PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984...

56
PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

Transcript of PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984...

Page 1: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

Page 2: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

C

r

Page 3: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

BAB III

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

A. PENDAHULUAN

Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1978 menetapkan bahwa pembangunan Ekonomi Indonesia didasarkan kepada demo- krasi ekonomi, yang berarti bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena itu Pe-merintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan, serta menciptakan iklim yang baik bagi pertumbuhan dan pe-ngembangan usaha masyarakat yang produktif. Usaha masyarakat di Indonesia meliputi usaha-usaha swasta nasional, perusaha- an-perusahaan milik asing, koperasi dan badan usaha milik ne- gara.

Untuk pengembangan perusahaan nasional berbagai kebijak-sanaan telah ditempuh dan berbagai lembaga telah diciptakan untuk terus mendorong dan meningkatkan peranannya; sedangkan perusahaan-perusahaan asing diberi kesempatan untuk menanam-kan modalnya di sektor-sektor yang memperluas ekspor dengan memperhatikan kepentingan rakyat dan perkembangan perusaha-an-perusahaan nasional. Penanaman modal asing, dibenarkan asal disertai dengan syarat-syarat yang dimaksudkan untuk membuka kesempatan kerja yang cukup besar dan memungkinkan pengalihan keterampilan dan teknologi kepada bangsa Indone-sia, dapat membantu pengembangan dunia usaha Indonesia.

Selanjutnya dalam rangka pembinaan dan pengembangan golo-ngan ekonomi lemah, yang berwujud satuan-satuan usaha kecil yang tersebar di berbagai sektor, baik di kota maupun di pe-desaan, pemerintah telah mengambil berbagai kebijaksanaan un- tuk mengembangkannya dengan memberikan sarana-sarana yang be-rupa bantuan permodalan, bantuan teknik, latihan-latihan ke-terampilan, bimbingan manajemen dan pemasaran.

Usaha koperasi, sebagai salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan ketentuan UUD 1945, diberikan kesempatan seluas-luasnya dan pembinaannya ditingkatkan agar benar-benar mampu menunaikan peranannya yang sesungguhnya dalam pemba-ngunan. Selanjutnya dalam hubungan ini perlu ditingkatkan kerjasama yang serasi antara pemerintah, badan usaha milik negara, usaha swasta dan koperasi.

153

Page 4: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

B. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Kebijaksanaan dan langkah yang telah diambil selama Repe-lita III dalam melaksanakan pengembangan dunia usaha dilan-daskan pada Trilogi Pembangunan. Melalui kegiatan penanaman modal, dunia usaha membantu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perluasan lapangan kerja dan penyebaran penanaman mo-dal di daerah-daerah.

Dalam rangka pengembangan hubungan kerjasama antara go-longan ekonomi bukan lemah dan golongan ekonomi lemah telah dikembangkan bentuk usaha sub-kontrak dalam segala bidang. Di samping itu, untuk mendorong pengembangannya kepada. pengusaha-pengusaha yang masih lemah telah diberikan dorongan berupa fasilitas perpajakan, kemudahan untuk memperoleh kredit, pe-nyediaan tempat berusaha, dan bimbingan dalam bentuk penatar- an dan penyuluhan.

Langkah-langkah yang telah diambil selama masa Repelita III dalam rangka pengembangan dunia usaha dapat diuraikan se-cara agak terperinci sebagai dibawah ini.

1. Pembinaan Penanaman Modal

a. Pengarahan penanaman modal

Penanaman Modal diarahkan untuk:

(1) Memanfaatkan secara nyata potensi sumber daya alam dan energi agar sungguh-sungguh bermanfaat bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Dalam rangka itu telah dilaksanakan usaha-usaha untuk meningkatkan pengolahan di dalam negeri atas sumber-sumber alam kita, peningkatan penggunaan bahan baku, bahan penolong dan mesin serta peralatan yang telah dapat dibuat di dalam negeri, dan peningkatan penggunaan komponen lokal dalam industri-industri di negara kita yang makin berkembang.

(2) Meningkatkan ekspor .di luar minyak dan gas bumi dengan melaksanakan proyek-proyek yang akan menghasilkan barang-ba-rang ekspor, dan dengan demikian memperluas landasan ekspor kita. Selama Repelita III proyek-proyek PMA/PMDN telah mem-bantu peningkatan produksi barang-barang ekspor, seperti pa-kaian jadi, kayu gergajian, plywood, kayu olahan lainnya (komponen pintu, jendela, blackboard dan meubel), hasil-hasil perikanan (ikan cakalang, tuna, udang, katak, mutiara), semen Portland, makanan ternak, minyak sawit dan hasil-hasil perke-bunan (teh, coklat, kopi, karet, ubi kayu).

154

Page 5: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

(3) Memeratakan pembangunan ke daerah-daerah dengan mempro-mosikan dan mendorong pelaksanaan proyek-proyek yang secara optimal dapat memanfaatkan potensi daerah masing-masing.

(4) Memeratakan kesempatan berusaha dan partisipasi dengan mengikut sertakan seluruh potensi yang terdapat pada para pengusaha ekonomi lemah, termasuk koperasi. Upaya Pemerintah untuk mengembangkan golongan ekonomi lemah terlihat dalam pe-nyertaan modal dan dalam pengembangan bentuk-bentuk kerjasama seperti dalam pola PIR, bapak angkat/anak angkat dan sebagai-nya.

