Modul Sistem Digital

36
1 | Page BAB I DASAR TEORI Gerbang logika merupakan dasar pembentukan sistem digital. Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner, sehingga disebut juga gerbang logika biner. Tegangan yang digunakan dalam gerbang logika adalah Tinggi atau Rendah. Tegangan tinggi berarti 1, sedangkan rendah berarti 0. 1. Gerbang AND Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan mempunyai logika 1, jika tidak maka hasilnya adalah logika 0. 2. Gerbang OR Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya pada keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan harus dalam keadaan 0.

Transcript of Modul Sistem Digital

Page 1: Modul Sistem Digital

1 | P a g e

BAB I

DASAR TEORI

Gerbang logika merupakan dasar pembentukan sistem digital. Gerbang logika beroperasi

dengan bilangan biner, sehingga disebut juga gerbang logika biner.

Tegangan yang digunakan dalam gerbang logika adalah Tinggi atau Rendah. Tegangan tinggi

berarti 1, sedangkan rendah berarti 0.

1. Gerbang AND

Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan mempunyai

logika 1, jika tidak maka hasilnya adalah logika 0.

2. Gerbang OR

Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya pada keadaan 1.

Jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan harus dalam keadaan 0.

Page 2: Modul Sistem Digital

2 | P a g e

3. Gerbang NAND (Not AND)

Gerbang NAND akan mempunyai keluaran 0 bila semua masukan pada logika 1.

Sebaliknya jika ada sebuah logika 0 pada sembarang masukan pada gerbang NAND, maka

keluaran akan bernilai 1.

4. Gerbang NOR

Gerbang NOR akan memberikan keluaran 0 jika salah satu dari masukannya pada

keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 1, maka semua masukannya harus dalam

keadaan

0.

Page 3: Modul Sistem Digital

3 | P a g e

5. Gerbang XOR

Gerbang XOR (dari kata exclusive OR) akan memberikan keluaran 1 jika masukan-

masukannya mempunyai keadaan yang berbeda.

6. Gerbang NOT

Gerbang NOT adalah gerbang yang mempunyai sebuah input dan sebuah output.

Gerbang NOT berfungsi sebagai pembalik (inverter), sehingga output dari gerbang ini

merupakan kebalikan dari inputnya.

Page 4: Modul Sistem Digital

4 | P a g e

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam praktikum menggunakan alat yang bernama Digital Trainer, kemudian disini saya

menggunakan software Electric Workbench untuk merepresentasikan dari alat digital trainer

tersebut. Electronics workbench (EWB) adalah sebuah software yang digunakan mengujian

dan eksperimen rangkaian elektronika EWB terdiri dari Menu Reference, Sources, Basic,

Diodes, Transistors, Analog ICs, Mixed ICs, DigitalICs, Indicators dan masih banyak lagi

menu yang terdapat pada EWB.

1. Rangkaian Gerbang AND

Untuk membuat rangkaian logika AND diperlukan IC 7408 (Quad 2 - in AND).

Berikut adalah struktur dari IC 7408 (Quad 2 - in AND).

Page 5: Modul Sistem Digital

5 | P a g e

Dimana IC tersebut mempunyai 14 kaki. Yaitu kaki 1,2,4,5,8,9,11,12 merupakan kaki untuk

input. Sedangkan pada kaki 3,6,10,13 adalah untuk output, dan kaki 7 untuk Ground serta

kaki 14 untuk sumber daya. Pada IC 7408 ini berfungsi untuk membentuk gerbang logika

and.

Contoh rangkaian logika AND :

Tabel kebenaran :

Page 7: Modul Sistem Digital

7 | P a g e

2. Rangkaian Gerbang OR

Pada rangkaian logika OR diperlukan IC 7432 (Quad 2 - in OR).

Berikut adalah struktur dari IC 7432 (Quad 2 - in AND).

Dimana IC tersebut mempunyai 14 kaki. Yaitu kaki 1,2,4,5,8,9,11,12 merupakan kaki untuk

input. Sedangkan pada kaki 3,6,10,13 adalah untuk output, dan kaki 7 untuk Ground serta

kaki 14 untuk sumber daya. Pada IC 7432 ini berfungsi untuk membentuk gerbang logika or.

Contoh rangkaian logika OR :

Tabel kebenaran :

Page 9: Modul Sistem Digital

9 | P a g e

BAB III

ALJABAR BOOLE

Aljabar Boole adalah salah satu aljabar yang berkaitan dengan variabel-variabel biner

dan operasi-operasi logika. Variabel-variabel dalam aljabar boole dinyatakan dengan huruf-

huruf seperti : A, B, C, …, X, Y, Z. Sedangkan dalam aljabar Boolean terdapat 3 operasi

logika dasar yaitu : AND, OR dan NOT.

