PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN...

91
PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: Roma Rizky Elhadi NIM: 109048000074 KONSENTRASI KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435H/2014M

Transcript of PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN...

Page 1: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Roma Rizky Elhadi

NIM: 109048000074

KONSENTRASI KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435H/2014M

Page 2: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

i

PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Roma Rizky Elhadi

NIM. 109048000074

KONSENTRASI KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435H/2014M

Page 3: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul PENGGUNAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 23 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Hukum.

Jakarta, 23 Januari 2014

Page 4: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi satu

syarat memperoleh gelar strata I (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Januari 2014

Roma Rizky Elhadi

Page 5: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

iv

ABSTRAK

ROMA RIZKY ELHADI. NIM 109048000074. PENGGUNAAN HAK ANGKET

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PASCA AMANDEMEN UNDANG-

UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Program

Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Kelembagaan Negara, Fakulatas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1434 H/ 2013 M. xii +

80 halaman + hal lampiran. Penelitian ini menganalisi tentang penggunaan hak

angket Dewan Perwakilan Rakyat paska amandemen Undang-Undang Dasar 1945

dan untuk mengetahugaimana mekanisme penggunaan hak angket DPR dan

permasalahan dalam proses pelaksanaan hak angket itu sendiri. Peneletian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara ilmiah yakni dalam studi ilmu

hukum, dan secara praktis maupun akademis yakni sebagai masukan bagi penulis

maupun pihak-pihak yang memiliki keinginan untuk menganalisis kasus penggunaan

hak angket pasca amandemen undang-undang dasar 1945. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (library research) yang

bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum

yang ada dalam peraturan perundang-undangan, literature, pendapat ahli, makalah-

makalah. Dalam studi kepustakaan penulis menganalisis tentang landasan

pelaksanaaan hak angket DPR yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1954 dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009. Ketentuan mengenai tata

pelaksanaan hak angket yang terdapat di dalamnya saling bertentangan sehingga

sering terjadi ketidakkonsistenan dalam penerapannya. Tata cara pelaksanaan hak

angket juga diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPR RI, peneliti dalam hal ini

meneliti dasar hukum hak angket dan apa saja permasalahan yang terdapat dalam

proses pelaksanaan hak angket.

Kata Kunci : Hak Angket, Dewan Perwakilan rakyat, Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945.

Pembimbing : 1. Nur Habibi S.H.I., M.H

2. Nur Rohim Yunus L.L.M

Daftar Pustaka : Tahun 1950 s.d Tahun 2013

Page 6: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan Syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat, nikmat

serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PENGGUNAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PASCA

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada

junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia

dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini mungkin tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Nur Habibi SH.I, M.H dan Bapak Nur Rohim Yunus, L.LM. selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan

Page 7: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

vi

selama saya menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas waktu

dan pikiran yang telah diberikan untuk membimbing saya.

4. Bapak Abdurrauf L.c. selaku dosen pembimbing akademik, yang telah

memberikan bimbingan dan masukannya selama beberapa tahun kepada penulis.

Semoga apa yang telah bapak arahkan kepada penulis dapat bermanfaat dan

dibalas oleh Allah SWT.

5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan selama penulis menjadi mahsiswa Ilmu Hukum. Semoga ilmu yang

diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

6. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

staff Perpustakaan Universitas Indonesia, dan staff Humas DPR yang telah

memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan dan memberi data

guna menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Rushadi S.St., dan Ibunda Usu Suhernih

yang selalu mengirimkan doa dan mencurahkan kasih sayangnya, serta kakak

tercinta Febrian Hadinata S.St dan Adikku tercinta Habil Rahman yang selalu

memberikan semangat dan bantuan baik segi moril dan materil selama proses

menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis seperjuangan semasa kuliah di lingkungan kampus UIN

(Awak Zaki, Aryo, Abda, Tarikh, Iyan, Ruslan, Rhino, bang Mahmud, bang

Page 8: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

vii

Erwin). Kelas Ilmu Hukum B dan kelas Kelembagaan Negara angkatan 2009

(Jajang, Dani, Ratno, Kholil, Farhan, Arif, Fandi, Bowo, Saddam, Daus, Aldo,

Maul, Zaki, Gagat, Fina dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu). Terimakasih untuk kebersamaannya dalam suka dan

duka selama berada dalam studi Ilmu Hukum.

9. Sahabat-sahabat Alumni SMA Titian Teras angkatan XI ( Iryandi, Paulus Zega,

Suprayogi, Dodi Meyondri, Regi Refyunando, Bari Ariatma, Diky Kurniadi,

Didik Erwanto, Yoza Wiratama, Fariz Amar, Nugroho, Yunita Hasri dan teman-

teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu). Terimakasih untuk

kebersamaannya dalam suka maupun duka baik selama SMA hingga saat

menjalani perkuliahan selama beberapa tahun ini.

10. Sahabat-sahabat KKN KOMPAK UIN Jakarta 2012 (Cahya, Surya, Rizky,

Almam, Ivan, Jumhur, Erin, Aida, Ovi, Tika, Upi, Fikria, Lina, Thalita) yang

memberi warna selama proses kegiatan perkuliahan dan memberi semangat demi

kelancaran penulisan skripsi ini.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT

memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan kalian semua

(Amin).

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf yang

sebesar-besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini kurang

Page 9: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

viii

berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, 23 Januari 2014

Roma Rizky Elhadi

Page 10: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEBIMBING ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6

D. Metode Penelitian......................................................................... 8

E. Tinjaun (Review) Kajian Terdahulu ............................................ 11

F. Sistematika Penulisan .................................................................. 13

BAB II LANDASAN DAN MEKANISME HAK ANGKET DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ................ 15

A. Pengertian Hak Angket ................................................................ 15

B. Sebab Timbulnya Hak Angket ..................................................... 17

C. Landasan Hak Angket .................................................................. 19

D. Mekanisme Penggunaan Hak Angket .......................................... 23

Page 11: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

x

E. Landasan Teori ............................................................................. 29

BAB III HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA ............................................................... 37

A. Sejarah Dewan Perwakilan Rakyat .............................................. 37

B. Peran dan Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat ....................... 42

C. Hubungan Hak Angket dengan Dewan Perwakilan Rakyat......... 43

D. Penggunan Hak Angket dibeberapa Negara ................................. 46

E. Contoh Kasus Hak Angket Sebelum dan Sesudah

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 .................................................................. 52

BAB IV PENGGUNAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG

DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ...... 57

A. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat Pasca Amandemen UUD

Negara Republik Indonesia 1945 ................................................. 57

B. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Penggunaan Hak

Angket Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik

1945 Pasca Amandemen beserta Peraturan Perundang-

undangan Republik Indonesia ...................................................... 60

Page 12: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

xi

C. Permasalahan Dalam Penggunaan Hak Angket Sesudah

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 ............................................................................. 65

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 73

A. Kesimpulan................................................................................... 73

B. Saran ............................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

Page 13: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara konstitusional atau constitutional state, yaitu

negara yang dibatasai oleh konstitusi.1 Dalam empat ciri klasik negara hukum Eropa

Kontinental yang biasa disebut rechtsstaat, terdapat elemen pembatasan kekuasaan

sebagai salah satu ciri pokok negara hukum.2 Oleh karena itu menurut Montesquieu

dengan teori trias politica yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif, sehingga tidak ada

lagi yang dominan dalam menjalankan pemerintahan, seperti eksekutif dalam

menjalankan kebijakannya selalu dipantau oleh legislatif atau di Indonesia disebut

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Terdapat tiga fungsi utama DPR, ketiga fungsi utama tersebut adalah Fungsi

Legislasi, Fungsi Anggaran, dan Fungsi Pengawasan. Pada hakikatnya ketiga fungsi

DPR memiliki hubungan yang erat dan ketiga fungsi ini selalu bersentuhan dengan

fungsi yang lainnya, misalnya ketika DPR menghasilkan Undang-Undang yang

kemudian disetujui bersama dengan Presiden, maka DPR harus mengadakan

pengawasan terhadap pelaksanaan produk Undang-Undang oleh lembaga Eksekutif

yakni Presiden.

1 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, cet.II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),

h. 281.

2 Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia: 30 Tahun

Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945,cet.I, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1993), h. 281.

Page 14: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

2

Peranan DPR diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh berbagai unsur

DPR seperti anggota, pemimpin, fraksi, komisi, dan badan kelengkapan DPR secara

sendiri-sendiri atau secara bersama-sama yang dilakukan dalam rangka melaksanakan

fungsi badan tersebut. Dengan demikian, aktivitas unsur-unsur DPR yang bertujuan

melaksanakan fungsi perwakilan, perundang-undangan dan pengawasan, merupakan

kewenangan lembaga ini.

Pengawasan (controlling) yaitu suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin

agar penyelenggaraan negara sesuai dengan rencana. Jika dikaitkan hukum

pemerintahan, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan

untuk menjamin sikap pemerintah agar berjalan sesuai hukum yang berlaku.

Dikaitkan dengan hukum tata negara, pengawasan berarti suatu kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan negara oleh lembaga-

lembaga kenegaraan sesuai dengan hukum yang berlaku.3

Melalui pelaksanaan fungsi pengawasan, lembaga ini melindungi kepentingan

rakyat, Sebab melalui penggunaan kekuasaan yang dilandasi oleh fungsi ini, DPR

dapat mengoreksi semua kegiatan lembaga kenegaraan lainnya melalui pelaksanaan

berbagai hak DPR. Dengan demikian tindakan-tindakan yang dapat mengabaikan

kepentingan anggota masyarakat dapat diperbaiki.

Tolak ukur suatu kontrol politik (pengawasan) berupa nilai-nilai politik yang

dianggap ideal dan baik (ideologi) yang dijabarkan dalam kebijakan atau undang-

3Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia: 30 Tahun

Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, h. 285.

Page 15: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

3

undang. Tujuannya adalah meluruskan kebijakan atau pelaksanaan kebijakan yang

menyimpang dan memperbaiki yang keliru sehingga kebijakan dan pelaksananya

sejalan dengan tolak ukur tersebut. Fungsi kontrol merupakan konsekuensi logis

dalam sistem demokrasi dalam memperbaiki dirinya.4

Kegiatan pengawasan bukanlah tujuan dari suatu kegiatan pemerintah, akan

tetapi sebagai salah satu sarana untuk menjamin tercapainya tujuan. Dalam hukum

tata negara berarti menjamin segala sikap tindak lembaga-lembaga pemerintahan

(badan dan pejabat tata usaha negara) berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Mengenai fungsi pengawasan dan anggaran, bahwa pelaksanaan fungsi

anggaran oleh DPR tentunya secara bersama-sama menjalankan pula fungsi

pengawasan dimana di dalamnya harus terdapat sistem checks and balances. Selain

ketiga fungsi di atas, secara konstitusional DPR memiliki hak yang melekat

kepadanya. Dalam ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) dimana yang menjadi hak Dewan Perwakilan

Rakyat adalah Hak Interpelasi, Hak Angket, dan Hak Menyatakan Pendapat.5

Pada hakikatnya ketiga fungsi DPR memiliki hubungan yang erat dan ketiga

fungsi ini selalu bersentuhan dengan fungsi yang lainnya, misalnya ketika DPR

menghasilkan Undang-Undang yang kemudian disetujui bersama dengan Presiden,

maka DPR harus mengadakan pengawasan terhadap produk Undang-Undang oleh

4 Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, cet.II, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983), h. 82.

5 Indonesia, Pasal 20A ayat 2, Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945.

Page 16: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

4

lembaga Eksekutif yakni Presiden. Mengenai fungsi pengawasan dan anggaran,

bahwa pelaksanaan fungsi anggaran oleh DPR tentunya secara bersama-sama

menjalankan pula fungsi pengawasan dimana di dalamnya harus terdapat sistem

checks and balances.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya DPR menjalankan fungsinya dengan

menggunakan kewenangan yang dimilikinya, di dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dijelaskan tentang tugas-tugas DPR, yaitu

mengawasi jalannya kinerja pemerintahan dengan menggunakan hak maupun

kewajibannya.6 Salah satu hak yang dimiliki oleh DPR dalam menjalankan fungsinya

untuk mengawasi pemerintahan yaitu Hak Angket, atau hak anggota badan legislatif

untuk mengadakan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang penting dan

strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang

diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Sebelum UUD 1945 diamandemen belum dikenal adanya istilah hak angket,

istilah hak angket DPR baru mulai muncul setelah amandemen UUD 1945 yang ke-2.

Latar belakang munculnya hak angket pasal 20 A dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum dan setelah perubahan mengandung

beberapa prinsip yang memiliki perbedaan-perbedaan mendasar. Perubahan atas

sistem penyelenggaraan kekuasaan yang dilakukan melalui perubahan UUD 1945,

6 Max Boboy, DPR RI dalam Prespektif dan Sejarah dan Tata Negara, cet.I. (Jakata: Pustaka

Sinar Harapan, 1994), h.71

Page 17: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

5

adalah upaya untuk menutupi berbagai kelemahan yang terkandung dalam UUD 1945

sebelum perubahan yang dirasakan dalam praktek ketatanegaraan selama ini.

Karena itu arah perubahan yang dilakukan adalah antara lain mempertegas

beberapa prinsip penyelenggaraan kekuasaan negara sebelum perubahan yaitu prinsip

negara hukum (rechtsstaat) dan prinsip sistem konstitusional (constitutional system),

menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada dan membentuk beberapa

lembaga negara yang baru agar sesuai dengan sistem konstitusional dan prinsip-

prinsip negara berdasar atas hukum. Perubahan ini tidak merubah sistematika UUD

1945 sebelumnya untuk menjaga aspek kesejarahan dan orisinalitas dari UUD 1945.

Perubahan terutama ditujukan pada penyempurnaan pada sisi kedudukan dan

kewenangan masing-masing lembaga negara disesuaikan dengan perkembangan

negara demokrasi modern.7

Berkaitan dengan urgensi bagaimana penggunaan hak angket DPR pasca

amandemen UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam amandemen UUD

1945 yang pertama istilah hak angket belum dikenal, istilah hak angket baru mulai

muncul setelah amandemen UUD 1945 yang ke-2 yang disahkan pada tanggal 18

Agustus 2002. Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah diuraikan

diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi dengan judul:

“Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pasca

Amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945”

7 Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden. Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden

menurut UUD 1945, (Jakarta: Konstitusi. 2005), h. 4.

Page 18: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

6

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penulisan skripsi mengenai kewenangan DPR dalam fungsi

pengawasan yang hanya dalam lingkup hak angket DPR RI yang hanya

membatasi masalah pada penggunaan Hak Angket DPR RI pasca amandemen

UUD NRI 1945 berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang

MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan pada

penjelasan, maka terdapat tiga pokok permasalahan yang akan menjadi acuan

dalam pembahasan pada bab bab selanjutnya, yakni:

a. Bagaimana Kekuasaan DPR menurut UUD NRI Tahun 1945 ?

b. Bagaimana Kekuasaan DPR dalam Penggunaan Hak Angket Menurut Undang-

Undang Dasar Negara Republik 1945 beserta Undang-Undang Nomor 27 Tahun

2009?

c. Apa Saja Permasalahan dalam pelaksanaan hak angket sesudah amandemen

UUD 1945 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah seperti yang diuraikan diatas penelitian ini

bertujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Kekuasaan DPR menurut UUD NRI Tahun 1945.

