PENGEMBANGAN MASYARAKAT · Pengembangan masyarakat (community development) merupakan suatu proses...

330
PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Transcript of PENGEMBANGAN MASYARAKAT · Pengembangan masyarakat (community development) merupakan suatu proses...

  • PE N G EM B A N G A N M ASYARAKAT

  • PENGEMBANGAN MASYARAKAT

    Fredian Tonny Nasdian

    Ditcrbilkan atas kerja sama antara Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

    Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia

    Jakarta, 2015

  • © © 3 .ii\ a 09:43

    Pengembangan Masyarakat/Fredian Tonny Nasdian; ed .l- Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014

    xvi + 317 hlm; 14,5 x 21 cm ISBN: 978-979-461 -876-9

    Judul:Pengembangan Masyarakat

    Fredian Tonny Nasdian

    Copyright © 2014 Fredian Tonny Nasdian Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

    AII Righls reserved

    Diterbitkan atas keija sama antara Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

    Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Yayasan Pustaka O bor Indonesia

    Anggota IKAPI DKI Jakarta

    Cetakan pertama: Maret 2014 Cetakan kedua: Maret 2015

    YOI: 769.32.6.2014 Desain sampul: Rahmatika

    Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jl. Plaju No. 10 Jakarta 10230 Tip 021-31926978; 3920114

    Faks: 021-31924488 E-mail: yayasan obon£f)ebn.net.id

    http: www.obor.or.id

    http://www.obor.or.id

  • © © sS S 3 ..1I a 09:44

    KATA PENGANTAR

    Pengembangan masyarakat (community development) merupakan suatu proses swadaya masyarakat yang diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kultural, serta untuk mensinerjikan gerakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa. Sebagai suatu metode atau pendekatan, pengembangan masyarakat menekankan adanya proses pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung warga komunitas dalam proses pembangunan di tingkat komunitas dan antarkomunitas.

    Buku teks ini ditulis sebagai suatu pengantar bagi mahasiswa dan pembaca lainnya untuk memahami dan menghayati proses-proses pengembangan masyarakat. Dari sisi akademis, pemahaman tersebut dapat menjadi titik awal untuk membangun, mengembangkan, dan mengkritisi konsep-konsep dan kerangka teoritis pengembangan masyarakat. Di samping itu, dari sisi praktis buku teks ini diharapkan dapat menggugah dan merangsang mahasiswa dan pembaca untuk membangun dan mengembangkan aksi-aksi pengembangan masyarakat sebagai suatu proses, metode, dan gerakan pembangunan berskala mikro. Meskipun demikian perlu dipahami, tanpa keterkaitan yang jelas antara pengembangan masyarakat dan pembangunan regional (daerah) sulit dapat mencapai tujuan seperti yang dinyatakan di atas.

    V

  • Pengembangan Masyarakat

    Buku teks ini memaparkan topik-topik yang bersifat konseptual dan praktis yang terdiri 14 bab. Topik-topik ini telah "dipraktikkan" dalam perkuliahan di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB. Dari pengalaman “praktik” tersebut, penulis menyadari bahwa masih banyak yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu. sangat diharapkan masukan dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan buku teks ini.

    Jakarta. Februari 2014 Fredian Tonny Nasdian

  • © © 3 .ii\ a 09:44

    D A F T A R ISI

    Kata Pengantar v

    Daftar Tabel xi

    Daftar Gam bar xii

    1. KOMUNITAS DAN PENGEM BANGAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI I

    1. Komunitas dalam Perspektif Sosiologi 1

    2. M engapa Perlu Pengembangan Masyarakat 8

    2. SEJARAH PENGEM BANGAN MASYARAKAT 251. Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Historis 25

    2. Pengertian Pengembangan Masyarakat 29

    3. Program Pengembangan M asyarakat dan Penyuluhan: Pengalaman Beberapa Negara 38

    3. ASAS-ASAS DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEM BANGAN MASYARAKAT 46

    4. STRATEGI DAN PENDEKATAN DALAM PENGEM BANGAN MASYARAKAT 59

    1. Pengantar 59

    2. Strategi Pengembangan Masyarakat 60

    vii

  • © © 3 .ii\ a 09:44

    3. Pendekatan-pendekatan dalam PengembanganMasyarakat 61

    4. Perbedaan Pendekatan 84

    5. PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI WARGAKOMUNITAS 89

    1. Pemberdayaan dan Partisipasi: Maknanya di TingkatKomunitas 89

    2. Upaya-upaya Pemberdayaan Warga Komunitas 92

    3. Kelompok Sosial sebagai Media Pemberdayaan 96

    4. Mengembangkan Partisipasi di Tingkat Komunitasdan Permasalahannya 98

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaandan Partisipasi Warga Komunitas 101

    6. METODE-METODE PARTISIPATIF DALAMPENGEMBANGAN MASYARAKAT 105

    1. Pengantar 105

    2. Alternatif Metode Partisipatif untuk PengembanganMasyarakat 108

    3. Environmental Scanning (ES) 109

    4. Logicai Framework Approuch (LFA) 112

    5. Participatory Impact Monitor ing (Pl M) 116

    6. Foi-us Group Discussion (FGD) 119

    7. Zielobjective Orientierte Project Planning (ZOPP) 121

    7. PENGORGANISASIAN WARGA KOMUNITAS 134

    1. Pengantar 134

    2. Pola Pengembangan Komunitas Lokal 136

    Pengembangan Masyarakat

    viii

  • © © ,ll a 09:45

    Daftar Isi

    3. Pola Perencanaan Sosial 1384. Pola Aksi Sosial 141

    8. PERANAN PEKERJA DAN ORGANISASI PENGELOLAAN PENGEM BANGAN MASYARAKAT 145

    1. FacilUative Roles (Fasilitator) 145

    2. Educational Roles (Pendidik) 146

    3. Representational Roles (Utusan atau Wakil) 146

    4. Technical Roles (Teknikal) 147

    5. Keterampilan Inti Pekerja 147

    6. Sepuluh Peran Pekerja Pengembangan Komunitas diLapangan 15I

    7. Tipe-tipe Program Pengembangan M asyarakat 162

    8. Pekerja Pengembangan M asyarakat dan Pihak-

    pihak Lain 1689. Bentuk-bentuk Pengorganisasian 172

    9. M EM BANGUN KOM UNIKASI SOSIAL DALAM PENGEM BANGAN MASYARAKAT 175

    1. Pengantar 175

    2. Konsep Komunikasi Sosial 175

    3. Elemen Komunikasi Sosial 183

    4. Jaringan Informasi dan Komunitas 186

    5. Komunikasi Sosial dalam Pengembangan M asyarakat 189

    10. M ANAJEM EN KONFLIK BERBASIS KOMUNITAS DALAM PENGEM BANGAN MASYARAKAT 191

    1. Pengantar 191

    2. Konflik dan Keseharian Komunitas 192

    ix

  • © © ,ll a 09:45

    Pengembungan Masyarakat

    3. Prinsip Umum M engelola Konflik 195

    4. Manajemen Konflik Berbasis Komunitas 199

    11. PENGEM BANGAN KELEM BAGAAN DAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEM BANGAN MASYARAKAT 205

    1. Pengantar 205

    2. Kelembagaan dalam Pengembangan M asyarakat 206

    3. Jejaring dalam Pengembangan Masyarakat: SuatuPerspektif Modal Sosial 211

    4. Jejaring Kelembagaan Berbasis Komunitas 217

    12. PENGEM BANGAN MASYARAKAT DALAM KONTEKS PEM BANGUNAN DAERAII 219

    1. Pengantar 219

    2. Pengembangan M asyarakat dan PembangunanDaerah: Suatu Keterkaitan dalam Bentuk Hubungan Kelembagaan di Era Otonomi 2 2 1

    13. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF PENGEM BANGAN MASYARAKAT 227

    1. Pengantar 227

    2. CSR dalam Kerangka Pergeseran ParadigmaPembangunan 229

    3. CSR dalam Perspektif Pemberdayaan 236

    14. PERANAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM PENGEM BANGAN MASYARAKAT 248

    1. Pengantar 248

    X

  • Daftar Isi

    2. Peranan CSR dalam M eningkatkan T araf Hidup Masyarakat: Studi Kasus Program CSR Perusahaan Besar terhadap Komunitas Desa-desa Urban

    3. Pengembangan Masyarakat dan Keberlanjutannya dalam Kerangka CSR: Studi Kasus Program CSR Perusahaan Besar terhadap Komunitas Desa-desa Urban

    4. Pemberdayaan Komunitas Pulau-pulau Kecil: Studi Kasus Program CSR Perusahaan Migas

    5. Dinamika Partisipasi dan Kemandirian Komunitas

    dalam Implementasi Program CSR

    Daftar Pustaka

    Indeks

    Tentang Penulis

    S 09:45

    250

    266

    276

    299

    306

    312

    317

    xi

  • f D Q ) .1(1 a 09:45© ©■ ng

    DAFTAR TABEL

    1 Matriks yang Menggambarkan Perbedaan dan

    Keterkaitan antara Pendidikan Penyuluhan dan

    Pengembangan Masyarakat (Blackbum. 1989) 43

    2 Matriks antara Pilihan Pendekatan dan

    Proses Pendampingan dan Pengembangan

    Masyarakat ( Komunitas) 106

    3. Karakteristik dan tahap-tahap tanggung jawab sosialperusahaan 232

    4. Total dan Rata-rata Dana CSR per Tahun dari Perusahaan Periode Tahun 2002-2005 dan PeriodeTahun 2006-2010 (Milyar Rupiah) 252

    5. Total dan Rata-rata per Tahun Dana CSR Perusahaanmenurut Jenis Program dan Periode (Milyar Rupiah) 253

    6. Realisasi Program CSR “ Perusahaan” Tahun 2008-2010 267

    7. Realisasi Dana Program C'D Perusahaan Migasmenurut Ring-sidcdi sekitar Lapangan Gas Perusahaan Periode2010-2013

    8. Persentase Masyarakat di Sekitar Lapangan Gas Perusahaan Migas menurut Persepsi-nya terhadap Perusahaan dan CD perusahaan

    9. Penghitungan Nilai Agregat IKM terhadap Program CD Perusahaan Migas. Tahun 2013

    278

    281

    2 8 2

    xii

  • 10.

    II.

    1 2 .

    13,

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    2 1 .

