this case, the school quality development model

using the fishbone diagram, was carried out by FGD to 17 Principals of SD

Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. After one session of FGD, the school

development program was made. It was agreed that the root problem of the low

quality of education in Kecamatan Sidorejo was among others the poor

performance of the Principal in PKG and PKB, resulting in many of the teachers

were worried about the application of the Ministerial Regulation (Permenagpan

RB) no. 16, 2009 which will be effective in 2016. The agreed solution was the

necessity of the principal‘s assistance and senior teachers (rank IV/A above) to

perform Class/School Action Research (PTK/S) and to write out the result of the

research in the periodicals or an ISBN scientific journal. After the FGD, mapping

the results of fishbone diagram analysis, and developing a program, the program

was implemented. At the end of the implementation, assistance in evaluating the

participants was conducted.

Page 110: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

102

The result of the participants‘ evaluation is as follows: the assistance

proces indicates the fulfilment of the principal and senior teacher‘s need in

assessing teachers‘ performances in the high level. Activities or phases that need

be done by the participants to reach the target are clear. The assistance gave

motivation to the participants to conduct Class/School Action Research as

required by teacher‘s Professional Development in a high level. The proces in the

assistance to improve the participants‘ pedagogic ability was a good quality one.

They became optimistic to follow up their knowledge and skills obtained from the

assistance in improving teaching quality in their respective school. The assistance

model that has been developed is high enough in view of its simplicity,

applicability, significance, controlable, adjustable to the local school condition,

and communicable.

Revision and Product Perfection

Based on the result of the tryout, substantial improvement did not happen

because the participants‘ assessment is good enough, resulting that the school

quality improvement program using fishbone diagram becomes a final model

ready to use for perfection. Editing and setting the ―Final Model for the

Development of School Quality by Fishbone Diagram‖ based on revision and

limited tryout were made according to UNESCO‘s standard format, that is, in

the form of a book sizing in length 23 cm and width 15.5 cm. The final model

of School Quality Improvement Model by Fishbone Diagram includes 3

sections, i.e., front, central, and back. The front section includes (outside and

inside) and French page; the central part includes 5 chapters: Chapter 1.

Introduction, Chapter 2. Theories; Chapter 3. Model; Chapter 4. Effecting

Factors; and Chapter 5. Closure. The back section comprise List of references

and Guide to Model Operation ―Final Model for School Quality Improvement

Development by Fishbone Diagram‖. This book is ready for copyright

application.

DISCUSSION

Tri Sadono, Bambang Ismanto, and Arief Sadjiarto (2014) conducted a

research on ―Strategy for School Quality Improvement Based on the Fishbone

Analisis in SD Negeri Margolelo, Kandangan, Temanggung‖. They found

strategies that must be done to improve school quality with the hope that the

school may implement those strategies. In order to apply educational quality

management successfully in teaching-learning in a classroom, principles of

quality management as formulated by Edward Deming and presented by Juran in

which a tool and technique for quality improvement need to be used, make use of

fishbone diagram technique. In Imam Gozali‘s research finding (2012), it was

found that there was a positive effect on the improvement of educational quality

of MTsN Model Brebes. The school succeeded in creating its educational quality

that meets the standards, both academically and non-academically. Students

graduated with the highest scores above the minimal completion criteria (KKM),

as well as other high achievements, so that the school becomes a magnet to the

community. In addition, Intan Noor Cahyanti in her research (2008) found that

the realization of the school development plan gives effect on the quality

improvement of all SMPs in Kabupaten Kendal in as big as 84%.

Page 111: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

103

Tri Sadono, Bambang Ismanto, and Arief Sadjiarto (2014) and Imam

Gozali‘s (2012) researches both on educational quality viewed from fishbone

diagram analysis found a positive results. The research done by Tri Sadono,

Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto (2014) presented a strategy to solve a

problem, while both Imam Gozali (2012) and Intan Noor Cahyanti (2008) only

exposed facts and they did not perform treatment. Unlike these researches, the

writer produces ―a model of program development for quality improvement by

fishbone abalysis‖. This product has proven to be simple and applicable,

important, controllable, adaptable, and communicable.

