Penggolongan obat Analgesik

15
Tugas Anestesi Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Nama : Petrick Aqrasvawinata NIM : 11.2013.336 FK UKRIDA Definisi dan Penggolongan Analgesik Analgesik adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran .Pada umumnya analgesik efektif untuk menghilangkan sakit kepala,nyeri otot,nyeri sendi dan nyeri lainnya.misalnya nyeri pasca bedah,pasca bersalin,disminore(nyeri haid) dan pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan.Hampir semua analgesik memiliki efek antipiretik,dan efek antiinflamasi. 1 1. Penggolongan Obat Analgesik Obat analgesik dibagi menjadi 2,yaitu: A. Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi. Ada 3 golongan obat ini yaitu : 1. Obat yang berasal dari opium-morfin,

description

hjcjs

Transcript of Penggolongan obat Analgesik

Page 1: Penggolongan obat Analgesik

Tugas Anestesi

Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

Nama : Petrick Aqrasvawinata

NIM : 11.2013.336

FK UKRIDA

Definisi dan Penggolongan Analgesik

Analgesik adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran .Pada umumnya analgesik efektif untuk menghilangkan sakit

kepala,nyeri otot,nyeri sendi dan nyeri lainnya.misalnya nyeri pasca bedah,pasca

bersalin,disminore(nyeri haid) dan pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan.Hampir semua

analgesik memiliki efek antipiretik,dan efek antiinflamasi.1

1. Penggolongan Obat Analgesik

Obat analgesik dibagi menjadi 2,yaitu:

A. Analgesik opioid / analgesik narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium

atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau

menghilangkan rasa nyeri.

Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk

mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan

mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.

Ada 3 golongan obat ini yaitu :

1. Obat yang berasal dari opium-morfin,

2. Senyawa semisintetik morfin, dan

3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan

Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein,

tebain, dan papaverin atau dari senyawa sintetik. Analgesik ini digunakan untuk

meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dariorgan viseral.

Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapatmenimbulkan toleransi dan

ketergantungan. Toleransi adalah penurunan efek, sehingga untuk mendapatkan efek

seperti semula perlu peningkatan dosis. Karena dapat menimbulkan ketergantungan.

Page 2: Penggolongan obat Analgesik

Obat golongan ini penggunaannya diawasi secara ketat

dan hanya nyeri yang tidak dapat diredakan dengan obat analgetik dan antipiretik) 

Klasifikasi Obat Golongan Opioid Berdasarkan Rumus Bangunnya

Struktur dasar Agonis kuatAgonis lemah-

sedang

Campuran agonis-

antagonisAntagonis

Fenantren Morfin

Hidromorfin

Oksimorfon

Kodein

Oksikodon

Hidrokodon

Nalbufin

Buprenorfin

Nalorfin

Nalokson

Naltrekson

Fenilheptilamin Metadon Propoksifen

Fenilpiperidin Meperidin

Fentanil

Difenoksilat

Morfinan Levorfanol Butorfanol

Benzomorfan Pentazosin

1. Morfin

Indikasi : meredakan atau menghilangkan nyeri hebat ( infark miokard, neoplasma,

kolok renal atau kolok empedu, oklusio akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau

koroner), mengurangi atau menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang

menyertai gagal jantung kiri, menghentikan diareberfasarkan efek langsung terhadap

otot polos usus.

Efek samping : mual, muntah, depresi napas, urtikaria, eksantem, dermatitis

kontak, pruritus, bersin, intoksitasi akut terjadi akibat percobaan bunuh diri. Pasien

akan tidur, sopor atau koma jika intoksitasi cukup berat, frekuensi napas lambat (2-

4kali/meit)

Sediaan : Pulvus opii mengandung 10% morfin dan <0,5% kodein.Yang

mengandung alkoloid murni di gunakan untuk pemberian oral / parenteral ialah

garam HCL, garam sulfat ataufosfat alkoloid morfin dangan kadar 10 mg/mL

Kodein tersedia dalam bentuk basa bebas atau dalam bentuk garam HCL atau fosfat.

Satu tablet mnegandung 10,15 atau 30 mg kodein

2. Metadon

Indikasi : jenis nyeri yang dapat di pengaruhi metadon sama dengan jenis nyeri

dapat dipengaruhi morfin.

Page 3: Penggolongan obat Analgesik

Efek samping : perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu,

berkeringat, pruritus, mual dan muntah.

3. Fentanil

Indiksi : menangani nyeri kronis pada pasien yang memerlukan analgesik opioid

Efek samping : hipoventilasi, mual, muntah, sembelit / susah buang air besar,

somnolen, bingung / kekacauan, halusinasi, euforia ( keadaan emosi yang gembira

berlebihan ) , gatal – gatal , dan retansi urin.

