PENGENALAN PENELITIAN KUALITATIF - Welcome … · Web viewModel intervensi digunakan untuk menguji...
Transcript of PENGENALAN PENELITIAN KUALITATIF - Welcome … · Web viewModel intervensi digunakan untuk menguji...
document.doc
PENGENALAN PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif merupakan jalan untuk memperoleh makna/pemahaman/pengertian yang mendalam
terhadap masalah yang dihadapi. Pengertian yang mendalam tersebut tidak di dapat melalui hubungan sebab
akibat, tetapi dengan mendapatkan suatu pengertian yang komprehensif. Pengertian yang mendalam tersebut
dapat membantu dalam praktej keperawatan dan juga penting dalam pengembangan teori keperawatan.
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan riset yang semakin penting dalam membentuk sekumpulan
pengetahuan keperawatan. Setelah dasawarsa yang lalu, pertumbuhan minat dalam meneliti metode-metode
kualitatif dan isu-isu terkait tentang risset keperawatan telah muncul dalam literatur dan jurnal. Metode yang
digunakan dalam penelitian kualitatif berbeda dari metode penelitian tradisional/ilmiah., karena metode
penelitian kualitatif merupakan refleksi dari orientasi filosofi. Ada enam pendekatan pada penelitian kualitatif
yaitu fenomenologi, graunded theory, etnografi, historitical, filosofi, dan kritik sosial. Orientasi filosofi yang
digunakan berbeda untuk masing-masing pendekatan ini.
LOGIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif didasarkan pada anggapan dunia yang holistik bahwa: (1) Tidak ada kenyataan yang
satu/singel, kenyataan didasrkan pada persepsi yang berbeda pada masing-masing orang dan waktu yang
bebbeda.(2) Apa-apa yang kita ketahui hanya memiliki arti hanya pada satu situasi/hanya pada konteks itu.
Kesimpulannya, bagaimanapun juga persepsi masing-masing individu terhadap suatu hal berbeda. Perbedaan
ini dapat dijelaskan melalui sebuah gestalts/ kerangka pikir.
GESTALTS/KERANGKA PIKIR
Konsep dari kerangka pikir sangat berhubungan dengan keholistikan dan pengetahuan mengenai
fenomena. Sebuah teori dibentuk/ berasal dari kerangka pikir. Jika kita sedang berusaha memahami sesuatu hal
yang baru, kemudian kita ditawarkan sebuah teori yang menjelaskan tentang itu, maka reaksi kita mungkin
“sekaranglah bagi kita merasakannya” atau “oh..begitu..”, atau “teori ini muncul saat kita membutuhkannya”.
Namun satu keruguan dari proses ini adalah sekali kita memakai/ berusaha memahami apa yang dikemukakan
teori tersebut, maka akan sangat sulit bagi kita untuk berusaha untuk melihat fenomena/ teori lain yang
mungkin ada. Sebuah teori bisa membatasi kita untuk mencari arti atau melihat fenomena lain. Sebagai contoh,
teori stress dari Selye yang sudah sangat familiar bagi kita, sehingga dia menjadikan kita sulit untuk memahami
fenomena stress jikalau tidak melihat atau berpedomen pada teori Selye ini.
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk membuat kerangka pikir baru dan bahkan bisa membuat teori
baru. Untuk mewujudkan hal ini, peneliti penelitian kualitatif harus berusaha untuk mendapatkan kerangka
pikir atau teori-teori diluar yang menarik yang menjelaskan terhadap fenomena yang ditarik. Pikiran harus
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 1 -
document.doc
dibuka melalui proses berpikir abstrak dari peneliti berdasarkan pengalaman pribadi dalam proses penelitian
kualitatif sehingga nantinya didapat kerangka pikir baru.
PERUBAHAN KERANGKA PIKIR
Seorang peneliti kualitatig, Ihde (1977) menjelaskan bahwa untuk merubah kerangka pikir dengan jalan
“ mendapatkan dari luar” kerangka pikir kemudian mengembangkan kerangka pikir baru. Salah satu jalan
mendapatkan kerangka pikir adalah dari pengalaman sendiri. Pengalaman merupakan jalan terbaik untuk
memahami kerangka pikir itu.
Ihde menjelaskan melalui sebuah area penglihatan. Dia mempelajari bagaimana mata dan otak kita
mempersepsikan sebuah gambar. Sebagai contoh, katika kita dilihatkan pada 2 buah garis yang memiliki
panjang yang sama, maka mata dan otak kita mempersepsikan bahwa garis itu lebih panjang/ pendek dari garis
yang lain. Dengan melihat kita benar-benar yakin bahwa persepsi kita itu benar.
Berdasarkan hal itu, dengan pengalaman melihat membuat kita mengerti/ yakin bahwa sesuatu itu nyata.
Melihat membuat kita percaya. Terkadang pengalaman dari indra kita memperkuata akan adanya sesuatu,
dalam arti kenyataannya kita sering menggunakan frase “saya melihat” atau “saya mendengar” untuk
mengartikan bahwa “saya mengerti”.
Perhatikan gambar berikut :
Kebanyakan orang akan melihat atau mengartikan gambar diatas sebagai sebuah kubus. Namun jika kita
terus mangamati kubus itu, kita akan melihat bahwa kubus itu berubah bentuk. Kubus tersebut akan terlihat
berpindah-pindah. Kubus itu akan terlihat “melompat” kemudian utuh lagi (diam lagi), kemudian “melompat”
lagi. Dengan praktek, kita bisa melihat hal pertama kali, kemudian hal tersebut menjadi lain, kemudian itu lagi.
Ihde mengusulkan, dalam melihat berbagai alternativ gambar, pertama kali kita harus membangun
pandangan dasar/original kita. Kemudian kita membentuk kembali gambar yang lain. Aktivitas ini akan
menggunakan intuisi. Ihde melihat bahwa hal ini sebagai lompatan dari satu kerangka pikir ke kerangka pikir
lain.
Ihde menemukan satu strategi penting dalam melihat satu gambar ke gambar lain. Caranya adalah
dengan mencoba menukar fokus kita. Cobalah untuk membuat fokus yang berbeda dari poin/gambar yang
dilihat. Jika kita bisa berkonsntrasi dalam periode yang cukup lama, kita bisa merubah kerangka pikir.
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 2 -
document.doc
PERUBAHAN KERANGKA PIKIR DALAM KEPERAWATAN
Keperawatan memiliki suatu dasar tradisional yang kuat. Dalam tradisinya, dalam keperawatan terdapat
sebuah gambaran yang mendasar seperti mengenai fenomena pasien, sakit, sehatr, perawatan perawat dan
efeknya. Kita mengenalkan gambaran yang mendasar ini sangat cepat dalam praktek keperawatan. Sekarang,
ada ide atau pengertian yang mendalam didapat yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam praktek
keperawatan. Sebagai contoh, selama bertahun-tahun perawat menganggap pasien adalah seseorang yang pasif,
membutuhkan bantuan orang lain, tidak bisa bertanggung jawab terhadap diei sendiri. Sekarang pasien lebih
bisa berpartisipasi terhadap kesembuhannya dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
Penelitian kualitatif menyediakan sebuah proses dimana kita bisa menilai sebuah fenomena luar dari
gambaran/teori dasar. Hal ini pertama kali dipelopori oleh Glasser dan Strauss yang melkukan penelitian
dengan topik yang berhubungan dengan kesehatan selama 4 tahun yang dikenal dengan grounded theori.
Penelitian ini dilaporkan dalam 3 buku yaitu Awareness of Dying, Time For Dying dan Status Passage yang
menggambarkan lingkungan sosial dari kematian pasien di rumah sakit. Pada waktu itu kerangka pikir
menyatakan bahwa sesorang tidak bisa menutupi bahwa mereka sedang sekarat dan harus dilindungi dari
pengetahuan itu.
Praktek keperawatan telah dirancang untuk melindungi pasien dari pengetahuan itu. Glasser dan Strauss
menilai bahwa lingkungan sosial hanya pasien. Penelitian merubah kerangka pikir kita. Sebelumnya kita
melihat bahwa perawatan tradisional tentang kematian seperti dengan membuat kesepian/kesendirian dan
isolasi. Kemudian kita memulai untuk berubah. Kubler Ross (1969) bisa dipengaruhi oleh kerja Glasser dan
Strauss kemudian memakai studinya terhadap kematian, menggunakan pendekatan yang sama terhadap
fenomenologi tersebut. Hasilnya, sekarang setelah 20 tahun, lingkungan keperawatan untuk kematian telah
berubah dengan terbentuknya perawatan hospice.
FILOSOFI PENELITIAN KUALITATIF
Pada penelitian kualitatif, kerangka kerja/framework tidak digunakan pada indra/sense yang sama
seperti pada penelitian kuantitatif karena tujuan dari penelitian kualitatif bukan untuk mengetes teori. Meskipun
begitu, masing-masing tipe penelitian kualitatif dipadu oleh filosofi tertentu yang menjadi sebuah paradigma.
