BAB II KRITIK HADIS DAN KRITERIA HADIS PALSU A. Kritik …digilib.uinsby.ac.id/6437/9/Bab 2.pdf ·...
Embed Size (px)
Transcript of BAB II KRITIK HADIS DAN KRITERIA HADIS PALSU A. Kritik …digilib.uinsby.ac.id/6437/9/Bab 2.pdf ·...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
KRITIK HADIS DAN KRITERIA HADIS PALSU
A. Kritik Hadis
1. Pengertian kritik hadis
Secara etimologi kata kritik dalam bahasa Arab sering diungkapkan dengan
kata . Dalam kamus Lisa>n al-Arab disebutkan bahwa kata mempunyai
beberapa arti, dan dari arti-arti tersebut, setidaknya ada tiga pengertian yang
relevan dengan pembahasan ini, yaitu1:
a. : memilah dirham untuk mengetahui
yang palsu dari padanya.
b. : membantah suatu pendapat, misalnya : (saya
membantah si fulan dalam suatu hal).
c. : memukul dan memecahkan, misalnya , memukul
atau memecahkan buah pala.
Secara terminologi pengertian kata naqd di atas, baik diartikan dengan
memisahkan yang palsu dari yang tidak palsu, maupun diartikan membantah
suatu pendapat, ataupun diartikan memukul atau memecahkan, pada
hakikatnya bertujuan untuk memisahkan antara yang asli dan yang palsu atau
memisahkan yang baik dan yang buruk demi tercapainya kualitas yang
1Jamal al-Di>n Muhammad Ibn Mikra>n Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-Ara>b, Vol. 3, (Beirut: Da>r S}adi>r,
1414 H/1994 M), 426-426.; Muhammad Hasan Abdillah, Muqaddimat fi> al-Adabi> (t.t:Da>r al-Bahth al-Ilmiyyat,1345 H/1975 M), 34.; Abu> al-Faid} al-Sayyid Muhammad Murtad}a> al-H}usaini>
al-Wasit}i> al-Zabidi> al-H}anafi>, Sharh} al-Qa>mus al-Musamma> Ta>j al-Aru>s min Jawa>hir al-Qa>mus, Vol. 2 (Beirut: Da>r al-Fikr,t.th), 516.; Muhammad ibn Yakub al-Firuz al-A>ba>di>, Qa>mus al- Muhith, Vol.1 (Mesir: Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H}alabi> wa Awla>duh, 1371 H/1952 M),354.
34
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
dibutuhkan. Misalnya ketika diartikan memisahkan dirham dan mengeluarkan
yang palsu, maka tujuannya adalah memisahkan yang baik dari yang buruk.
Demikian pula bila diartikan dengan membantah suatu pendapat, karena
dengan membantah pendapat tersebut maka akan terungkap pendapat yang
salah maupun pendapat yang benar dan dapat diterima, atau bahkan pendapat
yang lebih kuat. Demikian juga ketika kata naqd diartikan memukul atau
memecahkan, misalnya (memecahkan buah pala) tujuannya adalah
untuk mengetahui atau membedakan baik dan jeleknya isi buah pala tersebut.
Begitu pula jika kata (memecahkan hadis) yang diartikan kritik hadis
adalah untuk mengetahui atau membedakan hadis yang sahih dan yang tidak.
Naqd al-h}adi>th (kritik hadis) mirip dengan al-jarh} wa al-tadi>l. Hanya saja
naqd al-h}adi>th lebih luas dari pada al-jarh} wa al-tadi>l karena pembahasan
ilmu al-jarh} wa al-tadi>l berkisar pada keadilan dan kedabitan para periwayat
dan kecacatan mereka. Sedangkan lingkup pembahasan naqd al-h}adi>th berkisar
pada keadilan dan kedabitan para periwayat hadis dan ketersambungan sanad
serta ada tidaknya shudu >>d dan illah, bahkan dapat diperluas lagi pada
pembahasan ada atau tidak adanya kemuskilan, kontradiksi, al-na>sikh wa al-
mansu>kh, ataupun ke-gharib-an dalam matan hadis.
Dengan melihat pengertian kata naqd atau kritik di atas, ulama hadis
cenderung menggunakan istilah naqd, meskipun mereka tidak memaparkannya
secara luas dan rinci. Oleh karena itu kritik hadis dapat dipergunakan dengan
mengacu pada metodologi yang diajukan para ulama hadis dan pelacakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
sejarah. Dalam hal ini al-Jawabi memberikan suatu pengertian yang mengarah
pada pengertian ilmu naqd al-h}adi>th atau kritik hadis dengan mengatakan:2
3.
Ilmu kritik hadis adalah ilmu yang memberikan hukum tajrih dan tadi>l terhadap perawi dengan lafal tertentu yang memiliki tanda yang dapat
diketahui bagi ahlinya serta memberikan peninjauan terhadap matan hadis
yang sahih sanadnya untuk mensahihkan atau mendaifkan dan untuk
menghilangkan kesamar-samaran yang dapat menjadi masalah terhadap
kesahihan hadis atau untuk menolak hadis-hadis yang yang bertentangan
melalui suatu kaidah yang tepat.
Dengan demikian, kritik hadis tidak dilakukan untuk menguji kebenaran
hadis-hadis dalam kapasitasnya sebagai sumber ajaran Islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW, tetapi untuk mengetahui kebenaran penyampaian informasi
hadis. Oleh karena itu dibutuhkan kritik untuk mengetahui akurasi dan
validitasnya, berasal dari Nabi SAW atau tidak.
2. Tujuan dan objek kritik hadis
Seperti disiplin ilmu yang lain, ilmu hadis juga memiliki tujuan beserta
obyek penelitian. Tujuan kritik hadis adalah untuk menguji dan menganalisis
secara kritis apakah secara historis hadis dapat dibuktikan kebenarannya
berasal dari Nabi atau tidak.
2 Ibid.,
3 al-Jawabi, Juhu>d al-Muh}addithi>n ( Tunis: Muassasat Abd al-Kari>m,1986 M.), 94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Pada taraf operasional kritik hadis, sanad hadis menjadi obyek utama
penelitian, walaupun tujuan akhirnya untuk menguji kebenaran (verifikasi)
matan hadis. Penelitian sanad itu sebagaimana dikatakan Ibn Khaldun (w. 808
H/1406 M),4 telah dilakukan ulama hadis. Jika para pembawa berita adalah
orang-orang yang dapat dipercaya, beritanya dinyatakan valid. Sebaliknya jika
para pembawa berita bukan orang-orang terpercaya, maka berita itu tidak dapat
dijadikan hujjah agama. Oleh karena itu tidak heran bila ulama hadis ketika
melakukan kritik hadis lebih banyak menfokuskan pada kritik sanad dari pada
kritik matan.5
Muhammad al-Ghazali (w. 1996 H.) seorang ulama Mesir kontemporer
juga berpendapat bahwa kegiatan kritik hadis oleh para ahli hadis tercurah pada
aspek sanad, sedang upaya meneliti matan hadis justru dilakukan oleh para
fuqaha> mujtahidu>n.6 Kegiatan kritik matan hadis oleh fuqaha> adalah untuk
kepentingan pencarian landasan normatif penetapan hukum Islam.
Berbeda dengan Muhammad al-Ghazali (w. 1996 M.), Mustafa al-Shibai
(w. 1384 H.)7 Muhammad Abu Shuhbah (w. 1403 H.)
8, dan Nur al-Din Itr
9
berpendapat bahwa ulama hadis tidak menafikan penelitian matan hadis
sebagaimana tercantum dalam syarat-syarat kesahihan hadis, di antaranya
matan hadis harus terhindar dari kejanggalan dan kecacatan. Secara praktis
4 Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun, Muqaddimat ibn Khaldun (Beirut : Da>r al-Fikr,
t.th), 37 5 Lihat Nur al-Din Itr, al-Madkha>l ala > Ulu>m al-H}adi>th (al-Madinat al-Munawarah: al-Maktabat
al-Ilmiyyat, 1972), 14.; Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: Maktabah al-Nahdat al-Mishriyyat,
1975 M), 217. 6 Muhammad al-Ghazali, al-Sunnah al-Nabawiyyat (Kairo:Da>r al-Shuruq, 1989), 15.
7 Mustafa al-Shibai, al-Sunnat wa Maka>natuha> (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat, t.th), 296.
8 Muhammad Muhammad Abu Shuhbat, Difa al-Sunnat Wa Radd Shubah al-Mushtashriqi>n Wa
al-Kutta>b al-Muas}s}iri>n (Kairo: Maktabah al-Azhar, t.th), 46-51. 9 Nur al-Din Itr, al-Madkha>l,... 15-17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
kritik matan tersebut telah ada sejak masa Nabi dan terkenal luas sejak masa
sahabat dan generasi sesudahnya10
. Pengecekan hadis yang dilakukan sahabat
bukan karena mereka curiga terhadap kredibilitas pembawa berita, melainkan
semata-mata untuk meyakinkan bahwa berita atau hadis Nabi benar-benar ada.
Jika diamati kajian dalam beberapa literatur ilmu hadis, pengujian validitas
dan akurasi hadis memang lebih dititik-beratkan pada sanad. Hal ini terbukti
dari kriteria hadis sahih yang lima11
, hanya dua di antaranya yang berhubungan
dengan sanad dan matan, tiga kriteria lain berkenaan dengan sanad saja. Ini
menunjukkan bahwa kritik sanad mendapat porsi yang lebih banyak dari pada
kritik matan.
3. Sejarah Perkembangan Kritik Hadis
a. Kritik hadis pada masa Rasulullah SAW
Kritik hadis yang dilakukan sahabat pada masa Rasulullah SAW dapat
dilihat ketika Umar pernah menanyakan langsung kepada Rasulullah SAW
tentang berita yang didengar dari tetangganya yang menyatakan bahwa
Rasulullah SAW mentalak istri-istrinya. Ketika mendengar berita tersebut
Umar menemui Rasulullah SAW dan menanyakan kepastian kejadiannya,
dan Umar berkata:
10
Salahuddin Muhammad al-Adlabi>, Manhaj an-Naqd ind Ulama al-H}adi>th al-Nabawi> (al-Madinat al-Munawarah: al-Maktabat al-Ilmiyyat, 1972), 4. 11
Lihat: Abu Amr Uthman Ibn Abd al-Rahman Ibn Salah, Ulu>m al-H}adi>th (Madinat: Maktabah al-Islamiyyat, 1972), 10.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
12
Suatu kali kami membicarakan mengenai Ghassan (penguasa Syam)
bahwasannya, ia telah bersiap-siap untuk menyerang kami. Lalu
seorang temanku mendatangi majlis ilmu (untuk mendapatkan
pengetahuan dari Rasulullah) dan pulang pada waktu Isya, ia mengetuk
pintu rumahku dengan keras. Ia berkata: apakah ia sedang tertidur? Aku
terkaget dan keluar menghampirinya. Ia berkata: telah terjadi suatu
peristiwa yang besar. Saya berkata: Apakah itu, apakah Ghasan telah
datang? Ia menjawab: tidak, bahkan lebih besar dan lebih penting dari
itu, Rasulullah telah menceraikan istri-istrinya.
