PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA RUMAH POMPA PDAM … · TL berdasarkan data pengukuran dan perhitungan...

14
1 Abstrak Ketegan merupakan rumah pompa baru yang dibangun sebagai wujud apresiasi PDAM Surabaya untuk pelanggannya yang bertambah didaerah Ketegan-Medaeng. Karena Ketegan merupakan rumah pompa baru dan belum pernah dilakukan analisis terhadap sumber kebisingan yang terjadi, maka perlu dilakukan pengukuran, analisis dan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kebisingan tersebut. Tingkat kebisingan yang tinggi tersebut dapat membawa dampak buruk terhadap manusia disekitarnya terutama bagi para pekerja yang berada di tempat tersebut. Pada sumber bising perlu dikurangi kebisingannya dengan dirancang sebuah enclosure. Langkah awal adalah melakukan pengukuran tingkat kebisingan di dalam dan di luar sumber bising. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa sumber bising terbesar adalah didalam ruang pompa dengan TTB 99 dBA dan didalam ruang kontrol TTB juga tinggi yaitu 83 dBA. Lalu menghitung nilai TL berdasarkan data pengukuran dan perhitungan untuk mengetahui Lp 2 setelah dilakukan penambahan material akustik. Penambahan dinding bagian atas ruang pompa dengan bahan beton setebal 15 cm dan besi setebal 1,189 cm dapat menurunkan tingkat kebisingan sebesar ± 35 dB sehingga menjadi 66 dB diatas ruang pompa dan 59 dB didalam ruang kontrol. Kata kunci :bising, enclosure, pompa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PDAM Surabaya merupakan salah satu perusahaahn BUMN sebagai pengelola air bersih dan juga bertugas untuk mendistribusikan ke masyarakat pelanggan PDAM. Untuk mendistribusikan hasil produksi atau air bersih, PDAM menggunakan rumah pompa yang tersebar diberbagai wilayah di Surabaya. Sebagai contoh yaitu rumah pompa Ngagel 1, Ngagel 2, Ngagel 3, Wiyung, Keputih, Putat Gede, Ketegan, Karang Pilang dan masih banyak yang lain. Dalam rumah pompa terdapat banyak instrument penting yang berfungsi sebagai alat utama untuk distribusi air bersih. Misalnya pompa, kompresor, pipa, sensor-sensor pendukung, dan genset. Masing-masing dari instrument tersebut ada yang menghasilkan bunyi yang mengganggu dengan desibel yang tinggi, sehingga sangat berpeluang masyarakat sekitar rumah pompa tersebut untuk complain. Tingkat kebisingan yang tinggi tersebut dapat membawa dampak buruk terhadap manusia disekitarnya terutama bagi para pekerja yang berada di tempat tersebut. Seperti tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh instrument tersebut. Tingkat kebisingan di sekitar instrument tersebut melebihi nilai ambang batas kebisingan menurut Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No.51/Men/1999 bahwa nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dBA. Dengan adanya kebisingan yang mengganggu dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja dalam melakukan kegiatan, misalnya berkomunikasi untuk menyampaikan pesan pada pekerja yang lain. Bahkan dengan adanya kebisingan, kesehatan pekerja menjadi bermasalah, lambat laun terjadi penurunan kualitas pendengan. Untuk kasus rumah pompa Ketegan Surabaya, letaknya didaerah Medaeng (perbatasan Surabaya-Sidoarjo). Posisi rumah pompa tersebut masuk dijalan kecil yang mayoritas sekitarnya merupakan hunian penduduk. Ketegan merupakan rumah pompa baru yang dibangun sebagai wujud apresiasi PDAM Surabaya untuk pelanggannya yang bertambah didaerah Ketegan-Medaeng. Karena Ketegan merupakan rumah pompa baru dan belum pernah dilakukan analisis terhadap sumber kebisingan yang terjadi, maka perlu dilakukan pengukuran, analisis dan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kebisingan tersebut. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang timbul dalam penelitian tugas akhir ini yaitu: a. Bagaimana menentukan tingkat kebisingan pada masing- masing instrument yang terdapat pada rumah pompa b. Bagaimana menentukan pengendalian kebisingan yang terjadi 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Objek analisis yaitu instrument atau mesin-mesin yang terdapat pada rumah pompa PDAM Ketegan Surabaya b. Besarnya sumber kebisingan pada rumah pompa tersebut dianggap steady 1.4 Tujuan Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah: Mengetahui tingkat kebisingan pada rumah pompa PDAM Ketegan Surabaya Menganalisa sumber kebisingan dominan yang terdapat pada rumah pompa Menentukan tindakan untuk mengurangi terjadinya kebisingan II. DASAR TEORI 2.1 Definisi Kebisingan Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. “(JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)". Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul-molekul udara di sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambat energi PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA RUMAH POMPA PDAM DI KETEGAN SURABAYA (Aditya Kurniawan, Ir. Tutug Dhanardono, Ir. M. Ilyas Hs) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya Indonesia 60111

Transcript of PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA RUMAH POMPA PDAM … · TL berdasarkan data pengukuran dan perhitungan...

1

Abstrak Ketegan merupakan rumah pompa baru yang dibangun sebagai wujud apresiasi PDAM Surabaya untuk pelanggannya yang bertambah didaerah Ketegan-Medaeng. Karena Ketegan merupakan rumah pompa baru dan belum pernah dilakukan analisis terhadap sumber kebisingan yang terjadi, maka perlu dilakukan pengukuran, analisis dan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kebisingan tersebut. Tingkat kebisingan yang tinggi tersebut dapat membawa dampak buruk terhadap manusia disekitarnya terutama bagi para pekerja yang berada di tempat tersebut. Pada sumber bising perlu dikurangi kebisingannya dengan dirancang sebuah enclosure. Langkah awal adalah melakukan pengukuran tingkat kebisingan di dalam dan di luar sumber bising. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa sumber bising terbesar adalah didalam ruang pompa dengan TTB 99 dBA dan didalam ruang kontrol TTB juga tinggi yaitu 83 dBA. Lalu menghitung nilai TL berdasarkan data pengukuran dan perhitungan untuk mengetahui Lp2 setelah dilakukan penambahan material akustik. Penambahan dinding bagian atas ruang pompa dengan bahan beton setebal 15 cm dan besi setebal 1,189 cm dapat menurunkan tingkat kebisingan sebesar ± 35 dB sehingga menjadi 66 dB diatas ruang pompa dan 59 dB didalam ruang kontrol. Kata kunci :bising, enclosure, pompa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PDAM Surabaya merupakan salah satu perusahaahn BUMN sebagai pengelola air bersih dan juga bertugas untuk mendistribusikan ke masyarakat pelanggan PDAM. Untuk mendistribusikan hasil produksi atau air bersih, PDAM menggunakan rumah pompa yang tersebar diberbagai wilayah di Surabaya. Sebagai contoh yaitu rumah pompa Ngagel 1, Ngagel 2, Ngagel 3, Wiyung, Keputih, Putat Gede, Ketegan, Karang Pilang dan masih banyak yang lain.

Dalam rumah pompa terdapat banyak instrument penting yang berfungsi sebagai alat utama untuk distribusi air bersih. Misalnya pompa, kompresor, pipa, sensor-sensor pendukung, dan genset. Masing-masing dari instrument tersebut ada yang menghasilkan bunyi yang mengganggu dengan desibel yang tinggi, sehingga sangat berpeluang masyarakat sekitar rumah pompa tersebut untuk complain. Tingkat kebisingan yang tinggi tersebut dapat membawa dampak buruk terhadap manusia disekitarnya terutama bagi para pekerja yang berada di tempat tersebut. Seperti tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh instrument tersebut. Tingkat kebisingan di sekitar instrument tersebut melebihi nilai ambang batas kebisingan menurut Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No.51/Men/1999 bahwa nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dBA. Dengan adanya kebisingan yang mengganggu dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja dalam melakukan kegiatan, misalnya berkomunikasi untuk menyampaikan pesan pada pekerja yang lain. Bahkan dengan adanya kebisingan, kesehatan pekerja menjadi bermasalah, lambat laun terjadi penurunan kualitas pendengan.

Untuk kasus rumah pompa Ketegan Surabaya, letaknya didaerah Medaeng (perbatasan Surabaya-Sidoarjo). Posisi rumah pompa tersebut masuk dijalan kecil yang mayoritas sekitarnya merupakan hunian penduduk. Ketegan merupakan rumah pompa baru yang dibangun sebagai wujud apresiasi PDAM Surabaya untuk pelanggannya yang bertambah didaerah Ketegan-Medaeng. Karena Ketegan merupakan rumah pompa baru dan belum pernah dilakukan analisis

terhadap sumber kebisingan yang terjadi, maka perlu dilakukan pengukuran, analisis dan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kebisingan tersebut.

1.2 Permasalahan Permasalahan yang timbul dalam penelitian tugas akhir ini

yaitu: a. Bagaimana menentukan tingkat kebisingan pada masing-

masing instrument yang terdapat pada rumah pompa b. Bagaimana menentukan pengendalian kebisingan yang

terjadi 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut : a. Objek analisis yaitu instrument atau mesin-mesin yang

terdapat pada rumah pompa PDAM Ketegan Surabaya b. Besarnya sumber kebisingan pada rumah pompa tersebut

dianggap steady 1.4 Tujuan Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam tugas akhir

ini adalah: • Mengetahui tingkat kebisingan pada rumah pompa PDAM

Ketegan Surabaya • Menganalisa sumber kebisingan dominan yang terdapat

pada rumah pompa • Menentukan tindakan untuk mengurangi terjadinya

kebisingan

II. DASAR TEORI 2.1 Definisi Kebisingan Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. “(JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)". Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul-molekul udara di sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambat energi

PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA RUMAH POMPA PDAM DI KETEGAN SURABAYA

(Aditya Kurniawan, Ir. Tutug Dhanardono, Ir. M. Ilyas Hs) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya Indonesia 60111

2

mekanis dalam medium udara menurut pola rambat longitudinal. Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi. Sehingga banyak orang yang menyebutkan bahwa bising merupakan bunyi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengaruh kebisingan banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, bahkan terdapat kasus-kasus yang terjadi berakibat fatal seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut.