Page 19: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

7

b. Untuk mengetahui Kekuasaan DPR dalam penggunaan Hak Angket oleh

DPR berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 dan UU Nomor 27 Tahun 2009

c. Untuk mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan hak angket sebelum dan

sesudah amandemen UUD 1945

Adapun Manfaat penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

1) Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan

merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut ke dalam bentuk tulisan.

2) Menerapkan teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan

menghubungkan dengan praktik di lapangan.

3) Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan di bidang hukum pada

umumnya maupun bidang ketatanegaraan pada khususnya yakni dengan

mempelajari literatur yang ada di kombinasikan dengan perkembangan

hukum yang timbul dalam masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Sebagai kajian lebih lanjut Penelitian ini bertujuan untuk menggali

sejauhmana pelaksanaan sistem demokrasi yang dimiliki Indonesia terhadap

pemerintahan diterapkan dalam penerapan kebijakan yaitu dalam pengunaan

hak angket DPR RI pasca amandemen UUD 1945. Kajian ini juga akan

Page 20: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

8

menambah khasanah keilmuan yang menyangkut tentang konsep kekuasaan

legislatif dalam tata hukum di Indonesia.

D. Metode Penelitian

Ada beberapa hal yang terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitian

skripsi ini, yakni :

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu pada norma

hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan keputusan

pengadilan serta norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang

menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat,8 karena titik tekannya adalah

pada peraturan perundang-undangan serta peraturan lainnya yang terkait dengan

penggunaan hak angket DPR RI pasca amandemen UUD 1945.

2. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yaitu Yuridis Normatif,

maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan

(statute approach), dan Pendekatan Konsep (conceptual approach). Pendekatan

8 Soerdjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di Dalam

Penelitian Hukum, (Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia, 1979), h. 18.

Page 21: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

9

Konsep digunakan untuk memahami konsep-konsep yang dikemukakan para

ahli hukum dalam pendapatnya.9

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi

perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim10

. Bahan Hukum primer

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari UUD NRI Tahun 1945,

UUD 1945 (Sebelum Amandemen), UU Nomor 27 Tahun 2009 Tentang

MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dan peraturan perundang-undangan lain yang

berkaitan dengan penggunaan hak angket DPR RI pasca amandemen UUD

1945.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari buku-buku yang berkenaan dengan Hukum Tata Negara, buku-buku

hukum lainnya, Skripsi hukum tata negara, Tesis hukum tata negara,

9 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi,

(Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum, 2012), h. 23.

10

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. cet.VI, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 141.

Page 22: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

10

Disertasi hukum tata negara, dan Jurnal ataupun materi-materi mengenai

hukum yang mendukung kepada proses penelitian ini.

c. Bahan non-hukum

Merupakan bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan

bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus

Hukum, Ensiklopedia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan lain-lain.

4. Pengumpulan Data

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun sumber non-hukum

yang telah didapatkan itu kemudian dikumpulkan berdasarkan rumusan masalah

dan diklasifikasikan menurut sumber hierarkinya.

5. Analisis Data

Karena pendekatan data utama penelitian ini adalah normatif, maka akan

dilakukan dengan analisis isi (Content Analisis). Teknik analisis ini diawali

dengan mengkompilasi berbagai dokumen termasuk pertauran perundang-

undangan ataupun referensi-referensi Hukum yang berkaitan dengan hak angket

DPR. Kemudian dari hasil tersebut, selanjutnya dikaji isi (content), baik terkait

kata-kata (word), makna (meaning), simbol, ide, tema-tema dan berbagai pesan

lainnya yang dimaksudkan dalam isi Undang-undang tersebut.

Secara detail langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis

tersebut adalah; Pertama, semua bahan hukum yang diperoleh melalui normatif

disistematisir dan diklasifikasikan menurut masing-masing objek bahasannya.

Kedua, setelah disistematisir dan diklasifikasikan kemudian dilakukan eksplikasi,

Page 23: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

11

yakni diuraikan dan dijelaskan sesuai objek yang diteliti berdasarkan teori.

Ketiga, bahan yang telah dilakukan evaluasi, yakni dinilai dengan menggunakan

ukuran ketentuan hukum yang berlaku.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”

E. Tinjaun (review) Studi Terdahulu

Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan

dengan penelitian yang dijalankan sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda.

Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber kajian lain yang lebih

dahulu membahas terkait Hak Angket , diantaranya adalah:

No Nama Penulis/ Judul

skripsi, jurnal / Tahun.

Substansi Perbedaan dengan

Penulis

1. Randhika Oktaviano

/Penorobasan Rahasia

Bank oleh Panitia

Khusus Bank Century,

Skripsi UI 2010

- Dalam skripsi ini

menjelaskan tentang

fokus terhadap ivestigasi

bank century oleh panitia

angket DPR

Penulis menulis skripsi

tidak terfokus terhadap

investigasi terhadap bank

century, namun

menjelaskan penggunaan

Page 24: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

12

hak angket secara umum

pasca amandemen UUD

NRI 1945

2. Lesmana /Hak Angket

sebagai hak DPR:

Mekanisme dan

Implikasinya Terhadap

Kemungkinan

Pemakzulan, UI skripsi

2010

- Skripsi ini Mejelaskan

tentang hak angket

terhadap kemungkinan

terjadinya pemakzulan.

Penulis menulis skripsi

tentang hak angket tidak

hanya fokus terkait

proses pemakzulan,

namun menjelaskan

proses terhadap eksekutif

baik itu presiden dan

jajarannya baik menteri-

menteri dan

penyelenggara negara

yang diduga melanggar

peraturan perundang-

undangan mengenai

kebijakan yang strategis.

3 Meri Yarni,SH.MH dan

Yetniwati, SH.MH/

Pelaksanaan Hak

Angket Dewan

- Jurnal ini menjelaskan

penyebab dan

pelaksanaan hak angket

DPRD di Kota Jambi

Penulis menulis skripsi

tentang penggunaan hak

angket dalam lingkup

nasional bukan dalam

Page 25: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

13

Perwakilan Rakyat

Daerah Kota Jambi

Jurnal Ilmu Hukum

Universitas Jambi ,2009

lingkup provinsi atau

kota. Sehingga dasar

hukum dan mekanisme

penggunaan hak angket

sudah pasti berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-

masing bab terdiri dari atas beberapa sub bab guna lebih memperjelas ruang lingkup

dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing-masing

bab serta pokok pembahasannya adalah sebagai berikut.

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang memuat: latar belakang masalah,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu dan sistematika

penelitian.

BAB II Pada bab ini dibahas tentang hak angket dan kekuasaan Legislatif di

Indonesia yang terdiri dari pengertian hak angket, sebab timbulnya hak

angket, landasan hak angket, mekanisme penggunaan hak angket dan

landasan teori.

Page 26: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

14

BAB III Bab ini membahas mengenai hak angket DPR yang terdiri dari sejarah

DPR, peran dan wewenang DPR, hubungan hak angket dangan DPR,

penggunaan hak angket dibeberapa negara, dan Contoh Kasus Hak

Angket Sebelum dan Sesudah Amandemen Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB IV Bab ini menjelaskan Penggunaan Hak Angket Pasca Amandemen

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri

dari Kekuasaan DPR RI Pasca amandemen UUD 1945, Kekuasaan

Dewan Perwakilan Rakyat dalam Penggunaan Hak Angket Menurut Undang-

Undang Dasar Negara Republik 1945 beserta Undang-Undang Nomor 27

Tahun 2009, Permasalahan dalam pelaksanaan hak angket sebelum

dan sesudah amandemen UUD 1945

BAB V Bab ini merupakan penutup dari pembahasan skripsi ini. Yang terdiri

kesimpulan dan saran, yang menjadi penutup dari skripsi ini.

Page 27: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

15

BAB II

LANDASAN DAN MEKANISME HAK ANGKET

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

A. Pengertian Hak Angket

Pengertian angket di dalam Black Law Dictionary yaitu enquete yang artinya

sebagai berikut:

“An examination of witnesses (take down a writing) by or before an authorized

judge for the purpose of gathering testimony to be used in trial.”11

Sehingga pengertian angket dalam kamus Black Law dapat diartikan sebagai sebuah

penyelidikan kepada para saksi (secara tertulis) baik sesudah atau sebelum disahkan

oleh hakim dengan tujuan dikumpulkannya kesaksian untuk digunakan di pengadilan.

Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) angket adalah

Penyelidikan oleh lembaga perwakilan rakyat terhadap kegiatan pemerintah.12

Hak angket sendiri pertama kali dikenal di Inggris pada pertengahan abad ke

XIV dan bermula dari right to investigate and chastice the abuses of administration

(hak untuk menyelidiki dan menghukum penyelewengan-penyelewengan dalam

administrasi pemerintahan) yang kemudian disebut right of impeachment (hak untuk

menuntut seorang pejabat karena melakukan pelanggaran jabatan). Hak ini pertama

kali digunakan oleh parlemen Inggris pada tahun 1376 yang mengakibatkan

11

Brian A Garner, Black Law Dictionary, Ninth Edition, ( West Group, 2009), h. 610.

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.4 (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2005), h. 69.

Page 28: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

16

pemecatan beberapa pejabat istana karena melakukan penyelewengan keuangan.

Sekarang hak angket di Inggris dilakukan oleh sebuah komisi khusus yang bertugas

menyelidiki kegiatan pemerintah dan administrasi.13

Pengertian dan ketentuan mengenai hak angket secara eksplisit diatur dalam

ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 Pasal 70 Tentang Perubahan

Konstitusi Republik Indonesia Serikat Menjadi Undang-Undang Dasar Sementara

Republik Indonesia, sebagai berikut:

“Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak menyelidiki (enquete), menurut

aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang,”14

Sehingga pengertian Hak Angket sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

adalah hak menyelidiki yang dimiliki oleh DPR, yang untuk selanjutnya pengertian

Hak Angket dapat dilihat pada bagian konsiderans (Menimbang) pada Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1954, sebagai berikut:

“bahwa hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengadakan penyelidikan

(angket) perlu diatur dengan undang-undang”

Selanjutnya pengertian dan ketentuan tentang Hak Angket, ditentukan kembali

pada pasal 20 A ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen,

sebagai berikut:

1. Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan

fungsi pengawasan.

13

Arifin Sari Surunganlan Tambunan, Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Menurut UUD 1945, Suatu Studi Analisis Mengenai Pengaturannya Tahun 1966-1997, (Jakarta:

Sekolah Tinggi Hukum Militer, 1998), h. 158.

14

Republik Indonesia, Pasal 70, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950.

Page 29: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

17

2. Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal

lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai

hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

Untuk selengkapnya pengertian Hak Angket dapat dilihat pada Bagian

Penjelasan Pasal 27 huruf b Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang susunan

dan kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang menyatakan

sebagai berikut:

“ Hak Angket adalah Hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada

kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan”.15

B. Sebab Timbulnya Hak Angket

Secara normatif, hak Angket diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun

1954 tentang penetapan Hak Angket DPR yang dibuat berdasarkan UUD Sementara

1950 pada masa Demokrasi Parlementer. Kemudian dipertegas dalam pasal 27 huruf

b UU Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan

DPRD yang mengatur bahwa hak Angket merupakan hak DPR untuk menyelidiki

kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada

kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

15

Republik Indonesia, Pasal 27 huruf b. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Undang-

Undang tentang Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat.

Page 30: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

18

Di dalam Undang-Undang tentang penetapan hak angket tidak menjelaskan

mengenai apa saja yang menjadi alasan untuk memunculkan hak angket. Dalam

ketentuan tersebut ditegaskan bahwa hak angket adalah hak DPR untuk melakukan

penyelidikan terhadap pelaksanaan Undang-Undang dan/atau kebijakan pemerintah.

Dengan demikian hak angket dikenakan pada kebijakan pemerintah atau pelaksanaan

Undang-Undang oleh pemerintah.16

Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 ini membatasinya dengan

menambahkan ketentuan bahwa kebijakan atau pelaksanaan Undang-Undang yang

dilakukan memiliki hubungan ataupun keterkaitan penting, strategis dan berdampak

luas pada kehidupan masyarakat. Kemudian terdapat kemungkinan terjadinya

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, yang terakhir ini menjadi

ketentuan yang membedakan antara hak angket dengan hak-hak yang dimiliki oleh

DPR.

Hal yang menjadi permasalahan mengenai alasan yang memungkinkan

diadakannya hak angket adalah mengenai syarat kebijakan ataupun pelaksanaan

perundang-undangan tersebut berkaitan dengan hal penting, strategis dan berdampak

luas. Tidak ada batasan mengenai seberapa penting kebijakan tersebut, mengenai

tolak ukur yang rigid mengenai dapat tidaknya suatu kebijakan dapat dikenakan hak

angket. Hal yang dapat dijadikan pegangan mengenai alasan untuk mengajukan hak

angket ini adalah:

1. Bila kebijakan tersebut bersentuhan langsung dengan rakyat.

16

Republik Indonesia, Pasal 77 ayat 3, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

Page 31: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

19

2. Bila kebijakan ataupun pelaksanaan Undang-Undang tersebut diduga

melanggar Undang-Undang.

C. Landasan Hak Angket

1. Landasan Filosofis

Zaman Yunani Kuno, Plato dan Aristoteles yakin, dan keyakinan mereka

sejalan dengan tradisi Yunani, bahwa hukum dan perundangan (nomos dan nomoi)

sangatlah penting untuk menata polis. Sejalan dengan keyakinan tersebut, didapati

bahwa tatanan atau bangunan politik yang baik selalu berupa aturan hukum, yakni

peraturan yang sesuai dengan hukum, yang akhirnya dapat membawa keadilan di

dalam masyarakat.17

Menurut John Locke hukum membuktikan bahwa hak rakyat untuk

menyusun aturan bersifat primer. Karena tidak ada manusia yang memiliki kuasa

untuk memasrahkan pelestarian diri, kepada kehendak absolut dan dominasi pihak

lain yang sewenang-wenang, maka bila orang yang hendak membawa pada

kondisi perbudakan maka berhak menolak. Dengan demikian masyarakat bisa

dikatakan sebagai penguasa tertinggi yang tidak berada di bawah bentuk

pemerintahan apapun.18

Walaupun hak angket tidak disebutkan secara jelas, namun sistem aturan

yang ada pada saat itu telah ada dalam pengaturan hubungan antara rakyat dengan

17

Carl Joachim Friedridh, Filsafat Hukum, (The University of Chicago Press, 1969), h. 17.

18

Carl Joachim Friedrich, Constitutional Government and Democracy, 1950 (especcially chap.I

and the literature given there, h. 129.

Page 32: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

20

penguasa. Seperti halnya apabila terjadi penyelewengan kekuasaan, maka rakyat

dapat melawan atau menghukum atau mendelegasikan terhadap perwakilannya.