Filosofinya adalah mengarahkan pertanyaan-pertanyaan yang diminta, melakukan observasi dan kemudian
menginterpretasikan data (Munhall, 1989). Filosofi dan metodologinya adalah mendasar.
KEKAKUAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Metode penelitian kualitatif dikritik karena kekakuannya. Kekakuannya terlihat atau dihubungkan
dengan keterbukaan, kesetiaan pada perspektiv filosofi, sangat seksama dalam pengumpulan data, dan
pertimbangan data dalam pengembangan teori yang subjektif.
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 3 -
document.doc
Dalam rangka menghilangkan kekakuan ini peneliti harus memulai untuk membuka konteks dan
melanjutkan pandangan dasr (dekonstruksi). Peneliti akan menilai banyak area penelitian dan membentuk ide
baru (reconstruksi). Kurang kakunya penelitian kualitatif dikarenakan tidak konsistennya kesetiaan pada filosofi
terhadap pendekatan yang digunakan, gagal dalam mendapatkan jalan, ide-ide lama, metode yang tidak
berkembang, koleksi data yang meghabiskan banyak waktu, observasi yang lemah/sedikit, gagal dam memberi
pertimbangan pada dat-data yang didapat dan teori tentang data yang tidak adekuat.
PENDEKATAN PADA PENELITIAN KUALITATIF
Ada enem pendekatan dalam penelitian kualitatif yaitu fenomenologi, grounded teori, etnografi,
historical, filosofikal dan kritik sosial. Masing-masing pendekatan ini memiliki perbedaan. Namun
bagaimanapun juga, pendekatan ini memiliki tujuan yang sama yaitu mencari arti (pengertian). Analisa data
dalam penelitian ini tidak berbentuk angka-angka, namun berupa kata-kata.
Walaupun data dikumpulkan melalui kontek terbuka, tidak berarti bahwa data itu tidak memiliki nilai.
Masing-masing pendekatan didasrkan pada sebuah orientasi filosofi yang mempengaruhu interpretasi dari data
yang ada. Masing-masing pendekatan dalam penelitian kualitatif akan membahas tentang orientasi filosofi,
pengetahuan keperawatan, dan metodologi penelitian. Strategi pengumpulan data dan analisa data dibahas lebih
lengkap pada bab 21.
1. PENELITIAN FENOMENOLOGI
Fenomenology adalah cabang filosofi dan metode penelitian. Tujuan dari penelitian fenomenologi
adalah menjelaskan mengenai “pengalaman hidup partisipan”.Beberapa filosoper dari penelitian fenomenologi
adalah Husserl, Kierkegaard, Heidegger, Marcel, Sartre, dan Marleau-Ponty (Munhall, 1989).
Orientasi filosofi
Para fenomenologis melihat manusia sebagai bagian integral dengan lingkungannya. Dunia dibentuk
oleh manusia dan manusia dibentuk oleh dirinya sendiri. Bagaimanapun masing-masing fenomenologis
memiliki perbedaan tergantung kepercayaan masing-masing. Heideggerian, seorang fenomenologis percaya
bahwa manusia adalah seseorang dengan. Dengan demikian, manusia sebagai makhluk yang bertubuh. “Tubuh
kita menyediakan kemampuan dalam melakukan tindakan di dunia (Leonard, 1989). Antara individu dengan
individu yang lain berbeda. Tubuh, kehidupannya, perhatianyan terhadap suatu hal unik pada masing-masing
individu. Hal ini merupakan konteks yang bisa kita mengerti.
Heideggerians percaya bahwa pengalaman seseorang terjadi didalam keragka kerja waktunya. Ini
dikenal sebagai waktu yang sedang berlangsung. Kejadian pada masa lalu ataupun yang akan datang, menjadi
bagian dari waktu sekarang yang sedang berlangsung (Leonard,1989). Para fenomenologis setuju bahwa tidak
ada kenyataan yang singel/satu, masing-masing individu memiliki kenyataan masing-masing. Kenyataan itu
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 4 -
document.doc
bersifat subjektif, karena pengalaman masing-masing individu bersifat unik. Ini merupakan sebuah kenyataan
dari pengalaman peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisa data.
Metodologi
Pertanyaan umum yang biasanya diajukan oleh fenomenologis adalah “ Apa arti pengalaman hidup
manusia?” Menjadi seseorang dengan interpretasi sendiri? Maka satu-satunya informen yang bisa dipercaya
menjawab pertanyaan ini adalah individu itu sendiri. Pemahaman terhadap perilaku atau pengalaman sesorang
hanya bisa diinterpretasikan oleh orang itu sendiri, kemudian baru diinterpretasikan kepada peneliti. Dan
kemudian peneliti menginterpretasikan penjelasan yang diberikan individu/respomden tersebut.
Pengembangan pertanyaan penelitian
Langkah pertama dalam melakukan penelitian kualitatif adalah mengidentifikasi fenomena. Kemudian
peneliti bisa mengembangkan pertanyaan penelitian. Ada dua faktor yang dubutuhkan dalam rangka
mengembangkan pertanyaan penelitian adalah (1) Seberapa penting dan cukup /memadainya unsur-unsur
pengalaman? (2) Apakah pengalaman itu bisa mengindikasikan sifat alami manusia?
Sampel
Setelah mengembangkan pertanyaan penelitian, peneliti mengidentifikasi sumber-sumber fenomena,
kemudian mencari individu yang bisa menggambarkan pengalaman mereka terkait dengan fenomena. Individu
ini harus betul-betul mengerti akan fenomena dan bisa mengekspresikan perasaan mereka serta menceritakan
pengalaman psikologi mereka.
Pengumpulan dan Analisa data
Data dikumpulkan melalui observasi, interview, videotape, dan tulisan subjek. Analisa data dimulai
ketika pertama kali mengumpulkan data dan itu akan membantu dalam membuat keputusan yang berhubungan
dengan pengumpulan data selanjutnya. Pengertian yang didapat dari data, diekspresikan didalam filosofi
fenomonologikal. Hasil analisa data adalah pernyataan responden dari pertanyaan yang diajukan. Pernyataan
responden divalidasi oleh contoh-contoh dari data-sering mengarah pada kuota subjek.
Pengetahuan keperawatan dan fenomenologi
Fenomenologi adalah dasar filosofi dari 3 teori keperawatan yaitu: teori Manuasia-Hidup-Kesehatan
oleh Parse (1981), Teori keperawatan kemanusiaan oleh Paterson dan Zderrad (1976)dan teori Perawatan oleh
Watson (1985). Dengan malihat asumsi dari teorinya, Parse menyatakan bahwa metode pendekatan pelitian
kualitatif seperti fenomenologikal, etnografik, ekspolrasi atau metode kasus konsisten dengan teori
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 5 -
document.doc
fenomenologinya. Selain itu dia juga mengembangkan metodologio penelitian tentang manusia-hidup-
kesehatan yang yang meliputi proses dialogikal perikatan (peneliti-dialog person), Ekstraksion syntesis
( pembetukan data dari level abstrak ke level ilmiah) dan interpretasi heuristik (penemuan spesifik teori
kesehatan dan mengintegrasikannya pada beberapa bahasa yang berbeda. Sejumlah penelitian perawatan yang
dipublikasikan dadasarkan pada teorinya.
Sebagai contoh penelitian yang dilakukan Parse, Coyne dan Smith (1985) mengenai “The Experience
Of Health”. Dalam penelitian ini diidentifikasi adanya 30 gambaran ekspresi dari pengalaman kesehatan yang
terbagi dalam tiga elemen yaitu “spirited intensity, fulfilling inventiveness dan symphonic integrity”. Dari 3
elemen ini, Parse dan kawan-kawannya mengembangkan suatu definisi kesehatan yaitu “kesehatan adalah
adanya keintegrasian yang simponi yang dimanifestasikan dengan adanya semangat dalam menciptakan sesuatu
yang baru.
Adapun bentuk 30 gambaran ekspresi pengalaman kesehatan individu yang terbagi dalam 3 elemen
adalah :
No Spirited Intensity Fulfilling Inventiveness Symphonic Integrity
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Antusias
menangkap suatu
pembaharuan
berlatih dan berjalan
merasakan kondisi puncak
pandangan hidup positif
merasa refresh (segar)
penuh dengan energy
ada energi cahaya yg
mengobarkan semangat pada
mataku (semangat yg
berkobar-kobar)
perasaan menguasai dunia
energy yang berkobar
penyelesaian proyek dalam waktu
singkat
berprestasi
mampu menaklukan hidup
mencoba beberapa usuha keras
baru
merasakan sesuatu yang
memperkaya hidup
melakukan apa yang
diperjuangkan
mendorong melakukan suatu
sedikit kegiatan tambahan
merasa sebagai orang yang sukses
mampu meningkatkan daya tahan
menaklukan sesuatu
menjadi mudah
merasa berharga
menikmati momen yang ada
merasa damai dalam perjalanan
hidup
berpikir positive
menikmati hidup
sikap yang tenang
berirama, mudah, dan bersemangat
baik dan hangat
merasakan cinta
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 6 -
document.doc
Berdasarkan penelitian ini, menyediakan pemahaman yang mendalam dalam praktek keperawatan yang
tidak kita temui dalam penelitian kuantitatif Sedikit banyaknya Parse dan kawan-kawannya telah
mendefinisikan kembali batang ilmu keperawatan
2. PENELITIAN GROUNDED TEORI
Grounded teori adalah teknik penelitian induktif untuk topic – topic yang berhubungan dengan
kesehatan yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss (1967). Istilah grounded berarti teori yang dikembangkan
dari penelitian yang dasar atau memiliki akar dalam data dimana ia berasal.