b. Koordinasi Perencanaan Penanaman Modal

Dalam Repelita III telah dilaksanakan upaya-upaya untuk lebih meningkatkan pendayagunaan dana-dana pembangunan yang tersedia secara efisien dan efektif. Dalam rangka itu antara l a i n diusahakan adanya perencanaan pelaksanaan kegiatan pem-bangunan yang terarah dan terpadu. Perencanaan kegiatan pena-naman modal di sektor swasta dalam periode Repelita III di-atur dalam Keppres No. 33 Tahun 1981 dan Keppres No. 78 Tahun 1982 sebagai pengganti Keppres 53 Tahun 1977. Kebijaksanaan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan sin-kronisasi perencanaan penanaman modal, agar penggunaan dana yang tersedia dapat memberikan hasil yang sebesar-besarnya. Koordinasi perencanaan penanaman modal tersebut diwujudkan dalam Daftar Skala Prioritas (DSP). Sejak tahun 1983 DSP ter-sebut dikeluarkan dalam bentuk Keputusan Presiden.

c. Promosi dan pelayanan bagi investor

Kegiatan promosi dalam bentuk temu usaha ("business meet- ting") merupakan salah satu usaha BKPM untuk menarik invest a s i dari dalam dan luar negeri. Temu usaha ini merupakan forum .yang efektif untuk menawarkan proyek-proyek penanaman modal di Indonesia kepada para usahawan calon investor.

Dalam Repelita III telah dilakukan beberapa temu usaha di dalam negeri, antara lain di Surabaya, Bandung dan Medan, untuk mempromosikan bidang usaha industri pertanian serta industri logam dan mesin. Temu usaha ini telah diikuti oleh 129 usahawan swasta nasional dan koperasi, dan juga oleh para pengurus KADIN Daerah dan para Pimpinan Lembaga Keuangan Perbankan. Temu usaha di luar negeri diadakan di Australia, Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.

Selama mesa Repelita III pelayanan bagi investor telah

155

Page 6: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

ditingkatkan dengan memberikan pelayanan kepada calon inves-tor, secara individual. Pelayanan diberikan dalam bentuk bim-bingan dan konsultasi praaplikasi, dan dalam bentuk informasi dan petunjuk dalam mempersiapkan aplikasi penanaman modal yang akan diajukan kepada BKPM. Di samping itu diberikan pula informasi mengenai prosedur, mengenai ketentuan-ketentuan yang berlaku dan mengenai substansi bidang-bidang usaha yang menjadi perhatian para investor.

d. Kegiatan Pengembangan Proyek

Dalam perencanaan dan pengembangan, penanaman modal dalam Repelita III dan seterusnya, prioritas akan tetap diberikan kepada bidang-bidang usaha yang mempunyai peranan yang stra-tegic dalam program pembangunan. Skala prioritas berbagai bi-dang usaha tersebut tercerminkan oleh Daftar Skala Prioritas Penanaman Modal yang ditinjau secara berkala.

Penjabaran dan pengarahan lebih lanjut dari bidang-bidang usaha yang diprioritaskan tersebut, masing-masing dituangkan dalam suatu "Terms of Reference" (TOR), yang merupakan pedo-man bagi calon investor dalam mengajukan permohonan dan pe-laksanaan investasinya. TOR tersebut terutama memuat kebijak-sanaan Pemerintah yang berlaku serta pengarahan dan persya-ratan-persyaratan teknis, pengarahan dan persyaratan-persya-ratan sosial dan ekonomis, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek yang bersangkutan. Sampai dengan tahun anggaran 1983/84 yang lalu, telah disusun dan diterbit-kan TOR untuk 71 bidang usaha, yang meliputi 11 bidang usaha di sektor Pertanian, 37 bidang usaha di sektor Industri Logam dan Mesin, 17 bidang, usaha di sektor Industri Kimia, dan 6 bidang usaha di sektor jasa dan pertambangan.

Seorang calon investor membutuhkan informasi yang lengkap dan spesifik mengenai suatu bidang usaha yang diprioritaskan misalnya, informasi yang mencakup aspek-aspek teknis dan so-cial ekonomis yang sebagai keseluruhan akan membantu memberi-kan gambaran mengenai kelayakan proyek yang menjadi perhati-annya. Sehubungan-dengan itu maka dalam Repelita III telah diterbitkan 13 buah “Project Profile” atau profil proyek yang pada dasarnya merupakan “pre-feasibility study report” di sektor industri. Masing-masing profil proyek menggambarkan kelayakan proyek yang bersangkutan ditinjau baik dari sudut teknis, dari sudut sosial, maupun dari sudut ekonomis, terma-suk segi pemasarannya.

Dalam rangka promosi, untuk setiap bidang usaha yang di-

156

Page 7: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

prioritaskan, tetapi belum dapat dibuat profil proyeknya, disusun suatu "informasi proyek" yang memberikan gambaran umum mengenai kesempatan dan kemungkinan investasi dalam bidang-bidang usaha yang bersangkutan.

Dalam rangka pengembangan industri mesin-mesin dan per-alatan dalam negeri, telah disusun dan diterbitkan “Negatif List”, atau daftar negatif, yang memuat daftar mesin-mesin dan peralatan kebutuhan investasi yang pengimporannya tidak lagi mendapatkan fasilitas keringanan atau pembebasan bea masuk. Hingga saat ini telah diterbitkan daftar negatif me-ngenai mesin-mesin dan peralatan untuk pabrik gula, pabrik kelapa sawit, pabrik kertas, pabrik semen, pabrik phosphoric acid, pabrik pembuatan boiler 400 MW dan pabrik “head trans-fer”.

e. Monitoring Proyek

Monitoring berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui ba- gaimana pelaksanaan proyek yang telah disetujui. Pengawasan yang dilakukan menyangkut aspek-aspek permodalannya, tenaga yang dipekerjakan, pemasaran barang yang dihasilkan dan dam-paknya terhadap lingkungan hidup tempat proyek dilaksanakan. Monitoring proyek-proyek penanaman modal dilaksanakan dengan jalan mewajibkan para pengusaha agar menyampaikan laporan se-kali setiap semester untuk setiap proyek yang masih dalam ta-hap pembangunan. Untuk proyek yang telah dalam tahap berpro-duksi pengusaha yang bersangkutan wajib mengirimkan laporan-nya sekali setahun.