Seusai salat subuh bersama Rasulullah SAW di masjid Nabawi, Umar
minta izin untuk masuk ke rumah beliau dan menanyakan kebenaran berita
tersebut kepada beliau seraya berkata:
13. : Apakah benar Rasul menceraikan istri-istri Rasul? (kata Umar kepada
Rasulullah SAW). Lalu Rasulullah memandang padaku seraya berkata,
Tidak.
Pertanyaan ini muncul karena Umar khawatir bahwa kejadian ini terjadi
pada Rasulullah SAW sehingga Umar mempertanyakan kebenarannya.
Kenyataannya berita ini tidak benar, dibuktikan dengan ungkapan
Rasulullah SAW yang mengatakan: tidak.14
Dalam riwayat Anas ibn Malik disebutkan
12
al-Bukhari, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>, Vol. 2 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyat,t.th) , 105, Kitab al-Maz}alim wa Ghasb, Bab ghurfah wa al-ulliyyat al-mushrifat, no indeks 2468. Hadis Sahih dan para perawinya adalah thiqah. 13
Ibid.,106 14
al-Jawabi, Juhu >d al Muh}addithi>n fi Naqd matn al-H}adi>th al-Nabawi> al-Shari>f..., 97
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
15
Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah SAW meng-ila (bersumpah
untuk tidak menggauli) istrinya selama sebulan. Ketika itu Rasulullah
SAW sedang luka kakinya dan duduk di dalam kamarnya lalu Umar
mendatanginya seraya bertanya: Apakah Rasul menceraikan istri-istri
Rasul? Rasulullah SAW menjawab: Tidak, melainkan saya hanya
meninggalkan mereka selama sebulan, sehingga Rasulullah SAW tidak
menggaulinya selama 29 hari kemudian menggaulinya setelah itu.
Riwayat ini memberikan penjelasan terhadap riwayat pertama bahwa
Rasulullah SAW hanya bersumpah untuk tidak menggauli sebagian istrinya
selama sebulan lamanya dan bukan menceraikannya sebagaimana berita
yang disampaikan oleh Umar.
Berdasarkan contoh ini, dapat dipahami bahwa pada masa Rasulullah
SAW sudah terdapat riwayat yang membutuhkan ketelitian. Dengan kata
lain perlu diadakan kritik terhadap suatu riwayat dengan
mengkonfirmasikan kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, maka
sunnah Rasulullah SAW senantiasa terjaga keotentikannya dan tidak
dicampuri oleh perkataan dan perbuatan orang lain.
Contoh di atas menggambarkan kehati-hatian sahabat menerima riwayat
hadis, karena Rasulullah SAW dengan tegas mengancamnya dengan
neraka:
16 15
al-Bukhari, Sahih al-Bukha>ri>..., Vol. 2, 106 Kitab al-Maz}alim wa Ghasb, Bab Ghurfah wa al-Ulliyyat al-Mushrifat, no indeks 2469.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
Orang yang sengaja membuat kedustaan padaku, maka siap-siaplah
masuk neraka.
Dalam kitab al-Mawd}u>a>t, Ibn al-Jawzi menyebutkan asba>b al-wuru>d
hadis ini melalui riwayat Abdullah ibn Buraidah dari bapaknya
mengatakan:17
sekitar beberapa mil dari Madinah terdapat perkampungan
Bani Laith. Pada masa ja>hiliyat ada seorang laki-laki telah meminang
seorang perempuan Bani Laith, akan tetapi mereka (Bani Laith) tidak
menikahkan dengannya, sehingga laki-laki itu mendatangi Bani Laith lagi
dengan membawa perhiasan seraya berkata: Rasulullah SAW memberikan
perhiasan ini padaku, dan memerintahkan padaku untuk memberi keputusan
terhadap harta dan darahmu. Kemudian lelaki tersebut mendatangi wanita
yang dicintainya, maka Bani Laith mengutus utusan kepada Rasulullah
SAW, dan bertanya tentang hal tersebut, lalu beliau berkata, telah berdusta
musuh Allah, kemudian beliau mengutus seseorang kepadanya dan berkata,
jika kamu mendapatkannya masih hidup, maka penggallah lehernya, dan
jika kamu mendapatinya sudah mati, maka bakarlah mayatnya. Ketika
utusan tersebut datang, dia mendapati lelaki tersebut meninggal karena
digigit ular, lalu Rasulullah SAW bersabda:
16
al-Bukha>ri>, S}ahih al-Bukha>ri>..., Vol 1, 42, Kitab al-Ilm, Bab Ithm Man Kadhdhaba ala al-Nabi SAW no indeks 108, Riwayat Anas. ; Muslim, S}ah}ih Muslim, Vol 1, 6; al-Hakim, al-Mustadrak..., Vol 1, 195; Abu Dawud, Sunan Abu> Da>wu>d..., Vol 2,182, no indeks 1580, Kitab al-Ilm, Bab fi al-Tashdi>d bi al-Kidhb ala Rasulillah SAW, no indeks 3651; al-Turmidhi, Sunan al-Tirmidhi>., Vol 4, 142, no indeks .272, Kitab Fitan, Bab Ma Ja-a fi al-Nahy an sabb al-riyah, no indeks. 2264,2257. hadisnya adalah Hasan sahih, riwayat Masud. ; Ibn Majah, Sunan ibn
Majah..., Vol 1, 26; al-Dharimi, Sunan al-Dha>rimi>..., 76, al-Shafii, al-Risa>lat..., 396; Abu Hanifah, Sharh} Musnad Abi Hani>fah..., 293; Abu Dawud al-T}ayalisi, Musnad Abi> Da>wu>d al-T}aya>lisi>, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat,t.th), 80. 17
Abu Farj Abd Al-Rahman ibn Ali ibn al-Jawzi, al-Mawd}u>a>t, ditahqiq oleh Abd Al-Rahman Muhammad Uthman, Vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyat), 29.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
18
Orang yang sengaja membuat kedustan padaku, maka siap-siaplah
masuk neraka.
Setelah riwayat di atas, Ibn al-Jawzi juga menyebutkan riwayat dari
Abdullah ibn al-Zubair yang menyebutkan bahwa ketika utusan tersebut
berangkat, Rasulullah SAW memanggil kembali dan berkata: Saya telah
memerintahkan kepadamu untuk memenggal lehernya dan membakarnya.
Jika memungkinkan kamu memenggal lehernya, maka penggallah lehernya,
dan jangan kamu membakarnya, karena tiada yang menyiksa dengan api
kecuali Allah. Ketika hujan turun laki-laki tersebut keluar untuk ber-wud}u>
dan di sanalah digigit ular. Ketika kejadian ini disampaikan pada Rasulullah
SAW, beliau berkata: ia di neraka.19
Ada yang berpendapat bahwa penjelasan hadis di atas menunjukkan
adanya seseorang yang sengaja membuat kedustaan terhadap Rasulullah
SAW . Hadis yang menegaskan ancaman Rasulullah SAW dengan neraka
kepada orang yang sengaja berbuat kedustaan terhadap beliau adalah
sangat banyak, antara lain:
20
18
Ibid. 19
Ibid. 20
al-Bukhari, S}ah}i>h} Bukha>ri>, Vol, 1, 42, Kitab al-Ilm, Bab Man Kadhdhaba ala al-Nabi SAW, no indeks.106.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
Diriwayatkan dari Ali bahwa Rasulullah berkata: Janganlah kalian
berdusta atasku. Orang yang berdusta atasku maka ia akan masuk
neraka.
Demikian pula hadis yang berbunyi;
21.
Diriwayatkan dari Amir Ibn Abdullah Ibn Zubair dari bapaknya berkata
pada al-Zubair: Sesungguhnya aku tidak pernah mendengar kamu
berbicara tentang hadis dari Rasulullah SAW seperti yang dikatakan
orang. al-Zubair berkata bahwa aku tidak pernah berpisah dengan
Rasulullah SAW dan aku pernah mendengar (Nabi saw) bersabda:
Orang yang berdusta atasku maka siap-siaplah masuk neraka.
22
Diriwayatkan dari Abd al-Aziz bahwa Anas berkata: sesungguhnya aku
telah dicegah untuk menyampaikan banyak hadis kepada kalian.
Sesungguhnya Nabi bersabda: Orang yang sengaja berbuat kedustaan
atasku maka siap-siaplah masuk neraka.
Demikian pula hadis yang diriwayatkan dari Salamah yang berbunyi;
23
Diriwayatkan dari Salamah bahwa ia mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Orang yang menyandarkan suatu perkataan padaku sedang
aku tidak pernah mengatakannya, maka siap-siaplah masuk neraka.
Selain beberapa hadis yang disebutkan di atas terdapat ayat yang
mengingatkan kita agar senantiasa berhati-hati dan teliti terhadap berita
21
Ibid., 46, no indeks 106 22
Ibid., 46, no indeks 108 23
Ibid., 64, no indeks 109
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
yang disampaikan oleh seseorang, terutama yang berhubungan dengan
masalah agama, di antaranya surat al-Hujurat ayat 6 Allah berfirman:
.
.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah SAW.
kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah
kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada
keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, Sebagai
karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.24
al-Wahidi (w. 456 H.) menyebutkan: ayat ini turun berkenaan dengan al-
Walid Ibn Uqbah.25
Ia menyebutkan riwayat dari al-Harith Ibn Dhirar: Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa al-Harith menghadap Rasulullah SAW.Beliau
mengajaknya untuk masuk Islam. Ia pun berikrar menyatakan diri masuk Islam.
Beliau juga mengajaknya untuk membayar zakat, ia pun menyaggupi kewajiban
itu dan berkata: Ya Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak
mereka masuk Islam dan menunaikan zakat. Orang-orang yang mengikuti
24
Depag, Al Quran Dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah,2002), 846. 25
al-WAlid ibn Uqbah ibn Abu Muit Aban ibn Abi Amr Dakhwan ibn Umayah ibn Abd Al-
Sham ibn Abi Manaf al-Umawi, dia adalah saudara seibu dengan Uthman Ibn Affan,diangkat
sebagai gubenur Kufah oleh Uthman. Beliau bersama dengan saudaranya Khalid ibn Uqbah
masuk Islam pada hari penaklukan kota Mekah. Wafat pada masa kekhalifahan Muawiyah . lihat
Ibn Hajar al-Asqalani, al-Ishabat fi Tamyi>z al-S}aha>bat, jild.2 (Mesir: Muassah Mustafa Muhammad), 638, dan Ibn Saad, Tabaqat al-Kubra>, Jild. 6 (Beirut: Da>r Shadr, 1380 H), 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
ajakanku, akan aku kumpulkan zakatnya. Apabila telah tiba waktunya,
kirimkanlah utusan untuk mengambil zakat yang telah aku kumpulkan itu.
