Pengetahuan dan Keyakinan
description
Transcript of Pengetahuan dan Keyakinan
I. Pendahuluan
Diera globalisasi teknologi seperti sekarang ini, istilah pengetahuan
telah menjamur di semua lapisan masyarakat tanpa mengenal strata
dan kasta. Penggunaan istilah yang umumnya berkutik di ruang-ruang
kelas atau dapat kita katakan bahwa istilah kaum intelektual ini telah
menjelma sebagai sebuah istilah umum yang oleh siapa saja dapat
dikemukakan dengan bebas. Namun dalam penjelmaannya kedalam
istilah keseharian mengalami cacat makna, terlebih di Indonesia,
mereka yang menggunakan istilah ini belum semuanya paham
mengenai pemaknaannya. Selain itu, pemaknaan yang keluar dari
ruang lingkup dan batasan sebagai suatu istilah. Seringkali di tatanan
masyarakat Indonesia penggunaan istilah pengetahuan keliru,
kebenaran yang menjadi syarat di-klaimnya sebagai sebuah
pengetahuan terkadang luput. Bahkan masih banyak yang masih
memaknai pengetahuan sebagai keyakinan. Lalu apakah benar secara
istilah dan pemaknaan bahwa pengetahuan itu sama dengan
keyaninan? Melalui tulisan penulis ini, semoga kita dapat membedakan
antara pengetahuan dan keyakinan, terlebih sebagai kaum intelektual
yang bertanggungjawab dalam mencerdaskan masyarakat kita
diharapkan dapat membawa sebuah pencerahan. Pada akhirnya,
tidaklah ada karya manusia yang sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan setelah membaca tulisan ini pembaca dapat
menyampaikan kritik dan saran untuk memperbaiki tulisan penulis
kedepannya.
II. Pembahasan
Pengetahuan dan Keyakinan
Ketika kita membahas mengenai pengetahuan dan keyakinan kita harus
menalaah pengertian dan definisi dari berbagai sudut pandang secara
komprehensif. Karena tanpa pembahasan yang komprehensif kita tidak
akan mendapatkan sebuah gambaran yang menyeluruh. Pentingnya
mengerti perbedaan antara pengetahuan dan keyakinan akan memimbing
kita pada sebuah kondisi yang tidak lagi bias bahkan salah
menginterpretasikan. Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya kita
menelaah lebih lanjut sebagai upaya penulusuran terhadap kebenaran.
Pengetahuan dan keyakinan tidak dapat digeralisasi sebagai hal yang
sama karena jelas memang berbeda, namun pengetahuan dan keyakinan
sangat bertalian erat. Seperti yang dijelaskan Sonny Keraf dalam bukunya
“Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis” menjelaskan bahwa
pengetahuan dan keyakinan secara metodologis dalam gejala
terbentuknya pengetahuan manusia dapat dibedakan antara dua kutub
berbeda dari gejala pengetahuan manusia iantara subjek dan objek.
Keduanya merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya
pengetahuan manusia. Hubungan yang sedemikian ini telah menimbulkan
perdebatan yang panjang. Oleh karena itu saya akan mengupas satu
persatu.
Pengetahuan telah menjadi istilah yang dipakai secara umum di berbagai
kalangan masyarakat. Namun secara pemaknaan pengetahuan masih
belum banyak yang paham terlebih hubungannya dengan keyakinan.
Pengetahuan telah banyak digunakan secara luas tanpa banyak yang
mengetahui batasan serta ruang lingkupnya. Mari kita awali pembahasan
kali ini dengan memahami tentang pengetahuan melalui pendekaan
fenomenologis. Dalam karyanya yang berjudul Metaphysica, Aristotles
menjelaskan “Segala manusia ingin mengetahui”. Ungkapan itu dapat
kita saksikan dalam setiap kehidupan manusia sejak lahir hingga pada
akhir hayat. Pengetahuan itu, secara perorangan maupun bersama,
ternyata berlangsung dalam dua bentuk dasar berbeda yang sulit
ditentukan mana kiranya yang paling asli atau paling berharga dan paling
manusiawi. Bentuk yang pertama adalah mengetahui demi mengetahui
saja dan untuk menikmati pengetahan itu. Sedangkan bentuk lainnya
ialah pengetahuan yang digunakkan dan diterapkan, misalnya untuk
melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal,
mempermudah pkerjaannya, dll.