Orientasi Filosofis
Teori Grounded berdasarkan pada teori interaksi, yang memiliki banyak kesamaan dengan
fenomenologi. Georged Herbert Mead (1934), seorang psikologis social, adalah seorang pemimpin dalam
pengembangan teori interaksi simbolik. Teori interaksi simbolik menggali bagaimana manusia memahami
realita dan bagaimana kepercayaan mereka berpengaruh terhadap perilaku. Realita diciptakan oleh manusia
melalui pengertian terhadap situasi. Pengertian ditunjukkan dengan istilah symbol seperti kata – kata, objek –
objek keagamaan, dan pakaian. Simbol - symbol yang berarti ini adalah dasar dari aksi dan interaksi.
Sayangnya, symbol – symbol yang berarti ini berbeda pada masing – masing orang. Kita tidak dapat
mengetahui secara komplet symbol yang berarti pada individu lain. Pengertian yang dibagi ini dikomunikasikan
dengan anggota baru melalui proses sosialisasi. Kelompok hidup berdasarkan atas consensus dan shared
meaning. Interaksi mungkin menuju kepada redefinisi dan pengertian baru dan dapat menghasilkan redefinisi
diri. Karena theoritikal penting, maka interaksi adalah focus dari observasi dalam penelitian grounded teori.
(Chenitz & Swanson, 1986).
Grounded teori lebih banyak digunakan dalam penelitian area dimana sedikit penelitian yang telah
dilakukan dan untuk mendapatkan sudut pandang yang baru dalam area penelitian yang telah dikenal.
Bagaimanapun juga, karena kualitas dasar dari generasi teori melalui metode ini, lebih lanjut testing biasanya
tidak diperlukan untuk meningkatkan kemanfaatan.
Metodologi
Langkah – lagkah penelitian grounded teori terjadi secara simultan. Peneliti akan mengamati data,
mengumpulkan data, mengorganisasi data, dan membentuk teori dari data tersebut pada saat yang bersamaan.
Teknik metodologikal yang penting dalam penelitian grounded teori adalah proses perbandingan yang konstan
dimana setiap data dibandingkan dengan data yang lain. Teknik metodologikal pada penelitian grounded teori
dijelaskan secara lebih mendalam pada buku oleh Galser (1978) dengan judul Theoretical Sensitivity. Sekarang
ini, Chenitz dan Swanson telah mempublikasikan buku yang sangat bagus, From Practice To Grounded
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 7 -
document.doc
Theory: Qualitative Research In Nursing, yang akan memberikan panduan berguna untuk perawat peneliti yang
berkeinginan melakukan penelitiangGrounded theory.
Pengumpulan Data dan Teknik Analisa
Data dapat dikumpulkan dengan cara interview, observasi, merekam, atau kombinasi semua ini.
Pengumpulan data biasanya menghasilkan banyak catatan tangan dan/atau transkrip rekaman interview yang
mengandung banyak potongan – potongan data yang akan di sortir dan di analisa. Proses ini dimulai dengan
pengkodean dan mengkategorikan data.
Outcome
Hasil dari penelitian ini adalah toeri yang menjelaskan fenomena dalam penelitian. Peneliti melaporkan
teori yang ada dengan dibantu dengan contoh – contoh dari data. Review literature dan hasil numeric tidak
digunakan dalam laporan ini. Laporan diharapkan berbentuk diskusi naratif dari proses penelitian dan temuan.
Pengetahuan Keperawatan dan Grounded Theory
Artinian (1988) telah mengidentifikasi empat model kulalitatif dari pemeriksaan keperawatan dengan
grounded teori, masing – masing digunakan untuk tujuan yang berbeda: model deskriptif, model discovery,
model emergent fit, dan intervensi model. Model deskriptif memberikan banyak detail dan harus mendahului
model – model lain. Model ini, ideal untuk peneliti pemula, menjawab pertanyaan seperti apa yang terjadi? Apa
langkah dalam sebuah proses? Bagaimana aktivitas di organisasi? Apa yang dilakukan pasien pada keadaan
tertentu? Model discovery menuju kepada identifikasi pola dalam pengalaman hidup individu dan
menghubungkan pola tersebut dengan pola lainnya. Dengan model ini, teori proses social, menuju pada teori
substantive, dikembangkan yang menjelaskan dunia social tertentu. Model emergent fit digunakan ketika
substantive teori dikembangkan dengan tujuan untuk mengembangkan atau memperbaiki teori yang sudah ada.
Model ini memungkinkan peneliti untuk focus pada porsi yang telah dipilih dari teori, untuk membentuk
pekerjaan sebelumnya, atau untuk menguatkan program penelitian disekitar proses social tertentu. Model
intervensi digunakan untuk menguji hubungan dalam teori substantive. Pertanyaan dasar dari model ini adalah
bagaimana caranya saya membuat sesuatu terjadi dengan cara tertentu untuk membuat pernyataan baru dari
keadaan? Model ini memerlukan keterlibatan yang dalam pada bagian peneliti/praktisi.
Clements, Copeland, dan Loftus (1990) melakukan penelitian grounded teori yang mengidentifikasi waktu suliti
bagi orang tua dalam merawat anak mereka yang sakit kronis. Mereka merekam interview dengan 30 keluarga
yang membawa anak mereka ke klinik untuk terapi penyakit kronis. Berikut ini adalah pernyataan singkat
emerging teori dari penelitian ini. “keluarga anak dengan penyakit kronis mengembangkan cara koping
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 8 -
document.doc
spesifik dalam memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga. Ketika dukungan emosional dan fisik tersedia
untuk memenuhi kebutuhan ini, keseimbangan tercapai. Ketika kebutuhan individu meningkat secara dramatis
atau sumber dukungan berubah, pernyataan ketidakseimbangan terjadi… sebuah model, berdasarkan pada
tema – tema yang berulang melalui proses interview, telah berkembang dan digambarkan dengan pola
keseimbangan dan ketidakseimbangan” (p.158). waktu kritis yang diidentifikasi dalam penelitian ini termasuk
inisial diagnosis, peningkatan gejala fisik, relokasi anak, ketidakhadiran orang tua, dan perubahan
perkembangan.
seperti yang bisa dilihat dalam penelitian yang digambarkan penelitian grounded teori memeriksa dimensi
dengan skop yang lebih luas dari yang biasanya dilakukan dengan penelitian kuantitatif. Penemuan dapat
bervariasi berdasarkan pengalaman pembaca. Lebih jelasnya, gambaran kohesif dari fenomena dapat
menunjukkan pemahaman yang besardan, sehingga praktek keperawatan lebih terkontrol.
3. PENELITIAN ETNOGRAFIK
Penelitian etnografik dikebangkan oleh disiplin ilmu antropologi sebagai mekanisme mempelajari
kebudayaan. Kata etnografik berarti “potret masyarakat.” Banyak perawat terlibat dalam tipe penelitian ini
dalam rangka mempersiapkan doctoral dalam antropologi dan menggunakan teknik untuk memeriksa isu – isu
yang berhubungan dengan kebudayaan yang terkait dengan keperawatan.
Orientasi Filosofi
Antropologi, yang memulai pada waktu yang sa,a dengan displin ilmu keperawatan, pada tengah abad
ke-19, terlihat memahami orang: cara hidup mereka, kepercayaan mereka, dan cara mereka beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan. Kebudayaan, konsep yang paling sentral, didefinisak oleh Leininger (1970, pp.
48-49), seorang perawat antropologi, sebagai “sebuah cara memiliki hidup untuk menandakan kelompok
orang . . . blueprint untuk kehidupan yang memandu pemikiran grup tertentu, aksi, dan sentiment . . . semua
cara yang digunakan kelompok untuk mengatasi masalah, yang terlihat dalam bahasa, pakaian, makanan, dan
sejumlah tradisi dan kebudayaan.” Tujuan dari penelitian antropolgi untu menggambarkan kebudayaan melalui
pemeriksaan karakteristik berbagai macam budaya.
Para ahli antropologi mempelajari asal – usul masyarakat, cara mereka hidup zaman dahulu dan cara
mereka mempertahankan hidup melalui waktu. “ suku aborigin Australia, yang tinggal dalam perkumpulan
non-teknologi dan lingkungan alam liar, sama pentingnya dengan area studi dalam memahami lebih lanjut
manusia sebagai seorang pria barat kontemporer, yang tinggal di dunia modern high-tech.” (Leininger, 1970,
p.7). oleh karena itu, ahli antropologi mungkin mempelajari kebudayaan dari bagian dunia yang jauh,
kebudayaan pada dunia modern, dan kebudayaan pada area modern, dan membuat perbandingan antara
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 9 -
document.doc
kebudayaan – kebudayaan ini. Pengetahuan ini meningkatkan kemampuan kita dalam memprediksi kebudayaan
yang akan datang dan daya yang memandu nasib mereka, atau mereka mungkin menyediakan keuntungan
untuk mempengaruhi perkembangan kebudayaan (Leinenger, 1970).