Kepada pengusaha penanam modal yang tidak melaksanakan wajib lapor akan dikirimkan konsultan yang ditugaskan untuk menyusun laporan dengan beban biaya yang wajar. Koordinasi penyampaian laporan dilakukan oleh BKPM Daerah.

2. Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Kebijaksanaan pengembangan badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah dalam Repelita III merupakan kelan-jutan dari kebijaksanaan sebelumnya. Dalam pelaksanaan Repe-lita III, BUMN dan BUMD telah diusahakan agar secara aktif ikut menunjang pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi pemerintah.

Dalam GBHN, khususnya dalam pasal tentang Aparatur Pemerintah, ditetapkan bahwa pembuatan, penyempurnaan dan penertiban aparatur Pemerintah baik di Pusat maupun di Daerah,

157

Page 8: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

termasuk pembinaan, penyempurnaan dan penertiban perusahaan-perusahaan milik negara dan milik daerah, dilakukan secara terus menerus agar makin mampu menjadi sarana Pemerintah yang efisien, efektif bersih dan berwibawa, dan mampu melaksanakan baik tugas-tugas umum pemerintahan maupun tugas-tugas pemba-ngunan secara lancar. Di samping itu dalam GBHN ditegaskan juga perlunya diciptakan iklim tata hubungan yang mendorong terciptanya kondisi yang saling menunjang antara BUMN, per-usahaan swasta dan koperasi.

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, yang merupakan landasan hukum pembentukan BUMN, menyatakan bahwa Perusahaan Negara ialah suatu kesatuan produksi yang bertugas memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, memupuk pendapatan untuk turut membangun ekonomi nasional dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat adil dan makmur materiil dan spiritual. Sedangkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero), yang merupakan landasan hukum yang mengatur klasifikasi BUMN menyatakan bahwa : Perjan mempunyai kegiatan usaha dalam bidang penyediaan jasa-jasa bagi masyarakat, termasuk pelayanan umum (public service) yang menjadi kewajiban pemerintah kepada masyarakat, dan modalnya berasal dari Anggaran Pemerintah; Perum mempunyai kegiatan usaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum (public utilities) dan modalnya berasal dari pemerintah. Dalam pelaksanaan usahanya Perum diharapkan dapat bekerja tanpa menderita kerugian. Sedangkan Persero ditentukan akan berusaha di bidang-bidang yang dapat mendorong perkembangan Sektor Swasta dan Koperasi. Modalnya merupakan modal (saham) pemerintah. Dalam pelaksanaan usahanya Persero diharapkan dapat bekerja atas dasar perhitungan untuk memperoleh pendapatan bersih agar dengan demikian dapat berperanan dalam pengembangan permodalan usaha.

Dari sifat usaha yang dimiliki oleh BUMN, maka BUMN di-maksudkan agar dapat berperan dalam ekonomi nasional dengan jalan menyelenggarakan kemanfaatan umum/pelayanan umum, men-jadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi, menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan swasta dan koperasi, memberikan bimbingan dalam rangka pengembangan sektor swasta, khususnya golongan ekonomi lemah dan koperasi, serta melaksa-

158

Page 9: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

nakan dan menunjang program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.

Di s a m p i n g peranan-peranan tersebut, Badan-badan Usaha Milik Negara juga diharapkan dapat berperanan sebagai sumber pendapatan penerimaan negara dan sebagai sumber pemupukan dana.

Dalam rangka pembinaan BUMN telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan atas Perjan, Perum dan Persero. Peraturan Pemerin-tah No. 3 Tahun 1983 tersebut dikeluarkan dengan maksud untuk meningkatkan, menertibkan dan menyeragamkan pembinaan dan pe-ngawasan atas BUMN agar Badan-badan Usaha Milik Negara mampu melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan pendiriannya. Khususnya dalam rangka penugasan pembinaannya Peraturan Pemerintah No. 3 tersebut menentukan bahwa:

(i) Pembinaan Perjan dilakukan oleh Menteri teknis yang bersangkutan dan pelaksanaannya dibantu secara teknis Opera-sional oleh Direktur Jenderal dan secara administratif oleh Sekretaris Jenderal sesuai dengan bidang tanggungjawab ma-sing-masing;

(ii) Pembinaan Perum merupakan tanggungjawab seorang Menteri teknis dengan dibantu oleh Direktur Jenderal yang wewenangnya meliputi tugas atau bidang usaha perusahaan yang bersangkutan;

(iii) Pembinaan Persero dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang dalam hal ini Menteri Keuangan yang mewa- kili Pemerintah, dengan ketentuan bahwa Menteri Keuangan da-pat menyerahkan wewenangnya untuk membina perusahaan yang bersangkutan kepada Menteri teknis yang wewenangnya meliputi bidang usaha perusahaan yang bersangkutan.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan pula bahwa pembinaan dilaksanakan agar perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atas BUMN dilaksanakan sebaik-baiknya se-hingga BUMN dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat berkembang dengan baik. Di samping itu agar dilakukan pula pengawasan agar BUMN melaksanakan fungsinya dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya peraturan tersebut menya-takan pula bahwa perlu dilakukan pemeriksaan atas BUMN sewak-tu-waktu agar dapat dibandingkan keadaan yang sebenarnya de-ngan keadaan yang seharusnya, baik dalam bidang keuangan mau-pun dalam bidang teknis operasional.

