TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

21
I. TERMOGULASI Pengertian Termoregulasi merupakan suhu tubuh dimana suhu tubu dapat mengalami panas dan dingin “hootness and coldness” yang berpengaruh pada lingkungan sekitar / ruang pada saat kita berada. Suhu tubuh merupakan perbedaan antara produksi panas dari tubuh dan antara pengeluaran suhu panas ke luar lingkungan luar tubuh. Sedangkan termoregulasi pada lansia merupakan Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia yang sudah mengalami penurunan usia untuk keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus di otak bekerja sebagai suatu termostat, yaitu mengatur suhu tertentu dari tubuh, yang kemudian terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Pada suhu tubuh yang rendah, untuk mengatasi agar suhu tidak turun lebih rendah lagi maka terjadi mekanisme pengaturan suhu tubuh berupa tegaknya rambut-rambut pada kulit, mengecilnya pembuluh-pembuluh darah pada kulit, menggigil atau perasaan dingin yang menyebabkan orang tersebut mengenakan baju lebih tebal dengan akibat meningkatnya suhu tubuh. Sebaliknya, pada suhu tubuh yang tinggi, maka untuk mengeluarkan sebahagian panas dari tubuh sehingga suhu tubuh menurun kembali maka pembuluh darah kulit melebar, berkeringat dan membuka baju.

Transcript of TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

Page 1: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

I. TERMOGULASI

Pengertian

Termoregulasi merupakan suhu tubuh dimana suhu tubu dapat mengalami panas dan

dingin “hootness and coldness” yang berpengaruh pada lingkungan sekitar / ruang pada saat

kita berada. Suhu tubuh merupakan perbedaan antara produksi panas dari tubuh dan antara

pengeluaran suhu panas ke luar lingkungan luar tubuh. Sedangkan termoregulasi pada lansia

merupakan Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia yang sudah mengalami penurunan usia

untuk keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat

dipertahankan secara konstan.

Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus di otak bekerja sebagai suatu termostat,

yaitu mengatur suhu tertentu dari tubuh, yang kemudian terjadi berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Pada suhu tubuh yang rendah, untuk mengatasi agar suhu tidak turun

lebih rendah lagi maka terjadi mekanisme pengaturan suhu tubuh berupa tegaknya rambut-

rambut pada kulit, mengecilnya pembuluh-pembuluh darah pada kulit, menggigil atau

perasaan dingin yang menyebabkan orang tersebut mengenakan baju lebih tebal dengan

akibat meningkatnya suhu tubuh. Sebaliknya, pada suhu tubuh yang tinggi, maka untuk

mengeluarkan sebahagian panas dari tubuh sehingga suhu tubuh menurun kembali maka

pembuluh darah kulit melebar, berkeringat dan membuka baju.

Faktor-faktor Internal yang Mengkontribusi Kerja Termoregulasi pada lansia

Kulit

Kulit adalah organ yang paling luas pada tubuh, mewakili kira-kira 16%dari berat badan

orang dewasa. Kulit merupakan organ satu-satunya yang dapatdigosok, dipijat, diregangkan,

dan dicium. Kulit bersifat fleksibel dan tahanterdapat perubahan-perubahan yang terjadi

sepanjang kehidupan sehari-hari.Tanpa fleksibilitas ini, suatu jabatan tangan yang sederhana

akanmenimbulkan pengelupasan kulit akibat regangan dan tekanan. Karena kulit dapatterlihat

sangat jelas, kulit tersebut bertindak sebagai suatu suatu jendela terhadapkematian seseorang.

Walaupun benar bahwa tidak seorangpun meninggal karenakulit yang sudah tua atau terjadi

kegagalan kulit karena suatu diagnosis, pemahaman tentang bukti-bukti perubahan fisiologis

Page 2: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

pada kulit seiring peningkatan usia memberikan banyak informasi bagi perawat tentang klien

lansia.

Secara structural, kulit adalah suatu organ kompleks yang terdiri dari epidermis, dermis, dan

subkutis.

1. Epidermis

Epidermis mengalami perubahan ketebalan sangat sedikit seiring penuaan sesorang.

Namun, terdapat perlambatan dalam proses perbaikan sel, jumlah sel basal yang lebih

sedikit, dan penurunan jumlah dan kedalaman rete ridge. Rete ritge dibentuk oleh

penonjolan epidermal dari lapisan basal yang mengarah ke bawah ke dalam dermis.

Pendataran dari rete ridge tersebut mengurangi area kontak antara epidermis dan dermis,

menyebabkan mudah terjadi pemisahan antara lapisan-lapisan kulit ini. Akibatnya adalah

proses penyembuhan kulit yang rusak ini lambat dan merupakan predisposisi infeksi bagi

individu tersebut. Kulit dapat mengelupas akibat penggunaan plester atau zat lain yang

dapat menimbulkan gesekan.

2. Dermis

Pada saat individu mengalami penuaan, volume dermal mengalami penurunan, dermis

menjadi tipis, dan jumlah sel biasanya menurun. Konsekuensi fisiologis dari perubahan

ini termasuk penundaan atau penekanan timbulnya penyakit pada kulit, penutupan dan

penyembuhan luka lambat, penurunan termoregulasi, penurunan respon inflamasi, dan

penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat topical. Serabut elastis dan jaringan kolagen

secara bertahap dihancurkan oleh enzim-enzim, menghasilkan perubahan dalam

penglihatan karena adanya kantung dan pengeriputan pada daerah sekitar mata. Pada saat

elastisitas menurun, dermismeningkatkan kekuatan peregangannya; hasilnya adalah lebih

sedikit ‘’melentur’’ketika kulit mengalami tekanan.

3. Subkutis

Secara umum, lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan seiringdengan peningkatan

usia. Hal ini turut berperan lebih lanjut terhadap kelemahankulit dan penampilan kulit

yang kendur/menggantung diatas tulang rangka.Penurunan lapisan lemak terutama dapat

dilihat secara jelas pada wajah,tangan,kaki, dan betis, pembuluh darah menjadi lebih

Page 3: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

cenderung untuk mengalamitrauma. Deposit lemak cenderung untuk meningkatkan pada

abdomen baik padawanita dan pria, seperti halnya bagian paha pada wanita. Distribusi

kembali dan penurunan lemak tubuh lebih lanjut menimbulkan gangguan fungsi

perlindungandari kulit tersebut.

Penyebab

Gangguan pengaturan suhu pada lansia berupa keterbatasan fungsi mekanisme pengaturan

suhu dari hipotalamus sehubungan dengan proses menua, mengakibatkan lansia kurang

mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungannya. Hal inilah yang

menyebabkan lansia dapat mengalami kepanasan (hipertermia) maupun kedinginan.

Secara umum, beberapa faktor yang berperan untuk terjadinya hipotermia adalah lingkungan

yang dingin, gangguan pada hipotalamus yang berkaitan dengan bertambahnya usia, obat-

obatan, dan penyakit-penyakit yang menyebabkan berkurangnya pembentukan panas atau

meningkatnya pembuangan panas, ataupun yang mengganggu fungsi hipotalamus.

Sejumlah penyakit dan obat-obatan dapat mengganggu mekanisme pengaturan suhu tubuh,

seperti pada keadaan berkurangnya kadar gula darah dibandingkan normal (hipoglikemia),

penyakit-penyakit yang menyebabkan lansia tidak mampu atau sangat terbatas aktivitas

fisiknya, seperti penyakit Parkinson, kelumpuhan, penyakit sendi, demensia dapat

menyebabkan berkurangnya pembentukan panas yang meningkatkan risiko terjadinya

hipotermia.

Meningkatnya pembuangan panas tubuh dapat terjadi pada infeksi kulit, minum alkohol,

berkurangnya lapisan lemak di bawah kulit yang berfungsi sebagai penahan keluarnya panas

dari tubuh.

Gejala-gejala  

Gejala-gejala awal biasanya ringan dan tidak jelas, dapat berupa rasa lelah, lemah, langkah

yang melambat, bicara pelo, tridak peduli lingkungan sekitarnya (apatis), kacau pikiran,

menggigil, kulit yang dingin dan merasa dingin. Pada keadaan yang berat didapati infeksi

paru (pneumonia) serta menurunnya tekanan darah, yang dapat menyebabkan kematian.

II. NILAI DAN KEYAKINAN

Page 4: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

Pengertian Nilai

Nilai merupakan konsep yang dibentuk akibat dari penampilan kehidupan keluarga, teman,

budaya, pendidikan, pekerjaan dan istirahat. Nilai tergantung individu dalam

mempersepsikannya. Nilai antara positif dan negatif sangat berbeda. Masyarakat lebih

cenderung menyukai nilai yang berasal dari keyakinan agama, kedekatan keluarga,

pandangan seksual, kelompok etnik lainnya, dan keyakinan akan peran jenis kelamin. Ada 7

kriteria yang digunakan untuk mengartikan nilai yaitu: kehendak lebih pada kemampuan

kognitif, proses pendewasaan nilai, berubah-ubah dan fleksibel, penampilan nilai, penampilan

diri memberikan informasi tentang nilai, secara psikologi kedewasaan orang dewasa karena

adanya kepercayaan diri dan kearifan/kebijaksanaan dan proses nilai seseorang dimulai

dengan keterbukaan akan kesiapan penampilan.

Nilai Sebagai Keyakinan (Belief)

Definisi nilai adalah keyakinan (Rokeach, 1973; Schwartz, 1997; Feather, 1994). Nilai itu

sendiri merupakan keyakinan yang tergolong preskriptif atau proskriptif, yaitu beberapa cara

atau akhir tindakan dinilai sebagai diinginkan atau tidak diinginkan. Rokeach(1973)

mengemukakan bahwa keyakinan, dalam konsep Rokeach, bukan hanya pemahaman dalam

suatu skema konseptual, tapi juga predisposisi untuk bertingkah laku yang sesuai dengan

perasaan terhadap obyek dari keyakinan tersebut.

Rokeach (1973) dikatakan, sebagai keyakinan, nilai memiliki aspek kognitif, afektif dan

tingkah laku dengan penjelasan sebagai berikut:

Nilai meliputi kognisi tentang apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini dan

pemikiran individu tentang apa yang diinginkan.

Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa yang

diinginkan, sehingga nilai menjelaskan perasaan individu atau kelompok terhadap apa

yang diinginkan itu.

Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang

berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan.

Page 5: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

Sikap (attitude) adalah keyakinan yang menempati posisi periferal/tepi atau paling rendah

Sikap merupakan suatu organisasi dari keyakinan-keyakinan sehari-hari tentang obyek atau

situasi. Perubahan sikap hanya memiliki pengaruh yang terbatas pada tingkah laku.

Nilai (value) adalah keyakinan berikutnya yang lebih sentral. Nilai melampaui suatu obyek

dan situasi tertentu. Nilai memegang peranan penting karena merupakan representasi kognitif

dari kebutuhan individu di satu sisi dan tuntutan sosial di sisi lain.

Konsep diri (self-conceptions) adalah keyakinan sentral. Menurut Rokeach(1973) konsep diri

adalah keseluruhan konsepsi individu tentang dirinya yang meliputi organisasi semua kognisi

dan konotasi afektif yang berupaya menjawab pertanyaan "Siapa diri saya ini?”

e. Hubungan Nilai dan Tingkah Laku

Di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku.

Nilai membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu bertingkah

laku dalam situasi tersebut (Rokeach, 1973). Danandjaja (1985) mengemukakan bahwa nilai

memberi arah pada sikap, keyakinan dan tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman

untuk memilih tingkah laku yang diinginkan pada setiap individu. Karenanya nilai

berpengaruh pada tingkah laku sebagai dampak dari pembentukan sikap dan keyakinan,

sehingga dapat dikatakan bahwa nilai merupakan faktor penentu dalam berbagai tingkah laku

sosial (Rokeach, 1973; Danandjaja, 1985).

Klarifikasi Nilai(value)

Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem nilai-

nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan

seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang

dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis

secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya. Ada tiga fase dalam

klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat.

Pilihan: (1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu;

(2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang

diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan

mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan. (3) Keyakinan bahwa

Page 6: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi terbaik bagi semua

masyarakat.

Penghargaan: (1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa

senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta

sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang

dilakukan; (2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak

bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.

Tindakan (1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari;

(2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi

dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan(Joomla, 2009).

Faktor Nilai dan Keyakinan

Nilai dan keyakinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

1. Faktor Internal

Faktor Internal meliputi:

a. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta

sikap ilmuan itu sendiri sebagai dasar untuk tingkah laku selanjutnya. Sehubungan

dengan proses perolehan ilmu penegtahuan dengan metode yang benar dan teruji

kebenarannya secara ilmiah, maka ilmu pengetahuan dijadikan sumber yang

memberikan motivasi untuk melakukan sebuah perbuatan baik dan berbudi pekerti

luhur.

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang

terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang

pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara

berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan

untuk menjaga kesehatan sendirinya.

Page 7: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

b. Tahap Perkembangan

Status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan

dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki

pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk

itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan.

Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan

penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau

mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

c. Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap

kesehatan dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang

kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak

pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap

kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung

berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut

yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara

mereka melaksanakannya.

d. Emosi

Factor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara

melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan

hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan

dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

kehidupannya.

e. Spiritual atau Agama

Agama sebagai keyakinan dapat menjadi bagian dan inti dari system-sistem nilai yang

ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong

dan penggerak serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masayarakat

tersebut tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran agamanya. Pengaruh

Page 8: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

ajaran agama itu sangat kuat terhadap sistem-sistem nilai dari kebudayaan masyarakat

bersangkutan, maka sistem-sistem nilai dari kebudayaan tersebut terwujud sebagai

symbol-simbol suci yang maknanya bersumber pada ajaran-ajaran agama yang

menjadi acuannya. Dalam keadaan demikian secara langsung atau tidak langsung,

etos yang menjadi pedoman dari eksistensi dan kegiatan berbagai pranata yang ada

dalam masyarakat dipengaruhi, digerakkan dan diarahkan oleh berbagai sistem nilai

yang sumbernya adalah pada agama yang dianutnya dan terwujud dalam kegiatan-

kegiatan para warga masyarakatnya sebagai tindakan-tindakan dan karya-karya yang

diselimuti oleh simbol-simbol suci.

f. Falsafah Hidup

Falsafah hidup merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini kebenarnnya,

ketepatan dan kemanfaatnya yang kemudian menimbulkan tekad untuk

mewujudkannya dalam bentuk sikap, tingkah lalu dan perbuatan. Falsafah atau

pandangan hidup bukan timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja,

melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil

pemikiran itu dapat teruji kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil

pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman atau petunjuk yang disebut falsafah atau

pandanagn hidup.

g. Observasi, Pertimbangan, Pengalaman

Pengalaman dan pengetahuan manusia tentang pengenalan alam yang mengitari

dirinya, kehidupan budaya yang menlingkupi diri, serta dirinya sendiri, melahirkan

suatu pemikiran, gambaran dan gagasan tentang kesemestaan dunia dan kedudukan

manusia di dalamnya. Inti dari pemikiran/gambaran/gagasan tersebut membentuk

pendirian dan keyakinan manusia tentang arti hidup, tugas dan tanggung jawabnya

sebagai manusia. Hal ini terwujud dalam suatu sikap atau panadanga hidup yang

menuntunnya kea rah perbuatan-perbuatan tertentu dalam hubungnnya dengan tuhan,

alam sekitar, massyarakat, sesame manusia, dan dengan dirinya sendiri. Seorang

individu akan mengobservasi tingkah laku dari lingkungan tertentu dan mencatat

respons yang dihasilkan. Tingkah laku yang berhasil atau produktif kemudian akan

dapat diadopsi sebagai panduan untuk melakukannya.

Page 9: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi nilai dan keyakinan meliputi:

a. Keluarga

Manusia sebagai mahluk individu dan juga sebagai mahluk sosial membutuhkan

adanya ikatan antara individu dengan individu dan antara individu dengan

masyarakat. Dalam hubungan keterikatan ini manuisa membanguan sebuah keluarga

yang menjalin perbedaan karakter dan kepribadian menjadi satu kesepakatan bersama.

Keluarga disebut sebagai institusi sosial yang di dalamnya terdapat banyak nilai

norma yang mengatur kehidupan bersama. Kelurga sebagai unit terkecil dari

masyarakat, menjadi media yang sangat signifikan dalam membudayakan nilai-nilai

akhlak dan budi pekerti yang terpuji.

b. Masyarakat

Masyarakat merupakan suatu komunitas yang lebih luas dari sebuah keluarga.Dalam

kehidupan masyarakat terdapat banyak nilai yang diyakini kebenarannya kemudian

dijadikan falsafah hidup dipakai sebagai sumber dalam berprilaku.

c. Teknologi

Teknologi yang berkembang pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia.

Masa sekarang tampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi,

bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Teknologi telah menguasai seluruh

sector kehidupan manusia. Manusia semakin harus beradapatasi dengan dunia

teknologi dan tidak ada lagi unsure pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.

Pada masyarakat teknologi, ada tendendi bahwa kemajuan adalah suatu proses

dehumanisasi secara perlahan-lahan sampai akhirnya manusia takluk pada teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi erat hubungannya dengan nilai dan moral.

d. Budaya

Budaya adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, aturan-aturan dan norma-norma yang

melingkupi suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi sikap dan tindakan

individu dalam masyarakat tersebut. Sikap dan tindakan individu dalam suatu

masyarakat dalam beberapa hal yang berkaitan dengan nilai, keyakinan aturan dan

norma akan menimbulkan sikap dan tindakan yang cenderung homogen. Artinya, jika

Page 10: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

setiap individu mengacu pada nilai, keyakinan, aturan dan norma kelompok, maka

sikap dan perilaku mereka akan cenderung seragam.

Setiap kelompok masyarakat tertentu akan mempunyai cara yang berbeda dalam

menjalani kehidupannya dengan sekelompok masyarakat yang lainnya. Cara-cara

menjalani kehidupan sekelompok masyarakat dapat didefinisikan sebagai budaya

masyarakat tersebut. Satu definisi klasik mengenai budaya adalah sebagai berikut:

"budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis

melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu (Wallendorf

& Reilly dalam Mowen: 1995)".

e. Sosiekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan

kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

Konflik Nilai dalam Situasi Asuhan Keperawatan

Konflik adalah suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara

perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang terancam (Deutsch, 1969, dalam La

Monica,1998). Definisi lain konflik adalah perjuangan diantara kekuatan-kekuatan

interdependen (Douglass dan Bevis, 1979 dalam La Monica,1998). Jadi, konflik merupakan

suatu keadaan dimana terjadi adanya pertentangan antara dua atau beberapa kekuatan yang

berlawanan. Umumnya kekuatan yang dimaksud bersumber dari keinginan manusia.

Konflik ini sering terjadi dalam setiap tatanan asuhan keperawatan sehingga perawat sebagai

seorang manager harus memiliki dua asumsi dasar mengenai konflik yaitu:

a. Konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi,

b. Jika konflik dapat kelola dengan baik, konflik dapat menghasilkan suatu kualitas produksi,

penyelesaian yang kreatif dan berdampak terhadap peningkatan dan pengembangan

(Nursalam, 2002).

Page 11: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

Terjadinya konflik dalam setiap situasi seperti dalam asuhan keperawatan dapat dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal ini meliputi:

a. Karakteristik kepribadian

b. Sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki

c. Kebutuhan

d. Perbedaan persepsi

2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang mempengaruhi terjadinya konflik meliputi:

a. Keterbatasan sumber daya

b. Kekaburan peraturan

c. Derajat ketergantungan

Dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik yang telah disebutkan di

atas, sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki seseorang adalah salah satu faktor yang dapat

menyebabkan konflik. Kluckhon, 1951; Maslow,1959;Rokeach, 1973 dalam Fundamental

Keperawatan, menyebutkan bahwa nilai adalah keyakinan personal mengenai harga atas

suatu ide, tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyusun suatu standar yang

mempengaruhi tingkah laku lain. Nilai setiap orang berbeda-beda tergantung dengan

perkembangan dan perubahan seseorang yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi lebih

dewasa. Seseorang yang sudah dapat mendefinisikan nilai dengan baik merasa tidak frustasi

dan terhindar dari konflik dalam menghadapi kehidupan sehari-hari (Potter & Perry: 1985).

Nilai atau keyakinan dapat menyebabkan terjadinya konflik atau yang lebih dikenal dengan

konflik nilai. Konflik nilai terjadi karena adanya perbedaan nilai atau keyakinan yang dianut

oleh pihak-pihak terkait. Konflik nilai muncul ketika orang berusaha untuk memaksakan

suatu sistem nilai kepada yang lain, atau mengklaim suatu sistem nilai yang eksklusif di mana

di dalamnya tidak dimungkinkan adanya perbedaan kepercayaan. Padahal, seharusnya

Page 12: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

perbedaan nilai tidak harus menyebabkan konflik asalkan manusia dapat hidup berdampingan

dengan sedikit adanya perbedaan sistem nilai yang dianut (PP LAKPESDAM NU: 2008)

Menurut Craven & Hirnle tahun 2000, disebutkan bahwa konflik nilai ini akan terjadi

kapanpun ketika ada interaksi antara manusia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam situasi asuhan keperawatan. Konflik nilai yang terjadi dalam situasi asuhan

keperawatan dapat diatasi jika perawat dapat peka terhadap nilai pribadinya dan juga nilai

yang dimiliki oleh orang lain (klien). Selain itu, perawat juga harus mampu untuk

menghargai dan menerima perbedaan . Dengan terjadinya konflik nilai antara perawat dan

klien dapat mempengaruhi kepatuhan klien dalam asuhan keperawatan yang diberikan.

Konflik nilai dalam situasi asuhan keperawatan terdiri dari dua macam yaitu,

a. Konflik yang terjadi antara klien dan keluarga

Konflik nilai antar anggota keluarga terjadi karena adanya perbedaan dalam tahap

perkembangan, pengalaman dan kesenangan pribadi. Sebagai contoh adalah sesuai

dengan pengalaman seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan yang dianutnya,

mungkin dapat terjadi penolakan salah satu anggota keluarga untuk melakukan check up

kesehatan sebelum sakit dan merasa hal tersebut tidak perlu untuk dilakukan. Hal ini

mungkin dapat terjadi karena nilai tradisi yang dianut, kontrol pribadi, kebebasan

seseorang dan juga resiko yang dipandang berlebihan dibandingkan dengan tindakan

pencegahan yang biasanya. Namun, salah satu anggota keluarganya tidak sependapat

dengan hal tersebut dan menganggap bahwa chek up itu penting sehingga terjadi lah

konflik di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan peran perawat dalam membantu anggota

keluarga untuk menggali tentang riwayat kesehatan dan kebutuhan yang diperlukan klien

dibandingkan tetap melanjutkan perdebatan mengenai pentingnya chek up.

Idealnya, perawat dapat membantu masing-masing anggota keluarga dalam mengatur

tujuan kesehatan yang hendak dicapai oleh masing-masing individu. Selain itu, perawat

juga harus membantu keluarga untuk mewujudkan nilai yang tepat melalui sharing, saling

mendengarkan, saling percaya dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan.

b. Konflik yang terjadi antara klien dan pelayanan kesehatan

Page 13: TermogulasiI, Nilai Dan Keyakinan

Area konflik antara klien dan penyedia pelayanan kesehatan dapat terjadi karena adanya

perbedaan pengetahuan, perbedaan budaya, perbedaan perkembangan dan kesenangan

pribadi yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah dalam kasus keluarga yang neneknya

baru saja meninggal, orang tua mungkin lebih suka kalau anak bungsunya yang masih

kecil tidak hadir dalam pemakaman. Hal ini terjadi karena keyakinan orang tua yang

beranggapan bahwa anak-anak tidak mengerti tentang kematian dan mungkin sangat

susah bagi mereka kalau kematian adalah hal yang traumatic. Selain itu, orang tua juga

ingin untuk melindungi atau menjaga perasaan anak-anaknya dari perasaan sedih.

Ada hal yang perlu ditekankan ketika terjadi suatu konflik yaitu, konflik perlu

diselesaikan bukan untuk terus dibiarkan.Ketika menghadapi konflik nilai yang terjadi,

terdapat dua sikap yang ditunjukkan oleh perawat yaitu sikap negative dan positif

terhadap konflik yang terjadi. Ketika perawat menunjukkan sikap yang negative, perawat

akan lebih merasakan bahwa dirinya terancam sehingga muncul banyak pertanyaan dalam

dirinya. Sebaliknya, jika perawat dapat menunjukkan sikap yang positif, maka nilai-nilai

yang muncul dalam diri perawat adalah rasa menghormati, care, seimbang dan lain

sebagainya.

Salah satu cara untuk mengatasi konflik nilai yang terjadi dalam asuhan keperawatan

adalah dengan adanya resolusi konflik. Oleh karena itu, tujuan yang paling utama yang

diberikan oleh perawat adalah menemani atau membantu klien untuk menggali dan

mendefinisikan masalah yang relevan, perilaku dan keyakinan mereka. Klarifikasi atau

penjelasan ini mungkin adalah suatu resolusi atau mungkin menjadi tahap pertama dalam

proses resolusi ( Craven & Hirnle:2000).

Definisi kedua tentang resolusi adalah resolusi terjadi karena menjawab suatu pertanyaan.

Klien mungkin memiliki banyak pertanyaan yang berhubungan dengan kasus yang

mereka alami. Peran perawat yang mungkin bisa menjadi resolusi dari konflik nilai yang

terjadi adalah dengan menawarkan diri siap membantu klien, dengan cara bertanya

kepada klien apakah klien ada hal yang ingin ditanyakan atau tidak. Definisi lain resolusi

adalah resolusi melibatkan atau menentukan tindakan selanjutnya. Definisi keempat

mengenai resolusi adalah resolusi melibatkan pemecahan masalah. Mungkin perawat dan

klien dapat setuju dengan beberapa situasi yang memfasilitasi untuk terjadinya

penyelesaian konflik nilai di antara mereka.