Pengendalian Penyakit Tumbuhan

10
Universitas Gadjah Mada BAB VI. PENGENDALIAN PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN Sebagai tujuan akhir dari suatu diagnosis penyakit tumbuhan adalah untuk mengetahui cara-cara yang dapat diterapkan sebagai suatu upaya pengendalian penyakit agar kerugian yang ditimbulkan dapat sekecil mungkin. Ada beberapa teknik pengendalian penyakit tumbuhan yang dapat diaplikasikan, namun untuk menerapkan berbagai teknik ttersebut perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mendukung usaha pengendalian yang akan dilakukan, sehingga keberhasilan upaya pengendalian dapat maksimal. Dalam topik ini akan disampaikan beberapat teknik pengendalian penyakit tumbuhan yang dikelompokkan dalam beberapa cara yaitu, cara kuktur teknis, penggunaan kultivar tahan, penggunaan undang-undang (karantina), cara kimiawi dan juga sistem pengendalian hama terpadu yang memadukan berbagai teknik pengendalian yang ada. Setelah mengikuti perkuliahan yang disampaikan dalam waktu 5 kali tatap muka (5 x 2 jam pertemuan) ini, diharapkan mahasiswa akan dapat memahami berbagai teknik pengendalian penyakit tumbuhan yang dapat diterapkan pada sistem pertanian kita. PENYAJIAN Sejak mulai membudidayakan tanaman, manusia sudah mulai merasakan adanya gangguan yang berupa penyakit. Pada awalnya mereka melakukan pemberantasan berdasarkan pengalaman mereka, namun seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan mulai ditemukannya fungisida sederhana yang dikenal dengan nama Bubur Bordeaux, manusia mulai merasakan adanya senjata ampuh yang dapat digunakan untuk menyelamatkan tanamannya, sehingga manusia menjadikan pestisida sebagai senjata utama dalam upaya pengendalian tanpa memperhatikan faktor-faktor yang lain. Sampai dengan tahun 1960-an manusia masih mengupayakan suatu lingkungan yang bersih dari organisme pengganggu, sehingga usaha mereka dikatakan ingnin melakukan pemberantasan yang berarti memang melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk

Transcript of Pengendalian Penyakit Tumbuhan

  • Universitas Gadjah Mada

    BAB VI. PENGENDALIAN PENYAKIT TUMBUHAN

    PENDAHULUAN

    Sebagai tujuan akhir dari suatu diagnosis penyakit tumbuhan adalah untuk

    mengetahui cara-cara yang dapat diterapkan sebagai suatu upaya pengendalian

    penyakit agar kerugian yang ditimbulkan dapat sekecil mungkin. Ada beberapa teknik

    pengendalian penyakit tumbuhan yang dapat diaplikasikan, namun untuk menerapkan

    berbagai teknik ttersebut perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mendukung

    usaha pengendalian yang akan dilakukan, sehingga keberhasilan upaya pengendalian

    dapat maksimal. Dalam topik ini akan disampaikan beberapat teknik pengendalian

    penyakit tumbuhan yang dikelompokkan dalam beberapa cara yaitu, cara kuktur teknis,

    penggunaan kultivar tahan, penggunaan undang-undang (karantina), cara kimiawi dan

    juga sistem pengendalian hama terpadu yang memadukan berbagai teknik

    pengendalian yang ada.

    Setelah mengikuti perkuliahan yang disampaikan dalam waktu 5 kali tatap

    muka (5 x 2 jam pertemuan) ini, diharapkan mahasiswa akan dapat memahami

    berbagai teknik pengendalian penyakit tumbuhan yang dapat diterapkan pada sistem

    pertanian kita.