Pengaruh kebisingan di tempat kerja dalam jangka panjang tersebut dapat merusak pendengaran, mengganggu ketenangan bekerja, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat ganggu terhadap manusia, yaitu: lama, intensitas, dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengar kebisingan maka makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin berkurang. Kebisingan diatas batas- batas normal (85 dB; decibel = satuan kepekaan suara) perlu dijauhkan dari tempat-tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf karyawan, mengurangi keletihan mental, dan meningkatkan moral kerja. Pada umumnya dalam dunia industri, sumber bunyi merupakan gabungan dari beberapa komponen sumber suara, yaitu antara lain : a. Fluid turbulence, bising yang terbentuk oleh getaran yang

diakibatkan benturan antar partikel dalam fluida, misalnya terjadi pada pipa, valve, gas exhaust.

b. Moving and vibration part, bising terjadi oleh getaran yang disebabkan oleh gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian. mesin / peralatan seperti bearing pada kompresor, turbin, pompa, blower .

c. Temperature Difference, bising yang terbentuk oleh pemuaian dan penyusutan fluida, misalnya terjadi pada mesin jet pesawat.

d. Electrical equipment, bising yang disebabkan efek perubahan fluks elektromagnetik pada bagian inti yang terbuat dari logam, misalnya generator, motor listrik, transformator.

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety &

Health (NIOSH) telah mendefinisikan status suara/kondisi kerja di mana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu : a. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus

menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam (maksimum 85 dBA as an 8-hr TWA)- telah ditetapkan oleh NIOSH sebagai Recommended Exposure Limit (REL) dengan waktu maksimum 82 dB : 16 per hari, 85 dB : 8 jam per hari, 88 dB : 4 jam per hari, 91 dB : 2 jam per hari, 97 dB : 1 jam per hari dan 100 dB : ¼ jam per hari

Kebisingan adalah produk samping yang tidak diinginkan dari

sebuah lingkungan perindustrian yang tidak hanya mempengaruhi operator mesin dan kendaraan, tetapi juga penghuni lain tempat dalam gedung tempat mesin tersebut beroperasi, para penumpang dalam kendaraan dan terutama komunitas tempat mesin, pabrik, dan kendaraaan tersebut dioperasikan. Peningkatan tingkat kebisingan yang terus-menerus dari berbagai aktivitas manusia pada lingkungan industri dapat berujung kepada gangguan kebisingan. Efek yang ditimbulkan kebisingan adalah : 1. Efek psikologis pada manusia (kebisingan dapat membuat kaget,

mengganggu, mengacaukan konsentrasi). 2. Menginterferensi komunikasi dalam percakapan dan lebih jauh

lagi akan menginterferensi hasil pekerjaan dan keselamatan bekerja.

3. Efek fisis (kebisingan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi).

2.2 Jenis Kebisingan Berdasarkan sifat dan spectrum frekuensi, bunyi dibedakan menjadi : 1. Bising yang kuntinyu dengan spectrum frekuensi yang luas

bising ini relative tetap dalam batas kurang dari 5 dB atau periode 0.5 detik berturut-turut missalnya mesin, kipas angin, dapur pijar.

2. Bising yang kuntinyu dengan spectrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relative tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja ( pada frekuensi 500, 1000 , dan 4000 Hz ) misalnya gergaji sekuler dan katup gas.

3. Bising terputus-putus, bising di sini tidak terjadi secar terus menerus, melainkan ada priode relative tenang misalnya suara lalulintas, kebisingan di lapangan terbang.

4. Kebisingan inplusif bising ini memiliki perubahan tekanan suara lebih 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya, misalnya tembankan,suara mercon, meriam.

5. Bising inplusif berulang samadengan bising influsif hanya saja di sini terjadi secara berulang ulang, misalnya mesin tempa.

2.3 Prinsip Pengendalian Kebisingan

Pengaruh bising pada manusia mempunyai rentang yang cukup lebar, dari efek yang paling ringan (dissatisfaction = ketidak nyamanan) sampai yang berbahaya (hearing damage = kerusakan pendengaran) tergantung dari intensitas bising yang terjadi secara konseptual. Secara umum, pengendalian Kebisingan dibagi menjadi 2 macam, yaitu pengendalian secara teknik dan pengendalian secara administratif. Pengendalian Secara Teknik

Pengendalian kebisingan sangatlah penting untuk segera dilakukan, karena dengan melakukan pengendalian kebisingan maka akan dapat mengurangi dampak yang berbahaya terhadap manusia selaku penerima kebisingan. Untuk mengatasi hal itu maka kebisingan harus dikendalikan dengan meredamnya serendah mungkin. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi masalah kebisingan, yaitu sumber bising, jalan bunyi dan penerima. Prioritas pertama dalam pengendalian kebisingan adalah cara pertama yaitu dengan menguruangi bising pada sumbernya. Cara yang ditempuh untuk mengatasi kebisingan pada sumbernya (yang dalam hal ini mesin) adalah : a. Pemilihan mesin, merupakan prioritas pertama pada cara

pengendalian secara teknik. Dalam pemilihan mesin diupayakan agar memilih mesin yang tidak terlalu bising, karena tiap-tiap mesin mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga akan menghasilkan tingkat kebisingan yang berbeda pula.

b. Penempatan mesin pada posisi yang tepat. Cara ini dilakukan dengan meninjau jarak antara mesin dengan ruangan para pekerja dan dinding-dinding bangunan yang dapat memantulkan gelombang bunyi sehingga akan dapat memperkuat tingkat kebisingan

c. Pemakaian peredam pada mesin, merupakan cara pengendalian getaran. Pemakaian peredam dipasang di bawah sumber bunyi untuk mencegah getaran agar tidak diteruskan melalui struktur bangunan

d. Pemeliharaan mesin, merupakan cara pengendalian yang harus dilakukan secara berkala

e. Perbaikan mesin yang mengalami gangguan. Mesin yang mengalami gangguan sebelum pada akhirnya terjadi shut down akan menghasilkan tingkat kebisingan yang lebih tinggi dari pada kondisi normalnya

f. Lubrikasi pada mesin. Lubrikasi biasanya ditujukan pada komponen-komponen yang mengalami gesekan, karena kebisingan sebagian besar dihasilkan oleh gesekan tersebut

g. Machinery enclosures, merupakan salah satu cara pengendalian airbone noise. Cara ini terutama ditujukan untuk

3

mengendalikan airbone noise yang dihasilkan oleh motor-motor listrik (electric motor) dan transfomator (trasformers) karena enclosures ini dapat mereduksi tingkat intensitas suara sedangkan ventilasi tempat bekerja tetap memadai.

Prioritas kedua adalah dengan pengendalian bising pada jalan bunyi antara sumber dan penerima. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk pengendalian kebisingan dengan cara ini adalah : • Pemakaian barrier antara sumber dan penerima. • Pemakaian bahan penyerap kebisingan pada barrier. • Penempatan mesin yang tidak terlalu dekat dengan penerima • Pemakaian bahan penyerap pada ruang yang dikehendaki. Prioritas ketiga adalah peredaman bising pada penerima. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengendalian dengan cara ini, antara lain : a. Pemakaian alat pelindung telinga (ear plug/muff). b. Pengisolasian tempat/ruang yang dikehendaki Pengendalian Secara Administratif Pengendalian secara administratif bertujuan untuk membatasi pemaparan bising melalui pengendalian rencana kerja (any prosedure which limits daily noise exposure by control of the work schedule). Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara : a. Rotasi pekerjaan (job rotation) b. Pengadaan ruang kontrol (control room) c. Penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan d. Pemantauan lingkungan kerja dan evaluasi e. Pemeriksaan kesehatan, meliputi pemeriksaan pendengaran

baik sebelum bekerja, berkala, maupun secara khusus. Tujuan pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan tes audiometri adalah untuk mengetahui secara dini gangguan pendengaran (hearing loss) yang diderita oleh pekerja dan untuk mencegah agar gangguan tersebut tidak menjadi lebih parah, mengetahui keadaan kesehatan pendengaran dari calon pekerja, menunjukkan kepada pimpinan perusahaan dan pekerja tentang keuntungan dari pemakaian alat pelindung telinga dan mengidentifikasi pekerja yang sensitif terhadap efek kebisingan.

2.4 Peraturan Pemerintah

Dalam mengerjakan tugas akhir ini standart yang diberikan mengacu pada standart yang diberikan pemerintah melalui keputusan menteri tenaga kerja yaitu Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja. Berikut ini tabel yang telah di tetapkan oleh mentri tenaga kerja, tertanggal 16 April 1999 NAB. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat di terima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar. Kebisingan ditempat kerja ditetapkan 85 dBA dengan waktu kerja selama 8 jam perhari per minggu. Bila Tingkat Kebisingan tidak sebesar 85 dBA, waktunya ditetapkan seperti yang ditampilkan pada tabel 2.1. Terlihat bahwa bila tingkat kebisingan bertambah 3 dBA, maka lamanya waktu pemaparan menjadi setengah kali. 2.5 Skala Desibel Beberapa skala dB yang disesuaikan dengan karakteristik tanggapan telinga manusia terhadap suara antara lain sebagai berikut: 1. Skala dB (A) untuk menilai tanggapan manusia terhadap tingkat

bising lingkungan luar dan dalam bangunan yang berpengaruh terhadap kepekaan telinga manusia..