    . , t l S 09:45

    Daftar Tabel

    Nilai Agregat 1KM di sekitar Lapangan Gas Perusahaan Migas terhadap Program C D Perusahaan. Tahun 2013 284

    Persentase warga masyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan Migas dalam program -program pembangunan dan pemberdayaan di aras komunitas. Tahun 2013 285Persentase Warga M asyarakat sekitar lapangan gas perusahaan m igas yang Berpartisipasi dalam Program CD Perusahaan dan dalam Program-program Pem bangunan dan Pemberdayaan di Aras Komunitas, tahun 2013 289Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan Gas Perusahaan M igas m enurut Tingkat Keterampilan dan Komunitas. Tahun 2013 290

    Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan Migas m enurut Tingkat Keterampilan, dengan dan Tanpa Program CD, dan Komunitas, Tahun 2 0 13 291Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan Gas Perusahaan m enurut tingkat Kerjasama dan Komunitas,Tahun 2013 292Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan Migas m enurut tingkat Kerjasama, dengan dan tanpa program CD, dan kom unitas. Tahun 2013 293Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan Migas m enurut konflik sosial dan komunitas, Tahun 2013 293Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan Migas m enurut Konflik Sosial, dengan dantanpa Program CD. dan Komunitas, Tahun 2013 294

    Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan Gas Perusahaan Migas m enurut Kelembagaan Berkelanjutan dan Komunitas,Tahun 2013 295Persentase warga masyarakat sekitar Lapangan Gas Perusahaan Migas m enurut kelem bagaan berkelanjutan, dengan dan tanpa program CD, dan komunitas. Tahun 2013 295Skor Taraf Hidup Warga Masyarakat sekitar Lapangan Gas Perusahaan M igas dan Komunitas. Tahun 2013 296

    xiii

  • © © n ,ll a 09:46

    P engem bangan M asyarakat

    22. Skor Taraf Hidup Menurut Warga Masyarakat sekitar Lapangan Gas Perusahaan Migas dengan dan Tanpa Program CD, dan Komunitas, Tahun 2013 297

    23. Skor Taraf 1 lidup Menurut Warga Masyarakat sekitar Lapangan Gas Perusahaan Migas dengan dan tanpa Program CD. dan Komunitas, Tahun 2013 297

    24. Skor Taraf Hidup menurut Warga Masyarakat Sekitar Lapangan Gas Perusahaan Migas dengan dan tanpa Program CD, Pelapisan Sosial, dan Komunitas,Tahun 2013 298

    25. Skor Taraf Hidup menurut Warga Masyarakat Sekitar Lapangan

    Gas Perusahaan Migas dengan dan tanpa Program CD,

    Pelapisan Sosial, dan Komunitas. Tahun 2013 299

    X IV

  • © © ,ll a 09:46

    D A FTA R G A M B A R

    1. Pergeseran Paradigma Pembangunan dari Pmduction CenterDevelopmenl kc People Center Development 24

    2. Suatu Kerangka Kerja bagi Pckcija PengembanganMasyarakat (A Framework for Community \Vorkers) 150

    3. Jejaring Sosial Berbasis Komunitas 2184. Tingkat Pengambilan Keputusan dan Aktiv itas

    untuk Pembangunan (Disadur dari UpholT, 1986) 2205. Keseimbangan Dinamis dan Hubungan Dialektis

    antara Community Based Development dan LocalGovernment Policies 223

    6. Isu-isu dalam Corporate Social ResponsibUity(Moratis and Cochius. 2011) 228

    7. The tripple hntlnm line (John F.lkington, 1997) 2298. Pergeseran paradigma pembangunan dari produetion

    centered development ke people eentered development 2 319. Makna partisipasi dalam tanggung jawab sosial

    perusahaan: community participation - stakeholders participation 237

    10. Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat 24011. Aksi pengembangan masyarakat 24512. Total dan Rata-rata per tahun dana CSR perusahaan

    menurut jenis program dan periode 25413. Tipe dan Pola Partisipasi dalam Pergeseran dari

    Community Participation kc Stakeholders Participation 278

    X V

  • © © 3 .ii\ a 09:46

    14. Rata-rata Penilaian Masyarakat Partisipan Program terhadap Tingkat Kinerja Program CD Perusahaan Migas Tahun 2013 283

    15. Grafik Gap antara Tingkat Kepentingan dengan Tingkat Kinerja (Kepuasan) Program CD Perusahaan MigasTahun 2013 285

    16. Bagan Prioritas Perbaikan Kinerja dalam PelaksanaanProgram CSR/CD Perusahaan Migas Tahun 2013 288

    Pengembangan Masyarakat

    xvi

  • K om u nitas dan P en gem ban gan M asyarakat dalam P erspektif Sosiologi

    I. K om unitas da lam P e rsp ek tif Sosiologi

    Istilah “m asyarakat” dalam Bahasa Indonesia sering merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris society dan community. Konsep m asyarakat yang berasal dari society berbeda dengan konsep m asyarakat yang bersum ber dari community, karena dari perspektif Sosiologi pengertian society berbeda dari community. Dalam topik ini, istilah masyarakat diterjem ahkan dari kata atau konsep community. Oleh karena itu, agar istilah atau konsep m asyarakat tersebut tidak rancu atau bermakna ganda, maka dalam materi ini istilah atau konsep community diterjem ahkan sebagai komunitas.

    1.1. Konsep K om unitas

    Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities o f common interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teritorial. Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat". Akan tetapi

  • © © ,ll a 09:47

    Pengembungan Masyarakat

    dalam materi ini, seperti dijelaskan di atas, digunakan istilah komunitas. Istilah komunitas dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah dusun (dukuh atau kampung), desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut komunitas.

    Sebagai suatu perumpamaan, kebutuhan seseorang tidak m ungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersam a-sama rekan lainnya yang sesuku. Dengan demikian, kriteria yang utama bagi adanya suatu komunitas adalah terdapat hubungan sosial (social rehtionships) antara anggota suatu kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunitas menunjuk pada bagian m asyarakat yang bertempat tinggal di

    suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya (Soekanto. 1990).

    Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat atau kom unitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar dari kom unitas adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat tersebut (Soem ardjan. 1962).

    1.2. K om unitas da lam P e rsp ek tif Sosiologi

    Komunitas (community) dalam perspektif Sosiologi adalah warga setempat yang dapat dibedakan dari m asyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman perhatian bersama (a community o f interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi. Para anggota

    2

  • © © ,ll a 09:47

    Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

    kom unitas m empunyai kebutuhan bersam a (common neecls). Jika tidak ada kebutuhan bersama itu bukan suatu komunitas (Jim Ife, 1995).

    Dalam suatu kom unitas aktivitas anggotanya dicirikan dengan partisipasi dan keterlibatan langsung anggota komunitas dalam kegiatan tersebut, di mana semua usaha swadaya m asyarakat diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat untuk m eningkatkan tara f hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta pembentukan pelayanan teknis dan bentuk-bentuk pelayanan yang dapat m endorong tim bulnya inisiatif, sifat berswadaya, dan kegotongroyongan, sehingga proses pembangunan berjalan efektif.

    Suatu kom unitas pasti m empunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu. Komunitas yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat

    tinggalnya. Secara garis besar, kom unitas berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan- hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu.

    Akan tetapi tempat tinggal tertentu saja, walaupun merupakan suatu dasar pokok, tidak cukup untuk membentuk komunitas. Di samping itu harus ada suatu perasaan di antara anggota bahwa mereka saling memerlukan dan bahwa lahan yang mereka tempati memberikan kehidupan kepada semuanya. Perasaan demikian, yang pada hakekatnya merupakan identifikasi dengan tempat tinggal, dinamakan perasaan komunitas {community sentiment).

    Unsur-unsur perasaan kom unitas (community sentiment) antara lain: ( I ) Seperasaan. Unsur seperasaan akibat seseorang

    3

  • © © □ ..

  • © © ,ll a 09:48

    Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

    struktur sosial, tindakan sosial, integrasi funsional. kekuasaan, dan kebudayaan.

    1.3. T ipologi K om unitas

    Dalam mengkategorikan komunitas, dapat digunakan empat kriteria yang saling-terkait, yaitu (Davis, 1960): jum lah penduduk: luas, kekayaan dan kepadatan penduduk: fungsi- fungsi khusus kom unitas terhadap seluruh masyarakat; dan organisasi kom unitas yang bersangkutan.

    Kriteria tersebut di atas, dapat digunakan untuk membedakan antara beragam komunitas yang sederhana dan modem. Komunitas yang sederhana adalah apabila dibandingkan dengan masyarakat yang sudah kompleks, terlihat kecil, organisasinya sederhana, sedangkan penduduknya tersebar. Kecilnya masyarakat dan belum berkembangnya masyarakat-masyarakat tadi disebabkan perkembangan teknologinya yang lambat.

    Dengan adanya pengaruh-pengaruh yang datang dari luar, kom unitas yang masih sederhana mulai mengenal hukum, ilmu pengetahuan, sistem pendidikan m odern dan lain-lain. Kelembagaan sosial baru timbul, sehingga lama-kelamaan dikenal pembagian kerja yang tegas. Sem ula kelembagaan sosial sangat sederhana dan tradisional, sehingga re la tif mudah untuk memahami pola-pola yang tetap atau paling banyak hanya sedikit m engalami perubahan. M asyarakat yang sederhana tersebut m erupakan suatu unit yang fungsional, dalam batas- batas tertentu belum m engenal spesialisasi dan kelompok ini dianggap sebagai suatu kelompok primer.

    Dalam masyarakat modem, sering dibedakan antara komunitas pedesaan (rural community) dan komunitas perkotaan (urban community). Perbedaan tersebut sebenarnya tidak

    5

  • © NETRA

    mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam komunitas modem, betapapun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh dari kota. Sebaliknya, pada masyarakat sederhana pengaruh dari kota secara relatif sangat rendah atau hampir tidak ada. Pembedaan antara komunitas pedesaan dengan komunitas perkotaan pada hakekatnya bersifat gradual.

    Warga suatu komunitas pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga komunitas pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk komunitas pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian. Sedangkan di luar Jawa, misalnya di Sumatcra dan Kalimantan, di samping pertanian, penduduk komunitas pedesaan juga berkebun. Pada umumnya warga komunitas pedesaan di Indonesia ini, apabila ditinjau dari segi kehidupan, sangat terikat dan sangat tergantung dari tanah. Karena sama- sama tergantung pada tanah, maka kepentingan pokok juga sama, sehingga mereka juga akan bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingannya. Sebagai akibat kerja sama tadi, timbullah kelembagaan sosial yang disebut gotong royong, yang bukan merupakan kelembagaan yang sengaja dibuat. Karena itu. pada komunitas pedesaan jarang ditemui pembagian kerja berdasarkan keahlian, biasanya pembagian kerja didasarkan pada usia dan jenis kelamin.

    Komunitas perkotaan (urban community) adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian "kota", terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada komunitas kota, yaitu: ( I ) kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di

    Pengembangan Masyarakat

    6

  • © © ,ll a 09:48

    Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

    komunitas pedesaan; (2) warga komunitas kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa hams bergantung pada orang lain; (3) pembagian kerja di antara warga komunitas kota juga lebih tegas dan memiliki batas-batas yang nyata; (4) peluang kerja di komunitas kota lebih banyak; (5) jalan pikiran rasional umumnya dianut warga komunitas kota; (6) faktor waktu dinilai penting oleh komunitas kota; dan (7) perubahan sosial tampak nyata di komunitas perkotaan. Sehubungan dengan perbedaan antara komunitas pedesaan dan komunitas perkotaan, perlu dipahami proses urbanisasi, yakni perpindahan penduduk dari pedesaan kc perkotaan atau dapat pula dipahami bahwa urbanisasi merupakan proses teijadinya komunitas kota (Sockanto. 1990).

    Selain komunitas pedesaan dan perkotaan, berdasarkan ciri-ciri masyarakat agraris terdapat tipologi komunitas agraris, yang secara garis besar dapat dibedakan atas: (1) Komunitas nelayan (pantai dan pesisir); (2) Komunitas petani sawah (dataran rendah); dan (3) Komunitas petani peladang atau lahan kering (dataran tinggi). Apabila tipologi komunitas agraris ditelaah dalam konteks evolusi sosial, maka terdapat tipe: (I) Komunitas pemburu peramu (pra-agraris) yang dicirikan dengan tidak ada kegiatan budidaya pertanian (domestikasi), yang ada hanya berupa berburu satwa liar dan meramu hasil hutan. Warga komunitas mempertahankan kelestarian ekosistem alam. Anggota komunitas berpindah-pindah mengikuti pergerakan satwa dan atau siklus produksi hasil hutan. Warga komunitas cenderung subsisten, relatif tidak terdiferensiasi, dan egaliter. Dalam komunitas ini pemukiman tersebar dalam kelompok- kelompok kecil; (2) Komunitas peladang berpindah, yang dicirikan dengan aktivitas budidaya pertanian heterokultur “tertutup.” Anggota komunitas berpindah-pindah mengikuti

    7

  • © © ,ll a 09:48

    Pengembangan Musyarakat

    rotasi ladang. Cenderung subsisten, diferensiasi sosial sedang, dan stratifikasi bersifat sederhana. Warga komunitas dalam aktivitas budidaya pertanian menjaga kesuburan tanah dengan sistem rotasi; dan (3) Komunitas petani sawah irigasi yang mata pencahariannya berfokus pada monokultur tanaman pangan terbuka dan kesuburan tanah dipertahankan dengan irigasi. Pemukiman warga komunitas adalah menetap, cenderung komersial, pemukiman berkelompok membentuk desa, dengan tingkat diferensiasi sosial tinggi sehingga sistem sosial sangat berstratifikasi.

    2. M engapa Perlu Pengem bangan M asyarakat?

    Pembangunan sering dianggap sebagai suatu 'obat' terhadap berbagai masalah yang muncul dalam masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Permulaan implementasi pendekatan pembangunan ketika dikemukakannya Teori Pertumbuhan oleh kelompok ekonom ortodoks. Teori ini menjelaskan bahwa pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya diasumsikan akan meningkatkan standar kehidupan (Clark, 1991). Mereka menggunakan GNP (Gross National Product) sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Akan tetapi, bila diperhatikan lebih jauh ternyata pertumbuhan yang ada hampir tidak bermakna bagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, pada beberapa kasus negara berkembang, pertumbuhan GNP tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas.

    2.1. Beberapa Pendekatan Pem bangunan

    Menurut Hadad (1980), istilah pembangunan pada intinya tidaklah berbeda dengan istilah perubahan. Kedua istilah tersebut masing-masing memiliki sisi positif dan negatif, tergantung

    S

  • © © ,ll a 09:48

    Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

    kepada apa dan siapa yang akan diubah, dan juga bagaimana perubahan itu akan dilakukan. Selama lebih dari tiga dekade, teori-teori pembangunan telah dibahas dan dikaji oleh berbagai praktisi dan teoritisi pembangunan. Menurut Troeller (1978) ada enam pendekatan pembangunan, yaitu: pendekatan pertumbuhan; pertumbuhan dan pemerataan, ketergantungan, tata ekonomi bani, kebutuhan pokok, dan pendekatan kemandirian.

    2.1.1. Pendekatan Pertum buhan (Growth Approach)

    Revolusi ekonomi dari aliran Keynesian mendorong para ahli ekonomi untuk menempuh strategi industrialisasi dengan kebijakan substitusi impor sebagai “resep baru” bagi negara agraris yang padat penduduk di Dunia Ketiga. Salah satunya adalah penerapan pemikiran Rostow (1960), yang menggambarkan tahapan dalam pembangunan yang pada intinya terkait dengan investasi modal besar atau mengenai suntikan investasi yang padat modal untuk mendongkrak sumber daya dan potensi yang ada pada masyarakat. Pendekatan yang dianggap mujarab untuk negara-negara kaya di Utara ini dicangkokkan dan diterapkan guna mengobati "penyakit” di negara-negara Selatan. Dalam penerapannya, strategi untuk melakukan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan dan menggunakan penetapan ICOR (Incremental Capital Output Ratio) dan laju pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki sebagai indikator utamanya.

    Dengan menggunakan teori tersebut, berbagai negara Dunia Ketiga mengerahkan para teknokrat dan pakarnya untuk melaksanakan strategi pembangunan yang dirancang dengan sasaran tunggal, yaitu bagaimana mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam tempo yang singkat. Untuk memenuhi

    9

  • © © ,ll a 09:49

    Pengembungan Masyarakat

    ambisi tersebut, maka diperlukan modal investasi dalam jumlah besar, yang tentunya tidak dimiliki oleh negara-negara Dunia Ketiga, dan sebagai jalan pintas dibukalah pintu lebar-lebar untuk investasi modal asing beserta teknologinya.

    Asumsi teori ini adalah bila terjadi pertum buhan ekonomi yang tinggi, sebagai konsekuensinya akan terjadi “ tetesan rejeki ke baw ah" (trickle doun effect). Tetesan rejeki ke bawah diharapkan ju g a akan mencapai kelompok masyarakat lapisan bawah. Kenyataannya, hasil pembangunan yang terjadi memicu m unculnya permasalahan lain, seperti: meningkatnya tingkat pengangguran pada angkatan kerja; tingkat kejahatan; tingkat migrasi desa ke kota; dan ketim pangan pada berbagai negara Dunia Ketiga.

    2.1.2. P end ek atan P e rtu m b u h an dan P em era taan (Redistribution o f Growth Approaeh)

    Pada awal dasawarsa 1970. beberapa ekonom mengajukan suatu strategi pembangunan yang mereka yakini dapat diterapkan pada berbagai negara Dunia Ketiga. Adelman &. Morris (1973) dalam bukunya, Economic Growth and Social Eguity in Developing Countries mengembangkan tiga tipe indikator dasar yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan pembangunan suatu negara. Indikator-indikator tersebut adalah (1) indikator- indikator sosial-budaya, di antaranya sektor pertanian, dualisme, urbanisasi, dan kelas menengah; (2) indikator-indikator politik, diantaranya: integrasi, sentralisasi kekuasaan, partisipasi politik, dan kebebasan kelompok; dan (3) indikator-indikator ekonomi, di antaranya: GNP, pertumbuhan riil GNP, keterbengkalaian sumber daya alam, penanaman modal, dan modernisasi industri.

    10

  • © © □ .

  • © © ,ll a 09:50

    Pengembangan Masyarakat

    2.1.3. P a rad ig m a K eterg an tu n g an (Dependence Paradignt)

    Paradigma ketergantungan berawal dari pengalaman negara- negara Am erika Latin sejak masa depresi tahun 1930-an. Konsep ketergantungan tersebut dipelopori oleh Cardoso (sekarang Presiden Brazil) yang mem andang bahwa kelemahan konsep pembangunan yang ada: pertama, perlunya komponen- kom ponen dari luar negeri untuk menggerakkan kegiatan industri, hal ini m enyebabkan ketergantungan dari segi teknologi dan kapital; dan kelemahan kedua, karena distribusi pendapatan di Amerika Latin menimbulkan pembatasan akan permintaan terhadap barang hasil industri yang hanya m ampu dinikmati sekelom pok kecil kaum elite, dan setelah permintaan terpenuhi maka proses pertum buhan terhenti.

    C ardoso mengklaim bahwa negara-negara Selatan selalu berada dalam kondisi ketergantungan terhadap negara-negara Utara dalam hal teknologi dan kapital, yang akhirnya akan memengaruhi pembangunan dalam negeri negara-negara Dunia Ketiga tersebut. Relasi yang tidak sehat antara negara-negara Utara dan Selatan pada titik tertentu m emberikan sumbangan terhadap peningkatan pada tingkat kemiskinan dari negara- negara penerima bantuan. Hal ini terjadi karena hanya kelompok

    m asyarakat tertentu dalam negara yang menerima bantuan itu yang mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari proses pembangunan yang ada. Kelompok yang lebih diuntungkan ini

    lebih sering berasal dari kelompok elit bisnis dan politis.

    Teori Ketergantungan m encoba menjelaskan “mengapa bantuan yang sudah begitu besar yang diberikan oleh negara- negara Dunia Pertama tidak mem berikan hasil yang signifikan pada proses pembangunan negara Dunia Ketiga?" dan "mengapa m asih banyak negara yang belum ataupun sedang berkembang.

    12

  • © © * ( 2 A m 09:50

    yang belum m ampu m engelola pembangunan negara mereka tanpa diberikan dukungan oleh negara-negara donor?” Teori ini m enunjukkan bahwa munculnya sifat ketergantungan m erupakan penyebab terjadinya “keterbelakangan” masyarakat negara sedang berkembang, karena itu untuk mem bebaskan diri dari “keterbelakangan” diperlukan adanya upaya pembebasan m asyarakat dari rantai yang mem belenggu mereka. Teori ini juga m enjelaskan bahwa struktur kerja sam a yang bersifat eksploitatif dapat menyebabkan terjadinya stagnasi pembangunan pada negara-negara Dunia Ketiga.

    Meskipun dem ikian banyak pula muncul kritikan terhadap teori ini. Para pengeritik m enyatakan bahwa banyak masalah ataupun gejala yang tidak bisa dipecahkan oleh teori tersebut. Kritik lain, teori tersebut kurang m empunyai dayaguna yang praktis dan teori tersebut terlalu banyak m engulang-ulang dan kurang berkembang.

    2.1.4. P end ek atan T ata Ekonom i In te rn asio n a l B aru (The New International Economic Order)

    Pendekatan ini berlandaskan hasil studi yang dilakukan oleh The C lub o f Rome yang berjudul The Limits to Growth, yang mem aparkan suatu prediksi akan m unculnya bencana pada kurun waktu seratus tahun yang akan datang apabila pertum buhan ekonomi, pertambahan penduduk, pertumbuhan

    eksploitasi bahan mentah, dan peningkatan polusi lingkungan m asih tetap sama dengan tingkat pertumbuhan pada tahun 1970-an. Selain itu, ancaman akan tetap muncul bila dominasi dari perusahaan-perusahaan multinasional terhadap negara- negara yang belum dan sedang berkembang tetap berada dalam

    kondisi yang sama dengan kondisi pada tahun 1970-an. Akar

    K om unitas dan Pengem bangan M asyarakat dalam P erspektif Sosiologi

    13

  • © Pesan dari +62 858-3068-6912 @

    Pengembangan Masyarakat

    dari stagnasi pertumbuhan ekonomi internasional berasal dari bagaim ana negara-negara industri tersebut mengeksploitasi hubungan kerja sama m ereka dengan negara-negara Dunia Ketiga.

    Gagasan berikutnya adalah menciptakan tata ekonomi internasional baru yang berlandaskan pada kebutuhan negara- negara Selatan untuk m engelola sum ber daya alam dan ekonomi m ereka sendiri. Gagasan tersebut mencakup proses perumusan dan pengam bilan keputusan. pengembangan prasyarat investasi, pengadaptasian teknologi bani, dan relasi perdagangan. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa sejak Tata Ekonomi Internasional Baru dideklarasikan pada tahun 1974, semangat negara berkem bang untuk merealisirkan gagasan tersebut selalu berhadapan dengan kepentingan-kepentingan negara maju, yang cenderung menentang.

    Sehubungan dengan gagasan tersebut, Am erika Serikat m enerapkan tiga strategi untuk menunda ataupun menghalangi

    gagasan tersebut, yakni dengan: (1) strategi penolakan secara sepihak (unilateral strategy); (2) strategi pengendoran yaitu m engambil langkah persetujuan terhadap hal kecil tetapi tidak pada hal yang pokok (alleviationist strategy); dan (3) strategi penyampaian yang bersifat samar dengan maksud menunda ataupun m engulur waktu. Konsekuensinya, maka kontradiksi antara negara-negara Selatan dan Utara je las sem akin tajam dan kian sulit dijembatani karena dari pihak Selatan sangat mendambakan keadilan internasional, sementara dari Utara berusaha mem pertahankan stabilitas, pertumbuhan, dan “status quo" mereka. Sedangkan m odal dan teknologi dari perusahaan multinasional semakin berkembang dan berakar di negara- negara Selatan. Oleh karena itu, tata ekonomi yang baru

    1 4

  • © © ^) ' f E] A .(1 . 09:51

    K om unitas dan P engem bangan M asyaraka t dalam P ersp e k tif Sosiologi

    tersebut sampai saat ini masih merupakan suatu impian bagi negara-negara Selatan.

    2.1.5. Pendekatan Kebutuhan Pokok {The Basic Needs Approach) Dengan berlandaskan pada kondisi ketidakseimbangan hubungan Utara-Selatan dan pesimistik Club o f Rome, dibangun suatu proposisi bahwa kebutuhan pokok tidak mungkin dapat dipenuhi jika mereka masih berada di bawah garis kemiskinan serta tidak mempunyai pekerjaan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Oleh karena itu dirumuskan tiga sasaran pendekatan ini: (1) membuka lapangan kerja; (2) meningkatkan pertumbuhan ekonomi; dan (3) memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Kemudian pendekatan ini diperluas dengan memasukkan beberapa unsur kebutuhan pokok yang bersifat nonmaterial sehingga dapat digunakan sebagai tolok ukur kualitas kehidupan (qua!ity o f life) dari kelompok masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.

    Soedjatmoko dalam bukunya Policy Imp/ications o f the Basic Needs Approach, menyarankan agar pendekatan ini diterapkan secara komprehensif dan melibatkan masyarakat di pedesaan dan sektor informal dengan mengembangkan potensi, kepercayaan, dan kemampuan masyarakat itu sendiri untuk mengorganisir diri serta membangun sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Hal yang menarik dari pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, dan penghargaan terhadap gerakan mereka yang berada di lapisan bawah (grassroots).

    Konsep Soedjatmoko pada titik tertentu mampu menjembatani kebutuhan pokok dengan pendekatan kemandirian (self-reliance approach), yakni pendekatan yang memperhatikan

    15

  • © © ^ 3 f Sn . i i . . 09:51Pengembangan Masyarakat

    “gerakan” dari grassroots dan kelompok yang berada di bawah garis kemiskinan menjadi salah satu pendekatan yang relatif banyak diadopsi oleh negara-negara Dunia Ketiga.

    2.1.6. Pendekatan K em andirian (The Self-Reliance Approach)

    Pendekatan ini muncul sebagai konsekuensi logis dari berbagai upaya negara-negara Dunia Ketiga untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap negara-negara industri. Konsep kemandirian menekankan pada dua perspektif: (I) penekanan lebih diutamakan pada hubungan timbal-balik dan saling menguntungkan dalam perdagangan dan kerja sama pembangunan; dan (2) lebih mengandalkan pada kemampuan dan sumber daya sendiri untuk kemudian dipertemukan dengan pendekatan internasional tentang pembangunan.

    Penerapan konsep kemandirian membawa konsekuensi perlunya diterapkan pula pendekatan kebutuhan pokok bagi kelompok miskin, dan strategi pemerataan pendapatan serta hasil-hasil pembangunan.

    2.2. Evaluasi te rhadap Pendekatan Pem bangunan

    Setelah mengkaji keenam pendekatan pembangunan tersebut kita dapat mengevaluasi secara ringkas keenam pendekatan tersebut. Pertama, menarik perhatian kita adalah persamaan yang meluas dan mendalam dalam hal ketidakakuratan keenam pendekatan tersebut secara empiris, ketidakadekutannya dari segi teori, dan ketidak-efektifannya dari segi kebijaksanaan politik. Hal tersebut hanya merupakan refleksi dari persamaan fundamental dalam hal titik tolak, baik ideologi maupun analitis. Keenam pendekatan tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga tipe pendekatan. Tipe pertama adalah ideal-tipikal karena menetapkan apa yang dianggap ciri-ciri pembangunan

    16

  • Kom unitas dan Pengem bangan M asyarakat dalam P erspektif Sosiologi

    yang tipikal. Tipe yang kedua mempersoalkan bagaimana ciri-ciri tipikal dari tipe yang pertama itu didifusikan dari negara-negara maju (“Utara”) ke negara-negara terkebelakang (“Selatan”). Sedangkan tipe yang ketiga m enjelaskan bahwa bagaim ana ciri-ciri tipikal yang telah diidentifikasi di dalam tipe pertama dan didifusikan m enurut tipe yang kedua, harus diakulturasikan oleh negara-negara terkebelakang jik a mereka ingin membangun.

    Dari pendekatan-pendekatan pembangunan tersebut tampak suatu perangkat ciri-ciri struktur sosial dan teori-teori pembangunan. Argumentasinya adalah bahwa semua itu atas nama universa/ism dan satu bagian dari sistem itu, yakni Eropa Barat dan Amerika Utara melakukan difusi dan membantu bagian lainnya, yakni Asia Afrika, dan Amerika Selatan untuk membangun. Tesis pendekatan pembangunan tersebut adalah bahwa metropolis-metropolis nasional di ketiga benua itu. yang sudah memperoleh manfaat dari difusi tersebut, pada gilirannya membantu daerah pedalaman masing-masing untuk membangun. Dalam pendekatan-pendekatan pembangunan tersebut, terdapat pandangan bahwa dalam usaha untuk berkembang, negara-negara terkebelakang dan metropolis-metropolis nasionalnya mendapat hambatan dari daerah pedalaman yang masih tradisional. Pandangan lain adalah bahwa modal bagi pembangunan metropolis-metropolis nasional negara-negara terkebelakang diperoleh dari negara-negara maju. Padahal pandangan tersebut tidak benar, karena sesungguhnya modal tersebut berasal dari koloni- koloni intemal domestik. Pandangan berikutnya, modal untuk pembangunan negara-negara maju adalah berasal dari negara- negara maju itu sendiri. Ternyata pandangan ini pun tidak benar, karena modal tersebut sebenarnya berasal dari negara-negara

  • © WhatsApp

    yang sekarang ini menjadi negara terkebelakang (“Selatan”). Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila negara-negara terkebelakang perlu memandang lebih jauh lagi untuk mencari teori-teori tentang pembangunan yang secara empiris sesuai, secara teoritis adekuat, dan secara politis bisa diterima oleh realitas, kebutuhan, dan keinginan negara-negara tersebut.

    Ke arah mana harus melihat untuk mencari teori alternatif mengenai pembangunan yang lebih memadai bagi negara-negara terkebelakang, telah dipaparkan oleh kekurangan-kekurangan yang terkandung di dalam keenam pendekatan pembangunan tersebut di atas. Pertama, pendekatan-pendekatan pembangunan tersebut secara em piris keliru tentang realitas m asa lampau dan masa kini di bagian dunia yang terkebelakang, bagian dunia yang sudah maju, dan dunia secara keseluruhan. Padahal suatu teori alternatif yang adekuat harus sesuai dengan realitas historis dan kontem porer dari pembangunan dan keterbelakangan. Kedua, pendekatan-pendekatan tersebut secara teoritis tidak adekuat karena tidak dapat mengidentifikasi keseluruhan aspek sosial yang determinan, karena tidak m em perhatikan sejarah bagian yang terbelakang atau hubungannya dengan bagian yang sudah maju, dan bahkan dunia secara keseluruhan, dan karena pendekatan tersebut tidak sesuai dengan struktur sistem sosial dunia itu padahal suatu teori alternatif harus mencerminkan struktur dan perkembangan sistem itu yang telah m enimbulkan, dan sekarang mem pertahankan, malahan m enambah baik pembangunan struktural maupun keterbelakangan struktural

    sebagai manifestasi yang dihasilkan bersam a oleh proses sejarah yang sama. Ketiga, kebijaksanaan pembangunan dari pendekatan-pendekatan tersebut semakin konservatif dari segi politik dan cenderung m enerim a status quo struktural tanpa

    Pengem bangan M asyarakat

    18

  • Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

    berbual apa-apa sambil menantikan “hadiah” dari orang lain dengan tangan terbuka. Padahal suatu kebijaksanaan alternatif bagi pembangunan harus lebih revolusioner dari segi politik dan membantu rakyat di negara-negara terbelakang untuk menghancurkan sendiri struktur tersebut dan membangun sendiri sistem yang lain.

    Dengan demikian, jika negara-negara maju tidak dapat mendifusikan pembangunan, teori pembangunan atau kebijaksanaan pembangunan kc negara-negara terkebelakang, maka rakyat di negara-negara terkebelakang itu sendiri harus membangun. Keenam pendekatan tersebut, sebagian besar merupakan “pakaian sang Kaisar" yang digunakan untuk menyembunyikan “kebugilan" imperialismenya. Daripada membuat “pakaian" baru bagi sang Kaisar, lebih baik rakyat menurunkannya dari tahta lalu membuat “pakaian" untuk mereka sendiri.

    2.3 Perubahan Paradigm a Pem bangunan

    Logika yang dominan dari pendekatan pembangunan tersebut di atas adalah logika produksi dan sasaran-sasaran dominannya berpusat pada produksi, yang dikenal sebagai paradigma produetion centered development (Korten & Klauss, 1984). Nilai-nilai, sistem, dan metode-metodenya disesuaikan dengan cksploitasidanmanipulasisumbcrdayaalamuntukmcnghasilkan produksi bagi masyarakat konsumen massal. Logika ini menciptakan birokrasi-birokrasi besar yang mengorganisasi masyarakat kc dalam unit-unit produksi yang dikontrol sccara terpusat dan bersifat sentralistis. Dampaknya adalah kebijakan pembangunan sangat berpihak kepada konsumen, penduduk kelas menengah perkotaan, dan meminggirkan para produsen

  • Pengembangan Masyarakat

    yang sekaligus setengah konsumen, yakni masyarakat yang terpinggirkan.

    Bertahannya paradigma ini, dalam konteks pembangunan ekonomi merupakan suatu cerminan mengenai eratnya jalinan yang tidak hanya antara sistem nilai individu dan struktur- struktur kelembagaan, tetapi lebih dari itu dalam kerangka keija teoritis dan metodologi yang selalu mendominasi dalam hal identifikasi masalah dan pemecahannya pada tingkat individu maupun kelembagaan. Hal ini dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa upaya terbaik dalam kebijakan pembangunan, ketika itu. ternyata hanya menambah parah persoalan-persoalan yang sedang dipecahkan. Oleh karena itu, sudah saatnya dalam pembangunan ekonomi berorientasi kepada paradigma pembangunan yang baru, yang meninggalkan paradigma pembangunan untuk konsumen atau production-centered development. Dengan demikian, agenda perubahan paradigma dan kebijakan pun kian mendesak untuk segera ditetapkan.

