PENGESAHAN PANITIA UJIAN -...
Transcript of PENGESAHAN PANITIA UJIAN -...
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “ Agama dan TNI ( Studi Tentang Kehidupan Sosial
Keagamaan TNI Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang)” telah
diujikan dalam sidang munaqasyah pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 10 September 2008. Skripsi telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperolah Gelar Program Strata Satu (S1) pada Jurusan
Sosisologi Agama.
Jakarta, 10 September 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Dra. Hj. Hermawati, MA Dra. Jauharatul Jamilah MA NIP: 150 227 408 NIP: 150 282 401
Anggota
Penguji I Penguji II
Dra. Hj. Ida Rosyidah, MA Dr. Yusron Razak, MA NIP: 150 243 267 NIP: 150 216 359
Pembimbing
Prof. Dr. M. Bambang Pranowo, MA NIP: 150 170 055
KATA PENGANTAR
Al-hamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan nikmat,rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang menjadi hujjah-Nya
atas semua manusia, pemimpin dan iman,teladan dan kekasih kita,beseta kerabat dan
para sahabat serta siapapun yang jalan beliau hingga hari kiamat.
Selanjutnya, skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu
dari banyaknya nikmat yang Allah berikan. Terselesainya skripsi ini Tidak lepas dari
usaha yang tak mudah, karena dalam penyelesaian ini banyak sekali rintangan dan
hambatan serta cobaan hidup yang penulis temui. Namun demikian bahwa yang
semula putus asa tapi pada akhirnya menjadi suatu harapan jika kita bersungguh-
sungguh. Penulis yakin tidak ada yang mustahil untuk mencapai hasil yang
memuaskan tidaklah mudah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan penuh kesadaran, penulis
telah banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis secara khusus
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan mendalam kepada :
1. Dr. M Amin Nurdin. M,A., Dekan fakultasUshuluddin dan Filsafat dan para
stafnya yang telah mengarahkan dan memberi pelayanan administrasi selama
penulis kuliah.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................5
D. Metodologi Penelitian........................................................................5
E. Sistematika Penulisan. .......................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................9
A. Agama ................................................................................................9
1. Pengertian Agama .......................................................................9
2. Pengertian keberagamaan ............................................................11
3. Fungsi Agama ..............................................................................12
4. Dimensi – dimensi keberagamaan ...............................................15
B. TNI .....................................................................................................16
1. Sejarah Singkat TNI ....................................................................16
2. Tugas TNI ....................................................................................30
BAB III PROFIL DAERAH DAN OBYEK PENELITIAN .............................38
A. Letak Geografis dan Demografis ........................................................38
B. Profil Batalion Kavaleri 9/Penyerbu ...................................................43
1. Sejarah singkat ...............................................................................43
2. Aktivitas keberagamaan.................................................................49
BAB IV HASIL PENELITIAN ...........................................................................52
A. Pemahaman dan perilaku keberagamaan TNI Batalyon
Kavaleri 9/Penyerbu...........................................................................52
B. Fungsi dan Peran agama bagi kehidupan TNI ....................................55
C. Kegiatan pembinaan keagamaan TNI .................................................58
D. Orientasi keagama bagi anggota TNI..................................................63
BAB V PENUTUP...............................................................................................64
A. Kesimpulan ........................................................................................64
B. Saran ...................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................66
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Agama dan TNI Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon
Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten
1. Profil Identitas informan/responden
a. Nama : ……………………………………
b. Usia : …………………………………...
c. Status : ........................................................
d. Tempat tinggal : ........................................................
e. Asal daerah : ........................................................
f. Jabatan : ........................................................
g. Tingkat pendidikan : ........................................................
h. Agama : ........................................................
2. Keagamaan Informan
a. Pemahaman keagamaan
1. Pengertian
2. Kepercayaan dan keyakinan tehadap agama
b. Praktek keagamaan
1. ibadah wajib
2. Kegiatan keagamaan dilingkungan batalyon
c. Fungsi agama bagi TNI
d. Orientasi keagamaan TNI
PEDOMAN WAWANCARA
Agama dan TNII Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon
Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten
a. Nama : Wandi
b. Usia : 37 tahun
c. Status : Nikah
d. Tempat tinggal : Asrama Yonkav 9/Penyerbu Tangerang
e. Asal daerah : Garut Jawa Barat
f. Jabatan : SERKA
g. Tingkat pendidikan : SMA
h. Agama : Islam
Tanya : Apa latar belakang pendidikan bapak sebelum menjadi TNI ?
Jawab : Pendidikan saya cuma sampai SMA
Tanya : Bagaimana Pemahaman bapak tentang agama ?
jawab : Bagi saya agama merupakan sumber nilai dan norma yang mengatur
kehidupan manusia untuk selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran agama.
Tanya : Bagaimana perilaku beragama bapak ketika berada di lingkungan batalyon
dan ketika di rumah/masyarakat?
Jawab : Didalam agama kan kita diajarkan bagaimana kita berhubungan dengan
Tuhan, berhubungan dengan manusia dan berhubungan dengan alam sekitar.
Jadi bagi bapak baik itu dirumah atau dilingkungan batalyon sama
saja,perilaku agama kita harus kita jaga, kalau sudah waktunya sholat ya kita
sholat.
Tanya : Praktek keagamaan apa saja yang bapak lakukan di lingkungan batalyon ?
Jawab : saya selalu berusaha untuk tetap melaksanakan perintah agama seperti sholat,
puasa dan sebagainya.
Tanya : Sebagai abdi Negara, bagaimana bapak menjalankan kegiatan keagamaan di
saat sedang bertugas ?
Jawab : Di saat sedang tugas ya kita tidak bisa dong de menjalankan kegiatan agama,
paling kalau sudah waktunya istirahat atau selesai bertugas, baru dapat
melaksanakannya, tapi biasanya disini sudah terjadwal,kalau sudah jam 12
siang kita istirahat...nah.. di waktu istirahat itulah baru kita melaksanakan
sholat. Jadi tidak ada masalah.
Tanya : Kegiatan keagamaan apa saja yang ada dan dilakukan di dalam lingkungan
batalyon ?
Jawab : Kegiatan agama disini..ya..ada dan sangat baik, tapi tidak terlalu banyak atau
sering dilaksanakan karena terbentur dengan tugas pengamanan.
Tanya : Apakah bapak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ?
Jawab : Semua kegiatan yang datangnya dari kesatuan batalyon atau Kodam Jaya
baik kegiatan pengamanan atau kegiatan yang bersifat pembinaan mental itu
wajib untuk mengikutinya.
Tanya : Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan yang ada
dilingkungan batalyon bermanfaat bagi TNI ?
Jawab : Sangat bermanfaat bagi saya, untuk menambah ilmu pengetahuan juga untuk
meningkatkan keimanan para prajurit.
Tanya : Apakah peran dan fungsi agama bagi bapak?
Jawab : Agama menurut bapak sangat berperan sebagai fondasi moral individu
masyarakat, karena secara imperatif mengarahkan tindakan kita senantiasa
bermanfaat bagi diri, lingkungan dan masyarakat.
Tanya : Bagaimana orientasi keagamaan bapak dalam beragama?
Jawab : Sebagai seorang yang beragama dan prajurit TNI ingin dan selalu berusaha
untuk tetap terciptanya sebuah hubungan yang serasi,selaras dan seimbang
dalam masyarakat, yakni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan
dengan alam atau lingkungan hidup sekitarnya.
PEDOMAN WAWANCARA
Agama dan TNII Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon
Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten
a. Nama : Naidi
b. Usia : 30
c. Status : Nikah
d. Tempat tinggal : Asrama Yonkav 9/Penyerbu Tangerang
e. Asal daerah : Jakarta
f. Jabatan : SERTU
g. Tingkat pendidikan : SMA Pelayaran
h. Agama : Islam
Tanya : Apa latar belakang pendidikan bapak sebelum menjadi TNI ?
Jawab : SMA Pelayaran
Tanya : Bagaimana Pemahaman bapak tentang agama ?
jawab :. Agama bagi saya tenaga penggerak yang memiliki nilai-nilai tersendiri bagi
persatuan dan kesatuan bangsa, karena didalam agama sendiri mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia
dengan lingkungan sekitar.
Tanya : Bagaimana perilaku beragama bapak ketika berada di lingkungan batalyon
dan ketika di rumah/masyarakat?
Jawab : Ya... sebagai seorang muslim dan prajurit saya berusaha untuk tetap
berperilaku sesuai dengan ajaran agama dan kode etik prajurit.
Tanya : Praktek keagamaan apa saja yang bapak lakukan di lingkungan batalyon ?
Jawab : Saya melaksanakan sholat lima waktu dan mengikuti kegiatan bimbingan
rohani yang telah diberikan oleh kesatuan.
Tanya : Sebagai abdi Negara, bagaimana bapak menjalankan kegiatan keagamaan di
saat sedang bertugas ?
Jawab : selalu berusaha untuk tetap melaksanakan sholat lima waktu malau itu harus
di Jama atau Qasar.
Tanya : Kegiatan keagamaan apa saja yang ada dan dilakukan di dalam lingkungan
batalyon ?
Jawab : Di sini sering mengadakan kegiatan pengobatan masal yang diadakan di
lapangan. Bintal ( Bimbingan Mental), Isra Mi`raj,
Tanya : Apakah bapak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ?
Jawab : Untuk kegiatan Bintal disini diwajibkan bagi prajurit untuk mengikutinya.
Tanya : Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan yang ada
dilingkungan batalyon bermanfaat bagi TNI ?
Jawab : Ya.. bermanfaat, karena itu semua demi meningkatkan keimanan kita semua
kan dan juga memotivasi kita dalam tugas.
Tanya : Apakah peran dan fungsi agama bagi bapak?
Jawab : Ya.. jelas agama sangat berperan bagi saya sendiri, karena agama sebagai
pedoman hidup atau penyelamat dalam kehidupan baik kehidupan sekarang
maupun nanti.
Tanya : Bagaimana orientasi keagamaan bapak dalam beragama?
Jawab : orientasi saya selalu berusaha agar tetap menjalankan ibadah sesuai dengan
perintah agama.
BAB I
PENDAHULUAN
5. A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia sepanjang sejarah, senantiasa diiringi oleh apa yang disebut sebagai
agama. Agama bagi manusia merupakan fitrah insaniyah, sebagai naluri yang tidak
dapat dipisahkan dari kebutuhan hidup manusia, sekaligus merupakan kebutuhan
primer bagi kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan manusia terdapat tiga hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia yang berlaku secara universal dan harus dipelihara dan mendapatkan jaminan
institusi pemerintah atau negara. Hak dasar tersebut adalah hak untuk hidup (life)
tanpa rasa takut dan ancaman dari siapapun, hak untuk hidup bebas (liberty) untuk
berbicara dan berekspresi, untuk beragama dan bercita-cita dan sebagainya, dan hak
untuk memiliki sesuatu (property) baik materi maupun non materi.1
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat
adikodrati (supranatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup
kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai
orang perorangan maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat,
selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari.2 Nilai – nilai yang
terdapat dalam agama pada dasarnya merupakan satu ajaran yang membawa manusia
pada pencapaian kebahagian dunia dan akhirat.
1 A. Ubaidillah, DKK., Pendidikan kewargaan, Demokirasi, HAM dan Masyarakat Madani,
Jakarta : IAIN Jakarta Press. 2000, h.96. 2 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1997) cet. Ke-2., h. 255-
256
Agama yang dianggap suatu jalan hidup bagi manusia (way of life) menuntun
manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk memelihara integritas
manusia dalam membina hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama
manusia serta dengan lingkungan yang mengitarinya. Dengan kata lain agama pada
dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia
dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan lingkungan yang
mengitarinya.3
Menurut Glock dan Stark,4 keberagamaan atau religiusitas adalah suatu
tindakan yang mengacu pada sistem keyakinan, peribadatan dan aturan-aturan moral
agama. Dalam kontek ini keberagamaan dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu
keimanan, pengetahuan , peribadatan dan upacara, pengamalan keagamaan dan
konsekuensi terhadap ajaran agama. Agama sebagai pegangan dan pandangan hidup
bagi manusia dan berperan di hampir seluruh bidang kehidupan dan yang paling
penting berperan dalam bidang bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Peranan
sosial agama haruslah dilihat sebagai sesuatu yang mempersatukan di mana dalam
pengertian harfiahnya agama menciptakan suatu ikatan bersama, yaitu dengan adanya
kewajiban-kewajiban sosial keagamaan yang membantu mempersatukan mereka.
Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama
oleh kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama
dalam masyarakat serta cenderung melestarikan nilai-nilai sosial.
Agama selalu mengajarkan dan menginginkan kedamaian dan kesejahteraan
bagi setiap umat manusia, baik kehidupan di dunia maupun di kehidupan akhirat. Hal
tersebut dapat dilihat pada kehidupan keagamaan anggota Tentara Nasional Indonesia
3 Rusmin Tumanggor,, Sosiologi dalam Perspektif Islam,(Jakarta:UIN jakarta press 2004) h.18 4 Elizabeth K, Nothingham., Agama dan masyarakat,Suatu Pengantar Sosiologi Agama,(Jakarta: raja Grafindo Persada, 1994) h. 42
(TNI) yang selalu memperjuangkan serta menegakkan dan mempertahankan
kedamaian demi menjaga keutuhan NKRI.