2. Skala dB(B) untuk tingkat yang lebih tinggi, seperti misalnya bising di lingkungan kerja di industri.

3. Skala dB (C) untuk tingkat bising industri yang lebih tinggi dari mesin-mesin.

2.6 Tingkat Tekanan Bunyi Tingkat tekanan bunyi total (Overall) Tingkat tekanan bunyi total (overall) ini merupakan tingkat tekanan bunyi pada suatu titik yang merupakan penjumlahan dari beberapa tingkat tekanan bunyi yang berasal dari bermacam-macam sumber bunyi di sekitar titik pengukuran Lpt (tingkat tekanan bunyi total) tersebut.

+++= 1010

210

1

10...101010LPnLPLP

LogLpt (2.1)

dimana Lpt = Tingkat tekanan bunyi total (overall) (dB) Tingkat Tekanan Bunyi Rata-Rata Tingkat tekanan bunyi rata-rata biasanya digunakan untuk menyatakan nilai rata-rata dari beberapa parameter yang memiliki nilai beragam. Perhitungan rata-rata umumnya digunakan dalam penentuan tingkat tekanan suara yang mewakili tingkat tekanan suara yang berubah-ubah dalam waktu yang singkat. Secara matematis perhitungan dari decibel rata-rata adalah:

(2.2)

dimana: n = banyaknya titik ukur L = TTB ditiap titik ukur (dB)

2.7 Bahan Penyerap Suara Semua bahan dan lapisan permukaan yang digunakan dalam konstruksi bangunan mempunyai kemampuan untuk menyerap bahan bunyi sampai suatu derajat tertentu. Bila bunyi menumbuk suatu permukaan, maka ia dipantulkan atau diserap. Energi bunyi yang diserap oleh lapisan penyerap sebagian diubah menjadi panas, tetapi sebagian besar ditransmisikan ke sisi lain lapisan tersebut, kecuali bila transmisi tadi dihalangi oleh penghalang yang berat dan kedap. Dengan perkataan lain penyerap bunyi yang baik adalah pentransmisi bunyi yang efisien dan karena itu insulator yang tidak baik. Sebaliknya dinding insulasi bunyi yang efektif akan menghalangi transmisi bunyi dari satu sisi ke sisi lain. Fenomena penyerapan suara oleh bahan-bahan akustik yang dipasang pada dinding ruangan merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan kondisi medan suara didalam suatu ruangan. Koefisien absorpsi suara suatu bahan dinyatakan sebagai perbandingan antara energi suara yang diserap oleh bahan dinyatakan sebagai perbandingan antara energi suara yang diserap oleh bahan tersebut dengan energi suara yang datang. Besarnya koefisien absorpsi suara suatu bahan ditentukan oleh beberapa kriteria : 1. Besarnya koefisien absorpsi suara suatu bahan bervariasi

terhadap frekuensi suara artinya harga α suatu bahan akustik berbeda-beda tehadap setiap frekuensi tengah.

2. Suatu bahan dari jenis, ketebalan atau kerapatan yang sama akan menghasilkan nilai α yang berbeda jika diletakkan atau instalasi pada bahan yang lain dan berbeda karakteristiknya.

3. Harga α suatu jenis bahan akan berbeda bila ketebalan dan kerapatan volumenya berbeda.

4. Harga α suatu bahan akan mengalami perubahan jika diberikan perlakuan terhadap permukaannya, misalnya dicat semprot atau cat poles.

5. Harga α suatu bahan akan mengalami perubahan jika diberikan perlakuan terhadap jika dipasang dengan rongga udara dibawahnya.

Lapisan dapat dipasang pada permukaan luar material penyerap suara untuk meningkatkan perlindungan terhadap kondisi fisik dan kontaminan. Ada dua tipe lapisan bahan penyerap suara, yaitu a. Perforated material facing (lapisan yang berlubang), misalnya

lembaran baja berlubang, baja yang mengembang, papan pancang dan bahan lain dengan lapisan yang terbuka sering kali digunakan untuk melindungi bahan penyerap suara. Penggunaan

4

bahan ini dapat melindungi dari penembusan material lain tetapi tidak dapat melindungi dari kontaminan seperti air dan minyak.

b. Film facing (lapisan tipis) dapat melindungi dari kontaminan seperti air minyak dan partikel udara lain.

Konstanta ruangan disimbulkan dengan R, maka R adalah

gabungan sedikit dari perhitungan tetapi properti dari kombinasi penyerapan suara bagian dalam permukaan ruangan. Dalam aplikasi di industri ini juga termasuk daerah dari semua perlengkapan. Untuk mencari nilai R digunakan persamaan berikut ini :

R = αα−1S

(2.3)

Dimana S adalah luas total daerah permukaan diruang penerima (m2) α adalah koefisien penyerapan rata-rata ruangan Dan untuk mencari α digunakan persamaan berikut :

α = ...

....

21

2211

++++

SSSS αα

(2.4)

dimana : α = koefisien absorbsi dari bahan

S =1 luas permukaan bahan Untuk koefisien serapan (α) ini dapat dicari dengan meliahat tabel berikut.

Tbl 2.2 Koefisien Serapan Bahan yang Umum Digunakan

Material Octave - Band Center Frequency (Hz) 125 250 500 1000 2000 4000

Brick, Unglazed 0.03 0.03 0.03 0.04 0.05 0.07

Brick, Unglazed, painted

0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.03

Carpet on foam rubber 0.08 0.24 0.57 0.69 0.71 0.73

Carpet on concrete 0.02 0.06 0.14 0.37 0.60 0.65

Concrete block, coarse 0.36 0.44 0.31 0.29 0.39 0.25

Concrete block, painted

0.10 0.05 0.06 0.07 0.09 0.08

Floors, concrete or terrazzo

0.01 0.01 0.015 0.02 0.02 0.02

Floors, resilient flooring on concrete

0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.02

Floors, hardwood 0.15 0.11 0.10 0.07 0.06 0.07

Glass, heavy plate 0.18 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02

Glass, standard window

0.35 0.25 0.18 0.12 0.07 0.04

Gypsum, board, 1/2 in.

0.29 0.10 0.05 0.04 0.07 0.09

Panels, fiberglass, 1 1/4 in

0.86 0.91 0.80 0.89 0.62 0.47

Panels, perforated metal, 4 in

0.70 0.99 0.99 0.99 0.94 0.83

Lanjutan Panels, perforated 0.21 0.87 1.52 1.37 1.34 1.22

metal with fiberglass insulation, 2 in Panels, perforated metal with fiberglass insulation, 4 in

0.89 1.20 1.16 1.09 1.01 1.03

Panels, plywood, 3/8 in

0.28 0.22 0.17 0.09 0.10 0.11

Plaster, gypsum or lime, rough finish on lath

0.02 0.03 0.04 0.05 0.04 0.03

Plaster, gypsum or lime, smooth finish on lath

0.02 0.02 0.03 0.04 0.04 0.03

Polyurethane foam, 1 in 0.16 0.25 0.45 0.84 0.97 0.87

Tile, ceiling, mineral fiber 0.18 0.45 0.81 0.97 0.93 0.82

Tile, marble or glazed 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.02

Wood, solid, 2 in 0.01 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04

2.8 Reduksi Bising dari Dinding

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa TL ditentukan oleh sifat fisis partisi, tanpa tergantung sifat akustik ruang-ruang yang dipisahkan oleh partisi tersebut. Reduksi bising (Noise Reduction/NR) adalah istilah yang lebih umum daripada TL untuk menyatakan insulasi bunyi antara ruang-ruang karena ikut memperhitungkan efek berbagai jejak transmisi antara ruang sumber dan ruang penerima dan juga sifat akustik ruang-ruang ini. NR yang dinyatakan dalam desibel diberikan oleh :

NR = Lp1 – Lp2 (2.5) atau NR = TL – 10 log [(1/4) + (Sw/R2)] (2.6) dengan NR = Noise Reduction (dB) TL = Transmission Loss (dB) Sw = Luas dinding (m2) R2 = Konstanta ruang (m2) Untuk mendapatkan nilai TL over all dari TL per frekuensi digunakan rumus berikut ini :

TL over all = 10 log

++ ......1010 10

210

1 TLTL

(2.7)

NR dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari TL, tergantung pada hubungan antara luas partisi dan penyerapan bunyi dalam ruang penerima. Dengan menambah luas partisi, terdapat transmisi bising yang lebih banyak, dan dengan penambahan penyerapan bunyi, terjadi transmisi bising yang lebih sedikit ke dalam ruang penerima. Bising mesin dapat terisolasi oleh satu dinding pemisah. Efektivitas tergantung pada kedua-duanya rugi transmisi dinding dan properti akustik yang diterima oleh ruangan tersebut. Reduksi bising atau noise reduction (NR) dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari TL tergantung pada hubungan antara luas partisi, penyerapan bunyi dalam ruang penerima. Bila insulasi berada pada ruang non reverberant, NR akan melampaui TL dengan sekitar 6 dB, yaitu :

NR = TL + 6 (2.8)

5

Bermacam-macam cara dapat dilakukan untuk mengeliminasi

atau mereduksi bising dengan efektif didalam maupun diluar ruangan atau bangunan. Menjadi sangat jelas bahwa perjuangan melawan bising yang dapat merusak dan senantiasa bertambah hanya akan membawa hasil yang memuaskan bila orang yang berhubungan dengan perancangan dan pengguanaan lingkungan baik didalam maupun diluar, bekerja bersama-sama untuk mencapai sasaran tersebut. Pengendalian bising dapat juga diperoleh lewat cara lain di luar perancangan, misalnya lewat modifikasi tertentu dari sumber atau jejak perambatan atau dengan pengaturan kembali seluruh daerah bising dengan sebaik-baiknya. Usaha ini ada dalam tangan pengusaha pabrik, manajemen kantor, dan lain – lain. 2.9 Rugi transmisi bunyi

Rugi transmisi bunyi yang disingkat TL (Transmision Loss) suatu partisi yang dinyatakan dalam dB merupakan ukuran insulasi bunyi. TL sama dengan jumlah dB berkurangnya energi bunyi datang pada partisi bila melewati struktur. Nilai numerik TL hanya bergantung dari partisi dan berubahnya frekuensi bunyi. Ia bergantung juga pada sifat akustik kedua ruang yang dipisahkan oleh partisi. TL merupakan perbandingan dari daya akustik yang menumbuk dinding dengan daya akustik yang disalurkan pada sisi-sisi lain dinding. Dari definisi di atas dapat diperoleh perumusan sebagai berikut :

TL = 10 log (2.9)

W1 = daya akustik yang menumbuk dinding W2 = daya akustik yang meradiasikan dinding ke permukaan

lain.