Sebuah fungsi Boolean adalah sebuah ekspresi aljabar yang dibentuk dengan variabel-

variabel biner, simbol-simbol operasi logika, tanda kurung dan tanda “=”. Untuk sebuah nilai

yang diberikan pada variabel, fungsi Boolean dapat bernilai 1 atau 0.

Contoh fungsi Boolean :

f = X + Y ‟ . Z

Fungsi f sama dengan 1 jika X = 1 atau jika kedua nilai Y „ dan Z = 1.

f = 0 dalam hal lain.

Tetapi kita juga dapat menyatakan bahwa jika Y „ = 1, maka Y = 0, karena Y „ adalah

komplemen dari Y. Secara ekuivalen dapat dinyatakan bahwa :

f = 1

jika X = 1 atau Y.Z = 0.1

Hubungan antar sebuah fungsi dengan variabel-variabel binernya dapat disajikan

dalam bentuk sebuah tabel : Tabel Kebenaran (Truth Table). Untuk menyajikan sebuah

fungsi dalam sebuah tabel kebenaran, dibutuhkan sebuah daftar 2n kombinasi 1 dan 0 dari n

buah variabel biner.

Contoh : f = X + Y ‟ . Z

∑ variabel = 3 (X, Y‟ dan Z)

2n = 2

3 = 8 kombinasi 0 dan 1.

Maka tabel kebenarannya adalah sebagai berikut :

X Y Y‟ Z Y „ .Z f = X + Y ‟ . Z

0 0 1 0 0 0

0 0 1 1 1 1

0 1 0 0 0 0

Page 10: Modul Sistem Digital

10 | P a g e

0 1 0 1 0 0

1 0 1 0 0 1

1 0 1 1 1 1

1 1 0 0 0 1

1 1 0 1 0 1

Sebuah fungsi Boolean dapat diubah menjadi sebuah diagram logika yang terdiri dari

gerbang-gerbang logika.

Contoh : f = X + Y ‟ . Z

Diagram logikanya :

Kegunaan dari aljabar Boole adalah memberikan fasilitas penulisan dalam perancangan

rangkaian digital. Aljabar Boole menyediakan alat untuk dibuat :

1. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar sebuah tabel kebenaran yang merupakan

hubungan antara variabel-variabel,

2. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar hubungan input dan output diagram logika,

3. Mendapatkan rangkaian-rangkaian yang lebih sederhana untuk fungsi yang sama.

Relasi-Relasi Dasar Aljabar Boole :

1. X + 0 = X 7. X + X‟ = X 13. X.(Y+Z) = X.Y + X.Z

2. X + 1 = 1 8. X . X‟ = 0 14. X + Y.Z = (X+Y) . (X+Z)

3. X . 0 = 0 9. X + Y = Y + X 15. (X + Y)‟ = X‟ . Y‟

4. X . 1 = X 10. X . Y = Y . X 16. (X.Y)‟ = X‟ + Y‟

5. X + X = X 11. X+(Y+Z) = (X+Y)+Z 17. (X‟)‟ = X

6. X . X = X 12. X.(Y.Z) = (X.Y).Z 18. X.(X+Y) = X

19. X + (X.Y) = X

Relasi (1), (2), (3) dan (4) disebut dengan Hukum penjalinan dengan konstanta.

Relasi (5) dan (6) disebut Hukum perluasan.

Relasi (7) dan (8) disebut Hukum komplementasi

Y’.Z Y’

Y

X

Z

f = X + Y ’.Z

Page 11: Modul Sistem Digital

11 | P a g e

Relasi (9) dan (10) disebut Hukum komutatif.

Relasi (11) dan (12) disebut Hukum asosiatif.

Relasi (13) dan (14) disebut Hukum distributif.

Relasi (14) tidak dapat digunakan dalam aljabar biasa, tetapi relasi ini sangat berguna dalam

memanipulasi ekspresi-ekspresi aljabar boole.

Relasi (15) dan (16) disebut Dalil de Morgan.

Relasi (17) menyatakan jika suatu variabel dikomplemenkan sebanyak dua kali maka akan

didapat nilai asli dari variabel tersebut.

Relasi (18) dan (19) disebut Hukum absorpsi.

Percobaan 2.1

Menyusun fungsi Boolean

Dari percobaan 1.2, percobaan 1.3 dan percobaan 1.4 pada modul 01 praktikum

pengantar sistem digital sebelumnya, maka buatlah fungsi booleannya !