    PENYAJIAN

    Sejak mulai membudidayakan tanaman, manusia sudah mulai merasakan

    adanya gangguan yang berupa penyakit. Pada awalnya mereka melakukan

    pemberantasan berdasarkan pengalaman mereka, namun seiring dengan kemajuan

    ilmu pengetahuan dan mulai ditemukannya fungisida sederhana yang dikenal dengan

    nama Bubur Bordeaux, manusia mulai merasakan adanya senjata ampuh yang dapat

    digunakan untuk menyelamatkan tanamannya, sehingga manusia menjadikan

    pestisida sebagai senjata utama dalam upaya pengendalian tanpa memperhatikan

    faktor-faktor yang lain. Sampai dengan tahun 1960-an manusia masih mengupayakan

    suatu lingkungan yang bersih dari organisme pengganggu, sehingga usaha mereka

    dikatakan ingnin melakukan pemberantasan yang berarti memang melakukan hal

    tersebut dengan tujuan untuk

  • Universitas Gadjah Mada

    meniadakan organisme pengganggu, dan mereka juga menginginkan produk

    pertaniannya bersih tanpa cacat. Akhirnya disadari bahwa usaha tersebut tidak praktis

    secara ekonomi dan juga tidak memungkinkan secara ekologi, dan sistem tersebut

    sulit untuk dipadukan dalam sistem produksi tanaman.

    Setelah dirasa bahwa usaha pemberantasan tidak mungkin untuk dilakukan,

    dan juga karena adanya pengaruh kata berbahasa Inggris control maka dimulailah

    pemakaian katan pengendalian yang menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak

    bertujuan untuk membersihkan pengganggu dan juga sudah mencerminkan tidak

    adanya dominansi manusia. Pengendalian merupakan salah satu fungsi terakhir dalam

    managemen, dan istilah "Pengendalian Hama dan Penyakit" menunjukkan bahwa

    usaha baru dilakukan setelah terjadi gangguan, sedangkan usaha untuk mengurangi

    populasi organisme pangganggu ke taraf yang tidak merugikan perlu diintegrasikan

    dengan sistem produksi sehingga harus ditangani secara tern menerus sejak

    perencanaan. Oleh karena itu penggunaan kata pengendalian dirasa kurang tepat,

    sehingga pemakaian kata pengelolaan dirasa lebih sesuai karena pengelolaan juga

    meliputi fungsi perencanaan.

    Pengendalian penyakit dengan peraturan (Undang-undang)

    Peraturan yang dimaksud di dini adalah peraturan pemerintah. Peraturan ini

    dimaksudkan untuk membersihkan patogen yang baru saja masuk ke suatu wilayah

    baru (eradikasi) dan usaha mencegah masuknya suatu patogen ke suatu wilayah baru

    yang masih bebas patogen (karantina)

    Usaha pengendalian dengan cara eradikasi perlu dilakukan secara masal oleh

    semua penanam, dan yang hams dimusnahkan bukan hanya tanaman yang sudah

    menunjukkan gejal akan tetapi juga tanaman yang belum menunjukkan gejala, bahkan

    tumbuhan lain yang diduga merupakan inang alternatif bagi patogen. Tanpa peraturan

    yang tegas usaha ini tidak akan berhasil karena adanya keengganan bagi penanam

    untuk membongkar tanamannya, apalagi bila tanaman tersebut tidak menunjukkan

    gejala sakit. Eradikasi hanya dapat diterapkan pada penyakit-penyakit yang meluas

    dengan lambat, sedangkan untuk penyakit yang bersifat air borne yang dipencarkan

    oleh udara teknik ini tidak dapat dilaksanakan.

    Istilah karantina (quarantine) berasal dari kata quaranta yang berarti "empat

    puluh", karena dulu jika ada kapal yang membawa penumpang yang berpenyakit

    menular,

  • Universitas Gadjah Mada

    kapal itu hams menunggu selama empat puluh hari di pelabuhan, dan setelah jangka

    waktu itu orang-orang yang masih hidup dianggap telah bebas dari penyakit dan

    diizinkan turun ke darat. Karantina tumbuhan bertujuan untuk mencegah pemasukan

    dan penyebaran hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan Undang-undang,