Dapat didefinisikan koefisien transmisi sebagai harga kuadrat tekanan yang menumbuk atau sebagai perbandingan daya yang timbul dari suatu sisi dengan daya pada suatu permukaan yang ditumbuk :

τ = (2.10)

τ = koefisien transmisi

Komposisi Rugi Transmisi Bunyi (Transmission Loss) Sebuah partisi sering kali tidak terdiri dari satu bahan saja tetapi terdiri dari dua atau lebih kombinasi bahan. Reduksi bising dari partisi tergantung pada energi yang tertransmisi dapat dirumuskan:

TL = 10 log (2.11)

Dimana TL = transmisi loss, dB τ = rata-rata koefisien transmisi. Dalam menghitung insulasi bunyi pada partisi yang lebih dari satu bahan, diketahui dahulu koefisien masing-masing bahan, sehingga untuk mencari absorpsi koefisien transmisi rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut : [BJ Smith, 1996]

τ =

= (2.12) Dimana τ = koefisien transmisi S= area setiap bahan Rugi transmisi juga dipengaruhi oleh adanya frekuensi. Untuk frekuensi yang rendah, TL dipengaruhi oleh ketebalan dari dinding, sedangkan untuk frekuensi yang semakin besar TL dipengaruhi oleh massa dari dinding.

Tbl 2.3 Transmission Loss Bahan yang Umum Digunakan

Material 125 250 500 1k 20k 4k 8k

Brick, 4 in 30 36 37 37 37 43

Lanjutan Cinder Block,

7 5/8 in, hollow 33 33 33 39 45 51

Concrete Block, 6in, lightweight, painted 33 34 35 38 46 52 55

Concrete, 4 in 29 35 37 43 44 50 55 Curtain, lead vinyl,

1 1/2 lb/ftP

2 22 23 25 31 35 42 -

Lead 1 3/2 in 22 24 29 33 40 43 49

Lead vinyl 1 lb/ft² 15 17 21 28 26 32 37

Door, hardwood, 2 5/8 in 26 33 40 43 48 51 -

Fiber tile, filled mineral, 5/8 in 30 32 39 43 53 60 -

Glass, 1/4 in 17 23 25 27 28 29 30

Glass plate, 1/4 in 25 29 33 36 26 35 -

Glass, laminated, 1/2 in 23 31 38 40 47 52 -

Plexiglass 1 in thick 25 28 32 32 34 46 46 Panels, perforated metal with mineral fiber insulator, 4 in 28 34 40 48 56 62 -

Plywood, 1/4 in, 0.7 lb/ftP

2 17 15 20 24 28 27 - Plywood 3/4 in,

2 lb/ftP

2 24 22 27 28 25 27 35 Steel, 18 gauge,

2 lb/ftP

2 15 19 31 32 35 48 53 Steel, 16 gauge,

2.5 lb/ftP

2 21 30 34 37 40 47 - Rugi transmisi juga dipengaruhi oleh adanya frekuensi. Untuk frekuensi yang rendah TL dipengaruhi oleh ketebalan dari dinding, sedangkan untuk frekuensi yang makin besar TL nya dipengaruhi oleh massa dari dinding perumusan yang berkaitan dengan frekuensi adalah sebagai berikut

6

Tbl 2.4 Kerapatan Material

Dalam hal ini TL akan bertambah setidaknya 6 dB untuk penambahan 2 kali lipat dari frekuensi atau massa jenis dinding. Beberapa bahan yang telah diketahui TL dan kerapatan massa jenisnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tbl 2.5 Karakteristik Material Bangunan Bahan Ketebalan

Minimum (mm)

Densitas Permukaan

(kg/m2)

Transmission Loss(dBA)

Polycarbonate 8-12 10-14 30-33 Acrylic 15 18 32

Concrete Block 200 151 34 Dense Concrete 100 244 40 Light Concrete 150 244 39

Brick 150 288 40 Steel, 18 ga 1,27 9,8 25

Lanjutan Steel 20 ga 0,95 7,3 22 Steel 22 ga 0,79 6,1 20

Aluminium Sheet 3,18 8,8 25 Wood 25 18 21

Plywood 25 16,1 23 Absorptive panels with polyester film backed by metal

sheet

50-125 20-30 30-47

Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung TL yang berhubungan dengan frekuensi :

TL = (20 log f) + (20 log W) – C (2.13) dimana f adalah frekuensi (Hz). W adalah kerapatan massa jenis (kg/m2/cm). C adalah koefisien dengan nilai yang sudah ditetapkan 47 2.10 Rugi Transmisi Keseluruhan Cara penjumlahan nilai tingkat tekanan bunyi secara logaritmik berlaku persamaan sebagai berikut

TLoverall= 10 log (Σ 10 Lpi/10) (2.14) Keterangan : Lpi = nilai rugi transmisi yang ke-i (dB) 2.11 Ruang Akustik

Tingkat bunyi (Lp) didalam sebuah bagian dari ruangan adalah perhitungan yang umum digunakan sebagai berikut

)4()4

log(10 21 RrQLL WP +××

+=π

(2.15)

LW adalah tingkat daya suara dari sumber bunyi ( dB). R adalah diskripsi dari properti akustik dalam ruangan (m2). r adalah jarak dari sumber bunyi dimana tingkat suara diperhitungkan (m). Q adalah perhitungan untuk perencanaan pemantulan yang menyatakan bahwa bentuk sumber dari kebisingan dan untuk model umum yang digunakan sebagai berikut

Tbl 2.6 Perhitungan Untuk Perencanaan Pemantulan Q Boundary Conditions 1 Sumber bunyi bebas. 2 Sumber bunyi dengan pemantulan tunggal

pada plane (lantai) 4 Sumber bunyi diatas lantai dekat langit –

langit atau dekat dengan dinding vertical. 8 Sumber bising di sudut ruangan :

tiga permukaan yang terdiri dari dua dinding dan satu lantai atau langit – langit.

Jika menggunakan satuan feet (ft), maka persamaannya menjadi

3.10)4()4

log(10 21 ++××

+=Rr

QLL WP π (2.16)

Untuk mengetahui tingkat tekanan bunyi yang berada diluar rungan atau yang diterima oleh pendengar dapat dirumuskan sebagai berikut

)()41log(10

112 R

STLLL WPP ++−= (2.17)

2.12 Tipe Enclosure Jika suatu mesin yang sedang memproduksi akan menghasilkan gangguan suara yang mempunyai kebisingan sangat tinggi dan tidak mudah untuk mengurangi kebisingannya. Enclosure adalah satu struktur yang dapat membungkus satu sumber kebisingan (mesin). Enclosure bisa digunakan untuk satu mesin, satu set mesin atau satu bagian mesin lainnya. Dalam aplikasinya, akustik enclosure menyediakan satu alat yang mampu mereduksi atau mengurangi kebisingan pada level yang dapat diterima. Enclosure mempunyai beberapa tipe tergantung dengan persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan tingkat pengurangan gangguan yang diperlukan. Ada beberapa Jenis enclosure yang akan dibahas pada bagian ini, sebagai berikut : 1. Enclosure lengkap (complete enclosure).

Dimana suatu kebisingan mesin dapat direduksi 20 dB atau lebih maka harus menggunakan complete enclosure karena mampu mengurangi NR (noise reduction) terbesar dari sistem lain. Di dalam mendesain enclosure lengkap, bising bersifat bergaung atau menggema di dalam enclosure harus tidak ada yang lewat atau keluar.

2. Enclosure sebagian (partial enclosure). Pengendalian menggunakan enclosure sebagian biasanya terdapat satu bagian terbuka yang sangat besar

3. Enclosure besar Untuk enclosure besar mempunyai ukuran luas cukup besar dan dimana bisa disesuaikan dengan ukuran besar dari mesin tersebut. Enclosure besar ada dua cara yaitu :

a. Enclosure di dalam ruang terbuka (Enclosure in open

space). Sebenarnya enclosure untuk mesin berada dalam ruang terbuka, karena noise reduction nilainya hampir sama dengan nilai transmission loss pada dinding enclosurenya:

NR = TL (2.18)

Noise Reduction dapat juga ditulis dengan persamaan sebagai berikut

NR = SPLdidalam enclosure – SPLdiluar enclosu (2.19) Dimana

TL = transmission loss dari dinding .

Material Densitas Permukaan Tebal (Lb/ft2 per in tebal)

Tebal (kg/m2 per tebal)

Brick 10-12 19-23 Cinder Concrete

8 15

Dense Concrete

12 23

Wood 2-4 4-8 Common Glass

15 29

Lead Sheets 65 125 Gypsum 5 10 Iron 78,7

7

SPL = nilai tingkat tekanan bunyi b. Enclosure dalam ruang tertutup.

Biasanya peletakan enclosure berada di dalam ruang sehingga dipengaruhi oleh pantulan dari bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi.