159

Page 10: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

3. Pembinaan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah

Pembinaan golongan ekonomi lemah dalam Repelita III te-lah dilaksanakan dengan menyediakan bantuan dalam bidang per-modalan dengan jalan meningkatkan pelayanan dan kemudahan di bidang perkreditan. Penyediaan kredit bagi para pengusaha tersebut dilaksanakan dalam bentuk kredit candak kulak, kre- dit mini, kredit midi, kredit investasi, kecil, kredit modal kerja permanen dan kredit modal kerja. Lembaga pembiayaan bu-kan bank yang khusus dikembangkan untuk membantu usaha go-longan kecil dan menengah seperti PT Bahana, PT Askrindo, dan Lembaga jaminan Kredit Koperasi, yang pada hakekatnya diper-lukan dalam rangka mengembangkan kemampuan permodalan para pengusaha golongan ekonomi lemah tersebut, selama Repelita III terus ditingkatkan peranannya. Di samping itu telah dibe-rikan pula kepada mereka bantuan keahlian dan penyuluhan yang dilaksanakan oleh Departemen-departemen yang menangani bidang usaha para pengusaha tersebut. Selanjutnya dalam bidang pema-saran mereka telah diberi bantuan dalam bentuk penyediaan tempat-tempat usaha, pameran dagang, dan pusat informasi pemasaran. Dalam rangka mendorong perkembangan perusahaan-pe-rusahaan nasional pada umumnya dan perusahaan-perusahaan go-longan ekonomi lemah. pada khususnya, pada tahun 1979 telah dikeluarkan Keppres No. 14 yang disempurnakan menjadi Keppres No. 14A Tahun 1980 dan disempurnakan lagi dengan Keppres No. 18 Tahun 1981. Melalui Keppres tersebut, Pemerintah membantu golongan ekonomi lemah dalam memperoleh pekerjaan pemborong-an/pembelian dari pemerintah.

C. HASIL-HASIL PEMBANGUNAN

1. Penanaman Modal dalam Rangka Undang-Undang PMDN dan PMA.

a. Penanaman Modal Dalam Negeri

Selama Repelita III penanaman modal dalam negeri yang te-lah disetujui meliputi 1.224 proyek yang tersebar di berbagai sektor dan jumlah investasinya seluruhnya mencapai sebesar Rp. 11.173.084 juta.

Nilai investasi per tahun dalam Repelita III semakin naik dan mencapai titik tertinggi pada tahun terakhir Repelita III. Pada tahun itu rencana investasi dari proyek PMDN yang dise-tujui seluruhnya mencapai Rp. 5.711,5 milyar dan meliputi 328 proyek. Sedangkan pada tahun 1979/80 hanya mencapai Rp. 811,9 milyar yang meliputi 258 proyek.

160

Page 11: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

Tabel III - 1 menunjukkan perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dengan perincian menurut sektor kegiatan.

Dari tabel tersebut tampak bahwa keseluruhan nilai inves-tasi selama Repelita III jauh melampaui nilai investasi dalam Repelita I dan II. Hal ini menunjukkan bahwa selama Repelita III peranan PMDN dalam menunjang pembangunan sangat meningkat.

Dari tabel tersebut dapat terlihat pula bahwa selama Re-pelita III investasi dalam sektor industri sangat besar, meli-puti 66% dari seluruh investasi; dan terutama mencakup inves-tasi dalam industri mineral non logam (semen), kimia, logam dasar dan barang logam. Khususnya pada tahun terakhir Repeli-ta III investasi dalam industri bahan-bahan tersebut mencapai: industri kimia, termasuk antara lain pupuk, Rp. 2.031,6 mil-yar, industri logam dasar Rp.837,5 milyar dan industri kertas 4.793,7 milyar.

Tabel III - 2 menunjukkan perkembangan penanaman modal dalam negeri selama Repelita III dengan perincian menurut lo-kasi proyek. Selama Repelita III daerah-daerah yang investa-sinya terbesar, disebutkan sesuai dengan urutan besar inves-tasinya, adalah Jawa Barat, dengan jumlah proyek 282 dan nilai investasi Rp. 2.943.856 juta, DKI Jaya dengan jumlah proyek 171 dan nilai investasi Rp. 1.534.028 juta, dan Jawa Tengah dengan jumlah proyek 92 dan nilai investasi Rp. 1.518.786 ju-ta, Jawa Timur dengan jumlah proyek 145 dengan nilai investasi Rp. 957.383 juta.

Selama tahun-tahun tersebut ada sedikit perubahan dalam pola distribusi investasi modal dalam negeri. Daerah-daerah yang investasinya besar pada tahun terakhir dari Repelita III adalah Jawa Barat, dengan investasi Rp. 1.514,5 milyar, Jawa Tengah dengan investasi Rp. 1.294,3 milyar, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp. 742,9 milyar dan DKI Jaya dengan investa-si sebesar Rp. 680,7 milyar. Sedangkan pada permulaan Repe-lita III daerah-daerah yang investasinya besar-besar terdiri atas Jawa Barat dengan investasinya sebesar Rp. 317,9 milyar, DKI Jakarta sebesar Rp. 66,5 milyar, Jawa Tengah sebesar Rp.64,0 milyar dan Jawa Timur sebesar Rp. 58,6 milyar.

Besarnya investasi di Pulau Jawa pada tahun terakhir Repelita III tersebut disebabkan antara lain oleh investasi yang besar dalam industri semen.

Tabel III - 3 menunjukkan besarnya penyerapan tenaga ker-ja oleh proyek-proyek baru PMDN. Penyerapan tenaga kerja oleh

161

Page 12: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III – 1

PERKEMBANGAN PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI YANGTELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA,

1968 S/D MARET 1979 *) DAN 1979/80 – 1983/84(Investasi dalam juta rupiah)

*) Telah diperbaiki dengan memperhitungkanproyek yang mengundurkan diri dan merubah status dari PMA ke PMDN

162

Page 13: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III – 2PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI YANG TELAH DISETUJUI OLEH

PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1968 S/D MARET 1979 *) DAN 1979/80 – 1983/84

(Investasi dalam juta rupiah)

163

Page 14: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 3

JUMLAH TENAGA KERJA PADA PROYEK-PROYEKPENANAMAN MODAL DALAM NEGERI,

1968S/D MARET 1979 DAN 1979/80 - 1983/84(orang)

164

Page 15: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

proyek-proyek PMDN selama Repelita III ternyata cenderung agak menurun. Pada tahun terakhir Repelita III, misalnya, terserap tenaga kerja sebanyak 133.607 orang. Sedangkan pada tahun 1979/80 tenaga kerja yang terserap meliputi 141.286 orang te-naga kerja.