Maka sama halnya dengan hak angket yang tujuan awalnya sama yaitu untuk

mengawasi bagaimana jalannya pemerintahan agar tidak terjadi pelanggaran, yang

pada akhirnya sesuai dengan sila ke Lima Pancasila “Keadilan Sosial bagi Seluruh

Rakyat Indonesia”

2. Landasan Sosiologis

Pengawasan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar

penyelenggara negara sesuai dengan rencana. Jika dikaitkan dengan hukum tata

negara, pengawasan berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin

terlaksananya penyelenggaraan negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan sesuai

dengan hukum yang berlaku.19

Berangkat dari banyaknya kasus yang merugikan masyarakat langsung yang

dikarenakan kebijakan pemerintah. Seperti kasus century banyak nasabah yang

harus kehilangan uangnya karena kesalahan Bank Century dan kebijakan negara

yang hingga kini tidak kunjung selesai. Maka dari itu dibentuklah hak angket

untuk menyelidiki kasus tersebut agar kasus tersebut dapat terungkap dan kerugian

nasabah Bank Century dapat dikembalikan secepatnya.

Bentuk pengawasan hak angket di lakukan karena di lapangan pengawasan

terhadap jalannya pemerintahan sulit dilakukan karena kepolisian maupun

19

Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia: 30

Tahun Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, h. 285.

Page 33: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

21

kejaksaan masih merupakan bagian dari eksekutif, disaat para penyidik baik itu

polisi atau kejaksaan tidak bisa berjalan maksimal maka DPR dapat menjalankan

fungsinya dengan menggunakan hak angket. Maka dari itu Legislatif di samping

pengawasan dapat menyelidiki apabila terdapat pelanggaran dalam kinerja

pemerintah.

3. Landasan Hukum

Mengenai pengaturan dan dasar hukum hak angket terbagi dalam beberapa

peraturan Perundang-Undangan yakni:

a. Konstitusi Indonesia

Dasar hukum mengenai pengaturan hak angket dalam Konstitusi dapat

ditemui dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat pasal 121 yang berbunyi

“Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak menyelidiki (enquete), menurut

aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang Federal”.20

Undang-

Undang Dasar Sementara 1950 pasal 79 dinyatakan secara jelas bahwa “Dewan

Perwakilan Rakyat mempunyai hak menyelidiki (enquete), menurut aturan-

aturan yang ditetapkan oleh Undang-Undang”.

Dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hak

angket secara jelas tercantum pada Pasal 20A ayat (2) dimana berbunyi” dalam

20

Republik Indonesia, Pasal 121, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950, Republik Indonesia

Serikat.

Page 34: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

22

melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-

Undang Dasar ini, Dewan Perwakian Rakyat mempunyai hak angket”.21

b. Undang-Undang

Undang-Undang yang mengatur secara khusus mengenai hak angket

adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954 Tentang Hak Angket, Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1955, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975,

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1975, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1985,

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999, Undang-Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2003, dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,

DPD, dan DPRD.

c. Peraturan di bawah Undang-Undang

Hak angket atau hak untuk menyelidiki telah dikenal oleh lembaga

legislasi saat kekuasaan legislasi di bawah komite nasional pusat dan badan

pekerja komite nasional pusat. Hal ini dapat ditemukan pada peraturan Tata

Tertib Badan Pekerja Komite Nasional Pusat.22

Pengaturan mengenai hak angket juga dapat ditemukan dalam peraturan

Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib DPR.

Dalam peraturan ini hak angket salah satunya diatur dalam pasal 161 dimana

dikatakan bahwa DPR memiliki hak interpelasi, Angket, dan Menyatakan

21

Republik Indonesia, Pasal 20 A ayat (2), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

22

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, Himpunan peraturan tata tertib

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 1945-1971, (BP.KNIP-DPR Pemilu II), h. 19.

Page 35: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

23

Pendapat. Dalam peraturan tata tertib ini juga dijelaskan bagaimana proses hak

angket itu dilaksanakan.

D. Mekanisme Penggunaan Hak Angket

Mekanisme penggunaan Hak Angket DPR merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari struktur lembaga DPR. Adapun struktur lembaga DPR diatur dalam

UU No.27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan berdasarkan

peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib disebutkan tata cara

pelaksanaan Hak Angket.

Jika dilihat dari pengaturan hak angket maka pada intinya hak angket adalah

hak untuk menyelidiki. Dalam ketentuan KUHAP (Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana) Pasal 1 angka 5 mengatakan bahwa

“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan Penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang”,

M. Karjadi dan R. Soesilo menambahkan bahwa Penyelidikan adalah tindakan-

tindakan yang disebutkan dalam pasal 5 yaitu:23

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana;

2. Mencari keterangan dan barang bukti;

3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri;

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab;

5. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan

penyitaan;

6. Pemeriksaan dan penyitaan surat;

23

M.Karjadi dan R. Soesilo, KUHAP dengan Penjelasan resmi dan Komentar.cet.III, (Politeia:

Bogor, 1997) h. 94.

Page 36: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

24

7. Mengambil sidik jari dan memotret orang; dan

8. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

Pengertian menyelidiki yang dimaksud dengan hak angket memang tidak dapat

disamakan secara keseluruhan dengan penyelidikan dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana. Hal mengenai tindakan paksa seperti penangkapan, menyuruh

berhenti, mengambil sidik jari, dan memotret orang dan membawa dan

menghadapkan seorang pada penyidik tentunya DPR tidak berwenang untuk

melakukannya. Meskipun demikian dalam menyelenggarakan hak angket terdapat

beberapa hak dan kewenangan yang dapat dilakukan oleh DPR dalam melakukan

penyelidikan yaitu:

1. Meminta keterangan pada pemerintah, badan hukum, organisasi profesi,

saksi, pakar dan/atau pihak terkait;24

a. Saksi dapat merupakan warga negara Indonesia maupun Warga Negara

Asing yang ada di Indonesia;25

b. Mendapatkan keterangan dari saksi atau Ahli yang berada diluar negeri

melalui pertanyaan secara tertulis kepada menteri yang bersangkutan

yang membantu dipenuhinya pertanyaan-pertanyaan itu dengan

perantara perwakilan Indonesia di luar negeri;26

c. Dalam melakukan pemanggilan DPR dapat melakukannya secara

tertulis;27

2. Melakukan sumpah pada saksi atau ahli yang berumur 16 tahun;28

3. Melakukan penuntutan pada saksi atau ahli ang lalai, melalui Kejaksaan

Pengadilan Negeri;29

24

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Pasal 179 jo ayat (1) Peraturan

DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata tertib.

25

Republik Indonesia, Pasal 180, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

26

Republik Indonesia, Pasal 24, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954.

27

Republik Indonesia, Pasal 4, tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat.

28

RepublikIndonesia, Pasal 8 ayat (1), Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat.

Page 37: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

25

4. Memaksa saksi atau ahli untuk datang memenuhi panggilan dengan bantuan

Kepolisian atau Kejaksaan;30

5. Melakukan penahanan kepada saksi atau ahli yang membangkang melalui

ketua Pengadilan Negeri;31

6. Memeriksa surat-surat yang disimpan oleh pegawai kementrian;32

7. Melakukan penyitaan dan atau menyalin surat kecuali berisi rahasia negara

melalui Pengadilan Negeri.33

Ketentuan mengenai hal apa yang menjadi objek penyelidikan dapat ditemukan pada

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (3) “Hak angket sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan

terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang

berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.” Dengan demikian jelas yang menjadi objek dari penyelidikan

yang dilakukan oleh DPR adalah kebijakan atau pelaksanaan Undang-Undang oleh

pemerintah.

Dalam bagian umum pasal 161 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009

disebutkan hak-hak yang di miliki oleh DPR yaitu:

a. Hak interpelasi ;

b. Hak angket; dan

29

Republik Indonesia, Pasal 10, Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat.

30

Republik Indonesia, Pasal 180 ayat (3), Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Indonesia,

jo Pasal 169 ayat (6) Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib.

31

Republik Indonesia, Pasal 1 ayat (2), Undang-Undang Nomor 6 tahun 1954 tentang Hak

Angket.

32

Republik Indonesia, Pasal 18, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1954.

33

Republik Indonesia, Pasal 19, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1954.

Page 38: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

26

c. Hak menyatakan pendapat.34

Sedangkan tata cara pelaksanaan hak angket tercantum dalam pasal 166 sampai

dengan pasal 170 yaitu:

1. Hak angket diusulkan oleh paling sedikit dua puluh lima orang anggota dan

lebih dari satu fraksi.

2. Pengusulan hak angket disertai dengan dokumen yang materi kebijakan

dan/atau pelaksanaan undang-undang yang akan diselidiki; dan alasan

penyelidikan.35

3. Usul hak angket disampaikan, diumumkan oleh pimpinan DPR dalam rapat

paripurna dan dibagikan kepada seluruh anggota.

4. Badan Musyawarah membahas dan menjadwalkan rapat paripurna atas usul

hak angket dan dapat memberikan kesempatan kepada pengusul untuk

memberikan penjelasaan atas usul hak angket secara ringkas.

5. Selama usul hak angket belum disetujui oleh rapat paripurna, pengusul

berhak mengadakan perubahan dan menarik usulnya kembali.

6. Perubahan atau penarikan kembali harus ditandatangani oleh semua

pengusul dan disampaikan kepada pimpinan DPR secara tertulis dan

pimpinan membagikan kepada seluruh anggota

7. Dalam hal jumlah penandatangan usul hak angket yang belum memasuki

Pembicaraan Tingkat I menjadi kurang dari jumlah, harus diadakan

penambahan penandatangan sehingga jumlahnya mencukupi.

8. Dalam hal terjadi pengunduran diri penandatangan usul hak angket

sebelum dan pada saat rapat paripurna yang telah dijadwalkan oleh Badan

Musyawarah, yang berakibat terhadap jumlah penandatangan tidak

mencukupi, Ketua rapat paripurna mengumumkan pengunduran diri

tersebut dan acara rapat paripurna untuk itu dapat ditunda dan/atau

dilanjutkan setelah jumlah penandatangan mencukupi.

9. Apabila sebelum dan/atau pada saat rapat paripurna terdapat anggota yang

menyatakan ikut sebagai pengusul angket dengan membubuhkan

tandatangan pada lembar pengusul, Ketua rapat paripurna mengumumkan

hal tersebut dan rapat paripurna tetap dapat dilanjutkan.

10. Apabila sampai dua kali masa persidangan jumlah penandatangan yang

dimaksud tidak terpenuhi, usul tersebut menjadi gugur.36

34

Republik Indonesia, Pasal 161, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

35

Republik Indonesia, Pasal 177, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, jo Pasal 166

Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib

. 36

Republik Indonesia, Pasal 167, Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009.

Page 39: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

27

11. Dalam hal rapat paripurna memutuskan untuk menyetujui usul mengadakan

angket, DPR membentuk panitia khusus yang dinamakan panitia angket.

12. Keputusan DPR untuk mengadakan angket mencakup juga penentuan biaya

panitia angket.

13. Keputusan DPR disampaikan kepada Presiden dan diumumkan dalam

Berita Negara.

14. Dalam melaksanakan hak angket, panitia khusus berhak meminta pejabat

negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk

memberikan keterangan.

15. Panitia khusus meminta kehadiran pejabat negara, pejabat pemerintah,

badan hukum, atau warga masyarakat secara tertulis dalam jangka waktu

yang cukup dengan menyebutkan maksud permintaan tersebut dan jadwal

pelaksanaannya.

16. Pihak yang hadir untuk memberikan keterangan, termasuk menunjukkan

dan/atau menyerahkan segala dokumen yang diperlukan kepada panitia

khusus.

17. Panitia khusus dapat menunda pelaksanaan rapat akibat ketidakhadiran

pihak karena suatu alasan yang dapat diterima.

18. Apabila pihak yang dipanggil tidak hadir tanpa alasan yang dapat diterima

atau menolak hadir, panitia khusus dapat meminta sekali lagi kehadiran

yang bersangkutan pada jadwal yang ditentukan.

19. Apabila pihak tersebut tidak memenuhi permintaan kehadiran yang kedua

tanpa alasan yang dapat diterima atau menolak hadir, bagi yang

bersangkutan dikenai panggilan paksa oleh aparat yang berwajib yaitu

kepolisian atau kejaksaan atas permintaan panitia khusus, yang

bersangkutan dapat disandera lima belas hari oleh aparat yang berwajib,

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.37

20. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, panitia angket menyampaikan

laporan dalam rapat paripurna, kemudian laporan tersebut dibagikan

kepada seluruh anggota.

21. Pengambilan keputusan tentang laporan panitia angket, didahului dengan

laporan hasil panitia angket dan pendapat akhir fraksi, kemudian keputusan

tersebut disampaikan kepada Presiden.

22. DPR dapat menindaklanjuti keputusan sesuai dengan kewenangan DPR

menurut peraturan perundang-undangan.38

37

Republik Indonesia, Pasal 169, Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009.

38

Republik Indonesia, Pasal 170, Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009.

Page 40: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

28

Dalam melaksanakan hak angket, maka dibentuklah panitia khusus hak angket.

Panitia khusus ini dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 pasal 136

sampai pasal 141. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Panitia khusus dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR

yang bersifat sementara.39

2. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan panitia khusus berdasarkan

perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.

3. Jumlah anggota panitia khusus ditetapkan oleh rapat paripurna paling

banyak tiga puluh orang.40

4. Pimpinan panitia khusus merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat

kolektif dan kolegial.

5. Pimpinan panitia khusus terdiri atas satu orang ketua dan paling banyak tiga

orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota panitia khusus

berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan

memperhatikan memperhatikan jumlah panitia khusus yang ada serta

keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap

fraksi.

6. Pemilihan pimpinan panitia khusus dilakukan dalam rapat panitia khusus

yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan

keanggotaan panitia khusus.41

7. Panitia khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu

tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna.

8. Panitia khusus bertanggung jawab kepada DPR.

9. Panitia khusus dibubarkan oleh DPR setelah jangka waktu penugasannya

berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai.

10. Rapat paripurna menetapkan tindak lanjut hasil kerja panitia khusus.42

11. Panitia khusus menggunakan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai

dengan kebutuhan yang diajukan kepada pimpinan DPR.43

39

Republik Indonesia, Pasal 136, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

40

Republik Indonesia, Pasal 137. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

41

Republik Indonesia, Pasal 138, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

42

Republik Indonesia, Pasal 139, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

43

Republik Indonesia, Pasal 140, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

Page 41: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

29

12. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas,

wewenang dan mekanisme kerja panitia khusus diatur dengan peraturan

DPR tentang tata tertib.44

E. Landasan Teori

1. Teori Lembaga Negara

Ketentuan UUD 1945 hasil amandemen sama sekali tidak terdapat

ketentuan hukum yang mengatur tentang definisi “Lembaga Negara”, sehingga

banyak pemikir hukum Indonesia yang melakukan penemuan hukum untuk

mendefinisikan dan mengklasifikasikan konsep Lembaga Negara.

