PENGENALAN DAN KALIBRASI ALAT FOURIER TRANSFORM INFRA RED, FTIR SERTA ANALISA GUGUS FUNGSI SENYAWA...

12
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA INSTRUMEN PENGENALAN DAN KALIBRASI ALAT FOURIER TRANSFORM INFRA RED, FTIR SERTA ANALISA GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK DENGAN FTIR Oleh : Putri Purnama Yanti (1112096000012) Rizky Widyastari (1112096000025) Reza Falepi (1112096000028) PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

description

Analisa Gugus Fungsi Sampel Cair Ollium Xanthorrhiza dan Sampel Padat Fruktosa

Transcript of PENGENALAN DAN KALIBRASI ALAT FOURIER TRANSFORM INFRA RED, FTIR SERTA ANALISA GUGUS FUNGSI SENYAWA...

  • LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA INSTRUMEN

    PENGENALAN DAN KALIBRASI ALAT FOURIER TRANSFORM INFRA RED,

    FTIR SERTA ANALISA GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK DENGAN FTIR

    Oleh :

    Putri Purnama Yanti (1112096000012)

    Rizky Widyastari (1112096000025)

    Reza Falepi (1112096000028)

    PROGRAM STUDI KIMIA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015 M/1436 H

  • 1

    PENGENALAN DAN KALIBRASI ALAT FOURIER TRANSFORM INFRA RED,

    FTIR SERTA ANALISA GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK DENGAN FTIR

    Jumat, 10 & 17 April 2015

    I. PENDAHULUAN

    Pada dasarnya spektofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red) adalah sama

    dengan spektrofotometer IR dispersi, yang membedakannya adalah pengembangan pada

    sistem optiknya sebelum seberkas sinar infra merah melewati contoh. Dasar pemikiran

    dari spektofotometer FTIR adalah dari persamaan gelomabang yang dirumuskan oleh

    Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematik dari Prancis. Fourier

    mengemukakan deret persamaan gelombang elektromagnrtik sebagai :

    Dimana :

    - a dan b merupakan suatu tetapan,

    - t adalah waktu,

    - adalah frekuensi sudut (radian per detik)

    ( = 2 f dan f adalah frekwensi dalam Hertz).

    Dari deret fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah

    waktu atau daerah frekuensi. Perubahan gambaran intensitas gelombang radiasi

    elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekuensi atau sebaliknya

    disebutTransformasi Fourier (Fourier Transform).

    Selanjutnya pada sistem optik oeralatan instrumen FTIR dipakai dasar daerah

    waktu yang non dospersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi

    elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah interferometer yang

    dikemukakan oleh Albert Abraham Michelson (Jerman, 1831). Perbedaan sistem optik

    Spektrofotometer IR dispersif (Hadamard Transform) dan interferometer Michelson

    pada Spektrofotometer FTIR (Fourier Transform) tampak pada gambar berikut:

  • 2

    Gambar 1. Perbedaan Sistem Optik pada Spektrofotometer IR dan FTIR

    Cara Kerja Alat Spektofotometer FTIR

    Sistim optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar diatas dilengkapi dengan

    cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra

    merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak

    (M) dan jarak cermin yang diam (F). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah

    2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi (). Hubungan antara intensitas radiasi IR

    yang diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan

    sistim optik dari Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer

    disebut sebagai sistim optik Fourier Transform Infra Red.

    Gambar 2. Interferogram pada FTIR

  • 3

    Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by

    Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang

    diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang

    diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.

    Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra

    Glycerine Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih

    banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS,

    yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif,

    lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi

    yang diterima dari radiasi infra merah.

    Keunggulan Spektrofotometer FTIR

    Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua

    kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu :

    1. Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga

    analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau

    scanning.

    2. Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi,

    sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui

    celah (slitless).

    Untuk kalibrasi FTIR digunakan polistirena, polistirena yang digunakan berbentuk

    film. Spektrum polistirena yang dihasilkan huhus fungsinya yang dapat mewakili gugus

    fungsi lainnya.

    FTIR sangat penting dalam kimia modern, terutama (meskipun bukan satu-

    satunya) dalam daerah oranik. Spektrofotometer ini merupakan alat untuk mendeteksi

    gugus fungsional, mengudentifikasi senyawa dan menganalisa campuran.