4. Enclosure kecil (close fitting enclosure). Untuk enclosure kecil mempunyai ukuran luas material cukup

kecil dan dimana biasanya operator tidak memerlukan akses ke dalam pembungkus.

2.13 Pengukuran kebisingan Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika berteriak suara akan lebih kuat daripada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat. Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan cara : a. Noise Level Meter dan Noise Analyzer, untuk mengidentifikasi

paparan. b. Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama

paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja. Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level meter sudah cukup banyak memberikan informasi. SLM adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total.

Gbr 2.1 Sound Level Meter Tipe IEC 651 TYPE II

Sound level adalah tingkat tekanan suara yang mempunyai tekanan tertentu menurut grafik atau kurva tekanan atau pembobotan. Pada grafik tekanan, memperkembangkan metode yang lebih baik secara subjektif mempunyai nilai kebisingan yang dapat mempengaruhi pendengaran manusia. Ada tiga tingkatan yaitu A, B, dan C yang sering digunakan. Tingkat kebisingan A untuk level dibawah 55 dB, tingkat kebisingan B untuk kebisingan antara 55 sampai 85 dB, dan tingkat kebisingan C untuk kebisingan diatas 85 dB. Respon frekuensi dan konversi desible, untuk tingkat kebisingan dapat dilihat pada gambar 2.2. Penggunaan tingkat kebisingan A untuk pengukuran yang berhubungan langsung dengan kebisingan pada manusia, keduanya mempunyai potensi untuk kerusakan dan gangguan pendengaran.

Seperti yang ditunjukkan pada SLM. Sound level dilambangkan dengan L dan dengan satuannya dBA. Pengukuran tingkat kebisingan B dan C, untuk satuannya dapat menggunakan dBB dan dBC. Tabel untuk konversi penjumlahan tingkat kebisingan dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 Konversi dBA ke dB

No. frequency A weighting (dB)

B weighting (dB)

C weighting (dB)

1 10 -70.4 -38.2 -14.3 2 12.5 -63.4 -33.2 -11.2 3 16 -56.7 -28.5 -8.5 4 20 -50.5 -24.2 -6.2 5 25 -44.7 -20.4 -4.4 6 31.5 -39.4 -17.1 -3.0 7 40 -34.6 -14.2 -2.0 8 50 -30.2 -11.6 -1.3 9 63 -26.2 -9.3 -0.8 10 80 -22.5 -7.4 -0.5 11 100 -19.1 -5.6 -0.3 12 125 -16.1 -4.2 -0.2 13 160 -13.4 -3.0 -0.1 14 200 -10.9 -2.0 0 15 250 -8.6 -1.3 0 16 315 -6.6 -0.8 0 17 400 -4.8 -0.5 0 18 500 -3.2 -0.3 0 19 630 -1.9 -0.1 0 20 800 -0.8 0 0 21 1000 0 0 0 Lanjutan 22 1250 +0.6 0 0 23 1600 +1.0 0 -0.1 24 2000 +1.2 -0.1 -0.2 25 2500 +1.3 -0.2 -0.3 26 3150 +1.2 -0.4 -0.5 27 4000 +1.0 -0.7 -0.8 28 5000 +0.5 -1.2 -1.3 29 6300 -0.1 -1.9 -2.0 30 8000 -1.1 -2.9 -3.0 31 10000 -2.5 -4.3 -4.4 32 12500 -4.3 -6.1 -6.2 33 16000 -6.6 -8.4 -8.5

34 20000 -9.3 -11.1 -11.2

8

Gbr 2.2 Respon Frekuensi dan Konversi Desibel

Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Perancangan

Tidak

Ya

Gbr 3.1 Diagram alir langkah langkah perancangan 3.2 Identifikasi Permasalahan Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengidentifikasi langsung pada lokasi yang menjadi objek studi yaitu area rumah pompa. Ketegan sebagai tempat pengambilan data. Identifikasi yang dilakukan adalah identifikasi data yang diambil seberapa banyak dan dilakukan dititik mana. Pengambilan data dilakukan untuk mendapatkan permasalahan yang akan dibahas. Permasalahan yang ditemukan pada saat observasi dilokasi kemudian dilakukan analisa diperkuat dengan pencarian referensi teori yang relevan sehingga hasil yang didapatkan dapat dipertanggung jawabkan. Dari hasil pengambilan data yang telah dilakukan pada are rumah pompa diperoleh bahwa tingkat kebisingan mencapai 99 dBA pada

pengukuran overall. Standard yang ditetapkan pemerintah pada surat keputusan menteri tenaga kerja tingkat ambang batas bising (NAB) yang ditetapkan adalah 85 dBA. Jika kebisingan tersebut terpapar secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan yaitu pada gangguan pendengaran. 3.3 Pengumpulan Data Pengambilan data ini dilakukan dalam pada saat trial pompa, dimana terdapat 4 pompa yang semuanya menyala. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber bising maksimum yang terdapat pada area rumah pompa yang bersumber dari pompa yang menyala. Ada beberapa prosedur pengambilan data dan pengukuran meliputi : • Membuat sketsa lokasi yang akan diukur penyebaran

bisingnya. • Menentukan titik pengukuran kebisingan pada rumah

pompa. • Pengambilan data dilakukan sesuai dengan layout plant,

yang mana di ambil dengan 16 titik luas area dengan panjang = 23m dan lebar = 6m.

• Melakukan pengukuran kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM) tipe IEC 651 TYPE II dengan setting 1/3 oktaf dBA

• Melakukan pengukuran kebisingan dengan nilai TTB (dB) pada frekuensi overall, 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1 kHz, 2 kHz, 4 kHz, untuk selang waktu 60 detik pada setiap titik ukur.

Rumah pompa Ketegan memiliki panjang 28m dan lebar 11,5m. Pengambilan data pengendalian kebisingan mengambil luasan 138m2. Terdapat 4 buah sistem pompa di Ketegan. Pompa di ketegan menggunakan jenis Cenrtifugal merk Torishima CDM500. Terdapat dua level ketinggian untuk pengambilan data seperti yang terlihat pada gambar 3.2.

Gbr 3.2 Titik Pengukuran Tampak Depan

Pada gambar 3.2 terdapat dua level ketinggian. Level I merupakan titik pengukuran yang terletak didalam ruang pompa, dan pengukuran dilakukan dengan jarak 0,5 meter tepat diatas mesin pompa yang menyala. Level II merupakan titik pengukuran yang terletak diatas ruang pompa, dan pengukuran dilakukan dengan jarak 1,5 meter tepat diatas mesin pompa yang menyala atau 1 meter tepat diatas titik

MULAI

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

KESIMPULAN DAN SARAN

PENGUMPULAN DATA

ANALISA DATA

PENGOLAHAN DATA

SELESAI

SESUAI STANDART

PENENTUAN TINDAKAN

9

pengukuran yang terletak pada level I. Selain terdapat 2 level ketinggian juga terdapat titik A, B, dan C serta titik 1, 2, 3, dan 4. Seperti yang terlihat pada gambar 3.3.

Gbr 3.3 Titik Pengukuran Tampak Atas

Titik A merupakan titik pengukuran pada level I yang terletak didalam ruang kontrol, dan pengukuran dilakukan dengan jarak 0,5 meter dari dinding ruang kontrol. Titik B merupakan titik pengukuran pada level I yang terletak diluar ruang kontrol, dan pengukuran dilakukan dengan jarak 1 meter dari dinding ruang kontrol. Titik C merupakan titik pengukuran pada level I dan level II yang terletak didalam ruang pompa dan diatas ruang pompa, dan pengukuran dilakukan dengan jarak 4,5 meter dari dinding ruang kontrol. Titik 1, 2, 3, dan 4 merupakan titik pengukuran yang letaknya sejajar dengan pompa 1, 2, 3, dan 4. Sehingga terdapat 16 titik pengukuran apabila dilihat dari samping akan tampak seperti yang terlihat pada gambar 3.4.

Gbr 3.4 Titik Pengukuran Tampak Samping

3.4. Pengolahan Data Setelah mendapatkan data dari hasil pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter (SLM) dilakukan pengolahan data untuk perancangan enclosure. Ada beberapa langkah-langkah dalam perancangan enclosure melalui

perhitungan. Langkah Pertama adalah merubah satuan tingkat kebisingan dari dBA ke dB. Setelah satuan tingkat kebisingan diubah lalu mencari nilai NR ( noise reduction ). Dalam perancangan enclousure yang akan dibuat ini penurunan tingkat kebisingan yang diinginkan adalah 30 dB dari sumber bising yang ditimbulkan oleh mesin pompa. Sesudah nilai NR diketahui langkah ketiga mencari nilai TL lalu mencari nilai kerapatan massa bahan. Pada pengambilan data yang telah dilakukan didapatkan data untuk LP1 dan untuk mendapatkan nilai kerapatan massa atau surface density maka nilai NR harus diketahui dulu dengan menggunakan persamaan 2.19. Dari hasil pengukuran hanya mendapatkan nilai LP1 maka nilai dari NR diperkirakan, untuk menghitung nilai TL. Dalam pencarian nilai TL persamaan yang di gunakan adalah persamaan 2.6 karena ukuran dari ruangan telah diketahui. Dengan menggunakan perumusan seperti diatas maka akan didapatkan nilai Transsmision Loss (TL). Setelah nilai Transmission Loss telah didapatkan maka seperti tampak pada tabel diatas bahan pembuatan enclousure dapat diketahui dengan menggunakan perumusan 2.13. Dari perhitungan diatas maka didapatkan nilai kerapatan massa bahan enclosure, kerapatan massa bahan ini berfungsi untuk menentukan bahan pembuatan enclosure dengan ketebalan 1 cm. W atau kerapatan massa untuk mengetahui bahan yang akan digunakan dalam pembuatan enclosure. Pada pemilihan bahan enclosure nilai W yang paling tinggi yang dipakai, dan nilai tertinggi pada tabel diatas adalah pada frekuensi 125 Hz dan nilai densitasnya 66 Kg/m2 per tebal. Pada nilai densitas 66 Kg/m2 per tebal maka bahan yang dapat di gunakan dengan mengacu pada tabel 2.4, maka bahan dapat ditentukan bahan yang akan digunakan adalah beton dan besi.