    Untuk mewujudkan agenda perubahan tersebut, maka pembangunan, kebijakan pembangunan, dan pengembangan kelembagaan pembangunan perlu diarahkan oleh suatu paradigma baru yang berakar kepada ide-ide, nilai-nilai, teknik-teknik sosial, dan teknologi lokal (alternatif). Logika yang dominan dan perlu dikembangkan dari paradigma baru tersebut adalah logika ekologi manusia yang seimbang dengan sumberdaya utama berupa sumber daya informasi dan prakarsa kreatif dengan memberi peran kepada masyarakat bukan sebagai subjek, tetapi lebih dari itu sebagai aktor “yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya.” Paradigma ini dikenal sebagai people centered development atau pembangunan yang

  • Kom unitas dan Pengem bangan M asyarakat dalam P erspektif Sosiologi

    berpusat pada rakyat, yang m enghargai dan mempertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Dalam konteks kebijakan pangan dan kelembagaan pangan, paradigma ini m endukung sistem- sistem swaorganisasi masyarakat yang dikem bangkan dalam satuan-satuan organisasi dan komunitas.

    Pendekatan, metode, dan teknik-teknik sosial dari pem bangunan yang berpusat pada rakyat m engutamakan bentuk- bentuk kelom pok dan organisasi swadaya. Proses membangun pengetahuan dan sum ber daya m anusianya didasarkan pada konsep-konsep dan metode-m etode belajar sosial. Perspektif teritorial (bukan fungsional) yang m endominasi perencanaan dan pengelolaan sistem-sistem produksi-konsumsi. Kerangka kerja ekologi m anusia dipergunakan dalam analisis dan pilihan- pilihan produksi. Ukuran keberhasilan tidak hanya m elibatkan m asyarakat dan lingkungannya, lebih dari itu menjadikan kom unitas sebagai landasan bagi proses analitis tersebut.

    Untuk mencapai suatu pembangunan yang berpusat pada

    dan sesuai dengan realitas-realitas teknik, sosial, lingkungan, dan politik yang ada. diperlukan suatu perubahan struktural. Pem bahan struktural tersebut berpusat pada: (1) perubahan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan m endukung usaha-usaha m asyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri pada tingkat individual, keluarga, dan kom unitas: (2) perubahan dan pengembangan struktur dan proses organisasi

    m asyarakat yang berfungsi menurut kaidah-kaidah sistem yang mandiri; dan (3) perubahan dan pengembangan sistem produksi- konsumsi yang diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan

    pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.

  • Pengembangan Masyarakat

    Salah satu tantangan yang penting bagi pembangunan yang berpusat pada masyarakat adalah mengubah orientasi birokrasi pembangunan ekonomi pemerintah agar menjadi agensi- agensi yang mampu meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pemberdayaan organisasi-organisasi sosial di tingkat lokal dan komunitas. Hal ini sangat relevan dengan implementasi prinsip- prinsip desentralisasi dan kesetaraan dalam pengembangan kelembagaan pembangunan. Agensi-agensi semacam ini lazimnya dibentuk di tingkat lokal dan dekat dengan kelompok- kelompok primer untuk memenuhi tujuan-tujuan lokal dan komunitas. Agensi-agensi tersebut tidak hanya membangun hierarki formal yang relatif stabil, tetapi juga jejaring hubungan- hubungan kelembagaan informal yang berubah secara dinamis.

    Dalam paradigma ini, prinsip-prinsip keswadayaan di tingkat lokal menggantikan logika ekonomi yang konvensional yang menerapkan skala ekonomi, spesialisasi, investasi, dan keuntungan komparatif yang dalam beberapa kasus telah menjadi tidak fungsional. Sampai sejauh ini, logika ekonomi yang konvensional telah menunjukkan prestasi-prestasi ekonomi dan teknologi yang luar biasa. Akan tetapi prestasi tersebut hanya terwujud dalam batas-batas dan dengan biaya- biaya tertentu. Logika ini telah memadukan logika skala ekonomi dengan mekanisme pemilikan berbadan hukum sehingga kontrol terhadap sumber daya produktif terpisah dari konsekuensi-konsekuensi manusiawi dan lingkungan dari penggunaannya. Logika ini juga telah menciptakan suatu sistem global yang saling-tergantung satu sama lain sehingga sistem tersebut menjadi labil.

    Sedangkan keswadayaan di tingkat lokal memfokuskan pada relasi antara tempat, masyarakat, dan sumber daya yang tcijaiin

  • Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

    menjadi sistem ekologi manusia yang mendukung kemandirian di tingkat lokal. Perspektif teritorial ini menjadikan manfaat dan biaya sosial dan lingkungan sebagai bagian darinya: kontrol lokal dan penganekaragaman. Sebagai strategi pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokal, keswadayaan di tingkat lokal memprioritaskan kepada penciptaan kondisi- kondisi yang memungkinkan masyarakat di suatu daerah dan komunitas dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dengan menggunakan sumberdaya lokal yang berada di bawah kontrol masyarakat lokal. Peranan unit-unit teritorial seperti pemerintah lokal merupakan hal pokok dalam koordinasi kebijakan pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokal. Keberhasilan unit-unit organisasi teritorial dinilai berdasarkan sampai sejauh mana organisasi-organisasi tersebut mempunyai andil bagi penciptaan landasan bagi pembangunan lokal secara mandiri.

    Dengan demikian upaya-upaya pengembangan kelembagaan perlu berorientasi kepada pergeseran paradigma pembangunan dari paradigma produetion centered development ke paradigma people centered development atau dalam konteks pembangunan ekonomi yang lebih spesifik berorientasi kepada perubahan dari paradigma pembangunan yang berpusat pada produksi ke paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Dengan berorientasi kepada pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centcrcd development). maka “ideologi" kebijakan pembangunan dan pengembangan kelembagaan di tingkat nasional, lokal, dan komunitas merujuk kepada implementasi prinsip-prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring sosial, keswadayaan lokal, dan prinsip sustainablity (gambar I ).

  • © © □ ) -

  • © © □ ) -

  • Pengem bangan M asyarakat

    Faktor penyebab m unculnya fenomena tersebut di atas adalah pengetahuan m engenai struktur dan proses-proses dalam masyarakat yang diperoleh sejak PD 1, dan karena kesediaan banyak orang untuk terlibat aksi sosial dan untuk memanfaatkan pengetahuan itu. Di sam ping itu, banyak ilmuwan sosial profesional yang sangat tertarik pada perkembangan program-program pengem bangan masyarakat dan sekaligus menyum bangkan keterampilan dan pemikiran m ereka untuk mengarahkan gerakan-gerakan sosial tersebut.

    Salah satu paparan terbaik m angenai meningkatnya perhatian pada masyarakat setelah PD II adalah yang dikem ukakan oleh Hayes:

    "Arah organisasi masyarakat menjadi demikian mengesankan sehingga National Planning Association terdorong untuk menyelenggarakan Konferensi Nasional tentang Masyarakat pada Oktober 1947. Sebelum konferensi, suatu estimasi kasar mengenai gambaran umum dibuat dan diterbitkan dengan judul Cummunity Building in America. Berdasarkan laporan ini dan sumber- sumber yang lain, lebih dari setengah penduduk Amerika yang bermukim pada lebih dari seperempat komunitas mencari bentuk pembangunan dan kontrol sebagian dari hubungan-hubungan yang paling signifikan melalui organisasi masyarakat formal selain pemerintah."

    Selanjutnya Gordon W. Blackwell, dalam suatu surv ei singkat mengenai gerakan pengembangan masyarakat, menjelaskan:

    “Gerakan pengembangan masyarakat yang diarahkan secara rasional pada masa itu menjadi manifes dengan dua cara: (1) upaya-upaya membentuk mesin-mesin untuk

  • © BHINNEKA TUNGGAL IKA

    Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

    mobilisasi, koordinasi, dan perencanaan masyarakat yang komprehensif; dan (2) upaya-upaya yang lebih terbatas untuk menerapkan falsafah, prinsip-prinsip, dan teknik- teknik pengembangan masyarakat ke dalam pencapaian tujuan-tujuan dari kehidupan masyarakat, misalnya kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya.”

    Hal ini kemudian menjadi bidang penelitian Sosiologi yang m enarik. Pertama, karena pengembangan masyarakat mewakili pembangunan yang signifikan dalam masyarakat Amerika Serikat dan mungkin menawarkan cara untuk mencapai gaya hidup yang lebih memuaskan, selagi masyarakat terus- m enerus mengadakan penyesuaian dengan lingkungan alam dan antar m anusia sendiri; dan kedua, karena penelitian dalam pengembangan masyarakat mengarahkan sosiolog langsung pada elemen dasar dari struktur sosial dan dinamika sosial.

    Berbeda dari Am erika Serikat, sejarah pengembangan m asyarakat di Inggris lebih terkait dengan kehidupan komunitas di daerah koloninya. Akan tetapi secara akademis tidak berbeda dengan perkembangan di Amerika Serikat. M enurut Brokensha dan Hodge dalam Adi (2001), m unculnya model pengembangan m asyarakat fcommunity development) terkait dengan disiplin ilmu pendidikan (education). Istilah community> development dipergunakan secara resmi di Inggris pada tahun 1948, untuk mengganti istilah lama mass education (pendidikan massal). Meskipun demikian, sejarah perkem bangannya dapat dilacak ke belakang mulai tahun 1925, ketika pemerintah Inggris m enghadapi masalah yang terkait dengan tatanan hukum mereka. Pemerintah Inggris melalui Kantor Pemerintah Kolonial (The Colonial Office) m engeluarkan suatu m emoranda yang salah satu tujuannya adalah “untuk mengembangkan komunitas

    27

  • Pengem bangan M asyarakat

    secara uluh” (to promote the advancement o f community as a whole). M em oranda ini mem aparkan cara-cara untuk meningkatkan kehidupan kom unitas di daerah koloni mereka yang pada akhirnya dikenal dengan nama pengembangan masyarakat. Pada tahun 1944 kantor tersebut mempublikasikan suatu m emoranda lagi untuk m enggantikan proposal pendidikan massal yang sudah diterapkan dalam kebijakan pemerintah kolonial Inggris sebelumnya.

    Secara garis besar ada tiga tujuan jangka panjang dari kebijakan yang dikem ukakan pada tahun 1944 ini, yaitu: (I) Peningkatan kondisi kehidupan dan kesehatan m asyarakat; (2) Peningkatan tara f hidup ekonomi masyarakat; dan (3) Pengembangan institusi politik dan kekuasaan politik pada daerah koloni hingga tiba m asanya mereka dapat menjalankan pemerintahannya sendiri secara efektif.

    Selanjutnya, pada tahun 1947 Kantor Pemerintah Kolonial mengadakan serangkaian konferensi musim panas mengenai administrasi negeri jajahan di Afrika. Pada tahun 1948 konferensi tersebut menghasilkan definisi mengenai "pendidikan massal" dan memutuskan bahwa pada masa yang akan datang terminologi tersebut akan diganti dengan pengembangan masyarakat, sebagai berikut:

    “A movement designed to promote better living for the whole community with the active participation. and if possible, on the initiative o f the community ... It includes the whole range o f development aetivities in the district whether ihese are undertaken by govemment or unotlieial bodies ... [Community developmentl must make use o f the cooperative movement and must be put into effect

  • Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

    in the elosest association with local govemment bodies” (Brokensha and Modge 1969 dalam Adi. 2001).

    Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan prakarsa komunitas. Mal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan tingkat distrik, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh lembaga- lembaga non-pemerintah. Pengembangan masyarakat harus memanfaatkan gerakan koperasi dan harus dilakukan melalui kerja sama yang erat dengan lembaga-lembaga pemerintahan setempat.

    Dalam perkembangannya, pemerintah kolonial Inggris mengadopsi definisi pengembangan masyarakat yang lebih singkat pada tahun 1948. Hal ini dilakukan ketika mereka memperkenalkan konsep pengembangan masyarakat di Malaysia:

    "Community development is a movement designed to promote better living for the whole community with the activc participation and on the initiativeof the community" (Brokensha dan Hodge. 1969 dalam Adi 1001).

    Pengembangan masyarakat adalah gerakan yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan seluruh komunitas dengan partisipasi aktif dan atas prakarsa komunitas.

    Pengertian Pengembangan MasyarakatPengembangan masyarakat (community development) adalah konsep dasar yang menggarisbawahi sejumlah istilah yang telah digunakan sejak lama, seperti community resource

  • © Pesan dari +62 823-3153-5015 @

    P engem bangan M asyarakat

    development. rural areas development. community■ economic development. rural revitalisation. dan community> based development. Community development menggambarkan makna yang penting dari dua konsep: community, bermakna kualitas hubungan sosial dan development, pembahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual. Makna ini penting untuk arti pengembangan masyarakat yang sesungguhnya (Blackbum. 1989).

    Keragaman dalam menginterpretasikan pendekatan- pendekatan pengembangan masyarakat semakin meluas niulai dari perbedaan orientasi nilai budaya sampai dengan tujuan- tujuan dari berbagai kalangan yang menggunakan istilah tersebut. Ada yang bertujuan untuk menggeser struktur kekuatan politik, meningkatkan aktivitas ekonomi komunitas bisnis, dan pembangunan kebudayaan. Dalam beberapa kasus, pengembangan masyarakat digunakan sebagai cara untuk memperbaiki pelayanan dan fasilitas publik, mcnciptakan tanggung jawab pemerintah lokal, meningkatkan partisipasi masyarakat, memperbaiki kepemimpinan, membangun kclcmbagaan-kclcmbagaan baru, melaksanakan pembangunan ekonomi dan fisik, dan mengembangkan perencanaan fisik dan lingkungan.

    Deberapa pakar berpandangan bahwa pengembangan masyarakat dapat membantu menanggulangi masalah dan isu- isu penting untuk kesejahteraan komunitas secara konvensional oleh pemerintah dan pihak lainnya secara efektif. Meskipun demikian, ada beberapa ketidaksepakatan mengenai apakah community development seharusnya dikontrol oleh suatu lembaga yang bersifat sentralistis atau oleh kelompok- kelompok masyarakat yang otonom. Ada yang berpandangan

    30

  • Sejarah Program Pengem bangan M asyarakat

    bahwa community development sebagai suatu mobilisasi di tingkat provinsi dan pusat untuk m endukung tujuan-tujuan perencanaan yang terdisentralisasi. Pandangan lainnya, community development sebagai suatu cara masyarakat “m em elihara" otonomi yang dimilikinya.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberikan kontribusi sehingga membuat community development sebagai suatu gerakan sosial dengan perhatian utama pada pembangunan desa-desa di negara Dunia Ketiga dan berkembang. Selanjutnya gerakan sosial tersebut melakukan inisiasi dan memberikan dukungan pada community development dari perspektif internasional. Pada saat itu, PBB menggunakan definisi communitydevelopment (1960):

    "community development is the processes by which the efi'orts o f the people themselves are united with those o f govemmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions o f communities, to integrate the communities into the life of the nalio, and to enhance the contribute fully to national progress."

    Dalam studi-studi internasionalnya. Poston (1962) menunjukkan bahwa dari pandangan internasional:

    “community development is a program in which the great mass o f population, community by community, moves incrcasingly toward a greater indcpcndencc and sclf- rcliance, while at the same timc developing a broadening awamess o f inter-relationships and rcsponsibilities which must hc assumcd among all communities and regiones vvithin a country for the building of nationhood. In this proccss cach community in the nation will bccomc

  • Pengem bungan M asyarakat

    increasingly receptive to. and more able to make use ot' outside tecnical and material aid.”

    Poston kemudian menjelaskan bahwa dari pandangan nasional:

    •'community development ... is a nationwide process creating within all communities ofthe nation qualities of efTective local organization. cooperation. enterprise and capacity for change. and joining these qualities with the nation-building eft'orts ofthe govemment as a whole”.

    Menurutnya. community development sebagai suatu proses membangun relasi atau hubungan sosial baik secara horisontal

    (dalam suatu kom unitas) maupun vertikal (antara dan antar komunitas). Pandangan lain dikem ukakan oleh Christcnscn dan Robinson ( 1980), mereka m em andang community development sebagai suatu "a group o f people working together in a community setting on a shared decision to initiate a process to change their economic, social, cultural or environmental situation ",

    Oleh karena itu, istilah pengembangan masyarakat (community development) telah digunakan secara internasional dalam arti sebagai proses, yakni sem ua usaha swadaya masyarakat digabungkan dengan usaha-usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, dan kultural serta untuk mengintegrasikan masyarakat yang ada ke dalani kehidupan berbangsa dan bernegara, dan memberi kesempatan yang mem ungkinkan m asyarakat tersebut m em bantu secara penuh pada kemajuan dan kemakmuran bangsa (Conycrs. 1996).

  • Sejarah Program Pengem bangan M asyarakat

    Istilah tersebut kemudian mengalami perluasan makna: tidak saja sebagai suatu proses. Van Becrs dan Colley (1972) pernah mengadakan survey untuk melihat pelaksanaan community development di Pulau Jawa. Untuk kepentingan tersebut. community development didefinisikan sebagai "membantu diri sendiri” untuk meningkatkan standar dan kualitas hidup masyarakat di daerah pedesaan.

    “Community Development has been variously defined as a philosophy. a program, a method. or a movement. Community development defined as ‘assisted self help' to raise the Standard o f living and the quality o f life in the rural areas.”

    Istilah pengembangan masyarakat dapat berarti banyak untuk beragam orang. Sandcrs (1958) menunjukkan pengembangan masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode, program, atau gerakan. Dengan kata lain, gambar tersebut menunjukkan empat cara untuk memandang pengembangan

    masyarakat.

    2.1. Sebagai su a tu “ P roses"

    Pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap-tahap berikutnya, yakni m encakup kemajuan dan perubahan dalam artian kriteria terspesifikasi. Istilah yang netral dan ilmiah, m enuntut definisi dan pengukuran yang cukup tepat. Dipaparkan tentang hubungan-hubungan sosial,

    semisal perubahan dari kondisi di mana satu sampai dua orang, atau suatu elite kecil di dalam atau di luar masyarakat membuat keputusan untuk sem ua orang menjadi kondisi di mana semua

  • © © C M .

    Pengembangan Masyarakat

    orang itu membuat keputusan-keputusan mengenai masalah- masalah yang menjadi perhatian bersama, dari kerja sama minimum menjadi maksimum, dari kondisi di mana semua sumber daya dan spesialis datang dari luar komunitas menjadi kondisi di mana warga komunitas menggunakan hampir semua sumber dayanya sendiri. Dengan demikian, fokus pada apa yang terjadi pada orang-orang, baik secara psikologis maupun sosiologis.

    2.2. Sebagai suatu “ M etode”

    Pengembangan masyarakat merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga beberapa tujuan dapat dicapai. Metode-metode lain, misalnya pembahan yang dilakukan pemerintah, perubahan dengan menggunakan beberapa imbalan, dan perubahan melalui pendidikan dapat menjadi pelengkap bagi metode pengembangan masyarakat yang melakukan tahapan-tahapan yang disarankan dalam suatu proses agar supaya keinginan pengguna metode (pemerintah pusat, swasta, badan atau masyarakat lokal itu sendiri dapat dilaksanakan. Prosesnya diarahkan untuk tujuan tertentu yang dapat nembantu ataupun mencelakakan warga komunitas, tergantung dari tujuan tertentu yang dapat membantu ataupun mencelakakan warga komunitas dan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai dan kriteria yang digunakan. Dengan demikian, penekanan pada beberapa tujuan.

    2 J . Sebagai suatu “P rogram ”

    Metode pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu daflar kegiatan. Dengan menjalankan prosedur, kegiatan-kegiatan dianggap dilaksanakan. Apabila program sangat di formalitaskan

    10:00

    34

  • Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

    seperti dalam rencana lima tahunan, fokusnya cenderung pada program dan bukan pada sesuatu yang terjadi pada masyarakat yang terlihat dalam program. Sebagai suatu program seperti ini, pengembangan masyarakat berhubungan dengan bidang-bidang subjek yang khas, seperti kesehatan, kesejahteraan, pertanian, industri, dan rekreasi. Dengan demikian, fokusnya ada pada kegiatan-kegiatan.

    2.4. Sebagai suatu “G erakan”

    Pengembangan masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang mengabdi. Dalam hal ini, pengembangan masyarakat tidak netral, seperti sebagai suatu proses, tetapi menyangkut emosi. Dengan kata lain, seorang hanya bisa setuju atau tak setuju terhadap pengembangan masyarakat itu. Pengembangan masyarakat dipersembahkan untuk kemajuan-kemajuan, bagi suatu konsep filosofis bukan konsep ilmiah, karena kemajuan harus dipandang dalam kaitannya dengan nilai-nilai dan tujuan- tujuan yang berbeda dalam sistem sosial dan politik yang berbeda. Di samping itu, pengembangan masyarakat sebagai gerakan cenderung melembaga dan membangun struktur organisasinya sendiri, menerima prosedur dan praktisi-praktisi profesional. Dengan demikian, fokusnya adalah mendorong gagasan-gagasan pengembangan masyarakat.

    Leagens (1961) juga mengungkapkan istilah community development dapat menunjuk pada berbagai hal baik sebagai suatu program, suatu proses, suatu prosedur, suatu gerakan, maupun suatu tujuan. Menurutnya. ‘'Community■ development refened to as a programme, a process. a procedure, a movement. andan objective. " Community*development diartikan bermacam-

  • Pengembangan Masyarakat

    macam. Meskipun demikian semua pihak secara aktual bersepakat dengan masyarakat di komunitas lokal, seperti pekerja penyuluh, pengajar, personil kesehatan umum, pekerja sosial, dan lain-lain memandang community development sebagai suatu proses.

    "Community development has defined at difi'crcnt times as movement, an instrument. an approach and finally as a process andor a method. Extension workers, educator. public hcalth personnel, social workers and those who actuallydeal with people in loeal communities experiences community development as a process.” (United Nations, 1955)

    Dalam pelaksanaannya, community development dapat dibedakan menjadi dua tahap. Kedua tahap tersebut menggambarkan proses penyebaran dan kemajuan. Pertama, pembangunan diarahkan ke dalam kelompok sendiri. Kedua, kelompok tersebut diharapkan dapat mempengaruhi pembangunan di tingkat yang lebih luas (Batten dalam Di Franco, 1966).