Pandangan keagamaan dan pengetahuan agama anggota TNI dapat dilihat dari
sejauh mana para prajurit TNI dalam memahami agama. Apakah menurut TNI yang
ada di lingkungan Batalion Kavaleri agama itu penting atau hanya sebagai teks saja.
Agama dalam hal ini mengajarkan manusia agar menjadikan Tuhan sebagai
pangkal dan tujuan hidupnya. Dengan dasar dan sikap seperti itu kehidupan Prajurit
mempunyai makna dan nilai luhur sebagai pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa
di samping pengabdian dirinya kepada Negara dan Bangsa. Agama pada hakekatnya
ditujukan untuk meningkatkan iman,akhlak manusia dan budi pekerti yang luhur bagi
para pemeluk agama serta masyarakat Indonesia pada umumnya, agar terwujud dalam
amal perbuatan dan pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
berpartisipasi secara positif dalam pembangunan nasional salah satunya dalam bidang
pertahanan negara dan bangsa.
Maka dari itu, agama tidak hanya mempunyai arti individu melainkan juga
arti sosial bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama tidak hanya
mempengaruhi tingkah laku individu tetapi juga tingkah laku sosial.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melihat
dan mengkaji bagaimana peranan Agama dan TNI dalam menjalankan kehidupan
sosial keagamaan sehari – hari.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian
ini pada kehidupan sosial keagamaan di lingkungan TNI Batalyon kavaleri
9/penyerbu yang berada di wilayah Serpong Tangerang.
2. Perumusan masalah
Untuk mendapatkan hasil yang sistematis dan terarah serta jelas maka penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan kehidupan sosial keagamaan TNI di Batalyon
Kavaleri 9/ Penyerbu Serpong Tangerang..
6. C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran agama
dalam kehidupan anggota TNI dan mengetahui kehidupan sosial keagamaan para TNI
di Batalyon Kavaleri 9, serta motivasi dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas
kenegaraan.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat luar khususnya
bagi penulis dan aparat terkait terutama dalam upaya pengembangan kehidupan
beragama di lingkungan TNI. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi
tambahan bahan pustaka, mengenai praktek kehidupan beragama. Di samping itu
merupakan suatu sumbangsih dan motivasi bagi para peneliti untuk dapat
mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang serupa.
7. D. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field
research) dan penelitan pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Pada
dasarnya penelitian ini merupakan suatu kegiatan deskriptif analisis, sebagai upaya
memberikan penjelasan dan gambaran komprehensif tentang kehidupan sosial
keagamaan TNI di Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa suatu keadaan
atau suatu fenomena tertentu berdasarkan data yang peneliti peroleh. Secara harfiah
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian tertentu, sehingga diperoleh deskripsi
yang sistematis faktual dan aktual mengenai fakta-fakta dan sifat populasi.5
Penekanan penelitian ini adalah bagaimana ajaran agama dilaksanakan oleh
para anggota TNI dalam aktivitas kerjanya sehari-hari dan dalam hubungan mereka
dengan sesama anggota TNI serta lingkungan sekitarnya.
Ada pun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan
skripsi,tesis dan disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
2. Lokasi penelitian
5 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian,(Jakarta: Rajawali Press, PT. Raja Grafindo
Persada, 1998), h. 70.
Penelitian ini mengambil lokasi di Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong
Tangerang. Alasannya adalah keingintahuan peneliti terhadap kehidupan sosial
keagamaan TNI, serta lokasi penelitian berdekatan dengan daerah peneliti sehingga
diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
3. Subyek penelitian dan teknik pengumpulan data
Subyek utama penelitian ini adalah anggota TNI Batalyon Kavaleri
9/Penyerbu Serpong Tangerang. Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan data
yang diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Pengamatan langsung yakni pengamatan yang dilakukan sambil
berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti. Observasi ini dimaksudkan
untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas kerja responden secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul dan mengetahui hubungan antara aspek dalam penelitian
tersebut.6
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan
alat yang dinamakan Interview guide (Panduan wawancara).7
Dan untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan wawancara
dengan beberapa anggota TNI batalyon kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang.
Sebagai acuan penelitian, penulis menyiapkan pedoman wawancara yang
disesuaikan dengan kebutuhan kondisi saat wawancara.
6 Kristi Poermandari,E., Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:LPSP3, Fak.Psikologi UI, 2002) h. 70.
7 M. Nasir., Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985) cet. 2., h. 182.
Untuk memperkaya data dan interpretasi, penulis juga mengumpulkan data
melalui bahan bacaan seperti buku, hasil penelitian, catatan-catatan ataupun dokumen
yang terkait dengan penelitian baik diperoleh dari lokasi penelitian maupun instansi
terkait lainnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah penyajian dan pembahasan skripsi, hasil penelitian ini
secara sistematis dibagi dalam lima bab. Sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan. Meliputi tentang Latar belakang masalah,Pembatasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Metodologi Penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Teori membahas tentang ruang lingkup keagamaan (Pengertian
agama, Pengertian Keberagamaan,Fungsi agama, Dimensi-dimensi
keberagamaan) dan gambaran umum TNI meliputi sejarah singkat TNI dan
tugas pokok TNI.
Bab III : Profil Daerah dan Subjek Penelitian, terdiri dari kondisi geografi dan
demografis wilayah tersebut, profil Batalion kavaleri 9 meliputi (sejarah
singkat, aktivitas keberagamaan), fasilitas agama dan kegiatan keagamaan.
Bab IV : Kehidupan sosial Keagamaan TNI di Batalion Kavaleri 9 Serpong Tangerang
meliputi : pemahaman dan perilaku keberagamaan TNI, fungsi dan peran
agama dalam kehidupan TNI, kegiatan pembinaan keagamaan TNI dan
orientasi keagamaan bagi TNI
Bab V: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Agama
1. Pengertian agama
Mendefiniskan agama selalu tidak ada habisnya. Sampai sekarang perdebatan
tentang definisi agama masih belum selesai, sebagaimana pendapat yang
dikemukakan Zakiah Darajat dalam buku Ilmu Jiwa Agama, bahwa tidak ada yang
lebih sukar dari pada membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah
subyektif, intern dan individual dimana setiap orang akan merasakan pengalaman
agama yang berbeda dari orang lain.8
Kata agama berasal dari bahasa Sankrit, yang tersusun dari dua suku kata yaitu
“a” yang berarti tidak, dan “gama” berarti kacau, jadi agama adalah tidak kacau.
Adapun dalam bahasa Arab kata Din atau agama memiliki pengertian patuh, taat, dan
tunduk kepada Tuhan.9 Secara khusus, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat
aturan atau nilai untuk mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh, baik
hubungan manusia dengan penciptanya (hablum minallah), hubungan manusia dengan
manusianya (hablum minannas), dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar,
agar manusia dapat memperoleh keamanan, kedamaian, dan kebahagiaan.10
Agama menurut Harun Nasution adalah ikatan, ikatan ini mempunyai
pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari
8 Zakiah Darajat, Ilmu Jiawa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) Cet. Ke-13, h. 3. 9 Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, ( Jakarta:UI Press) cet. Ke- 5. h. 1 10 Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta : Rajawali
Press, 1999), h. 5
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, suatu kekuatan gaib yang tidak bisa di
tangkap oleh panca indera.11
Sedangkan bagi Thomas O`Dea, agama adalah alat untuk memahami
kehidupan sosial, di mana manusia harus mamahami dirinya, sehingga ia mampu
untuk berperilaku secara proporsional, yaitu kehidupan yang memiliki nilai-nilai
moral yang berupa etika. Inti dari pemahaman O`Dea ini menekankan kepada
manusia sebagai sumber etika dan moral yang akan membentuk sebuah budaya.12
Adapun agama dalam pengertian sosiologi sendiri dipandang sebagai gejala
sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia. Walau
bagaimanapun adanya, pembahasan tentang agama tak pernah tuntas tanpa mengikut
sertakan aspek-aspek sosialnya. Agama adalah menyangkut kepercayaan serta
berbagai prakteknya, sehingga agama benar-benar merupakan fakta sosial.13
Dalam kamus sosiologi agama,14 pengertian agama ada tiga macam: Pertama,
percaya pada hal-hal spiritual; Kedua, perangkat kepercayaan dan praktek-praktek
spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; Ketiga, ideologi mengenai hal-hal
bersifat supranatural.15
Lain halnya dengan George Galloway yang merumuskan agama sebagai
keyakinan manusia kepada kekuatan yang melampaui dirinya, karena ia mencari
pemuas kebutuhan emosional dan ketenangan hidup yang diekspresikan dalam bentuk
penyambahan dan pengabdian. Menurut penulis agama merupakan sistem
kepercayaan dan praktek, yaitu di mana masyarakat atau individu mempercayai dan
11 Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 9 12 Elizabeth K. Notingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar sosiologi. Terj. Abdul
Mulis naharung, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 1997), Cet. Ke- 7, h. 3 13 Dadang kahmad, Sosiologi Agama,(Bandung : Rosdakarya Mulia, 2000), h. 29 14 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 377 15 Soekanto, Kamus Sosiologi Agama, h. 377
menjalankan agama sebagai pedoman kehidupan manusia baik di dunia maupun di
akhirat.
2. Pengertian Keberagamaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata keberagamaan berasal dari kata
“beragama” dan memiliki artian menganut (memeluk), beribadah, taat kepada agama
(baik hidupnya menurut agama)16
Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secara
terpisah, meski keduanya mempunyai makna yang saling terkait. Mengenai definisi
agama telah dijelaskan dibagian atas. Sedangkan keberagamaan berarti pembicaraan
mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dan
penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya.
Muhammad Djamaluddin, mendefinisikan keberagamaan sebagai manifestasi
individu dalam meyakini, memahami, manghayati, dan mengamalkan agama yang
dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.17 Maka untuk mencapai hal tersebut,
diperlukan iman dan ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan, sehingga fungsi
Islam sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam dapat dirasakan.18
Keberagamaan Islam meliputi dimensi jasmani dan rohani, pikir dan zikir,
aqidah dan ritual, peribadatan, penghayatan dan pengalaman, akhlak individu dan
sosial masyarakat serta masalah duniawi dan akhirat. Dalam dimensi keyakinan atau
16 J.S. Badudu Sota, Muhamad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pustaka
Sinas Harapan, 1994), Cet. Ke- 1, h. 11 17 Muhamad Djamaluddi, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi, (Yogyakarta : UGM
Press, 1995), h. 44 18 Muhamad Djamaluddi, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi, h. 46.
aqidah, seseorang harus meyakini dan mengimani beberapa perkara dengan kokoh
dan kuat, sehingga keyakinan tersebut tidak dapat digoyahkan. Keyakinan seperti itu
akan diperoleh seseorang dengan argumentasi (dalil aqli) yang dapat dipertahankan.
Selanjutnya dalam dimensi syariat adalah konsekuensi logis dan praktis dari
keyakinan. Mengamalkan syariat merupakan representasi dari keyakinan, karena
syariat merupakan kewajiban dan larangan yang datang darinya dan keyakinan harus
disertai dengan pengamalan kepada Allah.
3. Fungsi Agama
Agama sangat berperan dalam kehidupan serta pemeliharaan masyarakat.
Agama dalam kehidupan sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa dan mengikat
masyarakat atau sekelompok orang dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama
manusia dan alam yang mengitarinya.
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi penting sehubungan
dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik
fundamental kondisi manusia.19 Dalam hal ini fungsi agama menyediakan dua hal.
Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh
manusia. Kedua,sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal
diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi
mempertahankan moralnya.20
19 Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, ( Jakarta : Raja Garafindo
Persada, 1995) Cet Ke- 6. h. 25. 20 Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, h. 26.
Agama dalam perspektif Islam memiliki fungsi vertikal dan horizontal.21
Fungsi vertikal diwujudkan dalam bentuk ibadah atau hubungan manusia dengan
Tuhan, sementara fungsi horizontal agama sebagai fungsi sosial dari agama yakni
hubungan manusia dengan manusia dengan adanya ajaran untuk berbuat baik kepada
sesama, saling menolong, menghargai dan menghormati.22
Menurut Jalaludin rahmat,23 fungsi agama adalah sebagai berikut :
a. Edukatif
Dimana ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran yang harus
dipatuhi.
b. Penyelamat
Manusia senantiasa merindukan datangnya keselamatan, baik keselamatan
dunia maupun akhirat.
c. Perdamaian/ ketenangan batin
Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntunan agama. Perasaan berdosa akan lenyap bila
ditebus dengan pensucian diri atau tobat.
d. Kontrol sosial
e. Pemupuk solidaritas
Secara psikologi para pemeluk agama akan merasa memiliki kesamaan dalam
satu kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan akan menumbuhkan
solidaritas kelompok maupun perorangan.