IV. ANALISA DATA 4.1. Data Hasil Pengukuran Kebisingan Berikut data yang didapatkan dari pengukuran kebisingan di area rumah pompa Ketegan PDAM Surya Sembada dengan menggunakan alat ukur tingkat tekanan bunyi yaitu Sound Level Meter dan juga menggunakan software realtime analyzer untuk mengetahui data per frekuensi didapatkan 16 data titik pengukuran yang masing-masing di ambil TTB maksimumnya. Pengambilan data ini dilakukan pada saat trial pompa dimana keempat pompa menyala.

Tbl 4.1 Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Titik I 1 C, I 2 C, I 3 C, dan I 4 C

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dBA

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

I 1 C 96,05 75,24 83,45 87,58 91,55 90,78 87,62

I 2 C 99,32 73,53 82,01 88,59 91,47 95,53 94,27

I 3 C 98,82 74,14 81,52 88,54 90,88 94,49 94,33

I 4 C 99,36 73,14 82,13 88,63 91,3 95,71 94,22

Tbl 4.2 Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di

Titik II 1 C, II 2 C, II 3 C, dan II 4 C Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dBA

Overall frekuensi, Hz 125 250 500 1k 2k 4k

II 1 C 92,16 71,92 79,03 83,15 87,37 87,47 83,78

10

II 2 C 95,54 69,66 78,5 84,46 87,47 91,62 90,819

II 3 C 95,20 70,84 77,69 84,65 87,46 90,9 90,66

II 4 C 95,44 69,58 78,756 84,51 87,29 91,6 90,61

Tbl 4.3 Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Titik II 1 B, II 2 B, II 3 B, dan II 4 B

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dBA

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

II 1 B 90,13 69,78 77,47 81,2 85,65 85,33 81

II 2 B 93,32 67,28 76,65 82,39 85,88 89,17 88,51

II 3 B 93,19 68,19 75,4 82,01 85,22 89,35 88,4

II 4 B 93,40 67,26 76,37 82,19 85,95 89,28 88,64

Tbl 4.4 Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan

di Titik II 1 A, II 2 A, II 3 A, dan II 4 A

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dBA

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k II 1 A 81,93 58,61 63,2 64,06 78,13 78,62 71,02

II 2 A 82,79 57 68,98 65,77 82,15 70,68 63,69

II 3 A 83,87 55,66 66,33 69,56 83,24 72,1 64,61

II 4 A 82,06 58,31 80,76 71,59 72,74 68,27 59,23

Analisa data dilakukan untuk mengetahui tingkat kebisingan apakah sesuai dengan standart yan ditetapkan atau tidak. Dari tingkat kebisingan yang ada didalam rumah pompa, dapat diketahui dampak yang diakibatkan dari tingkat kebisingan di rumah pompa bagi para pekerja sehingga kita harus meminimalisir dampak bising tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu rekayasa engineering yang mampu mengendalikan kebisingan di rumah pompa untuk mengurangi tingkat kebisingan sebagai langkah penentuan tindakan selanjutnya. Rekayasa engineering yang akan direncanakan adalah enclosure ruangan dengan cara menggunakan lapisan bahan yang tepat untuk mengendalikan kebisingannya. Dari analisa data yang telah diambil, ditentukan metode pengendalian yang sesuai yaitu pada sumber bunyi. Setelah bahan diketahui langkah selanjutnya adalah desain enclosure, dari perhitungan surface density maka diketahui jenis bahan untuk pembuatan enclosure. Pada bahan-bahan tersebut mempunyai nilai absorpsi yang berbeda-beda tergantung dari kegunaan dan tebal bahan. Pada desain ini panjang dan lebar enclosure adalah p = 23 m dan l = 6m. Dilihat dari perhitungan yang hasilnya akan disamakan nilainya pada tabel 2.5 maka didapatkan bahan yang akan digunakan. Setelah bahan sudah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah perhitungan setelah dienclousure. Pada langkah ini sangat penting untuk mengetahui seberapa besar tingkat tekanan bunyi yang nantinya dapat diterima oleh pendengar

atau orang yang menerima bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin industri, maka dalam hal ini digunakan persamaan 2.15 dengan jarak r = 0,5 m, faktor keterarahan = 2 karena berada diatas lantai, luas area 138 m2 dan konstanta ruangan disesuaikan dengan nilai dari absorpsi atau penyerapan suatu bahan pada setiap frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 2.2. Nilai LP1 adalah tingkat tekanan bunyi yang didapat dari perhitungan didalam ruangan mesin yang telah di enclosure, dan Lw adalah tingkat kebisingan yang didapat dari pengukuran yang ditimbulkan dari bunyi mesin sebelum di enclosure. Untuk mengetahui keberhasilan dalam pembuatan enclosure ini dapat diketahui dari besarnya tingkat kebisingan diluar ruangan atau enclosure dengan menggunakan persamaan 2.17. Dari data hasil pengukuran diketahui bahwa sumber bising overall tertinggi adalah didalam ruang pompa dengan TTB 99 dBA dan didalam ruang kontrol TTB juga tinggi di atas 83 dBA, sehingga perlu dikendalikan. Tujuan tugas akhir yang dikerjakan ini adalah dapat mengendalikan tingkat tekanan bunyi sebesar 30 dB dari hasil pengukuran semula. Pengendalian yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah pengendalian pada jalan bunyi dengan cara penambahan material akustik. Dari 16 titik pengukuran yang diambil akan digunakan untuk melakukan pengolahan data. Titik-titik tersebut adalah pengukuran pada titik ukur didalam ruang pompa ( I 1 C, I 2 C, I 3 C, dan I 4 C ), diatas ruang pompa ( II 1 C, II 2 C, II 3 C, dan II 4 C ), diluar ruang kontrol ( II 1 B, II 2 B, II 3 B, dan II 4 B ), dan didalam ruang kontrol ( II 1 A, II 2 A, II 3 A, dan II 4 A ) karena merupakan titik-titik yang TTB nya tinggi. Jika tingkat kebisingan yang keluar dari dalam ruang pompa bisa dikendalikan dan diturunkan TTB nya di bawah 85 dBA tentunya untuk titik-titik lainnya TTB nya juga akan turun. Kemudian langkah selanjutnya dalam pengendalian tingkat kebisingan adalah menghitung nilai NR (noise reduction), dalam pengukuran yang didapatkan adalah data untuk tingkat tekanan bunyi secara keseluruhan atau LP1. Dalam menghitung transmission loss nilai LP1 dan LP2 harus diketahui untuk mendapatkan nilai dari NR karena LP2 belum diketahui maka untuk nilai NR menggunakan perumpamaan. Untuk nilai LP1 dari pengukuran masih dalam bentuk dBA (pengukuran bising pada penerima) maka perlu pengkonversian untuk diubah dalam bentuk dBSPL dengan melihat tabel 2.7, hal ini dikarenakan pada pengolahan data atau perhitungan satuan yang digunakan adalah dB.

Tbl 4.5 Konversi Tingkat Kebisingan Hasil Pengukuran di Titik I 1 C, I 2 C, I 3 C, I 4 C dari dBA ke dB

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

I 1 C 98,42 91,34 92,05 90,78 91,55 89,58 86,62

I 2 C 99,91 89,63 90,61 91,79 91,47 94,33 93,27

I 3 C 99,58 90,24 90,12 91,74 90,88 93,29 93,33

I 4 C 99,92 89,24 90,73 91,83 91,3 94,51 93,22

11

Tbl 4.6 Konversi Tingkat Kebisingan Hasil Pengukuran di Titik II 1 C, II 2 C, II 3 C, II 4 C dari dBA ke dB

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k II 1 C 94,47 88,02 87,63 86,35 87,37 86,27 82,78

II 2 C 96,11 85,76 87,1 87,66 87,47 90,42 89,819

II 3 C 95,96 86,94 86,29 87,85 87,46 89,7 89,66

II 4 C 96,07 85,68 87,356 87,71 87,29 90,4 89,61

Tbl 4.7 Konversi Tingkat Kebisingan Hasil Pengukuran

di Titik II 1 B, II 2 B, II 3 B, II 4 B dari dBA ke dB

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

II 1 B 92,53 85,88 86,07 84,4 85,65 84,13 80

II 2 B 93,96 83,38 85,25 85,59 85,88 87,97 87,51

II 3 B 93,77 84,29 84 85,21 85,22 88,15 87,4

II 4 B 93,96 83,36 84,97 85,39 85,95 88,08 87,64

Tbl 4.8 Konversi Tingkat Kebisingan Hasil Pengukuran

di Titik II 1 A, II 2 A, II 3 A, II 4 A dari dBA ke dB

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

II 1 A 82,56 74,71 71,8 67,26 78,13 77,42 70,02

II 2 A 84,15 73,1 77,58 68,97 82,15 69,48 62,69

II 3 A 84,63 71,76 74,93 72,76 83,24 70,9 63,61

II 4 A 89,75 74,41 89,36 74,79 72,74 67,07 58,23 Setelah data dari pengukuran dikonversi dari dBA ke dB, lalu mencari nilai NR awal diatas ruang pompa, diluar ruang kontrol, dan didalam ruang kontrol pada titik pengukuran masing-masing dengan cara dikurangi.

