PENGEMBANGAN PESTISIDA HAYATIpangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2019/...1 PENGEMBANGAN...

18
1 PENGEMBANGAN PESTISIDA HAYATI “TRIBAS” PENGENDALI OPT PADA JAGUNG NUNING ARGO SUBEKTI Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2019 Sebuah Tinjauan Ilmiah dalam Kerangka Diseminasi Invensi Ramah Lingkungan

Transcript of PENGEMBANGAN PESTISIDA HAYATIpangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2019/...1 PENGEMBANGAN...

1

PENGEMBANGAN PESTISIDA HAYATI “TRIBAS” PENGENDALI OPT PADA

JAGUNG

NUNING ARGO SUBEKTI

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2019

Sebuah Tinjauan Ilmiah dalam Kerangka Diseminasi Invensi Ramah Lingkungan

VARIETAS TEKNOLOGI BUDIDAYA

ALSIN

FORMULASI PRODUK

APLIKASI DSS

PETA LAHAN KOMODITAS

INVENSI RAKITAN BALITBANGTAN

INOVASI

INVENSI

INVENSI INVENSI

PENDAYAGUNAAN DAN KOMERSIALISASI

Research for Development

Bulai

Hawar Pelepah

Bercak Daun

ANCAMAN OPT JAGUNG

PETA KEKUATAN AGENSIA HAYATI PENGENDALI OPT

Ramah Lingkungan

Murah

Sistem Kendali Mutu Internal Produk

Promosi

Baku Mutu dan Regulasi

Produk Unggulan

Efikasi Rendah

Ketersediaan

BIO

PESTISIDA

S W O T

PEMANFAATAN MIKROORGANISME ANTAGONIS UNTUK

BIOPESTISIDA

• Mikroorganisme antagonis dapat diformulasi sedemikian rupa menghasilkan suatu produk hayati pengendali OPT atau yang lazim disebut pestisida hayati, atau biopestisida.

• Secara definisi harfiah, biopestisida adalah pestisida yang berasal dari hewan, mikroorganisme, atau tanaman.

• Selain mencegah kehilangan hasil melalui pengandalian hama dan penyakit, biopestisida memiliki nilai tambah terkait kesehatan lingkungan dan manusia yaitu dengan kontribusinya terhadap pengurangan penggunaan pestisida kimia yang tentu saja menghasilkan kualitas produk pertanian yang lebih aman (Popp et al., 2012).

• Biopestisida merupakan komponen penting dalam pengendalian hayati terpadu (PHT) yang terbukti membantu mengurangi risiko resistensi organisme pengganggu tanaman (OPT) terhadap pestisida kimia (Pretty & Bharucha, 2015), lebih aman bagi kesehatan, melestarikan musuh alami, dan menjaga kesehatan lingkungan (EPA, 2017).

• Salah satu mikroorganisme antagonis yang menunjukkan hasil yang baik dalam pengendalian patogen penyebab penyakit adalah bakteri antagonis Bacillus subtilis yang keefektifannya dalam mengendalikan penyakit-penyakit pada berbagai komoditas tanaman telah banyak menunjukkan hasil yang baik (Kilian et al., 2000; Schisler et al., 2002; EPA, 2003).

• Bacillus subtilis adalah bakteri yang umum ditemukan di tanah dan sisa-sisa tanaman.

• Jika diaplikasikan pada benih, bakteri tersebut mengkolonisasi sistem perakaran tanaman, sehingga bakteri tersebut dapat berkompetisi dan menekan perkembangan berbagai penyakit tanaman.

• Bakteri tersebut terus menerus hidup dan berkembang pada sistem perakaran tanaman dan dapat melindungi tanaman sepanjang musim pertanaman.

FORMULASI TRIBAS

• Salah satu isolat B. subtilis, yaitu TM 4, diketahui bersifat virulen sebagai agens hayati penyakit tanaman jagung.

• Bakteri ini telah teruji secara in vitro mampu menekan perkembangan Bipolaris maydis, Rhizoctonia solani dan Fusarium moniliforme dengan menggunakan metode kultur ganda yaitu uji diffusible toxic metabolite dan uji senyawa volatil (Muis et al., 2015).

• Lebih lanjut, Djaenuddin et al (2017) menemukan bahwa formula bakteri antagonis B. subtilis TM4 efektif menekan perkembangan penyakit hawar pelepah dan upih daun melalui perlakuan benih tetapi tidak efektif untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun melalui penyemprotan formula.

• Selain TM4, terdapat juga isolat B. subtilis BNt8 yang mampu menekan perkembangan cendawan Fusarium monilifome dan menunjang perkembangan benih (Suriani et al., 2015).

• Tidak hanya itu, aplikasi isolat bakteri ini dilaporkan juga memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, terbukti dengan teramatinya jumlah koloni bakteri yang tinggi pada akar kecambah dari benih yang diberi perlakuan B. subtilis BNt8.

