Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
Transcript of Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 1/15
Pengertian dan Sejarah Ilmu Hadis
http://istanailmu.com/2011/02/15/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis/html
MANUSIA dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan.
Sumber dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli .
Sumber yang bersifat naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara
khusus, maupun masalah dunia pada umumnya. Dan sumber yang sangat
otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Alquran dan Hadis Rasulullah
SAW.
Allah telah menganugerahkan kepada umat kita para pendahulu yang selalu
menjaga Alquran dan hadis Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang jujur,
amanah, dan memegang janji. Sebagian di antara mereka mencurahkan
perhatiannya terhadap Alquran dan ilmunya yaitu para mufassir. Dan
sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadis Nabi dan
ilmunya, mereka adalah para ahli hadis.
Salah satu bentuk nyata para ahli hadis ialah dengan lahirnya istilah Ulumul
Hadis (Ilmu Hadis) yang merupakan salah satu bidang ilmu yang penting di
dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami hadis-hadis Nabi
SAW. Karena hadis merupakan sumber ajaran dan hukum Islam kedua
setelah dan berdampingan dengan Alquran. Namun begitu perlu disadari
bahwa hadis-hadis yang dapat dijadikan pedoman dalam perumusan
hukum dan pelaksanaan ibadah serta sebagai sumber ajaran Islam adalahhadis-hadis yang Maqbul (yang diterima), yaitu hadis sahih dan hadis
hasan. Selain hadis maqbul, terdapat pula hadis Mardud, yaitu hadis yang
ditolak serta tidak sah penggunaannya sebagai dalil hukum atau sumber
ajaran Islam. Bahkan bukan tak mungkin jumlah hadis mardud jauh lebih
banyak jumlahnya daripada hadis yang maqbul.
Untuk itulah umat Islam harus selalu waspada dalam menerima dan
mengamalkan ajaran yang bersumber dari sebuah hadis. Artinya, sebelum
meyakini kebenaran sebuah hadis, perlu dikaji dan diteliti keotentikannya
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 2/15
sehingga tidak terjerumus kepada kesia-siaan. Adapun salah satu cara
untuk membedakan antara hadis yang diterima dengan yang ditolak adalah
dengan mempelajari dan memahami Ulumul Hadis yang memuat segala
permasalahan yang berkaitan dengan hadis.
A- Pengertian Ilmu Hadis
Ilmu Hadis atau yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul
Hadis yang mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-Hadis ’. Kata ulum
dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm , jadi berarti ilmu-ilmu,
sedangkan al-Hadis dari segi bahasa mengandung beberapa arti,
diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang sedikit dan
banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa yang
disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan,
sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya”.
Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah: “perkataan, perbuatan,
dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah
kenabian.” Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadis, karena
yang dimaksud dengan hadis adalah mengerjakan apa yang menjadi
konsekuensinya. Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang
terjadi setelah kenabian. Adapun gabungan kata ulum dan al-Hadis ini
melahirkan istilah yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu,
yaitu Ulumul Hadis yang memiliki pengertian “ilmu-ilmu yang membahas
atau berkaitan dengan Hadits Nabi SAW”.
Pada mulanya, ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-
masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadis Nabi SAW dan para
perawinya, sepertiIlmu al-Hadis al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al- Asma’ wa
al-Kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu hadis secara parsial dilakukan,
khususnya, oleh para ulama abad ke-3 H. Umpamanya, Yahya ibn Ma’in
(234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad (230H/844)
menulis Al — Tabaqat , Ahmad ibn Hanbal (241H/855M) menulis Al-
‘Ilal dan Al-Nasikh wal Mansukh , serta banyak lagi yang lainnya.
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 3/15
Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan
Ulumul Hadis, karena masing-masing membicarakan tentang Hadis dan
para perawinya. Akan tetapi, pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang
terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan satu, serta selanjutnya
dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terhadap ilmu
yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut tetap
dipergunakan nama Ulumul Hadis, sebagaimana halnya sebelum disatukan.