Tbl 4.9 NR Didalam Ruang Pompa Menuju Atas Ruang Pompa

Tbl 4.10 NR Diatas Ruang Pompa Menuju Luar Ruang Kontrol

Titik Ukur Noise Reduction, NR, dB

Overall frekuensi, Hz 125 250 500 1k 2k 4k

II 1 C – II 1 B 9,85 2,14 1,56 1,95 1,72 2,14 2,78

II 2 C – II 2 B 9,90 2,38 1,85 2,07 1,59 2,45 2,31

II 3 C – II 3 B 10,07 2,65 2,29 2,64 2,24 1,55 2,26

II 4 C – II 4 B 9,91 2,32 2,39 2,32 1,34 2,32 1,97

Tbl 4.11 NR Diluar Ruang Kontrol Menuju

Dalam Ruang Kontrol

Titik Ukur Noise Reduction, NR, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

II 1 B – II 1 A 20,49 11,17 14,27 17,14 7,52 6,71 9,98

II 2 B – II 2 A 26,42 10,28 7,67 16,62 3,73 18,49 24,82

II 3 B – II 3 A 25,28 12,53 9,07 12,45 1,98 17,25 23,79

II 4 B – II 4 A 30,17 8,95 -4,39 10,60 13,21 21,01 29,41

4.2. Perhitungan Hasil Pengukuran Setelah mengkonversi data dari satuan dBA ke dB, langkah selanjutnya adalah mencari nilai TL dari hasil pengukuran dengan menggunakan persamaan 2.6 dikarenakan mesin pompa terletak pada kondisi ruang yang telah diketahui ukurannya dan sebelumnya harus ditentukan nilai NR yang diinginkan, dimana NR yang diinginkan adalah sebesar 30 dB. Setelah menentukan nilai NR selanjutnya dicari nilai dari R2 ( konstanta ruang diatas ruang pompa) dengan menggunakan persamaan 2.3, karena nilai α belum diketahui maka sebelum mencari R2 di cari terlebih dahulu nilai α dengan menggunakan persamaan 2.4, maka didapatkan hasil perhitungan nilai Transmission Loss. Berikut ini hasil perhitungan pada titik ukur II 1 C, II 2 C, II 3 C dan II 4 C.

Tbl 4.12 Hasil Perhitungan TL (Transmission Loss) Dalam dB di Titik Ukur II 1 C

frekuensi 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1kHz 2kHz 4kHz

Sw 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5

ᾱ2 0,521 0,572 0,538 0,532 0,553 0,505

R2 208,94 256,65 224,00 218,41 237,72 196,48

TL 26,18 25,85 26,06 26,11 25,97 26,29

Tbl 4.13 Hasil Perhitungan TL (Transmission Loss) Dalam dB di Titik Ukur II 2 C, II 3 C

frekuensi 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1kHz 2kHz 4kHz

Sw 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5

ᾱ2 0,512 0,571 0,538 0,532 0,551 0,500

R2 201,72 256,34 223,73 218,16 236,04 192,61

TL 26,24 25,85 26,07 26,11 25,98 26,33

Titik Ukur

Noise Reduction, NR, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k I 1 C – II

1 C 11,72 3,32 4,42 4,43 4,18 3,31 3,84

I 2 C – II 2 C 11,60 3,87 3,51 4,13 4,00 3,91 3,45

I 3 C – II 3 C 11,40 3,30 3,83 3,89 3,42 3,59 3,67

I 4 C – II 4 C 11,59 3,56 3,37 4,12 4,01 4,11 3,61

12

Tbl 4.14 Hasil Perhitungan TL (Transmission Loss) Dalam dB di Titik Ukur II 4 C

frekuensi 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1kHz 2kHz 4kHz Sw 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5 ᾱ2 0,366 0,417 0,385 0,379 0,400 0,354 R2 111,13 137,65 120,46 117,30 128,14 105,38 TL 27,49 27,00 27,29 27,36 27,15 27,61

Setelah melakukan perhitungan untuk mencari TL didapatkan nilai TL seperti diatas. Dari nilai TL yang didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai W atau kerapatan densitasnya dengan menggunakan perumusan 2.13. Dari perhitungan didapatkan nilai kerapatan densitasnya yang ditunjukkan pada tabel 4.15. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan kerapatan massa.

Tbl 4.15 Hasil Perhitungan Kerapatan Massa

Frekuensi Hz

125 250 500 1K 2K 4K

W (Kg/m2/cm) 66 36 19 9 4 2 Dari hasil perhitungan yang tampak pada tabel 4.15, nilai kerapatan massa tertinggi terdapat pada frekuensi 125 Hz dengan nilai 66 Kg/ m2 per cm tebal. Dalam pemilihan bahan untuk enclosure ini nilai W sangat berperan penting dalam penentuan bahan yang akan digunakan untuk mendesain enclosure. Sesudah nilai W diketahui maka pada bahan yang digunakan dapat diketahui dengan melihat tabel 2.4 dan 2.5. dalam pemilihan bahan nilai W pada tabel tidak boleh kurang dari nilai W dari perhitungan, jika nilai W pada tabel kurang dari nilai W pada tabel maka bisa juga dengan melakukan penambahan bahan tetapi dengan bahan yang sama. Setelah bahan sudah diketahui lalu dilanjutkan dengan menghitung Lp1 setelah diberi enclousure, dalam perhitungan Lp1 ini akan dapat diketahui nilai tingkat tekanan bunyi yang berada didalam ruangan. Tetapi Sebelum menghitung LP1 terlebih dahulu mencari nilai untuk ruang konstannya yang disimbulkan dengan R1 ( konstanta ruang didalam ruang pompa) dengan satuan m2. Untuk mencari nilai R1 dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 2.3, karena nilai

α belum diketahui maka sebelum mencari R1 di cari terlebih dahulu nilai α dengan menggunakan persamaan 2.4. Pada persamaan tersebut menggunakan luasan maka luas dinding enclosure harus diketahui terlebih dahulu, pada perancangan enclosure ini untuk luas dinding keseluruhan adalah 138 m2.

Tbl 4.16 Hasil Perhitungan R1 (konstanta ruang) Dalam dB Pada Tiap Frekuensi di Titik Ukur I 1 C, I 4 C

frekuensi 125 Hz

250 Hz

500 Hz 1kHz 2kHz 4kHz

Sw 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5

ᾱ1 0,338 0,379 0,377 0,378 0,380 0,356

R1 66,63 79,68 78,93 79,16 79,94 72,05

Tbl 4.17 Hasil Perhitungan R1 (konstanta ruang) Dalam dB Pada Tiap Frekuensi di Titik Ukur I 2 C, I 3 C

frekuensi 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1kHz 2kHz 4kHz

Sw 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5 34,5

ᾱ1 0,462 0,515 0,512 0,512 0,512 0,482

R1 111,89 138,70 136,70 137,08 137,18 121,52 Dengan memasukkan jumlah luas dinding keseluruhan disimbulkan dengan S dan nilai absorbsi rata-rata disimbulkan dengan α maka didapatkan harga ruang konstan. Setelah nilai dari ruang konstan tersebut diperoleh lalu menghitung tingkat tekanan bunyi yang berada dalam ruangan. Dimana dalam menghitung Tingkat tekanan bunyi yang berada didalam ruangan menggunakan persamaan 2.15. setelah diketahui nilai dari masing-masing variable lalu memasukkan variabel-variabel tersebut ke persamaan 2.15, yaitu memasukkan nilai dari jarak mesin dengan dinding, konstanta ruangan, tingkat tekanan bunyi yang diperoleh dari hasil pengukuran dan faktor keterarahannya maka nilai LP1 dapat diketahui, karena mesin berada di atas lantai maka faktor keterarahannya adalah 2.

Tbl 4.18 Data Tingkat Kebisingan Setelah Enclosure di Titik I 1 C’ , I 2 C’ , I 3 C’ , dan I 4 C’

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

I 1 C’ 100,04 92,91 93,68 92,41 93,18 91,21 88,22

I 2 C’ 101,54 91,20 92,24 93,42 93,10 95,96 94,87

I 3 C’ 101,20 91,81 91,75 93,37 92,51 94,92 94,93

I 4 C’ 101,54 90,81 92,36 93,46 92,93 96,14 94, 82

Dari perhitungan nilai LP1 atau bunyi yang dikeluarkan oleh mesin dalam ruang pompa setelah dienclosure dapat diketahui dan hasil perhitungan dari nilai LP1 berfungsi untuk mencari nilai LP2, dimana LP2 ini adalah tingkat tekanan bunyi yang berada di luar ruangan atau bunyi yang diterima oleh manusia. Dalam mencari nilai LP2 dapat menggunakan persamaan 2.5 dengan nilai NR yang sudah ditentukan yaitu 30.

Tbl 4.19 Data Tingkat Kebisingan Setelah Enclosure di Titik II 1 C’ , II 2 C’ , II 3 C’ , dan II 4 C’

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

II 1C’ 64,48 58,02 57,63 56,35 57,37 56,27 52,78

II 2C’ 66,12 55,76 57,1 57,66 57,47 60,42 59,819

II 3C’ 65,96 56,94 56,29 57,85 57,46 59,7 59,66

II 4C’ 66,07 55,68 57,356 57,71 57,29 60,4 59,61

Dari tabel 4.18 dan 4.19 dapat dicari nilai Transmission Loss dengan menggunakan persamaan 2.6. Berikut ini adalah

13

hasil perhitungan untuk nilai Transmission Loss sesudah dienclosure pada setiap frekuensi. Tbl 4.20 Hasil Perhitungan TL (Transmission Loss) Setelah

Enclosure di Titik II 1 C’ , II 2 C’ , II 3 C’ , II 4 C’

Titik Ukur

Tingkat Kebisingan, dB

Overall frekuensi, Hz

125 250 500 1k 2k 4k

II 1C’ 39,41 31,07 31,90 32,12 31,91 30,91 31,73

II 2C’ 39,29 31,62 30,99 31,82 31,73 31,51 31,34

II 3C’ 39,09 31,05 31,31 31,58 31,15 31,19 31,56

II 4C’ 39,28 31,31 30,85 31,81 31,74 31,71 31,50

Setelah mendapatkan nilai Transmission Loss sesudah dienclosure dilanjutkan dengan menghitung nilai W agar didapatkan berapa tebal bahan yang sesuai untuk enclosure dengan menggunakan persamaan 2.13.

