PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

175
i PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA SERAPAN BAHASA INDONESIA BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun oleh: Rangga Herdyawan 161224074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

Page 1: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

i

PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA

SERAPAN BAHASA INDONESIA BAGI MAHASISWA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Rangga Herdyawan

161224074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan karya ini sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan.

2. Bapak dan Ibuku, Siswoko dan Widyastuti atas doa, kasih sayang, dukungan,

kepercayaan dan motivasi yang selalu diberikan selama ini.

3. Adikku tersayang, Sabilla Puspita Dewi atas dukungan, penghiburan, dan

motivasi yang diberikan selama ini.

4. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., atas kesempatan yang diberikan untuk

bergabung dalam bimbingan beliau serta atas kesabaran dan dedikasi beliau

dalam membimbing penulis.

5. Para dosen PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan

penuh kesabaran serta dedikasi luar biasa telah mengajar dan membimbing

penulis selama menjadi mahasiswa.

6. Seluruh sahabat, teman, dan semua orang yang turut memberikan dukungan,

pengalaman, dan pelajaran hidup bagi penulis selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

v

MOTTO

“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu,

karena ada upah bagi usahamu.”

(2 Tawarikh 15:7)

“You’re not rich until you have something that money can’t buy.”

(Unknown)

“Jangan pernah berhenti! Setidaknya, kamu harus tahu bahwa

keajaiban terjadi setiap saat.”

(Penulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

viii

ABSTRAK

Herdyawan, Rangga. 2020. Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Kata

Serapan Bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakulats Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana

pengembangan modul digital pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia bagi

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia guna meningkatkan

pengetahuan mengenai kata serapan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan

untuk menghasilkan modul digital pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia bagi

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research &

Development (R&D) yang mengacu pada langkah Borg dan Gall. Pengembangan

modul digital pembelajaran dikembangkan melalui langkah pengembangan

menurut Borg dan Gall yang disederhanakan menjadi empat langkah, yaitu:

penelitian dan pengumpulan informasi berupa analisis kebutuhan pembelajaran,

pengembangan produk, validasi modul digital, revisi berdasarkan hasil validasi.

Data penelitian dikumpulkan melalui teknik kuesioner, wawancara, dan telaah

buku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan

mempelajari kata serapan bahasa Indonesia karena kurangnya sumber rujukan yang

dapat digunakan untuk mempelajari kata serapan bahasa Indonesia. Berdasarkan

hasil studi pendahuluan tersebut, peneliti mengembangkan modul digital kata

serapan bahasa Indonesia. Kelayakan modul digital divalidasi oleh dosen ahli I dan

dosen ahli II berdasarkan lima aspek, meliputi aspek isi/materi, aspek penyajian,

aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media. Hasil validasi oleh dosen ahli I

dan dosen ahli II menunjukkan perolehan skor rata-rata 3,73 dengan persentase

74,6%. Jadi, berdasarkan hasil validasi tersebut modul digital dengan judul Modul

Kata Serapan Bahasa Indonesia layak digunakan.

Kata kunci: Modul digital, kosakata, kata serapan, bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

ix

ABSTRACT

Herdyawan, Rangga. 2020. The Development of Indonesian Loanwords Digital

Module for Indonesian Language Education and Arts Study Program

Students. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education and Arts

Study Program, Language Education and Arts Department, Faculty of

Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The problem formulation on this research is how the development of

Indonesian loanwords digital module for Indonesian Language Education and Arts

Study Program students increases the Indonesian loanword knowledge of

Indonesian Language Education and Arts Study Program students. This research

aims to produce a digital module on Indonesian loanwords for Indonesian

Language Education and Arts Study Program students.

This study employed Research & Development (R&D) method according to

Borg and Gall’s steps. The digital module learning development was developed

through development steps according to Borg and Gall that were simplified into

four steps, i.e.: research and data gathering in the form of learning needs analysis,

product development, digital module validation, revision based on validation

result. The research data was gathered using questionnaire, interview, and book

review techniques.

The research result shows that students had a problem when they learn

about Indonesian loanwords due to the lack of reference sources that could be used

to learn about Indonesian loanwords. Based on the results of the preliminary study,

Indonesian loanwords Digital Module was developed. The digital module

feasibility was validated by two expert lecturers based on five aspects, i.e. :

content/material, presentation, language, graphics, and media aspects. The

validation result showed average score of 3.73 with percentage of 74.6%. Thus, the

digital module entitled “Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia” is feasible

to be used.

Keywords: Digital module, vocabulary, loanword, Indonesian language.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTO ............................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPERLUAN AKADEMIS ............................................................................ vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xviii

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... ..xxii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ..................................................................................... 6

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xiv

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

1.6 Definisi Operasional .............................................................................. 8

1.7 Spesifikasi Produk .................................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 12

2.1 Penelitian yang Relevan ........................................................................ 12

2.2 Landasan Teori ...................................................................................... 15

2.2.1 Hakikat Bahasa Indonesia ..................................................................... 16

2.2.2 Fonologi ................................................................................................. 17

2.2.3 Morfologi Bahasa Indonesia .................................................................. 18

2.2.4 Morfofonemik ........................................................................................ 20

2.2.5 Kosakata Bahasa Indonesia .................................................................... 22

2.2.6 Kata Serapan Bahasa Indonesia ............................................................. 23

2.2.6.1 Hakikat Kata Serapan ............................................................................. 24

2.2.6.2 Faktor-Faktor Pemungutan Kata ............................................................ 25

2.2.6.3 Bentuk Kata Serapan .............................................................................. 27

2.2.6.4 Penulisan Unsur Serapan dalam Bahasa Indonesia ................................ 29

2.2.7 Hakikat Modul ....................................................................................... 33

2.2.7.1 Hakikat Modul Digital .......................................................................... 33

2.2.7.2 Karakteristik Modul ............................................................................. 35

2.2.7.3 Prosedur Penulisan Modul ................................................................... 37

2.2.7.4 Struktur Penulisan Modul .................................................................... 42

2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 49

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 49

3.2 Data dan Sumber Data .......................................................................... 50

3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 50

3.4 Instrumen Penelitian............................................................................... 51

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 53

3.6 Prosedur Penelitian................................................................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 62

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 62

4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi ........................................ 62

4.1.1.1 Deskripsi Hasil Wawancara Dosen Ahli ................................................ 64

4.1.1.2 Deskripsi Instrumen Kuesioner Penelitian Pengembangan Modul

Bahasa Indonesia Bagi Mahasiswa ........................................................ 66

4.1.2 Pengembangan Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia ............ 69

4.1.2.1 Penentuan Tujuan .................................................................................. 70

4.1.2.2 Pemilihan Bahan ................................................................................... 70

4.1.2.3 Penyusunan Kerangka ........................................................................... 72

4.1.2.4 Pengumpulan Bahan .............................................................................. 72

4.1.3 Uji Validasi ........................................................................................... 73

4.1.4 Revisi Produk ........................................................................................ 78

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 86

4.2.1 Deskripsi Modul .................................................................................... 86

4.2.1.1 Aspek Isi/Materi .................................................................................... 87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xvi

4.2.1.2 Aspek Penyajian .................................................................................... 91

4.2.1.3 Aspek Bahasa ........................................................................................ 93

4.2.1.4 Aspek Kegrafikan .................................................................................. 94

4.2.1.5 Aspek Media .......................................................................................... 96

4.2.2 Deskripsi Hasil Validasi ........................................................................ 97

4.2.3 Deskripsi Analisis Kelayakan Modul .................................................... 99

4.2.4 Kajian Produk Akhir .............................................................................. 104

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 111

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 111

5.2 Saran ...................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 115

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 118

LAMPIRAN ..................................................................................................... 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Skor ....................................................................................... 54

Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan ............................................................................ 56

Tabel 4.1 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa ............................................. 67

Tabel 4.2 Kesimpulan Kolom Uraian Kuesioner Penelitian Pengembangan

Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia ............................................ 68

Tabel 4.3 Tujuan Pembelajaran ......................................................................... 70

Tabel 4.4 Skor Rata-Rata Validasi Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II ................ 74

Tabel 4.5 Tujuan Pembelajaran ......................................................................... 87

Tabel 4.6 Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Validasi Dosen Ahli ........................... 98

Tabel 4.7 Analisis Kelayakan Modul Berdasarkan Validasi Dosen Ahli I dan

Dosen Ahli II ..................................................................................... 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ..............................................................................48

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Menurut Borg dan Gall ...........59

Bagan 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Modul Digital oleh Peneliti ......61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Hasil Validasi Dosen Ahli I dan II ............................ 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pemberian Contoh ...................................................................... 79

Gambar 4.2 Sebelum dan Sesudah Revisi Penambahan Pilihan Ganda ......... 80

Gambar 4.3 Sebelum dan Sesudah Revisi Tugas 1 ........................................ 81

Gambar 4.4 Pemberian Daftar Bagan dan Tabel ............................................ 82

Gambar 4.5 Sebelum dan Sesudah Revisi Aspek Kebahasaan ...................... 83

Gambar 4.6 Sebelum dan Sesudah Revisi Jarak Antarbaris ........................... 84

Gambar 4.7 Sebelum dan Sesudah Revisi Ukuran Huruf pada Judul ............ 85

Gambar 4.8 Tugas 1 dan Refleksi .................................................................. 89

Gambar 4.9 Tes Formatif 1 ............................................................................ 89

Gambar 4.10 Tugas 2 dan Refleksi .................................................................. 90

Gambar 4.11 Tes Formatif 2 ............................................................................. 90

Gambar 4.12 Kilas Kata Kita ........................................................................... 91

Gambar 4.13 Padanan Istilah Bahasaku ............................................................ 91

Gambar 4.14 Rasionalisasi ................................................................................ 92

Gambar 4.15 Petunjuk Penggunaan Modul ...................................................... 92

Gambar 4.16 Tujuan Pembelajaran dan Peta Konsep ....................................... 93

Gambar 4.17 Aspek Kegrafikan dalam Modul ................................................. 95

Gambar 4.18 Tampilan Modul Digital .............................................................. 96

Gambar 4.19 Pemberian Contoh dalam Modul ................................................ 105

Gambar 4.20 Penambahan Pilihan Ganda Modul ............................................ 105

Gambar 4.21 Pemberian Daftar Bagan dan Tabel dalam Modul ...................... 106

Gambar 4.22 Sebelum dan Sesudah Revisi Aspek Kebahasaan Final .............. 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xxi

Gambar 4.23 Jarak Antarbaris Final ................................................................. 108

Gambar 4.24 Petunjuk Instalasi Modul ............................................................. 109

Gambar 4.25 Tampilan Modul Digital .............................................................. 109

Gambar 4.26 Video Pembelajaran .................................................................... 110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xxii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Skor Rata-Rata Validasi Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II

pada Tiap Aspek ........................................................................... 75

Diagram 4.2 Data Rata-Rata Hasil Validasi oleh Dosen I dan II ...................... 97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Mahasiswa ................................ 120

Lampiran 2 Kisi-Kisi Validasi Modul Digital Dosen Ahli ............................ 121

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa ...................................... 122

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa .................. 130

Lampiran 5 Kategori Analisis Kuesioner Mahasiswa ................................... 136

Lampiran 6 Rekap Analisis Instrumen Kuesioner Mahasiswa ..................... 137

Lampiran 7 Komentar Instrumen Kuesioner Mahasiswa ............................. 138

Lampiran 8 Transkrip Wawancara ................................................................ 139

Lampiran 9 Instrumen Validasi oleh Dosen Ahli I ....................................... 141

Lampiran 10 Instrumen Validasi oleh Dosen Ahli II ...................................... 146

Lampiran 11 Hitungan Hasil Validasi Dosen Ahli ........................................ 151

Lampiran 12 Data Hasil Validasi Dosen Ahli ................................................ 155

Lampiran 13 Sampul Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia ............. 159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan mengkaji tujuh subbab, yaitu latar belakang, batasan

istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, dan spesifikasi produk. Berikut uraian ketujuh subbab pada bagian

pendahuluan.

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, dunia berada pada fase revolusi industri 4.0. Revolusi

industri 4.0 ini adalah fase yang menunjukkan bahwa dunia sedang dalam masa

perkembangan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan teknologi juga

berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan, mulai dari segi ekonomi dan

bisnis, segi kebudayaan, hingga bidang pendidikan. Kemunculan robot pintar,

kecanggihan internet, dan teknologi virtual reality adalah beberapa wujud

penerapan kecanggihan teknologi saat ini.

Dalam dunia pendidikan, kemajuan teknologi menunjukan peranan

yang sangat penting. Kemajuan teknologi mampu meningkatkan efektivitas

kegiatan pembelajaran. Peserta didik dapat dengan mudah mencari informasi

secara daring apabila menemui kesulitan dalam mencari pengetahuan secara

konvensional dengan menggunakan buku (idntimes.com, 29 April 2019).

Pengaruh positif teknologi mampu memumbuhkan semangat instansi

pendidikan dan peserta didik untuk mencari informasi lebih mendalam guna

menunjang proses pembelajaran. Menurut Rosenberg dalam G. Gunawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

2

(2009) (dalam Sudibyo, 2011), dengan berkembangnya teknologi informasi

dan komunikasi maka terdapat lima proses pergeseran dalam pembelajaran,

yaitu (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan

kapan saja, (3) dari kertas ke daring atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke

fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Teknologi

informasi dalam dunia pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang

kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, ide, peralatan, dan organisasi

untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,

melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang

mencakup semua aspek belajar manusia (Sukadi, 2008) dalam Sudibyo (2011).

Perkembangan teknologi berpengaruh pula terhadap bidang

kebahasaan. Setiap kecanggihan teknologi memiliki bahasa yang digunakan

sebagai pengantar, termasuk bahasa Indonesia. Dewasa kini banyak aplikasi

canggih yang menyematkan penggunaan bahasa Indonesia di dalamnya. Guna

memenuhi kebutuhan perkembangan zaman, bahasa Indonesia beradaptasi

cepat dengan memasukkan istilah-istilah asing ke dalam tatanan bahasa

Indonesia. Istilah-istilah asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia disebut

dengan istilah ‘kata serapan’.

Kata serapan adalah kata yang diserap atau diadopsi dari bahasa lain ke

dalam bahasa Indonesia. Kridalaksana (1985), mejelaskan bahwa kata serapan

adalah “pinjaman” berupa bunyi, fonem, unsur gramatikal atau unsur leksikal

yang diambil dari bahasa lain. Dalam bahasa Indonesia, banyak kata serapan

yang diambil dari bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jepang, bahasa Arab,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

3

bahasa Portugis, dan bahasa daerah, seperti bahasa Jawa. Hal tersebut

disebabkan adanya pengaruh jajahan dari negara-negara tersebut kepada

Indonesia dan pengaruh dari komunikasi perdagangan dari timur tengah yang

masuk ke Indonesia.

Penggunaan kata serapan di Indonesia dimaksudkan untuk

memperkaya leksikon atau kosakata bahasa Indonesia sehingga meminimaliasi

penggunaan istilah asing dalam proses komunikasi maupun semua proses

kebahasaan demi tujuan yang lebih besar, yaitu internasionalisasi bahasa

Indonesia . Namun, hal tersebut memiliki tantangan yang berat karena pada

kenyataannya, masyarakat Indonesia belum mengenal lebih jauh tentang

penggunaan kata serapan yang telah ada dalam bahasa Indonesia dan lebih

memilih menggunakan istilah asing maupun bahasa daerahnya dalam proses

kebahasaan yang dilakukannya. Banyak faktor yang menyebabkan penggunaan

bahasa asing. Menurut artikel yang dimuat dalam kompasiana.com pada 13

Maret 2018 dengan judul “Mengapa Kita Masih Sering Memakai Istilah

Asing?”, Penggunaan kata-kata asing dicampur dengan bahasa Indonesia baik

secara tulis maupun lisan menunjukkan sebuah praktik kedwibahasaan yang

terjadi di masyarakat. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya istilah-

istilah atau kata bahasa asing yang dikenali oleh masyarakat yang salah satunya

diakibatkan oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi informasi dan

komunikasi, sehingga ketika mereka melakukan percakapan, seseorang akan

menggunakan kata-kata asing yang diketahuinya demi maksud tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

4

Alasan penggunaan kata asing dalam berkomunikasi dan berbahasa

erat kaitannya dengan fungsi bahasa. Menurut Popper (1972), fungsi bahasa

tidak melulu untuk menyampaikan keterangan atau informasi kepada orang

lain (fungsi informatif), namun juga berfungsi untuk mengungkapkan perasaan

dan pikiran (fungsi ekspresif), memaparkan suatu benda atau objek (fungsi

deskriptif), serta menyajikan dan menilai alasan-alasan atau penjelasan (fungsi

argumentatif). Dalam penerapannya ketika berkomunikasi secara lisan, fungsi

tersebut sering kali muncul secara bersamaan, sehingga memicu terjadinya

penggunaan istilah-istilah asing. Selain faktor tersebut, banyak masyarakat

yang belum mengetahui kata atau kosakata yang telah diserap ke dalam bahasa

Indonesia, karena tidak banyak media yang dapat digunakan untuk

menyebarkan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, diperlukan adanya

pembaharuan atau sebuah inovasi baru seperti digitalisasi pada penggunaan

kata serapan guna menyebarluaskan pemahaman mengenai kosakata yang

terdapat dalam bahasa Indonesia sekaligus meminimalisasi penggunaan istilah

asing yang digunakan pada proses komunikasi.

Dari sekian banyak kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia,

belum banyak ditemukan media pembelajaran yang mampu digunakan untuk

mengajarkan kata serapan atau istilah asing yang telah diserap ke dalam bahasa

Indonesia. Media pengajaran kata serapan dapat dibilang masih sangat sedikit

apabila melihat kondisi saat ini. Media pembelajaran kata serapan masih

terpaku pada buku konvensional dan terbatas pada kamus digital yang hanya

berisi istilah kata serapan, namun tidak disertai tentang pengertian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

5

bagaimana proses berlangsungnya penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa

Indonesia itu sendiri.

Kemajuan era teknologi saat ini mampu mengubah pola pembelajaran

yang sebelumnya bersifat konvensional dengan bertatap muka secara langsung

menjadi pembelajaran jarak jauh (remote learning) dengan menggunakan

media digital. Selaras dengan hal tersebut, seorang pengajar dituntut untuk

dapat memilih media yang sesuai dengan materi pembelajaran guna

mempermudah penyampaian materi. Oleh sebab itu, diperlukan media yang

dapat menimbulkan daya tarik peserta didik, salah satunya adalah modul digital

atau modul elektronik (e-modul). Menurut Ditektorat Jendral Pendidikan Dasar

dan Menengah (2017:3), e-modul merupakan sebuah bentuk penyajian bahan

belajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran

tertentu, yang disajikan dalam format elektronik, dimana setiap kegiatan

pembelajaran didalamnya dihubungkan dengan tautan (link) sebagai navigasi

yang membuat peserta didik menjadi lebih interaktif dengan program,

dilengkapi dengan penyajian video tutorial, animasi dan audio untuk

memperkaya pengalaman belajar. Penggunaan modul elektronik memiliki

banyak keunggulan, di antaranya dapat meningkatkan motivasi peserta didik,

mampu menciptakan suasana belajar yang interaktif dan lebih dinamis, serta

mampu memberikan kemudahan untuk mengakses sumber informasi yang

ingin dipelajari di manapun dan kapanpun.

Oleh sebab itu, peneliti ingin mengangkat tema pengembangan modul

digital pembelajaran kata serapan. Modul digital mengenai kata serapan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

6

dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat mengatasi permasalahan

keterbatasan wawasan masyarakat mengenai kata serapan bahasa Indonesia.

Selain itu, dengan adanya modul digital kata serapan bahasa Indonesia,

diharapkan mampu memudahkan pengguna terutama mahasiswa untuk belajar

bahasa Indonesia serta meminimalisasi penggunaan bahasa asing dalam proses

komunikasi lisan maupun tulis.

1.2 Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, penulis melakukan

pembatasan masalah. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada

pengembangan modul digital pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia bagi

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembatasan masalah

dalam penelitian diuraikan di bawah ini.

1. Penelitian ini dibatasi pada pengembangan modul digital kata serapan

bahasa Indonesia meskipun banyak alternatif lain yang dapat digunakan

sebagai media pembelajaran.

2. Penelitian ini dibatasi dengan hanya melakukan empat langkah prosedur

penelitian dan pengembangan dari sepuluh prosedur penelitian dan

pengembangan Borg dan Gall yang dijadikan acuan penelitian ini meliputi

(1) proses pengumpulan informasi mengenai produk yang akan

dikembangkan, (2) tahap pengembangan modul digital kata serapan bahasa

Indonesia, (3) uji validasi, dan (4) revisi produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

7

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, peneliti

merumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana

pengembangan modul digital pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia bagi

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan produk berupa modul digital kata serapan bahasa Indonesia bagi

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi mahasiswa, dosen, maupun peneliti lain dalam menggunakan serta

mengembangkan penelitian yang serupa. Adapun, manfaat secara praktis

penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1) Bagi Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mempermudah mahasiswa

untuk menguasai kata serapan bahasa Indonesia yang berasal dari berbagai

bahasa dan dengan berbagan berbagai proses penyerapannya.