Kebudayaan bisa material dan nonmaterial. Kebudayaan katerial terdiri dari semua objek yang dibuat
manusia yang berhubungan dengan kelompok yang diberikan. Kebudayaan nonmaterial terdiri dari aspek
kebudayaan yang tidak material dalam alam, seperti referensi simbolik, jaringan relasi social, dan kepercayaan
ter-refleksikan dalam institusi social dan politik. Kebudayaan juga memiliki ideal yang dipercayai masyarakat
sebagai sesuatu yang diperlukan, walaupun mereka tidak selalu hidup dengan standar ini. Ahli antropologi
mencari bagian – bagian dari seluruh kebudayaan dan bagaimana bagian – bagian ini saling berhubungan,
sehingga keseluruhan dari budaya terlibat (Leinenger, 1970). Penelitian etnografik digunakan keperawatan
tidak hanya untuk meningkatkan kewaspadaan kebudayaan etnik, tapi untuk meningkatkan kelengkapan
kualitas perawatan kesehatan untuk semua kebudayaan.
Metodologi
Ada dua dasar pendekatan penelitian dalam antropologi, amik dan etik. Pendekatan emik untuk
penelitian melibatkan penelitian perilaku dari luar kabudayaan dan memeriksa kesamaan dan perbedaan dari
masing – masing kebudayaan. Langkah – langkah penelitian etnografik meliputi sebagai berikut: (1)
mengidentifikasi kebudayaan yang akan dipelajari, (2) mengidentifikasi variable – variable yang signifikan
dengan kebudayaan tersebut, (3) review literature, (4) perencanaan masuk, (5) masuk ke dalam kebudayaan, (6)
emnghimpun informan, (7) pengumpulan data, (8) analisa data, (9) penggambaran kebudayaan, (10)
pengembangan teori.
Review Literatur
Tujuan dari rieview literature dalam penelitian etnografik untuk menyediakan latar belakang untuk
penelitian. Peneliti mencari pemahaman umum variable – variable untuk mempertimbangkan kebudayaan
spesifik atau subculture.
Pengumpulan Data dan Analisa
Pengumpulan data melibatkan observasi dan interview. Peneliti mungkin menjadi partisipan atau
observer dalam kebudayaan selama penelitian. Analisa melibatkan identifikasi ……………….. pengertian ini
sering divalidasi oleh anggota kebudayaan sebelum hasil final.
Ilmu Pengetahuan Keperawatan dan Etnografi
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 10 -
document.doc
Kelompok perawat peneliti, yang diketuai oleh Madeleine Leininger, telah mengembangkan strategi
untuk penelitian keperawtan. Strategi penelitian ini adalah penelitian etnografi, yang digabungkan dari teori
keperawatan transkultural Leinenger. Ethnonursing “ berfokus kepada ebservasi dan dokumentasi interaksi
dengan masyarakat bagaimana kondisi dan pola kehidupan sehari – hari mempengaruhi perawatan manusia,
kesehatan, dan praktek perawatan perawat” (Leinenger, 1985, p. 238). Munet-Vilero (1988) mengidentifikasi
tiga maslah yang berhubungan dengan penggunaan metodologi etnografi oleh perawat. Pertama, perawat
peneliti mungkin tidak begitu kenal dengan kebudayaan dibandingkan dengan orang yang dipelajari atau bahasa
mereka. Kedua, penelitian terkadang menggunakan pengukuran yang dikira – kira, tidak akurat, untuk
disamakan dengan kebudayaan. Ketiga, interpretasi temuan mungkin tidak adekuat dikarenakan keterbatasan
pengetahuan tentang kebudayaan yang sedang dipelajari.
Anderson dan Elfert (1989) melakukan penelitian etnografi tentang wanita sebagai penjaga anak yang sakit
kronis. Mereka mempelajari wanita dalam dua kebidayaan: Euro-Canadian dan Chinese- Canadian. Mereka
mempelajari “bagaimana penyakit kronis di atasi di dalam rumah, dan bagaimana sakit kronis ditafsirkan
dalam konteks kehidupan sehari – hari.” (p.735). mereka menemukan banyak perbedaan pada dua kelompok
ini. Kebanyakan wanita cina migrasi dari Negara lain dan harus bekerja keras. Perawatan anak dibagi dengan
anggota keluarga lain karena sirkulasi hidupnya didikte waktu yang seharusnya bisa mereka habiskan bersama
anak mereka. Wanita Euro-Canadian mendedikasikan hidup mereka untuk menjaga anak yang sakkit kronis.
Pengertian penyakit dan perawatannya dalam keluarga cina berbeda dari yang mereka temukan pada keluarga
Euro-Canadian.
Penelitian seperti ini menyediakan pengetahuan yang dapat digunakan dalam benyak situasi klinik.
Membaca tipe penelitian ini membuat perawat bertanya pertanyan berbeda tentang pasien dan perilaku mereka.
4. PENELITIAN HISTORITIKAL
Histografi meneliti apa yang terjadi pada masa lalu. Banyak ahli sejarah percaya bahwa nilai besar dari
ilmu sejarah adalah sebuah peningkatan pemahaman terhadap diri sendiri, sebagai tambahan untuk
meningkatkan pemahaman perawat terhadap profesi mereka.
Orientasi Filosofi
Sejarah adalah ilmu yang sangat tua yang melihat kembali awal terjadinya manusia. Pertanyaan utama
dari sejarah adalah “ darimana kita berasal, siapa kita, kemana kita akan pergi?” walaupun pertanyaan tidak
berubah, tapi jawabannya berubah. Pola paling kuno dari sejarah adalah mitos. Mitos menjelaskan asal – usul
dan memberikan pembenaran terhadap keberadaan. Dalam mitos, masa lalu, sekarang, dan yang akan datang
tidak dapat dibedakan. Mitos, sebuah pola dari dongeng, menyediakan gambaran dan legitimasi dari proses
keberadaan. Sejarah kemudian mendahului mitos tentang catatan – catatan dari kejadian seperti perbuatan
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 11 -
document.doc
besar, kemenangan, dan cerita tentang orang dan rakyat.gambaran ini mengaburkan perbedaan antara kenyataan
dan keadaan yang ideal. Ahli sejarah kemudian beralih pada membandingkan sejarah, memilih sejarah
berdasarkan nilai, identifikasi pola keteraturan dan perubahan. Sekarang ini, telah ada perubahan dalam
penerjemahan sejarah, sebuah usaha untuk membuat lebih masuk akal, untuk mencari makna. Hal ini mungkin
akan terpenuhi dengan mengembangkan konsep, dengan menjelaskan penyebab melalui pengembangan teori,
dan mengeneralisasikan kepada kejadian dan waktu lain. Miller (1967, p. xxxi) mengemukakan bahwa “
sejarah adalah sebuah perkiraan masa lalu dari titik saat sekarang ini.” Melihat sejarah dari masa sekarang, ahli
sejarah mungkin melihat peran merekasebagai patriot, sebagai hakim dan sensor moral, atau sebagai observer
yang objektif. Nilai terdiri dari masing – masing peran ini di refleksikan dalam sifat interpretasi historitikal.
Para filsuf menemukan bahwa memahami umat manusia sebagai fenomena historitikal menjajikan
pemahaman pokok dari umat manusia. Untuk tingkatan ini, perkembangan metode historitikal menarik bagi
filosofi (Pflug,1971). Awal filosofi sejarah dan hubungan metodologi penelitian dikembangkan oleh Voltaire
(Sakmann,1971). Strateginya adalah melihat pada garis general dari perkembangan daripadamengacuhkan
presentasi detail, praktek yang umum dilakukan ahli sejarah pada zamannya.dengan menggunkaan strategi ini,
ia mengubah sejarah dari catatn rentetan kejadian ke analisa kritis. Voltaire mengenal bahwa dalam sejarah
tidak ada kepastian, tapi ia mencari kriteria dengan kebenaran historitikal dapat dipastikan.
