Pengetahuan dan Keyakinan

10
I. Pendahuluan Diera globalisasi teknologi seperti sekarang ini, istilah pengetahuan telah menjamur di semua lapisan masyarakat tanpa mengenal strata dan kasta. Penggunaan istilah yang umumnya berkutik di ruang-ruang kelas atau dapat kita katakan bahwa istilah kaum intelektual ini telah menjelma sebagai sebuah istilah umum yang oleh siapa saja dapat dikemukakan dengan bebas. Namun dalam penjelmaannya kedalam istilah keseharian mengalami cacat makna, terlebih di Indonesia, mereka yang menggunakan istilah ini belum semuanya paham mengenai pemaknaannya. Selain itu, pemaknaan yang keluar dari ruang lingkup dan batasan sebagai suatu istilah. Seringkali di tatanan masyarakat Indonesia penggunaan istilah pengetahuan keliru, kebenaran yang menjadi syarat di-klaimnya sebagai sebuah pengetahuan terkadang luput. Bahkan masih banyak yang masih memaknai pengetahuan sebagai keyakinan. Lalu apakah benar secara istilah dan pemaknaan bahwa pengetahuan itu sama dengan keyaninan? Melalui tulisan penulis ini, semoga kita dapat membedakan antara pengetahuan dan keyakinan, terlebih sebagai kaum intelektual yang bertanggungjawab dalam mencerdaskan masyarakat kita diharapkan dapat membawa sebuah pencerahan. Pada akhirnya, tidaklah ada karya manusia yang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan setelah membaca tulisan ini pembaca dapat menyampaikan kritik dan saran untuk memperbaiki tulisan penulis kedepannya.

description

Mengenal pengetahuan dan keyakinan adalah langkah efektif mempelajari alam semesta

Transcript of Pengetahuan dan Keyakinan

Page 1: Pengetahuan dan Keyakinan

I. Pendahuluan

Diera globalisasi teknologi seperti sekarang ini, istilah pengetahuan

telah menjamur di semua lapisan masyarakat tanpa mengenal strata

dan kasta. Penggunaan istilah yang umumnya berkutik di ruang-ruang

kelas atau dapat kita katakan bahwa istilah kaum intelektual ini telah

menjelma sebagai sebuah istilah umum yang oleh siapa saja dapat

dikemukakan dengan bebas. Namun dalam penjelmaannya kedalam

istilah keseharian mengalami cacat makna, terlebih di Indonesia,

mereka yang menggunakan istilah ini belum semuanya paham

mengenai pemaknaannya. Selain itu, pemaknaan yang keluar dari

ruang lingkup dan batasan sebagai suatu istilah. Seringkali di tatanan

masyarakat Indonesia penggunaan istilah pengetahuan keliru,

kebenaran yang menjadi syarat di-klaimnya sebagai sebuah

pengetahuan terkadang luput. Bahkan masih banyak yang masih

memaknai pengetahuan sebagai keyakinan. Lalu apakah benar secara

istilah dan pemaknaan bahwa pengetahuan itu sama dengan

keyaninan? Melalui tulisan penulis ini, semoga kita dapat membedakan

antara pengetahuan dan keyakinan, terlebih sebagai kaum intelektual

yang bertanggungjawab dalam mencerdaskan masyarakat kita

diharapkan dapat membawa sebuah pencerahan. Pada akhirnya,

tidaklah ada karya manusia yang sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan setelah membaca tulisan ini pembaca dapat

menyampaikan kritik dan saran untuk memperbaiki tulisan penulis

kedepannya.

Page 2: Pengetahuan dan Keyakinan

II. Pembahasan

Pengetahuan dan Keyakinan

Ketika kita membahas mengenai pengetahuan dan keyakinan kita harus

menalaah pengertian dan definisi dari berbagai sudut pandang secara

komprehensif. Karena tanpa pembahasan yang komprehensif kita tidak

akan mendapatkan sebuah gambaran yang menyeluruh. Pentingnya

mengerti perbedaan antara pengetahuan dan keyakinan akan memimbing

kita pada sebuah kondisi yang tidak lagi bias bahkan salah

menginterpretasikan. Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya kita

menelaah lebih lanjut sebagai upaya penulusuran terhadap kebenaran.

Pengetahuan dan keyakinan tidak dapat digeralisasi sebagai hal yang

sama karena jelas memang berbeda, namun pengetahuan dan keyakinan

sangat bertalian erat. Seperti yang dijelaskan Sonny Keraf dalam bukunya

“Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis” menjelaskan bahwa

pengetahuan dan keyakinan secara metodologis dalam gejala

terbentuknya pengetahuan manusia dapat dibedakan antara dua kutub

berbeda dari gejala pengetahuan manusia iantara subjek dan objek.

Keduanya merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya

pengetahuan manusia. Hubungan yang sedemikian ini telah menimbulkan

perdebatan yang panjang. Oleh karena itu saya akan mengupas satu

persatu.