21 Rusmin Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, (Jakarta : UIN Jakarta Press,2004) h.
44. 22 Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, h. 46. 23 Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997) cet, ke-2.
h. 234.
f. Transformatif
Agama dapat mengubah kehidupan seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan mengubah
kesetiannya kepada adat.
g. Kreatif
Agama mendorong para penganutnya untuk bekerja tetapi untuk kepentingan
orang lain dan bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama dalam rangka
melakukan inovasi.
h. Sublimatif
Agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan saja sifat ukhrawi, tapi
juga duniawi selama usaha tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma
agama.24
Dalam hal ini fungsi agama ialah memelihara integritas diri seseorang atau
sekelompok orang agar hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan
alam yang mengitarinya tidak kacau. Dengan kata lain, agama pada dasarnya
berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesamanya dan alam yang mengitarinya.
4. Dimensi dimensi keberagamaan
Menurut R. Stark dan C.Y. Glok sebagaimana dikutip Roland Robertson
dalam bukunya, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, terdapat lima
dimensi utama dalam memahami masyarakat agama, yaitu :25
24 Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, h. 236 25 Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis,h,295.
Pertama, dimensi keyakinan, yang berisikan pengharapan dimana orang yang
religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui akan kebenaran
doktrin atau ajaran agama tersebut.
Kedua, dimensi praktek agama, dimensi ini mencakup perilaku pemujaan-
pemujaan serta ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan sebuah
komitmen terhadap agama yang dianutnya.
Ketiga, dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan dan memperhatikan
pengharapan-pengharapan tertentu, walupun tidak tepat jika dikatakan bahwa
seseorang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan
subjektif dan langsung mengenai kenyataan akhir, bahwa ia akan mencapai suatu
keadaan kontak dengan perantara supranatural.
Keempat, dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu pada harapan
bahwa seseorang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi
agama yang dianutnya. Glock melihat bahwa tidak semua pengetahuan bersandar
kepada keyakinan. Seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami
agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit.
Kelima, dimensi konsekuensi, dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat-
akibat keyakinan keagamaan, praktek-praktek, pengalaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini,
walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir
dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas
konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata
berasal dari agama.26
26 Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, h, 296-297
B. TNI
1. Sejarah Singkat TNI
Tentara Nasional Indonesia lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia,
mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah
Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. Maka pada tanggal 22 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memutuskan untuk membentuk
Badan Keamanan Rakyat (BKR).27 BKR merupakan bagian dari Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang semula bernama Badan Pembantu Prajurit
(BPP). Pembentukan BKR merupakan perubahan dari keputusan yang di ambil PPKI
dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 diputuskan untuk membentuk tentara
kebangsaan.28
BKR adalah suatu organisasi semi-militer bertugas untuk menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat dan bukan melaksanakan tugas-tugas pertahanan. Ia
merupakan sebuah organisasi dengan ikatan-ikatan yang longgar, tidak mempunyai
markas besar, tidak mengenal hirarki dan tidak mempunyai pimpinan yang terpusat.
Pembentukan BKR diumumkan bersama dengan pembentukan KNI dan PNI pada
tanggal 23 Agustus 1945. Dalam pidatonya Presiden Sukarno mengajak pemuda-
pemuda bekas PETA, Heiho, Kaigun Heiho dan pemuda-pemuda lainnya untuk
bergabung dalam BKR.29
Disamping BKR sebagai badan resmi yang dibentuk pemerintah, terdapat pula
badan-badan perjuangan lain yang tidak puas dengan pembentukan BKR dan tidak
27 Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,(DepHanKam Pusjarah ABRI, 1971) Seri Text Book, C3. Sejarah ABRI, h,3.
28 Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 4 29 Saleh As`ad Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang, ( DepHanKam
Pusjarah ABRI,1971) Seri Text Book sejarah ABRI D2, h, 2
bersedia memasuki BKR yang mereka anggap tidak dapat memenuhi aspirasi mereka.
Golongan ini membuat badan-badan perjuangan dengan nama yang bermacam-
macam, mereka itu umumnya berasal dari golongan yang sudah membentuk
organisasi-organisasi pada zaman Jepang baik legal maupun ilegal atau pemuda-
pemuda yang berafiliasi kepada aliran (agama atau politik) tertentu.30 Mereka
menghendaki agar segera setelah proklamasi di bentuk tentara nasional sebagai alat
untuk merebut kekuasaan baik politik maupun fisik dari tangan tentara pendudukan
Jepang. Tetapi usul itu tidak disetujui oleh Presiden, karena pertimbangan-
pertimbangan politik. Pimpinan nasional berpendapat bahwa pembentukan sebuah
tentara nasional pada saat itu akan mengundang pukulan dari gabungan kekuatan
sekutu dan Jepang (pada waktu Jepang menyerah,pihak sekutu memerintahkan supaya
Jepang mempertahankan status-quo di daerah-daerah yang didudukinya termasuk
Indonesia). Diperkirakan kekuatan nasional belum mampu untuk menghadapi pukulan
tersebut. Oleh karena itu pemerintah memilih cara diplomasi untuk memperoleh
pengakuan pengakuan sekutu terhadap kemerdekaan yang telah diproklamasikan itu.31
Oleh karena itu golongan ini segera membentuk komite van aksi yang
bermarkas di asrama Menteng 31 Jakarta. Beberapa barisan yang tergabung dalam
komite van aksi adalah Angkatan Pemuda Indonesia (API) dari Jakarta, di Bandung
terdapat Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia (P3I), di Jawa tengah terdapat Angkatan
Muda Indonesia (AMI), di Surabaya, Angkatan Muda Surabaya (AMS), di Aceh ,
Angkatan Pemuda Indnesia (API), di Padang, Balai Penerangan Pemuda Indonesia
(BPPI), di Kalimantan, Barisan Pemuda Penyongsong Republik Indonesia (BPRI), di
Kalimantan Barat, Pemuda Penyongsong Republik Indonesia (PPRI).32
30 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h, 3. 31 Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, (Jakarta
: LP3ES,1986) cet. 1, h. 5-6. 32 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h. 3
Kebijaksanaan Pimpinan Pemerintahan untuk menunda pembentukan tentara
nasional, menyebabkan situasi keamanan bertambah gawat. Hampir di semua kota
besar terjadi pertempuran, baik menghadapi Jepang maupun menghadapi Sekutu dan
NICA.33 Keterlambatan pembentukan Tentara inipun mengakibatkan lahirnya inisiatif
rakyat untuk membentuk kekuatan sendiri-sendiri. Namun kekuatan bersenjata ini
tidak terkontrol secara terpusat/tanpa adanya satu komando. Pengendalian atas BKR
tidak dilakukan secara terpusat tetapi daerah perdaerah mengikuti pembentukan KNI
daerah.34
Pertempuran antara BKR/Pemuda melawan Jepang di ikuti oleh tentara sekutu
yang mendarat. BKR/Pemuda dan rakyat akhirnya menghadapi dua kekuatan besar
yang antara lain berujung pada peristiwa Palagan Ambarawa pada tanggal 15
Desember 1945, yang kini diperingati sebagai hari juang TNI AD.35
Akibat terjadinya kekacauan keamanan semasa BKR dan tidak adanya satuan
komando yang terpusat terhadap Barisan Pemuda dan Laskar Perjuangan. Maka
diperlukan reorganisasi badan-badan yang melaksanakan keamanan dan perlindungan
Republik Indonesia untuk menghadapi Tentara Belanda yang memboncengi sekutu
melalui NICA. Akhirnya atas saran KNIP, dilakukan langkah-langkah reorganisasi
tentara yang penuh dengan konflik.
Pembentukan organisasi tentara di mulai dari TKR atas dorongan dari bekas
Mayor KNIL, Urip Sumoharjo, kemudian pemerintah memanggil Urip untuk diserahi
tugas mengorganisasi tentara nasional. Maka melalui maklumat pemerintah pada
tanggal 5 Oktober 1945 yang berbunyi : “Untuk memperkuat perasaan keamanan
umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat”. Yang di tanda tangani oleh
33 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h. 5
34 Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, (Jakarta: Institute For Policy Studies 2004) h. 7 35 Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, h. 19
Bung Karno.36 Maka BKR di ubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sesuai
dengan namanya, fungsi utama TKR masih tetap memelihara keamanan dalam negeri
dan bukan menghadapi musuh dari luar. Namun demikian, setidak-tidaknya statusnya
sudah ditingkatkan menjadi tentara dan menunjukan satu langkah lebih maju.
Ketika pembentukan TKR diumumkan, pada hari itu juga yang ditunjuk untuk
menjadi pimpinan tertinggi TKR ialah Supriadi seorang tokoh PETA Blitar yang
pernah mengadakan perlawanan terhadap Jepang dalam bulan Februari.37
Untuk memobilisasi TKR, KNIP pada tanggal 9 Oktober 1945 mengumumkan
agar bekas prajurit PETA, Heiho, bekas Prajurit Hindia Belanda, Barisan Pemuda,
Pelopor, Hizbullah dan lain-lainnya, baik yang sudah ataupun yang belum mengalami
latihan militer untuk bergabung menjadi anggota TKR.
Pengangkatan pejabat keamanan rakyat baru diumumkan pada tanggal 20
Oktober 1945 dengan susunan Menteri Keamanan Rakyat ad interim adalah
Mohammad Sulyoadikusumo, Pimpinan tertinggi TKR adalah Supriadi dengan
Kepala Staf Umumnya Mayor Urip Sumoharjo, namun pimpinan tertinggi beralih
ketangan Amir Syarifudin dan Syahrir yang berasal dari golongan kiri. Hal ini dalam
perjalanan TNI kelak menyebabkan banyaknya konflik internal dan horizontal sesama
aparat pemerintahan khususnya dikalangan TNI AD.
Dalam usaha menyusun organisasi tentara, Urip Sumoharjo dibantu oleh
beberapa orang tokoh muda eks-perwira KNIL. Ia memilih kota Yogyakarta sebagai
tempat Markas Tertinggi (MT) TKR karena di Jakarta pasukan sekutu dan Belanda
cukup kuat untuk menghalang-halangi proses pembentukan TKR, selain itu TKR
belum mempunyai pimpinan tertinggi yang aktif karena tidak hadirnya Supriadi. Pada
waktu organisasi ketentaraan mulai disusun, pasukan serikat telah menduduki
36 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.6 37 Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.14
beberapa kota besar dengan kekuatan 3 divisi tentara Inggris, 2 divisi tentara Australia
dan beberapa batalyon Belanda.
Pada tanggal 12 November 1945 diselenggarakan konferensi TKR di
Yogyakarta. Konferensi di hadiri oleh perwira senior dalam MT TKR, panglima-
panglima divisi, komandan-komandan resimen dari pulau Jawa. Sumatra dan daerah-
daerah lain diluar Jawa tidak mengirimkan utusan karena kesukaran komunikasi.
Begitu pula Surabaya, karena sedang bertempur dengan Inggris.38 Konferensi ini juga
dihadiri oleh badan-badan perjuangan dan laskar, Jendral Titular Pakubuwono XII,
Hamengku Buwono IX, Pakualam VIII dan Mangkunegoro VIII dari kraton Solo dan
Yogyakarta serta dihadiri oleh Sutan Syahir dan Amir Syarifudin.
Dalam konferensi tersebut terbentuk panitia pemilihan dan reorganisasi tentara
serta Kementerian Pertahanan yang kosong. Panitia memilih Kolonel Sudirman,
Panglima divisi V Purwokerto, sebagai Panglima Besar TKR dan Hamengku Buwono
IX sebagai Menteri Pertahanan untuk mengkoordinasikan perjuangan ketentaraan
dalam menghadapi peperangan. Sedangkan Urip Sumoharjo yang berharap menjadi
Panglima TKR tidak berhasil menjabat posisi tersebut dan terpilih untuk tetap pada
kedudukan sebagai Kapala Staf. Kemudian Urip Sumoharjo menyatakan mundur dari
ketentaraan Kepala staf Umum TKR, namun tak diijinkan oleh Presiden Soekarno
karena masih dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk menyusun organisasi tentara.
Konferensi pada mulanya tidak mengetahui bahwa Presiden Soekarno akan
mengangkat Syahrir menjadi Perdana Menteri dan Amir Syarifudin menjadi Menteri
Keamanan Rakyat yang kemudian berubah menjadi Menteri Pertahanan pada tanggal
13 Nopember 1945.
38 Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.17
Dengan terbentuknya TKR pada 5 Oktober 1945 dan adanya laskar perjuangan
maka dipandang perlu menyatukan kekuatan bersenjata tersebut agar hasil perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dapat lebih optimal. Untuk itu, TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) di ubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7
januari 1946. Namun pemakaian nama Tentara Keselamatan Rakyat hanya sebentar.
Pada tanggal 24 Januari 1946, Presiden mengeluarkan dekrit perubahan nama TKR
menjadi TRI. Selanjutnya susunan organisasi TRI akan disempurnakan oleh sebuah
panitia.
Sebagai tindak lanjut dari pada rencana penyempurnaan organisasi, maka
pada tanggal 23 Februari 1946 dikeluarkan penetapan Presiden untuk membentuk
Panitia besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara. Tugasnya antara lain :
1. Membentuk kementerian keamanan
2. Membentuk ketentaraan
3. Kekuatan tentara
4. Organisasi tentara
5. Menyempurnakan bentuk peralihan dari TKR ke TRI dan menentukan status
laskar dan badan perjuangan.