Ketika al-Harith telah banyak mengumpulkan zakat, dan waktu yang sudah
ditetapkan pun telah tiba, tidak seorangpun utusan yang datang menemuinya. al-
Harith mengira telah terjadi sesuatu yang menyebabkan Rasululllah marah
kepadanya. Ia pun memanggil para hartawan kaumnya dan berkata:
Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu untuk mengutus seseorang
untuk mengambil zakat yang telah ada padaku, dan beliau tidak pernah menyalahi
janji. Akan tetapi aku tidak tahu kenapa beliau menangguhkan utusannya itu.
Mungkinkan beliau marah? Mari kita berangkat menghadap Rasulullah Saw.
Rasulullah pada waktu itu telah menetapkan mengutus al-Walid ibn Uqbah
untuk mengambil dan menerima zakat yang berada pada al-Harith. Ketika al-
Walid berangkat, di perjalanan hatinya merasa gentar, lalu ia pun pulang sebelum
sampai tempat yang ditujuan. Ia melaporkan laporan palsu kepada Rasulullah
SAW bahwa al-Harith tidak mau menyerahkan zakat kepadanya, bahkan
mengancam akan membunuhnya.
Kemudian Rasulullah SAW mengirimkan utusan yang lain kepada al-Harith.
Di tengah perjalanan utusan tersebut berpapasan dengan al-Harith dan sahabat-
sahabatnya yang sedang menuju kepada Rasulullah SAW. Setelah berhadap
hadapan, al-Harith bertanya pada utusan itu : Kepada siapa engkau diutus?
Utusan itu menjawab: Kami diutus kepadamu. Dia bertanya : Mengapa?
Mereka menjawab: Sesungguhnya Rasulullah SAW. telah mengutus al-Walid
ibn Uqbah. Namun ia mengatakan bahwa engkau tidak mau menyerahkan zakat,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
bahkan bermaksud membunuhnya. al- Harith menjawab: Demi Allah yang telah
mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya. Tidak ada
yang datang kepadaku. Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah SAW,
bertanyalah beliau: Mengapa engkau menahan zakat dan akan membunuh
utusanku? al-Harith menjawab: Demi Allah yang telah mengutus engkau
dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian. Oleh karena itu turunlah
ayat keenam surah al-Hujurt sebagai peringatan kepada kaum mukmin agar tidak
menerima keterangan dari sebelah pihak saja.26
Pada riwayat lain27
disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengutus al-Walid ibn
Uqbah ibn Abi Muayt } } (wafat pada masa pemerintahan Muawiyah) kepada Bani
Must}aliq, akan tetapi dia kembali kepada Rasulullah SAW dan memberitahukan
kepada beliau bahwa mereka (Bani Musthalaq) telah murtad dan mereka enggan
mengeluarkan zakat. al-Walid menyampaikan demikian karena mengira, ketika
mereka keluar menemui al-Walid ibn Uqbah dengan membawa pedang ingin
membunuhnya sehingga dia kembali ke Madinah. Kemudian Rasulullah SAW
mengutus Khalid ibn al-Walid kepada mereka dan dia memberitahukan kepada
Rasulullah SAW bahwa mereka masih tetap dalam Islam, maka turunlah ayat;
...
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti...28
.
26
Abu al-Hasan Ali ibn Ahmad al-Wahidi, Asba>b al-Nuzu>l, (Kairo: Da>r al-H}adi>th, t.th), 332-333. lihat pula Qamaruddin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-
Ayat al-Quran),(Bandung : CV. Diponegoro, Edisi II,cet X,2009), Ibid.,512-514 27
al-Mizzi>, Tahdhi>b al-Kama>l, Vol. 31,53-56. pdf 28
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
b. Kritik Hadis pada Masa Sahabat
Jika dicermati sikap dan aktifitas para sahabat terhadap hadis Nabi SAW
dan periwayatnya, maka dapat disimpulkan beberapa ketentuan umum yang
dilatarbelakangi oleh para sahabat ketika itu yaitu:
1) Menyedikitkan periwayatan hadis (taqlil al-riwayat), dan periwayatan
hanya boleh pada hal-hal yang diperlukan saja. Sikap ini diperlukan
terutama dalam rangka memelihara kemurnian hadis dari kekeliruan dan
kesalahan. Periwayatan yang banyak dan tanpa batas dapat menyebabkan
terjadinya kekeliruan akibat lupa atau lalai dan hal itu dapat
menjerumuskan pelakunya dalam perbuatan dusta kepada Rasulnya. Hal
ini sangat dikecam oleh beliau sebagaimana diungkapkan dalam
sabdanya:
29 Orang yang sengaja membuat kedustaan atasku maka siap-siaplah
masuk neraka.
2) Berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan riwayat hadis,30
sebagaimana yang pernah dilakukan Abu Bakar ketika didatangi seorang
nenek yang meminta bagian dari warisan. Abu Bakar tidak memberikan
bagian nenek tersebut begitu saja, karena tidak menemukan hak warisan
bagi seorang nenek dalam al-Quran dan sunnah. Kemudian beliau
tanyakan kepada sahabat lain, maka berdirilah al-Mughirah seraya
berkata: saya telah mendapati Rasulullah SAW memberinya seperenam.
29
al-Bukha >ri>, S}ah}i>h} al-Bukha>ri, Vol. 1 (Beirut: Da>r al-Fikr,t.th.),38. no indeks 107, Kitab al-ilm, Bab ithm Man Kadhdhaba ala> al-Nabi SAW; Abu> Da>wu>d, Sunan Abu> Da>wu>d, Vol.2 (Beirut: Da>r al-Fikr,t.th.), 182. no indeks. 3651. 30
Nur al-Din Itr, Manhaj al-Naqd Fi> Ulu>m al-H}adi>th..., 52
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
Kemudian Abu Bakar bertanya lagi apakah ada orang lain yang
meriwayatkan? Muhammad Ibn Maslamah menyampaikan hal serupa
untuk memperkuat perkataan al-Mughirah.31
Demikian pula Umar Ibn
Khattab, ketika mendengar Abu Musa menyampaikan hadis Rasulullah
SAW yang redaksinya: Jika di antara kalian meminta izin untuk
memasuki suatu rumah sebanyak tiga kali lalu tidak diizinkan hendaklah
ia kembali. Mendengar riwayat ini, Umar ibn Khattab meminta
kesaksian kepada para sahabat lain yang dapat mendukung riwayat Abu
Musa. Kemudian Ubay ibn Kaab berkata bahwa Rasulullah SAW
memang pernah mengatakan demikian.32
3) Kritik terhadap matan hadis (naqd al-matn). Kritik terhadap matan hadis
ini dilakukan oleh para sahabat dengan cara membandingkan antara
matan hadis dan nas} al-Quran. Jika terdapat pertentangan antara
keduanya, maka mereka menolak riwayat hadis tersebut.33
Salah satu
contoh adalah sikap Umar ibn al-Khatab yang diriwayatkan oleh
Muslim.34
Dalam riwayat tersebut dinyatakan bahwa Umar ibn Khattab
pernah mendengar hadis yang berasal dari Fatimah bint Qaish35
, yang
menceritakan bahwa dia pernah ditalak tiga oleh suaminya, lalu
Rasulullah SAW tidak menganjurkan memberinya tempat tinggal dan
31
al-Tirmidi, Sunan al-Tirmidhi>, Vol. 4. (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th) 419-450, Kitab al-fara>id, Bab Ma ja>a fi marath al-jadda. 32
al-Bukhari, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>..., Kitab al-istidhan Bab Taslim wa al-istidan thala >than. 33
Nur Al-Din Itr, Manhaj al-Naqd fi Ulu>m al-H}adi>th..., 53 34
Kisah Umar Dan Fatimah bint Qaisy dapat dilihat dalam S}ah}i>h} Muslim bi Sharh} al-Nawawi>, Kitab T}ala>q Bab Mut}alliqi>n Thala>than la Nafaqa lahu, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1995), Jild 5, 85. 35
Beliau bernama Fatimah ibnt Qaisy ibn Khalid al-Quraysyah al-Fahriyah. Ia termasuk golongan
muhajirat dan terkenal dengan kecantikannya. Pernah menikah dengan Abu Bakar Ibn Abdullah
al-Makhzumi kemudian bercerai, dan selanjutnya dinikahi oleh Usamah ibn Zaid, selama hidupnya
ia meriwayatkan 34 hadis. Lihat Ibn Hajar, al-Is}abat fi Tamyi>z al-S}ahabat, jild 4. 374.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
nafkah. Mendegar hal itu, Umar berkata: kita tidak boleh meninggalkan
kitab Allah (al-Quran) dan sunnah Nabi SAW karena hanya perkataan
perempuan ini. Kita tidak tahu mungkin saja wanita ini lupa bahwa
baginya (perempuan yang ditalak tiga) mendapat tempat tinggal dan
nafkah. Umar dalam hal ini tetap memberikan hak tempat tinggal dan
nafkah bagi perempuan yang ditalak. Keputusan ini didasarkan pada
firman Allah dalam surat al-Talaq ayat 1:
...
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah
mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji
yang terang...36
Sebelum terjadinya fitnah dalam kehidupan umat Islam, para sahabat
belum melakukan kritik sanad hadis karena sejak masa Rasulullah SAW
sampai terjadinya fitnah terhadap Uthman belum terjadi saling membohongi
antara mereka. Setelah terjadi fitnah pada masa khalifah Ali, umat Islam
terpecah ke dalam beberapa aliran politik, dan mulailah mengantisipasi
serta menjaga terjadi kedustaan terhadap Rasulullah SAW, maka para
Sahabat dan tabiin mulai meminta keterangan tentang orang-orang yang
menyampaikan hadis.37
Imam Muhammad ibn Sirin (w. 110 H.) 38
menyebutkan;
Sebelum terjadi fitnah para sahabat tidak menanyakan sanad (perawi).
Namun setelah terjadi fitnah mereka menanyakan nama perawi padaku,
kemudian menyelidikinya dan mengambil riwayat ahl al-sunnah (orang
36
Depag, al Quran Dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah,2002), 945. 37
Muhammad Ajjaj al-Khatib, al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n..., 220 38
Muhammad ibn Sirin Adalah Seorang Tabiin, Lahir Pada Tahun 33 H, Dan Wafat Pada Tahun
110 H. Lihat al-Dhahabi, Tadhkirah al-H}uffaz}, (Beirut: Da>r Ihya al-Turats al-Arabi,), jild 1, 77.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan menolak
riwayat dari ahli bidah).39
Pernyataan tersebut di atas tidak berarti bahwa para sahabat dan tabiin
tidak menyebutkan sanad ketika ia meriwayatkan hadis. Di antara mereka
ada yang terkadang menyebutkan sanad dan ada yang tidak
menyebutkannya, karena mereka masih teguh memegang amanah dan
terdapat saling percaya.