    sehingga terutama hanya akan berguna bagi penyakit yang disebarkan lewat

    perdagangan. Yang dimaksud dengan tumbuhan (plant) di sini adalah semua atau

    bagian tumbuhan hidup termasuk di dalamnya biji, dan yang dimaksud dengan hasil

    tumbuhan (plant product) adalah bahan mentah atau bahan yang telah diolah yang

    berasal dari tumbuhan, bahkan beberapa negara memasukkan semua faktor yang

    memungkinkan untuk dipergunakan oleh hama dan penyakit sebagai medium tumbuh

    ataupun yang mungkin mengalami kontaminasi oleh parasit-parasit, misalnya

    pembungkus, kompos, tanah, dll. Pada umumnya penularan jarak jauh yang efektif

    dilakukan oleh manusia, baik secara tidak disengaja maupun terbawa bersama dengan

    bahan tanaman yang dibawa. Sehubungan dengan semakin majunya sistem

    transportasi, dengan mudah manusia dapat mengangkut bahan tumbuhan dari suatu

    tempat ke tempat lain dalam waktu yang relatif singkat, sehingga bahaya pemasukan

    organisme pengganggu menjadi lebih besar, dan pemeriksaan kesehatan tumbuhan

    tidak dapat dilakukan dengan teliti.

    Dalam Undang-undang No. 16 Tahun 1992, telah disebutkan bahwa petugas

    karantina berhak melakukan tindakan karantina yang berupa pemeriksaan,

    pengasingan, pengamatan, perlakuan (treatment), panahanan, penolakan,

    pemusnahan dan pembebasan. Bahan yang akan diekspor maupun diimpor hams

    diperiksa terlebih dahulu dan harus mendapatkan sertifikat kesehatan, sedangkan

    seluruh biaya tindakan karantina ditanggung oleh pembawa bahan tumbuhan.

    Pengendalian dengan cara kultur teknis

    Untuk mendapatkan suatu pertanaman yang sehat, perlu dilakukan

    pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya dimulai sejak pemilihan lahan, benih,

    perlindungan dari serangan patogen, pemungutan hasil, sampai dengan pasca

    panennya.

    Pemilihan lahan yang tepat akan sangat menentukan dalam proses budidaya

    selanjutnya. Pemilihan lahan yang bebas penyakit dalam arti tanah yang relatif atau

    sama sekali bebas dari patogen yang dapat merugikan tanaman yang akan ditanam di

    tempat tersebut, hal ini terutama untuk menghindari penyakit-penyakit bawaan tanah.

  • Universitas Gadjah Mada

    Tanah yang belum pernah diusahakan sering merupakan tanah yang tidak

    berpenyakit, sedangkan tanah bekas hutan biasanya sudah menyimpan bibit penyakit

    apalagi kalau di tempat tersebut akan ditanami dengan tanaman keras. Upaya

    pergiliran tanaman dapat memperkecil propagul patogen di dalam tanah terutama

    apabila pergiliran dilakukan dengan tanaman yang bukan inang patogen atau tanaman

    yang tidak rentan, serta dapat juga dilakukan pergiliran dengan sistem pemberoan.

    Rotasi dan pemberoan juga akan meningkatkan kesuburan tanah sehingga tanaman

    akan tumbuh dengan baik dan menjadi lebih tahan terhadap penyakit. Usaha sanitasi

    dimaksudkan untuk mengurangi ketersediaan sumber makanan bagi patogen yang

    dapat dilakukan dengan menghilangkan sisa-sisa tumbuhan sakit ataupun dengan

    mencegah penggunaan kompos atau bahan organik yang mengandung penyebab

    penyakit. Disinfestasi tanah sering dilakukan untuk pengendalian patogen yang ada di

    dalam tanah, namun hal ini hanya dapat dilakukan secara terbatas.

    Pemilihan benih atau bibit yang sehat akan sangat membantu dalam mengatasi

    penyakit-penyakit yang terbawa biji, serta penyakit yang terbawa bersama bahan

    tanaman yang bersifat vegetatif. Biji dan bibit yang sehat sejak awal (uninfected) dapat

    diperoleh dari tumbuhan yang ditanam di daerah yang benar-benar bebas penyakit,

    atau dari petakpetak yang memang dipersiapkan untuk memproduksi benih atau bibit,

    sehinga dipelihara secara intensif.