    Prinsip dari analisa didasarkan pada besarnya frekuensi sinar infra merah yang

    diserap dengan energi tertemtu.apabila frekuensi tertentu diserap ketika melewati sebuah

    tersebut diselidiki, maka energi dari frekuensi tersebut akan ditransfer akan ditransfer ke

    senyawa tersebut. Energi pada radiasi inframerah sebanding dengan energi yang timbul

    pada getaran-getaran (energi vibrasi, translasi dan rotasi molekul).

    Karena setiap tipe ikatan yang berbeda memiliki sifat frekuensi vibrasi yang

    berbeda, dan karena tipe ikatan yang sama dalam dua senyawa berbeda terletak dalam

  • 4

    lingkungan yang sedikit berbeda, maka tidak ada dua milekul yang berbeda strukturnya

    akan mempunyai serapan infra merah yang tepat sama. Dengan membandingkan

    spektrum infra merah dari dua senyawa yang diperkirakan identik maka seseorang dapat

    menyatakan apakah kedua senyawa tersebut identik atau tidak. Identifikasi tersebut

    dikenal dengan pencarian daerah sidik jari.

    Cara menginterpretasikan spektrum infra merah yaitu mengklasifikasikannya

    sebagai berikut:

    1. Daerah ulur hydrogen berada pada 3700 2700 cm-1, puncak absorbs terjadi pada

    3700 3100 cm-1, karena vibrasi O-H atau N-H. Sedangkan vibrasi C-H alifatik

    timbul pada 3000 2850 cm-1 ikatan pada 3300 cm-1. Hidrogen pada

    karbonil aldehid memberikan puncak pada 2745 2710 cm-1.

    2. Daerah ikatan rangkap 3 (3,7 5,4 m)

    Pada daerah rangkap 3 (2700 1850 cm-1) gugus yang terabsorpsi terbatas. Vibrasi

    ulur ikatan rangkap terjadi pada daerah 2225 2250 cm-1

    3. Daerah ikatan rangkap 2 (5,1 6,5 m)

    Daerah ikatan rangkap 2 berada pada rentang 1450 1550 cm-1

    keton,aldehid,karbonat mempunyai puncak pada 1700 cm-1

    .Ester, halida-halida asam,

    anhidrida-anhidrida asam mengabsorpsi pada 1770 1725 cm-1. Puncak yang

    disebabkan oleh vibrasi ulur C=C- dan C=CN terdapat pada 1690 1600 cm-1.

    Cincin aromatis menunjukkan puncak dalam daerah 1650 1450 cm-1.

    4. Daerah sidik jari (6,7 14 m)

    Daerah sidik jari berada pada 1500 700 cm-1. C-O-C dalam eter dan ester

    mengabsorpsi pada 1200 cm-1

    . Sedangkan C-Cl pada 700 800 cm-1 , SO4-2

    , PO42-

    ,

    NO3-, CO3

    2- menunjukkan absorbansi kuat dibawah 1200 cm

    -1.

  • 5

    Tabel 1. Beberapa frekuensi infra merah gugus fungsi

    Gugus Fungsi Frekuensi (cm-1)

    O-H Alkohol/fenol bebas

    Asam

    3580-3650

    2500-2700

    NH Amina primer, sekunder dan amida 3140-3320

    CH Alkana

    Alkena

    Alkuna

    Aromatik

    2850-2960

    3010-3095

    3300

    ~3030

    -CH2- Bengkokan 1465

    -CH3 Bengkokan 1450-1375

    CC Alkuna

    Alkena

    Aromatik

    2190-2260

    1620-1680

    1475-1600

    C=O Aldehid

    Keton

    Asam

    Ester

    Anhidrida

    1720-1740

    1675-1725

    1700-1725

    1720-1750

    1760-1810

    CN Nitrit 2000-3000

    NO2 Nitro 1500-1650

    Teknik preparasi sampel FTIR ada beberapa macam, tergantung matrik sampel yang

    akan dianalisi. Untuk sampel cair dibagi dua yaitu berdasarkan viskositasnya. Sampel

    caor yang viskositasnya tinggi seperti minyak, cukup diteteskan 10 l ke dalam sel KBr,

    untuk yang berbentuk pasta cukup dioleskan tipis. Sedangkan yag viskositasnya rendah

    perlu digunakan spacer.Adapun yang matrik sampelnya padat, maka dibuat seperti pallet

    tipis dengan dicampur KBr yang sebelumnya dikeringkan terlebih dahulu.