Para sahabat, yang menyebar ke berbagai daerah kekuasaan Islam,
senantiasa mengajarkan hadis yang pernah didengar dari Rasulullah kepada
tabiin, dan para tabiin yang menuntut ilmu dapat mendengar hadis
langsung dari Sahabat yang berdomisili di wilayahnya. Bahkan ketika
tabiin mendengar hadis dari tabiin lainnya dan bukan dari Sahabat, mereka
dapat menanyakan langsung kepada Sahabat untuk memastikan
kebenarannya.
Banyak di antara tabiin yang mengadakan perjalanan untuk menemui
Sahabat yang ada di tempat lain, demi mendengar dan memastikan
kebenaran suatu hadis.40
Hal ini sebagaimana diungkapkan Abu al-Aliyah:
Kami mendengar riwayat dari salah seorang sahabat Rasulullah ketika di
Bashrah melalui seorang tabiin, akan tetapi kami tidak rida menerimanya
sebelum kami berangkat ke Madinah dan mendengar langsung dari Sahabat
tersebut. Bahkan banyak Sahabat yang berangkat untuk menemui Sahabat
yang lainnya untuk mendengar riwayat dari padanya, seperti Abu Ayub
39
Imam al-Nawawi, Muqaddimah S}ah}ih} Muslim bi Sharh} al-Nawa>wi>..., Jild 1, 19. 40
Muhammad Ajjaj al-Khatib, al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n ....., 226-227.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
berangkat ke Mesir untuk menemui Uqbah ibn Amir.41
Demikian pula
Jabir ibn Abdullah mengadakan perjalanan menemui Abdullah ibn Unais
untuk menanyakan suatu hadis.42
Dalam mengkritik hadis ada beberapa sahabat yang sangat terkemuka,
seperti Umar ibn al-Khattab (w. 23 H.) dan Ali ibn Abi Talib (w. 40 H).43
Selain dua sahabat tersebut, dalam kitab al-Ka>mil fi> al-D}uafa>, Ibn Adi> (w.
365 H.) menyebut sahabat lain yang banyak memberikan kritikan terhadap
beberapa hadis. Mereka adalah, Ubadah ibn Shamit (w. 34 H.), Abdullah
ibn Salam (w. 43H), Aisyah (w. 58 H), Abdullah ibn Abbas (w. 68 H.) dan
Anas ibn Malik (w. 93 H). Para sahabat tersebut banyak mengkritik matan
hadis karena bertentangan dengan konteks al-Quran sebagai sumber hukum
pertama yang telah diyakini ke-mutawatir-annya, sehingga tidak mungkin
terjadi kesalahan dan kekeliruan di dalammya.
Meskipun para sahabat tersebut di atas berbeda tingkat kecerdasannya,
mereka senantiasa berkomitmen untuk menjaga keotentikan hadis. Umar ibn
Khattab dan Ali misalnya, meski tanggung jawab yang diemban keduanya
sebagai pemimpin perang pada masa hidup Rasulullah SAW dan menjabat
sebagaimana Khalifah pasca wafatnya Rasulullah, keduanya tetap
meriwayatkan beberapa hadis. Umar meriwayatkan 537 hadis, dan Ali
meriwayatkan 536 hadis.44
Secara kuantitas, jumlah ini tergolong sedikit,
41
Abu Umar Yusuf ibn Abd al-Barr, Jami Baya>n al-Ilm wa Fad}a>il, Jild 1 (Mesir: Ida>rah al-Matbaah Amuniriyah, t.th), 93. 42
Ibid., 93, Ibn Hajar, Tahdhi>b al Tahdhi>b..., Vol. 5, 149-150. 43
Muhammad Ibn Hibban al-Basti, Kitab al-Majru>hi>n min al-Muh}addithi>n wa al-Duafa wa al-Matru>ki>n, jild 1 (Halab: Da>r al-Wati, t.th). 38 44
Ibn Saad, Tabaqat al-Kubra>, Jild 2 (Beirut: Da>r al-Sadr, 1380 H), , 352-353.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
akan tetapi kalau kita melihat sosok sahabat tersebut banyak menangani
urusan militer dan politik, maka jumlah hadis yang diriwayatkan termasuk
banyak.
Dalam usahanya menjaga keotentikan hadis, Umar ibn Khattab pernah
mengkritik Fatimah bint Qays yang telah meriwayatkan hadis yang
menyebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak memberikan tempat tinggal dan
nafkah kepada istri yang ditalak tiga. Hadis tersebut adalah;
45
Diriwayatkan dari Abi Ishaq berkata; aku duduk bersama al-Sawad ibn
Yazid di majid lalu datang al-Syabi dan menceritakan tentang hadis
Fatimah ibnt Qays bahwa Rasulullah SAW tidak memberikan tempat
tinggal dan nafkah bagi istri-istrinya yang ditalak tiga.
Menanggapi hal ini, Umar berkata;
-- )
46
Kita tidak boleh meninggalkan kitab Allah dan sunnah Nabi SAW
hanya karena perkataan perempuan ini. Kita tidak tahu, mungkin saja
wanita ini mengingat atau justru lupa bahwa baginya (yang ditalak tiga)
mendapatkan tempat tinggal dan nafkah. Allah berfirman: Janganlah
kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (izin)
ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang.
45
Muslim, S}ah}ih} Muslim,... Vol. 4, 198, Kitab Talaq, Bab Mut}allaqah thalatha la nafaqa laha, no indeks, 2717. 46
Ibid,. Hadis sahih dan para perawinya adalah thiqah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
Umar dalam hal ini tetap memberikan hak tempat tinggal dan nafkah.
Keputusan Umar ini didasarkan pada firman Allah dalam surah al-Thalaq
ayat 1;
...
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah
mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji
yang terang.47
Sebagai sikap kehati-hatian dalam menjaga hadis, Ali pernah berkata,
sebagaiamana yang ditulis dalam kitab Nahj al-Bala>ghah dan dikutip oleh
al-Jawabi48
: Sesungguhnya hadis yang pernah datang kepadamu melalui
beberapa orang, diantaranya:
a. Melalui orang munafik yang menampakkan keimanan, berpura-pura
masuk Islam, ia tidak merasa berdosa sengaja berdusta kepada Nabi
SAW. Jika ada seseorang yang mengetahui bahwa ia adalah orang
munafik dan pendusta, maka hendaknya tidak mempercayainya dan
menolaknya.
b. Melalui orang yang mendengar dari Rasulullah SAW kemudian ia
keliru karena tidak menghafalnya secara tekstual, dan dia berdusta
secara tidak sengaja, dia meriwayatkan dan mengamalkan apa yang
telah diriwayatkannya seraya berkata: Saya mendengarnya dari
Rasulullah SAW. Seandainya ada orang Muslim mengetahui bahwa ia
keliru dalam meriwayatkan hadis, hendaklah tidak menerimanya.
47
Depag, al Quran Dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah,2002), 945. 48
al-Jawa>bi>, Juhu>d al-Muh}addithi>n fi naqd al-H}adi>th al-Nabawi> al-Shari>f (Amman: Muassasah al-Karim Ibn Abdullah), 137-138.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
Ali pernah melakukan kritik terhadap hadis yang bertentangan
dengan al-Quran secara tekstual, Beliau telah mengkritik Maqal ibn
Sinan al-Ashjai tentang hadis yang menyebutkan adanya mahar bagi
istri yang meninggal suaminya sebelum dicampuri. Ali berpendapat
bahwa tidak ada mahar bagi seorang istri yang ditinggal mati oleh
suaminya sebelum ia dicampuri. Oleh karena itu tatkala disampaikan
pada Ali tentang hadis Maqil ibn Sinan al-Ashjai yang mengatakan:
49
Nabi SAW menetapkan mahar, warisan dan iddah terhadap Birwa
bint Washiq.
Ali mengatakan, kita tidak mungkin menerima perkataan seorang Arab
Badui yang kencing di atas kedua tumitnya, terhadap sesuatu yang
menyalahi al-Quran dan hadis.50
Ali mengkritik hadis ini karena
bertentangan dengan al-Quran surat al-Nisa ayat 24:
... Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban...51
Demikian pula Aisyah Umm al-Muminin (w. 58 H) yang meriwayatkan
2210 hadis, dan banyak mengetahui tentang al-Quran, sering menjadi
49
al-Nasai, Sunan al-Nasa>i>, Vol. 3 (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th), 317, Kitab al-nikah, Bab ibahah al-tazawwaj bi ghairi s}adaqah. no indeks 3302, Hadis ini Sahih dan para perawinya adalah thiqah. 50
Ahmad Ibn Ali al-Shawkani, Nayl al-Awt}a>r Sharh}} al-Muntaq al-Akhbar, (Mesir: Maktabah al-Qahirah, 1398 H/1978 M), 359. 51
Depag, al Quran Dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah, 2002), 121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
tempat bertanya tentang masalah yang muncul ketika itu. Bahkan beliau
adalah kritikus hadis yang dapat memberitahukan kesalahan yang terdapat
dalam matan hadis.52
. Diantara kritikannya adalah terhadap Abu Hurayrah
yang menyebutkan hadis bahwa penyebab kesialan ada tiga macam
sebagaimana disebutkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya:
53.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa suatu ketika ada dua orang
menjumpai Aisyah lalu berkata kepadanya bahwa Abu Huraarah
menceritakan bahwa Nabi SAW pernah berkata, sesungguhnya
penyebab kesialan adalah perempuan, kuda dan tempat tinggal.
Mendengar ucapan ini, Aisyah berkata:
54 Demi yang menurunkan al-Quran kepada Abu Qasim, Nabi SAW
tidak pernah mengatakan demikian melainkan mengatakan
sesungguhnya orang jahiliah mengatakan bahwa penyebab kesialan
adalah perempuan, kuda dan tempat tingal kemudian Aisyah membaca
al-Quran surat al-hadi>d ayat 22.
Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi, (dan tidak pula) pada diri
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh al- mahfud) sebelum
kami menciptakannya55
.
52
Ibn Saad, T}abaqat al-Kubra>..., Jild 2, 352-353. 53
Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal..., , 246, Kitab baqi musnad al-ans}ar, Bab bagi Musnad al-Sa>biq, no indek 150. hadis ini adalah sahih 54
Ibid. 55
Depag, al Quran Dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah,2002), 904.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Dengan penjelasan Aisyah (w.58 H.) terhadap hadis Abu Hurairah (w.