The findings of school quality development program using fishbone

diagram analysis (root cause analysis) becomes interesting, since ―Pioneering

efforts to promote data-driven decision making within districts and schools have

found that the active promotion of the effort on the part of the superintendent or

principal is vital‖ (Marsh, Pane, and Hamilton 2006). District and school leaders

issue the ―call to arms‖ for improving education and using data as a tool to bring

about that improvement. Typically, they play a major role in framing targets for

educational improvement, setting expectations for staff participation in data-

driven decision making (Barbara Means, Christine Padilla, Larry Gallagher,

2010).

The fishbone analysis is certainly a very good way to reveal inside picture

of one particular issue. It is of great usage also to for going inside into the story

and that help to detect relevant issues simultaneously (American Society for

Quality, 2005). The fishbone diagram and analysis was very innovative and

efficient way of resolving key issues of the organizations. It has some draw backs

but that doesn‘t minimize the wonderful way of analysis it provides (Tarun Kanti

Bose. 2012).

CLOSING

Planning, organizing, mobilizing or leading, and controlling are functions

which must be done in the management process. If it is illustrated in a cycle,

planning is the first step of the whole management process. Planning can be said

as the most important function among other management functions. Planning in

its essence is a determining effort to lead the organization to the future and how to

reach the destination. Whatever is done later in the management process starts

from planning. When planning is done well, the other management functions can

be done well (Daft, 1988). The phases in the school quality development program through planning

by using fishbone analysis starts from: 1) an overview of Vision and Mission to

formulate school objectives; 2) Self Review, identification of Needs and Problems

as a preparation stage; 3) analyzing problem root causing a gap by using fishbone

analysis (7 phases); 4) developing Innovative Action Plan; 5) Implementation

Design and Monitoring, and Evaluation, which comprise 8 phases; and 6)

Validation to make something officially acceptable or agreed on, especially after

examination. This research product in the form of school quality development

program by fishbone diagram is simple, applicable, important, controllable,

adaptable, and communicable so that it becomes effektive and efficient in meeting

the school needs to improve its educational quality.

Page 112: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

104

This model is ready for replication in schools where they encounter

difficulty or problem in improving their quslity of education. For future researches

on this method, such a research can take place in areas where there are a sequence

of causes and a problem of how to put more emphasis on particular causes in

higher magnitudes (Tarun Kanti Bose. 2012).

Acknoledgement

REFERENCES

American Society for Quality. 2005, Fishbone diagram. http://www.asq.org/

Barbara Means, Christine Padilla, Larry Gallagher. 2010. Use of Education Data

at the Local Level From Accountability to Instructional Improvement. U.S.

Department of Education Office of Planning, Evaluation and Policy

Development

City Process Management, 2008, Cause and Effect Analysis using the Ishikawa

Fishbone & 5 Whys.cityprocessmanagement.com/Downloads/CPM_5Ys.pdf

Clark County School District. 2012. School Improvement Planning Basics: Root

Cause Analysis. http://ccsd.net/resources/aarsi-school-improvement/pdf/

Daft, Richard L. 1988. Management. Chicago: The Dryden Press.

Darno Harun. 2014. Manual Mutu. http://korwastjt.blogspot.co.id/2014/02/

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pendidikan dan Pelatihan: Penyusunan

Rencana Strategis Dalam Pengembangan Sekolah Dasar. Jakarta:

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Eris Kusnadi. 2011. Fishbone Diagram dan Langkah-langkah Pembuatannya.

https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/12/24/

Herry Naap. 2007. Perencanaan Pengembangan Sekolah. http://www.cityprocess

management.com

Imam Gozali: 2012. Implementasi Konsep TQM Dalam Pendidikan Melalui

Madrasah Model:Studi Pada MTsN Model di Brebes Jawa Tengah. Tesis.