Satu dari asumsi filosofi historitikal adalah bahwa “tidak ada yang baru di bawah matahari.” Karena
asumsi ini, para ahli sejarah dapat mencari melalui sejarah untuk generalisasi. Sebagai contoh, pertanyaan yang
dapat ditanyakan: “apa yang menyebabkan perang?” ahli sejarah dapat mencari melalui sejarah untuk
persamaan, dan mengambangkan penjelasan teoritikal penyebab perang. Pertanyaan diajukan, factor – factor
yang dipilih ahli sejarah untuk mencari melalui sejarah, dan sifat penjelasan semuanya berdasarkan pada
pandangan dunia (Heller, 1982)
Asumsi lain dari filosofi historitikal adalah bahwa seseorang dapat belajar dari masa lalu. Filosofi
historitikal dalah mencari kebijaksanaan dengan ahli sejarah memeriksa apa yang terlah terjadi, apa itu, dan apa
yang seharusnya terjadi. Filosofi historitikal berusaha untuk identifikasi perkembangan skema sejarah, untuk
menjelaskan semua kejadian dan struktur sebagai elemen dari proses social yang sama. Heller (1982)
mengidentifikasi 3 perkembangan skema yang ditemukan pada filosofi sejarah: (1) sejarah merefleksikan
progress- perkembangan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi; (2) sejarah memiliki
keharusan untuk rgress- perkembangan dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah; pergerakan
menuju penurunan kebebasan dan pengrusakan diri dari spesies kit; dan (3) sejarah menunjukkan pengulangan
perkembangan urutan dimana pola progress dan regres dapat dilihat.
Ilmu pengetahuan Keperawatan dan Historiografi
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 12 -
document.doc
Christy (1978, p. 9) bertanya “ bagaimana kita dalam keperawatan saat ini mungkin mengetahui
diamana kita ketika kita tidak tahu dimana kita telah berada atau bagaimana kita berada disana?” satu kriteria
dari profesi bahwa ada sebuah pengetahuan sejarah profesi yang di salurkan pada mereka yang baru memasuki
profesi tersebut. Sampai saat ini, penelitian keperawatan historical belum menjadi aktivitas yang berharga dan
sedikit perawat peneliti memiliki kemampuan dan keinginan untuk melakukannya. Oleh karena itu, sekarang
ada pertumbuhan minat dalam lingkup penelitian historitikal. Sarnecky (1990) emnyarankan bahwa
peningkatan minat terhadap historiografi berhubungan dengan perpindahan dari focus total logical positivism
ke perspektif yang luas yang sangat membantu tipe pengetahuan menyediakan penelitian historitikal.
Metodologi
Metodologi dari penelitian historitikal termasuk komponen – komponen berikut ini: formulasi ide,
mengembangkan pertanyaan penelitian, mengembangakan sumber inventory, klarifikasi validitas dan
reliabilitas data, mengembangkan outline penelitian, dan melakukan pengumpulan data dan analisa.
Formulasi ide
Langkah pertama dari penelitian historitikal adalah memilih topic. Topic yang cocok untuk penelitian
historitikal termasuk sebagai berikut:
“… asal, masa, kejadian - kejadian sebagai unit; pergerakan, tren, pola periode; sejarah dari agensi tertentu atau
institusi; penelitian terhadap perkembangan kebutuhan untuk spesialisasi keperawatan; biografi dan portrayals
perawat dalam literature. Seni atau darama” (Newton, 1965, p. 20).
Sebagaimana banyak tipe dari penelitian, ide awal penelitian historitikal cenderung meluas. Ide awal
harus jelas didefinisikan dan mengecil ke sebuah topic yang didefinisikan secara tepat sehingga waktu
dibutuhkan untuk mencari materi yang berhubungan realistis. Sebagai tambahan untuk mengecilkan topic,
penting untuk membatasi periode historitikal untuk dipelajari. Pembatasan periode waktu membutuhkan
pengetahuan social yang luas, political, dan factor ekonomi yang harus memiliki pengaruh terhadap topic yang
akan dipelajari.
Peneliti mungkin menghabiskan banyak waktu secara ekstensif membaca literature yang berkaitan
sebelum keputusan final tentang topic yang pasti dibuat. Waring (1978) mengadakan desertasi doctoral
menggunakan penelitian historitikal untuk memeriksa ide ide pengalaman perawat terhadap “panggilan”
praktek keperawatan. Ia menggambarkan proses ekstensif perkembangan topic yang akurat.
“ awalnya ide saya untuk meneruskan konsep dalam area pemikiran social puritan dan untuk menghubungkan
konsep seperti altruism dan pengorbanan diri untuk keperawatan. Dua tahun setelah formulasi ide peratama,
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 13 -
document.doc
saya akhirnya menyadari bahwa topic saya terlalu luas. Mencapai poin tersebut lambat dan sulit tapi cukup
pentinguntuk mengembangkan pemikiran saya dan prospectus yang dikembangkan sebagai outcome.”
“ ketika saya pertama memulai proses ini, sepertinya saya harus meninggalkan “panggilan” topic.
Sekarang karena klarifikasi dan memperketat judul saya dan klarifikasi studi tesis saya, saya membuka banyak
kekhawatiran yang akan saya temukan nantinya referensi lain, sekali melihat kembali. Saya baru saja yakin
bahwa ada sebuah jarum dalam tumpukan jerami dan saya harus menemukannya.” (Waring, 1978, pp.18-19)
Dalam penelitian historitikal, frequently tidak ada pernyataan masalah. Daripada definisi topic
penelitian dalam pernyataan masalah, biasanya diekspresikan dalam judul penelitian. Sebagai contoh, judul
Waring adalah: “Perawat Amerika dan Konsep Panggilan.”
Mengembangkan Pertanyaan Penelitian
Setelah topic didefinisi dengan jelas, peneliti akan mengidentifikasi pertanyaan untuk diperiksa selama
proses penelitian. Pertanyaan ini cenderung umum dan analitikal daripada mereka yang menemukan penelitian
kuantitatif. Evans (1978), seorang mahasiswa doktoral, menggambarkan pertanyaan peneliti ia
mengembangkan penelitian historitikal:
“Saya bertujuan untuk meneliti mahasiswa keperawatan. Siapakah orang yang ada didalam seragam ini?
Darimana ia berasal? Apakah pengalaman mereka sebagai mahasiswa keperawatan? Saya menggunakan kata
‘pengalaman’ dalam istilah di kamus didefinisikan sebagai ‘pengalaman hidup.’ Apa yang telah ia lalui? Apa
yang terjadi padanya dan bagaimana ia berespon, atau bereaksi, seperti apa program pendidikannya? Kita
memiliki pemikiran bagus tentang pendidik perawat dan pemikiran lain tentang program pendidikan, tapi
bagaimana dari sudut pandang siswa?”
“apa fungsi ritual dan tatacara dari bagian seperti cek tempat tidur, inspeksi pagi, dan pembalutan?”
“orang seperti apa yang seharusnya pelajar keperawatan agar sukses bernegosiasi diantara pelajar?
Apa implikasi dalam istilah dalam perkembangan personal dan professional dan perkembangan profesi?”
(Evans, 1978, p.16)
Pengembangan Sumber Inventaris
Langkah berikutnya adalah untuk menetapkan apakah sumber data untuk penelitian ada dan tersedia.
Banyak bahan untuk penelitian historitikal berisi arsip pribadi dalam perpustakaan atau milik pribadi. Harus
memiliki izin tertulis untuk mendapatkan akses untuk pustaka swasta. Bahan pribadi sering sulit untuk
ditemukan, dan ketika ditemukan, akses mungkin akan menjadi masalah. Bagaimanapun juga, Sorenson (1988)
merasa bahwa masalah utama adalah kekurangan pengalaman peneliti perawat dalam penggunaan data arsip.
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 14 -
document.doc
Sorensen (1988) dan Fairman (1987) telah mengidentifikasi sumber utama data arsip untuk penelitian
historitikal keperawatan. (Tabel 4-2).
Bahan historitikal dalam keperawatan, seperti surat, memo, bahan tulisan tangan, dan kenang –
kenangan dari pemimpin dalam keperawatan, telah di buang karena tidak ada satu orang pun yang mengetahui
nilainya. Bahan – bahan berhubungan dengan sejarah institusi dan agen – agen dimana keperawatan telah
terlibat juga bernasib sama. Christy (1978, p. 9) menyatakan: “tampak seperti nyata bahwa ketertarikan
terhadap penjagaan bahan sejarah hanya akan terjadi apabila ada ketertarikan yang sungguh –sungguh dalam
menilai penelitian historitikal.” Kadang – kadang ketika sebuah bahan ditemukan, dalam keadaan yang
menyedihkan Karena banyak data yang tidak jelas atau hilang sama sekali. Christy (1978) menggambarkan satu
pengalamannya dalam pencarian data historitikal:
“M. Adelaide Nutting dan Isabel M. stewart adalah dua orang pemimpin hebat yang pernah kami miliki, dan
temannya, kenalan, dan siswa former adalah orang yang sangat penting untuk berkembang dalam keperawatan
dan pendidikankeperawatan di dunia ini. Karena dua wanita inimenyukai sejarah, mereka menyimpan surat –
surat, kliping, manuscript- sumber bahan yang penting dalam nilai yang tak terhingga. Teman mereka dari
berbacam – macam profesi: dokter, pengacara, pekerja social, philanthropists- pendukung dan bukan
pendukung keperawatan dan ketertarikan keperawatan. Miss Nutting dan Miss Stewart menyatukan dokumen –
dokumen ini dalam sebuah kotak, file, dan dimanapun dalam wadah yang tersedia dan – sayangnya beberapa
dari bahan – bahan ini saat ini dalam kotak tua yang sama.”