Pengertian di atas juga memberi contoh frasa yang menggunakan kata

lembaga, yaitu lembaga pemerintah yang diartikan sebagai badan-badan

pemerintahan dalam lingkungan eksekutif.45

Secara definitif, Lembaga Negara

adalah institusi-institusi yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi-fungsi

negara.46

Has Natabaya dalam Ernawati Munir mengatakan bahwa istilah badan,

organ, atau lembaga mempunyai makna yang esensinya kurang lebih sama.

Ketiganya dapat digunakan untuk menyebutkan suatu organisasi yang tugas dan

fungsinya menyelenggarakan pemerintahan negara. Namun demikian perlu

44

Republik Indonesia, Pasal 137. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

45

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 905.

46

Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara, cet.I, edisi revisi, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2000), h.241.

Page 42: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

30

ditekankan adanya konsistensi penggunaan istilah agar tidak digunakan dua

istilah untuk maksud yang sama.

Secara sederhana istilah Organ Negara atau Lembaga Negara dapat

dibedakan dari perkataan Organ atau Lembaga Swasta, atau yang biasa disebut

Ornop atau Organisasi Nonpemerintah. Oleh sebab itu, lembaga apa saja yang

dibentuk bukan sebagai lembaga masyarakat dapat disebut sebagai Lembaga

Negara. Lembaga Negara itu dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif,

yudikatif, ataupun yang bersifat campuran.47

Dari segi kelembagaannya, menurut ketentuan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pasca Perubahan Keempat (Tahun 2002), dalam struktur

kelembagaan Republik Indonesia terdapat delapan buah organ negara yang

mempunyai kedudukan sederajat yang secara langsung menerima kewenangan

konstitusional dari UUD

Delapan lembaga negara tersebut dibagi atas 4 kekuasaan dan satu

Lembaga Negara Bantu sebagai berikut: Pertama, Kekuasaan Legislatif, yaitu:

Majelis Permusyawaratan Rakyat yang tersusun atas: Dewan Perwakilan Rakyat

dan Dewan Perwakilan Daerah; Kedua, Kekuasaan Eksekutif, yaitu: Presiden dan

47

Jimly Asshidiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, cet.I,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h.27.

Page 43: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

31

Wakil Presiden; Ketiga, Kekuasaan Yudisial, meliputi: Mahkamah Agung dan

Mahkamah Konstitusi.48

Kekuasaan terakhir adalah di bidang Eksaminatif (Inspektif), yaitu: Badan

Pemeriksa Keuangan. Lembaga Negara Bantu (the state auxiliary body), yaitu

Komisi Yudisial. Di samping kedelapan lembaga tersebut, terdapat pula beberapa

lembaga atau institusi yang diatur kewenangannya dalam UUD, yaitu: (1)

Tentara Nasional Indonesia, (2) Kepolisian Negara Republik Indonesia, (3)

Pemerintah Daerah, dan (4) Partai Politik. 49

Selain itu, ada pula lembaga yang tidak disebut namanya, tetapi disebut

fungsinya, namun kewenangannya dinyatakan akan diatur dengan undang-

undang, yaitu: (1) bank sentral yang tidak disebut namanya “Bank Indonesia”,

dan (2) Komisi Pemilihan Umum yang juga bukan nama karena ditulis dengan

huruf kecil.50

Oleh karena itu, dapat dibedakan dengan tegas antara kewenangan organ

negara berdasarkan perintah Undang-Undang dan kewenangan organ negara

yang hanya berdasarkan perintah Undang-Undang, bahkan dalam kenyataan ada

pula lembaga atau organ yang kewenangannya berasal dari atau bersumber dari

Keputusan Presiden belaka.

48

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, cet.I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),

h.151.

49

Titik Triwulan Tutik, Konstitusi Hukum Tata Negara Indonesia Pasaca Amandemen UUD

1945, cet.I, (Jakarta: Kencana, 2010), h.176.

50

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, h.151.

Page 44: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

32

Lembaga Negara yang diatur dan dibentuk oleh Undang-Undang Dasar

merupakan organ konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan Undang-

Undang merupakan organ Undang-Undang, sementara yang hanya dibentuk

karena Keputusan Presiden tentunya lebih rendah lagi tingkatan dan derajat

perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk di dalamnya.51

2. Teori Lembaga Perwakilan

Lembaga perwakilan adalah cara yang sangat praktis untuk memungkinkan

anggota masyarakat menerapkan pengaruhnya terhadap orang-orang yang

menjalankan tugas kenegaraannya. Teori lembaga perwakilan muncul karena

asas demokrasi langsung, menurut Rousseau tidak mungkin lagi dapat

dijalankan, disebabkan bertambahnya penduduk, luasnya wilayah negara, dan

bertambah rumitnya urusan kenegaraan.52

Adanya penyerahan kekuasaan rakyat pada Caesar yang secara mutlak

diletakkan pada Lex Regia menurut orang Romawi dapat dianggap Caesar itu

sebagai suatu perwakilan. Pada abad menengah mulai nyata timbul lembaga

perwakilan yaitu pada saat sistem monarki feodal yang memungkinkan para

feodal menguasai tanah dan orang di atas tanah tersebut. Dalam teorinya ada

beberapa macam dari lembaga perwakilan:

a. Teori Mandat

51

Jimly Asshidiqie, Perkembangan dan Konsolidasi, h.60.

52

Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Cet: VII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 143.

Page 45: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

33

Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mendapat

mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Ajaran ini muncul di

Perancis sebelum revolusi dan dipelopori oleh Rousseau dan diperkuat oleh

Petion. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka teori mandat inipun terus

menyesuaikan diri sesuai dengan kebutuhan zamannya.

b. Teori Organ

Teori organ muncul melalui pemikiran Von Gierke, menurut teori ini

negara merupakan suatu organisme yang mempunyai alat-alat

perlengkapannya seperti Eksekutif, Parlemen, dan mempunyai rakyat yang

kesemuanya mempunyai fungsi masing-masing dan saling ketergantungan

satu sama lain. Maka sesudah rakyat memilih Lembaga Perwakilan mereka

tidak perlu lagi mencampuri lembaga tersebut dan lembaga ini bebas

berfungsi sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang

Dasar.

c. Sifat Perwakilan

Umumnya perwakilan mempunyai kelemahan jika dipilih lewat

pemilihan umum, karena yang terpilih biasanya adalah orang populer karena

reputasi politiknya, tetapi belum tentu menguasai bidang teknik pemerintahan

dan perekonomian. Sedang para ahli sukar terpilih melalui perwakilan politik

ini, apalagi dengan sistem pemilihan distrik.53

53

Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, h. 149.

Page 46: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

34

Di Negara maju kelemahan ini kurang terasa, karena tingkat

pengetahuan dan pendidikan sudah begitu maju. Lain halnya dengan negara

berkembang, menganggap bahwa perlu mengangkat orang-orang tertentu di

dalam Lembaga Perwakilan disamping melalui pemilihan umum karena masih

belum sangat siap dibandingkan negara maju.

3. Teori Kedaulatan Rakyat

Teori kedaulatan rakyat dikemukakan oleh J.J.Rousseau dan Imanuel Kant.

J.J.Rousseau mengemukakan pendapatnya tentang teori kedaulatan rakyat. Ia

berpendapat sebagai berikut:

“kedaulatan rakyat itu pada prinsipnya merupakan cara atau sistem

mengenai pemecahan sesuatu soal menurut cara atau sistem tertentu yang

memenuhi kehendak umum. Jadi, kehendak umum hanyalah khayalan saja

yang bersifat abstrak dan kedaulatan itu adalah kehendak umum”54

J.J.Rousseau memfokuskan kedaulatan rakyat pada kehendak umum.

Kehendak umum yang dimaksud disini adalah kesatuan yang dibentuk individu

dan mempunyai kehendak. Kehendak individu-individu diperoleh melalui

perjanjian masyarakat. Sementara Immanuel Kant juga mengemukakan

pendapatnya tentang teori kedaulatan rakyat. Ia berpendapat bahwa:

“tujuan negara adalah menegakkan hukum dan menjamin kebebasan warga

negaranya. Dalam pengertian kebebasan disini adalah kebebasan dalam

batas-batas perundang-undangan, sedangkan yang membuat undang-

undang adalah rakyat sendiri. Undang-undang merupakan penjelmaan

kemauan atau kehendak rakyat. Jadi rakyatlah yang mewakili kekuasaan

tertinggi atau kedaulatan” 55

54

Soehino, Ilmu Negara, ed.3 (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2005), h. 161.

55

Soehino, Ilmu Negara, h.161.

Page 47: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

35

Teori kedulatan rakyat juga terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

teori kedaulatan rakyat disajikan berikut ini.

1. Rakyat dapat memberitahukan pada pemerintah keluhan-keluhan yang

dirasakan.

2. Rakyat mampu menentukan siapa pemimpin yang dia inginkan. Degan

ini semua inspirasi rakyat dapat tertampung sebagai proses menuju

kesejahteraan.

3. Kezaliman dapat diberantas karena yang memiliki kekuasaan adalah

rakyat56

Jadi, jika pemimpin ingin melakukan kezaliman, pemimpin tersebut dapat

dilengserkan.

Kekurangan teori kedaulatan rakyat adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya pucuk kekuasaan diserahkan pada rakyat,

dikhawatirkan sulit untuk memerintah. Contohnya apabila terjadi

perang dengan negeri Jiran, dan seumpama rakyat di negara tersebut

menolak untuk berjuang dan memilih untuk mengungsi, kedaulatan

negara tersebut akan dirampas oleh kekuasaan lain. Ini merupakan

salah satu penghinaan terhadap negara yang berdaulat karena

pemerintah tidak berkuasa untuk mengumpulkan kekuasaan yang

dimilikinya demi memberantas kezaliman dari pihak luar.

2. Kalau rakyat yang memiliki kekuasaan tersebut, sedangkan mereka

bukanlah orang yang benar-benar mengerti secara dalam ilmu tentang

ilmu politik dan filsafat, lalu mereka menghendaki sebuah kebijakan

yang sebenarnya secara realita akan menjalaskan kemakmuran negara,

pemerintah yang memerintah pasti kesulitan untuk memberi kebijakan

yang terbaik untuknya. Ini dibuktikan pada negara-negara yang

melakukan sistem demokrasi bebas yang rakyatnya masih banyak tidak

memiliki pendidikan yang cukup untuk berpikir lebih jauh tentang

kemaslahatan negaranya. Contohnya adalah Indonesia dan negara Asia

Tenggara lainnya.

56

Salim, HS. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, ed.1 (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),

h.133.

Page 48: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

36

3. Apabila rakyat secara mayoritas ingin melegalkan sesuatu yang

dianggap negatif, pemerintah tidak dapat menghalangi ini. Dengan ini,

negara akan menjurus pada kesesatan yang membawa pada negatif

moral etika dan moral kepercayaan. Dampak permasalahan ini sangat

berbahaya karena akan membawa negara menjadi tidak stabil dari segi

moral. Tanpa moral, negara akan terjerumus pada kriminalitas.57

Walaupun teori kedaulatn rakyat terdapat kekurangan, kebanyakan negara

di dunia mengikuti teori kedaulatan rakyat dalam penyelenggara negara. Hal ini

disebabkan karena rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam

penyelenggaraan negara. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan hak angket maka

jelas DPR merupakan representatif dari rakyat yang berhak menjalankan tugas

pengawasannya terhadap pemerintah, yaitu dengan cara menggunakan hak

angket.

57

H.Salim, HS. Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, h.133.

Page 49: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

37

BAB III

HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

A. Sejarah Dewan Perwakilan Rakyat

Sesuai dengan konsep trias politica, DPR merupakan bagian dari kekuasaan

legislatif di tingkat pusat, sedangkan ditingkat daerah dipegang oleh DPRD. Selama

ini terjadi banyak perubahan baik dari fungsi dan wewenang DPR sejak dari masa

sebelum kemerdekaan, orde lama, orde baru, hingga pasca reformasi saat ini terus

mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Sejarah perkembangan DPR di

Indonesia sebagai berikut:

1. Masa Sebelum Kemerdekaan Volksraad (1918-1942)

Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen

bentukan pemerintahan kolonial Belanda yang dinamakan Volksraad.

Dibentuknya lembaga ini merupakan dampak gerakan nasional serta perubahan

yang mendasar di seluruh dunia dengan selesainya Perang Dunia I (1914-1918).

Volksraad hanya dirancang oleh Belanda sebagai konsesi untuk dukungan

popular dari rakyat di tanah jajahan terhadap keberadaan Pemerintahan Hindia

Belanda.58

Pada tanggal 8 Maret 1942 setelah kedatangan penjajah Jepang kemudian

Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian

58

T.A.Legowo, Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia: Studi dan Analisis Sebelum dan

Setelah Perubahan UUD 1945, (Jakarta: FORMAPPI, 2005), h. 16.

Page 50: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

38

penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad

secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa

perjuangan Kemerdekaan.

2. DPR Pada Masa Orde Lama

Pada masa ini, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945

belum dibentuk. Dengan demikian, sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan

dalam UUD 1945, dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Komite ini merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia. KNIP merupakan

badan pembantu presiden yang pembentukannya didasarkan pada keputusan

sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada masa ini bangsa

Indonesia masih di hadapkan kepada persoalan pengakuan kemerdekaan dari

negara lain.59

Pada masa Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) kewenangan yang

dimiliki DPR terus berkembang. Hal ini ditandai dengan hak yang dimiliki DPR

antara lain: hak budget, hak inisiatif, dan hak amandemen, menyusun Rancangan

Undang-Undang (RUU) bersama-sama dengan pemerintah, hak bertanya, hak

interpelasi, dan hak angket.60

Pada tahun 1959 Presiden mengeluarkan dekrit yang salah satu isinya

menyatakan memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dengan

berlakunya Undang-Undang Dasar 1945, maka keterwakilan yang dimiliki DPR

59

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Dian Rakyat, 1998), Cet.XIX, h. 331.

60

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 24.

Page 51: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

39

menjadi terbatas. DPR bekerja dalam suatu rangka yang lebih sempit, dalam arti

hak-haknya kurang luas dalam Undang-Undang Dasar 1945 jika dibandingkan

dengan UUD RIS 1945 dan UUD 1950.61

Pada saat DPR Gotong-Royong (DPR-GR) didirikan dengan penetapan

presiden No 4 Tahun 1960 yang mengatur susunan DPR-GR. DPR-GR ini

berbeda sekali dengan DPR sebelumnya, karena DPR-GR bekerja dalam susunan

dimana DPR ditonjolkan peranannya sebagain pembantu pemerintah, yang

tercermin dalam istilah Gotong Royong. Perubahan fungsi ini tercermin dalam

istilah Gotong-Royong. Perubahan fungsi ini tercermin di dalam tata tertib DPR-

GR yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No.14 Tahun 1960.62

3. DPR Pada Masa Orde Baru

Dalam suasana penegakkan Orde Baru sesudah terjadinya G 30 S/PKI,

DPR-GR mengalami perubahan, baik mengenai keanggotaan maupun

wewenangnya. Selain itu juga diusahakan agar tata kerja DPR-GR lebih sesuai

dengan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan

Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan dalam UU

No. 10/1966, DPR-GR masa Orde Baru memulai kerjanya dengan

menyesuaikan diri dari Orde Lama ke Orde Baru.