Jadi penggunaan lafaz jamak Ulumul Hadis setelah keadaannya menjadi
satu adalah mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu Ilmu Hadis ,
karena telah terjadi perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya yang
pertama (beberapa ilmu yang terpisah ) menjadi nama dari suatu disiplin
ilmu yang khusus yang nama lainnya adalahMusthalahul Hadis .
B- Pembagian Ilmu Hadits
Para Ulama Hadis telah membagi Ilmu Hadis kepada dua bagian, yaitu Ilmu
Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah.
1) Ilmu Hadis Riwayah
Adapun yang dimaksud dengan Ilmu Hadis Riwayah, sebagaiamana yang
disebutkan oleh Zhafar Ahmad ibn Lathif al-Utsmani al-Tahanawi di
dalam Qawa’id fi Ulum al -Hadis seperti yang dikutip oleh Nawir Yuslem
dalam Ulumul Hadis adalah sebagai berikut:
ه ا ى حأ و ه أ و مسو هع ل ى س ر لا ى أ ه ب ف ي م ع : ى ت يا و ب ص خا ي د ا م ع
ظ أ ي و ض و يا و ر و Ilmu Hadis yang khusus dengan riwayah adalah ilmu yang dapat diketahui
dengannya perkataan, perbuatan, dan keadaan Rasul SAW serta
periwayatan, pencatatan, dan penguraian lafaz-lafaznya .
Dari definisi tentang ilmu Hadis Riwayah di atas dapat difahami bahawa
Ilmu Hadis Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara
periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi
SAW.
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 4/15
Objek Kajian Ilmu Hadis Riwayah
1. 1. cara periwayatan hadis, baik dari segi cara penerimaan dan
demikian juga cara penyampaiannya dari seorang perawi kepada
perawi yang lain.
2. cara pemeliharaan hadis, yaitu dalam bentuk penghafalan,
penulisan, dan pembukuannya.
Tujuan Ilmu Hadis Riwayah
Adapun tujuan ilmu hadis riwayah ini adalah agar tidak lenyap dan sia-sia,
serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam proses
periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya. Dengan
demikian, hadis-hadis Nabi SAW dapat terpelihara kemurniannya dan
dapat diamalkan hukum-hukum dan tuntunan yang terkandung di
dalamnya, hal ini sejalan dengan perintah Allah SAW agar menjadikan Nabi
SAW sebagai ikutan dan suri teladan dalam kehidupan ini (QS. Al-Ahzab
[33] : 21).
2) Ilmu Hadis Dirayah
Mengenai pengertian Ilmu Hadis Dirayah, para ulama hadis memberikan
definisi yang bervariasi, namun jika dicermati berbagai definisi yang
mereka kemukakan, maka akan ditemukan persamaan antara satu dengan
lainnya, terutama dari segi sasaran dan pokok bahasannya. Di sini akan
penulis kemukakan dua di antaranya:
Ibn al-Akfani memberikan definisi Ilmu Hadis Dirayah sebagai berikut:
ةا و ا ل ح و ك حأ و عا ى نأ و ط و ش و ت يا و ا ت ح ه ف ي م ع : ت يا ر دب ص خا ي د ا م ع و ـ ب ق ي و ث ي و ا ف أ و م ط و ش و
“Dan ilmu hadis yang khusus tentang dirayah adalah ilmu yang bertujuan
untuk mengetahui hakikat riwayat , syarat-syarat , macam-macam ,
dan hukum-hukumnya ,keadaan para perawi , syarat-syarat mereka , jenis
yang diriwayatkan , dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.”
Dari definisi ini dapat dijelaskan beberapa hal, yaitu:
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 5/15
Hakikat Riwayat , yaitu kegiatan periwayatan hadis dan
penyandarannya kepada orang yang meriwayatkannya dengan
kalimat tahdis , yaitu perkataan seorang perawi, “haddasana fulan ”
(telah menceritakan kepada kami si Fulan), atau ikhbar , seperti
perkataan: “akhbarana fulan ” (telah mengabarkan kepada kami si
Fulan).