“Ketika saya mulai penelitian saya dalam arsip tahun 1966, file – file tersebut telah rusak, berkarat dan
bobrok. Kebanyakan folder telah tua dan yang paling menyedihkan adalah mereka berderai di tangan saya,
kertas kuno berubah menjadi abu di depan mata saya. Penelitian saya menjadi menyenangkan dan cukup
menyedihkan pada saat yang sama; menyenangkan karena dalam pikiran saya data telah tersedia, dan
membuat depresi sebagaimana saya sadar bahwa perawatan yang kurang untuk bahan yang tidak ternilai
harganya. Sebagai tambahan, sedikit atau bahkan tidak ada pengorganisasian, dimana seharusnya satu
dokumen, dalam satu laci, dalam satu file bagian per bagian… kotak dan karton adalah tempat yang buruk
untuk menempatkan bahan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan yang lain yang bertumpuk, saling
berhimpitan. Tidak mengherankan bahwa saya membutuhkan 18 bulan kerja keras untuk mendapatkan
mereka”
Sekarang ini, kebanyakan penelitian historitikal berfokus pada pemimpin keperawatan. Bagaimanapun
juga, Noel (1988) menyarankan bahwa “wanita yang pada umumnya direpresentasikan sangat menyedihkan
dalam bentuk biografi” (p. 107). Ia menyarankan perawat yang berharga adalah mereka yang memiliki figure
kontroversi yang mempengaruhi banyak segmen kebudayaan mereka, walaupun ada cerita yang dapat
membantu pembaca memahami dan menghargai individu ini dan kontribusinya. Ia menyarankan dua prasyarat
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 15 -
document.doc
dalam emilih topic: “pembuat biografi tertarik, memiliki kesamaan, atau sangat kagum terhadap subjek (hidup
atau mati) . . . dan pengadaan dan ketersediaan data harus terpenuhi” (p. 107)
Rosenberg (1987) telah mengidentifikasi delapan area yang penting untuk diperiksa dari perspektif
sejarah keperawatan: (1) sejarah dari bawah – kehidupan biasa wanita dan pria dalam keperawatan, (2) gender
dan profesi, (3) pengetahuan dan wibawa, (4) peran teknologi, (5) sejarah institusi baru, (6) rumah sakit sebagai
problema, (7) perawat sebagai pekerja, dan (8) sejarah sebagai pengertian
Tampaknya belum pernah ada pemeriksaan pola sejarah dalam praktek keperawatan. Karena banyak
ilmu pengetahuan keperawatan yang ditransmisikan dalam bentuk verbal atau dengan role-modeling, kita
sebagai perawat mungkin saja akan banyak kehilangan pemahaman tentang asal/akar kita kecuali jika para
mahasiswa berinisiatif untuk merekamnya. Kita tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang bagaimana
praktek keperawatan telah berubah selama beberapa tahun ini (seperti kapan, bagaimana, dan apa alasannya
pola perawatan keperawatanberubah untuk pengalaman diabetes individu, penyakit kardiovaskular,
pembedahan, dan stroke?). perubahan pada prosedur keperawatan seperti pada mandi di tempat tidur, enema,
dan pemberian makan pasien dapat diperiksa. Manual prosedur, buku – buku kebijaksanaan, dan catatn perawat
pada status pasien adalah suber yang berguna untuk memeriksa perubahan dalam praktek keperawatan.
Beberapa pertanyaan penelitian yang mungkin, sebagai berikut:
1. Perubahan praktek keperawatan manakah yang berubah karena aksi medik dan yang mankah karena
inovasi keperawatan?
2. Faktor – factor apa sajakah yang mempengaruhi perubahan dalam praktek keperawatan?
3. Bagaimanakah pola waktu untuk berubah dalam praktek?
4. Apakah pola waktu untuk perubahan dalam Praktek konsisten, atau apakah mereka berubah seiring
sejarah keperawatan?
5. Apakah pengaruh dari tingkat pendidikan (LVN, AND, Diploma, BSN) dalam praktek keperawatan
6. Apakah pengaruh peran keperawatan lanjutan (spesialis keperawatan klinik, perawat praktisi,
administrator) dalam praktek keperawatan?
7. Bagaimana kualitas nursing care berubah seiring berjalannya decade? Abad?
Tipe informasi yang mungkin tersedia meningkatkan pandangan praktek keperawatan, penelitian dan
pengembangan teori ke depan. Bagaimanpun juga, jika penelitian historitikal yang berkualitas dilakukan, semua
dari kita yang ada dalam proses pembuatan sejarah harus menerima tanggung jawab untuk memelihara sumber
– sumber yang ada.
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 16 -
document.doc
5. PENYELIDIKAN FILOSOPIS
Filsafat bukanlah pikiran secara umum seperti sebuah disiplin ilmu dimana sesorang memimpin
penelitian ilmu pengetahuan, filsafat bukanlah ilmu pengetahuan. Akan tetapi filsafat memiliki hubungan yang
erat dengan ilmu pengetahuan. Sangat penting, filsafat memandu metode-metode dalam ilmu pengetahuan ynag
disumbangkam. Ia adalah pondasi dari ilmu pengetahuan. Lagi pula filsafat dahuku membangun teori-teori
mengenai ilmu pengetahuan dan untuk membahas isu-isu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Tujuan
dari penyelidikan filosofis ini adalah untuk melakukan riset yang mengunakan analisis intelektual untuk
mengklarifikasi makna, membuat daftar nilai, mengidentifikasi etik, dan mempelajari kemurnian pengetahuan.
Orientasi Filosofis
Filososi peneliti mempertimbangkann sebuah gagasan atau isu dari seluruh perspektif melalui eksplorasi
literature, pemeriksaan makna konseptual, mengangkat pertanyaan, mengusulkan jawaban, dan mendorong
implikasi dari jawaban-jawaban ini. Penelitian ini di tuntun oleh pertanyaan filosopis yang telah diajukan.
Seperi pendekatan-pendekatan kualitatif lainya, kumpulan data terjadi secara serentak dengan analisis, dan
berfokus pada kat-kata. Bagaimanapun, karena filsafat mengikuti gagasan, makna, dan abstrksi, isi penelitian
mencari yang mungkin termasuk lebih jelas ditetapkan dalam literatur. Itu mungkin penting untuk peneliti
untuk mendatangi beberapa kesimpulan mengenai apa yang dimaksud pengarang dalam sebuah teks yang
spesifik. Gagasan-gagasan, pertanyaan-pertanyaan, dan konsekuensi-konsekuensi sering diselidiki dan atau
dibahas dengan kolega-kolega selama fase analisis. Proses ini berputar dengan menjawab pertanyaan yang
nantinya akan menuju suatu analisis. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang telah dipkirkan lebih
dipertimbangkan daripada jawaban-jawaban.
Untuk menghindari bias dari analisis mereka, para ahli filsafat mengolah hal yang terpisah dari beberapa
fakta dari pengetahuan atau metode. Laporan-laporan yang dihasilkan dari penyelidikan filosofis tidak
menggambarkan metodologi yang digunakan, tetapi berfokus pada diskusi dari kesimpulan analisa. Ada tiga
kategori dari penelidikan filosofis: penyelidikan dasar, analisis filsafat, dan analisis etik.
Penyelidikan Dasar
Dasar-dasar dari sebuah ilmu pengetahuan adalah dasar, konsep dan teori-teori dari filsafat itu sendiri.
Sebuah ilmu pengetahuan yang baru, cenderung membawa elemen dari dasar-dasar ilmu pengetahuan yang
lain, walaupun kadang-kadang mereka kurang pas. Meskipun ini semua dibangun dalam ilmu pengetahuan
mungkin memiliki permasalahan-permasalahan seperti ketidak konsekuenan logika. Penyelidikan dasar
menguji dasar-dasar untuk ilmu pengetahuan. Studinya melengkapi analisis struktur dari ilmu pengetahuan, dan
proses berpikir dan memberi nilai dari fenomena tertentu yang dipegang bersama oleh ilmu pengetahuan. Itu
penting untuk melakukan terlebih dahulu teori perkembangan atau program yang sedang dikembangka dalam
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 17 -
document.doc
sebuah penelitian. Pembahasan berhubungan dengan metoda penelitian kualitatif dan kuantitatif dan triangulasi
dari metoda yang muncul dari penyelidikan dasar.
Pengetahuan Keperawatan dan Penyelidikan Dasar
Filosofis analisis diharapkan dikeluarkan oleh ilmuan dalam sebuah lingkungan fakta, seperti
keperawatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli filsafat. Apa yang diekomendasikan bahwa sarjana
keperawatan menginginkan untuk melakukan sebuah studi filosofis mencari konsultasi dengan seorang ahli
filsafat.
Tujuan
Tujuan sebuah penyelidikan dasar adalah:
1. membandingkan perbedaan dasar filosofis, perbedaan teori-teori, perbedaan definisi dari konsep
2. mencari makna umum pada teori-teori yang sangat berbeda.