2) Bagi Dosen

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai salah satu

alternatif bagi dosen untuk mengajarkan pembelajaran kata serapan bahasa

Indonesia dengan lebih efektif dan efisien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

8

3) Bagi Peneliti Lain

Peneliti berharap penelitian ini dapat menginspirasi penelitian lain untuk

mengembangkan kamus digital lainnya yang mampu mempermudah

pemahaman mengenai kata serapan bahasa Indonesia.

Secara teoretis, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi

salah satu bahan ajar kata serapan bahasa Indonesia. Penelitian ini juga

diharapkan mampu dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang hendak

melakukan penelitian serupa.

1.6 Definisi Operasional

Peneliti memberikan definisi operasional atau batasan istiah untuk

menyamakan konsep dari berbagai istilah dan pengertian yang digunakan

dalam penelitian ini. Berikut adalah batasan dari istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian ini.

1) Modul Digital

Modul merupakan bahan ajar yang dirancang agar peserta didik dapat

mempelajari materi secara mandiri. Direktorat Tenaga Kependidikan

(2008:3) memaparkan bahwa modul merupakan alat atau sarana

pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara

mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk

mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat

kompleksitasnya. Selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Direktorat Tenaga Kependidikan, Smaldino (2011:279) mendefinisikan

modul sebagai unit pengajaran yang lengkap yang dirancang untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

9

digunakan oleh siswa atau sekelompok kecil tanpa kehadiran seorang

guru. Oleh sebab itu, modul dapat disebut sebagai media pembelajaran

yang dapat dioperasikan secara mandiri oleh peserta didik. Modul

elektronik atau e-modul merupakan tampilan informasi atau naskah dalam

format buku yang direkam secara elektronik dengan menggunakan hard

disk, disket, CD, atau flash disk dan dapat dibuka maupun dibaca dengan

mrnggunakan komputer atau alat pembaca buku elektronik (Sitepu,

2006:142). Oleh sebab itu, modul digital mengandung makna sebagai

suatu modul yang dapat dioperasikan secara digital menggunakan laptop

dan gawai.

2) Kata Serapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, serapan berarti pemasukan ke

dalam; penyerapan masuk ke dalam lubang-lubang kecil. Kridalaksana

(1985), mejelaskan bahwa kata serapan adalah “pinjaman” berupa bunyi,

fonem, unsur gramatikal atau unsur leksikal yang diambil dari bahasa lain.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kata serapan ialah kata yang diserap

dari bahasa lain baik bahasa asing maupun bahasa daerah yang digunakan

ke dalam bahasa Indonesia dengan cara penulisan yang mengalami

perubahan maupun tidak mengalami perubahan.

1.7 Spesifikai Produk

Modul digital yang dikembangkan oleh peneliti dilakukan berdasarkan

studi pendahuluan berupa studi dokumen, wawancara dosen, dan persepsi

mahasiswa tentang media pembelajaran mengenai kata serapan yang tersedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

10

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan produk berupa modul digital

pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia yang ditujukan kepada

mahasiswa. Modul digital yang dikembangkan adalah modul interaktif yang

dirancang melalui aplikasi Flip PDF Professional. Flip PDF Professional

merupakan sebuah perangkat lunak yang mempermudah pengguna untuk

membuat sebuah buku elektronik atau e-book. Perangkat lunak ini memiliki

keunggulan berupa memberikan efek flipbook terhadap buku elektronik atau

modul elektronik yang dibuat. Efek tersebut memberikan pengalaman kepada

pengguna seolah-olah pengguna sedang membaca buku sungguhan dengan

membuka atau membalik lembar demi lembar halaman buku. Selain itu,

perangkat lunak ini dapat mengolah berkas teks, gambar, audio, dan video yang

dapat memperkaya pengalaman belajar pengguna. Oleh sebab itu, peneliti

mengembangkan modul digital pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia

dengan menggunakan perangkat lunak Flip PDF Professional guna

memperbanyak referensi dan variasi media pembelajaran digital kata serapan

bahasa Indonesia yang dapat dioperasikan dengan mudah oleh mahasiswa.

Pada bab pertama, modul memuat materi pengetahuan mengenai kata

serapan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi (1) mampu

menjelaskan pengertian kosakata, (2) mampu menjelaskan hakikat kata

serapan, dan (3) mampu menjelaskan faktor yang menyebabkan terjadinya

pemungutan kata. Selanjutnya, bab kedua memuat materi mengenai kata

serapan berdasarkan tujuan pembelajaran yang meliputi dua tujuan, yaitu (1)

mampu mengklasifikasikan bentuk kata serapan dan (2) mampu menjelaskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

11

proses penulisan unsur serapan bahasa Indonesia. Tiap bab modul yang

dikembangkan oleh peneliti juga dilengkapi dengan contoh guna memudahkan

pengguna untuk memahami materi yang disampaikan dalam modul.

Modul dilengkapi dengan gambar/ilustrasi, peta konsep, tabel, bagan,

kotak informasi penunjang dengan judul “Kilas Kata Kita” dan “Padanan

Istilah Bahasaku”, serta glosarium guna menambah wawasan dan pengetahuan

pengguna modul mengenai materi yang ingin disampaikan. Selain itu, modul

juga dilengkapi dengan aktivitas, tugas, tes formatif dalam bentuk pilihan

ganda maupun uraian, serta kunci jawaban yang berfungsi untuk mengukur

tingkat pemahaman pengguna, khususnya mahasiswa terhadap materi yang

telah dipelajari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

12

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini mengkaji tiga subbab yaitu penelitian yang relevan, landasan

teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian

yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu,

penelitian yang relevan digunakan untuk menentukan posisi penelitian yang

dilakukan oleh peneliti guna menghindari adanya duplikasi. Subbab landasan

teori berisi tentang teori-teori dari para ahli yang digunakan sebagai dasar

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berikut rincian ketiga subbab yang

dikaji pada bagian landasan teori.

2.1 Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh Yuliana (2012), Mellyna

(2011), Degaf (2016), dan Devi (2019). Penelitian Yuliana, Mellyna, Degaf

dan Devi relevan dengan konsep penelitian berupa pengembangan modul

digital kata serapan bahasa Indonesia yang akan dilakukan oleh peneliti.

Berikut uraian dari keempat penelitian yang relevan tersebut.

Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Yuliana (2012) dengan

judul Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing dalam Artikel Opini

Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012. Penelitian ini berisi tentang analisis

peneliti terhadap kata serapan dan istilah asing yang terdapat dalam koran

kompas dalam rentang edisi tertentu. Penelitian ini menghasilkan beberapa

data yang menunjukkan penggunaan kata serapan atau istilah asing yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

13

terdapat dalam koran kompas pada rentang waktu tersebut. Penelitian yang

dilakukan oleh Yuliana (2012) dianggap relevan karena memiliki topik yang

sama dengan topik kajian yang akan diteliti oleh peneliti mengenai leksikon

dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Perbedaan

penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Yuliana terletak pada obyek kajian yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh

Yuliana terbatas pada penggunaan kata serapan yang terdapat dalam koran

kompas periode tertentu, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

membahas tentang pemahaman kata serapan bahasa Indonesia secara umum.

Selain itu, perbedaan penelitian oleh Yuliana dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitiannya. Penelitian yang

dilakukan oleh Yuliana merupakan penelitian kualitatif, yang berarti tidak

sampai dengan pembuatan produk, sedangkan penelitian kali ini merupakan

penelitian pengembangan yang dikembangkan hingga tahap pembuatan

produk.

Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Mellyna (2011) dengan

judul Kata Serapan dan Kata Non-Serapan dalam Orang Asing dan Sang

Pemberontak: Sebuah Kajian Semantis. Penelitian yang dilakukan oleh

Mellyna berisi tentang analisis peneliti terhadap sebuah karya bahasa Perancis

yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh

Mellyna dianggap relevan dengan judul penelitian yang dikaji oleh peneliti

mengenai leksikon serapan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada fokus pembahasan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

14

Penelitian yang dilakukan Mellyna berfokus pada pembahasan mengenai

kajian makna, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti berfokus

pada pengembangan produk digital leksikon atau kosakata yang diserap ke

dalam bahasa Indonesia.

Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh Degaf (2016) dengan

judul Kata Serapan Bahasa Jawa dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh

Masyarakat Jawa. Penelitian yang dilakukan oleh Degaf menghasilkan

beberapa kesimpulan mengenai latar belakang penggunaan leksikon bahasa

Jawa dalam proses komunikasi. Penggunaan leksikon bahasa Jawa dianggap

mampu menunjukkan penghormatan kepada mitra tutur daripada bahasa

Indonesia karena dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Penelitian yang

dilakukan oleh Degaf dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti mengenai kata serapan bahasa Indonesia. Perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh Degaf dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak

pada jenis penelitian yang dilakukan. Penelitian Degaf mengkaji secara

kualitatif faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan leksikon bahasa Jawa

pada proses komunikasi bahasa Indonesia, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian pengembangan yang akan

berfokus pada pengembangan produk digital pembelajaran kata serapan bahasa

Indonesia.

Penelitian relevan yang keempat dilakukan oleh Devi (2019) dengan

judul Pengembangan Modul Digital Menulis Cerpen dengan Memanfaatkan

Nilai-Nilai Kearifan Lokal Legenda Asal Mula Huruf Jawa untuk Siswa Kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

15

IX. Penelitian yang dilakukan oleh Devi menghasilkan beberapa kesimpulan

mengenai kurangnya muatan nilai kearifan lokal yang dibuat oleh siswa. Oleh

sebab itu, penelitian Devi (2019) mencoba memadukan keterampilan menulis

cerpen dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dituangkan dalam bentuk modul

digital.Penelitian yang dilakukan oleh Devi (2019) dianggap relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pembuatan produk berupa

modul digital. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti terletak pada objek kajian penelitian. Penelitian oleh Devi (2019)

mengkaji tentang cerita pendek dan nilai-nilai kearifan lokal, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengkaji tentang kata serapan bahasa

Indonesia.

Dari keseluruhan penelitian yang telah dipaparkan, belum terdapat

penelitian yang berfokus pada pengembangan produk berupa modul digital

kata serapan bahasa Indonesia. Dengan pengembangan produk modul digital

mengenai kata serapan, diharapkan masyarakat dan mahasiswa mampu

memahami kata serapan dengan lebih mudah dan efektif serta mampu

meminimalisasi penggunaan istilah asing dalam proses komunikasi.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori kali ini memaparkan berbagai teori yang digunakan

dalam penelitian pengembangan modul digital pembelajaran kata serapan

bahasa Indonesia. Melalui landasan teori ini, peneliti akan memaparkan

mengenai (1) Hakikat Bahasa Indonesia, (2) Fonologi, (3) Morfologi Bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

16

Indonesia, (4) Morfofonologi (5) Kosakata Bahasa Indonesia (6) Kata Serapan

Bahasa Indonesia, dan (7) Hakikat Modul.

2.2.1 Hakikat Bahasa Indonesia

Pada dasarnya bahasa adalah sarana yang digunakan oleh manusia

untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi sosial. Kamus Besar Bahasa

Indonesia menjabarkan bahwa bahasa merupakan lambang bunyi yang bersifat

arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Kridalaksana (1997), menjelaskan

bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan

oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan

mengidentifikasikan diri. Ilmu yang mempelajari tentang kebahasaan disebut

dengan ilmu linguistik. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan,

dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang

digunakan oleh manusia secara arbitrer untuk berkomunikasi. Ilmu linguistik

memiliki banyak cabang ilmu, diantaranya adalah fonologi, yaitu ilmu yang

mempelajari tentang bunyi bahasa, morfologi yang mempelajari tentang

pembentukan kata, sintaksis yang mempelajari struktur kalimat, dan lainnya.

Bahasa yang bersifat arbitrer menyebabkan variasi bahasa yang

digunakan di seluruh dunia. Bahasa yang arbitrer juga mempengaruhi

banyaknya variasi bahasa daerah di Indonesia. Namun, bangsa Indonesia

sebagai bangsa yang memiliki banyak bahasa daerah memiliki bahasa

pemersatu, yakni bahasa Indonesia yang terdiri dari beragam latar belakang

kebudayaan. Latar belakang kebudayaan secara tidak langsung mempengaruhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

17

bahasa Indonesia sehingga memunculkan kata serapan yang diambil dari

bahasa daerah atau bahasa asing.

2.2.2 Fonologi

Istilah fonologi berasal dari kata phonology, berupa gabungan kata

phone dan kata logy. kata phone dapat diartikan sebagai bunyi bahasa, baik

bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Sedangkan kata logy berarti ilmu

pengetahuan, metode dan pikiran. Muslich (2008:1) menjelaskan bahwa

fonologi merupakan kajian linguistik yang mendalami bunyi-bunyi ujar. Lebih

lanjut, Kridalaksana (2008:63) mendefinisikan fonologi sebagai bidang

linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya, seperti

menyelidiki sistem fonem dari suatu bahasa. Istilah fonologi juga dapat

didefinisikan sebagai bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan

membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa (Chaer, 2003:102). Jadi, dapat

ditarik kesimpulan bahwa fonologi merupakan suatu cabang ilmu bahasa yang

mempelajari tentang bunyi.

Fonem merupakan bagian penting pada saat mempelajari fonologi.

Istilah fonem dapat dipahami sebagai satuan bunyi terkecil yang berfungsi

membedakan makna. Selaras dengan hal tersebut, Bloomfield (1961:79)

memaparkan bahwa fonem merupakan suatu unit terkecil bunyi yang

membedakan. Sejalan dengan dua pendapat yang telah dikemukakan, Kamus

Besar Bahasa Indonesia (kbbi.kemdikbud.go.id) menjelaskan bahwa fonem

merupakan satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.

Oleh sebab itu, fonem dapat dipahami sebagai satuan bunyi terkecil yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

18

mampu membedakan makna. Fonem dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu fonem vokal yang meliputi /a/, /e/, /i/, /o/, dan /u/ serta

konsonan seperti /b/, /c/, /d/, /f/, /g/, /h/.

Penjelasan mengenai ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa

dipaparkan peneliti sebagai pengantar karena berhubungan dengan topik yang

sedang dikembangkan oleh peneliti mengenai kata serapan dalam bahasa

Indonesia yang dalam praktiknya mengalami perubahan bentuk secara

fonologis, misalnya pada kata captain dari bahasa Inggris menjadi ‘kapten’,

kata actor menjadi ‘aktor’, focus menjadi ‘fokus’ dan lobby menjadi ‘lobi’.

2.2.3 Morfologi Bahasa Indonesia

Secara etimologi kata morfologi berasaldari kata morf yang berarti

‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’ (Chaer, 2008: 3). Secara harfiah kata

morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk’. Lebih lanjut, Verhaar (2012:97)

menyatakan bahwa morfologi merupakan cabang linguistik yang

mengidentifikasikan satuan-satuan dasar sebagai satuan gramatikal. Selain

beberapa pendapat tersebut, morfologi dapat diartikan sebagai cabang

linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata (Samsuri,

1988:15). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa morfologi merupakan cabang

ilmu linguistik yang mempelajari tentang bentuk kata.

Ramlan (1985:47) menyebutkan bahwa proses morfologis hanya dibagi

menjadi tiga, yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses

pemajemukan. Sependapat dengan Ramlan, Keraf (1991) menyebutkan bahwa

proses morfologis dibagi menjadi tiga proses, yaitu kata majemuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

19

(kompositum), afiksasi, dan reduplikasi. Topik kajian yang sedang

dikembangkan oleh peneliti berhubungan dengan pembentukan kata dalam

bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa asing. Penyerapan unsur asing dapat

berupa bunyi, fonem, unsur gramatikal dan unsur leksikal yang berasal dari

bahasa lain, termasuk afiksasi.

Afiksasi dapat didefinisikan sebagai proses pembubuhan afiks, yaitu

pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu bentuk tunggal maupun

bentuk kompleks untuk membentuk kata (Ramlan, 1985: 47). Berbeda dengan

pendapat Ramlan, Kridalaksana (2007:28) menjelaskan bahwa afiksasi

merupakan proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Sementara

itu, Alwi (2000:31) berpendapat bahwa afiks merupakan bentuk (atau morfem)

terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Jadi, afiksasi adalah proses

penambahan bentuk atau morfem terikat untuk membentuk kata. Berdasarkan

jenisnya, afiks dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu prefiks, infiks,

sufiks, konfiks, simulfiks, dan kombinasi. Keenam jenis afiks tersebut

dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

1) Prefiks (awalan), yakni afiks yang ditempatkan di depan kata dasar.

Contoh bentuk prefiks: ber-, meN-, se-, per-, pe-, dan ter-.

2) Infiks (sisipan), yakni afiks yang di tempatkan di dalam bentuk dasar.

Contoh bentuk infiks: -el-, -er-, -em-, dan -in-.

3) Sufiks (akhiran), yaitu afiks yang diletakakan di belakang kata dasar.

Contoh bentuk sufiks: -an, -kan, -i.

4) Simulfiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

20

yang di campur pada bentuk dasar. Simulfiks dapat dimanifestasikan

dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan

fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina,

adjektiva, atau kelas kata lainnya.

5) Konfiks, yakni afiks yang terdiri dari dua unsur, yakni imbuhan di

depan dan imbuhan di belakang bentuk dasar. Konfiks berguna sebagai

suatu morfem terbagi. Konfiks harus dibedakan dengan kombinasi afiks

(imbuhan gabung. Contoh konfiks dalam bahasa Indonesia adalah ke-

an, peN-an, per-an, dan ber-an.

6) Kombinasi afiks (imbuhan gabung), yaitu kombinasi dari dua afiks atau

lebih yang bergabung dengan bentuk dasar.

Konsep afiksasi memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan

mengenai kata serapan bahasa Indonesia. Proses pengimbuhan kata serapan

dapat dilihat seperti pada imbuhan -ah dari bahasa Arab, dapat menjadi -ah, -

at dalam bahasa Indonesia, misalnya kata ‘ijazah’ tetap dipertahankan dalam

bentuk aslinya ijazah; amanah diserap menjadi ‘amanah’ dan ‘amanat’. Selain

iitu, banyak imbuhan lain yang berasal dari bahasa asing yang diserap ke dalam

bahasa Indonesia misalnya imbuhan -ein dari bahasa Belanda, -oid dari bahasa

Inggris dan ‘menginput’ dari prefiks meN- yang dikombinasikan dengan kata

input dari bahasa Inggris.

2.2.4 Morfofonemik

Schane (dalam Jerniati, 2017) menyatakan bahwa morfofonologis

terjadi ketika morfem-morfem bergabung untuk membentuk kata, segmen-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

21

segmen dari morfem-morfem yang berdekatan, berjejeran, dan kadang-kadang

mengalami perubahan. Senada dengan hal tersebut, Ramlan (1985:75),

menjelaskan bahwa morfofonemik adalah proses yang mempelajari

perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem

dengan morfem lain. Morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan

morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem

direalisasikan dalam tingkat fonologi (Kridalaksana, 2007:183). Alwi

(2000:31), berpendapat bahwa proses morfofonemik adalah proses

pengubahan bentuk yang diisyaratkan oleh jenis fonem atau morfem yang

digabungkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa morfofonologis atau

morfofonemik adalah proses yang mempelajari perubahan bunyi yang timbul

akibat pertemuan atau penggabungan dua morfem.

Proses morfofonemik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu proses

perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses hilangnya fonem

(Ramlan, 1985:76-87). Ketiga proses morfofonemik menurut Ramlan

diuraikan sebagai berikut.

1) Proses perubahan fonem, yaitu proses perubahan bunyi yang terjadi sebagai

akibat pertemuan morfem dengan bentuk dasarnya. Contoh: imbuhan

imbuhan -oir pada kata trotoir dan repertoire dari bahasa Inggris diserap

menjadi ‘trotoar’ dan ‘repertoar’ yang mengalami pengubahan fonem /i/

menjadi fonem /a/.

2) Proses penambahan fonem, yaitu proses penambahan bunyi yang terjadi

sebagai akibat pertemuan morfem dengan bentuk dasar yang terdiri dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

22

satu suku. Contoh: click diserap menjadi ‘klik’ dengan penamban fonem

meN- atau peN- menjadi ‘mengeklik’ atau ‘pengeklik’ dan ‘pengeklikan’.

3) Proses penghilangan fonem, yaitu proses pelesapan bunyi yang terjadi

sebagai akibat pertemuan atau penggabungan morfem. Contoh: imbuhan -

aat pada kata advocaat dari bahasa Belanda diserap menjadi ‘advocat’ yang

mengalami penghilangan fonem /a/.