Syarat-Syarat Riwayat , yaitu penerimaan para perawi terhadap apa
yang diriwayatkannya dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam
penerimaan riwayat (cara-cara tahammul al-Hadis ),
seperti sama’ (perawi mendengar langsung bacaan hadis dari seorang
guru), qira’ah (murid membacakan catatan hadis dari gurunya
dihadapan guru tersebut), ijazah (member izin kepada seseorang untuk
meriwayatkan suatu hadis dari seorang ulama tanpa dibacakan
sebelumnya),munawalah (menyerahkan suatu hadis yang tertulis
kepada seseorang untuk diriwayatkan), kitabah (menuliskan hadis
untuk seseorang), I’lam (member tahu seseorang bahwah hadis-hadis
tertentu adalah koleksinya), washiyyat (mewasiatkan kepada seseorang
koleksi hadis yang dimilikinya), dan wajadah (mendapatkan koleksi
tertentu tentang hadis dari seorang guru.
Macam-macam Riwayat , yaitu seperti
periwayatan muttsahil (periwayatan yang bersambung mulai dari
perawi pertama sampai kepada perawi
terakhir,ataumunqathi’ (periwayatan yang terputus, baik di awal, di
tengah, atau di akhir, dan lainnya.
Hukum Riwayat , yakni al-qabul (diterimannya suatu riwayat karena
telah memenuhi persyaratan tertentu, dan al-radd (ditolak, karena
adanya persyaratan tertentu yang tidak terpenuhi.
Keadaan para Perawi , maksudnya adalah keadaan mereka dari segi
keadilan mereka (al- ‘adalah ) dan ketidakadilan mereka (al-jarh ).
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 6/15
Syarat-syarat Mereka , yaitu syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang perawi ketika menerima riwayat (syarat-syarat
pada tahammul ) dan syarat ketika menyampaikan riwayat (syarat
pada al- add’ ).
Jenis yang diriwayatkan (ashnaf al-marwiyyat) , adalah penulisan hadis
di dalam kitab al-musnad , al- mu’jam , atau al- ajza’ dan lainnya dari
jenis-jenis kitab yang menghimpun hadis-hadis Nabi SAW.
Selain itu, M. ‘Ajjaj al-Khatib mendefinisikan Ilmu Hadis Dirayah sebagai
berikut:
ن يو ا و يوا ا ل ح ـ ب ف ت ا ئ س ا ذ عا ى ق ا ة ع ى ج : ى ه ة ا ر ذ ب صخ ا ث ذ ا م د ا و ل ى ق ا ث ح
“Ilmu hadis dirayah adalah kumpulan kaedah-kaedah dan masalah-masalah
untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi diterima dan
ditolaknya.”
Definisi ini dapat kita jelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
Al-Rawi atau perawi adalah orang yang meriwayatkan atau
menyampaikan hadis dari satu orang ke orang yang lain.
Al-Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada yang lainnya,
seperti Sahabat atauTabi’in .
Keadaan Perawi dari segi diterima atau ditolaknya , adalah mengetahui
keadaan para perawi dari
segi jarh dan ta’dil ketika tahammul dan adda’ al -hadis , dan segalasesuatu yang berhubungan dengannya dalam kaitannya dengan
periwayatan hadis.
Keadaan Marwi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
ittishal al-sanad (persambungan sanad) atau terputusnya ,
adanya ‘illat atau tidak, yang menentukan diterima atau ditolaknya
suatu hadis.
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 7/15
Objek Kajian Ilmu Hadis Dirayah
1. 1. segi persambungan sanad (ittishal al-sanad ), yaitu bahwa suatu
rangkaian sanad hadis haruslah bersambung mulai dari Sahabat
sampai kepada periwayat terakhir yang menuliskan atau
membukukan hadis tersebut. Oleh karenanya tidak dibenarkan
suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak
diketahui identitasnya atau tersamar;
2. segi keterpercayaan sanad (siqat al-sanad ), yaitu bahwa setiap
perawi yang terdapat di dalam sanad suatu hadis harus memiliki
sifat adil dan dhabith (kuat dan cermat hafalan atau dokumentasi
hadisnya);
3. segi keselamatannya dari kejanggalan (syadz );
4. segi keselamatannya dari cacat (‘illat ); dan
5. tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad.
Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-shahih- an
atau ke-dha’ifan -nya. Hal tersebut dapat terlihat melalui kesejalannya
dengan makna dan tujuan yang terkandung di dalam Al-Qur’an, atau harus
selamat dari beberapa hal berikut:
1. 1. Selamat dari kejanggalan redaksi (rakakat al-fadz );
2. Selamat dari cacat atau kejanggalan pada maknanya (fasad al-
ma’na ) karena bertentangan dengan akal dan pancaindera, atau
dengangan kandungan dan makna Al-Qur’an, atau dengan fakta
sejarah;
3. Selamat dari kata-kata asing ( ghorib ), yaitu kata-kata yang tidak
bisa dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal.
Tujuan dan Urgensi Ilmu Hadis Diwayah
Tujuan dan urgensi ilmu hadis dirayah adalah untuk mengetahui dan
menetapkan hadis-hadis yang Maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil
atau untuk diamalkan) dan yang Mardud (yang ditolak).
Ilmu hadis dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum dikenal
dengan Ulumul Hadis , Musthalahul Hadis , atau Ushul al-Hadis. Keseluruhan
nama-nama di atas meskipun bervariasi, namun mempunyai arti dan tujuan
yang sama, yaitu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan perawi (sanad ) dan marwi (matan ) suatu hadis, darisegi diterima dan ditolaknya.
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 8/15
Para Ulama hadis membagi Ilmu Hadis Dirayah atau Ulumul Hadis ini
kepada beberapa macam, berdasarkan kepada permasalahan yang dibahas
padanya, seperti:
pembahasan tentang pembagian Hadis Shahih, Hasan dan Dha’if , sertamacam-macamnya,;
pembahasan tentang tata cara penerimaan (tahammul ), dan
periwayatan (adda’ ) hadis;
pembahasan al-jarh dan al- ta’dil serta tingkatan-tingkatannya,
pembahasan tentang perawi, latar belakang kehidupannya, dan
pengklasifikasiannya antara yang tsiqat dan yang dha’if ;
dan lain-lain.
Masing-masing pembahasan di atas dipandang sebagai macam-macam dariUlumul Hadis, sehingga karena banyaknya, Imam Al-Suyuthi menyatakan
bahwa macam-macam ulumul hadis tersebut banyak sekali, bahkan tak
terhingga jumlahnya. Sementara Ibn Al-Shalah menyebutkan ada 65 macam
Ulumul Hadis sesuai dengan pembahasannya, seperti yang dikemukakan di
atas.
C- Sejarah dan Perkembangan Ulumul Hadis
Pada dasarnya Ulumul Hadis telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadisdi dalam Islam, terutama setelah Rasul SAW wafat, ketika umat merasakan
perlunya menghimpun hadis-hadis Rasul SAW dikarenakan adanya
kekhawatiran hadis-hadis tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat
mulai giat melakukan pencatatan dan periwayatan hadis. Mereka telah
mulai mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-metode tertentu dalam
menerima hadis, namun mereka belumlah menuliskan kaidah-kaidah
tersebut.
Adapun dasar dan landasan periwayatan hadis di dalam Islam dijumpai
dalam Alquran dan hadis Nabi SAW. Dalam QS. Al-Hujarat ayat 6, Allah
memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menelitu dan
mempertanyakan berita-berita yang datang dari orang lain, terutama dari
orang fasik. Firman Allah SWT yang artinya: “Hai orang-orang yang telah
beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita maka
periksalah berita tersebut dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan (yang sebenarnya)
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu ”.(QS. Al-Hujurat: 6).
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 9/15
Sementara dalam hadis disebutkan, “(Semoga) Allah membaguskan rupa
seseorang yang mendengar dari kami sesuatu (hadis), lantas dia
menyampaikannya (hadis tersebut) sebagaimana dia dengar, kadang-
kadang orang yang menyampaikan lebih hafal daripada yang mendengar ”.
(HR. At-Tirmizi).
Dalam ayat al Quran serta dua hadits tersebut jelas terdapat suatu prinsip
ketentuan mengenai pengambilan suatu berita sekaligus tata cara dalam
menerima suatu berita tertentu; dengan cara melakukan tabayyun
(memperjelasnya) serta menelitinya dan agar hati-hati dalam
menyampaikan suatu berita kepada orang lain. Dalam rangka
melaksanakan perintah Allah dan Rasuyl-Nya itu, maka para sahabat telah
menetapkan ketentuan-ketentuan dalam menyampaikan suatu berita
sekaligus dalam hal menerimanya, terutama ketika mereka meragukan
terhadap kejujuran dari orang yang menyampaikan berita tersebut. Atas
dasar ini, maka nampak jelaslah kedudukan serta nilai sanad dalam rangka
untuk menerima atau menolak suatu berita.
Dalam muqadimah Shahih Muslim, dari riwayat Ibnu Sirin, dikatakan
Semula mereka tidak pernah mempertanyakan tentang sanad, kemudian
setelah timbul fitnah, mereka baru mempertanyakannya: ‘Sebutkanlah
kepada kami orang-orang yang meriwayatkan hadits kepada kamu sekalian ‘. Lalu jika ternyata mereka yang meriwayatkan hadits tersebut
adalah orang-orang Ahli Sunnah maka terimalah hadits itu, sebaliknya, jika
ternyata memang orang-orang Ahli Bid’ah , maka janganlah kamu
mengambil hadits yang diriwayatkannya.
Berpijak pada prinsip bahwa suatu hadis itu tidak dapat diterima kecuali
sesudah dikatahui sanadnya, maka munculah ilmu Jarh wa Ta’dil , dan (ilmu
mengenai) pembicaraan terhadap rawi-rawi hadis, serta (cara)
pembicaraan terhadap rawi-rawi hadis, serta (cara) mengetahui sanad-
sanad yang muttasil dan yang munqati’ , dan mengetahui cacat-cacat yang
tersembunyi. Bahkan telah muncul pula pembicaraan pada sebagian rawi-
rawi yang tercela. Meskipun masih sangat sedikit sekali- karena sedikitnya
rawi-rawi yang benar-benar tercela pada masa awalnya.
Kemudian para ulama lama kelamaan memperluas (jangkauan
pembahasan) dalam masalah yang demikian itu, hingga lahirlah
pembahasan dalam beberapa cabang yang berhubungan dengan hadits dari
segi pencatatannya, tata cara menerimanya serta menyampaikannya, dan
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 10/15
mengetahui nasikh-mansukhnya, gharibnya dan hal-hal selainnya, hanya
saja demikian itu dilakukan para ulama secara lisan.
Dalam kitab Mabahits Ulumil Hadis , Syekh Manna Al-Qaththani
menyimpulkan bahwa yang mendasari lahir dan berkembangnya IlmuHadis ada 2 (dua) hal pokok, yaitu adanya: (1) dorongan agama , dan
(2) dorongan sejarah. Berikut akan penulis paparkan secara singkat kedua
hal pokok tersebut:
Pertama: Dorongan Agama
Bahwasanya umat manusia memperhatikan warisan pemikiran yang dapat
menyentuh dan membangkitkan kehidupan mereka, memenuhi kecintaan
hati mereka, menjadi pijakan kebangkitan mereka, lalu mereka terdorong
untuk menanamkannya pada anak-anak mereka agar menjadi orang yang
memahaminya, hingga warisan itu selalu hadir di hadapan mereka,
membimbing langkah dan jalan mereka.
Jika umat lain begitu perhatian terhadap warisan pemikiran mereka, maka
umat Islam yang mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW juga tidak kalah
dalam memelihara warisan yang didapatkan dari Nabi SAW dengan cara
periwayatan,menukil, hafalan, dan menyampaikannya, serta mengamalkan
isinya, karena itu bagian dari eksistensinya, dan hidup umat ini tiadaberarti tanpa dengan agama. Oleh karenanya Allah mewajibkan dalam
agama untuk mengikuti dan menaati Rasul-Nya, menjalani semua apa yang
dibawa beliau, dan meneladani kehidupannya.