    II. TUJUAN

    1. Memahami prinsip kerja FTIR

    2. Mengetahui tujuan kalibrasi alat FTIR

    3. Mengetahui teknik preparasi sampel cair

    4. Mengindentifikasi gugus fungsi olium xanthoriza dari hasil analisa FTIR

  • 6

    5. Mengetahui teknik preparasi sampel padat

    6. Mengindentifikasi gugus fungsi fruktosa dari hasil analisa FTIR

    III. METODE KERJA

    1. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah FTIR, tisu, spatulla,

    pipet tetes, lumpung agate, cetakan pellet, dan handy press.

    Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah aseton, olium

    xanthoriza, film polistirena, serbuk KBr, dan fruktosa.

    2. Prosedur Kerja

    a. Kalibrasi FTIR

    Software FTIR dibuka dan ditunggu hingga background selesai. Kemudian

    masukkan film polistirena ke dalam holder sampel FTIR. Setelah itu klik

    instrument pada bar atas, kemudian dimasukkan informasi sampel, range bilangan

    gelombang, dan resolusi. Selanjutnya di klik scan dan ditunggu beberapa saat.

    Kemudian diamati peak apa saja yang menunjukkan ciri dari polistirena dan terdiri

    dari gugus apa saja.

    b. Teknik Pengukuran Sampel Cair

    Untuk sampel cair, dibedakan berdasarkan kekentalan atau viskositasnya.

    Sampel olium xanthoriza memiliki viskositas yang tinggi seperti, sehingga cukup

    diteteskan 1 tetes saja pada sel KBr dan dimasukkan ke dalam holder sampel.

    Kemudian diamati peak apa saja yang menunjukkan ciri dari polistirena dan terdiri

    dari gugus apa saja.

    c. Teknik Pengukuran Sampel Padat

    Serbuk KBr dikeringkan terlebih dahulu dalam oven 105C selama dua jam

    atau lebih. Kemudian 0,5-1,0 mg sampel fruktosa dicampurkan dengan 100-200

    mg serbuk KBr ke dalam lumpung agate dan digerus hingga homogen. Setelah itu

    diambil sedikit campuran dengan spatula dan dimasukkan ke dalam pencetak

    pellet. Lalu cetakan ditekan dengan handy press hingga sampel terlihat seperti

    pellet. Selanjutnya pellet dimasukkan ke dalam holder sampel dan direkam pada

  • 7

    alat FTIR dan diamati peak apa saja yang menunjukkan ciri dari polistirena dan

    terdiri dari gugus apa saja.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Teknik Pengukuran Sampel Cair

    Pada praktikum kali ini menggunakan alat spektroskopi FTIR yang dimana

    menggunakan bahan Ollium Xanthorrhiza. Ollium Xanthoriza ini belum banyak

    dijumpai sehingga literature sangatlah terbatas. Dari berbagai sumber menyebutkan

    bahwa Ollium Xanthorrhiza ini merupakan salah satu jenis temu-temuan yang

    termasuk ke dalam keluarga zingiberacea yang juga terdapat dalam curcuma

    xanthorrhiza. Curcuma xanthorrhiza adalah tanaman yang tumbuh dengan rhizome.

    Sama seperti jahe dengan bau aromatis dan tajam dan rasa yang lebih pahit. Curcuma

    Xanthorrhiza juga menunjukan khasiat 7pectrum7tic, anti-inflamasi, anti-oksidan, anti

    hipertensi, anti rematik, anti hepatotoksik, anti dismenorhea, Anti spasmodic, anti

    leukorhea, anti bacterial dan antifungi (Sears, 2005).

    Gambar 3. Spektrum FTIR sampel olium xanthoriza

    Gambar 3. merupakan spektrum hasil pengukuran sampel olium xanthoriza.

    Spektrum hasil praktikum ini memiliki kemiripan dengan gambar spectrum hasil

  • 8

    pengukuran beberapa senyawa curcuma. Hal ini menunjukkan ollium xanthorhiza

    merupakan senyawa yang terdapat dalam curcuma xanthorriza.

    Gambar 4. Spektrum Hasil Pengukuran Beberapa Senyawa Dari Curcuma a) curcuminoids b)

    palmitic acid c) poloxammer d) curcuminoid ekstrak. (Ambarsari, Lestari, dkk)

    Dari hasil pengukuran spectrum Ollium Xanthorrhiza dengan FTIR, di dapati

    beberapa puncak dengan perkiraan gugus fungsi berdasarkan frekuensi penyerapan

    yaitu, pada frekuensi penyerapan 3362 cm-1

    terdapat gugus O H dalam bentuk

    alkohol atau fenol. Kemudian pada frekuensi penyerapan 2963 cm-1

    dan 2925 cm-1

    terdapat gugus C H stretching. Kemudian pada frekuensi penyerapan 1514 cm-1

    menunjukkan adanya gugus C = C aromatic dan juga di frekuensi 1660 cm-1

    menunjukkan adanya gugus keton C = O. lalu pada frekuensi penyerapan 1122 cm-1

    terdapat gugus C O dalam bentuk ester aliphatic. Terakhir penyerapan pada

    frekuensi 819 cm-1

    diperkirakan terdapat gugus aromatic benzene yang tersubstitusi

    pada posisi para.