Beberapa contoh perubahan fonem tersebut menunjukkan bahwa

terdapat penyesuaian maupun perubahan bunyi kosakata asing yang diserap ke

dalam bahasa Indonesia, sekaligus menunjukkan bahwa proses morfofonemik

menyertai proses penyerapan kosakata asing yang masuk ke dalam bahasa

Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan bahasa penerima.

2.2.5 Kosakata Bahasa Indonesia

Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peranan yang penting dalam

kehidupan manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat mengungkapkan

pendapat melalui kumpulan kosakata yang terangkai dalam suatu kalimat.

Kridalaksana (1984:110) menjelaskan bahwa kosakata adalah kekayaan atau

perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang. Sejalan dengan pendapat

Kridalaksana, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:597) memaparkan bahwa

kosakata merupakan ‘perbendaharaan kata’. Adapun menurut Soedjito

(1992:34), kosakata dapat didefinisikan sebagai (1) semua kata yang terdapat

dalam suatu bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara

atau penulis; (3) kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; dan

(4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

23

dan praktis. Melalui beberapa pendapat yang telah dipaparkan oleh beberapa

ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa kosakata adalah kekayaan atau

perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seorang penutur bahasa.

Penguasaan kosakata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yudiono

(1984:47) memaparkan bahwa terdapat beberapa faktor dominan yang

mempengaruhi tingkat penguasaan kosakata seseoraang, yaitu latar belakang

pengetahuan atau disiplin ilmu tertentu, usia, tingkat pendidikan, dan referensi.

Kosakata seseorang semakin banyak dan diperluas sesuai dengan usia.

Semakin dewasa seseorang, semakin banyak hal yang diketahuinya (Keraf,

1986:64). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan

kosakata dapat dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, usia, tingkat

pendidikan, dan referensi. Faktor tersebut mempengaruhi bahasa Indonesia

sebagai bahasa yang memiliki banyak penutur dari berbagai latar belakang

kebudayaan dan bahasa daerah. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia melakukan

berbagai cara untuk memperkaya perbendaharaan kata yang dimiliki dengan

cara menyerap unsur-unsur dari bahasa daerah atau bahasa asing. Kajian ini

sesuai dengan topik penelitian mengenai kata serapan yang berpengaruh

terhadap daftar kosakata dalam bahasa Indonesia.

2.2.6 Kata Serapan Bahasa Indonesia

Bagian ini membahas mengenai empat hal, yaitu (1) Hakikat Kata

Serapan, (2) Faktor-Faktor Pemungutan Kata, (3) Bentuk Kata Serapan, dan

(4) Penulisan Unsur Serapan dalam Bahasa Indonesia. Pembahasan lebih rinci

dapat dilihat sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

24

2.2.6.1 Hakikat Kata Serapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.kemdikbud.go.id), kata

pungutan atau dapat disebut dengan kata pinjaman dan kata serapan adalah kata

yang diserap dari bahasa lain berdasarkan kaidah bahasa penerima. Samsuri

(1987:50), menyatakan bahwa serapan berarti “pungutan”. Sedangkan

Kridalaksana (1985:8) memahami kata serapan adalah “pinjaman” berupa

bunyi, fonem, unsur gramatikal atau unsur leksikal yang diambil dari bahasa

lain. Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari

bahasa asing maupun bahasa daerah, yang digunakan dalam bahasa Indonesia

dengan adanya pengubahan cara penulisannya maupun tidak mengalami

pengubahan.

Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Perkembangan bahasa Indonesia salah satunya disebabkan karena proses

penyerapan unsur kebahasaan dari bahasa lain, misalnya bahasa Inggris,

Belanda, Arab, Portugis, dan bahasa daerah seperti bahasa Jawa. Hal tersebut

dipertegas oleh pendapat Chaer (2008:239) yang memaparkan bahwa

penyerapan adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing Eropa

(seperti bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan sebagainya),

maupun bahasa asing Asia (seperti bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa

Sansekerta, bahasa Cina dan sebagainya), termasuk dari bahasa-bahasa

Nusantara (seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Bali,

dan sebagainya). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penyerapan merupakan proses pengambilan unsur dari suatu bahasa (asal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

25

bahasa) ke dalam bahasa lain (bahasa penerima) yang kemudian oleh

penuturnya dipakai sebagaimana layaknya bahasa sendiri.

2.2.6.2 Faktor-Faktor Pemungutan Kata

Moeliono (1989:33-34), menjelaskan bahwa terdapat enam faktor yang

dapat melatarbelakangi terjadinya pemungutan kata. Keenam faktor tersebut

dijelaskan sebagai berikut.

1) Kehematan

Pemungutan kata baru dianggap sebagai suatu cara yang lebih hemat

dibanding mencari kata atau definisi baru dalam bahasanya sendiri. Kata

pungutan dalam bahasa Indonesia yang memenuhi kriteria kehematan

adalah penggunaan kata parlemen untuk menggantikan Dewan Perwakilan

Rakyat.

2) Kejarangan bentuk

Kejarangan bentuk adalah kondisi pada saat kata asli jarang

digunakan pada pemakaian kata sehari-hari penutur. Kata yang sering

dipakai akan lebih mudah diingat sehingga cenderung lebih dipilih daripada

menggunakan kata yang jarang digunakan. Contoh kata yang sudah jarang

digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini adalah kata dursila yang

digantikan dengan kata asusila.

3) Keperluan akan kata yang searti

Seorang yang memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa atau

lebih (dwibahasawan) memiliki kesempatan yang lebih besar untuk

melakukan pembaruan kata dibandingkan dengan orang yang hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

26

mempunyai pengetahuan akan satu bahasa (ekabahasawan). Seorang

dwibahasawan dapat menerapkan pengetahuannya mengenai bahasa lain,

seperti menggunakan kata asimilasi untuk menggantikan kata penyerapan,

dan menggunakan kata vital sebagai bentuk yang memiliki makna sejajar

dengan kata penting.

4) Perasaan seorang dwibahasawan bahwa pembedaan arti dalam

bahasanya sendiri tidak cukup cermat

Perasaan ini timbul karena adanya pengaruh oleh pembandingan

seorang penutur bahasa dengan bahasa asing yang dikenalinya.

Dwibahasawan merasa perlu untuk membedakan kata politik dan politis,

ekonomi dan ekonomis, ataupun demokrasi dan demokratis.

5) Dorongan gengsi yang lekat pada pemahaman bahasa asing

Seorang dwibahasawan beranggapan bahwa kedudukan sosialnya

akan bertambah penting apabila dapat memperlihatkan kefasihannya dalam

menggunakan bahasa tertentu. Kefasihan dalam menggunakan bahasa

tersebut dianggap sebagai sebuah kebanggaan tertentu bagi sebagian orang

yang mempunyai anggapan seperti yang telah dijelaskan ketika mereka

menggunakan kata evaluasi daripada penilaian, dan bujet alih-alih kata

anggaran.

6) Kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia

Pada zaman dahulu, banyak kalangan berpengaruh yang lebih

menguasai bahasa asing dibanding dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut

dipengaruhi oleh adanya pendudukan bangsa lain yang menjajah Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

27

Kondisi tersebut mempengaruhi pilihan kata yang mereka gunakan, yang

sebagian hanya dapat dipahami jika diterjemahkan kembali ke bahasa asing

yang bersangkutan, seperti bentuk dalam mana, atas mana, untuk mana,

kepada siapa, dan dengan siapa (waarin, waarop, waarvoor, aan wie, dan

met wie).

2.2.6.3 Bentuk Kata Serapan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai bahasa

pemersatu bangsa, selalu mengalami penambahan kosakata baru. Hal tersebut

menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mampu bersifat dinamis, artinya bahwa

bahasa Indonesia dapat beradaptasi atau dapat menyesuaikan diri dengan

perkembangan zaman. Saat ini, banyak kosakata baru yang hadir dalam bahasa

Indonesia. Munculnya kata daring dan luring sebagai kosakata yang

menggantikan kata online dan offline, gawai yang menggantikan kata gadget,

swafoto guna menggantikan selfie, warganet yang diserap menggantikan

netizen, derau untuk menggantikan noise, komedi tunggal yang diterjemahkan

dari standup comedy, pratayang yang dihadirkan dari kata preview, pranala

sebagai kata yang dapat menggantikan link, serta kata narahubung yang

diterjemahkan dari contact person.

Ferdric W.Field (dalam Rohbiah, 2017) memaparkan bahwa kata

serapan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni kata serapan utuh (loanword),

kata serapan sebagain (loanblend), dan kata serapan pergeseran (loanshift).

1) Loanword adalah perpindahan bentuk makna dengan adanya persamaan

integrasi fonologi, baik keseluhan, sebagian, maupun tanpa sama sekali. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

28

ini merupakan perpindahan pada target, misalnya pada kata hamburger.

Orang Indonesia memiliki pengetahuan bahwa hamburger adalah makanan

kecil atau berat. Tidak ada lain kata disamping kata tersebut yang digunakan

oleh orang Indonesia karena memang belum ditemukan kata yang

ekuivalen, sehingga kata-kata dalam bahasa Indonesia mengadopsi ejaan

maupun pengucapan yang digunakan dalam bentuk-bentuk aslinya.

2) Loanblend adalah kombinasi bentuk kata asli dan bahasa asingnya. Bentuk

loanblend memiliki kesamaan dalam pengucapan baik di dalam bahasa

asingnya maupun bahasa aslinya. Suatu contoh di dalam bahasa Inggris kata

club menjadi klub dalam bahasa Indonesia. Pengucapannya sama, tapi

ejaannya berbeda.

3) Loanshift adalah makna konsep bahasa asing yang direpresentasikan oleh

bentuk aslinya, termasuk di dalamnya adalah terjemahan, misalnya dalam

bahasa Indonesia tangkapan layar dan gulir yang diambil dari bentuk bahasa

Inggris screenshot dan scroll, makna kata yang bentuk maknanya

diekspresikan oleh bentuk asli yang diperluas untuk memasukkan bentuk

barunya.

Selanjutnya, Soedjito (1998:73) mengemukakan kata umum unsur

serapan dibagi tiga golongan, yaitu:

1) Adopsi adalah pungutan secara utuh tanpa perubahan dan penyesuaian.

Contoh :

acara yang diserap dari bahasa Sansekerta ‘acara’

pena yang diserap dari bahasa Portugis ‘pena’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

29

aula yang diserap dari bahasa Belanda ‘aula’

nabi yang diserap dari bahasa Arab ‘nabi’

2) Adaptasi adalah penyerapan yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa

Indonesia. Dalam penyesuaian kata–kata asing tersebut diusahakan tidak

berbeda dengan ejaan asingnya. Perubahan hanya seperlunya saja sehingga

bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan ejaan asingnya.

Contoh :

kongres dari bahasa Inggris ‘congress’

aparat dari bahasa Belanda ‘aparaat’

baca dari bahasa Sansekerta ‘vaca’

madah dari bahasa Arab ‘maddah’

3) Terjemahan merupakan pengutan yang dihasilkan dengan menerjemahkan

kata/istilah tanpa mengubah makna konsep gagasan (makna konsep harus

sama/sepadan). Bentuk terjemahan yang dihasilkan ada dua macam, yaitu:

a) Sama, contoh : ponsel – handphone, dan daring – online.

b) Tidak sama, contoh makalah – working paper.

2.2.6.4 Penulisan Unsur Serapan dalam Bahasa Indonesia

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari

pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti

Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, China, atau Inggris. Badan Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa (2016), memaparkan bahwa berdasarkan taraf

integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua

golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

30

dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur yang

dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih

mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan

penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Contoh dari unsur

tersebut adalah sebagai berikut.

Indonesia aslinya

Aksi action (Inggris)

Oktaf octaaf (Belanda)

Pesta festa (Portugis)

Derajat darrajat (Arab)

Bahagia bahagya (Sansekerta)

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas,

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016) juga memaparkan bahwa

terdapat akhiran-akhiran asing yang disesuaikan dalam bahasa Indonesia.

Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Contoh akhiran dapat dilihat

sebagai berikut.

Indonesia aslinya

Akuntan accountant (Inggris)

Anarki anarchy (Inggris)

Publikasi publication (Inggris)

Persentase percentage (Belanda)

Ibadah, ibadat ibadah (Arab)

Hominoid hominoid, hominoide (Inggris, Belanda)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

31

Melalui penjelasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat dua bentuk penulisan unsur serapan dari bahasa asing yang

dimuat dalam bahasa Indonesia. Pertama, unsur serapan yang tidak mengalami

penyesuaian atau ditulis seperti bentuk aslinya, seperti penulisan khusus dari

bahasa Arab, stereo dari bahasa Belanda, dan acara dari bahasa Sansekerta.

Kedua, penulisan unsur serapan dengan disertai penyesuaian atau perubahan

baik secara fonologis dan morfologis.

Proses fonologis merupakan proses suatu bunyi yang mengalami

perubahan karena pengaruh lingkungan di sekitarnya (Odden, 2005). Jadi,

dapat disimpulkan bahwa perubahan bentuk secara fonologis unsur serapan

adalah perubahan atau penyesuaian bunyi yang disesuaikan dengan pelafalan

bahasa peminjam, seperti pada kata ratio menjadi ‘rasio’, çabda menjadi

‘sabda’, dan effect menjadi ‘efek’. Penjelasan penyesuaian atau perubahan

bunyi tersebut diuraikan sebagai berikut.

1) Kata ratio dari bahasa Belanda disesuaikan dengan cara pengucapan dalam

bahasa Indonesia dengan mengubah fonem /t/ menjadi fonem /s/ sehingga

menjadi ‘rasio’.

2) Kata çabda dari bahasa Sansekerta mengalami perubahan atau

penyesuaian bentuk pada fonem /ç/ menjadi fonem /s/ sesuai dengan

fonem ejaan bahasa Indonesia. Bentuk lain yang serupa adalah çastra yang

disesuaikan menjadi ‘sastra’.

3) Kata effect dari bahasa Inggris mengalami penyesuaian bunyi sesuai

dengan cara pengucapan bahasa Indonesia dengan mengganti bentuk /ect/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

32

menjadi /k/. Selain itu, konsonan ganda pada kata effect diserap menjadi

konsonan tunggal, kecuali dapat membingungkan (Badan Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 2016:70).

Proses morfologis didefinisikan sebagai proses pembentukan kata-kata

dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1987:51).

Sementara itu, Samsuri (1988:190) mendefinisikan proses morfologis sebagai

cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu

dengan morfem yang lain. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa perubahan morfologis kata serapan adalah perubahan

pembentukan kata pada unsur serapan, ditandai dengan adanya penambahan

atau perubahan sufiks atau imbuhan pada unsur serapan yang dimuat dalam

bahasa Indonesia seperti pada kata economical (Inggris) atau economisch

(Belanda) menjadi ‘ekonomis’, dan technology (Inggris) atau technologie

(Belanda) menjadi ‘teknologi’. Penjelasan penyesuaian atau perubahan

tersebut diuraikan sebagai berikut.

1) Kata economical (Inggris) atau economisch (Belanda) tidak diserap satu-

persatu seperti economy dan -ical atau economie dan -sch, tetapi diserap

secara utuh sebagai satu-kesatuan dengan mengalami penyesuaian pada

bentuk imbuhan -ical atau -isch karena tidak sesuai bentuk ibuhan pada

sistem ejaan bahasa Indonesia. Bentuk imbuhan disesuaikan dalam bahasa

Indonesia menjadi -is sehingga penulisannya menjadi ‘ekonomis’.

2) Kata technology (Inggris) atau technologie (Belanda) tidak diserap satu-

persatu seperti techno dan -logy atau techno dan -logie, tetapi tetapi diserap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

33

secara utuh sebagai satu-kesatuan dengan mengalami penyesuaian pada

bentuk imbuhan -logy atau -logie karena tidak sesuai dalam bentuk

imbuhan pada sistem ejaan bahasa Indonesia. Bentuk imbuhan disesuaikan

dalam bahasa Indonesia menjadi -logi sehingga penulisannya menjadi

‘teknologi’.

2.2.7 Hakikat Modul

Materi mengenai kata serapan akan disajikan peneliti dalam bentuk

modul digital. Oleh sebab itu, peneliti harus mengetahui lebih dalam mengenai

modul terlebih dahulu. Bagian ini menjelaskan tentang hakikat modul digital,

karakteristik modul, struktur penulisan modul, dan prosedur penulisan modul.

Keempat teori tersebut dijelaskan secara lebih rinci pada penjelasan berikut.

2.2.7.1 Hakikat Modul Digital

Smaldino (2011:279) mendefinisikan modul sebagai unit pengajaran

yang lengkap yang dirancang untuk digunakan oleh siswa atau sekelompok

kecil tanpa kehadiran seorang guru. Modul merupakan bahan ajar cetak yang

dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran

(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:3). Lebih lanjut, Direktorat Tenaga

Kependidikan menjelaskan bahwa modul digital merupakan bahan ajar

mandiri yang disusun secara digital dengan tujuan agar siswa dapat belajar

dengan bimbingan guru maupun belajar secara mandiri secara efisien. Modul

dapat dikatakan sebagai media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah

dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Dengan kata lain, pembaca dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

34

melakukan kegiatan belajar secara mandiri tanpa kehadiran pengajar secara

langsung. Menurut Purwanto (2007), modul merupakan bahan belajar yang

dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam

bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara

mandiri dalam satuan waktu tertentu. Ditektorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah (2017:3), e-modul merupakan sebuah bentuk penyajian bahan

belajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran

tertentu, yang disajikan dalam format elektronik, dimana setiap kegiatan

pembelajaran didalamnya dihubungkan dengan tautan (link) sebagai navigasi

yang membuat peserta didik menjadi lebih interaktif dengan program,

dilengkapi dengan penyajian video tutorial, animasi dan audio untuk

memperkaya pengalaman belajar. Modul elektronik atau e-modul merupakan

tampilan informasi atau naskah dalam format buku yang direkam secara

elektronik dengan menggunakan hard disk, disket, CD, atau flash disk dan

dapat dibuka maupun dibaca dengan mrnggunakan komputer atau alat

pembaca buku elektronik (Sitepu, 2006:142). Dari beberapa pendapat tersebut,

dapat disimpulkan bahwa modul digital merupakan bahan ajar berisi materi

yang disusun dengan sistematis serta dapat dioperasikan secara mandiri melalui

media elektronik seperti gawai, laptop, dan media elektronik lainnya.

Berdasarkan paparan mengenai modul dan modul digital tersebut, tidak

ada perbedaan yang mendasar antara modul dan modul digital. Perbedaan

antara modul dengan modul digital hanya terletak pada bentuk penyajian secara

fisik. Modul disajikan secara konvensional dalam bentuk cetak, sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

35

modul digital disajikan dalam bentuk digital yang dapat diakses dengan

menggunakan komputer maupun gawai.

2.2.7.2 Karakteristik Modul Digital

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,

metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara

sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai

dengan tingkat kompleksitasnya. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah (2017:3) menjelaskan bahwa karakteristik modul digital mencakup

beberapa hal sebagai berikut.

1) Self instructional, artinya bahwa melalui modul tersebut, seseorang atau

peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada

pihak lain. Untuk memenuhi karakteristik tersebut, maka sebuah modul

harus memuat tujuan, materi pembelajaran, contoh dan ilustrasi, menyajikan

soal latihan, hingga menyediakan sumber referensi.

2) Self contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi

atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara

utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar

mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas ke

dalam satu kesatuan yang utuh. Pembagian atau pemisahan materi dari satu

unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan

keluasan kompetensi yang harus dikuasai.

3) Stand alone (berdiri sendiri), berarti bahwa modul yang dikembangkan tidak

boleh bergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

36

dengan media pembelajaran lain. Jika masih menggunakan dan bergantung

pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak

dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.

4) Adaptive, yaitu modul yang memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

fleksibel digunakan. Modul dapat dikatakan sebagai modul yang adaptif jika

isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu

tertentu.

5) User friendly, yaitu modul yang bersahabat dengan pemakainya. Artinya,

setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan

bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam

merespon serta mengakses sesuai dengan keinginan. Contoh dari “user

friendly” antara lain dengan menggunakan bahasa yang sederhana, mudah

dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

Selain beberapa karakteristik modul pada umumnya, modul digital

memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh modul biasa, di

antaranya: (1) Konsisten dalam penggunaan font, spasi dan tata letak, (2)

Modul digital disampaikan dengan menggunakan suatu media elektronik

berbasis komputer, (3) Modul digital dikembangkan dengan memanfaatkan

berbagai fungsi media elektronik sehingga disebut sebagai multimedia, (4)

Modul digital dirancang dengan memanfaatkan berbagai fitur yang ada pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

37

aplikasi perangkat lunak, serta (5) Modul digital memerlukan desain secara

cermat dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.

2.2.7.3 Prosedur Penulisan Modul

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran

yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pemelajar untuk

mencapai kompetensi atau subkompetensi. Penyusunan modul belajar

mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan.

Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:12-16)

memaparkan bahwa terdapat lima prosedur yang harus dilakukan dalam

pembuatan modul. Kelima prosedur tersebut diuraikan sebagai berikut.

1) Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis

kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang

dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul

didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang

ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis

kebutuhan modul menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:12) dapat

dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu: (1) menetapkan kompetensi yang

terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun

modulnya, (2) mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit

kompetensi, (3) mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang dipersyaratkan, (4) mentukan judul modul yang akan ditulis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

38

dan (5) melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan modul pada periode awal

pengembangan modul.

2) Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan

pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub

kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul

bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub

kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul menurut Direktorat

Tenaga Kependidikan (2008:13) dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa

langkah penyusunan draft, seperti: (1) menetapkan judul modul, (2)

menetapkan tujuan akhir, yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta

didik setelah selesai mempelajari satu modul, (3) menetapkan tujuan antara,

yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir, (4) menetapkan garis-

garis besar atau outline modul, (5) mengembangkan materi pada garis-garis

besar, dan (6) memeriksa ulang draft yang telah dihasilkan.

Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft

modul yang sekurang-kurangnya mencakup beberapa hal, di antaranya: (1)

judul modul, menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;

(2) kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan

mempelajari modul; (3) tujuan, terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang

akan dicapai peser- ta didik setelah mempelajari modul; (4) materi pelatihan

yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan

dikuasai oleh peserta didik; (5) prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

39

diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul; (6) soal-soal, latihan, dan

atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik; (7)

evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik

dalam menguasai modul; dan (8) kunci jawaban dari soal, latihan dan atau

pengujian.

3) Uji Coba

Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:14) memaparkan bahwa uji

coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas,

untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran

sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji coba draft modul

dilakukan dengan tujuan: (1) mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta

dalam memahami dan menggunakan modul, (2) mengetahui efisiensi waktu

belajar dengan menggunakan modul, dan (3) mengetahui efektivitas modul

dalam membantu peserta mempelajari dan menguasai materi pembelajaran.

Uji coba draft modul dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa

langkah, yaitu: (1) menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji

cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba, (2) menyusun

instrumen pendukung uji coba, (3) mendistribusikan draft modul dan

instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba, (4) menginformasikan

kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus

dilakukan oleh peserta uji coba, (5) mengumpulkan kembali draft modul dan

instrumen uji coba, (6) mengolah dan menyimpulkan hasil pengumpulan

masukan yang dijaring melalui instrumen uji coba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

40

Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan

penyempurnaan draft modul yang diujicobakan. Terdapat dua macam uji coba,

yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok

kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 hingga 4 peserta didik,

sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta

dengan jumlah 20 hingga 30 peserta didik.

4) Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan

terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan

kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak

praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi

modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian

modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan

dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi isi materi atau substansi modul,

penggunaan bahasa, serta penggunaan metode instruksional. Menurut

Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:14-15), validasi dapat dimintakan dari

beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing, seperti ahli

substansi dari industri untuk isi atau materi modul, ahli bahasa untuk

penggunaan bahasa, maupun ahli metode instruksional untuk penggunaan

instruksional guna mendapatkan masukan yang komprehensif dan objektif.

Proses validasi draft modul dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa

langkah, yaitu: (1) menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan

divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat, (2) menyusun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

41

instrumen pendukung validasi (3) mendistribusikan draft modul dan instrumen

validasi kepada peserta validator, (4) menginformasikan kepada validator

tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh validator, (5)

mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi, dan (6) mengolah

serta menyimpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui

instrumen validasi.

Kegiatan validasi draft modul akan menghasilkan draft modul yang

mendapat masukan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan

bidangnya. Masukan dan saran yang diperoleh dari validator dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revisi.

5) Revisi

Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:15-16) menjelaskan bahwa

tahap revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah

memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft

modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang

komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan

masukan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya. Oleh sebab itu, perbaikan

modul harus mencakup beberapa aspek penting penyusunan modul yang

meliputi: (1) pengorganisasian materi pembelajaran, (2) penggunaan metode

instruksional, (3) penggunaan bahasa, serta (4) pengorganisasian tata tulis dan

perwajahan. Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan,

secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

42

2.2.7.4 Struktur Penulisan Modul

Pembuatan modul yang terstruktur bertujuan untuk memudahkan

pemelajar mempelajari suatu materi. Direktorat Tenaga Kependidikan

(2008:21-26) memaparkan bahwa penulisan modul sering dibagi menjadi tiga

bagian, sebagai berikut.

A. Bagian Pembuka

Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:21-23) memaparkan bahwa

bagian pembuka modul berisi (1) judul, (2) daftar isi, (3) peta informasi, (4)

daftar tujuan kompetensi, dan (5) tes awal. Kelima bagian tersebut dijabarkan

seperti berikut.

1. Judul

Judul modul merupakan faktor yang penting. Judul dapat dibuat

dengan menarik serta memberi gambaran tentang materi yang dibahas.

2. Daftar isi

Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik tersebut

diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul. Pembelajar dapat

melihat secara keseluruhan, topik-topik apa saja yang tersedia dalam modul.

Daftar isi juga mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan

pembelajar menemukan topik.

3. Peta Informasi

Modul perlu menyertakan peta informasi. Pada daftar isi akan

terlihat topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik

tersebut. Peta informasi akan memperlihatkan kaitan antartopik dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

43

modul. Peta informasi yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan

diagram isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya.

4. Daftar Tujuan Kompetensi

Penulisan tujuan kompetensi membantu pemelajar untuk

mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat dikuasai

setelah menyelesaikan pelajaran.

5. Tes Awal

Pemelajar akan diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa

saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul. Hal ini

dapat dilakukan dengan memberikan tes awal. Pemberian tes awal bertujuan

untuk memeriksa apakah pemelajar telah menguasai materi prasyarat untuk

mempelajari materi modul atau megetahui kemampuan awal pemelajar.

B. Bagian Inti

Bagian inti dalam modul berisi (1) pendahuluan/tinjauan umum materi;

(2) hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain; (3) uraian materi; (4)

penugasan; dan (5) rangkuman. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:23-25)

menjelaskan lima bagian tersebut secara lebih rinci melalui uraian berikut.

1. Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi

Pendahuluan modul berfungsi untuk: (1) memberikan gambaran

umum mengenai isi materi modul, (2) meyakinkan pemelajar bahwa materi

yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka, (3) meluruskan harapan

pemelajar mengenai materi yang akan dipelajari, (4) mengaitkan materi

yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari, dan (5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

44

memberikan petunjuk bagaimana mempelajari materi yang akan disajikan.

Dalam pendahuluan disajikan peta informasi mengenai materi yang akan

dibahas dan daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai setelah

mempelajari modul.

2. Hubungan dengan Materi atau Pelajaran yang Lain

Materi pada modul dibuat secara lengkap, dalam arti semua materi

yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Apabila modul menghendaki

pemelajar mempelajari materi untuk memperluas wawasan berdasarkan

materi di luar modul, maka pemelajar perlu diberi arahan bagaimana cara

untuk mengkasesnya. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka

arahan tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang

buku teks tersebut.

3. Uraian Materi

Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi

pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Isi materi pembelajaran

harus diorganisasikan dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga

memudahkan pemelajar memahami materi pembelajaran. Apabila materi

yang dituangkan cukup luas, maka materi dapat dikembangkan ke dalam

beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB memuat uraian materi,

penugasan, dan rangkuman.

Uraian materi pada setiap kegiatan belajar, baik susunan dan

penempatan naskah, gambar, maupun ilustrasi dapat diatur sedemikian rupa

sehingga informasi mudah dimengerti oleh pemelajar. Tiap bab, unit dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

45

paragraf harus diorganisasikan dengan susunan dan alur yang memudahkan

pemelajar untuk memahaminya. Selain itu, judul, subjudul dan uraian juga

harus diorganisasikan sehingga mudah diikuti oleh pemelajar.

Pemberian judul atau penjudulan merupakan alat bantu bagi

pembaca modul untuk mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk teks

tertulis. Penjudulan membantu pemelajar untuk menemukan bagian dari

teks yang ingin dipelajari, memberi tanda awal dan akhir suatu topik,

memberi kesan bahwa topik-topik terkelompok dalam topik yang lebih

besar, memberi ciri topik yang penting yang memerlukan pembahasan

panjang dengan melihat banyak halaman untuk membahas topik tersebut.

Struktur penjudulan mencerminkan struktur materi yang

dikembangkan oleh penulis modul. Penjenjangan atau hierarki dibuat tidak

lebih dari tiga jenjang karena dapat menyulitkan pembaca untuk memahami

penjenjangan tersebut. Penjudulan untuk setiap jenjang juga dituliskan

dalam bentuk huruf berbeda.

4. Penugasan

Penugasan dalam modul digunakan untuk menegaskan kompetensi

apa yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika pemelajar diharapkan

untuk dapat menghafal sesuatu, penugasan perlu menyatakan secara tegas.

Jika pemelajar dituntut menghubungkan materi yang dipelajari pada modul

dengan pekerjaan sehari-harinya, maka modul perlu menugaskan kepada

pemelajar secara eksplisit. Selain itu, penugasan juga menunjukkan kepada

pemelajar bagian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

46

5. Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal

pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada bagan

akhir modul.

C. Bagian Penutup

Bagian penutup modul yang berisi (1) glosarium atau daftar istilah,

(2) tes akhir, dan (3) indeks menurut Direktorat Tenaga Kependidikan

(2008:26) dijabarkan seperti berikut.

1. Glosarium atau Daftar Istilah

Glosarium berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas

dalam modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk

mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.

2. Tes Akhir

Tes akhir merupakan latihan yang dapat dikerjakan oleh

pemelajar setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan

umum untuk tes akhir ialah tes tersebut dapat dikerjakan oleh pemelajar

dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika

suatu modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes akhir harus

dapat dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah jam.

3. Indeks

Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta

halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks diberikan dalam

modul supaya pemelajar mudah menemukan topik yang ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

47

dipelajari. Indeks mengandung kata kunci yang memungkinkan

pemelajar untuk mencarinya.

2.3 Kerangka Berpikir

Menurut Sekaran (dalam Sugiyono, 2011), kerangka berpikir adalah

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai

faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting. Dengan demikian,

kerangka berpkir adalah sebuah pemahaman yang melandasi dasar pemahaman

lainnya. Lebih lanjut, Sugiyono (2013:121), menjelaskan bahwa kerangka

berpikir dalam penelitian pengembangan dapat berupa kerangka berpikir

asosiatif (hubungan) maupun komparatif (perbandingan). Penelitian ini

disusun berdasarkan kerangka berpikir asosiatif antara produk yang

dikembangkan dengan permasalahan yang melatarbelakanginya.

Pada era revolusi industri 4.0, teknologi mengalami kemajuan yang

cukup pesat. Kemajuan teknologi tersebut menyebabkan semua bidang

mengalami perubahan, termasuk bidang kebahasaan. Bahasa Indonesia yang

menjadi alat komunikasi pemersatu bangsa juga turut berkembang, salah

satunya ditandai dengan munculnya kata serapan. Pemakaian kata serapan

dalam bahasa Indonesia bertujuan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan era

kemajuan teknologi saat ini. Namun, penggunaan kata serapan belum dapat

dipahami oleh sebagian orang, sehingga pengguna bahasa Indonesia lebih

memilih untuk menggunakan bahasa atau istilah asing. Hal tersebut juga

dipengaruhi oleh kurangnya media pembelajaran kata serapan yang dapat

digunakan sebagai referensi penggunaan bahasa. Oleh sebab itu, penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

48

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pengguna bahasa Indonesia

mengenai kata serapan dengan cara pengembangan produk modul digital kata

serapan bahasa Indonesia. Kerangka berpikir dapat dirumuskan dalam bagan

berikut.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Pengembangan Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia bagi

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Kemajuan Teknologi Era Revolusi Industri 4.0

Kurangnya Pemahaman

Mengenai Kata Serapan

Kebutuhan Modul Digital Kata Serapan

Peningkatan Pengetahuan Mengenai

Kata Serapan Bahasa Indonesia

Pembuatan Modul Digital Kata

Serapan Bahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research & Development

(R&D). Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang berfokus pada

pengembangan dan validasi produk. Penelitian ini mengembangkan produk

berupa kamus digital leksikon bahasa Jawa dalam pembelajaran kata serapan

bahasa Indonesia. Bab ini mengkaji secara rinci tentang jenis penelitian, data

dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, serta prosedur

pengembangan produk.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (Research and

Development). Menurut Sugiyono (2009:297), metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Selain itu,

Sudaryono, Margono, dan Rahayu (2013:11) juga berpendapat bahwa metode

penelitian dan pengembangan atau research and development adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu. Jenis

penelitian ini digunakan oleh peneliti karena dianggap sesuai dengan tujuan

penelitian yang akan dilakukan, yaitu mengembangkan atau membuat produk

modul digital kata serapan bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

50

3.2 Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dosen pengampu mata kuliah

fonologi dan morfologi bahasa Indonesia serta mahasiswa Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Data penelitian ini meliputi:

(1) hasil wawancara dengan narasumber , (2) hasil kuesioner yang ditujukan

kepada mahasiswa mengenai pentingnya pengadaan modul digital kata serapan

bahasa Indonesia, dan (3) hasil validasi oleh dosen ahli terhadap produk yang

dibuat oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma

yang beralamat di Mrican Baru, Mrican, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah berbagai teknik yang digunakan

untuk memperoleh data penelitian. Secara umum, terdapat empat teknik

pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi, dan

triangulasi atau gabungan (Sugiyono 2017:104). Teknik pengumpulan data

pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik nontes berupa

penyebaran kuesioner kepada responden. Selain itu, penelitian ini juga

menggunakan teknik observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan dengan

cara melakukan wawancara kepada dosen pengampu mata kuliah di Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kemudian mencatat data-data

yang diperoleh dari sumber.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

51

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur seperti tes, kuesioner, pedoman

wawancara, dan pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2015:156). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen angket atau kuesioner, dan

wawancara. Instrumen tersebut digunakan untuk mengumpulkan data-data

penelitian dan pengembangan modul digital kata serapan bahasa Indonesia.

3.4.1 Instrumen Angket/kuesioner

Creswell (dalam Sugiyono, 2015:216), menjelaskan bahwa kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data dimana partisipan atau responden

mengisi pertanyaan atau pernyataan dengan lengkap dan mengembalikannya

kepada peneliti. Dalam penelitian ini, angket/kuesioner ditujukan kepada

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai peserta

pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia. Pengisian kuesioner oleh

mahasiswa tersebut berfungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman awal

mahasiswa mengenai penggunaan kata serapan, mengetahui hambatan

mahasiswa dalam mempelajari kata serapan, dan memperoleh masukan

mengenai produk kamus digital yang akan dikembangkan oleh peneliti. Oleh

sebab itu, kuesioner yang disusun peneliti berisikan poin-poin pernyataan

mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian. Pengisian kuesioner

dilakuakan dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang telah

disediakan. Jawaban dapat berupa pernyataan Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

52

3.4.2 Instrumen Wawancara

Johnson dan Cristensen (dalam Sugiyono, 2015) memaparkan bahwa

wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara akan

mengajukan pertanyaan kepada subjek yang diwawancarai untuk memperoleh

informasi. Wawancara ini berfokus pada pembelajaran kata serapan bahasa

Indonesia. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semi terstruktur, yaitu wawancara yang mengandalkan guideline wawancara

(Herdiansyah, 2013:66). Jenis wawancara ini akan digunakan oleh peneliti

pada tahap pertama mengenai potensi dan masalah. Oleh sebab itu, wawancara

akan dilakukan peneliti terhadap dosen bahasa Indonesia yang ahli dalam

bidang penggunaan kata serapan.

3.4.3 Instrumen Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2017:

181). Lebih lanjut, Sugiyono (2017), menyatakan bahwa data yang valid adalah

data yang “tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Pengujian validitas

penelitian ini dilakukan dengan cara penyusunan lembar kuesioner/angket

mengenai validitas produk. Kuesioner yang berisi data hasil penilaian produk

dari validator akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan

revisi produk. Skala yang digunakan dalam lembar validasi produk adalah

skala likert. Untuk memperoleh informasi tentang validitas instrumen, peneliti

memberikan butir instrumen kepada dosen ahli/dosen pembimbing. Selain itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

53

kelayakan produk juga peneliti dapat dari mahasiswa selaku responden dan

pengguna modul digital yang akan dikembangkan oleh peneliti. Hasil

penelitian kemudian akan dijadikan acuan dalam melakukan revisi produk

akhir.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2015). Penelitian ini menggunakan empat

instrumen penelitian, yaitu kuesioner/angket, observasi, wawancara, dan

validasi data. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian kemudian akan

dianalisis dengan rincian sebagai berikut.

3.5.1 Analisis Data Angket/Kuesioner

Analisis data angket menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan

untuk mengukur suatu pendapat, sikap, pandangan seseorang atau kelompok

terhadap suatu peristiwa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan

analisis data angket/kuesioner penelitian dan pengembangan yang dilakukan

oleh peneliti adalah sebagai berikut.

a) Peneliti melakukan pengubahan skor tiap butir pertanyaan dengan

kriteria skor yang mengacu pada kriteria skor penilaian menurut

Nurgiyantoro (2012:92).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

54

Tabel 3.1 Kriteria Skor

Keterangan Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Tidak Tahu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

b) Menjumlah skor setiap butir pertanyaan.

Keterangan

T : Total jumlah responden yang memilih

Pn : Pilihan skor angka Likert

c) Menghitung skor ideal tertinggi dan skor ideal terendah.

Skor ideal tertinggi (X) diperoleh dengan cara menghitung hasil kali

jumlah responden dengan skor maksimal tiap butir soal. Skor ideal

terendah (Y) diperoleh dengan cara menghitung hasil kali jumlah

rsponden dengan skor minimal tiap butir soal.

Rumus:

X : jumlah responden x 5 (skor maksimal)

Y : jumlah responden x 1 (skor minimal)

d) Menghitung persentase dengan skor yang diperoleh dibagi dengan skor

maksimal dan dikalikan 100%.

Rumus : T x Pn

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

55

e) Setelah selesai, kemudian mengubah persentase ke dalam bentuk

kategori.

3.5.2 Analisis Data Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

penggunaan kata serapan bahasa Indonesia. Data yang diperoleh dari hasil

wawancara kemudian dianalisis. Guna mempermudah pengolahan data hasil

wawancara dari dosen pengampu dan dosen ahli, peneliti merekam proses

wawancara. Hasil wawancara kemudian ditranskip dengan mengambil garis

besar wawancara dan penarikan kesimpulan oleh peneliti.

3.5.3 Analisis Validasi Produk oleh Dosen Ahli

Produk kamus digital yang telah dibuat kemudian dilakukan validasi

oleh dosen ahli. Data yang diperoleh dari validasi ahli dapat dikategorikan ke

dalam dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif

adalah data berupa kritik maupun saran yang dikemukakan oleh dosen ahli.

Data yang diperoleh kemudian dijadikan sebagai pedoman untuk merevisi

produk modul digital kata serapan bahasa Indonesia yang telah disusun oleh

peneliti.

Data kuantitatif mengenai kualitas produk kamus digital yang diperoleh

peneliti akan disajikan melalui tiga langkah, yaitu: (1) pengumpulan data kasar,

(2) pemberian skor untuk analisis kuantitatif, dan (3) mengonversikan skor

yang diperoleh menjadi nilai dengan skala lima menggunakan acuan konversi

menurut Sukardjo (2008:101).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

56

Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan

Kategori Interval Skor

Sangat Baik x>Xi+ 1,80 SBi

Baik Xi+ 0,60 SBi< x ≤ Xi+ 1,80 SBi

Cukup Baik Xi- 0,060 SBi< x ≤ Xi+ 0,60 Sbi

Kurang Baik Xi- 1,80 SBi < x ≤ Xi- 0,60 SBi

Sangat Kurang Baik X≤ Xi- 1,80 SBi

(Sukardjo, 2008:101)

Keterangan:

Xi : rerata ideal = 1

2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Sbi : simpangan baku ideal = 1

6 (skor maksimal ideal - skor minimal

ideal).

3.6 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian dan pengembangan, terdapat prosedur penelitian yang

perlu digunakan oleh peneliti. Prosedur penelitian dan pengembangan

membantu peneliti untuk melakukan penelitian secara runtut dan sistematis

sehingga proses penelitian dapat dilakukan dengan terarah. Penelitian yang

dikembangkan oleh peneliti menggunakan acuan prosedur penelitian dan

pengembangan oleh Borg dan Gall yang mencakup sepuluh langkah penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

57

dan pengembangan. Langkah-langkah menurut Borg dan Gall (dalam

Sugiyono, 2017) dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

1) Research and information collecting (potensi dan masalah)

Pada langkah ini, peneliti akan mencari berbagai informasi terkait

masalah dan potensi dari literatur, melakukan pengukuran kebutuhan,

penelitian skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja

penelitian.