Tabel III - 4 menunjukkan angka realisasi proyek PMDN berdasarkan laporan yang disampaikan kepada BKPM. Dari tabel tersebut tampak bahwa sejak tahun 1968 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMDN mencapai sebesar Rp. 5.578,3 milyar atau sekitar 28% dari rencana. Angka realisasi yang terlihat kecil itu antara lain disebabkan oleh besarnya nilai persetujuan pada tahun terakhir Repelita III yang belum ada realisasinya. Rata-rata diperlukan waktu 2 - 3 tahun untuk pemenuhan reali-sasi rencana investasi yang telah disetujui.

Sebagai yang ditentukan oleh Undang-undang Penanaman Mo-dal Dalam Negeri, kemudahan yang diberikan untuk PMDN berlaku untuk 3 - 5 tahun dihitung sejak tahun produksi komersial. Tabel III - 5 menunjukkan jumlah dan rencana penanaman modal dalam negeri yang telah habis masa kemudahannya. Dari tabel tersebut ternyata bahwa dewasa ini sudah ada 832 proyek, de-ngan rencana investasi sebesar Rp.539,1 milyar, yang habis masa bebas pajaknya dan 919 proyek, dengan rencana investasi sebesar Rp.951,0 milyar, yang habis masa keringanan pajaknya.

b. Penanaman Modal Asing

Dalam Repelita III penanaman modal asing yang telah dise-tujui meliputi 174 proyek dan rencana investasinya US$ 4.052,9 juta. Selama Repelita III penanaman modal asing di Indonesia terus meningkat. Dalam tahun terakhir Repelita III telah disetujui proyek-proyek baru Penanaman Modal Asing sebanyak 44 proyek dengan rencana investasi sebesar US $ 1.328,5 juta. Pada tahun pertama Repelita III proyek-proyek baru yang dise-tujui adalah sebanyak 27 proyek dengan rencana investasi se-besar US $ 409,0 juta.

Tabel III - 6 menunjukkan perincian mengenai proyek-pro-yek Penanaman Modal Asing menurut sektor kegiatannya. Dari tabel tersebut tampak bahwa dalam Repelita III penanaman modal asing yang terbesar terjadi dalam usaha industri barang logam. Investasi dalam industri ini dalam masa Repelita III mencapai US $ 1.450,1 juta. Dalam industri yang lain terjadi investasi, disebutkan secara berturut-turut sesuai dengan be-sarnya : industri kertas dengan nilai US $ 722,3 juta, indus-

165

Page 16: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III – 4

REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, 1968 S/D MARET 1983

(Investasi dalam juta rupiah)

166

Page 17: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL I I I - 5

JUMLAH PROYEK DAN RENCANA PENANAMAN MODAL DALAMNEGERI YANG HABIS MASA FASILITASNYA,*)

1978/79 - 1983/84

MASA BEBAS PAJAK KERINGANAN PAJAK

Tahun ProyekRencana penanam-

an modal(dalam ju t a Rp)

ProyekRencana penanam-

an modal(dalam juta Rp)

1978/79 664 297.836 486 289.723

1979/80 31 35.679 95 87.963

1980/81 55 62.403 217 272.031

1981/82 39 67.387 104 242.790

1982/83 4 9.791 6 16.580

1983/84 39 66.026 11 41.894

* ) Yang habis masa fas i l i t a sn y a pada tahun bersangkutan

167

Page 18: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III – 6

PERKEMBANGAN PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL ASING YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA,

1967 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 - 1983/84(Investasi dalam juta US $)

168

Page 19: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

tri kimia dengan nilai US $ 622,2 juta dan industri bidang mineral bukan logam dengan nilai US $ 279,1 juta.

Pola distribusi penanaman modal antara berbagai-bagai bidang usaha pada tahun-tahun pertama Repelita III relatif tetap, tetapi pada tahun-tahun terakhir kelihatan adanya ke-cenderungan yang makin meningkat dalam investasi di bidang industri dan jasa. Dalam tahun terakhir terjadi investasi se-besar US $ 1.328,5 juta, yang terbesar di antaranya ditanam-kan dalam industri barang logam yang meliputi US $ 554,7 ju-ta, industri kertas US $ 504,1 juta, dan industri kimia US $ 57,5 juta. Sedangkan pada tahun pertama Repelita III yang terbesar adalah investasi dalam industri mineral bukan logam dengan nilai investasi US $ 222,4 juta, jasa perdagangan se-besar US $ 45,8 juta dan perikanan sebesar US $ 35,5 juta.

Tabel III - 7 menunjukkan perkembangan proyek-proyek pe-nanaman modal asing menurut lokasi usaha. Tabel itu menunjuk-kan bahwa pola distribusi antar daerah dalam penanaman modal asing selama tahun-tahun pertama Repelita III cenderung te-tap, tetapi pada tahun-tahun terakhir lebih terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera. Misalnya, dari tabel itu ternyata bahwa modal asing, menurut lokasi usaha, dalam tahun 1983/84 bagian terbesar terdapat di DKI Jaya dengan rencana investasi sebe-sar US $ 595,5 juta. Selanjutnya investasi di DI Aceh menca-pai US $ 422,1 juta dan di Jawa Barat US $ 144,1 juta. Se-dangkan pada tahun 1979/80 distribusi PMA antara daerah-daerah yang terbesar PMA-nya adalah sebagai berikut. Di DI Aceh dengan rencana investasi sebesar US $ 193,4 juta, DKI Jakarta sebesar US $ 86,9 juta, Riau sebesar US $ 38,2 juta dan Maluku sebesar US $ 33,6 juta.