Percobaan 1.2 Rangkaian Logika Kombinasi 2 Masukan

Gambar 1.2a

Gambar 1.2b

Page 12: Modul Sistem Digital

12 | P a g e

Gambar 1.2c

Gambar 1.2 Rangkaian Logika Kombinasi 2 Masukan

Percobaan 1.3 Rangkaian Logika Kombinasi 3 Masukan

Gambar 1.3a

Page 13: Modul Sistem Digital

13 | P a g e

gambar 1.3b

Gambar 1.3 Rangkaian Logika Kombinasi 3 Masukan

Page 14: Modul Sistem Digital

14 | P a g e

Percobaan 1.4 Rangkaian Logika Kombinasi 4 Masukan

Gambar 1.4 Rangkaian Logika Kombinasi 4 Masukan

Percobaan 2.2

Menggambar fungsi Boolean dalam diagram skema DSCH2

Dari relasi-relasi dasar aljabar boolean buatlah diagram skema DSCH2 nya

Relasi-Relasi Dasar Aljabar Boole :

1. X + 0 = X 7. X + X‟ = 1 13. X.(Y+Z) = X.Y + X.Z

2. X + 1 = 1 8. X . X‟ = 0 14. X + Y.Z = (X+Y) . (X+Z)

3. X . 0 = 0 9. X + Y = Y + X 15. (X + Y)‟ = X‟ . Y‟

4. X . 1 = X 10. X . Y = Y . X 16. (X.Y)‟ = X‟ + Y‟

5. X + X = X 11. X+(Y+Z) = (X+Y)+Z 17. (X‟)‟ = X

6. X . X = X 12. X.(Y.Z) = (X.Y).Z 18. X.(X+Y) = X

19. X + (X.Y) = X

BAB IV

FLIP - FLOP

Page 15: Modul Sistem Digital

15 | P a g e

Pada rangkaian kombinasional (AND, OR, NAND, NOR, NOT Gate) yang

pernah dipelajari, keadaan outputnya hanya tergantung pada kondisi inputnya,

dimana begitu inputnya berubah maka outputnya juga ikut berubah pula. Untuk

mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu rangkaian logika yang outputnya

tidak selalu tergantung pada inputnyatetapi juga tergantung pada output sebelumnya,

sehingga rangkaian ini mempunyai kemampuan mengingat yang baik. Rangkaian

seperti ini disebut Rangkaian Logika Sekuensial.

Sebagai rangkaian dasar yang dapat dipakai untuk membuatrangkaian logika

sekuensial adalah rangkaian FLIP-FLOP atau disebut juga rangkaian Bistabil

multivibrator.

Flip-flop dapat dibentuk dari dua buah NAND Gate atau dua buah NOR Gate

yang dihubungkan dsaling menyilang, yaitu output dari NAND Gate/NOR Gate

yang pertama dimasukkan kefalam input dari NAND Gate/NOR Gate yang kedua,

dan kemudian output dari NAND Gate/NOR Gate yang kedua dimasukkan kedalam

input dari NAND Gate/NOR Gate yang pertama. Perhatikan gambar dibawah ini :

Flip-Flop dengan NAND Gate Flip-Flop dengan NOR Gate

Macam macam flip-flop :

1. RS flip-flop

Mempunyai dua masukan yaitu, S = Set dan R = Reset dan dua output yaitu Q

dan q. Bertindak sebagai 1 bit memory dengan output Q sebagai nilai bit

tersebbut. S=1, R=1 tidak dibenarkan (tidak boleh diset secara serentak) karena

akan menghasilkan output yang tidak konsisten. Dalam keadaan semula output

Q=0, maka untuk merubah Q=1 maka harus diberikan trigger pada S(S=1).

Setelah itu Q akan tetap logic 1 walaupun S kembali 0 lagi. Kemudian untuk

merubah Q=0 lagi maka kira harus me-reset R dengan Logic 1 (R=1)

selanjutnya Q akan tetap 0 walaupun R di reset lagi.

Page 16: Modul Sistem Digital

16 | P a g e

Gambar RS flip-flop dengan NAND Gate dan Nor Gate

2. Clocked RS flip-flop

Pada rangkaian digital sering terjadi beberapa buah RS flip-flop bekerja secara

bersamaan dan ini tentunya sangat tidak diharapkan. Untuk mengatasi hal itu

diperlukan alat pengontrol yang disebut Clock (Cls). Dengan adanya clock

tersebut, maka output akan berubah hanya pada saat clock diberikan logic 1.

Dengan adanya clocked RS flip-flop memiliki 3 buah input yaitu, R, S, dan

Clock yang berfungsi sebagai pengontrol dari R (reset) dan S (set) dan 2 buah

output seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar RS Clock flip-flop dengan NAND Gate dan NOR Gate

3. T flip-flop

Rangkaian T flip-flop ini dibentuk oleh suatu rangkaian Clock RS flip-flop yang

kedua outputnya diumpan balikkan kembali pada input RS dari flip-flop tersebut.

