Pengertian Kode Etik

3
A. Pengertian Kode Etik Secara harfiah, “kode etik” berarti sumber etik. Etik berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang mendasari perilaku manusia. Etik berasal dari bahasa filsafat, bahkan menjadi salah satu cabangnya. Etik juga disepadankan dengan istilah adab, moral, atau pun akhlaq. Etik artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Menurut kamus Bahasa Indonesia, kode artinya tulisan, kata-kata, tanda yang disepakati untuk maksud- maksud tertentu sedangkan etik adalah norma dan asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan ukuran tingkah laku. Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam berprilaku/melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman dalam berprilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekolompok orang atau masyarakat tertentu. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi. Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. B. Konsep Kode Etik Suatu kelompok masyarakat atau suatu komunitas sebagai suatu sistem yang ada di dalam masyarakat selalu berusaha untuk membuat kelompok mereka tetap “survive” dan terintegrasi dalam mencapai tujuan kelompok mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, kelompok masyarakat atau komunitas tersebut memiliki aturan-aturan mengikat semua anggota yang ada di dalam komunitas atau kelompok tersebut.usaha kelompok masyarakat yang mengikat anggotanya untuk memahami, mematuhi, menjalankan dan mengamalkan norma-norma kebaikan yang diharapkan serta dilaksanakan oleh kelompok masyarakat tertentu dituangkan dalam bentuk tertib aturan yang disebut dengan kode etik. Dengan kata lain, kode etik merupakan suatu ikrar kelompok masyarakat tertentu yang memiliki kebersamaan kepentingan seperti kelompok dokter, guru, humas dan sebagainya. Kode etik lahir karena adanya rasa tanggungjawab yang tulus dari dari kelompok masyarakat yang berikrar dan ditunjukan kepada para anggotanya untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan pola kode etik yang disepakati. Menurut Gibson and Mitchel (1995: 449), suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai profesional suatu profesi yang diterjemahkan dalam standar prilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat. Nilai profesional tadi ditandai adanya sifat altruistis artinya lebih mementingkan kesejahteraan orang lain dan berorientasi pada pelayanan umum dengan prima. Kode etik dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode etik itu sekaligus dijadikan pedoman tidak hanya bagi anggota profesi tetapi juga dijadikan pedoman bagi masyarakat untuk menjaga kesewenangan penggunaan kode etik. Rita Mariyana mengungkapkan bahwa tujuan kode etik pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut: a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap profesi. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan. b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi kesejahteraan lahir (material) maupun kesejahteraan batin (spiritual/mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk para anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi. c. Pedoman berperilaku Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.

description

OKE

Transcript of Pengertian Kode Etik

  • A. Pengertian Kode Etik Secara harfiah, kode etik berarti sumber etik. Etik berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Istilah

    etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang mendasari perilaku manusia. Etik berasal dari bahasa filsafat,

    bahkan menjadi salah satu cabangnya. Etik juga disepadankan dengan istilah adab, moral, atau pun akhlaq. Etik

    artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

    Menurut kamus Bahasa Indonesia, kode artinya tulisan, kata-kata, tanda yang disepakati untuk maksud-

    maksud tertentu sedangkan etik adalah norma dan asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan

    ukuran tingkah laku.

    Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam berprilaku/melakukan suatu kegiatan atau

    pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman dalam berprilaku. Etis berarti

    sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekolompok orang atau masyarakat tertentu. Dalam kaitannya

    dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu

    profesi.

    Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan

    prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk

    menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari

    kode etik. Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

    B. Konsep Kode Etik Suatu kelompok masyarakat atau suatu komunitas sebagai suatu sistem yang ada di dalam masyarakat selalu

    berusaha untuk membuat kelompok mereka tetap survive dan terintegrasi dalam mencapai tujuan kelompok mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, kelompok masyarakat atau komunitas tersebut memiliki aturan-aturan

    mengikat semua anggota yang ada di dalam komunitas atau kelompok tersebut.usaha kelompok masyarakat yang

    mengikat anggotanya untuk memahami, mematuhi, menjalankan dan mengamalkan norma-norma kebaikan yang

    diharapkan serta dilaksanakan oleh kelompok masyarakat tertentu dituangkan dalam bentuk tertib aturan yang

    disebut dengan kode etik.

    Dengan kata lain, kode etik merupakan suatu ikrar kelompok masyarakat tertentu yang memiliki

    kebersamaan kepentingan seperti kelompok dokter, guru, humas dan sebagainya. Kode etik lahir karena adanya rasa

    tanggungjawab yang tulus dari dari kelompok masyarakat yang berikrar dan ditunjukan kepada para anggotanya

    untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan pola kode etik yang disepakati.