Kontra indfikasi : bukan untuk nyeri setelah op, lansia, gangguan fungsi hati dan

dinjal, penyakit paru, bradiaritmia, tumor otak, hamil dan menyusui.2

4. Kodein (F.L) : metilmorfin, *Codipront.

Alkaloida candu ini memiliki khasiat yang sama dengan induknya, tetapi lebih

lemah, misalnya efek analgetiknya 6-7 x kurang kuat. Efek samping dan risiko

adiksinya lebih ringan, sehingga sering digunakan sebagai obat batuk, obat anti diare

dan obat anti nyeri, yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal.

Obstipasi dan mual dapat terjadi terutama pada dosis lebih tinggi (di atas 3 dd  20

mg).

etilmorfin (Dionin) adalah derivat dengan khasiat analgetik dan hipnotik lebih

lemah; penghambatannya terhadap pernapasan juga lebih ringan. Untuk menekan

batuk, zat ini kurang efektif dibandingkan dengan kodein, tetapi dahulu banyak

digunakan dalam obat sediaan batuk.

noskapin (narkotin, Longatin, Mercotin, Necodin) adalah alkaloida candu lain,

tanpa sifat narkotik, yang lebih efektif sebagai obat batuk. Noskapin tidak termasuk

dalam Daftar Narkotika karena tidak menimbulkan ketagihan.

5. Tramadol : Tramal

Derivat-sikloheksanol sintetis ini adalah campuran resemis dari 2 isomer. Kasiat

analgetiknya sedang dan berdaya menghambat reuptake noradrenalin dan bekerja

antitussif (anti batuk). Zat ini tidak menekan pernapasan, praktis tidak

mempengaruhi sistem kardiovaskuler atau motilitas lambung usus. Efek sampingnya

tidak begitu serius dan paling sering berupa termangu-mangu, berkeringat, pusing,

mulut kering, mual dan muntah, juga obstipasi, gatal-gatal, rash, nyeri kepala dan

rasa letih.

Page 4: Penggolongan obat Analgesik

B. Analgesik non opioid/ non narkotik

Semua analgetik non-opiod (kecuali asetaminofen) merupakan obat anti peradangan

nonsteroid(NSAID).Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino

fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat,

naproksen/naproxen.2,3

Biasanya obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya terdiri dari

tiga komponen, yaitu :

1. analgetik (menghilangkan rasa nyeri),

2. antipiretik (menurunkan demam), dan

3. anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).

Obat-obat ini bekerja melalui 2 cara:

1. Mempengaruhi sistem prostaglandin, yaitu suatu sistem yang bertanggungjawab

terhadap timbulnya rasa nyeri.

2. Mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkali terjadi di

sekitar luka dan memperburuk rasa nyeri

Obat analgetik non-opiod digunakan untuk :

· Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau

menurunkan kesadaran juga tidak menimbulkan ketagihan

· Diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang : nyeri kepala, gigi, otot atau sendi,

perut, nyeri haid, nyeri akibat benturan

Efek samping yang sering timbul pada analgetik non-opiod dikelompokkan sebagai

berikut :

· Gangguan lambung-usus (asetosal, ibuprofen, metamizol)

· Kerusakan darah (parasetamol, asetosal,mefenaminat, metamizol)

· Kerusakan hati dan ginjal (parasetamol dan ibuprofen)

· Alergi kulit

Pengaruh pada Kehamilan dan Laktasi

Analgetik yang mempunyai pengaruh pada kehamilan dan laktasi antara lain adalah :

· Parasetamol : dianggap aman walaupun mencapai air susu

· Asetosal dan salisilat, dan metamizol : pada kehamilan dapat menyebabkan

perkembangan janin terganggu.

Berdasarkan derivatnya, analgetik non-opiod dibedakan atas 8 kelompok yaitu :

· Derivat Paraaminofenol : Parasetamol

· Derivat Asam Salisilat : asetosal, salisilamid dan benorilat

Page 5: Penggolongan obat Analgesik

· Derivat Asam Propionat : ibuprofen, ketoprofen

· Derivat Asam Fenamat : asam mefenamat

· Derivat Asam Fenilasetat : diklofenak

· Derivat Asam Asetat Indol : indometasin

· Derivat Pirazolon : fenilbutazon

· Derivat Oksikam : piroksikam

Parasetamol

· Merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.

· Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan

antiinflamasinya sangat lemah

Asetosal (Aspirin)

· Mempunyai efek analgetik, anitipiretik, dan antiinflamasi.