3. menguji dengan kritis definisi operasional dari konsep
4. mencari hubungan antara konsep dan ilmu pengetahuan yang sedang diuji
5. menetapkan batas-batas dari ilmu pengetahuan yang khusus dengan menampilkan fenomena yang
menjadi bagiannya dan apa yang tidak menjadi bagiannya tersebut (gambaran batas-batas)
6. membantu dalam pengembangan program penelitian yang mampu membentuk makna empiris pada
bagiannya
7. menggambarkan perhatian menjadi perbedaan dalam cara mencari, menjelaskan, membuktikan dan
memberi nilai.
8. menjelaskan rasional atau konsekuensi yang sesuai dalam memilih cara yang berbeda-beda untuk
meneliti fenomena.
9. menganalisis alasan yang mendasari ilmu pengetahuan.
10. menggambarkan produktivitas aktiviats berfikir dari ilmu pengetahuan yang mungkin membangun
metode untuk menghubungkan penyelidikan dasar seperti halnya menyusun, merencnakan,
melaksanakan dan memonitor program penelitian.
Pertanyaan-pertanyaan
Karena pertanyaan-pertanyaan filosofis kritis untuk sebuah proses penyelidikan filosofis, bentuk dari
pertanyaan-pertanyaan harus sesuai dengan disiplin ilmunya. Ellis (1983) mengidentifikasi beberapa pertanyaan
yang perlu di alamatkan pada keperawatan dari perspektif penyelidikan filosofis.:”apa arti manusia? Apa arti
martabat?apa arti kasihan, peramah, dan peduli? Apa itu keperawatan?(p.212)...apa yang tergambar pada
manusia adalah tepat, untuk tujuan apa, dan untuk pertanyaan apa? (p.224)
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 18 -
document.doc
Analisis Filosofis
Tujuan pertama dari analisis filosofis adalah untuk menguji arti dan untuk membangun teori-teori dari
arti tersebut. Ini biasanya diselesaikan melalui analisis konsep atau analisis linguistik (Rodger, 1989). Pada
beberapa kasus, percobaan dibuat untuk mempertemukan konsep yang jelas berbeda. Semua analisis ini
mengklarifikasi bahasa ilmu pengetahuan dan menggunakan banyak konsep dan hubungannya untuk mengatur
fenomena dari ilmu pengetahuan. Klarifikasi proses perkembangan teori dan kriteria untuk mengupas teori-teori
yang muncul dari penyelidikan filosofis dan dihubungkan dengan metateori.
Ulasan dari analisis ini dihubungkan untuk menentukan kesempurnaan, makna, dan penjelasan makna
ilmiah. Analisa ini melengkapi gambaran makna dari kata sebagaiman digunakan dalam model teoritis dan
dalam penelitian menggunakan model ini. Analisis linguistik memerlukan pemeriksaan alasan, maksud dan
konsekuensi praktis dalam menggunakan kata-kata tertentu yang relevan dengan ilmu pengetahuan. Ini
memasukkan fungsinya ketika menerapkan pada permasalahan penelitian yang berbeda dalam ilmu
pengetahuan yang berbeda juga; definisi operasional; jenis-jenis penelitian yang mereka diktekan; hubungan
mereka dengan tujuan teoritis dan nilai-nilai ilmu pengetahuan yang mereka fungsikan; dan yang penting
kemungkinan hubungannya dengan ide ilmu keperawatan. (manchester, 1986)
Pengetahuan Keperawatan dan Analisis filosofis
Ellis (1983) menyarankan bahwa banyak”teori keperawatan” yang sebenarnya filosofis dari
keperawatan meskipun tidang dikembangkan melalui analisis filosofis. Filosofis keperawatan ini dikembangkan
untuk menyatakan inti sari keperawatan dan menginginkan tujuan keperawatan.............. konsep analisis adalah
memperkuat teori keperawatan kita dan melengkapi definisi konseptual dari penelitian kita.
Etika penelitian
Etik adalah cabang dari filsafat yang berhubungan dengan moral. Disiplin ilmu ni mengandung proporsi
untuk analisis intelektual dari moral. Masalah etik berhubungan dengan kewajiban, hak, tugas, kebenaran atau
kesalahan, konsekuensinya, keadilan, pilihan, tujuan, dan tanggung jawab. Etik artinya berusaha keras untuk
tujuan akhir yang rasional ketika yang lainnya dilibatkan. Tujuan rasional akhir yang diinginkan adalah
keadilan, kemurahan hati, kepercayaan, kesetiaan, cinta, dan persahabatan. Semua gambaran ini untuk
menghormati orang lain. Sebuah dilema etik terjadi ketika seseorang harus memilih antar konflik nilai. Dalam
bebearapa kasus, kedua pilihan bagus. Akan tetapi harus memilih satu diantar keduanya.
Metodologi
Dalam etik penelitian, peneliti mengidentifikasi prinsip-prinsip untuk membimbing berdasarkan tori
etik. Metodologi riset sama dengan penelitian pilosopis yang lain. Literatur yang berhubungan dengan masalah
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 19 -
document.doc
diperiksa dengan seksama. Denag menggunakan teori etik yang telah dipilih, sebuah analisa dapat ditampilkan.
Tindakan ditentukan melalui analisa yang mungkin berbeda dengan teori etik yang digunakan. Ide-ide diajukan
kepada teman sejawat untuk dikritisi dan dibahas. Kesimpulan mereka menggambarkan keputusan mengenai
nilai yang menentukan sifat dasar. Mereka digabungkan melalui hak dan kewajiban daripada preferensi.
Pengetahuan dan etik keperawatan
Curtin (1979) mengatakan bahwa tujuan dari keperawatan bukanlah pengetahuan, tetapi moral dan
untuk mencari keadaan yang lebih baik. Menurutnya, keperawatan bukanlah sebuah pengetahuan melainkan
sebuah seni. Pengetahuan keilmuan digunakan sebagai alat dalam seni praktek keperawatan (Curtin, 1990).
Denan demikian etik penelitian adalah metodologi riset yang diperlukan untuk mengklarifikasi makna dan
tujuan praktek keperawatan. Banyak analisis etik dalam literatur keperawatan menggambarkan tiga isu:
menggabungkan aturan-aturan perawatan dan ilmuan, melindungi manusia, subjek dan teman sejawat dan
tinjauan institusional.
6. TEORI SOSIAL KRITIS
Pada tahun-tahun ini, filsafat yang lain denagn sebuah metodologi riset kualitatif, teori sosial kritis,
telah mulai memuatnya dalam jurnal-jurnal keperawatan.
Riset pejuang hak-hak wanita yang beruntung meningkatkan perhatian dalam keperawatan, menggunakan
metode teori sosial kritis dan bisa dipertimbangkan menjadi sebuah bagian dari teori sosial kritis (Chin &
Wheeler 1985. Mac Pherson, 1983). Allen (1985) menganjurkan bahwa teori sosial kritis penting untuk
keperawatan karena perawat-perawat sadar mengenai batasan antara perawat dan klien. Dia juga menganjurkan
mr=engenai cara perawat mendefenisikan kesehatan, promosi kesehatan dan mendefenisikan diri mereka
sendiri sebagai seorang perawat diperintah oleh faktor-faktor yang diteliti dalam filsafat.
Orientasi filosofis
Teori sosial kritis mengandung gambaran bilangan dari para ahli filsafat. Diman ini dimulai di
Frankfurt, Jerman di Institut Sosial Riset. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, teor sosial kritis dipengaruhi oleh
tulisan Karl Marx. Ahli-ahli filsafat ini berpendapat bahwa fenomena sosial mesti diuji dalam konteks historis,
percaya bahwa pada ummnya fungsi sosial didasari oleh sistem tertutup dalam pemikiran dimana didominasi
oleh pola yang mudah dan menjaga pertumbuhan individu dalam masyarakat.
Pada akhir tahun 1960-an, generasi kedua filsuf Jerman yang sangat terkemuka menjadi
“Habermas”(1971), meninjau kembali teori sosial kritis, memimpin timbulnya perhatian pada ide-ide ini.