Kedua : Dorongan Sejarah
Dalam sejarah, umat manusia banyak dihadapkan pada pertentangan dan
halangan sehingga mendorong untuk menjaga warisan mereka dari
penyusupan yang menyebabkan terjadinya fitnah dan saling bermusuhan
serta tipu muslihat.
Dan umat Islam yang telah merobohkan pilar kemusyrikan, dan mendobrak
benteng Romawi dan Persia, menghadapi musuh-musuh bebuyutan, tahu
benar bahwa kekuatan umat ini terletak pada kekuatan agamanya, dan
tidak dapat dihancurkan kecuali dari agama itu sendiri, dan salah satu
jalannya adalah pemalsuan terhadap hadis. Dari sini, kaum muslimin
mendapat dorongan yang kuat untuk meneliti dan menyelidiki periwayatanhadis, dan mengikuti aturan-aturan periwayatan yang benar, agar mereka
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 11/15
dapat menjaga warisan yang agung ini dari penyelewengan dan
penyusupan terhadapnya sehingga tetap bersih, tidak dikotori oleh aib
maupun oleh keraguan.
Dan di antara aturan-aturan yang diberlakukan pada masa sahabat adalah:
1- Mengurangi periwayatan hadis .
Mereka khawatir dengan banyaknya riwayat akan tergelincir pada
kesalahan dan kelalaian, dan menyebabkan kebohongan terhadap Rasul
SAW. Selain itu mereka juga khawatir dengan memperbanyak periwayatan
akan menyibukkan umat Islam terhadap as-Sunnah dan mengabaikan Al-
Quran
2- Ketelitian dalam periwayatan. Para sahabat sangat berhati-hati dalam menerima hadis tanpa adanya
perawi yang benar-benar dapat dipercaya, karena mereka sangat takut
terjadinya kesalahan dalam periwayatan hadis Nabi SAW.
3- Kritik terhadap riwayat.
Adapun bentuk kritik terhadap riwayat adalah dengan cara memaparkan
dan membandingkan riwayat dengan Al-Qur’an, jika bertentangan maka
mereka tinggalkan dan tidak mengamalkannya.Ketelitian dan sikap hati-hati para Sahabat Nabi SAW tersebut diikuti pula
oleh para ulama yang datang sesudah mereka, dan sikap tersebut semakin
ditingkatkan terutama setelah munculnya hadis-hadis palsu, yakni sekitar
tahun 41 H setelah masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.
Semenjak itu mulailah dilakukan penelitian terhadap sanad Hadis dengan
mempraktikkan ilmu al-jarah wa al- ta’dil , dan sekaligus mulai pulalah ilmu
ini tumbuh dan berkembang.
Setelah munculnya kegiatan pemalsuan hadis dari pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab, maka beberapa aktivitas tertentu dilakukan oleh para
Ulama Hadis dalam rangka memelihara kemurnian hadis, yaitu seperti:
a) melakukan pembahasan terhadap sanad hadis serta penelitian
terhadap keadaan setiap para perawi hadis, hal yang sebelumnya tidak
pernah mereka lakukan;
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 12/15
b) melakukan perjalanan (rihlah ) dalam mencari sumber hadis agar
dapat mendengar langsung dari perawi asalnya dan meneliti kebenaran
riwayat tersebut melaluinya;
c) melakukan perbandingan antara riwayat seorang perawi dengan
riwayat perawi lain yang lebih tsiqat dan terpercaya dalam rangka untuk
mengetahui ke-dha’if -an atau kepalsuan suatu hadis.
Demikianlah kegiatan para ulama hadis di abad pertama Hijrah yang telah
memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Hadis. Bahkan
pada akhir abad pertama itu telah terdapat beberapa klasifikasi hadis,
yaitu: Hadis Marfu’, Hadis Mawquf, Hadis Muttashil, dan Hadis Mursal . Dari
macam-macam hadis tersebut, juga telah dibedakan antara hadis maqbul,
yang pada masa berikutnya disebut dengan hadis shahih dan hadis hasan,
serta hadis mardud yang kemudian dikenal dengan hadis dha’if dengan
berbagai macamnya.