Istilah T dalam rangkaian ini artinya adalah Toggle. Rangkaian T flip-flop

gambar rangkaiannya adalah sebagai berikut :

Gambar rangkaian T flip-flop dengan NAND Gate dan NOR Gate

4. D Flip-flop

Pada rangkaian RS flip-flop sering terjadi nilai output yang tidak diharapkan

(Q=1 dan q=1 atau Q=0 dan q=0). Untuk mengatasi hal ini salah satu AND Gate

Page 17: Modul Sistem Digital

17 | P a g e

yang pertama diberikan input D, sedangkan pada AND Gate yang kedua

diberikan input D yang sudah dilewatkan melalui Not Gate .

Gambar rangkaian D flip-flop dengan NAND Gate dan NOR Gate

Data yang dimasukkan melalui input D akan disimpan pada output Q apabila Cl

dalam keadaan logic 1 walau hanya sebentar, output Q akan mengikuti input D

selama Cl = 1, tetapi jika Cl=0maka perubahan pada input D tidak akan

mempengaruhi output Q lagi. Rangkaian D flip-flop ini hanya mampu

menyimpan data sebanyak 1 bit sajadan untuk sementara waktu.

5. JK flip-flop

JK flip-flop merupakan salah satu rangkaian flip-flop yang sering

digunakan,karena keadaan outputnya selalu stabil dan keadaan yang tidak

diharapkan tidak pernah akan terjadi. Rangkaian JK flip-flop ini dibentuk oleh 2

buah Clocked RS flip-flop yang dihubungkan menjadi satu. Yang pertama

disebut master (induk) dan yang kedua disebut slave (pembantu). Sifat dari

pembantu ini selalu mengikuti sifat induknya. Kedua input dari master flip-flop

masuk kedalam input slave dlip-dlop, kemudian output dari slave flip-flop

diumpanbalikkan kembali sebagai input dari master flip-flop.

JK flip-flop dengan NAND Gate JK flip-flop dengan NOR Gate

Page 18: Modul Sistem Digital

18 | P a g e

BAB IV

REGISTER DAN COUNTER

1. Counter

Counter adalah rangkaian logika sekuensial yang dapat dipergunakan untuk

menghitung jumlah pulsa yang masuk dan dinyatakan dengan bilangan biner.

a. Counter asynchronous

Counter Asyncronous disebut juga Ripple Through counter atau counter Serial

(serial Counter), karena output masing-masing flip-flop yang digunakan akan

bergulingan (berubah kondisi dari 0 ke 1) dan sebaliknya secara berurutan atau

langkah demi langkah, hal ini disebabkan karena hanya flip-flop yang paling

ujung saja yang dikendalikan oleh sinyal clock, sedangkan sinyal clock untuk

flip-flop lainnya diambil dari masing-masing flip-flop sebelumya. Contoh

gambar rangkaian dan simulsi counter asynchronous dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Skematik counter asyncronous

Simulasi counter asyncronous

b. Counter synchronous

Counter synchronous disebut sebagai counter parallel, output flip-flop yang

digunakan bergulingan secara serempak. Hal ini disebabkan karena masing-

masing flip-flop tersebut dikendalikan secara serempak oleh sinyal clock.

Contoh gambar rangkaian dan simulasi counter synchronous menggunakan D-FF

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 19: Modul Sistem Digital

19 | P a g e

Schematic synchronous

Simulasi counter synchronous

2. Register

Register adalah suatu rangkaian logika yang mampu menyimpan data dalam bentuk

bilangan biner yang berasal dari pengolahan decode counter sebelum diteruskan

kepada rangkaian decoder. Register dapat dibangun dari satu atau beberapa Flip-

Flop (FF) yang digabungkan menjadi satu. Setiap FF hanya mampu menyimpan data

1 bit. Ini berarti bahwa untuk menyimpan data 4 bit diperlukan empat buah FF.

Dalam hal ini, FF Data merupakan jenis FF yang banyak digunakan dalam

menyusun rangkaian register, karena FF Data dapat merekam dan menahan data.

Keluaran FF ini akan berubah sesuai dengan data yang dimasukkan ketika clock-nya

mulai naik dan setelah kondisi clock tinggi. Proses ini dinamakan proses merekam

data. Sedangkan ketika clocknya mulai turun dan setelah clocknya pada kondisi

rendah, maka nilai keluaran dari FF Data tidak dapat berubah. Proses ini dinamakan

proses menahan atau menyimpan data.

Pada Register lebih dari satu bit, dikenal dua cara untuk menyimpan data, yaitu :

Penyimpanan data secara berderet (seri)

Penyimpanan data secara jajar (paralel)

Demikian pula dengan cara mengeluarkan data dari register. Untuk mengeluarkan

data dari register lebih dari satu bit dapat dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu :

Pengeluaran data secara berderet (seri)

Pengeluaran data secara jajar (paralel)

Page 20: Modul Sistem Digital

20 | P a g e

a. Penyimpanan data secara seri (berderet)

Penyimpanan data secara seri dilakukan dengan memasukkan data per bit,

misalnya dari FF paling kiri digeser per bit ke kanan sampai semua FF terisi.