Tabel III - 8 menunjukkan jumlah penyerapan tenaga kerja dalam proyek-proyek baru PMA. Tampak dari tabel tersebut bahwa selama Repelita III PMA menyerap tenaga kerja sebanyak 67.652 orang, terdiri dari tenaga kerja Indonesia sebanyak 65.448 orang dan tenaga kerja asing sebanyak 2.204 orang. Pola penye-rapan tenaga oleh PMA pada tahun-tahun pertama Repelita III tetap, tetapi pada tahun-tahun terakhir Repelita III makin terpusat di bidang usaha industri dan jasa serta sektor pertanian; sedangkan penyerapan di sektor pertambangan makin berkurang. Dalam tahun 1983/84 proyek PMA menyerap sebanyak 15.567 kerja Indonesia dan 513 tenaga kerja asing. Se- dangkan pada tahun 1979/80 menyerap 9.679 tenaga kerja yang terdiri dari 9.245 tenaga kerja Indonesia dan 434 tenaga ker-ja asing. Ternyata pula bahwa sebagai keseluruhan daya penyerapan tenaga kerja oleh PMA cenderung meningkat.

169

Page 20: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III – 7

PERKEMBANGAN PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL ASING YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1967 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 - 1983/84(Investasi dalam juta US $)

170

Page 21: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III – 8

JUMLAH TENAGA KERJA INDONESIA DAN ASING PADA PROYEK PENANAMAN MODAL ASING MENURUT BIDANG USAHA,

1967 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 - 1983/84(orang)

171

Page 22: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

Tabel III - 9 menunjukkan angka realisasi proyek penanam-an modal asing berdasarkan laporan yang disampaikan perusaha-an kepada BKPM. Sejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana investasi yang disetujui selama masa tersebut.

Tabel III - 10 menunjukkan jumlah proyek dan rencana pe-nanaman modal asing yang habis masa fasilitasnya. Dari tabel tersebut ternyata bahwa dewasa ini sudah ada 195 proyek de-ngan rencana investasi sebesar Rp.1.520,5 milyar dan 74 pro-yek dengan rencana investasi sebesar Rp.626,9 milyar yang ha-bis masa fasilitasnya.

2. Penanaman Modal di Luar Undang-undang PMDN dan PMA

Di luar penanaman modal berdasarkan undang-undang PMDN dan PMA ada penanaman modal di sektor pertambangan minyak dan gas bumi serta di sektor jasa keuangan. Di samping investasi di ketiga sektor tersebut, masih ada yang berdasarkan BRO. Penanaman modal di ketiga sektor ini, pengurusannya tidak dilimpahkan pada BKPM.

Dari Tabel III - 11 dapat dikemukakan bahwa penanaman modal di sektor pertambangan, minyak bumi dan gas, menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Penurunan penanaman modal hanya terlihat pada tahun-tahun 1967, 1977 dan 1983. Garis perkembangannya dalam jangka panjang menunjukkan gambaran yang menggembirakan.

Dengan mengelompokkan urutan tahun dalam tabel tersebut di atas dalam periode Repelita I, II dan III, maka jumlah penanaman modal dalam periode Repelita I sebesar US $ 955,8 juta, Repelita II sebesar US $. 3.621,1 juta dan Repelita III US $ 13.015,3 juta.

Penanaman modal yang berdasarkan BRO belum ada laporannya yang menyeluruh. Lembaga yang menangani penanaman modal ini adalah Departemen-departemen dengan masing-masing kantor wilayahnya.

Penanaman modal di luar BKPM lain yang penting adalah kegiatan leasing. Dewasa ini izin perusahaan leasing yang telah dikeluarkan mencapai 40 buah.

Tabel III - 12 memberikan gambaran mengenai perkembangan penanaman modal di sektor perusahaan leasing. Dari tabel ter-

172

Page 23: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 9REALISASI PENANAMAN MODAL ASING *),

1967 S/D MARET 1984(Investasi dalam juta US $)

Page 24: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 10

JUMLAH PROYEK DAN RENCANA PENANAMAN MODAL ASING

YANG HABIS MASA FASILITASNYA 1),1978/79- 1983/84

MASA BEBAS PAJAK KERINGANAN PAJAK

TahunProyek

RencanaPenanaman Modal

(dalam milyar Rp)Proyek

RencanaPenanaman Modal(dalam milyar Rp)

1978/79 40 70,8 23 17,5

1979/80 75 785,8 13 228,3

1980/81 38 235,6 25 156,2

1981/82 21 355,2 6 179,2

1982/83 3 11,8 3 4,8

1983/84 18 61,3 4 40,9

1) Yang habis masa fasilitasnya pada tahun bersangkutan

174

Page 25: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 11PENGELUARAN (EXPENDITURES) UNTUK PERJANJIAN KARYA

DAN KONTRAK BAGI HASIL( US $ 1.000 )

175

Page 26: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 12

JUMLAH MODAL DI SEKTOR LEMBAGA LEASING( juta Rp. )

176

Page 27: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

sebut tampak bahwa sejak tahun 1981 perusahaan leasing berkem-bang cepat dalam penanaman modalnya.

3. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

Dari Tabel III - 13 ternyata bahwa Badan usaha milik ne-gara yang terbanyak berbentuk persero, sebanyak 122 perusaha-an berbentuk persero tunggal dan 27 perusahaan berbentuk per-sero patungan. Sedangkan yang berbentuk perusahaan umum ada 27 perusahaan dan berbentuk perusahaan jawatan sebanyak 2 perusahaan. Sisanya, sebanyak 42 perusahaan, berbentuk PT la-ma yang statusnya tidak mengikuti aturan untuk Perjan, Perum ataupun Persero.

