Pestisida Hayati

24
KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati Departemen Sains Terapan dan Lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pertanian agribisnis dengan teknologi tinggi di Indonesia mulai diperkenalkan sejak tahun 1960 dengan sebutan Revolusi hijau. Sistem Pertanian tersebut ditandai dengan pestisida anorganik yang sangat intensif. Penggunaan pestisida anorganik telah menyebabkan tanah menjadi sehat, dan beberapa mikroorganisme dan mikroflora yang bermanfaat populasinya tetap stabil,karena dapat beradaptasi dan bekerja sama dengan secara sinergi dengan mikroorganisma pengendali hama penyakit pada tanah. Disisi lain penggunaan bahan kimia sintetis yang terkandung dalam pestisida buatan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan pada kesehatan manusia. Penggunaan pestisida hayati membawa dampak yang sangat positif, dapat memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Penggunaan pestisida hayati juga memberikan dampak yang positif seperti: bersifat permanen karena pengendali OPT secara hayati dengan menggunakan musuh alaminya mampu menjaga populasi hama dalam keadaan seimbang di bawah aras ekonomik dalam jangka waktu yang panjang, aman bagi Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.Si Imas Aisyah SP., M.Si Hary Tridaryanto, S.Si, MT Edisi :A No. Modul Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman 1

Transcript of Pestisida Hayati

Page 1: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pertanian agribisnis dengan teknologi tinggi di Indonesia mulai

diperkenalkan sejak tahun 1960 dengan sebutan Revolusi hijau. Sistem Pertanian

tersebut ditandai dengan pestisida anorganik yang sangat intensif. Penggunaan

pestisida anorganik telah menyebabkan tanah menjadi sehat, dan beberapa

mikroorganisme dan mikroflora yang bermanfaat populasinya tetap stabil,karena

dapat beradaptasi dan bekerja sama dengan secara sinergi dengan mikroorganisma

pengendali hama penyakit pada tanah. Disisi lain penggunaan bahan kimia sintetis

yang terkandung dalam pestisida buatan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan

dan gangguan pada kesehatan manusia.

Penggunaan pestisida hayati membawa dampak yang sangat positif, dapat

memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Penggunaan pestisida hayati

juga memberikan dampak yang positif seperti: bersifat permanen karena pengendali

OPT secara hayati dengan menggunakan musuh alaminya mampu menjaga populasi

hama dalam keadaan seimbang di bawah aras ekonomik dalam jangka waktu yang

panjang, aman bagi lingkungan karena tidak memiliki efek samping terhadap

lingkungan terutama terhadap serangga atau organisme yang bukan sasaran, juga

relatif ekonomik karena begitu usaha tersebut berhasil kita tidak memerlukan lagi

tambahan biaya khusus untuk pengendalian hama yang kita upayakan dan tidak

merugikan perkembangan musuh alami.

Oleh sebab itu kebutuhan pestisda hayati menjadi hal yang sangat penting dalam

pengembangan pertanian organik (organic farming).

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini peserta diklat mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi jenis-jenis pestisida hayati

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman1

Page 2: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan penggunaan pestisida hayati

dibandingkan dengan pestisda anorganik

3. Melakukan pembuatan pestisida hayati

4. Mengaplikasikan pestisida hayati di lapangan

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman2

Page 3: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1.

Identifikasi Mikroorganisme yang Berperan Sebagai Agen Pengendali Hayati

1. Lembar Informasi

Pengertian Pengendalian Hayati dan Pengendalian Alami

Pengendalian Hayati merupakan teknik pengelolaan hama yang kita lakukan

secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk

menurunkan atau mengendalikan populasi hama.

Pengendalian Alami merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa

ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia.

Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida,

pengendalian hayati memiliki keuntungan diantaranya :

a. Permanen karena demikian pengendali hayati, musuh alami menjadi lebih

mapan dan selanjutnya secara alami musuh alami akan mampu menjaga

populasi hama dalam keadaan seimbang di bawah aras ekonomik dalam

jangka waktu yang panjang

b. Aman bagi lingkungan karena tidak memiliki efek samping terhadap

lingkungan terutama terhadap serangga atau organisme yang bukan sasaran

c. Relatif ekonomik karena begitu usaha tersebut berhasil kita tidak

memerlukan lagi tambahan biaya khusus untuk pengendalian hama yang

kita upayakan dan tidak merugikan perkembangan musuh alami.

Sedangkan kerugiannya yaitu:

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman3

Page 4: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

a. Modal investasi yang besar harus dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi,

penelitian, pengujian, dan evaluasi terutama yang menyangkut berbagai

aspek dasar baik untuk hama, musuh alami maupun tanaman. Aspek dasar

yang meliputi taksonomi, ekologi, biologi, siklus hidup, dinamika populasi,

genetika, fisiologi, dll.

b. Identifikasi yang tepat jenis hama maupun musuh alaminya merupakan

langkah permulaan yang sangat penting, supaya tidak memperoleh kesulitan

dalam mempelajari sifat-sifat kehidupan musuh alami dan langkah kegiatan

selanjutnya

c. Diperlukan Fasilitas yang lengkap dan para peneliti yang berkualitas,

berpendidikan khusus dan berdedikasi tinggi untuk pengembangan teknologi

pengendalian hayati.

d. Keberhasilan dari penggunaan pengendali hayati relative lebih lama

Agensia Pengendali Hayati

Hampir semua kelompok organisme dapat berperan sebagai musuh alami

serangga hama termasuk binatang vertebrata, nematoda, mikroorganisme,

invertebrata selain serangga. Kelompok musuh alami yang paling penting adalah

dari golongan serangga sendiri. Dilihat dari fungsinya musuh alami dapat kita

kelompokkan menjadi parasitoid, predator, dan patogen.

a. Parasitoid

Parasitoid adalah serangga yang merugikan serangga atau binatang

arthropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pra dewasanya

sedangkan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada

inangnya. Umumnya parasitoid dapat membunuh inangnya meskipun ada

inang yang mampu melengkapi siklus hidupnya sebelum mati. Parasitoid

dapat menyerang setiap fase instar serangga maupun fase dewasa .

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman4

Page 5: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

Oleh induk parasitoid telur dapat diletakkan pada permukaan kulit inang

atau dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan ke dalam

tubuh inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan inangnya dan

menyelesaikan perkembangannya di luar tubuh inang (sebagai

ektoparasitoid) dan sebagian besar di dalam tubuh inang (sebagai

endoparasitoid). Fase inang yang diserang pada u,mumnya adalah telur dan

larva.

Ada spesies parasitoid yang hanya digunakan oleh satu parasitoid untuk

dapat melengkapi perkembangannya sampai fase dewasa pada satu inang.

Parasitoid semacam ini disebut parasitoid soliter. Sedangkan parasitoid

gregarius adalah jenis parasitoid yang lebih dari satu individu dapat hidup

bersama-sama dalam tubuh satu inang. Banyak lebah Ichneumonid

merupakan parasitoid soliter, dan banyak lebah Braconid dan Chalcidoid

yang bersifat gregarius.

Terdapat 6 ordo dan 86 famili serangga yang termasuk parasitoid yaitu

Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Neuroptera,, dan

Strepsiptera. Dalam ordo Hymenoptera yang terbanyak parasitoid adalah

famili Ichneumonidae, Braconidae, dan Chalcidoidea.

b. Predator

Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau

memangsa binatang lainnya.

Beberapa perbedaan antara predator dan parasitoid:

1) Parasitoid umumnya monofag atau oligofag

2) Dalam perkembangannya parasitoid memerlukan satu inang, sedangkan

predator memerlukan banyak mangsa

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman5

Page 6: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

3) Yang mencari inang pada parasitoid adalah serangga dewasa betina,

tetapi pada predator serangga jantan dan betina

Hampir semua jenis ordo serangga mempunyai jenis yang menjadi predator,

seperti Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera, Diptera, dan hemiptera.

Beberapa famili yang terkenal adalah kumbang kubah (Coleoptera :

Coccinellidae), Kumbang tanah (Coleoptera : Carabidae), Undur-undur

(Neuroptera : Chrysopidae.

c. Mikroorganisme patogen

Jenis- jenis mikroorganisme yang berperan sebagai agen pengendali hayati

diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Bakteri

Kelompok bakteri yang lebih penting adalah bakteri pembentuk spora

yang pada saat ini telah banyak digunakan sebagai insektisida mikrobial.

jenis bakteri patogen yang penting adalah bakteri Bacillus popiliae dan

Bacillus thuringiensis . Fungsi bakteri: Bacillus popilliae yaitu

menyebabkan seperti penyakit susu pada kumbang jepang Popiliae

japonica dan kumbang skarabid lainnya. Bacillus thuringiensis sangat

efektif digunakan untuk mengendalikan larva ordo Lepidoptera dan

larva nyamuk

Gejala serangan :

Bacillus thuringiensis sporulasi dalam tubuh serangga membentuk kristal

yang mengandung protein beracun. Bila spora dan kristal bakteri

dimakan oleh serangga yang peka maka terjadi gejala paralisis yang

mengakibatkan kematian inang. Kristal bakteri akan melarut dalam

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman6

Page 7: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

saluran pencernaan. Dalam jaringan tersebut bakteri mengeluarkan

toksin yang dapat mematikan serangga

2) Cendawan (fungi)

a). Kelompok jenis jamur yang menginfeksi serangga kita namakan

jamur entomofatogenik, jenis yang terkenal adalah Nomuraea

rileyi, Metharizium anisopliae, dan Beauveria basiana.

b). Gliocladium dan Trichoderma termasuk dalam satu famili yaitu

Moniliaceae

Gliocladium sp. dapat memproduksi gliovirin dan viridin yang

merupakan antibiotik yang bersifat fungisitik. Gliovirin merupakan

senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur

patogen dan bakteri. Cendawan Gliocladium sp memarasit

inangnya dengan cara menutupi atau membungkus patogen,

memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel

patogen hingga patogen mati. Diketahui pula bahwa beberapa

spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin

dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui

dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang

menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang

terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang

kuat dengan patogen (Chet, 1987).

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman7

Page 8: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

Lembar Kerja 1

Identifikasi Mikroorganisme yang Berperan Sebagai Agen Pengendali Hayati

Tujuan Praktek

Setelah menyelesaikan kegiatan ini, peserta didik mampu mengidentifikasi jenis-jenis

mikroorganisme agen pengendali hayati.

b. Alat dan Bahan

Alat :

Mikroskop elektrik

Jarum ose

Tissue

Beaker glass

Pipet tetes

Pembakar bunsen

Bahan :

Biakan murni Gliocladium sp

Biakan murni Trichoderma spp

Biakan murni Beauveria bassiana

Aquades steril

c. Langkah Kerja :

1. Amati jenis-jenis agen pengendali hayati yang telah disediakan secara

makroskopis dan mikroskopis!

Buatlah sediaan mikroskopis dari biakan murni Gliocladium sp, Trichoderma spp

dan Beauveria bassiana dengan cara mengambil sedikit

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman8

Page 9: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

dengan ujung jarum preparat secara aseptik (dekat api)!

2. Teteskan akuades pada kaca preparat, kemudian campur dengan air biakan

murni tadi dengan ujung jarum lalu tutup dengan kaca penutup.

3. Amati di bawah mikroskop struktur tubuhnya dengan bagian-bagiannya1

4. Gambarkan hasil pengamatan

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman9

Page 10: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

Membuat Pestisida Hayati dari Agen Pengendali Hayati

1. Lembar Informasi

Menurut Baker and Cook (1982), pengendalian hayati adalah tindakan penekanan

kepadatan inokulum atau aktifitas patogen yang berada dalam keadaan aktif atau

dorman oleh satu atau lebih organisme. Pengendalian hayati dapat berjalan dengan

alami melalui manipulasi lingkungan inang (tumbuhan), agen pengendali hayati atau

dengan introduksi masal satu atau lebih agen pengendali hayati.

Jenis-jenis agen pengendali hayati yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan

penyakit tumbuhan adalah bakteri, virus, protozoa, nematoda, tungau dan jamur.

Jamur pengendali hayati adalah Trichoderma spp., Gliocladium sp dan Metharizium sp.

(baker and Cook, 1982).

Berikut beberapa contoh pembuatan pestisida hayati dari microbial agent, yaitu

sebagai berikut :

a. Jamur Metarrhizium anisopliae

Perbanyakan jamur dilakukan pada PDA, setelah itu dipindahkan ke dalam media

jagung pecah. Pada media jagung tersebut akan tumbuh miselium berwarna putih

dan spora-spora jamur berwarna hijau olive. Suspensi jamur dibuat dari biakan

pada media jagung yang disuspensikan ke dalam akuades dan disaring. Suspensi

ini dihitung kepekatan sporanya dengan alat Haemocytometer di bawah

mikroskop dengan perbesaran 400 – 600 x, sehingga diperoleh suspensi dasar

yang selanjutnya akan diencerkan sesuai kebutuhan.

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman10

Page 11: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

b. Gliocladium sp.

Gliocladium sp diperbanyak pada media PDA dengan cara isolat murni Gliocladium

sp yang berada dalam tabung reaksi dituangkan ke tanah yang mengandung

patogen, lalu diinkubasikan selama satu minggu. Tanah tersebut disirami setiap

hari sampai lembab. Kemudian tanah yang mengandung patogen dan jamur

antagonis diambil satu gram, lalu diencerkan dengan aquades steril sampai

dengan 10-5. Satu milimeter hasil pengenceran tanah ditumpahkan ke dalam

cawan petri lalu ditambah sembilan mililiter media PDA dan antibiotik. Campuran

tersebut digoyang sekitar 20 kali, kemudian diinkubasikan dalam suhu kamar

selama 2 hari. Pada hari ke-3 pindahkan jamur antagonis ke dalam cawan petri

yang mengandung PDA steril, lalu diinkubasikan selama 4 hari. Pilih satu cawan

petri yang mengandung koloni Gliocladium sp murni. Setelah dipotong-potong

dengan alat Cork Boorer, setiap satu potongan dipindahkan ke cawan petri, lalu

diinkubasikan selama tujuh hari. Dengan demikian diperoleh koloni murni

Gliocladium sp.

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman11

Page 12: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

Lembar kerja 2

PERBANYAKAN MIKROBA ANTAGONIS (Gliocladium sp.)

a. Tujuan

Setelah melakukan praktek perbanyakan mikroba antagonis, peserta diklat

diharapkan mampu mendapatkan biakan murni mikroba antagonis Gliocladium sp.

sebagai bahan Pestisida hayati

b. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Laminar Air Flow 1. Biakan murni Gliocladium sp.

2. Pembakar Bunsen 2. Alkohol &0%

3. Autoclave 3. Akuades steril

4. Jarum ose 4. Kentang

5. Hot Plate 5. Dextrose

6. Batang pengaduk 6. Agar

7. Cawan petri

8. Gelas ukur

c. Langkah Kerja :

1. Buatlah media PDA dengan cara sebagai berikut :

a. Timbanglah kentang yang sudah dikupas sebanyak 100 gr!

b. Masukkan ke dalam 500 ml akuades, panaskan pada hot plate dengan mag-

netic stirrer!

c. Panaskan sampai mendidih sehingga kentang menjadi matang!

d. Saringlah larutan kentang dengan kertas saring, sehingga diperoleh ek-

straknya!

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman12

Page 13: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

e. Tambahkan ekstrak kentang dengan air sampai volumenya 500 ml dalam

beacker glass!

f. Masukkan agar dan dextrose masing-masing 10 gram ke dalam larutan ek-

strak kentang, lalunpanaskan kembali aduk sampai mendidih!

g. Setelah mendidih tuang ke erlenmeyer sekitar 80 ml, tutup dengan kapas

dan kain kasa atau penutup karet!

h. Sterilkan media dalam autoklaf pada suhu 121oC pada tekanan 1 atm/ 15 psi

selama 15 menit !

2. Media PDA yang telah disterilisasi diamkan sampai hangat-hangat kuku, tuang ke

dalam 10 cawan petri steril di dekat api (aseptik)!

3. Setelah dingin / membeku, celupkan jarum ose dalam ke dalam alkohol 96% ke-

mudian bakar di api lampu spirtus!

4. Ambil sedikit mikroba Gliocladium sp. dengan ujung jarum ose yang telah

dibakar!

5. Panaskan petri yang telah berisi media PDA dengan cara memutar-mutar bagian

pinggirnya!

6. Inokulasikan mikroba ke dalam cawan petri, kemudian tutup!

7. Amati pertumbuhan koloni biakan murni Gliocladium selama satu minggu!

8. Kira-kira pada hari ke- 5 atau ke-7 biakan sudah bisa dipanen digunakan!

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman13

Page 14: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

C. KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

Menggunakan Pengendali Hayati (Pestisida hayati) terhadap Hama dan Penyakit

Tanaman

1. Lembar Informasi

Patogen serangga dapat digunakan dalam Pengendalian Hama Tanaman (PHT)

melalui beberapa cara dan sasaran yaitu :

1. Memanfaatkan secara maksimal proses pengendalian alami oleh patogen hama

Ada banyak jenis jamur patogen penyebab penyakit dan jamur yang mampu

menekan populasi hama secara alami sehingga populasi tetap berada di bawah

aras ekonomik. Kita harus menjaga ekosistem sedemikian rupa sehingga patogen

dapat melaksanakan fungsinya secara “density dependent”. Untuk itu keadaan

dan perkembangan hama yang penting perlu terus dipantau dan menjaga

tindakan-tindakan yang mengurangi berfungsinya patogen hama dapat dibatasi

sekecil mungkin.

2. Introduksi dan aplikasi patogen hama sebagai faktor mortalitas tetap

Prinsip penggunaan patogen hama disini sama dengan introduksi serangga

parasitoid atau predator untuk menekan populasi hama untuk jangka waktu yang

panjang. Caranya adalah dengan memasukkan dan menyebarkan patogen pada

suatu ekosistem sedemikian rupa sehingga patogen tersebut mantap di

ekosistem yang baru ini, sehingga menjadi faktor mortalitas tetap bagi spesies

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman14

Page 15: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

hama yang dikendalikan. permulaan bagi patogen diperlukan kepadatan populasi

inang yang cukup.

3. Aplikasi patogen hama sebagai insektisida mikrobial

Aplikasi patogen perlu dilakukan beberapa kali sama prinsipnya dengan

penggunaan insektisida sintetik organik. Saat ini beberapa jenis patogen seperti

Bacillus thuringiensis telah dipasarkan dengan nama dagang tertentu.

Berbeda dengan insektisida sintetik organik maka insektisida mikrobia

mempunyai keuntungan yaitu berspektrum sempit atau khas inang dan aman

bagi lingkungan hidup serta tidak membunuh binatang bukan sasaran. Kecuali itu

apabila keadaan lingkungan memungkinkan patogen hama yang diaplikasikan

pada ekosistem mungkin dapat menjadi pengendali alami hama yang permanen

di ekosistem tersebut. Teknik penggunaan pengendali hama jenis mikroba

biasanya diigunakan pada tanaman setelah melalui pengenceran untuk

mendapatkan konsentrasi yang tepat, kemudian disemprotkan ke seluruh

tanaman atau langsung ke dalam tanah di sekitar perakaran, sedangkan untuk

microbial agen yang telah dikeringkan dan dicampur dengan media lain dapat

langsung dibenamkan kedalam tanah atau ditebarkan ke tanah disekitar

tanaman.

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman15

Page 16: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Ike, Karakterisasi Enzim Fosfomonoesterase dari Isolat Mikroba Tanah Pelarut Fosfat Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur, Bogor : Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, IPB, 2002.

Chet,I (Ed.), 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. John Wiley and Sons, A Wiley-Interscience Publication, USA. (Google terjemahan, di browsing tanggal 07 Desember 2010).

Goenadi, Didiek H., Biofertilizer Emas® untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk dalam Budidaya Tanaman yang Aman Lingkungan, Bogor : Publikasi penelitian, Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan, 2002.

Galli, E., Tomati U., and A. Grappeli, Microbial Proceses related to organic matter breakdown by eartworm and their infuence on planth growth. Prague, CSSR: Studies About Humus. Vol. 14, 1983.

Paristiyani Nurwardani, 1996, Pengendalian Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. melonis) pada Tanaman Melon, (Cucumis melo cv. Cantrlupensis Naud) dan Perbanyakan Masal Agen Pengendali Hayati (Gliocadium sp.), Thesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang.

Ratna Siri Hadioetomo, 1985, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia, Jakarta.

Suyono, Toni, dkk., Peranan Organisme Tanah terhadap Kesuburan Tanah, Materi Kejuruan Terintegrasi Lingkungan Hidup untuk Sekolah Menengah Kejuruan, Edisi Pertama, , Malang : Indah Offset, 2000.

Sutanto, R. Memahami Perinsip Pemupukan Berimbang dalam Pertanian. Dalam : Makalah. Pertanian Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta, 1996.

Toni Suyono, Ir., dkk, 1999, Mengurangi Penggunaan Pestisida, untuk Sekolah Menengah kejuruan (SMK), PPPG Pertanian (VEDCA) Cianjur, Malang.

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman16

Page 17: Pestisida Hayati

KODE : Pembuatan Pupuk Hayati dan Pestisida Hayati

Departemen Sains Terapan dan Lingkungan

Disusun oleh: Ir Adang Suryana, M.SiImas Aisyah SP., M.SiHary Tridaryanto, S.Si, MT

Edisi :A No. Modul

Tanggal: Pebruari 2012 Status revisi : 0 Halaman17