Penyimpanan seperti ini dinamakan "penyimpanan data geser kanan".

Penggeseran data ini dikendalikan melalui sinyal clock. Gambar 4.1 menyatakan

rangkaian penyimpanan data secara seri, yang menggunakan FF data. Misalkan

FF data yang dipilih akan mengambil data ketika sinyal clock mulai turun

(trailing-edge). Pengambilan data terjadi ketika sinyal clock bernilai rendah dan

penahanan data dilakukan ketika sinyal clock bernilai tinggi

Gambar Rangkaian

Penyimpanan Data Secara Seri

Dalam rangkaian gambar 4.1 terlihat bahwa keluaran dari FF Q3, Q2 dan Q1

merupakan masukan data bagi FF berikutnya. Berikut ini disajikan sebuah contoh

bentuk sinyal yang dihasilkan oleh register tersebut dalam bentuk diagram waktu

(gambar 4.2). Dari diagram tersebut terlihat bahwa data yang dimasukkan ke FF

paling kiri digeser ke kanan secara berkesinambungan dan untuk menyimpan data

4 bit secara seri diperlukan waktu empat kali periode clock-nya.

Diagram Waktu

untuk pengambilan data secara seri

b. Penyimpanan data secara paralel (berjajar)

Penyimpanan data secara paralel dapat dipahami sebagai pemasukan data D3, D2,

D1, dan D0 berturut-turut ke FF dengan keluaran berturut-turut Q3, Q2, Q1, dan

Q0, secara serentak atau bersamaan (lihat gambar 4.3). Misalkan FF data yang

digunakan dalam rangkaian ini akan mengambil data ketika sinyal clock berubah

menjadi tinggi dan selama sinyal clock bernilai tinggi. Pada saat sinyal clock

Page 21: Modul Sistem Digital

21 | P a g e

bernilai rendah, keluaran FF dalam keadaan stabil (menahan). Dalam hubungan

ini baik masukan seri maupun clock dapat dipasang pada nilai rendah, sehingga

data masukan seri tidak mengubah keluaran.

Cara kerja dari rangkaian penyimpan data secara paralel dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Ketika Kendali Masukan diberi nilai "0", maka keluaran dari gerbang G11,

G12, sampai dengan G42, selalu bernilai "1". Ini berarti bahwa sinyal Preset

dan sinyal Preclear bernilai "1". Karena Preset dan Preclear dinyatakan aktif

rendah, maka FF berfungsi normal. Namun karena clock bernilai nol, maka

keluaran FF akan stabil (mempertahankan nilai semula). Dalam keadaan ini

data lama ditahan, dan data baru tidak boleh masuk.

Rangkaian

Penyimpanan Data Secara Paralel

Ketika Kendali Masukan diberi nilai "1", maka keluaran seluruh gerbang G11,

G12, sampai G42 bergantung kepada data yang dimasukkan. Bila datanya "0",

maka Ps = 1 dan Pc = 0 maka keluaran FF yang bersangkutan akan sama

dengan "0" pula. Selanjutnya jika data yang masuk = 1, maka Ps = 0 dan Pc =

1 sehingga keluaran pada FF yang bersangkutan = 1. Ini berarti ketika Kendali

Masukan bernilai "1", keluaran pada masing-masing FF akan sama dengan

nilai data yang akan disimpan dan dapat dikatakan register dalam proses

menyimpan data.

c. Pengeluaran data secara seri (berderet)

Baik pada gambar 4.1 maupun gambar 4.3 tertera label "Keluaran Seri" pada FF

paling kanan. Maksudnya adalah bahwa register tersebut dapat mengeluarkan

data secara seri. Data akan keluar bit demi bit ke kanan dengan pengendalian

sinyal clock. Ini berarti bahwa data yang disimpan ke dalam register secara seri

maupun paralel, dapat dikeluarkan secara seri. Artinya cara mengeluarkan data

dari suatu register tidak bergantung kepada mekanisme penyimpanan datanya.

Page 22: Modul Sistem Digital

22 | P a g e

d. Pengeluaran data secara paralel (berjajar)

Mekanisme pengeluaran data secara paralel (serentak) dapat dijelaskan dengan

memperhatikan gambar 4.4. Dalam gambar tersebut Gerbang AND memiliki

masukan dari keluaran FF dan sinyal Kendali Keluaran. Keluaran dari gerbang

AND adalah data yang dikeluarkan dari register.