61

B.N. Marbun, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1992), Edisi Revisi, h. 118.

62

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 336.

Page 52: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

40

Sesudah mengalami pengunduran sebanyak dua kali, pemerintahan Orde

Baru, akhirnya berhasil menyelenggarakan pemilu yang pertama pada tahun

1971. Seharusnya berdasarkan ketetapan MPRS No. XI Tahun 1966 Pemilu

diselenggarakan pada tahun 1968. Ketetapan ini diubah pada Sidang Umum

MPR 1967 oleh Jenderal Soeharto, yang menggantikan Presidden Soekarno,

dengan menetapkan bahwa pemilu akan diselenggarakan pada tahun 1971.63

Sejak Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 pemerintahan “Orde Baru”

mulai menunjukkan penyelewengan demokrasi secara jelas. Jumlah peserta

Pemilu dibatasi menjadi dua partai dari satu golongan karya (Golkar). Kedua

partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi

Indonesia (PDI). Partai-partai yang ada dipaksa melakukan penggabungan (fusi)

ke dalam dua partai tersebut. Sementara mesin-mesin politik “Orde Baru”

tergabung dalam Golkar.64

Dalam setiap Pemilu tersebut, Golkar selalu keluar sebagai pemegang suara

terbanyak. Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol eksekutif. Kekuasaan

presiden yang terlalu besar dianggap telah mematikan proses demokratisasi

dalam bernegara. DPR sebagai lembaga legislatif yang diharapkan mampu

menjalankan fungsi penyeimbang (checks and balances) dalam prakteknya hanya

63

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.338.

64

B.N. Marbun, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, h. 178.

Page 53: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

41

sebagai pelengkap dan penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan hanya

untuk memperkuat posisi presiden yang saat itu dipegang oleh Soeharto.

4. DPR Pada Masa Reformasi

DPR periode 1999-2004 merupakan DPR pertama yang terpilih dalam

masa “reformasi”. Setelah jatuhnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 yang

kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie,

masyarakat terus mendesak agar Pemilu segera dilaksanakan. Desakan untuk

mempercepat Pemilu tersebut membuahkan hasil, pada 7 Juni 1999, atau 13

bulan masa kekuasaan Habibie. 65

Pertama, untuk pertama kalinya proses pemberhentian kepala negara

dilakukan oleh DPR. Dengan dasar dugaan kasus korupsi di Badan Urusan

Logistik (oleh media massa populer sebagai “Buloggate”), presiden yang

menjabat ketika itu, Abdurrahman Wahid, diberhentikan oleh MPR atas

permintaan DPR. Dasarnya adalah Ketetapan MPR No. III Tahun 1978.

Abdurrahman Wahid kemudian digantikan oleh wakil presiden yang menjabat

saat itu, Megawati Soekarnoputri.

Kedua, DPR hasil Pemilu 1999, sebagai bagian dari MPR, telah berhasil

melakukan amandemen terhadap UUD 1945 sebanyak empat kali yaitu pada

tahun 1999, (pertama), 2000 (kedua), 2001 (ketiga), dan 2002 (keempat).

Meskipun hasil dari amandemen tersebut masih dirasa belum ideal, namun ada

65

B.N. Marbun, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, h. 181.

Page 54: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

42

beberapa perubahan penting yang terjadi.66

Beberapa perubahan tersebut yaitu

perubahan sistem pemilihan lembaga legislatif (DPR dan DPD) dan adanya

presiden yang dilakukan secara langsung oleh rakyat.

B. Peran dan Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat

DPR adalah Lembaga Tinggi Negara di Indonesia yang secara formil dan

materiil mewakili rakyat Indonesia dalam sistem Pemerintahan Negara Republik

Indonesia. Ditinjau dari aspek ketatanegaraan, DPR memiliki tugas dan kewenangan

sebagai berikut:67

1. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang;

2. Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk

mendapat persetujuan bersama;

3. DPR mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan;

4. DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat;

5. Setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan

pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas;

6. Anggota DPR berhak mengajukan usul Rancangan Undang-Undang;

7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus mendapat persetujuan

DPR dalam persidangan yang selanjutnya.

DPR sebagaimana telah disebutkan tentang tugas dan kewenangannya dalam

Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka membatasi kekuasaan agar tidak

berrtindak sewenang-wenang, rakyat kemudian memilih perwakilannya untuk duduk

dalam pemerintahan.68

DPR juga dapat mengawasi tindakan-tindakan presiden jika

presiden melanggar haluan negara yang telah ditetapkan Undang-Undang Dasar atau

66

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 341.

67

Republik Indonesia. Pasal 20-22, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

68

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 38.

Page 55: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

43

MPR maka Majelis itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar dapat

meminta pertanggungjawaban Presiden.69

Dalam rangka menjalankan peran DPR tersebut, DPR dilengkapi dengan

beberapa fungsi utama yaitu:

a. Fungsi legislasi adalah fungsi membentuk undang-undang. Selain itu, dalam tata

tertib DPR disebutkan badan Legislasi memiliki tugas merencanakan dan

menyusun program serta urutan prioritas pembahasan RUU untuk satu masa

keanggotan DPR dan setiap tahun anggaran dengan menginventrisasi masukan

dari anggota fraksi, Komisi, DPD, dan masyarakat untuk ditetapkan menjadi

keputusan Baleg.70

b. Fungsi anggaran adalah fungsi DPR bersama-sama dengan peemerintah

menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan harus mendapatkan

persetujuan DPR.71

Kedudukan DPR dalam penetapan APBN sangat kuat karena

DPR berhak menolak RAPBN yang diajukan Presiden.72

c. Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang

yang dijalankan oleh pemerintah, khususnya pelaksanaan APBN serta

pengelolaan keuangan negara dan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.73

C. Hubungan Hak Angket Dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Pada masa era reformasi, perubahan Undang-Undang Dasar 1945 oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat telah berpengaruh terhadap struktur ketatanegaraan,

susunan DPR serta hubungan DPR dengan lembaga-lembaga negara lainnya. Struktur

ketatanegaraan ini mengarah kepada terciptanya mekanisme check and balances antar

69

B.N. Marbun, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, h. 189.

70

FORMAPPI, Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia, (Jakarta: FORMAPPI, 2005), h. 95.

71

Republik Indonesia, Pasal 20A ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.

72

FORMAPPI, Menghindari Jeratan Hukum bagi Anggota Dewan, (Jakarta: FORMAPPI,

2009) h. 162.

73

Laporan DPR periode 1999-2004, h. 67.

Page 56: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

44

lembaga negara khususnya antar tiga cabang kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif,

dan Yudikatif.74

UUD 1945 hasil amandemen semakin menegaskan bahwa sistem pemerintahan

Indonesia adalah sistem Presidensiil dengan menetapkan ketentuan bahwa Presiden

dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat, tidak lagi dipilih oleh MPR. Sesuai

dengan kondisi tersebut, Presiden tidak bertanggung jawab secara politis kepada

MPR. Namun, Presiden memiliki pertanggung jawaban hukum apabila terbukti

melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,

penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela.

Pada sisi Yudikatif, UUD 1945 dan perubahannya menetapkan tiga lembaga

yang terkait dengan pelaksanaan kekuasaan Yudikatif, yaitu Mahkamah Agung,

Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial. Dewan Perwakilan Rakyat memiliki

kewenangan dalam pencalonan Hakim Agung, hakim Konstitusi, dan Anggota

Komisi Yudisial.

Pada sisi Kekuasaan Legislatif, terjadi penataan kelembagaan yang ditandai

dengan reposisi dan penegasan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pemegang

kekuasaan membentuk undang-undang serta terbentuknya lembaga baru yaitu Dewan

Perwakilan Daerah. Selain itu, terdapat satu penegasan bahwa DPR adalah lembaga

yang dipilih langsung oleh rakyat, tidak ada lagi anggota yang diangkat yaitu Utusan

Golongan dan ABRI.

74

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 282.

Page 57: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

45

Dari ketiga kekuasaan tersebut, ternyata dalam tataran implementasinya masih

dijumpai berbagai macam persoalan dalam kaitannya dengan pola hubungan yang

terbangun antar lembaga negara tersebut. Perubahan konstitusi yang diikuti dengan

pembentukan dan perubahan berbagai peraturan perundang-undangan adalah untuk

terbentuknya perimbangan fungsi dan tugas lembaga-lembaga negara khhususnya

lembaga Eksekutif dan Legislatif, juga dimaksudkan untuk saling mengimbangi dan

saling mengawasi yang bekerja sama sistemik, berdasarkan aturan-aturan yang ada.

Dengan diamandemennya UUD 1945, telah terjadi pergeseran dari stigma

executive heavy menjadi legislative heavy.75

Peran DPR menjadi menonjol, karena

konstitusi dan peraturan perundang-undang telah mengatur demikian, DPR dapat

mengoptimalkan peran dan fungsinya, agar bisa lebih kuat dalam pengawasannya

terhadap pemerintahan dan dapat membantu kinerja pemerintah dalam menjalankan

pemerintahannya sesuai dengan aturan.

Pasal 25 UUD 1945 hasil amandemen menentukan bahwa DPR mempunyai

fungsi legislasi, fungsi Anggaran, dan Fungsi Pengawasan, dan pada pasal 27 UUD

1945 hasil amandemen di tentukan bahwa DPR mempunyai Hak Interpelasi, Hak

Angket, dan Hak Menyatakan Pendapat. Atas dasar hal tersebut diatas, Hak Angket

dalam hubungannya dengan DPR merupakan hak yang melekat pada DPR selaku

75

Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia, kajian terhadap dinamika perubahan

UUD1945, (Yogyakarta : FH UII Press, 2003), h. 32

Page 58: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

46

Badan Legislatif berdasarkan ketentuan konstitusi serta peraturan perundang-

undangan yang berlaku. 76

Hak angket merupakan bentuk pengawasan intensif serta investigatif DPR

terhadap kebijaksanaan pemerintah. Peran DPR melalui Hak Angket akan lebih

konkret daripada hanya sekadar menggunakan hak meminta keterangan, karena

dalam hak angket terkandung unsur dimana DPR juga ikut andil mengawal proses

penyelesaian suatu kasus dan sekaligus langsung menjadi investigator dalam kasus

tersebut. Dimana dengan terlibatnya DPR terhadap suatu kasus, maka diharapkan

upaya penyelesaian kasus ini akan semakin menemui titik terang dan mencegah

terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.

D. Penggunaan Hak Angket di Beberapa Negara

Dalam penggunaan hak angket, terdapat beberapa negara yang menggunakan

hak angket dan dapat dijadikan sebuah perbandingan yang tepat dengan hak angket

yang digunakan di Indonesia. Contohnya Amerika Serikat dipandang merupakan

salah satu contoh ideal dari pemerintahan presidensial, sedangkan Inggris dipilih

sebagai negara yang mewakili sistem pemerintahan parlementer. Selain Inggris, akan

dijelaskan pula negara Perancis, dengan dasar pertimbangan, pertama sebagai negara

asal istilah angket (enquete) kemudian Afrika Selatan. Selanjutnya akan dijelaskan

tentang hak angket di beberapa negara di dunia sebagai berikut:

76

Republik Indonesia, Pasal 25-27 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

Page 59: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

47

1. Amerika Serikat

Parlemen Amerika Serikat biasa disebut kongres (Congress) yang terdiri

dari House of Representative dan Senate.77

Salah satu fungsi non-legislatif

terpenting kongres adalah kekuasaannya untuk mengadakan penyelidikan.78

Meskipun tidak ada ketentuan dalam konstitusi Amerika Serikat yang

memberikan kewenangan kepada kongres untuk melakukan penyelidikan.

Kekuasaan penyelidikan didapatkan berdasarkan keputusan Supreme Court

dalam beberapa perkara. Dalam perkara Watkins v United States, pengadilan

menjelaskan keluasan dari kekuasaan penyelidikan:

“ The power of the Congress to conduct investigations is inherent in the

legislative process. That power is broad, It encompasess inquiries concerning the

administration of existing law as well as proposed or possibly needed statues”.79

Berdasarkan keputusan pengadilan tersebut, kekuasaan kongres untuk

melakukan penyelidikan merupakan kekuasaan yang inheren dengan proses

pembentukan undang-undang. Kekuasaan tersebut sangat luas, yaitu mencakup

penyelidikan yang berkenan dengan administrasi baik peraturan yang sedang

diajukan atau peraturan yang mungkin dibutuhkan.

77

Jhon J. Patrick, dkk, The Oxford guide to the United States Government, (Oxford: Oxford

University Press, 2001), h. 729.

78

Richard C. Schroeder, Garis-Garis Besar Pemerintah Amerika, (Dinas Penerangan AS), h.

91. 79

Morton Rosenberg, Investigative Oversight: An Introduction to the Law, Practice and

Procedure of Congressional Inquiry, artikel diakses pada tanggal 11 oktober 2013:

http://www.house.gove.rules/95-464.htm#2.

Page 60: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

48

Kekuasaan dalam penyelidikan kongres terbatas, tidak ada wewenang

untuk mengungkap kasus kecuali jika kongres membenahi fungsinya dan bukan

fungsi dari kongres untuk menggunakan undang-undang eksekutif, penyelidikan

mungkin tidak akan selesai tapi harus dimulai dengan membuat tugas kongres

menjadi legal atau sah (legitimate).80

Kekuasaan Kongres untuk melakukan penyelidikan, dilengkapi

dengan kekuasaan subpoena, yaitu kekuasaan untuk memanggil setiap orang

untuk memberikan keterangan, jika perlu di bawah sumpah atau menyerahkan

dokumen-dokumen yang diperlukan oleh kongres. Kekuasaan ini menjadi

penting ketika kongres dapat memaksa kesaksian orang-orang yang tidak

bersedia menjadi saksi dan menyatakan bahwa orang-orang yang menolak

menjadi saksi telah menghina kongres dan bahwa orang-orang yang memberikan

kesaksian palsu adalah pengucap sumpah palsu.81

2. Inggris

Pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap akuntabilitas pemerintah Inggris

dilakukan melalui beberapa kesempatan, yaitu: Parliamentary Question and

Answer, Ministerial Statements, Adjournment Debates, dan yang terakhir adalah

80

Kermit, L, Hall. The Oxford Companion to the Supreme Court of the United States. (Oxford:

Oxford University Press, 1992), h. 920.

81

Richard C. Schroeder, Garis-Garis Besar Pemerintah Amerika, (Dinas Penerangan AS), h. 91

Page 61: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

49

Motions of No Confidence. Dewan juga dapat melakukan pengawasan terhadap

pemerintah melalui Select Committee System.82

Parlementary Questions merupakan cara untuk mendapatkan informasi

mengenai kegiatan pemerintah. Selain itu juga merupakan cara yang efektif

mendapatkan perhatian dan menyuarakan dari konstituen anggota. Ada dua jenis

pertanyaan, yaitu lisan dan tulisan. Pertanyaan lisan dijawab oleh Menteri atau

Perdana Menteri pada question time di House of Commons. Kemudian kontrol

terhadap pemerintah berpuncak pada mosi tidak percaya (motion of no

confidence) dilakukan House of Commons memaksa pemerintah untuk

mengundurkan diri.