2) Planning (perencanaan)

Pada tahap ini, peneliti akan menyusun rencana penelitian yang

terdiri dari kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian,

merumuskan tujuan penelitian, menyusun langkah-langkah penelitian, dan

kemungkinan melakukan uji coba dalam lingkup terbatas.

3) Develop preliminary from of product (pengembangan draf produk)

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengembangan susunan produk

awal yang akan dihasilkan. Selain itu juga menyiapkan berbagai komponen

pendukung, bahan pembelajaran, pedoman dan buku petunjuk, serta

melakukan evaluasi terhadap kelayakan instrumen pendukung.

4) Preliminary field testing (uji coba lapangan awal)

Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba lapangan awal. Uji coba

dapat dilakukan dalam skala terbatas yang terdiri dari 6-12 subjek. Dalam

langkah ini, pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan melalui

wawancara, observasi, atau angket. Peneliti menggunakan teknik

kuesioner/angket dan wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

58

5) Main product revision (merevisi hasil uji coba)

Pada langkah ini, peneliti melakukan perbaikan yang dilakukan

setelah produk melalui tahap uji coba awal. Proses perbaikan dapat

dilakukan berulang kali untuk menemukan bentuk produk yang sempurna.

6) Main field testing (uji coba lapangan)

Pada tahap ini, produk yang sudah diperbaiki diujicobakan oleh

peneliti di lapangan. Uji coba dapat dilakukan pada mahasiswa S-1

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

7) Operational product revision (penyempurnaan produk hasil uji lapangan)

Langkah selanjutnya, peneliti akan perbaikan dan penyempurnaan

produk yang telah melalui tahap uji coba yang lebih luas. Bentuk produk

yang telah disempurnakan merupakan model operasional yang siap untuk

divalidasi.

8) Operational field testing (uji pelaksanaan lapangan)

Pada tahap ini, produk yang sudah disempurnakan pada langkah

sebelumnya diujicobakan secara operasional di lapangan oleh peneliti.

Kegiatan tersebut dilakukan untuk menguji kesiapan produk untuk

digunakan secara umum.

9) Final product revision (penyempurnaan produk akhir)

Pada tahap ini, peneliti melakukan perbaikan terakhir pada produk

sehingga menghasilkan produk akhir yang siap untuk disebarluaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

59

10) Dessimination and implementation (diseminasi dan implementasi)

Tahap terakhir yaitu melakukan penyebarluasan. Produk dapat

disebarluaskan melalui penerbitan, penulisan hasil penelitian dalam jurnal,

dan sebagainya.

Berikut ini bagan yang memperlihatkan sepuluh langkah penelitian

menurut Borg dan Gall.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Menurut Borg dan

Gall dalam Sugiyono (2017)

Penelitian yang dilakukan peneliti dalam pengembangan ini

mengadaptasi prosedur pengembangan yang dikembangkan oleh Borg & Gall

tersebut dengan pembatasan. Penelitian ini disederhanakan menjadi empat

langkah pengembangan. Berikut langkah-langkah yang dikembangkan oleh

peneliti.

1. Tahap Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Penelitian pengembangan kamus digital pembelajaran kata serapan

dilakukan pada mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain

Revisi Desain

Uji Coba Produk

Revisi Produk I

Uji Coba Pemakaian

Revisi Produk II

Produksi Massal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

60

Universitas Sanata Dharma. Pengumpuan data dengan dosen dilakukan

dengan cara wawancara, sedangkan pengumpulan data dengan mahasiswa

dilakukan dengan melakukan penyebaran angket/kuesioner.

2. Tahap Pengembangan Produk

Pada tahap ini, peneliti mulai menyusun perencanaan dan mulai

mengembangkan produk. Tahap yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari

penentuan judul, perumusan tujuan, pemilihan bahan, penyusunan

kerangka, dan pengumpulan bahan. Setelah bahan terkumpul, peneliti

melakukan penyusunan produk modul digital kata serapan bahasa

Indonesia. Penyusunan ini dilakukan dengan memperhatikan aspek

isi/materi, penyajian, dan kegrafikan.

3. Tahap Uji Validasi

Pada tahap ini, peneliti menyerahkan hasil produk kamus digital kepada

dosen ahli untuk divalidasi. Hasil validasi yang diberikan oleh dosen ahli

membantu peneliti untuk mengetahui kualitas produk yang dihasilkan.

4. Tahap Revisi Produk I

Setelah dilakukan uji validasi oleh validator, maka peneliti melakukan

perbaikan produk sesuai kritik dan saran yang telah diberikan oleh

validator.

Keempat prosedur penelitian tersebut secara lebih ringkas disajikan

pada bagan berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

61

Bagan 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Modul Digital oleh Peneliti

Penelitian dan Pengumpulan

Informasi

Pengembangan Produk

Validasi Produk

Revisi Produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini mengkaji dua subbab, yaitu hasil penelitian dan pembahasan

hasil penelitian. Subbab hasil penelitian berisi uraian mengenai langkah

penelitian dan pengembangan produk. Subbab pembahasan hasil penelitian

berisi uraian tentang deskripsi modul digital, deskripsi hasil validasi, dan

analisis kelayakan modul. Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan sebagai

berikut.

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan prosedur penelitian dan

pengembangan atau Research and Development (R&D) menurut Borg dan

Gall. Peneliti melakukan penyederhanaan dari sepuluh langkah penelitian dan

pengembangan oleh Borg dan Gall menjadi empat langkah. Adapun keempat

langkah tersebut adalah (1) penelitian dan pengumpulan informasi, (2)

pengembangan produk, (3) uji validasi, dan (4) revisi produk. Dari empat

langkah tersebut, peneliti akan mengembangkan produk modul digital kata

serapan bahasa Indonesia. Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan

berdasarkan keempat langkah penelitian dan pengembangan.

4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah pengumpulan informasi terkait produk yang akan dikembangkan.

Sumber data dari penelitian ini didapatkan melalui mahasiswa Program Studi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

63

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, serta

dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Sanata Dharma. Informasi dari sumber data tersebut dikumpulkan oleh peneliti

dengan teknik pengisian kuesioner dan teknik wawancara.

Sebelum melakukan pengumpulan informasi, peneliti membuat

rumusan mengenai setiap instrumen penelitian yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data. Rumusan tersebut berfungsi sebagai pedoman agar

informasi dan data yang terkumpul dapat berfokus pada instrumen-instrumen

yang akan dikembangkan oleh peneliti. Setelah rumusan tersebut dibuat,

peneliti mengonsultasikan rumusan kepada dosen pembimbing. Dosen

pembimbing kemudian akan memberikan masukan dan saran mengenai

rumusan yang telah dibuat oleh peneliti. Setelah pemberian masukan dan saran

oleh dosen, peneliti kemudian membuat instrumen penelitian dengan

memperhatikan saran dan masukan yang telah diberikan oleh dosen

pembimbing. Sebelum digunakan, instrumen kuesioner dan wawancara telah

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk menguji tingkat

kelayakannya.

Setelah melewati tahap validasi oleh dosen pembimbing, peneliti lalu

melakukan wawancara kepada dosen untuk mengetahui informasi mengenai

penggunaan media digital yang akan dirancang oleh peneliti. Selain itu, peneliti

juga mendapatkan arahan yang kuat untuk mengembangkan media digital

setelah melakukan kegiatan wawancara. Setelah melakukan wawancara

dengan dosen, peneliti kemudian membagikan kuesioner mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

64

pengalaman dan pemahaman awal mahasiswa mengenai kata serapan bahasa

Indonesia.

4.1.1.1 Deskripsi Hasil Wawancara Dosen Ahli

Guna melakukan pengumpulan data dan informasi, peneliti melakukan

kegiatan wawancara dengan Bapak Danang Satria Nugraha, M.A., selaku

dosen pengampu mata kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma. Hasil dari wawancara dengan dosen

akan dijadikan bahan pertimbangan peneliti dalam melakukan pengembangan

modul digital kata serapan bahasa Indonesia. Beberapa poin pertanyaan yang

diajukan antara lain mengenai (1) frekuensi penggunaan modul digital, (2)

manfaat penggunaan modul digital dalam pembelajaran, (3) tingkat urgensi

penggunaan modul saat ini, (4) pengajaran materi kata serapan dalam mata

kuliah, (5) kendala yang dihadapi selama mengajarkan materi mengenai kata

serapan, (6) tingkat ketersediaan maupun variasi pembelajaran kata serapan

bahasa Indonesia dalam bentuk digital saat ini, dan (7) pendapat mengenai

pembuatan modul digital kata serapan bahasa Indonesia yang akan

dikembangkan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan dosen pengampu

mata kuliah fonologi di Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media digital sangat penting

bagi pembelajaran. Narasumber menambahkan bahwa banyak manfaat yang

diperoleh dari penggunaan modul digital dalam pembelajaran, diantaranya

adalah friendly use dan low cost. Friendly use diartikan oleh narasumber

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

65

sebagai pemanfaatan modul digital yang dapat digunakan secara fleksibel

dimanapun dan kapanpun. Low cost diartikan sebagai prinsip kehematan

karena mahasiswa dan dosen tidak dibebankan pada biaya pembelian buku atau

modul tercetak. Dalam pembelajaran digital dan juga remote learning, modul

digital adalah kunci keberhasilan berlangsungnya pengajaran dengan

menggunakan metode tersebut.

Terlepas dari beberapa manfaat yang telah disebutkan oleh narasumber

di atas, peneliti menemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh dosen

pengampu mata kuliah fonologi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara,

peneliti menemukan bahwa penggunaan modul digital pada pembelajaran yang

dilakukan oleh narasumber hanya terbatas pada dua pertemuan awal mata

kuliah fonologi bahasa Indonesia. Hal tersebut tentunya dapat menyebabkan

kendala bagi mahasiswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Kendala

yang dialami dalam pembelajaran kata serapan antara lain terkait dengan (1)

pemberian contoh penggunaan kata serapan dalam konteks pertututran tertentu,

dan (2) pendeskripsian tentang makna kata. Beliau menambahkan bahwa

tingkat ketersediaan maupun variasi media pembelajaran kata serapan belum

banyak ditemukan. Platform digital yang tersedia belum berupa modul

pembelajaran yang khusus berkaitan dengan kata serapan. Platform yang

tersedia masih terbatas pada aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

V maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia daring yang lebih mengacu pada

pengecekan lema atau daftar kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

66

Pada akhir wawancara, narasumber memberikan dukungan kepada

peneliti dalam melakukan pengembangan modul digital kata serapan bahasa

Indonesia bagi mahasiswa. Menurutnya, pengembangan modul digital

pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia sangat baik untuk dilakukan. Hal

tersebut disebabkan oleh produktivitas kata serapan yang sangat tinggi,

terutama berkaitan dengan domain makna teknologi informasi. Akses

pemahaman penutur bahasa, khususnya pemelajar perlu didorong dengan

sarana yang tepat. Kehadiran modul digital dapat digunakan sebagai salah satu

sarana tersebut. Hasil transkip wawancara dengan dosen ahli terlampir pada

lampiran 8.

4.1.1.2 Deskripsi Instrumen Kuesioner Penelitian Pengembangan Modul Kata

Serapan Bahasa Indonesia Bagi Mahasiswa

Peneliti melakukan studi awal untuk memperoleh informasi tentang

pengalaman dan tingkat pemahaman awal mahasiswa mengenai kata serapan

bahasa Indonesia. Studi awal dilakukan terhadap 18 mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan

2016 hingga angkatan 2018. Pengisian kuesioner dilakukan secara daring

melalui google form yang telah dibagikan oleh peneliti. Pengisian instrumen

kuesioner tersebut bertujuan untuk mengetahui pengalaman awal mahasiswa

terkait modul digital kata serapan bahasa Indonesia yang akan dikembangkan

oleh peneliti. Berikut disajikan tabel hasil analisis kebutuhan mahasiswa

berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

67

Tabel 4.1 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

No

Deskripsi Penilaian

Ʃ Skor

(n=18)

�̅�

%

Kategori

1. Pembuatan modul digital

dapat menambah motivasi

belajar mahasiswa.

81 4,5 90% Sangat

Setuju

2. Pembuatan modul digital

memudahkan mahasiswa

untuk mempelajari sesuatu.

81 4,5 90% Sangat

Setuju

3. Saya ingin mengetahui

latar belakang dan proses

penyerapan kata bahasa

Indonesia.

73 4,05 81,1% Sangat

Setuju

4. Penggunaan kata serapan

penting untuk dikuasai

oleh mahasiswa.

82 4,55 91,1% Sangat

Setuju

5. Penguasaan kata serapan

bermanfaat bagi

mahasiswa.

82 4,55 91,1% Sangat

Setuju

6. Saya sering mengalami

kendala untuk mempelajari

kata serapan.

71 3,94 78,9% Setuju

7. Media pembelajaran kata

serapan belum banyak

ditemukan.

75 4,16 83,3% Sangat

Setuju

8. Perlu adanya variasi media

pembelajaran kata serapan

bagi mahasiswa.

82 4,55 91,1% Sangat

Setuju

9. Pembuatan modul digital

kata serapan diperlukan

oleh mahasiswa.

77 4,27 85,6% Sangat

Setuju

10. Penggunaan modul digital

kata serapan dapat

mempermudah

pemahaman mengenai kata

serapan.

77 4,27 85,6% Sangat

Setuju

𝒙 78,1 4,33 86,7 Sangat

Setuju

Berdasarkan hasil instrumen kuesioner di atas, dapat disimpulkan

bahwa (1) pembuatan modul digital dapat menambah motivasi belajar

mahasiswa serta memudahkan mahasiswa untuk mempelajari sesuatu, (2)

sebagian besar responden menyadari pentingnya manfaat penguasaan kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

68

serapan dan ingin mengetahui latar belakang dan proses penyerapan kata, (3)

responden sering mengalami kendala dalam mempelajari kata serapan, salah

satunya disebabkan oleh kurangnya media pembelajaran kata serapan, (4)

responden mendukung adanya variasi media pembelajaran kata serapan dengan

persentase 83,3% dan mendukung pembuatan media digital kata serapan

bahasa Indonesia dengan persentase 85,6%, serta (5) responden meyakini

bahwa penggunaan modul digital dapat membantu mahasiswa untuk

mempelajari kata serapan.

Selain itu, peneliti juga menganalisis pendapat mahasiswa terhadap

pengalaman awal mahasiswa mengenai kata serapan dan modul digital yang

akan dikembangkan oleh peneliti. Para mahasiswa menuliskan pendapatnya

berdasarkan pertanyaan terkait kendala yang dialami mahasiswa ketika

mempelajari kata serapan, seberapa penting pembuatan modul digital kata

serapan, dan bahasa apa saja yang ingin mereka pelajari dalam pembelajaran

kata seerapan bahasa Indonesia. Hasil dari pendapat tersebut peneili simpulkan

dalam tabel berikut.

Tabel 4.2 Kesimpulan Kolom Uraian Kuesioner Penelitian

Pengembangan Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia

No. Topik Pertanyaan Kesimpulan Komentar

1. Kendala ketika

mempelajari kata serapan.

a. Kurang memahami penggunaan

kata serapan. b. Susah menemukan sumber

rujukan. c. Susah membedakan antara kata

serapan atau bukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

69

2. Pendapat mahasiswa

mengenai pentingya

pengembangan modul

digital kata serapan.

Semua responden mengatakan

bahwa pengembangan media

digital kata serapan sangat penting

bagi mahasiswa.

3. Bahasa yang ingin

dipelajari dalam modul

digital kata serapan.

a. Bahasa Jawa/Sansekerta dengan

persentase 44,4%. b. Bahasa Inggris dengan persentase

38,9%. c. Bahasa lainnya 16,7%.

Berdasarkan hasil kesimpulan mengenai kendala mahasiswa dalam

mempelajari kata serapan, seberapa pentingnya pembuatan modul digital kata

serapan dan bahasa apa saja yang ingin dipelajari oleh mahasiswa dalam

pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia, maka peneliti akan mencoba

untuk mengembangkan modul sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

4.1.2 Pengembangan Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia

Tahap kedua setelah penelitian dan pengumpulan informasi adalah

tahap pengembangan modul digital kata serapan bahasa Indonesia. Pada tahap

ini, peneliti mengembangkan produk berdasarkan informasi yang telah peneliti

peroleh melalui wawancara dan kuesioner. Informasi dan data yang diperoleh

pada tahap pertama akan digunakan sebagai acuan pengembangan media

digital kata serapan bahasa Indonesia oleh peneliti.

Sebelum mengembangkan produk modul digital kata serapan bahasa

Indonesia, peneliti menetapkan judul produk yang akan dikembangkan oleh

peneliti. Peneliti kemudian memilih judul Modul Kata Serapan Bahasa

Indonesia sebagai judul modul digital pembelajaran kata serapan bahasa

Indonesia yang akan dikembangkan. Setelah menentukan judul, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

70

kemudian menentukan tujuan, pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan

pengumpulan bahan.

4.1.2.1 Penentuan Tujuan

Pada tahap ini, peneliti menentukan tujuan pembelajaran untuk tiap bab

pada modul digital tersebut. Tujuan pembelajaran berfungsi sebagai acuan

yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami kemampuan yang

harus dicapai oleh mahasiswa setelah mempelajari modul. Tujuan

pembelajaran menggambarkan kemampuan dan keterampilan yang hendak

dicapai oleh mahasiswa setelah mempelajari bab tersebut. Adapun tujuan

pembelajaran pada tiap bab diuraikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.3 Tujuan Pembelajaran

BAB Tujuan Pembelajaran

I. 1. Mampu menjelaskan pengertian kosakata.

2. Mampu menjelaskan hakikat kata serapan.

3. Mampu menjelaskan faktor yang menyebabkan terjadinya

pemungutan kata.

II. 1. Mampu mengklasifikasikan bentuk kata serapan.

2. Mampu menjelaskan proses penulisan unsur serapan bahasa

Indonesia.

4.1.2.2 Pemilihan Bahan

Pada tahap ini, peneliti memilih bahan-bahan yang akan digunakan

dalam modul berupa materi/teori, gambar/ilustrasi, contoh kasus, dan kosakata

bahasa asing yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

71

bentuk gambar. Adapun teori yang dimasukkan ke dalam bab 1 meliputi: (1)

pengertian kosakata, (2) hakikat kata serapan, (3) syarat penyerapan istilah

asing ke dalam bahasa Indonesia dan (4) faktor yang menyebabkan terjadinya

pemungutan kata. Berikutnya, teori yang dimasukkan ke dalam bab 2 meliputi:

(1) bentuk-bentuk kata serapan, dan (2) proses penulisan unsur serapan bahasa

Indonesia.

Peneliti juga memilih gambar/ilustasi yang sesuai dengan materi yang

disajikan dalam modul. Pemberian gambar/ilustrasi bertujuan untuk membuat

pengguna modul lebih tertarik dan tidak mudah jenuh dalam mempelajari

materi yang tersedia di dalam modul. Selain itu, peneliti menggunakan media

gambar/ilustrasi untuk memberikan informasi mengenai kosakata asing yang

telah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk menambah

wawasan dan pengetahuan pengguna modul yang dikembangkan oleh peneliti.

Peneliti juga tak lupa mencantumkan sumber gambar/ilustrasi sebagai bentuk

penghargaan serta dukungan peneliti terhadap karya yang memiliki hak cipta.

Setelah pemberian materi dan gambar/ilustrasi, peneliti juga

memberikan contoh-contoh relevan yang dapat memudahkan pengguna modul,

terutama mahasiswa untuk memahami materi yang terdapat dalam modul.

Selain pemberian contoh pada uraian materi tersebut, peneliti juga

menambahkan contoh kasus yang ditemukan oleh peneliti dalam situs berita

daring yang dinilai aktual. Contoh kasus tersebut bertujuan untuk mengasah

kemampuan mahasiswa dalam menganalisis penggunaan kata serapan pada

saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

72

4.1.2.3 Penyusunan Kerangka

Setelah melakukan pemilihan bahan, peneliti lalu menyusun kerangka

modul. Kerangka modul berfungsi untuk mempermudah peneliti dalam

menyusun modul digital yang akan dibuat. Selain itu, kerangka modul dapat

membuat modul yang peneliti kembangkan menjadi lebih terstruktur dan

sistematis. Adapun penyusunan kerangka modul dimulai dari (1) halaman

judul, (2) kata pengantar, (3) rasionalisasi, (4) petunjuk penggunaan modul, (5)

pendahuluan, (6) daftar isi, (7) Bab 1 dan Bab 2 yang berisi tujuan

pembelajaran, peta konsep, teori, contoh, aktivitas, refleksi, tes formatif, dan

kilas kata kita, (8) padanan istilah bahasaku, (9) kunci jawaban, (10) glosarium,

dan (11) daftar pustaka.