58 H.) ini dapat diketahui bahwa yang berasumsi demikian (penyebab
kesialan) adalah orang-orang Jahiliyah. Aisyah mengkritik hadis ini karena
ada sesuatu yang tertinggal dan tidak disebutkan oleh Abu Hurairah,
sehingga hadis tersebut beralih dari makna al-khas (yakni orang Jahiliyah
yang berpendapat demikian) ke makna al-am (umum), akhirnya dengan
ayat 22 surat al-Hadid.56
Demikian pula Abdullah ibn Abbas (w. 68 H), meskipun ia tidak lama
hidup bersama Rasulullah, Rasulullah SAW pernah mendoakan agar Allah
mengajarkan hikmah kepadanya. Kemudian ia tumbuh sebagai penuntut
ilmu sehingga terkenal dengan penafsiran al-Quran dan ilmu fiqh serta
banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW dan Sahabat hingga
mencapai 1660 hadis. Setelah keluar dari Madinah, ia berangkat ke Bashrah,
Mekkah dan T}aif untuk mengumpulkan hadis. Salah satu kritikannya
terhadap Amr al-Ghifari adalah tentang hadis yang menyebutkan bahwa
Rasulullah SAW mengharamkan keledai piaraan. Dalam mengkritik hadis
tersebut, Ibn Abbas berdalil pada ayat 145 surah al-Anam;
Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
56
Lihat Badr al-Din al-Zarkashi>, Ija>bat li Ira>dat Mimma Istadrakathu al-Sayyidat A>ishat ala S}ah}a>bat, Ditahqiq oleh Said al-Afghani (Beirut: Maktabat al-Islami,1400H/1980M), 104.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor, atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah.57
Menurut ibn Abbas58
, ayat ini menunjukkan tidak diharamkannya
memakan daging keledai. Hal tersebut bertentangan dengan hadis yang
diungkapkan Ibn Amr al-Ghifari.
Demikian pula Abd al-Rahman ibn al-Harith pernah mengkritik Abu
Hurairah (w. 58 H.) dalam suatu riwayat hadis :
59
Diriwayatkan dari Abu Bakar bahwa aku pernah mendengar Abu
Hurairah berkata: Seseorang yang mendapati fajar dalam keadaan
junub, hendaklah ia tidak berpuasa.
Ketika Abd al-Rahman menerima riwayat hadis tersebut, dia
mengingkarinya, lalu mendatangi Aisyah (w. 58 H.) dan Ummu Salamah,
kemudian Abd al-Rahman bertanya kepada Aisyah dan Ummu Salamah,
keduanya menjawab.
60
Suatu pagi Nabi SAW berjunub bukan karena mimpi, kemudian beliau
berpuasa.
57
Depag, al-Quran dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah,2002), 212. 58
Muhammad Ibn Ahmad al-Qurtubi, al-Ja>mi al-Ahka>m al-Qura>n, (Mesir: Da>r al-Qalam, 1386 H/1966 M), Jild 7, 117. 59
Muslim, Sahih Muslim..., Vol. 1,Kitab al-s}iya>m, Bab s}ih}h}ah} al-s}awm man t}alaa alayhi al-fajr wa huwa junub. no indek 1874 60
al-Nawawi, Sharh} S}ah}i>h} Muslim, Vol. 7, 155, no indeks 1109.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
Setelah itu Abd al-Rahman menyampaikan pendapat
Aisyah dan Ummu Salamah kepada Abu Hurairah, maka
beliau berkata:
. .
61. Apakah keduanya yang mengatakan demikian padamu. Abd al-
Rahman menjawab: Ya, Abu Hurairah berkata; Keduanya lebih
mengetahui kemudian mengembalikan apa yang dikatakan itu kepada
al-Fadl ibn al-Abbas dengan mengatakan; hal itu aku dengar dari al-
Fadl dan bukan mendengar Nabi SAW.
Pada hadis lain disebutkan oleh al-Tirmidhi;
62 Diriwayatkan dari Abd al-Rahman ibn al-Haris ibn Hisham bahwa
Aisyah dan Ummu Salamah (keduanya istri Nabi SAW) memberi tahu
padaku bahwa Nabi SAW mendapati fajar sedang dia dalam keadaan
junub kemudian beliau mandi lalu berpuasa.
Riwayat Abu Hurayrah ini juga bertentangan dengan ayat 187 surat al-
Baqarah;
61
Ibid. 62
al-Tirmidhi,Sunan al-Tirmidhi>..., Vol. 1,550, Kitab al-S}aum, Bab Ma Jaa fi al-Junub Yudrikuhu al-Fajr wahuwa Yuri>du al-S}aum, no indeks 779. Menurut al-Tirmidhi Hadis Aisyah dan Ummu Salamah ini adalah H}asan S}ah}i>h}.; al-Bukhari, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>, Vol.1, 455, Kitab al-S}aum, Bab al-S}a>i yusbihu Junuban no indeks 1926.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan
Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam.63
Ayat ini membolehkan makan, minum dan hubungan badan hingga
terbit fajar. Ketika Rasulullah SAW wafat, semua urusan agama dan umat
dilanjutkan oleh sahabat sebagai generasi penerus dakwah Rasulullah dalam
menyebarkan Islam ke penjuru dunia. Dapat dikatakan bahwa sejak
wafatnya Rasulullah SAW, problematika umat mulai muncul dan sangat
beragam, mulai masalah politik sampai masalah yang berhubungan dengan
al-Quran dan hadis.
Problematika yang berhubungan dengan hadis antara lain adalah adanya
hadis-hadis yang secara kontekstual bertentangan dengan al-Quran, bahkan
antara hadis yang satu dengan yang lainpun ada yang bertentangan. Puncak
problematika ini adalah pada khalifah Ali ibn Abi Thalib. Ketika itu terjadi
pertentangan politik antara Ali dan Muawiyah yang pada masa berikutnya
memicu timbulnya berbagai hadis palsu yang mendukung tiap-tiap golongan
yang bertikai dan menjelekkan golongan lain.64
Di antara hadis yang
dianggap palsu adalah hadis yang diucapkan orang Shiah tentang adanya
wasiat kekhalifahan terhadap Ali:
65
63
Depag, al Quran Dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah, 2002), 45. 64
Muhammad Ajjaj al-Khatib, al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n, 188. 65
Abu al-Farj Abd Al-Rahman Ibn Ali Ibn al-Jawzi, al-Mawdu>a>t, , Jild, 1 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyah), 280,bab fi> fad}a>il Ali> Alaihi al-Sala>m, hadis yang ke 24.; al-Suyuti, al-Laa>li> al-Masnu>at, Vol. 1, 358.; al-Kinani, Tanzih al-Shari>at, Vol.1, 356.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
Orang yang menerima wasiatku, tempat rahasiaku, pengganti saya di
keluargaku, dan sebaik-baik pengganti sesudahku adalah Ali ibn Abi
Talib.
66
Sesungguhnya setiap Nabi SAW memiliki wasiat dan pengganti,
wasiat dan penggantiku adalah Ali bi Abi T}alib.
Sementara kelompok lainnya merasa bahwa hadis palsu di atas
memojokkan Abu Bakar, Umar, Uthman dan Muawiyah, dan mereka
membalas hadis palsu pula yang mengangkat derajat golongan mereka. Di
antara hadis tersebut adalah:
: 67
Tatkala Allah memirajkan saya kelangit saya memohon, ya Allah
jadikanlah Ali sebagai khalifah setelahku, maka langit berguncang dan
para malaikat di berbagai penjuru berteriak padaku, wahai Muhammad
bacalah wa ma tashauna illa an yasha Allahu (kamu tidak memiliki
kehendak melainkan hanya Allah yang memiliki kehendak) dan Allah
telah menghendaki Abu Bakar menjadi khalifah setelahmu.
68 :
Diriwayatkan dari Ibn Umar, aku melihat Rasulullah SAW bersandar
kepada Ali kemudian ketika itu Abu Bakar, Umar datang, lalu
Rasulullah SAW berkata kepada Ali wahai Abu al-Hasan! Aku
66
Ibid., jilid 1, 282, dan Jalal al-Din al-Suyut}i, al-Laa>li> al-Mas{nu>ah fi al-Ah}adi>th al-Mawd}u>ah, jild 1(Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat,t.th) 3. 67
Ali al-Kinani, Tanzi>h al-Shari>ah al-Marfu>ah al-Akhba>r al-Shani>ah al-Mawdu>ah, jild 1 (Kairo: Maktabah al-Qahirah, 1378 H), 345. 68
Ibn Jawzi, al-Mawdu>a>t,... jild 1, 241. al-Shaukani, Nail al-Aut}ar, Sharh Muntaq al-Khaba>r, 338.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
mencintai keduanya dengan mencintai keduanya kamu akan masuk
surga.
69
Tiada pohon dalam surga melainkan tertulis pada setiap daunnya (la
ilaha illa Allah uhammad Rasulullah SAW, Abu Bakar al-Siddiq, Umar
al-Faruq dan Usman Du al-Nurain).
Sebagian pengikut Muawiyah pun berusaha membuat hadis palsu untuk
mendukung golongannya, antara lain:
70
Rasulullah SAW mengambil pena dari tangan Ali kemudian
memberikan kepada Muawiyah.
71 :
Orang yang dapat dipercaya di sisi Allah ada tiga, yaitu saya
(Rasulullah SAW), Jibril dan Muawiyah
72
Jibril pernah mendatangi Rasulullah dengan sehelai daun yang harum,
berwarna hijau bertuliskan la ilaha illa Allah, Muhammad al-Rasulullah , cinta kepada Muawiyah adalah wajib atas hambaku.
Dalam menyikapi hadis sebelum terjadinya fitnah, para Sahabat
memiliki pandangan dalam mentakwil atau menerima dan menolak suatu
69
Ibid., 251.; al-Shawkani, Fawa>id al-Majmu>ah fi al-Ah}}adi>th al-Mawdu>ah, ditahqiq oleh Abdullah ibn Yahya al-Yamani (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat,1380 H/1960 M), 403. 70
al-Shawkani, al-Fawaah fi al-Ah}adi>th al-Mawdu>ah,... 403 71
Ibn Al-Jawzi, al-Mawdu>a>t,... Vol. 1, 330. 72
Ali al-Kinani, Tanzi>h Al-Shari>ah al-Marfu>ah an al-Akhba>r al-Mawdu>ah,... jild 2, 21, no indeks 48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
hadis. Ketika mereka menemui hadis yang bertentangan dengan al-Quran,
atau bertentangan dengan riwayat sahabat lain yang lebih thiqah, mereka
menolaknya. Dengan demikian, mereka mengindikasikan bahwa
pertentangan tersebut dapat muncul kerena adanya suatu kesalahan dan
kehilafan dan pendengaran yang kurang normal dari perawi, sehingga ketika
menyampaikan kepada orang lain akan terdapat perubahan pada lafal dan
makna.73
Untuk mengetahui metode atau kaedah para sahabat dalam mengkritik
matan hadis, dapat diketahui dengan melihat kembali problematika yang
muncul ketika itu dan solusi yang ditempuh mereka dalam mengatasi
problema karena mereka lebih mengetahui sunnah.
al-Da>rimi> (w. 255 H.) mengungkapkan tiga metode yang digunakan
sahabat untuk kritik matan yaitu :74
a. Jika hadis tersebut bertentangan dengan al-Quran
b. Jika hadis tersebut bertentangan dengan hadis lain yang lebih sahih
c. Jika hadis tersebut bertentangan dengan akal
Sebagai penjelasan lebih lanjut, berikut ini disebutkan beberapa contoh
yang dapat memberikan yang lebih mendalam dalam memahami kaedah
kritik hadis, sebagai berikut:
a. Hadis bertentangan dengan al-Quran
73
al-Da>rimi>,Sunnan al-Da>>rimi>, (Indonesia:Maktabat Dahlan ,t.th) 55. 74
Ibid., 61,79, dan 95.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Metode pertama yang digunakan oleh sahabat adalah ketika mereka
menemukan hadis yang bertentangan dengan al-Quran, dan keduanya
tidak dapat dikompromikan, mereka menganggap hadis tersebut tidak
sahih. Dengan demikan al-Quran adalah tolok ukur dalam menerima
segala macam hadis. Oleh karena itu, bila mereka menemukan riwayat
yang bertentangan dengan al-Quran, mereka tidak menerima dan tidak
mengamalkannya. Misalnya kritikan Aisyah terhadap Umar ibn al-Khattab
tentang orang mati disiksa karena adanya tangis keluarga yang ditinggal.