· Efek samping utama : perpanjangan masa perdarahan, hepatotoksik (dosis besar) dan

iritasi lambung.

· Diindikasikan pada demam, nyeri tidak spesifik seperti sakit kepala, nyeri otot dan

sendi (artritis rematoid).

· Aspirin juga digunakan untuk pencegahan terjadinya trombus (bekuan darah) pada

pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah otak

Asam Mefenamat

· Mempunyai efek analgetik dan antiinflamasi, tetapi tidak memberikan efek

antipiretik.

· Efek samping : dispepsia

· Dosis : 2-3 kali 250-500 mg sehari

· Kontraindikasi : anak di bawah 14 tahun dan wanita hamil

Ibuprofen

· Mempunyai efek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, namun efek

antiinflamasinya memerlukan dosis lebih besar

· Efek sampingnya ringan, seperti sakit kepala dan iritasi lambung ringan.

· Absorbsi cepat melalui lambung

· Waktu paruh 2 jam

· Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap (90%)

· Dosis 4 kali 400 mg sehari

Diklofenak

· Diberikan untuk antiinflamasi dan bisa diberikan untuk terapi simtomatik jangka

Page 6: Penggolongan obat Analgesik

panjang untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa.

· Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap

· Waktu paruh 1-3 jam

· Efek samping : mual, gastritis, eritema kulit

· Dosis : 100-150 mg, 2-3 kali sehari

Indometasin

· Mempunyai efek antipiretik, antiinflamasi dan analgetik sebanding dengan aspirin,

tetapi lebih toksik.

· Metabolisme terjadi di hati

· Efek samping : diare, perdarahan lambung, sakit kepala, alergi

· Dosis lazim : 2-4 kali 25 mg sehari

Piroksikam

· Hanya diindikasikan untuk inflamasi sendi.

· Waktu paruh : > 45 jam

· Absorbsi cepat dilambung

· Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema

kulit.

· Dosis : 10-20 mg sehari

Fenilbutazon

· Hanya digunakan untuk antiinflamasi, mempunyai efek meningkatkan ekskresi asam

urat melalui urin, sehingga bisa digunakan pada artritis gout.

· Diabsorbsi cepat dan sempurna pada pemberian oral.

· Waktu paruh 50-65 jam

Penghambat COX-2 selektif �COX-2 selective inhibitor ( coxibs ) dikembangkan dalam usaha mencari penghambat sintesa

prostaglandin dengan menghambat isoenzim COX-2 pada tempat inflamasi tanpa

mempengaruhi COX- 1 isoenzim yg terdapat pada traktus gastrointestinal, ginjal dan

trombosit. Coxibs selektif mengikat dan menghambat tempat kerja COX2 > COX1. Coxibs�

mempunyai efek analgesik,antipiretik dan anti inflamasi sama seperti NSAID nonselektif

lain, tapi dia mempunyai efek samping pada gastrointestinal COX 1.

Celecoxib

Page 7: Penggolongan obat Analgesik

Selektif COX2 inhibitor 10-20x > COX 1. Efektif utk pengobatan : artritis reumatoid dan

osteoartritis. Efek samping pada gastrointestinal setengah dari NSAID lain, tapi efek

samping lain hampir sama. � Efek samping edema, dan hipertensi pernah dilaporkan.

Etoricoxib: � Merupakan derivat bipiridin, coxib generasi ke-2, dg penghambatan thd COX2 jauh >

COX1. Dimetabolisme di hepar (e.P450)& diekskresi melalui ginjal. T setengah 22 jam.

Digunakan di U.K. Dg dosis 60 mg/hari (osteo artritis),90mg/hari (osteo artritis),

120mg/hari (artritis gout akut),6o mg/hari (nyeri muskulo skeletal). � Di A.S. Belum

diijinkan penggunaannya. � Mempunyai struktur mirip diclofenac perlu monitoring es thd

hepar pd pengguna obat ini. � Meloxicam

Mirip piroxicam. Mempunyai selektivitas COX 2 tdk terlalu tinggi dibanding coxib yg

lain. Selektivitasnya terutama pada dosis kecil yaitu 7,5 mg/hari. � Popular di Eropa &

negara2 lain untuk pengobatan penyakit- penyakit artritis, diijinkan di A.S. untuk

osteoartritis. Efek samping GI < piroxicam, diclofenac dan naproxen. � Diperkirakan efek

penghambatan meloxicam terhadap sintesa tromboxan A2 tidak menyebabkan penurunan

fungsi trombosit secara in vivo.