Tbl 4.21 Hasil Perhitungan Tebal Bahan Dalam cm di Titik II 1 C’ , II 2 C’ , II 3 C’ , II 4 C’

frekuensi 125 Hz

250 Hz

500 Hz 1kHz 2kHz 4kHz

II 1C’ 0,843 0,469 0,242 0,118 0,052 0,029

II 2C’ 0,897 0,422 0,234 0,116 0,056 0,027

II 3C’ 0,841 0,438 0,228 0,108 0,054 0,028

II 4C’ 0,867 0,415 0,233 0,116 0,057 0,028 Hasil perhitungan TL yang diperoleh setelah dienclosure sebelumnya adalah TL komposit dan data yang dihitung merupakan hasil dari pengukuran. Sehingga langkah selanjutnya adalah mencari TL komposit yang datanya didapatkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 2.11. Setelah TL komposit perhitungan ditemukan lalu mencari nilai W perhitungan dengan menggunakan persamaan 2.13 yang diperlukan untuk mencari nilai tebal bahan secara perhitungan. Kemudian dilakukan koreksi nilai tebal bahan dengan mencari selisih nilai antara tebal bahan komposit melalui pengukuran dengan tebal bahan komposit melalui perhitungan, maka koreksi = ukur – hitung. Dari sini juga bisa didapatkan nilai ukur untuk tebal bahan komposit yang didapatkan setelah koreksi, yaitu ukur = koreksi + hitung. Akhirnya dapat diketahui berapa tebal dari masing-masing bahan yang akan digunakan untuk enclosure. Pertama adalah lubang udara yang digunakan untuk pengecekan pompa oleh petugas tidak memiliki tebal. Kedua adalah beton yang digunakan untuk penyangga memiliki tebal yang sudah diketahui yaitu 15 cm. Ketiga adalah besi yang digunakan untuk pentutup dapat diketahui seperti yang terlihat pada tabel 4.22. Tbl 4.22 Hasil Perhitungan Tebal Bahan Setelah Koreksi

Dalam cm di Titik II 1 C’ , II 2 C’ , II 3 C’ , II 4 C’

frekuensi 125 Hz

250 Hz 500 Hz 1kHz 2kHz 4kHz

II 1C’ 0,899 0,497 0,256 0,125 0,056 0,031 II 2C’ 1,189 0,819 0,549 0,341 0,217 0,207 II 3C’ 1,133 0,835 0,542 0,334 0,215 0,207 II 4C’ 0,923 0,443 0,247 0,123 0,061 0,030

4.3 Pembahasan Dari analisa tugas akhir yang telah dikerjakan yaitu pengendalian kebisingan pada rumah pompa PDAM di Ketegan Surabaya dengan tema tentang pembuatan enclosure ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu pengambilan data, pengolahan data, perhitungan dengan software microsoft excel 2010 dan desain enclosure. Pada tugas akhir ini pengambilan data dilakukan dalam keadaan trial alat dimana keempat pompa menyala. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber bising terbesar dari rumah pompa. Pengambilan data yang dilakukan ada 16 titik pengukuran dimana dari hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi tertinggi adalah 99 dBA. Tingkat kebisingan tersebut dapat mengganggu pendengaran jika terpapar terus menerus yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran, maka perlu dikakukan pembuatan enclosure. Dari hasil tingkat kebisingan di dapatkan hasil bahwa sumber bising utamanya berada pada ruang pompa dan pada tugas akhir ini di pilih jenis pengendalian pada jalan bunyi yaitu dengan pemasangan material akustik pada dinding diatas ruang pompa. Setelah di dapatkan data, maka langkah pertama adalah pencarian untuk nilai TL, dari hasil survei yang dilakukan data yang diperoleh adalah nilai untuk mencari nilai LP1. Nilai dari NR di umpamakan maka nilai TL dapat dicari. Dalam pengambilan data nilai dari LP1 dalam satuan dBA maka terlebih dahulu nilai LP1 harus dirubah atau di konversi dalam bentuk dB, nilai TL antara 25-27 dB pada frekuensi 125 sampai 4kHz. Dari hasil TL pengukuran ini dicari nilai TL dari material yang mampu untuk mereduksi kebisingan yang sesuai dengan menghitung nilai W untuk mengetahui bahan yang akan digunakan dalam pembuatan enclosure. Dari hasil perhitungan nilai W dari material yang mampu untuk mereduksi kebisingan yang sesuai, W = 66 kg/m2/cm pada frekuensi 125 Hz. Dari nilai W tersebut dapat diketahui bahan yang akan digunakan dan nilai absorpsi bahan dalam pembuatan enclosure yang dapat dilihat pada tabel 2.4. Dari hasil perhitungan setelah dilakukan penambahan material akustik, karena tugas akhir ini berupa simulasi sehingga setelah dipasang material akustik tidak di lakukan pengukuran secara langsung maka untuk mengetahui hasilnya. Untuk mengetahui nilai tingkat kebisingan dari Lp1’ yang berada didalam ruang pompa dimana nilai Lp1’ adalah bunyi yang dikeluarkan oleh mesin ditambah dengan pemantulan dari semua dinding dan barang -barang yang berada dalam ruangan. Tingkat tekanan bunyi over all setelah di enclosure adalah 101 dB dan untuk tingkat kebisingan over all diluar tingkat tekanan bunyi di luar enclosure adalah 66 dB maka besar selisih yang terjadi antara tingkat tekanan bunyi didalam ruangan dan diluar ruangan adalah 35 dB. Penurunan tingkat tekanan bunyi yang diinginkan adalah 30 dB, Sedangkan penurunan yang telah dilakukan untuk perhitungan adalah 35 dB. Sebelum di enclosure daerah penyebaran berada di daerah mesin pompa dan menyebar sampai area ruang kontrol dimana pada ruang kontrol terdapat para pekerja, pemaparan atau tingkat tekanan bunyi pada area mesin pompa sebesar 99 dB dan pemaparan tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan yaitu pada pendengaran. Jika tingkat tekanan bunyi tersebut terpapar terus menerus akan mengakibatkan kerusakan pada pendengaran jika dalam rentang waktu yang cukup lama. Bahan pertama yang digunakan adalah 2 lubang udara dengan

14

masing-masing ukuran luas = 2x(2,25x2) m yang digunakan pekerja untuk pengecekan pompa. Bahan kedua yang digunakan adalah beton dengan tebal 15 cm dan ukuran luas = 2x((5,75x1)+(0,5x5)) m yang digunakan sebagai penyangga. Bahan ketiga yang digunakan adalah besi dengan tebal 1,189 cm dan ukuran luas = (6x(5,25*2,5))+(2x(3*2,5)) m yang digunakan sebagai penutup. Hasil perancangan setelah dienclousure seperti yang terlihat pada gambar 4.1.

Gbr 4.1 Hasil Perancangan Setelah Enclousure

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan didapatkan kesimpulan antara lain: 1. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa sumber bising

terbesar adalah didalam ruang pompa dengan TTB 99 dBA dan didalam ruang kontrol TTB juga tinggi yaitu 83 dBA.

2. Penambahan dinding bagian atas ruang pompa dengan bahan beton setebal 15 cm dan besi setebal 1,189 cm dapat menurunkan tingkat kebisingan sebesar ± 35 dB sehingga menjadi 66 dB diatas ruang pompa dan 59 dB didalam ruang kontrol.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini, saran yang diberikan untuk dapat dijadikan pertimbangan perusahaan antara lain:

1. Sebaiknya lebih banyak simulasi yang dilakukan dengan penambahan berbagai jenis bahan agar bisa dibandingkan hasilnya.

2. Mungkin bisa di aplikasikan secara nyata sehingga bisa diketahui hasil sebenarnya dan bisa mengurangi kebisingan di area tersebut.

3. Pada sumber bising yaitu pompa, dapat diminimalkan kebisingannya dengan melakukan perawatan mesin secara rutin.

4. Perlu adanya monitoring dari perusahaan terhadap para pekerja untuk menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi bahaya dimasa mendatang.

5. Perlu dilakukan tes kesehatan secara untuk mengetahui lebih spesifik dampak yang diterima pekerja yang diakibatkan oleh kebisingan.

6. Untuk bahan enclosure sebaiknya bahan yang bisa tahan panas maupun tahan segala kondisi.

VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Irwin, J.D. 1979. Industrial Noise and Vibration Control. Prentice

Hall Inc., NJ. [2] Barron, Randall F. 2001. “Industrial Noise Control and Acoustics”.

Marcel Dekker. New York. [3] Smith, B.J. 1996. Acoustics And Noise Countrol. Addison Wesley

Longman Ltd., Essex. [4] M. Harris, Cyril. 1991. Handbook of Acoustical Measurements and

Noise Control. Mc Grawhill Inc. [5] Mediastika, E Christina. 2005. “Akustik Bangunan”. Yogyakarta. [6] Mediastika, E Christina. 2009. “Material Akustik Pengendali Kualitas

Bunyi pada Bangunan”. Yogyakarta. [7] R.N.S Hammad.1990.”Rasti Measurements in Amman,Jordan”.

University of Jordan.Jordan [8] Afifah, Eka Nur. 2009. Analisa Sumber Bising Dominan Di Area

Proses Pabrik I PT. Petrokimia Gresik. TF – ITS.