Umar ibn Khattab pernah meriwayatkan hadis ini dari Rasulullah yang
mengatakan;
75 Sesungguhnya orang mati akan disiksa karena tangisan keluarganya.
Ketika Umar ibn al-Khattab meninggal, Ibn Abbas mengungkapkan
hadis ini kepada Aisyah, lalu Aisyah berkata; semoga Allah memberi
rahmat kepada Umar, demi Allah, Rasulullah SAW tidak pernah
mengatakan bahwa orang mukmin ini akan disiksa oleh Allah karena tangis
keluarganya, akan tetapi Rasulullah mengatakan sesungguhnya Allah akan
menambah siksaan orang kafir kerena tangisan keluarganya. Kemudian
Aisyah menyampaikan sural al-Anam ayat 164:
75
al-Bukhari, S}ah}ih} al-Bukha>ri>, Vol. 1, 307 Kitab al-jana>iz, Bab Qaul al-Nabi saw yuaddib al-mayyit bi bukai ahlihi, no indek 1286.; al-Nasai: Sunan al-Nasa>i >, jild. 2/Vol. 3(Beirut: Da>r al-fikr,t.th),16-17, no indeks 1844, 1846.; al-Nawawi, S}ah}i>h} Muslim Bi Sharh al-Nawawi>,Vol. 5 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat, t.th), 203.; Abd Allah ibn Abd al-Rahman al-Bassa>m, Tawd}i>h al-Ahka>m min Bulugh al-Mara>m, Vol. 3(Makkah: Maktabatal-Asdi>,1423H/2003H), 2.; Abd Allah ibn Abd al-Rahman al-Bassam, Tawd}}i>h al-Ahka>m min Bulugh al-Mara>m, Vol. 3(Makkah: Maktabat al-Asdi>, 1423M/2003H), 264.; Abi al-Abbas Shihab al-Din Ahmad ibn Abd al-Latif al-
Zabaydi>, Muhtas}ar S}ah}i>h} al-Bukhari> al-Musamma> al-Tajri>d al-S}ari>h, 130, no indeks 634/1288.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
... Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
76
Maksud ayat tersebut adalah bahwa setiap orang memikul dosanya
sendiri-sendiri. Dalam riwayat Amrah bint Abd al-Rahman disebutkan
bahwa pernah disampaikan kepada Aisyah riwayat dari Abdullah ibn Umar
yang mengatakan;
77
Sesungguhnya orang yang meninggal akan disiksa karena tangisan
orang yang masih hidup.
Mendengar ucapan ini, Aisyah berkata: suatu ketika jenazah seorang
perempuan Yahudi yang sedang ditangisi oleh keluarganya78
, lewat di
hadapan Rasulullah SAW maka Rasulullah SAW berkata:
79
Mereka (orang Yahudi) menangisinya dan dia (mayat) akan disiksa
dalam kuburnya.
Kelihatannya Aisyah mengkritik riwayat Umar dan Ibn Umar karena
kedua riwayat tersebut menunjukkan keikutsertaan perbuatan seseorang
76
Depag, al-Quran Dan Terjemahnya (Surabaya: Penerbit al-Hidayah, 2002), 217. 77
al-Bukhari, S}ah}i>h} Bukha>ri>...,Vol. 1, 209 , no indek 1290, Kitab al-Jana>iz, Bab Qawl al-Nabi> Yuadhib al-Maiyit.; Ibn al-Hajar, Fath al-Ba>ri>, Vol. 3, 200-201.; Abi Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Ghozali, al-Wasi>t}} fi> al-Madhhab, Vol. 1(Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat, t.th), 363.; al-Nawawi, S}ah}i>h} Muslim bi Sharh al-Nawawi>, Vol. 5 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat,t.th), 203, no indeks 927.; Muhyid al-Din Abi Jafar Ahmad ibn Abd Allah al-Tabari,
Gho>yat al-Ahka>m fi> Ah}a>di>th al-Ahkam, Vol. 4 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat, t.th), 71-74.; Muhamamad ibn Abd Allah al-Khatib al-Tibrizi, Mishka>t al-Mas}a>bi>h, Vol. 1 (Beirut:Da>r al-Kutub al-Isla>mi>, t.th), 545-546. al-Shafii, Marifat al-Sunan wa al-A>tha>r, Jild 3(Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat,t.th), 199-201. 78
Musfir Azm Allah al-Damini, Maqa>yi>s Naqd al-Mutu>n al-Sunnah, (Riyad: t.p, 1984 M./1404 H.), 62. 79
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
yang masih hidup, menjadi beban tanggung jawab seseorang yang sudah
meninggal. Hal ini bertentangan dengan ayat al-Quran yang menunjukkan
bahwa setiap orang akan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
Aisyah melihat dua riwayat tersebut tidak menyebutkan asba>b al-wuru>d al-
h}adi>th, sehingga mendatangkan perubahan makna, yaitu dari yang khusus
(berlaku bagi orang Yahudi) ke umum ((bagi setiap Muslim)
Pada riwayat lain ditanyakan kepada Aisyah tentang riwayat Ibn
Abbas, Aisyah mengatakan: telah terdapat kesalahan dan kehilafan
sesungguhnya Rasulullah bersabda; dia (orang Yahudi) akan disiksa karena
doa dan kesalahan keluarganya sedang menangisinya saat ini.80
Dalam
riwayat lain Aisyah berkata semoga Allah mencurahkan rahmat kepada
Abd al-Rahman (Umar), sesungguhnya ia tidak berdusta melainkan lupa
atau salah.81
Semua riwayat di atas menunjukkan adanya kekhilafan dan kesalahan
Umar (w. 32 H.) dan Ibn Umar dalam menyampaikan riwayat, dan tidak
terdapat unsur kesengajaan dalam meriwayatkan hadis.
a. Hadis bertentangan dengan hadis lain yang lebih sahih
Para sahabat menjadikan al-Quran sebagai standar dalam menetapkan
kesahihan suatu hadis, maka mereka menolak hadis yang bertentangan
80
al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Vol. 1, 209, Kitab jana>iz, bab qaul al-nabi saw yuaddiba al-mayyit bibadi bukai ahli alaih, no indeks. 1288.; Ibn al-Hajar, Fath al-Ba>ri>, Vol.3 (t.t: Maktabat Mis}r, 1421H/2001M), 221, no indeks 1288.; Muslim, Sahih Muslim..., Kitab Jana>iz, Bab Qaul al-Nabi saw yuaddiba al-mayyit bibadi bukai ahli alaih, no indeks, 26, 81
Muslim, Sahih Muslim...,Vol ,369 Kitab jana>iz, Bab al-Mayyid Yuaddiba bi Bukai Ahli ahlihi, no indeks, 27,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
dengan al-Quran, dan mereka meyakini bahwa hadis yang benar
bersumber dari Rasulullah, tidak akan bertentangan dengan al-Quran.
Namun ketika sahabat menemukan hadis yang bertentangan dengan
hadis lain, mereka mengkompromikan antara satu riwayat dengan riwayat
lainnya, atau mentarji>h salah satu di antara riwayat yang bertentangan.
Dalam men-tarjih salah satu riwayat yang bertentangan, mereka
menempuh beberapa cara:
1) Menanyakan langsung kepada yang dianggap lebih berkompeten dalam
mengetahui riwayat.
2) Mendatangkan riwayat lain yang mendukung salah satu hadis yang
bertentangan
3) Mendahulukan riwayat s}ahib al-qisa>h (pelaku kisah).
Berikut ini ada beberapa contoh dari sikap sahabat dalam mentarjih
riwayat yang bertentangan yaitu:
a) Menanyakan langsung kepada yang dianggap lebih berkompeten dalam
mengetahui riwayat.
Ketika ditemukan riwayat hadis yang bertentangan, seperti hadis
dalam rumah tangga Rasul, maka mereka menanyakan langsung kepada
orang yang lebih berkompeten dan yang dianggap lebih efektif
memberikan jawaban seperti istri Rasul, misalnya hadis tentang
menguraikan rambut ketika mandi junub.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
Disampaikan kepada Aisyah bahwa Ibn Amr memerintahkan kepada
wanita agar menguraikan rambutnya ketika mandi junub, maka Aisyah
berkata:
82.
Alangkah anehnya ibn Amr, memerintahkan kepada wanita agar
menguraikan rambutnya ketika mandi junub, mengapa ia tidak
memerintahkan mencukur rambutnya saja? Sungguh saya mandi
bersama Nabi SAW pada satu bejana dan saya tidak melebihkan tiga
kali menyiramkan air pada kepalaku.
Dalam riwayat ini Aisyah dianggap lebih mengetahui dari pada ibn
Amr, karena kejadian ini terjadi dalam rumah tangga Rasul, yaitu bahwa
Aisyah pernah melaksanakannya ketika mandi bersama Nabi SAW dan
beliau tidak menyalahkannya. Perkataan Aisyah ini juga didukung oleh
riwayat dari Ummu Salamah, beliau pernah bertanya kepada Rasulullah
SAW:
83
Wahai Rasulullah SAW! Saya adalah perempuan yang pintalan
rambutnya sangat kuat, apakah saya harus mengurainya ketika mandi
junub? Rasulullah SAW menjawab, tidak perlu, kamu cukup
menuangkan tiga cedok air pada kepalamu kemudian kamu siram
seluruh badanmu, maka kamu telah bersuci.
82
Ibid., Kitab al-Haid}, Vol. 1, Bab hukm d}afa>ir al-Mughtasilah, no indeks 59.; al-Nawawi, Sharh} S}ah}i>>h} Muslim, Vol. 4 (Kairo: al-Maktabat al-Tawfiqiyah, 2008), 10, no indeks 59(331). 83
Ibid., 9, no indeks 58.(330).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
b) Mendatangkan riwayat lain yang mendukung salah satu hadis yang
bertentangan.