Pelaksanaan penyelidikan biasanya dilakukan oleh Departemental Select

Committees, atau komisi yang membayangi atau merupakan pasangan dari

departemen pemerintah. Ruang lingkup pemeriksaan komisi adalah berkaitan

dengan pengeluaran, administrasi, dan kebijakan pemerintah dari departemen

atau badan publik yang lain.83

Select Committees mempunyai kewenangan untuk

memanggil saksi dan meminta keterangan baik lisan maupun tertulis, atau

meminta pihak-pihak untuk menyerahkan dokumen tertentu dan hasil laporan

diserahkan ke Parlemen.

82

The Accountability of Government, diakses pada tanggal 12 November 2013:

http://www.parliament.uk/works/account.cfm,

83

House of Commons Select Committees: Guide for Witness, diakses pada tanggal 12 oktober

2013 http://www.parliament.uk/commons/selcom/witguide.htm,

Page 62: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

50

3. Perancis

Parlemen Perancis terdiri dari National Assembly dan Senate. Parlemen

mempunyai dua fungsi utama, yaitu membentuk undang-undang dan melakukan

pengawasan terhadap pemerintah. Fungsi ini dilakukan menurut ketentuan dalam

konstitusi dan Peraturan Tata Tertib National Assembly.84

Kegiatan pemerintah

juga dapat diawasi melalui cara temporary information assignments, yang dapat

melibatkan lebih dari satu komisi yang biasanya menghasilkan laporan yang di

publikasikan.

Mekanisme pengawasan juga dilakukan terhadap implementasi dan

evaluasi pelaksanaan undang-undang yang telah dihasilkan oleh parlemen,

termasuk informasi mengenai pelaksanaan anggaran yang sedang berjalan untuk

dipergunakan sebagai bahan dalam pembahasan undang-undang keuangan

(Financial Bill), Parlemen juga dapat membentuk Komisi Penyelidikan

(Committees of Inquiry) untuk menyelidiki fakta-fakta mengenai manajemen

pelayanan publik dan perusahaan-perusahaan nasional.

4. Afrika Selatan

Parlemen Afrika Selatan terdiri dari National Assembly dan National

Council of Provinces.85

National Assembly yang anggotanya dipilih merupakan

lembaga yang bertugas mewakili rakyat sehingga mencerminkan demokrasi,

84

The French Parliament, diakses pada tanggal 12 oktober 2013:

http://www.assembleenationale.fr/english/8ad.asp

85

Constitution of South Afirica, Section 46” The National Assembly consist of no fewer than

350 and no more than 400 women and men elected as member”.

Page 63: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

51

yaitu pemerintahan oleh rakyat berdasarkan konstitusi, dengan cara memilih

Presiden, memberikan pertimbangan terhadap isu nasional, memberikan

persetujuan terhadap undang-undang, dan melalui pengawasan terhadap

tindakan-tindakan pemerintah.

Konstruksi ketatanegaraan Afrika Selatan yang termuat di dalam konstitusi

digambarkan secara jelas sistem pemerintahannya, yang berdasarkan ciri tidak

dipisahkannya kepala negara dan kepala pemerintahann yang dijabat oleh

Presiden, maka ciri tersebut menggambarkan sistem pemerintahan Presidensial.

Hal tersebut menjadi rancu ketik Presiden dipilih oleh Parlemen. Parlemen juga

dapat memaksa Presiden mengundurkan diri oleh mosi tidakpercaya Parlemen.

Hal tersebut terlihat ciri pemerintahan parlementer lebih menonjol.

Dalam melakukan pengawasan terhadap eksekutif oleh parlemen,

konstitusi memberikan kekuasaan kepada National Assembly atau setiap

komisinya untuk:86

a. Memanggil setiap orang datang ke parlemen dan memberikan bukti-bukti

atau keterangan di bawah sumpah atau untuk menyerahkan dokumen-

dokumen.

b. Meminta setiap orang atau institusi untuk melaporkannya

c. Memaksa setiap orang atau institusi untuk memenuhi panggilan

d. Menerima petisi, perwakilan atau delegasi dari setiap orang atau lembaga

yang berkepentingan

86

Constitution of south Africa, Section 56 “Evidence or information before National Assembly”

Page 64: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

52

E. Contoh Kasus Hak Angket Sebelum dan Sesudah Amandemen Undang-Undang

Dasar Tahun 1945

1. Kasus Hak Angket Sebelum Amandemen UUD NRI Tahun 1945

(a) Masa DPR 1950-1956

Pada akhir tahun 1954 anggota DPR, Margono Djojohadi Kusumo, dan

kawan-kawan, mengajukan usul resolusi yang dimaksudkan ialah supaya

DPR mengadakan angket atas usaha memperoleh dan cara menggunakan

devisien.87

Dibuatlah keputusan untuk membentuk panitia angket yang terdiri

dari tiga belas orang anggota dengan Margono Djojohadi Kusumo sebagai

ketua panitia angket.

DPR menerima baik laporan tentang hasil-hasil pekerjaan panitia angket atas

usaha memperoleh dan cara menggunakan devisien. Catatan yang diberikan

masih harus dirahasiakan sampai ada ketentuan lain dari DPR.

(b) DPR 1956-1959

DPR hasil pemilu tahun 1955 mengacu kepda UUDS Tahun 1950. DPR

periode ini menggunakan hak angket untuk menyelidiki kecelakaan kereta

api di Trowek, Tasikmalaya. Adapun tujuan melaksanakan Hak Angket

dijelaskan dalam usulan. Hak angket menyebutkan bahwa, ”Angket

digunakan untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang lebih luas lebih

banyak dari pada keterangan pemerintah. Dengan melakukan hak angket,

87

Pertama Kali Hak Angket digunakan DPR pada tahun 1950, diakses dari

http://www.dpr.ri.go.id.berita., Pada tanggal 29 Agustus 2013.

Page 65: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

53

diharapkan agar kepercayaan masyarakat yang digambarkan dengan rasa

aman dan rasa tenang” terhadap kereta api pulih kembali. Dalam

pembicaraan juga ditekankan bahwa panitia angket tidak mencari sipa yang

salah, akan tetapi sekedar mencari jawaban yang lengkap, mencari

keterangan-keterangan yang diterima dan demikian dapat membantu

kekacauan jalannya kereta api.88

2. Kasus Hak Angket Setelah Amandemen UUD NRI Tahun 1945

(a) DPR Era Reformasi Periode 1999-2004

Pasca berakhirnya orde baru, desakan demokratisasi kehidupan politik terus

berlanjut. Hak Angket dibentuk DPR untuk menyelidiki dugaan pelanggaran

hukum yang dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Adapun hal ini

didasarkan pada:89

1) Berita di media massa tentang bobolnya dana milik Yanatera Bulog

dugaan sebesar Rp 35 milyar pada bulan Mei 2000.

2) Dugaan penyimpangan pengaliran Dana Bantuan yang diberikan Sultan

Brunei Darussalam sebesar $US 2 juta kepada Presiden Abdurrahman

Wahid.

88

Riris Kahtarina, “mengenai hak angket melalui perjalanan sejarah DPR RI dalam berbagai

prespektif tentang memorandum kepada presiden: suatu studi terhadap pemberian memorandum DPR

RI kepada Presiden Abdurrahman Wahid”,h. 171.

89

Riris Kahtarina, “mengenai hak angket melalui perjalanan sejarah DPR RI dalam berbagai

prespektif tentang memorandum kepada presiden: suatu studi terhadap pemberian memorandum DPR

RI kepada Presiden Abdurrahman Wahid”,h. 195.

Page 66: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

54

Berdasarkan penyelidikan panitia ditemukan fakta-fakta dugaan

penyimpangan sehingga DPR mengeluarkan memorandum 1 kepada Presiden

Abdurrahman Wahid

(b) DPR Era Reformasi Periode 2004-2009

Pada masa ini panitia angket digulirkan untuk menyelidiki kasus-kasus

berikut:

1) Kasus penjualan dua tanker milik Pertamina

Diusulkan oleh 23 anggota dari delapan fraksi dan disetujui rapat

paripurna pada 14 Juni 2005 dan panitia angket melaporkan hasil

kerjanya yang direkomendasikan oleh panitia khusus menyangkut

penjualan dua tanker berindikasikan korupsi, pemerintah diminta mencari

celah penyelamatan tanker. Dihasilkanlah rekomendasi akhir dari pansus

angket yaitu (1) KPK atau Kejaksaan Agung agar segera mengusut secara

tuntas Laksamana Sukardi yang diduga kuat terlibat dalam kasus

penjualan tanker VLCC Milik Pertamina (2) Meminta Pimpinan DPR-RI

untuk menugaskan Komisi III DPR RI supaya mendesak Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Kejaksaan Agung agar segera

menuntaskan kasus penjualan tanker VLCC tersebut.90

2) Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Diusulkan 117 anggota

dari delapan fraksi dan usulan tersebut disetujui pada Rapat Paripurna.

90

Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, Rapat Paripurna Ke-16, Masa Sidang III,

Tahun Sidang 2006-2007, h. 78.

Page 67: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

55

Adapun rekomendasi yang dihasilkan ialah: semua pihak yang meneken

kontrak kerjasama wajib memuat ketentuan soal prioritas penjualan migas

sebesar 40% ke perusahaan nasional, mendesak pemerintah mengajukan

revisi uu migas, negosiasi ulang kontrak Blok Tangguh dan Blok Cepu,

dan meninjau ulang keberadaan BP Migas dan BPH Migas.91

3) Pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji pada 1429 H

Diusulkan 122 anggota dari tujuh fraksi dan disetujui Rapat Paripurna

pada 17 Februari 2009. Pansus menyelesaikan pekerjaannya pada 29

September 2009, sedangkan rekomendasi yang dihasilkan sebagai

berikut: penyelenggara ibadah haji tahun 2001 dan 2006 dinilai gagal,

mendesak Presiden memberikan tindakan tegas kepada Menteri Agama

periode 2004-2009, perlunya amaandemen Undang-Undang No.13 Tahun

2008 tentang penyelenggaraan Haji, dan perlunya rancangan UU

Lembaga Keuangan Haji.92

(c) DPR era Reformasi Periode 2009-2014

Pada periode ini Hak Angket digunakan untuk menyelidiki dana Bail

Out pemerintah sebesar 6,7 trilyun ke Bank Century. Penggunaan hak

angket terkait dan talangan ke bank Century bergulir cepat di DPR. Sejak

diusulkan oleh 139 anggota DPR, dukungan atas terus membesar. Saat

91

Parlementaria, Menuju DPR Bersih, (Jakarta: Tata Usaha Bagian Pemberitaan & Penerbitan

DPR-RI, 2008), h. 75.

92

Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, Rapat Paripurna Ke-11, Masa Sidang I, Tahun

Sidang 2009-2010, h. 78.

Page 68: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

56

sidang Paripurna digelar 1 Desember 2009 tercatat 503 orang dari

sembilaan fraksi mendukung hak angket diputuskanlah rekomendasi bahwa

bailout century menyimpang dan ,merekomendasikan agar kepolisian,

kejaksaan dan KPK menyelidiki kasus century ini. 93

93 Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, Rapat Paripurna Ke-14, Masa Sidang II, Tahun

Sidang 2009-2010, h. 32.

Page 69: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

57

BAB IV

PENGGUNAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

A. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat Pasca Amandemen UUD 1945

Sejak dilakukan amandemen UUD1945 terjadi pergeseran kekuasaan legislatif

dari tangan presiden. Sebelumnya presiden memegang kekuasaan membentuk

undang-undang dengan persetujuan legislatif, sekarang justru sebaliknya, kekuasaan

membentuk undang-undang berada pada legislatif, sedangkan presiden hanya berhak

mengajukan RUU kepada DPR.94

Amandemen UUD1945 benar-benar membawa

perubahan yang sangat signifikan bagi presiden dan DPR. Bahkan banyak kalangan

yang menilai telah terjadi pergeseran kekuasaan dari dominasi eksekutif (executive

heave) ke dominasi legislatif (legislatif heave).95

Namun, pada dasarnya kekuasaan DPR pada orde baru tergolong sangat kuat

kewenangannya, dengan adanya kekuatan DPR tersebut dapat timbul sebuah sistem

check and balances, dalam hal ini fungsi pengawasannya yang dapat diaktifkan baik

dalam mengawasi lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif. Namun,

pemasalahannya adalah terlalu berkuasanya atau terlalu dominannya Golkar di

lembaga legislatif dan juga presiden berasal dari Golkar. Hal inilah yang menjadi

94

Muhadam. Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan (Suatu Kajian Teori, Konsep, dan

Pengembangannya), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h. 114.

95

Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia, kajian terhadap dinamika perubahan

UUD1945, h. 32.

Page 70: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

58

kendala karena tidak kritis dan tidak adanya kritik yang disebabkan berasal satu

golongan yang menyebabkan pengawasan DPR terhadap Presiden tidak berfungsi

dengan baik.

Peredaman kekuasaan presiden diawali dengan amandemen terhadap pasal 7

UUD 1945 (perubahan kesatu), dan pergeseran fungsi legislasi kepada DPR dalam

menyempurnakan aturan dasar konstitusi tentang supremasi hukum, hak asasi

manusia, otonomi daerah, dan sebagainya. Sebagaimana pendapat Y.Hartono, sebagai

berikut:

“Peredaman atas kekuasaan Eksekutif dapat dipahami, sebagaimana aksioma

yang dikemukakan oleh Lord Acton bahwa power attend to corrupt, and absolute

power corrupts absolutely. Great men are almost always bad men. Dilain pihak,

meskipun Presiden tidak lagi mempunyai kekuasaan legislasi, sebab kekuasaan

tersebut sekarang berada ditangan DPR yang menyatakan DPR memegang kekuasaan

membentuk undang-undang, namun presiden masih mempunyai hak mengajukan

rancangan undang-undang.96

Namun dalam perubahan dari executive heave menjadi legislative heave banyak

juga yang menyangsikan akan terjadi perubahan menjadi lebih baik, namun

kenyataannya lebih terasa tidak jauh berbeda dengan zaman orde baru yang

didominasi oleh eksekutif disegala aspek kekuasaan. Legislatif dengan dominasinya

mulai banyak terjadi penyelewengan kekuasaan dengan banyaknya para anggota DPR

yang ditangkap oleh KPK. Maka dari itu sekarang rakyat meminta DPR membuka

semua kegiatannnya secara transparan yang dapat dipantau langsung oleh rakyat.

96

Y. Hartono, Dari Supremasi Eksekutif ke Supremasi Legislatif, Cet. 1, (Yogyakarta: Fakultas

Hukum Universitas Katolik Atmajaya, 2003), h. 36.