2. Mekanisme Kerja Obat OAINS

Page 8: Penggolongan obat Analgesik

Mekanisme kerja OAINS

Mekanisme kerja anti-inflamsi non steroid (AINS) berhubungan dengan sistem

biosintesis prostaglandin yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga

konversi asam arakidonat menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase

terdapat dalam 2 isoform yang disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut

dikode oleh gen yang berbeda. Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan

berbagai fungsi dalam keadaan normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran

cerna, dan trombosit. Di mukosa lambung aktivitas COX-1 menghasilakan prostasiklin

yang bersifat protektif. Siklooksigenase 2 diinduksi berbagi stimulus inflamatoar,

termasuk sitokin, endotoksindan growth factors. Teromboksan A2 yang di sintesis

trombosit oleh COX-1 menyebabkan agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi otot

polos. Sebaliknya prostasiklin PGL2 yang disintesis oleh COX-2 di endotel malro

vasikuler melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit.

Mekanisme kerja obat AINS

Kortikosteroid merupakan anti-inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon steroid

alami pada manusia yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek anti-inflamasi

kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imuno-kompeten seperti sel T, makrofag, sel

dendritik, eosinofil,neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menghambat respons inflamasi

dan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut.

Kerja kortikosteroid menekan reaksi inflamasi pada tingkat molekuler terjadi melalui

mekanisme genomik dan non-genomik. Glukokortikoid (GK) berdifusi pasif dan berikatan

dengan reseptor glukokortikoid (RG) di sitosol. Ikatan GK-RG mengakibatkan translokasi

kompleks tersebut ke inti sel untuk berikatan dengan sekuens DNA spesifik, yaitu gluco-

corticoid response elements (GRE). Ikatan GK-RG dengan DNA mengakibatkan aktivasi

atau supresi proses transkripsi.Mekanisme non-genomik GK terjadi melalui aktivasi

endot-helial nitric oxide synthetase (eNOS) yang menyebabkan lebih banyak pelepasan

nitric oxide (NO), suatu mediator anti-inflamasi.

Imunosupresi secara genomik terjadi melalui aktivasi annexin-1 (lipocortin-1) dan

mitogen-activated protein-kinase (MAPK) phosphatase 1. Selain itu, GK juga

meningkatkan transkripsi gen antiinflamasi secretory leuko-protease inhibitor (SLPI)

interleukin-10 (IL-10) dan inhibi-tor nuclear factor-κB (IκB-α). Annexin-1 menghambat

pelepasan asam arakhidonat sehingga produksi mediator inflamasi menurun

(prostaglandin, tromboksan, prostasiklin, dan leukotrien). Kerja enzim MAPK

Page 9: Penggolongan obat Analgesik

phosphatase 1 menyebabkan MAPK 1 tidak aktif sehingga aktivasi sel T,sel dendritik, dan

makrofag terhambat.

Mekanisme genomik lain berupa inhibisi faktor transkripsi yang berperan dalam

produksi mediator inflamasi,yaitu nuclear factor-κB (NF-κB) dan activator protein-1(AP-

1).NF-κB dan AP-1 mengatur ekspresi gen sitokin,inflammatory enzymes, protein dan

reseptor yang berperanan dalam inflamasi (IFN-γ, TNF-α, dan IL-1). Penghambatan ke-

duanya akan menurunkan produksi mediator inflamasi.3

Beberapa Sediaan dan cara pemberian obat analgesik :

1. Analgetik narkotik Pemberian

Morfin Oral ( sirup 5mg/5ml,tablet 10,30,60 ml)

Parateral ( injeksi 10mg/ml.20 mg/ml )

Kodein fosfat Oral ( tablet 10,15,20 mg )

Fentanil Parateral (injeksi )

Petidin hcl Parateral ( injeksi 50 ml)

Oral ( tab 50mg)

Tramadol hcl Parateral (injeksi 50 ml)

Oral ( 50 mg )

2. Non narkotik Pemberian

Asetosal / aspirin Oral (tab 100,500 mg )

Pct Oral ( syrup 120 mg/5ml.tab100,500mg)

3. AINS Pemberian

Ibuprofen Oral ( tab 200.400.600 mg)

Page 10: Penggolongan obat Analgesik

Diklofenak Oral ( tab 25,50 mg)

Indometasin Oral ( kapsul 25 mg )

Fenilbutazon Oral ( kaplet 200 mg )

Pirosikam Oral ( tab 10,20 mg )

Sumber :

1. [Author] http://repository.usu.ac.id// , tanggal 25 Februari 2015

2. Ian Tanu. Farmakologi dan terapi. 2007. Bagian Farmakologi FKUI

3. Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta