PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN INQUIRY-BASED LEARNING (IBL…digilib.unila.ac.id/58807/3/TESIS TANPA...
Transcript of PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN INQUIRY-BASED LEARNING (IBL…digilib.unila.ac.id/58807/3/TESIS TANPA...
PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN INQUIRY-BASED LEARNING
(IBL) BERBANTUAN KETERAMPILAN DASAR MATEMATIKA
UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS
(Tesis)
Oleh:
AGUS RIAWAN
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN INQUIRY-BASED LEARNING
(IBL) BERBANTUAN KETERAMPILAN DASAR MATEMATIKA
UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS
Oleh
Agus Riawan
Tujuan penelitian ini mengembangkan LKS menggunakan IBL berbantuan
keterampilan matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
dan pengembangan. Kevalidan dideskripsikan melalui uji validasi Ahli,
kepraktisan melalui observasi keterlaksanaan pembelajaran dan angket respon
siswa, dan keefektifan melalui analisis N-gain dan effect size. Hasil uji validasi
ahli menunjukkan LKS berkategori valid. Hasil analisis keterlaksanaan
pembelajaran dan respon siswa menunjukkan LKS berkategori sangat baik dan
sangat tinggi. Hasil analisis uji-t menunjukkan rerata N-gain kelas eksperimen
lebih besar dari kelas kontrol. Sedangkan effect size menunjukkan pengaruh LKS
sangat kuat terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis.. Secara umum LKS
telah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
Kata kunci: LKS, inquiry-based learning, keterampilan matematika, berpikir
kritis
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEETS USING INQUIRY-
BASED LEARNING (IBL) ASSISTED BY MATHEMATICAL
SKILLS TO FOSTER CRITICAL THINKING SKILLS
By
Agus Riawan
The purpose of this research is to develop student worksheets using IBL assisted
by mathematical skills. The research method used was research and development.
The validity was obtained through the result of Expert validation sheets, the
practicality was obtained through observations during the learning process and
student responses questionnaire, and the effectiveness was obtained through by N-
gain and effect size analysis. The results of the expert validation show the student
worksheet were included in valid categories. The results of learning
implementation and student responses analysis show the worksheet were included
in very good and very high categories. The results of the t-test analysis shows that
N-gain averages of the experimental class was greater than the control class.
While the effect size obtained shows that the effect of the student worksheets was
included in very strong towards increasing critical thinking skills. In general, the
student worksheets has met the criteria of validity, practicality, and effectiveness.
Key word: Student worksheet, inquiry-based learning, critical thinking skills,
mathematical skills
PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN INQUIRY-BASED LEARNING
(IBL) BERBANTUAN KETERAMPILAN DASAR MATEMATIKA
UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS
Oleh:
AGUS RIAWAN
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di pekon Waysemangka Kecamatan Belalau Kabupaten
Lampung Barat pada tanggal 14 Agustus 1986, anak kedelapan dari sebelas
bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Syakrani (Alm) dan Ibu Tusriyah
(Almh).
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Way Semangka diselesaikan pada tahun
1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Belalau pada tahun 2001,
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Liwa pada tahun 2004, dan menyelesarkan S1
pada Pendidikan Fisika Universitas Lampung pada tahun 2008. Pada akhir tahun
2014 tercatat sebagai mahasiswa magister pendidikan fisika Universitas
Lampung.
Pada tahun 2008, penulis mulai mengajar Fisika sebagai tenaga honorer di SMA
Negeri 1 Belalau dan SMA Negeri 1 Liwa Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun
2009-2013 penulis menjadi tenaga pengajar IPA di SMP Kartika II-2 Bandar
Lampung. Pada tahun 2011 penulis diangkat menjadi PNS dan ditugaskan di
SMK Negeri 5 Bandar Lampung, dan dari tahun 2014 sampai sekarang pindah
tugas di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.
MOTTO
“… kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal pada-Nya.”
(QS. Ali Imron 3:159)
“Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal
yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah
SWT) sebagaimana seekor burung diberi rizki dimana ia pergi
pada pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang
dalam keadaan kenyang
(HR. Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah)
Bertawakal bukanlah diam tanpa usaha, tapi berserah diri pada Allah dengan tetap
bekerja keras dan berusaha untuk menggapai apa yang diharapkan
(Agus Riawan)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur hanya kepada Allah SWT berkat rohman dan rohim-
Nya senantiasa melimpahkan nikmat-Nya kepada penulis . Karya ini penulis
persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ahmad Syakrani (Alm) dan Ibu Tusriyah
(Almh) yang semasa hidupnya tidak pernah lelah berjuang untuk
memberikan penghidupan yang baik untuk anak-anaknya.
2. Kedua Mertuaku tercinta, Bapak Hi. Muis Burhan dan Ibu Hj. Mardiana
yang telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik istriku tercinta
dengan segenap kasih dan sayang
3. Istriku tercinta Anita Maryanis, S.Pd. dan anak-anakku tersayang
Abdullah Kamil Rabbani dan Abdurrahman Hisam Ayyash yang setia
mendampingi dan memotivasi dalam suka dan duka.
4. Kakak-kakak dan adik-adik tercinta yang selalu memberikan doa,
dukungan, dan selalu memotivasiku.
5. Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, MA., Ph. D., selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., selaku Dekan FKIP universitas
Lampung.
4. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Fisika Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik dan
Pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
5. Ibu Dr. Kartini Herlina, M. Si., selaku pembimbing 2 atas bimbingan, arahan,
dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
6. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M. Si., selaku pembahas sekaligus penguji 1 yang
banyak memberikan kritik dan saran yang sangat positif dan konnstruktif.
7. Bapak Dr. Abdurrahman, M. Si., selaku penguji 2 atas saran yang diberikan
8. Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung.
9. Teman-teman pengajar di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, lebih khusus
kepada ibu Dra. Roslina, M.Pd., selaku kepala sekolah lama dan ibu Dra.
Hayati Nufus atas motivasi dan izin yang diberikan.
10. Istriku Anita Maryanis, S.Pd.dan anak-anakku Abdullah Kamil Rabbani dan
Abdurrahman Hisam Ayyash terima kasih telah menjadi sumber pendudukung
dan motivasi terbesar penulis.
11. Kakak-kakak (Udo Fi’i, Ci’ngah Ros, Wo Er, Abang Guntur, Abang Jon,
Abang Aman, Ngah Susi) dan adik-adik (Weni, Lena, dan Rini) terimakasih
atas doa dan dukungannya.
12. Wan, Mak aji, dan Adek Ando, terimakasih atas dukungannya.
13. Teman-teman Magister Pendidikan Fisika angkatan 2014 semester genap,
Kakak tingkat, dan Adik tingkat, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan kalian semua, dan semoga
tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Bandar Lampung, Agustus 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
SANWACANA ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................ 9
B. Lembar Kerja Siswa ............................................................................. 12
C. Inquiry Based Learning ........................................................................ 13
D. Kemampuan Dasar Matematika ........................................................... 16
E. Keterampilan Berpikir Kritis ................................................................ 18
F. Analisis Fluida Statis Berdasarkan Kurikulum 2013 ........................... 22
G. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 22
H. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 24
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 28
A. Desain Penelitian ................................................................................ 28
B. Prosedur Penelitian ............................................................................. 29
1. Penelitian Awal dan Pengumpulan Data ........................................ 30
2. Perencanaan .................................................................................... 31
3. Pengembangan Produk Awal ......................................................... 31
4. Uji Coba Lapangan Awal ............................................................... 37
5. Revisi Produk Uji Awal ................................................................. 42
6. Uji Coba Produk ............................................................................. 42
7. Revisi Produk Akhir ....................................................................... 52
C. Instrumen Penelitian ........................................................................... 53
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 54
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 54
1. Hasil Penelitian Awal dan Pengumpulan Data .............................. 54
2. Hasil Perencanaan Penelitian ......................................................... 55
3. Hasil Pengembangan Desain .......................................................... 56
4. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ..................................................... 58
5. Hasil Revisi Uji Coba Lapangan Awal .......................................... 67
6. Uji Coba Lapangan ......................................................................... 68
7. Revisi Akhir Produk ....................................................................... 80
B. Pembahasan ......................................................................................... 80
1. Validitas Produk LKS .................................................................... 81
2. Kepraktisan Produk LKS ............................................................... 89
3. Keefektifan Produk LKS ................................................................ 101
V. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 118
A. Simpulan ............................................................................................. 118
B. Saran ................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 120
LAMPIRAN .................................................................................................... 130
Lampiran 1. Angket analisis kebutuhan guru ................................................. 131
Lampiran 2. Angket analisis kebutuhan peserta didik .................................... 134
Lampiran 3. Angket uji satu lawan satu .......................................................... 137
Lampiran 4. Rekapitulasi hasil angket uji satu lawan Satu ............................. 139
Lampiran 5. Angket uji validasi ahli ............................................................... 140
Lampiran 6. Hasil angket uji validasi ahli ...................................................... 143
Lampiran 7. Angket uji respon siswa .............................................................. 146
Lampiran 8. Hasil angket uji respon siswa ..................................................... 148
Lampiran 9. Analisis pemetaan KD IPK......................................................... 151
Lampiran 10. Silabus ....................................................................................... 152
Lampiran 11. Rencana pelaksanaan pembelajaran .......................................... 153
Lampiran 12. Daftar nilai hasil uji coba soal pre-test dan post-test................. 154
Lampiran 13. Soal pre-post test ....................................................................... 155
Lampiran 14. Lembar keterlaksanaan pembelajaran ....................................... 157
Lampiran 15. Produk awal (Draf I) .................................................................. 159
Lampiran 16. Draf II ........................................................................................ 170
Lampiran 17. Produk Akhir LKS ..................................................................... 181
Lampiran 18. Surat izin melaksanakan penelitian ........................................... 193
Lampiran 19. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ....................... 194
Lampiran 20. Daftar nilai pre-test dan post-test kelas kontrol........................ 195
Lampiran 21. Daftar nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen ................. 196
Lampiran 22. Daftar N-gian perindikator berpikir kritis kelas kontrol ........... 197
Lampiran 23. Daftar N-gian perindikator berpikir kritis kelas eksperimen..... 198
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Posisi indonesia dalam survei pendidikan internasional ............... 2
Tabel 1.2. Permasalahan dalam proses pembelajaran ................................... 2
Tabel 1.3. Analisis angket siswa dan guru terkait kegiatan pembelajaran..... 3
Tabel 2.1. Fase IBL menurut kajian review Pedaste, et.al (2015) ................. 15
Tabel 2.2. Fase kegiatan IBL dalam LKS hasil pengembangan .................... 16
Tabel 2.3. Indikator berpikir kritis dan penjelasannya ................................... 20
Tabel 3.1. Hasil uji validitas SPSS soal ......................................................... 36
Tabel 3.2. Hasil uji reliabilitas SPSS soal ........................................................... 37
Tabel 3.3. Kriteria penilaian validasi produk LKS .............................................. 38
Tabel 3.4. Tafsiran persentase angket menurut Arikunto (2010).................... 42
Tabel 3.5. Kriteria effect size........................................................................... 51
Tabel 3.6. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran ................................................ 52
Tabel 3.7. Daftar instrumen penelitian ........................................................... 53
Tabel 4.1. Hasil analisis materi pembelajaran ............................................... 55
Tabel 4.2. Pemetaan KD dan indikator pencapaian kompetensi .................... 56
Tabel 4.3. Analisis fenomena pembelajaran .................................................. 56
Tabel 4.4. Rekapitulasi hasil uji validitas isi ................................................. 59
Tabel 4.5. Rekapitulasi hasil uji validasi konstruk ........................................ 59
Tabel 4.6. Rekapitulasi hasil uji validasi desain ............................................ 60
Tabel 4.7. Rekapitulasi hasil uji validasi ahli ................................................ 61
Tabel 4.8. Saran perbaikan LKS dari validator ............................................... 61
Tabel 4.9. Rekapitulasi hasil uji satu lawan satu aspek kemenarikan ............. 62
Tabel 4.10. Rekapitulasi hasil uji satu lawan satu aspek kemudahan .............. 62
Tabel 4.11 Rekapitulasi hasil uji satu lawan satu aspek kemanfaatan ............ 63
Tabel 4.12. Rekapitulasi hasil uji satu lawan satu ........................................... 63
Tabel 4.13. Hasil uji normalitas data pretest dan posttest uji kelompok
kecil .............................................................................................. 66
Tabel 4.14. Hasil paired sampel t-test data uji kelompok kecil ....................... 66
Tabel 4.15. Data hasil keterlaksanaan pembelajaran ....................................... 70
Tabel 4.16. Rekapitulasi hasil angket respon siswa pasca pembelajaran
dengan LKS ................................................................................... 71
Tabel 4.17. Deskripsi hasil pre-test.................................................................. 72
Tabel 4.18. Deskripsi hasil post-test ................................................................ 73
Tabel 4.19. Hasil uji normalitas data pre-test dan post-test ............................. 76
Tabel 4.20. Hasil uji-t independen data hasil pre-test dan post-test ................ 76
Tabel 4.21. Hasil uji-t paired data pre-test dan post-test ................................. 76
Tabel 4.22. Rekapitulasi hasil perhitungan N-gain .......................................... 77
Tabel 4.23. Hasil uji normalitas data N-gain ................................................... 78
Tabel 4.24. Hasil uji-t independen data N-gain ............................................... 78
Tabel 4.25. Rekapitulasi N-gain per indikator berpikir kritis .......................... 78
Tabel 4.26. Rekapitulasi hasil uji normalitas data N-gain kelas kontrol dan
eksperimen per indikator berpikir kritis ........................................ 79
Tabel 4.27. Rekapitulasi hasil mann whitney data N-gain per indikator berpikir
kritis ............................................................................................... 79
Tabel 4.28. Hasil perhitungan effect size per indikator berpikir kritis ............. 80
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram kerangka pemikiran ...................................................... 25
Gambar 3.1. Flowchart tahapan penelitian model pengembangan Gall, Gall, dan
Borg (2003) yang telah dimodifikasi .......................................... 30
Gambar 3.2. Desain one group pretest-posttest ............................................... 39
Gambar 3.3. Quasi-experimental designs dengan tipe pretest posttest design
menurut Creswell (2012) ............................................................ 44
Gambar 4.1. Grafik hasil pretest dan posttest uji coba kelompok kecil .......... 65
Gambar 4.2. Diagram nilai pretestt per siswa .................................................. 73
Gambar 4.3. Diagram nilai posttest per siswa ................................................. 74
Gambar 4.4. Diagram hasil pretestt dan posttest per siswa kelas kontrol ........ 74
Gambar 4.5. Diagram hasil pretestt dan posttest per siswa kelas
eksperimen .................................................................................. 75
Gambar 4.6. Diagram batang N-gain siswa ..................................................... 77
Gambar 4.7. Potret kesalahan penggambaran garis gaya ................................. 85
Gambar 4.8. Potret Kesahalan dalam panduan perumusan masalah ................ 85
Gambar 4.9. Potret fenomena yang disajikan dalam LKS ............................... 90
1
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu target Education For ALL (EFA) yang dideklarasikan di Dakkar
Senegal yaitu memperbaiki kualitas pendidikan agar hasil belajar yang diperoleh
siswa dapat diakui dan terukur (Unesco, 2000). Kondisi ini ditindaklanjuti
pemerintah melalui salah satu program penyempurnaan sistem pembelajaran
(Forum Koordinasi Nasional PUS, 2013). Aplikasinya program ini mengubah
arah pembelajaran tidak terkecuali pembelajaran fisika yang salah satunya
dilaksanakan dengan inkuiri ilmiah/scientific inquiry (BSNP, 2006; Permendikbud
No. 22 Tahun 2016). Pembelajaran berbasis inkuiri atau Inquiry-Based Learning
(IBL) yaitu suatu proses pembelajaran yang dilakukan melalui penyelidikan
sebagaimana ilmuwan bekerja ilmiah. Dengan kata lain IBL dapat memperkuat
hubungan antara pembelajaran dengan penelitian (Spronken dan Walker, 2010).
Kondisi ini memungkin keterampilan berpikir kritis siswa akan tumbuh dengan
baik.
Fakta yang terjadi mengindikasikan keterampilan berpikir kritis siswa di
Indonesia masih rendah. Kondisi ini ditunjukkan dari berbagai laporan survei
internasional yakni: (1) Program for International Student Assasment (PISA)
2
tahun 2012 yang menempatkan Indonesia pada ranking 64 dari 65 Negara (PISA,
2012); (2) Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011
yang menempatkan Indonesia pada ranking 42 dari 45 negara (PIRLS, 2012); (3)
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011 yang
menempatkan Indonesia pada urutan 38 dari 42 negara (TIMSS, 2012). Untuk
lebih jelasnya perhatikan Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Posisi Indonesia dalam survei pendidikan internasionalNo Lembaga Survei Tahun Peringkat Indonesia Jumlah Peserta1 PISA 2012 64 652 PIRLS 2011 42 453 TIMSS 2011 38 42
Kondisi ini terjadi disebabkan beberapa masalah yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran, khususnya fisika. Fakta ini berdasarkan penelitian pendahuluan
Riawan dan Suyatna (2015) yang ditunjukkan Tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2. Permasalahan dalam proses pembelajaran
Jenis MasalahRespon Guru (%) Respon Siswa (%)
Ya Tidak Ya TidakKemampuan matematika siswa rendah 80 20 90 10Siswa tidak aktif 70 30 80 20Motivasi siswa rendah 70 30 60 40
Tabel 1.2 menggambarkan permasalahan utama yang dialami guru dalam
pembelajaran fisika adalah lemahnya keterampilan matematika siswa (Rusilowati,
2006; Wijayanti, 2010), dimana 80% guru menyatakan keterampilan matematika
siswa rendah. Sedangkan teori fisika dapat berupa model matematis dari beberapa
bagian fenonema fisika yang dituliskan dalam istilah matematika (Quale, 2011).
Situasi ini menyebabkan siswa sulit untuk memahami konsep-konsep fisika
(Semela, 2010; Sadler dan Tai, 2001). Kompleksitas ini akan menyebabkan
3
siswa merasa putus asa bahkan motivasinya dalam belajar fisika rendah. Terbukti
sekitar 70% siswa memiliki motivasi yang rendah.
Masalah lain yang dihadapi adalah siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran yang
terlihat mencapai 80%. Kondisi ini tidak akan menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Padahal pada era ini diperlukan manusia yang terlatih pola
pikirnya agar nantinya dapat berperan bagi kemajuan zaman (Tim Paradigma
Pendidikan, 2010). Masalah yang terjadi pada siswa ini ternyata tidak berdiri
sendiri. Fakta yang terjadi menunjukkan kegiatan pembelajaran masil bersifat
konvensional yang tidak sesuai dengan arahan kurikulum. Hal ini terdeskripsi dari
hasil angket terhadap guru dan siswa terkait kegiatan pembelajan pada Tabel 1.3
berikut.
Tabel 1.3. Analisis angket siswa dan guru terkait kegiatan pembelajaran
Kegiatan PembelajaranRespon Guru
(%)Respon Siswa
(%)Ya Tidak Ya Tidak
Fenomena terkait materi yang diajarkan 80 20 85 15Fenomena dapat memunculkan permasalahan 20 80 30 70Memberikan jawaban sementara 0 100 10 90Mengumpulkan data dan informasi 0 100 12 88Mendeskripsikan temuan yang diperoleh 0 100 15 85Menjelaskan materi, contoh soal, dan latihan soal 100 0 45 65
Tabel 1.3 memberikan informasi kondisi kegiatan pembelajaran yang terjadi
diawali dengan menghubungkan materi yang akan dipelajari pada fenomena alam
yang terjadi. Data menunjukkan 80% guru melaksanakan kegiatan ini dan 85 %
siswa membenarkannya. Hal ini merupakan langkah awal yang ditempuh dalam
melaksanakan IBL.
4
Fenomena yang disajikan lebih pada pemberitahuan saja, tidak sampai pada taraf
membuat siswa bertanya. Padahal bertanya adalah jantung dari keberhasilan IBL
(YouthLearn Initiative, 2009). Terbukti 80% guru menyadari fenomena yang
diberikan tidak menimbulkan masalah yang membuat siswa untuk menggalinya.
Namun ada 20 % siswa merasa apa yang disampaikan oleh guru merupakan suatu
permasalahan. Hal ini adalah potensi yang dapat diolah agar siswa mampu
membangun pengetahuannnya. Keadaan ini terjadi karena dalam kegiatan
pembelajaran guru hanya memberikan fenomena secara spontan dan tidak
terencana, sehingga dampaknya pun tidak maksimal.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya menjelaskan materi, memberi contoh soal, dan
latihan soal. Kondisi ini dibuktikan dengan 100% guru tidak memfasilitasi siswa
untuk memberi jawaban sementara, mengumpulkan data dan informasi untuk
membangun pengetahuannya, dan mendeskripsikan apa yang ditemukan.
Sehingga, dapat dikatakan guru belum melakukan pembelajaran sesuai arahan
kurikulum. Kondisi inilah yang menyebabkan siswa pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Hal sebaliknya mungkin akan terjadi ketika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengekplorasi berbagai informasi yang
mengarah pada konsep. Namun kegiatan eksplorasi ini tidak akan berjalan lancar
bila mana tidak ada panduan semacam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai
untuk pembelajaran IBL, yang memberikan gambaran dan petunjuk atau aturan
yang dapat membantu siswa menyelesaikan setiap tahap pembelajaran (Kirschner,
Sweller, dan Clark, 2006).
5
Ketika IBL diimplementasikan dalam pembelajaran dengan LKS, peserta didik
tidak hanya recall pengetahuan yang sudah ada, tetapi lebih menekankan
menemukan teori yang sudah ada melalui kerja ilmiah. Proses ini akan
membiasakan peserta didik untuk melatih keterampilan berpikir kritis dan
kemampuan berkomunikasi. Selain itu, IBL dapat mengembangkan nilai sikap
yang baik sebab memfasilitasi siswa terlibat penyelidikan nilai yang tertanam
pada manusia dalam proses membangun pengetahuan (Steed, 2009). Dengan
demikian, pembelajaran fisika dengan IBL memberikan progress akan lahirnya
siswa yang dapat memecahkan masalah pribadi bahkan bangsa dan siap
menyongsong masa depan peradaban dengan bahagia (Nuangchalerm, 2014).
Solusi dari permasalahan di atas hendaknya guru kembali pada panduan
kurikulum yang mengisyaratkan pembelajaran fisika melalui IBL yang lebih
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena guru belum terlatih
untuk melaksanakan pembelajaran IBL perlu dikembangkan media pembelajaran
berupa LKS (Suyatna, 2015). Namun, untuk menghasilkan produk pengembangan
LKS yang berkualitas baik, maka harus memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan,
dan keefektifan (Nieveen,1999). Sehingga solusi yang akan dihasilkan dalam
penelitian ini berupa pengembangan LKS yang valid, praktis, dan efektif
menggunakan IBL berbantuan keterampilan dasar matematika untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, perlu dibuat
rumusan masalah demi fokusnya penelitian. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimanakah produk LKS menggunakan IBL
berbantuan keterampilan dasar matematika untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis?”.
Rumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kevalidan LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan
dasar matematika?
2. Bagaimanakah kepraktisan LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan
dasar matematika?
3. Bagaimanakah keefektivan LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan
dasar matematika?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mewujudkan suatu media
pembelajaran berupa LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan dasar
matematika untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. LKS ini diharapkan
memenuhi kriteria pengembangan Nieveen (1999), oleh karenanya berikut tujuan
khusus penelitian ini:
1. Mendeskripsikan kevalidan LKS berbasis IBL berbantuan keterampilan dasar
matematika.
7
2. Mendeskripsikan kepraktisan LKS menggunakan IBL berbantuan
keterampilan dasar matematika.
3. Mendeskripsikan keefektivan LKS berbasis IBL berbantuan keterampilan
dasar matematika.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik bagi peneliti dan pihak lain
sebagai berikut.
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan deskripsi mengenai
pembelajaran fisika dengan IBL sesuai arahan kurikulum.
2. Bagi siswa, meningkatkan keterampilan berpikir kritis mata pelajaran fisika,
khususnya pokok bahasan fluida statis.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
mengembangkan LKS yang serupa pada pokok bahasan yang lain.
4. Bagi Kepala SMAN 6 Bandar Lampung, hasil penelitian dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan sekolah terutama
yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diharapkan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas,
maka ruang lingkup penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1. LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan dasar matematika adalah
LKS yang memuat kegiatan pembelajaran dengan proses IBL menggunakan
8
model inkuiri dengan konten dibuat sesuai indikator berpikir kritis dan
memuat ruang pembiasaan matematika.
2. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan LKS berbasis IBL
berbantuan keterampilan dasar dalam bentuk cetakan.
3. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara kompleks melalui
proses-proses berpikir secara logis guna memahami, menganalisis,
mengevaluasi serta menginterprestasikan suatu argumen sesuai penalarannya
untuk mengambil suatu keputusan (Ennis, 1985).
4. Materi dalam LKS pengembangan dibatasi pada pokok bahasan fluida statis
yang difokuskan pada sub pokok bahasan hukum Archimedes.
5. Pemenuhan aspek validitas LKS pengembangan dideskripsikan melalui uji
validasi ahli.
6. Pemenuhan aspek kepraktisan dideskripsikan melalui hasil analisis angket
respon siswa dan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran.
7. Pemenuhan aspek keefektivan dideskripsikan melalui hasil uji independent-
sampel t-test terhadap nilai posttest kelas eksperimen dan kontrol, uji gain
ternormalisasi, uji independent-sampel t-test terhadap N-gain, dan effect size.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme sudah ada sejak berabad-abad yang lalu
(Spronken-Smith, 2012). Namun teori yang lebih baru didasarkan pada penelitian
John Dewey (1933), Jerome Bruner (1990) dan Lev Vygotsky (1978), dan karya
Jean Piaget (1972) tentang psikologi perkembangan, telah menghasilkan
pendekatan konstruktivisme yang luas.
Ada dua bentuk utama konstruktivisme yaitu konstruktivisme kognitif dan sosial.
Konstruktivisme kognitif mengacu pada teori Piaget (1972) tentang
perkembangan kognitif. Piaget mengusulkan bahwa individu harus membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman.
Bentuk kontruktivisme sosial lebih menekankan pada konteks pembelajaran
sosial. Vygotsky adalah pendukung utama konstruktivisme sosial dan
menyarankan bahwa sejarah budaya, konteks sosial dan bahasa memainkan peran
penting dalam pola dan laju perkembangan anak. Konsep Vygotsky tentang zona
perkembangan proksimal berpendapat bahwa individu dapat, dengan bantuan
rekan yang lebih berpengalaman, konsep dan ide-ide master yang tidak dapat
mereka pahami sendiri (Vygotsky, 1978).
10
Konstruktivisme merupakan akar dari IBL (Spronken-Smith, 2012). Oleh
karenanya dalam IBL siswa dituntut untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (1990) yang menyatakan prinsip
utama konstruktivisme adalah bahwa setiap individu siswa harus aktif
membangun pengetahuan dan keterampilannya sendiri. Pandangan ini
menunjukkan bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat teori yang siap diambil
seperti memanen buah. Setiap individu siswa harus membangun pengetahuannya
sedikit demi sedikit dan memaknainya berdasarkan pengalaman (Bachtold, 2013).
Pengalaman ini akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen
(Papalia dan Olds, 1985; Coon, 1989; Gazzaniga dan Heatherton, 2003; Santrock,
2005; dan Syah, 2012). Situasi ini akan selalu terjadi sebab manusia sebagai
individu memiliki pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan
lingkungan secara terus-menerus. Proses interaksi ini akan menyebabkan terjadi
asimilasi dan akomodasi informasi baru berdasarkan pengalaman siswa sehingga
pengetahuannya dapat berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Prince dan
Felder (2006) yang menyatakan bahwa ketika seorang individu mengalami
sesuatu yang baru, ia memfilter informasi ini melalui struktur mental (schemata)
yang menggabungkan pengetahuan, kepercayaan, dan prasangka sebelumnya
untuk memahami informasi tersebut.
Dengan demikian menurut pendapat Spronken-Smith (2012) bahwa berdasarkan
teori pembelajaran konstruktivis, proses belajar yang efektif harus menawarkan
pengalaman belajar yang memenuhi kriteria: (1) membangun apa yang sudah
diketahui siswa sehingga mereka dapat membuat koneksi ke struktur pengetahuan
11
yang ada; (2) mendorong siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mandiri;
(3) memberikan kesempatan belajar otentik; dan (4) melibatkan siswa yang
bekerja bersama dalam kelompok kecil.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menurut teori belajar
konstruktivisme, pengetahuan yang dimiliki seorang individu merupakan hasil
bentukannya sendiri berdasarkan pengalaman. Siswa dituntut terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran, sementara guru memfasiitasi agar keingintahuan siswa
muncul. Sebab menurut Ciardello (2003), peserta didik akan lebih terstimulasi dan
termotivasi untuk belajar dengan memicu keingintahuan mereka. Guru tidak lagi
memberikan pengetahuan hanya melalui transfer pengetahuan melalui hafalan
semata. Siswa harus diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannnya
melalui kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan pengalamannya. Dengan
demikian siswa akan termotivasi sebab mereka dapat melihat manfaat dan
relevansi dari apa yang mereka pelajari dengan yang dialaminya (Bransford,
Brown, dan Cocking, 2003). Kondisi semacam ini akan tercipta manakala proses
pembelajaran dilakukan melalui IBL.
B. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan salah satu media pembelajaran berbasis cetakan. LKS digunakan
untuk membantu guru membelajarkan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. LKS memuat sekumpulan kegiatan yang harus dilakukan oleh
12
siswa sebagai media belajar pada setiap kegiatan eksperimen yang bernuansa
keterpaduan antara pengetahuan awal dan konsep untuk memaksimalkan
pemahaman sesuai indikator pencapaian yang ditempuh.
Penggunaan LKS dalam pembelajaran akan memudahkan siswa membaca dan
menyerap pesan yang terkandung di dalamnya dan memudahkan guru menilai
aktivitas yang dilakukan oleh siswa (Töman, 2013). LKS dapat mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran untuk menemukan, mengembangkan konsep dan
memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya (Marrysca,
Surantoro, dan Ekawati, 2013). Jika aktivitas belajar dan kemampuan kognitif
menjadi baik maka LKS juga bisa mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis
(Damayanti, 2013).
LKS memudahkan guru dalam mengelola pembelajaran dari teacher centered
menjadi student centered (Darmojo dan Kaligis, 1993). Hal ini dikarenakan LKS
menjadi media bagi guru dalam mengarahkan siswanya menemukan konsep-
konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja. Penggunaan LKS
dalam pembelajaran akan memudahkan siswa membaca dan menyerap pesan
yang terkandung di dalamnya sekaligus memudahkan guru menilai aktivitas yang
dilakukan oleh siswa (Sunyono, 2008). Namun, LKS yang digunakan harus
memenuhi persyaratan penyusunan LKS berupa syarat didaktik, syarat konstruksi
dan syarat teknis (Darmodjo dan Kaligis, 1993).
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa LKS adalah suatu media
pembelajaran yang didalamnya terdapat tahapan kegiatan pembelajaran berbasis
13
IBL yang akan dilakukan siswa ataupun bimbingan guru secara tertulis untuk
menemukan fakta dan konsep.
C. Inquiry-Based Learning (IBL)
IBL merupakan metode pedagogis yang dikembangkan selama gerakan discovery
learning tahun 1960-an sebagai respons terhadap metode pembelajaran
konvensional dimana siswa dituntut untuk menghafalkan materi ajar (Bruner,
1961). Filosofi IBL mengakar pada teori pembelajaran konstruktivis dari
pendahulunya, antara lain seperti karya Piaget, Dewey, dan Vygotsky (Dewey,
1997;Vygotski, 1962). IBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
dalam proses pembelajaran menyelesaikan persoalan (problem solving) seperti
yang dilakukan ilmuwan melalui proses berpikir dan bertindak ilmiah
(Nuangchalerm, 2014). Dengan demikian, IBL pada prosesnya melibatkan siswa
dalam pembelajaran, merumuskan pertanyaan, penyelidikan dan kemudian
membangun pengertian, makna dan pengetahuan baru (Alberta Education, 2004).
Pengetahuan baru siswa dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan,
mengembangkan solusi atau untuk mendukung posisi atau pandangan mereka.
Ilmuwan menggunakan keterampilan berpikir dan bertindak ilmiah secara
terencana, sistematis, teliti, jujur, kritis, kreatif, dan logis dalam pemecahan
masalah yang dihadapinya, sehingga mereka hidup dengan produktif dan
menghasilkan temuan-temuan baru yang sangat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan. Jadi kemampuan yang dimiliki para ilmuwan itu seyogyanya dapat
diadopsi menjadi kecakapan hidup (life skill).
14
Pendekatan IBL didasarkan pada membantu anak-anak mengajukan pertanyaan.
Oleh karena itu guru hendaknya memiliki seni mengajukan pertanyaan dengan
baik. Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya tidak hanya akan memunculkan
jawaban ya atau tidak saja, melainkan dijawab melalui penyelidikan. Sebab,
meminta siswa untuk melakukan penyelidikan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis tidak hanya tentang pekerjaan mereka sendiri, tetapi juga tentang
hasil penelitian secara umum (Wyatt, 2005). Pertanyaan hendaknya mengundang
masukan konstruktif dan memvalidasi pengetahuan sebelumnya. Pertanyaan yang
baik memiliki karakteristik: (1) Pertanyaan harus memberi jawaban; (2)
Jawabannya tidak boleh fakta sederhana; (3) Jawabannya tidak sudah diketahui;
(4) Pertanyaan harus memiliki beberapa jawaban dasar objektif; dan (5)
Pertanyaan tidak boleh terlalu pribadi (YouthLearn Initiative, 2009).
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan IBL adalah:
(1) Bertanya (Questioning); (2) Mendefinisikan istilah (Defining terms);
(3) Bertindak (acting); (4) Berdiskusi (Discussing); dan (5) Meringkas
(summarizing) (Nuangchalerm, 2014). Namun ini tidak jauh berbeda dengan
model inkuiri yang sudah umum dikenal yakni: (1) perencanaan (planning);
(2) mengumpulkan data (retrieving); (3) Pengolahan data (processing);
(4) menyusun informasi (creating); (5) diskusi (sharing); dan (6) evaluasi
(evaluating) (Alberta Education, 2004). Sedangkan riview pada basis data EBSCO
host Library (www.ebscohost.com) tentang langkah-langkah IBL yang dilakukan
oleh Pedaste, et.al (2015) ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut:
15
Tabel 2.1. Fase IBL menurut kajian review Pedaste, et.al (2015)Fase Umum Definisi Rincian Fase Definisi
Orientasi Proses merangsangkeingintahuan tentangsuatu topik
Konseptualisasi Proses menyatakanrumusan masalah dan /atau hipotesis
RumusanMasalah
Proses menghasilkan pertanyaanpenelitian berdasarkanmasalahyang dimunculkan.
Hipotesis Proses menghasilkan hipotesismengenai masalah yangdimunculkan.
Investigasi Proses perencanaaneksplorasi ataueksperimen,pengumpulan dananalisis databerdasarkan desaineksperimental ataueksplorasi.
Eksperimen Proses merancang danmelakukan percobaan untukmenguji hipotesis.
Analisis Data Proses membuat makna daridata yang dikumpulkan danmensintesis pengetahuan baru.
Kesimpulan Proses menarikkesimpulan dari data.Membandingkannyadengan hipotesis ataurumusan masalah
Diskusi Proses penyajian hasilpenyelidikan denganberkomunikasi dan /atau terlibat dalamkegiatan reflektif.
Komunikasi Proses penyajian hasilpenyelidikan kepada orang lain(teman sebaya, guru) danmengumpulkan umpan balikdari mereka.
Refleksi Proses menggambarkan,mengkritik, mengevaluasi danmendiskusikan seluruh sikluspenyelidikan atau fase tertentu.
Berdasarkan Tabel di atas proses belajar mengajar dalam IBL diawali dengan
orientasi untuk merangsang keingintahuan siswa tentang suatu topik. Hal ini bisa
dilakukan dengan memberikan fenomena pembelajaran. Langkah selanjutnya
adalah konseptualisasi yang terdiri dari rumusan masalah dan hipotesis yang
berhubungan dengan orientasi yang diberikan. Tahap selanjutnya adalah
investigasi yang bisa dilakukan dengan melakukan percobaan untuk menguji
16
hipotesis dilanjutkan dengan analisis data. Kemudian tahap kesimpulan yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang dibuat. Tahap terakhir adalah
diskusi yang bisa dilakukan melalui presentasi dan refleksi. Serangkaian kegiatan
ini menuntut keterlibatan aktif siswa, sebab dengan peluang ini siswa akan terlatih
untuk membangun pengetahuannya sendiri. Kondisi ini akan meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan hal di atas, tahapan IBL yang akan dimunculkan pada LKS hasil
pengembangan ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2. Fase kegiatan IBL dalam LKS hasil pengembanganFase Umum IBL Rincian Fase Fase Kegiatan Pada LKSOrientasi - Mengamati FenomenaKonseptualisasi Rumusan Masalah Mengajukan Rumusan Masalah
Hipotesis Membuat HipotesisInvestigasi Eksperimen Melakukan Percobaan
analisis Data Menganalisis DataKesimpulan - Menarik KesimpulanDiskusi Komunikasi - (Presentasi Hasil)
Refleksi Penyelesaian Masalah
D. Keterampilan Dasar Matematika
Fisika mengkaji tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi untuk kemudian
diambil manfaatnya bagi kehidupan. Faktanya fisika banyak melakukan
pengukuran entitas fisik untuk sesuatu yang dapat dilihat dan menafsirkan
terminologi geometris dan struktur dari sesuatu yang tidak terlihat (Ataide dan
Greca, 2013). Oleh karenanya, sangat wajar jika kemudian fenomena-fenomena
yang ada diekspresikan dalam persamaan-persamaan matematika. Fisika memiliki
makna yang esensial untuk menafsirkan fungsi yang ada di dunia dan matematika
menjadi bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan, menanganani dan
17
mengembangkan konsep dan teori fisika bahkan sering menentukan sebagain
besar isi dan maknanya (Tzanakis, 2002).
Matematika adalah bahasa ilmu pengetahuan dan mempersatukan semua subjek
ilmu (Olatoye, 2007). Oleh karena itu, siswa harus mempunyai kemampuan dasar
matematika yang memadai untuk mempelajari fisika. Kemampuan dasar yang
harus dimiliki siswa SMA dalam belajar fisika diantaranya: penjumlahan;,
pengurangan;, perkalian;, pembagain; pemangkatan bilangan; bentuk akar,
logaritma, trigonometri, limit, diferensial, dan integral. Namun dalam penelitian
ini keterampilan matematika yang akan digunakan dalam LKS pengembangan
sesuai dengan kebutuhan pada materi hukum Archimedes.
Berdasarkan analisis materi yang dilakukan diperoleh bahwa keterampilan dasar
matematika yang diperlukan dalam hukum Archimedes yaitu perkalian dan
pengurangan baik untuk bilangan bulat, bilangan desimal, bilangan pecahan,
ataupun bilangan berpangkat. Keterampilan ini digunakan oleh siswa untuk
memahami besarnya gaya apung (FA) yang merupakan selisih berat benda ketika
ditimbang diudara (WU) dan dalam fluida dialami benda ketika dimasukan dalam
fluida (Wf). Selain itu, gaya apung juga merupakan perkalian antara massa jenis
fluida ( ), percepatan gravitasi ( ), dan volume benda yang tercelup dalam fluida
( ). Berikut persamaan yang dimaksud:= − ............................................ (1)= ...................................................(2)
Masalah yang banyak dijumpai dalam pembelajaran fisika adalah
ketidakmampuan siswa ketika sudah berhadapan dengan bilangan desimal dan
18
pecahan pada operasi perkalian dan pengurangan. Selain itu masalah lain yang
dihadapi oleh siswa adalah bingung menentukan bagaimana mereposisi suatu
persamaan jika ditanya besaran lain.
E. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir secara umum dapat didefinisikan representasi dari pengolahan kognitif
pada otak yang mungkin terjadi baik secara sadar dan tidak sadar dan mungkin
tidak selalu mengikuti hukum logika (Frensch dan Funke, 2002). Sementara
berpikir kritis terdiri dari proses mental, strategi, dan representasi yang digunakan
untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan mempelajari konsep-konsep
baru (Sternberg, 1986). Dapat dikatakan bahwa orang yang bersusah payah secara
mental untuk mencari solusi dari suatu persoalan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari juga berpikir kritis. Kondisi ini akan melibatkan segala persepsi yang
dimiliki dan unsur-unsur yang ada pada pikirannya dengan mengkaitkan pada
bukti-bukti yang ada.
Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis akan sangat teliti bahkan
cenderung berhati-hati dalam menggali argumen untuk menentukan kebenaran
suatu masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Moore dan Parker (2009) “critical
thinking is the careful application of reason in the determination of whether a
claim is true”. Sehingga keputusan yang ditentukan oleh orang yang memiliki
keterampilan berpikir kritis akan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
disebabkan orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis tidak hanya melihat
suatu masalah dari satu sisi saja, bersikap terbuka terhadap bukti-bukti baru
19
meskipun bertentangan dengan idenya, melakukan penalaran secara rasional,
mengutamakan bukti-bukti untuk mendukung klaimnya, membuat kesimpulan
dari fakta yang ada, dapat memecahkan masalah, dan sebagainya (Willingham,
2007)
Era perkembangan IPTEK pesat dewasa ini menuntut adanya keterampilan
berpikir tingkat tinggi, sebab di satu sisi hasil IPTEK bisa membantu manusia,
namun pada sisi yang lain menimbulkan masalah yang kompleks bagi kehidupan
manusia dan lingkungannya. Keterampilan berpikir kritis termasuk salah satu
komponen dari beberapa komponen keterampilan berpikir tingkat tinggi
(Winocur, 1985). Pada era ini juga, perkembangan pesat IPTEK linier dengan
pesatnya perkembangan informasi baik secara kuantitas dan keragaman. Namun,
kuantitas informasi ini belum tentu berkualitas dan benar sehingga dibutuhkan
kemampuan untuk menseleksi dan mengevaluasi kebenaran data dan sumber
informasi. Oleh karenanya siswa dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 5 kelompok indikator yaitu:
(1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) membangun
keterampilan dasar (basic support), (3) membuat inferensi (inferring),
(4) membuat penjelasan lebih lanjut (Advanced clarification), dan (5) mengatur
strategi dan taktik (strategis and tactics) (Ennis, 1985). Kelima indikator
keterampilan berpikir kritis ini diuraikan lebih lanjut dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Indikator berpikir kritis dan penjelasannyaKeterampilan
Berpikir KritisSub Keterampilan
Berpikir KritisPenjelasan
20
1. Memberipenjelasansederhana(elementaryclarification)
1. Memfokuskanpertanyaan.
a. Mengidentifikasi atau merumuskanpertanyaan.
b. Mengidentifikasi kriteria-kriteria untukmempertimbangkan jawaban yangmungkin.
c. Menjaga kondisi pikiran.2. Menganalisis
argumen.a. Mengidentifikasi kesimpulan.b. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang
dinyatakan (eksplisit).c. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak
dinyatakan (implisit).d. Mengidentifikasi ketidakrelevanan dan
kerelevanan.e. Mencari persamaan dan perbedaan.f. Mencari struktur dari suatu argumen.g. Merangkum.
3. Bertanya danmenjawabpertanyaanklarifikasi danpertanyaan yangmenantang.
a. Mengapa.b. Apa intinya, apa artinya.c. Apa contohnya, apa yang bukan contoh.d. Bagaimana menerapkannya dalam kasus
tersebut.e. Perbedaan apa yang menyebabkannya.f. Akankah anda menyatakan lebih dari itu
2. Membangunketerampilandasar (basicsupport).
4. Mempertimbang-kan kredibilitas(kriteria) suatusumber.
a. Ahli.b. Tidak adanya konflik interest.c. Kesepakatan antar sumber.d. Reputasi.e. Menggunakan prosedur yang ada.f. Mengetahui resiko.g. Kemampuan memberi alasan.h. Kebiasaan hati-hati.
5. Mengobservasidanmempertimbang-kan hasilobservasi.
a. Ikut terlibat dalam menyimpulkanb. Dilaporkan oleh pengamat sendiri.c. Mencatat hal-hal yang diinginkan.d. Penguatan (corraboration) dan
kemungkinan penguatan.e. Kondisi akses yang baik.f. Penggunaan teknologi yang kompeten.g. Kepuasan observer atas kredibilitas kriteria.
Tabel 2.3. (Lanjutan)Keterampilan
Berpikir KritisSub Keterampilan
Berpikir KritisPenjelasan
3. Menyimpulkan(inference)
6. Membuatdeduksi danmempertimbang-kan hasildeduksi.
a. Kelompok yang logis.b. Kondisi yang logis.c. Interprestasi pernyataan.
21
7. Membuat induksidanmempertimbang-kan induksi
a. Membuat generalisasi.b. Membuat kesimpulan dan hipotesis.
8. Membuat danmempertimbang-kan nilaikeputusan.
a. Latar belakang fakta.b. Konsekuensi.c. Penerapan prinsip-prinsip.d. Memikirkan alternatif.e. Menyeimbangkan, memutuskan
4. Membuatpenjelasanlebih lanjut(advancedclarification)
9. Mendefinisikanistilah,mempertimbang-kan definisi.
Ada 3 dimensi:
a. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang,ekspresi yang sama, operasional, contohdan non contoh.
b. Strategi definisi (tindakan, mengidentifikasipersamaan).
c. Konten (isi).10. Mengidentifikasi
asumsi.a. Penalaran secara implisit.
b. Asumsi yang diperlukan, rekontruksiargumen.
5. Mengaturstrategi dantaktik(strategies andtactics).
11. Memutuskansuatu tindakan.
a. Mendefinisikan masalah.b. Menyeleksi kriteria untuk membuat seleksi.c. Merumuskan alternatif yang
memungkinkan.d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan
secara tentatif.e. Mereview
f. Memonitor implementasi.12. Berinteraksi
dengan oranglain.
Berdasarkan hal di atas dan mengacu pada pendapat Ennis (1985), maka
keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara kompleks
melalui proses-proses berpikir secara logis guna memahami, menganalisis,
mengevaluasi serta menginterprestasikan suatu argumen sesuai penalarannya
untuk mengambil suatu keputusan.
F. Analisis Fluida Statis Berdasarkan Kurikulum 2013
Pokok bahasan Fluida Statis pengembangan Silabus Fisika Kurikulum 2013
berdasarkan Permendikbud No. 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan
22
kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah dibagi menjadi beberapa sub pokok bahasan, yaitu:
(1) hukum utama hidrostatis; (2) tekanan hidrostatis; (3) hukum pascal; (4) hukum
archimedes; (4) meniskus; (5) gejala kapilaritas; (6) viskositas; dan (7) hukum
stokes. Oleh karena cakupan materi terlalu luas dan keterbatasan peneliti, maka
dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk sub pokok bahasan hukum
Archmimedes.
Mempelajari konsep hukum Archimedes berdasarkan silabus disarankan
dilakukan dengan mengamati pemanfaatan hukum archimedes dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya untuk dapat menyimpulkan hukum Archimedes dilakukan
melalui suatu percobaan. Selanjutnya dari hasil percobaan siswa juga
mendiskusikan syarat-syarat tenggelam, melayang, dan mengapung dengan
menerapkan konsep gaya apung.
G. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Septiani, Purwoko, dan Aisyah (2012) dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi
inquiry based learning, kelas VII SMP Negeri 45 Palembang adalah baik. Hal ini
ditunjukkan dengan rata-rata siswa memperoleh nilai hasil belajar berkategori
baik. Namun sebaiknya sebelum meminta siswa mengerjakan LKS, guru
hendaknya menjelaskan terlebih dahulu materi prasyarat yang berkaitan dengan
materi pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih paham dan dapat melakukan
penyelidikan dengan baik.
23
Hasil penelitian Riyadi (2008) menunjukkan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kritis siswa lebih baik setelah pembelajaran melalui model
inkuiri terbimbing. Terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar yang
diperoleh kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran dengan kegiatan laboratorium inkuiri dan kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran dengan kegiatan laboratorium verifikasi.
Penerapan pembelajaran dengan kegiatan laboratorium inkuiri mendapat respon
yang baik dari siswa karena para siswa mengerjakan dan mendiskusikan sendiri
hasil kegiatannya sehingga materi yang dipelajari dengan cepat dipahami.
Sebagain besar siswa mengharapkan model pembelajaran seperti ini dapat
diterapkan pada mata pelajaran lain.
Hasil Penelitian Kusmana (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran analisis
vektor melalui eksperimen dengan metode inkuiri menggunakan Media Analisis
Ruang (MAR) efektif. Karena pembelajaran analisis vektor melalui eksperimen
dapat meningkatkan motivasi belajar, membuat hasil belajar siswa di kelas
eksperimen mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil belajar siswa
yang pembelajarannya menggunakan Media Analisis Ruang (MAR) lebih baik
dibanding dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode inkuiri
tanpa MAR dan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dan aktivitas
siswa terhadap hasil belajar.
Hasil Penelitian Pramono (2008) menunjukkan bahwa penggunaan strategi inkuiri
yang dikemas dalam CD interaktif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
hasil belajar siswa. Penguasaan konsep juga terjadi pada semua sub konsep,
24
peningkatan tertinggi pada sub konsep radiasi dan terendah pada sub konsep
konveksi.
Hasil penelitian-penelitian di atas memberikan informasi bahwa pembelajaran
inkuiri dan media pembelajaran LKS dapat diterapkan dengan baik. Namun dalam
penelitian ini akan ditambahkan bantuan keterampilan dasar matematika dalam
pengembangan LKS menggunakan IBL untuk meningkatkatkan keterampilan
berpikir kritis dalam pembelajaran Fisika.
H. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran fisika seyogyanya dilaksanakan sesuai dengan arahan kurikulum
yang salah satunya menggunakan IBL. Kegiatan pembelajaran IBL akan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Kegiatan orientasi yang
disajikan dalam bentuk mengamati fenomena dapat melatih keterampilan
memberi penjelasan sederhana siswa dengan melakukan analisis argumen pada
fenomena yang disajikan.
Kegiatan merumuskan masalah melatih keterampilan memberi penjelasan
sederhana dengan menuntut siswa bertanya. Selain itu melatih keterampilan
mengatur strategi dan taktik dengan mereview dan mendiskusikan data dan
informasi yang diperoleh pada kegiatan mengati fenomena untuk membuat
rumusan masalah. Selengkapnya perhatikan Gambar 2.1 berikut.
MENGAMATIFENOMENA Memberi Penjelasan
SederhanaBilangan
Bulat
ORIENTASI
25
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pimikiran
Kegiatan membuat hipotesis melatih keterampilan memberi penjelasan sederhana
melalui jawaban sementara yang dihasilkan. Keterampilan menyimpulkan juga
dilatih pada kegiatan ini sebab jawaban yang diperoleh merupakan kesimpulan
dari data dan fakta sederhana yang diperoleh sebelumnya. selain itu kegiatan ini
MENGAJUKANRUMUSANMASALAH
MEMBUATHIPOTESIS
MELAKSANAKANPERCOBAAN
MENGANALISISDATA
MENARIKKESIMPULAN
MembangunKeterampilan Dasar
Menyimpulkan
Membuat PenjelasanLebih lanjut
BilanganDesimal
BilanganPecahan
BilanganBerpangkat
INQUIRY BASEDLEARNING
BERPIKIRKRITIS
KEMAMPUAN DASARMATEMATIKA
Langkah-langkah Indikator Mempelajari Fluida Statik
Melatih
Membantu
Melatih
LKS Menggunakan IBLBerbantuan Keterampilan
Dasar Matematika
Mengatur strategi danTaktik
KONSEPTUALISASI
INVESTIGASI
KESIMPULAN
DISKUSIMENYELESAIKANPERMASALAHAN
26
juga melatih keterampilan mengatur strategi dan taktik sebab siswa melakukan
review dan diskusi pada data dan fakta yang diperoleh untuk menghasilkan
hipotesis.
Kegiatan melakukan percobaan melatih keterampilan memberi penjelasan
sederhana melalui aktivitas untuk mengidentifikasi alat yang relevan untuk
mendapat data yang dikendaki. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan ini baik
observasi, penggunaan alat, dan pencatatan hasil percobaan sehingga melatih
keterampilan membangun keterampilan dasar. Selain itu kegiatan ini memberi
ruang yang besar terhadap siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain sekaligus
menseleksi alat yang diperlukan. Kondisi ini dapat melatih keterampilan mengatur
strategi dan taktik.
Kegiatan analisis data dapat melatih semua komponen indikator berpikir kritis.
Sebab pada kegiatan ini siswa akan menghubungkan data hasil percobaan,
melakukan penalaran, menerapkan prinsip-prinsip, membuat generalisasi dengan
kehati-hatian,dan diskusi yang panjang. Sehingga kegiatan analisis ini sangat
penting untuk melatih keterampilan berpikir kritis. Kegaiatan ini tidak hanya
berhubungan dengan kalimat semata tetapi juga berhubungan dengan persamaan
matematis. Oleh karenanya siswa harus memiliki keterampilan matematika yang
memadai sebagai alat bantu dalam analis data ini. Sedangkan kegiatan
menyimpulkan melatih keterampilan menyimpulkan dan keterampilan mengatur
strategi dan taktik. Sementara kegiatan penyelesaian masalah melatih semua
indikator keterampilan berpikir kritis.
27
Oleh karena fakta dilapangan guru belum terlatih dalam melaksanakan IBL maka
kegiatan di atas dikembangkan dalam media berupa LKS. Hal ini bertujuan agar
guru kembali pada arahan kurikulum sekaligus memudahkan guru dan siswa
dalam mengimplementasikan IBL. Sementara kendala terbesar yang dihadapi guru
berupa keterampilan matematika siswa yang rendah diatasi dengan menyisipkan
keterampilan dasar matematika pada kegiatan analisis data. Hal ini bertujuan
untuk memfasilitasi kebutuhan matematika siswa dalam pembelajaran fisika
sehingga pembelajaran akan lebih praktis dan efektif.
28
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development)
untuk mengembangkan LKS berbasis IBL berbantuan keterampilan dasar
matematika untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Menurut Gall, Gall, dan Borg (2003) Penelitian pengembangan pendidikan adalah
proses yag digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang
diperlukan dalam dunia pendidikan. Hasilnya tidak saja pengembangan produk
yang telah ada tetapi termasuk juga menemukan pengetahuan atau solusi atas
suatu permasalahan. Selain itu, metode penelitian dan pengembangan juga dapat
didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang diterapkan dengan hasil
akhirnya berupa produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2010). Selanjutnya, Penelitian Pengembangan juga didefinisikan
sebagai suatu proses atau prosedur untuk mengembangkan produk baru atau
menyempurnakan produk lama yang dapat dipertanggungjawabkan (Sujadi,
2002). Namun, untuk menghasilkan produk hasil pengembangan yang dalam hal
ini berupa LKS berkualitas baik, maka harus memenuhi kriteria kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan (Nieveen,1999).
29
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan adalah suatu proses atau prosedur yang bertahap untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah
ada dengan hasil akhir berupa produk yang telah teruji kevalidan, kepraktisan, dan
keefekitifannya.
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
model pengembangan Gall, Gall, dan Borg (2003) yang meliputi: (1) Research
and Information Collecting; (2) Planning; (3) Develop Preliminary of Product;
(4) Preliminary Field Testing; (5) Main Product Revision; (6) Main Field Test;
(7) Operational Product Revision; (8) Operational Field Testing; (9) Final
Product Revision; (10) Dissemination and Implementation.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model
pengembangan Gall, Gall, dan Borg (2003) yang telah dimodifikasi menjadi
sampai tujuh langkah saja, sesuai dengan keterbasan yang dimiliki oleh peneliti
baik dari segi waktu dan biaya. Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah
(1) Research and Information Collecting; (2) Planning; (3) Develop Preliminary
of Product; (4) Preliminary Field Testing; (5) Main Product Revision; (6) Main
Field Test; (7) Operational Product Revision. Urutan penelitian lebih rinci
ditunjukkan oleh flowchart pada Gambar 3.1
30
Keterangan:
Gambar 3.1. Flowchart tahapan penelitian model pengembanganGall, Gall, dan Borg (2003) yang telah dimodifikasi
1. Penelitian Awal dan Pengumpulan Data (Research and Information
Collecting)
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan media pembelajaran dan
mengumpulkan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi guru dan siswa
PerencanaanPengembanganProduk Awal
Uji CobaLapangan Awal
Draf I
AnalisisValiditas
Produk Valid?
Direvisi Draf I.1
Tidak
Draf IIRevisi ProdukUji awal
Uji CobaProduk
Produk Praktisdan Efektif?
Uji CobaKelompok Besar
Draf II.1Direvisi
Tidak
Ya
Ya
LKS Valid, Praktis,dan Efisien
= Pilihan
= Tahapan
= Siklus= Kegiatan
= Dokumen Hasil
Penelitian Awal danPengumpulan Data
Revisi Produk Akhir
= Awal/Akhir
Analisis Praktis danefektif awal
Uji ValidasiPakar
Uji KelompokKecil
Analisis HasilUji Coba
Analisis ValidasiEmpiris
31
dilapangan. Hal ini dilakukan melalui analisis kebutuhan dan studi literatur.
a. Analisis kebutuhan: data diperoleh dengan memberikan angket analisis
kebutuhan kepada 10 guru dan 40 siswa di tiga sekolah menengah atas negeri
di Bandar Lampung. Hasil analisis kebutuhan digunakan sebagai dasar untuk
menuliskan latar belakang masalah.
b. Studi literatur: Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan teori dan
informasi hasil riset yang berkaitan dengan LKS, IBL dan berpikir kritis.
2. Perencanaan (Planning)
Tahapan ini dilakukan dengan mengkaji bahan yang akan disusun dalam LKS,
proses ini meliputi: analisis kompetensi dasar dan indikator pencapaian; analisis
materi pembelajaran; analisis fenomena yang akan ditampilkan dalam LKS;
membuat kisi-kisi instrumen penilaian produk berupa angket dan soal pretest-
posttest.
3. Pengembangan Produk Awal (Develop Preliminary Of Product)
Tahap ini peneliti membuat desain produk pengembangan yang dituliskan pada
sub topik kerangka pikir (rancangan konseptual produk). Berdasarkan desain yang
telah dibuat, selanjutnya dikembangkan draf produk awal yang disebut Draf I dan
penelitian. Rincian hasil yang diperoleh pada tahap ini adalah sebagai berikut.
32
a. Draf I LKS Hasil Pengembangan
Adapun draf I ini akan berisi hal sebagai berikut:
1) Mengamati fenomena
Siswa akan diajak untuk mengamati sebuah fenomena kaleng minuman soft drink
yang di potong menjadi 2 plat dengan ukuran yang identik. Selanjutnya kedua plat
akan diberi perlakukan yang berbeda. Plat pertama digulung sehingga tampak
padat dan plat kedua dibentuk seperti mangkuk. Selanjutnya kedua benda
dimasukkan ke dalam gelas kimia.
2) Mengajukan rumusan masalah
Siswa akan diajak untuk mengajukan rumusan masalah berdasarkan fenomena
yang disajikan. Siswa akan dibimbing untuk mengajukan pertanyaan dengan
pertanyaan pembantu. Siswa akan diberi pertanyaan klarifikasi mengenai kondisi
yang dialami kedua benda dalam fluida. Selanjutnya siswa akan diberi pertanyaan
mengenai kedua benda yang mendapat gaya dorong ke atas. Selanjutnya siswa
diminta menuliskan rumusan masalah.
3) Membuat hipotesis
Siswa akan diajak untuk membuat jawaban dari pertanyaan yang telah dituliskan
sebelumnya.
4) Melaksanakan percobaan
Siswa akan diajak untuk melakukan percobaan dengan memilih alat yang sesuai
guna mendapatkan data yang diperlukan pada Tabel. Siswa selanjutnya akan
menuliskan data yang diperoleh pada tabel yang disediakan.
33
5) Menganalisis data
Siswa akan diajak menganalisis data dengan bantuan pertanyaan-peetanyaan
pembantu yang mengaitkan hasil percobaan dengan rumusan masalah. Pada
bagian ini juga disajikan bantuan keterampilan dasar matematika. Berdasarkan
analisis materi hukum Archimedes, keterampilan dasar matematika yang sisipkan
pada LKS ini adalah operasi pada pecahan, perpangkatan, dan operasi aljabar.
6) Menarik Kesimpulan
Siswa akan diajak untuk menarik kesimpulan berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan. Selain itu siswa juga akan disajikan permasalahan yang membutuhkan
solusi berdasarkan kesimpulan yang dibuat.
7) Penyelesaian Masalah
Siswa akan diminta untuk menemukan solusi berdasarkan kesimpulan dari suatu
permasalahan yang disajikan.
b. Angket Uji Validasi Ahli
Angket digunakan untuk mengukur validasi isi, konstruk, dan desain. Instrumen
ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai LKS hasil pengembangan. Daftar
pernyataan angket uji validasi ahli ditunjukkan pada Lampiran 5.
c. Angket Uji Satu Lawan Satu
Angket ini dibuat untuk mengukur kemenarikam, kemudahan, dan kemanfaatan
LKS hasil pengembangan. Daftar pernyataan yang ada dalam angket uji satu
lawan satu ditunjukkan pada Lampiran 3.
34
d. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar keterlaksanaan adalah instrumen yang digunakan untuk mengetahui
keterlaksanaan RPP yang sesuai dengan LKS hasil pengembangan. Dengan
demikian lembar keterlaksanaan berisi kegiatan-kegiatan yang ada dalam RPP.
Kendati demikian perbedaannya terletak pada penambahan kolom keterlaksanaan.
Jika dalam kegiatan pembelajaran kegiatain yang ada di RPP terlaksana, maka
Observer memberi ceklis pada kolom dengan skala 1, sementara jika tidak
terlaksana diberi ceklis pada skala 0. Lembar keterlaksanaan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 14.
e. Angket Respon Siswa
Angket ini digunakan untuk mengukur respon siswa terkait dengan penggunaan
produk LKS hasil pengembangan. Selain itu diukur juga bagaimana respon siswa
terhadap penggunaan IBL dalam pembelajaran. Angket respon siswa ditunjukkan
pada Lampiran 7.
f. Soal Pretest dan Posttest
Soal ini dibuat untuk mengukur efektivitas penggunaan LKS. Soal ini dibuat
sebanyak 5 butir soal yang berbentuk essay yang mengukur 5 indikator
keterampilan berpikir kritis. Soal nomor 1 untuk mengukur indikator memberi
penjelasan sederhana, soal nomor 2 untuk mengukur indikator membangun
keterampilan dasar, soal nomor 3 untuk mengukur indikator menyimpulkan, soal
nomor 4 untuk mengukur indikator membuat penjelasan lebih lanjut, dan soal
35
nomor 5 untuk mengukur indikator mengatur strategi dan taktik.. Instrumen soal -
pretest dan posttest ditunjukkan pada Lampiran 13. Soal pretest dan posttest
selanjutnya diuji coba pada 15 siswa SMAN 6 Bandar Lampung untuk
mengetahui validitas dan realibilitas soal. Nilai hasil uji coba soal ditunjukkan
pada Lampiran 24.
1) Validitas soal
Pengujian validitas butir soal dapat menggunakan persamaan korelasi product
moment sebagai berikut:
= ∑ − (∑ )(∑ )∑ 2 − ∑ 2 { ∑ 2 − ∑ 2 }Keterangan:
rxy = koefisien korelasi variabel X dan Y.X = skor tiap butir soal.Y = skor total yang benar dari tiap subjek.N = jumlah subjek.
(Arikunto, 2007)
Pada penelitian ini analisis validitas soal dilakukan dengan IBM SPSS 22.
Adapun interpretasi hasil uji validitas product moment SPSS yang disadur dari
laman www.spssindonesia.com dengan membandingkan nilai sig.(2-tailed)
dengan probabilitas 0,05, dengan ketentuan di bawah ini.
a) Jika sig.(2-tailed) < 0,05 dan pearson correlation bernilai positif; item soal
dinyatakan valid.
b) Jika sig.(2-tailed) < 0,05 dan pearson correlation bernilai negatif; item soal
dinyatakan tidak valid.
c) Jika sig.(2-tailed) > 0,05; item soal dinyatakan tidak valid.
36
Hasil analisis validitas soal terlihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Hasil uji validitas SPSS soalNomor Soal Pearson Correlation (rxy) Sig. (2-tailed) Α Keputusan
Item_1 0,843 0,000 0,05 ValidItem_2 0,706 0,003 0,05 Valid
Item_3 0,707 0,003 0,05 Valid
Item_4 0,840 0,000 0,05 Valid
Item_5 0,805 0,000 0,05 Valid
Berdasarkan Tabel 3.1 terlihat bahwa nilai pearson correlation untuk kelima item
soal bernilai posistif. Selaian itu nilai sig. (2-tailed) kelima soal lebih kecil dari
0,05. Oleh karena kedua hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kelima soal
valid.
2) Reliabilitas Soal
Reliabilitas soal dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
11 = − 1 1 −∑ 2Keterangan: 11 = reliabilitas instrumen.∑ = jumlah varians skor tiap item.
= banyaknya soal.= varians total.
(Arikunto, 2007)
Pada penelitian ini analisis reliabilitas soal dilakukan dengan IBM SPSS 22.
Adapun interpretasi hasil uji realibilitas SPSS yang disadur dari laman
www.spssindonesia.com dengan membandingkan nilai alpha cronbach’s dengan
0,06, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika nilai alpha cronbach’s > 0,06, maka item soal dinyatakan realiabel
37
b) Jika nilai alpha cronbach’s < 0,06, maka item soal dinyatakan realiabel
Hasil analisis reliabilitas terlihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2. Hasil uji reliabilitas SPSS soalNo Soal Α Alpha Cronbach's Keputusanitem_1 0,06 0,780 Reliabelitem_2 0,06 0,836 Reliabelitem_3 0,06 0,819 Reliabelitem_4 0,06 0,775 Reliabelitem_5 0,06 0,792 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwa nilai alpha cronbach's untuk kelima item
soal lebih besar dari 0,06. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa kelima item
soal reliabel.
Kedua uji di atas memberikan hasil bahwa soal yang dibuat telah valid dan
reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa soal pretest dan posttest bisa digunakan
dalam penelitian ini.
4. Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Langkah ini merupakan uji coba produk secara terbatas. Uji ini dilakukan melalui
uji validasi ahli bertujuan untuk mendapatkan deskripsi kevalidan produk dan uji
coba pada kelompok kecil untuk mendapatkan deskripsi kepraktisan awal dan
keefektivan awal. Adapun penjelasan mengenai kevalidan, kepraktisan awal, dan
keeefektifan awal tersebut sebagai berikut .
a. Kevalidan Produk LKS Hasil Pengembangan
Uji ini digunakan untuk mengukur validitas isi, validitas desain, dan validitas
Konstruk sesuai dengan kriteria pengembangan produk Nieveen (1999). Uji ini
38
termasuk validasi pakar dilakukan menggunakan angket validasi ahli oleh dua
Dosen Universitas Lampung dan tiga Guru fisika yang sudah bersertifikat
pendidik dan memiliki kualifikasi pendidikan pada jenjang magister.
Kriteria kevalidan diperoleh melalui uji validasi ahli. Uji validasi ini dilakukan
menggunakan angket dengan materi uji dari aspek isi, konstruk, dan desain.
Teknik analisis data hasil uji validasi ahli dihitung dengan persamaan berikut ini:
= ℎAnalisis hasil uji validasi dengan menafsirkan rata-rata skor angket dengan
menggunakan tafsiran pada Tabel 3.3 di bawah.
Tabel 3.3. Kriteria penilaian validasi produk LKSInterval Skor Hasil
PenilaianKategoriPenilaian
Keterangan
3,25 < skor ≤ 4,00 Sangat Valid Dapat digunakan tanpa revisi2,50 < skor ≤ 3,25 Valid Dapat digunakan dengan sedikit revisi1,75 < skor ≤ 2,50 Kurang Valid Dapat digunakan dengan banyak revisi1,00 < skor ≤ 1,75 Tidak Valid Belum dapat digunakan dan perlu konsultasi
Diadaptasi dari Ratumanan & Laurens (2011)
Produk dikatakan valid bila hasil analisis angket uji validasi minimal berkategori
valid
b. Keefektifan Awal Produk LKS Hasil Pengembangan
Uji coba kelompok kecil yang terdiri dari tujuh siswa untuk mendapatkan
deskripsi keefektifan awal diperoleh melalui pretest dan posttest. Desain uji coba
kelompok kecil dilakukan dengan menggunakan model pre-eksperimental design
39
dengan tipe one-group pretest-postest. Adapun desain one-group pretest-postest
menurut Cohen (2007) adalah sebagai berikut:
Eksperimental O1 x O2
Gambar 3.2. Desain one group pretest-posttest
Berdasarkan desain di atas uji coba kelompok kecil ini merupakan penelitian
kuantitatif melibatkan satu kelompok sampel. Sebelum diberi perlakuan, siswa
mendapat tes awal (pretest) sehingga diperoleh nilai pretest (O1) yang berfungsi
untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tahap selanjutnya, sampel diberi
perlakuan berupa pembelajaran dengan menerapkan LKS hasil pengembangan (x).
Setelah diberi perlakuan x, sampel mendapat tes akhir (posttest) sehingga
diperoleh nilai posttest (O2) yang berfungsi mengetahui kemampuan akhir siswa.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan uji coba kelompok kecil sebagai berikut.
1) Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar. Populasi didefinisikan
sebagai semua anggota dari setiap kelas yang didefinisikan dengan baik berupa
orang-orang, peristiwa, atau benda (Ary, 2010). Populasi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bandar Lampung
tahun pelajaran 2018-2019 yang terdiri dari 3 kelas. Sedangkan sampel adalah
sebagian dari populasi (Ary, 2010). Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel
berdasarkan penilaian peneliti baik dari segi typical ataupun kekhasannya (Cohen,
40
Manion, & Morrison, 2007). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah
tujuh siswa kelas XI IPA 1, sebab menurut peneliti kelas tersebut memiliki
kemampuan kognitif yang bisa dikatakan homogen.
2) Analisis data Keefektivan Awal
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rerata hasil
posttest dengan pretest uji coba kelompok kecil. Analisis dilakukan melalui IBM
SPSS 22. Jika kedua data berdistribusi normal maka akan dilakukan uji paired
sample t-test sementara jika data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji
wilcoxon. Data yang dianalisis pada bagian ini adalah data pretest dan posttest
hasil uji coba kelompok kecil. Berikut ini adalah langkah-langkah uji statistik
untuk uji keefektivan awal.
a) Uji Normalitas Data
Hipotesis yang diajukan dalam uji ini adalah H0 dan H1 dengan rincian sebagai
berikut:
H0 : Data sampel berdistribusi normal
H1 : Data sampel tidak berdistribusi normal
Kriteria pengambilan keputusan dalam taraf nyata α = 0,05, tolak H0 jika nilai sig.
yang dihasilkan kurang dari 0,05 (H0 ditolak jika sig. < α).
b) Uji Paired Sample T-Test
Uji ini juga bertujuan melihat efektivitas awal dari LKS hasil pengembangan yang
dilihat dari rata-rata pretest dan posttest. Uji ini dilakukan menggunakan program
SPSS. Adapun hipotesis yang diajukan adalah H0 dan H1 dengan rincian di bawah.
41
H0 : Tidak ada perbedaan rerata hasil belajar sebelum dan sesudah
menggunakan produk Draf I LKS hasil pengembangan.
H1 : ada perbedaan rerata hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan produk Draf I LKS hasil pengembangan.
Kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata 5 % (α = 0,005),
dengan ketentuan tolak H0 jika nilai sig < 0.05 sedang untuk kondisi sebaliknya
terima H0.
c) Interpretasi keefektivan awal
Dalam penelitian ini Produk awal dinyatakan efektif apabila hasil uji statistik
menghasilkan data tidak mendukung untuk terima H0 yang berarti terima H1
dalam artian hasil uji menunjukkan ada perbedaan rerata secara signifikan antara
hasil pretest dan postttest.
c. Kepraktisan Awal Produk LKS Hasil Pengembangan
Deskripsi kepraktisan awal diperoleh melalui angket satu lawan satu yang
diberikan setelah uji coba kelompok kecil. Deskripsi ini diperoleh dari mengukur
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk. Hasil angket kemudian
dianalisis menggunakan metode deskriptif. Teknik analisis data hasil uji satu
lawan satu dihitung dengan persamaan yang diadaptasi dari Ratumanan & Laurens
(2011) berikut ini:
= ℎℎ 100%
42
Teknik analisis data hasil uji satu lawan satu ditafsirkan dengan kriteria sesuai
Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Tafsiran persentase angket menurut Arikunto (2010)Persentase (%) Kriteria
80,1-100 Sangat tinggi60,1- 80 Tinggi40,1-60 Sedang20,1-40 Rendah0,00-20 Sangat rendah
Produk awal dikatakan praktis bila hasil analisis angket uji satu lawan satu
minimal berkategori Tinggi.
5. Revisi Produk Uji Awal (Main Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan Draf I berdasarkan hasil uji validasi ahli dan
uji coba kelompok kecil pada tahap uji coba lapangan awal. Draf I yang telah
diperbaiki selanjutnya dicetak dan menjadi produk revisi siap diuji coba yang
disebut Draf II.
6. Uji Coba Produk (Main Field Test)
Langkah ini merupakan uji coba produk dalam pembelajaran. Uji coba ini
selanjutnya disebut uji keterlaksaan produk yang berfungsi mengukur aspek
kevalidan empiris, kepraktisan, dan efektivitas. Kevalidan empiris diperoleh
melalui kendala yang dihadapi terhadap LKS.
Aspek kepraktisan terukur melalui respon siswa. Selain itu, ditinjau dari
keterlaksanaan pembelajaran, maka LKS yang berkualitas harus bisa diterapkan
dalam proses pembelajaran sesuai dengan durasi yang telah ditentukan dalam
43
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan pendapat Nasika
(2012) yang menyatakan kepraktisan dapat diukur dari tingkat keterlaksanaan
pembelajaran di kelas sesuai dengan (RPP) yang telah dibuat yang dinilai oleh
observer. Aspek efektivitas diukur berdasarkan data hasil pretest dan posttest
siswa dalam pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan. LKS
dikatakan efektif manakala hasil analisis statistik data pretest dan posttest
menunjukkan ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
a. Kevalidan Empiris Produk Hasil Pengembangan
Validasi empiris dilakukan dengan menganalisis kekurangan LKS yang terjadi
pada saat uji coba produk.
b. Keefektivan Akhir Produk LKS Hasil Pengembangan
Uji coba produk dilakukan dengan menggunakan model quasi-experimental
designs dengan tipe pretest-posttest design. Quasi-experimental designs
dilakukan sebab di lingkungan sekolah tidak memungkinkan untuk dilakukan
true-experimental sebab menggangu proses pembelajaran (Creswell, 2012). Hal
ini dikarenakan dalam true-experimental anggota kelas eksperimen dan kontrol
harus dipilih secara acak, sehingga bisa saja anggota kelas eksperimen dan kontrol
berasal dari semua kelas yang akhirnya mengganggu jadwal pelajaran di kelas
masing-masing. Sementara dalam quasi-experimental designs, kelas eksperimen
dan kontrol cukup diacak secara klasikal saja (Cohen, Manion, dan Morrison,
2007). Adapun desain pretest-posttest design menurut Creswell (2012)
ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut.
44
Select Control Group Pretest (X1) No Treatment Posttest (X2)
Select ExperimentalGroup
Pretest (Y1) ExperimentalTreatment
Posttest (Y2)
Gambar 3.3. Quasi-experimental designs dengan tipe pretest posttest designmenurut Creswell (2012)
Berdasarkan Gambar 3.3 langkah awal yang dilakukan adalah menentukan kelas
eksperimen dan kontrol. Sebelum diberi perlakuan, kelas eksperimen dan kontrol
mendapat tes awal (pretest) sehingga diperoleh nilai pretest. Nilai pretest untuk
kelas eksperimen disimbolkan dengan Y1 dan nilai pretest untuk kelas kontrol
disimbolkan dengan X1. fungsi pretest ini untuk mengetahui penguasaan awal
siswa terhadap konsep, kemampuan dasar matematika, dan kemampuan berpikir
kritis. Tahap selanjutnya, sampel diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan
IBL menggunakan LKS hasil pengembangan untuk kelas ekperimen dan
pembelajaran IBL tanpa LKS hasil pengembangan untuk kelas kontrol. Setelah
diberi perlakuan, kedua kelas diberi tes akhir (posttest) sehingga diperoleh nilai
posttest Y2 untuk kelas eksperimen dan X2 untuk kelas kontrol. Hal ini berfungsi
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan keterampilan berpikir kritis.
Adapun lokasi, populasi, dan sampel uji coba produk sebagai berikut:
1) Lokasi, Populasi, dan Sampel Uji Coba Produk
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung yang berada
di kota Bandar Lampung. Populasi didefinisikan sebagai semua anggota dari
setiap kelas yang didefinisikan, baik berupa orang-orang, peristiwa, atau benda
(Ary, 2010). Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas
45
XI IPA SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2018-2019 yang terdiri
dari 3 kelas. Sampel adalah sebagain dari populasi (Ary, 2010). Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini cluster random sampling, yakni teknik
pengambilan sampel dimana peneliti memilih sejumlah kelas suatu sekolah
secara acak (Cohen, Manion, dan Morrison, 2007). Sampel yang terpilih dalam
penelitian ini adalah Siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2.
2) Analisis Data Keefektivan Akhir
Efektivitas akhir diperolah dengan melakukan beberapa uji statistik diantaranya:
a) uji paired sample t-test antara hasil pretest dengan posttest pada kelas
eksperimen dan kontrol.
b) Uji independent sample t-test terhadap nilai posttest kelas eksperimen dengan
kelas kontrol.
c) Uji N-gain yang selanjutnya dilakukan uji independent sample t-test terhadap
N-gain kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
d) Perhitungan effect Size.
Adapun langkah awal yang dilakukan sebelum uji paired sample t-test dan uji
independent sample t-test adalah uji normalitas data. Hipotesis yang diajukan
dalam uji ini adalah H0 dan H1 dengan rincian sebagai berikut:
H0 : Data sampel berdistribusi normal
H1 : Data sampel tidak berdistribusi normal
46
Kriteria pengambilan keputusan dalam taraf nyata α = 0,05, tolak H0 jika nilai sig.
yang dihasilkan kurang dari 0,05 (H0 ditolak jika sig. < α). Jika data berdistribusi
normal maka selanjutnya dilakukan uji yang sesuai.
a) Uji Paired Sample T-test
Uji ini juga bertujuan melihat apakah ada perbedaan rerata masing-masing kelas
uji coba sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hal ini dengan membandingkan
rerata pretest dengan posttest pada masing-masing kelas uji coba. Uji ini
dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol menggunakan program SPSS.
Hipotesis yang diajukan pada masing-masing kelas uji coba adalah H0 dan H1,
dengan rincian sebagai berikut.
Hipotesis untuk kelas eksperimen
H0 : Tidak ada perbedaan rerata hasil belajar sebelum dan sesudah
menggunakan produk LKS hasil pengembangan.
H1 : ada perbedaan rerata hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan produk LKS hasil pengembangan.
Hipotesis untuk kelas kontrol
H0 : Tidak ada perbedaan rerata hasil belajar sebelum dan sesudah
pembelajaran tanpa menggunakan produk LKS hasil pengembangan.
H1 : ada perbedaan rerata hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
tanpa menggunakan produk LKS hasil pengembangan.
47
Keputusan diambil pada taraf nyata 5% (α = 0,05), dengan ketentuan jika nilai sig
> 0.05 , maka data mendukung untuk terima H0. Akan tetapi, jika niali sig < 0.05 ,
maka data tidak mendukung untuk terima H0.
b) Uji Independent Sample T-test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan
kontrol, baik untuk nilai pretest dan posttest. Uji ini dilakukan menggunakan
program SPSS, dengan tahapan uji sebagai berikut.
(1) Uji homogenitas
Hipotesis yang diajukan sebagai berikut.
H0 : Semua populasi mempunyai variansi yang sama.
H1 : Tidak semua populasi mempunyai variansi yang sama.
Hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : σ12 - σ2
2 =0
H1 : σ12 - σ2
2 ≠0
Keterangan:
1 = Pembelajaran dengan LKS berbasis IBL berbantuan keterampilandasar matematika (kelas eksperimen)
2 = Pembelajaran tanpa LKS berbasis IBL berbantuan keterampilandasar matematika (kelas kontrol)
Keputusan diambil pada taraf nyata α = 0,05, dengan ketentuan tolak H0 jika
sig.< α.
48
(2) Uji-t nilai pretest dan posttest
Hipotesis yang diajukan untuk nilai pretest adalah sebagai berikut.
Ho : Tidak ada perbedaan rerata pretest antara siswa kelas eksperimen dan
kontrol.
H1 : ada perbedaan rerata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kontrol.
Hipotesis yang diajukan untuk nilai posttest sebagai berikut.
Ho : Tidak ada perbedaan rerata hasil belajar antara kelas yang menerapkan
dan tidak menerapkan LKS berbasis IBL berbantuan keterampilan dasar
matematika.
H1 : ada perbedaan rerata hasil belajar antara kelas yang menerapkan dan
tidak menerapkan LKS berbasis IBL berbantuan keterampilan dasar
matematika.
Hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut (1 untuk kelas eksperimen
dan 2 untuk kelas kontrol).
H0 : = 2H1 : 1 ≠ 2
Keputusan diambil pada taraf nyata α = 0,05, dengan ketentuan tolak H0 jika
sig.< α. Namun apabila hasil uji normalitas data menunjukkan data tidak
berdistribusi normal maka digunakan uji beda Mann Whitney.
49
c) Uji Gain Ternormalisasi
Efektivitas LKS hasil pengembangan dapat dilihat dari peningkatan kemampuan
berpikir kritis sebelum dan setelah menggunakan LKS hasil pengembangan pada
kelas eksperiman dan kontrol. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan uji
gain. Menurut Hake (1999) peningkatan pretest dan posttest dapat dihitung
dengan menggunkaan persamaan sebagai berikut:
< g > = (% < > −% < )(100 −% < >)Keterangan:
<g> = faktor gain<Si> = skor rata-rata tes awal<Sf> = skor rata- rata tes akhir
Kriteria faktor gain <g>:
<g> > 0,7 = tinggi0,3 ≤ <g> ≤ 0,7 = sedang<g> < 0,3 = rendah
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan N-gain kelas eksperimen dan kontrol,
dilakukan uji independent sample t-test dengan syarat data N-gain kedua kelas
berdistribusi normal. Jika data tidak normal maka dilakukan uji mann whitney.
Hal mengenai uji tersebut sebagai berikut.
Hipotesis yang diajukan dalam uji ini sebagai berikut.
Ho : Tidak ada perbedaan rerata N-gain kelas eksperimen dan kontrol.
H1 : ada perbedaan rerata N-gain kelas eksperimen dan kontrol.
Hipotesis statistik dalam uji ini yaitu H0 : = 2 dan H1 : 1 ≠ 2. Keputusan
diambil pada taraf nyata α = 0,05, dengan ketentuan tolak H0 jika sig.< α.
50
d) Effect Size
Jika hasil uji gain ternormalisasi menunjukkan adanya peningkatan pada setiap
indikator berpikir kritis, maka selanjutnya akan dicari ukuran efek (effect size)
dari LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan dasar matematika. Menurut
Olejenik dan Algina (2003) effect size merupakan ukuran mengenai besarnya efek
suatu variabel terhadap variabel lain, besarnya perbedaan maupun hubungan yang
bebas dari pengaruh besarnya sampel. Sementara menurut Huck (2008) dan
Moore (2007) menyatakan bahwa effect size dapat dianggap sebagai ukuran
kebermaknaan hasil penelitian dalam paparan praktis. Effect size dapat dihitung
menggunakan persamaan Cohen, Manion, & Morrison (2007) berikut.
= ̅ − ̅Dengan SDPooled dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut:
= ( − 1) 2 + ( − 1) 2+ − 2Keterangan:
d = Effect size= Rerata kelas eksperimen= Rerata kelas kontrol= Standar deviasi gabungan kelas kontrol dan eksperimen= Standar deviasi kelas eksperimen= Standar deviasi kelas kontrol= Jumlah sampel kelas eksperimen= Jumlah sampel kelas Kontrol
Dalam penelitian ini hasil perhitungan effect size diinterpretasikan menggunakan
kriteria Cohen, Manion, & Morrison (2007) seperti pada Tabel 3.5 berikut
51
Tabel 3.5. Kriteria effect sizeNo Nilai Effect Size Kategori1 0,00 - 0,20 Weak Effect/Efek Lemah2 0,21 - 0,50 Modest Effect/Efek Sedang3 0,51 - 1,00 Moderate Effect/Efek Kuat4 > 1,00 Strong Effect/Efek Sangat Kuat
c. Kepraktisan Akhir Produk LKS Hasil Pengembangan
Deskripsi ini diperoleh melalui agket respon siswa dan observasi keterlaksanaan
pembelajaran. Adapun rincian keduanya sebagai berikut;
1) Angket Respon Siswa
Angket ini berisi respon siswa terhadap bahasa, penulisan, tampilan, isi, manfaat
LKS dan IBL yang digunakan dalam pembelajaran. Teknik analisis data hasil uji
validasi ahli dihitung dengan persamaan yang diadaptasi dari Ratumanan & Laurens
(2011) berikut ini:
= ℎℎ 100%Teknik analisis data hasil angket respon ditafsirkan dengan kriteria sesuai Tabel
3.4 di atas.
2) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk mengobservasi keterlaksaan pembelajaran oleh
observer. Lembar ini berisi penilaian observer terhadap keterlaksanaan
pembelajaran dan ketepatan durasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang
tertulis dalam RPP. Teknik analisis data hasil observasi uji keterlaksanaan LKS
dalam pembelajaran sesuai keterlaksanaan tahapan pembelajaran dalam RPP.
52
Masing-masing aspek diberikan skor 0 jika tahapan pembelajaran tidak terlaksana
dan skor 1 jika tahapan pembelajaran terlaksana, dan skor total keterlaksanaan
pembelajaran dihitung dengan persamaan yang diadaptasi dari Ratumanan &
Laurens (2011) berikut ini:
= ℎ ℎ ℎ ℎ 100%Kriteria hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran ditafsirkan menggunakan Tabel
3.6 berikut ini.
Tabel 3.6 Kriteria keterlaksanaan pembelajaranSkor Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
p ≥ 90 Sangat Baik80 ≤ p < 90 Baik70 ≤ p < 80 Cukup60 ≤ p < 70 Kurang
p < 60 Sangat KurangDiadaptasi dari Sudjana (2005)
3) Interpretasi Kepraktisan Akhir.
Produk Draf II LKS Hasil pengembangan dinyatakan praktis apabila hasil analisis
respon siswa minimal berkategori tinggi dan analisis hasil observasi
keterlaksanaan berkategori minimal baik.
7. Revisi Produk Akhir (Operational Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan kembali setelah dilakukan tahap keenam dalam
penelitian ini. Perbaikan ini mengacu pada data hasil uji coba produk, sehingga
diyakini lebih memantapkan produk yang dikembangkan. Hasil revisi produk ini
merupakan produk akhir dalam penelitian ini.
53
C. Istrumen Penelitian
Kriteria pengembangan Nieveen (1999) dalam rangka menghasilkan produk yang
berkualitas harus memenuhi aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan.
Tabel 3.7. Daftar instrumen penelitian
No Variabel Instrumen Tujuan AnalisisDasar
Keputusan(Jika)
1 Kevalidan Angket UjiValidasi
Validasiproduk (desain,isi, konstruk)
Deskripsi Berkategorivalid atau
sangat valid
2 Kepraktisan Angket ujilawan satu
Kemenarikan,kemudahan,dankemanfaatan
Deskripsi Berkategoritinggi atau
sangat tinggi
Angket responsiswa
Respon Siswa Deskripsi Berkategoritinggi atau
sangat tinggi
Lembarobservasiketerlaksanaan
Keterlaksanaanpembelajaran
Deskripi Berkategribaik atau
sangat baik
3 Keefektivan Soal Pretestdan Posttest
Peningkatanberpikir kritis
Paired sample t-test(pretest vs posttest
UKK)
terima H1
Independen sample t-test (pretest E VS Kdan posttest E VS K)
terima H1
N-gain E VS K Berkategorisedang atau
tinggi
Independen sample t-test (N-gain E VS K)
terima H1
Keterangan: UKK = uji kelompok Kecil, E = kelas eksperimen, K = kelaskontrol, dan VS = versus/lawan.
Oleh karenanya, dalam penelitian ini produk yang dihasilkan diuji untuk
memenuhi ketiga aspek itu. Uji yang dilakukan membutuhkan instrumen
penelitian yang sesuai yang telah dipaparkan sebelumnya. Rekapitulasi instrumen
peneltian ditunjukkan dalam Tabel 3.7 di atas.
118
V. SIMPULAN DAN SARAN
Adapun simpulan dan saran yang dihasil sebagai berikut.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
dapat dituliskan beberapa simpulan:
1. LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan dasar matematika untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis telah memenuhi kriteria kevalidan,
dengan deskripsi hasil uji validasi ahli menyatakan valid.
2. LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan dasar matematika untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis telah memenuhi kriteria
kepraktisan, dengan deskripsi hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
menyatakan sangat baik dan angket respon siswa berkategori sangat tinggi.
3. LKS menggunakan IBL berbantuan keterampilan dasar matematika untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis telah memenuhi kriteria
keefektifan, dengan deskripsi; rerata N-gain kelas eksperimen lebih besar dari
kelas kontrol secara signifikan, rerata N-gain per indikator berpikir kritis kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, dan effect size produk LKS hasil
pengembangan sangat kuat.
119
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan temuan lapangan yang sudah dipaparkan, jika
kondisi siswa dalam pembelajaran fisika memiliki keterampilan berpikir kritis dan
matematika rendah maka sebaiknya diterapkan LKS menggunakan IBL
berbantuan keterampilan dasar matematika seperti yang peneliti kembangkan ini.
Namun dalam pengembangannya perlu dibuat panduan rumusan masalah berupa
pertanyaan pembantu yang runtut termasuk ruang untuk mengakomodir data
kuantitatif yang diperoleh melalui penyajian dan penggalian fenomena
pembelajaran yang dimuat.
120
DAFTAR PUSTAKA
Alberta Education. (2004). Focus On Inquiry: A Teacher's Guide to ImplementingInquiry-Based Learning. Retrieved September 07, 2016, from Edmonton,AB: Alberta Education: http://www.learning.gov.ab.ca/k_12/curriculum/bySubject/ focusoninquiry. pdf.
Al-Omari, W., & Miqdadi, R. (2014). The Epistemological Perceptions of theRelationship between Physics and Mathematics and Its Effect on Problem-Solving among Pre-Service Teachers at Yarmouk University in Jordan.International Education Studies, 7 (5), 39 - 47. http://dx.doi.org/10.5539/ies.v7n5p39.
Anderson, O., & Krathwohl, D. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, andAssesing: a revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. NewYork: Longman.
Anonim. Cara Melakukan Uji Reliabilitas Alpha Cronbach’s dengan SPSS.Diakses 16 Mei 2019, dari www.spssindonesia.com: dipetik darihttps://www. spssindonesia. com/2014/01/uji-reliabilitas-alpha-spss.html.
Anonim. Cara melakukan Uji Validitas Product Moment dengan SPSS. diakses 16Mei 2019, dari www.spssindonesia.com: Dipetik pada https://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-validitas-product-momen-spss.html.
Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Taktik Edisi Revisi.Jakarta: Rineka Cipta.
Ary, D., Jacobs, L.C., Sorensen, C., & Razavieh, A. (2010). Inroduction toResearh in Education (8th ed). Belmont: Cengage Learning.
Asyar, R. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: GaungPersada Press.
121
Ataide, A., & Greca, I. (2013). Epistemic Views of the Relationship BetweenPhysics and Mathematics: Its Influence on the Approach of UndergraduateStudents to Problem Solving. Sci & Educ, 22:1405–1421. http://dx.doi.org/10.1007/s11191-012-9492-2.
Bailin, S. (2002). Critical thinking and science education. Science & Education,11(4):361-375..http://www.elainegalvin.ie/wp-content/uploads/2014/09/critical-thinking-and-science-education.pdf.
Bachtold, M. (2013). "What do students "construct" according to constructivismin science education?". Research in Science Education. 43 (6): 2477 96.Bibcode:2013RScEd..43.2477B. doi:10.1007/s11165-013-93697.
Bransford, J. D., Brown, A. L., and Cocking, R. R., Ed. (2000). How PeopleLearn: Brain, Mind, Experience, and School. Washington: NationalAcademy Press.
Bruner, J. (1990). Acts of Meaning. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah: StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar SMA?MA. Jakarta: BSNP.
Ciardiello, A. V. (2003). “To wander and wonder”: Pathways to literacy andinquiry through question-finding. Journal of Adolescent and AdultLiteracy 47, 228-239.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research Methods in Education.New York: Routledge.
Coon, D. (1989). Introduction to Psykology. New York: West PublishingCompany.
Creswell, J. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and EvaluatingQuantitative and Qualitative Research . Boston: Pearson Educating, Inc.
Damayanti, D., Ngazizah, N., & Setyadi K, E. (2013). Pengembangan LembarKerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing UntukMengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada MateriListrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran2012/2013. Radiasi, 3(1): 6 - 11. Dipetik 24 Agustus 2016, dari http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/658.
Darmojo, & Kaligis, J. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Dirjen Diktidepdikbud.
122
Dewey, J. (1933). How We Think: A restatement of the relation of reflectivethinking to the educative process. Boston: D.C. Heath.
Dewey, J. (1997). How We Think. New York: Dover Publications
Dewi, K., Sadia, I. W., & Riatiati, N.P. (2013). Pengembangan PerangkatPembelajaran IPA Terpadu Dengan Setting Inkuiri Terbimbing UntukMeningkatkanpemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah Siswa. e-JournalProgram Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram StudiPendidikan IPA, 3. Dipetik 26 Juli 2019, dari http://119.252.161.254/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/download/548/340.
Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dori, Y. J., & Herscovitz, O. (1999). Question-posing capability as an alternativeevaluation method: Analysis of an environmental case study. Journal ofResearch in Science Teaching, 36 (4): 411–430.
Ennis, R. (1985). Goals for a Critica Thinking Curriculum. In Costa, DevelopingMinds: A Resource Book for Teaching Thinking (pp. 63-66). Alexandria:Association for Supervision and Curriculum Development.
Forum Koordinasi Nasional PUS. (2013). Laporan Tahunan Pendidikan UntukSemua tahun 2012. Jakarta: Forkonas PUS.
Frensch, P., & Funke, J. (2002). Thinking and Problem Solving. In Experimentalpsychology and its implications for human development. Encyclopedia oflife support systems (EOLSS), developed under the auspices of theUNESCO. Oxford,UK: Eolss Publishers.
Gall, M., Gall, J., & Borg, W. (2003). Educational Research An IntroductionSeventh Edition. New York: Pearson Eduction, Inc.
Gazzaniga, M. S., & Heatherton, Todd F. (2003). Psychological Science Mind,Brain, and Behavior. New York: W. W. Norton & Company.
Hake, R. R. (1999). Analyzing change/gain scores. Unpublished.[online]. Dipetik6 September 2016, dari http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain. pdf.
Hapsari, M. J. (2011). Upaya Meningkatkan Self-Confidence Siswa DalamPembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. JurnalProsiding ISBN, 978-979. Dipetik 26 Juli 2019, dari https://core.ac.uk/download/pdf/11064949.pdf.
123
Huck, S. W. 2008. Reading Statistics and Research (5th ed.). Boston:Pearson/Allyn and Bacon.
Jannah, M., Sugianto, & Sarwi. (2012). Pengembangan Perangkat PembelajaranBerorientasi Nilai Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing Materi CahayaPada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Journal of InnovativeScience Education, 1(1). Dipetik 26 Juli 2019, dari https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise/article/download/45/34.
Jaya, I. M., Sadia, I. W., & Arnyana, I. B. P. (2014). Pengembangan PerangkatPembelajaran Biologi Bermuatan Pendidikan Karakter Dengan SettingGuided Inquiry Untuk Meningkatkan Karakter Dan Hasil Belajar SiswaSMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi IPA, 4. Dipetik 26 Juli 2019, dari http://119.252.161.254/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/1065/813.
Kirschner, P. A., Sweller, J., & Clark, R. E. (2006). Why Minimal GuidanceDuring Instruction Does Not Work: An Analysis of the Failure ofConstructivist, Discovery, Problem-Based, Experiential, and Inquiry-Based Teaching. Educational Psychologist, 41 (2): 75 – 86. Dipetik 1Agustus 2016, dari http://www.cogtech.usc.edu/publications/kirschner_Sweller_Clark.pdf.
Kristanto, Y. E., & Susilo, H. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPASiswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 22(2),197-208. Dipetik 26 Juli 2019, dari http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/download/7750/3569.
Kusmana. (2008). Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan "Media AnalisisRuang" Pada Pokok Bahasan Vektor. Tesis. Semarang: UNNES. Dipetik28 Agustus 2016, dari http://lib.unnes.ac.id/16792/1/4001506029.pdf.
Madhuri, G., Kantamreddi, V., & Prakash, L. (2012). Promoting higher orderthinking skills using inquiry-based learning. European Journal ofEngineering Education, 37 (2): 117–123, http://dx.doi.org/10.1080/03043797.2012.661701.
Mahnun, N. (2012). Media pembelajaran (kajian terhadap langkah-langkahpemilihan media dan implementasinya dalam pembelajaran). An-Nida', 37(1), 27-34. Dipetik 26 Juli 2019, dari http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/310.
124
Margiastuti, S. N., Parmin, & Pamelasan, S.D. (2015). Penerapan Model GuidedInquiry Terhadap Sikap Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa PadaTema Ekosistem. Unnes Science Education Journal , 4(3). Dipetik 26 Juli2019, dari https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/download/8859/5793.
Marrysca, A., Surantoro, & Ekawati, E. (2013). Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)Berbantuaan LKS (Lembar Kerja Siswa) Berkarakter Untuk MeningkatkanAktivitas Belajar Dan Kemampuan Kognitif Fisika Siswa. JurnalPendidikan Fisika, 1(2): 6-11. Dipetik 2 September 2016, darihttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2795/1911.
Moore, B., & Parker, R. (2009). Critical Thinking 9th Edition. New York:MCGraw-Hill Companies, Inc.
Moore, D. S. (2007). The Basic Practice of Statistics (4th ed.). New York: W.H.Freeman and Co.
Nasika, F. (2012). Pengembangan Student’s Worksheet Dengan PenemuanTerbimbing Pada Materi Teorema Pythagoras. Jurnal Mathedunesa,1(1):1-8. Dipetik 5 September 2016, dari http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/245/394.
Nieveen N. (1999) Prototyping to Reach Product Quality. In: van den Akker J.,Branch R.M., Gustafson K., Nieveen N., Plomp T. (eds) DesignApproaches and Tools in Education and Training. Springer, Dordrecht
Novia, R., Hufri, & Dwiridal, L. (2017). Pengembangan LKPD BerorientasiInkuiri Terbimbing Pada Materi Momentum, Impuls, Dan TumbukanUntuk Siswa SMA/MA Kelas X. Pillar of Physics Education, (10): 97-104. Dipetik 26 Juli 2019, dari http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pfis/article/viewFile/2564/2063
Nuangchalerm, P. (2014). Inquiry-based Learning in China: Lesson learned forSchool Science Practices. Asian Social Science, 10 (13):64-70. http://dx.doi.org/10.5539/ass.v10n13p64.
Olatoye, R. (2007). Effect of Further Mathematics on Students’ Achievement inMathematics, Biology, Chemistry and Physics.Internaitonal. Journal ofEnvironmental & Science Education, 2(2):48-53. Dipetik 1 September2016, dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ901266.pdf.
125
Olejnik, S., & Algina, J. (2003). Generalized Eta and Omega Squared Statistics:Measures of Effect Size for Some Common Research Design.Psycological Methods, 8(4):434-447. http://dx.doi.org/10.1037/1082-989X.8.4.434.
Papalia, D. E., & Olds, S. W. (1985). Psychology. New York: McGraw-Hill, Inc.
Pedaste, M., Mäeots, M., Siiman, L. A., De Jong, T., Van Riesen, S. A., Kamp, E.T., & Tsourlidaki, E. (2015). Phases of inquiry-based learning: Definitionsand the inquiry cycle. Educational research review, 14, 47-61.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016. Tentang Standar Proses Pendidikan Dasardan Menengah .
Permendikbud No. 24 Tahun 2016. Tentang Kompetensi Inti dan KompetensiDasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar danMenengah .
Piaget, J. (1972). The Psychology of the Child. New York: Basic Books.
PIRLS. (2012). PIRLS 2011 International Results in Reading. BOSTON: TIMSS& PIRLS International Study Center and International Association for theEvaluation of Educational Achievement (IEA).
PISA. (2012). PISA 2012 Results in Focus: What 15-year-olds know and whatthey can do with what they know. Paris: Organisation for Econimics Co-operation and Development (OECD).
Plomp, T. (2013). Educational Design Research: An Introduction. In T. Plomp, &N. Nieveen, Educational Design Research, Part A: An introduction (pp.11-50). Enschede, the Netherlands: SLO.
Pramono, H. (2008). Efektivitas Pembelajaran Fisika Dengan Strategi InkuiriDikemas Dalam CD Interaktif. Tesis. UNNES.
Prasetyo, D. A. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri UntukMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi MemeliharaKomponen Sistem Bahan Bakar Bensin. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin,15(2): 82-86. Dipetik 26 Juli 2019, dari https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPTM/article/viewFile/9171/5988.
Prince, M. J. and R. M. Felder (2006). Inductive teaching and learning methods:Definitions, comparisons, and research bases. Journal of EngineeringEducation 95, 123-138.
126
Priyanti, N. P. T., Sadia, I. W., & Suastra, I. W. (2015). Pengembangan PerangkatPembelajaran Fisika SMA Bermuatan Karakter Dengan Setting ModelPembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan UntukMeningkatkan Karakter dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 5.Dipetik 26 Juli 2019, dari http://119.252.161.254/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/1568/1224.
Qing, Z., Jing, G., & Yan, W. (2010). PromotingPreserviceTeachers' CriticalThinking Skills by Inquiry-Based Chemical Experiment. Procedia Socialand Behavioral Sciences, 2: 4597-4603; doi:10.1016/j.sbspro.2010.03.737.
Quale, A. (2011). On the Role of Mathematics in Physics. Science and Education,20 (3): 359 - 372. http://dx.doi.org/10.1007/s11191-010-9278-3.
Rahma, A. N. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model InkuiriBerpendekatan SETS Materi Kelarutan Dan Hasilkali Kelarutan UntukMenumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Empati Siswa TerhadapLingkungan. Journal of Educational Research and Evaluation, 1(2).Dipetik 26 Juli 2019, dari https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere/article/download/799/825.
Ratumanan, T. G., & Laurens, T. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:Unesa University Press.
Riawan, A., & Suyatna, A. (2015, October). The Description of Learning Physicsin High School of Bandar Lampung City: Perspectives of Inquiry.In Proceeding International Seminar on Mathematics, Science, andComputer Science Education (MSCEIS) 2015 (pp. 275-280). Faculty ofMathematics and Science Education Universitas Pendidikan Indonesia.
Riyadi, U. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Kegiatan LaboratoriumUntuk meningkatkan keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pokok BahasanFluida Statis. Tesis. Semarang: PPs UNNES.
Riyanto, Y. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi BagiGuru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif danBerkualitas. Jakarta: Prenada Media.
Rusilowati, A. (2006). Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan KelistrikanSiswa SMA Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,4(2):100-106. Dipetik 4 September 2016, dari https://www.dropbox.com/s/h7nzxn7h17x2eai/jppendidikandd060005.pdf?dl=0.
127
Sadler, P., & Tai, R.H. (2001). Success in Introductory College Physics: The Roleof High School Preparation. Science Education, 85 (2): 111-136. Dipetik 6September 2016, dari https://www.cfa.harvard.edu/smg/ficss/ research/articles/jrst_success_in_intro.pdf.
Santrock, J. W. (2005). Psycology Updated seventh Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Satria, Purnomo, T., & Martini. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks)Berorientasi Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir KritisSiswa Smp Kelas IX Pada Tema Virgin Coconut Oil (Vco). JurrnalPendidikaan Sains e-Pensa, 02(01): 89-94. Dipetik 26 Juli 2019, darihttps://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/pensa/article/view/7146.
Semela, T. (2010). Who is joining physics and why? Factors influencing thechoice of physics among Ethiopian university students. InternationalJournal of Environmental & Science Education, 5 (3):319-340. Dipetik 7September 2016, Dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ895741.pdf.
Septiani, M. A., Purwoko, & Aisyah, N. (2012). Penerapan Strategi Inquiry BasedLearning dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VII SMPNegeri 45 Palembang. Seminar Nasional Matematika dan PendidikanMatematika, 10 November 2012 (pp. 80-90). Yogyakarta: UNY. Dipetik 9September 2016, dari http://eprints.uny.ac.id/7495/1/P%20-%209.pdf.
Spronken S, R., & Walker, R. (2010). Can inquiry-based learning strengthen thelinks between teaching and disciplinary research? Studies in HigherEducation, 35 (6): 723-740, http://dx.doi.org/10.1080/03075070903315502.
Steed, C. (2009). Inquiry-based learning: personalisation or the rehabilitation ofhuman value. The Curriculum Journal, 20 (4): 465 - 475, http://dx.doi.0rg/10.1080/09585170903438633.
Sternberg, R. (1986). Critical Thinking: Its Nature, Measurement, andimprovement. Washington DC : National Institute of Education.
Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensido Offset.
Sudjana, N. (2010). Penilaian hasil Belajar-Mengajar. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
128
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sujadi. (2002). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunyono. (2008). Development Of Student Worksheet Base on Environment toSains Material of Yunior High School in Class VII on Semester I.International Seminar of Science Education (pp. 1-12). Bandung: UPI.
Suyatna, A. (2015). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Wahana untukMenumbuhkan Kemampuan Berpikir, Bersikap, dan Bertindak Ilmiah.Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan IPAFKIP UNILA, 4 Agustus 2015 (pp. 1-27). Bandar Lampung: UNILA.
Syah, M. (2012). Psikology Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tim Paradigma Pendidikan. (2010). Paradigma Pendikan Nasional Abad XXI.Jakarta: BSNP.
TIMSS. (2012). TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Boston:TIMSS & PIRLS International Study Center and International Associationfor the Evaluation of Educational Achievement (IEA).
Töman, U., Akdeniz, A., Çimer, S., & Gürbüz, F. (2013). Extended WorksheetDeveloped According To 5E Model Based on Constructivist LearningApproach. International Journal on New Trends in Education and TheirImplications, 4(4):173-183. Dipetik 5 September 2016, darihttp://files.eric.ed.gov/fulltext/ED566964.pdf.
Tzanakis, C. (2002). On The Relation between Mathematics and Physics inUndergraduate Teaching. Dipetik 10 September 2016, darihttp://www.math.uoc.gr/~ictm2/Proceedings/pap319.pdf.
Uhden, O., Karam, R., Pietroca, M., & Pospiech, G. (2012). ModellingMathematical Reasoning in Physics Education. Science & Education, 21(4): 485 - 506, http://dx.doi.org/10.1007/s11191-011-9396-6.
Unesco. (2000). The Dakkar Framework For Action Education For All: MeetingOur Collective Commitments. World Education Forum (pp. 15-17). Paris:Graphoprint.
Vygotsky, L.S. (1962) Thought and Language, Cambridge, MA: MIT Press.
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society. Cambridge, MA: Harvard UniversityPress.
129
Wahyuni, S., Kosim, & Gunawan. (2018). Pengembangan PerangkatPembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Berbantuan EksperimenUntuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal PendidikanFisika dan Teknologi, 4(2). Dipetik 26 Juli 2019, dari http://eprints.unram.ac.id/11446/1/9.%20ARTIKEL%20JPFT_SRI%20WAHYUNI.pdf .
Wijayanti, P., Mosik, & Hindarto, N. (2010). Ekplorasi Kesulitan Belajar Siswapada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil BelajarMelalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisikaindonesia, 6 (1): 1-5. Dipetik 20 Agustus 2016, dari https://www.dropbox.com/s/1hzs56aab3zqy2m/jppendidikandd100148 .pdf?dl=0.
Willingham, D. (2007). Critical Thinking: Whay is it so Hard to Teach? AmericanEducator, 8-19. Dipetik 9 September2016, dari http://www.aft.org/sites/default/files/ periodicals/Crit_Thinking.pdf.
Winocur, S. (1985). Developing Lesson Plans With Cognitive Objectives. DalamCosta, Developing Minds: A Resource Book for TeachingThinking (hal. 95-98). Alexandria: Association for Supervision and CurriculumDevelopment.
Wyatt, S. (2005). Extending Inquiry-Based Learning to Include OriginalExperimentation. The Journal of General Education, 54(2):83-89.http://dx.doi.org/10.1353/jge. 2005.0024.
YouthLearn Initiative. (2009). A Guide to Inquiry-Based Learning. 44(1): 4-11.Dipetik, 29 Agustus 2016, dari http://www.youthlearn.org.