PENYEMPURNAAN FORMULASI TRIBAS

• Selain dari sisi metode aplikasi yang menunjukkan hasil yang bervariasi, pengendalian OPT dengan biopestisida secara sendiri atau dikombinasikan dengan bahan nabati juga memperlihatkan efisiensi yang lebih baik. Hal ini karena bahan-bahan nabati pengkombinasinya mudah didapatkan, murah, dan ramah lingkungan.

• Pengujian efektivitas kombinasi formulasi B. subtilis BNt8 dan pestisida nabati terhadap penyakit hawar daun menunjukkan bahwa pada pengujian in vitro, perlakuan pestisida nabati ekstrak daun cengkeh lebih baik menekan perkembangan cendawan B. maydis.

• Pada pengujian di lapangan, aplikasi formulasi B. subtilis BNt8 yang dikombinasikan dengan ekstrak daun cengkeh juga lebih baik menekan perkembangan penyakit hawar daun dan meningkatkan hasil panen. Aplikasi formulasi B. subtilis BNt8 dapat menekan penyakit hawar daun hingga 13% dan berpotensi meningkatkan hasil panen hingga 26% (Djaenuddin, 2018).

KEUNGGULAN TRIBAS

• TRIBAS teruji efektif untuk mengendalikan penyakit utama jagung, khususnya yang disebabkan cendawan patogen. Patogen sasaran dari produk biopestisida ini adalah cendawan tular tanah, tular angin, dan tular benih.

• Studi menunjukkan TRIBAS efektif mengendalikan Rhizoctonia solani penyebab penyakit hawar pelepah dan upih daun, Bipolaris maydis penyebab hawar daun, serta Peronosclerospora philipinensis penyebab penyakit bulai.

• Formula biopestisida ini menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang bersifat antibiotik antifungal tinggi yaitu: basilomisin, mikobasilin, zwittermisin-A, kanosamin, dan fungistatin.

• Kelebihan tambahan dari formulasi ini adalah bersifat PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Hasil aplikasi TRIBAS akan lebih optimal apabila dipadukan dengan penggunaan varietas tahan.

PENYIAPAN MATERI BIOPESTISIDA TRIBAS PACKAGING BIOPESTISIDA TRIBAS

CARA APLIKASI TRIBAS

• TRIBAS diaplikasikan dengan kombinasi 2 (dua) cara yaitu sebagai perlakuan benih (seed treatment) dan melalui penyemprotan.

• Untuk perlakuan benih dilakukan dengan mencampurkan 8 gram TRIBAS per kilogram benih sebelum tanam, sedangkan untuk penyemprotan dilakukan dengan melarutkan formula 3 g/l air (dengan tambahan bahan perekat) dan dikocok hingga homogen sebelum diaplikasikan.

• Aplikasi TRIBAS disarankan dilakukan pada sore hari dan diulang seminggu kemudian (Muis, 2019, komunikasi pribadi).

APLIKASI BIOPESTISIDA TRIBAS

SEED TREATMENT PENYEMPROTAN

PENGEMBANGAN APLIKASI TRIBAS UNTUK PENINGKATAN

PRODUKTIVITAS BENIH

• Tahun 2019 Puslitbang Tanaman Pangan dan Balitsereal bersinergi melaksanakan pengembangan benih tetua jagung tersinergi pemanfaatan TRIBAS.

• Kegiatan ini merupakan bagian dari skema diseminasi dengan sasaran untuk mendorong pengembangan produk biopestisida TRIBAS, khususnya dalam rangka meningkatkan produktivitas benih.

• Dalam kegiatan ini biopestisida TRIBAS diaplikasikan pada pertanaman produksi benih 5 (lima) galur jagung yang merupakan tetua elit sejumlah varietas jagung hibrida Balitbangtan, yaitu Mr-15, N-79, Nei-9008, Amb-20, dan Mal-03. Pengujian dilakukan di Soppeng dan Maros, Sulawesi Selatan, pada total lahan seluas 10 ha.

• Hasil pengujian memperlihatkan adanya pengaruh positif aplikasi TRIBAS baik terhadap penurunan tingkat serangan penyakit maupun peningkatan produktivitas benih.

0

10

20

30

40

50

60

70

TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol

MR-15 N79 Nei-9008 AMB-20 MAL-03

Hasil uji aplikasi TRIBAS terhadap tingkat serangan penyakit (%)

P. philippinensis R. solani B. maydis

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol TRIBAS Kontrol

MR-15 N79 Nei-9008 AMB-20 MAL-03

Hasil uji aplikasi TRIBAS terhadap produktivitas benih (tha-1)

STRATEGI UPSCALING TRIBAS

REKOMENDASI LISENSI MONITORING

PAKET TEK BUD RL

PROD MASSAL

QUALITY CONTROL MARKET MOVE

TERIMA KASIH visit us @ www.pangan.litbang.pertanian.go.id