Pengetahuan telah menjadi istilah yang dipakai secara umum di berbagai

kalangan masyarakat. Namun secara pemaknaan pengetahuan masih

belum banyak yang paham terlebih hubungannya dengan keyakinan.

Pengetahuan telah banyak digunakan secara luas tanpa banyak yang

Page 3: Pengetahuan dan Keyakinan

mengetahui batasan serta ruang lingkupnya. Mari kita awali pembahasan

kali ini dengan memahami tentang pengetahuan melalui pendekaan

fenomenologis. Dalam karyanya yang berjudul Metaphysica, Aristotles

menjelaskan “Segala manusia ingin mengetahui”. Ungkapan itu dapat

kita saksikan dalam setiap kehidupan manusia sejak lahir hingga pada

akhir hayat. Pengetahuan itu, secara perorangan maupun bersama,

ternyata berlangsung dalam dua bentuk dasar berbeda yang sulit

ditentukan mana kiranya yang paling asli atau paling berharga dan paling

manusiawi. Bentuk yang pertama adalah mengetahui demi mengetahui

saja dan untuk menikmati pengetahan itu. Sedangkan bentuk lainnya

ialah pengetahuan yang digunakkan dan diterapkan, misalnya untuk

melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal,

mempermudah pkerjaannya, dll.

Dalam buku Filsafat ilmu Pengetahuan karangan C. Verhaak menerangkan

bahwa segala hasil pengetahuan bersifat sementara dan terbuka. Ini

dinyatakan oleh filsafat kalau menguraikan ciri intensionalitas

pengetahuan manusia, atau kalau dikatakan bahwa ciri khas pengetahuan

itu ialah bertanya sambil mencari, yang merupakan sintesis tida henti

antara “sudah tau” dan “belum tau”.

Pengetahuan ini juga meliputi emosi, informasi, dan pikiran. Ketika

mengamati atau menilai suatu perkara, kita umumnya menggunakan

kalimat kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya

mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa

dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan.

Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan,

sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang

seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal

keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah

memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang

sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari

bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut

sebagaimana adanya. Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir

Page 4: Pengetahuan dan Keyakinan

dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Syarat-syarat

tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus

antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana

hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan.

John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan

beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari

suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang

terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap

dan yang senantiasa berubah.

Pengetahuan juga di jelaskan lebih lanjut sebagai salah satu kemampuan

khas manusia membentuk peradaban global dan membawa akibat-akibat

besar terhadap kodrat kemanusiaan. Pengetahuan juga dipandang

sebagai salah satu unsur dasar kebudayaan. Dalam kamus filsafat

dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses yang diketahui manusia

secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang

mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya

sendiri sedemikian aktif yang mengetahui itu menyusun yang diketahui

pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Watloy, 2005).

Lebih lanjut dalam buku Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis

yang dibuat oleh Sonny Keraf menjelaskan bahwa jika dilihat dari pola-

nya, pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan/ tahu bahwa,

pengetahuan/ tahu bagaimana, pengetahuan/ tahu tentang, dan

pengetahuan/ tahu mengapa. Ini merupakan langkah penting dalam

membawa pencerahan dan mempelajari secara lebih dalam mengenai

pengetahuan. Berikut ini penjelasannya :

a. Tahu bahwa

Dapat dikatakan bahwa “pengetahuan bahwa” merupakan pengetahuan

mengenai informasi tertentu; tahu bahwa sesuatu terjadi , tahu bahwa ini

atau itu memag demikian adanya, bahwa apa ang dikatakan memang

benar. Singkatnya, tahu bahwa p, dan bahwa p memang benar. Dalam

kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil contoh bahwa kita tahu

Page 5: Pengetahuan dan Keyakinan

bahwa kucing berkaki empat dan kebenerannya bahwa kucing berkaki

empat.

Jenis pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoritis, pengetahuan

ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang tidak begitu mendalam.

Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan dalam mengumpulkan

informasi atau data yang dimilikinya. Maka, kekuatan pengetahuan ini

adalah informasi atau data yang dimilikinya.

b. Tahu bagaimana

Pengetahuan jenis menyangkut bagaimana menyangkut bagaimana

melakukan sesuatu. Ini yang dikenal sebagai know-how. Pengetahuan ini

berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran

teknis dalam melakukan sesuatu. Pengethahuan-pengetahuan di bidang

teknik umumnya digolongkan dalam jenis pengetahuan ini. Seseorang

yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia tahu

seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia

tahu bagaimana melakukan sesuatu. Dengan kata lain, pengetahuan jenis

ini berkaitan dengan praktek, maka disebut juga pengetahuan praktis.

Ini tidak berarti bahwa pengetahuan jenis ini hanya bersifat praktis. Tetap

saja pengetahuan jenis ini punya landasan atau asumsi teoritis tertetu.