    2. Teknik Pengukuran Sampel Padat

    Sampel yang digunakan pada pengukuran sampel padat yaitu fruktosa.

    Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayuran dan buah-buahan

    (Challem, 1995). Tanpa kita sadari, fruktosa banyak terkandung dalam bahan

    makanan yang dikonsumsi sehari-hari, seperti pada minuman berkarbonasi

    (softdrinks), juice, sport drinks, corn flakes, permen, selai, ice cream, crackers, produk

    susu, hingga pada obat batuk syrup (Hopkins, 2005).

  • 9

    Gambar 5. Struktur Molekul Fruktosa

    Berdasarkan gambar 5. dapat dilihat bahwa fruktosa memiliki rumus molekul

    yang sama dengan glukosa dan galaktosa, C6H12O6. Ketiganya merupakan isomer.

    Namun karena fruktosa memiliki gugus fungsi yang berbeda dengan glukosa dan

    galaktosa, maka fruktosa berisomer fungsi dengan kedua monosakarida yang lain.

    Gambar 6. Struktur Molekul Terbuka

    Melihat struktur terbuka fruktosa, atom C nomor satu mengikat satu gugus -

    OH dan dua atom H. Gugus fungsi keton berada pada atom C nomor dua. Atom C

    nomor 6 sama dengan atom C nomor satu, sedang atom C nomor 3, 4, dan 5

    merupakan atom C kiral.

  • 10

    Gambar 6. Spektrum FTIR Sampel Fruktosa

    Dari hasil pengukuran spektrum fruktosa dengan FTIR, di dapati beberapa

    puncak dengan perkiraan gugus fungsi berdasarkan frekuensi penyerapan yaitu, pada

    frekuensi penyerapan 3411,14 cm-1

    terdapat gugus O H atau alkohol. Kemudian

    pada frekuensi penyerapan 2939,51 cm-1

    terdapat gugus C H stretching. Selanjutnya

    pada frekuensi penyerapan 1639,81 cm-1

    menunjukkan adanya gugus keton C = O.

    Lalu pada frekuensi penyerapan 1411,99 cm-1

    menunjukkan adanya gugus CH2

    bending.

    V. KESIMPULAN

    1. Prinsip kerja FTIR yaitu analisa yang didasarkan pada besarnya frekuensi sinar infra

    merah yang diserap dengan energi tertentu. Apabila frekuensi tertentu diserap ketika

    melewati sebuah tersebut diselidiki, maka energi dari frekuensi tersebut akan

    ditransfer akan ditransfer ke senyawa tersebut.

    2. Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran, sehingga tidak

    mengacaukan data yang diperoleh dari hasil analisis FTIR.

    3. Teknik preparasi sampel cair dibedakan berdasarkan kekentalan atau viskositasnya.

    Sampel olium xanthoriza memiliki viskositas yang tinggi seperti, sehingga cukup

    diteteskan 1 tetes saja pada sel KBr.

  • 11

    4. Gugus fungsi yang terdapat dalam olium xanthoriza adalah O H, C H stretching, C

    = C, gugus keton C = O, C O dalam bentuk ester aliphatic, dan gugus aromatic

    benzene yang tersubstitusi pada posisi para.

    5. Teknik preparasi sampel padat yaitu mencampurkan sampel dengan serbuk KBr ke

    dalam lumpung agate dan digerus hingga homogen, di press hingga terbentuk pellet.

    6. Gugus fungsi yang terdapat dalam fruktosa adalah gugus O H, C H stretching,

    gugus keton C = O, dan CH2 bending.

    VI. DAFTAR PUSTAKA

    Hermanto, S dan Hartiningsih, F. 2014. Modul Praktikum Analisa Instrumen. Pusat

    Laboratorium Terpadu UIN Jakarta

    http://www.chem.ucla.edu/~webspectra/irtable.html

    Diakses pada 23/04.2015 pukul 20.10

    http://wwwchem.csustan.edu/Tutorials/INFRARED.HTM

    Diakses pada 23/04/2015 pukul 20.12