    Pemeliharaan tanaman yang baik akan dimulai sejak melakukan pemilihan

    tempat yang bebas bibit penyakit, penyiapan tanah yang intensif, peningkatan

    kesuburan tanah, penyebaran benih yang baik dan benar, pengaturan drainase dan

    irigasi, pemeliharaan pertumbuhan tanaman seperti pemangkasan, sanitasi,

    pengaturan jarak tanam, dll. yang dilakukan dengan baik, sampai dengan pemungutan

    hasil yang harus hati-hati jangan sampai menimbulkan luka, merupakan tindakan yang

    akan memperkecil kerugian akibat serangan patogen.

    Sanitasi lahan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan tempat

    bersarangnya patogen yang dilakukan dengan mengatur gulma maupun tanaman

    pembantu seperti, tanaman penutup tanah maupun tanaman pelindung, membongkar

    tanaman yang merupakan inang alternatif dari patogen, menghilangkan tanaman sakit

    yang dapat menjadi sumber inokulum sesegera mungkin setelah munculnya gejala,

    maupun dengan menghilangkan bagian tanaman yang sakit.

  • Universitas Gadjah Mada

    Pengendalian dengan penggunaan kultivar tahan

    Di alam sebenarnya sudah terjadi seleksi ketahanan. Dengan adanya serangan

    patogen, genotip-genotip yang rentan akan musnah, sehingga yang tersisa hanyalah

    genotip-genotip yang tahan yang dapat mempertahankan diri, berkembang dan berbiak

    serta mewariskan sifat ketahannya kepada generasi berikutnya. Keturunan ini juga

    akan mendapatkan serangan dari patogen dan akan tetap terjadi seleksi alam,

    sehingga akan terjadi keseimbangan yang dinamis antara tanaman dengan patogen.

    Tumbuhan yang sudah mengalami ko-evolusi ini dikenal dengan nama ras pribumi

    (land race) yang mempunyai ketahanan horizontal yang tinggi.

    Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, para pakar Pemulia Tanaman dan

    Ilmu Penyakit Tumbuhan dapat melakukan pemeliharaan, pemilihan, pembiakan

    individuindividu yang tahan, mengadakan hibridisasi, serta mengadakan infeksi buatan

    untuk mempercepat proses seleksi, sehingga diperoleh kultivar yang tahan. Salah satu

    kendala upaya memperoleh kultivar tahan adalah bahwa ketahanan terhadap suatu

    penyakit belum tentu diikuti pula dengan ketahanan terhadap penyakit yang lainnya,

    karena pada umumnya satu pasang gen hanya membawa ketahanan terhadap satu

    ras atau satu jenis patogen saja.

    Beberapa kendala pada usaha pemulian antara laian adalah; (a) tidak

    tersedianya sumber gen tahan terutama untuk petogen-patogen yang bersifat polifag.

    Pada umumnya pilihan pertama bagi tetua yang akan digunakan sebagai sumber gen

    tahan adalah ras pribumi; (b) Sumber gen tahan mungkin mempunyai perbedaan yang

    terlalu jauh dengan tanarnan yang akan ditingkatkan ketahannya. Pada umumnya gen

    tahan terdapat pada tanaman liar yang sulit disilangkan dengan tanaman yang

    dibudidayakan atau kalau disilangkan akan didapatkan keturunan yang mandul; (c)

    Gen yang menentukan ketahanan sukar digabungkan dengan gen lain yang

    diinginkan, karena adanya hubungan genetik yang erat antara kerentanan dengan

    sifat-sifat baik (kualitas dan kuantitas tinggi), sehingga keduanya tidak dapat

    digabungkan dalam satu tanaman; (d) Pada umumnya gen yang menetukan

    ketahanan terhadap suatu ras patogen berbeda dengan gen penentu ketahanan

    terhadap ras yang lainnya dari jenis patogen yang sama, sehingga untuk mendapatkan

    kultivar yang tahan perlu dilakukan perakitan banyak gen dalam satu tanaman dan itu

    merupakan suatu pekerjaan yang sangat sulit dan memakan waktu yang lama; (e)