    Selanjutnya, Mukerji (1961) menyatakan bahwa tujuan community development secara rinci adalah untuk membangun kehidupan manusia sebagai individu dan sebagai anggota komunitasnya dengan cara mengembangkan pandangan yang progresif, kemandirian, dedikasi terhadap tujuan komunitas, dan kerja sama. Program-program yang dilaksanakan dalam community development harus memiliki karakteristik dasar, yaitu:

    (1) It has corrcspond to the basic needs of the people;(2) It has to be integrated and multipurpose prograninie

  • © Pesan dari +62 838-1203-332 @ Kuliner

    Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

    that deals with all the major problems of the niral areas simultaneously as the rural situation demands; (3) It must aim at making the fullest utilisation o f loeal resources o f men, material, leadership and talent and their fullest development if the capaeity o f the loeal community and its self reliance are to be promoted. Rcliance on outside sell' help must be as little as possible; (4) It must emphasise permanent improvements that will permancntly build up people's capaeity and confidcncc in thcmselvcs; and (5)It must distribute the benefits o f progress evcenly over the intire community and rcducc the cconomic and social disparities that cxist bctwccn the ditTcrcnt classcs in community, if the community cohcsion and social justice are to bc promoted (Mukcrji, 1961).

    Pada Tahun 1962, Perserikatan Bangsa-Bangsa m engem ukakan dua elemen yang harus ada pada community development, yaitu partisipasi dan membuat teknik yang dapat m endorong inisiatif, m enolong diri sendiri, dan membuatnya lebih efektif. Karena terdapat beragam pandangan tentang community development, Lee C ary (1970) menyatakan bahwa meskipun tidak ada definisi yang dapat diterima secara luas, beberapa elemen atau aspek community development yang selalu muncul dari beragam pengertian tersebut dan dapat diterima oleh berbagai pihak antara lain: (1) komunitas dipandang sebagai unit aksi; (2) inisiatif dan kepemimpinan dalam kom unitas sebagai sum ber daya; (3) menggunakan sum ber daya internal dan eksternal; (4) partisipasi semua warga komunitas; (5) pendekatan kom prehensif yang diorganisir dengan m elibatkan seluruh warga kom unitas; dan (6) demokratis, rasional, tugas yang menyeluruh. Akan tetapi Bradshaw dan Blakely (1979) menegaskan bahwa aktivitas

    37

  • Pengembangan Masyarakat

    community development berusaha mcnciptakan potensi-potensi solidaritas, kohesi, dan kepemimpinan dengan cara merangsang proses-proses kelompok lokal.

    Program Pengembangan M asyarakat dan Penyuluhan: Pengalaman Beberapa Negara

    Pemerintah negara-negara berkembang telah menjadikan pengembangan masyarakat sebagai suatu cara untuk mengintegrasikan sumber daya manusia yang ada dalam beragam komunitasnya. Negara-negara tersebut telah merancang program-program pengembangan masyarakat berskala nasional dengan harapan suatu saat akan mencapai berbagai desa dan mampu mempengaruhi kehidupan warganya. Program-program ini seringkali berciri kompleks dan berupaya meningkatkan tingkat hidup seluruh anggota masyarakat secara bersama- sama dan dengan program-program lain yang bersifat sektoral seperti, pendidikan massal dan kesehatan masyarakat.

    Sebagai gambaran tentang implementasi program pengembangan masyarakat, berikut ini (dalam Boks I dan Boks 2) dipaparkan secara ringkas (ringkasan laporan) program pengembangan masyarakat di India dan Jamaica. Laporan tersebut juga menggambarkan tingkat administratif dan operasional dari tingkat nasional kc blok (unit dasar yang terdiri dari seratus desa) hingga desa-desa, di mana penyuluh- penyuluh multiguna melakukan simulasi di tingkat dasar atau akar-rumput.

  • © © t - 1 0 : 0 1

    Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

    Boks 1. Pengem bangan M asyarakat di India

    Setelah merdeka. India mengahadapi tantangan untuk secara efektif membangun sumber daya alam dan manusianya. Program Pengembangan Masyarakat dicanangkan pada 2 Oktober 1957, dirancang untuk memberikan bantuan pada 558.000 desa tempat 80% penduduk India bertempat tinggal agar mencapai tingkat kesejahteraan sosial dan material yang lebih baik. Program ini berlandaskan pada falsafah pembangunan desa dengan cara swadaya terpimpin; penduduk desa dibantu untuk mengenali kebutuhan- kebutuhan dan potensi-potensinya dan diberi dukungan teknis, finansial, dan moral. Pengembangan Masyarakat terutama diartikan sebagai peningkatan pertanian, peternakan, penyediaan air minum dan irigasi, pembangunan jalan yang menghubungkan desa-desa dengan jalan raya, pendidikan, kesehatan dan sanitasi, stimulasi industri kecil, land-reform, koperasi dan kredit desa, dan lain-lain. Sebagian besar kegiatan pembangunan dikerjakan oleh teknisi yang secara administratif bertanggung jawab untuk menyusun organisasi pemerintah (misalnya, pertanian dan kesehatan masyarakat) dan oleh perorangan, penyuluh multiguna di tingkat desa yang merangsang aktivitas desa dan mengkoordinasikan kerja teknisi spesialis di tingkat lokal....

    39

  • © © B U I . 1 0 : 0 1

    Pengembangan Masyarakat

    Boks 2. P engem bangan M asy a rak a t d i Jam aica

    Norman Manlcy, seorang lulusan Rhodes, merupakan orang pertama yang m embiasakan dirinya dengan

    m asalah-masalah penduduk Jamaica. Atas nama m ereka, ia menyuarakan situasi buruh pisang dan m emperoleh kerja sama pemilik United Fruit, Standard Fruit, perusahaan perkapalan. Sejak 1938 ia menjadi pemim pin yang tak kenal lelah dan teman bagi Jam aican W elfare Program, melanjutkan kegiatannya dengan dana pemerintah ketika subsidi dari perusahaan buah-buahan berkurang. Pekerja-

    pekerja sukarela di desa-desa kecil bebas menulis surat padanya: setiap orang seolah m engenal dia secara pribadi; sejak awal dia terlibat erat dalam program mereka ... (Pada Tahun 1953) pimpinan The Jamaica Social Welfare Com mission mendeskripsikan, "dasar kesejahteraan pedesaan adalah pengembangan m asyarakat oleh rakyat sendiri di bawah bimbingan para pemim pinnya. Setiap aspek dari program Kesejahteraan Jam aica. yang m enyebar ke seluruh pulau, setiap kota, desa dan m asyarakat pertanian, berdasarkan prinsip "m engerjakan dengan apa yang kita miliki, dengan tenaga dan kreativitas sendiri kita dapat membangun suatu Jamaika yang baru". Atau seperti yang dikemukakan pemimpin lain, "Jam aica m emiliki dasar untuk membangun tempat tinggal yang lebih baik. Kami menggunakan apa yang kami miliki dan tidak m engharap anugerah. Pemerintah adalah kita sendiri. Kita harus mengerjakannya.”

    4 0

  • Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

    Menarik untuk ditelaah bahwa Jamaica Welfare Society yang memulai kegiatannya dengan membangun pusat masyarakat, disubsidi eksportir pisang sebanyak satu sen per tandan. Pimpinan profesional dari Jamaica Social Welfare Commission dibayar, namun mayoritas pekerja bergabung secara sukarela.

    Laporan lainnya menunjukkan bahwa di Iran terdapat tiga program pengembangan masyarakat, di Ghana, khususnya pada tingkat distrik program pengembangan masyarakat, difokuskan pada pendidikan massal dan program ini memiliki s taf yang cakupan tugasnya adalah 30-40 desa dengan penduduk rata-rata 40.000 orang. Sedangkan di Mesir yang ketika itu sentralisasi pemerintah sangat kuat, program pengembangan masyarakat bersifat patemalistik dan pelaksanaannya tidak berhasil.

    Keterkaitan antara pengembangan masyarakat dan penyuluhan (pendidikan penyuluhan), menurut Blackburn (1989) cukup beragam, tergantung pada perbedaan regional dan perbedaan satu negara dengan negara lainnya. Pada negara- negara yang sedang berkembang, seperti India, community development merupakan suatu program yang disponsori oleh pemerintah, dan fokusnya pada pembangunan desa yang memberikan kontribusi pada tingkat kesejahteraan. Pendidikan penyuluhan bersama community organization dipandang sebagai suatu bagian integral dari community development. Proses pendidikan penyuluhan merupakan mekanisme yang dipelajari di tingkat lokal. Dalam kasus ini, pendidikan penyuluhan sebagai proses pendidikan dipandang sebagai strategi untuk memfasilitasi community development.

    Berbeda dengan kasus di atas, di Amerika Serikat dan Canada community'development merupakan bagian dari program penyuluhan di tingkat pusat dan negara bagian, dan program

  • Pengembungan Masyarakat

    tersebut lebih berasosiasi dengan lembaga perguruan tinggi atau universitas dibandingkan dengan kelembagaan pemerintah. Dalam konteks dukungan pemerintah, terdapat suatu pendekatan vertikal pada komunitas dengan hierarki dan keterbatasan koordinasi. Hal sepeni ini cukup menyulitkan, karena itu perlu mengubah pendekatan menjadi pendekatan yang holistik dan kooperatif pada community development. Kasus di atas menunjukkan perbedaan aplikasi antara pendidikan penyuluhan dan pengembangan masyarakat. Dengan demikian, diperlukan upaya-upaya untuk merumuskan konsensus dalam definisi dan aplikasi antara pendidikan penyuluhan dan pengembangan masyarakat. Apabila prinsip-prinsip dasar mengenai pendidikan penyuluhan dan pengembangan masyarakat dapat dipahami, maka kedua konsep pembangunan tersebut dapat diterapkan dengan cara yang baik dalam lingkungan politik organisasi yang berbeda secara geografis. Setiap interpretasi dan pendekatan yang dilakukan akan memberikan keunikan masing-masing.

    Dengan perbedaan kedua konsep pembangunan tersebut dan aplikasinya, di bawah dipaparkan faktor-faktor atau aspek-aspek yang membuat perbedaaan atau keterkaitan antara pendidikan penyuluhan (e.\temion education) dan pengembangan masyarakat (community development) (Tabel 1).

  • © © ( Z L i l

    Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

    Tabel 1. M atriks yang M enggam barkan Perbedaan dan K eterkaitan an tara Pendidikan Penyuluhan dan Pengembangan M asyarakat

    P e n d id ik a n IV n y u iu h a ii

    K o n te k s :

    1 Penekanan pada pendidikan untuk. dan pembuatim- keputusun dan pemecahan masalah oleh, individu dan keluarga

    2 Sangat elektif jika dilakukan secara mdivtdual ik-ngan basi* satu sama satu

  • © © □ . . I I .