Gambar Rangkaian Pengeluaran

Data Secara Paralel

Ketika Kendali Keluaran bernilai "0", maka semua gerbang AND akan memiliki keluaran

"0". Tetapi ketika Kendali keluaran bernilai "1", maka isi register akan dikeluarkan secara

bersamaan, dan dapat dibaca dari D3, D2, D1 dan D0. Dengan demikian penambahan

gerbang AND pada rangkaian tersebut berguna untuk mengatur kapan saatnya data yang

tersimpan dalam register tersebut akan dikeluarkan. Data akan dikeluarkan jika Kendali

keluaran diberi nilai "1".

BAB V

MULTILEVEL NAND DAN NOR

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Memahami fungsi gerbang NAND dan NOR sebagai gerbang universal

2. Memahami bahwa semua fungsi Boolean dapat diimplementasikan dengan hanya

menggunakan gate NAND dan NOR saja

II. TEORI DASAR

Gerbang yang paling sering digunakan untuk membentuk rangkaian kombinasi adalah

gerbang NAND dan NOR dibandingkan gerbang AND dan OR. Dari sisi aplikasi perangkat

luar gerbang NAND dan NOR lebih umum sehingga gerbang NAND dan NOR dikenal

sebagai gerbang yang “universal”.

Page 23: Modul Sistem Digital

23 | P a g e

Alasannya adalah banyak sistem digital dapat dengan mudah diimplementasikan

dengan gerbang universal tersebut, baik rangkaian kombinasi maupun rangkaian sekuensial.

Sebagai dasar untuk mempermudah pernyataan dari gerbang AND,OR,NOT menjadi NAND

dan NOR dapat dilihat dari gambar 2.1 berikut ini :

a. Rangkaian ekivalen gerbang NOT dengan gerbang NAND saja

b. Rangkaian ekivalen gerbang AND dengan gerbang NAND saja

c. Rangkaian ekivalen gerbang OR dengan gerbang NAND saja

d. Rangkaian ekivalen gerbang NOT dengan gerbang NOR saja

e. Rangkaian ekivalen gerbang AND dengan gerbang NOR saja

B1

B1

B1

B1

B1

B2

B1B

2

B1

B2

B1B

2 B1B

2

B1

B2

B1

+ B2

B1

B2

B1

B2

B1

+ B2

B1

B1

B1

B1

B1

B2

B1

B2

B1

B2

B1B

2

B1B

2

B1

B2

B1

B2

B1 + B

2

B1 + B

2B

1 + B

2

Page 24: Modul Sistem Digital

24 | P a g e

f. Rangkaian ekivalen gerbang OR dengan gerbang NOR saja

Gambar 2.1 Bentuk-Bentuk Rangkaian Ekivalen

III. KOMPONEN DAN PERALATAN

1. Modul Trainer Digital Kombinasional

2. Kabel jumper secukupnya

IV. LANGKAH PERCOBAAN

PERCOBAAN 1 :

1 Ambillah pada trainer 4 buah gerbang NAND 2 input. Kemudian rangkailah sesuai

gambar 2.2.

Gambar 2.2

2. Berilah kombinasi input pada B0 dan B1 dan amati hasilnya pada output led L.

Kemudian catat hasilnya dalam tabel 2.1

Tabel 2.1

Input Output

B0 B1 L

0

0

1

1

0

1

0

1

Page 25: Modul Sistem Digital

25 | P a g e

3. Dengan melihat hasil pada fungsi outputnya, apakah padanan fungsi pada gambar 2.1 di

atas ?

4 Buatlah rangkaian padanannya yang terdiri dari gerbang AND, OR, dan NOT. Buktikan

kebenarannya menggunakan tabel kebenaran.

5. Bandingkan Tabel Kebenaran hasil no. 4 dengan hasil no. 2.

PERCOBAAN 2 :

A. Konversi gerbang Logika dasar menjadi NAND atau NOR saja

Gambar 2.3

1. Rangkailah gambar 2.3 diatas pada trainer digital dan isilah tabel 2.2.

Tabel 2.2

Input Output

A B C D L

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

0

0

0

1

1

1

1

0

0

0

0

1

1

0

0

1

1

0

0

0

1

0

1

0

1

0

1

0

1

Page 26: Modul Sistem Digital

26 | P a g e

1

1

1

1

1

1

0

0

1

1

1

1

1

1

0

0

1

1

0

1

0

1

0

1

2. Buatlah rangkaian padanan dari gambar 2 dengan menggunakan hanya gerbang

NAND saja.

3. Berilah kombinasi input pada A,B,C,dan D dan amati hasilnya pada output led L.

Kemudian catat hasilnya dalam tabel kebenaran seperti tabel kebenaran 2.2.

4. Bandingkan hasil Tabel Kebenaran pada prosedur 2, dengan Tabel Kebenaran

yang menggunakan fungsi AND dan OR pada prosedur 1. Apa kesimpulan anda?