Hanya saja asumsu dan konsep teoritis itu telah diaplikasikan menjadi

pengetahuan praktis. Oleh karena itu telah diaplikasikan menjadi

pengetahuan praktis. Oleh karena itu yanpa menyepelekan pengetahuan

teoritis yang lebih diutamakan adalah pengetahuan praktis ini. Ini

mencakup : manajemen, teknik, organisasi, komputer, dan sebagainya.

c. Tahu akan/ mengenai

Yang dimaksudkan tahu akan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik

menyangkut pengetahuan akan sesuatu yang sangat spesifik menyangkut

pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman pribadi

secara langsung dengan objeknya. Oleh karena itu, sering juga disebut

sebagai pengetahuan berdasarkan pengenalan. Dalam bahasa Indonesia

knowing disini lebih tepat diterjemahkan sebagai kenal, yaitu tahu secara

Page 6: Pengetahuan dan Keyakinan

pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga disebut sebagai pengetahuan

langsung yang bersifat personal.

Ciri pengetahuan model ini adalah sebagai berikut. Pertama, karena

pengetahuan ini didasarkan pada pengenalan pribadi yang langsung

dengan objek, pengetahuan ini mempunyai tingkat objektivitas yang

cukup tinggi. Degan pengertian bahwa apa yang diklaim sebagai

pengetahuan memang betul-betul didasarkan pada pengenalan dan

pengalaman langsung si subjek. Si subjek tahu baik sekali tentang objek

itu secara cukup baik dan rinci. Si subjek terlibat langsung dan mengenal

dari dekat bahkan dari dalam objek itu sendiri. Oleh karena itu, kadar

kebenaran dan objektivitasnya sangat tinggi. Namun disisi lain memang

dapat dikatakan pula bahwa unsur subjektivitasnya pun tinggi. Maka dari

itu si subjek harus menuliskan tentang sejarah hidupnya, minatnya, sudut

pandangnya, gambarannya, sehingga ada keselarasan dalam

penilaiannya.

d. Tahu mengapa

Biasanya jenis pengetahuan ini berkaitan dengan “pengetahuan bahwa”.

Hanya saja, “tahu mengapa” jauh lebih mendalam dan serius daripada

“tahu bahwa” karena “tahu mengapa” berkaitan dengan penjelasan.

Penjelasan ini tidak hanya berhentu pada informasi yang ada

sebagaimana pada “tahu bahwa”, melainkan menerobos masuk ke balik

data atau informasi yang ada. Dengan penjelasan tersebut, “tahu

mengapa” jauh lebih kritis. Bahkan tahu mengapa sudah pada tingkatan

mengaitkan hubungan-hubungan tak kelihatan antara berbagai informasi

yang ada. Lebih dari itu, dengan “tahu mengapa” subjek melangkah lebih

jauh dari informasi yang ada untuk memeroleh informasi baru yang akan

menyingkapkan pengetahuan secara lebih mendalam.

Setelah peninjauan mengenai pengetahuan, sekarang mari kita bahas

secara mendalam apa yang dimaksud dengan keyakinan agar kita mampu

memagari serta membatasi suatu istilah yang satu dengan yang lain

sehingga tidak terciptanya kesalahan pengertian atau missunderstanding.

Secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keyakinan

Page 7: Pengetahuan dan Keyakinan

merupakan istilah yang didapat dari kaya yakin yang berarti percaya

(tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah

lagi). Lebih lanjut Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh

manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya

telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap,

maka keyakinan seseorang tidak selalu benar, keyakinan semata

bukanlah jaminan kebenaran.

Sonny Keraf juga menyatakan bahwa kekeliruan dalam keyakinan adalah

sesuatu yang sah-sah saja. Karena keyakinan tidak selalu harus berupa

suatu kebenaran. Apa yang disadari sebagai ada, bisa saja tidak ada

dalam kenyataannya.

III. Kesimpulan

Setelah mendalami mengenai pengetahuan dan keyakinan, kita dapat

mengambil kesimpulan bahwa pengetahuan tidak sama dengan

keyakinan karena pengetahuan bersifat sementara dan tidak bisa salah

atau keliru dalam kebenaran. Jika pengetahuan telah dinyatakan keliru

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, maka

pengetahuan tidak lagi dapat dikatakan pengetahuan namun dapat

diyakini sebagai suatu keyakinan. Dengan kata lain objek daripada

pengetahuan memang seharusnya ada sebagaimana adanya, berbeda

dengan keyakinan yang objek yang disadari tidak harus ada sebagaimana

adanya. Juga dapat kita katakan bahwa dalam keyakinan apa yang

Page 8: Pengetahuan dan Keyakinan

disadari sebagai ada bisa saja tidak ada dalam kenyataan atau

realitasnya.

Daftar Pustaka

Keraf, A. S. (2001). Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.

Surajiyo, D. (2007). Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Verhaak, C. (1997). Filsafat Ilmu Pengetahuan : Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.