Dalam buku Filsafat ilmu Pengetahuan karangan C. Verhaak menerangkan
bahwa segala hasil pengetahuan bersifat sementara dan terbuka. Ini
dinyatakan oleh filsafat kalau menguraikan ciri intensionalitas
pengetahuan manusia, atau kalau dikatakan bahwa ciri khas pengetahuan
itu ialah bertanya sambil mencari, yang merupakan sintesis tida henti
antara “sudah tau” dan “belum tau”.
Pengetahuan ini juga meliputi emosi, informasi, dan pikiran. Ketika
mengamati atau menilai suatu perkara, kita umumnya menggunakan
kalimat kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya
mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa
dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan.
Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan,
sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang
seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal
keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah
memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang
sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari
bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut
sebagaimana adanya. Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir
dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Syarat-syarat
tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus
antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana
hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan.
John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari
suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang
terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap
dan yang senantiasa berubah.
Pengetahuan juga di jelaskan lebih lanjut sebagai salah satu kemampuan
khas manusia membentuk peradaban global dan membawa akibat-akibat
besar terhadap kodrat kemanusiaan. Pengetahuan juga dipandang
sebagai salah satu unsur dasar kebudayaan. Dalam kamus filsafat
dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses yang diketahui manusia
secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang
mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya
sendiri sedemikian aktif yang mengetahui itu menyusun yang diketahui
pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Watloy, 2005).
Lebih lanjut dalam buku Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis
yang dibuat oleh Sonny Keraf menjelaskan bahwa jika dilihat dari pola-
nya, pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan/ tahu bahwa,
pengetahuan/ tahu bagaimana, pengetahuan/ tahu tentang, dan
pengetahuan/ tahu mengapa. Ini merupakan langkah penting dalam
membawa pencerahan dan mempelajari secara lebih dalam mengenai
pengetahuan. Berikut ini penjelasannya :
a. Tahu bahwa
Dapat dikatakan bahwa “pengetahuan bahwa” merupakan pengetahuan
mengenai informasi tertentu; tahu bahwa sesuatu terjadi , tahu bahwa ini
atau itu memag demikian adanya, bahwa apa ang dikatakan memang
benar. Singkatnya, tahu bahwa p, dan bahwa p memang benar. Dalam
kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil contoh bahwa kita tahu
bahwa kucing berkaki empat dan kebenerannya bahwa kucing berkaki
empat.
Jenis pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoritis, pengetahuan
ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang tidak begitu mendalam.
Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan dalam mengumpulkan
informasi atau data yang dimilikinya. Maka, kekuatan pengetahuan ini
adalah informasi atau data yang dimilikinya.
b. Tahu bagaimana
Pengetahuan jenis menyangkut bagaimana menyangkut bagaimana
melakukan sesuatu. Ini yang dikenal sebagai know-how. Pengetahuan ini
berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran
teknis dalam melakukan sesuatu. Pengethahuan-pengetahuan di bidang
teknik umumnya digolongkan dalam jenis pengetahuan ini. Seseorang
yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia tahu
seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia
tahu bagaimana melakukan sesuatu. Dengan kata lain, pengetahuan jenis
ini berkaitan dengan praktek, maka disebut juga pengetahuan praktis.
Ini tidak berarti bahwa pengetahuan jenis ini hanya bersifat praktis. Tetap
saja pengetahuan jenis ini punya landasan atau asumsi teoritis tertetu.
Hanya saja asumsu dan konsep teoritis itu telah diaplikasikan menjadi
pengetahuan praktis. Oleh karena itu telah diaplikasikan menjadi
pengetahuan praktis. Oleh karena itu yanpa menyepelekan pengetahuan
teoritis yang lebih diutamakan adalah pengetahuan praktis ini. Ini
mencakup : manajemen, teknik, organisasi, komputer, dan sebagainya.
c. Tahu akan/ mengenai
Yang dimaksudkan tahu akan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik
menyangkut pengetahuan akan sesuatu yang sangat spesifik menyangkut
pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman pribadi
secara langsung dengan objeknya. Oleh karena itu, sering juga disebut
sebagai pengetahuan berdasarkan pengenalan. Dalam bahasa Indonesia
knowing disini lebih tepat diterjemahkan sebagai kenal, yaitu tahu secara
pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga disebut sebagai pengetahuan
langsung yang bersifat personal.