4. Buatlah rangkaian padanan dari gambar 2 dengan menggunakan hanya gerbang

NOR saja.

5. Berilah kombinasi input pada A,B,C,dan D dan amati hasilnya pada output led L.

Kemudian catat hasilnya seperti tabel kebenaran 2.2.

6. Bandingkan hasil Tabel Kebenaran pada prosedur 5, dengan Tabel Kebenaran

yang menggunakan fungsi AND dan OR pada prosedur 1. Apa kesimpulan anda?

BAB VI

PETA KARNAUGH

Digunakan untuk menyederhanakan fungsi boolean

Dengan cara memetakan tabel kebenaran dalam kotak-kotak segi empat yang

jumlahnya tergantung dari jumlah peubah (variabel) masukan

Penyederhanaan untuk setiap “1” yang bertetanggaan 2,4,8,16… menjadi suku

minterm yang sederhana

1. Peta Karnaugh 2 Peubah

Contoh :

Page 27: Modul Sistem Digital

27 | P a g e

2. Peta Karnaugh 3 Peubah

Peletakan posisi suku minterm

Contoh : f = m (0,1,2,4,6)

3. Peta Karnaugh 4 Peubah

Peletakan posisi suku minterm

Page 28: Modul Sistem Digital

28 | P a g e

Contoh : f = m (0,2,8,10,12,14 )

4. Peta Karnaugh 5 Peubah

Peletakan posisi suku minterm

Contoh : f = m (0,7,8,15,16,23,24 )

Page 29: Modul Sistem Digital

29 | P a g e

5. Peta Karnaugh 6 Peubah

Peletakan posisi suku minterm

Contoh :

f= m(0,4,10,11,18,21,22,23,26,27,29,30,31,32,36,50,53,54,55,58,61,62,63)

Peta Karnaugh Sukumax

Dengan cara memetakan tabel kebenaran dalam kotak-kotak segi empat yang

jumlahnya tergantung dari jumlah peubah (variabel) masukan

Page 30: Modul Sistem Digital

30 | P a g e

Penyederhanaan untuk setiap “0” yang bertetanggaan 2,4,8,16… menjadi suku

maxterm yang sederhana.

Contoh : g = M(1,3,4,5,6,7,9,11,13,15)

Penilikan kesamaan

Peta Karnaugh dapat digunakan untuk menilik kesamaan dua buah fungsi

boolean

Contoh : Buktikan kesamaan

Dapat dilihat kedua fungsi memiliki peta karnaugh yang sama.

BABVII

RANGKAIAN TERINTEGRASI

Rangkaian terintegrasi adalah rangkaian aplikasi yang terbentuk dari berbagai

macam gerbang logika. Rangkaian terintegrasi dapat merupakan kombinasi dari

satu jenis gerbang logika atau lebih. Penyederhanaan rangkaian terintegrasi

dapat menggunakan teorema aljabar boole dan atau peta karnaugh.

Page 31: Modul Sistem Digital

31 | P a g e

A. ADDER

1. Half adder

Half adder (penjumlahan paruh) adalah intai logika yang keluarannya

merupakan jumlah dari dua bit bilangan biner. Half adder disebut juga

sebagai rangkaian penjumlahan tidak lengkap. Half adder merupakan

rangkaian dasar penjumlahan yang dapat dipakaiuntuk menjumlahkan

bilangan biner serperti, 0+0, 0+1, 1+0, 1+1. Oleh karena itu rangkaian half

adder mempunyai 2 buah jalan input dan 2 buah jalan output, dimana output

yang pertama berfungsi sebagai hasil penjumlahan (sum) dan output yang

kedua berfungsi sebagai nilai pindahan (carry).

Contoh :

2. Full Adder

Page 32: Modul Sistem Digital

32 | P a g e

Full adder (penjumlahan penuh) adalah untai logika yang keluarannya

merupakan jumlah dari tiga bit bilangan biner. Sesuai dengan namanya,

maka full adder dapat menjumlahkan 3 buah angka biner seperti 0+0+1,

1+1+0, 1+0+1, dan seterusnya.

Rangkaian full adder dapat juga dibangun dari dua buah rangkaian half

adder seperti dibawah ini.