Habermas melihat tugas teori sosial kritis adalah memahami bagain=mana orang-orang berkomunikasi dan
bagaimana mereka mengembangkan makna yang simbolik. Banyak dari makna-makna ini muncul dalam
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 20 -
document.doc
sebuah fakta dunia (doxa) pada “fakta-fakta” sosial diterima selaku benar; tidak didiskusikan dn tidak
diperdebatkan. Tidak dapat dipungkiri, golongan politik merasa tidak seorangpun mungkin memerintah
diantara yang lainnya tetapi lebih kepada kesadaran diri, tanpa berbicara dan bertanya. Kekuasaan dan kekuatan
dari fakta dunia ini datang dari pengakuan bahwa perintah yang dibuat hanya mungkn satu cara membangun
realitas. Kepercayaan yang diam-diam ini menjadi tampak dan kenyataan yang objektif ketika seseorang
menentang kekuasaan mereka. Berdasarkan pengakuan ini muncul pengetahuan diman perintah yang diberikan
dipelihara oleh kekuatan hubungan atau dominasi hubungan yang biasanya tidak diakui atau terlihat diabaikan
(Thompson, 1987)
Dengan menggunakan definisi metodologi riset untuk menganalisa proses, peneliti bisa “menemukan
penyimpangan dan batas yang menghalangi kebebasan, kesamaan, dan pemaksaan artisipasi dalam masyarakat”
(Steveus, 1989, p. 58). Habermas percaya bahwa para peneliti memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk
mempelajari dan mengidentifikasi batasan sosial, politik, dan keadaan sosial ekonomi disekitar mayarakat, tapi
juga menjadi instrumental dalam pembebasan dari penindasan struktur untuk memfasilitasi penyelidikan untuk
kekuatan manusia, penyelesaian dan keaslian (Steven, 1989)
Struktur-struktur sosial yang berguna masuk dalam jenis-jenis kerja dan upah; keluarga, akses
pendidikan, gambar-gambar wanita, negro, latin, dan kaum homo; tersedianya perawatan kesehatan, tujuan
keuntungan distribusi kekayaan, pelaksanaan undang-undang. Dalam beberapa struktur, peneliti berfokus pada
isu hak istimewa, eksploitasi, ketidakberdayaan, penindasan dan kemerdekaan. Untuk menyelesaikan ini,
peneliti perlu membangun gambaran masyarakat yang mengekspos domonasi sistem yang berlaku.
Memperlihatkan kontradiksi yang tertanam dominasi, menilai kemampuan sosial untuk merobah emansipatori
dan mengkritik sistem untuk meningkatkan perubahan tersebut (Steven, 1989)
Teori Friere. Cultural Action
Friere (1972), pendidik orang-orang Brazil, menggunakan metode teori sosial kritis untuk membangun
sebuah teori “cultural action” melalui eksperimen-eksperimennya dalam memberantas buta huruf di negaranya.
Teori Friere mulai menarik perhatian peneliti-peneliti perewat. Friere melihat dunia tidak statis dan tertutup,
tapi masalahnya harus dikerjakan dan diselesaikan. Dia mempercayakannya pada setiap manusia, tak masalah
betapa “bodoh” atau terbelakang dalam budaya dan kesunyian, mereka mampu melihat dengan kritis dunia
dengan dialog mereka satu sama lain. “menyediakan dengan alat-alat yang tepat seperti untuk sebuah
pertemuan, dia bisa merasa secara berangsur-angsur realitas personal dan sosial dengan baik yang kontradiktif,
menjadi sadar akan persepsinya terhadap kenyataan dan berhubungan secara kritis dengan itu. (Shaull, 1972.
p.12).
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 21 -
document.doc
Dialog tak akan bisa ada, bagaimanapun dalam ketidakhadiran cinta yang dalam untuk dunia dan untuk
pria (Friere,1972p.77). mendefinisikan kembali dunia adalah sebuah aktifitas penciptaan dan itu tidak mungkin
jika tidak ditanamkan dengan cinta.
Cinta adalah sebuah keteguhan hati, tidak takut, cinta adalah komitmen kepada seseorang…Jika saya
tidak mencintai dunia,-jika saya tidak mencintai hidup,-jika saya tidk mencintai seseorang, saya tidak bisa
berdialog. Dilain pihak dialog tidak bisa ada tanpa kerendahan hati…bagaiman bisa saya berdialog jika say
selalu menganggap yang lain tak ada dan saya tak pernah meras milik saya? Bagaimana saya bisa berdialog jika
saya menganggap diri saya terpisah dengan orang lain? Dialog lebih lanjut memerlukan kepercayaan terhadap
orang, percaya pada kekuatannya untuk membuat dan membuat kembali, untuk mencipy=takan dan
menciptakan kembali, percaya pada lapangan kerjanya menjadi manua=sia sesungguhnya (Friere, 1979.p.78-
79)
Seorang petani bisa memfasilitasi proses ini untuk tetangganya lebih efektif daripada seorang “guru”
dari luar kedalam (Shaull, 1972)
Dalam bukunya “pedagogy of the oppressed, Friere (1972) menggambarkan perilaku kelompok yang
tertindas dan perlaku para penindas. Dia menggambarkan sebuah tindakan penindasan sebagi sebuah tindakan
yang mencegah seseorang menjadi manusia seutuhnya. Dia percaya bahwa keduanya, yang tertindas dan yang
menindas harus dibebaskan. Jika tidak, kebebasan orang-orang yang tertindas benar-benar akan menjadi
penindas karena keduanya takut kebebasan, otonomi dan tanggung jawab. Bagaimanpun, seseorang tak bisa
dibebaskan oleh orang lain, tapi harus dia sendiri yang membebaskan dirinya sendiri. Friere melihat perjuangan
melawan penindasan sebagai perwujudan cinta.
Friere mengemukakan bahwa pendidikan bisa mwnjadi alat persesuaian untuk menampilkan situasi
sosial atau sebuah instrumen pembebasan. Dia menganjurkan bekerja dengan kelompok yang membawa kepada
perpaduan kebudayaan, dari pada mencoba untuk menggerakkan kelompok yang membawa kepada invasi
kebudayaan. Dalam pengalaman pendidikan yang sebenarnya, guru dan murid sama-sama belajar dan
seluruhnya tumbuh sebagai sebuah konsekuensi. Tipe pendidikan ini adalah praktek kebebasan. Pendapat Friere
bisa diterapkan pada situasi perawat saat ini.
RINGKASAN
Walaupun penulisan riset kualitatif mulai muncul dalam jurnal keperawatan kadang-kadang tahun
1970-an, tidak sampai pada pertengahan 1980-an kegiatan ini dipublikasikan secara beraturan. Konsep dan
metode pemikiran sangat berbeda dengan riset-riset kualitatif itu. Beberapa konsep utama penting terhadap riset
kualitatif termasuk Gestalt, gambaran tersembunyi, dan suasana terbuka. Sebuah Gestalt adalah sebuah cara
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 22 -
document.doc
memandang dunia denagn teliti berhubungan dengan Holism. Gambaran ini mengemukakan bahwa
pengetahuan mengenai sebuah fakta kejadian diatur ke dalam yang berhubungan Dengan gagasan. Ia adalah
kelompok dan saling berhubungan yang melengkapi makna. Sebuah Gestalt dalam beberapa cara seperti sebuah
teori.
Sebuah gambaran tersembunyi memperlihatkan sesuatu di dalam Gestalt yang spesifik, bingkai dari
referensi, atau gambaran dunia. Ini memberi perasaan kenyataan, bentuk-bentuknya, dan kontrol. Gambaran
tersembunyi adalah sesuatu yang tidak dibuat-buat dan cara yang tidak fleksibel memahami sebuah kejadian.
Lawan dari gambaran tersembunyi adlaqh konteks terbuka. Sebuah konteks terbuka memerlukan dekonstruksi
gambaran tersembunyi yang membolehkan anda untuk melihat kedalaman dan kerumitan dalam fakta yang
diuji. Pekerjaan Ihde digunakan sebagai cara dari pengalaman melompat dari gambaran tersembunyi menuju
konteks terbuka.
Kegiatan riset kualitatif membutuhkan penerapan yang teliti dari riset kualitatif seperti keterbukaan,
kataan yang cermat, menuju perspektif filosofis, kecermatan dalam pengumpulan data dan pencantuman
seluruh data dalam fase pengembangan teori.
Enam pendekaan riset kualitatif digambarkan dalam bab Phenomenological, grounded theory,
ethnographic, historical, philosophical inquiry, dan critical sosial theory.
Tujuan riset phenomenilogical adalah menggambarkan pengalamn hidup yang dilaluinya. Grounded theory
adalah sebuah pendekatan untuk menemukan apa masalah yang ada dalam kehidupan sosial dan bagaimana
seseorang terlibat menanganinya. Proses riset meliputi formulasi, uji coba, dan pengembangan kembali rencana
sampau teiori dikembangkan. Riset ethnograhic adalah kumpulan yang sistematis, gambaran dan analisis data
untuk mengembangkan teori tingkah laku kebudayaan. Riset histirical adalah sebuah naratif deskripsi atau
analisa kejadian yang terjadi sudaj]ha lama atau baru saja terjadi. Data kejadian yang lalu diperoleh melalui
rekaman, barang-barang peninggalan atau laporan verbal. Philosiphical inquiry memasukkan tiga tipe: studi
dasar, analisis filosofis, dan analisis etik. Penelitian dasar memberikan analisis struktur ilmu pengetahuan,
seperti: konsep dan teori dan proses berfikir dan menilai beberapa frakta yang biasa dipegang ilmu
pengetahuan. Analisi filosofis digunakan untuk mr=enguji makna konseptual dan mengembangkan teori dari
makna. Ethical inquiry adalah analisis intelektual moralitas. Teori sosial kritis, meliputi analisis sistem dari
gagasan yang membawa pola dominasi dan mencegah pertumbuhan seseorang secara individu di dalam
masyarakat.
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 23 -
document.doc
Riset Keperawatan Kelompok 4 A’04 - 24 -