Selanjutnya tabel tersebut juga menunjukkan bahwa dari seluruh BUMN yang ada yang terbanyak mempunyai kegiatan usaha di bidang perindustrian, sebanyak 49 buah, pertanian, 48 buah, keuangan, 27 buah, dan perhubungan, 24 buah.

Dalam Tabel III - 14 terlihat bahwa pendapatan negara yang berasal dari Pajak Perseroan BUMN selama Repelita III makin meningkat. Pada tahun 1979 pendapatan itu mencapai Rp. 142,7 milyar, tahun 1980 sebanyak Rp. 225,0 milyar, tahun 1981 sebanyak Rp. 268,1 milyar, tahun 1982 sebanyak Rp. 343,8 milyar dan pada tahun terakhir Repelita III sebanyak Rp.432,3 milyar. Jadi sumbangan BUMN selama Repelita III telah berjum- lah Rp. 1.411,9 milyar. Hal ini berarti bahwa selama Repelita III sebagian dari BUMN, misalnya, Pertamina, Perum Timah, Perhutani, telah memperoleh kemajuan yang berarti.

Perusahaan daerah pada saat ini, yaitu seluruh perusahaan daerah yang dimiliki oleh Daerah Tingkat I, ada 86 perusahaan yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I, dan 39 perusahaan yang pendiriannya berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Perusahaan-perusahaan daerah tersebut dapat di-bedakan antara : perusahaan daerah yang didirikan secara langsung oleh pemerintah daerah dan modalnya berasal dari ke-kayaan daerah yang bersangkutan; perusahaan daerah yang ber- asal dari ex nasionalisasi perusahaan Belanda yang pengusa-haannya diserahkan kepada pemerintah daerah; dan perusahaan daerah ex perusahaan negara.

Usaha atau kegiatan perusahaan daerah dilaksanakan dalam tiga bidang, yaitu: a. bidang kegiatan pelayanan umum, yang menjadi kewajiban pemerintah, b. bidang kegiatan yang diang- gap sangat vital b a g i masyarakat dan c. bidang kegiatan usaha komersial, yang juga terbuka bagi usaha swasta.

177

Page 28: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 13

PERKEMBANGAN STATUS BUMN PADA AKHIR REPELITA III,

178

Page 29: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 14PERKEMBANGAN BUMN SELAMA REPELITA III,

1979 s/d 1983

Page 30: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

Bagian terbesar dari perusahaan-perusahaan daerah ada-lah ex perusahaan Belanda. Peralatan perusahaan-perusahaan itu sudah tua, sehingga produktivitasnya rendah. Demikianlah maka pada umumnya perusahaan daerah belum dapat berperan sebagai yang diharapkan.

D. PENGEMBANGAN GOLONGAN EKONOMI LEMAH

1. Memperkuat Permodalan

Sebagaimana telah disebutkan di atas selama Repelita III kepada para pengusaha golongan ekonomi lemah telah dibe- rikan fasilitas KIK, KMKP, kredit mini, kredit candak kulak, kredit midi, dan sebagainya.

Perkembangan KIK yang disetujui selama Repelita II ra-ta-rata meningkat dengan 48,8% setahun. Sedangkan KMKP yang disetujui meningkat dengan 56,3% per tahun. Jumlah nasabahnya pada tahun 1979/80 berjumlah sekitar : KIK 57.000 orang dan KMKP 438.000 orang. Dan pada tahun 1983/84 telah berjumlah sekitar : KIK 228.000 orang dan KMKP 1.621.000 orang. Tabel III - 15 menunjukkan perincian perkembangan itu.

Kredit mini besarnya maksimal Rp. 200.000 per orang dengan bunga 12% setahun. Dari Tabel III - 16 kelihatan bahwa selama Repelita III kredit mini tersebut meningkat rata-rata 18,3% setahun. Pada akhir Maret 1984 seluruhnya berjumlah Rp.36,5 milyar dan jumlah nasabahnya 491.130 orang. Sedangkan pada akhir tahun pertama Repelita III seluruh kreditnya ber-jumlah Rp. 15,7 milyar dan jumlah nasabahnya 342.240 orang.

Kredit yang sedikit lebih besar dari kredit mini adalah kredit midi. Besarnya pinjaman per nasabah antara Rp. 200.000 s/d Rp.500.000; dan suku bunganya 10,5% setahun untuk inves-tasi dan 12% setahun untuk modal kerja. Tabel III - 17 menun-jukkan bahwa pada akhir bulan Maret 1983 kredit ini berjumlah Rp.34,1 milyar, dan nasabah yang menikmatinya 142.000 orang. Pada permulaan tahun 1980/81 kredit ini berjumlah Rp. 8,0 milyar dengan nasabah sebanyak 20.782 orang. Jadi selama Re-pelita III kredit midi yang disediakan telah meningkat rata-rata 92,7% setahun.

Pemerintah menyediakan Kredit Candak Kulak (KCK) mela-lui KUD untuk membantu pedagang-pedagang kecil di pedesaan. Jumlah kredit ini pada akhir tahun 1979/80 mencapai Rp 30,4 milyar dan pada akhir Maret 1983 menjadi RP. 151 milyar; jadi

180

Page 31: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 15

PERKEMBANGAN K1K DAN KMKP,1978/79 - 1983/84

18

Page 32: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 16

PERKEMBANGAN KREDIT MINI.

1978/79 - 1983/84*)

182

Page 33: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 17

PERKEMBANGAN KREDIT MIDI,1980/81 1983/84 *)

183

Page 34: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

selama Repelita III rata-rata meningkat 51,4% setahun. Se-dangkan nasabah yang menikmatinya pada tahun 1979/80, 4.396 ribu orang dan pada akhir Maret 1983, 12.835 ribu orang; jadi rata-rata meningkat 191,0 % per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan antara lain oleh makin banyaknya KUD yang mampu mengelolanya. Pada akhir Maret 1984 jumlah KUD yang menja-lankan KCK mencapai 3.621 buah.