4.1.2.4 Pengumpulan Bahan

Setelah penyusunan kerangka modul, langkah selanjutnya peneliti

mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam penyusunan modul digital kata

serapan bahasa Indonesia ini. Bahan yang dimaksud oleh peneliti ialah segala

informasi terkait dengan topik, meliputi konsep, teori, data, contoh,

gambar/ilustrasi, aktivitas, tugas, contoh kasus, dan informasi-informasi lain

yang berkaitan dengan topik pengembangan modul digital kata serapan bahasa

Indonesia. Bahan-bahan yang dikumpulkan oleh peneliti bersumber dari buku-

buku dan referensi yang dimuat di situs-situs daring yang tersedia di internet.

Peneliti juga mencantumkan sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan

pengembangan modul untuk menghindari terjadinya tindakan plagiarisme oleh

peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

73

Selanjutnya, bahan yang diperoleh kemudian diseleksi agar bahan-

bahan yang dimuat dalam modul dapat lebih efektif dan efisien untuk

digunakan. Bahan-bahan yang telah diseleksi baik materi, contoh,

gambar/ilustrasi, serta bahan-bahan lain kemudian dipadukan dan disunting

dengan semenarik mungkin dalam bentuk naskah melalui aplikasi Microsoft

Word. Setelah itu, tahap selanjutnya adalah penyajian modul. Modul digital

yang dibuat oleh peneliti disajikan dalam bentuk buku digital yang dibuat

menggunakan aplikasi flipbook yang terdapat dalam Flip PDF Professional.

4.1.3 Uji Validasi

Setelah produk modul digital kata serapan bahasa Indonesia selesai

disusun, peneliti kemudian melakukan tahap validasi produk. Peneliti meminta

dua dosen ahli, yakni Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., serta Bapak

Danang Satria Nugraha, M.A., sebagai dosen ahli untuk melakukan uji validasi

terhadap modul digital yang dikembangkan oleh peneliti. Uji validasi produk

dilakukan guna menguji validitas produk yang telah selesai dikembangkan. Uji

validasi dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner/angket yang

memuat aspek-spek penilaian berdasarkan kriteria kelayakan modul. Aspek

tersebut meliputi isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan,

dan aspek media. Data hasil validasi oleh dosen ahli I dan dosen ahli II

dijelaskan secara rinci pada uraian berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

74

Tabel 4.4 Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II

No. Aspek Penilaian Dosen Ahli I Dosen Ahli II Skor Rata-

rata

1. Kelayakan Isi/Materi 3,67 3,58 3,63

2. Kelayakan Penyajian 3,71 3,43 3,57

3. Kelayakan Bahasa 3,75 4,00 3,88

4. Kelayakan Kegrafikan 3,89 3,67 3,78

5. Kelayakan Media 3,71 3,86 3,79

Jumlah 18,73 18,54 18,65

Skor Rata-rata 3,75 3,71 3,73

Kategori Baik Baik Baik

Selain tabel di atas, peneliti menyajikan hasil validasi oleh dosen ahli

dalam bentuk diagram. Diagram yang dibuat oleh peneliti bertujuan untuk

memperjelas data hasil validasi oleh dosen ahli. Aspek penilaian meliputi aspek

isi/materi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media. Berikut ini

disajikan diagram skor rata-rata hasil validasi pada kelima aspek penilaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

75

Diagram 4.1 Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II Pada

Tiap Aspek

Berdasarkan diagram tersebut, berikut peneliti sajikan deskripsi hasil

validasi oleh dosen ahli pada setiap aspek.

A. Kelayakan Isi/Materi

Kriteria penilaian pada aspek kelayakan isi/materi modul meliputi: (1)

kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, (2) ketepatan pemilihan materi,

(3) kaitan materi dengan kemampuan dan keterampilan mahasiswa, (4)

penggunaan teori yang relevan, dan (5) sistematika modul secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil validasi dosen ahli terkait aspek kelayakan isi/materi pada

Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia yang dapat dilihat pada lampiran 12,

dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli pada aspek kelayakan

3,67 3,71 3,75 3,893,713,58

3,43

43,67

3,863,63 3,57

3,88 3,78 3,79

0

1

2

3

4

5

Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan Media

Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II pada Tiap Aspek

Dosen Ahli I Dosen Ahli II Skor Rata-rata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

76

isi/materi memperoleh skor rata-rata 3,63 oleh dosen ahli I dan dosen ahli II

dengan persentase 72,6%. Berdasarkan data tersebut, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli pada aspek kelayakan isi/materi

dinyatakan layak dengan kategori “Baik”.

B. Kelayakan Penyajian

Aspek kelayakan penyajian modul terdiri atas tujuh indikator. Kriteria

penilaian aspek kelayakan penyajian modul digital meliputi: (1) keruntutan

penyajian materi dengan alur berpikir siswa, (2) sistematika penyajian materi

dalam setiap bab, dan (3) kesesuaian materi dengan tingkat kemampuan

berpikir siswa. Berdasarkan hasil validasi aspek kelayakan penyajian oleh

dosen ahli I dan dosen ahli II yang dapat dilihat pada lampiran 12, Modul Kata

Serapan Bahasa Indonesia memperoleh skor rata-rata sebesar 3,57 dengan

persentase 71,4% sehingga dapat dinyatakan layak dengan kategori “Baik”.

C. Kelayakan Bahasa

Penilaian kelayakan bahasa terdiri dari empat butir indikator penilaian

yang diuraikan berdasarkan kriteria kelayakan bahasa, yaitu kesesuaian bahasa

dengan tingkat kemampuan siswa dan kesesuaian penulisan modul berdasarkan

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan data hasil validasi

dosen ahli I dan dosen ahli II terkait aspek kelayakan bahasa pada modul digital

yang terlampir pada lampiran 12, Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia

memperoleh skor rata-rata sebesar 3,88 dengan persentase 77,6%, sehingga

dapat dikategorikan “Baik”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

77

D. Kelayakan Kegrafikan

Penilaian kelayakan kegrafikan terdiri atas sembilan butir indikator

penilaian yang dijabarkan dari kriteria kelayakan yang meliputi: (1) kesesuaian

fisik modul (2) kesesuaian tata pengetikan, (3) pemanfaatan penggunaan

gambar, tabel, dan ilustrasi, serta (4) kelengkapan penggunaan gambar, tabel,

dan ilustrasi. Hasil validasi dosen ahli I dan dosen ahli II terkait aspek

kelayakan kegrafikan modul digital yang terlampir pada lampiran 12, dapat

disimpulkan bahwa Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia

memperoleh skor rata-rata sebesar 3,78 dengan persentase 75,6%, sehingga

dapat dikategorikan “Baik”.

E. Kelayakan Media

Penilaian kelayakan media pembelajaran terdiri atas tujuh indikator

penilaian yang diuraikan ke dalam dua kriteria kelayakan, yaitu pemakaian

media pembelajaran dan tampilan media. Berdasarkan hasil validasi oleh dosen

ahli I dan dosen ahli II pada aspek kelayakan media pembelajaran yang

terlampir pada lampiran 12, dapat disimpulkan bahwa modul digital Modul

Kata Serapan Bahasa Indonesia mendapat skor rata-rata sebesar 3,79 dengan

persentase 75,8% dengan kategori “Baik”.

Berdasarkan uraian data hasil validasi dosen ahli I dan dosen ahli II

pada tiap aspek kelayakan di atas, diperoleh skor rata-rata sebesar 3,73 dengan

persentase 74,6% yang masuk dalam kategori “Baik”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

78

4.1.4 Revisi Produk

Revisi produk dilakukan berdasarkan masukan dan saran yang

diberikan oleh dosen ahli. Dalam melakukan revisi produk, peneliti mengacu

pada masukan dan saran yang tertulis pada kolom komentar instrumen validasi

serta masukan lisan yang disampaikan oleh para validator. Adapun masukan

dan saran yang diberikan kemudian diklasifikasikan oleh peneliti berdasarkan

kelima aspek penilaian modul seperti: (1) kelayakan isi/materi, (2) kelayakan

penyajian, (3) kelayakan bahasa, (4) kelayakan kegrafikan, dan (5) kelayakan

media. Berikut disajikan hasil masukan dan saran yang diberikan oleh

validator.

A. Revisi Aspek Kelayakan Isi/Materi

Berdasarkan hasil validasi, aspek kelayakan isi/materi modul secara

keseluruhan dinilai sudah cukup baik. Namun, validator memberikan masukan

dan saran perbaikan guna menyempurnakan aspek isi/modul yang telah dibuat

oleh peneliti. Pertama, konsep materi pada bab 1 subbab A dan B kurang

memuat contoh-contoh. Oleh sebab itu, validator menyarankan bahwa pada

materi konsep subbab tersebut perlu ditambahkan dengan contoh yang menarik

dan otentik. Kedua, soal yang disajikan dalam modul sudah sesuai dengan

tujuan pembelajaran, akan tetapi terdapat soal yang perlu diedit. Ketiga,

validator menyarankan agar pada bagian tugas 1 dapat dilengkapi dengan

instruksi untuk membuat tuturan/kalimat atau paragraf berdasarkan contoh

kata serapan. Keempat, validator juga memberikan masukan agar dalam modul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

79

yang dibuat peneliti memuat variasi soal pilihan ganda serta memperbanyak

jenis soal otentik.

Berdasarkan masukan dan saran yang telah diberikan oleh validator,

peneliti melakukan revisi pada produk modul digital yang telah dirancang.

Hasil perbandingan modul sebelum dan sesudah revisi ditampilkan dalam

bentuk gambar sebagai berikut.

Gambar 4.1 Pemberian Contoh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

80

Gambar 4.2 Sebelum dan Sesudah Revisi Penambahan Pilihan Ganda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

81

Gambar 4.3 Sebelum dan Sesudah Revisi Tugas 1

B. Revisi Aspek Kelayakan Penyajian

Berdasarkan data hasil validasi, aspek penyajian modul yang

dikembangkan oleh peneliti sudah cukup baik. Namun, validator memberikan

beberapa masukan yang dapat dipertimbangkan oleh peneliti. Masukan yang

diberikan oleh validator terkait dengan belum ditemukannya daftar tabel dan

daftar bagan pada modul agar dapat memudahkan pengguna. Selain itu,

validator juga meminta peneliti untuk memeriksa kesalahan tik pada halaman

kata pengatar. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan pemberian daftar

bagan dan tabel pada modul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

82

Gambar 4.4 Pemberian Daftar Bagan dan Tabel

C. Revisi Aspek Kelayakan Bahasa

Berdasarkan hasil validasi, aspek kebahasaan modul yang dirancang

oleh peneliti sudah baik. Namun, validator memberikan masukan agar peneliti

memeriksa kembali kesalahan pengetikan pada modul, seperti pada penulisan

istilah loanword yang tidak konsisten. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

perbaikan sesuai masukan yang diberikan oleh validator. Berikut ini adalah

gambar yang menunjukkan perbandingan modul sebelum dan sesudah revisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

83

Gambar 4.5 Sebelum dan Sesudah Revisi Aspek Kebahasaan

D. Revisi Aspek Kelayakan Kegrafikan

Berdasarkan hasil validasi, aspek kegrafikan modul yang dirancang

oleh peneliti sudah cukup baik. Namun, validator memberikan beberapa saran

dan masukan terkait aspek kegrafikan modul yang dibuat oleh peneliti.

Pertama, perbedaan ukuran huruf pada teks utama, judul, dan subjudul perlu

ditata ulang. Validator menyarankan agar ukuran judul dan subjudul perlu

diperbesar. Kedua, validator juga meminta agar jarak antarbaris diperbaiki oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

84

peneliti. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan perbandingan modul

sebelum dan sesudah revisi.

Gambar 4.6 Sebelum dan Sesudah Revisi Jarak Antarbaris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

85

Gambar 4.7 Sebelum dan Sesudah Revisi Ukuran Huruf pada Judul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

86

E. Revisi Aspek Kelayakan Media

Berdasarkan hasil validasi, aspek kegrafikan modul yang dirancang

oleh peneliti sudah cukup baik. Namun, validator memberikan masukan agar

peneliti memberikan petunjuk instalasi modul digital yang dibuat oleh peneliti

agar memudahkan pengguna dalam menggunakan modul digital yang dibuat

oleh peneliti.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari (1) deskripsi modul, (2)

deskripsi hasil validasi, dan (3) deskripsi analisis kelayakan modul digital.

Berikut uraian pembahasan hasil penelitian oleh peneliti.

4.2.1 Deskripsi Modul

Ditinjau dari berbagai pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa

modul digital merupakan bahan ajar mandiri yang disusun secara digital

dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dan efisien

disertai kemudahan peserta didik untuk mengakses materi yang ingin

dipelajari. Sejalan dengan hal tersebut, pengembangan modul digital yang

dikembangkan oleh peneliti bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam

mempelajari kata serapan bahasa Indonesia. Dalam penggunaannya, modul

yang dikembangkan oleh peneliti dapat digunakan dengan didampingi dosen

sebagai fasilitator maupun dapat digunakan secara mandiri. Hal tersebut sesuai

dengan hakikat modul digital menurut Direktorat Tenaga Kependidikan

(2008:3) yang menjelaskan bahwa modul digital merupakan bahan ajar mandiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

87

yang disusun secara digital tujuannya agar siswa dapat belajar dengan

bimbingan guru maupun belajar secara mandiri secara efisien. Modul

merupakan media pembelajaran yang dirancang untuk dapat dipelajari oleh

siswa secara mandiri disesuaikan dengan tingkat kemampuannya.

Modul digital dengan judul Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia ini

disusun berdasarkan lima aspek penilaian kualitas modul yang dikemukakan

oleh Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:28). Kelima aspek tersebut

meliputi: (1) aspek kelayakan isi/materi, (2) aspek kelayakan penyajian, (3)

aspek kelayakan bahasa, (4) aspek kelayakan kegrafikan, dan (5) aspek

kelayakan media karena produk yang dikembangkan berupa modul

pembelajaran dalam bentuk digital. Uraian kelima aspek penilaian modul

digital diuraikan sebagai berikut.

4.2.1.1 Aspek Isi/Materi

Dalam mengembangkan modul, peneliti perlu memperhatikan aspek isi

dan materi. Penyusunan isi/materi dalam modul digital mengacu pada tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai oleh mahasiswa. Modul yang disusun oleh

peneliti menyertakan lima tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dalam tabel

berikut.

Tabel 4.5 Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran

1. Mampu menjelaskan pengertian kosakata.

2. Mampu menjelaskan hakikat kata serapan.

3. Mampu menjelaskan faktor yang menyebabkan terjadinya pemungutan

kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

88

4. Mampu mengklasifikasikan bentuk kata serapan.

5. Mampu menjelaskan proses penulisan unsur serapan bahasa Indonesia.

Berdasarkan tabel tujuan pembelajaran tersebut, peneliti membagi

tujuan pembelajaran ke dalam dua bab, yaitu (1) hakikat kata serapan, serta (2)

klasifikasi dan penulisan kata serapan.

Bab I berjudul Hakikat Kata Serapan terdiri atas tiga subbab, yaitu (1)

kosakata bahasa Indonesia, (2) hakikat kata serapan bahasa Indonesia, dan (3)

faktor penyebab pemungutan kata. Masing-masing subbab memuat aktivitas

yang dapat dilakukan dan diselesaikan oleh mahasiswa. Bab pertama

menekankan pada pemahaman awal mahasiswa mengenai konsep kosakata dan

konsep mengenai kata serapan bahasa Indonesia.

Materi yang dituangkan dalam modul digital oleh peneliti disajikan

dengan cara mengolaborasikan teori yang relevan menurut pendapat pakar/ahli.

Selain itu, akhir tiap bab memuat tugas dan tes formatif untuk mengukur

tingkat kemampuan mahasiswa setelah mempelajari materi. Peneliti juga

menambahkan pertanyaan refleksi guna mewadahi mahasiwa untuk

merefleksikan materi yang telah dipelajari pada tiap bab. Berikut disajikan

gambar mengenai tugas, tes formatif, dan kolom refleksi pada bab I.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

89

Gambar 4.8 Tugas 1 dan Refleksi Gambar 4.9 Tes Formatif 1

Bab II dengan judul Klasifikasi dan Penulisan Kata Serapan terdiri dari

dua subbab, yaitu (1) bentuk kata serapan bahasa Indonesia, dan (2) proses

penulisan kata serapan bahasa Indonesia. Masing masing subbab dilengkapi

dengan aktivitas yang dapat dilakukan oleh mahasiswa. Materi pada bab dua

menekankan pada informasi mengenai jenis-jenis kata serapan bahasa

Indonesia serta penulisan kata serapan dalam bahasa Indonesia. Selain itu,

materi pada bab II juga dilengkapi dengan tugas, refleksi dan tes formatif pada

akhir bab. Berikut gambar yang menunjukkan tugas, tes formatif, dan kolom

refleksi pada bab II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

90

Gambar 4.10 Tugas 2 dan Refleksi Gambar 4.11 Tes Formatif 2

Selain materi yang sudah dijelaskan sebelumnya, peneliti juga

melengkapi tiap bab dengan contoh kata serapan/padanan istilah bahasa

Indonesia yang relevan dalam bentuk kilas kata kita dan padanan istilah

bahasaku. Materi tersebut disajikan guna menambah wawasan mahasiswa

mengenai kata serapan dan padanan istilah bahasa Indonesia yang relevan pada

era saat ini. Berikut disajikan gambar yang menunjukkan materi kilas kata kita

dan padanan istilah bahasaku pada salah satu bab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

91

Gambar 4.12 Kilas Kata Kita Gambar 4.13 Padanan Istilah Bahasaku

4.2.1.2 Aspek Penyajian

Dalam penyusunan modul, peneliti memperhatikan aspek penyajian.

Aspek penyajian modul merupakan bagian penting untuk menarik minat

mahasiswa untuk menggunakan modul yang dikembangkan oleh peneliti. Oleh

sebab itu, modul yang dikembangkan harus dibuat secara menarik dan

sistematis. Penyajian awal modul digital memiliki peranan penting sebagai

gambaran awal mengenai informasi tentang apa saja yang akan dipelajari oleh

mahasiswa dalam modul ini. Pada bagian awal modul memuat (1) halaman

judul, (2) kata pengantar, (3) rasionalisasi, (4) petunjuk penggunaan modul, (5)

pendahuluan dan (6) daftar isi. Berikut disajikan gambar mengenai

rasionalisasi dan petunjuk penggunaan modul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

92

Gambar 4.14 Rasionalisasi Gambar 4.15 Petunjuk Penggunaan Modul

Pada tiap bab disajikan tujuan pembelajaran serta peta konsep yang

dapat digunakan sebagai acuan mahasiswa dalam memahami materi yang akan

dipelajari. Bab I memuat tiga tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh

mahasiswa, yaitu (1) mampu menjelaskan pengertian kosakata, (2) mampu

menjelaskan hakikat kata serapan, dan (3) mampu menjelaskan faktor yang

menyebabkan terjadinya pemungutan kata. Bab II memuat dua tujuan

pembelajaran, yaitu (1) mampu mengklasifikasikan bentuk kata serpan, dan (2)

mampu menjelaskan proses penulisan unsur serapan bahasa Indonesia. Berikut

disajikan gambar yang menunjukkan tujuan pembelajaran pada salah satu bab

beserta peta konsep bab tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

93

Gambar 4.16 Tujuan Pembelajaran dan Peta Konsep

4.2.1.3 Aspek Bahasa

Aspek bahasa adalah salah satu aspek yang penting karena dapat

mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa. Penggunaan bahasa yang baik

dapat membantu mahasiswa untuk lebih mudah memahami materi yang

disajikan dalam modul. Bahasa yang digunakan oleh peneliti dalam menyusun

modul telah disesuaikan dengan tingkat emosional mahasiswa serta

disesuaikan dengan tingkat intelektual mahasiswa. Penggunaan kalimat pada

pemaparan materi juga disusun dengan memperhatikan kaidah penulisan

bahasa Indonesia yang terdapat pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

(PUEBI). Penggunaan kata yang disesuaikan dengan PUEBI bertujuan agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

94

mahasiswa dapat dengan mudah menangkap inti materi yang hendak

disampaikan dalam modul hingga tujuan pembelajaran pada tiap bab dapat

terpenuhi.

4.2.1.4 Aspek Kegrafikan

Aspek kegrafikan merupakan aspek yang diperhatikan dalam

penyusunan modul ini. Pengembangan modul ini disesuaikan dengan ukuran

standar pembuatan modul menurut standar ISO, yaitu A4 (210x297 mm).

Warna kover depan serta kover belakang dibuat secara konsisten dan harmonis.

Penampilan modul dibuat sesuai dengan modul pada umumnya, namun dimuat

dalam format digital menggunakan aplikasi Flip PDF Professional. Isi modul

dibuat dengan menggunakan jenis huruf berlin sans fb demi untuk judul

halaman dan materi, berlin sans fb untuk judul tujuan pembelajaran, aktivitas,

tugas, tes formatif dan refleksi serta jenis huruf segoe ui symbol untuk isi materi

yang disajikan. Judul bab, subbab, dan penomoran halaman dibuat secara

lengkap dan proporssional guna mempermudah proses pencarian dan

pengidentifikasian isi modul. Margin dan line spacing sudah disesuaikan

dengan ukuran modul digital sehingga mudah untuk dibaca.