    Pengembangan Masyarakat

    Memperkaya pengembangan individu sehingga setiap individu dapat bekerja untuk mencapai tujuannya masing- masing dalam lial peningkatan sosial dan ekonomi

    Memperkaya kemampuan kelompok individu sehingga mereka dapat beketja secara kolektif untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi komunitas

    Pengajaran adalah tentang segala sesuatu terkait dengan individu dan keluarganya, um um nya berhubungan dengan usnhatani, aktifi tas romahtangga alau keluarga dan usalia produktif

    Sedikit atau tidak ada penekanan pada pembentukan infrastruktur dan dukungan organisasi sosial melalui pelibatan dalam proses legislasi: namun partisipasi dalam struktur formal sukarela bukanlah hal yang tidak lumrah

    Cara kerja:

    10

    Agensi memerintahkan individu secara laugsung pada suatu area masalah tertentu dimana mereka memiliki kepentingan, atau agensi khusus dipanggil untuk membantu menyediakan sesuatu yang dibutuhkan—atau memberikan arahan atas sesuatu pemecahan masalah

    Mengijinkan berbagai departemen pemerintah untuk bekerjasama dalam menyampaikan program. Namun, tidak meminta bantuan dari agensi lain sebesar yang diminta oleh agensi pengembangan masyarakat

    Pengajaran tentang sesuatu terkait dengan komunitas atau daerah, umumnya berhubungan dengan struktur sosial dan publik sebagaimana juga untuk perusahaan sw asta dan badan sukarela

    Penekanan pada pembentukan infrastruktur dan dukungan organisasi melalui pelibatan dalam proses legislasi, termasuk keuangan formal dan badan komersial

    Agensi berusaha memhaw» agensi instruksional untuk masuk kc dalam kelompok kerja untuk membantu mettgkordinasikan arahan dan aplikasinya pada setting komunitas

    10 Mendorong dan, dalam kasus program yang disponsori pemerintah, mengarahkan atau bahkan mengatur kerjasama intcr-slepattcmental'inter-agcnsi

    10:02

    4 4

  • S eja rah P rogram P engem bangan M asyarakat

    11 Secara tradisi telahdiasosiasikan dengan penanian dan ekonomi romahUuiggsi, dengan departemen pertanian pemerintah dan'alan perguruan •injjgi

    11 Khuiuv unluk meinkuitu, non-departemen perunian pemerintah atau institusi pendidikan

    Sumber. Blackburn < 1% 9)

  • © © Ql.ilI B 10:03

    3Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengembangan

    Masyarakat

    Dalam pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari perspektif ekologi dan keadilan sosial. Prinsip-prinsip ini saling terkait dalam pelaksanaannya. Sulit sekali menjalankan satu prinsip tanpa mengaitkannya dengan prinsip yang lainnya. Pemahaman terhadap prinsip ini perlu dilakukan agar dalam penerapan pengembangan masyarakat, seorang community worker mempunyai orientasi yang tidak hanya bersifat pragmatis tetapi juga mempunyai visi jangka panjang. Dalam prakteknya di lapangan, seringkali ditemukan suatu proyek dinamakan sebagai proyek pengembangan masyarakat namun setelah dipelajari ternyata tidak menganut prinsip-prinsip pengembangan masyarakat.

    Pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas: (I) komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan;(2) mensinerjikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related purtie.s) dan partisipasi warga; (3) membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan (4) mengubah

    46

  • © © Ql.ilI B 10:03

    Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat

    perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga komunitas (Ifc, 1995)

    Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) (1957) dalam sebuah laporannya mengenai konsep dan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat, memaparkan sepuluh prinsip yang dianggap dapat diterapkan di seluruh dunia. Sepuluh prinsip tersebut adalah:

    1. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan harus berhubungandengan kebutuhan dasar dari masyarakat: program-program(proyek) pertama harus dimulai sebagai jawaban atas kebutuhan yang dirasakan orang-orang;

    2. Kemajuan lokal dapat dicapai melalui upaya-upaya tak saling terkait dalam setiap bidang dasar, akan tetapi pengembangan masyarakat yang penuh dan seimbang menuntut tindakan bersama dan penyusunan program-program inulti-tujuan;

    3. Pembahan sikap orang-orang adalah sama pentingnyadengan pencapaian kemajuan material dari program-programmasyarakat selama tahap-tahap awal pembangunan;

    4. Pengembangan masyarakat mengarah pada partisipasi orang- orang yang meningkat dan lebih baik dalam masalah-masalah masyarakat, revitalisasi bentuk-bentuk yang ada dari pemerintah lokal yang efektif apabila hal tersebut belum berfungsi;

    5. Identifikasi, dorongan semangat, dan pelatihan pemimpin lokal harus menjadi tujuan dasar setiap program;

    6. Kepercayaan yang lebih besar pada partisipasi wanita dan kaum muda dalam proyek-proyek pengembangan masyarakat akan memperkuat program-program pembangunan, memapankannya dalam basis yang luas dan menjamin ekspansi jangka panjang;

    7. Agar sepenuhnya efektif, proyek-proyek swadaya masyarakat memerlukan dukungan intensif dan ekstensif dari pemerintah;

    47

  • © © □ .,ll .

    Pengembangan Masyarakat

    8. Penerapan program-program pengembangan m asyarakat dalamskala nasional m emerlukan pengadopsian kebijakan yangkonsisten, pengaturan adm inistratif yang spesifik, perekrutan dan pelatihan personil, mobilisasi sum ber daya lokal dan nasional, dan organisasi penelitian, eksperim en, dan evaluasi;

    9. Sum ber daya dalam bentuk organisasi-organisasi nonpemerintah harus dimanfaatkan penuh dalam program-program pengembangan masyarakat pada tingkat lokal, nasional, dan internasional; dan

    10. Kemajuan ekonomi dan sosial pada tingkat lokal m ensyaratkan pembangunan yang paralel di tingkat nasional.

    Prinsip-prinsip tersebut, apabila ditelaah satu per satu, akan m emberikan keyakinan m endasar bagi mereka yang bekerja secara profesional dalam program-program pengembangan masyarakat. Mereka "belajar" balnva suatu program pengembangan masyarakat

    tak dapat dipaksakan penerapannya dan apabila ingin “berakar” harus bersifat lokalitas. Bagi kebanyakan warga dari negara-negara maju, tekanan pada prinsip No.7 mengenai bantuan pemerintah mungkin akan dirasakan terlalu kuat. Akan tc tapi mereka akan terkejut jika memahami besarnya “bantuan" dari pemerintah pusat dan daerah yang diberikan kepada masyarakat lokal. Artinya, di negara-negara maju program pengembangan masyarakat menekankan pada aspek nonpemerintah. Oleh karena itu, di negara-negara yang kaya sum ber daya ekonomi dan memiliki pemimpin terlatih, pendekatan perorangan dan sukarela dalam pengembangan masyarakat adalah sangat dimungkinkan. Akan tetapi di banyak negara-negara berkembang, perlu waktu yang re la tif lama melakukan pengembangan masyarakat dengan perananan pemerintah yang semakin berkurang.

    10:04

    4 8

  • Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat

    Prinsip dasar pengem bangan masyarakat (community development) telah muncul dalam pelbagai diskusi, mulai dari perspektiH -kologi sampai dengan pandangan pentingnya keadilan sosial sebagai dasar pengem bangan seperangkat prinsip-prinsip pengem bangan masyarakat yang digunakan dalam pendekatan

    pem bangunan praktek kerja di suatu komunitas. Secara faktual, implementasi pengem bangan m asyarakat bervariasi antara satu kom unitas dengan kom unitas lainnya. Situasi seperti ini

    m encerm inkan proses bagaim ana pentingnya prinsip-prinsip pengem bangan masyarakat perlu diterapkan secara efek tif dalam konteks lokal. M eskipun dem ikian, prinsip-prinsip pengem bangan masyarakat tidak bebas satu-sam a lain, tetapi saling berkaitan. Ife (1995) m em aparkan 22 prinsip pengem bangan masyarakat (community development) seperti berikut ini.

    1. IntegratedDevelopment (P em b an g u n an T erp ad u )

    Proses pengem bangan masyarakat tidak berjalan secara parsial, tetapi merupakan satu-kesatuan proses pem bangunan yang mencakup aspek sosial, ekonom i, politik, kebudayaan, lingkungan, dan personal. Keenam aspek tersebut penting dan saling terkait satu-sam a lain. Program pengem bangan m asyarakat yang hanya menekankan satu aspek saja akan m enghasilkan ketidakseim bangan dalam pembangunan.

    2. Confronting Structural Disadvantage (K onfron tasi dengan K ebatilan S tru k tu ra l)

    Prinsip ini m engakar pada perspektif keadilan sosial dalam pengem bangan m asyarakat. Seorang community workers harus dapat m enyadari adanya cara-cara di m ana tekanan pada suatu kelas, gender, suku bangsa berlangsung kompleks. Seorang community workers perlu lebih kritis terhadap latar belakang

  • © © C M .

    Pengembungan Masyarakat

    warga komunitas, ras, jenis kelamin, sikap berdasarkan kelas warga komunitas dan partisipasi warga komunitas pada struktur penindasan tersebut. Oleh karena itu community workers harus waspada serta memperhitungkan kompleksitas yang ditemukan dalam suatu komunitas. Dengan kata lain pekerjaan community workers tergantung dengan berbagai faktor kontekstual.

    3. Hum an Rights (Hak Asasi Manusia)

    Hak asasi manusia sangat mendasar dan penting bagi community workers. Struktur masyarakat dan program yang dikembangkan tidak melanggar hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat harus mengacu kepada prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia yang meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, hak untuk ikut serta dalam kehidupan kultural, hak untuk memperoleh perlindungan keluarga, dan hak untuk “sclf-dctcrmination".

    4. SustainabUity (Keberlanjutan)

    Program pengembangan masyarakat berada dalam kerangka sustainability yang berupaya untuk mengurangi ketergantungan kepada sumber daya yang tidak tergantikan (non-renewable) dan mcnciptakan alternatif serta tatanan ekologis, sosial, ekonomi, dan politik yang berkelanjutan di tingkat lokal. Prinsip ini membutuhkan penggunaan secara minimal dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini berimplikasi pada masyarakat setempat dalam hal penggunaan lahan, gaya hidup, konservasi, transportasi, dan lain-lain. Pengembangan masyarakat berusaha meminimalisasi ketergantungan pada sumber daya yang tidak dapat diperbarui dan menggantinya dengan sumber daya yang dapat diperbarui.

    10:04

    50

  • © © ( Z L i l

    Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat

    5. Em pow erm ent (Pem berdayaan)

    Pemberdayaan harus menjadi tujuan program pengembangan m asyarakat. Makna pemberdayaan adalah “mem bantu” kom unitas dengan sum ber daya, kesempatan, keahlian, dan pengetahuan agar kapasitas kom unitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas. Proses pemberdayaan tersebut tidak cukup hanya dengan retorika bahwa “m asyarakat pasti bisa m elakukannya sendiri” . Hal seperti itu m emang penting untuk m emberikan m otivasi, tetapi itu tidak cukup.

    6. The P ersonal an d The P o litical (P ribadi dan Politik)

    Pengembangan masyarakat perlu membangun keterkaitan antara aspek pribadi dan politik, individu dan struktur, masalah pribadi dan isu umum. Keterkaitan tersebut terjalin apabila kebutuhan individu, masalah, aspirasi, penderitaan, dan prestasi yang dirasakan dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan yang e fek tif di tingkat komunitas yang kemudian menjadi suatu kekuatan komunitas.

    7. Com m unity O w nership ( Kepemilikan Komunitas)

    Salah satu dasar dari pengem bangan masyarakat adalah kepemilikan komunitas. Kepemilikan tersebut menjadi aspek penting yang dapat mem bantu m enciptakan identitas dan mem berikan alasan untuk ak tif