    Menurut Gibson and Mitchel (1995: 449), suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai profesional suatu

    profesi yang diterjemahkan dalam standar prilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan

    untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat. Nilai profesional tadi ditandai adanya sifat altruistis artinya

    lebih mementingkan kesejahteraan orang lain dan berorientasi pada pelayanan umum dengan prima. Kode etik

    dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode etik itu sekaligus dijadikan pedoman tidak hanya bagi anggota

    profesi tetapi juga dijadikan pedoman bagi masyarakat untuk menjaga kesewenangan penggunaan kode etik.

    Rita Mariyana mengungkapkan bahwa tujuan kode etik pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam

    suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan

    mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:

    a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai

    memandang rendah atau remeh terhadap profesi. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai

    bentuk tindak-tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar.

    Kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.

    b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi kesejahteraan lahir (material) maupun kesejahteraan batin (spiritual/mental).

    Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para

    anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan

    menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa

    yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi.

    Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk para anggotanya

    untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi

    tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan

    anggota profesi.

    c. Pedoman berperilaku Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi

    dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.

  • d. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi Anggota profesi daapat dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya.

    Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam

    menjalankan tugasnya.

    e. Untuk meningkatkan mutu profesi Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha

    untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

    f. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartispasi

    dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

    C. Teori Prinsip dasar kode etik menurut Rini Darmastuti (2007: 177-178), prinsip dasar kode profesi memberikan

    penekanan pada pengakuan bahwa seiap profesi memiliki tanggung jawab sosial kepada publik pemakai jasa profesi

    tersebut dan kepada rekan sejawatnya (rekan dalam suatu profesi). Sebagai bentuk tanggung jawab sosial, tentunya

    setiap profesi mempunyai komitmen untuk melaksanakan profesinya sebagai bentuk pelayanan kepada publik dan

    menguntungkan semua pihak. Mencari keuntungan sendiri menjadi satu hal yang harus disingkirkan jauh-jauh. Secara

    rinci, prinsip dasar kode etik tersebut dapat dijabarkan sebagi berikut:

    a. Prinsip standar teknis:Prinsip standar teknis ini mengatur setiap anggotanya untuk melakukan jasa profesinya sesuai dengan bidang profesinya. Kredibilitas menjadi kata kunci dalam standar teknis ini, karena orang yang dipercaya adalah

    orang yang memiliki keahlian di dalam bidangnya. Setiap anggota profesi berhak melaksanakan tugas selama tugas itu

    relevan dengan (177)profesinya. Prinsip ini sejalan dengan integritas dan obyektivitas.

    b. Prinsip Kompetensi:Prinsip ini dilandaskan pada pemikiran bahwa setiap anggota yang bekerja dengan profesi tertentu hendaknya menjalankan tugasnya secara kompeten. Oleh karena itu setiap anggotanya dalam melakukan jasa profesinya

    harus melakukan dengan sebaik-baiknya, kompetensi dan profesional.

    c. Prinsip tanggung jawab profesi:Prinsip ini menekankan bahwa setiap anggota dalam elakukan kegiatan profesinya harus bertanggung jawabsecara profesi dengan mempertimbangkan tanggung jawab moral kepada publik. Setiap anggota

    profesi harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya.

    d. Prinsip kepentingan publik:Apapun yang dilakukan oleh setiap anggota dari suatu profesi harus dilandaskan pada kepentingan publik, bukan pada kepentingan diri sendiri serta mencari keuntungan diri sendiri. Prinsip ini harus

    dilandasi bahwa setiap kegiatan profesi yang dilakukan oleh setiap anggota adalah bentuk pelayanan kepada publik dan

    membangun kepercayaan kepada publik serta menjaga kepercayaan publik yang diberikan kepada profesi tersebut.

    e. Prinsip integritas:Setiap anggota dalam menjalankan profesinya harus menjunjung integritas yang tinggi sebagai bentuk tanggung jawab kepada publik dan menjaga kepercayaan publik.

    f. Prinsip obyektivitas:Dalam menjalankan tugasnya, setiap anggota dari suatu profesi harus menjaga obyektivitasnya dan tidak terpengaruh dengan pihak maupun yang mempunyai kepentingan. Sikap obyektif ini akan membentuk suasana dan

    iklim kerja yang (178)netral, tidak membeda-bedakan dan tidak berpihak pada pihak-pihak yang mempunyai

    kepentingan.

    g. Prinsip kerahasiaan:Prinsip kerahasiaan harus dipegang secara teguh, dengan didukung oleh setiap anggota yang mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjaga kerahasiaan suatu informasi. Setiap anggota mempunyai komitmen

    yang tinggi untuk menggunakan informasi atau tidak boleh menggunakan tanpa ada persetujuan, kecuali bila ada hak

    atau kewajiban professional atau hukum untuk menggunakannya.

    h. Prinsip perilaku profesional:Dalam kegiatan sehari-harinya selama menjalankan tugas keprofesionalannya, setiap anggota harus berperilaku konsisten sesuai dengan aturan main profesinya. Reputasi harus terus dijaga supaya

    kepercayaan publik tidak pudar serta berusaha menjauhi tindakan yang dapat mendeskriditkan profesinya.