PT Bahana merupakan badan usaha milik negara yang ber-tugas membantu perkembangan para pengusaha kecil dan menengah dengan kegiatan pemanduan, pemantapan, bimbingan, penyertaan modal, dan pemberian kredit. Sejak tahun 1973 sampai dengan akhir tahun 1984 sebanyak 41 perusahaan yang dibina oleh PT ini. Bantuan dana yang diberikannya berjumlah Rp. 3.593 juta, yang terdiri dari modal saham sebesar Rp. 662 juta dan kredit sebesar Rp.2.931 juta.

2. Meningkatkan keahlian dan kemampuan

Usaha lain dalam rangka peningkatan produktivitas go-longan ekonomi lemah ialah pemberian bantuan berupa latihan keterampilan dan bimbingan teknis. Dalam hubungan itu kepada industri kecil selama Repelita III telah diberikan pelayanan dalam bentuk bimbingan, penyediaan bahan baku, promosi pema-saran dan lain sebagainya. Kegiatan pelayanan itu melalui pusat-pusat pelayanan yang disebut sentra Industri. Jumlah sentra yang dikembangkan sejak tahun 1979/78 sampai dengan tahun 1983/84 sebanyak 2.502 buah. Di samping itu dalam Repe-lita III telah dibangun pula lingkungan-lingkungan industri kecil, atau LIK, yang dimaksudkan menjadi pusat-pusat pengem-bangan bagi industriawan-industriawan kecil. Di antara LIK-LIK yang dibangun, yang telah selesai pembangunannya pada akhir tahun 1983/84 berjumlah 9 buah dan yang sedang dibangun 8 buah.

Selanjutnya, dalam rangka pengembangan sistem bapak angkat sampai saat ini telah tercatat sebanyak 69 perusahaan besar swasta dan pemerintah yang telah bertindak sebagai bapak angkat. Sedangkan sistem sub contracting antara perusa-haan besar dan kecil, pengembangannya telah dilaksanakan di lingkungan industri kendaraan bermotor serta industri kompo-nen elektronika, dan mencakup usaha-usaha kecil yang mengha-silkan komponen-komponen logam, karat, kayu, plastik dan sebagainya.

Sebagai contoh dapat dikemukakan antara lain PT Krakatau Steel menjadi bapak angkat untuk perusahaan kecil di bidang

184

Page 35: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

TABEL III - 18

PERKEMBANGAN PESERTA LATIHAN YANG DILAKUKANOLEH BALAI LATIHAN KERJA,

1979/80 - 1983/84

Tahun Jumlah Peserta( orang )

1979/80 30.7521980/81 44.9231981/82 49.2511982/83 79.3261983/84 80.365

Jumlah: 284.618

185

Page 36: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

Penempaan, pengecoran logam dalam rangka pengadaan bahan baku logam. Sedangkan PT Boma Bisma Indra menjadi bapak angkat bagi pengrajin pandai besi di Sewulan Madiun. Kecuali itu beberapa perusahaan besar lainnya juga menjadi bapak angkat industri- industri kecil antara lain di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Selama Repelita III kepada para pedagang golongan ekonomi lemah telah diberikan pembinaan dengan bantuan beberapa uni- versitas di 27 propinsi. Pembinaan itu dilaksanakan dalam bentuk penataran dan konsultasi. Perkembangan pelaksanaan pembinaan itu dapat dilihat pada Tabel III - 18. Di samping itu kepada mereka juga diberikan bimbingan teknis dan bim- bingan pemasaran, antara lain, melalui pameran-pameran yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Hasil berbagai kegiatan pembinaan tersebut tampak nyata dari makin banyaknya ragam barang yang dihasilkan dan dari kualitasnya yang makin meningkat, sehingga pada umumnya makin mampu bersaing baik di pasaran dalam negeri maupun di pasaran luar negeri.

3. Memperluas pasaran

Bantuan kepada pengusaha-pengusaha golongan ekonomi le- mah akan kurang manfaatnya bilamana tidak diikuti dengan ban-tuan untuk mengembangkan kesempatan secara seluas-luasnya un- tuk memasarkan barang yang mereka produksikan. Karena itu pe- merintah juga telah mengembangkan penyediaan berbagai fasili- tas pemasaran, seperti penyediaan tempat-tempat yang layak untuk berusaha, pasar-pasar dan pusat pertokoan, lingkungan industri kecil, pameran-pameran, pembentukan koperasi dan la- in sebagainya.

Pembinaan para pengusaha golongan ekonomi lemah melalui koperasi juga terus ditingkatkan dengan tujuan agar mereka makin mampu berorganisasi dan berusaha dan dengan demikian akan makin mampu pula untuk bersaing. Tanpa kemampuan itu akan amat sukar bagi mereka untuk berkembang.

Sebagai telah disebutkan dalam pasal terdahulu, usaha perluasan pemasaran selama Repelita III juga telah makin di-tingkatkan melalui peraturan dalam pembelanjaan anggaran ne- gara, yang terkenal dengan Keppres 14 Tahun 1980 dan telah beberapa kali disempurnakan dan terakhir menjadi Keppres No. 29 Tahun 1984. Walaupun masih banyak masalah yang harus dia- tasi, Keppres tersebut nyata-nyata telah sangat mendorong

186

Page 37: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana

perkembangan pengusaha golongan ekonomi lemah, baik di sektor konstruksi, sektor industri, maupun di sektor perdagangan.

187

Page 38: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA - Kementerian … · Web viewSejak tahun 1967 sampai dengan Maret 1984 realisasi PMA berjumlah US $ 6.257,6 juta. Jumlah itu meli-puti sekitar 43% dari rencana