Pada abad kedua Hijrah, ketika hadis telah dibukukan secara resmi atas
prakarsa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan dimotori oleh Muhammad ibn
Muslim ibn Syihab al-Zuhri, para ulama yang bertugas dalam menghimpun
dan membukukan hadis tersebut menerapkan ketentuan-ketentuan Ilmu
Hadis yang sudah ada dan berkembang sampai pada masa mereka. Mereka
memperhayikan ketentuan-ketentuan hadis shahih, demikian juga keadaan
para perawinya. Hal ini dilakukan lantaran semakin banyaknya para
penghafal hadis yang telah wafat.
Pada abad ketiga Hijrah yang dikenal dengan masa keemasan dalam sejarah
perkembangan Hadis, mulailah ketentuan dan perumusan kaidah-kaidah
Hadis ditulis dan dibukukan, namun masih bersifat parsial.Yahya ibn Ma’in
(w. 234H/848M) menulis tentang Tarikh ar-Rijal , Muhammad ibn Sa’ad (w.
230H/844M) menulis Al-Tabaqat , Ahmad ibn Hanbal (241H/855M)
menulis Al- ‘Ilal , dan lain-lain.
Pada abad keempat dan kelima hijrah mulailah ditulis secara khusus kitab-
kitab yang membahas tentang Ilmu Hadis yang bersifat komprehensif.
Selanjutnya, pada abad setelah itu mulailah bermunculan karya-karya di
bidang Ilmu Hadis ini yang sampai saat ini masih menjadi referensi utama
dalam membicarakan ilmu hadis. Adapun ulama yang pertama kali
menyusun kitab dalam bidang ini adalah al Qadhi Abu Muhammad al Hasan
bin Abdurrahman bin Chalad ar Ramaharmuzi (wafat pada tahun 360 H),
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 13/15
kitabnya Al Muhaddits al Fashil Baina al Rawi wa al Wa’i. (oleh: Indra L
Muda )
DAFTAR PUSTAKA Abul-Harits Muhammad bin Ibrahim As-Salafy Al-Jazairi, Penjelasan Al-
Mandhumah Al-Baiquniyah, terj. Abu Hudzaifah, Jakarta:Maktabah Al-
Ghuroba’, Cet.II, 2008
Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah Hadits, terj. Zainul Muttaqin, Bandung:
Titian Ilahi Press, Cet. II, 1999
M.M.Al- A’zami, Memahami Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 2001
Syekh Manna Al-Qaththani, Pengantar Studi Ilmu Hadits, terj. Mifdhol Abdurrahman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cet. IV, 2009
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, Bandung: Bumi Aksara, 2002
Ulama lain berpendapat, ilmu hadits dirayah adalah ilmu undang-undang
yang dapat mengetahui keadaan sanad dan matan. Definisi ini lebih pendek
dari definisi di atas. Sedangkan definisi lain sebagaimana di sebutkan ibnu
hajar, definisi paling baik dari berbagai definisi ilmu hadits dirayah adalah
pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang dapat memperkenalkan keadaan-keadaan rawi dan yang diriwayahkan.
Berbagai definisi di atas banyak kemiripan, pada dasarnya semua definisi
itu sama yakni pengetahuan tentang rawi dan yang diriwayahkan atau
sanad dan matannya baik juga berkaitan dengan pengetahuan tentang
syarat-syarat periwayahan, macam-macamnya atau hukum-hukumnya.
Istilah lain yang dipakai oleh ulama ahli hadits terhadap ilmu hadits dirayah
adalah ilmu ushul al-hadits. Pada mulanya pembahasan yang menyangkut
ilmu hadits dirayah sangat beragam. Kemudian muncullah beberapa ilmu
yang bertalian dengan kajian analisis dan semuanya terangkum dalam satu
nama, yakni ilmu hadits. Munculnya berbagai ilmu tersebut diakibatkan
banyaknya topik tentang hadits dirayah tersebut dengan tujuan dan
metodenya berbeda-beda. Berikut di antara ilmu-ilmu yang bermunculan
dari berbagai ragam topik ilmu dirayah;
a. Ilmu Jarah Wa Al-Ta’dil
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 14/15
Ilmu ini membahas para rawi, sekiranya masalah yang membuat mereka
tercela atau bersih dalam menggunakan lafad-lafad tertentu. Ini adalah
buah ilmu tersebut dan merupakan bagian terbesarnya.