Modul ini juga memuat ilustrasi-ilustrasi yang berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai materi tertentu. Ilustrasi tersebut berupa

gambar, tabel, desain, bagan, dan sejenisnya. Ilustrasi tersebut dipilih agar

dapat memudahkan mahasiswa untuk mempelajari materi serta menjadi daya

tarik untuk mempelajari materi dengan menggunakan modul yang dibuat oleh

peneliti. Berikut ini adalah contoh penggunaan ilustrasi dalam modul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

95

Gambar 4.17 Aspek Kegrafikan dalam Modul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

96

4.2.1.5 Aspek Media

Smaldino, dkk. (dalam Suryani, 2018) mendefinisikan media sebagai

segala sesuatu yang dapat menyampaikan informasi dari sumber kepada

penerima informasi. Modul digital yang dikembangkan oleh peneliti dapat

digunakan sebagai media interaktif yang mampu dioperasikan secara mandiri

maupun berkelompok oleh mahasiswa. Modul digital kata serapan bahasa

Indonesia yang dikembangkan oleh peneliti dibuat dengan menggunakan

aplikasi Flip PDF Professional yang dapat membuat tampilan modul menjadi

buku digital. Selain membuat tampilan menjadi buku digital, modul tersebut

juga dilengkapi dengan tombol navigasi untuk mengoperasikan modul. Berikut

ini gambar tampilan modul digital yang dibuat oleh peneliti.

Gambar 4.18 Tampilan Modul Digital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

97

4.2.2 Deskripsi Hasil Validasi

Bagian deskripsi hasil validasi akan menguraikan hasil validasi modul

digital yang diperoleh dari dosen ahli. Para validator melakukan validasi modul

berdasarkan lima aspek kelayakan yaitu: (1) aspek isi/materi, (2) aspek

penyajian, (3) aspek bahasa, (4) aspek kegrafikan, dan (5) aspek media. Kelima

aspek tersebut dibagi kedalam beberapa indikator yang dinilai dengan

menggunakan acuan skala likert dalam rentang skor 1-5 sebagai data

kuantitatif. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah oleh peneliti untuk

diubah dalam bentuk data kualitatif menggunakan rumus Penilaian Acuan

Patokan (PAP) menurut Sukardjo agar kualitas setiap aspek pada modul dapat

diketahui. Berikut uraian dari deskripsi hasil validasi oleh dosen ahli.

Diagram 4.2 Data Rata-Rata Hasil Validasi Dosen I dan II

Berdasarkan diagram diatas, hasil validasi pada modul yang

dikembangkan oleh peneliti memperoleh skor rata-rata terendah pada aspek

1

2

3

4

5

ISI/MATERI PENYAJIAN BAHASA KEGRAFIKAN MEDIA

3,63 3,573,88 3,78 3,79

Data Rata-Rata Hasil Validasi Dosen I dan II

Rata-rata Hasil Validasi Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

98

penyajian, sedangkan perolehan skor rata-rata tertinggi terletak pada aspek

bahasa. Selain diagram di atas, peneliti juga menyajikan data rekapitulasi rata-

rata hasil validasi oleh dosen ahli dalam tabel berikut.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Validasi Dosen Ahli

No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori

1 Kelayakan isi/materi 3,63 Baik

2 Kelayakan penyajian 3,57 Baik

3 Kelayakan bahasa 3,88 Baik

4 kelayakan kegrafikan 3,78 Baik

5 Kelayakan media 3,79 Baik

Jumlah 18,65

Baik Rata-rata 3,73

Persentase 74,6%

Berdasarkan tabel data rekapitulasi rata-rata hasil validasi dosen ahli di

atas, Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia yang dikembangkan oleh peneliti

mendapat rata-rata skor 3,73 dengan kategori “Baik”. Aspek penilaian yang

mendapat rata-rata skor tertinggi terletak pada aspek bahasa dengan skor 3,88

yang dapat dikategorikan “Baik”, sedangkan aspek penilaian yang

mendapatkan rata-rata skor terendah terletak pada aspek kelayakan penyajian

dengan skor 3,57 yang berkategori “Baik”. Dengan demikian, dapat diperoleh

kesimpulan bahwa berdasarkan hasil validasi oleh dosen ahli I dan dosen ahli

II pada kelima aspek yang meliputi: (1) isi/materi, (2) penyajian, (3) bahasa,

(4) kegrafikan, dan (5) media, modul digital yang dikembangkan peneliti

dengan judul Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia dinyatakan layak

digunakan sebagai bahan ajar inovatif maupun digunakan sebagai bahan

referensi dalam mempelajari kata serapan bahasa Indonesia bagi mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

99

4.2.3 Deskripsi Analisis Kelayakan Modul

Setelah dilakukan validasi oleh dosen ahli, selanjutnya modul digital

yang berjudul Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia dianalisis untuk

diketahui tingkat kelayakannya. Aspek yang dianalisis dari modul digital

pembelajaran ini meliputi aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek kebahasaan,

aspek kegrafikan dan aspek media. Berikut disajikan diagram perbandingan

hasil validasi dosen ahli I dan dosen ahli II.

Grafik 4.1 Perbandingan Hasil Validasi Dosen Ahli I dan II

Selain dalam bentuk diagram, peneliti juga menampilkan data hasil

validasi yang mencakup aspek: (1) isi/materi, (2) penyajian, (3) bahasa, (4)

kegrafikan, serta (5) media oleh dosen ahli I dan dosen ahli II dalam bentuk

tabel. Berikut disajikan tabel analisis kelayakan modul berdasarkan validasi

dosen ahli I dan dosen ahli II pada kelima aspek tersebut.

3,67 3,71 3,753,89

3,713,58

3,43

4

3,673,86

1

2

3

4

5

Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan Media

Perbandingan Hasil Validasi Dosen Ahli I dan II

Dosen Ahli I Dosen Ahli II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

100

Tabel 4.7 Analisis Kelayakan Modul Berdasarkan Validasi Dosen Ahli I

dan Dosen Ahli II

No. Aspek Penilaian Skor Rata-

Rata

Persentase Kategori

1 Kelayakan

isi/materi

3,63 72,6% Baik

2 Kelayakan

penyajian

3,57 71,4% Baik

3 Kelayakan bahasa 3,88 77,6% Baik

4 Kelayakan

kegrafikan

3,78 75,6% Baik

5 Kelayakan media 3,79 75,8% Baik

Jumlah 18,65 373%

Baik Rata-rata 3,73 74,6%

Berdasarkan tabel hasil analisis kelayakan modul digital oleh dosen ahli

I dan dosen ahli II di atas, dapat disimpulkan melalui pembahasan berikut.

4.2.3.1 Aspek Isi/Materi

Pada aspek isi/materi, Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia yang

dirancang oleh peneliti meperoleh rata-rata skor 3,67 oleh dosen ahli I dengan

kategori “Baik”. Skor rata-rata aspek isi/materi yang diperoleh dari dosen ahli

II sebesar 3,58 dengan kategori “Baik”. Dari kedua rata-rata yang diperoleh

dari dosen ahli I dan dosen ahli II tersebut, diperoleh rata-rata sebesar 3,63

dengan persentase 72,6% dengan kategori “Baik”. Dengan demikian, modul

digital yang dirancang oleh peneliti dengan judul Modul Kata Serapan Bahasa

Indonesia dinyatakan layak pada aspek isi/materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

101

4.2.3.2 Aspek Penyajian

Pada aspek penyajian, Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia yang

dirancang oleh peneliti memperoleh rata-rata skor 3,71 oleh dosen ahli I

dengan kategori “Baik”. Skor rata-rata aspek penyajian yang diperoleh dari

dosen ahli II sebesar 3,43 dengan kategori “Baik”. Dari kedua rata-rata yang

diperoleh dari dosen ahli I dan dosen ahli II tersebut, diperoleh rata-rata sebesar

3,57 dengan persentase 71,4% dengan kategori “Baik”. Dengan demikian,

modul digital yang dirancang oleh peneliti dengan judul Modul Kata Serapan

Bahasa Indonesia dinyatakan layak pada aspek penyajian.

4.2.3.3 Aspek Bahasa

Berdasarkan aspek kebahasaan modul, Modul Kata Serapan Bahasa

Indonesia yang dirancang oleh peneliti meperoleh rata-rata skor 3,75 oleh

dosen ahli I dengan kategori “Baik”. Skor rata-rata aspek kebahasaan yang

diperoleh dari dosen ahli II sebesar 4,00 dengan kategori “Baik”. Dari kedua

rata-rata yang diperoleh dari dosen ahli I dan dosen ahli II tersebut, diperoleh

rata-rata sebesar 3,88 dengan persentase 77,6% dengan kategori “Baik”.

Dengan demikian, modul digital yang dirancang oleh peneliti dengan judul

Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia dinyatakan layak pada aspek

kebahasaan.

4.2.3.4 Aspek Kegrafikan

Pada aspek kegrafikan, Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia yang

dirancang oleh peneliti meperoleh rata-rata skor 3,89 oleh dosen ahli I dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

102

kategori “Baik”. Skor rata-rata aspek kegrafikan yang diperoleh dari dosen ahli

II sebesar 3,67 dengan kategori “Baik”. Dari kedua rata-rata yang diperoleh

dari dosen ahli I dan dosen ahli II tersebut, diperoleh rata-rata sebesar 3,78

dengan persentase 75,6% dengan kategori “Baik”. Dengan demikian, modul

digital yang dirancang oleh peneliti dengan judul Modul Kata Serapan Bahasa

Indonesia dinyatakan layak pada aspek kegrafikan.

4.2.3.5 Aspek Media

Berdasarkan pada aspek media, Modul Kata Serapan Bahasa Indonesia

yang dirancang oleh peneliti meperoleh rata-rata skor 3,71 oleh dosen ahli I

dengan kategori “Baik”. Skor rata-rata aspek media yang diperoleh dari dosen

ahli II sebesar 3,86 dengan kategori “Baik”. Dari kedua rata-rata yang

diperoleh dari dosen ahli I dan dosen ahli II tersebut, diperoleh rata-rata sebesar

3,79 dengan persentase 75,8% dengan kategori “Baik”. Dengan demikian,

modul digital yang dirancang oleh peneliti dengan judul Modul Kata Serapan

Bahasa Indonesia dinyatakan layak pada aspek media.

Berdasarkan hasil peneltian yang telah diuraikan di atas, dapat

diketahui bahwa penelitian Research & Development (R&D) yang

dikembangkan oleh peneliti berhasil menghasilkan sebuah produk berupa

modul digital pembelajaran kata serapan dengan judul Modul Kata Serapan

Bahasa Indonesia. Pengembangan modul digital ini bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai kata serapan bahasa

Indonesia. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman

mahasiswa mengenai kata serapan bahasa Indonesia, serta kurangnya bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

103

referensi mengenai kata serapan bahasa Indonesia, khususnya dalam bentuk

digital. Selain hal tersebut, keterbatasan bahan ajar yang dimiliki oleh dosen

untuk mengajarkan mengenai kata serapan bahasa Indonesia juga menjadi

perhatian khusus peneliti sehingga mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian pengembangan modul digital kata serapan bahasa Indonesia.

Produk berupa modul digital ini dikembangkan melalui empat tahap ,

yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji

validasi, dan revisi produk. Pengembangan bahan ajar modul digital ini

dilakukan dengan menentukan judul, tujuan, pemilihan bahan, penyusunan

kerangka dan pengumpulan materi kata serapan bahasa Indonesia yang relevan

guna dimasukkan ke dalam modul yang dikembangkan oleh peneliti. Selain hal

tersebut, peneliti melakukan uji validasi untuk menilai kelayakan modul yang

dikembangkan oleh peneliti. Uji validasi produk modul digital ini melibatkan

dua dosen ahli dalam bidang bahasa Indonesia. Kelayakan yang dinilai oleh

validator meliputi lima aspek, yaitu aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek

bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media.

Hasil validasi dosen ahli I menunjukkan perolehan skor rata-rata 3,75

dengan persentase 75% yang masuk dalam kategori “Baik”, sedangkan hasil

validasi oleh dosen ahli II diperoleh skor rata-rata 3,71 dengan persentase

74,2% yang masuk dalam kategori “Baik”. Berdasarkan hasil validasi tersebut,

modul digital yang dikembangkan oleh peneliti dengan judul Modul Kata

Serapan Bahasa Indonesia dinyatakan layak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

104

4.2.4 Kajian Produk Akhir

Produk berupa modul digital dengan judul Modul Kata Serapan Bahasa

Indonesia yang dikembangkan oleh peneliti dilakukan dengan

mempertimbangkan langkah penelitian dan pengembangan oleh Borg dan Gall

yang disederhanakan menjadi empat prosedur pengembangan, yaitu penelitian

dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi, dan revisi

produk. Produk tersebut direvisi berdasarkan lima aspek penilaian, yaitu aspek

isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media

yang telah didapatkan melalui hasil validasi oleh dosen ahli. Berikut uraian

mengenai lima aspek tersebut.

4.2.4.1 Aspek Isi/Materi

Aspek isi/materi modul yang dirancang oleh peneliti berkategori

“Baik”. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pemerolehan skor 3,63 dari hasil

akumulasi keseluruhan validasi yang dilakukan oleh dosen ahli I dan dosen ahli

II. Meski demikian, modul digital ini mendapatkan masukan dan saran

perbaikan pada aspek isi/materi yang telah diuraikan pada bagian pembahasan

mengenai revisi produk penelitian ini. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

perbaikan sesuai dengan masukan dan saran yang telah diberikan pada aspek

isi/materi. Kajian produk akhir pada aspek isi/materi dalam modul digital dapat

dilihat pada contoh gambar berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

105

Gambar 4.19 Pemberian Contoh dalam Modul

Gambar 4.20 Penambahan Pilihan Ganda Modul

4.2.4.2 Aspek Penyajian

Secara keseluruhan, aspek penyajian modul yang dikembangkan oleh

peneliti berkategori “Baik” dengan perolehan skor 3,57. Namun, dosen ahli I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

106

dan dosen ahli II selaku validator memberikan saran dan masukan guna

memperbaiki aspek penyajian modul yang dikembangkan. Validator

memberikan saran mengenai perlu adanya daftar bagan atau tabel yang dapat

membantu mahasiswa dalam menggunakan modul digital yang dikembangkan

oleh peneliti. Maka dari itu, peneliti melakukan perbaikan pada aspek

penyajian sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator. Kajian produk

akhir pada aspek penyajian dapat dilihat pada contoh gambar berikut ini.

Gambar 4.21 Pemberian Daftar Bagan dan Tabel dalam Modul

4.2.4.3 Aspek Bahasa

Aspek kebahasaan modul yang dirancang oleh peneliti berkategori

“Baik”. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pemerolehan skor rata-rata 3,88

dari hasil akumulasi keseluruhan validasi yang dilakukan oleh dosen ahli I dan

dosen ahli II. Meski demikian, modul digital ini mendapatkan masukan dan

saran untuk memeriksa kesalahan pengetikan. Oleh sebab itu, peneliti

melakukan perbaikan sesuai dengan masukan dan saran yang telah diberikan

pada aspek kebahasaan modul. Kajian produk akhir pada aspek kebahasaan

modul digital dapat dilihat pada gambar berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

107

Gambar 4.22 Aspek Kebahasaan Final

4.2.4.4 Aspek Kegrafikan

Aspek kegrafikan modul digital berjudul Modul Kata Serapan Bahasa

Indonesia yang dirancang oleh peneliti berkategori “Baik” dengan

pemerolehan skor 3,78 dari hasil akumulasi keseluruhan validasi yang

dilakukan oleh dosen ahli I dan dosen ahli II. Meski demikian, modul digital

ini mendapatkan masukan dan saran pada penataan dan ukuran huruf antara

judul, subjudul, serta isi. Oleh sebab itu, peneliti melakukan perbaikan sesuai

dengan masukan dan saran yang telah diberikan pada aspek isi/materi. Berikut

disajikan gambar yang memperlihatkan kajian produk akhir pada aspek

kegrafikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

108

Gambar 4.23 Jarak Antarbaris Final

4.2.4.5 Aspek Media

Aspek media modul yang dirancang oleh peneliti berkategori “Baik”

dengan pemerolehan skor rata-rata 3,79 dari hasil akumulasi keseluruhan

validasi yang dilakukan oleh dosen ahli I dan dosen ahli II. Meski demikian,

validator memberikan saran dan masukan agar produk yang dikembangkan

oleh peneliti dilengkapi dengan petunjuk pemasangan modul guna

memudahkan pengguna. Oleh sebab itu, peneliti melakukan perbaikan sesuai

dengan masukan dan saran yang telah diberikan pada aspek kebahasaan modul.

Kajian produk akhir pada aspek media modul dapat dilihat pada gambar berikut

ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

109

Gambar 4.24 Petunjuk Instalasi Modul

Gambar 4.25 Tampilan Modul Digital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

110

Gambar 4.26 Video Pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

111

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi dua subbab, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan

berisi simpulan dari hasil penelitian dan pengembangan, sedangkan saran

meliputi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para dosen, mahasiswa, dan

peneliti lainnya. Rincian dua subbab diuraikan sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan dengan judul

“Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Kata Serapan Bahasa Indonesia

Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia”, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut. Pertama, ditinjau dari data hasil kuesioner yang

diperoleh dari mahasiswa dan wawancara oleh dosen pembimbing

menunjukkan bahwa pembelajaran kata serapan memerlukan bahan ajar dan

media pembelajaran. Hasil kuesioner mahasiswa menunjukkan sebagai

berikut, (1) banyak responden kurang memahami penggunaan kata serapan, (2)

responden susah menemukan sumber rujukan mengenai kata serapan bahasa

Indonesia, (3) responden mengalami kesulitan untuk membedakan antara kata

serapan atau bukan. Bahan ajar yang diperlukan adalah modul yang menarik,

dapat digunakan dengan mudah serta dapat diakses secara mandiri.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh responden dalam mempelajari

kata serapan bahasa Indonesia tersebut, peneliti mengembangkan bahan ajar

berupa modul digital pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia bagi

mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

112

Kedua, hasil penelitian dari empat tahapan penelitian pengembangan

ini antara lain: (1) Berdasarkan analisis instrumen kuesioner, mahasiswa belum

mampu menguasai kata serapan bahasa Indonesia; (2) Pengembangan produk

berupa modul digital pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia ini dilakukan

dengan menentukan judul, tujuan, pemilihan bahan, penyusunan kerangka,

pengumpulan bahan, kemudian mengemas bahan ajar menjadi media yang

menarik; (3) Uji validasi dilakukan kepada dua dosen ahli. Penilaian yang

dilakukan oleh validator meliputi lima aspek, yaitu aspek isi/materi, aspek

penyajian, aspek kebahasaan, aspek kegrafikan, dan aspek media.

Ketiga, berdasarkan hasil validasi, media pembelajaran yang berjudul

Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia dinyatakan layak untuk

digunakan. Hal tersebut didukung oleh akumulasi hasil validasi dari dua dosen

ahli pada keseluruhan aspek yang menghasilkan skor rata-rata 3,75 dengan

persentase 75% oleh dosen ahli I dan skor rata-rata 3,71 dengan persentase

74,2% dari dosen ahli II sehingga menghasilkan akumulasi skor rata-rata pada

keseluruhan aspek sebesar 3,73 dengan persentase 74,6% yang masuk dalam

kategori “Baik”.

5.2 Saran

Peneliti menyampaikan saran yang ditujukan kepada (1) dosen, (2)

mahasiswa, dan (3) peneliti lain. Peneliti berharap saran yang diberikan dapat

berguna bagi kepentingan pihak-pihak terkait. Ketiga saran tersebut dipaparkan

seperti berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

113

5.2.1 Bagi Dosen

Dosen diharapkan lebih memperhatikan inovasi dalam pembelajaran,

termasuk penggunaan media pembelajaran. Selain itu, dosen diharapkan turut

menyisipkan pengetahuan-pengetahuan baru mengenai kata serapan dan

padanan istilah bahasa Indonesia yang relevan. Hal tersebut dilakukan guna

menanamkan pemahaman kepada mahasiswa mengenai kata serapan bahasa

Indonesia serta mempermudah mahasiswa untuk mengimplikasikannya dalam

bahasa yang digunakan sehari-hari.

5.2.2 Bagi Mahasiswa

Modul yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat digunakan

dengan baik oleh mahasiswa. Agar tujuan pembelajaran dalam modul dapat

dicapai secara maksimal, mahasiswa hendaknya mampu mengintegrasikan

modul sesuai dengan gaya belajar masing-masing mahasiswa. Mahasiswa

dapat membaca isi keseluruhan modul, melakukan aktivias, mengerjakan soal,

dan membaca informasi terkait kata serapan yang relevan dengan era saat ini.