Ciri pengetahuan model ini adalah sebagai berikut. Pertama, karena
pengetahuan ini didasarkan pada pengenalan pribadi yang langsung
dengan objek, pengetahuan ini mempunyai tingkat objektivitas yang
cukup tinggi. Degan pengertian bahwa apa yang diklaim sebagai
pengetahuan memang betul-betul didasarkan pada pengenalan dan
pengalaman langsung si subjek. Si subjek tahu baik sekali tentang objek
itu secara cukup baik dan rinci. Si subjek terlibat langsung dan mengenal
dari dekat bahkan dari dalam objek itu sendiri. Oleh karena itu, kadar
kebenaran dan objektivitasnya sangat tinggi. Namun disisi lain memang
dapat dikatakan pula bahwa unsur subjektivitasnya pun tinggi. Maka dari
itu si subjek harus menuliskan tentang sejarah hidupnya, minatnya, sudut
pandangnya, gambarannya, sehingga ada keselarasan dalam
penilaiannya.
d. Tahu mengapa
Biasanya jenis pengetahuan ini berkaitan dengan “pengetahuan bahwa”.
Hanya saja, “tahu mengapa” jauh lebih mendalam dan serius daripada
“tahu bahwa” karena “tahu mengapa” berkaitan dengan penjelasan.
Penjelasan ini tidak hanya berhentu pada informasi yang ada
sebagaimana pada “tahu bahwa”, melainkan menerobos masuk ke balik
data atau informasi yang ada. Dengan penjelasan tersebut, “tahu
mengapa” jauh lebih kritis. Bahkan tahu mengapa sudah pada tingkatan
mengaitkan hubungan-hubungan tak kelihatan antara berbagai informasi
yang ada. Lebih dari itu, dengan “tahu mengapa” subjek melangkah lebih
jauh dari informasi yang ada untuk memeroleh informasi baru yang akan
menyingkapkan pengetahuan secara lebih mendalam.
Setelah peninjauan mengenai pengetahuan, sekarang mari kita bahas
secara mendalam apa yang dimaksud dengan keyakinan agar kita mampu
memagari serta membatasi suatu istilah yang satu dengan yang lain
sehingga tidak terciptanya kesalahan pengertian atau missunderstanding.
Secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keyakinan
merupakan istilah yang didapat dari kaya yakin yang berarti percaya
(tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah
lagi). Lebih lanjut Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh
manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya
telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap,
maka keyakinan seseorang tidak selalu benar, keyakinan semata
bukanlah jaminan kebenaran.
Sonny Keraf juga menyatakan bahwa kekeliruan dalam keyakinan adalah
sesuatu yang sah-sah saja. Karena keyakinan tidak selalu harus berupa
suatu kebenaran. Apa yang disadari sebagai ada, bisa saja tidak ada
dalam kenyataannya.
III. Kesimpulan
Setelah mendalami mengenai pengetahuan dan keyakinan, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa pengetahuan tidak sama dengan
keyakinan karena pengetahuan bersifat sementara dan tidak bisa salah
atau keliru dalam kebenaran. Jika pengetahuan telah dinyatakan keliru
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, maka
pengetahuan tidak lagi dapat dikatakan pengetahuan namun dapat
diyakini sebagai suatu keyakinan. Dengan kata lain objek daripada
pengetahuan memang seharusnya ada sebagaimana adanya, berbeda
dengan keyakinan yang objek yang disadari tidak harus ada sebagaimana
adanya. Juga dapat kita katakan bahwa dalam keyakinan apa yang
disadari sebagai ada bisa saja tidak ada dalam kenyataan atau
realitasnya.
Daftar Pustaka
Keraf, A. S. (2001). Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
Surajiyo, D. (2007). Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Verhaak, C. (1997). Filsafat Ilmu Pengetahuan : Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.