b. Ilmu Tokoh-Tokoh Hadits
Dengan ilmu ini dapat diketahui apakah para rawi layak menjadi perawi
atau tidak. Orang yang pertama di bidang ini adalah al-bukhari (256 H).
dalam bukunya thabaqat, ibn sa’ad (230 H) banyak menjelaskannya.
c. Ilmu Mukhtalaf Al-Hadits
Iamam Nawawi berkata dalam kitab al-Taqrib, “ini adalah salah satu
disiplin ilmu dirayah yang terpentinng.” Ilmu ini membahas hadits-hadits
yang secara lahiriyah bertentangan, namun ada kemumkinan dapat
diterima dengan syarat. Jelasnya, umpamanya ada dua hadits yang yang
makna lahirnya bertentangan, kemudian dapat diambil jalan tengah, atau
salah satunya ada yang di utamakan.
Misalnya sabda rasulullah SAW, “tiada penyakit menular ” dan sabdanya
dalam hadits lain berbunyi, “Larilah dari penyakit kusta sebagaimana kamu
lari singa”. Kedua hadits tersebut sama-sama shahih. Lalu diterapkanlahjalan tengah bahwa sesungguhnya penyakit tersebut tidak menular dengan
sendirinya. Akan tetapi allah SWT menjadikan pergaulan orang yang sakit
dengan yang sehat sebagai sebab penularan penyakit.
Di antara ulama yang menulis tentang ilmu mukhtalaf al-hadits adalah
imam syafi’I (204 H), Ibn Qutaibah (276 H), Abu Yahya Zakariya Bin Yahya
al-Saji (307 H) dan Ibnu al-Jauzi (598 H).
d. Ilmu Ilal Al-Hadits
Ilmu ini membahas tetentang sebab-sebab tersembunyinya yang dapat
merusak keabsahan suatu hadits. Misalnya memuttasilkan hadits yang
mungkati’, memarfu’kan hadits yang maukuf dan sebagainya. Dengan
demikian menjadi nyata betapa pentingnya ilmu ini posisinya dalam
disiplin ilmu hadits.
8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis
http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 15/15
e. Ilmu Gharib Al-Hadits
ilmu ini membahas tentang kesamaran makna lafad hadits. Karena telah
berbaur dengan bahasa arab pasar. Ulama yang terdahulu menyusun kitab
tentang ilmu ini adalah abu hasan al-nadru ibn syamil al-mazini, wafat pada
tahun 203 H.
f. ilmu Nasakh Wa Al-Mansukh Al-Hadits
ilmu nasakh wa al-mansukh al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang
hadits-hadits yang bertentangan yang hukumnya tidak dapat
dikompromikan antara yang satu dengan yang lain.yang dating dahulu
disebut mansukh (hadits yang dihapus) dan yang datang kemudian disebut nasikh (hadits yang menghapus).
Pengetahuan ilmu tentang nasikh mansukh ini merupakan ilmu yang sangat
penting untuk dan wajib dikuasai oleh seorang yang akan mengkaji hokum
syariat. Sebab tidak mungkin bagi seseorang yang akan membahas tentang
hokum syar’I sementara ia tidak mengenal dan menguasai ilmu tentang
nasikh mansukh.
Al-hazimi berkata: disiplin ilmu ini (nasikh mansukh) termasul
kesempurnaan ijtihad. Karena, rukun yang paling penting dalam beriitihadadalah pengetahuan tentang penulilan hadits, dan sedangkan faidah dari
pengetahuan tentang penikilan adalah pengetahuan tentang nasikh dan
mansukh.
Nasikh adalah yang menghapus atau membatalkan. Kadang-kadang nasikh
ini di lakukan oleh nabi sendiri, seperti, sabdanya, “Aku pernah melarang
ziarah kubur, lalu sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingattkanmu
pada akhirat.”
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2127085-
hadits-riwayah-dan-dirayah/#ixzz1Yuu9YJiJ