Panitia Besar Reorganisasi ini beranggotakan 11 orang dipimpin oleh Letnan
Jenderal Urip Sumoharjo. Hasil kerja Panitia Besar Penyelesaian Organisasi
diumumkan pada tanggal 17 Mei 1946. 39
Adanya dua macam pasukan bersenjata, yaitu TRI sebagai tentara regular, dan
badan perjuangan sebagai potensi rakyat, sangat tidak menguntungkan perjuangan.
Maka Pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk mempersatukan kedua potensi
bersenjata ini. Pada tanggal 5 Mei 1947 dikeluarkan penetapan Presiden yang
39 Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 8
bertujuan untuk mempersatukan TRI dan laskar-laskar kedalam satu organisasi
tentara.
Pelaksanaan persetujuan ini diserahkan kepada panitia yang diketuai oleh
Presiden sendiri. Tugas Panitia untuk menyatukan TRI dan laskar-laskar berjalan
kurang lancar, karena partai politik tidak begitu saja bersedia mengerahkan kader-
kadernya kepada pemerintah. Untuk mengatasi jalan buntu, menteri Pertahanan
menyodorkan konsepsi pelaksanaan penyatuan yang bertahap.
Tahap pertama : laskar dalam daerah divisi diperbolehkan mempunyai satu resimen
dari masing-masing partai politik, dan resimen-resimen itu digabungkan menjadi satu
brigade laskar.
Tahap kedua : brigade laskar menggabungkan diri kepada TRI, kemudian dilebur
menjadi TNI.40
Cara bertahap ini disetujui dan pada tanggal 7 Juni 1947 Presiden
mengeluarkan penetapan :
- Mulai tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan menyatakan semua laskar dan badan perjuangan secara serentak
dimasukkan kedalam TNI.
- Pimpinan Tertinggi TNI dipegang oleh Pucuk Pimpinan TNI yang merupakan
pimpinan kolektif, terdiri dari kepala dan anggota. Kepala Pucuk Pimpinan
adalah Panglima Besar Angkatan Perang (PBAP) Jenderal Sudirman.
Anggotanya terdiri dari : Letjen Urip Sumoharjo, Laksamana Muda Nazir,
Komodor Muda S. Suryadharma, Sutomo, Ir Sakirman, dan Djoko Soyono.
- Tugas Pucuk Pimpinan adalah melaksanakan tugas operasional dan
penyempurnaan organisasi.41
40 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.9
Tetapi rencana itu belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, karena
Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 telah melancarkan aksi militernya yang pertama,
sesudah perjanjian Renville.
Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan
tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya
kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Pasca saat-saat kritis selama perang
kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat,
tentara revolusi, dan tentara nasional.
Sebagai kekuatan yang baru lahir, di samping TNI menata dirinya,pada waktu
yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan
baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan-rongrongan politik
bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI di bawah pengaruh
mereka melalui Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI- Masyarakat.42
Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI
menghadapi pergolakan bersenjata dibeberapa daerah dan pemberontakan PKI di
Madiun,43 serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang bermaksud membentuk Negara
Islam di Indonesia pada tahun 1949, yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo.44
Tantangan dari luar negeri yaitu dalam menghadapi Agresi Belanda, maka bangsa
Indonesia melaksanakan perang rakyat semesta dimana segenap kekuatan TNI dan
masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut.
41 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.10 42 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.45 43 Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.72 44 Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, h. 48
Serangan belanda menarik perhatian Internasional. Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa bersidang dan mendesak supaya kedua belah pihak
segera menghentikan pertempuran dan kemudian mengadakan perundingan untuk
menyelesaikan persengketaan. Pada tanggal 4 Agustus 1947 Presiden Sukarno dan
Jenderal Spoor mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak. Perintah itu
dikeluarkan pada saat TNI berhasil mengkonsolidasikan kekuatannya untuk
melancarkan perang gerilya.
Sekalipun sudah ada gencatan senjata dan resolusi PBB supaya Belanda
kembali kegaris tanggal 4 agustus 1947 ternyata Belanda terus melanjutkan aksi-aksi
militernya. Mereka berusaha merebut daerah seluas mungkin untuk nantinya dituntut
sebagai daerah kekuasaannya dalam perundingan politik. Dalam perkembangannya
Belanda menuntut supaya RI mengakui “garis van mook” itu.
Pemerintah RI mendesak supaya KTN (Komisi Tiga Negara) mempergunakan
kekuasaannya untuk memaksa Belanda supaya mentaati perintah tembak-menembak.
Tetapi ternyata KTN tidak mampu dan sebaliknya Belanda merasa dirinya cukup
mampu untuk langsung menyerang Yogyakarta. Pada tanggal 9 januari 1948 mereka
menyampaikan ultimatum yang berisi bahwa RI harus menyerahkan daerah yang luas
dan TNI ditarik dari daerah gerilya ke Yogyakarta yang sudah berada dalam kepungan
yang rapat. Pemerintah akhirnya terpaksa menerima keinginan Belanda.
Perundingan antara RI dan Belanda pada tanggal 2 November 1949
menghasilkan pembentukan Negara Republik Serikat yang terdiri dari RI dan Negara-
negara yang dibentuk oleh van Mook sebagai hasil dari perundingan Linggarjati 1946,
serta pembentukan komisi militer Belanda-Indonesia dan pembentukan Uni Indonesia
Belanda dengan ketuanya Ratu Belanda.
Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai
intinya.45 Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali kebentuk
Negara Kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi APRI.
Pada periode 1950-1959, sistem demokratisasi parlementer yang dianut
pemerintah mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politis yang terlalu jauh
dalam intern TNI mendorong terjadinya 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan
adanya keretakan dilingkungan TNI AD.46 Disisi lain, campur tangan itu mendorong
TNI terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) yang menganggap dirinya sebagai
“gerakan”,dan bukan sebagai partai.47
Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan kepolisian negara menjadi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada tahun 1962, berdasarkan Surat
Keputusan Presiden No.225/Plt tahun 1962. peyatuan itu pada hakekatnya merupakan
bagian penting dari sejarah TNI. Usaha kearah pembentukan satu ABRI itu di mulai
di masa Ir. Djuanda.48
Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata dibawah satu komando,
diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efesiensi dalam melaksanakan perannya,
serta tidak mudah terpengarung oleh kepentingan kelompok tertentu. Namun hal
tersebut menghadapi tangtangan, dalam situasi yang serba chaos, ABRI melaksanakan
tugasnya sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan
hankam, ABRI menumpas pemberontakan PKI dan mendorong terciptanya tatanan
45 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.65 46 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.82 47 Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.161 48 Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 103
politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan
konsekwen.49
Dalam rangka memperkuat inetgrasi internal, pada tahun 1965 dalam seminar
Angkatan Darat, dibuat doktrin TNI AD Tri Ubaya Sakti sebagai pedoman
perjuangan. Doktrin itu kemudian diikuti oleh AL, AU, dan Kepolisian dengan
doktrin perjuangan masing-masing. Tetapi agar tidak terjadi kekacauan, maka oleh
Mabes ABRI doktrin angkatan tersebut akhirnya diubah menjadi satu doktrin saja
yaitu Catur Dharma Eka Karma (Cadek) pada 1967.50 doktrin ini berimplikasi kepada
reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri.
Doktrin ini kemudian berubah pada tahun 1989 guna memungkinkan ABRI lebih
berperan pada semua bidang kehidupan Bangsa dan Negara dengan Dwifungsinya
melalui Tap MPR tahun 1993.
Di samping itu Sumpah prajurit yang juga diubah bunyinya sejak 1992,
dimana kesetiaan prajurit ABRI tidak lagi kepada pemerintah tetapi kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan doktrin berupa kode etik prajurit ditambah dengan
11 azaz kepemimpinan ABRI/TNI dan 8 Wajib ABRI/TNI.
Sementara, berkenaan dengan pembentukan jiwa korsa dan kode etik, serta
dengan terpisahnya kembali struktur Polri dari TNI/ABRI, setelah dikeluarkannya
ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.51 Maka doktrin catur dharma Eka Karma
tidak dipakai lagi karena dwifungsi ABRI telah dihapuskan dan Supremasi
Pemerintahan sipil telah mengendalikan pemerintahan Republik Indonesia.
49 Tentara nasional Indonesia, artikel di akses tanggal 12 desember 2006 dari
http://www. TNI. MIL. Id.com 50 Muhammad Rusli karim, Peran ABRI dalam Politik dan Pengaruhnya terhadap pendidikan
Politik di Indonesia (1965-1979), (Jakarta : PT. haji mas Agung, 1989) h. 78 51 Wikipedia Indonesia, Penjelasan Undang-Undang TNI,di akses tanggal 14 desember 2006
dari. http://id. Wikipedia. Org/Wiki/penjelasan Undang-Undang TNI bagian Pertama.
Disamping itu catur yang berarti 4 Angkatan telah terpecah menjadi 3 Angkatan dan
Polri, yang masing-masing berbeda tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan kode
etik lainnya seperti Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 11 Azaz kepemimpinan TNI
masih tetap dipakai untuk pembentukan jiwa korsa TNI.
Sapta Marga adalah 7 jalan yang harus dilewati oleh semua Prajurit TNI yang
terdiri dari 3 Marga pertama menunjukan dirinya sebagai seorang pejuang bangsa
Indonesia yang bekerja tanpa pamrih, sedangkan 4 Marga berikutnya menunjukan
dirinya sebagai Profesional. Sapta Marga tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kami warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan
Pancasila.
2. Kami Patriot Indonesia pendukung serta pembela Ideologi Negara, yang
bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
3. Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa serta
membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
4. Kami Prajurit Tentara nasional Indonesia adalah bhayangkari Negara dan
bangsa Indonesia.
5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh,
dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan
prajurit.
6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan
didalam melaksanakan tugas serta senantiasa siap sedia berbakti kepada
Negara dan Bangsa.
7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menempati janji serta
Sumpah Prajurit.52
52 Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, h. 144
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah lama mengenal agama. Agama-
agama telah lama hadir dalam kehidupan bangsa Indonesia hidup dan mengakar
dengan kuat sebagai salah satu sendi kebudayaan nasional bangsa. Agama bagi
bangsa Indonesia memiliki posisi penting dan strategis. Dalam perspektif historis,
umat beragama telah menampilkan peran kesejarahan yang besar dan menentukan
bagi perjuangan bangsa dan negara, baik pada periode penegakan
kemerdekaan,maupun pada masa mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Seperti
diungkapkan sejarah, bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan
transformasi dari kekuatan-kekuatan keamanan rakyat. Di antara kekuatan itu adalah
lasykar yang dibentuk oleh umat Islam, seperti Hizbullah, dan laskar-laskar lain yang
dipimpin oleh para komandan yang memiliki keagamaan/keislaman yang kuat, seperti
Jenderal Soedirman yang pernah memperoleh latihan dalam Hizbul Wathan
Muhammadiyah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam sejarah TNI tidak
terlepas dari sejarah perjuangan agama.
2. Tugas TNI
Pertahanan Negara adalah salah satu bentuk upaya bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan nasional. Hakekat pertahanan negara adalah keikutsertaan tiap-tiap
warga negara sebagai perwujudan hak dan kewajibannya dalam usaha pertahanan
negara. Dalam pasal 30 ayat 2 menegaskan bahwa usaha pertahanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan semesta, yaitu bahwa Tentara
Nasional Indonesia merupakan kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
Tentara Nasional Indonesia di bangun dan dikembangkan secara profesional
sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu pada nilai dan prinsip
demokrasi, supremasi sipil,hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan
ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi, dengan dukungan anggaran
belanja negara yang di kelola secara transparan dan akuntabel. Dengan perkembangan
kondisi lingkungan yang semakin maju baik Internasional maupun Nasional, maka
Undang-undang nomor 2 tahun 1988 tentang prajurit ABRI sudah tidak sesuai lagi
dan oleh karena itu, perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Dengan telah
diundangkannya Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara
yang menggantikan Undang-undang nomor 20 tahun 1982, peran, fungsi, dan tugas
TNI yang terdapat dalam undang-undang nomor 3 tersebut di pandang perlu untuk
dijabarkan dan diwadahi dalam suatu undang-undang tersendiri. Untuk memelihara
kelangsungan serta kelancaran pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas TNI kedepan
maka diperlukan undang-undang tentang TNI.53
Sesuai ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI
setelah terpisahnya TNI dan POLRI, maka dalam jati dirinya TNI adalah sebagai :
a. Tentara Rakyat yang anggotanya berasal dari warga Negara Indonesia.
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugasnya.
53 Wikipedia Indonesia, Penjelasan Undang-Undang TNI
c. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan Negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan
agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara
baik, tidak berpolitik praktis dalam arti bahwa tentara hanya mengikuti politik
Negara yang menganut prinsip demokrasi, supermasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi,
tidak berbisnis, dan di jamin kesejahteraannya.