Bentuk kedua yang ditempuh sahabat dalam men-tarjih salah satu
hadis yang bertentangan adalah dengan mendatangkan riwayat lain yang
mendukung salah satu hadis yang bertentangan, sehingga hadis yang
mendapat dukungan dari riwayat lain dianggap lebih ra>jih, misalnya
tentang masa iddah seorang istri hamil.Suatu ketika Abu Salamah Ibn
Abd al-Rahman dan Abdullah Ibn Abbas berkumpul bersama Abu
Hurayrah. Mereka berbincang-bincang tentang seorang laki-laki yang
meninggal dan istrinya sedang hamil, lalu melahirkan setelah beberapa
hari. Mereka mempermasalahkan tentang iddahnya.
Ibn Abbas (w. 68 H.) berpendapat: (masa iddah adalah
sampai pada akhir dua masa iddah: iddah kehamilan dan iddah
meninggal suami). Kemudian Abu Salamah berpendapat:
(jika dia telah melahirkan maka masa iddahnya berakhir). Ketika
mendengar perseteruan itu, Abu Hurairah (w.58 H.) berkata: saya
sependapat dengan anak pamanku (Abu Salamah). Selanjutnya mereka
mengutus kariban (hamba sahaya Ibn Abbas) untuk menanyakan hal ini
kepada Ummu Salamah, lalu Ummu Salamah menyebutkan salah satu
riwayat: bahwa Subaiah bint al-Harith al-Aslamiyah meningal suaminya
dan ia sedang hamil, dan setelah beberapa hari kemudian ia melahirkan.
Kemudian ada seorang pria dari bani Abd al-Dhar bernama Abu al-
Sanabil ingin meminangnya dan mengatakan kepada Sabiah bahwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
masa iddahnya sudah habis. Akan tetapi Subaiah ingin menikah dengan
pria lain sehingga Abu Sanabil berkata padanya: kamu belum halal (masa
iddah-mu belum habis), sehingga Subaiah menanyakan kepada
Rasulullah SAW lalu beliau menyuruhnya untuk menikah.84
Riwayat yang disebutkan Ummu Salamah tentang diperbolehkannya
Subaiah bint al-Haris untuk menikah setelah melahirkan, merupakan
riwayat yang mendukung pendapat Abu Salamah dan Abu Hurayrah
bahwa akhir masa iddah istri hamil yang meninggal suaminya adalah
setelah melahirkan.
c) Mendahulukan riwayat s}ahib al-qis}as} (pelaku kisah)
Cara pentarji>han yang ketiga ini erat kaitannya dengan cara
pentarjihan yang pertama, karena cara ketiga ini juga dapat dijadikan
sebagai contoh pada cara pertama, namun tidak semua contoh pada cara
yang pertama dapat dijadikan sebagai contoh pada cara yang ketiga.
Salah satu contoh pentarji>han mendahulukan riwayat s}>ah}ib al-qis}a>s}
adalah hadis tentang pernikahan orang yang sedang ihram.
85
Diriwayatkan dari ibn Abbas bahwa Rasulullah menikahi maimunah
dan beliau sedang berihram.
84
al-Turmudhi, Sunan al-Turmu>dhi>, Vol. 2, 247, no indeks 1194, Kitab al-Talaq, Bab Ma> Jaa fi> al-Ha>mil.;al-Darimi,Sunan al-Da>rimi> (Beirut:Da>r ibn Hazm,1423H/2002M),314, no indeks 2319, Kitab al-talaq, Bab fi iddah al-Hamil al-Mutawaffa anha zaujuha. 85
al-Bukhari, S}ah}i>h} al-Bukha>ri> ..., Vol. 1, 426, no indeks 1837, Kitab Jaza al-S}ayd, Bab Tazwi>j al-Muhrim/ Vol. 3, 74, no indeks 4258 dan 4259. Nabi mengawini Maimunah pada Waktu melakukan Umrah Qad}a, serta no indeks 5114.; Muslim, S}ah}i>h} Muslim..., Vol. no indeks1410.; al-Turmudhi, Sunan al-Turmudhi>...., Vol. 2, 25, no indeks 842, 843,844. H}adi>thun H}as}anun S}ah}i>h}un.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
Riwayat Ibn Abbas yang menunjukkan bahwa Nabi SAW menikahi
Maimunah sedang dalam keadaan ihram bertentangan dengan hadis yang
diriwayatkan Maymunah yang menunjukkan bahwa Rasul menikahinya
dan beliau tidak sedang ihram, yaitu:
86 Diriwayatkan dari maymunah berkata: Rasulullah SAW menikahi
aku dan dia dalam keadaan dalam keadaan halal (tidak sedang
ihram).
Riwayat dari Maimunah ini, juga mendapat dukungan dari riwayat
Abu Rafi yang berbunyi:
87
Diriwayatkan dari Abu Rafi berkata: Rasulullah menikahi
Maimunah dan beliau dalam keadaan halal (tidak sedang ihram), dan
mulai bersama dengannya (maimunah) dan dia dalam keadaan halal
dan saya adalah utusan terhadap keduanya (berada di sisi keduanya).
Pada riwayat yang bertentangan di atas, dapat dikatakan bahwa
riwayat Maimunah yang menyebutkan bahwa dirinya menikah dengan
Rasulullah SAW dalam keadaan halal (tidak sedang ihram) lebih ra>jih
dari pada riwayat Ibn Abbas yang menyebutkan bahwa Maimunah
menikah dengan Rasulullah SAW dalam keadaan ihram, karena
86
al-Tirmidhi,Sunan al-Tirmidhi>, Vol. 2 23, no indeks 841, Kitab al-hajj, Bab ma ja-a fi karahiyah tazwij al-muhrim.; Abi al-Walid Sulaiman ibn Khalaf ibn Sad ibn Ayyub al-Bakhi, al-Muntaqa> Sharh Muwat}t}a Maliki,Vol. 3(Beirut : Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat,t.th),406, no indeks 762, Nabi SAW kawin dengan Maimunah di Madinah sebelum keluar untuk melakukan untuk
melakukan ihram. 87
al-Tirmidhi, Sunan al-Turmidhi>, Vol. 2, 24, hadis ini adalah hasan sahih.; al-Nasai, Kitab al-Sunan al-Kubra>, Vol. 1, 146.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
Maimunah adalah pelaku kisah tersebut. Di samping itu, juga terdapat
sha>hid dari riwayat Abu Rafi bahwa dia berada di sisi Rasulullah dan
Maimunah. al-Kattani (w.1927 M.) berpendapat bahwa hadis riwayat
Maimunah yang menikah dengan Rasulullah dalam keadaan halal, adalah
pada derajat Mutawa>tir, berdasarkan pendapat Ibn Abd al-Bar (w. 463
H.).88
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam riwayat Ibn Abbas
(w. 68 H.) terdapat suatu kekeliruan, walau ada riwayat yang
menyebutkan keikutsertaan Ibn Abbas dalam perkawinan tersebut, hanya
saja pada waktu itu masih kecil, belum mengerti tentang pekawinan.
Selain pentarji>han yang dilaksanakan oleh sahabat terhadap riwayat
yang bertentangan, juga terkadang mengkompromikan beberapa riwayat,
sebagaimana yang dilakukan Ibn Abbas terhadap beberapa riwayat yang
menerangkan tentang waktu ihramnya Rasulullah SAW.
Dalam menjelaskan sebab perbedaan sahabat tersebut, Said Ibn Jubair
bertanya kepada Ibn Abbas: Wahai Ibn Abbas! Saya heran terhadap
perbedaan sahabat tentang ihramnya Rasulullah SAW ketika diwajibkan
haji. Ibn Abbas menjawab: Rasulullah SAW melaksanakan haji hanya
satu kali. Dari sinilah mereka berbeda pendapat. Ketika Rasulullah
SAW berangkat melaksanakan haji, dan tatkala salat dua rakaat di
masjid Dhu al-Khulaifah (Bir Ali) beliau mewajibkan berihram (berniat
haji) pada tempat duduknya. Beliau pun berihram ketika selesai salat dua
88
Abi Abd Allah Muhammad Ibn Abi al-Faid} al-Kattani, Naz}m al-Mutana>thir min al-H}adi>th al-Mutawa>tir, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,t.th), 148.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
rakaat. Hal ini didengar oleh beberapa orang, dan saya ingat benar dari
beliau. Kemudian Rasulullah SAW menaiki kendaraannya (untanya), dan
setelah beliau berada di atas kendaraannya, beliau berihram. Hal ini
diketahui oleh beberapa orang dan terjadi karena orang-orang datang
beruntun, tidak sekaligus. Mereka ada yang mendengar bahwa beliau
berihram ketika di atas untanya, kemudian Rasulullah berangkat dan
tatkala sampai di atas Sharf al-Baida beliau berihram lagi dan diketahui
lagi oleh beberapa orang sehingga merekapun berkata bahwa Rasulullah
SAW berniat ketika berada di atas Sharf al-Baida.89
Dari riwayat ibn Umar ini dapat diketahui bahwa Rasulullah
melaksanakan ihram di Masjid Dhu al-Khulaifah setelah salat dua rakaat,
kemudian melaksanakan ihram lagi setelah berada di atas untanya, dan
ketika berada di atas Sharf al-Baida
Metode ketiga yang digunakan sahabat dalam mengkritik matan hadis
adalah dengan menggunakan akal, misalnya tentang hadis yang
menyebutkan agar berwudu karena memakan yang dimatangkan dengan
api, seperti berikut:
90
Berwudu karena memakan disentuh api (dimatangkan dengan api),
meskipun hanya dengan memakan susu yang dibekukan dengan batu
yang panas.
89
Abu Dawud,Sunan Abi> Dawu>d Vol. 2 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyat,t.th), 14, Kitab al-Hajj, Bab fi wakt al-ihram, no indek 1770. 90
al-Tirmidhi , Sunan al-Tirmi>dhi>, Vol. 1 (Beirut: al-Fikr,t.th), 137, Kitab al-Taharah, Bab maja-a fi al-wudu mimma ghayyarat al-nar, no indek 79 dan hadisnya adalah sahih .;al-Nasai, Kitab al-Sunan al-Kubra>, Vol. 1, 145-146.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
Mendengar ucapan ini Ibn Abbas berkata:
91
Wahai Abu Hurayrah apakah kita berwudu dari apa yang disentuh
api atau dari air yang dipanaskan dengan api?
Kemudian Abu Hurairah (w. 58 H.) berkata:
92
Wahai anak saudaraku jika kamu mendengar hadis dari Rasulallah
janganlah berkomentar (berdalih).