    Adanya

  • Universitas Gadjah Mada

    peningkatan virulensi pada patogen setting dengan peningkatan ketahanan inang,

    karena pada umumnya kultivar baru yang berhasil diciptakan mempunyai ketahanan

    vertikal, sehingga akan terjadi tekanan seleksi dan akan meningkatkan virulensi

    populasi patogen tersebut. Oleh karena itu penggunaan tanaman tahan yang biasanya

    mempunyai ketahanan vertikal tidak dapat diterapkan pada tanaman tahunan, karena

    apabila terjadi ketahanan yang patah maka kultivar tersebut harus segera diganti; (f)

    Adanya penurunan sifat ketahanan yang dapat terjadi karena terjadinya perkawinan

    silang. Penurunan sifat ketahanan dapat diantisipasi apabila pembiakan dilakukan

    secara vegetatif.

    Pengendalian secara biologi

    Pengendalian biologi adalah merupakan setiap usaha untuk mengurangi

    intensitas penyakit tumbuhan dengan memakai bantuan satu atau lebih jasad hidup,

    selain tumbuhan inang dan manusia. Beberapa mekanisme pengendalian biologi

    antara lain; (a) Antagonisme. Pada teknik ini usaha pengendalian dilakukan dengan

    manfaatkan jasadjasad antagonis yang dapat berperan sebagai musuh alami dari

    patogen seperti ; pemanfaatan jamur saprofitik yang mempunyai daya antagonis

    terhadap patogen (Trichoderma spp, Gliocladium spp.), penggunaan patogen-patogen

    yang tidak virulen, ataupun jasad-jasad sejenis yang bersifat non-patogenik. (b)

    Penggunaan Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) yaitu suatu jasad yang

    mempunyai aktivitas pengendalian biologis msekipun jasad ini sendiri tidak

    berpengaruh secara langsung terhadap patogen. (c) Pengimbasan ketahanan

    (imunisasi), yaitu suatu usaha untuk mendapatkan kultivar tahan dengan

    menginokulasi tanaman menggunakan jasad ataupun senyawa yang dapat mengimbas

    tanaman untuk membentuk suatu ketahanan terhadap patogen. Jasad pengimbas

    dapat berupa patogen yang bersifat avirulen, jasad berbeda jenis yang bersifat non

    patogen, metabolit mikrobia, sisa-sisa tumbuhan, maupun senyawa-senyawa tertentu

    yang mampu bertindak sebagai pengimbas. (d) Proteksi silang (cross protection) yaitu

    tanaman diinokulasi dengan strain virus yang lemah sehingga akan terlindung dari

    infeksi oleh strain yang kuat. (e) Tanaman campuran dengan tanaman lain yang

    diketahui merupakan inang bagi jasad antagonis.

    Pengendalian biologi merupakan teknik pengendalian yang relatif aman, namun

    hasilnya tidak dapat segera terlihat karena memerlukan waktu untuk terjadinya

    interaksi

  • Universitas Gadjah Mada

    antara jasad agen pengendali biologi dengan patogen, sehingga hasil interaksi

    tersebut tidak segera kelihatan.

    Pengendalian kimiawi

    Pengendalian kimiawi yang dimaksud di sini terutama adalah penggunaan

    pestisida (fungisida, bakterisida, nematisida) untuk mengendalikan patogen tumbuhan.

    Pengendalian dengan cara ini memerlukan biaya yang tinggi, namun kebanyakan

    petani lebih menyukai teknik ini karena hasilnya segera kelihatan sesaat setelah

    aplikasi dan usaha pengendalian ini dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang kurang

    terdidik, serta pengendalian dengan memanfaatkan pestisida tidak bersifat spesifik

    lokasi.