Page 71: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

59

Adanya amandemen terhadap UUD 1945, sangat mempengaruhi posisi dan

kewenangan DPR sebagai lembaga legislatif. Perubahan radikal terhadap ketentuan

Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 dengan mengurangi secara

signifikan kekuasaan Presiden dalam membuat undang-undang menjadi proses politik

di DPR sebagai kekuatan paling dominan dalam menerjemahkan rumusan-rumusan

normatif yang terdapat dalam UUD. Kini supremasi DPR dalam proses legislasi

menjadi sangat dominan karena Presiden tidak mempunyai pilihan lain, kecuali

mengesahkan rancangan undang-undang.

Beberapa perubahan menempatkan DPR sebagai lembaga penentu kata-putus

dalam bentuk memberi persetujuan kenegaraan adalah (1) Presiden dalam membuat

perjanjian internasional yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan

rakyat, (2) peraturan pemerintah pengganti undang-undang, (3) pengangkatan Hakim

Agung, (4) pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial. Di samping

itu, masih ada agenda lain yang memerlukan pertimbangan DPR, antara lain adalah

(1) pengangkatan Duta dan Konsul, (2) menerima penempatan duta negara lain, (3)

pemberian amnesti dan abolisi.97

Kekuasaan ke tangan DPR bertambah banyak dengan adanya kewenangan

untuk mengisi beberapa jabatan strategis kenegaraan, misalnya menentukan tiga dari

sembilan orang hakim Mahkamah Konstitusi, dan memilih anggota Badan Pemeriksa

97

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca reformasi.

Cet.II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 118.

Page 72: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

60

Keuangan (BPK). Di samping itu, DPR juga menjadi lembaga yang paling

menentukan dalam proses pengisian lembaga non-state lainnya (auxiliary

bodies) seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum.

Catatan ini akan bertambah dengan adanya keharusan untuk meminta pertimbangan

DPR dalam pengisian jabatan Panglima TNI, Kepala Kepolisian Negara RI

(Kapolri).98

B. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Penggunaan Hak Angket

Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945 Pasca Amandemen

beserta Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia

Dalam penjelasan mekanisme atau tata cara penggunaan hak angket sebagai

bagian dari fungsi pengawasan DPR terhadap jalannya pemerintahan, dimulai

dengan adanya usulan untuk mengadakan penyelidikan mengenai suatu hal atau

permasalahan, yang dapat diajukan oleh sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima)

orang anggota DPR. Usulan tersebut disampaikan secara tertulis kepada pimpinana

DPR yang disertai dengan daftar nama dan tanda tangan pengusul serta nama

fraksinya, dan dinyatakan dalam suatu perumusan secara jelas tentang hal yang

diselidiki yang disertai dengan penjelasan dan rancangan biaya.

Kemudian di dalam rapat paripurna, setelah usul pengadaan angket diterima

oleh pimpinan DPR, Ketua rapat memberitahukan kepada anggota DPR tentang

98

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia. Ed.1-2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006, h. 172.

Page 73: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

61

masuknya usul untuk mengadakan angket, yang kemudian usulan-usulan tersebut

beserta penjelasan dan rancangan biayanya diberikan kepaada anggota. Selanjutnya

pada rapat Badan Musyawarah DPR, membahas penentuan waktu pembicaraan

dalam Rapat Paripurna. Selama usulan untuk mengadakan angket belum disetujui

oleh Rapat Paripurna, maka pengusul berhak mengajukan perubahan atau

menariknya kembali.

Apabila jumlah tanda tangan usul untuk mengadakan angket yang belum

dibicarakan dalan Rapat Paripurna ternyata menjadi kurang dari jumlah

sebagaimana dimaksud pasal 166 ayat (1) tersebut, maka harus diadakan

penambahan penandatanganan sehingga jumlahnya mencukupi, apabila sampai dua

kali masa persidangan jumlah penanda tanganan tidak terpenuhi, maka usul

menjadi gugur. Apabila nantinya Rapat Paripurna menyetujui pengadaan angket

maka dibentuk Panitia Khusus dan keputusan DPR untuk mengadakan angket.

Terhadap hasil Keputusan DPR ini, Panitia Khusus selanjutnya memberikan

laporan tertulis secara berkala sekurang-kurangnya sekali sebulan kepada Pimpinan

DPR, kemudian laporan tersebut dibagikan kepada seluruh anggota, dan atas usul

sekurang-kurangnya 25 orang anggota tersebut, untuk selanjutnya dibuat laporan

berkala yang nantinya menjadi bahan pembicaraan dan pembahasan dalam Rapat

Paripurna, kecuali apabila nantinya Badan Musyawarah akan menentukan lain.99

99

Sebastian Salang dkk, Panduan Kinerja DPR/DPRD Menghindari Jeratan Hukum Bagi

Anggota Dewan, (Jakarta: Forum Sahabat, 2009), h. 174.

Page 74: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

62

Setelah Panitia Khusus menyelesaikan pekerjaannya, Panitia Khusus akan

memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPR, kemudian laporan tersebut

dibagikan kepada seluruh anggota. Terhadap pengambilan keputusan tentang

laporan Panitia Khusus tersebut akan didahului dengan laporan hasil Panitia

Khusus dan pendapat akhir Fraksi-Fraksi yang berada di DPR, yang kemudian

keputusan yang diambil tersebut kemudian akan disampaikan kepada Presiden.

Apabila dilihat dari Pembahasan yang berkenaan dengan Undang-Undang

Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan

DPRD beserta Peraturan Tata Tertib DPR RI Nomor.01/DPRRI/2009 Tentang

Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat, maka dapat dilihat penggunaan

hak angket pada masa sebelum UUD 1945 di amandemen memiliki peluang yang

lebih besar untuk dapat memberhentikan Presiden di masa jabatannya, apabila

Pemerintah yang dalam hal ini Presiden dianggap telah melanggar Undang-Undang

atau terlibat kejahatan.

Apabila Presiden terbukti melakukan pelanggaran Hukum yang menciderai

Undang-Undang, maka DPR dapat langsung melakukan pengajuan memorandum 1

dan memorandum 2 kepada Presiden, untuk selanjutnya DPR dapat mengajukan

kepada MPR untuk mengadakan Sidang Istimewa. .100

100

Untung Wahyono, Peran Politik Poros Tengah dalam Kancah Pepolitikan Indonesia,

(Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003), h. 192.

Page 75: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

63

Di dalam Sidang Istimewa inilah kedudukan jabatan Presiden ditentukan,

apakah akan terjadi pemakzulan atau tidak terjadi sama sekali, tergantung dari

putusan di dalam Sidang Istimewa MPR

Hal ini pernah terjadi pada masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman

Wahid terkait dengan kasus Buloggate 1 dan Buloggate 2 serta kasus Brunneigate,

karena kasus tersebut timbullah hak angket untuk menyelidiki kasus tersebut. Hal

tersebut memicu kemarahan Presiden dengan mengeluarkan Dekrit untuk

membubarkan DPR. Sehingga terjadi sidang istimewa kelanjutan dari hak angket

DPR yang memutuskan di dalam Sidang Istimewa tersebut dengan keputusan

pemberhentian Presiden Republik Indonesia karena terbukti telah melanggar

Undang-Undang.101

Terhadap penggunaan Hak Angket pada masa setelah Undang-Undang Dasar

1945 di amandemen justru memiliki peluang yang lebih kecil bagi DPR untuk

dapat memberhentikan Presiden di masa jabatannya, karena sesuai ketentuan

Konstitusi Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, prosedur pemberhentian Presiden harus melalui berbagai mekanisme, yaitu

atas pengajuan DPR kepada Mahkamah Konstitusi tentang berbagai macam alasan

pelanggaran yang telah dibuat oleh Presiden untuk dinyatakan telah melanggar atau

tidak melanggar Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945.

101

A.R. Loebis, Belantara Kebangsaan, cet.I, (Yogyakarta: Jendela Yogyakarta, 2001), h. 112.

Page 76: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

64

Mahkamah Konstitusi kemudian dengan melalui surat Putusannya kepada

DPR tentang dinyatakan telah atau tidaknya Presiden telah melanggar Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, untuk kemudian apabila

dinyatakan telah melanggar maka DPR dapat mengajukan Sidang Istimewa kepada

MPR berdasarkan surat Keputusan Mahkamah Konstitusi dan untuk selanjutnya di

limpahkan melalui Sidang Istimewa MPR baru dinyatakan bahwa Presiden

berhenti atau tidak berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Contoh mengenai penggunaan hak angket pada masa sekarang ini tercermin

dalam kasus Bank Century dan dalam kasus bahan bakar minyak tahun 2008.

Namun ada yang menarik dalam penggunaan hak angket, selain dimana

persetujuan penggunaan hak angket ini sebagai puncak dari kekecewaan DPR atas

beberapa kali pemanggilan terhadap Presiden untuk dimintai keterangannya

(interpelasi) tetapi semua pemanggilan diwakilkan kepada para menterinya dalam

pemberian keterangan di DPR.102

Berdasarkan kesepakatan dalam Sidang Paripurna dalam penggunaan hak

angket ini bukan ditujukan untuk memanggil Presiden ataupun sampai bermaksud

berupaya untuk memberhentikan Presiden, namun justru adalah upaya DPR untuk

membantu Pemerintah dalam hal ini Presiden untuk membuka (transparan) secara

jelas dan obyektif atas dugaan kegiatan mafia minyak yang selama ini berlangsung

sangat tertutup, sebagai salah satu indikator yang menyebabkan keterpurukan

102

Arif Rahman, “Tinjaun Yuridis Penggunaan Hak Angket Dalam Kasus Bank Century,” h.

43.

Page 77: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

65

ekonomi dan juga dalam kasus Bank Century yang telah merugikan negara hingga

trilyunan.

C. Permasalahan Dalam Penggunaan Hak Angket Sesudah Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945

Dalam pelaksanaan hak angket DPR yang pernah dilakukan terdapat

beberapa permasalahan-permasalahan antara lain:

1. Mengenai ketentuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 yang mengenai

sifat pelaksanaan hak angket.

Mengenai hal ini pernah menjadi permasalahan pada masa pengusulan

hak angket mengenai penyelidikan kasus Dana Milik Yanatera Bulog dan

Dana Bantuan Sultan Brunei Darussalam kepada Presiden Abdurrahman

Wahid. Dimana pada saat memberikan kesaksian para saksi meminta agar

didampingi oleh pengacara.103

Namun hal ini bertentangan dengan ketentuan

Undang-Undang hak angket pasal 23 ayat (1) yang mengarahkan pemeriksaan

dilakukan dalam rapat tertutup. Sedangkan dalam Pasal 240 ayat (1) Tata

Tertib DPR 2009 Rapat tertutup adalah rapat yang hanya boleh dihadiri oleh

anggota dan mereka yang diundang. Sehingga kehadiran pengacara dianggap

sebagai pihak yang tidak diizinkan untuk hadir dalam rapat pemeriksaan hak

angket.

103

Rodjil Ghufron, Ketegangan Presiden dan Parlemen, Sebuah Catatan dari Senayan. cet.I,

(Jakarta: Factual Analysis Forum, 2001), h. 88.

Page 78: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

66

Namun disisi lain hak untuk didampingi penasehat hukum adalah Hak

Asasi manusia, sehingga jika hal ini tidak dipenuhi maka dianggap sebagai

suatu pelanggaran. Mengenai sifat pemeriksaan hak angket secara secara

khusus diatur dalam undang-undang nomor 6 tahun 1954. Ada beberapa hal

yang menjadi pertimbangan apakah pemeriksaan tersebut dilaksanakan secara

tertutup atau terbuka. Beberapa pertimbangan menngapa pemeriksaan hak

angket dilakukan secara tertutup:104

a. Dalam penyelidikan hak angket sering kali akan bertemu dengan

keterangan-keterangan yang bersifat rahasia, sehingga dikhawatirkan

apabila pemeriksaan dilakukan secara terbuka, informasi tersebut

disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

b. Keterangan yang diperlukan tidak dapat dipublikasikan sebelum

berakhirnya masa kerja Pansus demi kelancaran kerja Pansus sendiri

dalam mencapai tujuan.

c. Pemeriksaan yang dilakukan oleh DPR adalah bukan sebagai proses

hukum melainkan proses politik, hal ini didasarkan dengan fungsi DPR

sebagai fungsi legislatif bukan sebagai lembaga pemegang kekuasn

Yudikatif. Dengan demikian hal yang ditakutkan adalah pernyataan politik

tersebut diartikan sebagai pernyataan hukum oleh masyarakat dan pada

104

Lesmana, Hak Angket Sebagai Hak DPR: Mekanisme dan Implikasinya Terhadap

Kemungkinan Pemakzulan, (Jakarta: Fakultas Hukum ,Universitas Indonesia, 2010), h. 77.

Page 79: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

67

akhirnya merugikan saksi itu sendiri. Hal ini terkait dengan opini

masyarakat.

d. Amanat Undang-Undang Hak Angket untuk melaksanakan pemeriksaan

dengan rapat tertutup.

Beberapa pertimbangan untuk melaksanakan pemeriksaan hak angket

dalam rapat terbuka

a. Mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap DPR dalam rangka

menegakkan demokrasi

b. Mewujudkan transparansi sesuai dengan tuntutan masyarakat saat ini.

c. Menghindari opini publik akan terjdinya KKN ataupun kepentingan

politik dalam proses penyelidikan hak angket.

2. Mengenai Hasil Hak Angket

Mengenai hasil hak angket seringkali memiliki dampak politik terhadap

pihak tertentu. Misalkan dalam hak angket mengenai penyidikan kasus Dana

Milik Yanatera Bulog dan Dana Bantuan Sultan Brunei Darussalam kepada

Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR membentuk Pansus hak angket

Buloggate dan Bruneigate.105

Dimana pada akhirnya penyelidikan

mengeluarkan kesimpulan:

105

Akbar Tanjung, The Golkar Way: Survival Partai Golkar di tengah Turbulensi Politik Era

Transisi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 279.

Page 80: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

68

1. Dalam Kasus Dana Yanatera Bulog, Pansus berpendapat: “Patut diduga

bahwa Presiden Abdurrahman Wahid berperan dalam pencairan dan

penggunaan Dana Yanatera Bulog.”

2. Dalam kasus dana bantuan Sultan, Pansus berpendapat: “Adanya

inkonsistensi pernyataan Presiden Abdurrahman Wahid tentang masalah

Bantuan Sultan Brunei Darussalam menunjukan bahwa Presiden telah

menyampaikan keterangan yang tidak sebenarnya kepada masyarakat.”

Kemudian DPR mengeluarkan Memorandum I yang isinya

mengingatkan bahwa Presiden Abdurrahman Wahid sungguh-sungguh

melanggar Haluan Negara yaitu:

a. Pasal 9 UUD 1945, tentang sumpah jabatan; dan

b. Melanggar TAP MPR no. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebaas KKN.106

Sesuai dengan TAP MPR no. XI/MPR/1998 ternyata hingga turunnya

memorandum ke III Presiden tidak menanggapinya sehingga berujung pada

sidang istimewa MPR dan berakibat diturunkannya Presiden Abdurrahman

Wahid sebagai Presiden Indonesia. Ada hal yang menarik didalam proses

penyelidikan Hak Angket yaitu terdapat proses hukum terhadap Presiden

Abdurrahman Wahid dimana didalam keputusan Kejaksaan Agung tersebut

disimpulkan bahwa Presiden Abdurrahman Wahid tidak terbukti terlibat dalam

106

Untung Wahyono, Peran Politik Poros Tengah dalam Kancah Pepolitikan Indonesia,

(Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003), h. 192.