Namun Umi Salamah meriwayatkan hadis bahwa Sesungguhnya
Rasulullah makan daging yang dibakar lalu datang Bilal dan beliau
keluar untuk melakukan salat dan tanpa Wuduk.93
Contoh di atas
menunjukkan metodologi sahabat dalam mengkritik matan hadis sjumhur
ulama mera>jihkan pendapat yang disandarkan pada akal dari pada hadis.
Misalnya masalah wajibnya berwuduk karena memakan apa yang telah
disentuh api. Jumhur mengatakan hendaklah meninggalkan pendapat
tersebut.94
Meskipun jumhur ulama hadis banyak menolak pendapat yang
berdasarkan akal, perlu diingat bahwa penolakan tersebut bukan hanya
91
al-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi>, Vol. 1, 137 92
Ibid. 93
al-Nasai, Kitab al-Sunan al-Kubra>, Vol. 1, 147.; al-Turmidhi, Sunan al-Tirmidhi. Vol. 1, 42, no indeks 80, kitab al-T}aharat. 94
Ahmad ibn Ali al-Shaukani, Nail Aut}a>r Sharh} al-Muntaqa al-Akhba>r, jild 1 (Mesir: Maktabah al-Qahirah, 1198 H/1978 M), 314.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
sekedar berdasar akal semata, akan tetapi karena adanya faktor lain,
yaitu; bahwa para sahabat telah hidup bersama Rasulullah SAW dan
banyak hukum yang bersumber dari Rasul. Ketika mendengar sesuatu
yang aneh dan tidak pernah didengar sebelumnya, mereka menganalisa
dengan akalnya, kemudian mengkritik sesuai dengan pengetahuan
mereka tentang hukum-hukum yang telah ditetapkan Rasulullah SAW.
c. Perkembangan Kritik Hadis pada masa Tabiin
Setelah masa sahabat kritik hadis mulai berkembang dan sudah memiliki
metode tertentu, dan makin berkembang pada masa tabiin yang mencakup
kritik sanad dan matan, seiring perkembangan kritik hadis pada masa itu
muncul beberapa nuqqad (kritikus), diantara nuqqad hadis dari kalangan
tabiin adalah;
1. Said ibn Jubair (w. 95 H.)95 yang melarang berkumpul dalam satu majlis
bersama dengan Talaq ibn Habib karena ia seorang Murjiah mekipun ia
termasuk orang saleh.96
2. Amir al-Shabi (w.104 H.)97 yang pernah men-tarji>h al-Harith al-Awar
sebagai pendusta98
3. Tawus, (w. 106 H.)99 keduanya (al-Hasan al-Basri dan Tawus) pernah
mengkritik Mabad al-Juhani>. Sesungguhnya ia adalah sesat dan
95
Said Ibn Jubair ibn Hisham al-Asadi al-Kufi, lahir pada tahun 45 H/665 M dan wafat pada tahun
95 H/714 M. Lihat Jamal al-Din Ahmad Ibn Muhammad Ibn Abu Bakar, Wafayat al-Ayan,
(Beirut: Da>r S}adir, t.th), jild 1, 204. 96
Ibn Hibban, Kitab al-Majruh}i>n, jild 1, 204. 97
Amir ibn Shara>h}i>l al-Shabi, lahir pada tahun 19 H atau 20 H/640 M, dan wafat pada tahun 104
H/722 M. Beliau bertemu dengan beberapa Sahabat dan meriwayatkan dari mereka diantara yang
meriwayatkan dari padanya adalah al-Amasy dan al-Thauri. Lihat ibn Saad, T}abaqat al-Kubra>>, jild 6, 246-256. 98
Muslim ibn Hajjaj, Muqaddimah S}ah}ih} Muslim, jilid 1, 19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
menyesatkan. Demikian pula Tawus menuduh Mabad berdusta kepada
Rasulullah SAW, meskipun Mabad menyangkalnya.100
4. al-Hasan al-Basri (w. 110 H.)101
5. Muhammad ibn Sirin (w. 110 H.),102 orang nuqqad hadis yang cerdas dan
terkemuka dalam meneliti sanad. Beliau pernah berkata bahwa hadis itu
adalah agama, maka hendaklah seseorang meneliti orang, dengan
meneliti agamanya. Yahya ibn Main (w. 233 H.) dan Ali ibn al-Madi>ni>
(w.234 H.) mengakuinya sebagai orang bersih dan tidak ada yang
menyaingi pada masanya.103
6. Abdullah ibn Aun (w. 151 H.),104 sangat keras terhadap pembuat bidah
dan tidak pernah menyerah terhadap Aliran Qadariah.105
d. Perkembangan Kritik Hadis pada masa Tabi Tabiin dan sesudahnya.
Setelah masa tabiin kritik hadis makin berkembang dengan munculnya
beberapa tabi tabiin beserta beberapa karangannya yang berhubungan
99
Tawus ibn Kisan Khairi al-Himyari, lahir pada tahun 33 H/653 M dan wafat pada tahun 106
H/724 M, beliau meriwayatkan dari Aisyah dan Zaidi ibn Thabit, dan yang meiwayatkan dari
padanya adalah AbdAllah ibn Tawus, Wahb ibn Munabbih dan selainnya, lihat Ibn Hajar, Tahdhi>b al-Tahdhi>b...,Vol. 4, 100. 100
Muhammad ibn Hibban al-Bisti, Kitab al-Majruhi>n min al-Muh}addithi>n wa al-D}uafa wa al-Matruki>n, jild 1 (Halab: Dar al-Wayi,t.th), 79. 101
al-Hasan ibn Abi Hasan al-Basri lahir pada 33 H/653 M dan wafat pada tahun 110 H/729 M.
Beliau meriwayatkan hadis dari Abd Allah dan Abd Allah Ibn Abbas diantara yang meriwayatkan
hadis dari padanya adalah Ayyub al-Shikhtiyani dan Rabi ibn Subh, lihat ibn Saad, Tabaqat al-
Kubra>, jild 7, (Beirut:Da>r al-Sadr), 157-158. 102
Muhammad ibn Sirin al-Bahri, lahir tahun 33 H 653 M dan wafat pada tahun 110 H/729 M.
Beliau bertemu dengan beberapa Sahabat dan meriwayatkan dari mereka, diantaranya adalah Anas
ibn Malik, Zaid ibn Thabit dan Abd Allah ibn Abbas, dan yang meriwayatkan daripadanya adalah
Abdullah ibn Aun dan Jarit ibn Hazm. Lihat al-Dhahabi, Tadhkira>h al-H}uffaz}, jild 1, 77. 103
Ibn Rajab al-Hanbali, Sharh} Ilal al-Tirmidhi> (Baghdad: al-Ani, t.th), 82. 104
Abdullah ibn Aun ibn At}riban al-Mazni, lahir pada tahun 66 H/686 M, dan wafat pada tahun
151 H/768 M, beliau meriwayatkan dari Muhammad ibn Sirin, al-Hasan al-Basri dan al-Shabi,
dan yang meriwayatkan dari padanya adalah al-amasy dan Abdullah ibn Mubarak. Lihat ibn
Saad, Tabaqa>t al-Kubra>, jilid 7, 261-268. 105
Ibn Hajar, Tahdh>ib al-Tahdhi>b..., Vol. 5, 348.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
dengan kritik hadis. Kemudian buku tersebut menjadi sumber acuan ulama
setelahnya. Diantara tabi tabiin tersebut adalah;
1. Shubah ibn al-Hajjaj (w. 160 H.),106 orang pertama di Irak yang meneliti
perawi hadis kemudian diikuti oleh ulama setelahnya.107
2. Abdullah ibn Mubarak (w. 181 H),108 orang yang cerdas dan mengetahui
kesahihan suatu hadis.109
3. Abd al-Rahman ibn Mahdi (w. 198 H.),110 orang yang sangat mengetahui
hadis yang diriwayatkannya dan yang tidak diriwayatkan selainnya.111
4. Yahya ibn Qattan (w. 198 H.),112 al-Sawi pernah berkata seseorang di-
tajri>h dan di thiqah-kan oleh Yahya ibn Said al-Qattan dan Abd al-
Rahman ibn al-Mahdi, maka hal itu dapat diterima.113
5. Yahya ibn Main (w. 233 H.),114 yang memiliki kitab Tari>kh al-Rija>l.
106
Shubah ibn al-Hajjaj al-Warad al-Bisti, lahir pada tahun 83 H/707 M, dan wafat pada tahun
160 H/776 M, beliau meriwayatkan dari Hasan al-Basri, Yahya ibn Abi Kathir dan Qatadah, dan
diantara yang meriwayatkan dari padanya adalah Ayub al-Sakhtiyani, al-Thauri dan ibn mubarak.
Lihat Ibn Hajar, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Vol. 4, 334-346 107
al-Dhahabi, Tadkirah al-H}uffad, Vol.1, 228-229. 108
Abdullah ibn Mubarak ibn al-Wadih al-Hambali Lahir pada tahun 118 H/736 M dan wafat
pada tahun 181 H/797 M. Beliau meriwayatkan dari bapaknya, Hisham ibn Urwah, Malik ibn
Anas, al-Auzai, dan yang meriwayatkan dari padanya adalah Yahya al-Naisaburi, al-Humaini, ibn
Abi Yala dan selainnya. Lihat Ibn Hajar, Tahdhi>b al-Tahdhi>b..., jild 4, 457. 109
Ibn Hajar, Tahdhi>b al-Tahdhi>b...,Vol. 5, 385. 110
Abd al-Rahman ibn Mahdi ibn Hasan al-Basri. Lahir pada tahun 153 H/752 m dan wafat pada
tahun 198 H/813 M, beliau meriwayatkan dari Malik dan Shubah dan yang meriwayatkan dari
padanya adalah Ahmad ibn Hanbal, Ibn Mubarak, Ibn al-Mahdi al-Khasraji. Lihat ibn Hajar,
Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Vol. 5 5, 182. 111
Ibn Hajar, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Vol. 5, 182. 112
Yahya ibn Said ibn Farukh al-Qat}t}an al-Tami>mi> al-Basri>. Lahir pada tahun 120 H/737 M dan
wafat pada tahun 198 H/813 M. Beliau meriwayatkan dari Sulaiman al-Yamani, Humaid al-T}awil,
Ismail ibn Abi Malik dan lain-lain,, dan yang meriwayatkan dari padanya adalah Muhammad Ibn
yahya, Ali ibn al-Mahdi, Yahya ibn al-Madani dan selainnya. Lihat Ibn Hajar, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Vol. 9, 189-192. 113
Shams al-Din ibn Abd al-Rahma al-Sakhawi, Fath} al-Mughi>th, jild 3 (Madinah: Maktabah al-Salafiyah, 1388 h), 349. 114
Yahya Ibn Main al-Baghdadi. Lahir pada tahun 159 H/775 m dan wafat pada tahun 233 H/848
M di Madinah. Beliau meriwayatkan dari Abdullah ibn Mubarak, Sufyan ibn Uyaynah, Abd al-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id