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati, Cirebon.

Intan Noor Cahyanti, 2008. Pengaruh Capaian Program Subsidi Sekolah dan

Realisasi Rencana Pengembangan Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu

Pendidikan SMP se-Kabupaten Kendal. Tesis. Program Studi Manajemen

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

K.G. Durga Prasad, K.Venkata Subbaiah, G.Padmavathi.2012. Application of Six

Sigma Methodology in an Engineering Educational Institution.

International Journal of Emerging Sciences, 2 (2), 210-221, June 2012).

Page 113: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

105

Kusun Dahari. 2013. Konsep Penyelesaian Masalah. http://dahare.blogspot.co.id/

2013/02/

Marsh, J. A., J. F. Pane, and L. S. Hamilton, 2006. Making sense of data-driven

decision making in education. Santa Monica, Calif.: RAND.

Martiman Sarumaha. 2013. Implementasi Rencana Strategi (Renstra)

Pengembangan dan Pembangunan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP) Nias Selatan. http://www.academia.edu/5800318/

Strategic_planning

Masrifah. 2014. Evaluating yang dilakukan pada Lembaga PAUD Al-Falah

Darussalam Tropodo. http://azzahramasrifah.blogspot.co.id/2014/12/karya-

ilmiah-evaluating-manajemen-pnf.html

Mayang Puji Lestari. 2011. Sistem Informasi Manajemen 1: Keamanan Dan

Kontrol Sistem Informasi . http://blogtugass.blogspot.com

Metta Adnyana. 2014. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.

http://mettaadnyana. blogspot.co.id/2014/01/

Preus, 2003, Root Cause Analysis: Using Data to Dissolve Problems.

http://www.isbe.net/ spec-ed/conf/2010/pdf/session3_root.pdf.

Priyanti Rahayu. 2015. Kilas Balik Pendidikan di Indonesia. http://priyantia007.

blogspot.co.id/2015_06_01_archive.html

Puji Winarko. 2012. Materi Manajemen Pendidikan. http://duniaweb-

site.blogspot.co.id/ 2012/04/

Risma Hastuti. 2013. Model Asesmen Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sekolah

Negeri oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Sehubungan dengan

Standar Sarana dan Prasarana Dalam PP 19/2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan. https:// zukhrufarisma.wordpress.com/2013/ 04/09/

Roca, 2005. Collective Leadership Works, www.theinnovationcenter.org

Rukiah. 2011. Evaluasi Diri Sekolah dan Madrasah (EDS/M). https://didikduro.

wordpress.com/2011/04/06/

Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie

M.Hays, Arthur V. Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice

and Research Literature. Second World Conference on POM and 15th

Annual POM Conference, Cancun, Mexico, April 30 – May 3, 2004.

Shu San Gan, dkk. tth. Desain Eksperimen untuk Mengoptimalkan Proses

Pengecoran Saluran Keluar Teko. http://www.academia.edu/1071634/

Syamsul Bahri, 2014. Pengembangan Perencanaan Sekolah. http://atibilombok.

blogspot.co.id/2014/06/makalah-pengelolaan-pendidikan_25.html

Tarun Kanti Bose. 2012. Application of Fishbone Analysis for Evaluating Supply

Chain and Business Process-A Case Study on the St James Hospital.

International Journal of Managing Value and Supply Chains (IJMVSC)

Vol. 3, No. 2, June 2012.

Page 114: PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG IKAN UNTUK …

106

Tiann. 2012. Diagram Fishbone dari Ishikawa. https://tianno.wordpress.com/

2012/05/

Tri Sadono, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto. 2014. Strategi Untuk

Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri

Margolelo, Kandangan, Temanggung. Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan. ―Pengembangan Profesi Guru dan Dosen Melalui Penulisan

Jurnal Ilmiah Pendidikan‖ Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa

Tengah. Surakarta, 15 November 2014

-0-