Modul yang dikembangkan oleh peneliti disusun sedemikian rupa agar dapat

digunakan dengan mudah oleh mahasiswa.

5.2.3 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini hanya terbatas pada pembuatan modul digital

pembelajaran kata serapan bahasa Indonesia bagi mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh sebab itu, peneliti berharap akan ada

penelitian lain yang membahas tentang modul digital dan media pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

114

mengenai kata serapan yang lain demi berkembangnya ilmu pengetahuan.

Selain itu, peneliti lain diharapkan dapat mengambil kelebihan-kelebihan yang

ada dalam penelitian mengenai modul digital kata serapan bahasa Indonesia ini

dan mengesampingkan kekurangan-kekurangan yang ada, baik dalam proses

pengembangannya maupun dalam proses implementasinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

115

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan., dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Bachri, B. S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada

Penelitian Kualitatif. Technology Education Journal, 10 (1), 46–62. Tersedia:

https://doi.org/10.1080/10543400902964100. [18 Desember 2019].

Bloomfield, Leonard. 1961. Language. Dialihbahasakan oleh Sutikno. 1995.

Bahasa. Jakarta: Gramedia

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Panduan Praktis

Penyusunan E-Modul. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Hakim, Amir. 2008. Afiksasi Pada Kosakata Asing dalam Majalah Teknologi

Informasi PC Media. Skripsi, Universitas Indonesia.

Harfatiani, Rina Rizky. 2007. Teknik Riset Operasi. Surabaya: Kartika.

Jerniati. 2017. Morfofonologi dalam Konstruksi Nomina Bahasa Mandar:

Perspektif Morfologi Generatif. Jurnal Sawerigading, 23, 241-251.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Keraf, Gorys. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Kridalaksana, Harimurti.1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa

Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1997. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas

Sastra Universitas Indonesia.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: Gramedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

116

Listiani, Fransisca Despa. 2019. Pengembangan Modul Menulis Cerpen Melalui

Teks Cerita Rakyat Tradisional Berlatar belakang Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Sai Bumi Ruwa Jurai Untuk Siswa SMA Kelas XI. Skripsi, Universitas Sanata

Dharma.

Martinus, S. 2001. Kamus Kata Serapan. http://repository.uinjkt.ac.id [Online],

Tersedia:

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4549/1/ZAKY

MUBAROK-FAH.PDF. [18 Desember 2019].

Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar.

Jakarta: Gramedia.

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem

Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: BPFE Sanjana.

Odden, David. 2005. Introducing Phonology. Cambridge: Cambridge University

Press.

Purwanto, R.A.,& L,S. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Pustekkom.

Ramlan, M. 1985. Morfologi Satuan Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.

Karyono.

Rohbiah, Tatu Siti., dkk. 2017. Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab

dalam Bahasa Inggris pada Istilah Ekonomi. Buletin Al-Turas. Vol. 23:327-

328.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Santosa dan Suwignyo. 2008. Bahasa Indonesia Keilmuan Berbasis Area Isi dan

Ilmu. Malang: UPT UMM.

Sitepu, B.P. 2006. Penyusunan Buku Pelajaran. Jakarta: Verbum Publishing.

Smaldino, Lowther, & Russell. 2011. Instructional Technology and Media

Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soedjito. 1992. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

117

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukardjo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Suryani, Nunuk, dkk. 2018. Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Verhaar, JMW. 2012. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Yudiono, K.S. 1984. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah. Semarang: Undip.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

118

BIOGRAFI PENULIS

Rangga Herdyawan lahir di Wonogiri, 14 Oktober 1998.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara

pasangan Siswoko dan Widyastuti. Penulis menempuh

pendidikan sekolah dasar di SD Kanisius Serenan 1 pada

tahun 2004. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 2 Baturetno, kemudian

meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Baturetno pada tahun 2013. Setelah lulus

dari bangku SMA, penulis melanjutkan studi dan tercatat sebagai mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan

penulis di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri dengan menyusun

skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Pengembangan Modul Digital

Pembelajaran Kata Serapan Bahasa Indonesia Bagi Mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

119

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

120

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Mahasiswa

KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER MAHASISWA

No. Kisi-kisi

Kode

Indikator

Penilaian

1. Manfaat modul digital bagi mahasiswa.

1,2

2. Pengetahuan awal mahasiswa mengenai kata serapan

bahasa Indonesia.

3

3. Urgensi penguasaan kata serapan bahasa Indonesia.

4

4. Manfaat penguasaan kata serapan.

5

5. Kendala yang dialami mahasiswa dalam mempelajari kata

serapan.

6

6. Ketersediaan media pembelajaran kata serapan.

7

7. Urgensi variasi media pembelajaran kata serapan beserta

pembuatannya.

8,9

8. Manfaat modul digital kata serapan.

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

121

Lampiran 2 Kisi-Kisi Validasi Modul Digital Dosen Ahli

KISI-KISI INSTRUMEN VALIDASI MODUL DIGITAL OLEH DOSEN

AHLI

Aspek Penilaian Aspek yang Dinilai Nomor Indikator

Penilaian

Kelayakan

Isi/Materi

Kesesuaian materi dengan tujuan

pembelajaran

1, 2

Ketepatan pemilihan materi 3, 4, 5, 6, 7

Kaitan materi dengan

kemampuan dan keterampilan

siswa

8, 9

Penugasan yang dapat mengukur

dan mendukung keaktivan

mahasiswa untuk mencari

informasi

10, 11

Penggunaan teori yang relevan 12

Kelayakan

Penyajian

Keruntutan penyajian materi

dengan alur berpikir mahasiswa

15

Sistematika penyajian materi

dalam setiap bab

13, 14, 16, 17, 18

Kesesuaian materi dengan tingkat

kemampuan berpikir mahasiswa

19

Kelayakan

Bahasa

Kesesuaian bahasa dengan tingkat

kemampuan mahasiswa

20, 21

Kesesuaian dan ketepatan ejaan

tiap bab

22, 23

Kelayakan

Kegrafikan

Kesesuaian fisik modul (halaman

judul, depan dan belakang)

24, 25

Kesesuaian tata pengetikan 26, 27, 28, 29

Pemanfaatan penggunaan

gambar, tabel, dan ilustrasi

30, 31

Kelengkapan penggunaan

gambar, tabel, dan ilustrasi

32

Kelayakan

Media/

Multimedia

Pemakaian media pembelajaran 33, 34, 35, 36

Kualitas tampilan media 37, 38, 39

*Diadopsi dari kriteria penilaian modul Direktorat Tenaga Kependidikan

(2008:15) dengan penyesuaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

122

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

123

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

124

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

125

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

126

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

127

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

128

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

129

Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

130

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

131

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

132

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

133

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

134

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

135

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Instrumen Kuesioner Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

136

Lampiran 5 Kategori Analisis Kuesioner Mahasiswa

KATEGORISASI ANALISIS KUESIONER MAHASISWA

Tabel Kategori

Rentang Skor 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

Kategori Sangat Tidak

Setuju

Tidak Setuju Tidak Tahu Setuju Sangat Setuju

Kode

Butir

Soal

Alternatif Jawaban

Jumlah

Respon

den

Skor

Jumlah

Jumlah

Skor

Ideal

(X)

Jumlah

Skor

Renda

h (Y)

(%)

Kategori

5 4 3 2 1 SS S TT TS STS

SS S TT TS STS

1 9 9 0 0 0 18 45 36 0 0 0 81 90 18 90% Sangat Setuju

2 9 9 0 0 0 18 45 36 0 0 0 81 90 18 90% Sangat Setuju

3 5 10 2 1 0 18 25 40 6 2 0 73 90 18 81% Sangat Setuju

4 10 8 0 0 0 18 50 32 0 0 0 82 90 18 91% Sangat Setuju

5 10 8 0 0 0 18 50 32 0 0 0 82 90 18 91% Sangat Setuju

6 4 11 1 2 0 18 20 44 3 4 0 71 90 18 79% Setuju

7 6 9 3 0 0 18 30 36 9 0 0 75 90 18 83% Sangat Setuju

8 10 8 0 0 0 18 50 32 0 0 0 82 90 18 91% Sangat Setuju

9 5 13 0 0 0 18 25 52 0 0 0 77 90 18 86% Sangat Setuju

10 6 11 1 0 0 18 30 44 3 0 0 77 90 18 86% Sangat Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

137

Lampiran 6 Rekap Analisis Instrumen Kuesioner Mahasiswa

REKAP ANALISIS

INSTRUMEN KUESIONER MAHASISWA

No. Nama Angkatan Butir Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Pius 2016 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4

2. Henki 2016 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4

3. Andre 2018 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

4. Regin 2018 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4

5. Leny 2016 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

6. Fla 2016 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4

7. Aura 2016 4 5 4 4 4 2 4 5 4 5

8. Pauli 2016 5 4 4 5 5 5 3 5 5 4

9. Tiara 2018 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4

10. Victor 2017 5 5 4 5 5 4 3 5 4 5

11. Jasmi 2017 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5

12. Agmi 2017 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5

13. Lidw 2016 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4

14. There 2017 4 4 5 4 4 2 5 4 4 4

15. Melan 2017 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

16. Meiv 2017 5 5 3 4 4 4 4 5 4 3

17. Mazm 2016 5 5 2 4 5 5 5 4 4 4

18. Devi 2016 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5

KETERANGAN

Kategori Keterangan Bobot Nilai

SS Sangat Setuju 5

S Setuju 4

TT Tidak Tahu 3

TS Tidak Setuju 2

STS Sangat Tidak Setuju 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

138

Lampiran 7 Komentar Instrumen Kuesioner Mahasiswa

KOMENTAR INSTRUMEN KUESIONER MAHASISWA

No. Topik Pertanyaan Kesimpulan Komentar

1. Kendala ketika mempelajari

kata serapan

d. Kurang memahami penggunaan kata

serapan.

e. Susah menemukan sumber rujukan.

f. Susah membedakan antara kata

serapan atau bukan.

2. Pendapat mahasiswa

mengenai pentingya

pengembangan modul digital

kata serapan

Semua responden mengatakan bahwa

pengembangan media digital kata

serapan sangat penting bagi mahasiswa

3. Bahasa yang ingin dipelajari

dalam modul digital kata

serapan

d. Bahasa Jawa/Sansekerta dengan

persentase 44,4%.

e. Bahasa Inggris dengan persentase

38,9%.

f. Bahasa lainnya 16,7%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

139

Lampiran 8 Transkrip Wawancara

Transkrip Hasil Wawancara Dosen

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah bapak/ibu pernah

mengajar dengan menggunakan

modul digital?

Pernah. Namun, penggunaan modul digital

dilakukan secara terbatas dalam dua

pertemuan mata kuliah Fonologi.

2 Menurut bapak/ibu, apa manfaat

penggunaan modul digital?

Beberapa manfaat penggunaan modul digital

antara lain:

1. friendly use, artinya bahwa modul digital

dapat digunakan secara fleksibel

dimanapun dan kapanpun;

2. low cost, artinya hemat karena mahasiswa

dan dosen tidak dibebankan pada biaya

pembelian buku/modul tercetak.

3 Menurut bapak/ibu, seberapa

penting penggunaan modul

digital di era saat ini?

Dalam pembelajaran digital, dan juga remote

learning, modul digital adalah kunci

terlaksananya pembelajaran.

4 Apakah bapak/ibu pernah

mengajarkan materi mengenai

kata serapan di dalam kelas?

Selama saya mengajar, saya pernah

mengajarkan kata serapan dalam mata kuliah

keterampilan menulis dan Fonologi.

5 Apa kendala yang bapak/ibu

alami selama mengajarkan

materi tersebut?

Selama mengajar mengenai kata serapan,

terdapat beberapa kendala yang saya alami di

antaranya adalah:

1. Pemberian contoh penggunaan kata dalam

konteks pertuturan tertentu;

2. Pendeskripsian tentang makna kata.

6 Menurut bapak/ibu, bagaimana

tingkat ketersediaan maupun

variasi media pembelajaran kata

serapan dalam bentuk digital

saat ini?

Sejauh saya mengamati, platform digital yang

tersedia belum berupa modul pembelajaran

yang khusus berkaitan dngan kata serapan.

Adapun KBBI online (kbbi.kemdikbud.go.id)

lebih merupakan referensi pengecekan

lema/daftar kata, bukan merupakan modul

pembelajaran. Posisi KBBI daring dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu media

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

140

7 Bagaimana pendapat bapak/ibu

mengenai pembuatan modul

digital kata serapan bahasa

Indonesia yang akan

dikembangkan oleh peneliti?

Sangat baik untuk dilakukan. Produktivitas

kata serapan sangat tinggi, terutama yang

berkaitan dengan domain makna teknologi

informasi. Akses pemahaman penutur bahasa,

khususnya pemelajar, perlu didorong sarana

yg tepat. Modul digital dapat dihadirkan

sebagai salah satu sarana tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

141

Lampiran 9 Hasil Instrumen Validasi Dosen Ahli I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

146

Lampiran 10 Hasil Instrumen Validasi Dosen Ahli II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

151

Lampiran 11 Hitungan Hasil Validasi Dosen Ahli

HITUNGAN HASIL VALIDASI DOSEN AHLI

Kode

Butir

Indikator

Penilaian

DOSEN I DOSEN II Rata-

Rata

Skor

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

1 2 3 4 5 SKB KB CB B SB

1 2 3 4 5 SKB KB CB B SB

SKB KB CB B SB SKB KB CB B SB

Aspek Kelayakan Isi/Materi

1 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

2 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

3 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

4 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3,5

5 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 3,5

6 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

7 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

8 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

9 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

10 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

11 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

12 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3,5

Total 43,5

Rata-rata 3,63

Persentase 72,5%

Kategori Baik

Aspek Kelayakan Penyajian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

152

13 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2

14 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

15 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

16 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3,5

17 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

18 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

19 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 3,5

Total 25

Rata-rata 3,57

Persentase 71,4%

Kategori Baik

Penilaian Kelayakan Bahasa

20 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

21 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

22 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 3,5

23 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

Total 15,5

Rata-rata 3,88

Persentase 77,5%

Kategori Baik

Penilaian Kelayakan Kegrafikan

24 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

25 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

26 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3,5

27 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

28 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3

29 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

153

30 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

31 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3,5

32 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

Total 34

Rata-rata 3,78

Persentase 75,6%

Kategori Baik

Aspek Kelayakan Media

33 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3,5

34 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

35 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

36 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 3,5

37 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

38 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4

39 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 3,5

Total 26,5

Rata-rata 3,79

Persentase 75,7%

Kategori Baik

Keterangan Bobot

Nilai

Sangat Baik 5

Baik 4

Cukup Baik 3

Kurang Baik 2

Sangat Kurang Baik 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

154

Tabel Kategori

Rentang Skor Kategori

>4,2 Sangat Baik

>3,4 – 4,2 Baik

>2,6 – 3,4 Cukup

>1,8 – 2,6 Kurang

≤1,8 Sangat Kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

155

Lampiran 12 Data Hasil Validasi Dosen Ahli

Tabel Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi

No. Kode Indikator Penilaian Rata-Rata

Skor

Penilaian 2

Dosen

1 1 Capaian pembelajaran dan indikator pencapaian

materi tercantum pada tiap bab.

4

2 2 Materi pembelajaran dalam modul sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

4

3 3 Penyajian konsep dan definisi, prinsip, prosedur,

contoh, dan latihan dalam modul sesuai dengan

kebutuhan materi pokok yang mendukung

tercapainya tujuan pembelajaran kata serapan bahasa

Indonesia.

4

4 4 Materi yang konsep diperkuat dengan contoh. 3,5

5 5 Soal yang disajikan disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran sehingga mahasiswa dapat menguasai

materi dengan baik.

3,5

6 6 Materi yang disajikan dalam modul menarik

sehingga dapat menumbuhkan minat mahasiswa

untuk mempelajari materi kata serapan bahasa

Indonesia.

3

7 7 Materi yang terdapat dalam modul dapat membuat

mahasiswa mengenali gagasan/ide, mengidentifikasi

dan menjelaskan gagasan, mengonstruksi

pengetahuan baru, dan menerapkan pengetahuan

mengenai kata serapan bahasa Indonesia pada

kehidupan sehari-hari.

4

8 8 Materi yang disajikan dapat mendorong mahasiswa

untuk membuat kesimpulan mengenai kata serapan

bahasa Indonesia.

4

9 9 Materi yang disajikan dapat menumbuhkan

kreativitas mahasiswa dalam menggunakan kata

serapan.

3

10 10 Setiap penugasan yang disajikan dalam modul dapat

mendorong mahasiswa untuk mencari dan

memperoleh informasi tentang kata serapan bahasa

Indonesia dari berbagai sumber.

4

11 11 Modul dilengkapi dengan instrumen penilaian berupa

tes formatif yang dapat mengukur tingkat

keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari materi

kata serapan bahasa Indonesia.

3

12 12 Materi yang disajikan mengacu pada teori dan contoh

yang relevan dan kekinian (up to date).

3,5

Jumlah 43,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

156

Skor Rata-rata 3,63

Persentase (jumlah:jumlah total) x 100; total: indikator x skor

maksimal

72,5%

Kategori Baik

Tabel Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Penyajian

No. Kode Indikator Penilaian Skor

Penilaian

1 13 Setiap bab memuat pembangkit motivasi (baik

berupa gambar maupun ilustrasi).

2

2 14 Penyajian dalam modul bersifat interaktif dan

partisipatif sehingga memotivasi mahasiswa untuk

belajar aktif dan mandiri.

4

3 15 Penyajian materi dalam modul sesuai dengan alur

berpikir deduktif sehingga mahasiswa dapat

mengikutinya dengan baik.

4

4 16 Bagian pendahuluan modul disajikan secara lengkap,

seperti kata pengantar, petunjuk penggunaan, daftar

isi, tabel dan bagan.

3,5

5 17 Bagian isi modul dilengkapi dengan materi, contoh,

rujukan/sumber acuan, aktivitas, dan soal latihan.

4

6 18 Bagian penutup modul terdapat glosarium dan daftar

pustaka.

4

7 19 Penyajian materi dapat merangsang mahasiswa

berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam mendalami

isu-isu dan permasalahan yang diangkat dalam

modul.

3,5

Jumlah 25

Skor Rata-rata 3,57

Persentase 71,4%

Kategori Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

157

Tabel Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa

No. Kode Indikator Penilaian Skor

Penilaian

1 20 Bahasa yang digunakan dalam modul untuk

menjelaskan materi pembelajaran sesuai dengan

tingkat intelektual mahasiswa.

4

2 21 Bahasa yang digunakan dalam modul sesuai dengan

kematangan sosial emosional mahasiswa.

4

3 22 Kata dan kalimat yang digunakan sesuai dengan

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

3,5

4 23 Penyampaian pesan antara satu bab dan bab lain yang

berdekatan dan antarsubbab dalam bab mencerminkan

hubungan yang logis.

4

Jumlah 15,5

Skor Rata-rata 3,88

Persentase 77,5%

Kategori Baik

Tabel Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Kegrafikan

No. Kode Indikator Penilaian Skor

Penilaian

1 24 Ukuran modul sesuai dengan standar ISO, yaitu A4

(210x297 mm).

4

2 25 Penampilan unsur tata letak pada kover depan dan

belakang harmonis dan konsisten.

4

3 26 Huruf, ukuran huruf, dan warna judul yang digunakan

menarik, proporsional, dan mudah dibaca.

3,5

4 27 Modul tidak menggunakan terlalu banyak

menggunakan jenis huruf dan mudah dibaca.

4

5 28 Marjin, spasi antarteks, dan ilustrasi dalam bagian isi

modul digital sudah proporsional.

3

6 29 Bagian isi mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca. 4

7 30 Bagian ilustrasi isi dapat memperjelas dan

mempermudah pemahaman, serta menarik.

4

8 31 Judul bab, subjudul bab, dan angka halaman, serta

ilustrasi dan keterangan gambar sudah lengkap dan

proporsional.

3,5

9 32 Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, keterangan

gambar, dan hiasan tidak mengganggu pemahaman

terkait materi modul digital.

4

Jumlah 34

Skor Rata-rata 3,78

Persentase 75,6%

Kategori Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

158

Tabel Hasil Penilaian Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Media

No. Kode Indikator Penilaian Skor

Penilaian

1 33 Media pembelajaran dapat diakses dengan mudah. 3,5

2 34 Petunjuk (navigasi) media pembelajaran dapat

dikontrol dengan mudah.

4

3 35 Tampilan buku dapat dikontrol dengan mudah 4

4 36 Audio/video dapat dikontrol dengan mudah. 3,5

5 37 Kualitas tampilan layar menarik. 4

6 38 Kualitas gambar jelas. 4

7 39 Kualitas audio/video jelas. 3,5

Jumlah 26,5

Skor Rata-rata 3,79

Persentase 75,7%

Kategori Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN KATA …

159

Lampiran 13 Sampul Modul Digital Kata Serapan Bahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI