pengembangan masyarakat

14
RESUME Diajukan sebagai salah satu tugas pada Mata Kuliah Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat Disusun oleh : Ainur Rahmah Annisa Eka Pratiwi (1406647524) Rindy Agustina (1406648615) Siti Noor Choililah Tantri Juliyanti

Transcript of pengembangan masyarakat

Page 1: pengembangan masyarakat

RESUME

Diajukan sebagai salah satu tugas pada Mata Kuliah

Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat

Disusun oleh :

Ainur Rahmah

Annisa Eka Pratiwi (1406647524)

Rindy Agustina (1406648615)

Siti Noor Choililah

Tantri Juliyanti

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

2015

Page 2: pengembangan masyarakat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNyalah kami dapat

menyelesaikan resume ini. Penulisan resume ini dilakukan dengan tujuan memenuhi tugas

mata kuliah Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam proses penyusunan

resume ini penulis mendapat banyak hambatan dan rintangan. Berkat semangat yang kuat

alhamdulillah rintangan tersebut dapat diatasi.

Dengan selesainya makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu proses penyusunan makalah ini, diantaranya:

1. Bapak Dr Adi Sasongko dan Ibu Tiara Amelia S.K.M.,M.Sc. selaku pembimbing

mata kuliah Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat.

2. Kepada kedua Orang Tua dan Keluarga, atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan baik moril maupun materil.

3. Kepada teman-teman program ekstensi UI, atas semangat dan dukungannya.

4. Kepada semua pihak yang telah membantu dan telah memberikan dukungan yang

tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

Kami menyadari bahwa Resume ini disusun masih dengan kekurangan dan

keterbatasan yang dimiliki, sehingga belum bisa dikatakan sempurna. Oleh karena itu, Kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan resume ini

dikemudian hari.

Semoga resume ini dapat bermanfaat khususnya dalam menambah wawasan dan

pengetahuan bagi semua pihak yang membaca dan yang menyusun makalah ini.

Depok, Oktober 2015

Penulis

Page 3: pengembangan masyarakat

Resume Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat

A. Keterkaitan pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dengan konsep

kesehatan masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

memperpanjang hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan manusia. Hal tersebut

bisa dicapai melalui upaya masyarakat yang terorganisir. Selain masyarakat yang

terorganisir, perlu adanya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat

adalah proses untuk membuat masyarakat berdaya agar mampu meningkatkan

kesejahteraannya secara berkelanjutan dan berkeadilan.

Masyarakat yang berdaya dalam bidang kesehatan adalah masyarakat yang mau

dan mampu memelihara dan mengembangkan kesehatannya secara mandiri dan

berkelanjutan. Dalam mencapai hal tersebut juga diperlukan peran aktif petugas

melalui upaya edukatif dan bersifat kemitraan sehingga masyarakat akan

mengakumulasi pengalaman belajar dan akhirnya mampu untuk memelihara dan

mengembangkan kesehatan secara mandiri. Jadi pengorganisasian dan pengembangan

masyarakat diperlukan dalam kesehatan masyarakat.

B. Lima Tahap Pencegahan / Five Levels Of Prevention

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan

(five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark, yaitu sebagai berikut :

a) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)

Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan

(health education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi

perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-lain.

b) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection)

Usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum

kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti vaksinasi

untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu, isolasi penderita penyakit menular,

pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di

lingkungan kerja.

Page 4: pengembangan masyarakat

c) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early diagnosis and

Prompt Treatment)

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan

mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit

bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobati penyakitnya.

d) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan

penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai

tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Bila

sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah

berat (dibatasi), dan fungsi dari alat tubuh ini dipertahankan semaksimal mungkin

e) Rehabilitasi (Rehabilitation)

Merupakan usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam

masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang

berguna untuk dirinya sendiri dan masyarakat, semaksimal - maksimalnya sesuai

dengan kemampuannya.

C. Hakikat Manusia

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang unik dan paling sempurna

diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan sempurna karena

manusia tidak hanya diberikan insting atau perasaan, tetapi juga akal yang tidak

dimiliki makhluk lainnya. Berbagai pertanyaan ditanyakan mengenai apa hakikat dari

manusia itu sendiri. Beberapa pandangan tentang hakekat manusia disebutkan secara

ringkas dibawah ini.

1. Pandangan Psikoanalitik

Kaum psikoanalis tradisional (dalam Hansen dan Warner, 1977) menganggap

bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam

dirinya yang bersifat instinktif. Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol

oleh kekuatan psikologis yang sejak semula memang sudah ada pada diri individu

itu. Dalam hal ini individu tidak memegang kendali atas "nasibnya" sendiri, tetapi

tingkah lakunya itu semata-mata diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan

instink biologisnya. Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu

terdiri dari tiga komponen yang disebut : id, ego dan super ego. Id meliputi

Page 5: pengembangan masyarakat

berbagai instink manusia yang mendasari perkembangan individu. Dua instink

yang paling penting ialah instink seksual dan instink agresi. Instink-instink ini

menggerakkan individu untuk hidup didalam dunianya dengan prinsip pemuasan

diri. Demikian fungsi id, yaitu mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan

dirinya setiap saat sepanjang hidup individu.

Ego berfungsi atas dasar prinsip realitas, mengatur perilaku id agar dalam

memuaskan instingnya selalu memperhatikan lingkungan. Ego tumbuh ketika

lingkungan tidak dapat merealisasikan dengan segera kebutuhannya sehingga

individu harus mempertimbangkan sikap yang berada diluar kendalinya.

Super ego berfungsi sebagai penentu atas sikap yang akan dipilih

berdasarkan pertimbangan. Super ego timbul ketika adanya interaksi antara indvidu

dengan lingkungannya, khususnya lingkungan yang bersifat aturan (perintah dan

larangan, ganjaran dan hukuman), nilai, moral, adat, dan istiadat.

Dalam individu bertingkah laku, id sebagai penggerak, ego sebagai pengatur

dan pengarah, dan super ego sebagai pengawas atau peng- ontrol. Dalam hal ini

fungsi super ego ialah mengawasi agar tingkahlaku individu sesuai dengan aturan,

nilai, moral, adat dan tradisi yang telah meresap pada diri individu itu. Super ego

merupakan fungsi kontrol dari dalam individu itu.

Dari pandangan yang tradisional seperti digambarkan diatas berkembanglah

paham yang disebut paham neo-analitik. Paham ini berpendapat bahwa manusia

hendaknya tidak secara mudah saja dianggap sebagai binatang yang digerakkan

oleh tenaga dalam (innate energy) yang ada pada dirinya; tingkah laku manusia itu

banyak yang terlepas dari atau dapat disangkutkan pada dorongan dari dalam itu.

Kaum neo-analis pada dasarnya masih mengakui adanya id, ego dan super

ego namun menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian individu. Ego

tidak dipandang hanya sebagai fungsi pengarah perwujudan id saja, melainkan

sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah

laku intelektual dan sosial individu.

2. Pandangan Humanistik

Pandangan humanistik tentang manusia (dalam Hansen, dkk, 1977) menolak

pandangan Freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak

tersosialisasikan, dan tidak memiliki kontrol terhadap "nasib" dirinya sendiri.

Sebaliknya Rogers yang menokohi pandangan humanistik, berpendapat bahwa

Page 6: pengembangan masyarakat

manusia itu memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif,

manusia itu rasional, tersosialisasikan dan untuk berbagai hal dapat menentukan

"nasibnya" sendiri. Ini berarti bahwa manusia memiliki kemampuan untuk

mengarahkan, mengatur dan mengontrol diri sendiri.

Rogers pun berpendapat bahwa gambaran kepribadian manusia tidak pernah

berhenti atau selesai. Artinya selalu berkembang, tidak statis, tidak kaku dan terus

menerus berubah. Pada pandangan Adler tahun 1954, berpendapat bahwa manusia

tergolong ke dalam pandangan humanistik dimana manusia tidak hanya terdorong

untuk memuaskan dirinya sendiri, melainkan digerakkan oleh rasa tanggung jawab,

sosial (membantu orang lain), dan kebutuhan untuk mencapai sesuatu, serta

membuat dunia menjadi lebih baik untuk ditempati.

3. Pandangan Behavioristik

Kaum behavioristik (dalam Hansen, dkk., 1977) pada dasarnya menganggap

bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya di kontrol

oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari

tingkah laku manusia.

Manusia tidak datang ke dunia ini dengan membawa ciri-ciri yang pada

dasarnya baik atau jelek, tetapi netral. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan

kepribadian individu semata-mata tergantung pada lingkungannya. Tingkah laku

adalah hasil perkembangan individu dan sumber dari hasil ini tidak lain adalah

lingkungan.

Skinner (1976) mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan itu sebenarnya

terwujud sebagai tingkah laku juga yang berkembangnya tidak berbeda dari

tingkah laku-tingkah laku lainnya. Justru tingkah laku inilah yang dapat didekati

dan dianalisis secara ilmiah dan pendekatan behavioristik adalah pendekatan

ilmiah. Semua ciri yang dimiliki oleh manusia harus dapat didekati dan dianalisis

secara ilmiah. Pendekatan behavioristik tidaklah mendehumanisasikan manusia,

melainkan justru men-dehomunkulisasikan manusia, yaitu mengatasi kekerdilan

manusia. Hanya dalam hubungannya dengan lingkungan yang didekati secara

ilmiahlah kekerdilan manusia dapat diatasi dan harkat ke manusiaan dipertinggi.

Setelah mengikuti beberapa pandangan tentang manusia tersebut di atas

dapatlah ditarik beberapa pengertian pokok berikut :

Page 7: pengembangan masyarakat

a. Manusia pada dasarnya memiliki "tenaga dalam" yang menggerakkan

hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

b. Dalam diri manusia (individu) ada fungsi yang bersifat rasional yang

bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu.

c. Manusia mampu mengerahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu

mengatur dan mengontrol dirinya, dan mampu menentukan "nasibnya" sendiri.

d. Manusia pada hakekatnya dalam proses "menjadi", berkembang terus, tidak

pernah selesai.

e. Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan

dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membuat dunia lebih baik untuk

ditempati.

f. Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya

merupakan ketakterdugaan. Namun potensi ini terbatas.

g. Manusia adalah mahluk Tuhan yang sekaligus mengandung kemungkinan baik

dan jelek.

h. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku ini

merupakan kemampuan yang dipelajari.

Dari ketiga pandangan mengenai hakekat manusia, bahwasanya menurut

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila “setiap manusia mempunyai

keinginan untuk mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan yang lebih baik.”

Kekuatan manusia pada dasarnya tidak hanya terletak pada kemampuan fisik atau

jiwanya saja, tetapi terletak pada kemampuan untuk bekerja sama dengan orang

lain dalam bermasyarakat.

D. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep dan strategi pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma

baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering,

and sustainable”. (Chambers, 1995 dalam Kartasasmita, 1996)

Page 8: pengembangan masyarakat

Pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan,

dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan masyrakat dalam struktur

ekonomi dan kekuasaan.

Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang

tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan

masyarakat.

Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka (1996), manusia

adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada

proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya,

mendorong atau memotivasi individu bahkan kelompok atau lapisan masyarakat agar

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya.

Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling

terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh

kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.

Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan pemberdayaan

ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada

pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha yang

sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi

wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari,

oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian

pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah

kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun

keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar

anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan

yang tinggi. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan

suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri

dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa

yang di dalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa

apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka hal tersebut

merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional.

Dalam kerangka pikir inilah upaya memberdayakan masyarakat pertama-tama

haruslah dimulai dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

Page 9: pengembangan masyarakat

masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap

manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,

bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena kalau demikian akan

punah.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.Upaya tersebut diikuti dengan

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam

konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan

iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan

menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada

berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin

berdaya (Kartasasmita, 1996). Pemberdayaan masyarakat selanjutnya adalah dengan

Program Pembangunan Pedesaan. Pemerintah di Negara-negara berkembang

termasuk Indonesia telah mencanangkan berbagai macam program pedesaan, yaitu (1)

pembangunan pertanian, (2) industrialisasi, (3) pembangunan masyarakat desa

terpadu, dan (4) strategi pusat pertumbuhan (Sunyoto Usman, 2004).

Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat, tetapi bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah, perguruan

tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktoraktor

masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal sendiri. Proses pemberdayaan

bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila berbagai unsur

tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling

percaya dan menghormati (Sutoro Eko, 2002).

Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,

kebertanggungjawaban dan lain-lain yang merupakan bagian pokok dari upaya

pemberdayaan itu sendiri.