Page 33: Modul Sistem Digital

33 | P a g e

B. SUBTRACTOR

1. Half subtractor

Half subtractor adalah suatu rangkaian logika yang dapat dipergunakan

untuk melaksanakan pengurangan dua angka biner seperti, 0-0, 0-1, 1-0,

1-1. Proses pengurangan tersebut dapat dilakukan dengan rangkaian

logika EX-OR Gate dan AND Gate yang bagian inputnya dilewatkan

melalui inverter (NOT Gate) seperti gambar dibawah ini :

Table kebenaran :

A B Selisih

(Difference)

Pinjam

(Borrow)

0 0 0 0

0 1 1 1

1 0 1 0

1 1 0 0

2. Full subtractor

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa half subtractor hanya dapat

dipergunakan untuk mengurangkan 2 buah bilangan biner yang terdiri

Page 34: Modul Sistem Digital

34 | P a g e

dari 2 bit, maka full subtractor dapat dipergunakan untuk mengurangi 3

buah bilangan biner seperti, 1-0-1, 0-1-0, dan lain sebagainya.

Rangkaiannya terdiri dari 2 buah half subtractor dan sebuah OR Gate

seperti pada gambar dibawah ini.

1. Kesimpulan

BAB I

GERBANG LOGIKA DASAR

1. Gerbang logika dasar ada gerbang AND, OR, NOT, NAND, NOR EX-OR.

2. Gerbang AND output y akan bernilai 1 jika kedua inpitan A dan B bernilai 1 , dan

output Y bernilai 0 pada keadaan yang lain

3. Gerbang OR merupakan kebalikan dari gerbang AND.

4. Gerbang NOT outputnya akan bernilai 1 jika inputnya bernilai 0, dan juga

sebaliknya

5. Gerbang NAND outputnya bernilai 0 jika kedua input A dan B bernilai 0, dan

outputnya bernilai 1 pada keadaaan yang lain.

6. Gerbang NOR merupakan kebalikan dari gerbang NAND

7. Gerbang EX-OR output Y akan bernilai 0 jika kedua inputnya memiliki nilai yang

sama dan outputnya akan bernilai 1 jika kedua inputnya memiliki nilai yang tidak

sama.

8. 4 in 1 gerbang OR dan 2 in 3 gerbang OR outputnya akan bernilai 0 jika keempat

inputnya bernilai 0, dan outputnya bernilai 1 pada keadaan yang lain.

9. 4 in 1 gerbang AND dan 2 in 3 gerbang AND kebalikan dari 4 in 1 gerbang OR

dan 2 in 3 gerbang OR.

BAB II

Page 35: Modul Sistem Digital

35 | P a g e

ALJABAR BOOLE

1. Untuk mempermudah dalam menyelesaikan perhitungan.

2. Aljabar boole mempunyai 6 hkum yaitu :

a. Hukum identitas

b. Hukum komutatif

c. Hukum asosiatif

d. Hukum distributive

e. Hukum absortif

f. Hukum demorgan

BAB III

FLIP – FLOP

1. Rangkaian flip – flop dipakai untuk rangkaian sekuensial dan berguna untuk

membuat rangkaian memory.

2. Macam rangkaian flip- flop yaitu :

- RS flip flop

- Clocked RS flip – flop

- T flip – flop

- D flip – flop

- JK flip - flop

BAB IV

REGISTER DAN COUNTER

1. Counter ada dua macam yaitu counter synchronous dan counter asynchronous

2. Register berfungsi untuk menyimpan data dan menghindarkan berkedipnya angka

yang ditunjukkan oleh display.

3. Pada Register lebih dari satu bit, dikenal dua cara untuk menyimpan data, yaitu :

a. Penyimpanan data secara berderet (seri)

b. Penyimpanan data secara jajar (paralel)

4. Demikian pula dengan cara mengeluarkan data dari register. Untuk mengeluarkan

data dari register lebih dari satu bit dapat dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu

:

a. Pengeluaran data secara berderet (seri)

b. Pengeluaran data secara jajar (paralel)

Page 36: Modul Sistem Digital

36 | P a g e

BAB V

MULTILEVEL NAND DAN NOR

1. Untuk mengoptimalkan pemakaian seluruh gerbang yang terdapat dalam sebuah

IC.

2. Untuk menghemat biaya.

3. Ada dua cara untuk menyederhanakan rangkaian kombinasional menjadi

rangkaian gerbang NAND atau NOR saja yaitu :

a. Dengan menggambar.

b. Dengan mendapatkan persamaan.

BAB VI

PETA KARNAUGH

1. Peta karnaugh adalah suatu cara yang dapat dipergunakan untuk

menyederhanakan

persaman – persamaan logika dari aljabar boolean dalam suatu rangkaian logika.

2. Dengan cara memetakan tabel kebenaran dalam kotak-kotak segi empat yang

jumlahnya

tergantung dari jumlah peubah (variabel) masukan

3. Penyederhanaan untuk setiap “1” yang bertetanggaan 2,4,8,16… menjadi suku

minterm

yang sederhana

BAB VII

RANGKAIAN TERINTEGRASI

1. Terbentuk dari berbagai macam rangkaian logika

2. Macamnya ada adder dan subtractor

Jember, Agustus 2012

Diketahui,

(……………)