    Fungsi Kode Etik pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi

    profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan

    pada kode etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang

    professional.

    Biggs dan Blocher (1986: 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu:

    a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah. b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi. c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

    D. Praktik Prosedur menetapkan kode etik

    a. Kepala Sekolah menyusun draf Kode Etik Peserta Didik dan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jika dipandang perlu berkonsultasi dengan nara sumber dan atau Pengawas Dabinnya.

  • b. Mengadakan rapat Dewan Guru, Tenaga Kependidikan, bersama Pengurus Komite Sekolah untuk membahas draf Kode Etik Warga Sekolah.

    c. Hasil keputusan rapat dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Kode Etik Peserta Didik dan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

    d. Kode Etik Sekolah disosialisasikan dan ditanamkan kepada: peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, untuk menegakkan budaya dan etika sekolah. Juga disosialisasikan kepada Pengurus, Komite

    Sekolah, Orang tua, wali peserta didik.

    Kode Etik Warga Sekolah disalin dengan tulisan yang agak besar dipasang/ditempel pada tempat yang

    strategis, untuk :

    1) Kode Etik Peserta Didik ditempel di setiap ruang kelas. 2) Kode Etik Pendidik dan Tenaga Kependidikan di tempel di Ruang Kantor Guru. Pelaksanaan kode etik sekolah

    a. Peserta didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan bertanggungjawab dan wajib melaksanakan Kode Etik Sekolah.

    b. Peserta didik dalam menjaga Kode Etik Sekolah perlu mendapat bimbingan dengan keteladanan, pembinaan, dengan membangun kemauan serta pengembangan kreativitas guru.

    c. Kode Etik Sekolah dilaksanakan baik di dalam maupun di luar sekolah. Pelanggaran kode etik

    Pelanggaran Kode Etik adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode Etik sesuai ketentuan.

    Untuk yang melanggar Kode Etik dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam menjaga Kode

    Etik Sekolah bila diperlukan Kepala Sekolah dapat membentuk Dewan Kehormatan Guru / Tenaga

    Kependidikan. Pada umumnya karena kode etik merupakan landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku, dan

    perbuatan; sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa melanggar kode etik, akan

    mendapat cela dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah pelanggar dikeluarkan dari

    organisasi profesi.

    Kode-kode etik di lingkup sekolah meliputi:

    1. Kode etik peserta didik. Kode Etik yang mengatur peserta didik memuat norma untuk: a. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. b. Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan. c. Mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi ketentuan pembelajaran dan mematuhi semua

    peraturan yang berlaku.

    d. Memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial di antara teman. e. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama. f. Mencintai lingkungan, bangsa , dan negara. g. Menjaga dan memelihara sarana prasarana, kebersihan, ketertiban, keamanan keindahan, dan

    kenyamanan sekolah.

    Norma sikap dan perilaku tersebut di atas dijabarkan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-

    masing, serta mempertimbangkan masukan dari komite Sekolah.

    2. Kode Etik Guru Kode etik guru menyangkut hubungan guru dengan peserta didik, hubungan guru dengan orang

    tua/wali murid, hubungan guru dengan sekolah dan teman sejawat, hubungan guru dengan masyarakat,

    hubungan guru dengan profesi, hubungan guru dengan organisasi profesi, dan hubungan guru dengan

    pemerintah.

    3. Kode Etik Guru Pembimbing/ Konselor Sekolah Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan kliennya. Apabila kode etik

    itu telah diterapkan maka konselor ketika berhadapan dalam bidang apapun demi lancarnya pendidikan

    diharapkan memiliki kepercayaan dengan clientnya dan tidak membuat clientnya merasa terseinggung.

    4. Kode etik Kepala Sekolah Kode etik Kepala Sekolah Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Manajerial, Kompetensi Sosial.

    5. Kode etik pustakawan Kode etik pustakawan terdiri dari: kewajiban kepada bangsa dan negara, kewajiban kepada

    masyarakat, kewajiban kepada profesi, kewajiban kepada rekan sejawat, kewajiban kepada pribadi.