Sesuai undang-undang nomor 34 tahun 2004 peran TNI adalah :
a. TNI berperan sebagai alat Negara di bidang pertahanan yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara.
b. TNI sebagai alat pertahanan Negara, berfungsi sebagai penangkal terhadap
setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam
negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa,
penindakan setiap bentuk ancaman dan pemulihan terhadap kondisi yang
terganggu akibat kekacauan keamanan.54
Dalam UU TNI Pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa, tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara berupa :
1. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh Negara lain terhadap
kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
2. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh Negara lain.
54 Tentara nasional Indonesia
3. Pemberontakan bersenjata, yaitu suatu gerakan bersenjata yang melawan
pemerintahan yang sah.
4. Sabotase dari pihak tertentu untuk merusak instansi penting dan objek vital
nasional.
5. Spionase, yang dilakukan oleh Negara lain untuk mencari dan mendapatkan
rahasia militer.
6. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris internasional atau bekerja
sama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri.
7. Ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional Indonesia, yang
dilakukan pihak-pihak tertentu.55
Serta pada ayat 2 pasal 7, tugas pokok TNI yang harus dilakukan terbagi
menjadi 2 meliputi :
1. Operasi militer untuk perang
Segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI, untuk melawan
militer Negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia, dan atau dalam konflik
bersenjata dengan suatu Negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya
pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional.
2. Operasi militer selain perang, yaitu untuk :
2.a. mengatasi gerakan separatis bersenjata.
2.b. mengatasi pemberontakan bersenjata.
2.c. mengatasi aksi terorisme.
55 Wikipedia Indonesia, Penjelasan Undang-Undang TNI
2.d. mengamankan wilayah perbatasan.
2.e. mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, yaitu objek-
objek yang menyangkut hajat orang hidup banyak, harkat dan martabat
bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan
pemerintah.
2.f. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri.
2.g. mengamankan presiden dan wakil Presiden beserta keluarganya.
2.h.memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan penduduknya secara
dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta
2.i. membantu tugas pemerintah di daerah yaitu membantu pelaksanaan fungsi
pemerintahan dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan
kemapuan TNI unruk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi,
antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infra
struktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal.
2.j. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur didalam undang-undang.
2.k.membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan
perwakilan pemerintahan asing yang sedang berada di Indonesia.
2.l.membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan.
2.m.membantun pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search and
Rescue).
2.n.membantu pemerintahan dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan,perampokan, dan penyelundupan.56
Saat angin reformasi melanda masyarakat Indonesia, yang ditandai dengan
euphoria politik, terjadi berbagai bentuk perubahan sosial yang mengarah pada
demokratisasi masih sedang dan terus berlangsung, dalam proses demokratisasi telah
terjadi ekselerasi dengan tumbuhnya kesadaran baru tentang makna reformasi. TNI
(ABRI) sebagai garda terdepan dalam mejalankan fungsi stabilitas dan keamanan
telah mempelopori gerakan dengan melakukan reformasi internal dengan berbagai
kebijakan seperti redifinisi, rektualisasi, dan reposisi peran TNI.57
TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai
dengan tuntunan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar
reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan
Indonesia baru yang lebih baik di masa yang akan datang dalam bingkai tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1998 secara internal TNI
telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain :
1. Merumuskan paradigma baru peran ABRI abad XXI.
2. Merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau
kemasa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI
abad XXI, karena paradigma lama TNI masih mengenal doktrin
perang. Pada paradigma baru TNI, doktrin perang tidak lagi relevan
sebagai corak pembentukan kepribadian prajuit, tapi tindakan atau aksi
yang dapat mengkondisikan suatu halangan bagi perluasan perang.
Perang bukanlah tujuan melainkan instrument untuk mencegah perang
yang lebih dahsat.
56 Tentara Nasional Indonesia 57 Wiranto,Redifinisi,reaktualisasi, dan Reposisi Peran TNI dalam Kehidupan Bangsa.
(Jakarta : Jasa Buma, 1999), h. 17
3. Pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan pimpinan
ABRI pada 1 April 1999 sebagai Transformasi awal.
4. Penghapusan kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih
status.
5. Penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-1.
6. Penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II
dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik.
7. TNI tidak lagi terlibat dalam politik praktis.
8. Pemutusan hubungan organisatoris dengan partai Golkar dan
mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada.
9. Komitmen dan konsisten netralitas TNI dalam pemilu.
10. Penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI).
11. Revisi doktrin TNI sesuai dengan reformasi dan peran ABRI abad
XXI.
12. Perubahan staf Sospol menjadi stap Komsos.
13. Perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) menjadi Kepala Staf
Teritorial (Kaster).
14. Penghapusan Sospoldam, babinkardam, Sospolrem, dan sospoldim.
15. Likuidasi Staf syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI, dan Babinkar
ABRI.
16. Penerapan akuntabilitas publik terhadap yayasan-yayasan milik
militer/Badan Usaha Militer.
17. Likuidasi organisasi wakil panglima TNI.
18. Penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda.
19. Penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak
penyaringan.
20. Penghapusan posko kewaspadaan .
21. Pencabutan materi sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI.
22. Likuidasi organisasi Kaster TNI.
23. Likuidasi Staf Komunikasi sosial (Komsos) TNI sesuai SKEP
Panglima TNI No. 21/VI/2005.
Sebagai alat pertahanan Negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan
reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik
Negara. Paradigma baru TNI dalam fungsi sosial politik mengambil bentuk
implementasi sebagai berikut :
a) Mengubah posisi dan metode tidak selalu harus didepan. TNI senantiasa siap
melaksanakan perannya dalam spektrum tingkat keadaan, mulai dari
pendekatan fungsi pertahanan negara.
b) Mengubah dari konsep menduduki menjadi mempengaruhi. Bahwa peran
sosial politik TNI secara utuh tidak lagi menduduki personel TNI dalam
jabatan sipil (sebagai dwifungsi), namun senantiasa memberi kontribusi
pemikiran yang kontruktif. Hal ini merupakan manisfestasi dari rasa tanggung
jawab TNI yang selalu peduli pada nasib bangsa.
c) Merubah dari cara-cara mempengaruhi secara tidak langsung menjadi tidak
langsung. Apabila pada masa lalu peran sosial politik TNI terlibat secara aktif
dalam kancah politik, maka pergeseran peran sosial politik TNI menuju pada
cara mempengaruhi secara tidak langsung melalui penyampaian sumbangan
pemikiran dan konsep kebangsaan kepada instansi fungsional dalam kerangka
sistem nasional.
d) Senantiasa melakukan role sharing (kebersamaan dalam pengambilan
keputusan penting kenegaraan dan pemerintahan) dengan komponen lainnya
dalam sistem nasional yang terpadu.58
58 Sukidin, Paradigma baru TNI dalam Perspektif Civil Society, Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial. V. 2, 1 Januari 2001. h. 19.
BAB III
PROFIL DAERAH DAN OBJEK PENELITIAN
A. Letak Geografis
Batalyon kavaleri 9/Penyerbu terletak di jalan Raya Serpong Tangerang, yang
berada di Kelurahan Pondok jagung, Kecamatan Serpong tangerang. Adapun batas
wilayah yang menjadi pembatas dari batalyon kavaleri adalah sebelah utara
berbatasan dengan kampung Kandang Sapi, perumahan Alam Sutera, sebelah selatan
berbatasan dengan kampung Cihuni Kelurahan Pegedangan, sebelah barat berbatasan
dengan kampung Wates Kelurahan Pakulonan barat, dan sebelah timur berbatasan
dengan kampung Priang Kelurahan Pondok Jagung Timur.
Selain itu pula, Batalyon Kavaleri berdampingan dengan Yonif ARHANUDRI
1. untuk menuju lokasi Batalyon Kavaleri tidak begitu sulit, karena Batalyon Kavaleri
berada tepat diperbatasan yang menghubungkan wilayah Kabupaten/Kota Tangerang
dan kota mandiri BSD. Oleh karena itu banyak kendaraan roda dua maupun roda
empat yang lalu lalang melewati Yonkav 9/BU ini.
Dengan lancar dan cukup tersedianya sarana maupun prasarana transportasi di
kawasan Batalyon Kavaleri, menjadikan batalyon mudah untuk dijangkau. Adapun
luas keseluruhan wilayah batalyon kavaleri adalah 213,035 M2.
1.Keadaan Anggota TNI Yonkav 9/BU
Catatan keanggotaan batalyon kavaleri menyebutkan bahwa jumlah anggota
batalyon kavaleri sebanyak 658 dan terdiri dari anggota militer dan pegawai negeri
Sipil (PNS) dengan jumlah setiap satuan personel berbeda jumlahnya.
Gambaran lebih rinci mengenai keadaan personel Yonkav 9/BU dapat dilihat
dari table berikut ini.
Table. 1
Komposisi Personel Yonkav 9/BU
No. Satuan Jumlah Personel
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Letkol
Mayor
Kapten
Lettu
Letda
Peltu
Pelda
Serma
Serka
Sertu
Serda
Kopka
Koptu
Kopda
Praka
Pratu
Prada
Jumlah
1
1
4
12
4
1
4
7
17
44
45
68
62
74
63
113
122
642
1. PNS 14
Jumlah 658
Sumber data : Statistik Agama dan Press Militer dan PNS
2. Kehidupan Keagamaan di lingkungan batalyon
Berbagai fenomena sosial banyak ditimbulkan akibat agama. Diantaranya
berupa struktur social, pranata sosial, dan dinamika masyarakat yang sangat majemuk.
Ekpresi agama yang di anut mariner/prajurit sangatlah bervariasi dan berbeda antara
satu dengan yang lainnya, hal ini tentunya mengasumsikan bahwa agama-agama yang
ada, memiliki perbedaan pula dalam kepanutannya dan bentuk pelaksanaannya.
Dalam kehidupan keagamaan di lingkungan batalyon kavaleri 9/Penyerbu,
sejauh ini yang menjadi siklus di lingkungannya adalah berupaya mewujudkan para
prajuritnya meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana tersirat dalam Sapta Marga TNI pada marga ke 3. “Kami ksatria
Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran,
kebenaran, dan keadilan.”
Jika dilihat dari keberagamaan prajurit TNI batalyon kavaleri 9/penyerbu,
sebagian besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 611 orang, sedangkan sisanya
menganut agama Kristen Protestan sebanyak 20 orang, Katholik sebanyak 10 orang,
dan Hindu sebanyak 14 orang. Sarana peribadatan yang ada di batalyon kavaleri
hanya terdapat 1 buah masjid saja yang diperuntukkan untuk prajurit yang beragama
Islam dalam beribadah. Adapun untuk anggota yang beragama lain telah disediakan
dan diperbolehkan menggunakan gedung-gedung atau aula seperti ruang fitness,
ruang rapat dan gedung lainnya yang terdapat di lingkungan batalyon untuk kegiatan
keagamaan.
Adapun fungsi aula serbaguna yang ada di batalyon kavaleri 9 Serpong
Tangerang adalah sebagai pusat kegiatan TNI batalyon kavaleri 9 dalam
melaksanakan berbagai macam kegiatan kemiliteran yang bersifat formal seperti
pelantikan atau serah terima jabatan dilingkungan batalyon kavaleri. Selain itu, aula
serbaguna inipun sering digunakan untuk berbagai macam kegiatan yakni bimbingan
keagamaan untuk anggota TNI yang Non Muslim, pengobatan massal, seminar umum
dan lain-lain.
Gambaran tentang keberagamaan prajurit TNI Yonkav 9/BU, dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Table 2.
Komposisi prajurit Yonkav 9/BU berdasarkan agama
No Pemeluk Agama Jumlah Prosentase
1.
2.
3.
4.
Islam
Kristen Protestan
Katholik
Hindu
611
20
10
14
93,4 %
3,0 %
1,5 %
2,1 %
Jumlah 655 100 %
Sumber data : Statistik Agama Pers Militer dan PNS
Prajurit batalyon kavaleri, umumnya beragama Islam, tetapi ada juga yang
beragama Kristen katholik, Protestan, dan Hindu. Walaupun anggota prajurit
mayoritas beragama Islam, mereka selalu tetap menjaga dan menjunjung tinggi
kerukunan antar beragama, karena bagi prajurit keutuhan kesatuan adalah sangat
penting dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Karenanya dalam Sapta Marga TNI
pada marga ke-2 dinyatakan TNI adalah pembela Ideologi Negara, yang bertanggung
jawab dan tidak mengenal menyerah.59
Selain itu,mereka juga taat dalam menjalankan ajaran agamanya. Hal ini dapat
terlihat dari hasil pengamatan penulis, kehidupan keberagamaan prajurit dalam
menjalankan ritual keagamaan seperti halnya sholat, mereka menjalaninya
sebagaimana halnya masyarakat pada umumnya, mereka selalu menyempatkan diri
untuk melaksanakan sholat lima waktu secara berjamaah,ketaatan para prajurit dalam
59 Kivlan Zen, Konflik dan Integritas TNI-Ad, Jakarta : Institute For Polici Studies 2004. h. 23
menjalankan agamanya inipun terlihat pada banyaknya kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan dilingkungan batalyon antara lain mengadakan peringatan hari besar
Islam yakni Isra Mi`raj nabi Muhammad SAW. Selain itu, pada bulan ramadhan pun
para anggota TNI melaksanakan sholat tarawih berjamaah dilingkungan batalyon
sendiri maupun di luar lingkungan batalyon ( Taraweh Keliling).
Diantara bentuk –bentuk kegiatan keagamaan yang terdapat dan dilaksanakan
oleh para prajurit TNI batalyon kavaleri adalah memberikan bimbingan belajar
mengaji kepada anak-anak dan istri anggota TNI batalyon kavaleri, yang dilaksanakan
setiap pagi dan sore hari untuk anak-anak dan setiap hari Jum`at untuk para istri
anggota TNI dan kegiatan bimbingan mental lainnya untuk para prajurit. Dengan
adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan para TNI, diharapkan mampu menjadi rem
terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang. Sehingga, tercipta perilaku TNI yang
selalu bersandar pada ajaran-ajaran agama dan pola pikir, pola sikap dan pola tindak
berdasarkan pedoman Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 wajib TNI dan
kaidah-kaidah acuan lainnya.
B. Profil Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu
1. Sejarah Singkat
Batalyon kavaleri 9/Penyerbu atau disebut juga batalyon kavaleri 9/cobra
Serpong Tangerang berdiri pada tanggal 9 Oktober 1971. saat itu batalyon
kavaleri 9 masih tergabung dalam brigade kavaleri I/kostrad, lalu pada tahun 1985
batalyon kavaleri 9 dipindahkan ke Brigif 1/Jaya Sakti sesuai dengan SK KASAD
no 43/V/1985 pada tanggal 27 Mei 1985. Brigade Infanteri 1/Jaya Sakti adalah
kesatuan organik Kodam Jaya yang bertugas mengamankan Ibukota RI.
Pembentukan Brigif 1/Jaya Sakti pada tanggal 27 Desember 1963 sesuai
keputusan Pangdam V/Jaya No : Kpts/177-12/XII/1963. brigif 1/Jaya Sakti
memiliki Dhuaja “Jaya Sakti” yang mengandung arti bahwa setiap prajurit Brigif
1/jaya Sakti, dengan kewibawaannya senantiasa mengabdikan diri sebagai
bhayangkari nusa dan bangsa dengan penuh kebenaran dan kejujuran, sesuai
dengan Sapta Marga TNI marga ke-3.
Sedangkan, persenjataan utama bagi batalyon kavaleri sendiri ada dua macam
bentuk senjata yaitu tank dan panser. Untuk batalyon kavaleri 9/Penyerbu sendiri
senjata utamanya adalah Tank AMX-13 versi angkut dengan senjata 12,7 mm dan
Mo 81mm buatan Amerika Serikat dengan jumlah Tank 60 unit. Batalyon kavaleri
sendiri adalah satuan militer yang dipimpin oleh seorang Letnan Kolonel dan
terdiri dari 3 kompi pemukul dan 1 kompi Markas. Markas kompi batalyon
kavaleri tersebar debeberapa kota di antaranya batalyon kavaleri 9/cobra yang
bermarkas di Serpong Tangerang. Batalyon merupakan bagian taktis dari suatu
brigade dan dapat juga berdiri sendiri dengan tugas taktis dan administratif. Di
bawah Kodam jaya dan Brigif I Pengaman Ibukota/Jaya Sakti, bertugas sebagai
pasukan pengamanan ibukota, mengamankan dan menegakkan kedaulatan NKRI
khususnya diwilayah ibukota, selain itu juga sebagai pasukan yang terlibat
langsung dalam upacara, protokoler, objek vital.
Sesuai dengan UU TNI pasal 7 ayat 1 tentang tugas pokok TNI adalah
menegakkan kadaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
a. Tugas YonKav 9/Bu
Adapun tugas pokok batalyon kavaleri 9 dibagi menjadi 2 sesuai UU
TNI yaitu meliputi:
1. Tugas Pokok/ Operasi Militer untuk Perang
Melaksanakan operasi pertempuran pada hari “H” jam ‘J” di wilayah
Jakarta dan sekitarnya dalam rangka mendukung tugas pokok Brigif I PAM
Ibukota/ Jaya Sakti.
2. Tugas-tugas satuan/ Operasi Militer Selain Perang
2.a. Tugas pengamanan sebagai satuan pengamanan Ibukota yaitu
melaksanakan pengamanan terhadap :
a. Objek Vital di wilayah Kodam Jaya
b. pengamanan VIP/VVIP
c. Pengamanan kegiatan di wilayah Kodam Jaya yang berdimensi
kedaerahan,nasional dan internasional.
2.b. Protokoler
a. Upacara Kenegaraan.
b. Hari Besar Nasional.
c. Pemakaman
d. Penyambutan Tamu Negara
2.c. Dalam pola operasi militer untuk perang
a. operasi tempur sebagai satuan manuver
b. operasi intelejen terbatas pada kegiatan intelejen.
2.d. Dalam operasi militer selain perang
a. mengamankan objek vital
b. pengamanan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarga
c. membantu tugas pemerintah daerah
d. membantu Polda Metro Jaya
e. menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan.
Maka dari itu tugas satuan jajaran Kodam Jaya lebih kepada fungsi
pengamanan dengan ancaman musuh berupa terror, infiltrasi, sabotase, dan
ancaman keamanan RI 1 dan RI 2, sehingga penganggulangannya memerlukan
pengerahan satuan kavaleri yang memiliki kemampuan daya gerak dan
mobilitas yang cepat
b. Struktur Oganisasi YonKav
Struktur organisasi batalyon kavaleri sering disebut juga sebagai Tabel
Organisasi Peralatan – Rangka Organisasi Komando (TOP ROK).
Dalam satu batalyon terdapat 3-6 kompi dan dipimpin oleh seorang Mayor
(Senior) atau Letnan Kolonel.
Berikut gambar struktur organisasi batalyon kavaleri :
c. Sarana dan Prasarana
Dalam melaksanakan aktivitas keseharian, Yonkav di dukung oleh
sarana dan prasarana yang cukup memadai baik untuk kegiatan kemiliteran,
olahraga, maupun keagamaan, baik yang berbentuk lunak maupun perangkat
keras.
Berdasarkan pengamatan dan informasi luas areal tanah Batalyon
Kavaleri sampai saat ini, seluas 213,035 M2. di areal tanah tersebut berdiri
sarana dan prasarana untuk kegiatan TNI, akan tetapi sarana dan prasana
tersebut diperuntukan pada masing-masing kelompok/satuan.
Sarana dan Prasarana yang dimiliki Yonkav sebagai berikut :
1. Masjid.
Masjid adalah rumah tempat ibadah umat muslim, selain tempat
beribadah juga sebagai tempat pengembangkan syiar Islam. Pusat
pengajaran, pembentukan, dan pengembangan moral dan spiritual Islam.
Begitu pula dengan masjid yang berada di Batalyon Kavaleri. Masjid ini
digunakan sebagai pusat komunitas prajurit TNI yang beragama Islam,
untuk pengajaran, pembentukan dan pengembangan moral dan spiritual
prajurit TNI. Selain itu juga untuk kegiatan-kegiatan keagamaan yang
dilakukan seperti, peringatan hari besar Islam, diskusi kajian agama,
belajar al-qur`an untuk anak-anak anggota TNI dan majlis ta`lim bagi para
istri prajurit TNI Yonkav 9/BU Tangerang.
2. Ruang Markas Batalyon (MAYON).
3. Komplek rumah batalyon.
........... adalah tempat tinggal yang diperuntukkan bagi para anggota TNI
yang belum berkeluarga dan bagi anggota TNI yang telah berkeluarga
yang ingin tinggal dilingkungan batalyon.
4. Koperasi TNI.
5. Aula serbaguna
6. Ruang fitness
7. Toko
8. GU BBM.
2. Aktivitas Keberagamaan
Agama diyakini sebagai satu-satunya pegangan hidup bagi manusia di
dunia dan akhirat. Manusia akan mencapai suatu kebahagiaan yang abadi jika
manusia itu menjalankan perintahnya dan manjauhi larangannya. Pada dasarnya
tidak ada yang menghalangi seseorang untuk menyembah Tuhan. Berdasarkan
dari hasil temuan lapangan, ternyata aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
prajurit TNI Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu, selama 24 jam adalah terpantau dan
terjadwal baik dalam melaksanakan tugas pengamanan maupun tugas keagamaan
dari komando tertinggi batalyon maupun perintah dari komando Kodam Jaya.
Aktivitas yang dilakukan oleh prajurit TNI Yonkav selama 24 jam
adalah pengamanan Ibukota/ Jaya Sakti sesuai dengan tugas pokok satuan
batalyon yang berada di bawah perintah Kodam Jaya dan Brigif I PAM/ Ibukota.
Semua aktivitas yang berada di dalam batalyon kavaleri sudah terjadwal dan harus
ditaati sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Sebagai pasukan pengamanan Ibukota Jaya Sakti anggota TNI
batalyon kavaleri selalu tetap menjalankan perintah agamanya masing-masing
disamping perintah Negara. Kesadaran akan prajurit dalam menjalankan
kewajiban agama terlihat dalam aktivitas keagamaan sehari-hari seperti sholat,
puasa dan lainnya dalam kehidupan sehari-hari tetap dikerjakannya walaupun
dalam keadaan tugas pengamanan, karena tidak ada halangan untuk meninggalkan
perintah Tuhan walau dalam kondisi pengamanan Ibukota, karena tugas bukanlah
suatu alasan untuk meninggalkan dan jauh dari Allah. Seperti yang dikatakan
bapak Rukma,
“..disaat tugas ya kami bertugas, kami selalu berusaha untuk tetap
melaksanakan ibadah walau itu dalam tugas pengamanan Ibukota.
saya tetap menjalankan perintah yang Allah suruh seperti sholat,..kan
ada istirahatnya.. ya.. walau tidak tepat waktunya…”60
Sedangkan mengenai aktivitas batalyon terhadap keberagamaan anggota TNI
yang secara garis besar antara lain bimbingan mental (Bintal),memperingati hari
besar agama. Pembinaan Mental meliputi pembinaan mental rohani, pembinaan
mental ideologi, dan pembinaan mental kejuangan. Pembinaan mental rohani
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi moral/akhlak yang luhur baik dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan sesamanya
maupun dengan diri pribadi dan lingkungannya. Pembinaan mental ideologi guna
membina ideologi pancasila dalam kehidupan anggota TNI sebagai insan
pancasila yang berjiwa sapta marga dan memegang teguh sumpah prajuit serta
panca prasetya korpri. Dan pembinaan mental kejuangan guna membangkitkan
dan memelihara semangat juang, pengabdian,pengorbanan, dan kepahlawanan
berdasarkan nilai-nilai kejuangan.
60 Rukma, BA Sekretariat yonkav 9, wawancara pribadi, tanggal 14 Desember 2006
Selain pemberian pembinaan mental yang diberikan oleh satuan
komando (Kodam Jaya) para anggota TNI Yonkav juga memberikan pembinaan
kepada para anak-anak dan keluarga anggota TNI yang tinggal di asrama Yonkav
berupa pengajian al-qur`an dan dilaksanakan secara rutin setiap pagi dan sore hari.
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Rukma.
“…Kami sebagai pengurus masjid setiap habis subuh mengajarkan
anak-anak mengaji dari jam 06:00-08:00 dan sore hari dari jam 16:00
– 17:30 wib, untuk anak-anak anggota TNI yang berada dilingkungan
batalyon.”
Di samping pengajian untuk anak – anak yang diberikan oleh anggota TNI,
dibatalyon kavaleri juga membentuk sebuah pengajian untuk para istri
perwira/anggota TNI yang diberi nama Mar`atun soleha dilaksanakan setiap hari
jum`at.
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Pemahaman dan Ekpresi Keberagamaan TNI Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu.
Keberagamaan pada hakekatnya dimiliki dan dilakukan oleh seseorang yang
beragama. Hal ini terindentifikasi dan terlihat dari sejauh mana tingkat pemahaman
dan ketaatan seseorang terhadap agama yang di anutnya, karena seseorang yang telah
memiliki pemahaman dan ketaatan kepada agama, dimanapun dan apapun yang
mereka lakukan akan selalu teringat dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
agama.
Pemahaman keagamaan yang mencakup didalamnya adalah pengetahuan
keagamaan yang menjadi salah satu sendi dari lima aspek pada dimensi
keberagamaan. Dimensi ini mengacu pada pengetahuan agama, apa yang tengah atau
harus diketahui seseorang tentang ajaran agamanya. Agama merupakan awal dari
terbentuknya suatu komunitas atau kesatuan hidup yang diikat oleh keyakinan akan
kebenaran hakiki yang sama, yang memungkinkan berlakunya suatu patokan
pengetahuan yang sama.
Penelaahan terhadap agama merupakan hal yang mesti dilakukan, karena
pemahaman keagamaan bagi pemeluknya sangat beragam dan bermacam-macam.
Dilihat dari segi pemahaman,agama memiliki dua segi yang membedakan dalam
perwujudannya yaitu.
Pertama, dari segi kejiwaan yaitu suatu kondisi sbjektif atau kondisi dalam jiwa
manusia, berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganutnya. Kondisi yang
demikian sebagai kondisi patuh dan taat terhadap yang di sembah dan sebagai emosi
yang dimiliki setiap individu pemeluk, yang menjadikannya sebagai hamba Tuhan.
Kedua,dari segi objektif yaitu segi luar yang di sebut juga keadaan objektif, yang
secara empiris dari agama. Keadaan ini ketika agama dinyatakan oleh penganutnya
dalam berbagai ekpresi, baik ekpresi ritual, atau upacara keagamaan, segi kedua ini
juga mencakup adat istiadat, upacara keagamaan, tempat peribadatan, cerita-cerita
kepercayaan dan prinsip-prinsip yang di anut oleh masyarakat.61
Menurut M. Munandar Soelaeman, agama sebagai suatu sistem mencakup
individu dan masyarakat, seperti adanya emosi, keyakinan terhadap sifat faham, ritus
dan upacara, serta umat atau kesatuan sosial yang terikat terhadap agamanya.62
Dalam pembahasan sebelumnya peneliti telah uraikan bahwa, anggota TNI
Yonkav 9/bu Tangerang, dimana agama menjadi bagian kehidupan mereka, anggota
TNI menjalankan agamanya sebagai konsekwensi kepemelukan mereka atas
agamanya. Anggota TNI menganggap agama sebagai sumber norma dan etika yang
mereka pegang dalam kehidupan sehari-hari. Seperti penuturan bapak
Wandi,menurutnya,
“….agama merupakan sumber nilai dan norma yang mengatur kehidupan
manusia untuk selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran agama.” 63
penuturan lainnya, menurut bapak Sunadi.64
“.:. Agama bagi saya tenaga penggerak yang memiliki nilai-nilai tersendiri
bagi persatuan dan kesatuan bangsa, karena didalam agama sendiri mengatur
61Hendropuspito, Sosiologi Agama.Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983.h.14 62 M. Munandar Soelaeman, Ilmu sosiologi Dasar (Teori dan Konsep Ilmu sosial) Bandung:
Eresco1993, edisi revisi, cet. Ke-7, h-218 63 Wandi, SERKA Yonkav9/bu Tangerang, wawancara pribadi, 14 Desember 2006, waktu
15:25-16:00 WIB 64 Naidi, SERTU Yonkav 9/penyerbu Tangerang,wawancara pribadi,14 Desember 2006,
waktu 12:25-13:00 WIB
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia
dengan lingkungan sekitar.”
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa sebenarnya agama telah
menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Prajurit memahami bahwa persoalan agama
bukan hanya berkutat dengan masalah ritual saja seperti sholat, namun agama juga
berbicara persoalan lainnya salah satunya adalah masalah solidaritas sosial dan
keutuhan Negara. Dengan demikian, secara umum mereka memahami agamanya
bahwa yang diajarkan dalam agama, sesuatu hal yang pada prinsipnya menghimbau,
menuntun umatnya kepada yang baik. Artinya Pemahaman keagamaan seseorang
disini seolah-olah tidak bisa diukur secara eksak tetapi dapat dilihat secara empiris.
Memahami ajaran suatu agama dan mengimplementasikan kedalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah suatu hal yang interpretative bagi
masing-masing pemeluk agama. Perilaku keagamaan merupakan suatu bentuk aksi
reaksi atau partisipasi yang mendesak yang mencakup semua hal dalam beragama.
Perilaku adalah sikap atau tindakan seseorang dalam segala hal pada setiap
saat. Selanjutnya memahami kata perilaku penulis akan meneruskan tentang istilah
keberagamaan. Menurut Jalaludin kafie, keberagamaan itu adalah pembicaraan
mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama
dengan penganutnya atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya.65
Menurut R. stark dan C.Y. glock, untuk mengidentifikasi perilaku
keberagamaan seseorang dapat dipakai kerangka dimensi sebagai berkut :
a. keterlibatan tingkat ritual yaitu tingkat sejauh mana seseorang mengerjakan
kewajiban agama.
65 Jalaludin Kafie, Psikologi Dakwah, ( Surabaya : Indah, 1993) h. 48.
b. Keterlibatan idiologis yaitu tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal
yang dogmatis dalam agama.
c. Keterlibatan intelektual yaitu menggambarkan sejauh mana seseorang
mengetahui tentang ajaran agama.
d. Keterlibatan pengalaman, yang menunjukan apakah seseorang pernah
mengalami pengalaman yang spektakuler yang merupakan kewajiban yang
datang dari Tuhan.
e. Keterlibatan secara konsekwen yaitu sejauh mana seseorang konsekwen
dengan ajaran agamanya.
Jadi dapat disimpulkan perilaku keagamaan adalah suatu tanggapan atau
reaksi terhadap ajaran agama yang diwujudkan dalam gerakan (sikap). Dari hasil
wawancara selama penulis penelitian bahwa perwira TNI selalu berusaha untuk
menerapkan/mencerminkan perilaku yang baik. Hal ini dapat dilakukan oleh
seseorang yang beragama karena agama mempunyai peranan untuk mengatur
kehidupan dalam keluarga, sehingga tidak berbuat yang keluar dari aturan agama,
seperti yang diungkapkan oleh bapak Sunadi.66
“.. kami selalu berusaha untuk mencerminkan perilaku sebagai seorang
muslim yang baik dan selalu berpedoman pada hal-hal yang baik,” penuturan
lainnya, menurut bapak Rukma
“.. dirumahpun kalau sudah waktunya sholat saya selalu mengajak keluarga
untuk melaksanakannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa perilaku keagamaan TNI
mencerminkan sikap keagamaan atau kesalehan hidup berdasarkan nilai ketuhanan
dan nilai Sapta Marga yang senantiasa terpatri dan menyatu dalam sosok kepribadian
prajurit TNI.
66 Sunadi, wawancara pribadi,14 Desember 2006, waktu 11:00 -11:50WIB
B. Fungsi dan Peran Agama bagi TNI
Ada banyak sekali teori sosial menyebutkan fungsi agama dalam masyarakat,
diantaranya untuk mempertahankan kohesi sosial, yaitu agama ditempatkan sebagai
perekat sosial untuk menekan potensi antagonistik antar individu juga untuk menekan
konflik.
Agama sangat berperan dalam kehidupan serta pemeliharaan masyarakat.
Agama dalam kehidupan sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa dan mengikat
masyarakat atau sekelompok orang dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama
manusia dan alam yang mengitarinya.
Pemahaman mengenai fungsi agama tidak dapat dilepaskan dari tantangan-
tantangan yang dihadapi manusia dan masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan analitis dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi
manusia dikembalikan pada tiga hal, yaitu ketidakpastian, ketidakmampuan dan
kelangkaan. Untuk mengatasi itu semua agama menjadi solusi, karena manusia
percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan yang
definitif dalam memberikan solusi.
Disisi lain agama adalah suatu ajaran kepercayaan kepada yang gaib
memberikan simbol-simbol dan lambang-lambang kepada manusia untuk melakukan
sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT yang mengajak kejalan yang benar.
Agama juga membeikan input kedalam hati sanubari dan dengan agama niscaya
manusia akan mempunyai tujuan hidup yang lebih berarti, kendati demikian agama
apapun dapat memberikan motivasi kepada manusia serta membuat individu atau
kelompok manusia akan mencapai kesejahteraan hidup jika agama yang diyakininya
dapat dipahami dan diyakini secara utuh.
Di dalam teori fungsional, agama menjadi penting sehubungan dengan unsur-
unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan
kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia.67
Dalam hal ini fungsi agama menyediakan dua hal. Pertama, suatu cakrawala pandang
tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh manusia. Kedua,sarana ritual yang
memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang
memberikan jaminan dan keselamatan bagi mempertahankan moralnya.68
Menurut prajurit TNI Yonkav 9/Bu, agama mempunyai fungsi yang positif
dalam kelompok/batalyon yakni dalam mengayomi kehidupan ini baik di dalam
maupun di luar lingkungan batalyon yang berkaitan dengan segi doktrin, ritual dan
aturan perilaku dalam agama dan dalam menjalani tugas Negara. Dapat dilihat dari
praktek ibadah yang mereka lakukan yaitu seperti sholat, Dimana sholat dilakukan
berjamaah ketika berada di Batalyon, itu akan menambah keakraban persatuan dan
kebersamaan bagi setiap anggota. Di samping ibadah sholat merekapun sering
mengadakan yasinan bersama untuk mendo`akan para pahlawan yang telah gugur
membela tanah air.
Di lain pihak, agama pun berfungsi dalam membantu menciptakan sistem nilai
sosial yang terpadu dan utuh dengan cara memberikan nilai-nilai yang berfungsi
memberi arah sikap para individu. Seperti yang dikatakan bapak Wandi.69 “Agama
menurut bapak sangat berperan sebagai fondasi moral individu masyarakat, karena
secara imperatif mengarahkan tindakan kita senantiasa bermanfaat bagi diri,
lingkungan dan masyarakat.” Dalam hal ini agama bagi para anggota TNI sangat
67 Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, ( Jakarta : Raja Garafindo
Persada, 1995) Cet Ke- 6. h. 25. 68 Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, h. 26. 69 Wandi, SERKA Yonkav 9/penyerbu Tangerang,wawancara pribadi,14 Desember 2006,
waktu 15:25-16:00 WIB
penting sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan, karena
disadari ataupun tidak agama merupakan kekuatan aktif dalam menjaga keutuhan dan
kelestarian hidup umat manusia khususnya dari penyimpangan-penyimpangan yang
ada, seperti yang dikatakan bapak Rukma.70
“…..Agama menurut bapak sangat berfungsi sebagai kontrol sosial dalam
kehidupan sehari-hari yaitu untuk selalu ingat kepada Allah dengan
melaksanakan ibadah,dan jangan sombong….”
Di samping itu agama mempunyai peranan untuk mengatur kehidupan dalam
diri sendiri, keluarga maupun kelompok, sehingga manusia tidak berbuat yang keluar
dari aturan agama atau dari aturan yang telah ada dalam masyarakat, sehingga mereka
tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh
bapak Sunadi,
“…. Agama sangat berperan bagi saya sendiri, keluarga dan bagi satuan
ini…… karena agama merupakan sendi kehidupan, agama merupakan rem,
tanpa agama menurut saya akan sesat..”71
Dari pernyataan di atas tampak bahwa agama menurut anggota TNI
merupakan pedoman hidup yang harus ditanamkan di dalam diri sendiri, keluarga,
dan kelompok. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini keimanan kepada Tuhan
dapat menyelamatkan hidup yang sekarang mereka jalani dan dapat meminimalisir
perilaku yang menyimpang.
Dengan demikian fungsi agama bagi para TNI adalah untuk memberi rahmat,
memberi spirit, ketenangan batin dan sekaligus menjadi rem dan petunjuk terutama
untuk mengurangi kegelisahan dan kepenatan dalam bertugas, memantapkan
kepercayaan diri sendiri dan yang paling penting memelihara keadaan manusia agar
tetap siap menghadapi realitas hidup.
70 Rukma, , wawancara pribadi, 14 Desember 2006, waktu 10:15-11:45 WIB 71 Sunadi, wawancara pribadi, Tangerang,14 Desember 2006,
C. Kegiatan Pembinaan Keagamaan TNI
Agama sebagai pegangan dan pandangan hidup bagi manusia dan berperan di
hampir seluruh bidang kehidupan dan yang paling penting berperan dalam kegiatan
sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Prajurit dengan tingkat keimanan dan
ketakwaan yang berbeda-beda perlu diberi pembinaan agama yang intensif dan
terarah. Pembinaan mental dalam hal ini mempunyai fungsi ganda. Bagi satuan Bintal
hal ini merupakan tugas untuk menunaikan kewajiban sebagai umat beragama dan
sebagai abdi Negara, sedangkan bagi prajurit TNI sendiri merupakan suatu bekal
untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma-norma kehidupan agama
dan jiwa korsa TNI.
Dalam hal ini pembinaan mental sangat diperlukan sekali, pembinaan mental
(Bintal) TNI berperan dalam membentuk dan menghantarkan prajurit TNI dan
keluarganya agar senantiasa taat aturan, sadar hukum dan memiliki kinerja yang
tinggi dengan memandang kerja sebagai ibadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Bintal dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan pembinaan, pemeliharaan dan
peningkatan mental kejuangan anggota TNI, adalah dalam rangka mendukung
pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan TNI, dengan tugas pokok
membina, memelihara, dan meningkatkan mental anggota TNI melalui pembinaan
mental rohani, ideologi, dan kejuangan.
Dalam melaksanakan tugasnya Bintal menyelenggarakan fungsi-fungsi.
Pertama, pembinaan mental rohani guna memelihara dan meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi moral/ akhlak yang
luhur baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan
manusia maupun dengan lingkungannya.
Kedua, pembinaan mental ideologi guna membina ideologi pancasila dalam
kehidupan anggota TNI sebagai insan Pancasila yang berjiwa Sapta Marga dan
memegang teguh Sumpah Prajurit serta Panca Prasetya korpri, dan.
Ketiga, pembinaan mental kejuangan guna membangkitkan dan memelihara semangat
juang, pengabdian, pengorbanan dan kepahlawanan berdasarkan nilai- nilai
kejuangan.
Dalam memberikan bimbingan keagamaan kepada anggota TNI Yonkav,
pihak satuan batalyon mewajibkan kepada para anggota TNI mengikuti pembinaan
mental yang diselenggarakan oleh satuan komando bintal Kodam Jaya. Seperti yang
dikatakan oleh bapak Heru selaku kapten Yonkap sebagai berikut;
“…para anggota TNI yang berada di batalyon diwajibkan hadir dalam
penyelenggaraan Bintal, bagi anggota yang tidak terkena tugas
pengamanan.” 72
Dari pernyataan ini dapatlah penulis katakan bahwa pembinaan keagamaan
sangatlah penting bagi para anggota TNI agar mereka benar-benar memahami ajaran
agama mereka masing-masing dan sadar akan tugas yang diembannya sesuai dengan
cita-cita pembangunan bangsa yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa.
Pembinaan keagamaan selain untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
para prajurit TNI juga memberikan manfaat bagi para prajurit yakni sebagai
penunjang kegiatan pertahanan dan sebagai kontrol dalam kehidupan sehari-hari,
seperti yang dikatakan bapak Rukma73
“.. lebih dan sangat bermanfaat, selain untuk menunjang dari
pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya pertahanan juga sebagai kontrol
72 Heru, Kapten Yonkav 9/penyerbu,wawancara pribadi, Tangerang,14 Desember 2006, waktu
09:15-10:00 WIB 73 Rukma, wawancara pribadi,14 Desember 2006
emosi diri kita supaya dalam melaksanakan tugas jangan sampai kita
marah ataupun gerundel.”
Begitu juga dengan bapak Sunadi yang mengatakan kegiatan pembinaan sangat
bermanfaat karena bisa mengerem/mengurangi tindak kejahatan dan mengurangi
kemalasan dalam beribadah dan bertugas.
Selain kegiatan pembinaan keagamaan yang diberikan oleh satuan bintal
komando atas dalam hal ini Kodam Jaya. Para prajurit TNI Yonkav juga sering
mengadakan pengajian yasinan di lingkungan batalyon, seperti yang dikatakan bapak
Sunadi.74
“.. disamping ada pembinaan dari satuan komando atas kami disini
juga mengadakan pengajian Yasinan, do`a bersama dan pengobatan masal bagi
prajurit non Muslim.”
Kesadaran prajurit dalam menjalankan kewajiban agama terlihat dalam
aktivitas keagamaan sehari-hari seperti sholat, puasa dan lainnya. Dalam kehidupan
sehari-hari kewajiban tersebut tetap dikerjakannya walaupun dalam keadaan tugas
pengamanan. Melaksanakan tugas bukanlah suatu alasan untuk meninggalkan dan
jauh dari Allah. Seperti yang dikatakan bapak Rukma,
“..disaat tugas ya kami bertugas, kami selalu berusaha untuk tetap
melaksanakan ibadah walau itu dalam tugas pengamanan Ibukota.
saya tetap menjalankan perintah yang Allah suruh seperti sholat,..kan
ada istirahatnya.. ya.. walau tidak tepat waktunya…”75
Sedangkan mengenai aktivitas batalyon dalam pembinaan keberagamaan
anggota TNI secara garis besar adalah dalam bentuk bimbingan mental (Bintal) dan
memperingati hari besar agama. Pembinaan Mental meliputi pembinaan mental
rohani, pembinaan mental ideologi, dan pembinaan mental kejuangan. Pembinaan
74 Sunadi, wawancara pribadi,14 Desember 2006, 75 Rukma, , wawancara pribadi, tanggal 14 Desember 2006
mental rohani bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi moral/akhlak yang luhur
baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan
sesamanya maupun dengan diri pribadi dan lingkungannya. Pembinaan mental
ideologi guna membina ideologi pancasila dalam kehidupan anggota TNI sebagai
insan pancasila yang berjiwa sapta marga dan memegang teguh sumpah prajuit serta
panca prasetya korpri. Adapun pembinaan mental kejuangan adalah untuk
membangkitkan dan memelihara semangat juang, pengabdian,pengorbanan, dan
kepahlawanan berdasarkan nilai-nilai kejuangan.
Adapun kegiatan pembinaan mental diberikan satu kali dalam sebulan.
Pembinaan yang diberikan oleh Kodam Jaya dan diperuntukkan bagi semua anggota
TNI batalyon kavaleri dengan pemberian pembinaan sesuai dengan agamanya
masing-masing. Adapun sarana pembinaan mental rohani bagi anggota TNI yang
beragama Islam ditempatkan di Masjid batalyon, sedangkan untuk anggota yang
beragama Kristen, Hindu dan Budha ditempatkan di ruangan rapat dan aula serba
guna.
Selain kegiatan pembinaan mental yang diberikan oleh satuan komando
(Kodam Jaya) para anggota TNI Yonkav juga memberikan pembinaan kepada anak-
anak dan keluarga anggota TNI yang tinggal di asrama Yonkav berupa pengajian Al-
Qur`an yang dilaksanakan secara rutin setiap pagi dan sore hari. Seperti yang
diungkapkan oleh bapak Rukma.
“…Kami sebagai pengurus masjid setiap habis subuh mengajarkan
anak-anak mengaji dari jam 06:00-08:00 dan sore hari dari jam 16:00
– 17:30 wib, untuk anak-anak anggota TNI yang berada di lingkungan
batalyon.”
Dari pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa anggota TNI di samping
tugas kenegaraan yang diembannya mereka memiliki kepedulian terhadap pendidikan
agama dengan menyempatkan dirinya untuk mengajar mengaji bagi anak – anak
anggota TNI. Selain pengajian untuk anak-anak anggota TNI, pengajian untuk istri
perwira/anggota TNI pun terdapat di batalyon kavaleri yang diberi nama Mar`atun
solehah yang dilaksanakan setiap hari Jum`at.
D. ORIENTASI KEAGAMAAN TNI
Orientasi didefinisikan sebagai sistem cara pandang individu dalam hidup.
Cara pandang ini mempengaruhi tingkah laku individu dalam menafsirkan ajaran
agama dan menjalankan perintah agamanya. Bagi prajurit TNI menjalankan dan
mengamalkan ajaran agama akan semakin memperkuat jatidirinya sebagai prajurit
Sapta Marga, karena nilai-nilai Sapta Marga mengandung nilai-nilai moral yang
senantiasa terpatri dan menyatu dalam sosok kepribadian prajurit TNI. Sebagaimana
tersirat dalam marga ketiga yaitu “ Kami ksatria Indonesia, yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.” Sebagai
ksatria, setiap prajurit TNI menjunjung tinggi sikap hidup yang sederhana,ulet, dan
tabah menghadapi segala godaan. Berpendirian teguh, melindungi yang lemah dan
menghargai sesama manusia. Sebagai ksatria yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yakin akan kodrat-Nya, taat menjalani perintah-Nya, dan menjauhi segala
larangan-Nya. Karena itu prajurit TNI siap memerangi kemunafikan dan
kemungkaran yang berarti membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Dari sinilah
akan tercermin sikap dan perilaku prajurit yang ikhlas, rela berkorban, mampu
menghadapi tugas-tugas berat tanpa pamrih, tabah menderita, serta selalu
mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kehidupan sosial keagamaan
TNI, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Pemahaman keagamaan Prajurit sangat beragam, karena adanya dasar
latar belakang pendidikan yang berbeda, begitu juga dengan perilaku keagamaan
TNI meskipun keberagamaan mereka selalu terikat dengan peraturan tetapi ritual
agama mereka tetap dilaksanakan walaupun dalam melaksanakan tugas pertahanan
Negara. Pemahaman dan pengamalan agama secara tepat dan benar, akan
memberikan kontribusi yang tinggi bagi ketahanan Nasional. Agama mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan
hubungan manusia dengan alam. Dengan demikian agama menjadi pegangan hidup
para prajurit TNI dan sebagai spirit/motivator dalam menjalankan tugas Negara.
Kedua, fungsi agama dalam kehidupan prajurit TNI sangat berperan yakni sebagai
kontrol sosial dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya prajurit TNI mempunyai
keinginan untuk melaksanakan ibadah tepat pada waktunya akan tetapi terbentur
dengan tugas. Namun demikian bimbingan-bimbingan keagamaan yang diberikan
oleh satuan komando sangat berperan dalam membentuk dan menghantarkan
prajurit TNI dan keluarga mereka untuk senantiasa taat aturan, sadar hukum dan
memiliki kinerja yang tinggi. Mereka juga cenderung memandang kerja sebagai
ibadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berupaya meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengamalkan ajaran agamanya masing-
masing dalam kehidupan sehari-hari.
B. SARAN-SARAN
Dari uraian diatas, sebagai penutup dari skripsi ini ada beberapa saran
dari penulis sebagai berikut.
1. Para prajurit dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dengan sadaran selalu
berusaha memotivasi diri untuk selalu berbuat baik kepada siapapun. Tugas
yang diemban oleh prajurit dengan demikian hendaknya dijadikan sebagai
upaya untuk menciptakan kedamaian dan kerukunan serta selalu menjaga
keutuhan NKRI. Para prajurit TNI dalam menjalankan tugas hendaknya juga
selalu konsisten untuk menjadi alat Negara dan bukan sebagai alat politik dari
golongan manapun.
2. disarankan agar para prajurit selalu mengikuti kegiatan pembinaan mental
dengan baik dan hendaknya pembinaan ini menjadi bekal bagi para prajurit
dalam menjalankan tugas Negara.
3. Pembinaan Mental yang diberikan oleh satuan komando hendaknya harus
ditambah frekuensinya. Yang tadinya diberikan sebulan satu kali kiranya
dapat ditingkatkan menjadi dua kali dalam sebulan. Hal itu demi
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta memantapkan tanggungjawab
dalam melaksanakan tugas kenegaraan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Ubaidillah,DKK., Pendidikan Kewargaan, Demokrasi,HAM dan Masyarakat
Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press. 2000.
Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1991, Cet Ke- 13
Djamaluddin, Muhammad., Religiusitas dan Stres Kerja Pada Polisi, Yogyakarta:
UGM Press, 1995.
Hendropuspito, Sosiologi Agama.Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983
http://www. TNI. MIL. Id.com
Imran, Amrin, DKK., Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,DepHanKam Pusjarah
ABRI 1971,seri taxt book C1. Sejarah ABRI .
Jalaluddin., Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997. Cet ke-2.
Jamhari, Shaleh as`ad., Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,
DepHanKam Pusjarah ABRI 1971. Seri tekt book sejarah ABRI D2.
Kafie, Jalaludin Psikologi Dakwah, Surabaya : Indah, 1993.
Kahmad, Dadang., Sosiologi Agama, Bandung : Rosdakarya Mulya, 2000.
Kivlan Zen., Konflik dan Integrasi TNI-AD, Jakarta: Institute For Polici Studies 2004.
Munandar. M,Soelaeman, Ilmu Sosiologi Dasar (Teori dan Konsep Ilmu sosial)
Bandung: Eresco1993, edisi revisi, cet. Ke-7,
Nasir,M., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, Cet ke-2.
Nasution, Harun., Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : UI Press. Cet.
Ke-5.
Nothingham, Elizabeth K., Agama dan Masyarakat, Suatu Pendekatan Sosiologi
Agama, Jakarta : PT. Raja Garafindo Persada, 1994.
O`Dea, Thomas F., Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jakarta : PT. Raja
Garafindo Persada, 1995. Cet. Ke-6.
Poermandari E, Kristi., Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia,Jakarta : LPSP3, Fak. Psikologi UI, 2002.
Robertson, Roland., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, Jakarta : PT.
Rajawali Press, 1999.
Soekanto, Soerjono., Kamus Sosiologi Agama, Bandung : Rosdakarya Mulya, 2000.
Sota, J.S. Badudu, M. Zain., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994. Cet. Ke-1.
Sundhaussen, Ulf., Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwi Fungsi ABRI,
Jakarta: LP3ES, 1986. Cet. Ke-1.
Suryabrata, Sumardi., Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rajawali Press, 1998.
Tumanggor, Rusmin., Sosiologi dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta
Press,2004.
Wiranto,Redifinisi,Reaktualisasi, dan Reposisi Peran TNI dalam Kehidupan Bangsa.
Jakarta : Jasa Buma, 1999
LEMBAR DUKUNGAN PERSETUJUAN
ALIH FUNGSI GEDUNG/MADRASAH MENJADI PERPUSTAKAAN UMUM/ TAMAN BACAAN MASYARAKAT
MASJID JAMI` BAITUL MAKMUR JL. KH. MAS MANSUR KP. BOJONG KEL. KUNCIRAN INDAH KEC. PINANG
KOTA TANGERANG BANTEN
NO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN PEKERJAAN ALAMAT TANDA TAN
9. 10 11. 12.
15. 16 17. 18.
21. 22 23. 24.
27. 28 29. 30.
33. 34 35. 36.
39. 40 41. 42.
45. 46 47. 48.
51. 52 53. 54.
57. 58 59. 60.
63. 64 65. 66.
69. 70 71. 72.
75. 76 77. 78.
81. 82 83. 84.
87. 88 89. 90.
93. 94 95. 96.