    Penggunaan pestisida diawali oleh penemuan Bubur Bordeaux pada tahun

    1883 oleh Millardet, yang merupakan campuran kapur dengan terusi. Sejak saat itu

    manusia seolah mempunyai senjata ampuh yang dapat digunakan untuk

    mengendalikan patogen dan dengan menggunakan senjatanya tersebut manusia

    bermaksud untuk menghilangkan jasad pengganggu dari pertanaman mereka. Namun

    akhirnya diketahui bahwa pengendalian dengan menggunakan pestisida ini ternyata

    mempunyai beberapa dampak negatif antara lain; (a) terjadinya reaksi ketahanan dari

    patogen sehingga terjadi resistensi, (b) kematian jasad bukan sasaran (antagonis), (c)

    fitotoksisitas (keracunan tanaman oleh pestisida), (d) keracunan pada manusia

    maupun hewan, (e) merusak lingkungan karena terjadinya pencemaran lingkungan

    dengan tertinggalnya residu baik di alam maupun pada produk pertanian.

    Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam

    khususnya kekayaan alam hayati, dan agar penggunaan pestisida dapat digunakan

    secara efektif, peredaran, penyimpanan, dan penggunaan pestisida di wilayah

    Indonesia diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Pelaksanaan

    peraturan tersebut ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Pertanian No.

    280/1973 dan No. 944/1984 tentang Prosedur Permohonan Pendaftaran dan Izin

    Pestisida, dan No. 429/1973 tentang Syarat-syarat Pembungkusan dan Pemberian

    Label Pestisida.

    Fungisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mengendalikan jamur

    patogen tumbuhan. Sampai masa perang Dunia H hampir seluruh fungisida yang

    digunakan merupakan fungisida anorganik yang terdiri atas fungisida tembaga dan

    belerang anorganik. Fungisida-ungisida ini dikenal dengan fungisida generasi pertama.

  • Universitas Gadjah Mada

    Setelah Perang dunia H mulai berkembang pestisida organik, yaitu fungisida karbamat

    yang dianggap sebagai fungisida generasi kedua. Mulai tahun 1960-an fungisida

    sistemik dengan bahan aktif oksatiin yang dapat diserap tumbuhan dan diangkut

    melalui xilem yang terdiri atas sel-sel mati dari bawah ke atas yang dikenal dengan

    fungisida generasi ketiga. Akhirnya berkembang fungisida sistemik yang dapat

    diangkut ke atas melalui xilem maupun ke bawah melalui floem, antar lain fungisida

    yang berbahan aktif asilalanin yang dikenal sebagai fungisida generasi keempat.

    Mekanisme kerja bahan aktif pestisida pada umumnya belum diketahui dengan

    pasti. Pada umumnya bahan aktif fungisida dipakai karena toksisitasnya yang

    langsung terhadap patogen dan hanya efektif sebagai protektan pada titik masuknya

    patogen. Fungisida sistemik dan antibiotika diserap oleh tanaman inang,

    ditranslokasikan di dalam badan tumbuhan, dan erfektif terhadap patogen pada tempat

    infeksi, sebelum maupun setelah terjadinya infeksi. Beberapa bahan kimia dapat

    mengurangi infeksi karena meningkatkan resistensi inang terhadap patogen.

    Pengendalian patogen dengan pestisida dapat terjadi melalui beberapa mekanisme

    antara lain; (a) berpengaruh terhadap enzim dan protein; (b) berpengaruh terhadap

    permeabilitas membran sehingga akan menyebabkan gangguan pada metabolisme

    patogen; (c) berpengaruh terhadap sintesis dinding sel dan pembelahan sel; (d)

    mengadakan khelasi dan presipitasi, sehingga metabolit yang diperlukan untuk

    pertumbuhan dan perkembangan patogen menjadi tidak tersedia; (e) substitusi

    kompetitif beberapa metabolit sel yang normal, sehingga jika senyawa ini saling

    mengganti, maka pengaruh fisiologisnya dapat berefek mematikan; (f) mempengaruhi

    sintesis protein.

    Pengendalian Penyakit dengan Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

    Yang dimaksud sebagai hama dalam hal ini adalah hama (pest) dalam arti luas

    yang berarti hama atau omo (jawa), jadi mencakup hama, penyakit, maupun gulma.

    Sejak tahun 1950-an orang mulai menyadari bahwa usaha untuk memperoleh

    pertanaman yang bersih dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT), terlalu mahal

    dan selalu menghadapi kegagalan. Serangga hama dan jamur manjadi resisten

    terhadap pestisida, tanaman yang tahan menjadi rentan, serta terjadi epidemi hama

    dan penyakit pada pertanaman monokultur. Selain itu juga diketahui bahwa usaha

    pengendalian suatu jasad pengganggu sering mendorong berkembangnya jasad

    pengganggu yang lain, sehingga disadari bahwa

  • Universitas Gadjah Mada

    bermacam-macam jasad pengganggu yang menyerang pertanaman perlu dihadapi

    secara terpadu tanpa memperhatikan apakah jasad pengganggu tersebut hama,

    penyakit, ataukah gul ma.

    Hal-hal tersebut mendorong tercetusnya gagasan mengenai Pengeiolaan

    Hama yang mempunyai asas sebagai berikut;

    1. Secara terpadu memperhatikan semua hama yang penting (key pest)

    2. Tidak bertujuan untuk mendapatkan suatu keadaan yang bebas hama,

    tetapi untuk mengendalikan populasi hama agar kerusakan yang terjadi

    selalu berada di bawah ambang ekonomi (economic thresold)

    3. Menggabungkan berbagai cara yang kompatibel, sesedikit mungkin

    memakai cara buatan (artificial method), tetapi lebih mementingkan

    penekanan hama oleh faktor alami.

    4. Selalu didasari oleh pertimbangan ekologi

    Dalam pengelolaan hama, pestisida harus digunakan secara tepat dan hanya

    dipakai apabila usaha-usaha yang lain tidak memberikan hasil. Pembatasan

    pemakaian pestisida ini dimaksudkan untuk mengurangi polusi di dalam lingkungan,

    sehingga pengelolaan hama akan mempunyai manfaat jangka panjang dan luas,

    bukan hanya temporer atau setempat, sehingga akan tercapai pertanian yang

    berkelanjutan (sustainable agriculture). Jadi dalam konsep ini kita tidak anti pestisida,

    akan tetapi pestisida kita pilih sebagai alternatif terakhir apabila alternatif yang lain

    sudah tidak mungkin untuk dilakukan.

    Upaya pengendalian dalam sistem ini harus diusahakan dengan memadukan

    beberapa cara yang kompatibel, tidak hanya tergantung pada satu cara saja.

    Pengelolaan didasari pada kesadaran akan biaya; pengendalian dilakukan jika biaya

    yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang akan dapat diselamatkan.

    Pengelolaan juga didasari dengan kesadaran akan lingkungan; baik menciptakan

    lingkungan yang tidak kondusif untuk penyakit, maupun tidak melakukan usaha yang

    dapat merusak atau mencemari lingkungan, bahkan apabila semua usaha

    pengendalian yang dilakukan sudah tidak memberikan basil, sering kali tanaman yang

    bersangkutan harus ditinggalkan. Jadi kita harus dapat hidup bersama dengan hama,

    penyakit dan gulma.

  • Universitas Gadjah Mada

    PENUTUP

    Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami

    berbagai dasar perlindungan tanaman dalam rangka pengendalian penyakit tumbuhan,

    yang didasari oleh berbagai faktor yang terkait dengan usaha pertanian yang

    dilakukan, sehingga dalam mengambil keputusan untuk menentukan tindakan

    pengendalian yang akan dilakukan dapat tepat dan memberikan basil yang maksimal.

    REFERENSI

    Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology. 3d Ed. Academic Press, New York. 803p.

    Anonim, 1992. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1992 tentang

    Ssistem Budidaya Tanaman.

    Anonim, 1992. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1992 tentang

    Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

    Fry, W.E., 1982. Principles of Plant Disease Management. Academic Press. New York,

    378p.

    Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University

    Press. 754p.