Page 81: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

69

kasus Bulog dan Brunei sehingga tidak mungkin untuk ditingkatkan ke proses

penyidikan apalagi penuntutan. Namun pada kenyataannya Presiden

Abdurahman Wahid tetap di Impeachment oleh MPR, sehingga unsur

politiknya terlihat jelas.

Berbeda dengan sebelumnya, dibawah Undang-Undang Nomor 27

Tahun 2009, terdapat beberapa ketentuan yang berbeda dan lebih

menghasilkan kepastian hukum bagi hasil hak angket. Beberapa perubahan

telah dijelaskan sebelumnya yaitu:

a. Hadirnya Mahkamah Konstitusi dalam proses impeachment Presiden oleh

MPR

b. Dicabutnya TAP MPR Nomor. III/MPR/1978, sehingga tidak ada lagi

proses memorandum yang diberikan DPR kepada Presiden

Hasil hak angket tidak dapat lagi langsung diarahkan terhadap

memorandum terhadap Presiden tetapi dilanjutkan dengan penggunaan hak

untuk menyatakan pendapat, dimana hak menyatakan pendapat ini kemudian

diuji oleh Mahkamah Konstitusi dan dikembalikan lagi ke DPR kemudian

DPR mengusulkan diadakannya Sidang Istimewa kepada MPR untuk meminta

pertanggung jawaban terhadap Presiden.107

Sehingga tidak mengherankan jika dikatakan bahwa Proses penyelidikan

yang dilakukan di DPR adalah proses politik karena proses tersebut tidak juga

107

Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden: Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden

menurut UUD 1945, h. 123.

Page 82: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

70

dapat dikatakan sebagai proses hukum. Mengenai hal ini sangat jelas jika kita

mengambil contoh hak angket dalam penyelidikan Kasus Yanatera Bulog dan

Dana Bantuan Sosial Brunei Darussalam kepada Presiden Abdurrahman

Wahid.

Dari contoh diatas kasus tersebut dapat kita tarik kata “patut diduga” dan

“Inkonsistensi Pernyataan”. Empat kata itu menunjukkan bahwa DPR

menyadari bahwa bukan merupakan kewenangannya menyatakan seseorang

itu bersalah atau tidak. Ditambah lagi dengan keterangan Kejaksaan Agung

bahwa Presiden Abdurrahman Wahid tidak terbukti terlibat dalam kasus Bulog

dan Brunei.108

Dengan demikian jika kita berpegang pada hukum, seharusnya

Presiden Abdurrahman Wahid tidak dijatuhkan dalam impeachment, karena

proses hukum menyatakan dia tidak bersalah. Pada hakikatnya wewenang hak

angket yang dimiliki DPR merupakan suatu bentuk amanat yang akan di

pertanggungjawabkan. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat

58, Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum

diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

108

Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden: Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden

menurut UUD 1945. h. 100.

Page 83: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

71

memberi pengajaran yang sebaik-baiknyakepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(Q.S. An-nisa,4: 58)

Namun, saat ini khusus dalam mengenai hasil penyelidikan yang

memiliki indikasi terlibatnya presiden atau wakil presiden dalam pelanggaran

Undang-Undang, terdapat Mahkamah Konstitusi yang menilai benar tidaknya

dugaan tersebut. Sehingga diharapkan hasil hak angket secara tidak langsung

telah disahkan oleh Mahkamah konstitusi dan tidak lagi sebagai hasil politik.

Meskipun pada akhirnya keputusan impeachment tetap berada di MPR namun

dapat dikatakan tidak murni politik.

Dalam Undang-Undang Hak angket pasal 25 menegaskan “dengan tidak

mengurangi ketentuan yang tersebut dalam pasal 26 maka segala keterangan

yang diberikan kepada panitia angket tidak dapat dipergunakan sebagai bukti

dalam peradilan terhadap saksi atau ahli itu sendiri yang memberikan

keterangan atau terhadap orang lain”.109

Dalam ketentuan ini jelas bahwa

barang bukti dan keterangan yang didapatkan dalam pemeriksaan hak angket

tidak dapat dipergunakan dalam pengadilan lain. Hal ini karena DPR bukanlah

alat penegak hukum, sehingga pemeriksaan yang dilakukan oleh DPR

bukanlah proses pro yustisia.

Namun hal ini tidak berarti bahwa proses hak angket tidak mendukung

penegakan hukum. Menurut penulis hal ini dapat kita kembalikan pada fungsi

pengawasan dalam menegakkan prinsip check and balances dalam sistem

109

Republik Indonesia, Pasal 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954 tentang Hak Angket.

Page 84: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

72

Presidensial. Hak angket dapat menjadi pemberi alasan atau langkah pertama

untuk memberikan kewenangan penegak hukum dalam melakukan pro yustisia

kepada pemerintah. Dalam kasus menyangkut Presiden atau Wakil Presiden

keberadaan hak angket sangat penting sekali karena Presiden dan Wakil

Presiden adalah pemimpin tertinggi Kepolisian dan Kejaksaan dimana mereka

di bawah ranah eksekutif.110

Dengan demikian kekhawatiran atas tidak tegaknya hukum sangat besar

dengan dilimpahkan secara utuh permasalahan ini kepada jaksa dan polisi.

Namun tidak berarti juga proses di DPR yang penuh dengan kepentingan

politik dibiarkan begitu saja berjalan tanpa ada kepastian hukum. Hadirnya

Mahkamah Konstitusi memberikan kepastian hukum dan melegalkan proses

tersebut dengan keputusannya dalam proses impeachment.

110

Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia Kajian Terhadap Dinamika Perubahan

UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2003), h. 30.

Page 85: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan penulis adalah

terjadinya beberapa permasalahan dalam penggunaan hak angket oleh DPR terutama

disaat pasca reformasi, permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dalam penggunaan hak angket DPR pasca amandemen UUD 1945 lebih banyak

permasalahan dan kompleks. Hal ini dikarenakan timbulnya era reformasi yang

lepas dari rezim otoriter zaman orde baru, sehingga memungkinkan terjadinya

kebebasan berpedapat terhadap kebijakan pemerintah dan meningkatnya

efektifitas dalam fungsi pengawasan, fungsi anggaran dan fungsi legislasi.

2. Dalam penggunaan hak angket terjadi terutama dalam pendampingan saksi oleh

pengacara masih belum jelas. Hal ini dikarenakan terdapat saksi belum mengerti

proses kesaksian yang terkadang Anggota DPR dalam meminta keterangan

sering melebihi kewenangan, seolah-olah seperti jaksa penuntut umum. Padahal

proses di DPR hanyalah proses politik.

3. Sifat pemeriksaan Hak Angket selalu dilakukan dengan cara terbuka, padahal

amanah Undang-Undang Hak angket diperintahkan secara tertutup. Hal ini juga

membuat ketidakjelasan dalam proses pemeriksaan hak angket.

4. Dalam kasus pengunaan hak angket pada saat kasus Bulooggate dan Bruneigate

saat Abdurrahman Wahid menjadi Presiden, penyelidikan kasus tersebut sama

sekali tidak mempertimbangkan aspek hukum karena kejaksaan Agung

Page 86: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

74

menyimpulkan bahwa presiden tidak terbukti terlibat. Namun proses hak angket

tetap memberi memorandum 1 dan 2 sehingga prosesnya benar-benar proses

politik dan tidak mempertimbangkan dari aspek hukum.

5. Hasil penyelidikan hak angket DPR tidak bisa dijadikan barang bukti dan

keterangan di dalam proses pengadilan. Hal ini karena DPR bukanlah alat

penegak hukum, sehingga pemeriksaan yang dilakukan DPR pro yustisia.

B. Saran-saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis merasa perlu untuk

menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. DPR hendaknya agar membuat Peraturan tentang hak angket lebih jelas, terutama

tentang proses mekanisme penggunaan hak angket agar tidak multi tafsir,

sehingga tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam proses penggunaan hak

angket.

2. Penulis menyarankan agar hasil hak angket dapat menjadi dijadikan bukti di

dalam proses pengadilan, karena selama ini hasil penyelidikan dari hak angket

tidak bisa dijadikan bukti dalam proses pengadilan. Hal ini menyebabkan terjadi

pemborosan, tidak efisiennya kinerja anggota DPR bahkan buang-buang

anggaran dalam proses penyelidikan hak angket DPR.

3. Harus ada sanksi tegas terhadap anggota DPR apabila dalam mengunakan hak

angket melanggar, menyalahgunakan, dan keluar dari aturan-aturan mekanisme

penggunan hak angket.

Page 87: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

75

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Suci

Al Qur’an dan Terjemahan.

Buku-Buku

A.Garner, Bryan. Black Law Dictionary. Ninth Edition. West Group, 2009.

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

__________. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi.

cet.I. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Boboy, Max. DPR RI dalam Prespektif dan Sejarah dan Tata Negara. Jakata:

Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Cet. XIX. Jakarta: Dian Rakyat, 1998.

Busroh, Abu Daud. Ilmu Negara. Cet: VII. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Friedrich, Carl Joachim, Constitutional Government and Democracy, 1950

(especcially chap.I and the literature given there).

__________, Filsafat Hukum, (The University of Chicago Press, 1969).

Ghufron, Rodjil. Ketegangan Presiden dan Parlemen, Sebuah Catatan dari Senayan.

cet. I. Jakarta: Factual Analysis Forum, 2001.

Hall, Kermit, L. The Oxford Companion to the Supreme Court of the United States.

Oxford: Oxford University Press, 1992

Hartono, Y. Dari Supremasi Eksekutif ke Supremasi Legislatif, cet. I. Yogyakarta:

Fakultas Hukum Universitas Katolik Atmajaya, 2003.

Page 88: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

76

HS, H. Salim. Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, ed.1. Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia. cet.I,. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006.

Kahtarina, Riris. “mengenai hak angket melalui perjalanan sejarah DPR RI dalam

berbagai prespektif tentang memorandum kepada presiden: suatu studi

terhadap pemberian memorandum DPR RI kepada Presiden Abdurrahman

Wahid”, (Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretaris

Jenderal DPR RI, 2002).

Karjadi, M dan Soesilo, M. KUHAP dengan Penjelasan resmi dan Komentar.

Politeia: Jakarta, 1997.

Kusnardi, Moh dan Saragih, Bintan. Ilmu Negara, cet.I. edisi revisi. Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2000.

Labolo, Muhadam. Memahami Ilmu Pemerintahan (Suatu Kajian Teori, Konsep, dan

Pengembangannya). Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Legowo, T,A. Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia: Studi dan Analisis Sebelum

dan Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta: FORMAPPI, 2005.

Loebis, A.R. Belantara Kebangsaan, cet I. Yogyakarta: Jendela Yogyakarta, 2001.

Mahmud, Peter, Marzuki, Penelitian Hukum. cet.VI. Jakarta : kencana, 2010.

Marbun, BN. DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1992.

Patrick, Jhon, J dkk, The Oxford guide to the United States Government, (Oxford:

Oxford University Press, 2001

Salang, Sebastian dkk. Panduan Kinerja DPR/DPRD Menghindari Jeratan Hukum

Bagi Anggota Dewan. Jakarta: Forum Sahabat, 2009

Schroeder, Richard, C. Garis-Garis Besar Pemerintah Amerika, (Dinas Penerangan

AS).

Page 89: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

77

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. Himpunan peraturan tata

tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 1945-1971. BP.KNIP-

DPR Pemilu II.

Soehino. Ilmu Negara. ed.III. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2005.

Soemantri, Sri, dkk. Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia:

30 Tahun Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan,1993.

Soerdjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di

Dalam Penelitian Hukum. Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas

Indonesia, 1979.

Tambunan, Arifin Sari Surunganlan. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia Menurut UUD 1945, Suatu Studi Analisis Mengenai

Pengaturannya Tahun 1966-1997. .Jakarta: Sekolah Tinggi Hukum Militer,

1998.

Tanjung, Akbar. The Golkar Ways: Survival Partai Golkar di tengah Turbulensi

Politik Era Transisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Triwulan, Titik, Tutik. Konstitusi Hukum Tata Negara Indonesia Pasaca Amandemen

UUD 1945. cet.I. Jakarta: Kencana, 2010.

Wahjono, Padmo. Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983.

Wahyono, Untung. Peran Politik Poros Tengah dalam Kancah Perpolitikan

Indonesia. Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003.

Zoelva, Hamdan. Impeachment Presiden. Alasan Tindak Pidana Pemberhentian

Presiden menurut UUD 1945. Jakarta: Konstitusi. 2005.

Undang-Undang dan Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara

Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara

Republik Indonesia.

Page 90: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

78

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Undang-Undang tentang MPR, DPR,DPD,

dan DPRD.

Undang-Undang Nomor 6 tahun 1954 tentang Hak Angket.

Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib.

Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Rapat Paripurna Ke-16. Masa Sidang

III. Tahun Sidang 2006-2007.

Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Rapat Paripurna Ke-11. Masa Sidang I.

Tahun Sidang 2009-2010.

Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Rapat Paripurna Ke-14. Masa Sidang

II. Tahun Sidang 2009-2010.

Constitution of South Africa.

Jurnal

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. ed.IV. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan

Skripsi, Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas

Syariah dan Hukum, 2012.

FORMAPPI. Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia, Studi dan Analisis Sebelum

dan Setelah Perubahan UUD 1945 (Kritik, Masalah, dan Solusi). Jakarta:

FORMAPPI, 2005.

FORMAPPI. Menghindari Jeratan Hukum bagi Anggota Dewan. Jakarta:

FORMAPPI, 2009.

Parlementaria. Menuju DPR Bersih. Jakarta: Tata Usaha Bagian Pemberitaan dan

Penerbitan DPR-RI, 2008.

Karya Ilmiah

Rahman, Arif. Tinjaun Yuridis Penggunaan Hak Angket Dalam Kasus Bank Century.

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2013.

Page 91: PENGGUNAAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25007/1/Roma... · REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 telah diujikan dalam Sidang Munaqosah

79

Lesmana. Hak Angket Sebagai Hak DPR: Mekanisme dan Implikasinya Terhadap

Kemungkinan Pemakzulan. Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas

Indonesia. 2010.

Internet

Morton Rosenberg, Investigative Oversight: An Introduction to the Law, Practice and

Procedure of Congressional Inquiry, artikel diakses pada tanggal 11 oktober

2013: http://www.house.gove.rules/95-464.htm#2.

The Accountability of Government, diakses pada tanggal 12 November 2013:

http://www.parliament.uk/works/account.cfm.

House of Commons Select Committees: Guide for Witness, diakses pada tanggal 12

oktober 2013 http://www.parliament.uk/commons/selcom/witguide.htm.

The French Parliament, diakses pada tanggal 12 oktober 2013:

http://www.assembleenationale.fr/english/8ad.asp.

Pertama Kali Hak Angket digunakan DPR pada tahun 1950, diakses dari

http://www.dpr.ri.go.id.berita., Pada tanggal 29 Agustus 2013